MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT …

13
1 Achmad Syaiful Hidayat Anwar. Model Tatakelola Badan Dan Lembaga Amil Zakat Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Badan Dan Lembaga Amil Zakat Di Kota Malang) JURNAL HUMANITY, ISSN: 0216-8995 Volume 7, Nomor 2, Juli 2012 :01 - 13 Versi online / URL: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT (STUDI PADA BADAN/LEMBAGA AMIL ZAKAT DI KOTA MALANG) Achmad Syaiful Hidayat Anwar Staf Pengajar Jurusan Akutansi, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang Email: [email protected] ABSTRACT This study aimed to design a governance model of BAZ and LAZ institutions more effective to enhance the economic empowerment of the people, especially in the city of Malang. Implementation research is divided into two stages. The first phase of research focused on developing models of governance and the second phase focused on analysis and review implementation of the model. Based on the results of the analysis can be concluded that in general models of governance BAZ and LAZ has held up well. This can be evidenced from the structured organization and separation of duties and responsibilities. In addition, determination and prospective mustahiq and muzakki through a rigorous selection process and supported the survey results to prospective mustahiq conducted by the BAZ and LAZ. Thus, targeting accuracy, the precision of the amount, timeliness, and use can be achieved. Utilization of IT, legal sanctions, and the delivery of social activities need to be carried out continuously to improve understanding and awareness of the charity in relation to the economic empowerment of communities in the future. Keywords: zakat, good governance, economic empowerment PENDAHULUAN Zakat menurut terminologi berarti, sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah swt. untuk diberikan kepada para mustahik yang disebutkan dalam Al-quran. Atau bisa juga berarti sejumlah tertentu dari harta tertentu yang diberikan untuk orang tertentu (www.kemenag.go.id). Yusuf Qardlawi dalam Hafidhuddin (2001) menjelaskan bahwa zakat adalah ibadah maaliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi yang sangat penting, strategis dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Dengan demikian, zakat merupakan manifestasi keimanan kepada Allah dan wujud kepedulian kepada sesama. Zakat dapat juga menjadi solusi dalam memecahkan masalah-masalah sosial dan ekonomi. Pengentasan kemiskinan, kesenjangan sosial, pengangguran, dan kesenjangan ekonomi (pendapatan) merupakan beberapa contoh permasalahan yang dapat dipecahkan dengan zakat. Hal ini dapat dilakukan melalui optimalisasi pengumpulan dan distribusi zakat secara efektif kepada pihak yang berhak menerima. Kondisi tersebut dapat dicapai melalui tata kelola zakat secara efektif, profesional dan bertanggung jawab. Perencanaan yang matang, pengorganisasian yang tepat, aktualisasi dan kontrol yang baik merupakan gambaran dari profesionalisme dan keefektivan tata kelola zakat yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memecahkan masalah sosial, ekonomi dan kemasyarakatan. Tata kelola zakat yang efektif, profesional dan bertanggung jawab dapt dilakukan dengan melakukan kerja sama yang baik antara lembaga pengelola zakat (LAGZIS, BAZIS,

Transcript of MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT …

Page 1: MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT …

1Achmad Syaiful Hidayat Anwar. Model Tatakelola Badan Dan Lembaga Amil Zakat Sebagai Upaya UntukMeningkatkan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Badan Dan Lembaga Amil Zakat Di KotaMalang)

JURNAL HUMANITY, ISSN: 0216-8995Volume 7, Nomor 2, Juli 2012 :01 - 13

Versi online / URL:http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT SEBAGAIUPAYA UNTUK MENINGKATKAN PEMBERDAYAAN EKONOMI

MASYARAKAT (STUDI PADA BADAN/LEMBAGA AMIL ZAKAT DI KOTAMALANG)

Achmad Syaiful Hidayat Anwar

Staf Pengajar Jurusan Akutansi, Fakultas EkonomiUniversitas Muhammadiyah Malang

Email: [email protected]

ABSTRACT

This study aimed to design a governance model of BAZ and LAZ institutions more effectiveto enhance the economic empowerment of the people, especially in the city of Malang.Implementation research is divided into two stages. The first phase of research focused ondeveloping models of governance and the second phase focused on analysis and reviewimplementation of the model.

Based on the results of the analysis can be concluded that in general models ofgovernance BAZ and LAZ has held up well. This can be evidenced from the structuredorganization and separation of duties and responsibilities. In addition, determination andprospective mustahiq and muzakki through a rigorous selection process and supportedthe survey results to prospective mustahiq conducted by the BAZ and LAZ. Thus, targetingaccuracy, the precision of the amount, timeliness, and use can be achieved. Utilization of IT,legal sanctions, and the delivery of social activities need to be carried out continuously toimprove understanding and awareness of the charity in relation to the economic empowermentof communities in the future.

Keywords: zakat, good governance, economic empowerment

PENDAHULUAN

Zakat menurut terminologi berarti,sejumlah harta tertentu yang diwajibkan olehAllah swt. untuk diberikan kepada paramustahik yang disebutkan dalam Al-quran.Atau bisa juga berarti sejumlah tertentu dariharta tertentu yang diberikan untuk orangter tentu (www.kemenag.go.id). YusufQardlawi dalam Hafidhuddin (2001)menjelaskan bahwa zakat adalah ibadahmaaliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisiyang sangat penting, stra tegis danmenentukan, baik dari sisi ajaran maupundari sisi pembangunan kesejahteraan umat.Dengan demikian, zakat merupakanmanifestasi keimanan kepada Allah danwujud kepedulian kepada sesama. Zakatdapat juga menjadi solusi dalammemecahkan masalah-masalah sosial danekonomi. Pengentasan kemiskinan,

kesenjangan sosial, pengangguran, dankesenjangan ekonomi (pendapatan)merupakan beberapa contoh permasalahanyang dapat dipecahkan dengan zakat. Halini dapat dilakukan melalui optimalisasipengumpulan dan distribusi zakat secaraefektif kepada pihak yang berhak menerima.

