SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...repository.stikes-bhm.ac.id/352/1/NOERINTA RIDHASTA...

171
i SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI KELURAHAN MANISREJO KOTA MADIUN Oleh : NOERINTA RIDHASTA DEWI NIM ( 201403028 ) PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018

Transcript of SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...repository.stikes-bhm.ac.id/352/1/NOERINTA RIDHASTA...

  • i

    SKRIPSI

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI

    PADA LANSIA DI KELURAHAN MANISREJO KOTA MADIUN

    Oleh :

    NOERINTA RIDHASTA DEWI

    NIM ( 201403028 )

    PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

    PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2018

  • ii

    SKRIPSI

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI

    PADA LANSIA DI KELURAHAN MANISREJO KOTA MADIUN

    Diajukan untuk memenuhi

    Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

    Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

    Oleh :

    NOERINTA RIDHASTA DEWI

    NIM ( 201403028 )

    PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

    PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2018

  • iii

  • v

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Noerinta Ridhasta Dewi

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 20 September 1996

    Agama : Islam

    Alamat : Jl. Raya Dungus Desa Karangrejo RT 02 RW 01

    Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun

    Email : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    - SD Karangrejo 03

    - MTs AL-ISTIQOMAH DUNGUS

    - SMKF Kesehatan Aditapa Madiun

    - STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

    Riwayat Pekerjaan : -

  • vii

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018

    ABSTRAK

    Noerinta Ridhasta Dewi

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI

    PADA LANSIA DI KELURAHAN MANISREJO KOTA MADIUN

    110 halaman + 28 tabel + 6 gambar + lampiran

    Hipertensi dapat didefiniskan sebagai tekanan darah persisten dimana

    tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.

    Puskesmas Banjarejo memiliki 4 kelurahan yaitu Kelurahan Banjarejo, Kelurahan

    Kejuron, Kelurahan Mojorejo dan Kelurahan Mansirejo. Berdasarkan data dari

    kegiatan posyandu lansia, Kelurahan Manisrejo paling banyak terdapat kejadian

    hipertensi yaitu sebanyak 119 jiwa (45,59%). Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada lansia di

    Kelurahan Manisrejo Kota Madiun.

    Desain penelitian ini menggunakan pendekatan case control. Dalam

    menentukan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling. Jumlah

    sampel yang diambil sebanyak 84 responden dengan pembagian 42 untuk

    kelompok kasus dan 42 untuk kelompok kontrol. Variabel yang diteliti adalah

    usia, jenis kelamin, status perkawinan, riwayat keluarga, obesitas, konsumsi junk

    food, konsumsi soft drink, kebiasaan merokok, konsumsi kopi dan aktivitas fisik.

    Berdasarkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik, variabel

    yang berpengaruh dengan kejadian hipertensi pada lansia di Kelurahan Manisrejo

    Kota Madiun adalah Status Perkawinan dengan nilai p value 0,032 (aOR = 3,564;

    95%CI= 1,118-11,363), Obesitas dengan p value 0,037 (aOR= 3,379; 95%CI=

    1,079-10,583), Konsumsi Kopi dengan nilai p value 0,000 (aOR= 8,533; 95%CI=

    2,572-28,304) dan Aktivitas Fisik dengan nilai p value 0,007 (aOR= 5,133;

    95%CI= 1,565-16,834).

    Kesimpulan penelitian ini adalah variabel yang bukan merupakan faktor

    resiko kejadian hipertensi pada lansia adalah Usia, Jenis Kelamin, Riwayat

    Keluarga, Konsumsi Junk Food, Konsumsi Soft Drink dan Merokok. Berdasarkan

    hasil penelitian, disarankan kepada lansia agar selalu menjaga pola makan dan

    gaya hidup sehat serta mengontrol tekanan darah. Dan kepada petugas kesehatan

    agar selalu memberikan bimbingan dan penyuluhan dalam meningkatkan

    informasi mengenai hipertensi.

    Kata Kunci: Faktor-faktor, hipertensi, lansia

    Kepustakaan : 38 (2010-2015)

  • viii

    PUBLIC HEALTH PROGRAM

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018

    ABSTRACT

    Noerinta Ridhasta Dewi

    THE INFLUENCE FACTORS OF HYPERTENSION EVENT IN THE

    ELDERLY IN MANISREJO MADIUN

    110 pages + 28 tables + 6 pictures + attachments

    Hypertension can be defined as persistent blood pressure where the systolic

    pressure was above 140 mmHg and diastolic pressure was above 90 mmHg..

    Banjarejo Health Center has 4 villages is like Banjarejo, Kejuron, Mojorejo, and

    Manisrejo. Based on data from the activities of elderly posyandu, in Manisrejo

    village has the highest incidence of hypertension, wich is 119 peoples (45,59%).

    The purpose of this study was to determine the factors that affect the incidence of

    hypertension at elderly in Manisrejo Village Madiun City.

    This research design was using case control approach. In determine the

    sample was using Simple Random Sampling technique. The number of samples

    were 84 respondents, with the division of 42 respondents for case group and 42

    respondents for control group. The variables that studied were age, sex, marital

    status, family history, obesity, junk food consumption, soft drink consumption,

    smoking habits, coffee consumption and physical activity.

    Based on multivariate analysis use a logistic regression test, the influential

    variable with hypertension event in the elderly in Manisrejo Madiun was marital

    status with p value 0,032 (aOR = 3,564; 95%CI= 1,118-11,363), Obesity with p

    value 0,037 (aOR= 3,379; 95%CI= 1,079-10,583), Coffee Consumtion with p

    value 0,000 (aOR= 8,533; 95%CI= 2,572-28,304) and Physical Activity with p

    value 0,007 (aOR= 5,133; 95%CI= 1,565-16,834).

    The conclusions of this study were the variables that were not risk factor

    of hypertension incidence at elderly were Age, Sex, Family History, Junk Food

    Consumption, Soft Drink Consumption and Smoking habits. Based on the results

    of the study, advisable to elderly to always maintain a healthy diet and lifestyle

    and control blood pressure. And to health workers to always provide guidance and

    counseling to improving information about hypertension.

    Keywords : Factors, hypertension, elderly

    Bibliography : 38 (2010-2015)

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

    rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

    berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di

    Kelurahan Manisrejo Kota Madiun”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

    persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Program

    Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

    Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

    terimakasih kepada :

    1. Bapak Zaenal Abidin, SKM.,M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti

    Husada Mulia Madiun.

    2. Ibu Avicena Sakufa M, SKM.,MKes selaku Ketua Program Studi Ilmu

    Kesehatan Masyarakatyang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk

    mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Kesehatan

    Masyarakat.

    3. Ibu Riska Ratnawati, SKM.,MKes selaku Dosen Pembimbing I yang telah

    memberikan bimbingan, petunjuk dan yang telah meluangkan banyak waktu,

    tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi

    ini.

    4. Ibu Hanifah Ardiani, SKM.,M.KM selaku Dosen Pembimbing II yang telah

    memberikan bimbingan, petunjuk dan yang telah meluangkan banyak waktu,

    tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi

    ini.

    5. Bapak Suhadi Prayitno, S.KM.,MM selaku Dewan Penguji yang telah

    memberikan saran dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

    6. Bapak Bambang Subanto, SH, selaku kepala Badan Kesatuan Bangsa dan

    Politik Kta Madiun yang telah memberikan ijin rekomendasi penelitian.

  • x

    7. Ibu Lestari Nurhandayani, SKM, selaku sekretaris Dinas Kesehatan Kota

    Madiun yang telah memberikan ijin rekomendasi penelitian dan pengambilan

    data.

    8. Bapak drg. Totok Dwi S, selaku Kepala Puskemas Banjarejo Kota Madiun

    yang telah memberikan ijin serta kerjasamanya selama proses penelitian dan

    pengambilan data.

    9. Keluarga tercinta yang telah memberikan segala dukungan, doa dan nasehat.

    10. Teman-teman Kesehatan Masyarakat, responden serta semua pihak yang

    tidak dapat disebutkan satu-persatu, peneliti ucapkan terima kasih yang

    sedalam-dalamnya.

    Penulis menyadari bahwa dalam menyelsaikan proposal skripsi ini masih

    jauh dari kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang

    sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Penulis juga berharap

    semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kita semua.

