ANALISIS KERJASAMA KOREA SELATAN-UEA DALAM...
Transcript of ANALISIS KERJASAMA KOREA SELATAN-UEA DALAM...
ANALISIS KERJASAMA KOREA SELATAN-UEA
DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI
MAKANAN HALAL TAHUN 2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Auzan Shadiq
1113113000063
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
ANALISIS KERJASAMA KOREA SELATAN-UEA DALAM
PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN HALAL TAHUN 2015
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Juni 2017
Auzan Shadiq
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Auzan Shadiq
NIM : 1113113000063
Program Studi : Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
ANALISIS KERJASAMA KOREA SELATAN - UEA DALAM
PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN HALAL TAHUN 2015
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 12 Juni 2017
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
M. Adian Firnas, M.Si Teguh Santosa, MA.
NIP. NIP.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
ANALISIS KERJASAMA KOREA SELATAN-UEA DALAM
PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN HALAL TAHUN 2015
oleh
Auzan Shadiq
1113113000063
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
20 Juni 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
M. Adian Firnas, M.Si
NIP.
Eva Mushoffa, MHSPS
NIP.
Penguji I,
Penguji II,
Badrus Sholeh, Dr., MA.
NIP. 19710211 199903 1 002
Inggrid Galuh Mustikawati, MHSPS
NIP.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 20 Juni 2017.
Ketua Program Studi Hubungan Internasional
FISIP UIN Jakarta
M. Adian Firnas, M.Si
NIP.
v
ABSTRAK
Skripsi ini secara khusus bertujuan untuk menganalisis alasan di balik
kerjasama Korea Selatan-Uni Emirat Arab (UEA) dalam pengembangan industri
makanan halal tahun 2015. Masalah penelitian dalam skripsi ini bermula dari
momen kerjasama pengembangan industri makanan halal yang telah disepakati
kedua negara melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU)
mengenai pertukaran informasi sistem sertifikasi makanan halal. Sebagai sebuah
negara minoritas Muslim, tentu menarik melihat fenomena kerjasama yang dijalin
oleh Korea Selatan dengan UEA yang notabene merupakan sebuah negara
Muslim. Apalagi kerjasama yang telah disepakati merupakan suatu hal yang
sangat bernilai Islami (yakni mengenai makanan halal).
Metode kualitatif dan deskriptif analitis dipilih sebagai engine utama dalam
menjalankan penelitian skripsi ini, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara mencari studi pustaka serta wawancara dengan pihak-pihak terkait.
Melalui bantuan 3 kerangka teoretis yakni Teori Neoliberal Institusional, Konsep
Complex Interdependence, dan Konsep Kerjasama Internasional setidaknya telah
ditemukan 2 alasan utama mengapa Korea Selatan menjalin hubungan kerjasama
dengan UEA tersebut. Alasan pertama yakni adalah karena Korea Selatan ingin
mencoba untuk dapat memasuki persaingan dalam industri Pasar Halal Global
(Global Halal Market). Sedangkan alasan kedua ialah karena Korea Selatan mulai
ingin mempromosikan diri mereka sebagai sebuah Muslim Friendly Country.
Kesimpulan utama dari penelitian skripsi ini ialah bahwa kerjasama internasional
yang dijalin oleh para aktor internasional, tidak selalu dipengaruhi oleh faktor
latar berlakang agama suatu negara saja. Justru faktor kepentingan ekonomi lah
yang telah berperan lebih besar dalam hubungan kerjasama tersebut.
Kata kunci: Korea Selatan, UEA, kerjasama internasional, MoU, makanan halal,
Muslim, ekonomi, pariwisata
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji dan syukur selalu penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW
beserta dengan seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau.
Rasa syukur yang tak terhingga tentunya masih menyelimuti pikiran dan
hati penulis karena telah berhasil menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
Analisis Kerjasama Korea Selatan-UEA dalam Pengembangan Industri Makanan
Halal tahun 2015 ini. Selama kurang lebih 4 tahun menjalani aktivitas perkuliahan
di Program Studi Hubungan Internasional, FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
penulis merasa perlu untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa
pihak berikut yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
Dengan segenap rasa hormat dan kerendahan hati, penulis sangat ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Musyawir Syarif dan Ibunda Febrida Anas
yang telah memberikan dukungan dan kasih sayang yang paling besar kepada
penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Kakanda Muthiah Rahimah, Nur Fajrina, Syaifullah, dan Dian Agung yang
tidak kalah besar memberikan dukungannya kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tak lupa ucapan terima kasih juga ingin
vii
penulis sampaikan kepada para ponakan penulis Abang Fadhil, Dedek Fadhlan,
dan (calon dedek bayi) Onti Nina yang selalu mencerahkan hati penulis ketika
sedang dalam kondisi suntuk pada saat mengerjakan penulisan skripsi ini.
3. Bapak Teguh Santosa, MA selaku dosen pembimbing penulis yang selalu
memberikan arahan, motivasi, dan kritik membangunnya dalam perbaikan
penulisan skripsi ini.
4. Segenap jajaran staff dan dosen Prodi HI UIN Jakarta yang telah memberikan
segudang ilmu serta wawasan yang baru kepada penulis seperti Pak Badrus,
Ibu Eva, Pak Adian, Pak Zuhri, Pak Fajri, Pak Irfan, Pak Nazar, Pak Aiyub,
Ibu Rahmi, Pak Taufiq, Pak Mahmudi, Pak Bambang, Ibu Debbie, Pak Faisal,
Pak Frans, Pak Andar, Kak Muti, Pak Febri, Pak Budi (almarhum), Mrs. Devi,
Pak Jajang dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
5. Jajaran sahabat Regionalismile dan Kajian Rumah Ojan seperti Zhafir, Andre,
Faris, Upang, Nurul, Opin, Innes, Arum, Sarah, Tata, Hana, dan Madina yang
selalu memberikan masukan dan pemikiran kritisnya dalam memotivasi penulis
untuk dapat secara bersama-sama menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Keluarga besar International Studies Club (ISC) dan panitia Java MUN
yang selama ini telah menjadi “rumah kedua” dan memberikan pengalaman
organisasi terbesar kepada penulis terutama untuk para senior terhormat seperti
Kak Abib, Kak Ichsan, Kak Nisa, Kak Fajrin, Kak Faruq dan juga untuk para
junior “terlambe” seperti Haikal, Bella, Astrid, Ola, Yaqub, Aisyah, Arkan,
Fathin, Zia, Rahmi, Faisal, Syifa, Tyas, Kai dan masih banyak lagi yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
viii
7. Jajaran sahabat Botak Penang seperti Zida, Syifa, Vita, Dara, dan Lita yang
telah bersama-sama dengan penulis melakoni aktivitas magang selama satu
bulan lamanya di KJRI Penang, Malaysia pada tahun 2016 lalu.
8. Jajaran sahabat Icipers dan Ayam Bagolh yang selama setahun belakangan
telah mengisi waktu senggang penulis dengan canda dan tawa seperti Ghalib,
Cello, Zhafir (lagi), Vita (lagi), Revy, Yusi, Daus, Alif, Tris, dan Omi.
9. Rekan-rekan seperjuangan HI UIN Jakarta angkatan 2013 lainnya terutama
untuk Maulida, Iqbal, Desi, Hanifah, Qonita, Wiya, dan Mutiara yang sering
bertukar pikiran dengan penulis terkait dengan penyelesaian skripsi ini.
10. Rekan-rekan seperjuangan KKN SERSAN 2016 seperti Mahmudah, Ridwan,
Indi, Keken, Feby, Fuad, Lily, Jannah, Adit, dan Said yang telah berjibaku selama
satu tahun terakhir mulai dari masa persiapan, pelaksanaan, hingga pasca KKN
yang begitu melelahkan, mengaharukan, dan tidak terlupakan.
11. Sahabat-sahabat SMA penulis Anti-UUCW seperti Fajar, Syauqi, Andini,
Nusi, dan Alfit yang terkadang masih saling memberikan dukungan moril untuk
menyelesaikan tugas akhir meski dipisahkan oleh jarak dan kesibukan.
12. Sahabat-sahabat SMP penulis 114 Squad seperti Rian, Velita, Gilang, Austin,
Sani, Hesti, Gani, Ihsan, dan Andra yang terkadang juga masih saling memberikan
dukungan dan banyolannya untuk dapat menyelesaikan skripsi masing-masing,
meski telah terpisahkan oleh jarak dan kesibukan.
13. Saudara Reza Lukmanda Yudhantara yang telah bersedia dengan senang hati
membantu penulis memberikan sedikit pemikiran kritisnya sebagai narasumber
penelitian dalam skripsi ini.
ix
Penulis berharap bahwa semoga semua bentuk dukungan dan kebaikan hati
tersebut mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, sehingga kritik dan saran dari berbagai pihak tentu akan sangat
membantu penulis sebagai bahan pertimbangan perbaikan penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih yang besar ke depannya dalam
ranah kajian penelitian pada bidang Ilmu Hubungan Internasional.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juni 2017
Auzan Shadiq
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah .......................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat .......................................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 6
E. Kerangka Teoretis ........................................................................... 10
1. Teori Neoliberal Institusional/Institusionalisme ........................ 11
2. Konsep Complex Interdependence ............................................. 13
3. Konsep Kerjasama Internasional ................................................ 16
F. Metode Penelitian ........................................................................... 17
G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 18
BAB II SEJARAH UMUM KERJASAMA BILATERAL
KOREA SELATAN-UEA
A. Hubungan Korea Selatan dengan negara-negara di
Timur Tengah ...................................................................................... 21
B. Hubungan Bilateral Korea Selatan-UEA ........................................ 24
C. Kunjungan Kenegaraan Presiden Park Geun-Hye ke UEA
tahun 2015 ........................................................................................... 31
BAB III INDUSTRI MAKANAN HALAL DI KOREA SELATAN
A. Konsep Makanan Halal Menurut Ajaran Islam .............................. 36
B. Sejarah Perkembangan Islam di Semenanjung Korea .................... 40
1. Kontak Awal Hubungan Islam dengan Semenanjung Korea ..... 41
2. Islam di Era Kerajaan Silla yang Bersatu ................................... 42
3. Islam di Era Dinasti Koryo ......................................................... 42
4. Islam di Era Dinasti Joseon ........................................................ 43
5. Masa Kevakuman Islam di Korea .............................................. 44
6. Masa Kembalinya Islam di Tanah Korea ................................... 46
7. Perkembangan Islam di Era Korea Modern ............................... 46
C. Institusi Sertifikasi Makanan Halal di Korea Selatan ..................... 48
1. Korea Muslim Federation (KMF) Halal Committee .................. 48
2. Halal Korea Co., Ltd dan Korea Halal Industry Association .... 53
3. Korea Halal Association (KOHAS) ........................................... 56
4. Korea Halal Export Association (KOHEA) ............................... 57
xi
5. Korea Halal Center (KHC) ........................................................ 59
6. Specialized Halal Food Agency Korea Selatan .......................... 59
BAB IV ANALISIS KERJASAMA KOREA SELATAN-UEA DALAM
PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN HALAL TAHUN
2015
A. Pasar Halal Global (Global Halal Market) .................................... 70
B. Muslim Friendly Country ............................................................... 79
1. Membebaskan Visa bagi sejumlah Negara Mayoritas Muslim .. 86
2. Mengadakan Kegiatan Seminar/Roadshow ................................ 86
3. Mengadakan Kegiatan Kunjungan Pasar .................................... 87
4. Meluncurkan Buku Panduan Khusus bagi Wisatawan Muslim 88
5. Meluncurkan Aplikasi Halal Korea ........................................... 89
6. Menyediakan Pelayanan Halal dalam Wisata Medis ................. 90
7. Meluncurkan Mini Drama Korea bertajuk Halal ........................ 90
8. Menyelenggarakan Kegiatan K-Food Fair 2016 di UEA .......... 91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 93
B. Saran ............................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xvii
Lampiran-lampiran ............................................................................................... xxv
xii
DAFTAR TABEL
Tabel II.A.1 Neraca Perdagangan Korea Selatan dengan Kawasan
Timur Tengah Periode1965-1989 ................................................... 23
Tabel II.B.1 Neraca Perdagangan Korea Selatan dengan
Kawasan Timur Tengah Periode1990-2010 ................................... 26
Tabel IV.A.1 Pasar Makanan Halal Negara Berpenduduk
Mayoritas Muslim .......................................................................... 76
Tabel IV.B.1 Data Kedatangan Wisatawan Muslim Global Periode
2010-2020 ....................................................................................... 80
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.A.1 Momen Penandatanganan MoU antara
Korea Selatan-UEA .............................................................. 2
Gambar I.A.2 Diagram Kelompok Keagamaan di Korea Selatan
tahun 2005 ............................................................................ 4
Gambar II.B.1 Momen Peresmian PLTN Barakah-1 APR-1400
tahun 2014 .......................................................................... 28
Gambar II.C.1 Momen Pertemuan Tingkat Tinggi
Korea Selatan-UEA ............................................................ 31
Gambar II.C.2 Sambutan Presiden Park Geun-Hye dalam
Korea-UAE Business Forum 2015 ..................................... 33
Gambar III.A.1 Sejumlah Logo Institusi Sertifikasi Halal Global .............. 39
Gambar III.B.4.1 Sistem Globe Huihui Lifa di Korea ................................... 44
Gambar III.B.7.1 Seoul/Itaewon Central Mosque di Korea Selatan .............. 47
Gambar III.C.1.1 Logo Korea Muslim Federation Halal Committee ............ 51
Gambar III.C.2.1 Suasana Halal Expo Korea 2015 ....................................... 55
Gambar III.C.2.2 Logo Korea Halal Industry Association,
Halal Korea Co., Ltd dan Halal Expo Korea ..................... 56
Gambar III.C.3.1 Stan Pameran Korea Halal Association (KOHAS) ........... 57
Gambar III.C.4.1 Logo Halal Trade Expo Korea 2017 ................................. 58
Gambar IV.1 Bagan Singkat Kerjasama Internasional ............................ 66
Gambar IV.A.1 Diagram Global Halal Market tahun 2010 ........................ 70
Gambar IV.A.2 Infografis Global Halal Market tahun 2010 ...................... 71
Gambar IV.A.3 Diagram Global Halal Market tahun 2013 ....................... 72
Gambar IV.A.4 Grafik Rasio Pertumbuhan Ekspor Global ......................... 74
xiv
Gambar IV.B.5.1 Aplikasi Halal Korea ......................................................... 89
Gambar IV.B.8.1 Suasana K-Food Fair 2016, Dubai .................................... 91
Gambar IV.B.8.2 Bulgogi (불고기) Makanan Tradisional Khas Korea ........ 92
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh Sertifikat Halal KMF ....................................................... xxv
Lampiran 2 Contoh Sertifikat Halal MUI ...................................................... xxvi
Lampiran 3 Wawancara dengan Reza Lukmanda Yudhantara Penulis Artikel
“Korean Wave (Hallyu) sebagai Soft Diplomacy Korea Selatan”
dalam buku Politik dan Pemerintahan Korea (2010) ................ xxvii
xvi
DAFTAR SINGKATAN
AS Amerika Serikat
APR Advanced Power Reactor
aT Korea Agro-Trade Center
BUMN Badan Usaha Milik Negara
CEO Chief Executive Officer
COMCEC Standing Committee for Economic Cooperation
ENAC Emirates Nuclear Energy Cooperation
ESMA Emirates Authority for Standardization and Metrology
FMCG Fast Moving Consumer Goods
FTA Free Trade Agreement
GDP Gross Domestic Product
HDC Halal Industry Development Corporation
JAKIM Jabatan Kemajuan Islam Malaysia
JBR Jumeirah Beach Residence
KCC Korean Cultural Center
KEPCO Korea Electric Power Cooperation
KFRI Korea Food Research Institute
KHC Korea Halal Center
KIHI Korea Institute for Halal Industry
KMF Korea Muslim Federation
KNOC Korea National Oil Company
KOHAS Korea Halal Association
KOHEA Korea Halal Export Association
KTO Korea Tourism Organization
MAFRA Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs
MFAFF Ministry of Food, Agriculture, Forestry and Fisheries
MFT Muslim Friendly Tourism
MoU Memorandum of Understanding
MUI Majelis Ulama Indonesia
NGO Non-Governmental Organization
OIC Organisation of Islamic Cooperation
OKI Organisasi Kerjasama Islam
PBB Perserikatan Bangsa Bangsa
PLTN Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
RPH Rumah Potong Hewan
SAW Shallallah ‘Alayhi wa Sallam
SWT Subhanahu wa Ta’ala
UAE United Arab Emirates
UEA Uni Emirat Arab
USD United States Dollar
WHFC World Halal Food Council
WIEF World Islamic Economic Forum
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Pada tanggal 5 Maret 2015 lalu, Presiden Korea Selatan, Park Geun-Hye,
menyambangi UEA dalam rangka kegiatan kunjungan kenegaraan (state visit)
ketiganya di kawasan Timur Tengah. Presiden wanita pertama dari Korea Selatan
tersebut diterima oleh Putera Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed
Al Nahyan di Istana Al Mushrif, Abu Dhabi.1
Sepanjang pertemuan tingkat tinggi tersebut, kedua kepala negara berdiskusi
secara mendalam mengenai sejumlah isu penting. Mulai dari kerjasama yang telah
berjalan sebelumnya seperti pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN), bidang energi, konstruksi dan infrastruktur, hingga lingkup kerjasama
baru seperti pada bidang kesehatan, farmasi, pangan dan pertanian.2
Untuk mengungkapkan betapa kuatnya kemitraan strategis yang telah dijalin
oleh kedua negara, Presiden Park bahkan menyatakan bahwa UEA adalah salah
satu dari 3 negara yang telah ia kunjungi sebanyak lebih dari satu kali semenjak
pelantikan dirinya sebagai Presiden Korea Selatan. Hingga pada akhir kegiatan
kunjungan tersebut, kedua negara telah berhasil menyepakati serangkaian
Memorandum of Understanding (MoU) dalam sejumlah bidang kerjasama yang
berbeda.3
1 Ji-Ae Sohn, Korea, UAE pledge to expand economic cooperation, [berita online], tersedia di laman: http://www.korea.net/NewsFocus/policies/view?articleId=126044, diakses pada Selasa 06 Desember 2016 pukul 22.18 WIB 2 Ji-Ae Sohn, Korea, UAE pledge to expand economic cooperation 3 Ji-Ae Sohn, Korea, UAE pledge to expand economic cooperation
2
Setidaknya terdapat 6 bidang kerjasama yang telah disepakati oleh kedua
negara dalam MoU tersebut, antara lain:4
1. Pertahanan nasional dan Cyber Security
2. Pembangunan Korean Cultural Center (KCC) di Abu Dhabi
3. Pengembangan bidang pertanian/agrikultur
4. Proyek bersama pengembangan industri PLTN
5. Cross-service di bidang perpajakan dan logistik barang ekspor-impor
6. Pertukaran informasi mengenai makanan halal beserta sistem sertifikasinya
Gambar I.A.1 Momen Penandatanganan MoU antara Korea Selatan-UEA
Sumber: Ji-Ae Sohn, 2015.5
Khusus untuk poin terakhir, Presiden Park kembali memperlihatkan sikap
keseriusannya dalam upaya kerjasama pengembangan industri makanan halal
dalam acara Korea-United Arab Emirates (UAE) Business Forum yang diadakan
4 Ji-Ae Sohn, Korea, UAE pledge to expand economic cooperation 5 Ji-Ae Sohn, Korea, UAE pledge to expand economic cooperation
3
tepat pada hari yang sama. Pada salah satu bagian dalam kata sambutannya,
Presiden Park menekankan bahwa makanan halal memiliki nilai tambahnya
tersendiri (added value) dalam dunia industri, terutama industri pangan yang
ia nilai sangat potensial.6
Bahkan selang seminggu pasca penandatangan MoU tersebut, Korea Selatan
melalui Ministry of Agriculture, Food, and Rural Affairs (MAFRA) telah berhasil
meluncurkan Specialized Halal Food Agency yang akan mulai beroperasi di
bawah naungan Korea Food Research Institute (KFRI). Badan ini nantinya akan
menganalisis standarisasi produk makanan halal dari berbagai negara mayoritas
Muslim di seluruh penjuru dunia (termasuk UEA dan Indonesia). Selain itu badan
ini juga akan bertugas untuk menyediakan panduan resmi bagi para pengusaha
lokal asal Korea Selatan, mengenai tata cara sertifikasi produk makanan halal.7
Berbicara mengenai produk makanan halal, tentu tidak akan terlepas dari
kewajiban umat Muslim di berbagai penjuru dunia untuk selalu mengonsumsinya.
Secara umum halal dalam Bahasa Arab berarti sah atau diperbolehkan. Khusus
untuk makanan yang berasal dari daging hewan, istilah yang lebih tepat digunakan
untuk menggambarkan proses penyembelihan daging hewan tersebut apakah
sudah halal atau belum, adalah zabiha.8
6 Seung-Ah Lee, President Park asks for cooperation on halal food, public health, [berita online], tersedia di laman: http://www.korea.net/NewsFocus/policies/view?articleId=126048, diakses pada Selasa 06 Desember 2016 pukul 23.16 WIB 7 Ji-Won Park, Korean Government Launches Specialized Halal Food Agency on Thursday, following recent halal food MoU with UAE, [berita online], tersedia di laman: http://www.arirang.com/News/News_View.asp?nSeq=177122, diakses pada Selasa 06 Desember 2016 pukul 23.34 WIB 8 Ahmad H. Syakr, A Muslim Guide to Food Ingredients, diterjemahkan oleh Wikan Satriati (Illinois: Foundation for Islamic Knowledge, 1993), 31
4
Pada dasarnya agar suatu produk makanan yang berasal dari daging hewan
dapat dikategorikan sebagai zabiha, maka proses penyembelihannya harus
dilakukan sesuai dengan syariat Islam dengan menyebut nama Allah SWT. Bila
hal ini tidak dilakukan secara benar, maka hukum mengonsumsi daging hewan
tersebut berubah menjadi haram atau tidak dibenarkan menurut hukum Islam.9
Kembali pada inti dari masalah penelitian, menurut data statistik tahun 2005
menyebutkan bahwa Korea Selatan merupakan sebuah negara minoritas Muslim.
Hanya sekitar 53% dari total warga negara Korea Selatan yang menyatakan telah
memeluk sebuah agama, sedangkan 1.9% diantaranya (483.000 orang) meyakini
sejumlah agama minoritas seperti Khonghucu, Won Buddhism, Jeungsangyo,
Cheondogyo, Daejonggyo, dan Islam.10
Gambar I.A.2 Diagram Kelompok Keagamaan di Korea Selatan tahun 2005
Sumber: Korea.net, 2016.11
9 Ahmad H. Syakr, A Muslim Guide to Food Ingredients, 32 10 Korea.net, Religion, [basis data online], tersedia di laman: http://www.korea.net/AboutKorea/Korean-Life/Religion, diakses pada Rabu 07 Desember 2016 11 Korea.net, Religion
5
Sebagai sebuah agama minoritas, Islam baru memasuki Korea Selatan
sekitar tahun 1955. Pada saat itu baru ada sebuah Islamic Society of Korea yang
hanya memiliki seorang Imam, bahkan Korea Muslim Federation (KMF) baru
didirikan 11 tahun setelahnya (yakni sekitar tahun 1966). Merupakan suatu hal
yang wajar apabila hingga saat ini baru ada sekitar 60 buah tempat ibadah untuk
umat Islam di seluruh penjuru Korea Selatan, dengan jumlah pengikut warga
negara lokal yang tidak kurang dari 100.000 jiwa.12
Kondisi Agama Islam yang berada di Korea Selatan, tampaknya sangat
berbeda jauh dari apa yang ada di Uni Emirat Arab (UEA). Konstitusi negara
yang berlokasi di Teluk Persia ini, menyatakan bahwa Islam ialah agama resmi
negara (state religion).13 Perlu dicatat bahwa data dari tahun 2005 menyebutkan
bahwa sebanyak 85% penduduk UEA bukanlah warga negara asli (non-citizens).
Pada bidang keagamaan 76% dari seluruh penduduk negara ini memeluk Agama
Islam, sekitar 9% lainnya memeluk Agama Kristen, sedangkan sisanya meyakini
sejumlah agama serta kepercayaan lain.14
Tentu menjadi sebuah signifikansi masalah yang menarik untuk dibahas,
jika melihat fenomena kerjasama yang dijalin oleh dua negara berbeda latar
belakang agama ini. Apalagi objek/bidang kerjasama yang disepakati oleh kedua
negara tersebut merupakan suatu hal yang sangat bernilai Islami, dalam hal ini
ialah pengembangan industri makanan halal.
12 Korea.net, Religion 13 US Department of State, United Arab Emirates, [basis data online], tersedia di laman: http://www.state.gov/documents/organization/171747.pdf, 1, diunduh pada Selasa 25 Oktober 2016 pukul 23.49 WIB 14 Central Intelligence Agency, The World Fact Book: Religions, [basis data online], tersedia di laman: https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/fields/2122.html, diakses pada Rabu 26 Oktober 2016 pukul 23.21 WIB
6
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitian yang
akan diangkat oleh penulis dalam skripsi ini ialah sebagai berikut:
Mengapa Korea Selatan bekerjasama dengan UEA dalam pengembangan
industri makanan halal tahun 2015?
C. Tujuan dan Manfaat
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis alasan di balik kerjasama pengembangan industri makanan halal
Korea Selatan-UEA tahun 2015.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Mampu memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pengembangan ilmu
pengetahuan terbaru dalam studi Hubungan Interasional terutama dalam bidang
soft diplomacy.
2. Mampu memberikan sumbangsih yang besar terhadap masalah perbedaan latar
belakang agama yang selama ini sering melekat dan menjadi identitas diri bagi
sebuah negara.
