SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PENANGGULANGAN PARKIR …repo.apmd.ac.id/962/1/SKRIPSI CAROLINA BELLA...
Transcript of SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PENANGGULANGAN PARKIR …repo.apmd.ac.id/962/1/SKRIPSI CAROLINA BELLA...
SKRIPSI
EVALUASI KEBIJAKAN PENANGGULANGAN PARKIR LIAR
DI KOTA YOGYAKARTA
( Studi Penelitian Deskriptif Kualitatif Di Dinas Perhubungan
Kota Yogyakarta)
Disusun oleh:
CAROLLINA BELLA VIESTA
15520002
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN (S-1)
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2019
iv
HALAMAN MOTTO
“ Hal Terbaik Yang Pernah Terjadi Dalam Hidup Adalah Menjadi Seorang
Penulis. Entah Itu Besok, Lusa Atau Dilain Waktu Ku Yakin Pasti Ada Jalan “.
~ CBV ~
“ Jangan Pergi Mengikuti Kemana Jalan Akan Berujung. Buatlah JalanMu
Sendiri Dan Tinggalkanlah Jejak “.
~ Ralph Waldo Emerson ~
“ Hiduplah Seakan-akan Kau Akan Mati Besok. Belajarlah Seakan-akan Kau
Akan Hidup Selamanya “.
~ Mahatma Gandhi ~
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tidak ada kata-kata terindah, selain mengucap puji dan syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena kasih dan berkat-Nya penyusun dapat menyelesaikan
Skripsi ini dengan baik. Penyusun berharap Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orangtua penulis, Bapak Markus Mikael dan Ibu Fransiska Romana
Purnawati. Terimakasih atas doa yang tidak pernah putus-putus, cinta kasih
yang luar biasa, serta dukungan semangat yang telah kalian berikan kepada
penulis hingga saat ini.
2. Teruntuk saudara satu-satunya penulis Markus Keanne Jeffon. Terimakasih
telah menjadi adik yang luar biasa untuk penulis dan selalu bisa membuat
penulis menjadi lebih baik ketika penulis merasa berada diwaktu sulit.
3. Teruntuk keluarga besar penulis dari pihak bapak maupun dari pihak ibu.
Terimakasih atas doa, semangat, nasehat dan dukungan yang selalu kalian
berikan kepada penulis.
4. Teruntuk Almamater penulis, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta dimana penulis mendapat pendidikan yang memberikan
wawasan dan ilmu sampai pada penulis mendapatkan gelar sarjana, semoga
ilmu dan wawasan yang penulis dapatkan bisa bermanfaat untuk semua orang.
5. Teruntuk Motivator bagi penulis, Bapak Syahrul. Terimakasih telah
mengajarkan banyak hal tidak hanya wawasan dan ilmu untuk semua yang
pernah beliau ajarkan kepada penulis segala hal tentang menulis cerpen yaitu
hobby penulis yang masih penulis tekuni hingga sekarang.
vi
6. Teruntuk Saudara, Sahabat, Senior dan teman seperjuangan penulis.
Terimakasih Ermiyanti, Hardin Umbu Pandajhal, Maria Tri Oktaviani, Kak
Aka, Warissyah Putra, Koko Gufran, Agustinus Sulasno , Kak Ayu Sumba,
Bang Aven, Kak Murni, Ama Sepri, Darwis Mawo, Ira Sagita, Emerensiana
Somy, Bang Rabin, Bang Theo, Irfan Alil, Bang Chobas, Hengki Jaiwu, Doan,
Yonis, Risma, Shella Lorenza, Scan, Nova, Agustinus Sakro, Frengki
Sudrajat, Ferdi, Fersa, Riko, Rinto Kaka, Daniel, Noker dan lainnya yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas Persaudaraan dan
Persahabatan serta canda tawa yang membuat penulis sangat bangga pernah
memiliki saudara dan sahabat seperti kalian.
7. Teruntuk Teman KKN Kelompok 19, Hardin Umbu Pandabanjhal, Risma,
Bang Theo, Bang Rabin, Kiki, Leman, Scan. Terimakasih atas waktu dan
kebersamaan selama 50 hari.
8. Teruntuk LPM Teropong Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta yang penulis banggakan, Bang Umbu Bulang, Bang
Syahrul, Bang Anto, Bang Rulis, Bang Dens, Bang Vibo, Bang Dody, Bang
Deddy, Darwis Mawo, Rinto Kaka, Shara, Kak Bekti, Bang Ardy, Riko, Dek
Agustinus Sakro, Dek Ian dan lainya yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Terimakasih telah berbagi wawasan, ilmu serta pengalaman yang
sangat berguna bagi penulis.
Terimakasih atas kebersamaannya selama ini, selama penulis menempuh
pendidikan di Kota Yogyakarta. Banyak pengalaman dan penghetahuan yang kita
dapatkan disini, semoga kelak semua pengalaman dan penghetahuaan yang kita
punya dapat berguna bagi Bangsa dan Negara Republik Indonesia.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Jesus Kristus
yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “ EVALUASI
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN PARKIR LIAR DI KOTA
YOGYAKARTA “ (Studi Penelitian Deskriftif Kualitatif Di Dinas Perhubungan
Kota Yogyakarta). Tugas Akhir Skripsi ini di susun sebagai salah satu syarat yang
harus di penuhi oleh penulis guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan,
di Prodi Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta. Penulis sadar bahwa penyelesaian skripsi ini tidak lepas
dari banyak pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak atas segala dukungan, bantuan, bimbingan dan
pengarahan yang telah di berikan kepada penulis, khususnya Kepada:
1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto M.Si Selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Triyanto Purnomo Raharjo, BE, M.Si Selaku Ketua Program
Studi Ilmu Pemerintahan. Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD”.
3. Bapak Dr. R Widodo Triputro, MM., M.Si Selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dalam penulisan Tugas Akhir Skripsi ini.
4. Bapak Drs. Jaka Triwidaryanta, M.Si dan Bapak Dr. Supardal, M.Si Selaku
Dosen Pengunji I dan Dosen Pengunji II yang telah mengunji Tugas Akhir
Skripsi ini.
viii
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak memberikan materi kuliah
khususnya Dosen Ilmu Pemerintahan, Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
6. Seluruh Staf dan Karyawan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta.
7. Aparatur Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, yang telah menerima dan
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta yang
sudah bersama-sama berjuang dan saling membantu semasa proses
perkuliahan hingga proses penyusunan Tugas Akhir Skripsi.
9. Semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam proses Penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini, yang mana penulis tidak
bisa menyebutkan satu persatu.