    Madiun, 16 Juli 2018

    Penulis

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul .................................................................................................. i

    Sampul Dalam .................................................................................................. ii

    Lembar Pengesahan ......................................................................................... iii

    Halaman Pernyataan......................................................................................... iv

    Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... v

    Abstrak ............................................................................................................. vi

    Kata Pengantar ................................................................................................. vii

    Daftar Isi........................................................................................................... x

    Daftar Tabel ..................................................................................................... xiii

    Daftar Gambar .................................................................................................. xv

    Daftar Lampiran ............................................................................................... xvi

    Daftar Singkatan............................................................................................... xvii

    Daftar Istilah..................................................................................................... xviii

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 8 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 10 1.5 Keaslian Penelitian .......................................................................... 11

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) .................................................. 14

    2.1.1 Definisi Hipertensi ......................................................................... 14

    2.1.2 Klasifikasi Tekanan Darah ............................................................ 15

    2.1.3 Penyebab Hipertensi ...................................................................... 16

    2.1.4 Patofisiologi ................................................................................... 17

    2.1.5 Tanda dan Gejala ........................................................................... 19

    2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 20

    2.1.7 Penatalaksanaan ............................................................................. 21

    2.1.8 Teknik Mengukur Tensi Darah ...................................................... 24

    2.1.9 Komplikasi Hipertensi ................................................................... 26

    2.1.10 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi ........ 29

    2.2 Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) ............................. 45

    2.3 Lansia ................................................................................................ 47

    2.3.1 Pengertian Lansia........................................................................... 47

    2.3.2 Klasifikasi Lansia .......................................................................... 47

    2.3.3 Proses Penuaan .............................................................................. 48

    2.3.4 Masalah Kesehatan Lanjut Usia .................................................... 49

    BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    1.1 Kerangka Konseptual ...................................................................... 52 1.2 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 54

    BAB IV. METODE PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian .............................................................................. 55

  • xii

    4.2 Populasi dan Sampel ......................................................................... 56 4.3 Teknik Sampling ............................................................................... 59 4.4 Kerangka Kerja Penelitian ................................................................ 60 4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .................... 62 4.6 Instrumen Penelitian ......................................................................... 69 4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 71 4.8 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ 71 4.9 Teknik Analisis Data ........................................................................ 73

    BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian ...................................................... 79

    5.2 Hasil Penelitian ................................................................................. 80

    5.2.1 Hasil Analisa Univariat ................................................................. 81

    5.2.2 Hasil Analisa Bivariat .................................................................... 84

    5.2.3 Hasil Analisa Multivariat ............................................................... 92

    5.3 Pembahasan ...................................................................................... 95

    5.4 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 108

    BAB VI. PENUTUP

    6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 110

    6.2 Saran ................................................................................................. 111

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ........................................................................ 12

    Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah ............................................................ 16

    Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) ........................................ 43

    Tabel 2.3 Kategori Tingkat Aktivitas Fisik ................................................... 46

    Tabel 4.1 Nilai Odds Ratio Beberapa Faktor Resiko Hipertensi .................. 58

    Tabel 4.2 Definisi Operasional Faktor-faktor yang mempengaruhi

    kejadian hipertensi pada lansia ..................................................... 64

    Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Faktor-faktor Yang

    Mempengaruhi Kejadian Hipertensi pada Lansia ......................... 70

    Tabel 4.4 Coding variabel faktor-faktor yang mempengaruhi

    kejadian hipertensi pada lansia ..................................................... 74

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Hipertensi ................ 81

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia ......................................... 81

    Tabel 5.3 Distribusi Frekunsi Berdasarkan Jenis Kelamin............................ 82

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Keluarga .................... 82

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Perkawinan ................... 83

    Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Obesitas ................................... 83

    Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Junk Food .............. 84

    Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Soft Drink ............... 84

    Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Merokok .................................. 84

    Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Kopi ....................... 85

    Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik ......................... 85

    Tabel 5.12 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi

    pada lansia di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun ........................ 86

    Tabel 5.13 Hubungan Status Perkawinan dengan Kejadian Hipertensi

    pada lansia di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun ........................ 87

    Tabel 5.14 Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi pada lansia

    di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun ........................................... 88

    Tabel 5.15 Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Kejadian Hipertensi

    pada lansia di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun ........................ 89

    Tabel 5.16 Hubungan Konsumsi Soft Drink dengan Kejadian Hipertensi

    pada lansia di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun ........................ 90

    Tabel 5.17 Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada lansia

    di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun ........................................... 90

    Tabel 5.18 Hubungan Konsumsi Kopi dengan Kejadian Hipertensi pada

    lansia di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun................................. 91

    Tabel 5.19 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada

    lansia di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun................................. 92

    Tabel 5.20 Variabel Kandidat Model Multivariat ........................................... 93

    Tabel 5.21 Variabel yang Berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada

    lansia di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun................................. 94

    Tabel 5.22 Variabel Kandidat Model Multivariat ........................................... 95

  • xiv

    Tabel 5.23 Variabel yang Berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada

    lansia di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun................................. 97

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

    Hipertensi pada lansia ................................................................... 51

    Gambar 3.2 Kerangka konsep faktor-faktor yang mempengaruhi

    kejadian hipertensi pada lansia ...................................................... 61

    Gambar 4.1 Desain Kasus Kontrol .................................................................... 56

    Gambar 4.2 Kerangka kerja faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

    hipertensi pada lansia .................................................................... 61

    Gambar 5.1 Kelurahan Manisrejo Kota Madiun ............................................... 79

    Gambar 5.2 Struktur Organisasi Kelurahan Manisrejo Kota Madiun ............... 80

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Informed Consent

    Lampiran 2. Lembar Kuesioner

    Lampiran 3. Lembar Bimbingan

    Lampiran 4. Lembar Revisi Setelah Ujian

    Lampiran 5. Surat Ijin Validasi

    Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

    Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian Bakesbangpol

    Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Madiun

    Lampiran 9. Output SPSS

    Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

  • xvii

    DAFTAR SINGKATAN

    BMI : Body Masa Index

    Depkes : Departemen Kesehatan

    DM : Diabetes Militus

    EKG : Elektrokardiografi

    FFQ : Food Frequency Questionnaire

    GPAQ : Global Physical Activity Questionnaire

    HDL : High Density Lipoprotein

    IMT : Indeks Massa Tubuh

    Kemenkes : Kementrian Kesehatan

    KLB : Kejadian Luar Biasa

    MET : Metabolic Equivalent

    mmHg : Milimeter Raksa

    Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu

    PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Kronik

    PTM : Penyakit Tidak Menular

    Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

    WHO : World Health Organization

  • xviii

    DAFTAR ISTILAH

    Diastolik : Tekanan darah bawah atau angka bawah yang

    memperlihatkan jumlah darah di dalam arteri ketika jantung

    sedang beristirahat.

    Hipertensi : Tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas

    140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg

    Junk Food : Makanan siap saji yang lebih praktis, enak dan tidak

    menghabiskan waktu lama sehingga dapat disajikan kapan

    dan dimana saja

    mmHg : Angka tekanan darah yang dinyatakan dengan dua besaran

    yaitu tekanan diastolik dan tekanan sistolik

    Sistolik : Tekanan darah atas, dimana tekanan darah karena adanya

    jantung berkontraksi.

    Soft Drink : Minuman ringan yang menggunakan pemanis minuman juga

    menggunakan pengawet makanan, atau bisa disebut dengan

    minuman berkarbonasi.

  • xix

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Hipertensi dapat didefiniskan sebagai tekanan darah persisten dimana

    tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90

    mmHg. Hipertensi diakatakan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-

    104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114

    mmHg dan hipertensi beraat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.

    Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap

    lebih serius dari peningkatan sistolik (Padila, 2013)

    Hipertensi banyak terjadi pada umur 35-44 tahun (6,3%), umur 45-54

    tahun (11,9%), dan umur 55-64 tahun (17,2%). (Kemenkes, 2017) Menurut

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lansia (lanjut usia) adalah usia yang

    meliputi usia pertengahan (45-59 tahun), usia lanjut (60-74 tahun), usia lanjut

    tua (75-90 tahun) dan usia sangat tua (diatas 90 tahun). Lansia beresiko tinggi

    terhadap penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi,

    diabetes melitus, gout (reumatik), dan kanker. Salah satu penyakit yang

    banyak di derita oleh lansia yaitu hipertensi. (Deri Putra, 2015)

    Kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142

    juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali

    lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%)

    dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000

  • 2

    (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia

    mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia

    sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia sekitar 80.000.000. Pada

    abad ke-21 tantangan khusus bidang kesehatan dari terus meningkatnya

    jumlah Lansia yaitu timbulnya masalah degeneratif dan Penyakit Tidak

    Menular (PTM) seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan-gangguan

    kesehatan jiwa yaitu depresi, demensia, gangguan cemas, sulit tidur.