D. Tinjauan Pustaka
Faridah Hj Hassan (2013), merupakan seorang dekan dari Fakultas Bisnis
dan Manajemen Universiti Teknologi Mara, Malaysia. 15 Pada bukunya yang
berjudul Professorial Lecture: Halal Marketing Dare to Win, Faridah lebih
memfokuskan kajian penelitiannya terkait seberapa besar potensi Malaysia untuk
dapat melebarkan “sayap usahanya” dalam panggung global halal market
15 Faridah Hj Hassan, Professorial Lecture: Halal Food Marketing Dare to Win, (Selangor: Penerbit Press Universiti Teknologi Mara, 2013), xvi
7
(baik di negara mayoritas Muslim, maupun minoritas). Selain itu buku ini juga
menyajikan fokus studi dari 5 benua yang berbeda dalam bidang halal marketing
dengan menggunakan Konsep Marketing Mix.16
Memasuki bagian awal penelitian dalam buku tersebut, Faridah mulai
“membedah” sejumlah studi kasus dari beberapa negara di dunia mengenai
pemasaran produk makanan halal. Mulai dari wilayah Asia, Eropa, Afrika,
Australia dan Pasifik, hingga ke Benua Amerika. Semuanya ia kupas secara
mendalam dengan menggunakan serangkaian data yang cukup terperinci.17
Untuk wilayah Asia Timur, Faridah melihat bahwa sejumlah negara di
kawasan ini mulai memiliki ketertarikan yang cukup besar terhadap industri
makanan halal. Mulai dari peluang bisnis yang dinilai cukup menjanjikan, hingga
telah diterimanya makanan halal di tengah-tengah masyarakat minoritas muslim
kawasan Asia Timur (seperti Cina, Jepang, dan tentu saja Korea Selatan), telah
membuat sejumlah negara tersebut ingin berlomba-lomba untuk menjadi salah
satu negara pemasok produk makanan halal global.18
Perbedaan mendasar buku tersebut dengan penelitian yang ada dalam skripsi
ini ialah, terletak pada sisi kajian negaranya. Bila buku ini hanya membahas
mengenai potensi negara Malaysia untuk dapat memasuki pasar halal global di
sejumlah negara yang telah disebutkan sebelumnya, maka fokus kajian yang akan
dibahas dalam penelitian skripsi ini lebih mengarah pada bidang kerjasama antara
Korea Selatan-UEA terkait pengembangan industri makanan halal.
16 Faridah Hj Hassan, Professorial Lecture: Halal Food Marketing Dare to Win, 8 17 Faridah Hj Hassan, Professorial Lecture: Halal Food Marketing Dare to Win, 9 18 Faridah Hj Hassan, Professorial Lecture: Halal Food Marketing Dare to Win, 26
8
Selanjutnya terdapat laporan resmi dari Economic Research Department
Dubai Chamber of Commerce and Industry (2014) dengan judul Major Trends in
the Global Islamic Economy. Laporan resmi ini menyajikan penjelasan ringkas
mengenai sejumlah sektor kunci perkembangan Global Islamic Economy dalam
beberapa tahun terakhir. Halal food, halal pharmaceuticals, halal tourism, hingga
Islamic finance merupakan sejumlah tren baru yang kini mulai berevolusi dan
semakin diperhatikan sebagai sektor penunjang dari Global Islamic Economy.19
Kota Dubai di UEA, kini bahkan tengah bersiap untuk berani tampil
menjadi the New Capital of Islamic Economy. Sebagai langkah awal dalam rangka
mewujudkan hal tersebut, UEA telah merancang 7 pilar strategi mengenai Islamic
Economy yang diantaranya berisikan:20
1. Halal Industries
2. Halal Tourism
3. Islamic Finance
4. the Islamic Digital Economy
5. Islamic Arts and Design
6. Islamic Economy Standards and Certification
7. Islamic information and education
Khusus untuk bagian halal food industries, laporan ini cenderung lebih
banyak membandingkan potensi pasar di UEA dengan pasar halal global.
Momentum kebangkitan dari pasar halal global tersebut, dijabarkan secara rinci
dan mendalam dengan menggunakan sejumlah data serta grafik. Laporan ini juga 19 Economic Research Department Dubai Chamber of Commerce and Industry, Major Trends in the Global Islamic Economy, (Dubai: Dubai Chamber, 2014), 1-2 20 Dubai Chamber of Commerce and Industry, Major Trends in the Global Islamic Economy, 2
9
menyebutkan bahwa perubahan gaya hidup masyarakat di UEA terhadap produk
makanan siap saji, juga menjadi salah satu faktor pendorong besarnya pasar
produk makanan tersebut di negara ini.21
Perbedaan utama riset tersebut dengan penelitian yang akan dibahas dalam
skripsi ini ialah, terletak pada bagian tidak adanya pembahasan mengenai negara
Korea Selatan. Meskipun demikian, sejumlah data terkait negara UEA telah
dibahas secara komprehensif dan mendalam, sehingga masih dirasa cukup relevan
untuk digunakan sebagai salah satu sumber rujukan utama.
Sumber rujukan kepustakaan terakhir untuk skripsi ini adalah laporan resmi
dari Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation (COMCEC)
of the Organization of Islamic Cooperation (OIC) (2016) dengan judul Muslim
Friendly Tourism: Understanding the Demand and Supply Sides in the OIC
Member Countries.22
Secara umum laporan resmi tersebut membahas mengenai potensi
pengembangan Muslim Friendly Tourism (MFT) di tengah mulai meningkatnya
angka pertumbuhan wisatawan Muslim global dari sejumlah negara anggota OKI
(Organisasi Kerjasama Islam). Makna dari istilah MFT yang didefinisikan oleh
laporan ini kurang lebih berarti sebagai sebuah kesadaran dari para wisawatan
Muslim ketika mereka sedang berwisata, yang tidak melupakan konsep halal
dalam Islam pada saat menjalankan kehidupan sehari-hari.23
21 Dubai Chamber of Commerce and Industry, Major Trends in the Global Islamic Economy, 6-9 22 Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation of the Organization of Islamic Cooperation (COMCEC), Muslim Friendly Tourism: Understanding the Demand and Supply Sides in the OIC Members Countries. (Ankara: COMCEC Coordination Office, 2016), i 23 COMCEC, Muslim Friendly Tourism, 1-2
10
Laporan tersebut menyajikan 3 conceptual framework dalam menganalisis
sisi kunci terkait fenomena MFT, antara lain:24
1. Sisi kunci Demand
2. Sisi kunci Supply
3. Sisi kunci 6 Faith Based Needs (Makanan halal; Ibadah shalat; Penggunaan
toilet ramah air; Pelayanan dan fasilitas selama Bulan Ramadhan; Fasilitas
tanpa adanya aktifitas non-halal; hingga Fasilitas rekreasi pribadi)
Meskipun laporan ini telah cukup lugas mengupas serangkaian kisah sukses
dari berbagai negara anggota OKI (termasuk UEA) dalam menjalankan bisnis
MFT, namun masih saja terdapat sejumlah perbedaan mendasar dengan penelitian
yang akan dibahas dalam skripsi ini. Kurang dibahasnya mengenai variabel
penelitian lainnya (yakni negara Korea Selatan) dalam laporan resmi ini, telah
menjadi salah satu faktor pembeda utamanya.25
E. Kerangka Teoretis
Ketika mempelajari Ilmu Hubungan Internasional, tentunya akan ditemui
sejumlah teori dasar (Grand Theory/Mainstream Theory) yang dapat menjadi alat
bantu bagi para peneliti dalam menganalisis mengapa suatu fenomena/realitas
sosial/kompleksitas dalam ranah hubungan antar-bangsa dapat terjadi. Meskipun
terkadang kerap bersifat abstrak, namun paradigma/abstraksi/asumsi dasar dalam
sejumlah teori dasar tersebut telah memberikan kontribusi yang besar bagi para
peneliti dalam hal membangun kerangka berfikir mereka melalui sejumlah logika
berfikir tertentu.
24 COMCEC, Muslim Friendly Tourism, 2-3 25 COMCEC, Muslim Friendly Tourism, 4-5
11
Untuk menganalisis fenomena hubungan kerjasama antara Korea Selatan
dengan UEA dalam pengembangan industri makanan halal, penulis telah
memutuskan untuk memilih Teori Neoliberal Institusional sebagai tools of
analysis. Konsep Complex Interdependence dan Konsep Kerjasama Internasional,
juga penulis gunakan sebagai bahan supporting tools of analysis.
1. Teori Neoliberal Institusional/Institusionalisme
Robert O. Keohane merupakan salah seorang scholars dan profesor dalam
bidang Ilmu Hubungan Internasional dan Ilmu Politik. Selama 3 dekade terakhir
pemikiran dasarnya mengenai Teori Institusi, telah berhasil mendefinisikan ulang
pemahaman banyak orang terkait bidang Ekonomi Politik Internasional.26
Keohane sendiri sebenarnya cenderung tidak begitu suka jika formulasi
Teori Institusinya disebut dengan istilah Liberal Institutionalism ataupun
Neoliberal Institutionalism. Menurutnya teori yang ia gunakan tidaklah berakar
dari Teori Liberalisme, karena Liberalisme versi Keohane lebih pesimistik
memandang sifat dasar manusia (human nature) dan juga lebih berhati-hati dalam
melihat hubungan timbal balik antara ekonomi dan politik. Ia akan sangat senang
jika hasil karya pemikirannya lebih dikenal dengan istilah Institusionalisme.27
Kelompok Institusionalis (penganut fungsi-fungsi institusi internasional),
memandang bahwa kerjasama merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
dunia perekonomian. Mereka memandang bahwa kepentingan ekonomi bersama
26 Robert O. Keohane, Power and Governance in a Partially Global World, (London: Routledge, 2002), i 27 Robert O. Keohane, Power and Governance in a Partially Global World, 3
12
(shared economic interest) telah membentuk permintaan yang cukup tinggi akan
terciptanya institusi serta aturan-aturan internasional.28
Menurut kelompok Insitusionalis, makna dari kata institusi yang mereka
maksud cakupannya jauh lebih luas dan bukan hanya sekedar organisasi formal
semata. Mereka menilai bahwa institusi adalah sebuah pola praktik yang diakui
keberadaanya karena dapat mempengaruhi perilaku suatu negara. Mereka
memang tidak berharap bahwa kerjasama akan selalu berujung pada keberhasilan,
namun mereka tetap percaya bahwa sifat saling ketergantungan (interdependence)
telah membentuk kepentingan dalam sebuah kerjasama.29
Kelompok Institusionalis ini mengartikan istilah the liberal international
arrangements untuk bidang perdagangan dan keuangan internasional, sebagai
respon dari kebutuhan akan koordinasi kebijakan yang tercipta karena adanya sifat
saling ketergantungan (interdependence). Peraturan (arrangements) inilah yang
kemudian disebut dengan istilah International Regimes, yang berisi seperangkat
aturan, norma, prinsip, dan prosedur penentu suatu kebijakan.30
Jika dikaitkan lebih lanjut dengan fenomena kerjasama pengembangan
industri makanan halal antara Korea Selatan dengan UEA, maka teori ini akan
langsung menjadi tools of analysis yang sangat tajam dan tepat. Pada dasarnya
teori ini memprakirakan bahwa kerjasama yang telah terjalin antar kedua negara
didasari oleh adanya shared economic interest.
28 Robert O. Keohane, After Hegemony: Cooperation and Discord in the World Political Economy, (New Jersey: Princeton University Press, 1984), 7 29 Robert O. Keohane, After Hegemony, 8 30 Robert O. Keohane, After Hegemony, 8
13
Karena adanya hal tersebut, maka secara otomatis akan meningkatkan
permintaan yang tinggi terhadap pembentukan Institusi Internasional. Makna yang
dimaksud sebagai Institusi Internasional/International Regimes dalam konteks ini
adalah MoU yang telah disepakati oleh kedua negara. MoU tersebut secara tidak
langsung telah menjadi seperangkat aturan, pola praktik, serta norma yang diakui
keberadaanya oleh kedua belah bihak, sehingga mampu mempengaruhi perilaku
para aktor yang terlibat di dalamnya.
Sebagai buktinya selang seminggu pasca penandatanganan MoU tersebut,
Korea Selatan langsung membentuk Specialized Halal Food Agency yang secara
sistematis bekerja sesuai dengan tugasnya. Hal ini tentu telah memperlihatkan
bahwa Korea Selatan langsung tunduk dan patuh terhadap regulasi dalam MoU
tersebut. Selain itu perlu diingat pula bahwa kepentingan dalam kerjasama ini,
tidak terlepas dari adanya sifat saling ketergantungan (interdependence) antara
Korea Selatan dengan UEA terkait pengembangan industri makanan halal.
2. Konsep Complex Interdependence
Konsep saling ketergantungan yang kompleks (complex interdependence),
merupakan lawan dari Teori Realisme yang memiliki seperangkat kondisi ekstrem
(ideal type) nya tersendiri dalam menganalisis fenomena percaturan politik global.
Sekedar untuk mengingatkan kembali, berikut adalah asumsi dasar/ideal type
Realisme dalam memandang world politics:31
31 Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye, Power and Interdependence: Third Edition, (New York: Longman, 2001), 20
14
a. Negara sebagai aktor utama dalam world poitics
b. Penggunaan hard power sebagai instrumen yang penting dan efektif untuk
membuat sebuah kebijakan
c. Adanya hirarki dalam world politics (yakni high politics dan low politics)
Dari apa yang telah digambarkan oleh Teori Realisme tersebut, panggung
politik dunia seolah-olah akan terus bersifat konfliktual. Penggunaan kekuatan
militer dapat kapan saja berpotensi untuk dijalankan, demi mempertahankan
wilayah dan kepentingan suatu negara dari ancaman musuh. Realisme selalu
hanya memperhitungkan penggunaan hard power yang dapat membuat suatu
negara terus bertahan hidup (survive), sedangkan aktor-aktor transnasional sama
sekali tidak dianggap penting keberadaanya.32
Hal inilah yang kemudian sebenarnya ingin dilawan oleh Konsep Complex
Interdependence terhadap Realisme. Berikut ialah sejumlah asumsi dasar yang
ingin ditunjukkan oleh Konsep Complex Interdependence sebagai wajah baru
dalam memandang world politics:33
a. Hadirnya aktor lain selain negara dalam world politics
b. Sistem internasional yang bersifat anarchy (lawan dari hierarchy)
c. Penggunaan kekuatan militer yang dianggap tidak begitu efektif
Meski keduanya memiliki kondisi idealnya masing-masing, akan tetapi
Konsep Complex Interdependence dinilai memiliki gambaran yang lebih jelas dan
komprehensif dalam melihat realitas yang ada (meski asumsi dasar Realisme tetap
32 Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye, Power and Interdependence, 20-21 33 Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye, Power and Interdependence, 21
15
dianggap sebagai salah satu yang paling akurat keberadaanya). Setidaknya
terdapat 3 karakteristik utama yang ingin dijabarkan oleh konsep ini, antara lain:34
a. Multiple Channels, merupakan hubungan saling keterkaitan antar aktor negara
(interstate), trans governmental, dan transnational
b. The Absence of Hierarchy among Issues, merupakan agenda hubungan antar
negara yang terdiri dari beragam isu yang tidak tersusun secara jelas dalam
hirarki
c. Minor Role of Military Forces, penggunaan kekuatan militer tidak akan
digunakan oleh pemerintah suatu negara ketika Complex Interdependence
berlaku
Melalui serangkaian penjelasan tersebut, telah cukup jelas rasanya mengapa
penulis memilih Konsep Complex Interdependence sebagai mid-range theory
dalam menganalisis fenomena kerjasama pengembangan industri makanan halal
antara Korea Selatan dengan UEA. Jalur yang ditempuh oleh kedua negara dalam
bekerjasama merupakan salah satu bagian dari Multiple Channel. Hal ini terbukti
dari hadirnya Presiden Park dalam acara Korea-UAE Business Forum untuk
berdiskusi dengan para pelaku bisnis (aktor non-negara) dari kedua belah pihak.35
Meskipun konsep ini menganggap bahwa peranan aktor non-negara sudah mulai
dapat dianggap penting keberadaanya, namun tidak dapat dipungkiri bahwa
negara tetaplah memegang porsi terbesar dalam kerjasama internasional.
34 Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye, Power and Interdependence, 21 35 Seung-Ah Lee, President Park asks for cooperation on halal food, public health
16
Selanjutnya pada karakteristik the absence of hierarchy among issues,
sejumlah isu yang dibahas dan disepakati dalam kerjasama antar kedua negara
tidak selalu didominasi oleh masalah keamanan dan militer saja. Isu yang
berkembang seolah-olah menjadi sama dan setara pentingnya (anarki). Bahkan
penggunaan kekuatan militer tentu tidak akan digunakan oleh sebuah negara
ketika Konsep Complex Interdependence ini berlaku. Hal ini telah dibuktikan
dengan amannya proses pertemuan bilateral antar kedua kepala negara tersebut,
yang sama sekali tidak memunculkan konflik maupun gesekan kekuatan militer.
3. Konsep Kerjasama Internasional
Sejak berakhirnya era Perang Dunia ke-II, kerjasama internasional antar
negara-negara industri maju tampaknya telah semakin luas wilayah cakupannya
jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya dari beberapa periode waktu
yang berbeda. 36 Faktor munculnya hubungan dan kerjasama internasional
disebabkan oleh adanya perbedaan kebutuhan dan keadaan masing-masing negara,
sedangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki cenderung tidak begitu sama.
Hal inilah yang kemudian menjadi alasan mengapa suatu negara mencari
kebutuhan yang tidak dapat mereka penuhi di dalam negeri dari negara lain.
Kerjasama internasional tentu juga harus dipelihara, agar rasa saling pengertian
dan ikatan persahabatan antar pihak-pihak yang berhubungan tetap terus terjaga.37
36 Robert O. Keohane, After Hegemony, 5 37 Zulkifli, Kerjasama Internasional Sebagai Solusi Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara (Studi Kasus Indonesia), (Jakarta: Universitas Inonesia, 2012), 18
17
Menurut Kalevi Jaakko Holsti, Konsep Kerjasama Internasional dapat
diartikan sebagai transaksi persetujuan atas sejumlah isu tertentu dari dua atau
lebih kepentingan, nilai, maupun tujuan yang saling bertemu, mengatur, dan
menghasilkan suatu kebijakan yang dipenuhi secara langsung oleh setidaknya dua
negara serta pihak-pihak terkait.38
Jika dianalisis secara lebih mendalam, Konsep Kerjasama Internasional
memandang bahwa kerjasama yang dijalin Korea Selatan dan UEA dapat
terwujud karena kurangnya informasi yang dimiliki oleh Korea Selatan sebagai
sebuah negara minoritas Muslim, terkait pengembangan industri makanan halal.
Hal ini tentu telah menyebabkan Korea Selatan harus memenuhi kebutuhan
tersebut dengan cara bekerjasama dengan negara lain, dalam hal ini mereka
memilih UEA sebagai sebuah negara Muslim yang dianggap mumpuni untuk
memenuhi apa yang mereka butuhkan.
Pembahasan lebih lanjut mengenai analisis teori terkait alasan kerjasama
pengembangan industri makanan halal antara Korea Selatan dengan UEA, akan
dijelaskan secara lebih mendalam pada bagian analisis masalah penelitian dalam
Bab IV penelitian skripsi ini.
F. Metode Penelitian
Menurut Sanapiah Faisal, penelitian merupakan aktivitas menelaah suatu
masalah dengan menggunakan metode ilmiah secara terancang dan sistematis,
untuk menemukan suatu pengetahuan yang baru yang terandalkan kebenarannya
(objektif dan sahih) mengenai dunia alam maupun dunia sosial. Penelitian kurang
38 Kalevi J. Holsti, Politik Internasional: Kerangka Untuk Analisis, Jilid II, diterjemahkan oleh M. Tahrir Azhari, (Jakarta: Erlangga, 1988), 652-653
18
lebih dapat diibaratkan sebagai sebuah “pisau bedah” untuk mengungkap
kenyataan alam maupun sosial yang belum terungkap.39 Khusus untuk skripsi ini,
penulis telah memutuskan untuk menggunakan metode kualitatif sebagai engine
utama dalam menjalankan penelitian terkait kerjasama pengembangan industri
makanan halal antara Korea Selatan dengan UEA.
Metode atau pendekatan kualitatif sering kali digunakan oleh para peneliti
untuk mencari tahu sebuah ilmu pengetahuan yang baru, berdasarkan dari
perspektif Konstruktivisme (pendekatan sosial dan sejarah) maupun Partisipatif
(isu politik). Metode ini juga menggunakan strategi naratif, theory studies, dan
case studies, hingga pada akhirnya para peneliti akan mengumpulkan sejumlah
data yang berkembang berdasarkan tema penelitian.40
Selain sejumlah metode tersebut, penulis juga akan menggunakan 3 strategi
penelitian lainnya, yakni deskriptif analitis (narasi mendalam mengenai kasus
penelitian), studi pustaka (mencari sumber primer dan sekunder dari jurnal, buku,
official report, dan berita online), serta wawancara dengan pihak-pihak terkait.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan dibahas mengenai identitas awal masalah penelitian.
Bab ini terdiri atas 7 bagian, antara lain: pernyataan masalah, pertanyaan
penelitian, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, kerangka teoretis, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
39 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1989), 10-11 40 John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, (Thousand Oaks: Sage Publications, Inc., 2003), 18
19
BAB II SEJARAH UMUM KERJASAMA BILATERAL
KOREA SELATAN-UEA
Pada bagian ini akan mulai dibahas mengenai sejarah masa lalu hubungan
kedekatan antara Korea Selatan dengan sejumlah negara di kawasan Timur
Tengah. Setelah itu pembahasan akan lebih fokus pada hubungan bilateral secara
umum antara Korea Selatan dengan UEA. Terakhir pembahasan akan ditutup
dengan penjelasan mengenai momen historis kunjungan kenegaraan Presiden
Park Geun-Hye ke Abu Dhabi tahun 2015 dalam rangka menjalin serangkaian
misi kerjasama dengan UEA (salah satunya mengenai kerjasama pengembangan
industri makanan halal).
BAB III INDUSTRI MAKANAN HALAL DI KOREA SELATAN
Pada bagian ini akan dibahas mengenai konsep makanan halal menurut
ajaran Islam secara umum, yang dilanjutkan dengan sejarah singkat
perkembangan Islam di Semenanjung Korea. Setelah itu akan masuk pada
pembahasan inti mengenai sejumlah institusi sertifikasi makanan halal di Korea
Selatan, seperti Korea Muslim Federation Halal Committee, Halal Korea Co., Ltd
dan Korea Halal Industry Association, Korea Halal Association (KOHAS),
Korea Halal Export Association (KOHEA), Korea Halal Center (KHC), dan
Specialized Halal Food Agency Korea Selatan.
20
BAB IV ANALISIS KERJASAMA KOREA SELATAN-UEA
DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN HALAL
TAHUN 2015
Bagian ini merupakan analisis dari alasan Korea Selatan bekerjasama
dengan UEA dalam pengembangan industri makanan halal tahun 2015. Analisis
dalam bab ini juga akan diperkuat dengan Teori Neoliberal Institusional, Konsep
Complex Interdependence, serta Konsep Kerjasama Internasional.
BAB V PENUTUP
Merupakan bagian akhir dari penelitian dalam skripsi ini yang memuat
jawaban/argumen penulis terkait pertanyaan penelitian yang ada. Jawaban
penelitian yang dimaksud merupakan hasil penjabaran analisis dari pembahasan
pada bab sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa bab ini merupakan bagian
kesimpulan akhir dari masalah penelitian.
