SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI DENGAN AROMATERAPI …repository.stikes-bhm.ac.id/207/1/45.pdfskripsi...
Transcript of SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI DENGAN AROMATERAPI …repository.stikes-bhm.ac.id/207/1/45.pdfskripsi...
SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI DENGAN AROMATERAPI
TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS
DISMENOREA PADA SISWI KELAS 8
SMPN 1 BENDO MAGETAN
Oleh :
ITA RULYANA MEGAWATI
NIM : 201302086
PRODI S1-KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
SKRIPSI
PENGARUH RELAKSASI DENGAN AROMATERAPI
TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS
DISMENOREA PADA SISWI KELAS 8
SMP N 1 BENDO MAGETAN
Diajukan Untuk Memenuhi
Salah Satu Persyaratan Dalam Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
ITA RULYANA MEGAWATI
NIM : 201302086
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
iii
iv
v
Lembar PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin.. Sujud syukur yang tiada terkira kusembahkan
kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat yang berlimpah serta kemudian
yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Lantunan Al-fatihah beriring
sholawat dan salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.
Aku persembahkan sebuah karyaku yang sederhana ini kepada orang yang
kusayangan :
Allah SWT yang telah memberikan petunjuk kelancaran dan kemudahan
dalam penyusunan skripsi ini.
Bapak dan Ibu yang kasih sayangnya tiada taranya. Yang tak mungkin
kubalas jasanya hanya dengan ucapan pada selembar kertas yang bertuliskan
kata cinta dan terima kasih ini, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan
tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua.
Bapak Muhidin, S.Kep.,Ns.,M.Kep dan Bapak Kuswanto,
S.kep.,Ns.,M.Kes yang telah membimbing dan mengajari saya serta Ibu
Sesaria Betty M, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku ketua dewan penguji. Tidak lupa
saya ucapkan terimakasih kepada Dosen Prodi S1 Keperawatan dan seluruh
dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun atas semua ilmu, didikan dan
bimbingan yang telah diberikan.
Terima kasih untuk teman-temanku semua angkatan 2013, khususnya Dika
Pujiati, Dwi Intan Permata Sari, Isti’anah Daarul Muflihah, Riki Kurniawan
dan Ari Cucuk Prastyo atas dukungan dan saran serta semangat yang selalu
meyakinkanku bahwa aku bisa melewati ini terima kasih.
vi
MOTTO
“JANGAN PERNAH ADA KATA PUTUS ASA TERUS
OPTIMIS BERDOA DAN SELALU BERUSAHA DALAM
MENGGAPAI SEBUAH MIMPI”
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ita Rulyana Megawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Magetan, 16 Juli 1995
Agama : Islam
Alamat : Ds. Setren RT/RW 09/04 Kec. Bendo
Kab. Magetan
No. Hp : 085608550416
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
2000-2001 : TK Dharma Wanita
2001-2007 : SD Negeri Carikan
2007-2010 : SMP Negeri 1 Bendo
2010-2013 : SMA Negeri 1 Sukomoro
2013-Sekarang : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Riwayat Pekerjaan : -
viii
ABSTRAK
PENGARUH RELAKSASI DENGAN AROMATERAPI TERHADAP
PERUBAHAN INTENSITAS DISMENOREA PADA SISWI KELAS 8 SMPN 1
BENDO MAGETAN
Ita Rulyana Megawati
201302086
Dismenorea merupakan keluhan yang sering dialami perempuan pada saat
menstruasi. Pada saat menstruasi terjadi peningkatan kadar prostaglandin yang
dapat menyebabkan nyeri saat haid (dismenorea). Dismenorea dapat diatasi
melalui dua cara yaitu secara farmakologi dan nonfarmakologi. Aromaterapi
merupakan salah satu cara nonfarmakologi untuk meringankan intensitas
dismenorea. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh relaksasi
dengan aromaterapi terhadap perubahan intensitas dismenorea pada siswi kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pra-Eksperimen dengan
menggunakan pendekatan One Group Pra – Prost test design. Sampel dalam
penelitian ini adalah siswi yang mengalami dismenorea sebanyak 17 responden
yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, uji yang
digunakan yaitu ujiPaired t Testdengantingkat kemaknaan α = 0.05.
Pada penelitian rata – rata intensitas dismenorea sebelum pemberian
intervensi 5.18 sedangkan sesudah pemberian intervensi 4.06. Berdasarkan dari
hasil analisis statistik di dapatkan ρ value = 0.000< α = 0.05, ini menunjukan
bahwa ada pengaruh relaksasi dengan aromaterapi terhadap perubahan intensitas
dismenorea pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan.
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
relaksasi dengan aromaterapi terhadap perubahan intensitas dismenorea pada
siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan. Saran bagi siswi diharapkan dapat
melakukan teknik relaksasi dengan aromaterapi yang merupakan salah satu cara
nonfarmakologi untuk mengurangi intensitas dismenorea. Dan saran bagi SMPN
1 Bendo Magetan dapat memfasilitasi aromaterapi dan ruang UKS yang nyaman
untuk pelaksanaan relaksasi dengan aromaterapi.
Kata Kunci : Dismenorea, Nyeri, Aromaterapi
ix
ABSTRACT
THE EFFECT OF RELAXATION WITH AROMA THERAPY AGAINTS THE
CHANGE OF DISMENOREA INTENSITY IN GRADE 8 STUDENTS AT BENDO
1 JUNIOR HIGH SCHOOL MAGETAN REGENCY
Ita Rulyana Megawati
201302086
Dysmenorrhoea is a common complaint women experience, during
menstruation. At the time of menstruation, increased levels of prostaglandins that
can cause pain during menstruation (dysmenorrhoea).Dysmenorrhoea can beover
come in two ways, pharmacologically and non pharmacologically. Aromatherapy
is a nonpharmacological method to relieve the intensity of dysmenorrhoea. The
purpose of this study to determined the effect of relaxation with aromatherapy
againts changes in the intensity of dysmenorrhea in grade 8 students Bendo 1
Junior High School Magetan Regency.
This research design was Pre-Experimental research using One Group
Pre-Post test design approach. The samples in this study were the students who
had dysmenorrhoea as many as 17 respondents were taken by using purposive
sampling technique, the test used was Paired t Test with significance level α =
0.05.
In this research the average intensity of dysmenorrhoea prior to the
intervention were 5.18 while after the intervention were 4.06. Based on the results
of statistical analysis obtained ρ value = 0.000 <α = 0.05, this showed that there
was a relaxation effect with aromatherapy againts changes in the intensity of
dysmenorrhea in 8 grade students Bendo 1 Junior High School Magetan Regency.
From the results of the above research can be concluded the influence of
aromatherapy on changes in the intensity of dysmenorrhea in grade 8 students
SMPN 1 Bendo Magetan. Suggestions for students are expected to perform
relaxation techniques with aromatherapy which is one way nonfarmakologi to
reduce the tendency of dysmenorrhoea. And suggestions for SMPN 1 Bendo
Magetan can support aromatherapy and comfortable UKS spaces for relaxation
with aromatherapy.
Keywords : Dismenorea, Pain, Aroma therapy
x
DAFTAR ISI
Sampul Depan ............................................................................................... i
Sampul Dalam ............................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ....................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ...................................................................................... iv
Pernyataan ..................................................................................................... v
Lembar Persembahan ..................................................................................... vi
Motto ............................................................................................................. vii
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... viii
Abstrak .......................................................................................................... ix
Abstrack.......................................................................................................... x
Daftar Isi......................................................................................................... xi
Daftar Tabel .................................................................................................. xv
Daftar Gambar ............................................................................................... xvi
Daftar Lampiran ............................................................................................ xvii
Daftar Istilah .................................................................................................. xviii
Daftar Singkatan ............................................................................................ xx
Kata Pengantar .............................................................................................. xxi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
1.5. Penelitian yang Terkait ............................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Dismenorea .......................................................... 9
2.1.1. Pengertian ......................................................................... 9
2.1.2. Gejala Dismenorea ............................................................ 10
2.1.3. Klasifikasi Dismenorea ..................................................... 12
xi
2.1.4. Penyebab Dismenorea ....................................................... 14
2.1.5. Faktor Resiko Dismenorea ................................................ 17
2.1.6. Penanganan Dismenorea ................................................... 19
2.2. Konsep Nyeri .............................................................................. 22
2.2.1. Pengertian ......................................................................... 22
2.2.2. Klasifikasi Nyeri ............................................................... 23
2.2.3. Fisiologi Nyeri .................................................................. 24
2.2.4. Penyebab Nyeri ................................................................. 25
2.2.5. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri .................................... 25
2.2.6. Sifat – sifat Nyeri .............................................................. 26
2.2.7. Dampak Nyeri ................................................................... 27
2.2.8. Respon Tubuh Terhadap Nyeri ......................................... 28
2.2.9. Intensitas Nyeri ................................................................. 30
2.2.10. Penatalaksanaan Nyeri ...................................................... 35
2.3. Konsep Dasar Aromaterapi ........................................................ 37
2.3.1. Pengertian ......................................................................... 37
2.3.2. Jenis Aromaterapi ............................................................. 38
2.3.3. Kelebihan dan Keunggulan Aromaterapi ......................... 41
2.3.4. Cara Kerja Aromaterapi .................................................... 41
2.3.5. Aplikasi Aromaterapi Agar Diserap Oleh Tubuh ............. 42
2.3.6. Aromaterapi Untuk Nyeri Haid ........................................ 43
2.3.7. Teknik Relaksasi Aromaterapi ......................................... 44
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep ........................................................................ 46
3.2. Hipotesis Penelitian .................................................................... 47
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian ................................................................. 48
4.2. Populasi dan Sampel .................................................................. 48
4.2.1. Populasi ............................................................................. 49
4.2.2. Sampel .............................................................................. 49
xii
4.3. Teknik Sampling ........................................................................ 51
4.4. Kerangka Kerja .......................................................................... 52
4.5. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional ............................... 53
4.5.1. Variabel Penelitian ............................................................ 53
4.5.2. Definisi Oprasional ........................................................... 53
4.6. Instrumen Penelitian ................................................................... 56
4.7. Lokasi dan Tempat Penelitian .................................................... 58
4.8. Prosedur Penelitian ..................................................................... 58
4.9. Pengolahan Data ......................................................................... 59
4.10. Teknik Analisis Data .................................................................. 62
4.10.1. Analisis Univariat................................................................. 62
4.10.2. Analisis Bivariat .................................................................. 63
4.10.3. Etika Penelitian ................................................................... 64
BAB 5 HASIL dan PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 68
5.2. Karakteristik Responden ............................................................ 70
5.3. Hasil Penelitian .......................................................................... 72
5.3.1. Intensitas Dismenorea Sebelum Dilakukan Relaksasi
dengan Aromaterapi pada Siswi Kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan ..................................................... 72
5.3.2. Intensitas Dismenorea Sebelum Dilakukan Relaksasi
dengan Aromaterapi pada Siswi Kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan ..................................................... 73
5.3.3. Pengaruh Relaksasi dengan Aromaterapi Terhadap
Perubahan Intensitas Dismenorea pada Siswi Kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan ..................................................... 73
5.4. Pembahasan ................................................................................ 75
5.4.1. Intensitas Dismenorea Sebelum Dilakukan Relaksasi
dengan Aromaterapi pada Siswi Kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan ..................................................... 75
5.4.2. Intensitas Dismenorea Sebelum Dilakukan Relaksasi
xiii
dengan Aromaterapi pada Siswi Kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan ..................................................... 78
5.4.3. Pengaruh Relaksasi dengan Aromaterapi Terhadap
Perubahan Intensitas Dismenorea pada Siswi Kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan ..................................................... 81
5.5. Keterbatasan Peneliti .................................................................. 84
BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN
6.1. Kesimpulan ................................................................................. 85
6.2. Saran ........................................................................................... 86
Daftar Pustaka ................................................................................................ 87
Lampiran – lampiran
xiv
Daftar Tabel
Tabel 4.1. Definisi Oprasional Pengaruh Relaksasi Dengan Aromaterapi
Terhadap PerubahanIntensitas Dismenorea pada Siswi
Kelas 8SMPN 1 Bendo Magetan .................................................... 54
Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Siswi Kelas
8 SMPN 1 Bendo Magetan .............................................................. 70
Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Hari Haid Siswi Kelas
8 SMPN 1 Bendo Magetan .............................................................. 70
Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Haid Siswi Kelas
8 SMPN 1 Bendo Magetan .............................................................. 71
Tabel 5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pertama Haid
(menarche) Siswi Kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan ...................... 71
Tabel 5.5 Intensitas Dismenorea Sebelum Dilakukan Relaksasi
dengan Aromaterapi pada Siswi Kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan ................................................................ 72
Tabel 5.6. Intensitas Dismenorea Sesudah Dilakukan Relaksasi
dengan Aromaterapi pada Siswi Kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan ................................................................. 73
Tabel 5.7. Pengaruh Relaksasi dengan Aromaterapi Terhadap
Perubahan Intensitas Dismenorea pada Siswi Kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan ................................................................ 74
xv
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Skala Analog Visual (VAS) .............................................. 31
Gambar 2.2. Skala Intensitas Nyeri Numerik 0 – 10 ............................. 33
Gambar 2.3 Skala Faces Pain Scale (FPRS) ......................................... 34
Gambar 2.4 Alat dan Bahan Aromaterapi ............................................ 44
Gambar 2.5 Penggunaan Aromaterapi ................................................. 44
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Pengaruh Relaksasi
dengan Aromaterapi Terhadap Perubahan
Intensitas Dismenorea pada Siswi
Kelas 8 SMP N 1 Bendo Magetan .................................... 46
Gambar 4.1Deasain Pra-eksperimen dengan
One Group Pra-Post Test Design ...................................... 48
Gambar 4.2Kerangka Kerja Pengaruh Relaksasi
dengan Aromaterapi Terhadap
Perubahan Intensitas Dismenorea
pada Siswi Kelas 8 SMP N 1 Bendo Magetan ................... 52
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Pengesahan Judul .................................................. 90
Lampiran 2 Surat ijin survey pendahuluan ............................................ 91
Lampiran 3 Surat ijin penelitian ............................................................. 92
Lampiran 4 Surat balasan ....................................................................... 93
Lampiran 5 Permohonan menjadi responden ......................................... 94
Lampiran 6 Inform consent .................................................................... 95
Lampiran 7 Penjelasan Penelitian ........................................................... 96
Lampiran 8 Lembar Pengukuran Skala Nyeri NRS Pretest .................... 97
Lampiran 9 Lembar Pengukuran Skala Nyeri NRS Posttest .................. 99
Lampiran 10 Standar Oprasional Prosedur Relaksasi Aromaterapi ........ 101
Lampiran 11 Tabulasi ............................................................................ 102
Lampiran 12 Hasil SPSS ........................................................................ 103
Lampiran 13 Lembar kosultasi .............................................................. 109
Lampiran 14 Lembar Revisi ................................................................... 111
Lampiran 15 Jadwal Kegiatan ................................................................ 114
Lampiran 16 Dokumentasi ..................................................................... 115
xvii
Daftar Istilah
Adenomyosis : Adanya Endometrium Selain Rahim
Adhesions :Pelekatan
Backache : Nyeri Punggung
Basil : Kemangi
Bay : daun salam
Cinnamon : Kayu Manis
Contraction : Penyusutan Atau Penciutan Cronic Pelvic Inflamatory : Penyakit Radang Panggul Menahun
Disease Dismenorea : Nyeri Haid
Dyspareunia :Nyeri Saat Bersenggama
Endometriosis Pelvis : Jaringan Endometrium yang Berada di Panggul
Excessive Fatigue : Kelelahan yang Sangat
Fatingue : Lelah
General Pelvic Pain : Nyeri Panggul Secara Umum
Hipoplasia Uterus : Perkembangan Rahim Yang Tak Lengkap
Imaturitas : Belum Mencapai Kematangan Intrauterine Contraceptive : Alat Kontasepsi Dalam Rahim
Iskemia Uterus : Penurunan Suplai Darah Ke Rahim Device
Leukotrine : Suatu Produk Pengubahan Metabolisme Asam
Arakidonat Malaise : Rasa Tidak Enak Badan
Median : Nilai Tengah
Mean : Rata – rata
Menarche : Haid Pertama Mioma Submukosa :Tumor Jinak Yang Terdiri Dari Jaringan Otot
Bertangkai
Mittelschmerz : Nyeri Saat Pertengahan Siklus Ovulasi
Myometrium : Otot Dinding Rahim Nausea : Mual
Obstruksi Kanalis Servikalis : Sumbatan Saluran Jalan Lahir Ovarian cysts : Kista Ovarium
Ovarium torsion : Sel Telur Terpuntir Atau Terpelintir Pelvic congestion syndrome :Gangguan Atau Sumbatan Di Panggul
Peritoneal Inflammation : Peradangan Lapisan Perut
Polip Endometrium : Tumor Jinak Di Endometrium Prostaglandin : Hormon Yang Berfungsi Memicu Kontraksi Otot
Rahim Untuk Mengeluarkan Darah Menstruasi Di
Dalam Rahim
Psychogenic pain : Nyeri Psikogenik
Respon Involunter : Tak Terkontrol
xviii
Retrofleksia Uterus : Kelainan Letak Arah Anatomis Rahim Smooth Muscle : Otot Polos
Uterine leiomyoma : Tumor Jinak Otot Rahim
Uterine Polyps :Tumor Jinak Di Rahim
Urtikaria : Biduran Vasoconstiction : Penyempitan Pembuluh Darah Vomiting : Muntah
xix
Daftar Singkatan
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
CATs : Complementery And Alternative Therapies
CNS : Central Nervus System
FPRS : Faces Pain Rating Scale
FSH : Folokel Stimulating Hormone
IASP : International Association for Study of Pain
IU(C)D : Intrauterine (Contraceptive) Device
LH : Luteinizing Hormone
NSAI : Non Steroid Anti Inflamasi
NRS : Numeric Rating Scale
VAS : Visual Analog Scale
xx
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan uji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Relaksasi dengan
Aromaterapi Terhadap Perubahan Intensitas Dismenorea pada siswi kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan”.
Adapun maksud penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan
dalam penyelesaian pendidikan sarjana keperawatan di Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun.
Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan
bantuan dari pihak. Oleh karena itu, penulis dengan setulus hati mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Jaini, M.M.Pd selaku kepala sekolah SMPN 1 Bendo Kabupaten Magetan
yang telah memberikan ijin untuk terlaksananya pengumpulan data hingga
selesai.
2. Hartini, S.Pd selaku bagian kesiswaan yang telah memberi bimbingan dan
bantuan kepada peneliti sehingga terlaksananya penelitian hingga selesai.
3. Zaenal Abidin, SKM.,M.Kes selaku Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun yang telah memberikan ijin, kesempatan dan pengarahan kepada
peneliti, sehingga skripsi ini terselesaikan.
4. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku KaProdi S1 Keperawatan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
5. Sesaria Betty M, S.Kep,.Ners,.M.Kes selaku dewan penguji yang telah
memberikan bimbingan, dorongan, motivasi, dan saran dengan sabar, tulus dan
ikhlas kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Muhidin,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, dorongan, motivasi, dan saran dengan sabar, tulus dan ikhlas
kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kuswanto,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, dorongan, motivasi, dan saran dengan sabar, tulus dan ikhlas
kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
xxi
8. Orang Tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan
semangat serta doa yang tulus untuk saya menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman program studi ilmu keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun angkatan 2013 atas kerja sama dan motivasinya.
10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkankan satu persatu atas
bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua siswi yang telah bersedia untuk menjadi responden dalam
penelitian ini.
Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
usulan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan
penelitian ini.
Madiun, Agustus 2017
Penulis
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa yang ditandai dengan terjadinya perubahan-
perubahan secara psikis dan pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Pada remaja
perempuan ditandai dengan kematangan organ-organ seksnya. Salah satu ciri yang
menandakan pubertas pada perempuan yaitu menstruasi. Menstruasi pertama kali
biasanya dialami oleh perempuan berusia sekitar 10 tahun, namun bisa juga lebih
dini ataupun lebih lambat. Terjadinya menstruasi sangatlah penting khususnya
bagi kesehatan reproduksi seorang perempuan. Dengan adanya menstruasi tidak
sedikit perempuan merasakan nyeri haid (dismenorea) (Najmi, 2011).
Prosentase dismenorea di dunia sangatlah besar. Rata- rata lebih dari 50%
perempuan disetiap negara mengalami dismenorea. Di Amerika angka
prosentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Walaupun pada umumnya
tidak berbahaya namun dapat menggangu aktivitas sehari-hari (Proferawati &
Misaroh, 2009). Tingginya angka kejadian dismenorea diasumsikan dari berbagai
gejala yang belum dilapokan. Banyak perempuan yang membeli obat sendiri dan
tidak berkunjung ke dokter. Dismenorea juga dapat menyebabkan seseorang tidak
bisa hadir dalam sekolah maupun bekerja. Selain itu dismenorea menyebabkan 14
persen siswa putri tidak masuk sekolah. Di Indonesia juga banyak perempuan
yang mengalami dismenorea tetapi tidak berkunjung atau berobat ke dokter. Rasa
malu ke dokter dan kecenderungan untuk meremehkan penyakit sering membuat
data penderita penyakit tertentu di Indonesia tidak dapat dipastikan secara mutlak.
2
Boleh dikatakan 90 persen perempuan Indonesia pernah mengalami
dismenorea. Dan jumlah penderita yang ada di lapangan selalu lebih banyak dari
laporan yang bisa diklaim oleh Dinas Kesehatan dan Instansi terkait (Anurogo &
Wulandari, 2011). Sedangkan di Jawa Timur sendiri angka kejadian dismenorea
sebesar 64,25% (Info sehat, 2010 dalam Nadliroh, 2013)
Dismenorea merupakan keluhan yang sering dialami perempuan rasa nyeri
ini dapat disebabkan oleh kontraksi otot perut yang terjadi secara terus menerus
saat mengeluarkan darah. Kontraksi yang sangat sering ini menyebabkan otot
menegang. Ketegangan otot tidak hanya terjadi pada otot perut, tetapi juga otot-
otot penunjang otot perut yang terdapat di bagian punggung bawah, pinggang,
panggul dan paha hingga betis. Hampir semua perempuan mengalami rasa tidak
nyaman selama dismenorea seperti tidak enak di perut bagian bawah dan biasanya
juga disertai mual, pusing bahkan pingsan sehingga memaksa penderita untuk
istirahat dan meniggalkan pekerjaan atau aktivitas rutinnya sehari-hari selama
beberapa jam atau bahkan beberapa hari. Para ahli membagi dismenorea menjadi
dua yaitu dismenorea primer dan sekunder. Dismenorea primer merupakan nyeri
haid yang dirasakan tanpa adanya kelainan pada alat reproduksi. Rasa nyeri
dimulai sejak haid yang pertama, dan bahkan ada sebagian perempuan yang selalu
merasakan nyeri setiap menstruasi. Sedangkan dismenorea sekunder adalah nyeri
saat haid yang disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kandungan (Najmi,
2011).
3
Banyak orang yang beranggapan tentang dismenorea nanti pasti akan
sembuh dengan sendirirnya. Padahal ada banyak aspek yang melatar belakangi
terjadinya nyeri haid ini dan harus ditangani secara bijaksana agar tidak
mengganggu kesehatan secara keseluruhan. Dismenorea merupakan hal yang
wajar di alami oleh seseorang yang mengalami menstruasi. Ada segolongan
perempuan yang dapat mengatasi serta menyembuhkan dismenorea dengan
mengkonsumsi obat-obatan secara berkala. Namun, karena sifat obat-obatan
tersebut sering kali hanya menghilangkan rasa nyeri maka penderita haid akan
mengalami ketergantungan obat dalam jangka panjang (Anurogo & Wulandari,
2011) . Salah satu cara nonfarmakologi menurunkan tingkat nyeri pada seseorang
yang mengalami dismenorea atau nyeri haid yaitu dengan relaksasi. Relaksasi
merupakan salah satu bagian dari terapi nonfarmakologis, yaitu Complementery
And Alternative Therapies (CATs) yang di kelompokkan dalam Mind-body and
spiritual terapies. Terapi relaksasi banyak digunakan dalam menangani nyeri dan
kecemasan karena tidak memiliki efek samping, mudah dalam pelaksanaannya,
tidak memerlukan waktu yang banyak serta relatif murah. Banyak jenis relaksasi
yang digunakan sebagai terapi nonfarmakologis antara lain terapi relaksasi Musik,
relaksasi Modifikasi dan relaksasi dengan Aromaterapi (Solehati & Kosasih,
2015).
Aromaterapi adalah metode yang menggunakan minyak essensial untuk
meningkatkan kesehatan fisik, emosi dan spiritual. Efek lainnya adalah
menurunkan nyeri dan kecemasan. Minyak essensial atau minyak astiri yang
bersifat menurunkan atau menghilangka nyeri salah satunya adalah lavender
4
(Solehati & Kosasih, 2015). Lavender ini akan meningkatkan gelombang alfa
dalam otak dan gelombang inilah yang akan membuat tubuh menjadi rileks dan
akan mengurangi rasa nyeri yang di rasakan (Sharma, 2009).
Aromaterapi juga dapat menurunkan tingkat nyeri pada seseorang yang
mengalami dismenorea menghilangkan rasa sakit saat menstruasi,sebab
aromaterapi juga dapat memberikan efek stimulasi, memberikan sensasi yang
menenangkan diri, otak, keseimbangan, stress yang dirasakan, relaksasi pada
pikiran dan fisik pada tubuh sehingga efek inilah yang dapat menurunkan nyeri
pada seseorang. Jika pikiran terasa tenang dan rileks maka akan tercipta suasana
yang nyaman, dan nyeri haid pun dapat berkurang (Najmi, 2011).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMPN 1
Bendo Magetan terhadap 15 orang siswi terdapat 2 siswi (13,3%) yang
mengatakan tidak mengalami dismenorea pada saat menstruasi dan 13siswi
(86,67%) sering mengalami dismenorea atau nyeri haid pada saat menstruasi. Dari
13 siswi ini mengatakan walaupun nyeri haid datang tetapi tetap masuk sekolah,
namun kurang konsentrasi mengikuti pelajaran dan ada juga yang harus ijin tidak
masuk sekolah atau istirahat di UKS. Dalam penangananya ada 3 siswi (23,07%)
yang mengatasi dismenorea dengan obat-obatan, 2 siswi (15,3%) mengatasi
dismenorea dengan minum jamu tetapi 8 siswi (61,53%) diantaranya
membiarkan nyeri haid dengan anggapan nyeri haid nanti akan hilang dengan
sendirinya.Sehingga di dapat bahwa masih banyak siswi yang belum paham
tentang bagaimana cara penaganan dismenorea terutama penanganan dengan cara
relaksasi aromaterapi. Selain itu di SMPN 1 Bendo juga belum pernah di jadikan
5
tempat penelitian tentang kesehatan maupun promosi kesehatan terutama tentang
dismenorea.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidak
sedikit siswi pada saat menstruasi mengalami dismenorea serta masih banyak
siswi yang belum paham tentang bagaimana cara mengatasi nyeri haid
(dismenorea) dan belum ada siswi yang mengerti ataupun paham tentang cara
penanganan dismenorea dengan relaksasi aromaterapi. Dengan demikian peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Relaksasi dengan
Aromaterapi Terhadap Perubahan Intensitas Dismenorea Pada Siswi kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui rumusan masalahnya
adalah “Adakah Pengaruh Relaksasi dengan Aromaterapi Terhadap Perubahan
Intensitas Dismenorea Pada Siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Relaksasi dengan Aromaterapi Terhadap
Perubahan Intensitas Dismenorea Pada Siswa kelas 8 SMPN 1 Bendo
Magetan.
6
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi intensitas dismenorea sebelum dilakukan
teknik relaksasi dengan aromaterapi pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo
Magetan.
2. Untuk mengidentifikasi intensitas dismenorea sesudah dilakukan
teknik relaksasi dengan aromaterapi pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo
Magetan.
3. Untuk menganalisis pengaruh relaksasi dengan aromaterapi terhadap
perubahan intensitas dismenorea pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo
Magetan.
1.4. Mafaat Penelitian
1. Bagi Institusi Tempat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan
tentang cara penanganan dismenorea khususnya siswi kelas 8 SMPN 1
Bendo Magetan.
2. Bagi Peneliti
Adanya penelitian ini agar dapat menambah wawasan dalam melakukan
penelitian tentang penanganan dalam mengatasi dismenorea.
3. Bagi Institusi Pendidikan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Diharapkan hasil penelitian ini mampu menjadi refrensi dan mampu
mengembangkan teori keperawatan khususnya dalam keperawatan
maternitas.
7
1.5. Penelitian yang Terkait
Ada beberapa penelitian terkait dengan masalah ini diantaranya :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Argi Virgona Bangun & Susi Nur‟aeni tahun
2013 tentang pengaruh aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pada
pasien pasca operasi di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Penelitian ini
menggunakan desain pre-eksperimental dengan bentuk rancangan one group
pretest-posttest design selama Januari - April 2013 dengan sampel yang
dipilih secara purposive sampling. Analisa data dengan uji paired t-test,
dengan hasil ada perbedaan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah
diberikan aromaterapi lavender dengan nilai p value 0,001, p value < α (α =
0,05). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan
terletak pada variabel yang digunakan. Pada penelitian ini menggunakan
variabel aromaterapi lavender dan intensitas nyeri pasien pasca operasi,
sedangakan variabel pada penelitian peneliti menggunakan variabel relaksasi
dengan aromaterapi dan perubahan intensitas dismenorea.
2. Penelitian yang dilakukan olehTrie Wahyu Agustina & Suri Salmiyati tahun
2016 tentang pengaruh pemberian effleurage massage aromatherapy jasmine
terhadap tingkat dismenorea pada mahasiswi keperawatan semester IV di
Universitas „Aisyiyah Yogyakarta dengan. Desain penelitian menggunakan
rancangan pre eksperimen dengan metode one group pretest-posttest.
Pengambilan sampel purposive sampling. Dan uji normalitas data
menggunakan Shapiro wilk, analisa statistik menggunakan paired t-test. hasil
uji statistik dengan menggunakan paired t-test, diperoleh asymp sig (2-tailed)
8
0,000 < 0,05, sehingga terdapat pengaruh pemberian effleurage massage
aromatherapy jasmine terhadap tingkat dismenorea. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang peniliti lakukan terletak pada variabel bebas atau
variabel independen, variabel independen pada penelitian ini adalah
pemberian effleurage massage aromatherapy jasmine, sedangkan variabel
independen pada penelitian peneliti adalah relaksasi dengan aromaterapi.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Dismenorea
2.1.1. Pengertian
Haid adalah pengeluaran darah dan sel – sel tubuh dari vagina yang berasal dari
dinding rahim perempuan secara periodik. Haid merupakan siklus alami yang
terjadi secara reguler untuk mempersiapkan tubuh perempuan setiap bulannya
terhadap kehamilan. Siklus ini melibatkan beberapa tahapan yang dikendalikan
oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus. Hipotalamus
mengalami relezing/inhibiting faktor yang mempengaruhi hipofisis, sehingga
hipofisis menghasilkan hormon Gonadotropin. Hormon Gonadotropin ini
mengeluarkan FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang menyebabkan beberapa
folikel primer berkembang dalam ovarium. Folikel primer ini berkembang
menjadi folikel de graff yang menghasilkan estrogen. Estrogen kemudian
menekan FSH sehingga hormon Gonadotropin menghasilkan hormon kedua yaitu
LH (Luteunizing Hormone). Selain itu estrogen mempunyai pengaruh terhadap
endometrium yang menyebabkan endometrium menebal (masa proliferasi). Di
bawah pengaruh LH folikel de graff menjadi lebih matang, mendekati permukaan
ovarium dan terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terbentuk korpus rubrum (berwarna
merah) yang akan menjadi korpus luteum (berwarna kuning). Korpus luteum
menghasilkan hormon progesteron. Hormon progesteron mempunyai pengaruh
terhadap endometrium yang telah berpoliferasi. Bila tidak ada pembuahan korpus
10
luteum akan mengalami degenerasi yang menyebabkan kadar estrogen dan
progesteron menurun, sehingga menyebabkan degenerasi serta perdarahan dan
pelepasan endometrium yang nekrotik yang disebut dengan menstruasi (Sukarni &
Wahyu,2013).
Pada saat menstruasi tidak jarang perempuan yang mengalami nyeri haid
(dismenorea). Secara bahasa dismenorea berasal dari kata dys yang berarti sulit,
nyeri, abnormal ; meno yang berarti bulan dan rrhea yang berarti aliran/arus.
Dengan demikian dismenorea dapat diartikan sebagai aliran menstruasi yang sulit
atau menstruasi yang sulit.
Kusmiran (2011) dismenorea adalah nyeri pada daerah panggul akibat
menstruasi dan produksi zat prostaglandin yang dimulai 24 jam sebelum maupun
saat haid datang, berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid. Setelah itu
rasa nyeri tadi akan hilang. Widyastuti, Rahmawati & Purnamaningrum (2009)
dismenorea adalah nyeri saat haid yang biasanya dengan rasa kram dan terpusat di
abdomen bawah. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa dismenorea adalah nyeri haid yang dirasakan saat menstruasi yang
berlangsung sampai 12 jam pertama.
2.1.2. Gejala Dismenorea
Gejala – gejala dismenorea menurut Anurogo & Wulandari(2011) :
1. Fatingue (lelah) dan Malaise (rasa tidak enak badan)
Karena pada saat menstruasi terjadi fluktuasi kadar hormon dan
menyebabkan kadar energi menurun.
11
2. Nausea (Mual) dan Vomiting (Muntah)
Karena terjadi fluktuasi kadar hormon reproduksi, terutama estrogen dan
terjadi pengumpulan cairan dalam volume yang relatif banyak di rongga
perut.
3. Gangguan Pencernaan
Karena kadar prostaglandin yang berlebihan bisa menyebabkan kram rahim
dan rasa tidak nyaman. Kadar prostaglandin yang tinggi ini menyebabkan
peningkatan kontraksi dan mortilitas otot polos pada saluran pencernaan
yang bisa menyebabkan diare, sembelit, perut kembung dan gangguan
pencernaan lainnya.
4. Nyeri punggung
Disebabkan karena peningkatan hormon prostaglandin menjelang
menstruasi. Prostaglandin adalah hormon yang berfungsi memicu
kontraksi otot rahim untuk mengeluarkan darah menstruasi di dalam
rahim. Karena peningkatan relatif tinggi menyebabkan otot tubuh yang
lain berkontraksi sehingga terjadi ketegangan otot pada bagian tubuh lain
termasuk otot punggung bagian bawah.
5. Sakit Kepala
Karena pada saat wanita mengalami menstruasi kadar hormon estrogen
menurun sehingga memicu terjadinya sakit kepala.
12
2.1.3. Klasifikasi Dismenorea
Klasifikasi dismenorea dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-
alat genital yang nyata. Dismenorea primer biasanya terjadi dalam 6-12 bulan
pertama setelah haid pertama, segera setelah siklus ovulasi teratur ditentukan.
Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas melepaskan
prostaglandin. Prostaglandin merangsang otot uterus (rahim) dan
mempengaruhi pembuluh darah dan biasanya digunakan untuk menginduksi
aborsi atau kelahiran yang menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai
darah ke rahim) melalui kontraksi myometrium (otot dinding rahim) dan
vasoconstiction (penyempitan pembuluh darah). Peningkatan kadar
prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid pada perempuan yang
mengalami dismenorea berat. Kadar ini memang meningkat terutama selama
dua hari pertama haid. Vasopressin (disebut juga dengan antideuretic
hormone, suatu hormon yang diekresikan oleh lobus posterior kelenjar pituitari
yang menyempitkan pembuluh darah, dan mengurangi pengeluaran excretion =
air seni) juga memeiliki peran yang sama (Anurogo& Wulandari, 2011).
Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan endometrium
perempuan dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri.
Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak tiga kali lipat terjadi pada
fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama haid.
Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti penurunan
13
progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan peningkatan tonus
miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan (Anurogo& Wulandari
,2011).
Ciri – ciri dismenorea primer (Proverawati & Misaroh, 2009) :
a. Terjadi beberapa waktu atau 6 – 12 bulan sejak haid pertama (menarche)
b. Rasa nyeri timbul sebelum haid, atau di awal haid. Berlangsung beberapa
jam namun adakalanya beberapa hari
c. Datangnya nyeri : hilang timbul, menusuk-nusuk. Pada umumnya di
perut bagian bawah, kadang menyebar ke sekitarnya (pinggang, paha
depan)
d. Adakalanya disertai mual, muntah, sakit kepala dan diare.
2. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama, tetapi
yang paling sering muncul di usia 20 – 30 tahunan, setelah tahun – tahun
normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat berperan
pada dismenorea sekunder. Namum, penyakit pelvis yang menyertai haruslah
ada. Penyebab yang umum, di antaranya termasuk endometriosis (kejadian di
mana jaringan endometrium berada di luar rahim, dapat ditandai dengan nyeri
haid), adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive), polip endometrium
(tumor jinak di endometrium), cronic pelvic inflamatory disease (penyakit
radang panggul menahun), dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IU(C)D
[Intrauterine (Contraceptive) Device](Anurogo & Wulandari, 2011).