Penulis merasa Tugas Akhir Skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari
isi maupun teknik penyajian, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
konstruktif guna perbaikan selanjutnya. Penulis berharap semoga karya ini dapat
membawa manfaat bagi semua pihak, baik untuk penulis sendiri maupun para
pembaca sekalian.
Yogyakarta, 20 Agustus 2019
Penulis
Carollina Bella Viesta
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
LAMPIRAN ................................................................................................ xiv
INTISARI .................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 12
a. Tujuan Penelitian ...................................................................... 12
b. Manfaat Penelitian .................................................................... 12
D. Kerangka Teori ............................................................................. 12
1. Pengelolaan Perparkiran ........................................................... 12
2. Peraturan Perundang-Undangan tentang Perparkiran Di Kota
Yogyakarta................................................................................ ...... 26
x
3. Pelaku Parkir Liar Di Kota Yogyakarta ..................................... 36
E. Ruang Lingkup ............................................................................. 44
F. Metode Penelitian ......................................................................... 46
1. Jenis Penelitian ......................................................................... 46
2 Unit Analisis ............................................................................ 47
3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 50
a. Observasi ............................................................................. 50
b. Wawancara (Interview) ........................................................ 51
c. Dokumentasi ........................................................................ 51
4. Teknik Analisis Data ................................................................ 52
BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN KOTA YOGYAKARTA .... 54
A. Deskripsi Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta ............................ 54
1. Visi Misi .................................................................................. 54
2. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan.................................... 55
3. Tugas Pokok dan Fungsi ........................................................... 58
4. Kepegawaian dan Pelayanan Umum .......................................... 67
5. Sarana Prasarana ....................................................................... 74
BAB III ANALISIS PENANGGULANGAN PARKIR LIAR DI
KOTA YOGYAKARTA ............................................................................. 77
1. Pelaksanaan Parkir Ilegal .............................................................. 79
a. Keberadaan Parkir Liar ............................................................. 80
b. Ciri-Ciri Parkir Liar .................................................................. 82
xi
c. Ciri-Ciri Letak Jalan yang tidak boleh digunakan untuk
Parkir ....................................................................................... 88
d. Kerugian yang dialami dengan adanya Parkir Liar bagi
Masyarakat dan Kerugian Pendapatan Retribusi Parkir ............. 91
e. Gangguan Lalu Lintas karena adanya Parkir Liar ...................... 100
2. Kebijakan yang digunakan dalam Menanggulangi Parkir Liar Di
Kota Yogyakarta ........................................................................... 106
a. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009
tentang Penyelenggaraan Perparkiran ....................................... 106
b. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2012
tentang Retribusi Jasa Umum ................................................... 111
3. Penanggulangan dan Tindakan yang telah dilakukan Dinas
Perhubungan Kota Yogyakarta dalam Mengatasi Parkir Liar ....... 116
a. Pembinaan dan Penertiban Parkir Liar .................................... 117
b. Peringatan .............................................................................. 120
c. Operasi Gabungan Penegakan PERDA ................................... 122
d. Pencabutan Surat Ijin ............................................................. 124
e. Penindakan Tegas Berupa Sidang Tindak Pidana Ringan ....... 126
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 136
A. Kesimpulan ....................................................................................... 136
B. Saran..................................................................................................... 139
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 141
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Informan........................................................................................ ....... 47
Tabel 2.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta ....... 57
Tabel 2.2 Kepegawaian Berdasarkan Jenis Kelamin.......................................... 68
Tabel 2.3 Data Kepegawaian Berdasarkan Jabatan...................................... ....... 69
Tabel 2.4 Data Kepegawaian Berdasarkan Tingkat Pendidikan......................... 72
Tabel 2.5 Data Kepegawaian Berdasarkan Golongan........................................ 73
Tabel 2.6 Data Sarana Prasarana Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta............ 74
xiii
DAFTAR GAMBAR
Tabel 2.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta..... 57
Daftar Gambar 2 Karcis.
xiv
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penunjuk Dosen Pembimbingan Skripsi.
Lampiran 2 Permohonan Penerbitan Surat Ijin Penelitian Kampus
STPMD”APMD” Yogyakarta.
Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Penelitian Di Dinas Perhubungan Kota
Yogyakarta.
Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Penelitian Di Dinas Satpol PP Kota
Yogyakarta.
Lampiran 5 Data Kepegawaian Dinas Perhubungan.
Lampiran 6 Bagan Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta.
Lampiran 7 Pedoman Wawancara
xv
INTISARI
Masalah penelitian ini mencangkup mengenai penanggulangan parkir liar
di Kota Yogyakarta yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta
selaku pelaksana kebijakan dibidang perparkiran. Perbandingan peningkatan
kepemilikan kendaraan dengan lahan parkir yang minim, memicu adanya aktivitas
parkir liar yang membuka lahan parkir pada lokasi yang tidak boleh digunakan
untuk parkir. Tempat yang paling ideal digunakan para juru parkir liar ini adalah
sekitar badan jalan dan biasanya aktivitas tersebutlah yang dinamakan parkir liar.
Dikeluarkannya Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009
tentang Penyelenggaraan Perparkiran merupakan pedoman bagi dinas
perhubungan untuk menuntaskan masalah parkir liar yang mengganggu
kelancaran lalu lintas. Dari latar belakang peneliti dapat menarik rumusan masalah
“ Bagaimana Evaluasi Kebijakan Penanggulangan Parkir Liar Di Kota
Yogyakarta Oleh Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta ?”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghetahui upaya Dinas Perhubungan
dalam penangganan masalah parkir liar di Kota Yogyakarta dan untuk
menghetahui proses Dinas Perhubungan kota Yogyakarta dalam menertibkan
parkir liar di kota Yogyakarta. Metode penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini memfokuskan kepada pelaksanaan
parkir ilegal, kebijakan yang digunakan Dinas Perhubungan kota Yogyakarta
dalam menanggulangi parkir liar, penanggulangan dan tindakan yang telah
dilakukan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dalam menertibkan parkir liar
serta tugas dan fungsi Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dalam bidang
perparkiran.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Dinas Perhubungan dalam
menanggulangi parkir liar di kota Yogyakarta berupa tindakan yang bersifat
terpadu dan terkoordinasi. Penanggulangan dan tindakan yang telah dilakukan
oleh dinas perhubungan Kota Yogyakarta adalah pembinaan dan penertiban,
peringatan, operasi gabungan penegakan Perda, pencabutan surat ijin, penindakan
tegas berupa sidang tindak pidana ringan. Penanggulangan diatas diharapkan
dapat mengurangi aktivitas parkir liar dan mengwujudkan realisasi kebijakan
dibidang perparkiran.