    Penyakit-penyakit tersebut, akan menimbulkan permasalahan jika tidak

    diatasi atau tidak dilakukan pencegahan, karena ini akan menjadi penyakit

    yang bersifat kronis dan multi patologis. (Kemenkes RI, 2013)

    Bertambahnya umur pada lansia, fungsi fisiologis mengalami

    penurunan akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak

    muncul pada lanjut usia. Selain itu masalah degeneratif menurunkan daya

    tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Hasil

    Riskesdas 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak

    Menular (PTM) antara lain hipertensi, artritis, stroke, Penyakit Paru

    Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Angka prevalensi

    hipertensi pada lansia pada usia 55-64 tahun sebesar 45,9%, usia 65-74 tahun

    sebesar 57,6% dan usia >75 tahun sebesar 63,8%. (Riskesdas 2013,

    Kementrian Kesehatan)

    Puskesmas Banjarejo memiliki 4 kelurahan yaitu Kelurahan Banjarejo,

    Kelurahan Kejuron, Kelurahan Mojorejo dan Kelurahan Mansirejo.

    Berdasarkan data dari kegiatan posyandu lansia, lansia di Kelurahan

  • 3

    Banjarejo yang menderita hipertensi sebanyak 41 jiwa (30,11%), Kelurahan

    Manisrejo sebanyak 119 jiwa (45,59%), Kelurahan Mojorejo sebanyak 94

    jiwa (31,43%) dan Kelurahan Kejuron sebanyak 76 jiwa (42,22%). Hipertensi

    yang paling banyak terdapat di Kelurahan Manisrejo. (Data Posyandu Lansia

    2017)

    Meningkatnya prevalensi hipertensi pada umumnya disebabkan karena

    adanya perubahan gaya hidup, sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran

    pola penyakit dari penyakit-penyakit infeksi bergeser ke penyakit-penyakit

    chronic degeneratif. Salah satu penyakit chronic degeneratif diantaranya

    adalah penyakit tekanan darah tinggi (Darmojo, 1994). Yayasan Jantung

    Indonesia (2005) menyatakan bahwa akibat yang terjadi jika hipertensi tidak

    segera ditangani adalah otak (menyebabkan stroke), mata (menyebabkan

    retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan), jantung

    (menyebabkan penyakit jantung koroner termasuk infark jantung dan gagal

    jantung), ginjal (menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal).

    (Wahyuningsih, dkk, 2013).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam

    dua kelompok besar yaitu faktor tang tidak dapat dimodifikasi/tidak dapat

    diubah seperti jenis kelamin, usia, genetik dan faktor yang dapat

    dimodifikasi/faktor yang dapat diubah seperti pola makan (junk food, asupan

    natrium, asupan lemak), kebiasaan olah raga dan lain-lain. Untuk terjadinya

    hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut secara bersama - sama (common

    underlying risk factor), dengan kata lain satu faktor risiko saja belum cukup

  • 4

    menyebabkan timbulnya hipertensi (Depkes RI, 2003). Menurut Yundini

    (2006) saat ini terdapat kecenderungan pada masyarakat perkotaan lebih

    banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini

    antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang

    berhubungan dengan risiko hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan),

    kurangnya aktivitas fisik, merokok, alkohol, konsumsi kopi dan makan

    makanan yang tinggi kadar lemaknya. Perubahan gaya hidup seperti

    perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung

    banyak lemak, protein, dan tinggi garam tetapi rendah serat pangan,

    membawa konsekuensi sebagai salah satu faktor berkembangnya penyakit

    degeneratif seperti hipertensi. (Djauhar Arif, dkk, 2013)

    Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor resiko yang

    meningkatkan penyakit hipertensi. Junk food sebagai penyumbang utama

    terjadinya hipertensi. Kelebihan asupan lemak mengakibatkan kadar lemak

    dalam tubuh meningkat, terutama kolesterol yang menyebabkan kenaikan

    berat badan sehingga volume darah mengalami peningkatan tekanan yang

    lebih besar. Kelebihan asupan natrium akan meningkatkan ekstraseluler

    menyebabkan volume darah yang berdampak pada timbulnya hipertensi.

    Kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung kalium

    mengakibatkan jumlah natrium menumpuk dan akan meningkatkan resiko

    hipertensi (Junaedi, dkk. 2013).

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rantiningsih Sumarni, dkk

    (2015) di Kecamatan Kasihan, Bantul, Yogyakarta menunjukkan bahwa

  • 5

    faktor risiko terjadinya hipertensi pada lansia yang sering mengkonsumsi junk

    food sebesar 4,083 lebih besar dibandingkan lansia yang jarang

    mengkonsumsi junk food dan terdapat hubungan antara konsumsi junk food

    dengan kejadian hipertensi. Konsumsi junk food yang saat ini menjadi sangat

    popular di lingkungan anak sampai orang dewasa. Saat ini terjadi perubahan

    pola konsumsi makanan pada lansia dengan kecenderungan untuk memilih

    makanan yang mempunyai komposisi tinggi kalori, tinggi lemak, rendah serat

    dan sebagainya. Jenis makanan junk food banyak digemari oleh para lansia

    karena junk food dianggap lebih praktis, enak dan tidak menghabiskan waktu

    lama sehingga dapat disajikan kapan dan dimana saja, tak heran jika

    hipertensi memiliki peluang berjangkit pada semua orang. Junk food dikenal

    sebagai makanan yang tidak sehat. Junk food mengandung sejumlah besar

    natrium yang dapat meningkatkan volume darah di dalam tubuh sehingga

    jantung harus memompa darah lebih kuat yang menyebabkan tekanan darah

    lebih tinggi (hipertensi). Makanan yang kurang seimbang akan memperburuk

    kondisi lansia yang secara alami memang sudah menurun dibandingkan usia

    dewasa. (Rumantiningsih Sumarni, 2015).

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Solehatul Mahdmudah, dkk

    (2015) di Kelurahan Sawangan Baru Kota Depok menunjukkan bahwa ada

    hubungan yang signifikan antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi

    pada lansia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil analisis regresi

    logistik berganda terlihat nilai OR Exp (B) asupan natrium sebesar 4,627

    dapat diartikan bahwa responden yang asupan natrium berlebih memiliki

  • 6

    resiko 4,627 kali lebih besar untuk mengalami kejadian hipertensi

    dibandingkan responden yang asupan natriumnya baik (OR Exp (B) = 4,627;

    95% CI = 1,574-13,635). (Solehatul Mahmudah, dkk, 2015)

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rini Anggraeny (2014)

    menunjukkan bahwa lansia yang tidak melakukan aktivitas fisik berisiko 1,57

    kali menderita hipertensi dibanding lansia yang melakukan aktivitas fisik,

    tetapi tidak bermakna. Lansia yang merokok berisiko 1,42 kali menderita

    hipertensi dibanding lansia yang tidak merokok, tetapi tidak bermakna.

    Aktivitas fisik yang dilakukan secara tepat dan teratur, serta frekuensi dan

    lamanya waktu yang digunakan dengan baik dan benar dapat membantu

    menurunkan tekanan darah. Tekanan darah akan meningkat ketika sedang

    melakukan aktivitas fisik. Tetapi jika seseorang melakukan aktivitas fisik

    secara teratur akan lebih sehat dan tekanan darahnya akan lebih rendah

    daripada seseorang yang tidak melakukan aktivitas fisik. Selain itu, aktivitas

    fisik yang kurang cenderung membuat seseorang mengalami kegemukan dan

    akan menaikkan tekanan darah. (Rini Anggraeny, 2014)

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Martiani, dkk (2012)

    di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Semarang menunjukkan bahwa

    kebiasaan minum kopi meningkatkan risiko kejadian hipertensi, namun

    tergantung dari frekuensi konsumsi harian. Minum kopi dan merokok dapat

    merangsang konstriksi pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan tekanan

    darah (Andri Budianto, 2017). Dari sisi kesehatan, bahaya merokok sudah

    tidak dibantahkan, bukan hanya menurut WHO, tetapi lebih dari 70 ribu

  • 7

    artikel ilmiah membuktikan bahwa dalam kepulan asap rokok terkandung

    4000 racun kimia berbahaya dan 43 diantaranya itu adalah tar, karbon

    monoksida (CO) dan nikotin. Berbagai penyakit kanker pun mengintai serta

    dapat menimbulkan hipertensi (Abadi, 2005). Faktor kebiasaan minum kopi

    didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, dimana

    dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10

    mmHg (Rohaendi, 2008).

    Penelitian tentang penyakit hipertensi pada lansia di Kelurahan

    Manisrejo belum pernah dilakukan sebelumnya dan angka kejadian hipertensi

    pada lansia masih tinggi. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Hipertensi

    pada lansia di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun”.

    1.2 Rumusan Masalah

    1.2.1 Rumusan Masalah Umum

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, terdapat

    rumusan masalah yaitu faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi

    kejadian Hipertensi pada lansia di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun.

    1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

    1. Apakah ada pengaruh antara Jenis Kelamin dengan kejadian

    Hipertensi pada lansia di Kelurahan Manisrejo?

    2. Apakah ada pengaruh antara Usia dengan kejadian Hipertensi pada

    lansia di Kelurahan Manisrejo?