14
2.1.4. Penyebab Dismenorea
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi disritmik miometrium
yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai
berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha
(Anurogo& Wulandari, 2011). Penyebab pasti dismenorea belum diketahui secara
pasti (idiopatik), namun beberapa faktor ditengarai sebagai faktor pemicu
terjadinya dismenorea diantaranya : Faktor psikis, para perempuan yang emosinya
tidak stabil lebih mudah mengalami nyeri haid. Faktor endokrin, terjadinya nyeri
haid diduga karena kontraksi rahim (uterus) yang berlebihan. Faktor
prostaglandin, nyeri haid timbul karena peningkatan produksi prostaglandin (oleh
dinding rahim) saat haid (Proferawati & Misaroh, 2009).
Selain itu penyebab dismenorea berdasarkan klasifikasinya antara lain
(Anurogo& Wulandari, 2011) :
1. Penyebab dismenorea primer
a. Faktor endokrin. Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus
luteum. Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontaktilitas
uterus sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Di
sisi lain, endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2
sehingga menyababkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin
yang berlebihan memasukin peredaran darah maka selain dismenorea
dijumpai efek lainnya seperti nausea (mual), muntah, diare, flusing
(respon involunter (tak terkontrol) dari sistem saraf yang memicu
pelebaran pembuluh kapiler kulit, dapat berupa kemerahan atau sensasi
15
panas). Maka jelaslah kadar prostaglandin memegang peranan penting
dalam timbulnya dismenorea primer.
b. Kelainan organik, seperti retrofleksia uterus (kelainan letak arah anatomis
rahim), hipoplasia uterus (perkembangan rahim yang tak lengkap),
obstruksi kanalis servikalis (sumbatan saluran jalan lahir), mioma
submukosa bertangkai (tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot) , dan
polip endometrium.
c. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis, seperti rasa bersalah, ketakuatan
seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik dengan masalah
jenis kelaminnya, dan imaturitas (belum mencapai kematangan).
d. Faktor konstitusi, seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat
mempengaruhi timbulnya dismenorea.
e. Faktor alergi. Penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset,ada
hubungan antara dismenorea dengan urtikaria (biduran), migran, dan
asma.
2. Penyebab Dismenorea Sekunder
a. Intrauterine contraceptive device (alat kontasepsi dalam rahim)
b. Adenomyosis (adanya endometrium selain rahim)
c. Uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot),
terutama mioma submukosum (bentuk mioma uteri)
d. Uterine polyps (tumor jinak di rahim)
e. Adhesions (pelekatan)
16
f. Stenosis atau striktur serviks, striktur kanalis servikalis, varikosis pelvik,
dan adanya AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
g. Ovarian cysts (kista ovarium)
h. Ovarium torsion (sel telur terpuntir atau terpelintir)
i. Pelvic congestion syndrome (gangguan atau sumbatan di panggul)
j. Uterine leiomyoma (tumor jinak otot rahim)
k. Mittelschmerz (nyeri saat pertengahan siklus ovulasi)
l. Psychogenic pain (nyeri psikogenik)
m. Endometriosis pelvis (jaringan endometrium yang berada di panggul)
n. Penyakit radang panggul kronis
o. Tumor ovarium, polip endometrium
p. Kelainan letak uterus seperti retrofleksi, hiperantefleksi, dan retrofleksi
terfiksasi
q. Faktor psikis, seperti takut tidak punya anak, konflik dengan pasangan,
gangguan libido
r. Allen- Masters syndrome (kerusakan lapisan otot di panggul sehingga
pergerakan serviks (leher rahim) meningkat abnormal). Sindrom Master
allen ditandai dengan : nyeri perut bagian bawah yang akut, nyeri saat
bersenggama(dyspareunia), kelelahan yang sangat (excessive fatigue),
nyeri panggul secara umum (general pelvic pain), dan nyeri punggung
(backache). Selain itu, dokter juga menjumpai menjumpai adanya tanda –
tanda peradangan di lapisan perut (peritoneal inflammation).
17
2.1.5. Faktor Resiko Dismenorea
Faktor resiko dismenorea menurut klasifikasinya (Anurogo& Wulandari ,2011) :
1. Faktor Resiko Dismenorea Primer
a. Usia saat haid pertama kurang dari 12 tahun
Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat – alat reproduksi
belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahan-
perubahan sehingga timbul nyeri saat haid.
b. Belum pernah hamil dan melahirkan
Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan dengan
saraf yang menyebabkan adrenalin mengalami perubahan, serta
menyebabkan leher rahim melebar sehingga sensasi nyeri haid berkurang
maupun hilang.
c. Haid memanjang atau dalam waktu lama
Lama haid lebih dari normal (7 hari), haid menyebabkan adanya
kontraksi uterus, terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering
berkontraksi, dan semakin banyak prostaglandin yang berlebihan
menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang terus menerus
menyebabkan suplai darah ke uterus terhenti dan menyebabkan
dismenorea.
d. Merokok
Karena di dalam asap rokok terkandung racun-racun yang berbahaya bagi
sistem reproduksi. Racun – racun yang mengendap di dalam tubuh dan
tidak dapat keluar dari tubuh akan bersifat toksik pada organ tubuh
18
manusia salah satunya akan mempengaruhi keseimbangan hormon.
Sedangkan pada wanita yang sedang dalam proses ovulasi dan menstruasi
bergantung pada keseimbangan hormon estrogen dan hormon
progesteron. Dengan terganggunya keseimbangan kedua hormon tersebut
maka menghambat terjadinya ovulasi (pematangan sel telur) dan dengan
terhambatnya pematangan sel telur ini maka terhambat pula terjadinya
pembuahan jika ada sperma yang datang untuk membuahinya. Serta
mengahambat terjadinya peluruhan endometrium atau yang disebut
dengan haid.
e. Tidak pernah berolahraga
Kejadian dismenorea akan meningkat dengan kurangnya aktivitas selama
haid dan kurang berolah raga. Hal ini dapat menyebabkan sirkulasi darah
dan oksigen menurun. Dampak dari uterus adalah sirkulasi oksigen dan
aliran darah berkurang dan menyebabkan nyeri.
2. Faktor Resiko Dismenorea Sekunder :
a. Endometriosis
Radang yang terkait dengan hormon estrogen berupa pertumbuhan
jaringan endometrium yang disertai perambatan pembuluh darah,
hingga menonjol keluar dari rahim.
b. Adenomyosis
Suatu kondisi dimana jaringan endometrium, tumbuh ke dalam otot
rahim. Kondisi terdebut paling mungkin terjadi pada akhir masa subur
dan setelah memiliki anak.
19
c. IUD
Sebuah alat kontrasepsi berupa kumparan kecil panjangnya 3 cm di
masukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Seorang
perempuan yang memasang IUD namun hamil harus melakukan USG
karena kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih tinggi.
d. Pelvic Inflamatory Disease (Penyakit Radang Panggul)
Peradangan atau infeksi pada organ – organ yang terdapat pada panggul
wanita. Organ panggul termasuk uterus (rahim, tuba falopi (saluran
telur), indung telur, dan leher rahim.
e. Endometrial Carcinoma (kanker endometrium)
Jaringan atau selaput leher rahim yang tumbuh di luar rahim. Padahal
seharusnya jaringan endometrium melapisi leher rahim.
f. Ovarian Cysts (kista ovarium)
Tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan atau setengah
cairan yang tumbuh dalam indung telur (ovarium).
2.1.6. Penanganan Dismenorea
Untuk menantisipasi nyeri haid, ada beberapa terapi yang dapat dilakukan
antara lain terapi anti prostaglandin, terapi hormonal, terapi bahan alami, dan pola
hidup yang sehat. Para wanita yang terbiasa mengalami nyeri haid pada umumnya
sudah mengetahui tindakan awal ketika nyeri haid datang. Hal terpenting yang
harus diingat adalah pemahaman bahwa dismenorea primer tidak berbahaya.
Obat-obatan yang biasanya digunakan untuk nyeri haid antara lain : pereda nyeri
(analgesik) golongan Non Steroid Anti Inflamasi (NSAI) misalnya : paracetamol
20
atau asetamonofen(Sumagesic, Panadol, dll), asam mefenamat (Ponstelax,
Nichostan, dll), Ibuprofen (Ribunal, Ostarin, dll), dan obat-obatan pereda nyeri
lainnya (Proferawati & Misaroh, 2009).
Obat hormonal, pengobatan dengan obat hormonal ditujukan untuk
menekankan ovulasi dan penggunaannya harus atas saran dokter. Selain itu, jika
nyeri dirasakan sangat mengganggu sebaiknya istirahat dan kompres dengan air
hangat untuk mengurangi nyeri. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan mulai
dari hal yang sederhana, pemakian obat-obatan hingga terapi hormonal. Ada
beberapa cara untuk mencegah nyeri saat haid antara lain : hindari olahraga berat
selama menstruasi, hindari konsumsi alkohol, kopi dan juga coklat karena dapat
meningkatkan kadar estrogen yang nanti dapat memicu lepasnya prostaglandin.
Hindari juga maknan bersuhu dingin misalnya es cream. Konsumsi vitamin E,
vitamin B6, atau minyak ikan. Konsumsi sayur dan buah-buahan serta makanan
rendah lemak (Proferawati & Misaroh, 2009).
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi sakit perut saat
menstruasi yaitu kompres dengan potol panas (hangat) tepat pada bagian yang
terasa kram (bisa di perut atau pinggang bagian belakang). Mandi air hangat,
boleh juga menggunakan aroma terapi untuk menenangkan diri. Minum minuman
hangat yang mengandung kalsium tinggi. Menggosok-gosok bagian perut atau
pinggang yang sakit. Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke
bawah. Ini bisa membantu relaksasi. Tarik nafas dalam – dalam secara perlahan
untuk relaksasi (Proferawati & Misaroh, 2009).
21
Obat-obatan yang digunakan harus atas pengawasan dokter. Boleh minum
analgesik (penghilang rasa sakit) yang banyak dijual di toko obat terutama yang
mengandung asam mefenamat, ibuprofen, diclofenac sodium atau naproxenen
dalam komposisi obat, asal dosisnya tidak lebih dari 3 kali sehari. Apabila
penggunaan obat- obatan analgesik tidak berhasil maka dapat dilakukan terapi
hormonal sesuai anjuran dokter. Bila keluhan nyeri dapat hilang dengan cara
sederhana maka hal itu jauh kebih baik dari penggunaan obat-obatan akan
menimbulkan ketergantungan terhadap efek penghilang nyeri dan dapat
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Prinsip terapi pada nyeri saat
haid primer sama dengan sekunder, akan tetapi lebih baik bila berkonsultasi
langsung pada dokter spesialis kandungan untuk penanganan lebih lanjut
(Proferawati & Misaroh, 2009).
Selain itu terapi bahan alami, kebanyakan trend di dunia pun telah kembali
ke alam (back to natural). Jadi tidak mengherankan jika semakin banyak asupan
asupan berbahan alami ataupun herbal ditawarkan sebagai obat atau minuman
pengurang nyeri menstruasi antara lain dalam Proferawati & Misaroh (2009) :
1. Latihan aerobik, seperti berjalan kaki ataupun bersepeda karena akan
memblok rasa nyeri.
2. Pakai kompres hangat atau dingin pada daerah perut jika terasa nyeri
3. Latihan relaksasi
4. Hipnoterapi
5. Akupuntur
22
2.2. Konsep Dasar Nyeri
2.2.1. Pengertian
Definisi nyeri yang dikutip dari Brunner & Sudarth (2002) dalam
Keperawatan Medikal Bedah mengatakan, nyeri adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang
dibandingkan suatu penyakit manapun. Nyeri adalah pangalaman sensor dan
emosional yang tidak menyenangkan dan bersifat sangat subjektif. Sebab,
perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingaktannya. Dan
hanya pada orang tersebutlah, yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa
nyeri yang dialami. Menurut International Association for Study of Pain (IASP),
nyeri adalah sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang
dapat dikaitkan dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (Brunner & Suddarth, 2002).
Semua individu mengalami nyeri pada beberapa tempat selama kehidupan
mereka. Meskipun nyeri biasanya dialami sebagai ketidaknyamanan dan
ketidakinginan, nyeri juga memberi peran perlindungan, memberi peringatan
terhadap kondisi yang mengancam kesehatan. Nyeri merupakan pengalaman
pribadi dan nyata yang dipengaruhi faktor fisiologis, psikologis, kognitif,
sosiokultural, dan spiritual. Nyeri merupakan gejala yang paling dikaitkan dan
alasan paling umum untuk mencari layanan kesehatan. Meskipun terdapat banyak
definisi dari nyeri tetapi hanya satu yang relevan tentang nyeri yaitu “apa pun
yang dialami individu sebagai nyeri adalah nyeri yang benar terjadi, dan kapan
23
pun individu mengatakan nyeri artinya benar adanya (LeMone, Buke & Bauldoff,
2016).
2.2.2. Klasifikasi Nyeri
1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah suatu nyeri yang dapat dikenali suatu penyebabnya,
waktunya pendek, dan diikuti oleh peningkatan tegangan otor, serta
kecemasa. Ketegangan dan kecemasan tersebut dapat meningkatkan nyeri
(Solehati & Kosasih, 2015).
Nyeri akut biasanya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera
spesifik. Nyeri akut mengidentifikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah
terjadi. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik,
nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri
akut ini umumnya terjadi kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri
akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik
hingga enam bulan. Cidera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat
sembuh secara spontan atau dapat memerlukan pengobatan (Brunner &
Suddarth, 2002).
2. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah suatu nyeri yang tidak dapat di kenali dengan jelas
penyebabnya. Nyeri kronik biasanya dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang.
Nyeri kronis biasanya terjadi dalam rentang waktu > 6 bulan (Solehati &
Kosasih, 2015).
24
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau interminten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu
penyembuahan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan
penyebab atau cedera fisik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang
ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri
ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting
bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya
menjadi masalah dengan sendirinya. Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai
nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih, meskipun enam bulan
merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk dapat membedakan
antara nyeri akut dan nyeri kronis (Brunner & Suddarth, 2002).
2.2.3. Fisiologis Nyeri
Munculnya nyeri erat kaitannya dengan reseptor. Reseptor nyeri adalah
organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan nyeri. Organ tubuh yang
berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
merespon hanya terhadap stimulasi kuat yang secara potensial merusak. Resptor
nyeri sering disebut juga nosireseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri
(nosireseptor) ada yang ber-meilien dan ada juga yang tidak ber-meilien dari
saraf perifer yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada organ
viseral,persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor dapat
memberikan respons akibat adanya stimulus (Triyana, 2013).
25
2.2.4. Penyebab Nyeri
Solehati & Kosasih (2015) mengatakan nyeri terjadi karena adanya stimulus nyeri,
antara lain:
1. Fisik (termal, meknik, elektrik)
2. Kimia
Apabila ada kerusakan pada jaringan akibat adanya kontinuitas jaringan
yang terputus maka histamin, bradikinin, serotonin dan prostaglandin akan
diproduksi oleh tubuh. Zat-zat kimia ini akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri
ini diteruskan ke Central Nervus System (CNS) untuk kemudian ditransmisikan
pada serabut tipe C yang menghasilkan sensasi seperti terbakar atau serabut tipe A
yang menghasilkan nyeri, seperti tertusuk (Solehati & Kosasih, 2015).
2.2.5. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Faktor yang mempengaruhi nyeri dalam Solehati & Kosasih (2015) :
1. Lingkungan
Lingkungan akan mempengaruhi persepsi nyeri. Lingkungan yang ribut
dan terang akan meningkatkan intensitas nyeri.
2. Keadaan Umum
Kondisi fisik yang menurun misalnya kelelahan dan kurangnya asupan
nutrisi dapat meningkatkan intensitas nyeri yang dirasakan seseorang.
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor penting dalam merespon adanya nyeri.
Dalam suatu studi mengatakan bahwa laki-laki kurang meraskan nyeri di
banding dengan perempuan.
26
4. Status Emosi
Status Emosi sangat memegang peranan penting dalam persepsi rasa nyeri
karena akan meningkatkan persepsi dan membuat impuls rasa nyeri lebih
cepat disampaikan. Status emosi yang sangat mempengaruhi persepsi nyeri
pada seseorang antara lain : kecemasan, ketakutan, dan kekhawatiran.
5. Usia
Persepsi nyeri dipengaruhi oleh usia seseorang karena semakin bertambah
usia maka semakin mentoleransi rasa nyeri yang timbul. Kemampuan
untuk memahami dan mengontrol nyeri sering berkembang dengan
bertambahnya usia.
6. Reaksi Terhadap Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri,
seperti ketakutan, gelisah,cemas, mengangis, dan menjerit.
2.2.6. Sifat – Sifat Nyeri
Sifat – sifat nyeri menurut (Triyana, 2013) :
a. Nyeri menyebabkan kelelahan dan membutuhkan banyak energi
b. Nyeri bersifat subjektif dan individual
c. Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
d. Pasien hanya dapat menkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan
fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan seseorang
e. Hanya seseorang yang mengetahui saat nyeri timbul dan rasanya.
f. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis
g. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan
27
h. Nyeri mengawali ketidakmampuan
i. Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri yang
jadi tidak optimal
2.2.7. Dampak Nyeri
Setiap nyeri akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman pada
seseorang. Apabila nyeri tidak langsung diatasi secara adekuat akan menyebabkan
efek yang membahayakan, seperti akan mempengaruh kegiatan sehari-hari
seseorang dan mengharuskan seseorang tidak absen untuk tidak bekerja atau pun
masuk sekolah (Solehati & Kosasih, 2015).
Nyeri akut, tanpa melihat sifat, pola atau penyebab nyeri, nyeri yang tidak
diatasi secara adekuat mempuyai efek yang membahayakan diluar
ketidaknyamanan yang disebabkannya. Selain merasakan ketidaknyamanan dan
mengganggu, nyeri akut yang tidak reda dapat mempengaruhi sistem pulmonari,
kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, dan immunologik. Nyeri kronik, sama
seperti halnya nyeri akut yang mempunyai efek negatif, nyeri kronis juga
mempunyai efek yang merugikan. Supresi fungsi imun yang berkaitan dengan
nyeri kronis dapat meningkatkan pertumbuhan tumor. Nyeri kronis juga
mengakibatkan depresi dan ketidakmampuan. Ketidakmampuan ini dapat
membatasi keikutsertaan dalam beraktivitas fisik serta sampai tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan pribadi seperti berpakaian atau makan (Brunner &
Suddarth, 2002).
Nyeri akut juga memberikan tujuan yang jelas yaitu memperingatkan
jaringan yang cidera pada tubuh. Meskipun menyertai penyakit tetrentu.
28
Sedangkan nyeri kronis sering tidak memberikan tujuan yang bermanfaat.