Kata kunci : Penanggulangan, dinas perhubungan, Parkir liar.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lalu lintas sangat penting bagi seluruh masyarakat, aktivitas akan berjalan dengan
baik setiap harinya apabila lalu lintas berjalan dengan lancar pula. Aktivitas di
dalam kehidupan banyak dilakukan di luar rumah, maka dari itu jalan raya adalah
objek yang sangat penting karena digunakan oleh masyarakat untuk melakukan
aktivitas berpergian. Ketika jalan raya yang digunakan masyarakat untuk
beraktivitas digunakan tidak sesuai fungsinya tentu akan menimbulkan masalah
yang sangat menganggu kelancaran lalu lintas. Jalan raya yang dibangun hanya
cukup untuk menampung lalu lalang kendaraan, dengan ukuran yang tidak terlalu
lebar jalan raya masih saja dimanfaatkan beberapa orang untuk lahan parkir dan
trotoar yang semestinya dibuat untuk pejalan kaki digunakan oleh pedagang kaki
lima untuk membuka lahan tempat mereka berjualan. Jalan raya yang
dimanfaatkan untuk membuka lahan parkir, trotoar di gunakan untuk berjualan
akan membuat jalan raya semangkin sempit dan mengganggu kelancaran lalu
lintas.
Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik, salah satu capain reformasi
birokrasi dan tata kelola pemerintahan didasarkan pada partisipasi masyarakat,
dalam hal ini melalui mekanisme survei kepuasan masyarakat. Mekanisme ini
dimaksudkan untuk menghetahuai kepuasan masyarakat terhadap
penyelenggaraan publik. Pemerintah Kota Yogyakarta telah melakukan beberapa
2
kali pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Hal ini berdasarkan Perda
Nomor 7 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik dan
ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kota Yogyakarta mengeluarkan Perwal Nomor 74
Tahun 2014. Pelayanan yang baik hanya akan diwujudkan apabila di dalam
organisasi pelayanan terdapat sistem pelayanan yang mengutamakan kepentingan
warga negara , khususnya pengguna jasa pelayanan dan sumber daya manusia
yang berorientasi pada kepentingan warga negara (Eddy Kiswanto dan Triyastuti
Setianingrum, 2018:51).
Perpakiran menjadi fenomena yang sering kita jumpai dalam sistem transportasi.
Fenomena parkir tersebut bukanlah masalah baru yang baru kita dengar, masalah
parkiran ini terjadi diseluruh daerah di indonesia. Parkir dapat berupa parkir
kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Keduanya dapat menggangu
keindahan kota apabila tidak di lakukan penataan dengan baik.Parkir merupakan
suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan yang menginginkan kendaraannya dapat
parkir di tempat yang mudah dicapai, salah satunya adalah di tepi jalan umum.
Parkir di tepi jalan adalah parkir yang berada pada badan jalan. Maka, jenis parkir
ini dapat mengakibatkan turunnya kapasitas jalan karena mangambil bagian dari
jalan sehingga badan jalan menjadi sempit. Seiring berjalannya waktu, ruang
parkir yang disediakan oleh pemerintah sangat minim jumlahnya untuk
menampung kendaraan bermotor yang kian tahun kian bertambah. Kemudian
masyarakat menggunakan ruang yang kosong untuk parkir, maka jalan raya tidak
dilewatkan untuk dijadikan tempat parkir. Dengan dihadirkannya jalan raya
sebagai tempat parkir, maka akan timbul banyak masalah, mulai dari kelancaran
3
lalu lintas yang terganggu hingga menimbulkan kesembawutan kota. Ada
beberapa hal menarik mengenai perparkiran ini yaitu:
1. Perparkiran dijalan umum menjanjikan kontribusi yang cukup besar bagi
daerah otonomi.
2. Perparkiran di jalan umum di lain pihak dapat mengganggu kelancaran
lalu lintas
3. Munculnya parkir liar, juru parkir gadungan dan premanisme. Timbulnya
parkir liar ini tidak terbatas pada acara-acara insidental, tetapi merambah
tempat-tempat ramai pengunjung, seperti pusat pembelanjaan, restoran,
cafe, hotel, bahkan di gerai ATM dan warung kaki lima.
4. Karcis parkir seringkali tidak diberikan kepada pengguna parkir,
khususnya di tepi jalan umum, ada juru parkir yang curang yaitu yang
mengganti karcis dengan kartu yang dibuat sendiri tanpa persetujuan
instansi yang berwenang (Abdiana Ilosa, 2016 :2).
Pembinaan dan pengelolaan perparkiran merupakan kegiatan yang dilaksanakan
secara terpadu dan terkoordinasi di daerah. Hal ini dilakukan untuk menjamin
terselenggaranya pembinaan yang berhasil mewujudkan penataan lingkungan
perkotaan, kelancaran berlalu lintas ketertiban administrasi pendapatan daerah,
serta mampu mengurangi beban sosial melalui penyerapan tenaga kerja (SK
Menhub No 34 tahun 1990). Pemerintah daerah mempunyai tugas dan
tanggungjawab dalam membinaan pengelolaan parkir di wilayahnya, yang
merupakan bagian dari fungsi pelayanan umum. Untuk parkir baik itu parkir
umum atau parkir khusus, diperlukan adanya ketentuan-ketentuan bagi
pemerintah dan pengelola dalam kegiatan perencanaan, pengaturan, pengawasan
4
dan pengendalian tempat parkir sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber penerimaan daerah yang potensial guna mendukung jalannya pemerintah
dan kelancaran pembangunan kota. Adanya perubahan-perubahan yang terjadi
dalam masyarakat, baik dalam demografi, ekonomi maupun sosial mempunyai
implikasi tertentu kepada sektor parkir. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor
menimbulkan persoalan lalu lintas dan mempengaruhi kegiatan perparkiran.
Dalam mengatasi masalah transportasi ada beraneka ragam instrumen kebijakan
yang dapat digunakan oleh pemerintah. Instrumen yang umum dikenal adalah
peraturan atau regulasii, perizinan lokasi parkir dan pemberlakuan dan
pengendalian harga.
Kota Yogyakarta adalah salah satu kota yang terkenal dengan kebudayaannya,
Tempat wisata, dan kuliner. Maka dari itu kota yogyakarta banyak dikunjungi
oleh para wisatawan yang datang dari dalam kota maupun luar kota dan banyak
juga wisatawan yang datang dari mancanegara untuk menikmati kota budaya ini.
Dengan banyaknya wisatawan yang datang ke kota yogyakarta, hal ini berdampak
pada peningkatan jumlah kebutuhan akan tempat/ lahan parkir yang akan
digunakan oleh pengunjung untuk memarkirkan kendaraan yang mereka gunakan.
Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke kota yogyakarta tidak diimbangi
dengan persedian lahan parkir sesuai kebutuhan para pengunjung oleh
pemerintahan kota. Hal ini lah yang menyebabkan maraknya parkir liar di kota
budaya ini. Adapun tempat yang disediakan oleh jasa parkir liar tanpa adanya izin
dari dinas perhubungan selaku pelaksana kebijakan. Seperti tempat-tempat yang
banyak dikunjungi oleh wisatwan diantaranya Mall, Restoran, Pusat Perbelanjaan
dan tempat menarik lainnya yang merupakan tujuan dari para wisatawan. Tempat
5
parkir yang digunakan oleh juru parkir liar selain tidak ada izin dari dinas
perhubungan, Para juru parkir liar ini juga menekan tarif yang cukup tinggi tidak
sesuai dengan standar tarif yang telah diatur dalam Perda Kota Yogyakarta
Nomor 20 Tahun 2009 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir pada Pasal 8
Menyatakan Bahwa Tarif retribusi Satuan Ruang parkir pada tempat khusus
parkir adalah sebagai berikut, (1) Jenis Kendaraan Sepeda Motor Kawasan I dan
Kawasan II tarif Rp.1000 sementara untuk mobil Kawasan I Rp.2000 dan
Kawasan II Rp.1.500.
Pemerintahan kota Yogyakarta memberlakukan Peraturan Daerah No. 19 Tahun
2009 tentang Retribusi Parkir Tepi Jalan Umum dan Perda No. 18 Tahun 2009
tentang Penyelenggaraan Perparkiran. Salah satu implikasi pemberlakuan Perda
No. 18 Tahun 2009 bagi masyarakat pengguna jasa parkir adalah kenaikan tarif
parkir sebesar 100 %. Kemudian dikeluarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta
No. 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Jasa Umum merubah tarif parkir menjadi
sama antara kawasan I dan kawasan II. Tentang kondisi dan kebijakan perparkiran
di Kota Yogyakarta, Pakar dari Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas
Gadjah Mada, Heru Sutomo menilai Pemkot Yogyakarta tidak mempunyai
konsep dalam mengelola parkir. Peraturan daerah yang muncul lebih banyak
menyoroti masalah tarif, bukan wilayah mana saja yang bisa dijadikan lahan
parkir dan peningkatan pelayanan publik. Padahal, masalah pokoknya adalah
kemunculan tukang atau juru parkir di lahan parkir yang ilegal dan fenomena
preman perparkiran yang diduga dimanfaatkan pemerintah mendongkrak target
setoran retribusi. (Abdiana Ilosa, 2016 , Halaman 107-126).
6
Penegakan hukum pidana yang dilakukan oleh Polres Kota Yogyakarta
bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta tentang pungutan liar
juru parkir sudah mengacu pada Pasal 25 ayat (1) Perda Kota Yogyakarta Nomor
18 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran. Pelanggaran terhadap
ketentuan Pasal 25 ayat (1) Diancam Pidana Kurungan Paling lama 3 (tiga) bulan
atau denda paling tinggi Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). “ Jumlah
Kasus pungutan liar oleh juru parkir yang tercatat dan selesai di Plores Kota
Yogyakarta , yang tercatat hanya ada 1 dan dan terjadi ditahun 2016. (Zipora,
2017).
Selama ini yang di bahas dalam aspek perparkiran hanya masalah tarif tetapi tidak
mengkaji aspek lain misalnya tentang lahan-lahan yang di peroleh atau tidak di
perbolehkan di gunakan untuk parkir, dan perlunya penambahan lahan parkir oleh
pemerintah daerah untuk menciptakan kualitas parkir yang efisien. Dengan
banyaknya juru parkir yang beroperasi di ruas-ruas jalan Kota Yogyakarta
sekarang saja, sudah mulai dirasakan adanya permasalahan transportasi seperti
seringnya kita melihat lalu-lalang kendaraan bermotor yang memadati jalanan,
kemacetan di berbagai ruas jalan yang diakibatkan parkir yang semrawut yang
berpotensi mendatangkan kecelakaan. Tempat parkir yang digunakan oleh juru
parkir liar selain tidak ada izin dari dinas perhubungan , para juru parkir liar ini
juga menekan tarif yang cukup tinggi tidak sesuai dengan standar tarif yang telah
diatur dalam Perda No. 4 Tahun 2016 dan Perda No. 5 Tahun 2017 yang
menyatakan tarif parkir untuk motor Rp. 1000 sementara mobil Rp.2000, namun
untuk tempat parkir tertentu dikenakan tarif progresif.
7
Menurut survei, Kota Yogyakarta menduduki peringkat 4 dari daftar 10 kota
termacet di Indonesia. Dengan meningkatnya kemacetan, pastinya karena jumlah
kendaraan di Kota Yogyakarta yang semakin meningkat. Peningkatan ini pun
sudah diketahui oleh Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta. Menurut yang
dimuat Jogja.Tribunnews.com (26/02/18), Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan
Kota Yogyakarta, Made Golkari Yulianto mengatakan, bahwa hasil survey
tersebut menjadi peringatan bagi Dinas Perhubungan. Made juga membenarkan
jika pertumbuhan kendaraan di Kota Yogyakarta meningkat secara drastis.
Menurut data dari Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, jumlah kendaraan roda 2
tahun 2016 sejumlah 71.566 unit. Lalu di tahun 2017 meningkat 211 persen
menjadi 222.915 unit. Sementara untuk kendaraan roda 4, pada tahun 2016
sejumlah 12.746 unit. Dan meningkat 344 persen pada tahun 2017 menjadi 56.647
unit.
Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan dalam bidang Perparkiran Kota Yogyakarta
diatur dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 80 Tahun 2016 tentang
Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas
Perhubungan Kota Yogyakarta pada BAB IV Tugas dan Fungsi Organisasi Pasal
18 menyatakan bahwa, (1) Bidang Perparkiran mempunyai tugas membantu
Kepala Dinas dalam merumuskan kebijakan, mengkordinasikan, membina,
mengawasi dan mengendalikan program bidang perparkiran.
Kewenangan dinas perhubungan tercantum dalam Perwali Kota Yogyakarta No.