21
BAB II
SEJARAH UMUM KERJASAMA BILATERAL KOREA SELATAN-UEA
A. Hubungan Korea Selatan dengan Negara-negara di Timur Tengah
Sejak berdiri pada tahun 1948 silam, Republik Korea masih harus bertarung
melawan dahsyatnya Perang Korea hingga tahun 1950-1953. Hal ini lantas telah
membuat Korea Selatan lebih memfokuskan sumber daya yang mereka miliki
untuk keperluan pembangunan ekonomi dan rehabilitasi negara pasca perang.41
Dampak yang ditimbulkan akibat perang saudara tersebut, telah membuat
komunitas internasional memandang Korea Selatan sebagai sebuah negara yang
rusak dan tergolong miskin. Semasa era Perang Dingin berlangsung, negara ini
lebih condong mendekatkan diri mereka dengan negara sekutu terdekatnya yakni
Amerika Serikat (AS). Sebagai salah satu negara yang dianggap lebih mendukung
Blok Barat, Korea Selatan pada saat itu mulai memperbaiki hubungan baiknya
dengan sejumlah negara sekutu Barat. Selain itu mereka juga mulai membangun
hubungan kerjasama baru dengan sejumlah negara dunia ketiga.42
Memiliki kesamaan pandangan ideologi politik dengan sejumlah negara
sekutu Barat yang berorientasikan pada paham demkorasi liberal dan ekonomi
pasar bebas, telah membuat Korea Selatan mulai mengubah tren ekonomi politik
luar negerinya. Sejak tahun 1962 negara ini mulai menerapkan sistem kebijakan
ekonomi luar negeri yang berbasis ekspor, mereka juga aktif mengejar hubungan
41 Alon Levkowitz, “Korea and the Middle East Turmoil: A Reassesstment of South Korea Middle East Relations,” The Korean Journal of Defense Analysis 24 (Juni 2012): 226 42 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh: Meneropong Penyebaran dan Dinamika Islam di Korea, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2011), 68-69
22
dagang internasional ke seluruh penjuru dunia. Upaya awal yang telah dilakukan
oleh Korea Selatan tersebut dikenal dengan istilah “Diplomasi Utara”.43
Akan tetapi hingga pertengahan tahun 1960-an, kebijakan luar negeri Korea
Selatan terhadap sejumlah negara di kawasan Timur Tengah masih tergolong
cukup pasif. Pasalnya pada saat itu kawasan ini masih dianggap berada “di luar”
jangkauan kepentingan ekonomi dan politik global. Salah satu indikasinya adalah
rendahnya nilai perdagangan Korea Selatan dengan 9 negara di kawasan tersebut
yang hanya mencapai angka USD 125 juta/tahunnya. Masih pada periode waktu
yang sama, Korea Selatan justru sudah mulai memasuki era pertumbuhan
ekonomi yang sangat luar biasa signifikan yang lebih dikenal dengan istilah
“the Miracle on the Han River”. Hal ini seketika mulai mengubah kebijakan luar
negeri Korea Selatan terhadap negara-negara di kawasan Timur Tengah.44
Para konglomerat (chaebol) asal Korea Selatan, saat itu mulai meningkatkan
bisnis mereka dengan cara mencari sejumlah peluang pasar serta beberapa proyek
baru di luar negeri. Timur Tengah mereka nilai sebagai sebuah kawasan yang
cukup menjanjikan bagi berbagai macam jenis usaha yang mereka tawarkan. Hal
ini ternyata sangat didukung oleh Pemerintah Korea Selatan, sehingga sejumlah
bantuan seperti pinjaman dana, pengurangan pajak, hingga dukungan diplomatik
secara penuh terus diberikan. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan negara-negara
di kawasan tersebut, bahwa Korea Selatan mampu mengerjakan sejumlah proyek
besar dengan ongkos yang relatif murah namun tetap berkualitas baik.45
43 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 69 44 Levkowitz, Korea and the Middle East Turmoil, 227 45 Levkowitz, Korea and the Middle East Turmoil, 227
23
Memasuki era 1970-an, sejumlah perusahaan asal Korea Selatan mulai
melakukan aktivitas perdagangan dan terlibat langsung dalam beberapa proyek
konstruksi besar di sejumlah negara di kawasan Timur Tengah. Tingginya volume
perdagangan dengan sejumlah negara di kawasan ini, selaras dengan naiknya
angka permintaan/impor minyak dari Korea Selatan.46
Fenomena Oil Boom di Timur Tengah telah membuka kesempatan baru bagi
para chaebol dalam hal menangani sektor industri dan konstruksi dari sejumlah
negara penghasil minyak tersebut. Bila dibandingkan dengan beberapa dekade
sebelumnya fenomena oil boom dan menjamurnya sejumlah proyek konstruksi di
Timur Tengah, telah menjadi faktor utama meningkatnya hubungan perdagangan
antar kedua belah pihak. Bahkan sejumlah proyek besar tersebut telah berhasil
menyumbangkan sekitar 1 juta orang tenaga kerja ahli asal Korea Selatan yang
bekerja di Timur Tengah dalam periode tahun 1970-an hingga awal 1980-an.47
Tabel II.A.1 Neraca Perdagangan Korea Selatan dengan
Kawasan Timur Tengah Periode 1965-1989 (Satuan Juta USD)
Negara 1965-1969 1970-1974 1975-1979 1980-1984 1985-1989
UEA 0 3.8 265 1,753 4,560
Iran 0 146 1,359 6,572 4,483
Irak 0 1.2 154 1,031 1,103
Kuwait 99 558 4,666 6,862 2,643
Libya 0.1 18 103 2,074 1,603
Oman 0 0.09 29 1,374 3,495
Qatar 0 0.094 29 239 363
Arab Saudi 26 1,053 7,729 19,018 9,019
Sumber: Alon Levkowitz, 2012.48
46 Alon Levkowitz, Korea and the Middle East Turmoil, 226 47 Alon Levkowitz, Korea and the Middle East Turmoil, 227-228 48 Alon Levkowitz, Korea and the Middle East Turmoil, 228-229
24
B. Hubungan Bilateral Korea Selatan-UEA
Salah satu negara di kawasan Timur Tengah yang memiliki grafik neraca
perdagangan yang cukup konsisten dengan Korea Selatan ialah UEA. Semenjak
terjalinnya hubungan diplomatik antar kedua negara pada tanggal 18 Juni 1980,
hubungan keduanya hingga kini dapat dikatakan tumbuh dengan cukup baik dan
stabil.49 UEA baru dapat meresmikan kantor kedutaan besar mereka di Seoul 7
tahun berselang, yakni pada tahun 1987 silam.50
Sejak beberapa tahun terakhir, hubungan kerjasama antara Korea Selatan
dengan UEA telah semakin meningkat intensitasnya dalam berbagai bidang.
Mulai dari bidang keamanan, kesehatan/perawatan medis, olahraga, pendidikan,
budaya, hingga bidang kerjasama yang telah ada sebelumnya seperti politik,
ekonomi, dan energi.51
Hubungan kedua negara mulai memasuki sebuah babak baru pasca
penandatanganan kontrak kerjasama pengembangan energi nuklir.52 Kesepakatan
mengenai pembangunan PLTN asli buatan Korea Selatan, telah disetujui pada
Desember 2009. Hal ini telah membuat para petinggi asal UEA datang langsung
ke Seoul untuk meninjau mega proyek ini.53
49 Kang-Ho Park, Ambassador’s Greeting: Welcome to the official website of the Embasy of the Republic of Korea to the United Arab Emirates, [basis data online], tersedia di laman: http://are.mofa.go.kr/english/af/are/legation/greetings/index.jsp, diakses pada Sabtu 18 Maret 2017 pukul 22.35 WIB 50 Embassy of the United Arab Emirates, Bilateral Relationship, [basis data online], tersedia di laman: http://uae-embassy.ae/Embassies/kr/Content/2238, diakses pada Sabtu 18 Maret 2017 pukul 23.27 WIB 51 Kang-Ho Park, Ambassador’s Greeting 52 Kang-Ho Park, Ambassador’s Greeting 53 Embassy of the United Arab Emirates, Bilateral Relationship
25
Putera Mahkota Abu Dhabi yang juga menjabat sebagai Wakil Panglima
Tertinggi Angkatan Militer UEA, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan
pada Mei 2010 lalu, langsung meninjau hasil dari realisasi kemenangan
konsorsium perusahaan asal Korea Selatan atas kontrak pembangunan 4 reaktor
tenaga nuklir ramah energi di negaranya.54
Melalui Emirates Nuclear Energy Corporation (ENAC), UEA menyerahkan
sepenuhnya pembangunan dan pengelolaan 4 stasiun reaktor PLTN Barakah
APR-1400 kepada perusahaan konsorsium asal Korea Selatan yang bernama
the Korea Electric Power Cooperation (KEPCO). Perusahaan ini nantinya akan
bertanggung jawab langsung untuk memberikan transfer ilmu bagi keberlanjutan
manajemen operasi stasiun reaktor nuklir tersebut kepada para operator lokal.55
Proyek senilai USD 40 milyar tersebut, ternyata telah membuat Korea
Selatan mulai memasuki pasar PLTN dunia yang selama ini telah lebih dahulu
dikuasai oleh AS, Jepang, Rusia, Cina, dan Perancis. Bahkan negara sekelas
Perancis sekalipun sempat tercengang dengan mega proyek yang telah
“diamankan” oleh Korea Selatan tersebut.56
Momentum kerjasama inilah yang kemudian berubah menjadi sebuah
hubungan kemitraan strategis (strategic partnership), yang telah menjadikan UEA
sebagai mitra startegis pertama bagi Korea Selatan di kawasan Timur Tengah.
Sejak itulah keduanya mulai menyetujui sejumlah perjanjian bilateral strategis.57
54 Embassy of the United Arab Emirates, Bilateral Relationship 55 Mohammed Turki Al-Saudairi, “South Korea-GCC Economic Relations: An Overview,” GRC Gulf Papers (November 2012): 8 56 Alon Levkowitz, Korea and the Middle East Turmoil, 231 57 Kang-Ho Park, Ambassador’s Greeting
26
Tabel II.B.1 Neraca Perdagangan Korea Selatan dengan
Kawasan Timur Tengah Periode 1990-2010 (Satuan Juta USD)
Negara 1990-1999 2000-2010
UEA 28,303 139, 697
Iran 18,113 74, 369
Irak 497 21, 252
Kuwait 11,654 74, 339
Libya 2,177 6,160
Oman 11,301 41, 279
Qatar 4,438 76, 823
Arab Saudi 56, 020 214, 153
Sumber: Alon Levkowitz, 2012.58
Pada era Pemerintahan Presiden Lee Myung-Bak, Korea Selatan berhasil
meningkatkan hubungan ekonomi negara mereka dengan sejumlah negara di
kawasan Timur Tengah melalui penandatanganan Free Trade Agreement (FTA)
dengan 6 Negara Teluk (termasuk UEA). Hal ini telah menunjukkan perubahan
kebijakan luar negeri yang begitu signifikan dari Korea Selatan. Mereka tidak lagi
hanya tertarik untuk melakukan hubungan perdagangan dengan sejumlah negara
di kawasan Asia Pasifik saja, karena kini kawasan Timur Tengah juga sudah
mulai mereka lihat sebagai salah satu pasar yang cukup menjanjikan potensinya.59
Sekitar Bulan Maret tahun 2011, Presiden Lee Myung-Bak menghadiri
langsung upacara peletakan batu pertama proyek pembangunan PLTN Barakah
APR-1400 di UEA. Pada kesempatan tersebut, Korea Selatan langsung dapat
memetik hasil dari hubungan kemitraan strategisnya dengan UEA. Sebagai
balasan dari apa yang telah dikerjakan oleh Korea Selatan, negara ini berhak
untuk mengelola suplai ladang minyak di UEA sebesar 1.5 milyar barel. Selain itu
58 Alon Levkowitz, Korea and the Middle East Turmoil, 231 59 Alon Levkowitz, “The Republic of Korea and the Middle East: Economics, Diplomacy, and Security,” Korea Economic Institute Academic Paper Series 5 (Agustus 2010): 7
27
Presiden Lee juga sempat meninjau latihan gabungan antara Pasukan Khusus
Korea Selatan dengan Pasukan Khusus UEA.60
Memasuki Bulan Mei tahun 2012, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) asal
Korea Selatan yaitu Korea National Oil Company (KNOC), telah berhasil
mengamankan kontrak kerjasama terkait pengelolaan ladang minyak yang
sebelumnya telah dijanjikan oleh UEA. Presiden Lee Myung-Bak pada saat itu
memuji pencapaian tersebut dengan mendefinisikan peristiwa ini sebagai sebuah
batu loncatan besar bagi negaranya. Selama ini Korea Selatan dianggap sebagai
salah satu negara yang miskin akan sumber daya alam, namun dengan adanya
kontrak kerjasama tersebut telah membuat negara ini mulai dapat dikatakan
sejajar dengan beberapa negara penghasil minyak lainnya di dunia.61
Menurut data dari Kementerian Luar Negeri Republik Korea, pada tahun
2014 lalu UEA merupakan negara eksportir minyak terbesar ke-3 untuk Korea
Selatan yang mencapai angka 108.000.000 barel/tahun. Memasuki tahun 2015,
nilai ekspor Korea Selatan ke UEA mencapai pada angka USD 6.08 milyar/tahun,
sedangkan nilai impornya menyentuh angka USD 8.6 milyar/tahun. Total nilai
perdagangan antar kedua negara pada tahun yang sama, bahkan mencapai pada
kisaran angka USD 100 milyar/tahun.62
60 KBS World Radio, Hasil dan implikasi lawatan Presiden Lee ke Uni Emirat Arab, [berita online], tersedia di laman: http://world.kbs.co.kr/indonesian/archive/program/news_issue.htm?lang=i&No=21184¤t_page=4#sel_lang_open, diakses pada Rabu 22 Maret 2017 pukul 23.14 WIB 61 Alon Levkowitz, “South Korea’s Middle East Policy,” Mideast Security and Policy Studies 106 (Desember 2013): 19 62 Ministry of Foreign Affairs Republic of Korea, Middle East and Africa: The United Arab Emirates, [basis data online], tersedia di laman: http://www.mofat.go.kr/ENG/countries/middleeast/countries/20070824/1_24424.jsp?menu=m_30_50, diakses pada Sabtu 18 Maret 2017 pukul 23.01 WIB
28
Memasuki era Pemerintahan Presiden Park Geun-Hye, stasiun reaktor nuklir
PLTN Barakah-1 APR-1400 yang dibangun atas kerjasama Korea Selatan-UEA
akhirnya mulai diresmikan pada Bulan Mei tahun 2014. Pada momen kunjungan
pertamanya ke UEA tersebut, Presiden Park menilai bahwa peresmian proyek
PLTN Barakah-1 ini telah menjadi sebuah sektor kunci dan simbol baru bagi
hubungan kerjasama antar kedua negara hingga 100 tahun ke depan. Ia berharap
bahwa PLTN Barakah ini akan menjadi sebuah berkah tersendiri bagi kelanjutan
hubungan kedua negara, sama halnya seperti makna dari nama mega proyek ini.63
Gambar II.B.1 Momen Peresmian PLTN Barakah-1 APR-1400 tahun 2014
Sumber: Tack-Whan Wi dan Jae-Un Lim, 2014.64
Serangkaian pujian dari Presiden Park Geun-Hye tersebut lantas dibalas
oleh Putera Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan,
yang menerima kedatangan sang presiden di Emirates Palace Hotel, Abu Dhabi.
63 Tack-Whan Wi dan Jae-Un Lim, President Visits UAE, [berita online], tersedia di laman: http://www.korea.net/NewsFocus/policies/view?articleId=119513, diakses pada Senin 01 Mei 2017 pukul 14.09 WIB 64 Tack-Whan Wi dan Jae-Un Lim, President Visits UAE
29
Menurut Sheikh Mohammed bahwa kemitraan strategis yang selama ini telah
terjalin dengan pihak Korea Selatan, kini sudah mulai berevolusi kepada tahap
brotherly countries. Ia juga berharap bahwa momentum ini akan mulai membuka
cakrawala baru bagi hubungan diplomatik antar kedua negara dalam menghadapi
berbagai macam isu internasional.65
Sekitar Bulan Maret tahun 2016 lalu, hubungan kedua negara semakin
terasa erat dengan dibukanya Korean Cultural Center (KCC) di Abu Dhabi. Pusat
kebudayaan Korea pertama di kawasan Timur Tengah ini, dikelola langsung oleh
Pemerintah Republik Korea guna mempromosikan serta menyebarluaskan aspek
pertukaran budaya antar kedua negara. Pendirian tempat ini juga tidak terlepas
dari salah satu MoU yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua negara pada
momen kunjungan kedua Presiden Park Geun-Hye ke Abu Dhabi tahun 2015.66
Memasuki akhir September tahun 2016, kedua negara telah sepakat untuk
meluncurkan kebijakan bebas visa untuk wisatawan dari masing-masing negara.
Hal ini telah disepakati oleh menteri luar negeri dari kedua belah pihak di Majelis
Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), New York. Keputusan ini diambil
pasca semakin meningkatnya jumlah warga negara Korea Selatan yang menetap
di UEA sebesar tiga kali lipat, yang telah mencapai angka 13.000 orang selama
lima tahun terakhir.67
65 Tack-Whan Wi dan Jae-Un Lim, President Visits UAE 66 Hyo-Keon Park, Welcome Message: Welcome to Korean Cultural Center in the United Arab Emirates, [basis data online], tersedia di laman: http://uae.korean-culture.org/en/7/contents/423, diakses pada Rabu 22 Maret 2017 pukul 22.34 WIB 67 Caline Malek, UAE and South Korea agree to visa-free travel, [berita online], tersedia di laman: http://www.thenational.ae/uae/government/uae-and-south-korea-agree-to-visa-free-travel, diakses pada Selasa 28 Maret 2017 pukul 21.31 WIB
30
Menurut Park Kang-Ho, Duta Besar Republik Korea untuk UEA, bahwa
setiap tahunnya terdapat sekitar 10.000 orang wisawatan asal UEA yang
berkunjung ke Korea Selatan. Sebanyak 3.000 orang di antaranya, terbang menuju
Seoul hanya untuk keperluan perawatan medis. Sekitar 7 unit Rumah Sakit asal
Korea Selatan kini bahkan tercatat telah mendirikan kantor cabangnya di UEA.68
Duta Besar Kang-Ho kemudian menambahkan bahwa wisatawan asal Korea
Selatan yang berkunjung ke UEA jumlahnya jauh lebih fantastis, yakni mencapai
angka 70.000 jiwa/tahunnya. Menurutnya hal ini tidak terlepas dari banyaknya
perusahaan asal Korea Selatan yang menjalankan bisnis mereka di negara teluk
tersebut, yang berjumlah sekitar 200 perusahaan.69
Selain pada bidang pariwisata dan perawatan medis, menurut Park Kang-Ho
UEA selalu berada pada posisi yang mendukung setiap keputusan Korea Selatan
terhadap ancaman nuklir dari sang tetangga, yakni Korea Utara. Kedua negara
juga sempat mendiskusikan hal tersebut pada pertemuan bilateral di New York.70
Saat ini UEA merupakan mitra dagang terbesar bagi Korea Selatan di
kawasan Timur Tengah dan Afrika. Sejak hadirnya akses penerbangan langsung
dari kota-kota besar di UEA (seperti Abu Dhabi dan Dubai) menuju ke Seoul,
telah membuat hubungan ekonomi, perdagangan, serta pariwisata antar kedua
negara sampai pada tahap lompatan yang luar biasa pesat.71
68 Caline Malek, UAE and South Korea agree to visa-free travel 69 Caline Malek, UAE and South Korea agree to visa-free travel 70 Caline Malek, UAE and South Korea agree to visa-free travel 71 Embassy of the United Arab Emirates, Bilateral Relationship
31
C. Kunjungan Kenegaraan Presiden Park Geun-Hye ke UEA tahun 2015
Tepat pada tanggal 5 Maret 2015 yang lalu, Presiden Korea Selatan,
Park Geun-Hye, menyambangi negara UEA dalam rangka serangkaian lawatan
kenegaraannya (state visit) ke beberapa negara di kawasan Timur Tengah. Pada
pemberhentian ketiganya tersebut, Presiden Park disambut secara hangat oleh
Putera Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan di Istana
Al-Mushrif.72
Pertemuan tingkat tinggi antar kedua kepala negara tersebut, membahas
sejumlah isu penting seperti kelanjutan kerjasama di bidang pengembangan
PLTN, energi, konstruksi, dan infrastruktur. Selain itu ada pula sejumlah bidang
kerjasama baru yang turut dibahas pada pertemuan tersebut, seperti bidang
kesehatan, farmasi, pangan, hingga pertanian.73
Gambar II.C.1 Momen Pertemuan Tingkat Tinggi Korea Selatan-UEA
Sumber: Ji-Ae Sohn, 2015.74
72 Ji-Ae Sohn, Korea, UAE pledge to expand economic cooperation 73 Ji-Ae Sohn, Korea, UAE pledge to expand economic cooperation 74 Ji-Ae Sohn, Korea, UAE pledge to expand economic cooperation
32
Presiden Park Geun-Hye saat itu bahkan sempat memuji bahwa UEA adalah
salah satu negara yang telah ia kunjungi sebanyak lebih dari satu kali pasca
pelantikan dirinya sebagai presiden. Pujian tersebut lantas dibalas oleh Sheikh
Mohammed yang menyatakan bahwa hubungan kedekatan serta kemitraan
strategis antar kedua negara, sangatlah penting dan begitu potensial untuk terus
ditingkatkan.75
Setelah berbincang cukup panjang membahas sejumlah isu penting, kedua
kepala negara pada akhirnya memutuskan untuk menandatangani serangkaian
MoU pada penghujung pertemuan tingkat tinggi tersebut. Setidaknya terdapat
6 bidang kerjasama yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, berikut adalah
rinciannya:76
1. Pertahanan nasional dan Cyber Security
2. Pembangunan Korean Cultural Center (KCC) di Abu Dhabi
3. Pengembangan bidang pertanian/agrikultur
4. Proyek bersama pengembangan industri PLTN
5. Cross-service di bidang perpajakan dan logistik barang ekspor-impor
6. Pertukaran informasi mengenai makanan halal beserta sistem sertifikasinya
Seusai mengunjungi Istana Al-Mushrif, Presiden Park beserta rombongan
kemudian melanjutkan lawatannya di UEA dengan menghadiri sebuah kegiatan
bernama Korea-UAE Business Forum yang masih diadakan pada hari yang sama.
Pada kesempatan itu sang presiden menyatakan bahwa kemitraan strategis yang
75 Ji-Ae Sohn, Korea, UAE pledge to expand economic cooperation 76 Ji-Ae Sohn, Korea, UAE pledge to expand economic cooperation
33
telah dijalin oleh kedua negara dapat saja bertahan hingga 100 tahun ke depan,
asalkan semua pihak mampu untuk terus menjaga dan meningkatkannya.77
Gambar II.C.2 Sambutan Presiden Park Geun-Hye
dalam Korea-UAE Business Forum 2015
Sumber: Seung-Ah Lee, 2015.78
Selanjutnya Presiden Park menambahkan bahwa ia akan selalu menanti
proyek kerjasama dengan para pengusaha asal UEA untuk mulai menjalankan
bisnis mereka ke kawasan Asia, begitupun sebaliknya. Ia juga mendorong para
pengusaha tersebut agar mulai melakukan pertukaran proyek bisnis dengan Korea
Selatan, untuk semakin menumbuhkan geliat perekonomian antar kedua negara.
Menurut Presiden Park bahwa pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai oleh
kedua negara, merupakan hasil dari transformasi dalam bidang ekonomi kreatif.79
77 Seung-Ah Lee, President Park asks for cooperation on halal food, public health 78 Seung-Ah Lee, President Park asks for cooperation on halal food, public health 79 UAEinteract, South Korea and UAE Strategic Partnership will Strenghthen Bilateral Ties in Nuclear Energy: Park Geun Hye, [berita online], tersedia di laman: http://www.uaeinteract.com/docs/South_Korea_and_UAE_strategic_partnership_will_strengthen_bilateral_ties_in_nuclear_energy_Park_Geun-hye/67057.htm, diakses pada Selasa 28 Maret 2017 pukul 22.56 WIB
34
Presiden Park kemudian melanjutkan dalam kata sambutannya, bahwa
kedua negara harus mampu bekerjasama dalam bidang energi dan bisnis yang
memiliki nilai tambah tinggi. Ia menilai bahwa kedua negara dapat secara
bersama-sama mulai memasuki pasar dunia ketiga. Menurutnya kerjasama pada
bidang konstruksi PLTN yang telah terjalin selama ini, merupakan contoh baik
untuk meningkatkan nilai tambah tinggi dalam bisnis seperti yang ia maksud.80
Terkait dengan bisnis yang memiliki nilai tambah tinggi, Presiden Park
kemudian menyebutkan bahwa makanan halal ialah salah satu contoh lainnya.
Menurutnya terdapat sebuah potensi yang sangat besar bagi kedua negara dalam
hal mengembangkan industri pangan (terutama makanan halal). Korea Selatan dan
UEA bisa saja memimpin dalam industri pangan dunia, jika sudah mengantongi
sistem sertifikasi halal yang sesuai. Pengembangan rasa saling percaya antar
kedua negara, ia rasa menjadi salah satu faktor pendukung yang cukup penting
untuk mewujudkan bidang kerjasama ini.81
Menurut Presiden Park, makanan halal merupakan salah satu jenis makanan
yang paling populer di dunia dan sangat terjaga tingkat kebersihannya. Ia menilai
bahwa bila kerjasama pada bidang industri makanan halal ini dapat terwujud,
maka kedua negara dapat saling bertukar informasi terkait pengembangan industri
makanan halal tersebut. Hal ini tentu merupakan sebuah langkah awal bagi upaya
pembukaan pasar baru oleh kedua negara di beberapa negara dunia ketiga.82
80 Seung-Ah Lee, President Park asks for cooperation on halal food, public health 81 Seung-Ah Lee, President Park asks for cooperation on halal food, public health 82 UAEinteract, South Korea and UAE Strategic Partnership will Strenghthen Bilateral Ties in Nuclear Energy
35
Selain mengenai makanan halal, Presiden Park juga mengungkapkan
pentingnya kerjasama di bidang kesehatan publik dan industri farmasi. Ia melihat
bahwa sejumlah bidang kerjasama baru tersebut akan semakin membuka wawasan
kedua belah pihak untuk berani maju memasuki persaingan di pasar global. Ia
berjanji akan selalu menyarankan kepada para pengusaha lokal asal Korea Selatan
(chaebol) untuk terus percaya pada potensi yang dimiliki oleh UEA, begitupun
sebaliknya. Ia juga kembali menegaskan bahwa pemerintah kedua negara akan
selalu mendukung secara aktif kerjasama ini, dengan cara mengurangi sejumlah
hambatan/regulasi yang akan mengganggu jalannya investasi serta kerjasama.83
Menurut Kwon Hae-Ryong, Duta Besar Republik Korea untuk UEA tahun
2015, menyatakan bahwa momentum kunjungan kenegaraan Presiden Park ke
Abu Dhabi telah menandai 35 tahun hubungan bilateral antar kedua negara yang
pertama kali dirajut pada tahun 1980 silam. Kunjungan balasan dari dua kepala
negara, ia nilai telah membawa hubungan keduanya mencapai pada titik tertinggi.