Respons fisiologis dari nyeri meluas melebihi spasme otot dan respons fight or
flight (peningkatan tekanan darah, frekuensi jantung dan curah jantung serta
penurunan mortilitas lambung dan usus), dan dapat mengalami efek yang
merugikan pada kesehatan seseorang. Nyeri dapat mengganggu kualitas dan
kuantitas tidur sehingga dapat menyebabkan keletihan dan kemungkinan
disorientasi. Metabolisme dan kebutuhan oksigen miokardium meningkat.
Katabolisme (pemecahan jaringan dalam tubuh) meningkat, dan penyembuhan
terganggu. Fungsi imun tertekan meningkatkan resiko infeksi (LeMone, Buke &
Bauldoff, 2016).
2.2.8. Respon Tubuh Terhadap Nyeri
Pengaruh nyeri pada tubuh akan menimbulkan respon fisik dan respon
tingkah laku. Untuk mengetahuinya harus dilakukan pemeriksaan fisik. Menurut
Kozier (1996) dalam Solehati & Kosasih (2015) hasil pemeriksaan fisik diperoleh:
1. Respons Fisik
Respon fisik terhadap nyeri sangat bervariasi antara nyeri akut dan
nyeri kronis. Rasa nyeri akut akan menstimulasi sistem saraf simpatis sehingga
akan menimbulkan peningkatan tekanan darah, denyut nadi, irama pernafasan,
pucat, banyak keringat, serta dilatasi pupil dan kulit terasa dingin dan lembab.
Nyeri kronik akan merangsang sistem saraf parasimpatis yang akan
mengakibatkan penurunan tekanan darah, denyut nadi, irama pernapasan,
kontraksi pupil, kulit kering dan terasa panas atau hangat. Perubahan wajah
29
yang dapat diamati yaitu menutup gigi atau mengerutkan geraham,
menyeringai atau mengernyitkan dahi dan menggigit bibir.
2. Respon Tingkah Laku
Perubahan perilaku dari seseorang yang mengalami nyeri antara lain :
a) Manangis atau merintih
b) Gelisah
c) Banyak bergerak atau tidak tenang
d) Tidak konsentrasi
e) Insomnia
f) Memeganggi bagian yang terasa nyeri
Selain respon tubuh terhadap nyeri diatas ada beberapa respon nyeri menurut
Potter & Perry (2006):
1. Vokalisasi
a. Sesak nafas
b. Mendengkur
c. Mengaduh
2. Ekspresi Wajah
a. Meringis
b. Mengernyitkan Dahi
c. Menutup mata atau mulut dengan rapat atau membuka mata dan mulut
dengan lebar
d. Menggigit bibir
30
3. Gerakan Tubuh
a. Imobilisasi
b. Ketegangan otot
c. Peningkatan gerakan jari dan tangan
d. Gerakan melindungi atau memegangi daerah yang terasa nyeri
4. Interaksi sosial
a. Menghindari percakapan
b. Menghindari kontak sosial
c. Penurunan rentang pengelihatan
2.2.9. Intensitas Nyeri
Seseorang yang mengalami nyeri merupakan penilaian terbaik dari nyeri
yang dirasakan. Oleh karena itu, seseorang yang merasakan nyeri harus diminta
untuk menggambarkan nyeri individual dalam beberapa cara, di antaranya
seseorang diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal atau Visual
Analog Scale (VAS). Umumnya untuk mengukur intensitas nyeri digunakan skala
rentang 0-10. Dimana, 0 : tidak ada nyeri, 1-2 : nyeri ringan, 3-4 : nyeri sedang, 5-
6 : nyeri berat, 7-8 : nyeri sangat berat, 9-10 : nyeri buruk sampai tidak
tertahankan. Adapun skala intensitas nyeri dalam Solehati & Kosasih (2015) :
1. Visual Analog Scale (VAS)
Skala ini berbentuk garis horisontal sepanjang 10 cm. Ujung kiri skala
mengidentifikasikan tidak ada nyeri dan ujung kanan menandakan nyeri yang
berat. Untuk menilai hasil, sebuah penggaris diletakkan sepanjang garis dan
jarak yang dibuat klien pada garis yang tidak ada nyeri, kemudian diukur dan
31
ditulis dalam ukuran centimeter. Pada skala ini garis dibuat memanjang tanpa
ada suatu tanda angka kecuali angka 0 – 10.Dalam Potter & Perry (2006) Skala
ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri
serta mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan sebagai alat
pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya.
Skala ini dapat dipersepsikan sebagai berikut :
0 : tidak ada nyeri
1 - 2 : nyeri ringan
3 – 4 : nyeri sedang
5 – 6 : nyeri berat
7 – 8 : nyeri sangat berat
9 – 10 : nyeri buruk sampai tak tertahankan
0 10
Tidak ada nyeri Nyeri Berat
Gambar 2.1
Skala Analog Visual (VAS)
Sumber : Perry & Potter (2000) dalam Solehati & Kosasih (2015)
2. Skala Intensitas Nyeri Numerik / Numeric Rating Scale (NRS)
Skala ini berbentuk garis horizontal yang menunjukkan angka-angka dari
0-10, yaitu angka 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan angka 10 menunjukkan
nyeri paling hebat. Skala ini merupakan garis panjang berukuran 10 cm, yaitu
setiap panjangnya 1 cm diberi tanda. Skala ini dapat dipakai pada klien dengan
nyeri yang hebat. Tingkat angaka yang ditunjukkan oleh klien dapat digunakan
32
untuk mengkaji efektivitas dari intervensi pereda rasa nyeri. Dalam Potter
&Perry (2006) skala penilaian numerik Numeric Rating Scale (NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Skala ini paling efektif di
gunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah di berikan intervensi
terapeutik.
Dalam Wahyudi dan Wahid (2016), skala ini dapat dipersepsikan sebagai
berikut :
0 : tidak ada nyeri
1 : nyeri hampir tidak terasa (nyeri sangat ringan)
2 : tidak menyenangkan (nyeri ringan seperti cubitan ringan pada
kulit)
3 : bisa ditoleransi (nyeri terasa seperti suntikan dokter)
4 : menyedihkan (kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa
sakit dari sengatan lebah)
5 : sangat menyedihkan (kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti
kaki terkilir)
6 : intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampak mempengarugi sebagian indera, menyebabkan tidak fokus,
komunikasi terganggu)
7 : sangat intens (sama seperti skala 6, rasa sakit benar-benar
mendominasi indera, tidak mampu melakukan perawatan diri)
33
8 : benar – benar mengerikan (nyeri sangat kuat dan nyeri
mengganggu sampai sering mengalami perubahan perilaku jika
terjadi nyeri)
9 : menyiksa tak tertahankan (nyeri sangat kuat, tidak bisa ditoleransi
dengan terapi)
10 : nyeri yang tak terbayangkan dan tak dapat diungkapkan (Nyeri
sangat berat sampai tidak sadarkan diri)
Dari penjelasan diatas dapat di kategorikan sebagai berikut :
0 : tidak ada nyeri
1 – 3 : nyeri ringan (bisa ditoleransi dengan baik/tidak mengganggu
aktivitas)
4 – 6 : nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
7 – 9 : nyeri berat (tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri)
10 : nyeri sangat berat (nyeri sangat hebat dan tidak berkurang dengan
terapi/obat – obatan pereda nyeri dan tidak dapat melakukan
aktivitas)
Gambar 2.2
Skala Intensitas Nyeri Numerik 0 – 10
Sumber : Perry & Potter (2000) dalam Solehati & Kosasih (2015)
34
3. Skala Faces Pain Rating Scale (FPRS)
FPRS merupakan skala nyeri dengan model gambar kartun enam
tingkatan nyeri dan dilengkapi dengan angka dari 0 sampai dengan 5. Skala
ini biasanya digunakan pada anak.Adapun pendeskripsian skala tersebut
adalah sebagai berikut :
0 : tidak nyeri
1-3 : sedikit sakit
4-6 : lebih menyakitkan
7-9 : jauh lebih menyakitkan lagi
10 : benar – benar menyakitkan
Gambar 2.3
Skala Faces Pain Scale (FPRS)
Sumber : Perry & Potter (2000) dalam Solehati & Kosasih (2015)
35
2.2.10. Penatalaksanaan Nyeri
Dalam Solehati dan Kosasih (2015) penatalaksanaan nyeri dibagi menjadi
dua yaitu penatalaksanaan dengan pendekatan farmakologi dan nonfarmakologi.
1. Pendekatan Farmakologi
Pendekatan yang dilakukan melalui kolaborasi dengan dokter. Intervensi
farmakologi yang sering diberikan berupa obat analgesik, antara lain :
a. Obat Sedativa
b. Narkotika
c. Hipnotika yang diberikan secara sistemik
d. Tranquilizer
e. Short acting barbiturate
f. Skopalmia
g. Nitrous oxide
Umumnya secara medis cara menghilangkan rasa nyeri dengan pemberian
obat-obatan analgesik yang disuntukkan melalui infus intavena, supositorial ,
inhalasi saluran pernapasan atau dengan memblokade saraf yang menghantarkan
rasa sakit, cemas dan tegang.
2. Pendekatan Nonfarmakologi
Terapi nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri antara lain :
a. Distraksi
Distraksi adalah menempatkan nyeri di bawah ambang sadar atau
memfokuskan perhatian pada sesuatu yang lain selain cemas dan nyeri itu
sendiri. Distraksi yang digunakan antara lain :
36
1) Membaca buku
2) Melihat gambar atau lukisan
3) Menonton acara di televisi
4) Humor
5) Mendorong untuk berkonsentrasi pada suatu yang menarik
b. Akupuntur
Akupuntur merupakan bentuk pengobatan zaman purbakala yang
dapat dipakai untuk mengobati kecemasan, ketegangan dan nyeri. Pada
terapi ini digunakan jarum – jarum kecil yang dimasukkan dan dimanipulasi
pada satu titik tubuh bergantung pada lokasi dan jenis nyeri.
c. Hipnotis
Hipnotis adalah upaya membawa klien pada keadaan rileks sehingga
otak bekerja di gelombang alfa. Hipnotis digunakan pada pengobatan
berbagai kondisi apabila kondisi bertambah parah karena stress. Individu
dibantu mengubah persepsi nyeri dengan menerima secara adaptif saran –
saran dibawah kesadaran.
d. Posisition
Perubahan posisi pasien dengan frekuensi yang sering dapat
membantu meningkatkan kenyamanan yang disebabkan oleh adanya nyeri.
Dengan perubahan posisi tersebut akan merangsang peredaran darah
menjadi lancar. Hal ini mencegah produksi asam laktat (perangsang serabut
rasa nyeri) yang berkebihan sebagai mekanisme anaerob karena keadaan
37
yang statis. Posisi seperti berdiri, duduk, miring, berjongkok, berjalan –
jalan, berlutut atau bersujud dan berayun.
e. Relaksasi
Relaksasi adalah salah satu cara terapi nonfarmakologi yang
digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri yang dialami klien.
2.3. Konsep Dasar Relaksasi Aromaterapi
2.3.1. Pengertian
Relaksasi merupakan salah satu bagian dari terapi nonfarmakologi untuk
mengatasi atau mengurangi kecemasan serta secara tidak langsung dapat
mengurangi nyeri. Relaksasi adalah salah satu cara terapi nonfarmakologis yang
digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri yang di alami oleh seseorang.
Ketika seseorang mengalami gangguan rasa nyeri maka akan meningkatkan saraf
simpatis yang menyebabkan ketegangan pada otak dan otot seseorang. Dengan
menggunakan teknik relaksasi, maka saraf simpatis akan dihambat, sementara
saraf parasimpatis meningkat sehingga mengakibatkan ketegangan otak dan otot
seseorang akan berkurang. Banyak jenis relaksasi yang digunakan sebagai terapi
nonfarmakologi antara lain relaksasi otot progresif, relaksasi musik,relaksasi
aromaterapi dan relaksasi modifikasi (Solehati & Kosasih,2015).
Aromaterapi berarti pengobatan menggunakan wangi – wangian.
Aromaterapi dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki kesehatan dan
kenyamanan. Aromaterapi adalah sari aromatik yang disuling dari tanaman,
bunga, dan biji. Aromaterapi ini mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan dan
38
memperbaiki kesehatan. Semua aromaterapi mempunyai daya menyembuhkan
yang unik dan sifatnya yang antiseptik. Beberapa kegunaan aromaterapi antara
lain bersifat antivirus, antiperadangan, meredakan rasa nyeri, antidepresan, dan
membuat rileks (Sharma, 2009).
Aromaterapi adalah terapi dengan menggunakan berbagai jenis bunga,
tumbuhan, minyak wangi, dan wangi-wangian. Holistik aroma menggunakan
masase dan bau-bauan (Susana & Hendarsih, 2011).
2.3.2. Jenis Aromaterapi
Jenis Aromaterapi dan kegunaannya menurut Basford & Slevin (2006) :
1. Basil (Kemangi)
Basil lebih dikenal sebagi tanaman kuliner, namun minyak sarinya sangat
berkhasiat jika digunakan sebagai antidepresan atau jika dikombinasikan
dengan minyak lain seperti thyme, yang bekerja sebagai antiseptik yang
kuat.
Cara : Inhalasi dan masase
2. Bay (Daun Salam)
Bay adalah tanaman kuliner yang bersifat terapeutik membantu
mempulihkan bronkitis, selesma dan influenza, sakit reumatik serta nyeri.
Cara : Inhalansi, mandi, masase (paling banyak digunakan dalam parfum
dan esens untuk mandi eksotik untuk menimbulkan efek menengankan
pikiran)
39
3. Kayu Cedar
Kayu Cedar berkhasiat tinggi karena winginya dan kualitas terapeutiknya
dalam bidang dermatologi, terutama agne, ekzema, dan alopesia. Kayu ini
berguna dalam memulihkan kongesti pernapasan karena bronkitis dan
radang selaput lendir di hidung.
Cara : Inhalansi dan masase
4. Camomile
Camomile adalah bunga liar yang minyak sarinya dikenal khasiat sedatifnya
dan dapat digunakan sebagai agen antiinflamasi.
Cara : spesies Camamile tertentu digunakan untuk masukan herbal seperti
teh, namun minyaknya sering digunakan untuk khasiat anti alergenik dalam
produk kosmetik untuk tubuh, mandi dan rambut.
5. Cinnamon (Kayu Manis)
Cinnamon adalah rempah yang memiliki rasa tersendiri yang hangat dan
pedas. Minyaknya dapat digunakan dalam antidepresan, masalah pernapasan
dan digestif. Cinnamon digunakan juga sebagai obat perangsang.
Cara : Inhalasi dan masase (dapat digunakan daam bunga rampai)
6. Comfrey
Comfrey adalah tanaman liar yang dapat meningkatkan regenerasi sel . oleh
karena itu tanaman ini berkhasiat untuk pengobatan luka dan gangguan
kulit.
Cara : Kompres, masase dan dimakan.
40
7. Frankincense
Frankincense adalah getah suatu pohon yang tumbuh di Arabia, Afrika dan
Cina. Secara terapeutik khasiatnya dikenal sebelum Natal. Getah dianggap
untuk membantu konsentrasi, memelihara kulit awet muda, dan bekerja
sebagai ekspektoran yang kuat.
Cara : Inhalasi, mandi dan masase.
8. Lavender
Lavender adalah tanaman semak yang memiliki aroma khusus. Lavender
efektif dalam menyeimbangkan sistem saraf dan emosi. Lavender juga
digunakan untuk meredakan migran, mengurangi nyeri dan dapat digunakan
sebagai antiseptik.
Cara : inhalasi , mandi dan masase
9. Lemon
Minyak lemon diperoleh dari kupasan kulinya. Minyak ini merupakan anti
septik dan pengecil pori-pori (astringent), dan sering digunakan dalam
masalah kulit.
Cara : Inhalasi, mandi dan masase
10. Mawar
Minyak mawar adalah salah satu minyak sari yang mahal. Minyak ini
dianggap sebagai perangsang (aphrodisiac) dan meningkatkan alam
perasaan. Minyak ini juga digunakan dalam sirkulasi dan memulihkan
konstipasi.
Cara : Inhalasi, mandi, masase, dan bunga rampai.
41
2.3.3. Kelebihan dan Keunggulan Aromaterapi
Aromaterapi merupakan salah satu diantara metode pengobatan kuno yang
masih dapat bertahan hingga kini. Metode penyembuhan ini sudah berlangsung
secara turun menurun. Sekalipun metode yang digunakan tergolong sederhana,
namun cara terapi ini memiliki beberapa keunggulan dan kelebihan dibandingkan
dengan penyembuhan lain. Adapun kelebihan dan keunggulan dari aromaterapi
antara lain (Jaelani, 2009) :
1. Biaya yang dikeluarkan relatif murah.
2. Bisa dilakukan dalam berbagai tempat dan keadaan.
3. Tidak mengganggu aktivitas yang bersangkutan.
4. Dapat menimbulkan rasa senang pada orang lain.
5. Cara pemakaian tergolong praktis dan efisien.
6. Efek zat yang ditimbulkan tergolong cukup aman bagi tubuh.
7. Khasiatnya terbukti cukup manjur dan tidak kalah dengan metode terapi
lainnya.
2.3.4. Cara Kerja Aromaterapi
Hidung kita mempunyai kapasitas untuk membedakan 100.000 bau yang
berbeda. Aroma memasuki hidung kita dan berhubungan dengan cilia yaitu
rambut-rambut halus di bagian dalam hidung. Reseptor dalam cilia berhubungan
dengan tonjolan olfaktorius yang berada di ujung saluran penciuman. Ujung dari
saluran penciuman berhubungan dengan otak. Bau diubah oleh cilia menjadi
impuls listrik yang diteruskan ke otak melalui olfaktorius. Semua impuls
mencapai sistem limbik. Sistem limbik adalah bagian dari otak yang dikaitkan
42
dengan suasana hati, emosi, memori, dan belajar seseorang. Semua bau yang
mencapai sistem limbik mempengaruhi kimia langsung pada suasana hati
seseorang. Misalnya, bau lavender meningkatkan gelombang alfa dalam otak dan
gelombang inilah yang membantu kita untuk rileks hingga menurunkan nyeri. Bau
melati meningkatkan gelombang beta dalam otak dan gelombang inilah yang
dikaitkan dengan meningkatkan kesadaran. Sistem limbik juga merupakan tempat
penyimpanan bau yang diingat. Ukuran molekul dari aromaterapi sangat kecil dan
semua dapat dengan mudah menembus kulitdan masuk ke dalam aliran darah.
Diperlukan waktu beberapa detik bahkan dua jam bagi minyak aromaterapi untuk
memesuki kulit dan dalam waktu empat jam racun keluar dari badan lewat urine,
keringat, dan pembuangan yang lain (Sharma, 2009).
