ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI...

112
ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN KELOMPOK DLDC (DEDY LUTAN DANCE COMPANY) KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN Skripsi: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Sos) Oleh: Mega Heriani 1112111000005 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI...

Page 1: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI:

STRATEGI BERTAHAN KELOMPOK DLDC (DEDY LUTAN

DANCE COMPANY) KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN

Skripsi:

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana (S.Sos)

Oleh:

Mega Heriani

1112111000005

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

\-

ISOMORtr'ISME DALAM KELOMPOK TARI:

STRATEGI BERTAIIAN KELOMPOKDLDC (DEDY LUTAIY

DAI\ICE COMPANY) KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAI\I

Skripsi:

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana (S.Sos)

Oleh:

Mega Heriani

1tt2ttt00000s

Pembimbing

r'wSaifudin Asrori+tt[,Si

PROGRAM STTIDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL I}AI\I ILMU FOLITIK

UNTYERSITAS ISLAM NEGRI SYARIT HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 3: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul

TSOMORFISME DALAM KELOMPOK TAR[: STRATEGI BERTAHAN KELOMPOK

DLDC (DEDY LUTAN DANCE COMPANY} KEBAGUSAN, JAIGIITA SELATAN.

l. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Srata I di Universitas Islam Negn (U[.{) Syarif Hidayatullatr

Jakaila.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negri (tmlD Syarif Hidayatullatr

Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lafuu maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negri (UhD Syarif Hidayatullah Jakarta.

2017j

3.

Page 4: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

-t

PERSETUruAN PEIvIBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa matrasiswa:

Nama : MegaHeriani

NIM :lll2lll000005Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

KELOMrcK TARI DLDC (DEDY LUTAN DA}.ICE COMPANY) KEBAGUSAN,

IAKARTA SELATA}.I.

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji

, Jakarta 14 Februari20lT

Mengetahui

KetuaProgram Studi

,.:-,

Menyeqiui

Pembimbing

i

I

T

IIt

-\)

Dr. CucrtNurhayati, ltl.si Saifudln Isrorlltfi.Si

NIP.1977190Dm9r2t00t

Page 5: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

TSOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN KELOMPOK

DLDC (DEDY LUTAN DANCE COMPAND KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN

Oleh

Mega Herianitttzu 1000005

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jalcarta pada tanggal 7 Maret 2017. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Sosial (S.Sos) pada

Program Studi Sosiologi.

Ketua,

*M-,NdsiNirP. 197609182ffi3nm33

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan padatanggalT lvlaret20l7

Ketua Program StudiFISIP UIN Jakarta

rc$9m32ffi2

. M. Guntur AltingMP. 19730321999031005

Dr. Cubu Nurhayati, M.SiMP. 197609t82fr03u21J33

Page 6: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang isomorfisme sebagai strategi bertahan kelompoktari DLDC, isomorfisme terlihat dari tiga bentuk yaitu, l)koersif, 2)normative,3)mimetic, berdasarkan 3 bentuk isomorfisme tersebut, peneliti memasukanpertanyaan sebagai berikut;. 1) bagaimana strategi kelompok DLDC dalammempertahankan kelompoknyq 2) apa falcor-faktor pendukung dalam kelompokDLDC yang mempengaruhi eksistensi kelompoknya. Teori yang digunalCIn yaituteori neo institution yang membahas tentang isomorfisme yang berasal dari.pemikiran DiMaggio dan Powel, serta teori adaptasi yang menggunakanpemikiran Philp Selznick. Dalam hal ini DiMaggio dan Powel lebih mengusulkanuntuk organisasi agar melakukan isomorfiisme supaya kelompoknya dapatbertahan.

Metode penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan metode kualitatifpendekatan deskripti{, menggunakan teknik pengumpulan data dengur carapengamafao, wawangara, dan perolehan datasehmder.Informan dalam penelitiagsebanyak 8 orang, terdiri dari 6 penan, I pengajar dan pembin4 I wakil pimpinanproduksi. Dari hasil pengamatan dan penelitian dilapangan maka dapat dinyatakanbahwa kelompok DLDC dapat bertatran dari tahun lgT0anhingga sekarang yaitukarena adanya sosialisasi tanpa batas antara sesama anggota kelompolgmelakukan perubahan dengan cara beralih dari komunitas tari biasa menjadikelompok seni tari pertrmjukkan, dari seni tari tadisi ke tari kolaborasi, danterbentuknya yayasan DLDC untuk memperoleh legitimasi.

Kata Kunci: Isomorfisme, Koersif, Normative, Mimetik

Page 7: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

KATA PENGAI\TTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, Shalawat serta

sala.m pcnulis sampaikao kepada Rasulullah SAW- kepada keluarga dan para

sahabatnya, sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul *Isounorfisue Dalam Kelompok Tari: Strategi Bertahan lklompok

DLIrc @edy Lutan Dance Company) Kebagusan, Jakarta Selatan'. Skripsi

ini dttulis, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial dalam

bidang iknu Sosiologi pada Falailtas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

IslamNegri (Lm.D Syarif Hidayatullah Jakafia.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas

da.ri bantuau berbagai pihale baik secara monl maupun materil. Oleh karena itu,

dengan penuh ketulusan penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan

kepada yang terhormat bapak Pro,h. Zulkifli, Ma selaku Dekan Fakultas Ilmu

sosial dan Ilmu Politik UIN Jakarta. Bapak Saifudin Asrori M si selaku

pembimbing sleripsi. &u Dr. cucu Nwhayati, M.si selaku Ketua Jurusan

Sosiologi, Ibu Dr. Joharotul Jamilalr, M, Si selaku Sekertaris Jurusan Sosiologi

serta Bapak daa Ibu doseu sosiologi yang telatr mem-berikaa ilmunya kepada

peneliti, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah

swr. sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat di kemudian hari.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar khususnya

ksdua orang tua yartu Mamah R-ini dan Papah An yang tplah mendidik dan

membimbing penulis dari kecil hr.rgg, sekarang dan tidak lupa penulis ucapkan

Page 8: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

terimakasih kepada DLDC yang berada di Daerah Kebagusan, Jakarta Selatan

yang telah memberikan izin penelitian- Kemudian, kepada teman-teman Sosiologi

angkatan 2012, Aulia Anissa Yuni, Rusdan, dan Kawan-kawan lainnya.

Segenap Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fisip UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telatl memberikan pelayanan dalam keperluan literatur

untuk penelitian ini. akhimya kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan

namanya satu persatu, kepada Dana Laksana yang selalu menginspirasi dan

memberi semargag serta Nanda Pufi, Nur Tia.r, Fadlan yang banyak membanfu

dan turut berperan serta dalam penyelesaian studi ini.

Semoga segala bantuan, dukungan dan doa yang telah disumhngkan untuk

penulis dapat bermanfaat bagi penulis dan memperoleh balasan yang berlipat lipat

dariAllah SWT., Amin.

JakartA 30 Maret 2017

Mega Heriani

lll

Page 9: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

DATTAR ISI

Abstrak..... ........... i

Kata Pengantar ......................ii

Daftar Isi.............. ................ iv

BAB I PENDAHULUAT\I .................. ...............,..... I

A. LatarBelakang Masalah..... ................ I

B. Pertanyaan Penelitian .......6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........... 6

D. Ti4iauan Pustaka...... ........7

E. Kerangka Teoritis..... ......l2

F. Definisi Konsep ..............17

G. Metodologi Penelitian.............. ........26

H. Sistematika Penulisan... ....................29

BAB II GAMBARAN T]MTJM KEBERADAAI{ TARI DAIY GAMBARAN I]MT]M

KELOMPOK TARI DLIrc............. 31

A. Keberadaan Tari........... ......'............ ....................31

l. Tari Sebagai Keindahan. ............31

2. Tari Sebagai Kesenangan ..........32

3. Tari Sebagai Sarana Komunikasi................. ..................33

4. Tari Sebagai Sistem Simbol....... ..................34

5. Perkembangan Tati di Indonesia .................. 35

B. KelompokTari DLDC ......................39

l. Sejarah Berdirinya Kelompok Tari DLDC ..................... 39

2. Pemimpin Kelompok Tari DLDC ................ 4l3. Pembina Kelompok Tari DLDC ....:............. ..................43

Page 10: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

4. Penari-Penari DLDC .................45

5. Logo yang di Pakai dan Ma*nanya ..........,...46

6. Kegiatan Belajar dan Mengajar Tari di Sanggar DLDC ...................47

7. PenanggapKelompokTariDlm ...............49

8. Penonton Kelompok Tari DLDC ................. 50

9. Profil Beberapa Penari DLDC ...........,.........52

BAB III PEMBAIIASAIY..........

A. Tari dan Masyarakat .......57

B. Keberadaan Tari Dalam Tinjauan Sosio-Historis................ .................... 58

C. Strategi Bertatran Kelompok D1DC......... ............ 59

1. Dari Seni Tari Tradisi Ke Seni Tari Kolaborasi................ ...............61

2. Dari Seni Tari Tradisi Ke Seni Tari Kolaborasi ................ ............... g3. Terbentuknya Yayasan DLIrc....... ..............67

D. Faktor Pendukung Bertahannya Kelompok DLDC .............. 69

l. Pengaruh Sosok Dedy dan Elly Lutan Sebagai Pengajar Tari............................. 69

2. Penganugrahan Maestro Tari Tradisi Kepada Pak Dedy dan Bu Elly Lutan Oleh

BAB TY KESIMPT]LAI\I

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

77

Page 11: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Skripsi ini membahas tentang strategi bertahan kelompok tari DLDC (Dedy

Lutan Dance Company). dalam strategi bertahannya DLDC memanfaatkan

potensi-potensi sumber daya diluar kelompoknya tersebut, baik itu sumber daya

lingkungan, atau sumber daya yang lainnya.

keberadaan organisasi kelompok tari di masyarakat dapat di katakan sebagai

salah satu kehidupan kolektif, dimana di dalamnya terdapat aktivitas dan interaksi

antar individu satu dengan individu lainnya, yang pada akhirnya memunculkan

sebuah tujuan dan cita-cita bersama. Komunikasi intens yang dilakukan menjadi

pondasi awal dalam membentuk sebuah kelompok-kelompok tari. dengan ragam

komunitasnya dan dengan aturan yang berbeda-beda menjadikannya sebagai

komunitas yang mempunyai karakteristik dan ciri khas yang tidak sama antara

satu kelompok dengan kelompok lainnya. dan hal tersebut yang menjadi daya

Tarik tersendiri bagi orang-orang yang ingin tergabung didalamnya.

Keberadaan tari dimasyarakat bukanlah merupakan sebuah hal yang asing, karena

keberadaannya yang sering dijadikan sebagai hiburan oleh para khalayak umum.

Menjadikannya sebagai sebuah karya seni yang indah dipandang, karena

mengandalkan keindahan gerakan tubuh yang luwes serta paras yang cantik. Namun

keberadaan seni ini tentunya juga berkembang dari aktivitas kognitif yang murni

dengan cara-cara yang biasa dipakai oleh manusia. Sajak tentu bermula dari ucapan,

dialog. Demikian tari tentu dari gerakan atau gesture, dan seterusnya berbagai seni

yang lain. Oleh karena itu, keberadaan seni telah berakar kuat dalam sebuah kerangka

kerja tentang kehidupan kolektif, dengan begitu ia merupakan sebuah bentuk

komunitas umum yang intens, sehingga menambah kekuatan komunikasinya dan

bahkan memperluas maknanya (Sumandiyo Hadi, 2005; 10)

Page 12: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

2

namun adanya kelompok-kelompok tersebut seringkali tidak bertahan lama,

karena sebagian diantaranya belum siap dalam menerima perubahan. Dan pada

akhirnya kelompok tersebut mengalami berbagai macam penurunan dari segi

kualitas maupun kuantitasnya. Lingkungan tempat kelompok itu berada menjadi

faktor utama dalam mendukung bertahan atau tidaknya sebuah kelompok

minoritas yang hadir dimasyarakat. oleh sebab itu adaptasi terhadap lingkungan

yang ada disekitar kelompok perlu dilakukan untuk menyeimbangi keadaan-

keadaan yang sewaktu-waktu dapat menguncang sebuah kelompok. Sehingga

kelompok tersebut tetap bisa eksis dimasyarakat.

Richard M. Steers (1997) dalam Suharman, yang pertama lingkungan luar yaitu

lingkungan yang umumnya menggambarkan kekuatan yang berada diluar organisasi,

yang bersifat objektif, misalnya kondisi pasar, situasi perkembangan ekonomi makro,

stabilitas politik, kondisi keamanan dan sebagainya. Kedua, ligkungan dalam, yaitu

faktor-faktor yang ada didalam organisasi yang menciptakan lingkungan sosial dan

kultural tempat berlangsungnya kegiatan dalam mewujudkan tujuan yang hendak

dicapai. (Suharman, 2009; 6.7)

Dapat dikatakan bahwa lingkungan ekseternal berfokus pada relasi yang

berhubungan dengan pihak-pihak yang berada diluar organisasi yang

berlandaskan dengan kebijakan publik, sedangkan lingkungan internal lebih

berfokus pada hubungan antar anggota dalam organisasi atau kelompok tersebut,

sehingga lebih bersifat privat atau pribadi. Namun hal yang perlu di perhatikan

bahwa unsur eksternal dan internal dalam sebuah organisasi tidak dapat

dipisahkan, karena pada kenyataannya keduanya saling mempengaruhi satu sama

lain.

Page 13: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

3

Tidak mudah memang, namun jika melihat situasinya sekarang. Bahwasannya

kelompok organisasi memerlukan sebuah pengakuan oleh orang-orang disekitar

lingkungannya bahwa kelompok tersebut ada. Hal yang dilakukan yaitu dengan

memperoleh sebuah legitimasi, itu perlu dilakukan selain untuk meningkatkan

kualitas dari kelompok, selain itu legitmasi diperlukan untuk menunjang sebuah

kelompok itu berkembang, yang mana hal tersebut dilakukan agar sebuah

organisasi bisa mendapatkan dukungan dari masyarakat untuk mewujudkan

tujuan-tujuannya tetapi tetap memperthankan ciri khas utamanya. namun

organisasi tetap harus berpikir kritis karena mengingat perkembangan zaman hari

ini yg semakin maju menuntut anggota-anggota yang tergabung lebih aktif dalam

menghadapi perubahan-perubahan.

Menurut DiMagio dan Powell (1983), organisasi terbentuk oleh lingkungan

institusional yang ada disekitar mereka. ide-ide yang berpengaruh kemudian di

institusionalisasikan dan dianggap sah dan diterima sebagai cara berpikir ala

organisasi tersebut. proses legitimasi sering dilakukan oleh organisasi melalui

tekanan negara-negara dan pernyataan-pernyataan. Teori institusional dikenal karena

penegasannya atas organisasi hanya sebagai simbol dan ritual

Seperti yang dijelaskan diatas, bahwasannya sebuah kelompok organisasi

tidak hanya harus menerima bentuk pemikiran yang sama sesuai dengan

lingkungan internal organisasi, karena anggota-anggotanya dituntut untuk

mematuhi aturan-aturan penting didalam lingkungan eksternal organisasi. Maka

dari itu penting bagi organisasi manapun dalam melakukan penyesuaian terhadap

lingkungan eksternal organisasi mereka.

Untuk menjelaskan hal tersebut tersebut, Skripsi ini membahas tentang

strategi bertahan kelompok tari, salah satu strategi bertahannya adalah dengan

kemampuannya untuk melakukan peniruan (isomorfisme) dari nilai-nilai yang ada

Page 14: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

4

disekitarnya. Konsep isomorfis digunakan dalam teori organisasi. Konsep ini

berawal dari Amos Hawley, seorang antropologis. Yang menemukan bahwa unit-

unit yang berada dalam satu lingkungan yang sama, akan sama pula bentuk

keorganisasiannya. Konsep isomorfis lahir, karena tiap unit dalam satu unit sosial.

Akan menuju pada cara bertahan hidup yang paling tepat dan baik (best adapted

to survival).

Untuk mempertahankan eksistensinya terhadap tekanan-tekanan dari luar dimana

bentuk pertahanan yang dilakukan adalah adanya penyesuain diri. Ada tiga proses

bagaimana sebuah organisasi mampu bertahan hidup. Pertama, isomorfisme koersif,

yaitu proses penyesuaian menuju kesamaan dengan cara “pemaksaan”. Tekanan

datang dari pengaruh politik dan masalah legitimasi. Kedua, isomorfisme mimetik

yaitu proses dimana organisasi meniru organisasi lain yang berhasil dalam suatu

bidang. Ketiga, isomorfime normative sering diasosiasikan dengan profesionalisasi

dan menangkap tekanan normatif yang muncul dibidang tertentu. (DiMaggio, 1983)

Penjiplakan yang dilakukan oleh sebuah organisasi terhadap organisasi lain,

dilakukan dengan cara melakukan pengadopsian terhadap nilai-nilai yang ada di

lingkungan sekitar organisasi itu berada. adanya kelompok tari dimasyarakat

tentunya merupakan bentuk lain dari kelompok seni yang serupa, hal tersebut

dilakukan untuk memperoleh sebuah legitimasi dari lingkungan sekitarnya, oleh

sebab itu maka dilakukan peniruan, peniruan yang dilakukan merupakan bentuk

adaptasi sebuah organisasi untuk dapat mematuhi aturan-aturan yang terdapat

dalam lingkungan eksternal organisasi.

Tentunya keberadaan tari dalam sebuah kelompok, bukanlah hanya sekedar

perkumpulan orang-orang saja yang ingin mengetahui atau mempelajari sebuah

tarian. Lebih dari itu, kelompok-kelompok tari yang hadir ditengah-tengah

masyarakat tentunya mempunyai tujuan bersama, tidak hanya sekedar

Page 15: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

5

melestarikan, tetapi juga mengkaji lebih dalam tentang kebudayaan-kebudayaan

tari yang semakin lama semakin berkembang dari waktu kewaktu.

Kelompok tari DLDC (Deddy Lutan Dance Company) merupakan lembaga

tari non formal, yang berdiri sejak tahun 1990, penggagas utamanya adalah

Hendrawanto Pandji Akbar dan Irene S.Prinka atau yang biasa disapa Deddy dan

Elly Lutan, kelompok tari ini awalnya hanya merupakan kelompok tari yang

hanya terdiri dari beberapa anggota saja dan kemudian dikembangkan, disatukan

oleh Dedy Lutan yang juga sebagai koreografer sejak tahun 1973. Aspek utama

dari karya DLDC adalah bermula dengan melakukan riset lapangan secara intensif

terhadap berbagai macam tradisi diberbagai daerah di Indonesia, dan bersentuhan

secara langsung dengan sumber tradisional. Lewat karya yang diciptakan, para

koreografer diharapkan mampu memunculkan aktualisasi diri, dan semua itu bisa

diraih bila mereka memiliki upaya untuk melakukan studi lapangan dengan baik,

sehingga mereka akan mampu mencapai pemahaman yang lebih baik terhadap

kekinian hakekat kehidupan manusia yang berbudaya.

Pemahaman yang DLDC lakukan yaitu dengan mempelajari aspek-aspek yang

ada dalam suatu lingkungan yang kental akan budaya tradisi, bagaimana

masyarakat yang serba minim dari segi modernitas dan teknologi mecoba terus

bertahan dengan kepercayaan masyarakatnya terhadap niali-nilai yang ada

dilingkungan sekitarnya. Hal tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi DLDC

untuk terus memajukan nilai-nilai tradisi yang ada lewat karyanya yang bertajuk

kesenian tari, nilai-nilai yang diterapkan tersebut dapat menjadi tolak ukur dalam

sebuah kelompok tari dalam mempertahankan eksistensinya. agar nilai, norma dan

Page 16: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

6

budaya dalam kelompok tersebut tetap terjaga. Sayangnya kajian-kajian tersebut

kurang memperhatikan mekanisme internal dan eksternal sebuah organisasi.

Sehingga salah satu organisasi itu tidak dapat bertahan lama. Dengan

menganalisis isomorfime dalam kelompok tari, penulis tentunya akan dapat

menemukan tujuan utama kelompok dalam mempertahankan ciri khas

kelompoknya agar tetap bertahan dimasyarakat.

Oleh karena itu untuk melihat proses bagaimana kelompok ini mampu

bertahan ditengah-tengah berbagai macam tekanan lingkungan yang dapat

mengambat proses berlangsungnya sebuah kelembagaan tari tersebut. dengan

demikian, maka peneliian ini diberi judul Isomorfisme Dalam Kelompok Tari:

Strategi Bertahan Kelompok DLDC (Dedy Lutan Dance

Company)Kebagusan, Jakarta Selatan.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan masalah diatas tentang kelembagaan sosial dan

perannya dalam kelompok masyarakat, maka peneliti memfokuskan pertanyaan

penelitian guna melihat;

1. Bagaimana strategi kelompok DLDC dalam mempertahankan kelompoknya?

2. apa faktor-faktor pendukung dalam kelompok DLDC yang mempengaruhi

eksistensi kelompoknya?

Page 17: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk berbagai aspek yaitu:

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalaan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini:

a) Untuk mendeskripsikan strategi bertahan atas kelompok DLDC

melalui proses isomorfime.

b) Untuk mengetahui bagaimana proses isomorfisme dalam tiga kerangka

yaitu isomorfisme koersif, normative, dan mimetic yang terjadi dalam

kelompok DLDC.

c) Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung strategi bertahan

kelompok DLDC

2. Manfaat Penelitian

a) Agar pembaca dapat mengetahui secara lebih terbuka dan mendalam

tentang penjelasan mengenai strategi bertahan kelompok tari dengan

melakukan pendekatan isomorfisme.

b) Dapat memberikan informasi terhadap kajian ilmu sosial tentang

pendekatan isomorfisme dalam kajian sosiologi.

D. Tinjauan Pustaka

Peneliti menyadari telah banyak penelitian yang mengkaji tentang strategi

bertahan sebuah kelompok, berikut adalah beberapa penelitian serupa yang

mengkaji tentang bagaimana sebuah kelompok tari bertahan dalam sebuah

Page 18: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

8

lingkungannya Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan studi yang akan

penulis lakukan. Yaitu tentang strategi bertahan sebuah kelompok tari.

Penelitian yang pertama yaitu “Kelembagaan Penari Kraton Yogyakarta Masa

Sultan Hamengku buwono” dalam jurnal ini menggunakan metode kualitatif

analisis deskriptif, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana

proses kelembagaan penari keraton Yogyakarta dalam mempertahankan tarian

wayang wong, yang merupakan ciri khas dari kraton Yogyakarta. Yaitu dengan

cara membagi kelas-kelas penari sesuai dengan teknik kemampuan menari mereka,

dimana dalam kelembagaan tersebut dibagi menjadi 3 kelas yang pertama kelas

rinngit gupermen penari-penari wayang wong terbaik, kedua ringgit encik, yang

terdiri dari penari berkemampuan menengah, dan ringgit cina, kumpulan penari

yang kurang mampu. Klasifikasi pembagian kelas tersebut menunjukan adanya

pengaruh pada indikasi-indikasi stratifikasi sosial penduduk kesultanan

Yogyakarta. Tipe organisasi sosial kelas penari yang diperbarui sebagai simbol

status kelembagaan untuk mengupayakan (mempertahankan) hubungan simbolis

dengan struktur birokrasinya. Melalui pendekatan faktor sosial, diketahui tentang

penamaan setiap kelas penari sangat di pengaruhi oleh stratifikasi sosial penduduk

kesultanan. Sedang di sisi lain kelas sebagai kerangka artistik, tempat pendidikan

artistik para penari wayang wong gaya Yogyakarta. Hal ini menjadikan

keanggotaan menjadi imbangan sivilisasi.(Supriyanto. 2010)

Penelitian yang kedua, “Peranan Lembaga Tari Tradisi Dalam

Mempertahankan Tari Tradisi” tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peran

dan fungsi lembaga tari diperkumpulan Kesenian Irama Tjitra Yogyakarta, Sekar

Page 19: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

9

Budaya Nusantara, dan Tunas Budaya dalam mempertahankan tari Yogyakarta.