Kondisi tersebut dapat dicapai melaluitata kelola zakat secara efektif, profesionaldan bertanggung jawab. Perencanaan yangmatang, pengorganisasian yang tepat,aktualisasi dan kontrol yang baikmerupakan gambaran dari profesionalismedan keefektivan tata kelola zakat yangdiharapkan dapat memberikan kontribusiyang signifikan dalam memecahkan masalahsosial, ekonomi dan kemasyarakatan. Tatakelola zakat yang efektif, profesional danbertanggung jawab dapt dilakukan denganmelakukan kerja sama yang baik antaralembaga pengelola zakat (LAGZIS, BAZIS,

Page 2: MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT …

2 JURNAL HUMANITY, Volume 7, Nomor 2, Juli 2012: 01 - 13

Achmad Syaiful Hidayat Anwar Versi online / URL :

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

dll) dengan pihak masyarakat dan pemerintah.Dalam hal ini pemerintah berkewajibanmemberikan perlindungan, pembinaan, danpelayanan kepada muzzaki, mustahiq, danpengelola zakat. Dalam UU No. 39/1999tentang Tatakelola zakat menyebutkan bahwaperan serta masyarakat juga diharapkan dapatmemberikan kontribusi yang positif dalam tatakelola zakat yang dapat diwujudkan dalambentuk: a) memperoleh informasi tentangtata kelola zakat yang dikelola oleh badan amilzakat dan lembaga amil zakat; b)menyampaikan saran dan pendapat kepadabadan amil zakat dan lembaga amil zakat danc) memberikan laporan atas terjadinyapenyimpangan tata kelola zakat.

Secara definisi, Forum For CorporateGovernance Indonesia (FCGI: 2004)mendefinisikan corporate governance sebagaiseperangkat aturan yang mendefinisikanhubungan antara pemegang saham, manajer,kreditur, pemerintah, karyawan dan pihak-pihak pemegang kepentingan lain baik internalmaupun eksternal, berkaitan dengan hak-hakdan kewajiban-kewajiban, atau sebuahsistem dimana sebuah perusahaan diarahkandan dikendalikan. Pujiyono (2006)mengartikan corporate governance sebagaikepengelolaan dan kepengurusan yang baik,merupakan istilah yang sangat populer,menjadi isu sentral penyelenggaraan negaradalam sekala global. Konsep itu muncul dariupaya untuk menciptakan standarisasipengeloalan dan kepengurusan pemerintahanyang baik, dikaitkan dengan tingkat kompetitifbidang ekonomi. Karakteristik yang dimilikiadalah satu, setiap warga negara mempunyaisuara dalam formulasi keputusan, baiksecara langsung maupun tidak langsung.Partisipasi dibangun atas dasar kebebasanberasasiasi dan berbicara serta berpartisipasisecara konstruktif.

Syakhroza dalam Wibawani (2006)menyatakan bahwa corporate governancesebagai suatu sistem yang digunakan “board”untuk mengarahkan dan mengendalikan sertamengawasi (directing, controlling andsupervising) pengelolaan sumber daya

organisasi secara efisien, efektif, ekonomisdan produktif (E3P) dengan prinsip-prinsip;Transparansi (transparency), Akuntabilitas(accountability), P e r t a n g g u n g j a w a b a n(responsibiliti),Independensi (independency)dan Keadilan (fairness) dalam rangkamencapai tujuan organisasi.

Dua, kerangka hukum harus adil dandilaksanakan tanpa pandang bulu, terutamahukum untuk HAM. Tiga, transparansidibangun atas dasar kebebasan arusinformasi. Proses, lembaga, dan informasisecara langsung dapat diterima oleh merekamembutuhkan. Informasi harus dapatdipahami dan dapat dimonitor. Empat,lembaga dan proses-proses harus dapatmelayani stakeholders. Lima, corporategovernance menjadi pranata kepentinganyang berbeda untuk memperoleh pilihanterbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baikdalam hal kebijakan-kebijakan maupunprosedur. Enam, laki-laki mapun perempuanberkesempatan untuk meningkatkan ataumenjaga kesejahteraan mereka. Tujuh, posesdan lembaga menghasilkan sesuai dengan apayang telah digariskan dengan menggunakansumber-sumber yang tersedia sebaikmungkin. Delapan, pembuat keputusandalam pemerintahan, sektor swasta danmasyarakat bertanggungjawab kepadapublik dan lembaga-lembaga stakeholders.Sembilan, para pemimpin dan publik harusmempunyai perspektif corporate governancedan pengembangan manusia yang luas danjauh ke depan sejalan dengan apa yangdiperlukan untuk pembangunan.

Dari kesembilan karakteristik tersebut,ada empat ukuran pokok yaitu akuntabilitas,transparansi, fairness (keadilan) danresponsivitas (ketanggapan). Jika corporategovernance dipahami sebagai kepengelolaanatau kepengarahan yang baik, sebenarnyamempunyai kesamaaan dengan fungsimanajemen dan sistem operasi prosedur.Kesamaannya adalah ketiganya samasebagai strategi, cara atau metode berkenaandengan pencapain tujuan bersama (Pujiyono,2006).