Sheikh Mohammed dari UEA tercatat telah dua kali mengunjungi Seoul yakni
pada tahun 2010 dan 2014, begitupun dengan Presiden Park Geun-Hye yang juga
melakukan kunjungan balasan pada tahun 2014 dan 2015 lalu.84
83 Seung-Ah Lee, President Park asks for cooperation on halal food, public health 84 Eduan R. Maggo, UAE-Korea: A Strategic Partnership, [berita online], tersedia di laman: http://gulfnews.com/gn-focus/country-guides/reports/south-korea/uae-korea-a-strategic-partnership-1.1614205, diakses pada Selasa 28 Maret 2017 pukul 20.51 WIB
36
BAB III
INDUSTRI MAKANAN HALAL DI KOREA SELATAN
A. Konsep Makanan Halal Menurut Ajaran Islam
Bagi seluruh umat Muslim di berbagai penjuru dunia, konsep halal dan
haram dalam Islam sangatlah penting untuk dijadikan sebagai pedoman/landasan
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Menurut Bahasa Arab, halal secara
umum (dalam berbagai kondisi) berarti sah atau diperbolehkan. Manusia tidak
boleh mengubah hukum dasar dari apa yang seharusnya halal (diperbolehkan)
menjadi haram (dilarang), begitupun sebaliknya.85
Khusus untuk perihal makanan yang akan dikonsumsi oleh seorang Muslim,
pada dasarnya sebagian besar makanan dapat dikategorikan halal. Akan tetapi
beberapa sumber makanan berikut telah masuk ke dalam daftar pengecualian yang
telah disebutkan secara jelas dan khusus di dalam al-Qur’an dan Hadis, yakni:86
1. Daging babi
2. Makanan/minuman yang mengandung alkohol
3. Bangkai hewan
4. Darah
5. Obat-obatan yang memabukkan
6. Hewan yang tidak disembelih atas nama Allah SWT
Bila merujuk pada makanan yang berasal dari daging hewan, maka istilah
yang lebih tepat digunakan untuk mendeskripsikan apakah makanan tersebut halal
atau tidak, adalah zabiha (sembelihan/hewan yang disembelih). Agar suatu produk
85 Ahmad H. Syakr, A Muslim Guide to Food Ingredients, 31-32 86 Ahmad H. Syakr, A Muslim Guide to Food Ingredients, 32-33
37
makanan daging dapat dikategorikan zabiha, maka proses penyembelihannya
harus dilakukan sesuai dengan syariat Islam.87 Menurut Muhammad Samiullah
terdapat sejumlah prasyarat dan tata cara umum untuk menyembelih hewan sesuai
dengan apa yang tertera dalam syariat Islam, yaitu:88
1. Hewan yang akan disembelih haruslah halal sesuai dengan syariat Islam. Akan
tetapi bila ada seorang Muslim yang tidak tahu, atau berada dalam keadaan
bahaya dan sedang dalam kondisi untuk mempertahankan hidup, maka hewan
yang sebelumnya dilarang (haram) untuk dikonsumsi dalam Islam, kemudian
dapat berubah menjadi halal atau sah untuk dimakan.
2. Proses penyembelihan hewan harus dilakukan sebagaimana mestinya sesuai
dengan syariat Islam. Menyiksa hewan sebelum disembelih sangatlah tidak
dibenarkan dalam Islam, karena dinilai sebagai tindakan yang tidak humanis.
Rasulullah SAW bahkan memerintahkan untuk selalu mempertajam pisau yang
hendak dipakai ketika menyembelih hewan dan tidak melakukannya di depan
hewan yang lain. Hal ini bertujuan untuk mengurangi potensi stres pada hewan.
3. Nama Allah SWT haruslah disebutkan/dilafalkan ketika sedang menyembelih
hewan. Menurut kitab Fiqhus-Sunnah karya Sayyed Sabiq yang merujuk pada
al-Qur’an Surah al-Maidah ayat 5, bahwa jika penyebutan nama Allah SWT
dilakukan oleh orang-orang Ahli Kitab (Yahudi atau Nasrani) sesuai dengan
bahasa mereka, maka daging hewan yang disembelih tersebut tetaplah halal
hukumnya bagi seorang Muslim. Pendapat ini diyakini oleh sebagian sahabat
Rasulullah seperti Ata’, Qasim bin Mukhaimarah, Zahri, Rabiah, dan Sya’bi. 87 Ahmad H. Syakr, A Muslim Guide to Food Ingredients, 32 88 Muhammad Samiullah, “The Meat: Lawful and Unlawful in Islam”, Islamic Studies, 21 (April 1982): 75-77
38
Akan tetapi bagi sebagian sahabat Rasul lainnya seperti Ali, Aisyah, Ibn Umar,
Abi Darda’, dan Ibadah bin Samit, bahwa pernyataan tersebut sangatlah
bertentangan dengan al-Qur’an Surah al-An’am ayat 121 yang menyatakan
bahwa jika penyebutan nama selain Allah dilakukan pada saat penyembelihan
hewan, maka haram hukumnya bagi seorang Muslim untuk mengonsumsinya.
4. Prosesi penyembelihan hewan tidaklah cukup dengan hanya dilakukan oleh
seorang Ahli Kitab saja. Meskipun sang penjagal ialah seorang Muslim namun
tidak melakukan proses penyembelihan hewan sesuai dengan syariat Islam,
maka hukum mengonsumsi daging yang ia sembelih berubah menjadi haram
atau tidak diperbolehkan.
5. Seorang penjagal tidaklah sedang berada dalam kondisi gangguan mental
(tidak waras), tidak sedang dalam keadaan mabuk, bukan seorang anak kecil
yang belum dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, ataupun
seorang Magian (tukang sihir).
6. Status kepemilikian hewan yang akan disembelih, haruslah jelas dari mana asal
usulnya. Sebisa mungkin hewan yang akan disembelih telah terbebas dari
segala macam bentuk najis/kotoran yang tampak secara jelas ataupun yang
tersembunyi.
7. Karena darah juga dilarang untuk dikonsumsi dalam Islam, maka seorang
penjagal wajib untuk memastikan darah pada hewan yang sedang disembelih
sudah habis mengucur keluar dari tubuhnya. Proses penyembelihan hewan
dimulai dari memotong pembuluh darah jagularis di leher, sehingga seluruh
darah pada leher dapat mengucur habis. Selama proses tersebut berlangsung,
39
saraf sumsum tulang belakang pada hewan tidak boleh terpotong karena dapat
menyebabkan kamatian yang berasal dari serangan jantung (tidak dibenarkan
menurut hukum Islam).
8. Proses penyembelihan hewan disunahkan untuk menghadap kiblat, dan tidak
dibenarkan untuk dilakukan di tempat-tempat terlarang (seperti di atas berhala,
kuburan, dan lain sebagainya).
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat Muslim global akan
pentingnya mengonsumsi setiap produk makanan halal, maka beberapa institusi
publik mulai bermunculan untuk membentuk badan sertifikasi halal. Melalui
sejumlah badan tersebut, maka konsumen akan semakin merasa pasti dan percaya
terhadap setiap produk pangan yang akan mereka konsumsi.89
Gambar III.A.1 Sejumlah Logo Institusi Sertifikasi Halal Global
Sumber: Shelina Zahra Janmohammed, 2012.90
89 Shelina Zahra Janmohammed, Halal: Chasing the $500 Billion Industry, [berita online], tersedia di laman: http://mideastposts.com/middle-east-business/middle-east-economics-analysis/halal-chasing-the-500-billion-industry/, diakses pada Selasa 02 Mei 2017 pukul 20.28 WIB 90 Shelina Zahra Janmohammed, Halal: Chasing the $500 Billion Industry
40
Setidaknya saat ini terdapat sekitar 122 badan sertifikasi produk halal aktif
di dunia yang berasal dari kalangan pemerintah atau bagian dari pemerintah,
Non-Governmental Organization (NGO), serta komunitas masyarakat Muslim
setempat. Bahkan negara yang tidak memiliki badan sertifikasi halal sekalipun,
tetap memantau dan memastikan status kehalalan dari setiap produk/barang yang
mereka produksi.91
Karena banyaknya badan sertfikasi halal yang berasal dari seluruh dunia,
maka telah memunculkan berbagai macam logo halal seperti yang tertera pada
Gambar III.A.1. Bahkan beberapa negara minoritas Muslim sekalipun, kini sudah
mulai memiliki institusi sertifikasi halalnya sendiri. Salah satu negara yang
menjadi studi kasus penelitian dalam skripsi ini adalah Korea Selatan. Penjelasan
lebih mendalam terkait hal tersebut akan dijabarkan pada sub-bab selanjutnya.
B. Sejarah Perkembangan Islam di Semenanjung Korea
Sebelum menjelaskan lebih jauh mengenai industri makanan halal di Korea
Selatan, ada baiknya penulis menggambarkan selayang pandang mengenai asal
muasal proses masuk dan berkembangnya Agama Islam di wilayah Semenanjung
Korea dan Asia Timur secara umum.
Agama dan budaya merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ketika
suatu agama mulai mengalami perkembangan, maka kebudayaan juga pasti akan
turut mengikutinya. Migrasi umat manusia di muka bumi selama ribuan tahun,
telah membuat budaya serta kepercayaan yang mereka anut juga turut tersebar.92
91 Mustafa Afifi Ab. Halim dan Mohd Mahyeddin Mohd Salleh, “The Possibility of Uniformity on Halal Standards in Organization of Islamic Cooperation (OIC) Country”, World Applied Sciences Journal 17 (2012): 7 92 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 85
41
Kedua hal tersebut tampaknya juga berlaku bagi Agama Islam, yang secara
historis ternyata penyebarannya mampu mencapai wilayah Semenanjung Korea di
kawasan Asia Timur. Berikut adalah sejarah singkat perkembangan Agama Islam
di wilayah Semenanjung Korea.
1. Kontak Awal Hubungan Islam dengan Semenanjung Korea
Bangsa Mongol yang berasal dari wilayah Asia Utara (Ural Arktik),
dipercaya sebagai keturunan asli dari Bangsa Korea kuno yang banyak menetap
di wilayah Semenanjung Korea. Meskipun sama sekali tidak memiliki riwayat
hubungan kekerabatan dengan Bangsa Cina, namun karena faktor kedekatan letak
geografis wilayah Semenanjung Korea pada akhirnya tetap mendapat pengaruh
yang besar dari Bangsa Cina (terutama pada bidang kebudayaan dan agama).
Agama Budha yang sangat mempengaruhi kebudayaan Cina, turut berakulturasi
secara cepat di wilayah Semenanjung Korea.93
Sebagai sebuah agama yang tergolong cukup muda di muka bumi, Islam
baru memulai penyebaran wilayah dakwahnya pada abad ke-7 atau tahun 643.
Melalui wilayah Jazirah Arab, Islam secara perlahan mulai menyebar ke wilayah
Kekaisaran Persia (tahun 642) bahkan hingga ke Daratan Cina (tahun 651).
Melalui wilayah Daratan Cina tersebut, Islam mulai menyebar hingga ke wilayah
Semenanjung Korea yang pada saat itu masih berada di bawah kekuasaan tiga
kerajaan (Goguryeo, Baekje, dan Silla) yang baru bersatu pada tahun 660 menjadi
sebuah Kerajaan Silla yang Bersatu.94
93 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 37-39 94 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 85-87
42
2. Islam di Era Kerajaan Silla yang Bersatu
Memasuki tahun 661-935 Dinasti Tang di Cina mulai membantu Kerajaan
Silla untuk mempersatukan 3 wilayahnya melalui bidang politik, ekonomi, hingga
budaya. Nilai-nilai Islam yang sebelumnya telah masuk ke Daratan Cina, secara
tidak langsung mulai ikut tersebar menuju wilayah Kerajaan Silla yang Bersatu.95
Para saudagar Muslim dari Jazirah Arab dipercaya sebagai pihak pertama
yang membawa ajaran serta kebudayaan Islam memasuki wilayah Semenanjung
Korea. Mereka telah berniaga dari wilayah Konstantinopel, pesisir Laut Kaspia,
India, Daratan Cina, Rusia Tengah, hingga menuju ke Semenanjung Korea dengan
menggunakan kuda maupun unta. Mereka dikisahkan sempat berhenti dan
beristirahat sejenak di wilayah Kerajaan Silla yang Bersatu, akan tetapi mereka
merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas perdagangan dengan masyarakat
setempat karena adanya kendala perbedaan bahasa.96
3. Islam di Era Dinasti Koryo
Sekitar Bulan September tahun 1024, Raja Hyeon-Jong dari Dinasti Koryo
dikisahkan sempat menerima beberapa orang saudagar Muslim dari Jazirah Arab
bernama Al-Raza dan Hasan beserta dengan ratusan orang rombongannya, yang
datang untuk menawarkan sejumlah barang dagangan mereka. Kemudian pada
tahun 1145 sebuah buku yang berjudul Samguk Sagi (Sejarah Tiga Kerajaan)
menceritakan tentang kisah sukses Jo-Yeong, salah satu dari 4 orang saudagar
Muslim yang pernah hidup dan menetap di wilayah Semenanjung Korea.97
95 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 86-87 96 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 102 97 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 88-87
43
Pada abad ke-12 masyarakat Dinasti Koryo mengenal kalangan Muslim
yang berasal dari Daratan Cina (Dinasti Song) dengan sebutan Tsih/Tasih,
sedangkan yang berasal dari Dinasti Yuan Mongol lebih dikenal dengan sebutan
Daesik/Hui Hui/orang Suku Uighur. Kebanyakan dari mereka adalah masyarakat
Muslim keturunan etnis Cina, meskipun ada pula yang merupakan keturunan etnis
Turki ataupun Arab. Memasuki abad ke-13 hingga ke-14, Dinasti Yuan Mongol
yang merupakan tempat tinggalnya masyarakat Muslim (Daesik) mulai mencoba
untuk menguasai wilayah Dinasti Koryo. Secara tidak langsung hal ini telah
membuat Islam kembali bersentuhan dengan wilayah Semenanjung Korea.98
Dinasti Song dan Yuan Mongol memang telah memberikan pengaruh yang
begitu besar terhadap Dinasti Koryo. Sekitar tahun 1274 Raja Chung-Ryeol
sempat memiliki hubungan yang cukup dekat dengan masyarakat Suku Uighur,
salah seorang diantaranya bernama Samga. Karena baktinya yang besar kepada
Dinasti Koryo, ia kemudian diberikan sebuah nama baru yaitu Jang Soon-Ryeong.
Menurut catatan sejarah orang-orang bermarga Jang, nenek moyang mereka
ternyata memang benar berasal dari keturunan Muslim Arab atau Suku Uighur.99
4. Islam di Era Dinasti Joseon
Memasuki awal era Dinasti Joseon, orang-orang Suku Uighur mulai banyak
diundang untuk menghadiri upacara adat kerajaan. Lambat laun Bahasa Uighur
mulai dipelajari secara khusus sebagai salah satu bahasa asing utama. Kedatangan
masyarakat Muslim Uighur tersebut telah membuat budaya Islam mulai secara
perlahan tersebar dan mempengaruhi sistem kehidupan masyarakat setempat.
98 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 88 99 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 89-91
44
Raja Se-Jong yang Agung pada abad ke-15 tercatat sempat menggunakan sistem
kalender Islam Hijriah untuk keperluan pengembangan bidang pertanian. Pada
saat itu sang raja menilai bahwa penggunaan sistem kalender Cina kuno memiliki
banyak kekeliruan, sehingga ia kemudian mengirimkan utusan kepercayaannya
yang bernama Jang Yeong-Sil untuk mempelajari sistem kalender Islam yang
biasa disebut Globe Huihui Lifa dari orang-orang Suku Hui di Daratan Cina. Pada
akhirnya seluruh rakyat Dinasti Joseon pun mulai mengaplikasikan sistem ini.100
Gambar III.B.4.1 Sistem Globe Huihui Lifa di Korea
Sumber: In-Man Jung, 2016.101
5. Masa Kevakuman Islam di Korea
Memasuki era pertengahan abad ke-15, pengaruh Islam di berbagai penjuru
dunia mulai mengalami penurunan. Hal ini berbanding terbalik dengan sejumlah
negara di Eropa (seperti Spanyol dan Portugal) yang mulai mengembangkan era
kekuasaannya secara geografis ke seluruh penjuru dunia. Periode ini lebih dikenal
dengan istilah era kemunduran perkembangan Islam.102
100 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 90 101 In-Man Jung, Young-Sil Jang: the Greatest Scientist in Korean History, [basis data online], tersedia di laman: http://www.busanddadang.com/?p=9707&ckattempt=1, diakses pada Sabtu 08 Juli 2017 pukul 00.02 WIB 102 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 91
45
Pada era yang sama, Dinasti Ming di Cina mulai mengembangkan ajaran
Konghucu (Yu Gyo) yang semakin lama kian menjamur hingga memasuki wilayah
Semenanjung Korea pada tahun 1427. Pesatnya penyebaran ajaran Konghucu di
Korea, tidak terlepas dari adanya kesamaan pandangan dengan Agama Budha
yang sebelumnya telah dipegang secara teguh oleh masyarakat setempat. Namun
sayangnya banyak masyarakat yang terkesan dipaksa untuk mempelajari ajaran
tersebut, hal ini tentu berimbas langsung pada menurunnya pengaruh budaya serta
nilai-nilai ajaran Islam di wilayah Daratan Cina dan Semenanjung Korea. Oleh
karena itu para saudagar Muslim sulit untuk kembali menyebarkan dakwah dan
ajaran Islam di wilayah Semenanjung Korea hingga memasuki abad ke-20.103
Menurut Dr. Ali Ahn Sun-Geun, MA periode kevakuman Islam di wilayah
Semenanjung Korea setidaknya telah dipengaruhi oleh 2 faktor besar, yakni:104
a. Adanya kompleksitas yang tinggi dari berbagai macam budaya asing yang
masuk ke wilayah Semenanjung Korea (seperti Persia, Arab, Mongol, Turki,
hingga Rusia). Karena cenderung bersifat terpecah belah, pada akhirnya ajaran
Islam tersebut kurang begitu terperhatikan oleh pemerintah setempat.
b. Kebijakan Isolasionisme/Sakoku oleh Pemerintah Jepang yang kala itu tengah
menjajah wilayah Semenanjung Korea, telah membuat sejumlah budaya serta
agama hegemon dunia (termasuk Islam) sulit untuk masuk dan berkembang di
wilayah Korea. Kebijakan ini juga turut berdampak pada semakin lambatnya
proses perkembangan ekonomi serta budaya di Semenanjung Korea.
103 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 91-92 104 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 92-93
46
6. Masa Kembalinya Islam di Tanah Korea
Setelah 1000 tahun berselang pasca kunjungan pertama orang-orang Islam
dari Jazirah Arab ke Semenanjung Korea, wilayah ini seketika berubah menjadi
sebuah negeri yang banyak diliputi oleh konflik/perang. Selama Perang Korea
berlangsung pada era 1950-an, Turki bersama dengan AS menjadi negara
pendukung misi perdamaian PBB di Semenanjung Korea. Para tentara asal Turki
pimpinan Zubadi Kouchi dan Abdul Khaman, tercatat sebagai pihak pertama yang
telah berperan besar dalam menyebarluaskan kembali Agama Islam secara hakiki
di wilayah Korea. Mereka bahkan sempat mendirikan sebuah sekolah bernama
Ankara untuk para anak yatim korban perang yang masih ingin terus melanjutkan
pendidikannya.105
7. Perkembangan Islam di Era Korea Modern
Setelah secara resmi kembali masuk ke wilayah Semenanjung Korea,
Islam mulai mengembangkan ajaran dakwahnya dengan cara mendirikan sebuah
Islamic Society of Korea pada Oktober 1955. Sekitar 20-50 orang anggotanya,
pada saat itu masih menggunakan sebuah tenda pemberian dari para tentara Turki
untuk sekedar melaksanakan kewajiban ibadah shalat. Karena dukungan finansial
yang dirasa kurang, lantas Islamic Society of Korea membentuk sebuah organisasi
baru bernama Korea Muslim Federation (KMF) pada tahun 1966. Memasuki
tahun 1969, KMF kemudian mulai disahkan menjadi sebuah badan hukum resmi
oleh Kementerian Kebudayaan dan Penerangan Korea Selatan.106
105 Ahmad Faris Naqiyuddin, Islam in South Korea: Progress and Challanges of Da’wah Activities since the 1950’s, (Selangor: International Islamic University Malaysia, 2016), 4 106 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 193-195
47
Korea Selatan adalah sebuah negara yang menjamin kebebasan beragama
bagi setiap warga negaranya, hal ini terbukti dari didukungnya sejumlah proyek
besar yang sangat bernuansa Islami oleh Pemerintah Korea Selatan. Salah satunya
yakni pembangunan Seoul Central Mosque pada tahun 1970 oleh Pemerintahan
Presiden Park Chung-Hee (ayah dari Presiden Park Geun-Hye). Bangunan masjid
pertama di Korea Selatan tersebut, didirikan diatas sebuah lahan hibah seluas
5.000 m² di kawasan pusat kota Seoul (daerah Itaewon).107
Berkat bantuan dari Pemerintah Korea Selatan dan sejumlah negara Muslim
seperti Arab Saudi, Libya, Kuwait, Qatar, Maroko, Malaysia, dan UEA, pada
tanggal 21 Mei 1976 proyek pembangunan Seoul Central Mosque akhirnya selesai
diresmikan. Momen tersebut setidaknya telah menjadi sebuah titik balik yang
sangat penting bagi seluruh masyarakat Muslim yang ada di Korea Selatan.108
Gambar III.B.7.1 Seoul/Itaewon Central Mosque di Korea Selatan
Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis, 2015.
107 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 93-94 108 Joo-Young Sohn (Abdul Rajiq), Organizations and Activities of the Muslim Minority in Korea, (Seoul: Hankuk University of Foreign Studies, 2003), 3
48
C. Institusi Sertifikasi Makanan Halal di Korea Selatan
Setelah mengetahui secara ringkas dan mendalam mengenai asal muasal
dari perkembangan serta penyebaran ajaran Islam di tanah Korea, selanjutnya
pada sub-bab ini akan mulai dijabarkan mengenai sejumlah institusi sertifikasi
makanan halal yang beroperasi di Korea Selatan. Berikut adalah sejumlah daftar
dari institusi tersebut:
1. Korea Muslim Federation (KMF) Halal Committee
Memasuki tahun 1966 Sabri Seo Jung-Gil, Sulayman Lee Hwa-Sik, serta
Muhammad Yoon Du-Yeong mendirikan sebuah kelompok/organisasi Muslim
Korea bernama KMF. Hingga saat ini KMF masih menjadi sebuah organisasi
induk bagi masyarakat Muslim di Korea Selatan dan telah diakui secara resmi
keberadaannya oleh pemerintah setempat.109
Pada masa awal perkembangannya, KMF baru memiliki sekitar 20 orang
anggota yang telah memeluk agama Islam. Saat itu KMF mulai mendatangkan
beberapa orang pendakwah dari sejumlah negara Muslim untuk mengembangkan
syiar Islam di tanah Korea.110 KMF pada awalnya dipimpin oleh seorang Imam
yang merupakan warga Korea asli bernama Umar Kim Jin-Kyu, pada saat itu
KMF mulai menjalin hubungan kerjasama dengan beberapa organisasi Muslim
dari seluruh penjuru dunia. KMF kemudian mulai mengirimkan para pelajar
Muslim Korea untuk dapat lebih memperdalam ajaran Agama Islam ke sejumlah
negara mayoritas Muslim (seperti Malaysia dan Indonesia).111
109 Joo-Young Sohn (Abdul Rajiq), Organizations and Activities of the Muslim Minority in Korea, 2 110 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 175 111 Sun-Geun Ahn (Ali), Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh, 93-94
49
Pada akhir era 1970-an banyaknya proyek konstruksi yang digarap oleh
para pekerja dan teknisi asal Korea Selatan di sejumlah negara Timur Tengah,
secara tidak langsung telah membuat mereka melihat bagaimana cara hidup
beragama yang dilaksanakan oleh masyarakat Muslim setempat. Banyak dari para
pekerja tersebut yang kemudian menjadi tertarik dan pada akhirnya memeluk
Agama Islam. Fenomena ini lantas telah mendorong KMF untuk membangun
Korean Islamic Center di Arab Saudi pada 1978, Kuwait pada 1979, serta
di Indonesia pada 1982.112
Secara struktural KMF memiliki sebuah dewan eksekutif yang berfungsi
sebagai organ legislatif tertinggi yang bernama Federasi Islam Korea. Organ
tersebut telah diakui keberadaannya oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga,
dan Pariwisata Korea Selatan. Setidaknya terdapat 7 orang pelaksana eksekutif
serta 2 orang akuntan yang menjabat sebagai dewan eksekutif dari organisasi ini.
Berikut adalah sejumlah tugas utama yang dimiliki oleh organ tersebut:113
a. Melaksanakan tugas pengelolaan dan tata usaha KMF
b. Mengurus bidang keuangan
c. Mempromosikan berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan oleh KMF
d. Menjadi simbol/perwakilan dari tali persaudaraan Muslim di Korea Selatan
Selain melalui Federasi Islam Korea, KMF secara umum juga memiliki
beberapa tugas dan fungsi utamanya tersendiri. Berikut ialah 3 fungsi utama dari
organisasi KMF dalam menjalankan setiap tugas-tugasnya, yaitu:114
112 Joo-Young Sohn (Abdul Rajiq), Organizations and Activities of the Muslim Minority in Korea, 3 113 Joo-Young Sohn (Abdul Rajiq), Organizations and Activities of the Muslim Minority in Korea, 3 114 Joo-Young Sohn (Abdul Rajiq), Organizations and Activities of the Muslim Minority in Korea, 3
50
a. Menyebarkan ajaran Agama Islam di tanah Korea. Hal ini merupakan tugas
utama yang harus melekat pada diri organisasi KMF. Selain itu sejumlah
urusan seperti tata kelola bidang kesekretariatan dan keuangan, korespondensi,
kerjasama dengan pemerintah, hingga mempererat tali persaudaraan antar
sesama Muslim di Korea Selatan selalu menjadi tugas utama dari KMF.
b. Merawat dan menjaga segala macam inventaris gedung, serta mendukung
segala macam kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap kantor cabang atau
perwakilan KMF di seluruh Korea Selatan.
c. Menjadi badan khusus dalam bidang penyebaran dan pendidikan ajaran Islam
melalui sejumlah penyelenggaraan kegiatan. Proyek kegiatan yang dimaksud
antara lain seperti mengelola sejumlah perkuliahan umum yang bertema
keagamaan, menyelenggarakan program pendidikan, pengelolaan hubungan
masyakat/publikasi dan informasi pengunjung, mengawasi dan mendukung
penyebaran dakwah Islam, hingga mengatur segala urusan keagamaan seperti
pernikahan, perceraian, dan pendaftaran sertifikasi halal.