Maksud mempertahankan dalam hal ini adalah melestarikan, membina, dan

mengembangkan tari tradisi. Upaya pelestarian berikut ini dengan bentuk

workshop tari atas kerjasamanya dengan Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota

Yogyakarta, bagi anak-anak SD, SMP, SMA sejumlah 60-an siswa setiap tahun

(2001-2003) sehingga jumlah siswa meningkat. Dalam menjalankan fungsi dan

peranannya, ketiga lembaga nonformal tersebut masing-masing memiliki strategi

tersendiri. Irama Tjitra dalam mempertahankan tari tradisi Yogyakarta

bekerjasama dengan lembaga lain untuk menyelenggarakan beberapa kali

Workshop dan pertunjukan tari. Selain itu, dalam proses pembelajaran tari

dilakukan dengan metode hitungan, ceramah, global, cermin, analisis, imitasi, dan

wejedan, yang diterapkan secara luwes, baik urutan maupun durasinya pada setiap

metode, karena ini juga disesuaikan dengan usia anak didik, agar terjalin

hubungan yang akrab dan suasana dinamis serta menarik. Dengan demikian,

relevansi Irama Tjitra, Sekar Budaya Nusantara, dan Tunas Budaya bagi

pengembangan pendidikan seni tari terwujud dalam regenerasi, transformasi,

transmisi, dan revitalisasi. (Y. Murdiyati,2006)

Penelitian yang ketiga, Perempuan Dalam Seni Pertunjukkan Tari Kelompok

“Sahita” tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana kehadiran

perempuan dalam aktivitas seni, membawa pengaruh besar terhadap kemajuannya

dimasyarakat. jika dulu perempuan selalu mendapatkan peran sekunder

dimasyarakat karena diikat oleh aturan-aturan yang membatasi mereka untuk

berkreasi sesuai dengan minat dan harapan mereka. Kelompok “Sahita” dalam

Page 20: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

10

mengembangkan ide-ide kreatifitasnya menunjukkan adanya fenomena kebebasan

dalam menanggapi nilai-nilai dan norma tradisi. Karya tari mereka banyak

mengangkat gerakan-gerakan tradisi kraton sebagai pijakan dan dikembangkan

dengan model tradisi rakyat. harmoni kerja yang di lakukan kelompok “Sahita”

untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan kelompoknya dengan saling

bertoleransi. Toleransi dan penyesuaian diri tersebut yaitu masing-masing anggota

tetap saling menyadari akan adanya perbedaan-perbedaan di antara anggota. jadi

sikap saling ngemong atau saling menjaga satu sama lain, maka kelompok “Sahita”

mampu secara kontinyu eksis dan aktif mengembangkan karyanya. Apa yang

dilakukan kelompok “Sahita” Merupakan langkah maju dan berani, karena ada

nya semacam perlawanan terhadap kemapanan yang mandeg artinya ide-ide

kreatif kelompok “Sahita” lebih ditekankan pada upaya mengembangkan nilai-

nilai konvensional seni tari dalam rangka mencari bentuk baru, konsep-konsep

baru untuk meneruskan warisan tradisi sesuai dengan jamannya. Dengan demikian

perubahan kesenian dari waktu ke waktu dapat menjadi sebagai pertautan sejarah

yang bermakna dari satu masa kemasa berikutnya yang selalu berkembang dan

berbeda. (Dewi Kristiyanti; 2009)

Dari penelitian-penelitian sebelumnya, memiliki kesamaan dengan penulis

yaitu sama-sama membahas tentang strategi bertahan kelompok tari. Dimana

setiap kelompoknya memiliki aturan dan norma masing-masing, agar pengikut

yang tergabung di dalam kelompok sosial tersebut tetap bisa mempertahankan ciri

khas dari kelompokyang ada tersebut. sebagian besar penelitian diatas juga

Page 21: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

11

mengadopsi aturan-aturan dalam menjalankan mekanisme struktur organisasi

dalam kelompok mereka.

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya

yaitu, peneliti menyadari bahwa sebuah kelompok tari yang hadir dimasyarakat

kurang memperhatikan strategi bertahan dalam menghadapi tekanan yang ada di

lingkungan tempat mereka berada. Peran-peran anggota dalam sebuah kelompok

belum cukup bisa jika di jadikan satu-satunya jaminan agar kelompok tersebut

tetap bisa menjaga eksistensi mereka tanpa melihat situasi dan keadaan zamanya

pada saat ini, maka dari itu sebuah kelompok penting untuk melakukan sebuah

adaptasi melalui pendekatan isomorfisme untuk mengetahui bagaimana

kelompoknya dapat berkembang dan bertahan. Untuk melihat fenomena tersebut,

peneliti akan menganalisa bagaimana kelompok tari dalam mempertahankan

eksistensinya dimasyarakat. maka dari itu penelitian akan dilakukan di sanggar

tari DLDC, di Kebagusan, Jakarta Selatan.

E. Kerangka Teoritis

1. Teori Neo Institusional

Teori institusional core idealnya adalah terbentuknya organisasi oleh karena

tekanan lingkungan institusional yang menyebabkan terjadinya institusinalisasi.

Zulker (1987) dalam Donaldson (1995), menyatakan bahwa ide atau gagasan

pada lingkungan institusional yang membentuk bahasa dan simbol yang

menjelaskan keberadaan organisasi dan diterima (taken for granted) sebagai

norma-norma dalam konsep organisasi. Eksistensi organisasi terjadi pada

cakupan organisasional yang luas dimana setiap organisasi salig mempengaruhi

bentuk organisasi lainnya lewat proses adopsi atau insttusionalisasi.

Kekhususan teori institusional terletak pada paradigma norma-norma dan

legitimasi, cara berpikir dan semua fenomena sosiokultural yang konsisten dengan

isntrumen teknis pada organisasi. DiMaggio dan Powell (1983) dalam Donaldson

Page 22: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

12

(1995), melihat bahwa organisasi terbentuk karena kekuatan di luar organisasi

yang membentuk lewat proses mimicry atau imitasi dan compliance.

Proses imitasi yang dilakukan oleh sebuah kelompok di dasar atas

ketidakpastian sebuah kelompok organisasi dalam mempertahankan kelompoknya

di tengah-tengah masyarakat yang semakin maju, baik itu dalam segi pemikiran

ataupun teknologi. Imitasi dilakukan agar anggota yang tergabung dalam sebuah

kelompok menyadari bahwa pengaplikasian nilai-nilai eksternal perlu dilakukan

agar lingkungan internal dan eksternal dapat seimbang. Menyadari bahwa segala

aspek itu saling berkaitan. Proses imitasi dilakukan agar kelompok organisasi

mampu beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya sehingga jika ada perubahan,

sebuah kelompok tersebut dapat siap menerimanya.

2. Pengaruh Philp Selznick Terhadap Teori Neo Institusional

Selznick mengemukakan bahwa segala sesuatu yang penting mengenai organisasi

adalah perbincangan tentang perangkat-perangkat organisasi terhadap bagian yang

meghidupkan dirinya. Berdasarkan pemikirannya, ia merumuskan gagasan rasional

selanjutnya dalam mendesain organisasi untuk mencapai tujuan yang ternyata

menunjukan bahwa struktur formal tidak bisa membebaskan diri dari dimensi

individu. (Richard Scott, 2003: 69)

Oleh sebab itu Selznick lebih melihat struktur organisasi secara informal, yaitu

dengan melihat keadaan-keadaan lingkungan eksternal organisasi yang lebih

mempengaruhi kelompok dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu, karena

menurutnya situasi formal dalam suatu organisasi itu hanya akan berlaku terhadap

sistem daripada organisasi itu sendiri. namun Selznick menyadari bahwa pendapat

dari individu-individu yang tergabung di dalamnya juga mempunyai peran

penting untuk bertahannya sebuah organisasi. maka dari itu Selznick berpendapat

Page 23: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

13

bahwa kooptasi atau perekrutan anggota baru, penting di lakukan agar organisasi

turut dapat beradaptasi terhadap perubahan yang ada. Namun perlu di akui

keadaan fungsional dalam sebuah organisasi juga di perlukan untuk memenuhi

kebutuhan dasar di dalamnya sedangkan anggota yang tergabung di dalamnya

merupakan penentu bertahannya sebuah organisasi, karena sebuah sistem yang

berjalan juga harus di sesuaikan dengan keadaan anggotanya.

Selznick menyatakan bahwa individu-individu menciptakan komitmen lainnya

terhadap organisasi agar dapat tercapai pengambilan keputusan rasional. Organisasi

melakukan tawar menawar dengan lingkungan dalam hal mecapai tujuan penting atau

kemungkinan-kemungkinan masa mendatang. Akhirnya adaptasi struktur organisasi

di dasari oleh tindakan individu dan tekanan lingkungan. (Richard Scott, 2003: 70)

Menurut penjelasan di atas bahwasannya organisasi atau kelompok yang

terbentuk dimasyarakat sangat di pengaruhi dan di dukung oleh keadaan

sekitarnya, karena mereka tentunya melakukan adaptasi secara berkala guna untuk

mengobservasi keadaan sekitar dan melihat potensi-potensi yang mendukung

guna untuk mempertahankan organisasi atau kelompoknya. Perlu di garis bawahi

bahwa lingkungan internal dan eksternal yang seimbang justru akan

mempengaruhi sebuah organisasi jika ingin terus memertahankan eksistensinya,

karena jika sebuah kelompok dapat menghadapi tekanan-tekanan eksternal diluar

organisasi maka mereka pun juga akan di akui keberadaannya.

Hal-hal yang berupa simbol dan ritual tidak lain untuk meningkatkan legitimasi,

stabilitas dan mengamankan sumberdaya. Perspektif yang serupa dengan simbol

dan ritual ini dikemukakan oleh perpektif ekologis yang berpandangan bahwa

perubahan terjadi keika organisasi memadukan “mitos” dan “seremoni” yang ada

dilingkungan (yang terdiri dari jaringan antar-organisasi) dalam rangka menjaga

kesuksesan, kelangsungan hidup, dan sumber daya. Oleh karena itu, teknik

manajemen sektor publik baru dan reformasi, bisa dilihat sebagai mitos dan

seremoni yang diadopsi dan dilaksanakan. Mitos dan seremoni ini akan

Page 24: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

14

cenderung membuat institusi semakin seragam karena kedua hal ini menjadi

isomorfis dengan lingkungannya. Jadi, perubahan ini merupakan hasil dari

pengadopsian untuk beradaptasi dengan melaksanakan seremoni yang oleh

organisasi dianggap harus dilakukan, dan mengikuti mitos yang mendasar dan

melegitimasi “efesiensi” (Parsons, 2005)

3. Isomorfisme

a) Pengertian Isomorfisme

isomorfisme (isomorphism) adalah proses yang mendrorong satu unit dalam

suatu populasi untuk menyerupai unit lain dalam menghadapi kondisi lingkungan

yang sama. Penelitian terbaru telah menekankan bagaimana organisasi public

menjadi subjek tekanan institusional yang mendalam sehingga menyebabkan pada

umumnya organisasi public menjadi lebih mirip. (Ashworth et al., 2009). Dan

dalam teori intitusional organisasi juga memprediksi bahwa organisasi akan

menjadi lebih serupa karena tekanan institusional, baik dikarenakan adanya

koersif maupun disebabkan faktor normative (DiMaggio dan Powell, 1983)

Organisasi pada umumnya melakukan isomorfis. Menurut penganut teori institusional

karena organisasi mengadaptasikan dirinya lewat proses mimesis atau pengadopsian

dan imitasi isomorfis. Berupa penerimaan nilai-nilai, norma-norma dalam

membentuk aturan yang dilegitimasi. Pemenuhan lewat nilai-nilai dan norma terjadi

karena perilaku sebagai implikasi dari penerimaan nilai-nilai dan norma tersebut

dapat dipahami dan menerima. realitas bagi penganut teori institusional merupakan

produk dari proses sosial. Pilihan sosial dilakukan dan dimediasikan serta

dihubungkan oleh perencanaan institusional. (DiMaggio, 1983)

Secara lebih rinci DiMaggio dan Powell (1983) menjelaskan bahwa teori

isomorfisme yaitu konsep proses menjadi sama bentuk; iso= sama, morp= bentuk.

Maka isomorfisme diartikan sebagai “constraining process” yang memaksa satu

unit di dalam populasi untuk memilih wujud atau sifat yang sama dengan unit lain

yang menghadapi lingkungan yang sama.

Page 25: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

15

Menurut penjelasan di atas bahwasannya isomorfisme merupakan sebuah

proses meniru, yang mana sebuah kelompok dalam suatu lingkungan di paksa

untuk mengikuti aturan-aturan yang ada di lingkungan tersebut untuk bisa

memperoleh sebuah legitimasi. Dimana legitimasi itu merupakan alat bagi sebuah

kelompok dalam mempertahankan organisasinya. Tidak hanya itu isomorfisme

hadir untuk menjelaskan bagaimana sebuah kelompok dapat mengadaptasikan

dirinya lewat tekanan-tekanan yang berasal dari luar. Dimana hal tersebut menjadi

kunci dalam sebuah organisasi dalam mempertahankan kelompoknya di tengah-

tengah masyarakat yang semakin ingin berkembang.

b) Jenis-Jenis Isomorfisme

1) Isomorfisme Koersif

Yaitu proses penyesuaian menuju kesamaan dengan cara “pemaksaan”.

Tekanan datang dari pengaruh politik dan masalah legitimasi. Misalnya, tekanan

resmi datang dari peraturan pemerintah agar bisa diakui. Contoh organisasi

pengembangan masyarakat, ketika berhadapan dengan lembaga donor yang lebih

berkuasa, merasa berada dalam tekanan harus menjadi lebih birokratis karena

harus memenuhi tuntutan donor agar lebih tertib dalam mengelola uang

(DiMaggio dan Powell, 1983). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Parsons (2005)

yang mengulas karya DiMaggio dan Powell (1991) menyatakan bahwa coersive

adalah tekanan formal dan informal yang ditimpakan pada organisasi oleh

organisasi lain. Ini juga mencakup ekspetasi kultural dalam masyarakat tempat

organisasi itu berada.

Page 26: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

16

coersif isomorphism terbentuk oleh besaran (size) organisasi. menjelaskan

bahwa coersif isomorphism dipengaruhi oleh besaran, penyeragaman

(unionization), dan pemerintah. melihat ada kekhasan isomorphis pada pola,

strategi dan budaya setempat yang menentukan adopsi organisasi. Jadi konsep ini

merujuk pada organisasi yang mengadopsi ciri-ciri tertentu karena tekanan dari

negara, organisasi lain atau masyarakat yang lebih luas.

2) Isomorfisme Mimetic

Yaitu proses dimana organisasi meniru organisasi lain yang berhasil dalam

satu bidang, meskipun organisasi peniru tidak tahu persis mengapa mereka meniru,

bukan karena dorongan supaya lebih efisien. Meskipun proses peniruan bagi

organisasi pemasaran atau bisnis lebih banyak di dorong keinginan menjadi

efisien di bandingkan dengan organisasi nir-laba, seperti sekolah, rumah sakit, dan

lembaga pemerintahan lainnya. biasanya proses peniruan ini muncul di

lingkungan yang tidak pasti. Contohnya adalah manajemen perusahaan jepang

yang banyak di tiru oleh perusahaan negara lain karena dianggap berhasil.

(Dimaggio dan Powell, 1983)

Bila tidak yakin mengenai upaya untuk melangkah maju, sebuah organisasi

dapat meniru organisasi yang lain. Pola ini memfokuskan pada organisasi-

organisasi yang terlihat „lebih sukses‟ dan lebih mendapatkan legitimasi dari

organisasi yang menirunya. Bagi sebuah organisasi dengan suatu masalah yang

memerlukan solusi secara rasional, terutama yang berada dibawah ketiakpastian,

dalam artian tidak dimilikinya pengetahuan ilmiah mengenai solusi paling efektif

Page 27: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

17

maka organisasi tersebut melakukan adopsi terhadap organisasi yang lain.

(Dimaggio dan Powell, 1983)

3) Isomorfisme Normativ

Sering diasosiasikan dengan profesionalisasi dan menangkap tekanan

normative yang muncul dibidang tertentu. Norma atau sesuatu yang tepat bagi

organisasi berasal dari pendidikan formal dan sosialisasi pengetahuan formal itu

dibidang tertentu yang menyokong dan menyebarkan kepercayaan normative itu.

Ketika profesionalisme meningkat maka tekanan normative juga akan meningkat

(Di Maggio dan Powel, 1983)

Manfaat pendekatan institusi yang ditawarkan oleh model isomorfis ini

menyediakan kerangka yang dapat dipakai untuk menganalisis interaksi dari

proses perubahan internal dan eksternal. Pendekatan ini juga menawarkan

penjelasan yang masuk akal tentang pentingnya perubahan dalam struktur dan

perilaku sektor public modern, dan tentang hubungannya dengan sektor privat

serta sukarela. (parsons, 2005).

F. Definisi Konsep

Untuk menghindari kesalahpahaman antara maksud penulis dengan pembaca,

maka diperlukan batasan pengertian:

Page 28: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

18

1) Pengertian Kelompok

Kelompok adalah sesuatu yang alami, karena manusia sebagai makhluk sosial

akan berinteraksi satu dengan yang lain sehingga membentuk kelompok-

kelompok tertentu. (Wildan Zulkarnain, 2013: 1)

Berkaitan dengan hal itu, menjabarkan tujuh definisi yang paling umum

tentang kelompok, yaitu: (Wildan Zulkarnain, 2013: 1)

a) Tujuan

kelompok dapat diartikan sebagai sejumlah orang yang berkumpul bersama

untuk mencapai suatu tujuan. Kelompok tersebut ada untuk suatu alasan. Orang

membentuk kelompok untuk mencapai tujuan yang tidak dapat mereka capai

sendiri. Yang menjadi pernyataan apakah kelompok tetap ada tanpa adanya tujuan

yang menguntungkan yang berusaha dicapai oleh para anggotanya? Freeman

dalam Wildan Zulkarnain, pada awal tahun 1936, mengatakan bahwa orang-orang

membentuk kelompok untuk mencapai tujuan umum.

b) Ketergantungan

Kelompok dapat di artikan sebagai kumpulan orang-orang yang bergantung

dalam beberapa hal. Setiap individu bukanlah kelompok sebelum ada sebuah

peristiwa yang mempengaruhi mereka satu sama lain. Zaden (1984) dalam Wildan

Zulkarnain menyatakan kelompok adalah sekumpulan individu yang memiliki

perasaan senasib, sehingga perasaan yang satu dapat dirasakan oleh anggota lain,

ketergantungan ini memang berbeda antara satu anggota dengan anggota lainnya,

Page 29: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

19

walaupun diakui bahwa keeratan keanggotaan kelompok tergantung anggota satu

dengan anggota lainnya.

c) Interaksi antar indvidu

Kelompok dapat di artikan sebagai sejumlah individu yang berinteraksi satu

sama lain, sehingga kelompok tidak ada sebelum ada interaksi. Homan (dalam

Sudjarwo, 2011) menyatakan kelompok adalah sejumlah individu yang

melakukan komunikasi selama jangka waktu tertentu secara langsung tanpa

melalui perantara. Definisi ini berusaha mendeskripsikan pengertian kelompok

berdasarkan yang dilihat oleh teori ketergantungan. Bedanya teori ketergantungan

melihat dari sudut vertical, sedangkan teori interaksi horizontal yang menitik

beratkan pada jaringan-jaringan sosial yang sekaligus berfungsi sebagai media

interaksi dan perekat kelompok.

d) Persepsi keanggotaan.

Kelompok dapat di artikan sebagai suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua

orang atau lebih yang menganggap diri mereka berada dalam suatu kelompok.

Para anggota kelompok masuk kedalam kelompok karena memiliki persepsi

sendiri tentang kelompok itu. Interaksi didalam kelompok, terutama tatap muka,

akan menimbulkan makna tersendiri. Makna tadi ditangkap melalui indra yang

berproses melalu persepsi. Menangkap impresi-impresi melalui persepsi akan

dapat melahirkan perilaku kelompok oleh individu sebagai anggota kelompok.

Page 30: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

20

e) Hubungan terstruktur

Kelompok selalu diartikan sebagai sekumpulan individu yang interaksi

tersusun oleh serangkaian peran dan norma-norma. Hal ini sesuai dengan para ahli

sosiologi yang memandang kelompok sama dengan organisasi. Sehingga para ahli

tersebut beranggapan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai kelompok

(soekanto, 1990) apabila:

1. Setiap anggota harus sadar bahwa dia merupakan bagian

dari kelompok

2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu

dengan yang lain.

3. Minimal harus terdapat sesuatu faktor yang merupakan

milik bersama, sehingga mempererat hubungan antar

anggota.

4. Mempunyai struktur sebagai kaidah perilaku

5. Memiliki sistem dan berproses.

f) Motivasi

Kelompok dapat diartikan sebagai kelompok individu yang mencoba untuk

memuaskan beberapa kebutuhan pribadi melalui kebersamaan mereka.

berdasarkan definisi ini sekelompok orang bukanlah kelompok sebelum mereka

terdorong oleh alasan pribadi untuk bergbabung dalam sebuah kelompok untuk

mendapatkan penghargaan atau untuk memuaskan keanggotaan mereka.

Page 31: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

21

2) Pelembagaan Tari

Klasifikasi tentang keberadaan “tari” tak akan pernah tuntas tanpa mengikutsertakan

aspek-aspek sosiologisnya. Kehadiran tari benar-benar merupakan masalah sosial dan

kini senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat. Dari beberapa penjelasan yang

biasa diketengahkan dan ditafsirkan baik oleh kalangan seniman sendiri maupun para

ilmuwan, dikatakan bahwa kehadiran tari ditengah-tengah masyarakat mengundang

berbagai macam pertanyaan. Karena itu lahirlah pertanyaan tentang bagaimana jenis

atau perilaku sosial yang cukup berarti (significant symbols) ini harus dipahami.

Suatu sistem sosio-kultural yang terdiri dari sekelompok manusia, yang

menggunakan berbagai cara untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka, bertindak

menurut bentuk tindakan sosial yang sudah terpolakan dan menciptakan kesepakatan

bersama yang dibuat untuk memberikan makna bagi tindakan bersama yang dibuat.

(Prof. Dr. Y. Sumandiyo Hadi, 2005: 30)

Selama belajar tari diberikan paugeran (aturan) tata gerak yang dilatih secara

teratur dan dilakukan seirama dengan ritme gending yang mengiringi. Apabila hal

tersebut dapat dikuasai dengan baik maka dalam pergaulan sehari-hari. Tindak

tanduk atau gerak-geriknya akan enak dipandang, menyenangkan dan teratur,

sehingga tidak menimbulkan perasaan tidak enak dalam pergaulan. Dalam proses

pembelajaran yang cukup lama dan terus-menerus akan membentuk kepribadian

yang tampak pada tingkah laku. (Joan Sugenaga, dkk. 1999:18-19)

“Tari” sebagai proses simbolis tindakan manusia dalam lingkungan kemasyarakatan,

keberadaannya menjadi suatu sistem pelembagaan. Pelembagaan tari sebagai sistem

produksi dan distribusi simbol, menyangkut dua aspek. Pertama, sistem bentuk yang

bersifat fisik-material, berupa wadah lembaga atau organisasinya, yakni siapa yang

mengusahakan, bagaimana mengontrol, mengatur, memelihara, dan sebagainya.

Kedua, berupa sistem nilai, norma (pranata) proses simbolis “tari” yang dihasilkan.

Kedua aspek pelembagaan diatas merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan;

artinya aspek yang satu selalu menunjuk pada aspek yang lainnya. (Prof. Dr. Y.

Sumandiyo Hadi, 2005: 46)

Pelembagaan tari menyangkut “wadah” atau organisasi masyarakat (fisik-

material), dari pandangan sosio-historis secara varian dapat diidentifikasikan

misalnya, pelembagaan tari dalam masyarakat primitive, masyarakat tradisional

pedesaaan (kerakyatan, etnis) masyarakat tradisional istana (klasik), dan

masyarakat pluralis perkotaan (urban). Sementara aspek yang menyangkut nilai

Page 32: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

22

atau pranata, dibedakan antara pelembagaan tari sekuler dan pelembagaan tari

yang bersifat ritual atau sacral. (2005;46)

Pelembagaan tari, diantaranya meliputi:

a) Pelembagaan tari masyarakat primitive

Sesuai dengan kepercayaan budaya primitive, kegiatan tari yang masih sangat

sederhana itu sebagian besar didasari dari ungkapan ekspresi manusia yang sering

dihubungkan dengan dewa-dewa maupun penguasa “di-atas”nya, penyembahan

terhadap roh nenek moyang, dan untuk mempengaruhi kekuatan alam atau kekuatan

supranatural. Oleh karena itu pelembagaan tari masyarakat ini pada umumnya sarat

dengan sifat mistis, magis, dan untuk kepentingan ritual. Imajinasi mistis maupun

magis selalu melibatkan tindakan percaya, segala tindakan termasuk tari dilakukan

oleh masyarakat primitive tergantung lebih kepada kesatuan perasaan bukan pada

aturan logika.kesatuan perasaan itu merupakan salah satu getaran paling kuat dan

paling hakiki bagi pemikiran masyarakat primitive. (2005: 47)

Kepercayaan terhadap kekuatan magis berdasarkan keyakinan bahwa

perubahan alam sampai tingkat tertentu tergantung pada tindakan manusia.

Perjalanan alam raya tergantung pada koherensi yang benar antara daya-kekuatan

manusiawi dan daya kekuatan adi-manusiawi. Dengan diadakannya upacara yang

bersifat magis, yang dijalankan oleh masyarakat primitive. Maka manusia

memperoleh perasaan baru mengenai daya kekuatan,kemauan, maupun kehendak.