2.3.5. Aplikasi Aromaterapi Agar Diserap Tubuh
Manfaat aromaterapi untuk keseimbangan fisik dan mental sangatlah luar
biasa. Aroma dan kelembutan aromaterapi dapat mengatasi keluhan fisik dan
psikis. Aromaterapi dapat diserap oleh tubuh melalui 2 cara antara lain melalui
indra penciuman (Inhalasi) atau melalui kulit (skin absorption) (Poerwadi,2006):
1. Indra Penciuman (Inhalasi)
Yang paling sederhana adalah melalui indra penciuaman. Indra
penciuaman dapat merangsang daya ingat seseorang yang bersifat emosional
dengan memberikan reaksi fisik berupa tingkah laku. Aroma yang sangat lembut
dan menyenangkan dapat membangkitkan semangat maupun perasaan tenang
dan santai. Penyerapan melalui indra penciuaman dapat dilakukan dengan
berbagai aplikasi atau cara yaitu, inhalasi dan vaporisasi.
43
Inhalasi dengan meneteskan minyak aromaterapi kedalam mangkok yang
berisi air panas baik untuk flu,merilekskan pikiran, meredakan nyeri, hidung
tersumbat, sinus, batuk bersin dan alergi. Sedangakan vaporasi dengan
menghirup minyak aromaterapi melalui cawan pembakaran minyak aromaterapi.
Cara ini banyak digunakan untuk menghilangkan bau tidak sedap di dalam
ruangan atau menciptakan suasana ruangan yang nyaman.
2. Penyerapan Melalui Kulit
Pada saat kita embalurkan minyak aromaterpi yang telah dicampurkan
dengan minyak dasar pada kulit seseorang, maka minyak tersebut akan diserap
oleh pori-pori dan diedarkan pembuluh darah keseluruh tubuh. Proses
penyerapan ini terjadi sekitar 20 menit. Penyerapan melalui kulit dapat
dilakukan dengan cara pengompresan dan air rendaman.
2.3.6. Aromaterapi Untuk Nyeri Haid
Aromaterapi dapat digunakan untuk mengurangi nyeri ataupun
menghilangkan rasa sakit saat menstruasi. Sebab, aroma terapi mampu
memberikan sensasi yang menenangkan diri dan otak, serta stress yang dirasakan.
Jika pikiran terasa tenang dan rileks maka akan tercipta suasana yang nyaman, dan
nyeri haid pun dapat berkurang (Najmi, 2011). Selain itu aromaterapi merilekskan
perut yang nyeri dan mempunyai efek menyejukkan, meningkatkan
keseimbangan, pikiran positif, kepekaan, ketenangan jiwa, mengurangi depresi,
rasa cemas, batuk, rasa sakit saat haid, stress, dan kecewa (Ilmi, 2012 dalam
Agustina 2016). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan minyak aromaterapi
lavender karena lavender berfungsi untuk meringankan nyeri. Lavender ini akan
44
meningkatkan gelombang alfa dalam otak dan gelombang inilah yang akan
membuat tubuh menjadi rileks dan akan mengurangi rasa nyeri yang di rasakan.
2.3.7. Teknik Relaksasi Aromaterapi
1. Langkah Pertama
a. Siapkan peralatan yang
akan digunakan
1) Tungku
aromaterapi
2) Lilin
3) Korek api
4) Air
5) Minyak aromaterapi
(Lavender)
b. Siapkan Pasien
Pasien diberi penjelasan dan inform consent.
2. Langkah Kedua
a. Isi mangkuk aromaterapi
Isi mangkok aromaterapi
(mangkok kecil yang
berada di atas tungku
aromaterapi) dengan air
hingga setengah
mangkuk.
Gambar 2.4 Alat dan bahan Aromaterapi
Gambar 2.5
Penggunaan Aromaterapi
45
b. Teteskan 1 tetes minyak aromaterapi kedalam mangkuk.
c. Nyalakan lilin lalu masukkan kedalam lubang tungku aromaterapi pada
bagian bawahnya.
d. Tunggu sampai air menguap dan bau aromaterapi menguap
3. Langkah Ketiga
a. Atur posisi klien dengan senyaman mungkin
b. Dekatkan tungku aromaterapi yang telah dinyalakan dan disiapkan tadi.
c. Atur posisi tungku aromaterapi jangan terlalu dekat dan jangan terlalu
jauh.
4. Langkah Keempat
Anjurkan klien melepaskan otot-ototnya dan hindari keadaan tegang
5. Langkah Kelima
a. Anjurkan klien untuk menarik nafas melalui hidung lalu hirup
aromaterapi secara perlahan-lahan
b. Lalu, keluarkan napas secara perlahan dengan mulut seperti bersiul
c. Anjurkan pasien untuk tetep fokus pada pernapasannya dan bau dari
aromaterapi yang sedang dinyalakan selama 15 menit
d. Setelah selesai rapikan alat
e. Rapikan pasien
6. Langkah Keenam
Evaluasi :
Perasaan klien setelah dilakukan intervensi
46
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Berpengaruh
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Pengaruh Relaksasi dengan Aromaterapi Terhadap
Perubahan Intensitas Dismenorea pada Siswi Kelas 8 SMPN 1
Bendo Magetan
Hipotalamus
Releasing dan Inhibiting faktor
Hipofisis
Hormon Gonadotropin
1. LH (Luteinizing Hormone)
2. FSH (Folokel Stimulating Hormone)
Menstruasi
Prostaglandin
Nyeri (Dismenorea)
Faktor yang
mempengaruhi
nyeri :
1. Usia
2. Lingkungan
3. Keadaan
Lingkungan
4. Status emosi
Penatalaksanaan :
Farmakologi :
1. Asam Mefenamat
2. Ibuprofen
3. Diclofenac Sodium
Nonfarmakologi :
1. Latihan aerobik,
2. Hipnoterapi
3. Akupuntur
4. Relaksasi
Aromaterapi
Perubahan Intensitas
Dismenorea
47
Gambar 3.1. menjelaskan bahwa hipotalamus mengalami releasing dan
inhibiting faktor sehingga mempengaruhi hipofisis selanjutnya hipofisis
mengeluarkan hormon Gonadotropin untuk merangsang LH (Luteinizing
Hormone) dan FSH (Folokel Stimulating Hormone) sehingga menyebabkan
menstruasi. Pada saat menstruasi terjadi peningkatan Prostaglandin sehingga
dapat menyebabkan nyeri haid atau yang disebut dengan dismenorea yang
dipengaruhi oleh usia, lingkungan, keadaan umum, dan status emosi. Dalam
penatalaksaan dismenorea terdapat penatalaksaan farmakologi yang meliputi
Asam Mefenamat, Ibuprofen dan Diclofenac Sodium serta penatalaksanaan
nonfarmakologi yang meliputi Latihan aerobik, Hipnoterapi, Akupuntur, dan
relaksasi dengan aromaterapi.
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian. Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan karena hipotesis
akan memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisis dan inteprestasi data
(Notoatmodjo, 2012). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Ada pengaruh relaksasi dengan aromaterapi terhadap perubahan
intensitas dismenoreapada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan
48
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,
memungkinan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
ke akuratan suatu hasil. Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu
tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti (Nursalam, 2013). Jenis penelitian
dalam penelitian ini ialah kuantitaf dengan desain Pra-Eksperimen yaitu desain
yang ditandai dengan tidak adanya kelompok banding dan randomisasi, perlakuan
ini diberikan kepada kelompok yang telah terbentuk apa adanya, dan dengan
menggunakan pendekatan One Group Pra-Prost test design. Desain ini
merupakan desain yang paling sederhana. Perlakuan diberikan terhadap suatu
kelompok, selanjtnya dilakukan pengambilan data (Dantes, 2012). Tipe penelitian
ini menggunakan satu kelompok subjek. Pertama – tama dilakukan pengukuran,
lalu dikenakan perlakukan selanjutnya dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya
(Suryabrata, 2012).
Berikut adalah bentuk rancangannya :
Pretest Perlakuan Postest
01 X 02
Gambar 4.1
Deasain Pra-eksperimen dengan One Group Pra-Post Test Design
49
Keterangan :
01 : Pengukuran Pertama (Pretest)
X : Perlakuan
02 : Pengukuran kedua (Postest)
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang di tetapkan oleh peneliti
untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulan (Sujarweni, 2014). Populasi
merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,
2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo
Magetan yang berjumlah 51 siswi.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan untuk penelitian. Bila populasi besar, peneliti tidak
mungkin mengambil semua untuk penelitian misalnya karena terbatasnya dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
benar-benar mewakili dan harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang
50
seharusnya di ukur (Sujarweni, 2014). Pemilihan sampel pada penelitian ini
berdasarkan Gay dalam Sani (2016) jumlah sampel untuk penelitian eksperimen
minimal 15 orang. Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 15 orang. Dalam Hidayat (2010) Untuk mengantisipasi terjadinya drop
out atau unit pengamatan yang hilang dapat dilakukan dengan koreksi:
Dimana :
f : proporsi yang hilang
Di dalam penelitian ini peneliti memprediksi 10% sampel yang tidak dapat
mengikuti penelitian sampai selesai maka :
1
(1 − 𝑓)
=1
(1−0,1 )=
1
0,9= 1,11
Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 + 1,11 =
16,11 ≈ 16 responden.
4.2.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. Sedangkan kriteria eksklusi
adalah menghilang atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari
studi karena berbagai sebab (Sujarweni, 2014). Kriteria inklusi dan eksklusi pada
penelitian ini adalah :
1
(1 − 𝑓)
51
Kriteria Inklusi :
Siswi yang bersedia menjadi responden dan sedang mengalami dismenorea
minimal dengan skala nyeri 4 - 10.
Kriteria Eksklusi :
1. Siswi yang saat itu hadir dantidak sampai selesai mengikuti terapi relaksasi
dengan aromaterapi
2. Siswi yang mengatasi nyeri haid dengan menggunakan analgesik
4.3. Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2016). Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Non-Probability sampling yakni pemilihan sampel
yang dilakukan secara tidak acak, dengan menggunakan Purposive sampling
yaitu suatu metode pemilihan metode yang dilakukan berdasarkan maksud atau
tujuan tertentu yang ditentukan oleh peneliti (Dharma, 2013). Di dalam penelitian
ini digunakan Purposive sampling karena keterbatasan waktu dan keterbatasan
jumlah sampel yang digunakan, kemungkinan dalam satu bulan tersebut siswi ada
yang sudah mengalami menstruasi.
52
4.4. Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Pengaruh Relaksasi dengan Aromaterapi Terhadap
Perubahan Intensitas Dismenorea pada Siswi Kelas 8 SMPN 1
Bendo Magetan.
Populasi
Seluruh siswi kelas 8 SMP N 1 Bendo Magetan yang berjumlah 51 siswi
Sampel
Siswi kelas 8 SMP N 1 Bendo Magetan saat itu mengalami dismenorea yang
berjumlah 17 orang
Teknik Sampling : Purposive Sampling
Desain Penelitian : Pra Eksperimen One Group Pretest-Posttest
Data Awal :
Nyeri dismenorea
sebelum dilakukan
teknik relaksasi
dengan Aromaterapi
Pengolahan Data : Editing , Coding, Scoring, Data Entry,Cleaning, dan
Ttabulating
Analisa Data : Paired t Test dengan α = 0,05
Kesimpulan
Penyajian Data
Data Akhir :
Nyeri dismenorea
sesudah dilakukan
teknik relaksasi
dengan Aromaterapi
Relaksasi Aromaterapi
53
4.5. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional
4.5.1. Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik nilai beda terhadap sesuatu
(benda, manusia, dan lain – lain). Variabel juga merupakan konsep dari berbagai
level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan
atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini terdapat 2
variabel antara lain :
1. Variabel independent (Bebas)
Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau
nilanya menentukan variabel lain atau suatu manipulasi yang dimanipulasi
oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Dalam
ilmu keperawatan variabel bebas biasanya merupakan intervensi
keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi tingkah
laku klien (Nursalam, 2016). Variabel Independen pada variabel ini adalah
relaksasi dengan aromaterapi.
2. Variabel Dependent
Variabel Depent (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau akibat
karena adanya variabel bebas (Sujarweni,2014). Variabel dependent dalam
penelitian ini adalah perubahan intensitas dismenorea.
4.5.2. Definisi Oprasional
Definisi oprasional adalah variabel penelitian dimaksudkan untuk
memahami arti setiap variabel penelitian sebelum dilakukan analisis (Sujarweni,
2014).
54
Tabel 4.1. Definisi Oprasional Pengaruh Relaksasi Dengan Aromaterapi Terhadap
Perubahan Intensitas Dismenorea pada Siswi Kelas 8 SMPN 1 Bendo
Magetan
Variabel Definisi
Oprasional
Parameter Alat
ukur
Skala Skor
Variabel
Independen:
Relaksasi
Aromaterap
i
Relaksasi
Aromaterap
i merupakan
suatu
tindakan
yang di
berikan
untuk
merilekskan
pikiran
sehingga
dapat
memberikan
efek
meringanka
n nyeri
Dilakukan
sesuai
dengan
SOP
selama 15
menit
dengan
mengguna
kan :
1. Tungk
u
Aromat
erapi
2. Minya
k
Aromat
erapi
(lavend
er)
3. Lilin
4. Korek
api
5. Air
SOP Nominal 0 : Sebelum
diberi
Aromater
api
1 : Sesudah
diberi
aromatera
pi
55
Variabel
Dependen :
Perubahan
Intensitas
Dismenorea
Perubahan
Intensitas
Dismenorea
merupakan
perubahan
skala nyeri
yang telah
di beri
relaksasi
aromaterapi
Skala
NRS
berbentuk
garis
horizontal
yang
menunjuk
kan
angka-
angka dari
0-10,
yaitu
angka 0
menunjuk
kan tidak
ada nyeri
dan angka
10
menunjuk
kan nyeri
paling
hebat.
Lemb
ar
Pengu
kuran
Skala
Nyeri
NRS
(Num
eric
Ratin
g
Scale)
Interval 0-10
Untuk
keperluan
deskriptif
dikategorikan
sebagai
berikut:
0 : tidak ada
nyeri
1 – 3 : nyeri
ringan (bisa
ditoleransi
dengan
baik/tidak
mengganggu
aktivitas)
4 – 6 : nyeri
sedang
(menggangg
u aktivitas
fisik)
7 – 9 : nyeri
berat (tidak
mampu
melakukan
aktivitas
secara
mandiri)
10 : nyeri
sangat berat
(nyeri sangat
hebat dan
tidak
berkurang
dengan
terapi/obat –
56
obatan
pereda nyeri
dan tidak
dapat
melakukan
aktivitas)
4.6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistemis dan lebih mudah. Pembuatan instrumen harus mengacu pada variabel
penelitian, definisi oprasional dan skala pengukurannya (Sujarweni, 2014). Dalam
penelitian ini menggunakan lembar pengukuran skala nyeri NRS (Numeric Rating
Scale) untuk mengetahui tingkat nyeri dari dismenorea. Sedangkan untuk
aromaterapi menggunakan Standar Oprasional Prosedur (SOP). Langkah dan
Bahan Teknik Relaksasi dengan Aromaterapi antara lain :
1. Langkah Pertama
a. Siapkan peralatan yang akan digunakan
1) Tungku aromaterapi
2) Lilin
57
3) Korek api
4) Air
5) Minyak aromaterapi (Lavender)
b. Siapkan Pasien
Pasien diberi penjelasan dan inform consent.
2. Langkah Kedua
1) Isi mangkuk aromaterapi Isi mangkok aromaterapi (mangkok kecil
yang berada di atas tungku aromaterapi) dengan air hingga setengah
mangkuk.
2) Teteskan 5 tetes minyak aromaterapi kedalam mangkuk.
3) Nyalakan lilin lalu masukkan kedalam lubang tungku aromaterapi
pada bagian bawahnya.
4) Tunggu sampai air menguap dan bau aromaterapi menguap
3. Langkah Ketiga
1) Atur posisi klien dengan senyaman mungkin
2) Dekatkan tungku aromaterapi yang telah dinyalakan dan disiapkan
tadi.
3) Atur posisi tungku aromaterapi jangan terlalu dekat dan jangan terlalu
jauh.
4. Langkah Keempat
Anjurkan klien melepaskan otot-ototnya dan hindari keadaan tegang
5. Langkah Kelima
58
1) Anjurkan klien untuk menarik nafas melalui hidung lalu hirup
aromaterapi secara perlahan-lahan
2) Lalu, keluarkan napas secara perlahan dengan mulut seperti bersiul
3) Anjurkan pasien untuk tetep fokus pada pernapasannya dan bau dari
aromaterapi yang sedang dinyalakan selama 15 menit
4) Setelah selesai rapikan alat
5) Rapikan pasien
6. Langkah Keenam
Evaluasi :
Perasaan klien setelah dilakukan intervensi
4.7. Lokasi dan Tempat Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Menjelaskan tempat dan lokasi yang akan dilakukan penelitian.
Lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Bendo Magetan.
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari – Juli 2017.
4.8. Prosedur Penelitian
1. Mengurus surat ijin dengan membawa surat dari STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun ke SMPN 1 Bendo Magetan.
59
2. Sebelum melakukan penelitian peneliti berkoordinasi dengan guru untuk
mengumpulkan siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan.
3. Setelah semua siswi terkumpul peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
peneliti melakukan penelitian di SMPN 1 Bendo Magetan yang akan
melakukan penelitian tentang “Pengaruh Relaksasi dengan Aromaterapi
Terhadap Perubahan Intensitas Dismenorea pada Siswi Kelas 8 SMPN 1
Bendo Magetan”.
4. Bagi siswi yang saat itu atau kapan pun yang sedang menstruasi dan
mengalami dismenorea di harapkan kumpul di tempat yang sudah di
tentukan.
5. Setelah semua siswi yang sedang menstruasi serta mengalami dismenorea
telah kumpul peneliti memberikan penjelasan, tujuan, manfaat, prosedur,
serta hak dan kewajiban kepada calon responden terhadap penelitian yang
akan dilakukan. Jika calon responden sudah paham dan bersedia menjadi
responden dipersilakan untuk menandatangani inform consent.
6. Peneliti memberikan pengarahan dengan cara memandu secara langsung
tentang kegiatan yang akan dilakukan berkaitan dengan relaksasi dengan
aromaterapi kepada responden selama penelitian berlangsung.
7. Sebelum dilakukan terapi, peneliti mengambil data awal yaitu data
dismenorea sebelum dilakukan terapi relaksasi dengan aromaterapi.
8. Peneliti memberikan lembar pengukuran skala nyeri kepada masing-
masing siswi yang sedang mengalami menstruasi serta dismenorea dan
60
siswi di mohon untuk mengisi lembar pengukuran tingkat skala nyeri
sesuai dengan nyeri yang di rasakan.
9. Setelah semua data terisi dan sudah terkumpul peneliti memberikan terapi
relaksasi dengan aromaterapi selama 15 menit.