67 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua Peraturan Walikota Yogyakarta No. 16
Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta
No. 18 Tahun 2009 tentang Penyelengaraan Perparkiran pada Pasal 4 menyatakan
8
bahwa Pejabat yang ditunjuk melaksanakan penyelenggaraan perparkiran terdiri
atas , (a) Kepala dinas pengelola pasar , dengan kewenangan menyelenggarakan
perparkiran di dalam pasar dan kawasan pasar yang berada di jalan Margo Mulyo,
(b) Kepala Dinas Pariwisata dan kebudayaan dengan kewenangan
menyelenggarakan perparkiran di jalan Malioboro, jalan Margo Mulyo, TKP
Malioboro I dan TKP Malioboro II; (c) Pimpinan rumah sakit milik pemerintah
daerah dengan kewenangan menyelenggarakan perparkiran di lahan parkir yang
dimiliki oleh rumah sakit tersebut. (d) Kepala dinas perhubungan dengan
kewenangan menyelenggarakan perparkiran TJU dan TKP selain pada huruf a,
huruf b dan huruf c ; dan (e) Camat dengan kewenangan menyelenggarakan
perparkiran tidak tetap di Wilayah Kecamatan setempat, selain di jalan Malioboro
dan Jalan Margo Mulyo.
Dinas Perhubungan di bantu Kepala Sub bidang Perparkiran dalam menjalankan
tugasnya untuk mengamankan dan menertibkan masalah tentang parkir liar. Tarif
parkir diatur menggunakan Peraturan Daerah (Perda) dan dapat dikuatkan dengan
adanya Peraturan Walikota (Perwali) dengan hierarki tertinggi yaitu adalah Perda.
Tarif parkir yang berubah-ubah dan tidak sesuai dengan Perda atau Perwali sangat
merugikan kas daerah. Biasanya tarif parkir mengalami perubahan tidak resmi
oleh pihak tertentu ketika diadakannya sebuah konser musik atau hiburan yang
digelar di Kota Yogyakarta. Keberadaan parkir liar yang mengganggu baik lalu
lintas maupun pendapatan daerah harus ditanggapi dengan cepat. Berbagai upaya
telah dilakukan pemerintah daerah kota yogyakarta dan dinas perhubungan salah
satunya adalah pemerintah daerah memberikan nomor pengaduan kepada
masyarakat untuk melaporkan masalah parkir liar.
9
Wakil wali kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan : sudah ada nomor
aduan khusus parkir. masyarakat atau wisatawan yang mengalami pelanggaran
parkir , seperti tarif tidak sesuai aturan, bisa langsung menyampaikan aduan.
Heroe Poerwadi juga mengatakan, nomor telepon yang bisa diakses warga untuk
menyampaikan aduan pelanggaran parkir adalah 081802704212. selain nomor
khusus , pemkot yogyakarta juga membentuk satuan tugas parkir tertib Dinas
Perhubungan Kota Yogyakarta. (Diambil tanggal 28/02/19,
https://www.google.com/).
Pemerintah kota hendaknya persuasif dan proaktif melakukan upaya pencegahan
dan penertiban dengan langkah yang bijaksana. Upaya ini tentunya tidak terlepas
dari adanya dukungan dan partisipasi masyarakat luas. Penanggulangan parkir liar
oleh pemerintah pada hakikatnya merupakan bagian dari kebijakan publik
sehingga harus menimbulkan dampak yang bisa dinikmati. Parkir liar sebagai
kelompok sasaran harus benar-benar telah memahami tujuan program dan patuh
terhadap peraturan yang ada. Pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan,
memerlukan suatu strategi yang baik dalam menanggulangi parkir liar di Kota
Yogyakarta. Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Perhubungan dapat
melakukan upaya dalam menanggulangi parkir liar yang cukup mengganggu
keindahan kota. Maka dari itu, penulis ingin meniliti lebih lanjut tentang Upaya
Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dalam Penanggulangan Parkir Liar di Kota
Yogayakarta.
Menurut William N. Dunn (2003: 608-610), istilah evaluasi dapat disamakan
dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating), dan penilaian
(assessment). Evaluasi berkenan dengan produksi informasi mengenai nilai atau
manfaat hasil kebijakan.
10
Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja
kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan telah dapat
dicapai melalui tindakan publik; evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi
metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan
rekomendasi. Jadi, meskipun berkenaan dengan keseluruhan proses kebijakan,
evaluasi kebijakan lebih berkenaan pada kinerja dari kebijakan, khususnya pada
implementasi kebijakan publik. Evaluasi pada “perumusan” dilakukan pada sisi
post-tindakan, yaitu lebih pada “proses” perumusan daripada muatan kebijakan
yang biasanya “hanya” menilai apakah prosesnya sudah sesuai dengan prosedur
yang sudah disepakati.
Dalam teori sistem yang dikemukan oleh Dunn (2003:132), dalam pembuatan
kebijakan publik melibatkan tiga elemen yaitu pelaku kebijakan, kebijakan publik
dan lingkungan kebijakan yang semuanya saling terhubung dan terkait. Dalam
pratiknya kebijakan publik baiknya harus mengandung unsur-unsur sebagai
berikut (Widodo, 2001:190) :
1. Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan
tertentu.
2. Kebijakan berisikan tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat
pemerintah.
3. Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah,
dan bukan apa yang bermaksud akan dilakukan.
4. Kebijakan publik bersifat positif ( merupakan tindakan pemerintah
mengenai suatu masalah tertentu ) dan bersifat negatif ( keputusan
pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).
5. Kebijakan publik (positif), selalu berdasarkan pada peraturan
perundangan tertentu yang bersifat memaksa (otoritarif).
Dilihat dari sisi kebijakan Perparkiran di Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009
tentang Penyelenggaraan Perparkiran belum berjalan efektif hal tersebut dapat
dibuktikan ketika hadirnya masalah-masalah adanya aktivitas parkir liar, juru
parkir tidak melaksanakan kewajibanya membayar retribusi parkir sehingga
kebijakan perparkiran tidak bisa terealisasi dengan baik dan masyrakat tidak bisa
merasakan fasilitas perparkiran yang bertujuan mempermudah kelancaran lalu
11
lintas, terjadinya masalah pungli karena para juru parkir tidak menyetorkan
pendapatannya membayar retribusi dan sepenuhnya pendapatan tersebut akan
kembali semuanya menjadi pendapatan pribadi mereka.
Maka dari itu adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah harus
dilakukannya evaluasi kebijakan untuk melihat bagaimana keberhasilan kebijakan
tersebut sudah berjalan dengan efektif atau belum. Begitu pula evaluasi kebijakan
perparkiran yang ada di Kota Yogyakarta perlu dilakukannya evaluasi karena
masalah parkir liar masih ada disudut-sudut Kota Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada Latar Belakang diatas, Maka perumusan masalah yang
diambil yakni “ Bagaimana Evaluasi Kebijakan Penanggulangan Parkir Liar di
Kota Yogyakarta Oleh Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta ? “.