(2005: 53)

Pelembagaan tari pada masyarakat primitive lebih menekankan aspek

kepercayaan didalam lembaganya. Karena kepercayaan mereka yang kuat

terhadap kekuatan magis yang merupakan kepercayaan utama yang dianut oleh

masyarakatnya, nilai turun-temurun yang mereka terapkan menjadi pedoman

mereka dalam berperilaku terhadap anggota-anggota yang menganut kepercayaan

yang sama.

Page 33: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

23

b) Pelembagaan tari masyarakat tradisional pedesaan

Pelembagaan tari tradisional masyarakat pedesaan sering disebut “kerakyatan” atau

tarian rakyat. Beberapa negara yang mengenalnya, pelembagaan tarian ini atau folk

dance tumbuh dengan subur dimasyarakat seperti Eropa Timur, Afrika, Thailand,

Vietnam, dan Indonesia. Dalam literature sejarah tari munculnya pelembagaan ini

(tarian rakyat). Sering merefleksikan pula adanya dikotomi dengan jenis tarian yang

esensinya lebih kepada aktivitas estetis. Tarian yang semata-mata sebagai aktivitas

estetis sama sekali tidak terbebani berbagai macam fungsi yang dikenal sebagai “art”

dance, dalam pengertian bentuk tari yang mempunyai nilai estetis tinggi, sementara

“folk” dance cenderung melayani bermacam fuungsi. Namun demikian perbedaan itu

bersama-sama akan hilang ketika orang menganggap tari sebagai aspek tindakan

manusia. (2005; 54)

Pelembagaan tari dalam masyarakat tradisional pedesaan telah dicirikan

dengan sifat egalitarian atau sama derajat. Mereka menganggap bahwa seluruh

peserta pelembagaan tari berasal dari mereka dan untuk mereka sendiri. Sifat

kebersamaan itu dapat terlihat dari berbagai macam pelembagaan tari yang

sifatnya komunal, bentuk tarinya berjenis kelompok besar, dan tidak ada

perbedaan penokohan yang prinsipil. (2005: 59)

Artinya antara satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi dalam

menciptakan nilai dan norma tersebut. nilai yang menyusun sistem nilai

diteruskan dan ditularkan diantara anggota-anggota dari satu grup ke grup yang

lain dalam suatu masyarakat melalui proses sosial, dan dari satu masyarakat serta

kebudayaan yang lainnya melalui akulturasi, defusi dan sebaginya. (D.A Willa

Huky, 1982).

c) pelembagaan tari masyarakat istana

Apabila memperhatikan pelembagaan tari dalam masyarakat istana, maka gambaran

kita cenderung bahwa pelembagaan itu mempunyai nilai estetika yang tinggi. Seni

tari istana dengan patronase raja mampu mewujudkan nilai-nilai yang halus dan

selesai, sehingga dapat kita sebut “tari klasik”, istilah klasik yang memang berasal

dari barat, yaitu dari kata latin classici. kata ini mulau-mula dipakai oleh seorang

Page 34: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

24

sastrawan zaman kekaisaran romawi dari abad pertengahan bernama Aulus Gellius,

untuk memberi predikat arya sastra yang baik dari para pengarang romawi. Gellius

memberikan predikat itu mengacu pada pemikiran Selvius Tullius ketika

mengelempokkan masyarakat romawi berdasarkan kekayaannya menjadi enam

golongan. Pembagian golongan itu, kelas yang tertinggi disebut classici, dan kelas

yang paling rendah mendapat predikat kelas proletarian.. berdasarkan pemahaman itu

maka muncullah istilah scriptor classius atau pengarang kualitas tinggi yang dipakai

oleh Gellius, untuk membedakan dengan pengarang yang kurang berkualitas atau

rendah yang disebut scriptor proletarius. (Prof. Dr. Y. Sumandiyo Hadi, 2005; 64)

Dalam pelembagaan tari diistana, para pemimpin tiap masing masing abdi

dalem dalam pelembagaan tari diistana, menjunjung tinggi nilai dan norma

kepatuhan, setiap kelas yang terbagi mempunyai fungsi dan peranannya masing-

masing, dimana mereka menari sesuai dengan jenjang kelasnya. Hal tersebut

dilakukan agar masyarakat istana mampu mempertahankan tradisi leluhur tarian

tidak hanya estetikanya tapi unsur moral yang ada dalam tarian itu dapat terjaga

dengan baik sehingga dapat terus mempertahankan ciri khas pelembagaan tari

diistana.

Di Jawa khususnya, pelembagaan tari tradisi kerakyatan didukung oleh kebersamaan

masyarakat pedesaan, sementara pelembagaan tari tradisional klasik hidup

dilingkungan istana dengan perlindungan kekuasaan raja. Untuk memahami

pelembagaan tari dalam masyarakat istana. Pelembagaan produksi dan distribusi itu

berupa lembaga “keabdidaleman”. Dalam lembaga itu sendiri dari para “abdi dalem”

dengan berbagai macam profesi, dari seniman pencipta, pekerja kreatif, pelaku,

sampai dengan pembantu pelaksana seni. Mereka terhimpun dalam satu wadah

dengan fungsi dan tugasnya sendiri-sendiri untuk mencapai satu tujua yaitu mengabdi,

menjunjung “perintah” raja, menciptakan, memelihara, dan mengembangkan

kesenian. Saluran pengelolaan atau kontrol terhadap pelembagaan itu sendiri

dibutuhkan manajemen atau kepemimpinan. Kontrol dan kepemimpinan bukan

langsung dari raja, tetapi lewat para priyayi atau bangsawan yang mendapatkan

kekuasaan sepenuhnya atas nama raja. Oleh karenanya dengan cara tersebut adanya

hubungan yang terjalin erat antara “hamba” dan “tuan”. (2005; 64)

Dengan tinjauan sosio-historis ini, disebutkan bahwa dalam kurun waktu

sejarah tertentu masyarakat dari berbagai kepentingan sosial dapat saja

mempunyai cita-cita, gagasan, ide, maupun cita rasa estetis yang sama; terutama

Page 35: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

25

pada waktu itu sungguh merupakan kesatuan yang integral. (Kunto Wijoyo, 1987:

4)

d) Tari dalam pelembagaan pendidikan

Pelembagaan tari yang menyangkut aspek nilai, norma atau pranta, baik yang

bersifat profane maupun ritual telah lama menjadi alat pendidikan masyarakat.

Kraus sendiri secara tegas memilahkan fungsi tari sebagai alat pendidikan, dengan

pengertian bahwa tari diajarkan untuk tujuan dan maksud tertentu. Menyadari

keberadaannya seperti itu, maka pelembagaan pendidikan tari dapat dibedakan

menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Pertama, pelembagaan yang menyangkut nilai atau norma berfungsi

sebagai pendidikan humaniora dalam masyarakat. Pendidikan

humaniora adalah pendidikan yang mengajarkan nilai dan norma

kemanusiaan dengan berbagai macam pernyataan simbolisnya yang

sangat erat hubungannya dengan sistem budaya masyarakat. Oleh

karena itu, pelembagaan ini hidup dan berkembang dilingkungan

masyarakat sebagai penyanggah keberadaan tari.

2. Pelembangaan yang berhubungan dengan profesi, artinya aktivitas tari

sebagai sarana untuk mencari nafkah, baik sebagai pekerjaan pokok

maupun sebagai pekerjaan tambahan. Proses pelembagaan ini

berkaitan dengan organisasi formal dan non formal.

3. Pelembagaan tari rekreasi, artinya tari diajarkan dengan maksud

sebagai kesenangan. (Prof. Dr. Y. Sumandiyo Hadi, 2005; 75)

Dalam lembaga tari proses sosialiasi didalamnya lebih ditekankan oleh rasa

kebersamaan dan simpati yang tinggi antara satu anggota dengan anggota lainnya,

para pengajar tari lebih suka menceritakan pengalaman-pengalaman dimasa lalu

sebagai proses penanaman aturan bagi setiap anggota, berbagai pengalaman sama

Page 36: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

26

saja sudah berbagai ilmu dengan menceritakan kira-kira bagaimana rambu-rambu

yang harus diperhatikan dalam proses belajar menari dan bagaimana tarian dapat

menyatukan individu-individu dari kalangan yang berbeda-beda melebur menjadi

satu dalam mempertunjukkan karya seni yang tidak hanya indah namun kaya akan

makna.

Secara umum dapat dilihat bahwa dalam setiap organisasi atau lembaga terdapat dua

kecenderungan yang dapat terjadi. Pertama. Terdapat pola interaksi yang secara

umum berkaitan dengan pekerjaan atau tugas dalam organisasi dimana seseorang

tidak menempatkan atasannya sebagai pihak yang dimintai pendapatnya atau diajak

memecahkan masalah. Tetapi pembicaraan atas masalah atau alternative pemecahan

masalah itu dilakukan bersama teman sejawatnya atau bagian yang lain dalam

organisasi. Implikasi dari pola ini adalah munculnya pola yang mengikuti pola

hierarkis dalam pendistribusian tugas yang ada dalam organisasi. Kedua,

kecenderungan ini akan menghasilkan seuatu bentuk kelompok yang memiliki nilai,

norma dan kepercayaan yang sama, sehingga terbentuk pola perilaku yang tetap serta

memiliki tujuan yang khusus bagi kelompok yang ada dalam lingkungan organisasi,

tidak sengaja dibentuk yang secara sosiologis kelompok yang demikian disebut

kelompok informal. (Suharman, 2013: 2.31)

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif Dalam membahas permasalahan

ini.

Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih

dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial

dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan,

melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi, serta dilakukan

dalam setting ilmiah tanpa adanya intervensi apa pun dari peneliti. (Herdiansyah,

2012:8)

Sedangkan dalam pengumpulan data penliti menggunakan pendekatan

dekriptif.

metode deskriptif adalah suatu metode untuk meneliti status kelompok manusia,

suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa.

Page 37: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

27

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau

lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki. Menurut Whitney metode deskriptif

adalah pencarian fakta dengan intepretasi yang tepat. (F.L. Withney, 1988; 60)

Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta

tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk

tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan yang

sedang berlangsung (pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena)

2. Subjek dan lokasi penelitian

a) Subjek penelitian

yang terdapat dalam penelitian ini yaitu para pediri, pengurus, serta

anggota-anggota yang tergabung dalam pedepokan tari DLDC dan

masyarakat sekitar.

b) Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di padepokan tari DLDC yang terletak

di Kebagusan, Jakarta selatan.

3. Jenis dan Teknik pengumpulan data

Ada dua jenis sumber data yang digunakan, yaitu data primer dan data

sekunder:

a) Sumber primer

Sumber data primer yang dikumpulkan oleh peneliti ialah dengan

mewawancarai langsung subjek peneltian. Dalam hal ini subjek

Page 38: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

28

penelitiannya adalah seorang atau sekelompok penari yang ada

dipadepoka tari DLDC, serta mewawancarai langsung, pendiri,

pengurus, serta staf-stafnya dalam sanggar tari tersebut.

b) Data Sekunder

Berbagai macam sumber data referensi , seperti buku-buku, majalah,

koran-koran, hasil studi, publikasi dari badan-badan resmi dan lain-lain

sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk

memperkuat penemuan serta melengkapi informasi yang dikumpulkan

melalui wawancara langsung dengan subjek penelitian.

Pengupulan data dilakukan selama 5 bulan yaitu agustus-desember 2016,

adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1) Wawancara percakapan (conversational interview)

Teknik yang fleksibel bedasarkan pada model pertemuan kolaboratif yang

pewawancaranya menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan wawancara terhadap

pemahaman responden tertentu tetapi tetap mempertahankan maksud peneliti

dalam setiap pertanyaannya. (2013; 379)

Sehingga dengan tipe wawancara ini peneliti dapat memperoleh data-data

dan informasi tentang proses isomorfisme dalam strategi bertahan kelompok

DLDC dan kepada pengurus pendiri padepokan tari DLDC lewat proses

percakapan yang didesain sedemikian rupa berisi percakapan yang santai

tetapi tentap mempertahankan nilai kesopanan didalamnya namun tetap

Page 39: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

29

berfokus pada pertanyaan-pertanyaan yang relevan yang sudah dibuat oleh

peneliti. untuk mengkaji penelitian yang akan diteliti.

2) Observasi

Merupakan kegiatan yang dilakukan melalui panca indera untuk melihat

secara langsung fenomena yang akan ditelti. Penelitian ini menggunakan

observasi langsung langsung, artinya pengamatan dilakukan langsung oleh

peneliti dengan melihat bagaimana keseharian anggota kelompok tari DLDC,

melihat kativitas-aktivitas apa saja yang dilakukan didalamnya. Bungin (2007;

115) mengemukakan beberapa bentuk observasi lainnya, seperti observasi

partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok.

3) Dokumentasi

Dokumentasi yang dapat diperoleh yaitu, Meleong (dalam hardiansyah,

2010;143) Dokumen harian Dokumentasi pribadi atau karangan seseorang

secara tertulis tentang tindakan, kepercayaan dan pengalaman. Tujuan dari

dokumentasi ini adalah untuk memperoleh sudut pandang orisinil dari

kejadian yang berasal dari fenomena yang nyata. Jadi sumber data yang

diperoleh dapat melalui kajian putsaka, dimana peneliti dapat mengabadikan

fenomena penelitian yang akan diteliti.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman dan penulisan dalam penyusunan skripsi ini,

maka dalam penyajiannya penulis membagi secara sistematis ke dalam 4 bab yang

secara garis besarnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 40: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

30

Bab I: Merupakan pendahuluan yang berisi uraian mengenai Pernyataan

Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,

Kajian Teoritis, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.

Bab II: Membahas tentang gambaran umum keberadaan tari dan gambaran

umum kelompok Tari DLDC.

Bab III: Membahas tentang strategi bertahan kelompok tari, yang uraian

teridiri dari strategi apa saja yang dilakukan oleh kelompok tari DLDC (Dedy

Lutan Dance Company) dalam mempertahankan eksistensi kelompoknya dan

membahas tentang faktor-faktor pendukung kelompok Tari DLDC dalam

mempertahankan kelompoknya.

Bab IV: Berisi Kesimpulan dari semua yang bersangkutan tentang kelompok

tari

Page 41: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

31

BAB II

GAMBARAN UMUM KEBERADAAN TARI dan GAMBARAN UMUM

KELOMPOK TARI DLDC

A. Keberadaan Tari

1. Tari Sebagai Keindahan

Jogged menika pangriptanipun tiyang ingkang tubu endah. Seni tari adalah ciptaan

manusia yang sungguh-sungguh indah. Bilamana tidak indah bukan merupakan

perwujudan tari, atau bilih mboten endah menika sanes mujudaken jogged. Arti

keindahan yang dapat diselami lewat tarian yaitu, pertama-tama mereka menunjuk

pada keteraturan susunan bagian dari bentuk tari secara organik, keselarasan beberapa

unsur maupun pola yang mempersatukan bagian-bagiannya. Tetapi disamping itu,

yang lebih penting adalah sesuatu yang bersangkutan dengan isi atau makna maupun

pesan-pesan yang dikandungnya atau supraorganiknya. Tarian yang indah bukan

hanya sekedar keterampilan para penarinya membawakan gerakan dengan lemah

gemulai, tetapi bagaimana bentuk tari itu mengungkapkan makna maupun pesan

tertentu sehingga dapat mempesona. ( Prof. Sumandiyo Hadi, 2005: 14)

Penjelasan diatas menggambarkan, bahwasannya definisi keindahan

sebenarnya yang dihasilkan oleh tarian bukan hanya diperoleh dari wajah yang

cantik dan gemulai gerakannya, namun yang sebenarnya keindahan tersebut

terletak pada isi, makna, atau pesan yang dikandung dalam tarian tersebut, yang

mana ciri khas dari sebuah tarian akan terpancar jika penarinya memahami betul

apa yang hendak disampaikan lewat tarian-tarian yang dibawakan. Meskipun

tidak dipungkiri aspek visual juga mendukung sebuah keindahan tari tapi hal lain

yang lebih penting adalah bagaimana pesan dari tarian tersebut dapat

tersampaikan dengan baik.

Gaya tari, baik yang terkait dengan budaya maupun dengan aliran, adalah suatu

analisis yang tepat bagi kajian Estetika Tari. suatu gaya tari mempunyai kekhasan-

kekhasan yang hanya dapat dijelaskan kebermaknaannya melalui teori tari yang

mendasarinya. Pencapaian keindahan melalui kaidah yang sejalan dengan teori tari

itu memerlukan penguasaan teknik tari yang baik dan tepat. Pengetahuan akan

Estetika Tari memungkinkan orang untuk membuat ulasan meengenai suatu karya tari.

bagi seniman, khususnya penari, pengetahuan Estetika Tari akan memandunya dalam

Page 42: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

32

melakukan interpretasi atas suatu karya tari yang harus dibawakannya. (Edi

Sedyawati, 2007: 300)

2. Tari Sebagai Kesenangan

Sebagaimana keindahan, “kesenangan” juga merupakan sifat relative bagi manusia.

Kesenangan terletak pada hubungan yang terdapat antara obyek dengan manusianya.

Sehubungan dengan itu, biasanya orang merasa senang karena obyek keindahan dapat

ditangkap memenuhi seleranya. Tangkapan ini lebih dipahami sebagai sesuatu

pengungkapan rasa senang. Disamping sebagai hiburan, kehadiran tari

dikelompokkan pula sebagai bentuk pemujaan yang berkaitan dengan religi atau

kepercayaan seperti tarian dalam ritual agama. Penyembahan atau pemujaan terhadap

roh nenek moyang dilakukan dengan bentuk tarian, merupakan kepercayaan yang

telah diwarisi secara turun-temurun sejak masyarakat primitive. (Prof. Sumandiyo

Hadi, 2005: 16-17)

Kesenangan yang diperoleh melalui tari sebagian besar didapatkan melalui

aspek visual, karena hanya bersifat sebagai tontonan atau hiburan. Para

penikmatnya cenderung lebih mengutamakan level estetis yang tinggi dan

cenderung musiman, karena kelompok tari ini sebagian besar hadir jika

keberadaannya dibutuhkan di acara-acara tertentu, seperti pertunjukkan resepsi

pernikahan, ulang tahun, atau acara-acara pergelaran kesenian lainnya. keberadaan

kelompok tari ini lebih sering membawakan tarian yang beraliran modern, karena

dianggap lebih menarik minat para penonton untuk menyaksikannya, sehingga

unsur-unsur budaya dan nilai dalam tarian yang dibawakan sebagian besar tidak

terlalu ditonjolkan

Page 43: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

33

3. Tari Sebagai Sarana Komunikasi

Banyak orang yang mengatakan bahwa pada tahap yang paling awal seni itu adalah

satu dari berbagai cara untuk melukiskan dan mengkomunikasikan sesuatu. Pada

hakikatnya semua seni termasuk tari bermaksud untuk dikomunikasikan. Dalam hal

ini agar mereka dapat berkomunikasi atau menangkap karya tari, diperlukan

pengalaman-pengalaman estetis atau indrawi yang khas. Dari dua faktor manusiawi

itu menegaskan bahwa keistimewaan seni termasuk tari sebagai ekspresi manusia,

akan memperhalus dan memperluas komunikasi menjadi persentuhan rasa yang akrab,

dengan menyampaikan kesan dan pengalaman subyektif, yakni pesan dan

pengalaman si pencipta atau penata tari kepada penonton atau orang lain. Komunikasi

yang disampaikan sebuah tarian adalah pengalaman yang berharga, yang bermula

dari imajinasi kreatif. (Prof. Sumandiyo Hadi 2005: 20-21)

Sarana komunikasi yang terjadi didalam tari, terjadi lewat gerakan tubuh.

Gerakan tubuh sendiri sebagai media untuk mengungkapkan atau menyampaikan

makna dari tari itu sendiri, gerakan tubuh yang dihasilkan mewakili perasaan si

pencipta tari tersebut yang mana ada bentuk dan isi tertentu yang ingin

disampaikan dalam sebuah pergelaran seni atau dalam proses pembelajaran gerak

tari yang didalamnya juga terdapat media ekspresi dan proses kreatif yang sangat

mendukung dalam proses komunikasi tersebut.

Gerak tarian yang dihasilkan juga harus disesuaikan dengan ritme dan

ketukan-ketukan tertentu, sesuai dengan aturan dalam sebuah tarian. Karena jika

hal tersebut dapat beriringan dengan harmonis atau seirama, maka proses

penyampaian pesan dalam sebuah tarian akan tersampaikan dengan baik. selain itu

didalam tarian-tarian daerah tertentu terdapat magis tersendiri karena dapat

menarik perhatian orang-orang untuk mengikutinya, hal tersebut terjadi pada

tarian-tarian yang di peruntukan untuk upacara adat atau keagamaan.

Page 44: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

34

4. Tari Sebagai Sistem Simbol

Tari sebagai hasil kebudayaan yang sarat akan makna dan nilai, dapat disebut sebagai

sistem simbol. Sistem simbol adalah sesuatu yang diciptakan oleh manusia secara

konvensional digunakan bersama, teratur, dan benar-benar dipelajari, sehingga

memberi pengertian hakikat “manusia”, yaitu suatu kerangka yang penuh arti untuk

mengorientasikan dirinya kepada yang lain; kepada lingkungannya, dan pada dirinya

sendiri, sekaligus sebagai produk dan ketergantungannya dalam interaksi sosial. (Prof.

Sumandiyo Hadi 2005: 22)

Penyampaian makna dalam sebuah tarian merupakan hal yang penting untuk

di ketahui khususnya bagi para pencipta karya seni tari, yang sebenarnya ada

sebuah pesan moral yang ingin disampaikan kepada para penonton lewat gerakan

tubuh para penari. Karena tari sebagai ekspresi manusia atau sebagai media untuk

mengungkap suatu permasalahan atau fenomena sosial yang terjadi pada sebuah

lingkungan tertentu. Yang dilakukan oleh individu-individu tertentu dalam

mendefinisikan dunianya.

Kebudayaan sebagai sistem simbol juga dijelaskan menurut Geertz adalah:

1)suatu sistem keteraturan dari makna dan simbol-simbol, yang dengan makna dan

simbol tersebut individu-individu mendefinisikan dunia mereka, mengekspresikan

perasaan-perasaan mereka, dan membuat penilaian mereka; 2)suatu pola makna-

makna yang ditransmisikan secara historis yang terkandung dalam bentuk-bentuk

simbolik, yang melalui bentuk-bentuk simbolik tersebut manusia berkomunikasi,

memantapkan, dan mengembangkan pengetahuan mereka mengenai dan bersikap

terhadap kehidupan; 3)suatu peralatan simbolik bagi mengontrol perilaku, sumber-

sumber ekstrasomatikdan informasi dan 4)oleh karena kebudayaan harus dipahami,

diterjemahkan dan diinterpretasikan. (Zulkifli, 2008:87)

Dan tari sebagai salah satu media komunikasi tertentu dalam mengungkapkan

peristiwa-peristiwa tersebut melalui gerak tubuh dan ekspresi. Sehingga lewat hal

itu dapat mengungkapkan makna yang tersembunyi lewat simbol-simbol gerakan

atau ekspresi yang diperlihatkan.

Page 45: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

35

5. Perkembangan Tari di Indonesia

Perkembangan tari di Indonesia tentunya tidak terlepas dari keberagaman etnis

dan budaya yang ada, keberadaannya selalu membawakan atau menciptakan

nuasa baru dari ciri khas sebuah tarian disetiap masing-masing daerahnya. Namun

keberadaan etnis dan budaya dalam sebuah tarianpun lambat laun juga akan

mengalami perubahan. Hal tersebut dikarenakan supaya keberadaannya tetap

membuming meskipun terdapat beberapa perubahan tetapi tidak menghilangkan

ciri khas tarian tersebut. karena Perkembangan tarian di Indonesia juga melalui

beberapa tahap-tahap tertentu.

Tahap-tahap yang mendasari perkembangan tarian di Indonesia yaitu.

a) Kehidupan Tari Yang Terpencil Dalam Wilayah-Wilayah Etnik

Setiap wilayah ethnic memiliki adatnya masing-masing dan adat inilah yang menjadi

alasan utama bagi penyelenggara tari. baik tari itu bersifat keagamaan ataupun

keduniawian, selalulah ia dikaitkan dengan adat. Misalnya tari-tarian yang bertujuan

mempengaruhi atau membujuk kekuatan-kekuatan alam ataupun kekuatan-kekuatan

gaib, tari-tarian yang berhakikat persembahan atau pernyataan syukur kepada

kekuatan-kekuatan yang telah melindungi manusia, maupun tari-tarian pergaulan

pada umumnya, selalu dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa tertentu, dengan saat-

saat tertentu dalam perhitungan waktu. karena sifat keadatan itu maka pada umumnya

pelaku-pelaku dari tari-tarian itu masing-masing adalah tertentu mengikuti fungsinya.