Bila merujuk pada poin terakhir, salah satu tugas utama dari KMF ialah
mengatur segala macam urusan yang berhubungan dengan halal dan haram.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka organisasi ini membentuk sebuah organ
kecil bernama Korea Muslim Federation Halal Committee yang bertugas untuk
memberikan sertifikasi halal bagi sejumlah pelaku bisnis makanan di Korea
Selatan (baik restoran maupun perusahaan pemasok makanan daging).115
115 Yes! Halal, Halal Status in South Korea, [basis data online], tersedia di laman: https://www.yeshalal.co.kr/halal-status-in-korea-eng, diakses pada Minggu 07 Mei 2017 pukul 19.42 WIB
51
Gambar III.C.1.1 Logo Korea Muslim Federation Halal Committee
Sumber: Yes! Halal, 2016.116
Menurut laporan resmi dari Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM),
bahwa Korea Muslim Federation Halal Committee telah secara sah terdaftar
dan diakui keberadaannya oleh Pemerintah Malaysia sejak tanggal 2 Januari 2015.
Organisasi yang berlokasi di kawasan Itaewon-Seoul ini, menjadi salah satu dari
73 badan sertifikasi halal dunia yang telah diakui keabsahannya oleh JAKIM.117
Selain dari pihak JAKIM, Korea Muslim Federation Halal Committee
ternyata juga telah diakui keberadaanya oleh World Halal Food Council (WHFC).
Korea Muslim Federation Halal Committee telah secara resmi terdaftar sebagai
salah satu anggota tetap WHFC di kawasan Asia.118
116 Yes! Halal, Halal Status in South Korea 117 Halal Hub Division JAKIM, The Recognised Foreign Halal Certification Bodies & Authorities, (Putrajaya: Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, 2015), 13 118 WHFC, Member of WHFC Asia, [basis data online], tersedia di laman: http://www.whfc-halal.com/member/asia/korea-moslem-federation-kmf-, diakses pada Minggu 07 Mei 2017 pukul 20.25 WIB
52
Menurut data dari KMF bahwa jumlah orang Korea yang telah memeluk
agama Islam adalah sekitar 35.000 jiwa, sedangkan masyarakat Muslim asing
non-Korea yang menetap di negara tersebut jumlahnya berada di kisaran 100.000
jiwa. Hal ini tak ayal telah membuat hanya terdapat sekitar 15 masjid dan 80 buah
mushalla/ruang shalat sementara yang tersebar di seluruh penjuru Korea.119
Sebagai sebuah negara minoritas Muslim, perlu diakui memang bahwa
untuk mencari restoran ataupun tempat yang menjual makanan bersertifikat halal
di Korea Selatan, masih tergolong cukup susah. Kebiasaan masyarakat lokal yang
masih suka mengonsumsi makanan haram (seperti daging babi maupun alkohol),
menjadi kendala tersendiri bagi masyarakat Muslim setempat. Bahkan kini sudah
muncul sejumlah oknum pengusaha curang, yang mulai menjual produk makanan
halal bersertifikat palsu. Mereka menempelkan sendiri logo halal pada setiap
produk yang mereka jual, tanpa mengetahui makna dari kata halal tersebut.120
Sejumlah isu yang mulai muncul terkait dengan industri makanan halal yang
ada di Korea Selatan, tentu menjadi sebuah tugas dan tantangan tersendiri bagi
Korea Muslim Federation Halal Committee. Hal ini dirasa perlu untuk segera
diatasi, agar rasa kepercayaan konsumen terhadap organisasi sertifikasi makanan
halal ini tetap terus terjaga. Contoh sertifikat halal yang dikeluarkan oleh KMF
dapat dilihat langsung pada Lampiran 1 skripsi ini.
119 Korea-Arab Society, Visit to Islam Korea Seoul Central Mosque, [berita online], tersedia di laman: http://eng.korea-arab.org/?c=user&mcd=eng02_02&me=bbs_detail&idx=572, diakses pada Minggu 07 Mei 2017 pukul 20.43 WIB 120 Yes! Halal, Halal Status in South Korea
53
2. Halal Korea Co., Ltd dan Korea Halal Industry Association
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa halal adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan sebuah objek/tindakan yang diperbolehkan
untuk digunakan/dilakukan berdasarkan hukum Islam. Tentu menjadi sebuah hal
yang penting bagi para pengusaha untuk memiliki sertifikat halal, agar mulai
dapat memasuki pasar makanan halal di negara-negara Muslim.121
Halal Korea Co., Ltd bersama dengan Korea Halal Industry Association
telah menyediakan berbagai informasi yang cukup luas bagi para pengusaha lokal
asal Korea Selatan yang tertarik dengan industri makanan halal. Adanya ikatan
yang cukup erat dengan sejumlah badan sertifikasi halal dunia seperti JAKIM dari
Malaysia, telah membuat keduanya semakin dipercaya oleh pengusaha lokal.122
Menurut Chief Executive Officer (CEO) Muhammad Ibrahim Kim Jin-Woo,
bahwa kedua institusi ini selalu mencoba untuk mengklarifikasi segala bentuk
kesalahpahaman dan meningkatkan kesadaran masyarakat setempat terhadap apa
yang dimaksud dengan halal. Selain memberikan jasa konsultasi, kedua institusi
ini juga kerap mengadakan kegiatan pameran sertifikasi halal bagi para konsumen
yang ingin memasuki pasar halal global.123 Berikut ialah sejumlah kegiatan yang
telah diikuti oleh Halal Korea Co., Ltd dan Korea Halal Industry Association:124
121 Jin-Woo Kim (Muhammad Ibrahim), Greetings from the CEO, (Incheon: Halal Korea Co., Ltd, 2015), 1 122 Jin-Woo Kim (Muhammad Ibrahim), Greetings from the CEO, 1 123 Jin-Woo Kim (Muhammad Ibrahim), Greetings from the CEO, 1 124 Jin-Woo Kim (Muhammad Ibrahim), Greetings from the CEO, 2
54
a. Menjadi salah satu agen yang ditunjuk pada Halal Industry Development
Corporation (HDC) di Malaysia tahun 2011
b. Bekerjasama dengan FOOD POLIS di Iksan pada sebuah proyek di bawah
Ministry of Food, Agriculture, Forestry and Fisheries of Korea (MFAFF)
mengenai makanan halal tahun 2011
c. Menyelenggarakan kegiatan Singapore-Korea Halal Seminar yang mengangkat
tema “GO, Halal Korea 2012”
d. Turut serta dalam Korea-Malaysia Halal Business Meeting
e. Menghadiri penandatanganan MoU antara Pemerintah Provinsi Gangwon
dengan Yayasan World Islamic Economic Forum (WIEF) tahun 2014
f. Mengadakan seminar HDC di gedung Korea Trade Center
g. Mengikuti acara penandatangan MoU antara OIC International Business Center
dengan Korea Halal Industry Association dan Korea Institute of Halal Industry
(KIHI)
h. Menghadiri kegiatan WIEF Pyeongchang Roundtable
i. Turut berpartisipasi mempromosikan produk makanan halal korea dalam
the 2014 Thailand Halal Assembly
k. Mengikuti kegiatan 7th Halal Certification Bodies Convention di Selangor,
Malaysia tahun 2016
Selain turut diundang dan berpartisipasi dalam sejumlah kegiatan bertema
halal di kancah internasional, kedua institusi ini juga kerap mengadakan kegiatan
bertema serupa. Salah satu diantaranya ialah Halal Expo Korea 2015, yang telah
menjadi pameran industri halal pertama di wilayah Korea Selatan. Kegiatan yang
55
berlangsung pada Bulan Agustus 2015 tersebut, diharapkan mampu memberikan
kontribusi yang besar bagi perusahaan lokal yang mulai ingin mengembangkan
bisnisnya dalam pasar halal global.125
Gambar III.C.2.1 Suasana Halal Expo Korea 2015
Sumber: Jin-Woo Kim (Muhammad Ibrahim), 2015.126
Korea Halal Industry Association melalui salah satu anak usahanya yakni
KIHI, juga sempat menyelenggarakan kegiatan bertajuk Korea International
Halal Conference 2016 yang bekerjasama dengan KFRI dan MAFRA Korea.
Sejumlah institusi sertifikasi halal kelas dunia, seperti yang berasal dari Indonesia,
Malaysia, dan Thailand turut hadir untuk menjalin hubungan kerjasama baru
dengan pihak MAFRA terkait proses sertifikasi halal.127
125 Digitalbuyersguide, Halal Expo Korea 2015, [berita online], tersedia di laman: https://korean-products.com/2015/11/04/halal-expo-korea-2015/, diakses pada Senin 08 Mei 2017 pukul 23.57 WIB 126 Jin-Woo Kim (Muhammad Ibrahim), Halal Expo Korea 2015 Review, [basis data online], tersedia di laman: http://koreahalal.org/archives/1093, diakses pada Sabtu 08 Juli 2017 pukul 00.16 WIB 127 MAFRA, 2016 Korea Halal Conference will Present Global Halal Certification Trends and Policicies, (Seoul: Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs, 2016), 1-2
56
Gambar III.C.2.2 Logo Korea Halal Industry Association,
Halal Korea Co., Ltd dan Halal Expo Korea
Sumber: Jin-Woo Kim (Muhammad Ibrahim), 2015.128
3. Korea Halal Association (KOHAS)
Korea Halal Association (KOHAS) merupakan sebuah institusi pemerintah
yang berdiri sejak tahun 2013 dan berbasis di Seoul, Korea Selatan. Tugas utama
daripada asosiasi tersebut adalah menyediakan layanan akreditasi produk-produk
halal yang sesuai dengan ketentuan dalam syariat Islam. 129 Menurut Presiden
KOHAS, Kim Hyun-Joong, bahwa institusinya akan mulai membangun sebuah
landasan/sistem baru bagi para pengusaha lokal yang membutuhkan serangkaian
informasi terkait logistik, distribusi, hingga sertifikasi produk halal. KOHAS akan
menyediakan program pelatihan, fasilitas riset, hingga mendatangkan para tenaga
ahli guna menjadi sebuah lembaga sertifikasi halal global yang terakreditasi.130
Selang sebulan pasca digelarnya Halal Expo Korea 2015 oleh Korea Halal
Industry Association, KOHAS tidak mau ketinggalan untuk menyelenggarakan
kegiatan serupa dengan tema Halal Korea 2015. Acara yang diisi dengan kegiatan
pameran, seminar dan konsultasi sertifikasi halal tersebut, merupakan salah satu
hasil nyata dari besarnya komitmen Pemerintahan Presiden Park Geun-Hye terkait
128 Jin-Woo Kim (Muhammad Ibrahim), Korea Halal: Our Logo, [basis data online], tersedia di laman: http://koreahalal.org/our-logo, diakses pada Sabtu 08 Juli 2017 pukul 00.27 WIB 129 Zawya Business Development, Company Detail: Fast Facts, [basis data online], tersedia di laman:https://www.zawya.com/mena/en/company/Korea_Halal_Association-12619994/, diakses pada Kamis 11 Mei 2017 pukul 14.03 WIB 130 Hyun-Joong Kim, Introduction, [basis data online], tersedia di laman: http://www.kohas.or.kr/ diakses pada Kamis 11 Mei 2017 pukul 15.38 WIB
57
pengelolaan sektor industri halal di Korea Selatan. Penandatangan MoU dengan
UEA pada tahun 2015 mengenai pertukaran informasi sertifikasi makanan halal,
telah menjadi sebuah dasar yang kuat bagi penyelenggaraan acara ini.131
Gambar III.C.3.1 Stan Pameran Korea Halal Association (KOHAS)
Sumber: Ri-Ja Kwan , 2015.132
4. Korea Halal Export Association (KOHEA)
Semakin meningkatnya potensi keuntungan yang ditunjukkan oleh pasar
halal global, telah membuat Pemerintah Korea Selatan semakin giat merancang
sejumlah kebijakan khusus agar dapat mempromosikan produk halal Korea.
Korea Halal Export Association (KOHEA) dibentuk untuk memberikan sejumlah
dukungan sistem ekspor mandiri bagi sejumlah perusahaan lokal yang ingin mulai
memasuki persaingan bisnis dalam pasar halal global melalui pengerjaan sejumlah
proyek tertentu.133
131 KOHAS, Halal Korea 2015: The First step to meet Halal culture and business in Korea!, (Seoul: Korea Halal Association, 2015), 1-2 132 Ri-Ja Kwan, Opening of the 2015 International Food Material Technology Exhibition, [berita online], tersedia di laman: http://fikorea.org/board/index.php?boardid=hz_board_notice&mode=view&no=86&lng=, diakses pada Sabtu 08 Juli 2017 pukul 00.41 WIB 133 KOHEA, About KOHEA: Greetings from the CEO, [basis data online], tersedia di laman: http://www.kohea.org/eng/company/greeting.php, diakses pada Kamis 11 Mei 2017 pukul 18.16 WIB
58
Untuk lebih jelasnya berikut ialah sejumlah proyek yang telah dikerjakan
oleh KOHEA, yakni:134
a. Promosi dan pemasaran produk halal secara online
b. Layanan konsultasi jasa ekspor
c. Melakukan evaluasi dan survei terkait tren pasar halal terkini
d. Membuat pertemuan terkait strategi ekspor produk halal
e. Memberikan pelatihan mengenai sertifikasi dan ekspor produk halal
f. Memberikan dukungan bagi bisnis pameran (baik di dalam ataupun luar negeri)
Seperti halnya dengan beberapa institusi pendahulunya, KOHEA juga tidak
mau ketinggalan untuk menyelenggarakan pameran bertajuk halal. Melalui tema
Halal Trade Expo Korea setidaknya kegiatan ini akan terselenggara sebanyak 2
kali, yang pertama pada tahun 2016 lalu dan yang kedua pada Bulan Agustus
tahun 2017. Kegiatan yang rencanya akan berlangsung selama 3 hari tersebut,
akan menampilkan Halal Fashion Show sebagai salah satu program unggulannya.
Program lainnya seperti Biz Matching dan Talk Show mengenai berbagai macam
produk halal, juga akan disuguhkan pada kegiatan pameran ini.135
Gambar III.C.4.1 Logo Halal Trade Expo Korea 2017
Sumber: World Expo Co., Ltd, 2017.136
134 KOHEA, About KOHEA: Greetings from the CEO 135 Ri-Ja Kwan, Exhibition, Seminar, Education: Halal Trade Expo Korea 2017, [basis data online], tersedia di laman: http://www.kohea.org/eng/notice/exhibition.php?ptype=view&idx=94&page=&code=exhibition_eng , diakses pada Kamis 11 Mei 2017 pukul 23.18 WIB 136 World Expo Co., Ltd, Halal Trade Expo Korea 2017, [basis data online], tersedia di laman: http://www.halalkoreaexpo.co.kr/eng/, diakses pada Sabtu 08 Juli 2017 pukul 20.29 WIB
59
5. Korea Halal Center (KHC)
Satu lagi badan sertifikasi halal yang beroperasi di Korea Selatan. Institusi
yang bernama Korea Halal Center (KHC) ini, merupakan sebuah organisasi
non-profit yang bertugas untuk memberikan pelayanan sertifikasi halal. Telah
mengantongi izin resmi beroperasi dari Ministry of Food and Drug Safety Korea,
KHC juga berperan sebagai lembaga kontrol dan riset yang berafiliasi dengan
Incheon Islamic Center Korea.137
Tujuan utama daripada pendirian KHC ialah, untuk memastikan setiap
perusahaan di Korea Selatan agar mampu mengadopsi, menerapkan dan mematuhi
persyaratan sistem standarisasi halal secara kredibel. Tidak hanya itu saja KHC
bahkan telah membuka kelas pendidikan Islam, baik untuk kalangan masyarakat
Muslim ataupun non-Muslim di Korea. 138
6. Specialized Halal Food Agency Korea Selatan
Pada tanggal 12 Maret 2015 MAFRA Korea, telah berhasil meluncurkan
Specialized Halal Food Agency di bawah naungan KFRI sebagai bentuk
implementasi nyata dari MoU yang sebelumnya telah disepakati oleh Korea
Selatan dan UEA. Badan ini nantinya akan fokus menganalisis standarisasi
makanan halal di sejumlah negara mayoritas Muslim, dan akan meyediakan
fasilitas panduan resmi bagi para pengusaha lokal asal Korea Selatan mengenai
tata cara mendapatkan sertifikasi makanan halal.139
137 Muhammed Sohail, About KHC: Background of Establishment, [basis data online], tersedia di laman: http://www.kohic.com/background-of-establishment/, diakses pada Kamis 11 Mei 2017 pukul 23.40 WIB 138 Muhammed Sohail, About KHC: Background of Establishment 139 Ji-Won Park, Korean Government Launches Specialized Halal Food Agency on Thursday
60
Pada momen penandatanganan MoU tersebut, Pemerintah Korea Selatan
melalui MAFRA menggandeng Emirates Authority for Standardization and
Metrology (ESMA) dari UEA untuk bekerjasama dalam bidang pertanian dan
makanan halal. Melalui kerjasama tersebut, institusi sertifikasi halal Korea Selatan
diharapkan akan mulai dapat diakui keberadaanya dan setara dengan sejumlah
institusi sertifikasi halal global lainnya.140
Selang setahun pasca penandatanganan MoU tersebut, ESMA langsung
mengambil langkah nyata untuk mulai membuka diskusi dengan pihak delegasi
Kedutaan Besar Korea Selatan di UEA terkait dengan metode regulasi kontrol
sertifikasi produk makanan halal. Sebagai sebuah institusi sertifikasi makanan
halal yang telah diakui secara global, ESMA bahkan juga siap membantu pihak
Specialized Halal Food Agency Korea untuk melakukan pertukaran informasi dan
teknologi sertifikasi makanan halal.141
Menurut Kwon Hae-Ryong, Duta Besar Korea Selatan untuk UEA, bahwa
program sertifikasi halal oleh UEA akan segera diterapkan di Korea Selatan
melalui Specialized Halal Food Agency. Ia sangat berharap bahwa produk-produk
pertanian asal Korea Selatan akan mulai dapat segera dinikmati oleh masyarakat
UEA secara keseluruhan.142
140 Ri-Ja Kwan, MAFRA Sign an MoU with the UAE for Cooperation in Agriculture and Halal Food, [berita online], tersedia di laman: http://www.kfoodstory.com/news/articleView.html?idxno=3544, diakses pada Jum’at 12 Mei 2017 pukul 22.30 WIB 141 Emirates News Agency, ESMA discusses applying UAE regulations for control on Halal Product with Korean delegation, [berita online], tersedia di laman: http://wam.ae/en/print/1395296360056, diakses pada Rabu 07 Juni 2017 pukul 14.40 WIB 142 Chloe Ryan, South Korea adopts UAE halal certification, [berita online], tersedia di laman: http://www.globalmeatnews.com/Industry-Markets/South-Korea-adopts-UAE-halal-certification, diakses pada Jum’at 12 Mei 2017 pukul 22.48 WIB
61
Selain meluncurkan Specialized Halal Food Agency, MAFRA juga siap
untuk segera membuka kantor cabang baru dari Korea Agro-Trade Center (aT)
di Abu Dhabi. MAFRA juga berencana untuk segera mengoperasikan sarana
Rumah Potong Hewan (RPH) khusus untuk daging ayam dan sapi bersertifikat
halal yang akan langsung dipantau oleh satuan tugas dari KFRI dan KMF.143
Specialized Halal Food Agency berdiri di bawah naungan Division of Food
Safety, Distribution and Standard pada KFRI dengan nama Food Standard
Research Center. Untuk lebih jelasnya berikut ialah sederet tugas dan fungsi
utama dari Specialized Halal Food Agency:144
1. Mengembangkan dan menyebarkan kriteria standarisasi dan sertifikasi makanan
di Korea Selatan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan industri lokal
2. Mengoperasikan berbagai macam sistem sertifikasi pangan untuk melindungi
konsumen dan produsen
3. Membantu industri pangan lokal untuk memasuki pasar halal global dengan
cara menyediakan informasi mengenai standarisasi makanan halal, penelitian
dan pengembangan, hingga dukungan khusus bagi kalangan industri
4. Mengembangkan studi terkait sistem standarisasi dan sertifikasi makanan halal
global
5. Mengembangkan teknologi halal food screening system sebagai strategi khusus
untuk mempercepat ekspor makanan halal.
143 Eliot Beer, Korea signs MoU with UAE for Halal, plans to double exports to $1.2bn, [berita online], tersedia di laman: http://www.foodnavigator.com/Regions/Middle-East/Korea-signs-MOU-with-UAE-for-Halal-plans-to-double-exports-to-1.2bn, diakses pada Jum’at 12 Mei 2017 pukul 22.30 WIB 144 KFRI, Research Division: Division of Food Safety, Distribution and Standard, [basis data online], tersedia di laman: http://eng.kfri.re.kr/cntntsService.do?menuId=MNU_0000000000000429, diakses pada Jum’at 12 Mei 2017 pukul 23.52 WIB
62
BAB IV
ANALISIS KERJASAMA KOREA SELATAN-UEA DALAM
PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN HALAL TAHUN 2015
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai analisis masalah penelitian,
penulis ingin sedikit kembali merangkum tentang alur berpikir/gagasan utama
yang terdapat dalam penelitian skripsi ini. Pada penjabaran awal yang terdapat
pada Bab I, telah disebutkan bahwa pada tahun 2015 lalu Presiden Park Geun-Hye
dari Korea Selatan beserta dengan rombongan delegasinya bertandang langsung
ke Abu Dhabi untuk melaksanakan kegiatan kunjungan kenegaraan (state visit)
dengan pihak Pemerintah UEA.
Pada akhir kunjungan kenegaraan tersebut, kedua negara sepakat untuk
menandatangani serangkaian MoU terkait dengan sejumlah isu yang telah
didiskusikan sebelumnya. Salah satu poin yang penulis anggap cukup menarik
untuk dibahas ialah mengenai hubungan kerjasama pengembangan industri
makanan halal oleh kedua negara.
Mengapa poin kerjasama pengembangan industri makanan halal dapat
menjadi begitu menarik? Perlu diingat bahwa pada bagian pernyataan masalah
telah disebutkan bahwa Korea Selatan merupakan sebuah negara minoritas
Muslim, sedangkan UEA berdasarkan konstitusi negaranya telah mendeklarasikan
diri mereka sebagai sebuah negara Muslim. Lantas apa hubungannya latar
belakang agama sebuah negara, dengan kerjasama bilateral yang telah terjalin?
63
Pada pembahasan dalam Bab II telah dijabarkan secara lugas mengenai
sejarah umum kerjasama bilateral antara Korea Selatan dengan UEA. Bila
diperhatikan lebih seksama, selama ini kedua negara belum pernah menjalin
hubungan kerjasama mengenai isu yang penulis anggap kurang begitu strategis ini
(yakni mengenai pengembangan industri makanan halal). Kedua negara pada
awalnya justru lebih fokus pada isu kerjasama pengembangan energi nuklir
(pembangunan PLTN Barakah di UEA). Bahkan sejak momentum kerjasama
tersebut, kedua negara mulai memasuki sebuah fase hubungan baru sebagai
negara kemitraan strategis (strategic partnership country).
Kembali kepada masalah pengembangan industri makanan halal, telah
disebutkan sebelumnya dalam Bab III bahwa agar suatu makanan yang berasal
dari daging hewan dapat dikategorikan sebagai halal/zabiha, maka proses dari
penyembelihannya harus dilakukan sesuai dengan syariat Islam. Sehingga penulis
memandang bahwa makanan halal ialah suatu hal yang memiliki keterkaitan yang
sangat erat dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran Islam.
Lantas yang menjadi sebuah pertanyaan besar yang muncul dalam penelitian
skripsi ini ialah, “Mengapa Korea Selatan bekerjasama dengan UEA dalam
pengembangan industri makanan halal tahun 2015?” Setidaknya untuk menjawab
pertanyaan penelitian tersebut, penulis akan menggunakan sejumlah teori dan
konsep dalam Ilmu Hubungan Internasional sebagai supporting tools of analysis.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah bagian analisis pembuka dari jawaban utama
penulis dalam menjawab pertanyaan penelitian tersebut.
64
Sebagai bagian analisis pembuka dari fenomena kerjasama antara Korea
Selatan dengan UEA dalam pengembangan industri makanan halal tahun 2015,
penulis ingin memulainya dari definisi kerjasama internasional itu sendiri.
Menurut Robert O. Keohane, kerjasama internasional antar negara-negara industri
maju sudah semakin terlihat geliat perkembangannya pasca berakhirnya era
Perang Dunia ke-II.145
Bila merujuk pada Konsep Kerjasama Internasional, faktor pendukung
utama dari terwujudnya suatu kerjasama internasional adalah karena adanya
perbedaan kebutuhan dan keadaan dari masing-masing pihak/negara. Terkadang
kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh pihak-pihak yang menjalin hubungan
kerjasama internasional pun juga cenderung tidak sama. Hal inilah yang kemudian
menjadi alasan mengapa suatu negara mencari kebutuhan yang tidak dapat mereka
penuhi di dalam negerinya sendiri dari luar negeri.146
Salah satu definisi yang paling baku terkait dengan kerjasama internasional
ialah yang disampaikan oleh Kalevi Jaakko Holsti. Menurut Holsti, kerjasama
internasional dapat diartikan sebagai transasksi persetujuan atas sejumlah isu
tertentu yang berasal dari dua atau lebih kepentingan, nilai dan tujuan yang saling
bertemu, mengatur dan menghasilkan suatu kebijakan yang akan dipenuhi secara
langsung oleh pihak-pihak terkait.147
Jika penjelasan pada Konsep Kerjasama Internasional tersebut dikaitkan
langsung dengan fenomena kerjasama pengembangan industri makanan halal
Korea Selatan-UEA, maka akan langsung ditemukan koneksi “benang merah”nya. 145 Robert O. Keohane, After Hegemony, 5 146 Zulkifli, Kerjasama Internasional Sebagai Solusi Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara, 18 147 Kalevi J. Holsti, Politik Internasional: Kerangka Untuk Analisis, 652-653
65
Penulis melihat bahwa sebagai sebuah negara minoritas Muslim, Korea Selatan
tidak memiliki kemampuan dan informasi yang cukup untuk mengembangkan
industri makanan halal. Karena seperti apa yang telah penulis sebutkan
sebelumnya, bahwa halal ialah suatu konsep yang benar-benar bernilai Islami.