Page 3: MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT …

3Achmad Syaiful Hidayat Anwar. Model Tatakelola Badan Dan Lembaga Amil Zakat Sebagai Upaya UntukMeningkatkan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Badan Dan Lembaga Amil Zakat Di KotaMalang)

JURNAL HUMANITY, ISSN: 0216-8995Volume 7, Nomor 2, Juli 2012 :01 - 13

Versi online / URL:http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

Objek penelitian ini adalah modeltatakelola Badan dan Lembaga Amil Zakat(BAZ & LAZ) yang berlokasi di KotaMalang. BAZ merupakan lembaga amil zakatyang dibentuk dan berada di bawah kendalipemerintah dalam hal ini Departemen Agama(Depag). Sedangkan LAZ merupakanlembaga amil zakat yang dibentuk dan dikelolaoleh swasta. Idealnya, kedua lembaga amilzakat tersebut seharusnya bersinergi dalamprogrampem berdayaan masyarakat melaluizakat. Namun demikian, faktamenunjukkan bahwa BAZ dan LAZ belumsepenuhnya bersinergi dan cenderungberjalan sendiri-sendiri. Fakta menunjukkanbahwa selama ini terjadi persaingan tidaksehat antar institusi pengelola zakat danterkesan berjalan sendiri-sendiri. Kondisi initentunya sangat tidak diharapkan mengingatzakat memiliki peran yang strategis danmenjadi satu solusi alternatif pemecahanmasalah kesenjangan ekonomi dan sosial.Dengan berorientasi pada pemerataan, kedepan zakat diharapkan dapat mengurangijumlah kemiskinan.

Penelitian ini bertujuan untukmenciptakan harmonisasi tatakelola zakatyang diselenggarakan oleh BAZ dan LAZmelalui perancangan model tatakelola zakatyang lebih efektif dan efisien. Inventarisasipihak-pihak wajib zakat, masyarakat yangberhak menerima zakat dan alokasi wilayahkerja merupakan komponen utama dalamtatakelola institusi zakat. Hal ini dibutuhkanuntuk menghindari benturan kepentingan antarinstitusi amil zakat. Melalui penelitian ini,peneliti berupaya untuk mengurangi konflikkepentingan antar institusi amil zakat denganlebih mensinergikan tugas dan perang masing-masing amil zakat. Upaya pensinergian tugasdan tanggung jawab tersebut akan dilakukanmelalui perancangan model tatakelola zakatyang lebih efektif, baik secara pelaksanaanmaupun capaian hendak diraih. Dengandemikian, di masa yang akan datangdiharapkan upaya pemberdayaan ekonomimasyarakat memberikan hasil yang optimal

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada BadanAmil Zakat (BAZ) yang dibentuk olehpemerintah di bawah kendali DepartemenAgama dan Lembaga Amil Zakat (LAZ)yang dikelola oleh pihak swasta. Populasidalam penelitian ini adalah pengelola BAZdan LAZ yang berlokasi di kota malang.Pimpinan dan staf pengelola dijadikansebagai responden dalam penelitian ini. UntukBAZ, penelit i bekerjasama denganDepartemen Agama kota Malang. Hal iniperlu dilakukan mengingat BAZ adalahlembaga amil zakat bentukan dan di bawahkendali pemerintah. Khusus LAZ, penelitimenggunakan metode snowball samplingdalam menentukan sample penelitian.Pemilihan metode tersebut dikarenakanpeneliti tidak memiliki data konkret mengenaijumlah LAZ di Kota malang.

Instrumen Penelitian yang digunakanyaitu draf wawancara yang terdiri atassejumlah pertanyaan mengenai kebijakantatakelola BAZ dan LAZ, capaian, dankendala yang dihadapi di lapangan. Datadalam penelitian ini berupa keterangan ataupaparan mengenai kebijakan tatakelola,pelaksanaan, hasil yang dicapai, dan kendalayang dihadapi oleh pengelola BAZ danLAZ. Teknik pengumpulan data dilakukandengan cara melakukan interview kepadapimpinan, pengelola BAZ dan LAZ, dan paramustahiq.

Teknik analisis data terbagi ke dalamdua tahapan. Pada penelitian tahun pertama,pelaksanaan penelitian ini diawali dengankegiatan identifikasi dan analisis kebijakantatakelola BAZ dan LAZ terkait dengankegiatan managerial, pengumpulan, dandistribusi zakat. Hal ini dilakukan untukmenilai relevansi kebijakan dan pelaksanaankegiatan. Selanjutnya, dilakukan identifikasikendala-kendala yang ditemui dihadapi dilapangan. Kegiatan ini bertujuan untukmendeteksi penyebab munculnya masalah.Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis,

Page 4: MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT …

4 JURNAL HUMANITY, Volume 7, Nomor 2, Juli 2012: 01 - 13

Achmad Syaiful Hidayat Anwar Versi online / URL :

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

peneliti akan merancang draf modeltatakelola BAZ dan LAZ.

Pelaksanaan penelitian tahun keduaakan difokuskan pada pengujian dan analisisdraf model tatakelola. Tujuannya adalah untukmenilai keterpahaman, kedayalaksanaan,kendala implementasi, dan finalisasi modeltatakelola.Hal ini dilakukan denganmenyelenggarakan simulasi model

tatakelola. Luaran penelitian tahun keduaadalah buku panduan model tatakelola zakatuntuk kegiatan perencanaan, pelaksanaan,pengawasan, dan pendistribusian zakat.Indikator capaian didasarkan pada tigaindikator yaitu, keefektifan, efisiensi, danpeningkatan kesejahteraan mustahiq

Deskripsi mengenai tahapanpelaksanaan penelitian disajikan pada gambar1 berikut ini:

Gambar 1. Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Responden Penelitian

Badan dan Lembaga Amil Zakat (BAZdan LAZ) yang diajadikan sebagai respondendalam penelitian ini berjumlah 15. penelitimenggunakan metode snowball sampling

Page 5: MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT …

5Achmad Syaiful Hidayat Anwar. Model Tatakelola Badan Dan Lembaga Amil Zakat Sebagai Upaya UntukMeningkatkan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Badan Dan Lembaga Amil Zakat Di KotaMalang)

JURNAL HUMANITY, ISSN: 0216-8995Volume 7, Nomor 2, Juli 2012 :01 - 13

Versi online / URL:http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

dalam menentukan sample penelit ian.Pemilihan metode tersebut dikarenakanpeneliti tidak memiliki data konkret mengenaijumlah LAZ di Kota malang.