Jadi tidak sembarang orang boleh memilih dan menarikan tarian. Contohnya berasal

dari tanah batak: hanya seorang datu (pemimpin) yang boleh mearikan tari tunggal

panaluan (tongkat keramat). Karena setiap penari memiliki bagian dan fungsinya

masing-masing dalam menarikan tarian, sehingga harus sesuai dengan Hirarki adat.

(Edi Sedyawati, 1981: 113)

Dalam konteks ini dapat digambarkan bahwa, dengan adat dan tradisi tertentu

dalam sebuah daerah tidak diperkenankan untuk dibawakan oleh orang lain,

karena selain penduduk asli yang tinggal didaerah tersebut, karena orang lain

dianggap tidak mempunyai hak dalam membawakan tarian tersebut. karena

Page 46: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

36

terdapat beberapa aturan yang mengharuskan tarian itu harus dipertunjukkan

sesuai dengan peraturan adat setempat yang ada dilngkungan tersebut. dan jika

didalamnya terdapat perubahan, hal tersebut hanya boleh berdasarkan perintah

dari kepala suku didaerah tersebut.

b) Masuknya Pengaruh-Pengaruh Luar Sebagai Unsur Asing

Pengaruh-pengaruh luar ini, baik yang masuknya secara disengaja maupun

tidak disengaja, umumnya memberikan dorongan-dorongan agar tari berkembang

melampaui batasan-batasan adat yag terlalu ketat.

Jenis-jenis pengaruh sebagai contoh adalah: (Edi Sedyawati 1981: 114)

1) Pergaulan dengan kebudayaan Hindu pada masa-masa yang lalu kiranya pernah

memberikan rangsangan untuk memperkembang tari sebagai seni dengan ukuran-

ukurannya sendirinya, untuk memperkaya perbendaharaan gerak tari dengan

penggarapan pola-pola, untuk memberikan tema-tema cerita dalam penggarapan-

penggarapan tari.

2) Persentuhan dengan usaha-usaha missionary untuk menghapuskan kepercayaan-

kepercayaan animistis, totemistis, maupun dinamistis, sering menyebabkan

berubahnya rasa tari dalam lingkungan ethnic itu, suasana kegaiban dan

kekerasan dalam tari-tarian suci menjadi hilang setelah masyarakat adat yang

mendukungnya „dibudayakan‟

3) Persentuhan dengan gagasan-gagasan teater dari barat menyebabkan timbul pula

dorongan-dorongan untuk terbentuknya lembaga-lembaga baru yang bersifat non-

adat, yang menampung kegiatan-kegiatan kesenian untuk tujuan hiburan, dengan

memakai ukuran-ukuran kesenian sebagaai norma tunggal.

Pada tahap ini secara sedikit demi sedikit tarian daerah yang tadinya sifatnya

tertutup dan hanya boleh ditarikan oleh orang-orang dari kalangannya sendiri

mulai membuka diri sedikit demi sedikit dalam menerima budaya asing, sebagian

diantaranya menerima bentuk perubahan sebagai salah satu cara untuk tetap

melestarikan tarian didaerahnya tersebut, karena minat masyarakat yang ingin

mempelejari tarian tradisi juga harus diperhatikan. namun Unsur-unsur yang

Page 47: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

37

masukpun juga harus disesuaikan dan diperhatikan. Sehingga ciri khas dari tari-

tarian tradisi atau daerah tersebut tetap menonjol.

c) Penembusan Secara Sengaja Atas Batas-Batas Kesukuan

Dalam tahap ini ditekankan usaha-usaha untuk menunjukkan bahwa meskipun

Indonesia terdiri atas berbagai wilayah ethnic, namun sebenarnya adalah satu.

Perwujudan dari sikap ini terlihat pada penyelenggara acara-acara maupun misi-misi

kesenian yang memuat acara-acara dari Sabang sampai Merauke. Karena adanya

sikap tesebut maka ada dorongan-dorongan kuat bagi penari-penari yang berasal dari

ethnicnya masing-masing untuk mulai mempelajari juga tari-tarian dari wilayah ethic

lain. Dengan sendirinya gaya-gaya tari yang bisa banyak dipelajari oleh anak-anak

wilayah lain adalah telah dibekali keterbukaan dari masyarakatnya. Dalam tahap ini

yang dicapai dalah kesalingkenalan, saling menghargai, serta menipiskan kebanggaan

kedaerahan yang berlebih-lebihan. (Edi Sedyawati 1981: 115)

dalam hal ini tari-tarian daerah yang dulu sifatnya tertutup akan dunia luar,

sudah mulai membuka ruang dalam menerima unsur-unsur kebudayaan baru yang

berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. memberi kesempatan bagi yang

ingin belajar tari, sehingga tari-tarian daerah akan terus lestari. Lain daripada itu

tari-tarian juga bisa sebagai sarana dalam pertukaran budaya-budaya antar satu

suku dengan suku lainnya. karena dibekalinya keterbukaan dari masyarakatnya

maka para orang-orang yang ingin belajar tari dari kebudayaan yang berbeda,

tentunya akan memiliki kepercayaan diri dalam bersosialisasi dengan para penari-

penari lain yang berasal dari berbagai wilayah.

d) Gagasan Mengenai Perkembangan Tari Untuk Taraf Nasional

Setelah melalui beberapa fase seperti yang dijelaskan diatas, para pencipta

karya seni juga ingin mengembangkan tari-tarian daerah dan tradisi ini dalam

kancah yang lebih luas lagi, tidak hanya ingin populer diwilayahnya sendiri tetapi

ingin menunjukkan kepada belahan dunia lain, bahwa Indonesia juga memiliki ciri

Page 48: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

38

khas tersendiri dalam menunjukkan identitasnya yaitu lewat tari-tarian tradisi

yang kaya akan nilai dan budaya, namun dalam pementasannya akan dikemas

lebih sederhana dan juga ditambahkan beberapa unsur-unsur lain seperti, musik,

kostum dan desain panggung, sehingga tarian yang dibawakan akan terasa lebih

hidup.

Salah satu gagasan adalah untuk mengadakan popularisasi dan penyederhanaa dari

bentuk-bentuk tari tradisional suatu wilayah ethnic agar bisa lebih mudah diterima

oleh anak-anak wilayah lain, contoh dari perwujudan gagasan ini adalah misalnya

penyederhanaan tari-tarian tradisional yang semula panjang-panjang. Suatu segi lain

dari penyederhanaan ini adalah untuk melepaskan tari dari unsur-unsur ethnic yang

dianggap menghambat proses apresiasi yang cepat. Misalnya, dari pikiran akan

adanya hambatan dari bahasa, maka diciptalah sendratari, dimana ekspresi

disampaikan terutama oleh tari dan musik, dan campur tangan bahasa adalah sedikit

mungkin. gagasan lain untuk menciptakan sesuatu yang dapat diberi label nasional ini

terwujud dalam karya-karya tari yang disusun berupa ramuan unsur-unsur dari

berbagai daerah. Seorang pencipta tari yang pernah berhasil dengan menempuh jalan

pikiran ini, disengaja atau tidak adalah Bagong Kussudiardjo. Ia mengambil sari dari

motif-motif berbagai gaya tari untuk disusunnya kembali mengikuti selera baru yang

utuh. Pengubahan-pengubahan tari lain yang banyak juga menempuh arah ini

kebanyakan kurang berhasil karena mengambil unsur-unsur tari berbagai wilayah

secara terlalu mentah. (Edi Sedyawati 1981: 116)

e) Kedewasaan Baru Yang di Tandai Oleh Pencarian Nilai-Nilai

Setelah tahap-tahap yang lalu dilampaui, masyarakat-masyarakat suatu wilayah

ethnic sudah mengena, menyukai dan menaruh minat kepada tari-tarian wilayah lain,

maka terasalah bahwa nasionalisasi tari bukanlah lagi suatu hal yang harus digembar-

gemborkan. Kesatuan Indonesia telah dirasakan sebagai kenyataan. Maka

perkembangan lanjut dari tahap ini adalah pemantapan dari penggarapan tari itu

sendiri dengan ditandai oleh kematangan teknis dan sikap yang serba terbuka tanpa

komplek-kompleks pengotakan. Suatu kegairahan lain dalam fase mencari nilai-nilai

tari ini terwujud dalam kegiatan-kegiatan tari eksperimental yang selalu disertai

dengan pengkajian terhadap hakikat tari. kegiatan-kegiatan yang demikian ini

berpangkal pada ketidakpuasan terhadap perkembangan yang sudah berlalu dan telah

menjadi suatu kerangka kegiatan rutin. (1981: 117)

Dalam hal ini para pencipta karya seni tari mencoba memunculkan kembali

khasanah nilai-nilai luhur terdahulu dalam sebuah tarian untuk di hadirkan

didalam beberapa karya-karya tari. Karena meskipun tarian kontemporer para

Page 49: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

39

pencipta karya tari juga harus memperhatikan aspek-aspek penting yaitu makna

dan budaya tari apakah yang dapat ditonjolkan, tidak semata-mata keindahan

gerak, tapi makna dan pesannyapun turut diperhatikan agar tari-tarian yang

dipertunjukkan menjadi lebih hidup.

B. Kelompok Tari DLDC

1. sejarah Berdirinya Kelompok Tari DLDC

Kelompok tari DLDC dibentuk pada awal tahun 1990, awalnya komunitas tari

ini bernama ddc (Dedy Dance Company) pada tahun 1970 dan atas kesepakatan

bersama pak Dedy, bu Elly dan anggota yang lain pada tahun 2002 kelompok tari

ini berubah menjadi Dedy Lutan Dance Company. Nama Lutan sendiri berasal

dari nama orang tua bapak Dedy yaitu bapak Lutan Majid. wadah komunitas tari

ini pertama kali dibentuk atas gagasan Dedy Lutan yang mana beliau berprofesi

sebagai seniman dan koreografer tari dengan dua orang lainnya yang juga

memiliki ketertarikan dibidang seni tari yaitu Irene S. Prinka dan Elly D Lutan.

wadah komunitas seni ini sengaja dibentuk karena kegelisahan pak Dedy

terhadap mulai menurunya minat masyarakat kepada kesenian tari, pada

umumnya tari tradisi, dimana semakin berkembangnya zaman justru tidak

diseimbangin oleh kemajuan kesenian tari karena keberadaannya semakin terganti

oleh budaya-budaya baru yang dianggap malah menurunkan ciri khas daripada

kesenian tradisi, dan hal tersebut dilakukannya juga untuk memunculkan kembali

khasanah budaya seni, sebagai sebuah organisasi seni atas dasar tanggung jawab

dan kerjasama dengan misi pengembangan profesionalisme dan kreativitas

mereka dalam menciptakan karya tari yang baik.

Page 50: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

40

Untuk meningkatkan profesionalisme komunitas tari ini, pada tahun 1999

komunitas ini mulai disempurnakan dengan dibuatnya struktur organisasi dalam

Management Of Art Production, mereka yang terlibat adalah rekan-rekan dari

sesama penari yang tergabung dalam kelompok tari dldc dan pengamat seni yang

mempunyai pengalaman dan ketertarikan khususnya dibidang kesenian tari.

DLDC merupakan komunitas tari yang konsisten dalam mengembangkan tari

tradisi dalam setiap karyanya.

Aspek utama dari karya DLDC adalah bermula dengan melakukan riset

lapanngan secara intensif terhadap berbagai macam tradisi diberbagai daerah di

Indonesia, dan bersentuhan secara langsung dengan sumber tradisional. Lewat

karya yang diciptakan, para koreografer tentunya akan mampu memunculkan

aktualisasi diri, dan semua itu bisa diraih bila mereka memiliki upaya untuk

melakukan studi lapangan dengan baik, sehingga mereka akan mampu mencapai

pemahaman yang lebih baik terhadap kekinian hakekat kehidupan manusia yang

berbudaya.

Penari yang tergabung didalamnya berjumlah 20 orang. karena kegigihannya

dan kesabarannya dalam merangkul, mengajak, dan menghimbau serta melakukan

workshop dan pelatihan tari berbasis tradisional,. Hal tersebut dilakukan dengan

tujuan untuk “memperkenalkan kembali” khasanah kebudayaan kita yang

tersembunyi. Dengan melalui kegiatan tersebut, di harapkan generasi muda

semakin memiliki ketertarikan dan dapat memperluas wawasan yang lebih tentang

kesenian Nusantara. Sampai saat ini anggota yang tergabung dalam DLDC adalah

para penari yang merupakan murid Elly D.Lutan dan Dedy Lutan, mahasiswa-

Page 51: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

41

mahasiswa Institut Kesenian Jakarta, Universitas Negri Jakarta, Universitas UI,

serta beberapa orang yang tergabung secara pribadi.

Memasuki tahun 2005, tepatnya 11 Maret 2005 telah diadakan pertemuan

untuk pembentukkan Yayasan Dedy Lutan Dance Company. Yayasan ini dibentuk

sebagai wadah pengembangan kesenian yang tidak hanya bersifat pertunjukkan

melainkan juga perihal jasa konsultasi pengembangan kesenian, pariwisata dan

kebudayaan baik untuk kalangan internal maupun kalangan eksternal

(masyarakat).

2. Pemimpin Kelompok DlDC

Sebelumnya kelompok tari ini pada tahun 1970 dipimpin sendiri oleh bapak

Dedy, namun karena fokus beliau lebih kepada sebagai koreografer dan penata

tari, sehingga tidak memungkinkan beliau untuk merangkap jabatan sebagai

selaku pemimpin dan koreografer, sebelumnya kelompok tari ini pernah dipimpin

oleh ibu Pungky Purdatiningrum pada tahun 1988 sampai 1990, Indah

Soelistyawati pada tahun 1990 sampai 2004, dan Iga Mawarni pada tahun 2004

sampai dengan sekarang.

Iga Mawarni sebelum memimpin DLDC beliau berprofesi sebagai penyanyi

jazz yang sekarangpun masih aktiv mengisi beberapa pertunjukkan musik jazz

dijakarta dan daerah-daerah diIndonesia, kecintaannya terhadap kesenian tari

muncul kembali pada 13 tahun lalu pada saat melihat pertunjukkan tari jawa

klasik yang dibawakan oleh bude Elly di gedung kesenian Jakarta pada waktu itu.

Gerakan tari yang dibawakan oleh bu Elly membuat Iga mawarni kagum dan

Page 52: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

42

muncul keinginan kembali untuk mempelajari tarian, yang mana semasa sekolah

beliau aktif dalam kegiatan kesenian tari. (hot.detik.com Diunduh 22 september

2016)

Alhamdulillah 26 tahun, sungguh saya sangat bersyukur kepada allah swt,

senang bisa nemenin DLDC sampai sekarang ini. karena kami, DLDC telah

diberikan kemampuan melewati masa yang panjang selama dalam prosesnya

dalam menghidupkan komunitas tari tradisi „ala‟ kami dengan tantangannyay

yang mungkin bisa dibilang berat, tapi ya inshaallah dengan begitu malah

akan mematangkan kualitas karya, jiwa dan pikiran kami. (wawancara pribadi

dengan Iga Mawarni 16 oktober 2016)

Perempuan kelahiran 22 juli 1973 lantas mendatangi padepokan DLDC lalu

menimba ilmu tari disana, bu Elly senantiasa dengan sabar mengajari mba Iga

menari dengan tidak hanya mengikuti alunan musik tetapi juga mengajaknya

menari lewat hati. Dimana darisitulah Iga mendapat ketenangan jiwa dalam

hatinya lewat menari.

selama bertahun-tahun menari di dldc lalu melibatkannya dalam seni

pertunjukan tari, dimana yang dulunya beliau hanyalah sebagai seorang penonton

namun tidak disangka dapat menjadi bagian dari anggota penari dldc membuat

dirinya merasa, apa yang selama ini diinginkan dibidang kesenian, bisa beliau

peroleh. Dengan menjadi bagian dari DLDC membuatnya merasa terpanggil

untuk terus mengembangkan tarian tradisi di pentas kesenian.

Setelah beberapa tahun mengenyam pendidikan tari di DLDC, atas keputusan

bersama Iga mawarni dipilih untuk memimpin sanggar tari tersebut. berkat

dedikasinya sebagai murid DLDC yang konsisten menimba ilmu tentang kesenian

tari lewat pengalaman-pengalaman yang diajarkan oleh bu Elly dan pak Dedy

Page 53: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

43

yang sudah terlebih dahulu terjun langsung ke dunia seni tari. membuat mba Iga

merasa bahwa sudah seharusnya beliau berpasrtisipasi dan juga mengajak para

peminat kesenian tari untuk bergabung bersama dalam menghasilkan sebuah

karya.

Awalnya tidak mudah memang mempelajari dan mengenalkan tari tradisi.

Karena zaman yang semakin maju, membuat keberadaan tarian daerah semakin

jarang untuk dipertontokan para pembuat seni lebih cenderung mengembangkan

tarian yang kontemporer atau lebih mengikuti permintaan pasar yang lebih tertarik

untuk menyaksikan seni pertunjukkan modern. Maka dari itu tantangan sendiri

bagi Iga mawarni dan DLDC untuk berani dalam mengembangkan tarian tradisi.

Sebagai pemimpin, beliau selalu mendiskusikan kepada para anggota lainnya

dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh anggota DLDC baik itu para penari,

koreografer, maupun orang-orang yang terlibat didalam DLDC. Agar bisa

tercapainya sebuah komunikasi yang harmonis antara satu dengan lainnya. tidak

ada sekat yang membatasi antara pemimpin dan anggota didalamnya, karena

anggota yang tergabung didalamnya boleh dengan terbuka mengeluarkan aspirasi

dan kreatifitasnya masing-masing, sehingga memunculkan kedekatan yang lebih

harmonis antara satu dan yang lainnya.

3. Pembina Kelompok Tari DLDC

Pembina kelompok tari DLDC yaitu tidak lain adalah istri dari Dedy Lutan

yang bernama Elly D. Lutan. beliau selaku Pembina dan koreografer tari di DLDC,

beliau terlahir dengan nama Indah Harie Yulianti dimakasar pada tanggal 27 Juli

Page 54: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

44

1952. Beliau dikenal akan ketekunan dan pengabdiannya yang begitu tinggi

kepada masyarakat, khususnya dalam bidang seni tari. boleh dikatakan bahwa

sebagian besar masa hidupnya diabdikan untuk kepentingan masyarakat dunia tari.

Menari dan menata tari adalah pengabdian hidup Elly. Sejak tahun 1970

mengabdikan diri sebagai penari dari para tokoh tari terkemuka seperti, Huriah

Adam, Bagong Kussudiardjo, Sardono W. Kusumo, Gusmiati Suid, Retno Maruti,

Sulistiyo Tirto Kusumo, dan tentunya Dedy Lutan (suami Elly) yaitu seorang

maestro tari tradisi dan doctor pada bidang karya tari.

Sebagai Pembina dan koreografer tari tentunya beliau tidak mengharuskan

adanya aturan khusus bagi bagi para penari yang ingin bergabung atau sekedar

ingin mengetahui tentang seni tari dipadepokan tari DLDC. Beliau selaku

koreografer selalu mengarahkan para penarinya agar tidak hanya mampu

menggerakan tubuh tetapi benar-benar setulus hati memaknai arti dari tarian yang

dipelajari. Supaya para penari mampu merasakan tekanan dari tarian yang

dipelajari agar ruh dari tarian yang dipelajari dapat menyatu dengan jiwa.

Selama menjadi Pembina dan koreografer, beliau membebaskan anak

muridnya untuk terus mengembagkan kreatifitas menarinya walaupun diluar

sanggar tari. seperti kata mba suryani, salah satu murid bu Elly yang sudah belajar

di sanggar tari ini sejak tahun 1980.

setelah belajar lumayan lama mengenai ilmu kepenarian sama pak Dedy dan

Bu Elly, pada tahun 2000-an aku mutusin untuk coba buka kelompok tari

sendiri, dan seneng begitu tau dapat respon yang bagus dari bu Elly ketika

mengetahui aku mendirikan komunitas tari lain,alhamdulillah responnya

positif, aku jadi lebih semangat untuk terus mengembangkannya, Dan beliau

Page 55: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

45

berharap kedepan, akan semakin banyak generasi muda yang semakin tertarik

dengan kesenian tari (wawancara 23 oktober, dengan mba suryani)

Sebagai selaku koreografer tari, beliau pun juga turut mengikuti jejak para

gurunya dalam mengajarkan kesenian tari. berbekal pengalamannya dalam

menekuni tari kreasi baru dipadepokan Bagong Kussudiardjo pada tahun 1965-

1975 dan selama tiga tahun memegang pimpinan semenjak dibukanya PLT

Bagong Kussudiardjo cabang Jakarta. Dari pengalaman itulah menjadi bekal

beliau untuk mengajarkan tarian kepada murid-muridnya di DLDC dan

4. Penari-Penari DLDC

Para penari yang ada dikelompok tari ini adalah, beberapa dari mereka yang

bergabung sudah terlebih dahulu mempunyai pengalaman dibidang tari, namun

ada juga sebagian benar-benar belajar dari nol. Penari yang tergabung tentunya

tidak hanya diajarkan tarian tetapi nilai dan budaya dari tari tersebut turut juga di

beritahukan, agar penari-penarinya mampu memaknai dan memahami tarian yang

sedang mereka pelajari.

Sebagian besar murid DLDC terdiri dari wanita yang berumur sekitar diatas

20 sampai 30 tahun, mereka yang tergabung sebagian merupakan murid lama

yang sudah tergabung terlebi dahulu, semenjak komunitas tari ini berdiri pada

tahun 1970. DLDC memiliki 20 murid. Jenis tari yang diajarkan oleh kelompok

tari ini adalah sebagian besar tari tradisional jawa, namun selain tarian jawa ada

juga aceh dan Kalimantan. Para penari yang menimba ilmu di DLDC benar-benar

dipersiapkan untuk menjadi penari yang bisa konsisten untuk membawakan setiap

karya yang akan dipertunjukkan oleh DLDC, dan terkadang agar pertunjukkan

dapat berjalan secara hikmat dan indah. DLDC membwakan penari-penari yang

Page 56: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

46

berasal dari daerah asalnya. Disetiap pertunjukan DLDC, bahkan sebagian penari

ada yang dipersiapkan secara khusus sebagai penari tambahan seperti anak-anak

atau remaja untuk melengkapi perannya dalam sebuah pertunjukkan tari.

Penari-penari yang tergabung diantaranya, dididik dan dilatih sedemikian

untuk dijadikan sebagai koreografer penari professional. bahkan ada diantara

mereka yang pada dasarnya sudah berprofesi sebagai koreografer tari, namun

datang ke dldc untuk mendiskusikan suatu gerakan tari yang ingin dipertunjukkan,

jadi dldc tidak membatasi siapapun dan dari kalangan apapun untuk belajar tari

disanggarnya.

5. Logo yang Di Pakai dan Maknanya

Dalam sebuah kelompok tari tentunya banyak diantaranya yang memakai

logo-logo tertentu untuk menunjukkan identitas sebuah kelompok didalam suatu

lingkungan masyarakat. lambang atau simbol tersebut merupakan sebuah penanda

yang dalam setiap kelompok pasti ada. Simbol yang dipakai pada umumnya

menggambarkan bentuk sebuah kelompok secara umum, didalamnya terdapat

makna tertentu yang menunjukkan ciri khas dari kelompok tersebut.

Sama halnya dengan kelompok tari DLDC ini, simbol yang dipakai yaitu

berupa simbol siluet yang yang berada ditengah-tengah tulisan DLDC, yaitu

berupa 2 garis miring dan 1 garis melengkung kebawah. Yang mana simbol

tersebut menggambarkan sebuah gerak tubuh manusia ketika menari. Sederhana

memang tapi memiliki makna yang relevan untuk menggambarkan kelompok tari

DLDC ini.

Page 57: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

47

Logo yang dipakai itu orang-orang mungkin melihat kenapa bentuknya hanya

berupa garis melengkung aja, terlalu sederhana sekali katanya, kan ini

kelompok tari yang mungkin namanya cukup membuming dikalangan seniman

tari. tapi ya kalo menurut bude meskipun tampilannya cukup sederhana tapi

sebetulnya itu memang sebuah simbol yang menggambarkan tentang salah

satu gerakan tubuh manusia yaitu menari, karena siluet itukan kaya

perumpamaannya orang yang lagi nari, kalo menurut pandangan bude sama

pakde ya ga. ga perlu yang neko-neko kalo mau bikin logo organisasi yang

ada ntar malah susah mendefinisikannya. Mendingan sederhana tapi benar-

benar kena maknanya, dan itu yang penting. (wawancara pribadi dengan bu

elly 16 oktober 2016)

Gambar II.1. simbol DLDC

Sumber: Dokumentasi DLDC

6. Kegiatan Belajar dan Mengajar Tari di Sanggar DLDC

Kegiatan belajar dan mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu

yang diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses mengajar. kegiatan belajar

mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan

menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Dalam kegiatan

belajar dan mengajar guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual anak didik.