  • 8

    3. Apakah ada pengaruh antara Riwayat Keluarga dengan kejadian

    Hipertensi pada lansia di Kelurahan Manisrejo?

    4. Apakah ada pengaruh antara Status Perkawinan dengan kejadian

    Hipertensi pada lansia di Kelurahan Manisrejo?

    5. Apakah ada pengaruh antara Konsumsi Junk Food dengan kejadian

    Hipertensi pada lansia di Kelurahan Manisrejo?

    6. Apakah ada pengaruh antara Aktivitas fisik dengan kejadian

    Hipertensi pada lansia di Kelurahan Manisrejo?

    7. Apakah ada pengaruh antara Merokok dengan kejadian Hipertensi

    pada lansia di Kelurahan Manisrejo?

    8. Apakah ada pengaruh antara Konsumsi Kopi dengan kejadian

    Hipertensi pada lansia di Kelurahan Manisrejo?

    9. Apakah ada pengaruh antara Obesitas dengan kejadian Hipertensi

    pada lansia di Kelurahan Manisrejo?

    10. Apakah ada pengaruh antara Konsumsi Soft Drink dengan kejadian

    Hipertensi pada lansia di Manisrejo?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Hipertensi

    pada lansia di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun.

  • 9

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Mengetahui pengaruh antara Jenis Kelamin dengan kejadian Hipertensi

    pada lansia di Kelurahan Manisrejo.

    2. Mengetahui pengaruh antara Usia dengan kejadian Hipertensi pada

    lansia di Kelurahan Manisrejo.

    3. Mengetahui pengaruh antara Riwayat Keluarga dengan kejadian

    Hipertensi pada lansia di Kelurahan Manisrejo.

    4. Mengetahui pengaruh antara Status Perkawinan dengan kejadian

    Hipertensi pada lansia di Kelurahan Manisrejo.

    5. Mengetahui pengaruh antara Konsumsi Junk Food dengan kejadian

    Hipertensi pada lansia di Kelurahan Manisrejo.

    6. Mengetahui pengaruh antara Aktivitas Fisik dengan kejadian Hipertensi

    pada lansia di Kelurahan Manisrejo.

    7. Mengetahui pengaruh antara Merokok dengan kejadian Hipertensi pada

    lansia di Kelurahan Manisrejo.

    8. Mengetahui pengaruh antara Konsumsi Kopi dengan kejadian

    Hipertensi pada lansia di Kelurahan Manisrejo.

    9. Mengetahui pengaruh antara Obesitasi dengan kejadian Hipertensi pada

    lansia di Kelurahan Manisrejo.

    10. Mengetahui pengaruh antara Konsumsi Soft Drink dengan kejadian

    Hipertensi pada lansia di Kelurahan Manisrejo.

  • 10

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat bagi peneliti

    Sebagai penambah wawasan dan mengaplikasikan ilmu yang

    didapatkan selama perkuliahan.

    1.4.2 Manfaat bagi puskesmas

    1. Sebagai bahan masukan dan bahan evaluasi agar mampu

    meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan kesehatan terutama

    pada lansia

    2. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat

    antara institusi tempat praktek peminatan.

    1.4.3 Manfaat bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

    1. Memperkenalkan program kepada institusi yang bergerak di bidang

    kesehatan yaitu Puskesmas Banjarejo.

    2. Terbinanya kerjasama dengan institusi tempat praktek peminatan

    dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara

    akademik dengan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia

    yang dibutuhkan dalam pembangunan Kesehatan Masyarakat.

    1.4.4 Manfaat Bagi Masyarakat

    Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

    kejadian hipertensi pada lansia khususnya di Kelurahan Manisrejo Kota

    Madiun.

  • 11

    1.4.5 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

    Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan informasi/referensi

    dan masukan bagi perkembangan ilmu kesehatan khususnya ilmu

    kesehatan masyarakat untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

    mempengaruhi kejadian hipertensi pada lansia.

    1.5 Keaslian Penelitian

    Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah pernah

    dilakukan. Peneliti uraikan penelitian terdahulu yang serupa tetapi

    memiliki perbedaan yang cukup jelas, sebagai batasan agar tidak terjadi

    kesamaan dengan penelitian ini.

  • 12

    Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

    No Peneliti Judul

    Penelitian

    Tempat

    Penelitian

    Desain

    Penelitian

    Variabel Hasil

    Penelitian

    1. Edi

    Sampurno

    Ridwan,

    Esti

    Nurwanti

    (2013)

    Gaya hidup dan

    hipertensi pada

    lanjut usia di

    Kecamatan

    Kasihan Bantul

    Yogyakarta

    Kecamatan

    Kasihan

    Bantul

    Yogyakarta

    Cross

    Sectional

    Variabel

    bebas :

    Konsumsi

    Junk Food,

    Aktivitas

    Fisik,

    Merokok.

    Variabel

    terikat :

    Hipertensi

    pada lansia

    Konsumsi Junk

    Food, Aktivitas

    Fisik dan Merokok

    merupakan faktor

    resiko terjadinya

    hipertensi.

    2. Darma

    Yunita,

    Hamzah

    Taza,

    Junaidi

    (2014)

    Hubungan gaya

    hidup terhadap

    kejadian

    hipertensi di

    Ruang Rawat

    Inap di RSUD

    Labuang Baji

    Makassar

    Ruang

    Rawat Inap

    di RSUD

    Labuang

    Baji

    Makassar

    Cross

    Sectional

    Variabel

    bebas :

    Pola makan

    dan Merokok

    Variabel

    terikat :

    Hipertensi

    Ada hubungan

    antara pola makan

    dan merokok

    terhadap hipertensi

    di RSUD Labuang

    Baji Makassar

    3. Muhammad

    Deri

    Ramadhan,

    Dewi

    Masyitah,

    Ahmad

    Syauqy

    (2015)

    Hubungan

    Indeks Massa

    Tubuh dengan

    Tekanan Darah

    pada penderita

    Hipertensi di

    Poliklinik

    penyakit dalam

    Rumah Sakit

    Umum Daerah

    Raden Mattaher

    Jambi

    Rumah

    Sakit

    Umum

    Daerah

    Raden

    Mattaher

    Jambi

    Cross

    Sectional

    Variabel

    bebas :

    Indeks Massa

    Tubuh (IMT)

    Variabel

    terikat :

    Hipertensi

    Terdapat hubungan

    yang bermakna

    antara

    indeks massa tubuh

    dengan tekanan

    darah

    pada penderita

    hipertensi.

    4. Reni Dwi

    Setyaningsi

    h, Pramesti

    Dewi, Made

    Suandika

    (2014)

    Studi Prevalensi

    dan Kajian

    Faktor Resiko

    Hipertensi pada

    Lansia di desa

    Tambaksari-

    Banyumas

    Tambaksari

    -Banyumas

    Cross

    Sectional

    Variabel

    bebas :

    Minum kopi,

    Merokok,

    Konsumsi

    makanan

    asin, IMT,

    Tingkat

    Stres,

    Riwayat

    hipertensi

    Riwayat hipertensi

    serta kebiasaan

    mengkonsumsi

    makanan asin

    merupakan variabel

    yang berhubungan

    secara signifikan

    dengan kejadian

    hipertensi.

  • 13

    No Peneliti Judul

    Penelitian

    Tempat

    Penelitian

    Desain

    Penelitian

    Variabel Hasil Penelitian

    5. Prisilia

    Alva Seke,

    Hendro J.

    Bidjuni, Jill

    Lolong

    Hubungan

    kejadian stres

    dengan penyakit

    hipertensi pada

    lansia di Balai

    Penyantunan

    Lanjut Usia

    Senjah Cerah

    Kecamatan

    Mapanget Kota

    Manado

    Balai

    Penyantuna

    n Lanjut

    Usia Senjah

    Cerah

    Kecamatan

    Mapanget

    Kota

    Manado

    Cross

    Sectional

    Variabel

    bebas :

    Stres

    Variabel

    terikat :

    Hipertensi

    lansia

    Terdapat hubungan

    antara kejadian

    stres dengan

    penyakit hipertensi

    pada lansia di Balai

    Penyantunan

    Lanjut Usia Senjah

    Cerah Kecamatan

    Mapanget Kota

    Manado

    Perbedaan dengan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang diakukan

    adalah :

    1. Variabel terikat : Hipertensi pada lansia

    2. Variabel bebas : Usia, Jenis Kelamin, Riwayat Keluarga, Status

    Perkawinan, Konsumsi Junk Food, Aktivitas

    Fisik, Merokok, Konsumsi Kopi, Obesitas, dan

    Konsumsi Soft Drink.

    3. Subjek : Lansia > 60 tahun

    4. Metode Penelitian : Menggunakan metode analitik dengan desain

    penelitian Case Control. Uji yang digunakan

    adalah Chi Square dan Regresi Logistik.