Berdasarkan permintaan para pengelolaLAZ terkait dengan kerahasiaan data danidentitas LAZ, peneliti menggunakan kode

untuk mengganti nama LAZ yang diteliti.Dengan demikian, apabila ada yangberkepentingan dengan LAZ yang diteliti,dapat berhubungan langsung dengan peneliti.Berikut adalah data BAZ dan LAZ yangmenjadi responden dalam penelitian ini:

Tabel 1. Responden Penelitian

NO KODE BAZ dan LAZ LOKASI 1. BAZ RP. Panji Suroso 2. LAZ 1 Jl. Mergo Basuki Dau 3. LAZ 2 GADANG 4. LAZ 3 SENGKALING 5. LAZ 4 GAJAYANA 6. LAZ 5 MT. HARYONO 7. LAZ 6 BUKIT DIENG 8. LAZ 7 MT. HARYONO 9 LAZ 8 BLIMBING 10 LAZ 9 KAHURIPAN 11 LAZ 10 Papi Kuning 12 LAZ 11 Merjosari 13 LAZ 12 Sawojajar 14 LAZ 13 Wr. Supratman 15 LAZ 14 Mertojoyo

Sumber: Data Primer (diolah)

Identifikasi dan analisis kebijakan

Identifikasi kebijakan BAZ dan LAZterdiri atas kebijakan mengenai pendataanwajib zakat, mekanisme penentuan jumlahzakat, mekanisme pengumpulan/pemungutanzakat, dan pengawasan pengelolaan zakat.

a. Pendataan wajib zakat (Muzakki)

Berdasarkan jawaban yang diberikanoleh para pengelola BAZ dan LAZ, kegiatanpendataan wajib zakat yang dilakukan olehBAZ dan LAZ adalah sebagai berikut:1. Wajib zakat (Muzakki) mendatangi

kantor BAZ dan LAZ. Hal ini dapatdilakukan apabila lokasi muzakkiberdekatan dengan BAZ dan LAZsetempat atau berada pada jarak yangcukup terjangkau.

2. Wajib Zakat (Muzakki) dapatmendaftarkan diri secara online melaluiwebsite BAZ dan LAZ. Metode

pendataan online lebih efektif dengansyarat para muzakki memilikipengetahuan dan keahlian terkaitdengan pemanfaatan teknologi daninternet.

3. Mendata wajib zakat yang bekerja dilingkungan dan jajaran KementerianAgama Kota Malang yang meliputipegawai/guru Kemenag dan MadrasahNegeri (MIN 1, MIN 2, MTsN I, MTsN2, MAN 3).

4. Melalui komunikasi/sosialisasi, dalamhal ini tim pendata mendatangi wajibzakat instansi atau perorangan yangbelum terdaftar sebagai muzakki.Metode ini membutuhkan SDM yangmencukupi untuk menjangkau lokasimuzakki yang belum terdaftar di kantorBAZ dan LAZ setempat.

5. Menggali informasi dari masyarakat,internet, dan muzakki yang telah terdata.Melalui metode pendataan ini,

Page 6: MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT …

6 JURNAL HUMANITY, Volume 7, Nomor 2, Juli 2012: 01 - 13

Achmad Syaiful Hidayat Anwar Versi online / URL :

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

informasi mengenai lokasi muzakkidapat dilakukan secara berantai.

b. Mekanisme penentuan jumlah zakat

Mekanisme penentuan jumlah zakatdalam hal ini adalah penentuan jumlah zakatyang harus dibayarkan oleh muzakki. Hal inimerupakan salah satu bentuk layanan BAZdan LAZ yang bertujuan untuk memberikankemudahan kepada para muzakki yangbelum memahami dalam penghitungan zakatyang harus dibayarkan. Dengan demikiandiharapkan kegiatan pengumpulan zakatdapat dilakukan secara efektif. Berkaitandengan penentuan jumlah zakat yang harusdigunakan, pengelola BAZ dan LAZmenawarkan empat opsi.

Opsi pertama yaitu melalui konsultasionline. Dalam hal ini, muzakki dapatberkonsultasi dengan para pengelola BAZ danLAZ secara online atau melalui mediainternet. Opsi pertama ini cukup efektifkarena muzakki dapat memperoleh informasimengenai penghitungan jumlah zakat yangharus dikeluarkan tanpa terhambat oleh jarakdan waktu. Selain itu, pihak BAZ dan LAZdapat menjangkau dimana pun muzakkiberada. Dalam hal ini tentunya dukunganketersediaan teknologi, kemampuan dankeahlian pengelola BAZ, LAZ, dan muzakkiterkait dengan pemanfaatan teknologikomputer dan internet menjadi faktor penting.

Opsi kedua melalui simulasipenghitungan zakat yang bertujuan untukmemberikan kemudahan dan kelancaranpembayaran zakat. Opsi ini dapat dilakukanapabila para muzakki hendak membayarkanzakat secara online (melalui internet).Pengelola BAZ dan LAZ menyajikan menusimulasi penghitungan zakat dalam website.Dengan demikian, muzakki dapat mengetahuijumlah zakat yang harus dibayarkan.

Opsi ketiga yaitu muzakki menghitungsendiri jumlah kewajiban zakatnya. Hal inidapat dilakukan apabila muzakki memilikipengetahuan dan pemahaman mengenai

ketentuan penghitungan kewajiban zakat.Namun demikian, apabila muzakki masihmenemui kesulitan dalam menghitungkewajiban zakatnya, pengelola BAZ danLAZ dapat membantu muzakki untukmenghitungkan kewajiban zakatnya.