Tentu menjadi sebuah hal yang sangat wajar apabila Korea Selatan mulai
“menggandeng” negara lain untuk memenuhi kepentingan dalam negerinya itu
(dalam hal ini yakni terkait informasi pengembangan indutri makanan halal).
Untuk memenuhi kebutuhan/kepentingan dalam negerinya tersebut, penulis
menilai bahwa Korea Selatan tentu tidak akan main-main dalam memilih rekan
bekerjasama. Menurut hemat penulis berikut ialah sejumlah alasan mengapa UEA
dipilih oleh Korea Selatan sebagai pihak yang dirangkul untuk bekerjasama:
1. UEA adalah sebuah negara Muslim, seperti yang sudah tertera jelas pada
konstitusi Negara Teluk tersebut.148
2. UEA adalah negara mitra strategis pertama bagi Korea Selatan di kawasan
Timur Tengah dan Afrika Utara.149
3. UEA telah memiliki ESMA sebagai sebuah institusi sertifikasi halal yang telah
diakui keberadaanya secara luas.150
Setelah menggunakan bantuan dari Konsep Kerjasama Internasional, berikut
ialah analisis penulis yang kedua melalui bantuan Teori Neoliberal Institusional.
Menurut Robert O. Keohane, ia sepakat bahwa terdapat sebuah hubungan timbal
balik antara ekonomi dan politik dalam suatu kerjasama internasional.151
148 US Department of State, United Arab Emirates 149 Kang-Ho Park, Ambassador’s Greeting 150 Ri-Ja Kwan, MAFRA Sign an MoU with the UAE for Cooperation in Agriculture and Halal Food 151 Robert O. Keohane, Power and Governance in a Partially Global World, 3
66
Bagi penganut fungsi-fungsi internasional (Kelompok Institusionalis),
kerjasama internasional merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam dunia
perekonomian. Apalagi dengan hadirnya faktor kepentingan ekonomi bersama
(shared economic interest) telah membentuk permintaan yang cukup tinggi akan
terciptanya institusi serta aturan internasional.152
Institusi atau aturan internasional adalah sebuah pola praktik yang diakui
keberadaanya karena dapat mempengaruhi perilaku suatu negara, dan bukan
hanya merupakan sekedar organisasi formal semata. Sedangkan ada pula istilah
the liberal international arrangements yang merupakan respon dari kebutuhan
akan koordinasi kebijakan yang tercipta karena adanya sifat saling ketergantungan
(interdependence). Peraturan atau arrangements inilah yang kemudian disebut
sebagai International Regimes, yang berisi seperangkat aturan, norma, prinsip,
dan prosedur penentu suatu kebijakan153
Gambar IV.1 Bagan Singkat Kerjasama Internasional
Sumber: Olahan Pribadi Penulis, 2017.
152 Robert O. Keohane, After Hegemony, 7 153 Robert O. Keohane, After Hegemony, 8
67
Melalui penjabaran singkat dalam bagan tersebut, penulis menilai bahwa
Teori Neoliberal Institusional ingin menjelaskan bahwa kerjasama yang terjalin
antar kedua negara terbentuk karena adanya faktor kepentingan ekonomi bersama
(shared economic interest). Meskipun perlu diakui memang, bahwa dalam
kerjasama ini Korea Selatan tentu terlihat memiliki kepentingan ekonomi yang
jauh lebih besar jika dibandingkan dengan UEA.
Karena adanya faktor kepentingan ekonomi tersebut, maka secara otomatis
akan meningkatkan permintaan yang cukup tinggi terhadap pembentukan Institusi
Internasional. Makna dari kata yang dimaksud sebagai Institusi Internasional atau
International Regimes dalam hal ini ialah MoU yang telah disepakati sebelumnya
oleh kedua negara. Secara tidak langsung MoU tersebut telah menjadi seperangkat
aturan, pola praktik, serta norma yang diakui keberadaanya oleh kedua belah
bihak, sehingga mampu mempengaruhi perilaku para aktor yang terlibat.
Sebagai buktinya selang seminggu pasca penandatanganan MoU tersebut,
Korea Selatan melalui MAFRA langsung membentuk Specialized Halal Food
Agency yang berdiri di bawah naungan KFRI. 154 Hal ini tentu telah menjadi
sebuah bukti nyata bahwa Korea Selatan langsung tunduk dan patuh terhadap
regulasi/aturan yang terdapat dalam MoU tersebut.
Terkait dengan sifat saling ketergantungan (interdependence) yang ada
dalam fenomena kerjasama ini, penulis akan menganalisisnya secara lebih
lanjut dengan menggunakan “kacamata” dari Konsep Complex Interdependence.
Sebagai sebuah konsep yang sangat menentang asumsi dasar dari Teori Realisme,
154 Seung-Ah Lee, President Park asks for cooperation on halal food, public health
68
Complex Interdependence melihat bahwa panggung politik global tidak akan
selalu bersifat konfliktual. Ada kalanya kerjasama internasional pada masa damai,
justru akan menjadi sebuah momen yang lebih menguntungkan. Apalagi peranan
aktor-aktor atau institusi non-negara dalam konsep ini, juga sudah mulai
diperhitungkan kapasitasnya. 155 Sekedar untuk mengingatkan kembali, berikut
ialah 3 karakteristik utama dalam Konsep Complex Interdependence beserta
dengan analisis kasusnya:156
1. Multiple Channels. Merupakan hubungan saling keterkaitan antar aktor negara
(interstate), trans governmental dan transnational. Hal ini tampaknya cocok
dengan jalur yang ditempuh oleh Pemerintah Korea Selatan dalam bekerjasama
dengan UEA. Pasalnya kedua negara tidak benar-benar bertindak sebagai aktor
utama dalam kerjasama pengembangan industri makanan halal tahun 2015.
Kedua negara justru mengajak kalangan pengusaha yang berperan sebagai
aktor non-negara pada acara Korea-UAE Business Forum 2015 untuk turut
berpartisipasi mensukseskan bidang kerjasama tersebut. Akan tetapi meskipun
peranan aktor non-negara telah mulai dianggap cukup penting keberadaannya,
namun tidak dapat dipungkiri bahwa penulis menilai peranan negara tetap
memegang porsi terbesar dalam kerjasama internasional.
2. The Absence of Hierarchy among Issues. Merupakan agenda hubungan antar-
negara yang terdiri dari beragam isu yang tidak tersusun secara jelas dalam
hirarki. Singkatnya karakteristik kedua ini, ingin menunjukkan bahwa isu yang
terdapat dalam kerjasama internasional pada Konsep Complex Interdependence
155 Keohane dan Nye, Power and Interdependence, 21 156 Keohane dan Nye, Power and Interdependence, 21
69
tidak akan selalu didominasi oleh masalah keamanan dan militer saja. Sebagai
buktinya isu-isu seperti cyber security, pertukaran budaya, pengembangan
energi nuklir, ekspor-impor dalam bidang ekonomi, hingga mengenai masalah
sertifikasi makanan halal menjadi setara dan sama pentingnya dalam kerjasama
internasional yang dijalin oleh Korea Selatan dan UEA tahun 2015.
3. Minor Role of Military Forces. Merupakan sebuah kondisi di mana aktivitas
penggunaan kekuatan militer tidak akan digunakan oleh pemerintah suatu
negara ketika Konsep Complex Interdependence berlaku. Hal ini tentu telah
dibuktikan dengan hampir tidak adanya isu-isu strategis mengenai kerjasama
militeristik yang dijalin oleh kedua negara pada tahun 2015 lalu.
Setelah menjelaskan hipotesis awal penulis terkait masalah penelitian yang
ada, kini tiba saatnya penulis untuk mulai mempersempit jawaban penelitian.
Setidaknya berikut adalah sejumlah faktor pendorong mengapa Korea Selatan
bekerjasama dengan UEA dalam pengembangan industri makanan halal:
1. Kurangnya informasi yang dimiliki oleh Korea Selatan terkait pengembangan
industri makanan halal
2. Adanya kepentingan ekonomi bersama dan sifat interdependence
3. Munculnya aktor-aktor non-negara yang mulai diajak terlibat langsung pada
isu yang setara dalam kerjasama internasional
Menurut analisis penulis bahwa melalui sejumlah dorongan faktor-faktor
tersebut, salah satu kepentingan utama Korea Selatan bekerjasama dengan UEA
dalam pengembangan industri makanan halal tahun 2015 adalah, karena negara
tersebut mulai ingin memasuki Pasar Halal Global (Global Halal Market).
70
A. Pasar Halal Global (Global Halal Market)
Memasuki era industri dan globalisasi yang sangat masif seperti saat ini,
ternyata konsep halal telah menjadi salah satu hal yang sudah mulai terkena
dampak nyatanya. Kini konsep halal sudah tidak lagi hanya berkaitan dengan
produk makanan saja. Mulai dari industri pariwisata, bioteknologi, hingga produk
perawatan tubuh juga sudah mulai diperhatikan tingkat kehalalannya. Bahkan
khusus untuk sektor makanan halal alur standarisasinya selalu dipantau secara
ketat oleh instansi terkait mulai dari tahap persiapan, produksi, penanganan,
penyimpanan, hingga proses sertifikasinya.157
Gambar IV.A.1 Diagram Global Halal Market tahun 2010
Sumber: Faridah Hj Hassan, 2013.158
Berdasarkan hasil studi lembaga Halal Market and Strategy tahun 2010,
bahwa sebesar 38% dari pasar halal global didominasi oleh produk makanan dan
minuman olahan, 23% industri farmasi, 13% produk olahan kue dan roti, 9%
produk kosmetik, 6% suplemen bernutrisi, dan 11% daging utuh non-olahan.159
157 Florence Bergaud-Blacker, Johan Fischer, dan John Lever, Halal Matters: Islam, Politics and Markets in Global Perspective, (New York: Routledge, 2016), 1 158 Faridah Hj Hassan, Professorial Lecture: Halal Food Marketing Dare to Win, 5 159 Faridah Hj Hassan, Professorial Lecture: Halal Food Marketing Dare to Win, 5
71
Menurut Faridah Hj Hassan, Dekan dari Fakultas Bisnis dan Manajemen
Universiti Teknologi Mara, Malaysia, bahwa belakangan ini permintaan akan
produk-produk halal telah semakin meningkat grafik pertumbuhannya secara
signifikan (baik di negara mayoritas Muslim ataupun minoritas Muslim).160
Gambar IV.A.2 Infografis Global Halal Market tahun 2010
Sumber: Dubai Chamber of Commerce and Industry, 2014.161
Memasuki tahun 2011 para pelaku industri makanan halal global mulai
menargetkan keuntungan yang mungkin diraih dalam pasar halal global sebesar
USD 632 milyar/tahunnya. 162 Lebih hebatnya lagi menurut data tahun 2013,
menyebutkan bahwa nilai keuntungan yang terdapat pada pasar halal global
telah semakin meningkat dan menyentuh angka USD 2.3 trillyun/tahunnya.
Angka tersebut bahkan diperkirakan akan lebih meningkat lagi pada tahun 2018
mendatang, yang mampu mencapai kisaran USD 4.6 trillyun/tahunnya.163
160 Faridah Hj Hassan, Professorial Lecture: Halal Food Marketing Dare to Win, 5 161 Dubai Chamber of Commerce and Industry, Major Trends in the Global Islamic Economy, 3 162 Florence Bergaud-Blacker, Johan Fischer, dan John Lever, Halal Matters: Islam, Politics and Markets in Global Perspective, 1 163 KOHAS, Halal Korea 2015, 2
72
Gambar IV.A.3 Diagram Global Halal Market tahun 2013
Sumber: Dubai Chamber of Commerce and Industry, 2014.164
Berdasarkan data Dubai Chamber of Comerce and Industry tahun 2014,
bahwa produk-produk halal yang tergolong dalam Fast Moving Consumer Goods
(FMCG) menguasai sebesar 67% dari total pasar halal global pada tahun 2013.
Produk tersebut berasal dari makanan dan minuman olahan, produk kue dan roti,
kosmetik dan kebutuhan pribadi, suplemen bernutrisi, hingga makanan manis.
Sedangkan 33% sisanya ditempati oleh produk daging utuh dan obat-obatan.165
Menguasai sebesar 17.7% dari total pasar makanan dunia, ternyata industri
pasar halal global telah menjadi salah satu pasar dengan tingkat pertumbuhan
tercepat di dunia. Apalagi dengan jumlah populasi umat Muslim global yang
diperkirakan akan menguasai 26.4% dari total penduduk dunia pada tahun 2030
mendatang, tentu menjadi alasan yang kuat untuk tidak menyia-nyiakan potensi
yang dimiliki oleh pasar halal global ini.166
164 Dubai Chamber of Commerce and Industry, Major Trends in the Global Islamic Economy, 4 165 Dubai Chamber of Commerce and Industry, Major Trends in the Global Islamic Economy, 4 166 KOHAS, Halal Korea 2015, 2
73
Selain karena faktor bonus demografi, kondisi perekonomian dan tingkat
pendidikan masyarakat Muslim dunia juga sudah cenderung cukup membaik.
Hal ini tentu telah membuat angka permintaan pada sektor industri makanan halal
global menjadi semakin melesat tajam.167 Salah satu hal yang juga tidak kalah
pentingnya adalah, faktor mulai dipahaminya kebutuhan dasar bagi setiap umat
Muslim dunia untuk mengonsumsi setiap produk makanan halal oleh kalangan
masyarakat internasional. Mereka kini telah mengerti bahwa seorang Muslim
wajib untuk memastikan segala makanan yang akan ia konsumsi harus berasal
dari sumber-sumber yang halal.168
Seperti apa yang telah disebutkan sebelumnya bahwa beberapa kalangan
masyarakat internasional yang berasal dari negara berpenduduk minoritas Muslim,
kini juga sudah mulai tertarik untuk masuk dalam persaingan pasar halal global.
Menurut Faridah Hj Hassan bahwa sejumlah negara minoritas Muslim tersebut
melihat faktor keunikan, kesehatan, keamanan, dan bahan-bahan yang berkualitas
yang berasal dari makanan halal. Selain itu proses sertifikasi logo halal pada
setiap kemasan produk makanan, juga menjadi perhatian tersendiri bagi sejumlah
negara minoritas Muslim yang mulai ingin mempelajari industri makanan halal.
Pasalnya logo/label halal tersebut secara otomatis akan langsung memunculkan
rasa yakin dan percaya terhadap setiap produk makanan yang akan dikonsumsi
oleh setiap umat Muslim di berbagai penjuru dunia.169
167 Faridah Hj Hassan, Professorial Lecture: Halal Food Marketing Dare to Win, 1 168 Faridah Hj Hassan, Professorial Lecture: Halal Food Marketing Dare to Win, 4 169 Faridah Hj Hassan, Professorial Lecture: Halal Food Marketing Dare to Win, 6
74
Penulis melihat bahwa analisis yang dibangun oleh Faridah Hj Hassan telah
memiliki dasar pemikiran yang sangat kuat dan logis, bila dikaitkan dengan
fenomena kerjasama antara Korea Selatan-UEA dalam pengembangan industri
makanan halal. Setidaknya penulis memandang bahwa sebagai sebuah negara
minoritas Muslim, Korea Selatan mulai ingin turut terlibat langsung bersaing
dalam industri pasar halal global yang begitu potensial dan menggiurkan.
Menurut data dari Institution of International Trade dan Korea International
Trade Association, nilai ekspor Korea Selatan pada tahun 2014 lalu meningkat
sebesar 2.9% dari tahun ke tahun pada kisaran angka USD 576 milyar. Sedangkan
nilai impor dalam negeri Korea Selatan telah mencapai titik tertingginya di
kisaran angka USD 528 milyar. Data tersebut menunjukkan bahwa Korea Selatan
telah berhasil masuk ke dalam jajaran 7 negara eksportir terbesar di dunia dan
telah sukses melampaui rekor jumlah keseluruhan nilai perdagangannya yang
mencapai angka USD 1 trillyun dalam kurun waktu 4 tahun terakhir.170
Gambar IV.A.4 Grafik Rasio Pertumbuhan Ekspor Global
Sumber: KOHAS, 2015.171
170 KOHAS, Halal Korea 2015, 2 171 KOHAS, Halal Korea 2015, 2
75
Bila melihat pada kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh Korea Selatan,
tampaknya sudah tidak dapat diragukan lagi bahwa negara ini telah sangat siap
bersaing dengan sejumlah negara kompetitor lainnya dalam pasar halal global.
Namun hanya satu hal yang belum dimiliki oleh negara ini, yakni kemampuan dan
ilmu yang cukup dalam mengelola industri makanan halal itu sendiri.
Karena belum memiliki kemampuan yang cukup mumpuni dalam hal
pengelolaan industri makanan halal, maka Korea Selatan lebih memilih jalur
bekerjasama dengan negara Muslim untuk dapat mewujudkannya. Beberapa
negara mayoritas Muslim yang tergolong cukup aktif dalam hal mengembangkan
industri makanan halal antara lain adalah Indonesia, Malaysia, dan UEA.172
Sebagai pihak yang diajak langsung untuk bekerjasama oleh Korea Selatan,
UEA ternyata memang telah menjadi sebuah negara yang penulis anggap sudah
cukup mumpuni dalam pengelolaan industri makanan halal. Data pada tahun 2012
menyebutkan bahwa nilai konsumsi makanan halal yang ditawarkan oleh pasar
UEA dapat mencapai angka USD 20 milyar/tahun. Sebagai salah satu negara
pintu gerbang utama untuk memasuki kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara,
lokasi strategis dari UEA tersebut juga tentu merupakan sebuah faktor yang sangat
penting untuk diperhitungkan.173
Selain faktor keuntungan posisi geografis, hal yang paling menarik dari
UEA adalah bahwa negara ini tengah bersiap untuk menjadi International Center
of Halal Industry. UEA bahkan selalu sukses dalam menyelenggarakan perhelatan
172 KOHAS, Halal Korea 2015, 2 173 WIEF Foundation, Tourism and Korea’s Food Industry: Capturing the Muslim Market, (Gangwon: World Islamic Economic Forum, 2014), 3-4
76
OIC Halal Middle East Exhibition yang bertujuan untuk memperkuat platform
industri halal global setiap tahunnya.174
Perlu diakui bahwa pangsa pasar makanan halal yang dimiliki oleh UEA
memang tidak seberapa besar jika dibandingkan dengan sejumlah negara
mayoritas Muslim lainnya seperti Indonesia, Turki, Pakistan, Arab Saudi atau
bahkan India. Namun dengan mengandalkan pengalaman bisnis yang dimiliki
oleh UEA dalam menjual sejumlah produk makanan halal ke luar negeri
(baik makanan beku ataupun makanan siap saji), maka hal tersebut dapat menjadi
sebuah keuntungan tersendiri yang harus terus dikembangkan oleh negara ini.175
Tabel IV.A.1 Pasar Makanan Halal Negara Berpenduduk Mayoritas Muslim
Sumber: Dubai Chamber of Commerce and Industry, 2014.176
174 WIEF Foundation, Tourism and Korea’s Food Industry, 4 175 Dubai Chamber of Commerce and Industry, Major Trends in the Global Islamic Economy, 7 176 Dubai Chamber of Commerce and Industry, Major Trends in the Global Islamic Economy, 7
77
Sebuah riset dari lembaga Euromonitor menunjukkan bahwa struktur pasar
daging halal dalam negeri UEA pada tahun 2013, terdiri dari 21.3% daging beku
dalam kemasan sedangkan 78.7% sisanya merupakan daging segar yang belum
dikemas. Daging mentah yang belum dikemas tentu memegang porsi yang besar
di berbagai pasar tradisional dan toko-toko penjual daging, akan tetapi pasar
makanan siap saji tampaknya juga tidak mau ketinggalan. Pada tahun 2013 lalu
pasar makanan siap saji UEA meraup keuntungan sebesar USD 3.03 milyar dan
diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun 2018 senilai USD 3.83 milyar
dengan laju prosentase kenaikan sebesar 4.8%. Salah satu penyebab utama dari
tingginya pasar makanan siap saji di UEA, adalah karena gaya hidup masyrakat
urban perkotaan setempat yang sangat sibuk dan tidak memiliki waktu yang cukup
luang untuk memasak, terutama di sejumlah kota-kota besar seperti Abu Dhabi
dan Dubai.177
Kembali pada masalah sertifikasi pada industri makanan halal, bahwa UEA
sebelumnya telah disebutkan memiliki sebuah institusi teknis khusus bernama
ESMA yang berfungsi sebagai badan standarisasi tunggal untuk produk makanan
halal dan kosmetik. Pembentukan dari ESMA sendiri tidak terlepas dari posisi
UEA yang menempati urutan ke-3 sebagai negara importir daging halal terbesar di
dunia, sehingga tentu diperlukan institusi penyaring makanan layaknya ESMA.
Perlu diketahui bahwa 91% negara anggota OKI masih mengimpor stok daging
dan hewan ternak hidup dari sejumlah negara non-anggota OKI.178
177 Dubai Chamber of Commerce and Industry, Major Trends in the Global Islamic Economy, 8 178 WIEF Foundation, Tourism and Korea’s Food Industry, 5
78
Alasan utama dari seringnya UEA mengimpor segala bentuk produk pangan
dan pertanian dari luar negeri adalah, karena tingginya kondisi temperatur udara
serta kurangnya volume curah hujan di negara ini setiap tahunnya. Bahkan UEA
diperkirakan selalu mengimpor produk pangan sebesar 80% untuk memenuhi stok
kebutuhan dalam negerinya. Sejumlah komoditi yang diimpor antara lain adalah
daging ayam dan telur, kebutuhan sehari-hari, seafood dan sayur-sayuran segar.179
Meskipun UEA terkadang tampak sebagai sebuah negara yang sangat kuat
dalam bidang ekonomi dan keuangan, namun faktanya negara ini ternyata tetap
tidak luput dari gejolak pelemahan ekonomi dunia pada periode 2008-2009 lalu.
Nilai dari Gross Domestic Product (GDP) per kapita UEA pada tahun 2008
sempat berada pada kisaran USD 56,200. Memasuki tahun 2009 pertumbuhan
GDP negara UEA diperkirakan hanya tumbuh sebesar 0.5% dari rata-rata 8.8%
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.180
Menurut hemat penulis bahwa dengan semakin meningkatnya potensi
keuntungan yang ditawarkan oleh pasar makanan halal global, tentu telah menjadi
daya tarik tersendiri bagi Korea Selatan sebagai sebuah negara minoritas Muslim
untuk mulai mencoba peruntungannya. Kepentingan ekonomi (economic interest)
yang disampaikan oleh Teori Neoliberal Institusional, lagi-lagi menjadi salah satu
kunci utama mengapa kerjasama antara Korea Selatan dengan UEA dapat
terjwujud. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa UEA sebagai “guru”
baru bagi Korea Selatan dalam pengembangan industri makanan halal, tidak boleh
lengah dan jumawa agar suatu saat nanti tidak akan tertinggal dari sang “murid”. 179 International Market Berau, Food service Profile: The United Arab Emirates (UAE), (Toronto: Agriculture and Agri-Food Canada, 2009), 3 180 International Market Berau, Foodservice Profile, 3
79
B. Muslim Friendly Country
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai jawaban penelitian yang kedua,
penulis ingin kembali sedikit merangkai benang merah antara masalah penelitian
dengan menggunakan analisis kerangka teoretis. Pada sub-bab sebelumnya telah
dijelaskan mengenai alasan pertama, mengapa Korea Selatan bekerjasama dengan
UEA dalam pengembangan industri makanan halal. Potensi keuntungan ekonomi
yang ditawarkan oleh pasar halal global, ternyata telah menjadi magnet tersendiri
bagi Korea Selatan untuk mencoba peruntungan baru dalam bidang industri
tersebut. Lantas setelah nantinya berhasil masuk dan bersaing dalam pasar halal
global, hal apakah yang selanjutnya kira-kira akan dikejar oleh Korea Selatan?
Bila kembali merujuk pada kerangka teoretis sebelumnya, penulis masih
tetap percaya bahwa kerjasama bilateral yang dijalin oleh Korea Selatan dan UEA
didasari oleh adanya faktor economic interest dan interdependence antar kedua
negara. Apalagi sejumlah institusi non-negara juga mulai turut serta ambil bagian
dalam mensukseskan fenomena kerjasama dua negara berbeda latar belakang
agama tersebut. Menurut analisis penulis, alasan yang kedua terkait mengapa
Korea Selatan bekerjasama dengan UEA dalam pengembangan industri makanan
halal, adalah karena negara tersebut mulai ingin dikenal sebagai salah satu negara
Muslim Friendly Country (negara ramah wisatawan Muslim).
Memasuki beberapa tahun terakhir, industri perjalanan dan pariwisata telah
menjadi salah satu motor penggerak dalam sektor perekonomian global. Industri
pariwisata global ternyata telah menyumbangkan sekitar 9% dai total GDP dunia.
Bahkan pada tahun 2014 yang lalu, nilai kuntungan yang mampu diraih oleh
80
sektor industri pariwisata berada pada kisaran 6% dari total nilai ekspor dunia.
Dalam beberapa tahun terakhir, angka pertumbuhan para pelancong Muslim dunia
mulai mengalami tren peningkatan yang begitu signifikan. Mengingat jumlah
populasi umat Muslim dunia yang diperkirakan akan mencapai angka 2.2 milyar
jiwa pada tahun 2030 mendatang, maka hal ini tentu sudah harus mulai dapat
diantisipasi oleh para pelaku bisnis dalam sektor industri tersebut.181
Tabel IV.B.1 Data Kedatangan Wisatawan Muslim Global Periode 2010-2020
Sumber: COMCEC, 2016.182
Berdasarkan data yang dihimpun oleh lembaga survei Crescent Rating,
menyatakan bahwa pada tahun 2014 lalu jumlah wisatawan Muslim global berada
pada angka 116 juta jiwa dan diperkirakan akan mencapai angka 180 juta jiwa
pada tahun 2020 mendatang. Mengingat pada tahun tersebut jumlah populasi umat
Muslim dunia diprediksi akan mampu mencapai angka 26% dari keseluruhan
penduduk dunia, maka pasar industri pariwisata Muslim tentu menjadi hal yang
sangat potensial untuk mulai dikembangkan. Meningkatnya jumlah populasi
kalangan masyarakat Muslim kelas menengah dan juga wisatawan muda Muslim,
181 COMCEC, Muslim Friendly Tourism, 1 182 COMCEC, Muslim Friendly Tourism, 1
81
tentu telah menjadi faktor penunjang utama dalam industri pariwisata global. Satu
hal yang menjadi kendala utama dalam segmen ini adalah, kurangnya badan
pariwisata nasional yang dimiliki oleh negara mayoritas Muslim anggota OKI.