    Lanjutan tabel 1.1 Keaslian Penelitian

  • 14

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

    2.1.1 Definisi Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

    Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan

    darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan

    tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri

    menyebabkan meningkatknya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal

    jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. (Wahyu Rahayu, 2015)

    Pada pemriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang

    lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang

    lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan

    darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik,

    misalnya 120/80 mmHg. (Wahyu Rahayu, 2015)

    Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140

    mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan

    tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering terjadi

    pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang

    mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai

    usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan

    menurun drastis. (Wahyu Rahayu, 2015)

  • 15

    Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila

    tidak diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan.

    Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi.

    (Wahyu Rahayu, 2015)

    Menurut Smith Tom, 1995 Hipertensi dapat didefiniskan sebagai

    tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan

    tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Hipertensi diakatakan ringan apabila

    tekanan diastoliknya antara 95-104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan

    diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg dan hipertensi beraat bila tekanan

    diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan

    tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik

    (Padila, 2013)

    2.1.2 Klasifikasi Tekanan Darah

    Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami.

    Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih

    rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik

    dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah

    ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda, paling

    tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.

    (Wahyu Rahayu, 2015)

  • 16

    Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah

    Kategori Tekanan Darah

    Sistolik

    Tekanan Darah

    Diastolik

    Normal < 130 mmHg < 85 mmHg

    Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

    Stadium 1

    (Hipertensi ringan)

    140-159 mmHg 90-99 mmHg

    Stadium 2

    (Hipertensi sedang)

    160-179 mmHg 100-109 mmHg

    Stadium 3

    (Hipertensi berat)

    180-209 mmHg 110-119 mmHg

    Stadium 4

    (Hipertensi maligna)

    210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

    2.1.3 Penyebab Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

    Menurut Lany Gunawan (2001) dalam Padila (2013), hipertensi

    berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :

    1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak

    diketahui penyebabnya.

    2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit

    lain.

    Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi,

    sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun

    hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data

    penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

    terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

  • 17

    1. Faktor keturunan

    Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

    kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

    tuanya adalah penderita hipertensi.

    2. Ciri perseorangan

    Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi

    adalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin

    (laki-laki lebih tinggi daripada perempuan) dan ras (ras kulit hitam

    lebih banyak daripada kulit putih)

    3. Kebiasaan hidup

    Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

    adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi sari 30 gr), kegemukan

    atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misanya merokok.

    Minum akohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).

    2.1.4 Patofisiologi

    Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah

    terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor

    bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

    keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan

    abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

    yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.

    Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan

  • 18

    merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana

    dengan dilepaskannya norepineprin mengakibatkan kontriksi pembuluh

    darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

    mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi.

    Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin,

    meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

    (Padila, 2013)

    Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

    pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

    terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla

    adrenal mensekresi epineprin yang menyebabkan vasokontriksi. Konteks

    adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

    respon vasokontriktor pembuluh darah. Vaskontriksi yang mengakibatkan

    penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin

    merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

    angiotensi II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

    sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini meyebabkan retensi

    natrium dan air oleh tubulus ginjal, mneyebabkan peningkatan volume intra

    vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

    (Padila, 2013)

    Menurut Brunner & Suddarth (2002), untuk pertimbangan

    gerontologi. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh

    perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada

  • 19

    usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas

    jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,

    yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang

    pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang

    kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh

    jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan

    peningkatan tahanan perifer. (Padila, 2013)

    2.1.5 Tanda dan Gejala

    Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut

    Edward K Chung, 1995 dalam Padila, 2013)

    1. Tidak ada gejala

    Tidak ada gejala yang soesifik yang dapat dihubungkan dengan

    peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteru oleh dokter

    yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

    terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

    2. Gejala yang lazim

    Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

    meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan

    gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari

    pertolongan medis.

    Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan

    gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan

    dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal

  • 20

    sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,

    pendarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang

    bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun seseorang dengan

    tekanan darah yang normal.

    Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa

    timbul gejala sebagai berikut :

    a. Sakit kepala

    b. Kelelahan

    c. Mual

    d. Muntah

    e. Sesak nafas

    f. Gelisah

    g. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada

    otak, mata, jantung dan ginjal.

    Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran

    dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut

    ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

    2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

    Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang untuk penderita hipertensi :

    (Padila, 2013)

    1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

    2. Pemeriksaan retina

  • 21

    Retina (selaput peka cahaya pada permukaan dalam bagian

    belakang mata) merupakan satu-satunya bagian tubuh yang secara

    langsung bisa menunjukkan adanya efek dari hipertensi terhadap

    arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan anggapan bahwa perubahan

    yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan yang terjadi di

    dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal. Untuk

    memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan

    derajat kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan beratnya

    hipertensi.

    3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti

    ginjal dan jantung. Pemeriksaan awal pada keruskaan ginjal bisa

    diketahui dengan melalui peemerisaan air kemih. Dan pemeriksaan

    jantung bisa ditemukan pada elektrokardiografi (EKG) dan foto rontgen

    dada.

    4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

    5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

    6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,

    pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin

    7. Foto dada dan CT scan.

    2.1.7 Penatalaksanaan

    Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

    mortalitas akbiat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan

  • 22

    pencapaian dan pemelirahaan tekanan darah diabwah 140/90 mmHg.

    Prinsip pengelolaan penyakit hieprtensi meliputi : (Padila, 2013)

    2.1.7.1 Terapi tanpa obat

    Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk

    hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi

    sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

    1. Diet

    Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

    a. Retriksi garam secara moderat dari 20 gr/hr menjadi 5 gr/hr

    b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

    c. Penurunan berat badan

    d. Penurunan asupan etanol

    e. Menghentikan merokok

    f. Diet tinggi kalium

    2. Latihan fisik

    Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang

    dianjurkan untuk penderita hipertensi.

    3. Edukasi psikologis

    Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi

    meliputi:

    a. Teknik Biofeedback

    Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk

    menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan

  • 23

    tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

    Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

    gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga

    untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan

    ketegangan.

    b. Teknik relaksasi

    Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang

    bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,

    dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat

    otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.

    4. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)

    Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan

    pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan

    pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan

    hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

    2.1.7.2 Terapi dengan Obat

    Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan

    tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah

    komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.

    Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup

    penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite

    Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Commite on Detection,

    Evaluation and Treatment pf High Blood Pressure, USA, 1988)

  • 24

    menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis

    kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat

    tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan

    penyakit lain yang ada pada penderita.

    Pengobatannya meliputi :

    1. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta bloker, Ca

    antagonis, ACE inhibitor

    2. Step 2 : alternatif yang bisa diberikan

    a. Dosis obat pertama dinaikkan

    b. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

    c. Ditambah obat kedua jenis lain, dapat berupa diuretika, beta

    bloker, Ca antagonis, Alpa bloker, Clonidin, Reserphin,

    Vasodilator.

    3. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh

    a. Obat kedua diganti

    b. Ditambah obat ketiga jenis lain

    4. Step 4 : alternatif pemberian obatnya

    a. Ditambah obat ketiga dan keempat

    b. Re-evaluasi dan konsultasi

    2.1.8 Teknik Mengukur Tensi Darah

    1. Yang diperiksa duduk santai dengan lengan rileks diatas meja. Telapak

    tangan menghadap keatas, dan otot lengan tidak boleh menegang.

  • 25

    2. Letakkan perangkat tensimeter di dekat lengan yang diperiksa, dengan

    skala menghadap ke pemeriksa. Pemeriksa bisa duduk atau berdiri di

    hadapan diperiksa.

    3. Pasang kain pembalut (cuff) tensimeter di lengan atas, dengan bagian

    bawah pembalutnya berada disekitar 3 cm diatas lipat siku. Ketepatan

    posisi pemasangan ini akan mempengaruhi hasil. Bebatan hendaknya

    tidak terlampau ketat dan tidak juga terlalu longgar.

    4. Letakkan ujung stetoskop pada lipat siku tempat denyut nadi paling

    keras teraba dengan tangan kiri. Pasangkan stetoskop ujung satunya di

    kedua liang telinga.

    5. Pegang bola karet tensimeter dengan tangan kanan. Putar katup di

    pangkal bola pemompa dengan jempol dan telunjuk jarum jam untuk

    menutup selang. Sambil stetoskop di tangan kiri menekan, lalu

    pompakan bola karetnya sehingga tampak air raksa berangsur-angsur

    naik sehingga bunyi detak jantung masih terdengar di telinga. Stop

    memompa setelah bunyi detak jantung menghilang. Naikkan

    pemompaan 30 milimeter air raksa di atas sejak bunyi detak jantung

    menghilang.

    6. Putar balik pemutar katup kebalikan arah jarum jam secara perlahan

    dengan jempol dan telunjuk tangan kanan setelah selesai memompa.