10. Setelah pemberian terapi selesai peneliti memberikan lagi lembar
pengukuran skala nyeri untuk pengambilan data akhir yaitu data
dismenorea setelah dilakukan terapi relaksasi dengan aromaterapi.
4.9. Pengolahan Data
Pada tahap pengambilan data awal menggunakan observasi. Dalam penelitian
pengolahan data menggunakan software statistik. Pengolahan data pada
penelitian ini meliputi :
1. Editing
Hasil observasi dari lapangan harus dilakukan penyuntungan (editing)
terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan suatu kegiatan
pengecekan dan perbaikan. Apabila ada data – data yang belum lengkap,
jika memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk
melengkapi data – data tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan,
maka data yang tidak lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukkan dalam
pengolahan “data missing” (Notoatmodjo, 2012).
2. Coding
Setelah dilakukan proses editing, selanjutnya dilakukan peng
“kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
61
huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2012). Di dalam
penelitian ini dilakukan pengkodean untuk kriteria skala nyeri :
a. Pre test (sebelum di beri relaksasi aromaterapi) di beri kode
X1
b. Post test (sesudah di beri relaksasi aromaterapi) di beri koding
X2
c. Sebelum diberi aromaterapi di beri koding 0
d. Sesudah diberi aromaterapi di beri koding 1
3. Scoring
Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item – item yang
perlu diberi penilaian atau skore (Saryono,2010). Dalam pengambilan data
di lakukan 2 kali yaitu data sebelum dan sesudah diberi relaksasi dengan
aromaterapi. Pada saat sebelum diberi relaksasi aromaterapi responden di
beri lembar pengukuran skala nyeri NRS (Numeric Rating Scale) dan
dimohon menunjukkan tingkat nyeri yang dirasakannya. Sedangkan
setelah diberi aromaterapi responden diberi lembar pengukuran skala nyeri
NRS (Numeric Rating Scale) kembali untuk melihat perubahan yang
dirsakan oleh responden.
Selanjutnya untuk keperluan diskriptif maka pengukuran skala
nyeri NRS (Numeric Rating Scale) akan dikategorikan sebagai berikut :
0 : tidak ada nyeri
1 – 3 : nyeri ringan (bisa ditoleransi dengan baik/tidak mengganggu
aktivitas)
62
4 – 6 : nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
7 – 9 : nyeri berat (tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri)
10 : nyeri sangat berat (nyeri sangat hebat dan tidak berkurang dengan
terapi/obat – obatan pereda nyeri dan tidak dapat melakukan
aktivitas)
4. Entry
Data yang sudah dalam bentuk “kode” (angka ataupun huruf ) di
masukkan dalam program atau “software” komputeratau data entry yaitu
mengisi kolom atau kotak lembar kode sesuai dengan jawaban masing –
masing pertanyaan. Dalam tahap ini diperlukan ketelitian dari orang yang
melakukan “data entry”. Apabila tidak maka akan terjadi bias
(Notoatmodjo, 2012).
5. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden sudah
selesai dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan
sebagainnya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini
disebut dengan pembersihan data (data cleaning) ( Notoatmodjo, 2012).
6. Tabulating
Tabulating yaitu membuat tabel – tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012).
63
4.10. Teknik Analisa Data
Analisa data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia kemudian
diolah dengan statistik dan dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah
dalam penelitian. Dengan demikian teknik analisis data dapat diartikan sebagai
cara melaksanakan analisis terhadap data dengan tujuan mengolah data tersebut
untuk menjawab rumusan masalah (Sujarweni, 2014).
4.10.1. Analisa Univarat
Analisa Univarat adalah analisa yang dilakukan untuk menganalisis tiap
variabel dari hasil penelitian (Sujarweni, 2014). Analisa Univariat bertujuan
untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel
penelitian. Pada umumnya dalam analisis univariat menghasilkan distribusi
frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Data dalam
penelitian ini berbentuk numerik antara lain usia dan usia pertama haid
(menarche) serta hasil pengukuran sebelum diberi aromaterapi dan hasil
setelah pemberian aromaterapi dianalisis dengan pendekatan tedensi sentral
berbentuk mean, median, modus, standart devisiansi, maksimun dan minimum.
Sedangkan data yang berbentuk kategori dapat di analisis dengan
menggunakan pendekatan distribusi frekuensi dan presentase dengan rumus :
𝑃 =𝑓
𝑁𝑥 100%
Keterangan :
P = angka presentase
f = frekuensi
N = banyaknya responden
64
4.10.2. Analisa Bivarat
Analisa Bivarat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel.
Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara variabel
(Sujarweni, 2014). Di dalam penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk
menganalisis pengaruh relaksasi dengan aromaterapi terhadap perubahan
intensitas dismenorea pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan. Skala data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data interval. Data yang
diperoleh adalah data pretest dan posttest serta dianalisis menggunakan uji
Paired t Test menggunakan SPSS 16.0 dengan nilai kesalahan α 0,05.
Digunakan uji Paired t Test ini apabila sampel yang digunakan saling
berhubungan, artinya satu sampel akan menghasilkan dua data. Rancangan ini
paling umum di kenal dengan rancangan pre-post, artinya membandingkan
rata-rata nilai pre test dan rata-rata nilai post test dari satu sampel (Riwidikdo,
2013).
Pamungkas (2016) Uji Paired t Test ini termasuk uji parametrik yang
salah satu syaratnya data harus berdistribusi normal. Uji normalitas adalah uji
untuk mengukur apakah data yang kita miliki berdistribusi normal sehingga
dapat dipakai statistik parametrik yaitu uji Paired t Test, jika data tidak
berdistribusi normal dapat digunakan statistik non-parametrik dan uji t tidak
valid untuk digunakan, sehingga di sarankan untuk menggunakan uji non-
parametrik data yang berpasangan (Wilcoxon). Uji normalitas ini dapat dilihat
dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dimana:
Jika Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal
65
Jika Sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
4.11. Etika Penelitian
Dalam kehidupan sehari – hari di lingkungan atau kelompok apa pun,
manusia tidak terlepas dari etika. Demikian juga dalam kegiatan keilmuan yang
berupa penelitian, manusia sebagai pelaku penelitian dengan manusia yang lain
sebagai objek penelitian juga tidak terlepas dari etika atau sopan santun. Dalam
setiap hubungan antara ke dua belah pihak, masing – masing terikat antara hak
dan kewajiban. Pelaku peneliti atau peneliti dalam menjalankan tugas meneliti
atau tugas melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah serta
berpegang teguh pada etika penelitian, meskipun penelitian yang dilakukan tidak
akan merugikan atau membahayakan bagi subjek penelitian. Melakukan sebuah
penelitian ada beberapa prinsip yang harus di pegang tuguh antara lain:
1. Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak – hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak tidak
memberikan apa yang di ketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu peneliti
tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan
identitas subjek. (Notoatmodjo, 2012). Semua info yang telah dikumpulkan
oleh peneliti dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan tidak akan disebar
luaskan. Serta data yang telah di dapat akan di simpan.
66
2. Prinsip Keadilan dan Keterbukaan (Respect for Justice an Insclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu di jaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan peneliti perlu di
kondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan
menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua
subject penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama tanpa
membedakan jender, agama, etnis, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Di
dalam penelitian ini peneliti memberikan perlakuan yang sama kepada
responden tanpa membeda-bedakan agama, suku, etnis dan sebagainya. Serta
peneliti menjelaskan maksud dari penelitian yang akan dilakukan.
3. Prinsip Manfaat (Banefit)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin
bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya.
Penelitian hendaknya meminimalkan dampak yang merugikan pada subjek.
Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian harus dapar mencegah atau paling tidak
mengurangi rasa sakit, cidera, stres, maupun kematian subjek penelitian
(Notoadmodjo, 2012). Di dalam penelitian ini manfaat yang di peroleh
responden yaitu tingkat nyeri yang di rasakan responden akan berkurang serta
responden akan merasakan lebih rieks.
4. Inform concent
Inform concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Inform concent
tersebut di berikan sebelum peneliti memberikan lemebar persetujuan untuk
67
menjadi responden. Tujuan Inform concent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Dalam Inform concent
ada beberapa informasi yang harus ada antara lain : partisipasi pasien, tujuan
dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur
pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,
informasi yang mudah dihubungi, dan lain – lain (Hidayat, 2010). Pada Inform
concent subjek yang bersedia maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan, jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati
hak responden.
5. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan
(Hidayat, 2010). Peneliti hanya menuliskan nama inisial pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disampaikan.
68
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh
teknik relaksasi dengan aromaterapi terhadap perubahan intensitas dismenorea
pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan. Pengumpulan data dilakukan selama
3 minggu. Pengumpulan data dilakukan pada siswi kelas 8 yang saat itu sedang
mengalami dismenorea. Penyajian data dalam penelitian ini mencangkup
gambaran fisik SMPN 1 Bendo Magetan, karakteristik responden, dan variasi nilai
hasil pengukuran intensitas dismenorea sebelum maupun sesudah dilakukannya
relaksasi dengan aromaterapi. Selanjutnya data-data hasil penelitian akan
disajikan dalam bentuk tabel.
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Bendo Magetan yang terletak di
Jalan Raya Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur. Di
SMPN 1 Bendo Magetan memiliki ruang kelas 7, 8, dan 9 dengan setiap kelas
memiliki ruang kelas sebanyak 5 kelas. Banyaknya siswa kelas 7 sebanyak 113
yang terdiri dari 62 laki-laki dan 51 perempuan, siswa kelas 8 sebanyak 118 yang
terdiri dari 67 laki-laki dan 51 perempuan, siswa kelas 9 sebanyak 122 siswa yang
terdiri dari 62 laki-laki dan 60 perempuan. Sehingga total keseluruhan siwa siswi
SMPN 1 Bendo ada 353 terdiri dari 191 laki-laki dan 162 perempuan. Secara
umum keadaan lingkungan SMPN 1 Bendo terlihat bersih dan tertata rapi. Jarak
69
SMPN 1 Bendo Magetan dengan pelayanan kesehatan cukup dekat yaitu sekitar +
700 meter.
SMPN 1 Bendo memiliki beberapa ruangan dan fasilitas meliputi ruang kelas,
ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, perpustakaan, mushola, UKS
yang digunakan untuk siwa-siwi yang sakit dengan keadaannyang cukup bersih,
nyaman, dilengkapi dengan tempat tidur dan obat-obatan, gudang, lapangan,
laboratorium komputer, laboratorium bahasa, multimedia, kantin sekolah,
koperasi siswa dan kamar mandi sejumlah 10 yang terdiri dari 5 kamar mandi
untuk laki-laki dan 5 kamar mandi perempuan serta keadaan kamar mandi juga
cukup nyaman.
Pada saat penelitian berlangsung tempat yang digunakan untuk melakukan
relaksasi dengan aromaterapi yaitu di kelas 8A dengan keadaan ruangan yang
tertutup. Sebelum dilakukan penelitian peneliti melakukan uji coba terhadap
ruangan yang akan dilakukan apakah aroma dari aromaterapi tersebut dapat
menyebar apa tidak. Setelah uji coba dilakukan kemudian peneliti memberikan
relaksasi dengan aromaterapi kepada responden selama 15 menit.
70
5.2. Karakteristik Responden
Data ini menyajikan karakteristik responden secara umum berdasarkan
usia, usia pertama haid (menarche), lama haid, dan hari haid.
1. Usia Responden
Dari hasil penelitian karakteristik berdasarkan usia responden
dismenorea di sajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Siswi Kelas 8 SMPN
1 Bendo Magetan (n = 17)
Variabel Mean Median Modus Min –
Max
CI-95%
Usia
(tahun)
13.82 14.00 14 13 –
15
13.55 – 14.10
Sumber : Data Demografi Lembar Pengukuran Skala Nyeri (2017)
Tabel 5.1 menunjukan bahwa rata – rata usia responden kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan 13.82 tahun dengan mediannya 14, usia responden
yang paling banyak adalah 14 tahun. Usia termuda responden 13 tahun dan
tertua 15 tahun serta 95% diyakini bahwa rata – rata usia responden adalah
diantara 13.55 sampai dengan 14.10.
2. Hari Haid Responden Mengalami Dismenorea
Dari hasil penelitian karakteristik berdasarkan hari haid responden
dismenorea di sajikan dalam tabel di bawah ini :
71
Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Hari Haid Siswi Kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan (n = 17)
Variabel Mean Median Modus Min –
Max
CI – 95%
Hari
Haid
1.18 1.00 1 -1 – 3 0.80 – 1.55
Sumber : Data Demografi Lembar Pengukuran Skala Nyeri (2017)
Tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa rata – rata responden mengalami
hari haid ke 1.18 hari dengan mediannya 1, responden mengalami dismenorea
terbanyak pada hari haid ke 1, hari haid terendah responden hari ke -1 dan
tertinggi hari ke 3 serta 95% diyakini bahwa rata – rata hari haid responden
diantara 0.80 sampai dengan 1.55.
3. Lama Haid Responden
Dari hasil penelitian karakteristik berdasarkan lama haid responden
dismenorea di sajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Haid Siswi kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan (n = 17)
Variabel Mean Median Modus Min –
Max
CI – 95%
Lama
Haid
6.59 7.00 7 4 – 8 6.07 – 7.10
Sumber : Data Demografi Lembar Pengukuran Skala Nyeri (2017)
Pada tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa rata – rata lama haid
responden 6.59 hari dengan mediannya 7, lama haid terbanyak responden 7
hari, lama haid responden tercepat 4 hari dan terlama 8 hari serta 95%
diyakini bahwa rata – rata lama haid responden adalah diantara 6.07 sampai
dengan 7.10.
72
4. Usia Pertama Haid (Menarche) Responden
Dari hasil penelitian karakteristik berdasarkan usia pertama haid
(menarche) responden dismenorea di sajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pertama Haid
(menarche) Siswi Kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan (n = 17) Variabel Mean Median Modus Min –
Max
CI – 95%
Usia Pertama
Haid
(menarche)
11.94 12.00 12 11– 13 11.48 – 12.40
Sumber Data Demografi Lembar Pengukuran Skala Nyeri (2017)
Pada tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa rata – rata usia menarche
11.94 tahun dengan mediannya 12, usia menarche terbanyak responden 12
tahun, Usia menarche terendah responden 11 tahun dan tertinggi 13 tahun
serta 95% diyakini bahwa rata – rata usia menarche responden adalah
diantara 11.48 sampai dengan 12.40.
5.3. Hasil Penelitian
Setelah mengetahui karakteristik responden dalam penelitian ini maka
berikut akan ditampilkan hasil penelitian yang terkait dengan hasil pengukuran
intensitas dismenorea yang meliputi intensitas dismenorea sebelum pemberian
relaksasi dengan aromaterapi, intensitas dismenorea sesudah pemberian relaksasi
dengan aromaterapi dan pengaruh relaksasi dengan aromaterapi terhadap
perubahan intensitas dismenorea pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan.
73
5.3.1. Intensitas Dismenorea Sebelum Dilakukan Relaksasi dengan
Aromaterapi pada Siswi Kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan Pada Bulan
Mei – Juni 2017
Dari hasil penelitian sebelum pemberian relaksasi dengan aromaterapi
intensitas dismenorea responden di sajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 5.5. Hasil Penelitian Berdasarkan Skala Nyeri Sebelum Dilakukan
Relaksasi dengan Aromaterapi pada Siswi Kelas 8 SMPN 1 Bendo
Magetan Tahun 2017 (n = 17)
Variabel Median Median Modus Min –
Max
CI – 95%
Skala
Nyeri
5.18 5.00 5 4 – 6 4.80 – 5.55
Sumber : Lembar Pengukuran Skala Nyeri NRS (Numeric Rating
Scale) (2017)
Hasil pengukuran tendensi sentral intensitas dismenorea di dapatkan
nilairata – rata adalah 5.18 (kategori nyeri sedang), dengan median 5.00, intensitas
dismenorea paling banyak adalah 5, nilai terendah 4 dan tertinggi adalah 6 serta
95% diyakini bahwa rata – rata usia menarche responden adalah diantara 4.80
sampai dengan 5.55.
5.3.2. Intensitas Dismenorea Sesudah Pemberian Terapi Relaksasi dengan
Aromaterapi pada Siswi Kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan Pada Bulan
Mei – Juni 2017
Dari hasil penelitian sesudah pemberian relaksasi dengan aromaterapi
intensitas dismenorea responden di sajikan dalam tabel di bawah ini :
74
Tabel 5.6 Hasil Penelitian Berdasarkan Skala Nyeri Setelah Dilakukan
Teknik Relaksasi deangan Aromaterapi pada Siswi Kelas 8
SMPN 1 Bendo Magetan Tahun 2017 (n = 17)
Variabel Mean Median Modus Min-
Max
CI-95%
Intensitas
Dismenorea
4.06 4.00 4 3-5 3.72-4.40
Sumber : Lembar Pengukuran Skala Nyeri NRS (numeric Rating
Scale) (2017)
Hasil pengukuran tendensi sentral intensitas dismenorea di dapatkan nilai
rata – rata adalah 4.06 (kategori nyeri sedang), dengan median 4.00, intensitas
dismenorea paling banyak adalah 4, nilai terendah 3 dan tertinggi adalah 5 serta
95% diyakini bahwa rata – rata usia menarche responden adalah diantara 3.72
sampai dengan 4.40.
5.3.3. Pengaruh Teknik Relaksasi dengan Aromaterapi Terhadap
Perubahan Intensitas Dismenorea pada Siswi Kelas 8 SMPN 1 Bendo
Magetan
Sebelum dilakukannya analisis data dilakukan uji normalitas terlebih
dahulu untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov dengan ketentuan nilai p value > α = 0.05. Pada penelitian
sebelum intervensi ρ value = 0.268 sedangkan sesudah intervensi ρ value = 0.093.
ini menunjukkan bahwa nilai kedua p value > α = 0.05 sehingga dapat dikatakan
bahwa data berdistribusi normal. Hasil analisa dengan menggunakan uji paired
sample t test di sajikan sebagai berikut :
Tabel 5.7 Analisa Pengaruh Teknik Relaksasi dengan Aromaterapi Terhadap
Perubahan Intensitas Dismenorea pada Siswi Kelas 8 SMPN 1 Bendo
Magetan Tahun 2017 (n = 17)
75
Intensitas
Dismenorea
Mean CI-95% p-value
Sebelum Terapi 5.18 4.80 – 5.55
0.000
Sesudah Terapi 4.06 3.72 – 4.40
Beda Pengaruh
Sebelum dan
Sesudah Terapi
1.118 0.947 – 1.288
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa rata – rata intensitas
dismenorea sebelum pemberian terapi adalah 5.18dan tingkat kepercayaan 95%
adalah 4.80 - 5.55. Sedangkan nilai rata – rata intensitas dismenorea sesudah
pemberian terapi adalah 4.06, dan 95% tingkat kepercayaan berada pada rentang
3.72 - 4.40. Dengan menggunakan uji Paired Sampel t Test maka hasilnya di
dapatkan p = 0.000. Sehingga p = 0.000 < α = 0.05 maka H1 diterima yang artinya
ada pengaruh relaksasi dengan aromaterapi terhadap perubahan intensitas
dismenorea pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan.