Kerangka berpikir demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan

pendekatan kepada setiap anak didik secara individual. (Dzamrah et all, 2010: 44-45)

Kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan di dldc sama halnya dengan

kegiatan yang berlangsung dilembaga tari lain pada umumnya. Proses belajar dan

mengajar di dldc dilakukan seminggu dua kali yaitu pada hari jum‟at malam jam 7

Page 58: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

48

dan minggu jam 8 pagi. Seperti halnya pemberian materi gerak tubuh sebelum

mulai menari penting untuk diberikan, tujuan pemberian materi tersebut untuk

menyesuaikan komposisi gerak dan iringan musik yang akan dimainkan, sehingga

tarian yang akan dibawakan dapat seirama. Dalam kegiatan belajar dan mengajar

pun bu elly dan pak deddy selaku pengajar pun kerap memperhatikan para

individunya ketika sedang menari, mencoba mengamati para penari yang

kedapatan memperoleh kesulitan dalam proses menari, dan setelah itu mencoba

memahami para penari untuk menemukan solusi yang baik agar kendala tersebut

mampu diatasi.

Kadang kalo mereka ada yang masih kurang paham mengenai gerakan, suka

ada yang belajar sampe larut malam, dan diskusi juga sama bude mengenai

gerakannya, kadang juga ada beberapa yang sampe nginep disini. kalo pak

dedy atau bude lagi ga ada aktivitas lain ya nemenin mereka latihan, malah

sampe pagi. Karena nari tu ya gak sekedar gerak aja. Mereka juga harus

paham maknanya apa, geraknya melambangkan apa. Jadi ketika menari itu

benar-benar memahami maksud dan tujuan dari tarian yang ditarikan. Ga

gampang memang untuk menjalankan proses seperti demikian, karena kami

menyadari bahwa masing-masing individu itu punya daya serap yang

berbeda-beda. Dan kami mencoba mendongkrak dan membimbing mereka

agar dapat mencapai keselarasan menari yang sesungguhnya. (wawancara

pribadi dengan bu Elly 16 oktober 2016)

Jadi meskipun jadwal latihan sudah ditetapkan bu Elly dan pak Deddy selaku

pengajar di DLDC tidak membatasi muridnya yang ingin bertanya kembali

tentang materi yang telah diajarkan sebelumnya. Beliau senantiasa akan

meluangkan waktunya untuk para muridnya yang ingin menambah jam latihannya,

tapi meskipun begitu tidak akan dipungut biaya penambahan jam latihan, karena

menurutnya yang lebih penting adalah para penari mampu memahami materi

gerak saja sudah menjadi kesenangan tersendiri bagi beliau. Oleh sebab itulah

Page 59: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

49

banyak diantara para penari yang senang dengan cara beliau mengajar, meskipun

terkadang keras dalam mengajar namun hal itu dilakukan agar penari mampu

fokus dan dapat menjiwai tarian tersebut.

Kerasnya beliau itu lebih kesayang sih sebenernya, tujuannya ya untuk selain

kitanya cepet bisa tapi lebih daripada itu beliau ingin kita selaku penari harus

bisa mengolah kepekaan rasa dari tarian itu sendiri. Jadi menari itu jangan

setengah-setengah, kita harus benar-benar menaruh posisi jiwa dan raga kita

seutuhnya ketika menari, agar makna dalam tarian itu dapat tersampaikan

dengan gerakan dan mimic muka yang apik kali ya istilahnya, sehingga ada

kepuasan tersendiri bagi saya khususnya, ketika disini saya bisa menyalurkan

kreatifitas saya dalam menari. Dan kerasnya beliau dalam mengajar itu

justru mendorong saya, untuk lebih percaya diri dalam mengembangkan

gerakan saya (wawancara pribadi dengan mba suryani 23 oktober 2016 )

Gambar.II.2 Suasana latihan di sanggar DLDC

Sumber. Dokumentasi DLDC

7. Penanggap Kelompok Tari DLDC

Perjalanan yang dilakukan beliau kebebrapa daerah pedalaman yang ada di

Indonesia, ternyata membuka jendela baru bagi beliau dalam menggali potensi-

potensi baru dalam hal tari tradisi, dimana menurutnya banyak dari penari-penari

sekarang yang hampir melupakan tari-tarian tradisi, yang mana hal tersebut

merupakan akar dari tari-tarian lainnya, yang sekarang sudah banyak dimodifikasi

Page 60: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

50

baru, seperti tari kolaborasi dan kontemporer yang banyak melupakan unsur-unsur

tradisi didalamnya.

Tradisi itu merupakan sumber penciptaan. Akar-akar tradisi adalah sumber

yang tak akan habis-habisnya digali. Karena seni tradisi seperti tari itu

merupakan simbol-simbol puitis, setiap gerak itu punya arti. Jadi, mereka

tidak asal menggerakan tubuh. (wawancara surat kabar Anda Bos dengan pak

Dedy, Mei 1990)

Berkat kepercayaan dan ketekunannya dalam mengembangkan tarian tradisi,

dan beliau dapat membuktikannya dalam sebuah pentas tari, kemudian

menunjukkan bahwasannya tarian tradisi juga mampu menarik minat masyarakat

yang ingin terjun dalam dunia seni tari. dengan menonton pertunjukkan kesenian

tari maka secara tidak langsung akan menumbukan kembali rasa kecintaan

terhadap kesenian tari.

dalam setiap pertunjukkan yang dilakukan oleh DLDC ya alhamdulillah

sampe sekarang selalu mendapatkan apresiasi yang positif dalam setiap

peluncuran karya kami dan senengnya itu ternyata karya DLDC ditunggu-

tunggu juga khususnya dari kalangan seniman tari, karena menurut mereka

pementasan DLDC selain bagus juga bisa menjadi referensi bagi seniman

lainnya dalam proses penciptaan karya tari, dan gak Cuma dijakarta aja, dari

luar kota pun juga ada saking mereka penasaran sama pak dedy dan DLDC

(wawancara bu elly 16 oktober 2016)

8. Penonton Kelompok Tari DLDC

Dulu waktu pertama kali memutuskan untuk terjun dalam seni pertunjukan,

DLDC menyadari bahwasannya hal itu memang diperlukan untuk setiap

komunitas tari yang ingin berkembang, lewat pengalaman-pengalaman

eksplorasinya dalam mencari kesenian tari tradisi, membuat beliau terpacu untuk

Page 61: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

51

mengenalkan tari-tarian tradisi kepada para generasi muda, dan membuktikan

kepada yang menyaksikan karya DLDC bahwa tarian tradisi tidak kuno. Berbekal

pengalaman pak Dedy dalam mengumpulkan pengalaman-pengalamnnya lewat

riset lapangan terhadap berbagai macam tarian tradisi di Indonesia dan

bersentuhan langsung dengan sumber tradisional, menjadikannya daya Tarik

tersendiri bagi para penikmat kesenian tari. pak Dedy yang dengan konsisten

mengembangkan tarian tradisi tentunya selalu membuat inovasi-inovasi yang unik

tetapi tidak menghilangkan unsur tari tradisinya. Karena kelompok tari ini berani

menunjukkan kesenian tari yang berbeda dari yang lainnya yaitu dengan

menonjolkan aspek tradisi.

Menjadi kelompok tari yang konsisten mementaskan tari tradisi tidaklah

mudah. Butuh kerja keras, kesabaran, dan karya yang tak pernah berhenti

untuk dikenal masyarakat. namun berkat kerjasama para penari,

alhamdulillah dalam setiap pementasan karya kami selalu mendapatkan

apresiasi yang bagus, dan penontonnya tiap tahun ada peningkatan, dan itu

membuktikkan bahwa generasi muda semakin tertarik untuk belajar dan

mencari tahu tentang tari tradisi lewat pentas pertunjukkan kami dan gedung

kesenian Jakarta (GKJ) yang selalu mendukung karya DLDC, dalam

memberikan peluang kerja sama yang menyenangkan selama ini kepada kami

(DLDC). (wawancara https://hot.detik.com/art/2451983/dedy-lutan-dance-

company-buktikan-tarian-tradisi-tak-kuno/2126 dengan Iga Mawarni)

Tari yang dulunya hanya sebagai kesenian budaya daerah secara perlahan

merambah menjadi seni pertunjukkan, hal itu dilakukan sebagai upaya pelestarian

kesenian tari agar tidak punah dimasyarakat. kesenian tari modern yang

berkembang ditengah arus kemajuan zaman tidak melunturkan semangat DLDC

dalam mengenalkan dan mengembangkan kesenian tari tradisi dan DLDC

Page 62: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

52

menyadari bahwa dukungan-dukunga yang hadir tidak hanya dari dalam tapi juga

dari luar yang turut memotivasi DLDC untuk terus berkarya.

9. Profil Beberapa Penari DLDC

Para penari, pengajar, dan Pembina kelompok tari DLDC merupakan anggota

yang terdiri dari berbagai kalangan. Ada yang dari UI yaitu kak Doni dan kak

ayib, kak doni merupakan mantan ketua liga tari UI yang sudah setahun ini

mengikuti pelatihan tari disannggar tari DLDC, kak Doni mengetahui informasi

mengenai keberadaan sanggar ini lewat temannya yang sesama penari juga,

sebelum menimba ilmu di DLDC tentunya kak Doni pernah juga belajar di

sanggar tari yang lain, ketika ditanya kenapa beliau lebih memilih belajar sanggar

tari DLDC daripada ditempat sanggar yang sebelumnya? Kak Doni menjawab:

Sebelumnya aku itu dapet informasi dari temen aku, ayib haha. katanya ada

sanggar tari bagus gitu namanya dldc dan aku coba cari-cari kan

pertunjukkan dldc di youtube, dan emang bagus ternyata, bedanya disini sama

dikomunitas tari lain itu, DLDC udah kaya rumah menurut aku.maksudnya

rumah tuh meskipun aku udh belajar dimana-mana tapi yang pulang atau bisa

dibilang balik lagi kesini gitu. Disini tuh kita lebih diajarin untuk mengolah

rasa dalam memaknai tarian itu sendiri, gak cuman sekedar hafal gerak aja.

Dan disini kita juga dibimbing untuk menciptakan gerakan kita sendiri lewat

cara-cara dan teknik bude elly dalam ngajarin nari, jadi aku senengnya disini

tu bude itu total ngajarinnya. (wawancara pribadi 23 oktober 2016)

Sedangkan ada mba Ochie, beliau juga merupakan penari dldc yang

bergabung sejak tahun 2000, selain menjadi penari profesinya sehari-hari adalah

karyawan dan ibu rumah tangga. Beliau memang bukan berasal dari kelurga

seniman tapi beliau mulai tertarik dengan menari sejak duduk dibangku SMP,

lewat kegiatan ekstrakulikuler disekolahnya membuat beliau ingin mempelajari

tari-tarian, namun setelah lulus sekolah menengah pertama, beliau tidak lagi

Page 63: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

53

mengikuti kegiatan tari menari. dan ketika sudah selesai kuliah, muncul keinginan

kembali untuk belajar menari, dan memutuskan untuk belajar disanggar tari dldc

ketika ditanyakan bagaimana awalnya dapat bergabung di dldc? beliau menjawab:

Awalnya aku tu pengen belajar nari, trus aku tanya informasi lewat temen-

temen ku, soalnya aku kan suka nari tapi aku bukan penari, jadi karena dulu

waktu aku sekolah belajar nari nah pas skripsiku udah kelar, aku pengen

belajar nari lagi. Trus yaudah aku dikasih tau sama temenku namanya Dewi,

katanya kalo mau belajar di DLDC aja, bagus. Yaudah aku awalnya hubungin

bude via telfon. Aku tanyakan kebude disini ada kelas apa aja, trus

belajarnya gimana?‟ gitu, cuman Waktu itu bude gak ngomong banyak sih.

Jadi aku cuman disuruh dateng aja kalo mau belajar. (wawancara pribadi

dengan mba ochie 23 oktober 2016)

Ada juga mba Inulita yang merupakan lulusan dari IKJ (Institut Kesenian

Jakarta), beliau mengambil jurusan seni tari, karena pak Dedy merupakan dosen di

IKJ juga, nama DLDC dikalangan penari juga mempunyai peran yang cukup

besar dalam melestarikan kesenian tari di Indonesia, jadi kelompok tari ini cukup

populer dikalangan para penari. Semangat Pak Dedy dalam mengembangkan

kesenian tradisi, tentunya membawa angin segar bagi para kesenian tradisi untuk

tetap berkarya. Selain itu juga dapat mendorong para mahasiswa yang khususnya

jurusan seni tari dalam mendalami aspek-aspek kepenarian, ketika ditanyakan

kenapa ingin belajar nari di DLDC? kemudian Beliau menjawab:

Disini itu kalo menurut aku ga cuman belajar nari aja, tapi juga sebagai proses

pencarian jati diri aku lewat menari. Banyak hal baru yang aku dapetin disini

sebagai seorang penari. Karena menurut aku menari dengan gerak selambat apapun

kita tuh gak bisa nyontek, jadi memang harus hafal. Karena rasanya pasti beda

ketika kita bisa sendiri dibandingkan melihat orang lain. Sama juga soal gerakan,

kita gerak ya gak cuman sekedar gerak aja, tapi emang bener-bener harus dilandasi

dengan hati, biar kita bisa menjiwai tarian itu dan juga bisa kompak narinya, jadi

banyak pelajaran yang aku peroleh disini, gak cuman nari tapi kita juga saling

diskusi. Mungkin juga karena aku kan belajar di IKJ jadi bisa satu pikiran gitu sama

pak Deddy dan bu Elly. (wawancara pribadi 23 oktober 2016)

Page 64: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

54

Kemudian mba Lulu, yang sudah bergabung dengan dldc sejak tahun 1990,

yang selain menari beliau juga berprofesi sebagai artis figuran, menari merupakan

salah satu media baru bagi beliau untuk menjiwai tarian, karena di DLDC selain

menari ternyata juga diajarkan tentang mendalami sebuah tarian yang hendak

dipelajari, ketika ditanya kenapa lebih memilih belajar nari di DLDC? beliaupun

menjawab:

Aku itu sebelumnya sempet nari dimana-mana, disanggar lain maksudnya. Dulu juga

pas masuk di DLDC juga sempet berenti sebentar, pengen nyoba belajar nari di

tempat lain, tapi ternyata balik lagi ke DLDC ujung-ujungnya, karena disini aku

merasa belajar meanari disini lebih bisa memperkuat karakter aku. Kalo di acting

kan mendalami peran yang dimainkan, kalo menari ibaratnya aku kaya memahami

sebuah cerita lewat proses menari, dan itu bisa dilakukan hanya dengan orang yang

berpengalaman didalamnya, karena memaknai sebuah tarian itu tidak mudah, kalo

ga dibimbing sama instruktur yang handal kaya bu Elly. (wawancara pribadi

dengan mba lulu 23oktober 2016)

Mba Suryani juga merupakan murid di dldc, beliau sudah tahu mengenal

DLDC sejak tahun 1985, pertama kali belajar menata tari dengan Irianto Catur,

lalu memperdalam kepenariannya dengan ibu Elly dan pak Dedy Lutan, untuk

lebih memperdalam kepenariannya secara lebih baik. Pada tahun 2000 dan 2003

beliau ditunjuk sebagai asisten koreografi DLDC di Kutai Barat, Kalimantan

Timur, Jambi, Riau, serta Propinsi lainnya. ketika ditanyakan bagaimana mba

suryani bisa mengetahui DLDC? beliau pun menjawab:

Sebenernya aku tahu DLDC tu udah lama, waktu pengen gabung kesana tapi belum

ada kesempatan, soalnya kan aku juga belajar di sanggar lain waktu itu. Nah waktu

itu aku ikut lomba tari anak di Dinas Kebudayaan, bude Elly kebetulan jadi salah

satu jurinya, dan waktu itu kalah. Aku bertanya-tanya kenapa kok aku bisa kalah,

padahal menurut aku tarian yang aku tampilkan bagus. Lalu setelah pengumuman

juara selesai, aku naiklah keatas keruangannya bu Elly. Dari situ aku ngobrol-

ngobrol sama bu Elly, ternyata aku salah di tema seharusnya penyerapan terhadap

guru tapi aku malah bikin kreatifitas anak, jadi lebih kepada kepermainan anak. Trus

aku bilang ke bu Elly kalo aku mau latihan nari disana, yaudah akhirnya aku nari

deh di DLDC. (wawancara pribadi dengan mba suryani 23 oktober 2016)

Page 65: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

55

Kemudian ada kak Ayib, yang merupakan teman daripada kak Doni yang

sudah bergabung dengan DLDC satu tahun, sehari-hari beliau berprofesi sebagai

mahasiswa di Universitas Indonesia, minatnya terhadap tari sudah ada ketika

bergabung dalam komunitas liga tari dikampusnya, awalnya memang hanya

sekedar coba-coba namu semakin lama kecintaannya terhadap tari mulai terlihat,

maka dari itu beliau ingin memperdalamnya di sanggar dldc. kenapa lebih

memilih belajar disanggar tari DLDC kak? Beliau menjawab

Waktu sebelum bergabung itu aku punya dua pilihan, antara mau kesanggar tari

yang deket rumah atau disini (DLDC), beberapa ada yang bilang ke aku katanya

kalo mau lebih memperdalam tari, mendingan di DLDC aja, gitu. Soalnya aku tu

suka nari kan tapi kurang bisa menjiwai tarian yang aku bawakan. Jadi daripada

belajarnya setengah-setengah mendingan sekalian aja, jadi ga Cuma hafal gerakan

doang tapi juga bisa lebih ngolah rasa disini, bu Elly juga ngebimbing kita ke proses

itu dan disini lebih kekeluargaan aja, ga hanya sebatas hubungan antara murid dan

guru tapi lebih dari itu beliau itu juga ngajarin gimana bisa jadi penata tari yang

baik, trus lebih kebersamaan dalam menari tuh dapet banget disini. (wawancara

pribadi 23 oktober 2016)

Para penari yang tergabung pada umumnya tidak semua yang sepenuhnya

berprofesi sebagai penari, karena seperti para penari pada umumnya, namun hal

itu tak lantas mengurangi minatnya untuk terus belajar tari, dukungan yang

diberikan oleh DLDC kepada para penari lantas menghantarkannya pada

kecintaan tari yang sesungguhnya, tidak hanya di bekali ilmu gerakan, tapi juga

mendorong para penari untuk berani berekspresi lewat tarian, DLDC juga

membebaskan siapa saja yang ingin belajar di sanggar tari ini. dan dalam

pemberian materi kepenarian DLDC secara maksimal membekali para penarinya

supaya bisa menjadi penerus jejak para seniman tari lainnya, agar kesenian tari

tradisi tetap terjaga keasriannya.

Page 66: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

56

BAB III

ISOMORFISME SEBAGAI STRATEGI BERTAHAN KELOMPOK DLDC

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai strategi bertahan sebuah

kelompok dengan melakukan isomorfisme, isomorfisme menjelaskan tentang

bagaimana kondisi sekarang dalam menhadapi tekanan-tekanan yang datang dari

dalam maupun luar lingkungan organisasi, salah satunya yaitu dengan melakukan

peniruan terhadap kelompok lain, hal ini dilakukan bukan semata-mata

menjadikan kelompok satu dengan yang lainnya itu sama secara keseluruhan, tapi

lebih kepada sebuah kelompok melakukan isomorfisme agar dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungan sekitarnya, yaitu dengan cara melakukan adaptasi terhadap

nilai-nilai dari kelompok tertentu untuk diaplikasikan didalam kelompoknya, hal

ini bertujuan agar sebuah kelompok dapat memperkirakan situasi yang akan

dihadapi kelompok tersebut selanjutnya dan dapat Terutama kelompok kesenian.

Selain itu tidak sedikit dari kelompok tersebut yang pada akhirnya memutuskan

untuk tidak lagi melanjutkan aktivitas keseniannya karena, kurangnya dukungan

dan minat para generasi mudanya dalam hal kesenian tradisi. Maka dari itu salah

satu hal agar kelompok tersebut dapat bertahan, yaitu dengan melakukan

isomorfisme dengan cara adaptasi dilingkungan organisasinya.

Kelompok tari merupakan salah satu dari sekian kelompok masyarakat lainnya

yang didalamnya juga terdapat aktivitas kolektif, dimana anggotanya memiliki

tujuan dan cita-cita yang sama, untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan

kerjasama dan jalinan komunikasi yang baik antar satu dengan yang lain, agar

Page 67: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

57

tetap bisa saling menjaga nilai-nilai yang sudah disepakati bersama. Didalam

suatu kelompok juga penting untuk melihat potensi-pontensi disekitar lingkungan

suatu kelompok yang dapat mendukung kelompok tersebut untuk terus bertahan.

Interaksi yang dilakukan oleh suatu kelompok tertentu terhadap masyarakat

sekitarnya akan menghasilkan jalinan komunikasi yang efektif, ketika kedua belah

pihak ingin menjalin sebuah kerja sama. Maka dari itu penting bagi sebuah

kelompok untuk memperhatikan bagaimana lingkungan sekitar tempat kelompok

tersebut berada.

A. Tari dan Masyarakat

Dalam memahami hal tentang tari dan masyarakat, serta kaitannya dengan

sistem simbol dan sistem masyarakat. Dalam hal ini terdapat berbagai macam cara

untuk memahaminya. Keterkaitan itu bisa dicari (misalnya) dari suatu kelompok

kepentingan tertentu dalam masyarakat dengan modus berpikir yang mendasari

sosiologi pengetahuannya. Gagasan Marx mengenai kaitan atau interaksi antara

infrastruktur dan superstruktur yang sampai sekarang masih berpengaruh. (Prof.

Sumandiyo Hadi, 2005; 30)

Untuk mengaitkan hubungan antara masyarakat dan seni tari terdapat dua

komponen penting yaitu pertama Superstruktur, meliputi simbol kultural yang

mana diantaranya terdiri dari, norma, nilai, ideology umum, agama, ilmu

pengetahuan, keseniam termasuk “tari”, kesusastraan. Kedua infrastruktur meliputi

materialism kultural yang mana diantaranya terdapat struktur sosial: yang terdiri

dari stratifikasi sosial, organisasi sosial, kepolitikan, kekerabatan, keluarga, gaya

hidup, pendidikan, dan infrastruktur sosial yang didalamnya meliputi teknologi,

ekonomi, demografi.(2005;31)

Dua komponen ini saling berkaitan satu sama lain, karena seni tari itu

sendiri hadir didalam masyarakat tentunya mempunyai arti dan fungsi, tidak

Page 68: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

58

hanya sekedar seni namun dua komponen tersebut akan merujuk kepada kehdupan

sosial dan perilaku manusia, dimana jika diperhatikan pola kehidupan sosial yang

teratur yang diimplementasikan kepada orang-orang disekitarnya dan kepada

kalangan para anggota masyarakat, yaitu struktur sosial yang selalu merujuk

kepada pola perilaku atau berisi apa yang akan mereka lakukan secara .(2005;32)

B. Keberadaan Tari dalam Tinjauan Sosio-Historis (Sinkronik-Diakronik)

Tinjauan sosio historis ini, disebutkan bahwa dalam kurun waktu sejarah

tertentu masyarakat dari berbagai kepentingan sosial dapat saja mempunyai cita-

cita, gagasan, ide, maupun cita rasa estetis yang sam, terutama pada waktu kurun

sejarah itu sungguh merupakan kesatuan yang integral. (2005;40)

Jadi sebagai contoh setiap individu atau anggota kelompok yang ada

dimasyarakat misalnya mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama, meskipun

mereka berasal dari struktur sosial yang berbeda, namun adanya tujuan yang sama

tersebut merupakan penyatuan bagi mereka yang tergabung didalamnya yang

dimungkinkan mempunyai cita-cita, gagasan maupuun cita rasa yang sama.

karena terlibat dalam sebuah semangat zaman yang sama pula

Untuk memahami tinjauan sosio histroris terhadap keberadaan “seni tari” dalam

masyarakat, perlu menekankan modus organisasi sosial yang signifikan, terutama

karena pandangan ini ingin memahami pelembagaan produksi dan distribusi simbol,

nilai maupun makna tari sebagai superstruktur. Menurut William dalam sosiologi

budaya dapat ditemukan adanya tiga studi atau komponen pokok yaitu pertam,

institusion atau lembaga-lembaga budaya, kedua content atau isi budaya, dan ketiga

effect atau efek maupun norma-norma budaya. Studi mengenai komponen lembaga

budaya biasanya akan menanyakan siapa yang menghasilkan produk budaya, siapa

yang mengontrol, dan bagaimana kontrol itu dilakukan. Isi budaya biasanya akan

menanyakan apa yang dihasilkan atau simbol-simbol apa yang diusahakan, sementara

komponen efek atau norma budaya biasanya akan menanyakan konsekuensi apa yang

diharapkan dari proses itu. Berdasarkan penjelasan tersebut maka kita melihat

Page 69: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

59

keberadaan “tari” sebagai proses simbolis dapat diidentifikasi mengenai

kelembagaannya, isi atau makna simbolisnya, dan efek atau norma-normanya. (2005;

40)

adapun yang menjadi pertimbangan tetap bertahannya kelompok tari dldc

hingga sekarang adalah sebagai berikut:

C. Strategi Bertahan Kelompok Tari DLDC

Menurut Selznick segala suatu yang penting mengenai organisasi adalah

perbincangan tentang perangkat-perangkat organisasi terhadap bagian yang

menghidupkan dirinya. Ia juga menyatakan bahwa individu-individu menciptakan

komitmen lainnya terhadap organisasi agar dapat tercapai pengambilan keputusan

yang rasional. Organisasi melakukan tawar-menawar dengan lingkungan dalam hal

mencapai tujuan penting atau kemungkinan-kemungkinan masa mendatang. Akhirnya

adaptasi struktur organisasi didasari oleh tindakan individu dan tekanan lingkungan

(Richard Scott, 2003: 69)

Seperti halnya makhluk hidup, yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh

lingkungan yang berada disekitarnya, yang mana lingkungan tersebut yang akan

menentukan apakah makhluk hidup tersebut dapat berkembang atau tidak. Maka

dilakukanlah adaptasi, bagaimana penyesuaian yang dilakukan harus disesuaikan

dengan kemampuan makhluk hidup itu sendiri yaitu dengan cara melindungi

dirinya dari sesuatu yang dapat mengahambatnya untuk bertahan hidup.