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui upaya Dinas Perhubungan dalam penanganan
masalah Parkir Liar di Kota Yogyakarta.
b. Untuk mengetahui proses Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dalam
Menertibkan Parkir Liar di Kota Yogyakarta.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
Memperkaya Refrensi ilmiah dan mengembangkan karya pemikiran ilmiah dalam
menganalisisdan pemetaan persoalan khususnya persoalan mengenai Parkir Liar.
b. Manfaat Praktis
12
Menjadi bahan evaluasi masukan bagi setiap orang yang peduli dengan persoalan
Parkir Liar baik itu Pemerintah maupun Masyarakat serta sebagai bahan
pembelajaran bagi Peneliti untuk meningkatkan kemampuan menganalisa
persoalan Parkir Liar serta meningkatkan kemampuan dalam penelitian.
D. Kerangka Teori
1. Pengelolaan Perparkiran
Pengelolaan berasal dari kata kelola dan merupakan terjemahan dari Bahasa
Inggris yaitu manajement . Terbawa oleh derasnya arus penambahan kata ke
dalam bahasa Indonesia, Istilah bahasa Inggris tersebut lalu menjadi Manajemen
atau menejemen. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pengelolaan ,
mempunyai 4 pengertian, yaitu : (1) Pengelolaan adalah proses atau cara
perbuatan mengelola; (2) Pengelolaan adalah proses melakukan kegiatan tertentu
dengan menggerakkan tenaga orang lain; (3) Pengelolaan adalah proses yang
membantu merumuskan kebijakan dan tujuan organisasi; (4) Pengelolaan adalah
proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan.
Kata “pengelola” dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula
pengaturan atau pengurusan (Suharsimi Arikunto, 1993: 31). Banyak orang yang
mengartikan manajemen sebagai Pengaturan, Pengelolaan, dan
Pengadministrasian. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau
usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja
dalam mencapai tujuan tertentu.
Griffin (1990: 6) mendefinisikan manajemen sebagai berikut: “Management is
the process of planning and decision making, organizing, leading and controlling
13
and organization human, financial, physical, and information recources to
archieve organizational goals in an efficient and effective manner “
Dalam jurnal ( Shyhabuddin Qalyubi, 2007: 271 ), Stoner yang dikutip oleh
Handoko menyatakan bahwa manjemen merupakan proses perencanan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, usaha-usaha para anggota
organisasi dan pengguna sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Stoner menekankan bahwa manajemen dititik
beratkan pada proses dan sistem. Oleh karena itu, apabila dalam sistem dan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penggangaran, dan sistem
pengawasan tidak baik, proses manajemen secara keseluruhan tidak lancar
sehingga
proses pencapaian tujuan akan terganggu atau mengalami kegagalan.
Dari sini dapat diketahui bahwa Manajemen secara bahasa adalah proses atau
usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan kata Manajemen
ditinjau dari segi terminology, para ahli dalam mengartikannya berbeda pendapat
sesuai dengan latar belakang dan sudut pandang mereka masing-masing. Setelah
mengetahuai Kata Pengelolaan menurut para ahli, untuk menganalisis bentuk dari
Pengelolaan Perparkiran sebelumnya kita juga harus mengetahuai apa yang
dimaksud dengan Parkir .
Menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Anggkutan
Jalan pada Pasal 1 Ayat 15, Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak
bergerak untuk beberapa saat atau ditinggalkan pengemudinya. Menurut Hobbs
(1995), Parkir diartikan sebagai suatu kegiatan untuk meletakkan atau menyimpan
14
kendaraan di suatu tempat tertentu yang lamanya tergantung kepada selesainya
keperluan dari pengendara tersebut. Menurut Warpani (1990), definisi Parkir
adalah meletakkan kendaraan dari suatu tempat atau areal untuk jangka waktu
(durasi) parkir tertentu. Lalu lintas berjalan menuju suatu tempat dan setelah
mencapai tempat tersebut, maka diperlukan tempat parkir.
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat (1996), parkir merupakan keadaan
tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara sedangkan berhenti
adalah kendaraan tidak bergerak untuk sementara dengan pengemudi tidak
meninggalkan kendaraan. Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik
kendaraan dan menginginkan kendaraannya parkir di tempat, dimana tempat
tersebut mudah untuk dicapai. Kemudahan tersebut salah satunya adalah parkir di
badan jalan. Dengan demikian untuk mendesain suatu area parkir di badan jalan
ada 2 (dua) pilihan yakni, pola parkir paralel dan menyudut. Dapat disimpulkan
dari definisi para ahli diatas parkir adalah keadaan kendaraan yang tidak bergerak
dalam waktu tertentu yang ditinggalkan oleh pengendaranya.
Dalam prosedur manajemen lalulintas akan bertujuan memenuhi kebutuhan
transportasi, baik saat ini maupun di masa mendatang, dengan mengefisiensikan
pergerakan, orang/kendaraan dan mengidentifikasikan perbaikan-perbaikan yang
diperlukan di bidang teknik lalulintas, angkutan umum, perundang-undangan,
road pricing dan operasional dari sistem transportasi yang ada. Manajemen
lalulintas dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan bentuk penunjang
yang ada, salah satunya terwujudnya manajemen pengelolaan perparkiran dalam
mengwujudkan manajemen lalu lintas supaya bisa berjalan dengan baik dan
efisien.
15
Menurut Ahmad Munawar (2014: 121) dalam bukunya “Manajemen Lalu Lintas
Perkotaan“, Manajemen Pengelolaan Parkir dibagi menjadi 3 bagian yang saling
bersinambungan yaitu :
a. Umum
Fasilitas tempat parkir merupakan fasilitas pelayanan umum, yang merupakan
faktor yang sangat penting dalam sistem trasportasi di daerah perkotaan.
Dipandang dari sisi teknik lalu lintas, aktivitas parkir yang ada saat ini sangat
menganggu kelancaran arus lalu lintas, mengingat sebagian besar kegiatan parkir
dilakukan dibadan jalan. Pengaturan aktivitas parkir di badan jalan akan
membawa kosenkuensi penyedian fasilitas parkir diluar badan jalan; dengan
pengelolaan fasilitas parkir di luar badan jalan tersebut dapat diusahakan oleh
pemerintah daerah atau pihak swasta. Di sisi lain aktivitas parkir, baik yang
berada di badan jalan dan di luar badan jalan dapat merupakan sumber pendapatan
daerah yang pontesial apabila dikelola secara baik.
b. Pengadaan dan Pengaturan Fasilitas Parkir
Pengadaan dan pengaturan fasilitas parkir kendaraan dapat dikelompokkan
sebagai berikut ini :
1. Fasilitas parkir di badan jalan
Aktivitas parkir dapat dilaksanakan di badan jalan ataupun ditrotoar yang
disediakan untuk parkir kendaraan; dengan pola pengaturan parkir dilakukan oleh
pihak pemerintah daerah, yang dalam hal ini DLLAJ (Dinas Lalu Lintas
Angkutan Jalan) atau DISHUB (Dinas Perhubungan).