5.4. Pembahasan
Pembahasan ini meliputi interpretasi dari penelitian antara lain intreprestasi
intensitas dismenorea sebelum diberikan relaksasi aromaterapi dan interpretasi
intensitas dismenorea setelah diberikan relaksasi dengan aromaterapi.
5.4.1. Intensitas Dismenorea Sebelum Pemberian Relaksasi dengan
Aromaterapi
Berdasarkan hasil penelitian intensitas dismenorea sebelum pemberian
relaksasi dengan aromaterapi dengan menggunakan skala nyeri NRS (Numeric
76
Rating Scale) pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan dapat diketahui pada
tabel 5.5 bahwa rata – rata intensitas dismenorea yang di alami responden adalah
5. 18 yang termasuk kedalam kategori nyeri sedang.
Pada penelitian ini rata – rata responden berusia 14 tahun, intensitas
dismenorea tertinggi dialami responden pada usia 13 tahun dengan skala nyeri 6
(nyeri sedang) sedangkan intensitas dismenorea terendah dialami oleh responden
pada usia 14 tahun dengan skala nyeri 4 (nyeri sedang). Selain usia pada
penelitian ini rata – rata responden mengalamai dismenorea pada hari haid ke 1.18
dengan hari haid responden terendah yaitu pada hari ke -1 (sebelum menstruasi)
dengan skala nyeri 6 (nyeri sedang) sedangkan hari haid responden tertinggi yaitu
pada hari haid ke 2 dengan skala nyeri 6 dan 5 (nyeri sedang).
Dismenorea ini terjadi dikarenakan pada saat haid terjadi peningkatan
produksi prostaglandin (oleh dinding rahim) sehingga mengakibatkan
peningkatan kontraksi rahim (uterus) yang berlebihan (Proferawati & Misaroh,
2009). Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas melepaskan
prostaglandin. Prostaglandin merangsang otot uterus (rahim) dan mempengaruhi
pembuluh darah yang menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai darah ke
rahim) melalui kontraksi myometrium (otot dinding rahim) dan vasoconstiction
(penyempitan pembuluh darah) (Anurogo & Wulandari, 2011).
Nyeri adalah pangalaman sensor dan emosional yang tidak menyenangkan
dan bersifat sangat subjektif. Sebab, perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingaktannya. Dan hanya pada orang tersebutlah, yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami (Brunner & Sudarth,
77
2002). Sedangkan menurut LeMone, Buke & Bauldoff, (2016) apa pun yang
dialami individu sebagai nyeri adalah nyeri yang benar terjadi, dan kapan pun
individu mengatakan nyeri artinya benar adanya.
Menurut Kusmiran (2011) dismenorea dimulai 24 jam sebelum maupun saat
haid datang, berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid. Setelah itu rasa
nyeri tadi akan hilang. Mansjoer (2001) dalam Agustina (2016) mengatakan
peluruhan pada dinding rahim timbul pada hari pertama dan hari kedua sehingga
beberapa wanita akan merasakan nyeri atau ketidaknyamanan pada hari tersebut.
Untuk menilai skala nyeri sesorang dibutuhkan pengukuran skala nyeri
antara lain dengan menggunakan skala nyeri NRS (Numeric Rating Scale).
Solehati & Kosasih (2015) mengatakan skala ini dimulai dari angka 0-10, yaitu
angka 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan angka 10 menunjukkan nyeri paling
hebat. Untuk tujuan deskriptif Wahyudi & Wahid (2016) mengkategorikan nyeri
sebagai berikut, nyeri ringan (1 – 3) yaitu nyeri yang bisa ditoleransi dengan
baik/tidak mengganggu aktivitas, nyeri sedang (4 – 6) yaitu nyeri yang
mengganggu aktivitas fisik,nyeri berat (7 – 9) yaitu pada saat nyeri tidak mampu
melakukan aktivitas secara mandiri dan yang terakhirnyeri sangat berat (10) yaitu
nyeri sangat hebat dan tidak berkurang dengan terapi/obat – obatan pereda nyeri
dan tidak dapat melakukan aktivitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2016) membuktikan bahwa
responden yang mengalami dismenorea pada hari haid pertama ada 10 orang
(50%), dan dismenorea pada hari haid kedua ada 10 orang (50%). Tingkat nyeri
yang dirasakan berbeda pada hari pertama dan hari kedua. Pada hari pertama
78
tingkat nyeri yang dirasakan responden rata-rata berada pada nyeri sedang
berjumlah 8 orang (40%). Sedangkan pada hari kedua rata-rata responden yang
berjumlah 7 orang (35%) mengalami nyeri sedang. Sehingga terdapat perbedaan
tingkat nyeri yang dirasakan pada hari pertama dan hari kedua. Selain itu menurut
Srianti (2006) dalam Suliawati (2013) mengatakan pada tingkat usia 12 tahun,
beberapa responden telah mengalami nyeri haid (dismenorea). Dengan lama nyeri
1-2 hari. Sedangkan padatingkat usia 16 tahun rata-rata responden mengalami
dismenorea selama1,08 hari. Hal disebabkan karena adanya respon hipotalamus
pituitary ovarian, adanya respon folikel dalam ovarium dan fungsi uterus yang
mulai normal. Pada tingkat usia 17 terjadi peningkatan yang signifikan,
dimanalama dismenorea yang dirasakan oleh responden meningkat hingga 1,7
hari. Rata-rata pada usia ini seseorang telah dikatakan matang secara hormonal.
Pada usia 18 dan 19 tahun responden mengalami penurunan dismenorea yaitu
dalam jangka waktu 1,6 hari.Pada tingkatan usia yang lebih tinggi yaitu pada usia
20, 21 dan 22 lama nyeri haid (dismenorea) yang dirasakan cukup fluktuatif,
kurang lebih 1.6, 1.02, 1.04. Pada tingkat usia ini terjadi peningkatan lama
dismenorea dengan selisih yang tidak begitu signifikan.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novia dan
Puspitasari (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian dismenorea
primer. Penelitian ini menunjukkan bahwa dismenorea primer lebih banyak
ditemukan pada rentangusia 15–25 tahun dengan persentase 87% padajumlah
responden 100 orang. Penelitian lainnya oleh Ortiz (2010) dalam Salbiah (2013)
79
menunjukkan bahwa rata-rata usia responden yang mengalami dismenorea adalah
17–35 tahun.
Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa dismenorea
merupakan hal biasa yang dialami oleh seorang perempuan pada saat menstruasi,
tidak sedikit perempuan pada saat menstruasi mengalami dismenorea. Intensitas
yang dirasakan seseorang berbeda – beda mulai dari nyeri ringan hingga nyeri
berat yang tidak terkontrol. Dalam penelitian ini usia serta hari haid saat
responden mengalami dismenorea mempengaruhi terjadinya peningkatan
intensitas dismenorea yang di rasakan. Sehingga tingkat nyeri yang diraskan
responden dapat berbeda – beda.
5.4.2. Intensitas Dismenorea Sesudah Pemberian Relaksasi dengan
Aromaterapi
Berdasarkan penelitian intensitas dismenorea dengan menggunakan lembar
pengukuran skala nyeri NRS (Numeric Rating Scale) hasil intensitas dismenorea
sesudah pemberian relaksasi dengan aromaterapi yang di berikan selama 15 menit
pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan pada tabel 5.6 diketahui bahwa rata –
rata intensitas dismenorea adalah 4.06 yang termasuk kedalam kategori nyeri
sedang dengan intensitas dismenorea terendah yaitu pada skala nyeri 3 (nyeri
ringan) dan yang tertinggi pada skala nyeri 5 (nyeri sedang). Setelah pemberian
relaksasi dengan aromaterapi para responden mengatakan lebih rileks dan tenang
serta nyeri yang dirasakan dapat berkurang. Dilihat dari segi manfaat aromaterapi
ini juga cukup mudah digunakan dan tidak menimbulkan efek samping serta dapat
dilakukan kapan saja.
80
Dismenorea merupakan hal yang wajar di alami oleh seseorang yang
mengalami menstruasi. Walaupun dismenorea ini tidak berbahaya namun dapat
memaksa penderita untuk istirahat dan meniggalkan pekerjaan atau aktivitas
rutinnya sehari-hari selama beberapa jam atau bahkan beberapa hari seperti juga
menyebabkan seseorang tidak bisa hadir dalam sekolah maupun bekerja
(Proferawati & Misaroh, 2009).
Salah satu cara nonfarmakologi untuk mengatasi dismenorea adalah
aromaterapi. Menurut Jaelani (2009) aromaterapi merupakan salah satu diantara
metode pengobatan kuno yang masih dapat bertahan hingga kini. Metode
penyembuhan ini sudah berlangsung secara turun menurun. Sekalipun metode
yang digunakan tergolong sederhana, namun cara terapi ini memiliki beberapa
keunggulan dan kelebihan dibandingkan dengan penyembuhan lain.Adapun
kelebihan dan keunggulan dari aromaterapi antara lain biaya yang dikeluarkan
relatif murah, dapat menimbulkan rasa senang, serta khasiatnya terbukti cukup
manjur dan tidak kalah dengan metode terapi lainnya. Walaupun begitu ada
beberapa kendala yang dapat mengurangi efek dari aromaterapi sehingga terapi
yang digunakan tidak bisa maksimal. Menurut Wisudawati dkk (2014) yang
menyatakan bahwa ketidakmampuan untuk fokus menyebabkan ketegangan yang
berkepanjangan yang membuat kadar prostaglandin tetap tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Argi Virgona Bangun dan Susi Nur‟aeni
tentang “Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien
Pasca Operasi Di Rumah Sakit Dustira Cimahi” menunjukkan bahwa intensitas
nyeri sesudah diberikan aromaterapi lavender 4,10, dengan intensitas nyeri
81
terendah 1 dan tertinggi 10. Dari tingkat kepercayaan pasien disimpulkan bahwa
95% diyakini bahwa rata-rata intensitas nyeri antara 2,09 sampai 6,11 dengan
jumlah responden sebanyak 10 orang, ini dikarenakan aromaterapi dipandang dari
segi biaya dan manfaat, penggunaan manajemen nonfarmakologi lebih ekonomis
dan tidak ada efek sampingnya jika dibandingkan dengan penggunaan manajemen
nyeri farmakologi. Selain itu juga mengurangi ketergantungan pasienterhadap
obat-obatan. Perawat mengajarkan keperawatan mandiri atauterapi komplementer
kepada pasien atau keluarga pasien. Salah satu terapi komplementer adalah
aromaterapi, dimana aromaterapi ini bermanfaat mengurangi ketegangan otot
yang akan mengurangi tingkat nyeri.
Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa aromaterapi merupakan
salah satu cara nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk meringankan
intensitas dismenorea yang dirasakan oleh responden. Pada penelitian ini
intensitas dismenorea setelah pemberian terapi masih berada pada kategori nyeri
sedang. Hal ini dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana dalam pelaksanaan
intervensi, misalnya pada saat pemberian intervensi tidak berada pada rungan
yang tidak berAC, selain itu kurangnya fokus dan ketegangan responden juga
dapat mengurangi efek dari relaksasi yang diberikan.
5.4.3. Pengaruh Relaksasi dengan Aromaterapi Terhadap Perubahan
Intesitas Dismenorea pada Siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan
Setelah dilakukannya analisis data dengan menggunakan uji Paired sample
t test dengan tingkat kesalah α = 0.05 diperoleh sig ρ value = 0.000. Hal ini
menunjukkan bahwa ρ value = 0.000 < α = 0.05 maka Ho ditolak dan H1 diterima
82
yang yang artinya ada pengaruh relaksasi dengan aromaterapi terhadap perubahan
intensitas dismenorea pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan. Selisih rata-
rata tingkat dismenorea sebelum dan setelah diberikan relaksasi dengan
aromaterapi adalah 1.18.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan Najmi (2011) aromaterapi dapat
menurunkan tingkat nyeri pada seseorang yang mengalami dismenorea, sebab
aromaterapi dapat memberikan efek stimulasi, memberikan sensasi yang
menenangkan diri, otak, keseimbangan, stress yang dirasakan, relaksasi pada
pikiran dan fisik pada tubuh sehingga efek inilah yang dapat menurunkan nyeri
pada seseorang. Jika pikiran terasa tenang dan rileks maka akan tercipta suasana
yang nyaman, dan nyeri haid pun dapat berkurang. Selain itu Ilmi, 2012 dalam
Agustina (2016) aromaterapi merilekskan perut yang nyeri dan mempunyai efek
menyejukkan, meningkatkan keseimbangan, pikiran positif, kepekaan, ketenangan
jiwa, mengurangi depresi, rasa cemas, batuk, rasa sakit saat haid, stress, dan
kecewa.
Hal ini dikarenakan aroma dari aromaterapi memasuki hidung kita dan
berhubungan dengan cilia yaitu rambut–rambut halus di bagian dalam hidung.
Reseptor dalam cilia berhubungan dengan tonjolan olfaktorius yang berada di
ujung saluran penciuman. Ujung dari saluran penciuman berhubungan dengan
otak. Bau diubah oleh cilia menjadi impuls listrik yang diteruskan ke otak melalui
olfaktorius. Semua impuls mencapai system limbik. Sistem limbic adalah bagian
dari otak yang dikaitkan dengan suasana hati, emosi, memori, dan belajar
seseorang. Semua bau yang mencapai system limbic mempengaruhi kimia
83
langsung pada suasana hati seseorang. Misalnya, bau lavender meningkatkan
gelombang alfa dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk
rileks hingga menurunkan nyeri. Bau melati meningkatkan gelombang beta dalam
otak dan gelombang inilah yang dikaitkan dengan meningkatkan kesadaran.
Sistem limbic juga merupakan tempat penyimpanan bau yang diingat. Ukuran
molekul dari aromaterapi sangat kecil dan semua dapat dengan mudah menembus
kulit dan masuk kedalam aliran darah. Diperlukan waktu beberapa detik bahkan
dua jam bagi minyak aromaterapi untuk memasuki kulit dan dalam waktu empat
jam racun keluar dari badan lewat urine, keringat, dan pembuangan yang lain
(Sharma, 2009).
Penelitian yang sama dilakukan oleh Trie Wahyu Agustina (2016)
“Pengaruh Pemberian Effleurage Massage Aromatherapy Jasmine Terhadap
Tingkat Dismenorea Pada Mahasiswi Keperawatan Semester IV Di Universitas
„Aisyiyah Yogyakarta” di dalam penelitiannya terbukti terjadi penurunan tingkat
nyeri setelah pemberian effleurage massage aromatherapy jasmine dengan nilai
ρvalue = 0.000 dengan jumlah responden sebanyak 10 orang.
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat berasumsi bahwa ada ada
pengaruh relaksasi dengan aromaterapi terhadap perubahan intensitas dismenorea
pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan. Aromaterapi ini memberikan efek
menenangkan dan merilekskan tubuh sehingga dapat menurunkan intensitas nyeri
yang dirasakan oleh seseorang, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh responden
setelah pemberian terapi responden merasakan lebih tenang, rileks, nyaman dan
nyeri yang dirasakan mulai berkurang setelah pemberian relaksasi dengan
84
aromaterapi. Dengan demikian penanganan dengan cara nonfarmakologi yang
salah satunya adalah relaksasi dengan aromaterapi dapat digunakan sebagai salah
alternatif untuk mengatasi intensitas dismenorea yang dirasakan seorang
perempuan.
5.5. Keterbatasan Peneliti
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengakui adanya kelemahan dan
kekurangan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum optimal atau bisa
dikatakan jauh dari kata sempurna, kekurangan tersebut antara lain :
Pada saat pelaksanaan penelitian sarana dan prasarana yang digunakan kurang
memadahi sehingga dalam pelaksanaan intervensi kurang maksimal.
85
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Relaksasi Dengan Aromaterpi Terhadap Perubahan Intensitas Dismenorea Pada
Siswi Kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan” di dapatkan beberapa kesimpulan :
1. Rata – rata hasil pengukuran intensitas dismenorea sebelum dilakukannya
terapi realaksasi dengan aromaterapi berskala 5.24 yang termasuk dalam
kategori nyeri sedang.
2. Rata – rata hasil pengukuran intensitas dismenorea sesudah dilakukan terapi
relaksasi dengan aromaterapi beskala 4.06 yang termasuk kedalam kategori
nyeri sedang.
3. Hasil analisis dengan menggunakan uji Paired sample t test diperoleh sig ρ
value = 0.000 < α = 0.05, maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya ada
pengaruh intensitas dismenorea pada siswi kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan.
86
6.2. Saran
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka penulis ingin menyampaikan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Responden
Penelitian ini disajikan sebagai alternatif dalam menurunkan nyeri
saat haid, sehingga disarankan untuk menggunakan terapi relaksasi dengan
aromaterapi yang dapat dilakukan secara mandiri sebagai teknik untuk
mengatasi dismenorea guna mereduksi penggunaan analgesik.
2. Bagi Institusi Pendidikan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi
mahasiswi tentang pengobatan nyeri menggunakan metode non farmakologi
dalam menurunkan nyeri haid.
3. Bagi Peneliti
Hasil peneliti ini belum sempurna karena keterbatasan peneliti,
diharapkan peneliti lain mampu mengembangkan penelitian lain mengenai
kejadian dismenorea dari segi faktor dan variabel yang berbeda agar dapat
mengembangkan penelitian di masa yang akan datang.
87
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, T, W & Salmiyati, S. (2016). Pengaruh Pemberian Effleurage Massage
Aromatherapy Jasmine Terhadap Tingkat Dismenore Pada Mahasiswi
Keperawatan Semester IV di Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Anurogo, D & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Andi.
Yogyakarta.
Bangun, A, F & Nur‟aeni, S. (2013). Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Di Rumah Sakit Dustira
Cimahi. Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jendral Achmad Yani Cimahi. Volume 8. No.2. Jurnal Keperawatan
Soedirman.
Basford, L & Slevin, O. (2006). Teori dan Praktis Keperawatan Pendekatan Integral pada Asuhan Pasien. EGC. Jakarta.
Brunner & Suddarth. (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Vol.
1. EGC. Jakarta.
Dantes,N. (2012). Metodologi Penelitian. Andi. Yogyakarta.
Dharma, K, K. (2013). Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Trans Info Media.
Jakarta.
Hidayat, A, A, A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.
Salemba Medika. Jakarta.
Jaelani. ( 2009). Aroma Terapi. Ed. 1. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.
Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba
Medika. Jakarta Selatan.