Sama halnya dengan sebuah kelompok tari atau organisasi seni pada

umumnya, yang hadir ditengah-tengah masyarakat, yang sebagian diantaranya

memiliki cara pandang dan pola pikir yang berbeda-beda, yang mana jika

kelompok tersebut tidak dapat menyesuaikan dirinya dalam lingkungan tersebut

makan lambat laun, organisasi tersebut akan hilang atau tergantikan dengan

kelompok yang lain, karena tekanan lingkungan yang kurang bisa dihadapi oleh

Page 70: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

60

organisasi tersebut. Oleh sebab itu pentingnya sebuah adaptasi akan menentukan

bertahan atau tidaknya sebuah organisasi tersebut, salah satu cara untuk

mengatasinya yaitu dengan cara melakukan isomorfisme atau peniruan.

Dalam kelompok seni, umumnya tari. dengan segala realitas sosialnya yang

didalamnya terdapat simbol, nilai-nilai, dan aturan. Tentunya sudah menjadi

bagian yang tidak akan bisa dipisahakan, karena keberadaannya yang akan selalu

dibutuhkan. Bagaimana simbol-simbol yang ada dapat didistribusikan oleh

masyarakat lewat makna-makna yang diciptakan dari tarian itu sendiri.

“tari” sebagai proses simbolis tindakan manusia dalam lingkungan masyarakatnya,

keberadaannya menjadi suatu sistem pelembagaan. Pelembagaan tari sebagai sistem

produksi dan distribusi simbol, menyangkut dua aspek pula. Pertama, sistem

bentuk yang bersifat fisik-material, berupa wadah lembaga atau organisasinya,

yakni siapa yang mengusahakan, bagaimana mengontrol, mengatur, memelihara,

dan sebagainya. Kedua, berupa sistem nilai, norma (pranata) proses simbolis “tari”

yang dihasilkan. Kedua aspek pelembagaan diatas merupakan kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan; artinya, aspek yang satu selalu menunjuk kepada aspek yang lain.

(Sumandiyo Hadi, 2005; 46)

Peniruan yang dilakukan oleh kelompok DLDC yaitu dengan melakukan

peniruan dalam bentuk adopsi nilai terhadap kelompok lain. Hal tersebut

dilakukan bukan sepenuhnya meniru sama persis seperti kelompok lain tersebut,

bagaimana DLDC meniru bagaimana sistem nilai yang ada tersebut untuk

diaplikasikan terhadap kelompok ini. dengan mengandalkan kepercayaan dan

kerja sama tim. Tentunya pengadopsian nilai yang terjadi akan dapat terlaksana

jika didukung oleh lingkungan yang memadai. Sehingga sukses atau tidaknya

organisasi tersebut dalam melakukan pengadopsian tersebut tergantung dengan

individu-individu yang hadir didalamnya. Dengan mempertimbangkan resiko-

Page 71: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

61

resiko yang sewaktu-waktu dapat hadir, maka pendapat dari masing-masing

individu akan berguna untuk mengahadapi resiko tersebut.

1. Dari komunitas tari ke kelompok seni pertunjukkan tari tradisi

Isomorfisme koersif, ketika organisasi terpaksa melakukan adopsi struktur

atau aturan. Menunjukkan bahwa organisasi mengambil beberapa bentuk atau

melakukan adopsi terhadap organisasi lain karena tekanan-tekanan negara dan

organisasi lain atau masyarakat yang lebih luas. (http://www.jstor.org/).

Begitupun dengan kelompok DLDC dalam mempertahankan struktur

kelompoknya, pengalaman pak Dedy dan Bu Elly dalam bidang kesenian

diperolehnya dari para pengajarnya sebelumnya, disamping belajar di IKJ, pak

dedy juga berlatih menari kepada Ki Condrolukito, Suparjo, Sampan Hismanto

untuk tari jawa. Kemudian Sjafio Koto, Nurjayadi, Sumaryo HP untuk tari melayu.

Sedangkan Indah Harie Yulianti, atau yang kerap disapa sebagai bu Elly, belajar

tari Jawa Klasik pada bapak Sarman H, seorang tokoh wayang. Tahun 1965-1975

menekuni tari kreasi baru di padepokan Bagong Kussudiardjo dan selama 3 tahun

memegang pimpinan semenjak dibukanya PLT Bagong Kussudiardjo cabang

Jakarta.

sehingga pengadopsian nilai-nilai dalam bentuk koersif yang pak Dedy dan

bu Elly yang direfleksikan oleh beliau kedalam sanggar tarinya (DLDC) terjadi

karena proses yang terbentuk dari pengalaman bu Elly dan pak Dedy pada dunia

sanggar tari menjadikan referensi bagi beliau untuk mengelola sanggar tarinya.

Page 72: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

62

Nilai-nilai yang beliau peroleh semasa belajar tari, beliau terapkan juga didalam

sanggar tarinya.

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa, pembentukan kelompok ini pada awalnya

merupakan gagasan dari pak Dedy dalam mempertahankan kesenian tarian tradisi,

hal tersebut terjadi karena kegelisahan beliau karena semakin menurunnya minat

masyarakat terhadap kesenian-kesenian tradisi, karena keberadaannya yang

semakin tergerus oleh perkembangan zaman yang semakin maju. Maka dari itu

beliau membentuk sebuah wadah seni bagi orang-orang yang mempunyai minat

terhadap kesenia tari.

Perjalanan kesenian beliau bermula saat, beliau mengenyam pendidikan di IKJ

(Institut Kesenian Jakarta) pada tahun 1973 hingga 1978, dimana beliau banyak

mengikuti berbagai kegiatan kesenian tari yang mana pada waktu itu dilakukan

dikampusnya sendiri. sehingga dari sanalah beliau juga memulai perjalanan

keseniannya, dengan berkunjung kebebarapa daerah-daerah di Indonesia untuk

mengamati secara langsung bagaimana proses berkesenian itu diciptakan. Yaitu

salah satunya dengan melakukan riset lapangan dengan mengangkat studi-studi

yang berhubungan dengan ligkungan kebudayaan tari dari tempat asalnyanya

diciptakan.

Ketika datang kesuatu wilayahpun, kita mencoba beradaptasi terlebi dahulu kepada

mereka. mencoba memahami mereka sehingga mereka baru bisa kami ajak bekerja

sama, gak yang tiba-tiba datang trus bawa-bawa nama DLDC, tuh enggak. Dan hal

itu yang kita terapkan kepada penari yang lain bagaimana disini kami mengajar

tanpa menggurui. Jadi ketika kami datang kesuatu tempat dan membawa penari-

penari yang lain untuk ikut serta dalam perjalanan yang kami lakukan. Merekalah

yang maju duluan untuk menentukan perannya masing-masing, untuk ambil bagian

dalam menentukan pendapat dan aspirasinya dalam berkesenian. (wawancara

dengan bu Elly 16 oktober 2016)

Page 73: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

63

Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi pak Dedy dalam melakukan studi

tersebut hingga bisa mengangkatnya menjadi sebuah karya, dalam ruang geraknya

yang terbatas, beliau mencoba mencurahkan kegelisahannya lewat sebuah studi

penelitian yang mana dengan beitu akan mampu menjawab kegelisahannya,

karena beliau menyadari bahwa harus adanya pembuktian, karena tidak cukup jika

hanya mengandalkan pembinaan namun tidak dicapainya hasil yang dinginkan,

melihat bahwa kelompok seni lainnya juga melakukan hal yang sama yaitu sebuah

pertunjukkan.

Bagi Wiwiek dan anggota DLDC lainnya, garapan tari itu tidak hanya

menggambarkan perjuangan tradisi meninggalkan jejak di masa kini, tetapi juga

perjalanan DLDC. Menurutnya tarian ini juga tentang kelahiran komunitas kami,

bagaimana DLDC berjalan dengan segala kesederhanaannya, kerikil-kerikil masalah

yang dihadapi dengan gembira, hingga kekuatan untuk bertahan. Seperti kata Iga

Mawarni, Seni Pertunjukkan, apalagi terinspirasi tradisi, kerap berjuang mendapatkan

ruang.(http://m.baranews.co/web/read/1226#.WKGoTtJ97IX, Penulis: Indira

Permanasari, kompas)

Seperti halnya kelompok seni yang lain, DLDC setiap tahunnya selalu

berusaha untuk mempersembahkan karyanya dalam mempertunjukkan tarian

tradisi, dengan perencanaan dan konsep yang matang. Hal tersebut dilakukannya

karena DLDC menyadari bahwa dalam berkesenian, pertunjukkan merupakan

salah satu hal agar kesenian ini dapat bertahan, namun yang harus diketahui

bahwa untuk mencapai proses tersebut dibutuh kerja keras dan waktu yang tidak

sedikit. Pak Dedy sendiri membutuhkan waktu sekitar 20 tahun dalam mengkaji

ruang lingkup kesenian tari tradisi. Dan melihat bagaimana para gurunya dalam

mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari, dan hal itu

menjadi referensi bagi pak Dedy dalam mengelola kelompoknya. Meskipun

Page 74: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

64

awalnya terbentuk hanya merupakan komunitas tari yang mana para anggotanya

diajak bersama-sama untuk mengetahui dan belajar tentang tari-tarian, namun

lambat laun mulai menyadari bahwa perkembangan zaman menuntutnya untuk

berkesenian secara total, yaitu dengan menghasilkan sebuah karya tari.

Melihat tidak sedikit dari komunitas tari yang akhirnya tidak dapat dapat

bertahan, karena tidak menerapkan pola kelembagaan didalamnya, sehingga

hanya sebatas perkumpulan dan tidak memiliki tujuan yang pasti. Oleh sebab itu

melihat kondisi tersebut DLDC dengan keterbatasannya mulai merintis kelompok

ini dengan visi dan misi yang jelas, agar kedepan kelompok ini dapat bertahan,

meskipun ditengah-tengah zaman yang semakin modern ini, DLDC optimis

bahwa kesenian tradisi akan semakin lestari, jika dikembangkan dengan baik

melalui prosedur yang baik juga.

Nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi hendaknya diperlakukan sebagai landasan

tatkala bersemuka dengan nilai-nilai „yang lain‟. Dengan cara demikian, budaya yang

kemudian terbentuk akan memiliki akar. Terdapat secara jelas nilai budaya yang

berfungsi sebagai sumber atau acuan bagi penciptaan-penciptaan baru, termasuk

dalam seni tari, yang kemudian ditampilkan dalam perikehidupan lintas budaya.

Dalam konteks ini pendidikan yang dipilih hendaknya pendidikan yang

meniscayakan adanya orientasi untuk mencapai kesadaran budaya, yakni kesadaran

terhadap keserbanekaan bahwa kita sebagai bangsa tidak pernah bersifat singular,

tetapi plural dan multikultur. Dengan demikian, kearifan-kearifan lokal yang terdapat

dalam tradisi menjadi suatu hal yang tak terhindarkan, karena melaluinya pertukaran

pemahaman antar daerah juga menjadi niscaya.(Sumaryono, 2003; xx)

2. Dari seni tari tradisi ke seni tari kolaborasi

Isomorfisme normative sering diasosiasikan dengan profesionalisasi dan

menangkap tekanan normative yang muncul dibidang tertentu. Ketika

profesionalisme meningkat maka tekanan normative juga akan meningkat. (Di

Magio dan Powel, 1983). Semakin berkembangnya sebuah kelompok tentunya

Page 75: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

65

menuntut organisasi tersebut untuk bisa professional didalam bidangnya. Nilai-

nilai yang ada disekitar kelompok atau organisasi . nilai-nilai yang kini

berkembang pada masyarakat urban, seperti ketepatan waktu, mencintai kesenian

atau sebuah kedisiplinan.

Hal tersebut juga terjadi pada kelompok DLDC, yang mana didalamnya

diterapkan sebuah aturan dan kedisiplnan kepada para anggotanya, hal tersebut

dilakukan agar, aktivitas atau kegiatan yang ada didalam kelompok dapat berjalan

dengan semestinya. DLDC merupakan padepokan tari yang didalamnya cukup

terdapat beberapa penari-penari dan koreografer professional, maka dari itu untuk

mempertahankannya DLDC meningkatkan kinerja kelompok tarinya, tentunya

dengan kedisiplinan tidak hanya dalam menari, tetapi juga ketepatan waktu dan

cara bersikap dengan baik.

Seni tradisi yang secara teknis telah jauh mengalami perkembangan, akan

menampakkan kecenderungan untuk selalu kembali kepada bentuk-bentuk tertentu.

Gugusan kecenderungan-kecenderungan bentuk inilah yang memberi tanda pada gaya.

Penikmatanpun terjadi melalui lorong-lorong prosedur yang telah terarah secara khas.

Bentuk-bentuk tertentu telah bertaut erat dengan nilai-nilai keindahan tertentu, dan

tidak jarang pula mengandung muatan lambang-lambang. Seni tradisi dengan

demikian jadi memberi kesan „selalu berulang‟. Tetapi toh ternyata bahwa inovasi

dalam penggarapan selalu terjadi dengan kadar yang bertingkat-tingkat. (Edi

Sedyawati, 1981; 120)

Karena keberadaannya yang dibatasi oleh nilai-nilai tertentu maka para

pencipta seni harus melakukan adaptasi dalam mengaplikasikan nilai-nilai tradisi

tersebut agar dapat disesuaikan dengan keadaan dalam berkessenian dimasa

sekarang, karena pada dasarnya kesenian itu bersifat bebas, sehingga batasan-

batasan yang ada dalam nilai-nilai tradisi harus disikapi dengan bijaksana dengan

Page 76: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

66

mengambil jalan tengahnya, yaitu dengan tetap menjaga ciri khasnya meskipun

dituangkan dalam ruang lingkup berkesnian yang berbeda.

Banyak orang berpendapat apakah tradisi adat istiadat masih sesuai dengan

pandangan hidup kita kini atau apakah adanya patokan-patokan dan kebiasaan-

kebiasaan yang mapan dalam kesenian itu sesuai dengan hakikat seni. Banyak orang

yang berpendapat bahwa kemodernan ditandai oleh penolakan terhadap hal tersebut:

adat istiadat itu menghambat dan keseniannya itu pada hakikatnya bebas; dan kita

haru berubah dari tradisional menjadi modern. tetapi banyak pula orang berpendapat

bahwa segala karya kebudayaan kita, khususnya kesenian, harus „berakar‟.

Pandangan pertama membawa pada suasana kegelisahan, sedangkan pandangan

kedua membawa kepada rasa aman. Keduanya sama-sama mempunyai segi baik dan

buruknya. Maka kebanyakan jalan yang ditempuh adalah suatu jalan tengah: seni

tradisi diolah senantiasa sesuai dengan citarasa yang telah terbentuk, tetapi dilepaskan

dari kaitannya dengan segala tahayul dan tabu. (1981; 121)

Oleh karena itu untuk menyesuaikannya maka hadirlah tari kontemporer, jenis

tarian ini bukan semata-mata untuk menurunkan eksistensi tarian tradisi. Namun

lebih kepada menyeimbangkan situasi kesenian tari tradisi saat ini, agar dalam

penyampaiannya tidak terlalu kaku. Dalam pertunjukkannya DLDC terkadang

memasukan unsur teater didalam pementasannya, namun hal tersbut hanya

menjadi sentuhan pembuka diawal, agar penonton dapat memahami isi tarian yang

akan dipertunjukkan. Namun tetap fokus pada isi dari tarian tradisinya, karena

garapan tarian kolaborasi maupun kontemporer selalu berdasarkan dari tarian

tradisional terlebih dahulu, sebelum menjadi tarian kontemporer seperti sekarang

ini. penuturan Iga Mawarni:

Menjaga tradisi melalui cara-cara yang bertanggung jawab dan menghantarkan

generasi muda untuk mengerti pertunjukkan yang baik itu gampang-gampang

susah, jadi jng berpikir tradisi itu kuno, dirubah cara berpikirnya, meskipun

berladaskan tradisi namun gerakan konntemporer, hal tersebut dilakukan untuk

lebih menyesuaikan keadaan kepenarian yang ada pada era sekarang ini.

(http://hot.detik.com/art/2451983/dedy-lutan-dance-company-buktikan-tarian-

tradisi-tak-kuno)

Page 77: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

67

3. Terbentuknya Yayasan DLDC

Isomorfisme mimetik, yaitu proses dimana organisasi meniru organisasi lain

yang berhasil dalam satu bidang. Bila tidak yakin mengenai upaya untuk

melangkah maju, pola ini memfokuskan pada organisasi-organisasi yang terlihat

lebih sukses dan lebih mendapatkan legitimasi dari organisasi yang menirunya.

(http://www.jstor.org/) Begitu juga pada kelompok tari ini, awal DLDC

terbentuk karena kgelisahan pak Dedy terhadap dunia kesenian tari yang kian

meredup kiprahnya di negrinya sendiri, salah satu aspek tidak bertahannya

kesenian tari tersebut karena tidak adanya kepastian yang jelas kearah mana

kesenian tari tradisi itu akan dibawa.

Oleh karenanya ketidakpastian tersebut merupakan tantangan bagi pak Dedy

sendiri untuk mempertahankan kelompok tarinya. Yaitu dengan menjalin kerja

sama terhadap pihak-pihak lain yang dahulu lebih berpengalaman didalam

kegiatan kesenian tari. kerja sama yang terjalin merupakan bentuk kepercayaan

dari organisasi atau kelompok tertentu dalam menjalin kerja sama oleh DLDC.

kepercayaan yang DLDC hadirkan yaitu dengan menunjukkan performa terbaik

dalam setiap pertunjukkannya, sehingga hasil yang dicapai dapat memperoleh

apresiasi untuk terus berkarya

Seperti yang dijelaskan di bab sebelumnya bahwa terbentuknya isomorfisme

dalam sebuah kelompok berdasarkan karena tuntutan dari lingkungan organisasi

itu sendiri, supaya dapat mempertahankan keberadaan kelompoknya, hal ini

dilakukan karena melihat situasi lingkungan organisasi secara eksternal, agar

Page 78: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

68

organisasi dapat mengadaptasikan dirinya. Yaitu dengan melakukan pengadopsian

nilai-nilai tertentu dalam untuk menjaga keutuhan sebuah organisasi. yaitu dengan

cara legitimasi.

Setelah berdiri cukup lama akhrinya kelompok ini memutuskan untuk

mendirikan yayasan DLDC pada tahu 2003, karena dorongan dari para anggota

yang senantiasa ingin mengukuhkan kelompoknya serta untuk menjaga apa yang

sudah dibangun oleh pak dedy khususnya, maka oleh pemprov DKI Jakarta pada

tahun 2008 yayasan tersebut diresmika, permohonan diajukannya surat peresmian

yayasan DLDC dilakukan oleh para staf anggota yang ada didalamnya, serta hal

tersebut juga didukung oleh teman-teman pak Dedy yang sudah terlebih dahulu

mendirikan yayasan kesenian tari yang serupa.

Hal tersebut dilakukannya agar mempermudah DLDC dalam melakukan kerja

sama dengan pihak-pihak lain dalam menyelenggarakan pergelaran seni, agar

kesenian tradisi tetap lestari dan dapat menarik minat para generasi muda didalam

proses berkeseniannya.

Karena DLDC menyadari bahwa, untuk mengukuhkan sebuah kelompok

legitimasi perlu dilakukan agar DLDC dapat terus menghasilkan karya-karya tari

tradisi dimasa yang mendatang. terbentuknya yayasan ini juga tidak terlepas dari

para dukungan para penarinya yang selalu senantiasa menemani DLDC dari awal

terbentuk sampai hingga sekarang ini. pengalaman berkesnian yang didapatkan

oleh pak Dedy dan bu Elly menjadi keyakinan beliau dalam membentuk

kelompok ini menjadi sebuah kelompok tari yang professional dalam bidangnya.

Page 79: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

69

karena dedikasinya dan kerja kerasnya pada tahun 2013 pak Dedy dianugrahi

sebagai maestro tari tradisi dan bu Elly pada tahun 2014 menerima penghargaan

dan pengakuan dari kementrian pendidikan dan kebudayaan sebagai „anugrah

kebudayaan dan maestro tari tradisi, kategori seni. Sebagai maestro tari Indonesia.

Hal tersebut tentunya merupakan sebuah legitimasi bagi DLDC, lewat perjalanan

berkesenian yang beliau jalani selama ini, menjadi referensi bagi beliau dalam

membangun yayasan ini, melihat tata cara pelaku kesenian tari, dalam mengolah

karya-karyanya dan bagaimana menjaga pola interaksi yang intens didalam

sebuah organisasi agar kegiatan berkesenian dapat berjalan dengan baik. Dan pak

dedy melihat dan merasakan hal tersebut, sehingga dapat menjadi pedoman bagi

beliau untuk menerapkan pola nilai yang sama, namunjuga melihat lingkungan

disekitar kelompoknya yang tidak jauh berbeda dari kelompok seni lainnya,

karena melihat situasi kesenian tari apalagi tarian tradisi yang akan terus

mengalami perkembangan.

D. Faktor pendukung bertahannya kelompok DLDC

1) Pengaruh Sosok Dedy dan Elly lutan sebagai pengajar tari

Sepak terjang yang dilalui beliau di dunia tari merupakan pengalaman yang

tentunya berharga, bagi seorang penata tari, kepekaan rasa serta pemahamannya

terhadap tarian justru menjadikan nilai lebih bagi seorang koreografer tari, karena

tidak semua penata tari mengalami hal seperti yang beliau alami. Memory tentang

pertunjukkan wayang orang semasa beliau kecil dan keprihatinan beliau pada

waktu itu terhadap semakin menurunnya minat masyarakat terutama generasi

muda dalam melestarikan tarian tradisi menjadi keyakinan beliau untuk terjun

Page 80: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

70

langsung dalam dunia kesenian tari, yang mana didalam berkesenian, beliau telah

menemukan jati dirinya sebagai seorang penata tari yang keberadaannya cukup

diperhitungkan.

Orang-orang yang ingin belajar nari disini awalnya penasaran dengan pak

Dedy, bagaimana cara kerja beliau dalam mendidik anak muridnya, bagaimana

beliau dapat menanamkan kesan dan pesan disetiap karya yang beliau ciptakan,

berbeda dengan seorang pengajar pada umumnya yang mendapati gerakan yang

sudah dijadi lalu diajarkan kembali,ibaratnya hanya melihat buku panduannya saja,

tanpa melihat secara langsung bagaimana gerakan itu diproses, tidak diolah secara

individual pasti akan berbeda cara penyampaiannya meskipun dengan gerakan

yang selambat apapun, namun tidak didasari dengan makna yang jelas. Itulah

sebabnya beliau melakukan observasi, terjun langsung dengan masyarakat tradisi,

dimana tempat tarian tersebut berasal.

Kehadiran bu Elly selain sebagai sosok istri yang juga mempunyai pengalaman

dibidang kesenian tari, turut menghantarkan beliau dalam proses karya-karya pak Dedy,

beliau tau persis bagaimana sepak terjang suaminya dalam memproses sebuah karya,

menjadikan hal tersebut sebagai pengalaman yang tidak akan terlupakan. Dedikasi

sebagai penata tari yang turut membawa DLDC sehingga bisa sampai sekarang ini.