Opsi keempat yaitu muzakki dapatmeminta pengelola BAZ dan LAZ untukmenghitung kewajiban zakatnya. Opsi inidilakukan apabila muzakki belum tahu danbelum paham tentang cara menghitung jumlahzakat yang harus dibayar. Dalam hal inimuzakki dapat mendatangi kantor BAZ danLAZ terdekat atau dapat berinteraksi danberkomunikasi melalui media internet(chatting), email, telepon, atau SMS.

c. Mekanisme pengumpulan/pemungutan zakat

Mekanisme pengumpulan/pemungutanzakat berhubungan dengan tata carapenyetoran atau pembayaran kewajibanzakat. Berdasarkan jawaban pararesponden, mekanisme pengumpulan/pemungutan zakat yang telah dilakukanyaitu; pertama, pengumpulan ataupemungutan secara online. Metodepembayaran yang dapat dipilih olehmuzakki antara lain melalui transfer kerekening BAZ dan LAZ, payroll system,transfer melalui perbankan syariah. Cara inilebih efektif mengingat para muzakki tidakselalu memiliki waktu luang untuk mendatangikantor BAZ dan LAZ karena alasankesibukan. Selain itu, melalui pemanfaatanteknologi informasi dn komunikasi,mekanisme pembayaran online lebihmemudahkan para muzakki untukmenunaikan kewajibanya tanpa dibatasi olehruang, jarak dan waktu.

Kedua, pihak BAZ dan LAZ mengambilzakat dengan cara mendatangi muzakki.Dalam hal ini, pihak BAZ dan LAZmenyediakan layanan jemput zakat. Mediakomunikasi yang dapat digunakan yaitumelalui telepon, sms, atau email.

Page 7: MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT …

7Achmad Syaiful Hidayat Anwar. Model Tatakelola Badan Dan Lembaga Amil Zakat Sebagai Upaya UntukMeningkatkan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Badan Dan Lembaga Amil Zakat Di KotaMalang)

JURNAL HUMANITY, ISSN: 0216-8995Volume 7, Nomor 2, Juli 2012 :01 - 13

Versi online / URL:http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

Pengambilan zakat ke tempat muzakkidapat dilakukan oleh bendahara, juru pungut(fundrasing), atau staf BAZ dan LAZ yangditunjuk oleh pimpinan.

Ketiga, muzakki dapat membayar zakatke kantor BAZ dan LAZ. Hal ini dapatdilakukan apabila muzakki berada di lokasiyang berdekatan dengan kantor BAZ danLAZ atau berada pada jarak yang sangatterjangkau.

d. Pengawasan pengelolaan zakat

Pengawasan pengelolaan zakatdifokuskan pada aspek legalitas pengelolaanzakat, kepatuhan pada ketentuan agama,

dan ketepatan sasaran ( m u z a k k i ) ,penghitungan kewajiban zakat, dankeefektivan pengumpulan zakat.Pengawasan dapat dilakukan oleh pengurusharian, dewan syariah, dewan pengurus,dewan pembina, auditor internal daneksternal, dan pimpinan.

Review pelaksanaan

Mekanisme distribusi zakat secara jelasdapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Mekanisme Distribusi Zakat

a. Kebijakan Distribusi zakat

Zakat yang telah terkumpul selanjutnyadidistribusikan kepada para mustahiq.Berdasarkan jawaban yang diberikan olehpihak BAZ dan LAZ, penentuan mustahiq(pihak yang berhak menerima zakat)dilakukan dengan beberapa pertimbangan.Pertimbangan yang umum dilakukan olehpengelola BAZ dan LAZ antara lain :

1. Menyesuaikan dengan ketentuan danasnat

2. Mengacu pada kebijakan pimpinan BAZdan LAZ

3. Berdasarkan hasil rapat dan musyawarahpihak BAZ/LAZ dan muzakki

4. Disesuaikan dengan pengeluaran dalam1 tahun yang sama

5. Berdasarkan keputusan managerpendayagunaan/distribusi

Page 8: MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT …

8 JURNAL HUMANITY, Volume 7, Nomor 2, Juli 2012: 01 - 13

Achmad Syaiful Hidayat Anwar Versi online / URL :

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

Secara umum, kebijakan distribusi zakattelah mengacu pada aspek legalitas mustahiq(pihak yang berhak menerima zakat).Aspek penting yang perlu dipahami dandiperhatikan terkait dengan kebijakandistribusi zakat yaitu ketepatan dalammenentukan mustahiq, terutama dalammendefinisi syarat-syarat yang harus dipenuhisebagai mustahiq. Hal ini perlu diperhatikanuntuk mencapai ketepatan sasaran (mustahiq)dan ketepatan penggunaan zakat.

b. Mekanisme distribusi

Mekanisme distribusi zakat dilakukanmelalui tahapan sebagai berikut:

1. Pihak BAZ dan LAZ menerimapengajuan dari calon mustahiq yangdisampaikan oleh departemenpenyaluran

2. Tim BAZ dan LAZ yang ditunjuk olehpimpinan melakukan survei pada calonpenerima zakat (mustahiq).

3. Tim seleksi BAZ dan LAZ yang ditunjukselanjutnya menganalisis aspekkelayakan mustahiq

4. Petugas BAZ dan LAZ menyalurkanzakat kepada para mustahiq yangdinyatakan layak untuk menerima zakat.

Secara umum, mekanisme distribusisudah efektif. Namun demikian satu halpenting yang harus diperhatikan adalahkelayakan mustahiq guna menunjang capaiantepat sasaran dan tepat guna.

c. Metode distribusi

Berdasarkan hasil survei danwawancara, metode distribusi yang dilakukanoleh pengelola BAZ dan LAZ bervariasi,antara lain:

1. Zakat didistribusikan secara langsungkepada mustahiq

2. Zakat didistribusikan berdasarkanproposal yang diajukan dan disetujui olehpimpinan BAZ dan LAZ.

3. Zakat disalurkan melalui tabunganpendidikan

4. Zakat didistribusikan melalui pengurusTPQ atau takmir setempat

5. Zakat disalurkan melalui programpendidikan, pelatihan, pemberdayaandan program sosial kemasyarakatan(pendidikan, kesehatan, usaha/kemandirian, dan lingkungan).