LeMone, P. Burke, M, K & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Vol. 1. Eds. 5. EGC. Jakarta.
Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Nuha Medika. Yogyakarta.
Nadliroh, U. (2013). Kecemasan Remaja Putri Dalam Menghadapi Nyeri Haid
(Dismenorhea) Pada Siswi Kelas VII Di Smpn 1 Mojoanyar
Kabupaten Mojokerto. Vol 5 No. Politeknik Kesehatan Majapahit.
Najmi, L, N. (2011). Buku Pintar Menstruasi. Wardi. Yogyakarta.
88
Notoatmodjo S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Novita, Ika & Puspitasari Nunik. (2008). Faktor Resiko yang Mempengaruhi
Kejadian Dismenorea Primer. The Indonesia Journal of Public health. Vol
4. No 2. RSUD Kabupaten Sidoarjo.
Nursalam. (2013). Metodologi Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Eds. 4.
Salemba Medika. Jakarta.
________. (2016). Metodologi Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Eds. 4.
Salemba Medika. Jakarta.
Pamungkas, A, A. (2016). Statistik Untuk Perawat & Kesehatan: Dilengkapi
Tutorial SPSS Dan Intreprestasi Data. Trans Info Media. Jakarta.
Poerwadi, R. (2006). Aromaterapi Sahabat Calon Ibu. Dian Rakyat. Jakarta.
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses
dan Praktik, Ed. 4. Vol. 2. EGC. Jakarta.
Proferawati A & Misaroh S. (2009). Menarche Menstruasi Penuh Makna. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Riwidikdo H. (2013). Statistik Kesehatan dengan Aplikasi SPSS dalam Prosedur
Penelitian. Rohima Press. Yogyakarta.
Salbiah. (2013). Penurunan Tingkat Nyeri Saat Menstruasi Melalui Latihan
Abdominal Stretching. Jurnal Ilmu Keperawatan. Magister Keperawatan
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Sani, F. (2016). Metodologi Penelitian Farmasi Komunitas dan Eksperimental.
Ed. 1. CV Budi Utama. Yogyakarta.
Saryono, A, S. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2.
Nuha Medika. Yogyakarta.
Sharma, S. (2009). Buku Pegangan yang Mengungkapkan secara Ringkas Rahasia
Aroma Terapi. Karisma. Tangerang.
Solehati, T & Kosasih, E, C. (2015). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas. PT Refika Aditama. Bandung.
Sujarweni, W. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan. Gava Medika.
Yogyakarta.
89
Sukarni, I & Wahyu. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Nuha Medika.
Yogyakarta.
Suryabrata, S. (2012). Metodologi Penelitian. PT Raja Gravindo Persada. Jakarta.
Susana, A, S & Hendarsih, S. (2014). Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa. EGC.
Jakarta.
Triyana, F, Y. (2013). Teknik Prosedural Keperawatan. D-Medika. Yogyakarta.
Wahyudi. S. A & Wahid, Abd. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Mitra
Wacana Media. Jakarta.
Widyastuti, Y. Rahmawati, A. Purnamaningrum, Y, E. (2009). Kesehatan
Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta.
Wisudawati, E, R. Djuria, S, A. Erita, Puspitasari. P. I. & Gunadi, A. (2014).
Efektifitas Senam Dismenorea dengan Teknik Relaksasi Terapi Murottal
untuk Mengurangi Dismenorea.
90
Lampiran 1
LEMBAR PENGESAHAN JUDUL
91
Lampiran 2
SURAT IJIN SURVEY PENDAHULUAN
92
Lampiran 3
Surat Ijin Penelitian
93
Lampiran 4
SURAT BALASAN
94
Lampiran 5
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan Hormat,
Saya sebagai mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun
Nama : Ita Rulyana Megawati
NIM : 201302086
Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Relaksasi
dengan Aromaterapi Terhadap Perubahan Intensitas Dismenorea Pada Siswi
Kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan”.
Sehubung dengan ini, saya mohon kesediaan saudari untuk menjadi
responden dalam penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi
saudari akan sangat saya jaga dan informasi yang saya dapatkan akan saya
gunakan untuk penelitian ini.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudari saya
mengucapkan terimakasih.
Madiun , Agustus 2017
Peneliti
Ita Rulyana Megawati
NIM. 201302086
95
Lampiran 6
PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN
(Inform Consent)
Dengan Menandatangani lembar ini, saya:
Nama (Inisia) :
Usia :
Alamat :
Memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian yang
berjudul “Pengaruh Relaksasi deangan Aromaterapi Terhadap Perubahan
Intensitas Dismenorea Pada Siswi Kelas 8 SMP N 1 Bendo Magetan”.
Saya telah dijelaskan bahwa lembar pengukuran nyeri ini hanya digunakan
untuk keperluan penelitian dan saya suka rela bersedia menjadi responden
penelitian ini.
Mengetahui,
Peneliti
(Ita Rulyana Megawati)
201302086
Magetan, Agustus 2017
Yang Menyatakan
( )
96
Lampiran 7
Penjelasan Penelitian
Perihal : Pemberian Informasi
Lampiran : 1 Lembar
Dengan Hormat,
Sehubung dengan akan dilakukannya penelitian dengan judul “Pengaruh
Relaksasi Dengan Aromaterapi Terhadap Perubahan Intensitas Dismenorea Pada
Siswi Kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan” sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program pendidikan Strata Satu (S1) Keperawatan di STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun, saya mohon kesediaan adik-adik untuk menjadi
responden dalam penelitian ini.
Di dalam penelitian ini nanti pertama akan diberikan lembar pengukuran
skala nyeri dan di mohon untuk mengisi lembar pengukuran skala nyeri dari
angka 1-10 yang menandakan angka 1 menunjukkan nyeri ringan hingga angka 10
nyeri berat yang tidak terkontrol. Kemudian setelah itu nanti akan dilakukan terapi
relaksasi dengan aromaterapi selama kurang lebih 15 – 20 menit dan setelah terapi
selesai nanti akan diberi lembar pengukuran skala nyeri dari angka 0 – 10 untuk
menunjukkan apakah ada perubahan intensitas nyeri setelah dilakukannya
relaksasi dengan aromaterapi.
Untuk itu saya mohon kerjasamanya dalam memberikan informasi dan
menunjukkan di angka berapa tingkat nyeri yang dirasakan adik-adik. Penelitian
ini hanya digunakan untuk kepentingan pendidikan serta perkembangan ilmu
pengetahuan.
Atas kerjasama dan bantuannya saya ucapka terimakasih.
Madiun, Agustus 2017
Ita Rulyana Megawati
201302086
97
Lampiran 8
Lembar Pengukuran Skala Nyeri
Pengaruh Relaksasi Dengan Aromaterapi Terhadap Perubahan
Intensitas Dismenorea Pada Siswi Kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan
Pengukuran Nyeri Posttest (Sesudah dilakukan teknik relaksasi aromaterapi)
A. Data Demografi Responden
Nama (Inisial) :
Usia :
Usia Pertama Haid :
Lama Haid :
Hari Haid :
B. Petunjuk Deskriptif
Di bawah ini terdapat skala pengukuran nyeri yang berbentuk horizontal
yang menunjukkan angka-angka dari 0-10, yaitu angka 0 yang menunjukkan tidak
ada nyeri dan angka 10 yang menunjukkan nyeri yang paling hebat serta terdapat
pengukuran skala nyeri dengan ekspresi wajah. Isilah skala pengukuran nyeri
tersebut dengan cara lingkarilah skala nyeri berikut berdasarkan tingkat nyeri
yang anda rasakan!
98
Keterangan :
0 : tidak ada nyeri
1 – 3 : nyeri ringan (bisa ditoleransi dengan baik/tidak mengganggu
aktivitas)
4 – 6 : nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
7 – 9 : nyeri berat (tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri)
10 : nyeri sangat berat (nyeri sangat hebat dan tidak berkurang dengan
terapi/obat – obatan pereda nyeri dan tidak dapat melakukan
aktivitas)
99
Lampiran 9
Lembar Pengukuran Skala Nyeri
Pengaruh Relaksasi Dengan Aromaterapi Terhadap Perubahan
Intensitas Dismenorea Pada Siswi Kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan
Pengukuran Nyeri Pretest (Sebelum dilakukan teknik relaksasi aromaterapi)
A. Data Demografi Responden
Nama (Inisial) :
Usia :
Usia Pertama Haid :
Lama Haid :
Hari Haid :
B. Petunjuk Deskriptif
Di bawah ini terdapat skala pengukuran nyeri yang berbentuk horizontal
yang menunjukkan angka-angka dari 0-10, yaitu angka 0 yang menunjukkan tidak
ada nyeri dan angka 10 yang menunjukkan nyeri yang paling hebat serta terdapat
pengukuran skala nyeri dengan ekspresi wajah. Isilah skala pengukuran nyeri
tersebut dengan cara lingkarilah skala nyeri berikut berdasarkan tingkat nyeri
yang anda rasakan!
100
Keterangan :
0 : tidak ada nyeri
1 – 3 : nyeri ringan (bisa ditoleransi dengan baik/tidak mengganggu
aktivitas)
4 – 6 : nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
7 – 9 : nyeri berat (tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri)
10 : nyeri sangat berat (nyeri sangat hebat dan tidak berkurang dengan
terapi/obat – obatan pereda nyeri dan tidak dapat melakukan
aktivitas)
101
Lampiran 10
SOP (STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR)
SOP (STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR)
RELAKSASI AROMATERAPI
Pengertian Aromaterapi adalah terapi dengan menggunakan berbagai jenis
bunga, tumbuhan, minyak wangi, dan wangi-wangian yang dapat
meringankan bahkan menyembuhkan nyeri.
Tujuan 1. Untuk menurunkan intensitas nyeri yang di alami oleh
seseorang
2. Untuk menyembuhkan dan memperbaiki kesehatan
3. Aromaterapi mempunyai sifat antivirus, antiperadangan,
antidepresan, dan membuat rileks
Alat Dan Bahan 1. Tungku Aromaterapi
2. Lilin
3. Korek api
4. Air
5. Minyak aromaterapi
Persiapan Klien Responden di beri penjelasan dan inform consent
102
Prosedur 1. Isi mangkok aromaterapi (mangkok kecil yang berada di atas
tungku aromaterapi) dengan air hingga setengah mangkuk.
2. Teteskan 1tetes minyak aromaterapi kedalam mangkuk.
3. Nyalakan lilin lalu masukkan kedalam lubang tungku
aromaterapi pada bagian bawahnya.
4. Tunggu sampai air menguap dan bau aromaterapi menguap
5. Atur posisi responden dengan senyaman mungkin
6. Dekatkan tungku aromaterapi yang telah dinyalakan dan
disiapkan tadi.
7. Atur posisi tungku aromaterapi jangan terlalu dekat dan jangan
terlalu jauh.
8. Anjurkan klien melepaskan otot-ototnya dan hindari keadaan
tegang
9. Anjurkan klien untuk menarik nafas melalui hidung lalu hirup
aromaterapi secara perlahan-lahan
10. Lalu, keluarkan napas secara perlahan dengan mulut seperti
bersiul
11. Anjurkan pasien untuk tetep fokus pada pernapasannya dan
bau dari aromaterapi yang sedang dinyalakan selama 15 menit
12. Setelah selesai rapikan alat
13. Rapikan responden
14. Evaluasi :
a. Perasaan responden setelah dilakukan intervensi
103
Lampiran 11
HASIL TABULASI DATA
Pengaruh Teknik Relaksasi dengan Aromaterapi Terhadap Perubahan Intensitas
Dismenorea Pada Siswi Kelas 8 SMPN 1 Bendo Magetan
No Nama Usia
Responden
Usia
Pertama
Haid
(Menarche)
Hari
Haid
Lama
Haid
X1 Kriteria X2 Kriteria
1 HSP 14 tahun 10 tahun 2 4 hari 5 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang
2 ZAS 13 tahun 11 tahun -1 8 hari 6 Nyeri Sedang 5 Nyeri Sedang
3 AEF 13 tahun 12 tahun 1 7 hari 6 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang
4 ANL 13 tahun 11 tahun 2 7 hari 6 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang
5 ASA 14 tahun 12 tahun 1 7 hari 6 Nyeri Sedang 5 Nyeri Sedang
6 NDS 14 tahun 13 tahun 1 6 hari 5 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang
7 IL 14 tahun 13 tahun 1 8 hari 5 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang
8 AVA 14 tahun 12 tahun 1 7 hari 4 Nyeri Sedang 3 Nyeri Ringan
9 DI 14 tahun 12 tahun 2 7 hari 5 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang
104
10 EYRL 14 tahun 13 tahun 1 7 hari 4 Nyeri Sedang 3 Nyeri Ringan
11 AQQ 14 tahun 11 tahun 1 6 hari 6 Nyeri Sedang 5 Nyeri Ringan
12 ZA 14 tahun 13 tahun 1 6 hari 5 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang
13 TN 14 tahun 12 tahun 1 7 hari 5 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang
14 GP 15 tahun 12 tahun 1 7 hari 4 Nyeri Sedang 3 Nyeri Ringan
15 ES 14 tahun 13 tahun 2 7 hari 5 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang
16 DP 13 tahun 11 tahun 1 5 hari 5 Nyeri Sedang 4 Nyeri Sedang
17 EI 14 tahun 12 tahun 2 6 hari 6 Nyeri Sedang 5 Nyeri Sedang
105
Lampiran 12
HASIL SPSS
Frequencies
Statistics
Usia siswi
klas 8
SMPN 1
Bendo
usia
pertama
kali
responden
menstruasi
Lama
menstruasi
responden
Hari
terjadinya
dismenore
a saat riset
Skala
dismenore
a pre
intervensi
Skala
dismenore
a post
intervensi
N Valid 17 17 17 17 17 17
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 13.82 11.94 6.59 1.18 5.18 4.06
Std. Error of
Mean .128 .218 .243 .176 .176 .160
Median 14.00 12.00 7.00 1.00 5.00 4.00
Mode 14 12 7 1 5 4
Std. Deviation .529 .899 1.004 .728 .728 .659
Variance .279 .809 1.007 .529 .529 .434
Skewness -.259 -.459 -1.114 -1.393 -.290 -.057
Std. Error of
Skewness .550 .550 .550 .550 .550 .550
Kurtosis .737 -.369 1.721 4.385 -.890 -.314
Std. Error of
Kurtosis 1.063 1.063 1.063 1.063 1.063 1.063
Range 2 3 4 3 2 2
Minimum 13 10 4 -1 4 3
Maximum 15 13 8 2 6 5
Sum 235 203 112 20 88 69
106
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Skala dismenorea
post intervensi 17 100.0% 0 .0% 17 100.0%
Skala dismenorea
pre intervensi 17 100.0% 0 .0% 17 100.0%
Usia siswi klas 8
smpn 1 Bendo 17 100.0% 0 .0% 17 100.0%
usia pertama kali
responden
menstruasi
17 100.0% 0 .0% 17 100.0%
Lama menstruasi
responden 17 100.0% 0 .0% 17 100.0%
Hari terjadinya
dismenorea saat
riset
17 100.0% 0 .0% 17 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Skala
dismenorea
post
intervensi
Mean 4.06 .160
95%
Confidence
Interval for
Mean
Lower Bound 3.72
Upper Bound 4.40
5% Trimmed Mean 4.07
Median 4.00
Variance .434
Std. Deviation .659
Minimum 3
Maximum 5
Range 2
Interquartile Range 0
Skewness -.057 .550
Kurtosis -.314 1.063
107
Skala
dismenorea
pre
intervensi
Mean 5.18 .176
95%
Confidence
Interval for
Mean
Lower Bound 4.80
Upper Bound 5.55
5% Trimmed Mean 5.20
Median 5.00
Variance .529
Std. Deviation .728
Minimum 4
Maximum 6
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -.290 .550
Kurtosis -.890 1.063
Usia siswi
klas VIII
smpn 1
Bendo
Mean 13.82 .128
95%
Confidence
Interval for
Mean
Lower Bound 13.55
Upper Bound 14.10
5% Trimmed Mean 13.80
Median 14.00
Variance .279
Std. Deviation .529
Minimum 13
Maximum 15
Range 2
Interquartile Range 0
Skewness -.259 .550
Kurtosis .737 1.063
usia
pertama
kali
responden
menstruasi
Mean 11.94 .218
95%
Confidence
Interval for
Mean
Lower Bound 11.48
Upper Bound 12.40
5% Trimmed Mean 11.99
Median 12.00
Variance .809
Std. Deviation .899
Minimum 10
108
Maximum 13
Range 3
Interquartile Range 2
Skewness -.459 .550
Kurtosis -.369 1.063
Lama
menstruasi
responden
Mean 6.59 .243
95%
Confidence
Interval for
Mean
Lower Bound 6.07
Upper Bound 7.10
5% Trimmed Mean 6.65
Median 7.00
Variance 1.007
Std. Deviation 1.004
Minimum 4
Maximum 8
Range 4
Interquartile Range 1
Skewness -1.114 .550
Kurtosis 1.721 1.063
Hari
terjadinya
dismenorea
saat riset
Mean 1.18 .176
95%
Confidence
Interval for
Mean
Lower Bound .80
Upper Bound 1.55
5% Trimmed Mean 1.25
Median 1.00
Variance .529
Std. Deviation .728
Minimum -1
Maximum 2
Range 3
Interquartile Range 1
Skewness -1.393 .550
Kurtosis 4.385 1.063
109
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Skala
dismenorea pre
intervensi
Skala
dismenorea post
intervensi
N 17 17
Normal
Parametersa
Mean 5.18 4.06
Std. Deviation .728 .659
Most
Extreme
Differences
Absolute .243 .300
Positive .243 .300
Negative -.228 -.288
Kolmogorov-Smirnov Z 1.001 1.238
Asymp. Sig. (2-tailed) .268 .093
a. Test distribution is Normal.
110
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Skala
dismenorea
pre intervensi
5.18 17 .728 .176
Skala
dismenorea
post
intervensi
4.06 17 .659 .160
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Skala dismenorea pre intervensi &
Skala dismenorea post intervensi 17 .890 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Skala
dismenorea
pre intervensi
- Skala
dismenorea
post
intervensi
1.118 .332 .081 .947 1.288 13.876 16 .000
111
Lampiran 13
LEMBAR KONSULTASI
112
113
Lampiran 14
LEMBAR REVISIAN
114
115
116
Lampiran 15
JADWAL KEGIATAN
No. Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1. Pembuatan dan
Konsul Judul
2. Penyusunan
Proposal
3. Bimbingan
Proposal
4. Pengambilan
Data Awal
5. Ujian Proposal
6. Revisi Proposal
7. Pelaksanaan
Penelitian
8. Pengumpulan
Data Akhir
9. Penyusunan dan
Konsul Skripsi
10. Ujian Skripsi
117
Lampiran 16
DOKUMENTASI