Dalam berkesenian DLDC justru memberikan ruang bagi para penarinya untuk ikut

ambil bagian dalam setiap karya-karya kami, yaitu berupa dukungan untuk para

penarinya agar berani mengeksplor kreatifitas mereka lewat gerak tubuhnya masing-

masing dan itu tidak terbatas. Dan mungkin berbeda dari komunitas tari lainnya.

yang mana hubungan mereka hanya sebatas guru dan murid ataupun hanya sebagai

tamu. Jadi semuanya lebih berbicara karena hati, karena kebutuhan dan sejujurnya

bukan kebutuhan materi. Tapi bagaimana semestinya berkesenian itu murni karena

kehendak hati. (wawancara dengan bu Elly 16 oktober)

Page 81: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

71

Bagi para penari yang tergabung didalamnya juga merasakan bagaiman menari

dengan teknik menari tersebut dipengaruhi oleh gerak tubuh individunya sendiri, jadi

tidak melulu mengandalkan gerakan yang sudah jadi, bagaimana individu didalamnya

berberan dalam proses pencarian gerakan tari, seperti penuturan kak doni:

Awalnya agak bingung ketika bude nyuruh saya bergerak sesuai dengan irama musik

yang diputarkan tanpa mengetahui kearah mana saya harus bergerak, jadi

mengandalkan kepekaan rasa dan pemahaman kita terhadap tarian yang sebelumnya

kita pelajari, tapi setelah dijalani saya jadi tahu titik perbedaannya dimana, tekanan

dari gerakan yang kita hasilkan sendiri itu justru lebih membawa kepada

pemahaman daripada tari itu sendiri, bagaimana proses berkesenian itu berlangsung

yang tubuh kita mengutarakan hal-hal yang gabisa kita utarakan dari mulut, lewat

tarian.(wawancara 16 oktober 2016, disanggar DLDC)

Hal tersebut juga diungkapkan oleh mba suryani, bahwasannya sikap pak

Dedy dan bu Elly yang secara total dalam mengajar para penarinya sehingga ilmu

yang didapatpun dapat diaplikasikan secara baik, tidak hanya didalam berkesenian

tetapi juga bergunan dalam kehidupan sehari.

Banyak hal yang aku pelajari disini, ibaratnya ini adalah ilmu yang mahal

yang gak bakal aku dapetin disekolah, tentang bagaimana cara membuat

koreografer yang baik, bagaimana penciptaan seni itu diproses sehingga

dapat menjadi seni pertunjukkan, dan sifat bude yang bisa negbawa suasana

sanggar itu jadi kaya rumah sendiri buat aku, itu salah satu hal yang bikin

aku pengen balik lagi dan lagi kesini.(wawancara 16 oktober, disanggar DLDC)

2) Penganugrahan maestro tari tradisi kepada pak Dedy dan bu Elly

Lutan oleh dinas kebudayaan dan pendidikan

sebagai seorang seniman tari, tentunya beliau ingin total dalam bekerja, berkat

usahanya dalam mempromosikan tarian tardisi, beliaupun mendapat apresiasi dari

dinas kebudayaan, karena dedikasi serta karya-karyanya yang mampu bersaing

ditengah-tengah kemunculan kesenian tari modern, dedy lutan beserta kawan-

Page 82: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

72

kawan dari DLDC yang senantiasa hadir dalam proses berkesnian tersebut untuk

tetap konsisten dalam mempertunjukkan kesenian tari tradisi.

Untuk menjadi seniman, tidak perlu suara masal, seniman itu sangat subyektif. Jadi,

tidak bisa diharap dari satu angkatan yang 30 orang bakal jadi semua, satu orang

saja sudah cukup, asal dia menjadi seorang penata tari tari yang berkualitas.(surat

kabar Anda Bos, Mei 1990)

Gambar, III.1. Pemberian Penganugrahan Maestro Tari Tradisi.

Sumber. Dokumentasi DLDC

Dalam berkesenian tentunya, dibutuhkan beberapa aspek untuk menunjang

kesenian itu. Sebuah karya tentunya akan berhasil jika didukung oleh sistem

pengelolaan organisasi yang baik serta pihak-pihak lain yang turut berkontribusi

didalamnya, tidak hanya mengandalkan performa internal tetapi juga dapat

menjalin kerja sama yang baik dengan pihak eksternal. Penganugrahan tersebut

merupakan apresiasi dan penghargaan bagi beliau atas karya-karyanya dan

tentunya tidak luput dari peran para anggota penari yang tergabung didalamnya.

Page 83: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

73

Karena tentunya disadari bahwa pencapaian yang beliau dapat dalam berkesenian

merupakan sebuah hasil dari kerjasama tim yang baik dan berkualitas.

Penganugrahan yang didapat oleh bu Elly dan pak Dedy tentunya merupakan

sebuah bentuk legitimasi, yang mana didapatkan melalui proses adaptasi yang

panjang sehingga masyarakat mengakui keberadaannya sebagai kelompok tari

professional, tidak hanya mengandalkan skill para penarinya tetapi juga diajak

untuk memperdalam kepekaan rasa dalam proses karya yang dilakukannya,

dengan metode pengajaran tari yang sebelumnya ia peroleh dari para gurunya ia

turunkan terhadap anak didiknya, sehingga nilai yang diadopsi menjadi

pedomannya dalam membuat sebuah karya. Dan disini peneliti melihat bahwa

proses isomorfisme mimetic tergambar jelas dalam kelompok tari DLDC. dimana

didalamnya djelaskan bahwa peniruan yang dilakukan oleh organisasi terhadap

organisasi yang lain, agar organisasinya lebih efektif dalam menjalankan

kegiatannya, bertujuan agar organisasi dapat mengadaptasikan dirinya lewat

tekanan-tekanan institusional sehingga akan mempengaruhi beratahan atau

tidaknya organisasi tersebut dalam lingkungan tersebut.

Page 84: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

74

BAB IV

KESIMPULAN

Keberadaan kelompok tari tradisional dimasyarakat saat ini memang sudah

banyak di pengaruhi oleh aspek-aspek modern, sehingga menuntut para

anggotanya untuk dapat menyesuaikan perkembangan pada zamannya tersebut.

dimana ketika pengaruh yang bersifat modern tersebut masuk dalam kelompok

tari tradisional, tentunya harus dikaji secara seksama sehingga kelompok tersebut

dapat melakukan adaptasi dengan lingkungan sekitarnya agar keberadaan

kelompok tari tradisional tetap bisa eksis dimasyarakat, dan menganggap sebuah

perubahan yang terjadi sebagai bentuk mawas diri untuk menjaga ciri khas

kelompok tari tradisional agar tetap terjaga.

Salah satu strategi bertahan yang dilakukan oleh kelompok tari yaitu dengan

melakukan Isomorfisme atau Peniruan, konsep ini dijelaskan oleh DiMaggio dan

Powell yang membahas tentang Strategi Bertahan Kelompok Organisasi dengan

melakukan Isomorfisme. peneliti melihat dalam studi kasusnya bahwa kelompok

DLDC melakukan praktek Isomorfisme tersebut sebagai Strategi Bertahan

Kelompoknya, yang mana konsep Isomorfisme sendiri terbagi menjadi tiga aspek

yaitu. Koersif, Normative dan Mimetik.

Contoh Isomorfisme Koersif, yaitu adanya perubahan dari komunitas tari

biasa menjadi kelompok seni pertunjukkan tari tradisi, hal ini dilakukan karena

melihat kondisi saat ini, dimana dalam menjaga sebuah kesenian yang bersifat

tradisi dibutuhkan beberapa hal penting, yaitu dengan melakukan sebuah

Page 85: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

75

pertunjukkan. Hal tersebut dilakukan agar minat masyarakat terhadap kesenian

tari tradisi semakin berambah.

Isomorfisme Normativ Dari seni tari tradisi, ke seni tari kolaborasi. Seiring

dengan perkembangan zaman masyarakat mulai mengenal dengan dunia peran

atau teater, dalam berkesenian para penata tari sadar bahwa tidak akan cukup jika

mengadopsi nilai-nilai tradisi secara mentah tanpa adanya filter didalam

pengaplikasiannya, melihat bahwa cara pandang masyarakat terhadap nilai-nilai

tradisi pastinya akan berbeda-beda. Oleh sebab itu tari kolaborasi menjadi salah

satu bentuk penyampaian makna yang ada pada nilai-nilai yang berasal dari tarian

tradisi. Aspek Isomorfisme Mimetik Terbentuknya yayasan DLDC, yang dibentuk

berasarkan usulan bersama. Agar tarian tradisi dapat terus lestari dan agar

kelompok DLDC dapat memperoleh legitimasi yang sah sesuai dengan ketentuan

dan peraturan yang ada.

Selain menerapkan strategi Isomorfisme, DLDC kemudian mampu bertahan

yaitu dengan adanya faktor-faktor dukungan yaitu:

Hadirnya sosok Dedy dan Elly lutan, sebagai penata tari tradisi, yang mana

menjadi nilai lebih bagi kelompok ini dalam mempromosikan karya-karyanya,

karena keduanya telah dikenal sebagai sosok koreografer professional dalam

bidang tari tradisi. Dan juga sosoknya menjadi insprasi bagi para penari muda

untuk terus termotivasi dalam proses berkesenian terutama dalam bidang tari

tradisi.

Page 86: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

76

Penganugrahan oleh dinas kebudayaan dan pendidikan terhadap pak Dedy dan

bu Elly sebagai maestro tari tradisi, tentunya dapat diraih dengan lika liku beliau

dalam berkesenian tari, hal tersebut di buktikan beliau bahwa tarian tradisi tidak

kuno dan dapat bersaing dengan jenis tarian lainnya dimasyarakat.

Page 87: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

77

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani, 2012, Sosiologi: Sistematika, Teori, dan Terapan, Jakarta: Bumi

Aksara.

B. Paul Horton, 1999, Sosiologi, Jakarta, Erlangga.

Berry David, 1983, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiolgi, Jakarta: CV Rajawali.

Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenada Media Group.

Djamrah, Syaiful dan Aswan Zain, 2010, Strategi Belajar dan Mengajar, Jakarta:

Rineka Cipta.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Huky Willa. BA, 1990, Pengantar Sosiologi, Surabaya-Indonesia: Usaha

Nasional.

Jabrohim, Chairul Anwar, dan Suminto A Sayuti, 2003, Cara Menulis Kreatif,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

J. Bruce Cohen, 1983, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Bina Aksara.

Kuntowijoyo, 1987, Budaya dan Masyarakat, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana

Yogya.

Parsons, Wayne. 2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis

Kebijakan. Diterjemahkan Oleh Tri Wibowo Budi Santoso. Jakarta:

Kencana.

Powell, Walter W. and Paul J. DiMaggio. Eds 1991. The New Institutionalism in

Organizational Analysis. Chicago: University of Chicago Press.

Prof. Dr Soekanto Soerjono, Dra. Budi Sulistiyowati M. A, 2013, Sosiologi Suatu

Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers.

Page 88: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

78

Suharman, 2013, Sosiologi Organisasi, Banten: Universitas Terbuka.

Singaribun Masri, dan Sofian Efendi, 1991, Metode Penelitian Survei, Jakarta:

LP3ES.

Sedyawati Edi, 2007, Budaya Indonesia (Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah),

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

-----------------, 1980, Pertumbuhan Seni Pertunjukkan, Jakarta: Sinar Harapan

Salmurgiyanto, 2002, Kritik Tari (Bekal dan Kemampuan Dasar), Jakarta:

Masyarakat Seni Pertunjukkan Indonesia (MSPI).

Sumaryono, 2003, Restorasi Seni Tari dan Transformasi Budaya, Yogyakarta:

Elkaphi.

Suyenaga Joan Dkk, 1999, Rama Sas, Pribadi, Idealisme dan Tekadnya, Bandung:

Masyarakat Seni Pertunjukkan

Withney, L.F 1988, The Elements Of Research, dalam buku Muh. Natsir, Metode

Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

W. Neuman Lawrence, 2013, Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif

dan Kuantitatif, Jakarta: Indeks.

W. Richard Scott, 2003, Organizations Rational, Natural, and Open Systems,

America: Pearson Education.

Y. Sumandiyo Hadi, 2005, Sosiologi Tari: Sebuah Telaah Kritis yang Mengulas

Tari Zaman Ke Zaman, Primitive, Tradisional, Modern, Hingga

Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka.

Zulkarnain Wildan, 2013, Dinamika Kelompok (Latihan Kepemimpinan

Pendidikan), Jakarta: PT Bumi Aksara.

Zulkifli, 2008, Antropologi Sosial Budaya, Yogyakarta: Shidiq Press Bangka

Page 89: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

79

Sumber Artikel:

Donaldson, Thomas, Preston, Lee E. (1995). “The Stakeholder Theory of The

Corporation: Concept. Evidence, and Implications”. Academy

Management Review, Vol. 20, No. 1, 65-9.

Paul J. DiMaggio, Walter W.Powell, American Sociological Review 1983, Vol. 48

(April: 147-160.

Nainul Khutniah, Upaya Mempertahankan Eksistensi Tari Kridha Jati Sanggar

Hayu Budaya Kelurahan Pengkol Jepara,

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst diakses 12 oktober 2016.

Perempuan dalam Seni Pertunjukkan Tari Kelompok Sahita, Dewi Kristiyanti,

Volume 8 No.2 Desember 2009

Peranan Lembaga Tari Tradisi Dalam Mempertahankan Tari Tradisi, Y. Murdiyati,

Imaji, Vol. 4 No.2, Agustus 2006: 244-249

Kelembagaan Penari Kraton Yogyakarta Masa Sultan Hamengku Buwana V,

Supriyanto. Vol 9 No. 2 Desember 2010

Sumber Internet:

https://hot.detik.com/art/2451983/dedy-lutan-dance-company-buktikan-tarian-

tradisi-tak-kuno/2126 diakses 20 oktober 2016 diakses 20 oktober 2016

http://m.baranews.co/web/read/1226#.WKGoTtJ97IXdiakses 20 oktober 2016

Dokumentasi

Arsip DLDC

Page 90: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

80

Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Bu Elly, selaku koreografer dan Pembina tari DLDC,

16 oktober 2016

Wawancara Pribadi dengan Galuh, Selaku Wakil Produksi DLDC, 16 oktober

2016

Wawancara dengan mba Suryani, selaku penari 23 oktober 2016

Wawancara dengan mba Inulita, Selaku Penari 23 oktober 2016

Wawancara dengan mba Ochie, Selaku Penari, 23 oktober 2016

Wawancara dengan mba Lulu, Selaku Penari, 23 oktober 2016

Wawancara dengan kak Doni, Selaku Penari, 23 oktober 2016

Wawancara dengan kak Ayib, Selaku Penari, 23 oktober 2016

Page 91: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN
Page 92: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

Wawancara dengan ibu Elly

16 oktober 2016, pukul 09.00 WIB

Kediaman Rumah Bu Elly, Sanggar Tari DLDC

Responden Utama

Aspek Kepenarian Menurut Pengalaman Pribadi

1. Kapan bude awalnya tertarik untuk belajar menari?

Awalnya itu waktu kecil, waktu umur 4 tahun kalo gak salah, sering diajak pakde nonton

wayang kulit waktu tinggal dijember, dan membuat bude tertarik untuk belajar nari.

2. Awalnya belajar nari dimana bude?

Dulu waktu SMA, tiap liburan bude belajar nari disanggar Bagong Kusudiardjo di

Yogyakarta.

3. Kenapa bude belajar nari disana?

Karena dulu sanggar tari pak Bagong cukup terkenal di Yogyakarta, beliau juga seorang

koreografer handal. Karena disana lebih diajarkan menari dengan kepekaan rasa. Jadi

mencoba mengekspresikan apa yang ada dihati dan pikiran lewat gerakan tubuh yaitu dengan

menari.

4. Siapa yang menginspirasi bude untuk belajar menari?

Gak terinsprirasi dari siapa-siapa, awalnya karena hobi aja. dulu belajar nari cuman untuk

ngisi waktu luang, kebetulan juga waktu itu diiukutin pentas tari sana sini.

5. Tapi bude malah keterusan menari ya?

Iya, padahal awalnya cita-citanya pengen jadi Korps Organsasi Angkatan Darat (KOWAD),

karena keluarga bude ABRI, jadi dapet dukungan untuk kesana. Tapi ya jadi kecanduan

belajar nari dan hatinya udah terlanjur ditaruh ditari.

Page 93: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

6. Memanga apa yang bude rasakan ketika menari?

Ketenangan, menari itu ibaratnya kita tu curhat. Karena dalam menari itu tubuh yang

berbicara, tubuh yang berfikir, tubuh yang menentukan apa yang ingin diekspresikan, apa

yang ingin disampaikan. Dalam menari tentunya mencoba bercerita apa yang dirasakan,

meskipun mulut tidak sanggup untuk mengungkapkan, maka tubuh yang berbicara lewat

hati dan pikiran yang senantiasa berkontribusi didalamya..

7. Jenis tarian apa yang bude pelajari?

Tarian jawa klasik pada bapak Sarman H dan pada tahun 1965-1975 menekuni tari kreasi

baru di padepokan Bagong Kussudiardjo.

8. Kenapa tari jawa bude?

Tarian jawa itu kental akan nilai kedisiplinannya, gak cuman asal gerak beriringan

dengan musik, karena itu biasa. Temponya yang terkadang membuat penari harus lebih

peka dalam mengatur gerakannya agar seirama.

9. Apa yang membuat bude memutuskan untuk tarus menari hingga saat ini?

Ya karena jiwanya sudah disitu, kalau hati sudah berbicara pasti apa yang dilakukan juga

akan maksimal. Karena pengalaman yang sudah banyak merasakan asem pahitnya dunia

kesenian tari kita dan juga kencintaan pak dedy terhadap tarian tradisi yang membuat hati

bude justru merasa terasa terpanggil untuk terus melestaraikannya.

10. Pak dedy itu sosok yang seperti apa bude?

Beliau itu seseorang yang kalau bekerja itu total, gak pelit ilmu. Beliau bisa membuka

wawasan bude tentang bagaimana berkesenian dimasyarakat. karena mungkin beliau

sering terjun kemasyarakat sehingga dapat mengumpulkan pengalaman yang tidak sedikit

itu, membuat bude jadi tahu tentang bagaimana mengolah kesenian dengan baik.

Page 94: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

Aspek Kelompok Tari DLDC

11. Bagaimana asal-usul terbentuknya kelompok tari DLDC?

Awalnya dldc ini merupakan wadah komunitas tari, wadah bagi siapapun yang

mempunyai minat bagi yanag ingin berekspresi lewat tarian. Terbentuknya juga atas

gagasan pak dedy, bapak dan ibu S.Prinka waktu itu, karena tujuan pak dedy yang ingin

memperkalkan sekaligus melestarikan kesenian tradisi, khususnya tari.

12. Kenapa namanya DLDC bude?

Nama DLDC itu usulan dari bapak dan ibu S. Prinka, karena waktu mereka sedang

diskusi membicarakan soal nama kelompok tari ini dengan pak dedy, pak dedy juga

kebingungan untuk mencari nama yang pas, dan kebetulan waktu mendiskusikannya bude

juga ada disitu. beliau mengusulkan untuk memakai nama beliau sendiri, dan kami lalu

sepakat untuk menetapkan nama tersebut.

13. Apakah visi dan misi DLDC bude?

Visi DLDC yaitu sebagai wadah seni dan kreativitas dalam menciptakan karya-karya baru

secara berkelanjutan baik seni tradisi maupun kontemporer bagi para penata tari, dan

misinya itu ingin membangun profesionalisme dan kreatifitas koreografer-koreografer tari.

dan meningkatkan daya observasi dan studi kesenian bagi para penata tari.

14. Trus pakde mensosialisasikan tentang DLDC gimana bude?

Dulu itu kita mensosialisasikan DLDC itu tidak banyak melalu internet tapi lebih kepada

dari mulut kemulut, tapi pada akhirnya karena kami menyadari bahwa dunia kesenian

harus dimanage dengan semestinya, maka kemudian media mulai dipakai, dan yaudah

satu persatu datang kesini ada yang belajar nari, diskusi, dan ada juga yang Cuma sekedar

ingin tahu tentang kita, ya gapapa silahkan.

15. Apa aspek utama dari karya DLDC bude?

Page 95: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

aspek utama dari karya DLDC adalah bermula dengan melakukan riset lapangan secara

intensif terhadap berbagai macam tradisi diberbagai daerah di indonesia, dan bersentuhan

secara langsung dengan sumber tradisional. Lewat karya yang diciptakan para

koreografer diharapkan mampu memunculkan diri, dan semua itu bisa diraih bila kami

memiliki upaya untuk melakukan studi lapangan dengan baik, sehingga kami akan

mampu mencapai pemahaman yang lebih baik terhadap kekinian hakekat kehidupan

manusia.

16. Apakah adanya pak Dedy turut menarik minat bagi mereka yang ingin belajar

di DLDC?

Iya, bisa dibilang begitu. Karena beliau itu kalo memberikan ilmu itu, beliau ga setengah-

setengah. Karena beliau menyadari bahwa itu yang dibutuhkan oleh orang-orang pada

saat ini, untuk mensosialisasikan kesenian tari tradisi secara utuh. Tapi orang lebih

penasaran dengan bagaimana cara kerja pak dedy dalam membuat sebuah karya.

17. Memang seperti apa bude cara pak dedy mengajar?

Kalo secara artistic pak dedy akan membagikan ilmunya kepada siapapun, tanpa melihat

dia itu siapa, tidak membeda-bedakan intinya. Karena beliau percaya karena setia orang

berhak belajar. Jadi memberikan ilmu itu yang jangan setengah-setengah, dia itu ingin

kerja total.

18. Adakah kriteria khusus untuk jadi anggota dikelompok tari ini bude?

Awalnya DLDC selalu melibatkan penari-penari prifesional dalam setiap karya, karena

pak dedy sendiri menginnginkan penari yang bisa mengikuti intruksinya dengan baik,

agar penyampaian pesan pada saat pertunjukkan akan lebih tersampaikan jika

disampaikan oleh penari yang handal. Namun lambat laun DLDC mulai membuka

kesempatan bagi Siapapun yang ingin belajar pasti kita bantu. Asal bersungguh-sungguh,

Page 96: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

karena ketika mereka bersungguh-sungguh maka jiwa penari sebenernya telah menjadi

milik mereka, karena mereka punya tujuan yang sama seperti kami.

19. Berapa jumlah penari DLDC sekarang bude?

20 orang

20. Apakah alasan DLDC yang terus menampilkan tarian tradisi?

Karena kekaguman pak dedy terhadap nilai-nilai tradisi yang dituangkan disetiap

karyanya, karena bude sering ikut perjalanan beliau kedaerah pedalaman sama-sama

beliau, berbaur dengan masyarakat setempat, mencoba mengetahui potensi apa yang

bisa digali dari daerah tersebut, dan tentunya kami berdiskusi matang-matang

terhadap mereka. menurut beliau kesenian tradisi itu yang menjadi minat utama beliau

dalam berkarya. itulah sebabnya penting terlebih dahulu untuk mengetahui karya apa

yang ingin kita bawakan, sumbernya harus jelas darimana, maka kita ajak penari

daerahnya langsung untuk ikut berkontribusi dengan kami. Dan itulah yang selalu

diinginkan oleh pak dedy.

21. Kapan DLDC biasanya tampil bude?

Kalo dulu waktu masih ada pak dedy setahun bisa 2 sampai 3 kali tampil, tergantung isu

apa yang ingin diangkat dan berapa lama prosesnya akan dilakukan itu juga harus

diperhatikan.

22. tema apa yang biasanya diangkat dalam karya DLDC bude dan sebutkan satu

ya bude?

proses dalam berkarya itu muncul secara kebetulan saja, biasanya berawal dari

kegelisahan pakde atau bude, yag biasanya muncul karena berbagai faktor. Bisa ketika

sedang baca puisi tiba-tiba terpikir untuk menuangkannya lewat tari atau pak dedy dengan

perjalanan eksplorasinya yang bisa menginspirasi beliau untuk membuat sebuah karya,

seperti salah satu karyanya yang berjudul Ketika Anggrek Hitam Berbunga pada tahun

Page 97: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

2002, pak dedy mengatakan karya tersebut terinspirasi ketika beliau dan beberapa teman

lainnya saat berada dihutan Anggrek Kersik Luway tepat pada saat itu anggrek hitam

sedang mekar berbunga. Kersik yang berarti pasir dan Luway berarti sepi, sedang

menyimpan duka yang mendalam, dari luas hutan 400 ha pada saat itu tinggal 17 ha saja

yang masih tersisa akibat kebakaran huta beberapa waktu lalu. Suatu gambaran kehidupan

masyarakat suku Dayak diwilayah Kutai Barat Kalimantan Timur. Karya tersebut

merupakan sebuah kesan yang ingin beliau tuangkan agar masyarakat menjadi tahu

bagaimana kondisi hutan kita pada waktu itu.

23. Tapi bude kalo misalnya ada sebuah acara diluar pertunjukkan sendiri apa

DLDC pernah dipanggil untuk pentas?

ya pernah, biasanya kami dipanggil sebagai pembukaan suatu acara atau kami

mendapat undangan pementasan

24. Kalo untuk kostum dan iringan pemusik disetiap pementasannya bekerja sama

dengan siapa saja bude?