16
Pengadaan fasilitas parkir di badan jalan khususnya sistem perparkiran yang
sesuai pola pengaturan untuk masing-masing ruas jalan yang diperbolehkan untuk
parkir dilaksanakan oleh (DLLAJ).
2. Fasilitas Parkir Di luar Badan Jalan
Pengadaan fasilitas parkir di luar badan jalan baik yang berupa taman parkir
maupun gedung parkir dapat dilakukan oleh:
Pemerintah Daerah, Swasta, Pemerintah Daerah bekerja sama dengan
Swasta.Sistem pengadaan fasilitas di luar badan jalan tersebut di atas akan
mempengaruhi besaran pendapatan asli daerah (parkir) yang akan didapat.
c. Retribusi Parkir
Besaran retribusi parkir untuk tiap jenis kendaraan dan fasilitas parkir pada
prinsipnya harus berbeda. Besaran tersebut akan mempengaruhi besar pendapatan
asli daerah yang akan diterima. Mengingat prngadaan fasilitas di luar badan jalan
banyak mengalami kendala dalam kaitannya dengan keterbatasan dana dari
Pemerintah Daerah dan Keterbatasan Lahan, maka untuk memberi rangsangan
pihak swasta untuk menginvestasikan atau menyediakan fasilitas parkir
dilingkungan pusat kegiatannya yang cukup memadai, penentuan tarif parkir
untuk fasilitas parkir yang dikelola swasta dilakukan tanpa campur tangan
pemerintah daerah, tetapi pihak pengelola diwajibkan membayar retribusi ke
pemerintah daerah dengan besarannya merupakan persentase dari tarif parkir yang
di terapkan. Sedangkan untuk pusat-pusat kegiatan yang membebaskan biaya
parkir khususnya pusat kegiatan yang bersifat bisnis, besarnya retribusi sebaiknya
diatur oleh Pemerintah Daerah dengan pengelola pusat kegiatan yang
bersangkutan.
17
Pengelolaan Perparkiran merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu
dan terkodinasi di daerah. Hal ini dilakukan untuk menjamin terselenggaranya
pembinaan yang berhasil mengwujudkan Penataan Lingkungan Perkotaan,
Kelancaran berlalu lintas ketertiban administrasi pendapatan daerah, serta mampu
mengurangi beban sosial melalui penyerapan tenaga kerja (SK Menhub No 34
Tahun 1990). Pemerintah daerah mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam
membina pengelolaan parkir di wilayahnya, yang merupakan bagian dari fungsi
pelayanan umum. Sebagai imbalan penyelenggaraan pelayanan umum,
pemerintah baik berhak memungut biaya dari masyarakat dalam bentuk retribusi
dan pajak salah satu sumber PAD (Direktokrat Jendral Perhubungan Darat, 1998).
Untuk parkir baik itu parkir umum atau parkir khusus, diperlukan adanya
ketentuan-ketentuan bagi pemerintah dan pengelolaan dalam kegiatan
perencanaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian tempat parkir sehingga
dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang pontesial guna
mendukung jalanya pemerintah dan kelancaran pembangunan kota.
Adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, baik dalam
demografi, ekonomi maupun sosial mempunyai implikasi tertentu pada sektor
parkir. Peningkatan jumlah kendaraan bermortor menimbulkan persoalan lalu
lintas dan mempengaruhi kegiatan perparkiran. Dalam mengatasi masalah
transportasi ada beraneka ragam instrumen kebijakan yang dapat digunakan oleh
pemerintah. Instrumen yang umum dikenal adalah peraturan atau regulasi,
perizinan lokasi parkir dan pemberlakuan dan pengendalian harga. Pemerintah
Daerah memilih menggunakan instrumen regulasi sebagai saran untuk
mengendalikan dan mengelola sektor parkir. Untuk alasan mengwujudkan
18
penataan perparkiran yang lebih efektif dan efisien sehingga dapat mendukung
kelancaran lalu lintas dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat pengguna
jasa parkir secara lebih baik.
Pelayanan yang baik hanya akan diwujudkan apabila di dalam organisasi
pelayanan terdapat sistem pelayanan yang mengutamakan kepentingan warga
negara, khususnya pengguna jasa pelayanan dan sumber daya manusia yang
berorientasi pada kepentingan warga negara. Fokus pada kepentingan warga
negara merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh tiap-tiap unit pelayanan karena
keberadaan unit pelayanan publik bergantung pada ada tidaknya warga negara
yang membutuhkan jasa pelayanan publik. Oleh karena itu, penyelenggaraan
pelayanan publik yang berkualitas telah menjadi tuntutan bagi pemerintah.
Kualitas pelayanan adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan. Kualitas pelayanan juga diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan
dengan terpenuhinya harapan/kebutuhan pelanggan. Pelayanan dikatakan
berkualitas apabila dapat menyediakan produk dan jasa (pelayanan) sesuai dengan
kebutuhan dan harapan pelanggan (Goetsch dan Davis, 2002).
Dalam menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan
parkir perlu menghetahui faktor pendukung yang menyebabkan keberhasilan atau
kegagalan suatu organisasi dalam memberikan pelayanan publik yang berkualitas.
Faktor tersebut akan muncul baik didalam maupun diluar organisasi. Kualitas
pelayanan publik yang diberikan oleh birokrasi dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti tingkat kompentensi aparat, kualitas peralatan yang digunakan untuk
merespon pelayanan, budaya birokrasi dan sebagainya (Dwiyanto, 2006: 142).
19
Apabila pelayanan yang diberikan pemerintah tidak sesuai dengan ekspetasi
masyarakat maka akan menimbulkan masalah. Ketika berbicara tentang tingkat
kepuasan masyarakat dalam menerima pelayanan dari pemerintah khususnya
bidang parkir tidak terlaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan berbagai
macam persoalan baru salah satunya maraknya parkir liar.
Strategi manajemen perparkiran tidak terlepas dari bagaimana pengembangan
transportasi publik di kota itu sendiri. Kebijakan atau upaya manajemen parkir
dapat berperan sebagai faktor tekan dalam mendorong, atau menekan perpindahan
moda ke angkutan umum dan menghindari perjalanan yang tidak terlalu penting.