Nyatanya baru ada 3 negara yang telah memiliki badan nasional pariwisatanya
tersendiri, yakni Malaysia, Indonesia, dan UEA.183
Peningkatan jumlah wisatawan Muslim global, tentu telah memunculkan
beberapa istilah tersendiri untuk mendefinisikan sektor industri pariwisata ini.
Salah satu nama yang cukup dikenal masyarakat ialah Muslim Friendly Tourism
(MFT). Menurut COMCEC dari OKI, bahwa MFT adalah situasi kesadaran yang
dimiliki oleh setiap wisatawan Muslim untuk menjalankan apa yang hanya
diperbolehkan dalam Islam (halal) ketika sedang bepergian/berwisata.184
Agar semakin mempermudah sejumlah negara mayoritas Muslim dalam
melancarkan sektor industri MFT, maka COMCEC telah mengklasifikasikan
3 kerangka konseptual yang terdiri dari demand side themes, supply side themes,
dan 6 faith based needs. Untuk bagain terakhir, setidaknya terdapat 6 hal dasar
yang harus dipenuhi dalam rangka menjalankan industri MFT ini, antara lain:185
1. Ketersediaan makanan halal
2. Ketersediaan tempat ibadah untuk shalat
3. Kemudahan dalam menggunakan fungsi toilet umum
4. Ketersediaan fasilitas dan pelayanan selama Bulan Ramadhan
5. Ketersediaan fasilitas yang tidak menyediakan kegiatan non-halal
6. Ketersediaan fasilitas rekreasi privat/keluarga 183 COMCEC, Muslim Friendly Tourism, 1 184 COMCEC, Muslim Friendly Tourism, 2 185 COMCEC, Muslim Friendly Tourism, 2
82
Peluang untuk dapat menjadi negara tujuan utama wisata ramah Muslim,
tampaknya juga sudah mulai dibidik oleh sebagian negara minoritas Muslim yang
berada di kawasan Asia Timur seperti Cina, Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan.
Berdasarkan data pada tahun 2014 lalu menyebutkan bahwa sekitar 22.5 juta jiwa
atau sekitar 1/3 dari keseluruhan jumlah wisatawan Muslim global, justru memilih
sejumlah negara minoritas Muslim sebagai negara destinasi untuk berlibur.186
Sebagai salah satu negara minoritas Muslim, Korea Selatan tampaknya juga
telah mulai semakin siap dan mantap dalam menggeluti sektor industri MFT ini.
Berdasarkan data dari Korea Tourism Organization (KTO) pada tahun 2015 lalu,
total wisatawan asing yang mengunjungi Korea Selatan berjumlah sebanyak
13 juta orang. Beberapa negara mayoritas Muslim seperti Indonesia meyumbang
1.1 juta orang wisatawan, Malaysia menyumbang 1.3 juta orang wisatawan,
sementara sejumlah negara di kawasan Timur Tengah (termasuk UEA) turut
berkontribusi sebanyak 150 ribu orang wisatawan ke Korea Selatan.187
Salah satu langkah utama yang telah diambil oleh Pemerintah Korea Selatan
dalam rangka meningkatkan angka kunjungan wisatawan Muslim global, adalah
dengan cara memperluas keberadaan Muslim Friendly Restaurant. Melalui KTO,
Pemerintah Korea Selatan kian gencar untuk menambah jumlah restoran halal dari
135 menjadi 170 dengan target 1.2 juta orang wisatawan Muslim pada 2017.188
186 COMCEC, Muslim Friendly Tourism, 6-7 187 Korea Tourism Organization (KTO), Key Facts on Tourism: Visitor Arrivals, Korean Departures, International Tourism Receipts and Expenditure, [basis data online], tersedia di laman: https://kto.visitkorea.or.kr/eng/tourismStatics/keyFacts/visitorArrivals.kto, diakses pada Minggu 04 Juni 2017 pukul 21.43 WIB 188 Min-Sik Yoon, Korea Plans on More ‘Muslim Friendly’ Restaurants, [berita online], tersedia di laman: http://www.thejakartapost.com/travel/2017/03/30/korea-plans-on-more-muslim-friendly-restaurants.html, diakses pada Selasa 11 Juli 2017 pukul 23.31 WIB
83
Memasuki tahun 2016, angka pertumbuhan wisatawan Muslim yang
berkunjung ke Korea Selatan jumlahnya mengalami peningkatan sebesar 33%
dibandingkan dengan tahun 2015. Hal ini telah menjadi berkah tersendiri bagi
Korea Selatan, mengingat dalam beberapa waktu terakhir Korea Selatan mulai
kehilangan pasar wisatawan terbesarnya yang berasal dari Cina. Fenomena ini
merupakan imbas dari melonggarnya hubungan diplomatik antara Cina dan Korea
Selatan pasca penempatan sistem pertahanan misil AS di Semenanjung Korea.189
Peristiwa ini tentu telah menjadi sebuah pukulan telak bagi sektor industri
pariwisata Korea Selatan, apalagi Pemerintah Cina kini mulai menghimbau keras
dan membatasi para wisatawannya agar tidak berlibur ke Korea Selatan. Padahal
sebelumnya menurut KTO, bahwa sebesar 8.05 juta orang wisatawan asal Cina
menempati posisi teratas dalam daftar wisatawan asing yang telah mengunjungi
Korea Selatan pada tahun 2016.190
Bila dianalisis secara lebih mendalam, bahwa upaya yang telah dilakukan
oleh Korea Selatan tersebut semata-mata hanya untuk mengantisipasi penurunan
angka wisatawan asing yang berasal dari Cina. Tentu saja perubahan arah
kebijakan pariwisata Korea Selatan menjadi sebuah Muslim Friendly Country
harus dimanfaatkan secara baik oleh negara-negara mayoritas Muslim.
Upaya Korea Selatan dalam memasarkan Muslim Friendly Restaurant tentu
sudah selaras dengan 6 faith based needs yang diungkapkan oleh COMCEC
dalam pengembangan sektor industri MFT. Pasalnya ketersediaan makanan halal
merupakan hal yang sangat vital bagi seorang Muslim ketika sedang berwisata.
189 Min-Sik Yoon, Korea Plans on More ‘Muslim Friendly’ Restaurants 190 Min-Sik Yoon, Korea Plans on More ‘Muslim Friendly’ Restaurants
84
Menurut hemat penulis salah satu faktor pendorong utama dari tingginya
minat wisatawan Muslim global untuk berwisata ke Korea Selatan adalah karena
besarnya pengaruh yang disebarkan oleh “demam” Hallyu/Korean Wave di dunia.
Secara historis pada awalnya seorang jurnalis asal Cina menulis sebuah kisah
tentang Hanliu, yang merupakan fenomena baru kegemaran masyarakat setempat
terhadap segala macam hal/konten yang berasal dari Korea Selatan. Fenomena
Hallyu (한류) yang berarti arus/gelombang kebudayaan Korea, merupakan sebuah
fenomena baru yang mulai merebak pada akhir era 1990-an.191
Secara umum Hallyu merupakan suatu jenis kekaguman terhadap aliran
Musik Pop Korea (K-Pop), film drama Korea (K-Drama), mode berpakaian kaum
urban Korea (K-Fashion), hingga kegemaran mencicipi makanan Korea (K-Food).
Fenomena menjamurnya popularitas budaya Hallyu tersebut bermula dari
kawasan Asia Timur yang kini sudah mulai merambah hingga ke wilayah Asia
Tenggara, Eropa, Amerika, dan bahkan Timur Tengah. Mudahnya budaya Hallyu
tersebut menyebar hingga ke seluruh penjuru dunia, adalah karena adanya faktor
“packaging/kemasannya” yang masih tetap memegang teguh budaya ketimuran
yang luhur khas Asia.192
Melalui mewabahnya “virus” Hallyu tersebut, kini bahkan telah muncul
istilah Korea Muslim Tour bagi para wisatawan Muslim yang hendak bepergian
ke Korea Selatan. Belakangan ini sejumlah tempat wisata dan restoran-restoran
191 Reza Lukmanda Yudhantara, Korean Wave (Hallyu) sebagai Soft Diplomacy Korea Selatan, dalam Politik dan Pemerintahan Korea, (Yogyakarta: INAKOS dan Pusat Studi Korea Universitas Gadjah Mada, 2010), 184 192 Reza Lukmanda Yudhantara, Korean Wave (Hallyu) sebagai Soft Diplomacy Korea Selatan, 185
85
ternama di Korea, sudah banyak yang mulai menawarkan fasilitas ramah Muslim
seperti ketersediaan makanan halal dan tempat ibadah untuk shalat (mushalla).193
Berbicara mengenai makanan halal Korea, salah satu restoran waralaba asal
Korea Selatan yang kini telah mulai melebarkan sayap usahanya di beberapa
negara Asia adalah Restoran Lotteria. Berawal dari gerai pertamanya di Seoul
tahun 1979, Lotteria kini telah berhasil membuka cabang di Vietnam tahun 1998,
di Cina tahun 2008, di Indonesia tahun 2011, di Myanmar tahun 2013, dan juga
di Kamboja tahun 2014.194
Sejak pendirian gerai pertamanya di Indonesia, Lotteria telah berhasil
mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan bahkan
telah mendapatkan kategori sangat baik pada tahun 2016. Hal ini membuktikan
bahwa makanan yang disuguhkan oleh Lotteria tidak saja hanya halal, namun juga
berkualitas tinggi dan sangat baik jika dikonsumsi oleh masyarakat.195 Contoh
sertifikat halal yang dikeluarkan oleh MUI untuk Lotteria dapat dilihat langsung
pada Lampiran 2 skripsi ini.
Melalui studi kasus Lotteria tersebut, telah memperlihatkan bahwa sejumlah
perusahaan asal Korea Selatan kini telah semakin peduli terhadap pentingnya
sertifikasi makanan halal di negara mayoritas Muslim. Selain restoran halal,
berikut adalah sejumlah upaya lainnya yang telah dilakukan oleh Korea Selatan
untuk mewujudkan kepentingannya sebagai sebuah Muslim Friendly Country.
193 Sun-Geun Ahn (Ali), Carilah Ilmu ke Negeri Korea: Mewujudkan Hubungan Bilateral yang Harmoni antara Indonesia dan Korea, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2014), 64-65 194 Lotteria Indonesia, History: Lotteria Indonesia, [basis data online], tersedia di laman: http://www.lotteria.id/lotteria-indonesia/, diakses pada Rabu 12 Juli 2017 pukul 23.15 WIB 195 Lotteria Indonesia, History: Lotteria Indonesia
86
1. Membebaskan Visa bagi sejumlah Negara Mayoritas Muslim
Salah satu cara yang telah ditempuh oleh Korea Selatan dalam rangka
mempromosikan negara mereka sebagai salah satu Muslim Friendly Country,
adalah dengan memberikan kebijakan bebas visa bagi para wisatawan yang
berasal dari negara mayoritas Muslim untuk dapat berlibur di negara mereka.196
Contoh nyata dari mulai diberlakukannya kebijakan tersebut dapat terlihat sejak
akhir September 2016 lalu, antara Korea Selatan dengan UEA. Kedua belah pihak
telah sepakat untuk meluncurkan kebijakan bebas visa bagi para wisatawan yang
berasal dari kedua negara. Keputusan ini diambil pasca semakin tingginya jumlah
warga negara Korea Selatan yang menetap di UEA sebesar tiga kali lipat, yang
telah mencapai angka 13.000 orang selama lima tahun terakhir. Setiap tahunnya
sekitar 10.000 orang wisawatan asal UEA telah berkunjung ke Korea Selatan,
sedangkan wisatawan asal Korea Selatan yang juga telah berkunjung ke UEA
jumlahnya bahkan sudah mencapai angka 70.000 orang/tahunnya.197
2. Mengadakan Kegiatan Seminar/Roadshow
Semenjak MoU tentang pengembangan industri makanan halal oleh kedua
negara telah berhasil disepakati, kini Korea Selatan mulai banyak mengadakan
kegiatan pameran dan seminar yang bertajuk halal. Para pakar dari UEA juga
kerap diundang untuk berbicara mengenai sistem standarisasi halal dan strategi
bisnis halal. Sejumlah institusi sertifikasi halal asal Korea Selatan, kini bahkan
juga sudah mulai membuka peluang baru terkait pengembangan industri MFT.198
196 COMCEC, Muslim Friendly Tourism, 6-7 197 Caline Malek, UAE and South Korea agree to visa-free travel 198 KOHAS, Halal Korea 2015, 2
87
Upaya promosi serupa ternyata juga telah dilakukan di berbagai negara
mayoritas Muslim (salah satunya yakni Indonesia). Menurut kantor cabang KTO
di Jakarta, salah satu upaya yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Korea Selatan
guna meningkatkan arus kedatangan wisatawan Muslim global adalah dengan cara
mempromosikan sejumlah Muslim Friendly Restaurant yang ada di Korea Selatan.
Pada November tahun 2016 lalu, KTO bahkan telah menyelenggarakan kegiatan
roadshow yang bertajuk Halal Restaurant Week untuk membuat setiap wisatawan
Muslim yang ingin berkunjung ke Korea Selatan semakin merasa nyaman.199
3. Mengadakan Kegiatan Kunjungan Pasar
Upaya untuk mempromosikan makanan halal Korea kepada para wisatawan
Muslim, tampaknya tidak hanya berhenti pada acara seminar dan road show saja.
Pada Bulan November tahun 2015 lalu, perwakilan dari pihak Parlemen Korea,
Pemerintah Distrik Yongsan, serta sejumlah tokoh Muslim Korea berkumpul di
Pasar Tradisional Yongmun untuk mempromosikan makanan halal serta kimchi
khas Korea kepada para wisatawan asing (terutama Muslim) yang menetap di sana.
Yongsan sendiri cukup dikenal sebagai sebuah kawasan yang banyak dihuni oleh
kelompok ekspatriat asing, sehingga kegiatan tersebut diharapkan akan mampu
untuk lebih memasyarakatkan makanan halal Korea yang kini sudah dapat secara
mudah ditemui di pasar-pasar tradisional kepada para ekspatriat asing tersebut.200
199 Korea Tourism Organization, “Korea to Promote Muslim-Friendly Image”, the Jakarta Post, 17 Oktober 2016, 19 200 Young-Joo Park, “The Halal Introduction to Korean Traditional Market”, Al-Korea News, 27 November 2015, 9
88
4. Meluncurkan Buku Panduan Khusus bagi Wisatawan Muslim
Sebagai institusi tunggal pengelola industri pariwisata Korea Selatan, KTO
ternyata juga cukup sering menerbitkan buku dan brosur khusus untuk para
wisatawan Muslim. Sebut saja Food Guide Book for Muslims (2012), Restaurant
Guide Book for Muslims (2014), Muslim Friendly Restaurants in Korea (2015),
hingga edisi revisi buku Muslim Friendly Restaurants in Korea (2016).201
Meski makanan halal Korea telah semakin gencar untuk dikembangkan,
akan tetapi sejumlah isu mengenai kurangnya pemahaman masyarakat setempat
mengenai definisi dari apa itu makanan halal, kini sudah mulai memprihatinkan.
Dalam brosur mengenai Muslim Friendly Restaurants yang “diduga” diterbitkan
oleh KTO, terdapat beberapa gambar makanan khas Korea seperti Japchae,
Kimbab dengan irisan daging Ham, serta Kepiting Korea yang sebenarnya justru
masuk ke dalam kategori makanan haram. Hal ini tentu akan memicu konflik
kesalahpahaman tentang makanan halal di kalangan masyarakat Korea.202
Terlepas dari benar atau tidaknya kasus tersebut, satu hal yang perlu jadi
perhatian semua pihak adalah faktor pemahaman dasar dari seluruh masyarakat
Korea Selatan terkait dengan definisi makanan halal itu sendiri. Menurut penulis
bahwa sebelum suatu negara mulai mendeklarasikan diri mereka sebagai sebuah
Muslim Friendly Country, ada baiknya pihak-pihak yang akan terlibat langsung
dalam industri pariwisata Muslim tersebut diberikan informasi serta pembekalan
yang jelas terkait dengan fenomena MFT.
201 Korea Tourism Organization (KTO), Travel: E-Books, [basis data online], tersedia di laman: http://english.visitkorea.or.kr/enu/TRV/TV_ENG_3_5.jsp, diakses pada Minggu 04 Juni 2017 pukul 19.34 WIB 202 Young-Il Choi, “Muslim Friendly Restaurants?”, Al-Korea News, 27 November 2015, 5
89
5. Meluncurkan Aplikasi Halal Korea
Sebagai sarana untuk mempermudah wisatawan Muslim ketika berwisata di
Korea Selatan, KTO kembali berinovasi dengan meluncurkan sebuah aplikasi
bernama Halal Korea yang dapat diunduh secara mudah melalui smart phone.
Aplikasi tersebut menyediakan berbagai informasi terkait dengan lokasi restoran
bersertifikat halal, prayer alarm yang mampu mengingatkan waktu shalat, lokasi
masjid atau mushalla terdekat, al-Qur’an elektronik, informasi mengenai sejumlah
tempat rekreasi wisata unggulan, hingga fitur Qibla Finder (pencari arah kiblat).
Dengan mulai diluncurkannya aplikasi Halal Korea tersebut, diharapkan akan
mampu mengurangi rasa ketidaknyamanan wisatawan Muslim ketika sedang
berwisata di Korea dan tentu saja untuk mempromosikan pariwisata Korea Selatan
sebagai negara yang ramah Muslim.203
Gambar IV.B.5.1 Aplikasi Halal Korea
Sumber: Maya Safira, 2015.204
203 Korea Tourism Organization, “Perjalanan Anda: Korea Perkenalkan Aplikasi Halal untuk Wisatawan Muslim”, Harian Kompas, 17 November 2016, 24 204 Maya Safira, Korea Luncrukan Aplikasi ‘Halal Korea’ Sebagai Petunjuk Restoran dan Produk Makanan Halal, [berita online], tersedia di laman: http://food.detik.com/read/2015/10/02/164737/3034381/901/korea-luncurkan-aplikasi-halal-korea-sebagai-petunjuk-restoran-dan-produk-makanan-halal, diakses pada Sabtu 08 Juli 2017 pukul 22.13 WIB
90
6. Menyediakan Pelayanan Halal dalam Wisata Medis
Sejak tahun 2016 yang lalu, sejumlah rumah sakit di penjuru Korea Selatan
telah mampu memberikan pelayanan khusus bagi para pasien Muslim. Sebut saja
Seoul National University Hospital dan Samsung Medical Center yang telah
berhasil mengakomodir kebutuhan dasar bagi para pasien Muslim dengan cara
menyediakan sejumlah menu makanan serta minuman halal. Hal ini berawal dari
semakin meningkatnya jumlah kunjungan para pasien Muslim yang berasal dari
beberapa negara di kawasan Timur Tengah (termasuk dari UEA) yang berjumlah
sekitar 3000 orang pada tahun 2015 lalu.205
7. Meluncurkan Mini Drama Korea bertajuk Halal
Pada Bulan Oktober tahun 2015 lalu, dalam rangka menyambut kegiatan
pameran K-Food Fair 2015 di Jakarta, pihak aT Jakarta telah meluncurkan sebuah
mini drama dengan judul “Lunch Box”. Serial yang juga dibintangi oleh aktor
tampan Ji-Soo ini, bercerita tentang kisah cinta seorang pria asal Korea Selatan
yang sedang berusaha belajar membuat makanan halal demi memikat hati seorang
gadis Muslim asal Indonesia. Dengan total 3 episode, kisah romantis mini drama
tersebut bertujuan untuk mempromosikan halal K-Food dan juga industri
pariwisata Korea Selatan yang kini telah mulai bertransformasi sebagai sebuah
Muslim Friendly Country.206
205 Halalincorp, South Korean Hospitals Providing Halal Food for Muslim Patients, [berita online], tersedia di laman: http://www.halalincorp.co.uk/south-korean-hospitals-providing-halal-food-for-muslim-patients/, diakses pada Sabtu 03 Juni 2017 pukul 20.48 WIB 206 Istihong, 3 Episode Mini Drama Lunch Box Siap Promosikan Makanan Halal Korea Selatan, [berita online], tersedia di laman: http://www.dailymoslem.com/news/3-episode-mini-drama-lunch-box-siap-promosikan-makanan-halal-korea-selatan, diakses pada Minggu 04 Juni 2017 pukul 22.00 WIB
91
8. Menyelenggarakan Kegiatan K-Food Fair 2016 di UEA
Pada November tahun 2016, MAFRA Korea telah mengadakan kegiatan
yang bertajuk K-Food Fair 2016 yang digelar di Jumeirah Beach Residence (JBR)
Dubai, UEA. Selain mengadakan kegiatan pameran makanan halal Korea kepada
para penduduk setempat, festival ini juga diselingi dengan pembukaan acara
the 2nd Korea-UAE Business Forum yang sebelumnya telah diadakan pada 2015.
Kedua kegiatan tersebut merupakan hasil nyata dari kerjasama Korea Selatan
dengan UEA dalam pengembangan industri makanan halal.207
Gambar IV.B.8.1 Suasana K-Food Fair 2016, Dubai
Sumber: Suh-Young Yoon, 2015.208
Berbicara mengenai makanan khas Korea, pada dasarnya ciri makanan ini
mempunyai beberapa kesamaan dengan konsep makanan halal pada umumnya
karena menggunakan bumbu yang berasal dari bahan-bahan yang alami untuk
menambakan cita rasa pada makanan. Apalagi kebanyakan jenis masakan Korea
sangat cocok untuk kaum vegetarian, yang memiliki sejumlah “pantangan” yang
207 MAFRA, Dubai K-Food Fair 2016: Korea Food Festival to Be Held in the Middle East, (Seoul: Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs, 2016), 1-2 208 Suh-Young Yoon, First Korean Food Fair held in Dubai, [berita online], tersedia di laman: http://koreatimes.co.kr/www/news/culture/2015/11/135_192143.html, diakses pada Sabtu 08 Juli 2017 pukul 22.24 WIB
92
cenderung sama dengan makanan halal. Selain itu masakan Korea juga terkenal
sebagai jenis masakan yang tergolong sehat, karena mayoritas bumbu yang
digunakan tidak berasal dari buatan pabrik yang menggunakan bahan pengawet.209
Gambar IV.B.8.2 Bulgogi (불고기) Makanan Tradisional Khas Korea
Sumber: KTO, 2012.210
Sejumlah upaya yang telah dilakukan oleh Korea Selatan dalam rangka
menarik para wisatawan Muslim mancanegara tersebut, tentu tidak terlepas dari
kerjasama pengembangan industri makanan halal dengan UEA pada tahun 2015.
Politik luar negeri Korea Selatan beserta dengan kuatnya pengaruh budaya Hallyu,
tentu telah menjadi faktor pendorong tersendiri dalam menarik para wisatawan
Muslim global untuk mau datang berkunjung. Mengingat sedang memburuknya
hubungan diplomatik antara Korea Selatan dengan sejumlah negara di kawasan
Asia Timur, tidak menutup kemungkinan bahwa negara tersebut sedang mencari
pasar lain untuk meningkatkan nilai ekspor serta jumlah wisatawan asingnya.211
209 KTO, My Friend Korea: Food Guide Book for Muslims, (Seoul: Korea Tourism Organization, 2012), 11-12 210 KTO, My Friend Korea: Food Guide Book for Muslims, 12 211 Hasil wawancara dengan Reza Lukmanda Yudhantara, Penulis “Korean Wave (Hallyu) sebagai Soft Diplomasi Korea Selatan” dalam buku Politik dan Pemerintahan Korea, proses wawancara dilakukan pada Jum’at 02 Juni 2017, transkrip hasil wawancara tertera pada Lampiran 3
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai bagian pembuka dari kesimpulan penelitian dalam skripsi ini,
penulis ingin memulainya dari sejarah hubungan bilateral Korea Selatan-UEA.
Dimulai dari kerjasama strategis pembangunan proyek PLTN Barakah APR-1400,
kini kedua negara telah menjalin hubungan yang lebih harmonis lagi melalui
sejumlah bidang kerjasama baru. Salah satu bidang kerjasama yang dimaksud,
tentu saja ialah kerjasama pengembangan industri makanan halal pada tahun 2015.
Penulis melihat bahwa sebagai sebuah negara minoritas Muslim, langkah
yang diambil oleh Korea Selatan dalam menjalin hubungan kerjasama tentang
pengembangan industri makanan halal dengan UEA yang notabene merupakan
sebuah negara Muslim, merupakan suatu hal yang sangat berani dan cukup unik.
Lantas yang menjadi pertanyaan besar dalam hal ini ialah, mengapa Korea Selatan
bekerjasama dengan UEA terkait dengan pengembangan industri makanan halal?
Apalagi bidang kerjasama yang telah dijalain oleh kedua negara, penulis lihat
merupakan suatu hal yang sangat bernilai Islami (yakni mengenai makanan halal).
Menurut hemat penulis, bahwa setidaknya terdapat 2 alasan utama untuk
dapat menjawab pertanyaan penelitan tersebut. Alasan pertama adalah karena
Korea Selatan ingin mencoba untuk dapat memasuki persaingan dalam industri
Pasar Halal Global (Global Halal Market). Pada bagian pembahasan dan analisis
masalah, penulis telah menyebutkan bahwa faktor kepentingan ekonomi ternyata
masih memegang peranan yang cukup besar dalam industri Pasar Halal Global ini.