6. Sebesar 75% dari zakat yang terkumpuldisalurkan kepada keluarga sendiri yangtergolong ke dalam mustahiq, sedangkansebesar 25% didistribusikanberdasarkan pengajuan.

Metode distribusi sangat komprehensifdan tepat sasaran. Namun demikian, aspekpenting yang perlu diperhatikan dalampendistribusian zakat adalah ketepatanpemilihan mustahiq dan ketepatan dalampenggunaan atau pemanfaatan zakat. Hal inibertujuan untuk menselaraskan p r o g r a mpendistribusian zakat dan programpemberdayaan ekonomi masyarakat melaluizakat. Zakat yang disalurkan diharapkandapat digunakan untuk kegiatan yang produktifsehingga dapat menaikkan kesejahteraanmasyarakat, khususnya kesejahteraan paramustahiq dan masyarakat secara umum.

d. Pengawasan distribusi

Pengawasan distribusi dilakukan untukmemberikan keyakinan atau jaminan yangmemadai bahwa zakat telah disalurkan kepadapara mustahiq yang layak menerima zakat,zakat yang digunakan tepat guna, danmenilai keefektifan pendistribusian zakatkepada mustahiq. Kegiatan pengawasanterhadap kegiatan pendistribusian zakatdisesuaikan dengan kebijakan pimpinanBAZ dan LAZ. Dengan kata lain, pimpinanBAZ dan LAZ memiliki kebijakan tersendiriyang mengatur tentang kegiatan pengawasanpendistribusian zakat.

Berdasarkan hasil wawancara yangpeneliti lakukan, kegiatan pengawasan di

Page 9: MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT …

9Achmad Syaiful Hidayat Anwar. Model Tatakelola Badan Dan Lembaga Amil Zakat Sebagai Upaya UntukMeningkatkan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Badan Dan Lembaga Amil Zakat Di KotaMalang)

JURNAL HUMANITY, ISSN: 0216-8995Volume 7, Nomor 2, Juli 2012 :01 - 13

Versi online / URL:http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

masing-masing BAZ dan LAZ dilakukan olehtim pengawas yang ditunjuk, melalui rapatkoordinasi, pengawasan secara online yangdilakukan melalui laporan pendistribusianyang disajikan pada website BAZ dan LAZ.Pengelola BAZ dan LAZ juga melibatkandewan pengawas, dewan pembina, internaldan eksternal auditor untuk mengawasipendistribusian zakat. Untuk menilaikeefektifan distribusi zakat, tim pengawasjuga mendatangi tempat binaan untuk melihatsecara langsung proses pendistribusian zakatdan memeriksa dokumen (tanda terima)distribusi zakat.

Aspek yang perlu diperhatikan dalamkegiatan pengawasan terhadap tatakelolaBAZ dan LAZ adalah pengawasan pascapelaksanaan dan pelibatan mustahiq melaluikonfirmasi terhadap zakat yang telahdisalurkan oleh BAZ dan LAZ dan zakat yangditerima oleh mustahiq. Hal ini bertujuanuntuk mempretensi potensi penyimpangan danuntuk menjaga kontinuitas dan konsistensitatakelola BAZ dan LAZ. Pengawasanharus dilakukan secara efektif, salahsatunya dengan cara mendatangi tempatbinaan dan melakukan wawancara denganpara mustahiq untuk memastikan ketepatanpendistribusian dan pemanfaatan zakat.

e. Hasil yang dicapai

Indikator tatakelola BAZ dan LAZterkait dengan pengelolaan zakat diproksikandengan capaian di lapangan. yang dijadikansebagai indikator keberhasilan dankeefektivan tatakelola BAZ dan LAZantara lain; ketepatan penentuan sasaran,ketepatan jumlah zakat yang dibayarkan,ketepatan waktu penyaluran zakat, danketepatan dalam pemanfaatan ataupenggunaan zakat. Berdasarkan hasilwawancara yang peneliti lakukan, secarahasil dapat dijelaskan bahwa pengelolaanzakat cukup efektiv namun belum maksimal.Hal ini dapat dibuktikan dari tingkat capaianyang masih di bawah 100%. Artinya, realisasidi lapangan belum mencapai target, belummenjangkau seluruh mustahiq dan fluktuatif.Namun demikian, secara program dapatdipaparkan bahwa pengelolaan zakat sudahbaik. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapakendala dan kondisi di lapangan.

Metode lain yang juga digunakan dalampenelitian ini guna menilai keefektivan dankeberhasilan tatakelola BAZ dan LAZ yaitudengan cara mengkomparasi antara targetdan capaian yang diraih oleh BAZ dan LAZ.Komparasi target dan capaian disajikan padatabel 2 berikut.

Tabel 2. Komparasi Target dan Capaian

No TARGET CAPAIAN KETERANGAN

1 Pendataan (pendaftaran) muzakki < 50 % Belum Efektiv

2 Pemungutan/pengumpulan zakat > 80 % Efektiv

3 Pendistribusian zakat melalui program

pemberdayaan, pendidikan dan pelatihan

85 % Efektiv

4 Pendistribusian zakat melalui program

kesehatan dan sosial kemasyarakatan

100 % Efektiv

Standar > 50 % merupakan standarkeefektivan yang ditetapkan oleh PimpinanBAZ dan LAZ. Berdasarkan tabel 2 yangdiperkuat dengan hasil wawancara penelitidengan pengelola BAZ dan LAZ dapat

dijelaskan bahwa secara tatakelola BAZ danLAZ sudah efektiv dengan capaian rata2sebesar ± 80%. Kegiatan tatakelola yangmasih di bawah standar berkaitan denganpendataan muzakki (orang yang wajib zakat).