    Atur pengenduran katup pemutar, agar laju turunnya air raksa sekitar 3

    milimeter per detik. Perhatikan turunnya air raksa pada skala saat

    pertama kali bunyi detak jantung mulai terdengar. Saat itulah yang

  • 26

    ditetapkan sebagai nilai tekanan atas/sistolik. Sementara itu, air raksa

    terus turun. Perhatikan juga skala air raksa saat bunyi detak jantung

    sudah menghilang. Saat itulah ditetapkan sebagai nilai tekanan

    bawah/diastolik. Lalu, kendurkan terus katup sampai air raksa sampai

    turun tuntas ke bawah skala nol. Cata berapa hasil sistolik dan

    diastoliknya, dan itulah nilai tensi darah yang dihasilkan. (Ulfah

    Nurrahmani dan Helmanu Kurniadi, 2015)

    2.1.9 Komplikasi Hipertensi

    Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit

    jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit

    ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya

    komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi

    semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-

    20 tahun. Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya

    tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital.

    Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau

    tanpa disertai stroke dan gagal ginjal. (Bianti Nuraini, 2015)

    Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai

    mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina,

    gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan

    kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan

    koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi stroke dimana terjadi

  • 27

    perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat

    mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses

    tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic

    Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi

    yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna. (Bianti

    Nuraini, 2015)

    Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara

    langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa

    penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung

    dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung,

    antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress

    oksidatif. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan

    sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan

    organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya

    ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β). (Bianti Nuraini, 2015)

    1. Otak

    Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang

    diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan

    intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari

    pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi

    pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang mendarahi otak

    mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-

    daerah yang diperdarahinya akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang

  • 28

    mengalami arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan

    kemungkinan terbentuknya aneurisma. Ensefalopati juga dapat terjadi

    terutama pada hipertensi maligna atau hipertensi dengan onset cepat.

    Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut menyebabkan peningkatan

    tekanan kapiler, sehingga mendorong cairan masuk ke dalam ruang

    intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal tersebut menyebabkan

    neuron-neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma bahkan kematian.

    2. Kardiovaskular

    Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami

    arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran

    darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak

    mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen

    miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia

    jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.

    3. Ginjal

    Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif

    akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus.

    Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit

    fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi

    hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga akan

    menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai

    edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang

    berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.

  • 29

    4. Retinopati

    Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan

    pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama

    hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang

    dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan

    darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau kerusakan pada

    saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina

    akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita

    retinopati hipertensif pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada

    akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.

    Kerusakan yang lebih parah pada mata terjadi pada kondisi

    hipertensi maligna, di mana tekanan darah meningkat secara tiba-tiba.

    Manifestasi klinis akibat hipertensi maligna juga terjadi secara

    mendadak, antara lain nyeri kepala, double vision, dim vision, dan

    sudden vision loss.

    2.1.10 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi

    2.1.10.1 Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

    1. Jenis kelamin

    Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.

    Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

    menopause salah satunya adalah penyakit jantung koroner. Wanita

    yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen

  • 30

    yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein

    (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor

    pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek

    perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas

    wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai

    kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini

    melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut

    dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan

    umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita

    umur 45-55 tahun. (Bianti Nuraini, 2015). Penelitian yang dilakukan

    di Kelurahan Sawangan Baru Depok menunjukkan bahwa, untuk

    distribusi jenis kelamin lebih banyak berjenis kelamin perempuan

    sebanyak 80 responden (92,0%), sedangkan responden yang berjenis

    kelamin laki-laki sebanyak 7 responden (8,0%). (Solehatul

    Mahmudah, dkk, 2015)

    Berdasarkan hasil uji chi square antara jenis kelamin dengan

    kejadian hipertensi didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan

    antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi (p=1,000). Hasil

    penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Prasetyaningrum (2014)

    yang mengatakan laki-laki lebih beresiko mengalami hipertensi

    dibandingkan perempuan saat usia < 45 tahun. Tetapi saat usia >65

    tahun, perempuan lebih beresiko mengalami hipertensi dibanding laki-

  • 31

    laki setelah wanita memasuki masa monopouse prevalensi pada

    wanita akan semakin meningkat dikarenakan faktor hormonal.

    Meskipun secara statistik tidak ditemukan hubungan yang

    bermakna antara jenis kelamin dengan hipertensi namun dapat dilihat

    kecenderungan prevalensi hipertensi laki-laki sebesar 28,6% yang

    menderita hipertensi lebih besar dibandingkan perempuan 26,3%. Hal

    tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susyani dkk.

    (2012) hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

    antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi dimana p-

    value=0,404. Berbeda dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (2013)

    menunjukkan prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung lebih

    tinggi dibanding laki-laki. (Solehatul Mahmudah, dkk, 2015)

    2. Usia

    Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif, dengan

    bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat yang

    disebabkan beberapa perubahan fisiologis. Pada proses fisiologis

    terjadi peningkatan resistensi perifer dan peningkatan aktifitas

    simpatik, dinding arteri akan mengalami penebalan karena kolagen

    yang menumpuk pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah

    berangsur menjadi sempit dan kaku. Selain itu pada usia lanjut

    sensitivitas pengatur tekanan darah yaitu refleks baroreseptor mulai

    berkurang, demikian juga halnya dengan peran ginjal dimana aliran

    darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun, hal ini memicu

  • 32

    terjadinya hipertensi. Berdasarkan usia terbanyak untuk kelompok

    hipertensi adalah usia ≥55 tahun (53,3%). Usia terbanyak untuk

    kelompok non hipertensi adalah < 55 tahun (83,3%). Selanjutnya

    dianalis dengan uji multivariat dan didapatkan nilai signifikansi

    (p=0,010), yang berarti terdapat hubungan yang bermakna secara

    statistik antara umur dengan kejadian hipertensi. (Idha Kurniasih, dkk,

    2011)

    3. Riwayat Keluarga

    Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

    menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi.

    Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler

    dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu

    dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih

    besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak

    mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan

    70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam

    keluarga. (Bianti Nuraini, 2015)

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas

    Airmadidi menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji chi square

    menghasilkan nilai probabilitas 0,000 dengan tingkat kesalahan 0,05.

    Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat

    keluarga dengan hipertensi. Orang yang mempunyai anggota keluarga

    hipertensi berisiko 17,71 kali lebih besar dibandingkan dengan orang

  • 33

    yang tidak mempunyai anggota keluarga yang menderita hipertensi.

    (Merlisa C Talumewo, 2014)

    2.1.10.2 Faktor yang dapat dimodifikasi

    1. Status Perkawinan

    Status perkawinan memiliki hubungan secara tidak langsung

    dengan status kesehatan termasuk hipertensi melalui faktor resiko

    perilaku (pola hidup) maupun stres. Selain itu juga berhubungan

    secara langsung dengan sistem kardiovaskuler, endokrin, kekebalan

    tubuh, saraf sensorik dan mekanisme fisiologik lainnya. Hipertensi

    lebih beresiko pada mereka yang berstatus janda atau duda karena

    kehilangan pasangan atau orang yang dicintai merupakan stres

    kehidupan yang paling berat dan dapat disertai dengan kemungkinan

    terkenanya penyakit serta kematian. Sejalan dengan teori tersebut,

    pada penelitian yang dilakukan oleh Suciaty Dwi (2013) ditemukan

    bahwa janda atau duda sebagai kelompok yang paling beresiko untuk

    menderita hipertensi dengan nilai resiko pada responden yang cerai

    hidup sebesar 1,67 kali untuk menderita hipertensi dibandingkan

    responden berstatus menikah, dan pada responden dengan status cerai

    mati memiliki resiko untuk meningkatkan kejadian hieprtensi sebesar

    1,081 kali dibandingkan responden yang menikah. Sedangkan pada

    responden yang belum menikah PR yang didapatkan

  • 34

    2. Konsumsi Junk Food

    Junk food mengandung sejumlah besar natrium yang dapat

    meningkatkan volume darah di dalam tubuh sehingga jantung harus

    memompa darah lebih kuat yang menyebabkan tekanan darah lebih

    tinggi (hipertensi). (Rumantiningsih Sumarni, dkk, 2015). Konsumsi

    garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Telah

    ditunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah ketika semakin tua,

    yang terjadi pada semua masyarakat kota, merupakan akibat dari

    banyaknya garam yang di makan. Masyarakat yang mengkonsumsi

    junk food terlalu berlebihan adalah masyarakat dengan tekanan darah

    yang meningkat seiring bertambahnya usia. Sebaliknya, masyarakat

    yang jarang mengkonsumsi junk food menunjukkan hanya mengalami

    peningkatan tekanan darah yang sedikit, seiring dengan bertambahnya

    usia. (Widyaningrum, 2012)

    Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa konsumsi junk food

    memiliki resiko 1,14 kali mengalami hipertensi. Konsumsi junk food

    secara teratur yang mengandung garam dan karbohidrat tinggi sangat

    meningkatkan resiko hipertensi. (Thawornchaisit, 2017)

    3. Asupan Natrium

    Menurut Vita Health (2005) dalam Paskah Rina Situmorang

    (2015), makanan yang diawetkan dan komsumsi garam dapur serta

    bumbu penyedap dalam jumlah yang tinggi seperti monosodium

    glutamat (MSG), dapat menaikkan tekanan darah karena mengandung

  • 35

    natrium dalam jumlah yang berlebih, sehingga dapat menahan air

    (retensi) sehingga meningkatkan jumlah volume darah, akibatnya

    jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan

    darah menjadi naik, selain itu natrium yang berlebihan akan

    menggumpal pada dinding pembuluh darah, dan natrium akan

    terkelupas sehingga akibatnya menyumbat pembuluh darah.