94
Potensi industri makanan halal global telah menguasai 17.7% dari total
pasar makanan dunia, ditambah lagi pada tahun 2018 mendatang nilai keuntungan
yang dimiliki oleh Pasar Halal Global jumlahnya diperkirakan akan mencapai
USD 4.6 trillyun/tahunnya. Hal ini tentu telah menjadi sebuah daya tarik yang
sangat menggiurkan bagi Korea Selatan untuk dapat mulai bersaing di dalamnya.
Alasan kedua mengapa Korea Selatan bekerjasama dengan UEA dalam
pengembangan industri makanan halal adalah, karena negara tersebut ingin mulai
mempromosikan diri mereka sebagai sebuah Muslim Friendly Country. Apabila
sektor industri pariwisata dalam negeri Korea Selatan sudah mampu serta siap
menyediakan restoran dengan menu makanan dan minuman halal, maka hal ini
tentu akan sangat berdampak langsung pada peningkatan jumlah wisatawan
Muslim yang akan berkunjung ke Korea Selatan. Mengingat sebanyak 52 juta
orang wisatawan Muslim global justru lebih memilih negara minoritas Muslim
sebagai destinasi liburan mereka pada tahun 2014 lalu, maka hal ini tentu telah
menjadi sebuah faktor pendorong utama mengapa Korea Selatan mulai gencar
mempromosikan diri mereka sebagai sebuah Muslim Friendly Country.
Pengaruh dari menjamurnya “demam” Korean Wave (Hallyu) di berbagai
penjuru dunia, penulis rasa juga telah menjadi nilai tambah tersendiri dalam
rangka memuluskan jalan Korea Selatan untuk dapat meraih dua kepentingannya
tersebut. Pemilihan UEA oleh Korea Selatan sebagai pihak yang diajak untuk
bekerjasama, penulis rasa merupakan suatu langkah yang sangat tepat dan bijak.
Hal ini mencerminkan bahwa kemitraan strategis yang selama ini telah dijalin
oleh kedua negara, sudah berjalan dengan amat baik dan maksimal.
95
Terdapat satu hal besar yang dapat penulis simpulkan sebagai premis akhir
dari kesimpulan penutup penelitian skripsi ini. Menurut pandangan penulis bahwa
kerjasama internasional yang dijalin oleh para aktor internasional, tidak selalu
dipengaruhi oleh faktor latar berlakang agama suatu negara. Fenomena hubungan
kerjasama antara Korea Selatan dan UEA, telah membuktikan bahwa faktor
kepentingan ekonomi lah yang justru telah berperan lebih besar dalam hubungan
kerjasama tersebut. Sehingga apapun latar belakang agamanya, tidak akan terlalu
banyak mempengaruhi suatu hubungan kerjasama internasional.
B. Saran
Jika melihat upaya yang telah dilakukan oleh Korea Selatan dalam
bekerjasama dengan UEA terkait pengembangan industri makanan halal, tentu
telah menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi Indonesia sebagai sebuah negara
mayoritas Muslim terbesar di dunia. Pasalnya Korea Selatan justru lebih memilih
“berguru” dengan UEA tentang pengembangan industri makanan halal, ketimbang
dengan Indonesia. Sudah seharusnya Indonesia lebih serius dalam pengembangan
sektor industri makanan halal ini, sehingga institusi sertifikasi halal Indonesia
akan dapat lebih dikenal dan diakui keberadaannya oleh kalangan internasional.
Sebagai universitas yang mengedepankan konteks keilmuan, keislaman, dan
keindonesiaan, ada baiknya kalangan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(terutama dari Program Studi Hubungan Internasional) bersedia untuk mulai
menggali ketiga nilai tersebut dan mengimplementasikannya secara langsung
dalam ranah penelitian skripsi/tugas akhir. Semoga ide dan masukan tersebut
dapat segera diwujudkan dan diimplementasikan oleh banyak pihak.
xvii
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Ab. Halim, Mustafa Afifi dan Mohd Mahyeddin Mohd Salleh. “The Possibility of
Uniformity on Halal Standards in Organization of Islamic Cooperation
(OIC) Country.” World Applied Sciences Journal 17 (2012): 6-10.
Al-Saudairi, Mohammed Turki. “South Korea-GCC Economic Relations: An
Overview.” GRC Gulf Papers (November 2012): 3-15.
Levkowitz, Alon. “Korea and the Middle East Turmoil: A Reassesstment of South
Korea Middle East Relations.” The Korean Journal of Defense Analysis 24
(Juni 2012): 225-238.
Levkowitz, Alon. “South Korea’s Middle East Policy.” Mideast Security and
Policy Studies 106 (Desember 2013): 5-25.
Levkowitz, Alon. “The Republic of Korea and the Middle East: Economics,
Diplomacy, and Security.” Korea Economic Institute Academic Paper
Series 5 (Agustus 2010): 1-8.
Samiullah, Muhammad. “The Meat: Lawful and Unlawful in Islam.” Islamic
Studies 21 (April 1982): 75-104.
Buku
Ahn, Sun-Geun (Ali). Carilah Ilmu ke Negeri Korea: Mewujudkan Hubungan
Bilateral yang Harmoni antara Indonesia dan Korea. Jakarta: Penerbit
Mitra Wacana Media, 2014.
Ahn, Sun-Geun (Ali). Islam Damai di Negeri Asia Timur Jauh: Meneropong
Penyebaran dan Dinamika Islam di Korea. Jakarta: UIN Jakarta Press,
2011.
Bergaud-Blacker, Florence, Johan Fischer, dan John Lever. Halal Matters: Islam,
Politics and Markets in Global Perspective. New York: Routledge, 2016.
Creswell, John W. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. Thousand Oaks: Sage Publications, Inc., 2003.
Faisal, Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 1989.
Hassan, Faridah Hj. Professorial Lecture: Halal Food Marketing Dare to Win.
Selangor: Penerbit Press Universiti Teknologi Mara, 2013.
xviii
Holsti, Kalevi J. Politik Internasional: Kerangka Untuk Analisis, Jilid II.
Diterjemahkan oleh M. Tahrir Azhari. Jakarta: Erlangga, 1988.
Keohane, Robert O. After Hegemony: Cooperation and Discord in the World
Political Economy. New Jersey: Princeton University Press, 1984.
Keohane, Robert O. Power and Governance in a Partially Global World. London:
Routledge, 2002.
Keohane, Robert O. dan Joseph S. Nye. Power and Interdependence: Third
Edition. New York: Longman, 2001.
Sohn, Joo-Young (Abdul Rajiq). Organizations and Activities of the Muslim
Minority in Korea. Seoul: Hankuk University of Foreign Studies, 2003.
Syakr, Ahmad H. A Muslim Guide to Food Ingredients. Diterjemahkan oleh
Wikan Satriati. Illinois: Foundation for Islamic Knowledge, 1993.
Yudhantara, Reza Lukmanda. Korean Wave (Hallyu) sebagai Soft Diplomacy
Korea Selatan, dalam Politik dan Pemerintahan Korea. Yogyakarta:
INAKOS dan Pusat Studi Korea Universitas Gadjah Mada, 2010.
Tesis dan Disertasi
Naqiyuddin, Ahmad Faris. Islam in South Korea: Progress and Challanges of
Da’wah Activities since the 1950’s. Selangor: International Islamic
University Malaysia, 2016.
Zulkifli. Kerjasama Internasional Sebagai Solusi Pengelolaan Kawasan
Perbatasan Negara (Studi Kasus Indonesia). Jakarta: Universitas Inonesia,
2012.
Laporan Resmi
Economic Research Department Dubai Chamber of Commerce and Industry.
Major Trends in the Global Islamic Economy. Dubai: Dubai Chamber,
2014.
Halal Hub Division JAKIM. The Recognised Foreign Halal Certification Bodies
& Authorities. Putrajaya: Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, 2015.
International Market Berau. Foodservice Profile: The United Arab Emirates
(UAE). Toronto: Agriculture and Agri-Food Canada, 2009.
Kim, Jin-Woo (Muhammad Ibrahim). Greetings from CEO. Incheon: Halal Korea
Co., Ltd, 2015.
xix
KOHAS. Halal Korea 2015: The First step to meet Halal culture and business in
Korea. Seoul: Korea Halal Association, 2015.
KTO. My Friend Korea: Food Guide Book for Muslims. Seoul: Korea Tourism
Organization, 2012.
MAFRA. 2016 Korea Halal Conference will Present Global Halal Certification
Trends and Policicies. Seoul: Ministry of Agriculture, Food and Rural
Affairs, 2016.
MAFRA. Dubai K-Food Fair 2016: Korea Food Festival to Be Held in the
Middle East. Seoul: Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs, 2016.
Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation of the
Organization of Islamic Cooperation (COMCEC). Muslim Friendly
Tourism: Understanding the Demand and Supply Sides in the OIC Members
Countries. Ankara: COMCEC Coordination Office, 2016.
WIEF Foundation. Tourism and Korea’s Food Industry: Capturing the Muslim
Market. Gangwon: World Islamic Economic Forum, 2014.
Artikel Surat Kabar
Choi, Young-Il. “Muslim Friendly Restaurants?” Al-Korea News,
27 November 2015, 5.
Korea Tourism Organization. “Perjalanan Anda: Korea Perkenalkan Aplikasi
Halal untuk Wisatawan Muslim.” Harian Kompas, 17 November 2016, 24.
Korea Tourism Organization. “Korea to Promote Muslim-Friendly Image”.
the Jakarta Post, 17 Oktober 2016, 19.
Park, Young-Joo. “The Halal Introduction to Korean Traditional Market”.
Al-Korea News, 27 November 2015, 9.
Basis Data Online Resmi
Central Intelligence Agency. The World Fact Book: Religions. [Basis data online].
Tersedia di laman: https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/fields/2122.html. Diakses pada Rabu 26 Oktober 2016 pukul 23.21
WIB.
Embassy of the United Arab Emirates. Bilateral Relationship. [Basis data online].
Tersedia di laman: http://uae-embassy.ae/Embassies/kr/Content/2238.
Diakses pada Sabtu 18 Maret 2017 pukul 23.27 WIB.
xx
Jung, In-Man. Young-Sil Jang: the Greatest Scientist in Korean History.
[Basis data online]. Tersedia di laman:
http://www.busanddadang.com/?p=9707&ckattempt=1. Diakses pada Sabtu
08 Juli 2017 pukul 00.02 WIB.
KFRI. Research Division: Division of Food Safety, Distribution
and Standard. [Basis data online]. Tersedia di laman:
http://eng.kfri.re.kr/cntntsService.do?menuId=MNU_0000000000000429.
Diakses pada Jum’at 12 Mei 2017 pukul 23.52 WIB.
Kim, Hyun-Joong. Introduction. [Basis data online]. Tersedia di laman:
http://www.kohas.or.kr/. Diakses pada Kamis 11 Mei 2017 pukul 15.38
WIB.
Kim, Jin-Woo (Muhammad Ibrahim). Halal Expo Korea 2015 Review. [Basis data
online]. Tersedia di laman: http://koreahalal.org/archives/1093. Diakses
pada Sabtu 08 Juli 2017 pukul 00.16 WIB.
Kim, Jin-Woo (Muhammad Ibrahim). Korea Halal: Our Logo. [Basis data
online]. Tersedia di laman: http://koreahalal.org/our-logo. Diakses pada
Sabtu 08 Juli 2017 pukul 00.27 WIB.
KOHEA. About KOHEA: Greetings from the CEO. [Basis data online]. Tersedia
di laman: http://www.kohea.org/eng/company/greeting.php. Diakses pada
Kamis 11 Mei 2017 pukul 18.16 WIB.
Korea.net. Religion. [Basis data online]. Tersedia di laman:
http://www.korea.net/AboutKorea/Korean-Life/Religion. Diakses pada
Rabu 07 Desember 2016 pukul 10.30 WIB.
Korea Tourism Organization (KTO). Key Facts on Tourism: Visitor Arrivals,
Korean Departures, International Tourism Receipts and Expenditure.
[Basis data online]. Tersedia di laman:
https://kto.visitkorea.or.kr/eng/tourismStatics/keyFacts/visitorArrivals.kto.
Diakses pada Minggu 04 Juni 2017 pukul 21.43 WIB.
Korea Tourism Organization (KTO). Travel: E-Books. [Basis data online].
Tersedia di laman:
http://english.visitkorea.or.kr/enu/TRV/TV_ENG_3_5.jsp. Diakses pada
Minggu 04 Juni 2017 pukul 19.34 WIB.
Kwan, Ri-Ja. Exhibition, Seminar, Education: Halal Trade Expo Korea 2017.
[Basis data online]. Tersedia di laman:
http://www.kohea.org/eng/notice/exhibition.php?ptype=view&idx=94&pag
e=&code=exhibition_eng. Diakses pada Kamis 11 Mei 2017 pukul 23.18
WIB.
xxi
Lotteria Indonesia. History: Lotteria Indonesia. [Basis data online]. Tersedia di
laman: http://www.lotteria.id/lotteria-indonesia/. Diakses pada Rabu 12 Juli
2017 pukul 23.15 WIB.
Ministry of Foreign Affairs Republic of Korea. Middle East and Africa: The
United Arab Emirates. [Basis data online]. Tersedia di laman:
http://www.mofat.go.kr/ENG/countries/middleeast/countries/20070824/1_2
4424.jsp?menu=m_30_50. Diakses pada Sabtu 18 Maret 2017 pukul 23.01
WIB.
Park, Hyo-Keon. Welcome Message: Welcome to Korean Cultural Center in the
United Arab Emirates. [Basis data online]. Tersedia di laman:
http://uae.korean-culture.org/en/7/contents/423. Diakses pada Rabu 22
Maret 2017 pukul 22.34 WIB.
Park, Kang-Ho. Ambassador’s Greeting: Welcome to the official website of the
Embasy of the Republic of Korea to the United Arab Emirates.
[Basis data online]. Tersedia di laman:
http://are.mofa.go.kr/english/af/are/legation/greetings/index.jsp. Diakses
pada Sabtu 18 Maret 2017 pukul 22.35 WIB.
Sohail, Muhammed. About KHC: Background of Establishment. [Basis data
online]. Tersedia di laman: http://www.kohic.com/background-of-
establishment/. Diakses pada Kamis 11 Mei 2017 pukul 23.40 WIB.
US Department of State. United Arab Emirates. [Basis data online]. Tersedia di
laman: http://www.state.gov/documents/organization/171747.pdf. Diunduh
pada Selasa 25 Oktober 2016 pukul 23.49 WIB.
WHFC. Member of WHFC Asia. [Basis data online]. Tersedia di laman:
http://www.whfc-halal.com/member/asia/korea-moslem-federation-kmf-,
Diakses pada Minggu 07 Mei 2017 pukul 20.25 WIB.
World Expo Co., Ltd. Halal Trade Expo Korea 2017. [Basis data online].
Tersedia di laman: http://www.halalkoreaexpo.co.kr/eng/. Diakses pada
Sabtu 08 Juli 2017 pukul 20.29 WIB.
Yes! Halal. Halal Status in South Korea. [Basis data online]. Tersedia di laman:
https://www.yeshalal.co.kr/halal-status-in-korea-eng. Diakses pada Minggu
07 Mei 2017 pukul 19.42 WIB.
Zawya Business Development. Company Detail: Fast Facts.
[Basis data online]. Tersedia di laman:
https://www.zawya.com/mena/en/company/Korea_Halal_Association-
12619994/. Diakses pada Kamis 11 Mei 2017 pukul 14.03 WIB.
xxii
Berita Online Resmi
Beer, Eliot. Korea signs MoU with UAE for Halal, plans to double
exports to $1.2bn. [Berita online]. Tersedia di laman:
http://www.foodnavigator.com/Regions/Middle-East/Korea-signs-MOU-
with-UAE-for-Halal-plans-to-double-exports-to-1.2bn. Diakses pada Jum’at
12 Mei 2017 pukul 22.30 WIB.
Digitalbuyersguide. Halal Expo Korea 2015. [Berita online]. Tersedia di laman:
https://korean-products.com/2015/11/04/halal-expo-korea-2015/, diakses
pada Senin 08 Mei 2017 pukul 23.57 WIB.
Emirates News Agency. ESMA discusses applying UAE regulations for control on
Halal Product with Korean delegation. [Berita online]. Tersedia di laman:
http://wam.ae/en/print/1395296360056. Diakses pada Rabu 07 Juni 2017
pukul 14.40 WIB.
Halalincorp. South Korean Hospitals Providing Halal Food for Muslim Patients.
[Berita online]. Tersedia di laman: http://www.halalincorp.co.uk/south-
korean-hospitals-providing-halal-food-for-muslim-patients/. Diakses pada
Sabtu 03 Juni 2017 pukul 20.48 WIB.
Istihong. 3 Episode Mini Drama Lunch Box Siap Promosikan Makanan Halal
Korea Selatan. [Berita online]. Tersedia di laman:
http://www.dailymoslem.com/news/3-episode-mini-drama-lunch-box-siap-
promosikan-makanan-halal-korea-selatan. Diakses pada Minggu 04 Juni
2017 pukul 22.00 WIB.
Janmohammed, Shelina Zahra. Halal: Chasing the $500 Billion Industry.
[Berita online]. Tersedia di laman: http://mideastposts.com/middle-east-
business/middle-east-economics-analysis/halal-chasing-the-500-billion-
industry/. Diakses pada Selasa 02 Mei 2017 pukul 20.28 WIB.
KBS World Radio. Hasil dan implikasi lawatan Presiden Lee ke Uni Emirat
Arab. [Berita online]. Tersedia di laman:
http://world.kbs.co.kr/indonesian/archive/program/news_issue.htm?lang=i&
No=21184¤t_page=4#sel_lang_open. Diakses pada Rabu 22 Maret
2017 pukul 23.14 WIB.
Korea-Arab Society. Visit to Islam Korea Seoul Central Mosque. [Berita online].
Tersedia di laman: http://eng.korea-
arab.org/?c=user&mcd=eng02_02&me=bbs_detail&idx=572. Diakses pada
Minggu 07 Mei 2017 pukul 20.43 WIB.
Kwan, Ri-Ja. Opening of the 2015 International Food Material Technology
Exhibition. [Berita online]. Tersedia di laman:
http://fikorea.org/board/index.php?boardid=hz_board_notice&mode=view&
no=86&lng=. Diakses pada Sabtu 08 Juli 2017 pukul 00.41 WIB.
xxiii
Kwan, Ri-Ja. MAFRA Sign an MoU with the UAE for Cooperation in Agriculture
and Halal Food. [Berita online]. Tersedia di laman:
http://www.kfoodstory.com/news/articleView.html?idxno=3544. Diakses
pada Jum’at 12 Mei 2017 pukul 22.30 WIB.
Lee, Seung-Ah. President Park asks for cooperation on halal food, public health,
[Berita online]. Tersedia di laman:
http://www.korea.net/NewsFocus/policies/view?articleId=126048. Diakses
pada Selasa 06 Desember 2016 pukul 23.16 WIB.
Maggo, Eduan R. UAE-Korea: A Strategic Partnership. [Berita Online]. Tersedia
di laman: http://gulfnews.com/gn-focus/country-guides/reports/south-
korea/uae-korea-a-strategic-partnership-1.1614205. Diakses pada Selasa 28
Maret 2017 pukul 20.51 WIB.
Malek, Caline. UAE and South Korea agree to visa-free travel. [Berita online].
Tersedia di laman: http://www.thenational.ae/uae/government/uae-and-
south-korea-agree-to-visa-free-travel. Diakses pada Selasa 28 Maret 2017
pukul 21.31 WIB.
Park, Ji-Won. Korean Government Launches Specialized Halal Food Agency on
Thursday, following recent halal food MoU with UAE. [Berita online].
Tersedia di laman:
http://www.arirang.com/News/News_View.asp?nSeq=177122. Diakses
pada Selasa 06 Desember 2016 pukul 23.34 WIB.
Ryan, Chloe. South Korea adopts UAE halal certification. [Berita online].
Tersedia di laman: http://www.globalmeatnews.com/Industry-
Markets/South-Korea-adopts-UAE-halal-certification. Diakses pada Jum’at
12 Mei 2017 pukul 22.48 WIB.
Safira, Maya. Korea Luncrukan Aplikasi ‘Halal Korea’ Sebagai Petunjuk
Restoran dan Produk Makanan Halal. [Berita online]. Tersedia di laman:
http://food.detik.com/read/2015/10/02/164737/3034381/901/korea-
luncurkan-aplikasi-halal-korea-sebagai-petunjuk-restoran-dan-produk-
makanan-halal. Diakses pada Sabtu 08 Juli 2017 pukul 22.13 WIB.
Sohn, Ji-Ae. Korea, UAE pledge to expand economic cooperation. [Berita online],
tersedia di laman:
http://www.korea.net/NewsFocus/policies/view?articleId=126044. Diakses
pada Selasa 06 Desember 2016 pukul 22.18 WIB.
UAEinteract. South Korea and UAE Strategic Partnership will Strenghthen
Bilateral Ties in Nuclear Energy: Park Geun Hye. [Berita online]. Tersedia
di laman:
http://www.uaeinteract.com/docs/South_Korea_and_UAE_strategic_partner
ship_will_strengthen_bilateral_ties_in_nuclear_energy_Park_Geun-
hye/67057.htm. Diakses pada Selasa 28 Maret 2017 pukul 22.56 WIB.
xxiv
Wi, Tack-Whan dan Jae-Un Lim. President Visits UAE. [Berita online]. Tersedia
di laman: http://www.korea.net/NewsFocus/policies/view?articleId=119513.
Diakses pada Senin 01 Mei 2017 pukul 14.09 WIB.
Yonn, Min-Sik. Korea Plans on More ‘Muslim Friendly’ Restaurants.
[Berita online]. Tersedia di laman:
http://www.thejakartapost.com/travel/2017/03/30/korea-plans-on-more-
muslim-friendly-restaurants.html. Diakses pada Selasa 11 Juli 2017 pukul
23.31 WIB.
Yoon, Suh-Young. First Korean Food Fair held in Dubai. [Berita online].
Tersedia di laman:
http://koreatimes.co.kr/www/news/culture/2015/11/135_192143.html.
Diakses pada Sabtu 08 Juli 2017 pukul 22.24 WIB.
Wawancara
Hasil wawancara dengan Reza Lukmanda Yudhantara. Penulis “Korean Wave
(Hallyu) sebagai Soft Diplomacy Korea Selatan” dalam buku Politik dan
Pemerintahan Korea (2010). Proses wawancara dilakukan pada hari Jum’at
02 Juni 2017. Transkrip hasil wawancara tertera pada Lampiran 3.
xxv
Lampiran-lampiran
Lampiran 1: Contoh Sertifikat Halal KMF
xxvi
Lampiran 2: Contoh Sertifikat Halal MUI
xxvii
Lampiran 3: Wawancara dengan Reza Lukmanda Yudhantara
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA SKRIPSI
Narasumber : Reza Lukmanda Yudhantara
Kapasitas : Penulis artikel “Korean Wave (Hallyu) Sebagai Soft
Diplomacy Korea Selatan”
Keterangan : Wawancara dilakukan secara tidak langsung
dengan menggunakan surat elektronik melalui
alamat e-mail [email protected]
Waktu : Dikirim pada tanggal 02 Juni 2017 dan kembali
pada tanggal 05 Juni 2017
Pertanyaan Wawancara :
1. Menurut anda, mengapa Korea Selatan bekerjasama dengan UEA dalam
pengembangan industri makanan halal? Kepentingan apakah yang dapat anda
baca terkait hubungan kerjasama tersebut?
Peningkatan ekspor makanan halal Korea Selatan ke UEA dan negara
Muslim/penduduk mayoritas Muslim. Untuk hal ini sebaiknya anda cari
tahu perkembangan Hallyu di UEA, karena ekspor makanan baru akan
terjadi setelah adanya pengaruh dari Hallyu. Saya menyebutnya sebagai
briliance/kekaguman dan pengidentikan diri.
Usaha untuk mengembangkan makanan halal di Korea Selatan, mengingat
jumlah wisatawan muslim yang terus meningkat.
xxviii
Ada kemungkinan karena hubungan diplomasi Korea Selatan dengan
kawasan Asia Timur sedang memburuk dan mempengaruhi ekspor serta
jumlah wisatawan, sehingga Korea Selatan berusaha mencari pasar lain.
2. Menurut analisis anda, apakah suatu kerjasama internasional antar dua negara
berbeda latar belakang agama dapat membawa dampak yang begitu besar pada
kerjasama tersebut? Ataukah justru sebaliknya?
Menurut saya kerjasama internasional tidak dibatasi oleh latar belakang
agama. Kerjasama Korea Selatan dan UEA akan membawa dampak
positif bagi Korea Selatan (khususnya pada bidang ekonomi). Namun saya
belum bisa mengatakan baik bagi kedua negara.
3. Bila dicemati secara lebih lanjut, pola/arah kerjasama yang dilakukan oleh
Korea Selatan tersebut hampir serupa dengan apa yang dilakukan oleh
beberapa negara di Kawasan Asia Timur lainnya (seperti Cina, Jepang dan
Taiwan). Apakah negara-negara di kawasan ini memang sudah mulai mencoba
untuk mendekati negara-negara Muslim, khususnya yang berasal dari Kawasan
Timur Tengah?
Saya tidak tahu dengan Cina, Jepang dan Taiwan, tapi Korea Selatan
sudah lama menanamkan pengaruhnya ke wilayah Timur Tengah melalui
budaya populernya.
xxix
4. Apakah dengan mewabahnya “demam” Korean Wave (Hallyu) di berbagai
penjuru dunia menjadi daya tarik tersendiri bagi Pemerintah Korea Selatan
dalam menjalankan manuver politik luar negeri mereka? Bila memang benar
demikian, seberapa besarkah pengaruh hal tersebut dalam konteks kerjasama
ini?
Ya, jika disimak banyak manuver PLN Korea didasari dari hallyu.
Contohnya, yang pernah saya kutip di tulisan saya. Korea menggunakan
Hyun Bin (aktor dalam Drama Secret Garden) untuk menjadi duta militer
Korea saat negara tersebut membangun kerjasama militer dengan
Indonesia. Saya kira contoh tersebut cukup menggambarkan besarnya
peran hallyu dalam dunia diplomasi.