Page 10: MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT …

10 JURNAL HUMANITY, Volume 7, Nomor 2, Juli 2012: 01 - 13

Achmad Syaiful Hidayat Anwar Versi online / URL :

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

5. Peran SDM kurang maksimal6. Keterbatasan jumlah SDM, terutama

untuk tenaga pemungut zakat.7. Kurangnya Kepercayaan masyarakat

kepada BAZ dan LAZ sehinggamasyarakat lebih memilih menyalurkanlangsung kepada mustahiq

Berdasarkan hasil analisis terhadapkegiatan tatakelola BAZ dan LAZ terkaitdengan aktivitas pendataan wajib zakat,penentuan jumlah zakat, pemungutan, dandistribusi zakat, selanjutnya penelitimerancang draf model tatakelola BAZ danLAZ. Rancangan draf model tatakelolaBAZ dan LAZ menitikberatkan padapensinergian dan keterpaduan pelaksanaanprogram BAZ dan LAZ, utamanya untukmengurangi persaingan yang kurang sehatdiantara BAZ dan LAZ, dan persaingan antarLAZ. Keefektivan aktivitas pengawasanjuga menjadi tujuan penting melaluiperancangan model tatakelola BAZ danLAZ. Selain itu, perancangan draf modeltatakelola ini bertujuan untuk mereduksipermasalahan dan mengoptimalkan peranBAZ dan LAZ dalam upaya pemberdayaanekonomi masyarakat melalui zakat.Rancangan draf model tatakelola BAZ danLAZ disajikan pada gambar 3 berikut:

Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangkesadaran masyarakat untuk berzakat denganalasan ketidakpahaman dan ketidaktahuandalam menghitung dan menyalurkan zakat.Ironisnya, masih terdapat masyarakat yangberanggapan bahwa zakat bukan kewajibantapi kesukarelaan.

Identifikasi kendala

Berdasarkan jawaban yang diperolehdari pihak BAZ dan LAZ, kendala yangdihadapi pengelola BAZ dan LAZ terkaitdengan kegiatan pendataan, penentuan jumlahzakat yang wajib dibayarkan, danpendistribusian zakat disebabkan olehbeberapa faktor, antara lain:1. Kepatuhan muzakki untuk membayar

zakat masih rendah2. Masyarakat masih ada yang belum

paham mengenai kewajiban zakat,artinya masih ada masyarakat (muslim)yang menganggap bahwa zakat bukankewajiban.

3. Tidak ada dukungan pimpinan madrasahuntuk menyalurkan zakat melaluikemenag

4. Secara hukum dan perundang-undanganbelum ada sanksi tegas yangdiberlakukan kepada muzakki yang tidakmenunaikan zakat

Gambar 3 Draf Model Tatakelola BAZ dan LAZ

Page 11: MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT …

11Achmad Syaiful Hidayat Anwar. Model Tatakelola Badan Dan Lembaga Amil Zakat Sebagai Upaya UntukMeningkatkan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Badan Dan Lembaga Amil Zakat Di KotaMalang)

JURNAL HUMANITY, ISSN: 0216-8995Volume 7, Nomor 2, Juli 2012 :01 - 13

Versi online / URL:http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dapatdisimpulkan sebagai berikut:

Secara umum model tatakelola BAZdan LAZ sudah diselenggarakan dengan baik.Hal ini dapat dibuktikan dari organisasi yangterstruktur dan adanya pemisahan tugas dantanggung jawab. Selain itu, dalam penentuanmuzakki dan calon mustahiq melalui prosesseleksi yang sangat ketat dan didukung hasilsurvei yang dilakukan oleh pihak BAZ danLAZ. Dengan demikian, ketepatan sasaran,ketepatan jumlah, ketepatan waktu, danpenggunaan dapat dicapai.

Di sisi lain, pihak BAZ dan LAZ masihdihadapkan pada beberapa masalah dankendala di lapangan. Masalah dan kendalayang masih dihadapi oleh BAZ dan LAZantara lain;1. Kepatuhan muzakki untuk membayar

zakat masih rendah2. Masyarakat masih ada yang belum paham

mengenai kewajiban zakat, artinyamasih ada masyarakat (muslim) yangmenganggap bahwa zakat bukankewajiban.

3. Tidak ada dukungan pimpinan madrasahuntuk menyalurkan zakat melaluikemenag

4. Secara hukum dan perundang-undanganbelum ada sanksi tegas yangdiberlakukan kepada muzakki yang tidakmenunaikan zakat

5. Peran SDM kurang maksimal6. Keterbatasan jumlah SDM, terutama

untuk tenaga pemungut zakat.7. Kurangnya Kepercayaan masyarakat

kepada BAZ dan LAZ sehinggamasyarakat lebih memilih menyalurkanlangsung kepada mustahiq

Guna mereduksi masalah yang dihadapiBAZ dan LAZ terkait dengan tatakelola zakatdan untu mengoptimalkan peran BAZ danLAZ dalam upaya pemberdayaan ekonomi

masyarakat, maka peneliti merancang drafmodel tatakelola BAZ dan LAZ. Rancangandraf model tatakelola BAZ dan LAZmenitikberatkan pada pensinergian danketerpaduan pelaksanaan program BAZdan LAZ, utamanya untuk mengurangipersaingan yang kurang sehat diantara BAZdan LAZ, dan persaingan antar LAZ.Rancangan draf model tatakelola tersebutdidasarkan pada hasil yang telah dicapai BAZdan LAZ serta kondisi-kondisi yangberpotensi menimbulkan masalah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penelitimemberikan beberapa masukan gunamengoptimalkan peran BAZ dan LAZ dalamupaya pemberdayaan ekonomi masyarakat dimasa datang.1. Untuk menunjang kegiatan pendataan

muzakki, penghitungan dan pemungutanjumlah zakat yang harus dibayarkanoleh muzakki hendaknya ditingkatkanpimpinan BAZ dan LAZ hendaknyamengoptimalkan pemanfaatan teknologikomputer dan internet. Tujuannya untukmemberikan kemudahan kepada paramuzakki untuk menyalurkan zakatnya.Optimalisasi pemanfaatan teknologikomputer dan internet dapat dilakukandengan melakukan sosialisasi kepadamasyarakat dalam bentuk pelatihan,demo program aplikasi zakat, danpendampingan.