    Pengaruh asupan natrium terhadap timbulnya hipertensi terjadi

    melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan

    darah. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi

    natrium dalam cairan ekstraseluler meningkat, untuk

    menormalkannya, cairan intraseluler ditarik keluar sehingga volume

    cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan

    ekstraseluler itu menyebabkan meningkatnya volume darah sehingga

    berdampak pada timbulnya hipertensi.

    Namun penelitian yang dilakukan oleh Nancy, 2011 tidak

    menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna antara asupan natrium

    dengan kejadian hipertensi. Sebagian besar lansia dalam penelitian ini

    jarang mengonsumsi bahan makanan sumber natrium termasuk garam

    sebagai bumbu. Hal ini diketahui dari hasil analisis yang menunjukkan

    bahwa 96,1% lansia yang hipertensi, jarang mengkonsumsi natrium,

    demikian juga dengan 94,7% lansia yang tidak hipertensi. Umumnya

    para lansia sudah mengetahui perlunya membatasi konsumsi natrium,

    termasuk lansia yang hipertensi. (Nancy Swanida, dkk, 2011)

  • 36

    3. Asupan Lemak

    Makanan berlemak seperti daging berlemak banyak

    mengandung protein, vitamin, dan mineral. Akan tetapi dalam daging

    berlemak dan jeroan mengandung lemak jenuh dan kolesterol. Kadar

    lemak tinggi dalam darah dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh

    darah karena banyaknya lemak yang menempel pada dinding

    pembuluh darah. Keadaan seperti ini dapat memacu jantung untuk

    memompa darah lebih kuat sehingga memicu kenaikan tekanan

    darah. Konsumsi makanan berlemak dalam penelitian ini diukur

    dengan cara menanyakan frekuensi penggunaan bahan makanan

    berlemak sebulan terakhir yang tertera pada tabel FFQ. Dari penelitian

    ini ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan konsumsi makanan

    berlemak dengan kejadian hipertensi. (Andi Besse Rawasiah, dkk,

    2014)

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suprihatin, 2012

    menunjukkan bahwa konsumsi makanan tinggi lemak merupakan

    faktor risiko terjadinya hipertensi pada masyarakat di Desa Sruni

    Musuk Boyolali (p-value 0,827 > 0,05) dengan OR = 1,100 ; CI95%

    0,467-2,595. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang yang

    mengkonsumsi makanan tinggi lemak berisiko 1,1 kali terkena

    hipertensi dibandingkan yang tidak mengkonsumsi makanan yang

    tinggi lemak. (Suprihatin, 2012)

  • 37

    4. Aktivitas Fisik

    Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi

    karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang

    tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot

    jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,

    semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula

    kekuatan yang mendesak arteri. (Bianti Nuraini, 2015)

    Selain berolahraga, aktivitas fisik dapat juga dilakukan sambil

    melakukan kegiatan sehari-hari secara ekstra, misalnya :

    a. Naik tangga, pilih naik tangga daripada naik eskalator atau elvator

    b. Jalan kaki

    c. Jalan cepat atau bersepeda saat ada kesempatan

    d. Bermain dengan anak-anak

    e. Tetap bergerak, misalnya dengan mengganti saluran TV secara

    manual dariapda menggunakan remote control. Hal-hal kecil

    seperti ini akan membuat anda tetap bergerak

    f. Berdiri setiap satu jam. Jika pekerjaan mengharuskan anda banyak

    duduk, cobalah untuk berdiri atau berjalan beberapa menit setiap

    satu jam. Anda bisa menerima telepon sambil berdiri, mengambil

    minuman ataupun menghampiri meja rekan kerja daripada

    menghubunginya lewat ponsel.

    g. Berkebun, membersihkan rumah dan mencuci peralatan yang ada

    dirumah sendiri. (Astrid Savitri, 2016)

  • 38

    Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Limbung menunjukan

    bahwa terdapat kecenderungan pada kelompok kasus yang aktifitas

    fisik ringan yaitu sebesar 60,5% lebih besar di bandingkat pada

    kelompok kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan Uji statistik Chi

    Square (X2) diperoleh p value = 0,002 (

  • 39

    potensial untuk ditiadakan di Indonesia, khususnya dalam upaya

    melawan arus peningkatan hipertensi dan penyakit kardiovaskuler

    pada umumnya. (Ulfah Nurrahmani dan Helmanu Kurniadi, 2015)

    Merokok meningkatkan tekanan darah melalui mekanisme

    pelepasan norepinefrin dari ujung-ujung saraf adrenergik yang dipacu

    oleh nikotin. Resiko merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang

    dihisap per hari, tidak tergantung pada lamanya merokok. Seseroang

    yang merokok lebih dari satu pak per hari memiliki kerentanan dua

    kali lebih besar daripada yang tidak merokok.. (Ulfah Nurrahmani dan

    Helmanu Kurniadi, 2015)

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nancy Swanida, dkk

    (2012) menunjukkan bahwa sebesar 14,5% lansia yang merokok

    mengalami hipertensi, hasil ini sama dengan lansia yang tidak

    hipertensi (14,5%), dengan nilai OR 1, sehingga hasil analisis

    menunjukkan tidak ada pengaruhm bermakna antara merokok dengan

    terjadinya hipertensi. Merokok dapat menyebabkan hipertensi, namun

    merokok adalah salah satu faktor risiko utama dari penyakit

    kardiovaskular. Merokok juga menghalangi efek obat anti hipertensi.

    Orang yang menderita hipertensi sebaikya berhenti dan tidak merokok

    sama sekali, meskipun perlu diperhatikan kenaikan berat badan akibat

    berhenti merokok.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Merlisa

    menghasilkan perhitungan dengan menggunakan uji chi square

  • 40

    dihasilkan nilai probabilitas sebesar 0,001 dengan tingkat kesalahan

    0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

    kebiasaan merokok dengan hipertensi di Puskesmas Airmadidi

    Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara. Orang yang

    mempunyai kebiasaan merokok berisiko 4,362 kali lebih besar

    menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak

    mempunyai kebiasaan merokok. (Merlisa C Talumewo, dkk, 2014)

    6. Konsumsi Kopi

    Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi

    mengandung 75 – 200 mg kafein, dimana dalam satu cangkir tersebut

    berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg (Rohaendi,

    2008).

    Konsumsi kafein (kopi) berlebihan dapat menyebabkan efek

    samping yang tidak menyenangkan, seperti : (Astrid Savitri, 2016)

    a. Insomnia

    b. Gugup

    c. Kegelisahan

    d. Sifat lekas marah

    e. Masalah pada perut

    f. Detak jantung cepat

    g. Tremor otot

    Saat ini kopi sudah menjadi bagian dari rutinitas harian

    manusia modern. Meskipun dalam jumlah rendah kafein tidak

  • 41

    menimbulakn masalah kesehatan, namun ada tertentu dimana kita

    perlu menguranginya.

    a. Mengurangi kafein bisa dilakukan secara bertahap, misalnya

    minum setengah kaleng soda dan bukan satu kaleng penuh. Minum

    secangkir kecil kopi satu atau dua kali sehari, dan berhenti pada

    sore hari. Pengurangan bertahap akan membantu tubuh terbiasa

    dengan dosis kafein rendah.

    b. Persingkat waktu minum kopi dirumah atau di kafe. Begitu pula

    jika membuat teh, seduh sebentar saja. Hal ini dapat mengurangi

    konten kafein. Lebih baik lagi jika memilih teh herbal yang tidak

    memiliki kafein.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elvivin (2015)

    menunjukkan bahwa hasil analisis besar risiko kondisi fisik rumah

    terhadap kejadian malaria, diperoleh OR sebesar 12,500. Artinya

    responden yang minum kopi diatas tiga gelas perhari mempunyai

    risiko mengalami hipertensi 12,500 kali lebih besar dibandingkan

    dengan responden yang minum kopi satu sampai tiga gelas perhari.