Kalo untuk konstum, DLDC ada sewa ada juga milik kami sendiri, dibelinya lewat uang

dari hasil pementasan atau sisa dana yang tersisa,, kalo pemusik juga ya kita cari yang

professional, dan biasanya kalo pas pentas kita ga pake kaset melainkan secara langsung

musiknya dimainkan, supaya para penari lebih mendalami karakterya ketika menari. trus

ya kita bikin proposal juga untuk permohonan dana atau sponsor. Karena kita menyadari

untuk menghasilkan karya yang bagus itu butuh dukungan dari berbagai pihak agar karya

yang ditampilkan maksimal, tidak hanya untuk kami tapi lebih kepada orang-orang yang

mendukung hasil karya kami hingga saat ini.

25. Pernah ada masalah ga bude kalo mau ada pertunjukkan besar seperti itu?

Masalah ya pasti ada, palingan masalahnya itu kurang komunikasi aja antara pihak satu

dengan yang lain, dan pastinya kalo ada masalah pasti secepat mungkin kita langsung

Page 98: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

selesaikan agar tidak merembet kemana-mana. Karena biasanya krena apa maunya bude

sama pakde itu kan beda beda ya. Konflik yang selalu ada itu selalu dijadikan

pembelajaran bagi masing-masing dari kita, supaya kedepan lebih baik lagi. Dan mungkin

salah satunya ya diselesaikan dengan cara musyawarah atau diskusi untuk mengeluarkan

unek-unek masing-masing,

26. Apa yang menjadi ciri khas dalam bersosialisasi di DLDC ini bude, kalo mega

liat kok bude deket banget sama para penari?

Mungkin kalimat sederhaanya gini, bersosialisasi didalam DLDC itu tidak terbatas.

Bener-bener tanpa batas. Komunitas ini lebih berbicara ketika kamu masuk ya ini milik

kamu, bukan milik pak dedy atau bu elly. Jadi kami justru memberikan ruang kepada

mereka untuk ikut ambil bagian dalam setiap karya-karya DLDC. yaitu berupa dukungan

bagi mereka agar berani mengeksplor kreatifitas mereka lewat gerak tubuhnya masing-

masing dan itu tidak terbatas, dan kami akan berusaha untuk memberikan kiat-kiat

tertentu bagaimana proses gerak itu dapat terjadi. Dan mungkin ini yang membedakan

kami dengan komunitas-komunitas lainnya, yang mana hubungan mereka dilandasi hanya

sebatas guru dan murid ataupun bahkan hanya sebagai tamu. Jadi semuanya lebih

berbicara karena hati, karena kebutuhan dan sejujurnya bukan kebutuhan materi. Tapi

bagaimana semestinya berkesenian itu murni karena kehendak hati.

27. Dalam mengelola kelompok tari kan pastinya ada biaya bude, nah itu didapat

darimana?

biasanya diadakan iuran, jumlahnya itu mereka yang nentuin sendiri. uang itupun lebih

disimpen kemereka, kalaupun kita dapat rezeki dari pekerjaan ini (pertunjukkan) yang

membagi juga mereka (para penari) bukan DLDC.

Page 99: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

Aspek Waktu

28. Kalo latihan nari itu hari apa dan biasanya durasinya berapa lama bude?

Jum’at malam jam 7 dan minggu pagi jam 8, durasinya itu 2 sampai 3 jam, kalau minggu

pagi sebelum latihan diadakan meditasi supaya penari lebih rileks ketika menari.

29. Ketika pentas membutuhkan durasi berapa lama bude?

Satu sampai dua jam, tapi ya tergantung kita mau memawakan karya tentang apa dulu,

Dan berapa lama durasinya.

30. dalam setahun sudah tampil berapa kali bude?

kalo tahun ini baru dua kali, tanggal 29 april kemarin latar jembar di Institut Seni

Surakarta dan impian tanggal 14 mei 2016 di Taman Ismail Marzuki.

31. biasanya DLDC itu tampil dimana bude?

di gedung kesenian Jakarta (GKJ)

Aspek Strategi Bertahan Kelompok DLDC

32. apa upaya DLDC agar kesenian tari tradisi ini tetap bertahan?

Yang jelas selalu optimis dan percaya bahwa kesenian tradisi itu memang sudah

seharusnya untuk dilestarikan, dikenalkan kepada mereka yang muda-muda agar

mereka yang tadi belum tahu jadi tahu. DLDC selalu mencoba merangkul, mengajak,

menghimbau, melakukan workshop dan pelatihan tari berbasis tradisional, semata-

mata ingin memperkenalkan kembali khasanah kebudayaan kita yang tersembunyi.

Dengan melalu kegiatan tersebut, tentunya generasi muda kita kian tertarik dan

memiliki wawasan yang lebih tentang kesenian nusantara.

33. Apakah pertunjukkan merupakan salah satu strategi agar DLDC tetap bertahan?

Iya, karena pertunjukkan kan merupakan salah satu bentuk karya kami, DLDC sebagai

komunitas seni merasa terpanggil untuk konsisten mementaskan karya-karya yang dapat

Page 100: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

mewakili sekaligus menjadi spirit dan kekuatan masyrakat dikhasanah budaya bangsa ini

melalui kesenian. Kami percaya melalui seni tari berbasis tari tradisi, tentunya DLDC

34. Faktor apa yang menyebabkan DLDC tetap bertahan hingga sekarang?

Adanya pembinaan untuk kesenian tari ini dan juga karena suasana yang kami coba

bangun disini ad,alah suasana kekeluargaan, jadi menjadikan siapapun yang mengemban

ilmu disisni sudah kami anggap seperti keluarga, jadi rasa kekeluargaan tersebut yang jadi

penguat kami hingga bisa sampai sekarang ini.

35. Adakan kendala dalam kelompok DLDC ini dalam mempertahankan tarian

tradisi ini? Apa kendalanya bude?

Ada tentunya, butuh waktu yang tidak sebentar untuk mengajari para penari dalam

penguasaan materi gerak. Karena kita menyadari masing-masing dari mereka mempunyai

daya tangkap dan kepekaan rasa yang berbeda-beda, sehingga kami harus ekstra sabar

dalam ngajarin mereka (Para Penari)

Page 101: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

Wawancara dengan para penari

Di Sanggar Tari DLDC Kebagusan, Jakarta Selatan 23 Oktober 2016

Nama : Stephanie Jasmine (kak Oci)

Umur : 30 tahun

Status : menikah

Aspek Kepenarian Secara Pribadi

1. Mulai tertarik untuk menari sejak kapan?

Pas SMA udah suka nari, dan aku juga sempet ikut kelompok tari disekolah aku.

2. Awalnya tahu DLDC darimana?

Aku kan pengen latihan nari lagi, trus aku nanya ketemen-temen aku, yaudah aku

direkomendasiin sama temen aku namanya mba dewi katanya di DLDC aja kalo mau latihan.

Bagus soalnya gitu. Trus aku minta kontaknya deh ke temen aku buat hubungin bu elly.

3. Pertama kali ngobrol dengan bu Elly kesannya seperti apa?

Waktu aku telfon, aku nanyakan kebude mengenai gimana sistem belajarnya, trus ada kelas

apa aja disini trus bude ya ga banyak menjelaskan sih, katanya kalo mau latihan langsung

dateng aja kesini gitu.

4. Udah berapa lama bergabung dengan DLDC?

Udah hampir 16 tahun, dari tahun 2000, dari DLDC masih di Margasatwa.

5. memang apa sih yang membuat DLDC berbeda dengan sanggar tari lain?

Kalo biasanya kan belajar nari itu, hubungan hanya sebatas guru dan murid aja kan, aku pikir

awalnya seperti itu. Tapi pas aku jalanin kok beda ya, bedanya itu disini ada pendalaman rasa

pas menari, bukan hanya tentang pelafalan gerak tetapi juga bagaimana kita memaknai dan

merasakan gerakan itu. Trus disini juga aku ngerasa cocok sama yang lain terutama sama

bude, bude tu anggep kita disini udah bener-bener kaya keluarga aja, selesai latihan diskusi

bareng atau ngemil bareng. Jadi suasananya selalu klop aja disini.

Page 102: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

6. Apa alasannya dan tujuannya bergabung dalam kelompok DLDC?

Awalnya kan Cuma buat ngisi waktu senggang, tapi makin lama kok makin klop belajar nari

disini jadiya mersa terpanggil untuk terus melestarikan tarian tradisi lewat DLDC.

7. Ada biaya yang harus dikeluarkan? Kalau ada berapa?

Ada iuran setiap bulannya, itu 100-200 ribu perbulan.

8. Bagaimana cara anda menguasai seluruh materi gerak yang diberikan?

Disini bertahap diajarinnya, terus seringkali kalau belum hafal waktu buat istirahat dipake

buat latihan dan banyak nanya juga sama bude, yang penting sering diulang-ulang aja

palingan.

9. Adakah pelajaran yang diterima ketika belajar tarian tradisi? Kalau ada apa?

Banyak si sebenernya yang bisa aku ambil dari sini, kecintaan bude dan pakde dengan tarian

itu justru ngajarin kita untuk lebih peka terhadap sesama, terus sikap bude yang bisa ngebawa

suasana disini jadi bener-bener senyaman mungkin, kekeluargaan banget deh pokonya.

10. Apakah panggung yang ada turut mempengaruhi anda dalam menari?

Iya, suasana dan desain panggungnya itu ngebantu banget aku buat lebih konsentrasi dalam

menghafal gerakan tari.

11. Apakah ada peraturan tertentu selama menjadi penari di DLDC?

Ga ada, tapi meskipun ga ada peraturan yang mengikat jusrtru lebih disiplin sih kalo menurut

aku.

12. Waktu pentas tari, ada perasaan gugup ga?

Kalo dulu iya, tapi makin kesini dibawa santai aja.

Aspek strategi bertahan kelompok DLDC

1. Menurut anda apakah penting mempertahankan tarian tradisi? Alasannya kenapa?

Penting, soalnya tarian tradisi tu jarang banget sekarang ada,

2. Menurut anda strategi apa yang dilakukan agar kelompok DLDC dapat bertahan?

Page 103: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

Salah satunya dengan melakukan pertunjukkan, tapi yang lebih penting perhatian yang ada

pada temen-temen semua juga yang membuat kita bisa sampai sekarang ini.

3. Faktor apakah yang menyebabkan DLDC dapat bertahan?

Karena interaksi yang terjalin itu dekat banget, jadi membuat kita semakin akrab satu sama

lain.

4. Apakah antar sesama anggota turut mempengaruhi DLDC untuk dapat bertahan?

Iya pastinya itu, soalnya kita tu bener-bener dibangun pribadi kita untuk saling terbuka satu

sama lain. Jadi kalo yang satu misalnya ga ada pasti saling nyariin

Page 104: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

Nama : Siti Suryani

Umur : 44 tahun

Status : menikah

1. Mulai tertarik untuk menari sejak kapan?

Aku nari itu sudah dari tahun 1985 pas aku SMP, di Anjungan Sumatra Utara

2. Awalnya tahu di DLDC darimana?

Aku tau DLDC itu dari temen aku namanya pak yanto, waktu tahun 1990 pengen masuk

kesana tapi belum ada kesempatan.

3. Pertama kali ngobrol dengan bu Elly atau pak Dedy kesannya seperti apa?

Aku pertama kali ketemu bu Elly pas aku lomba tari anak dinas kebudayaan, kebetulan bu

elly jadi jurinya. terus aku kalah, aku gatau kenapa aku bisa kalah padahal menurut aku

penampilanku sudah bagus, pas selesai pengumuman pemenang itu aku lalu keatas nemuin

bu elly. Dari situ aku mulai ngobrol untuk nanya kesalahannya dimana kok bisa kalah.

Ternyata waktu itu aku salah ditema, seharusnya temanya itu penyerapan nilai terhadap guru

tapi aku malah bikin kreatifitas anak, jadi lebih kepada permainan anak. Trus dari situ aku

bilang langsung ke bu elly kalo aku mau latihan disana.

4. Udah berapa lama bergabung dengan DLDC?

Udah hampir 26 tahun gabung disini,, dari tahun 90an

5. Lama juga ya, memang apa sih yang membuat DLDC berbeda dengan sanggar tari lain?

Pak Dedy itu kalau ngajarin kita, persis banget kaya beliau lagi ngajar dikampus, jadi disini

juga diajarkan tentang koreografer, bagaimana cara membuat koreografer yang baik dan

bagaimana penciptaan seni itu dapat diproses, sehingga dapat menjadi sebuah seni

pertunjukkan. DLDC ini kelompok tari yang seperti keluarga kalo menurut aku, kaya

misalnya kalo aku nari atau diskusi sampe malem sama pak dedy atau bu d elly, pasti bude

nyuruh kita-kita pada nginep disini, malah kada kita juga sering istirahat bareng sama bu elly,

Page 105: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

jadi kalo menurut aku ga ada batasan, gak hanya sekedar tempat latihan nari tapi udah jadi

rumah kedua aku.

6. Apa alasannya dan tujuannya bergabung dalam kelompok DLDC?

Untuk memperdalam kepenarian aku, biar lebih bagus dan menjiwai narinya

7. Ada biaya yang harus dikeluarkan? Kalau ada berapa?

Ada iuran setiap bulannya, itu 100-200 ribu perbulan.

8. Bagaimana cara anda menguasai seluruh materi gerak yang diberikan?

Sering dihafal aja, hafalin bareng-bareng pasti cepet hafal.

9. Adakah pelajaran yang diterima selain belajar menari ketika belajar tarian tradisi? Kalau

ada apa?

Banyak hal yang aku pelajari disini, ibaratnya kaya ilmu yang mahal yang gak aku dapetin

disekolah, ilmu yang dikasih itu bener-bener berharga banget buat aku. Jadi walaupun aku

gak menimba ilmu disekolah akademisi tari, tapi lewat DLDC aku belajar tentang ilmu itu,

dan itu jadi poin lebih yang aku dapatkan di DLDC, jadi aku juga bisa berkreasi untuk

membuat karya tari yang aku inginkan.

10. Apakah panggung yang ada turut mempengaruhi anda dalam menari?

Iya, dan lebih ngebantu untuk menjiwai.

11. Apakah ada peraturan tertentu selama menjadi penari di DLDC?

Ga ada sih, palingan jangan telat aja latihannya. Itu juga ga diingetin sama bude, kesadaran

sendiri aja

12. Waktu pentas tari, ada perasaan gugup ga?

Engga biasa aja, karena sebelumnya kan juga pernah ikut pentas tari.

Aspek strategi bertahan kelompok DLDC

1. Menurut anda apakah penting mempertahankan tarian tradisi? Alasannya kenapa?

Page 106: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

Penting, aku merasa setiap dari kita harus melakukan itu, minimal kita tahu tentang itu, udah

bagus menurut aku

2. Menurut anda strategi apa yang dilakukan agar kelompok DLDC dapat bertahan?

Adanya pementasan tari untuk supaya tarian tradisi semakin dikenal dan menaruh minat

tentunya bagi generasi muda untuk mengetahui tentang tarian kita, tapi yang lebih penting

bagaimana kita bisa menjaga keutuhan kelompok ini satu sama lain.

3. Faktor apakah yang menyebabkan DLDC dapat bertahan?

Karena interaksi yang terjalin itu dekat banget, jadi membuat kita semakin akrab satu sama

lain.

4. Apakah antar sesama anggota turut mempengaruhi DLDC untuk dapat bertahan?

Iya pastinya, karena aku disini bisa belajar bagaimana bersosialisasi dengan baik.

Page 107: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

Nama : Doni

Umur : 23 tahun

Status : belum menikah

1. Mulai tertarik untuk menari sejak kapan?

Waktu pas kuliah, aku kan dari UI jadi sempet juga jadi ketua di Liga Tari disana.

2. Awalnya tahu di DLDC darimana?

Dari temen aku

3. Pertama kali ngobrol dengan bu Elly atau pak Dedy kesannya seperti apa?

Awalnya agak grogi tapi udah engga kok sekarang

4. Udah berapa lama bergabung dengan DLDC?

Baru satu tahun

5. memang apa sih yang membuat DLDC berbeda dengan sanggar tari lain?

Bedanya itu kalo disini kepekaan rasa kita dalam menari itu dibutuhkan banget untuk

menghasilkan kualitas gerakan yang bagus.

6. Apa alasannya dan tujuannya bergabung dalam kelompok DLDC?

Untuk memperdalam kepenarian aku dan ingin lebih tau tentang tarian tradisi

7. Ada biaya yang harus dikeluarkan? Kalau ada berapa?

Ada iuran setiap bulannya, itu 100-200 ribu perbulan.

8. Bagaimana cara anda menguasai seluruh materi gerak yang diberikan?

Sering nanya-nanya aja ke bude, gimana teknik supaya cepat hafal gerakannya.

9. Adakah pelajaran yang diterima selain belajar menari ketika belajar tarian tradisi? Kalau

ada apa?

Ada, jadi lebih harus mawas diri aja kedepannya

10. Apakah panggung yang ada turut mempengaruhi anda dalam menari?

Iya, jadi lebih konsentrasi narinya dan lebi dapet feelnya.

Page 108: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

11. Apakah ada peraturan tertentu selama menjadi penari di DLDC?

Ga ada

12. Waktu pentas tari, ada perasaan gugup ga?

Awalnya iya, tapi pas udah dijalanin mah karena rame kan jadi ilang gugupnya.

Aspek strategi bertahan kelompok DLDC

1. Menurut anda apakah penting mempertahankan tarian tradisi? Alasannya kenapa?

Penting, karena udah seharusnya dibudidayakan, sebenernya tradisi itu penting untuk

menunjang pembelajaran atas nilai-nilai kebudayaan, khususnya buat anak-anak muda.

2. Menurut anda strategi apa yang dilakukan agar kelompok DLDC dapat bertahan?

Karena kekompakan para penarinya kalo menurut aku, aku tuh disini gak cuman belajar nari,

tapi juga belajar bagaimana mengontrol emosi dalam proses berkesenian dan juga adanya

pementasan tari.

3. Faktor apakah yang menyebabkan DLDC dapat bertahan?

Karena rasa kekeluargaan, itu nyata banget disini.

4. Apakah antar sesama anggota turut mempengaruhi DLDC untuk dapat bertahan?

Iya tentunya, soalnya selain kita dapet ilmu kepenarian disini, interaksi yang terjalin disini itu

deket banget antara aku sama yang lain, apalagi sama bude.

Page 109: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

Nama : Lulu Indroworo S

Umur : 60 tahun

Status : menikah

1. Mulai tertarik untuk menari sejak kapan?

Dari aku masih sekolah dulu

2. Awalnya tahu di DLDC darimana?

Dari pertunjukkan DLDC

3. Pertama kali ngobrol dengan bu Elly atau pak Dedy kesannya seperti apa?

Agak jutek gitu si awalnya, tapi setelah kenalan wah luar biasa.

4. Udah berapa lama bergabung dengan DLDC?

Udah dari tahun 1990 aku nari disini, tapi sempet juga nari ditempat lain.

5. memang apa sih yang membuat DLDC berbeda dengan sanggar tari lain?

Bedanya itu kalo disini lebih kekeluargaan, pernah coba-coba cari pengalaman ditempat yang

lain, tapi gak senyaman waktu di DLDC

6. Apa alasannya dan tujuannya bergabung dalam kelompok DLDC?

Untuk mengisi waktu luang

7. Ada biaya yang harus dikeluarkan? Kalau ada berapa?

Ada iuran setiap bulannya, itu 100-200 ribu perbulan.

8. Bagaimana cara anda menguasai seluruh materi gerak yang diberikan?

Sering nanya-nanya aja ke bude, gimana teknik supaya cepat hafal gerakannya.

9. Adakah pelajaran yang diterima selain belajar menari ketika belajar tarian tradisi? Kalau

ada apa?

Ada, rasa kekeluargaannya itu bikin pengen terus dateng lagi kesini

10. Apakah panggung yang ada turut mempengaruhi anda dalam menari?

Page 110: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

Iya, jadi lebih konsentrasi aja narinya

11. Apakah ada peraturan tertentu selama menjadi penari di DLDC?

Ga ada, tapi kadang suka ga enak karena aku sering telat, maklum lah ya udah umur segini.

12. Waktu pentas tari, ada perasaan gugup ga?

Engga kok, kalo dulu sih iya awal-awal. Tapi lama kelamaan alhamdulillah engga.

Aspek strategi bertahan kelompok DLDC

1. Menurut anda apakah penting mempertahankan tarian tradisi? Alasannya kenapa?

Penting, khususnya buat yang muda-muda harusnya lebih tanggap dalam kesenian, apalagi

tari tradisi itu udah jarang banget, dan itu yang jadi ciri khasnya DLDC, dia berani beda dari

yang lain

2. Menurut anda strategi apa yang dilakukan agar kelompok DLDC dapat bertahan?

Terus kompak dan semangat dalam menghasilkan karya

3. Faktor apakah yang menyebabkan DLDC dapat bertahan?

Karena sadar bahwa kesenian itu penting untuk dilestarikan, aku aja yang udah muda gini

masih semangat, makanya untuk nularin semangat aku juga keying lain.

4. Apakah antar sesama anggota turut mempengaruhi DLDC untuk dapat bertahan?

Iya, karena dari awal gabung disini memang kedekatan yang terjalin itu membawa pengaruh

yang cukup baik bagi aku pribadi.

Page 111: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

Nama : Ayib

Umur : 24 tahun

Status : belum menikah

1. Mulai tertarik untuk menari sejak kapan?

Dari pas ikut kegiatan dikampus

2. Awalnya tahu di DLDC darimana?

Sebenernya dulu ada dua pilihan entah mau belajar nari dideket rumah atau di DLDC, tapi

lebih milih disini. Soalnya diusulin sama beberapa temen yang lain kalo disini bagus, dan

terbukti.

3. Pertama kali ngobrol dengan bu Elly atau pak Dedy kesannya seperti apa?

Agak kaku, cuman karena bude orangnya santai jadi kebawa santai lama-lama

4. Udah berapa lama bergabung dengan DLDC?

Udah setahun

5. memang apa sih yang membuat DLDC berbeda dengan sanggar tari lain?

Kalo biasanya kan kalo kita belajar nari, kita yang dikasih materi geraknya terlebih dahulu

sama koreografernya atau istilahnya gerakannya udah ada jadi kita tinggal ngikutin. itu juga

didapet pas awal-awal. tapi disini juga bude ngajari gimana kita pribadi juga bisa eksplor

gerakan tari yang kita inginkan, jadi individu itu lebih berani dan percaya diri untuk

menghasilkan gerakan kita sendiri dan bude ngebimbing juga untuk itu

6. Apa alasannya dan tujuannya bergabung dalam kelompok DLDC?

Untuk lebih mendalami kepenarian aku

7. Ada biaya yang harus dikeluarkan? Kalau ada berapa?

Ada iuran setiap bulannya, itu 100-200 ribu perbulan.

Page 112: ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41232/1/MEGA HERIANI-FISIP.pdf · ISOMORFISME DALAM KELOMPOK TARI: STRATEGI BERTAHAN

8. Bagaimana cara anda menguasai seluruh materi gerak yang diberikan?

Sering latihan sendiri atau kalo lagi senggang ulang-ulang aja bareng yang lain

9. Adakah pelajaran yang diterima selain belajar menari ketika belajar tarian tradisi? Kalau

ada apa?

Ada, kalo misalnya kita belajar nari itu terjadwal, kapan masuk kapan pulang. Kalau disini

lebih fleksibel jadi kalaupun toh udah selesai kegiatannya aku masih suka ngobrol-ngobrol

sambil diskusi sama bude dan yang lain, jadi bikin betah. Bener apa kata yang lain, kalo ini

tuh rumahnya para penari.

10. Apakah panggung yang ada turut mempengaruhi anda dalam menari?

Iya, jadi lebih konsentrasi dan menjiwai

11. Apakah ada peraturan tertentu selama menjadi penari di DLDC?

Ga ada

12. Waktu pentas tari, ada perasaan gugup ga?

Engga kok

Aspek strategi bertahan kelompok DLDC

1. Menurut anda apakah penting mempertahankan tarian tradisi? Alasannya kenapa?

Penting, karena justru itu ciri khas yang harus dijaga.

2. Menurut anda strategi apa yang dilakukan agar kelompok DLDC dapat bertahan?

Karena totalitasnya dalam menghasilkan sebuah karya itu gak tanggung-tanggung, sehingga

banyak dukungan yang ada untuk DLDC.

3. Faktor apakah yang menyebabkan DLDC dapat bertahan?

Faktor kebersamaan dan kekompakan terhadap semua yang terlibat dalam DLDC

4. Apakah antar sesama anggota turut mempengaruhi DLDC untuk dapat bertahan?

Iya pastinya, karena itu justru yang ngebuat kita jadi deket.