2. Pemberlakuan sanksi kepada masyarakatyang tergolong muzakki yang tidakmenunaikan kewajiban zakat. Hal inibertujuan untuk memberikanpemahaman kepada masyarakat bahwazakat adalah kewajiban dan bukankesukarelaan. Selain itu, pemberlakukansanksi juga bertujuan untuk mendorongdipatuhinya ketentuan zakat. Olehkarena itu, perlu dibangun kerjasamaantara BAZ dan LAZ dengan lembagaterkait.

Page 12: MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT …

12 JURNAL HUMANITY, Volume 7, Nomor 2, Juli 2012: 01 - 13

Achmad Syaiful Hidayat Anwar Versi online / URL :

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

3. Penyelenggarakan kegiatan sosialkemasyarakatan hendaknya selaludilakukan secara kontinu untukmemberikan bukti nyata atas manfaatzakat bagi masyarakat. Dengandemikian diharapan dapatmenumbuhkan kesadaran masyarakatuntuk menunaikan kewajibannya.

Ucapan terima kasih dan apresiasi yangtak terhingga peneliti sampaikan kepadasemua pihak yang telah dengan ikhlas,sabar dan penuh kerendahan hati turutmembimbing, membantu dan sangatmendukung pengerjaan dan penyelesaianPenelitian ini, khususnya kepada :1) Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang2) Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Malang3) Pimpinan dan staf Direktorat Penelitian

dan Pengabdian Kepada Masyarakat(DPPM) Universitas MuhammadiyahMalang

4) Pimpinan dan pengelola Badan danLembaga Amil Zakat yang telahmembantu dalam kolektibilitas data daninformasi yang dibutuhkan dalampenelitian ini.

5) Deni Shapta Hardiansyah dan FirmanSaputra yang telah membantu dalampendistribusian instrumen penelitian

6) Segenap dosen di lingkungan FakultasEkonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Malang yang telahmendukung terlaksananya penelitian ini.Akhirnya, dengan segala keterbatasan dankekurangan yang peneliti miliki, penelitipersembahkan laporan hasil penelitianberbasis produk (PBP) ini kepada semuapihak, dengan harapan dapat membawakemaslahatan bagi semua. Kritik, saran dankoreksi yang konstruktif dari semua pihaksangat penelit i harapkan untukpenyempurnaan karya-karya penelitiselanjutnya. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Al Jawi, Muhammad Shiddiq. 2004.“Reinterpretasi Alokasi Zakat:Mengkaji Ulang MekanismeDistribusi Zakat dalam MasyarakatModern” . www.rumahzakat.org,Tanggal Download 31 Januari 2007.

Ali, Mohamad Daud. 1988. Sistem EkonomiIslam Zakat dan Wakaf. UI Press.Jakarta. Anonim. 1999. “UndangUndang Republik Indonesia No.38Tahun 1999 Tentang PengelolalanZakat”. www.kemenag.go.id. Tanggalakses 8 Agustus 2011.

Anonim. 2003. “Agar Zakat BerdayaOptimal” . www.republika.co.id.Tanggal Download 31 Januari 2007.

Anonim. 2004. “UU Zakat „JalanDitempat “. www.republika.co.id.Tanggal Download 30 Januari 2007.

Anonim. 2009. “Zakat dan Waqaf”.www.kemenag.go.id. Tanggal akses 8Agustus 2011.

Forum For Corporate GovernanceIndonesia. 2004. “CorporateGovernance” . www.fegi.co.id.Tanggal Download 2 Agustus 2007

Hafidhuddin, Didin. 2001. “Zakat SebagaiImplementasi Syari’ah” .www.pkpu.or.id, Tanggal Download 30Januari 2007.

............2006. “Zakat Sebagai TiangUtama Ekonomi Syariah”.www.pkpu.or.id, Tanggal Download 30Januari 2007.

Kuncoro, Mundrajad. 2003. Metode Risetuntuk Bisnis dan Ekonomi. PenerbitErlangga. Jakarta.

Page 13: MODEL TATAKELOLA BADAN DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT …

13Achmad Syaiful Hidayat Anwar. Model Tatakelola Badan Dan Lembaga Amil Zakat Sebagai Upaya UntukMeningkatkan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi Pada Badan Dan Lembaga Amil Zakat Di KotaMalang)

JURNAL HUMANITY, ISSN: 0216-8995Volume 7, Nomor 2, Juli 2012 :01 - 13

Versi online / URL:http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/issue/view/240/showToc

Kahf, Monzer. 1999. “The Principle ofSocioeconomics Justice in TheComtemporarry Fiqh of Zakah”.Iqtisad. Journal of Islamic Economics.Vol. 1. Muharram 1420 H / April 1999.

Karim, Adiwarman Azhar. 2001. EkonomiIslam: Suatu Kajian Kontemporer.Penerbit Gema Insani Press (GIP).Jakarta.

Hidayat, Ach. Syaiful. 2007. “AnalisisManajemen Zakat; Survei padaLembaga ZIS di Malang”. PenelitianPengembangan IPTEK.LemlitUMM. Tidak Dipublikasikan.

Pujiyono. 2006.“Corporate governancedanKapitalisme”.www.suaramerdeka.com.Tanggal Download 27 Juli 2007.

Tunggal, Amin Wijaya. 2000. Audit Tatakelola Kontemporer. Edisi Revisi.Penerbit Havarindo. Jakarta

Utomo, Setiawan Budi. 2006.“Reaktualisasi Fikih Zakat, Infaqdan Sedekah Menuju Tatakelola

yang Efektif”.www.rumahzakat.org,Tanggal Download 31 Januari 2007.

Wibawani, Sri. 2006. “CorporateGovernance”. Makalah Diskusi,Program Studi Akuntansi. UMM.