    Karena rentang nilai pada tingkat kepercayaan(CI) = 95% dengan

    lower limit (batas bawah) = 4,883 dan upper limit (batas atas) =

    31,999 tidak mencakup nilai satu, maka besar risiko tersebut

    bermakna. Dengan demikian minum kopi merupakan faktor risiko

    kejadian hipertensi pada masyarakat nelayan suku bajo di Pulau Tasipi

    Kabupaten Muna Barat tahun 2015. (Elvivin, 2015)

  • 42

    7. Stres

    Stres dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon

    adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,

    sehingga tekanan darah akan meningkat . Stres dapat mengakibatkan

    tekanan darah naik untuk sementara waktu. Jika stres telah berlalu,

    maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. Pada penelitian

    ini tidak ditemukan adanya pengaruh stres terhadap terjadinya

    hipertensi. Hasil penelitian lain juga menyimpulkan bahwa stres dan

    tekanan psikologis tidak berhubungan dengan hipertensi. Hubungan

    antara peristiwa-peristiwa stres dengan hipertensi dilaporkan bukan

    karena efek stres pada tekanan darah dan mungkin dianggap berasal

    dari perasaan negatif tentang penyakit dan bukan karena penyakit itu

    sendiri. (Nancy Swanida, dkk, 2011)

    8. Obesitas (Kegemukan)

    Di antara semua faktor risiko yang dapat dikendalikan, berat

    badan adalah salah satu yang paling erat kaitannya dengan hipertensi.

    Dibanding dengan orang kurus, orang yang gemuk lebih besar

    peluangnya terkena hipertensi. Kegemukan merupakan ciri khas dari

    populasi hipertensi. Diperkirakan sebanyak 70% kasus baru penyakit

    hipertensi adalah orang dewasa yang berat badannya sedang

    bertambah. Dugaannya adalah jika berat badan seseorang bertambah,

    volume darah akan bertambah pula, sehingga beban jantung untuk

    memompah darah juga bertambah. Sering kali kenaikan volume darah

  • 43

    dan beban pada tubuh yang bertambah berhubungan dengan

    hipertensi, karena semakin besar bebannya, semakin berat juga kerja

    jantung dalam memompah darah keseluruh tubuh. Kemungkinan lain

    adalah dari faktor produksi insulin, yakni suatu hormon yang

    diproduksi oleh pankreas untuk mengatur kadar gula darah. Jika berat

    badan bertambah, terdapat kecenderungan pengeluaran insulin yang

    bertambah. Dengan bertambahnya insulin, penyerapan natrium dalam

    ginjal akan berkurang. Dengan bertambahnya natrium dalam tubuh,

    volume cairan dalam tubuh juga akán bertambah. Semakin banyak

    cairan termasuk darah yang ditahan, tekanan darah akan semakin

    tinggi. (Paskah Rina Situmorang, 2015)

    Untuk mengetahui seseorang itu termasuk memiliki berat badan

    belebih atau tidak, yaitu dengan cara menghitung BMI (Body Masa

    Index) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus : Berat Badan

    (Kilogram) dibagi tinggi badan (meter).

    Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)

    IMT Kategori

    < 16

    16,00-16,99

    17,00-18,49

    18,50-24,99

    25,00-29,99

    30,00-39,99

    >40

    Kurus tingkat berat

    Kurus tingkat ringan

    Kurus ringan

    Normal

    Obesitas 1

    Obesitas 2

    Obesitas 3

    (Sumber: Menurut WHO dalam Setyo Wibowo, 2014)

    Obesitas dan hipertensi merupakan dua keadaan yang sering

    ditemukan bersama-sama, sehingga diperkirakan keduanya

  • 44

    mempunyai hubungan yang sangat erat dan mungkin mempunyai

    hubungan sebab akibat, tetapi sampai saat ini mekanisme terjadinya

    hipertensi pada obesitas masih belum jelas. Hasil analisis statistik

    bivariat dengan uji odds ratio diperoleh nilai OR=6,32 dengan nilai

    lower limit (LL)=3,64 dan upper limit (UL)=10,96. Karena nilai lower

    limit dan upper limit tidak mencakup nilai 1 dengan tingkat

    kepercayaan 95% dan didukung oleh nilai p value sebesar 0,000

    (0,000 < 0,05) maka dikatakan signifikan sehingga Ho ditolak dan Ha

    diterima. Interpretasi hasil analisis bivariat antara obeiatas dengan

    kejadian Hipertensi adalah responden dengan obesitas Hipertensi

    berisiko menderita Hipertensi sebesar 6,32 kali dibandingkan dengan

    responden yang tidak obesitas. (Ode Alifariki, 2015)

    9. Konsumsi Soft Drink

    Menurut Siregar (2009), minuman ringan disamping

    menggunakan pemanis minuman juga menggunakan pengawet

    makanan. Adanya pemanis berlebihan dapat juga menyebabkan

    kenaikan berat badan dan akan mempengaruhi penampilan seseorang,

    selain itu dapat juga menyebabkan berbagai penyakit degeneratif

    seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), jantung koroner dan diabetes

    melitus. Selain pemanis juga terdapat natrium benzoat, konsumsi

    natrium benzoat secara berlebih dapat menyebabkan kram perut dan

    kanker. Salah satu soft drink yang diminati di Indonesia adalah

    minuman berkarbonasi. Karbonasi merupakan efek penginjeksian gas

  • 45

    CO2 (karbondioksida) ke dalam minuman, sehingga memiliki

    penampakan bergelembung-gelembung yang menyuguhkan kesan

    segar. Komposisi soft drink (minuman berkarbonasi) sangat

    sederhana, yaitu terdiri atas 90% air. Sisanya kombinasi pemanis

    buatan, gas CO2, pencita rasa (esens), pewarna, asamfosfat, kafein,

    dan beberapa mineral terutama aluminium (Bilal, 2010)

    Pada penelitian yang dilakukan oleh Thawornchaisit di Thailand

    menemukan bahwa konsumsi minuman ringan (soft drink) lebih dari

    satu kali per minggu meningkatkan resiko hipertensi. Hal ini terjadi

    karena kandungan yang ada dalam minuman tersebut yaitu

    mengandung glukosa dan fruktosa yang akan meningkatkan tekanan

    darah sistolik maupun diastolik. Pada penelitian ini menunjukkan

    konsumsi minuman ringan (soft drink) memiliki resiko 1,34 kali

    mengalami hipertensi. (Thawornchaisit, 2017)

    2.2 Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ)

    Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) merupakan instrumen

    untuk mengukur aktivitas fisik yang dikembangkan oleh WHO. Kuesioner

    GPAQ terdiri dari 16 pertanyaan sederhana terkait dengan aktifitas sehari-hari

    yang dilakukan selama satu minggu terakhir dengan menggunakan indeks

    aktifitas fisik yang meliputi empat domain, yaitu aktivitas fisik saat bekerja,

    aktivitas perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, aktivitas rekreasi dan

  • 46

    aktivitas menetap (sedentary activity). GPAQ mengukur aktivitas fisik

    dengan mengklasifikasikan berdasarkan MET (Metabolic Equivalent).

    Berdasarkan penelitian Singh & Purothi (2013: 36) tingkat aktivitas

    fisik dinilai berdasarkan kriteria sebagai berikut:

    1. Tinggi: dalam 7 hari atau lebih dari aktivitas berjalan kaki, aktivitas

    dengan intensitas sedang maupun berat minimal mencapai 3000 MET

    menit per minggu

    2. Sedang: dalam 5 hari atau lebih dari aktivitas berjalan kaki, aktivitas

    dengan intensitas sedang maupun tinggi minimal mencapai 600 MET

    menit per minggu.

    3. Rendah: seseorang yang tidak memenuhi kriteria tinggi maupun sedang.

    Untuk mengetahui total aktivitas fisik digunakan rumus sebagai berikut:

    Setelah mendapatkan nilai total aktivitas fisik dalam satuan MET

    menit/minggu, responden dikategorikan ke dalam 3 tingkat aktivitas fisik

    yaitu aktivitas tingkat tinggi, sedang, dan rendah seperti pada tabel berikut:

    Tabel 2.3 Kategori Tingkat Aktivitas Fisik

    MET Kategori

    MET >= 3000

    3000 > MET >= 600

    600 < MET

    Tinggi

    Sedang

    Rendah

    Total Aktivitas Fisik MET menit/minggu = [(P2 x P3 x 8) + (P5 x

    P6 x 4) + (P8 x P9 x 4) + (P11 x P12 x 8) + (P14 x P15 x 4)]

  • 47

    Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan

    perhitungan deskriptif presentase, yaitu dengan cara mengadakan presentase

    dan penyebaran serta memberika