Sebagaimana disampaikan oleh Guru Besar Perencanaan Transportasi dan
Manajemen Mobilitas, Universitas Napier Edinburgh, Inggris, Tom Rye, bahwa
ketika parkir dipusat kota disediakan secara berlebih (melebihi kebutuhan),
peningkatan kualitas angkutan umum yang berdiri sendiri tidak akan berdaya
untuk merubah perilaku pengendara. Sebahagian besar kebijakan yang sukses
memperbaiki lingkungan di pusat kota, bergantung pada keberhasilan mengurangi
lalu lintas, dan kebijakan parkir adalah salah satu yang paling ampuh dan juga
paling mudah diterima masyarakat.
(Ahmad Munawar, 2014: 83) dalam bukunya “ Manajemen Lalu Lintas Perkotaan
“ mengatakan Aktivitas suatu pusat kegiatan akan menimbulkan aktivitas parkir
kendaraan. Bangkitan parkir ini akan menimbulkan masalah antara lain:
1. Bangkitan tidak dapat tertampung oleh fasilitas parkir di luar badan
jalan yang tersedia, sehingga meluap ke badan jalan. Luapan parkir
di badan jalan akan mengakibatkan gangguan kelancaran arus
lalulintas.
20
2. Tidak tersedianya fasilitas parkir di luar badan jalan sehingga
bangkitan parkir secara otomatis memanfaatkan badan jalan untuk
parkir.
Kedua masalah parkir tersebut secara umum terjadi pada hampir semua ruas jalan,
lebih-lebih daerah pertokohan dan perkantoran serta sekolah, yang mempunyai
bangkitan parkir di badan jalan cukup besar. Urutan permasalahan parkir di
daerah perkotaan pada umumnya adalah sebagai berikut:
a. Pasar
Kawasan pasar yang ada, penyedian dan pengaturan parkir belum memadai
sehingga pada jam puncak pagi hari umumnya menimbulkan masalah terhadap
kelancaran arus lalulintas.
b. Komplek Pertokohan/Perdagangan
Kawasan pertokohan dan perdagangan (pada ruas jalan) pada kondisi jam puncak
menimbulkan permasalahan karena kapasitas jalan berkurang karena adanya
aktifitas parkir pengunjung kompleks pertokohan tersebut.
c. Komplek Sekolah
Parkir kendaraan menjemput anak sekolah sering menimbulkan masalah terhadap
kelancaran arus lalulintas karena tidak tersedia fasilitas parkir dan pengaturan
perparkiran di badan jalan belum baik.
d. Komplek Perkantoran
Pada umumnya kompleks perkantoran sudah menyediakan fasilitas parkir namun,
ada kantor-kantor tertentu yang bangkitan parkirnya cukup besar, sehingga tidak
tertampung oleh fasilitas yang ada.
21
e. Tempat Ibadah
Pada umumnya tempat-tempat ibadah tidak tersedia fasilitas parkir untuk
kendaraan roda 4 yang memadai sehingga pada hari-hari tertentu sering terjadi
lonjakan bangkitan parkir yang besar sehingga tidak tertampung oleh fasilitas
parkir yang ada (bersifat insidental).
f. Permukiman di Daerah Kota
Pada umumnya permukiman di dalam kota tidak tersedia fasilitas parkir untuk
tamu sehingga menimbulkan bangkitan parkir di badan jalan.
Seperti yang telah disampaikan diatas salah satu masalah yang timbul akibat
pengelolaan parkir tidak sesuai dengan yang diharapkan adalah maraknya parkir
liar yang memenuhi setiap sudut jalan di perkotaan. Semakin banyak kepemilikan
kendaraan setiap tahunya maka semakin banyak pula lahan parkir yang
dibutuhkan untuk menampung kendaraan tersebut. Kurangnya lahan parkir dan
fasilitas lainnya yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Bekerjasama dengan
Dinas Perhubungan selaku pelaksana Kebijakan Perparkiran tentu menjadi bahan
pertimbangan yang tidak bisa disepelekan.
Parkir Liar (Illegal Parking), Berbeda dengan parkir resmi yang dikelola oleh
pihak yang berwenang dan sah secara hukum baik itu pemerintah, pemerintah
kota atau daerah atau badan yang khusus menangani parkir di mana
pendapatannya masuk kepada kas pemerintah. Parkir liar merupakan parkir yang
muncul secara ilegal atau tidak resmi dengan klaim lahan parkir secara sepihak,
tidak berada dalam pembinaan pemerintah kabupaten atau kota serta uang hasil
parkir tidak masuk ke pemerintah sebagai bentuk pendapatan asli daerah (RAC
Foundation, 2004; Setya, 2013; Harmoko, 2014). Sementara, juru parkir liar
22
(tidak resmi) adalah juru parkir yang tidak terdaftar di unit pengelola parkir resmi,
tidak pernah mengikuti pelatihan, hanya bermodalkan pengalaman dalam bertugas
dan atributnya pun tidak resmi (Yanti, 2012: 40).
(Ahmad Taufiq, 2015), mengatakan faktor-faktor penyebab adanya parkir liar di
perkotaan sebagai berikut :
1. Kurangnya Lahan Parkir
Lahan merupakan unsur pertama dalam penataan lahan parkir, pada setiap
pembangunan gedung, institute, rumah sakit, mall, dan tempat umum lainnya
wajib menyediakan lahan sebagai tempat parkir kendaraan. Dalam perencanaan
parkir salah satu aspeknya berupa perkiraan kebutuhan terhadap parkir.
Kebutuhan dapat diperkirakan berdasarkan pada aktivitas lahan atau luas lahan
yang akan digunakan.
2. Kurangnya Kedisplinan dan Kesadaran
Kedisplinan diartikan sebagai sebuah kesadaran dan kesediaan seseorang menanti
semua peraturan perusahaan, institute dan norma-norma sosial yang berlaku.
Kesadaran sikap seseorang yang secara sukarela mematuhi semua peraturan dan
sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.
3. Kurangnya Keamanan
Pentingnya keamanan yang dilihat dari sisi perundang-undangan, konsep
keamanan Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 1 ayat (1)
Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnya
keamanan dan ketertiban masyarakat, tegaknya hukum, serta terselenggaranya
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
23
4. Fasilitas
Fasilitas yang kurang untuk menampung kendaraan juga hal yang paling
terpenting diperhatikan, jika fasilitas yang diberikan pemerintah daerah tidak
sesuai kebutuhan maka masalah baru akan timbul seperti kemacetan.
(Abdiana Ilosa, 2016), Mengatakan Faktor-Faktor yang mempengaruhi kualitas
pelayanan parkir adalah sebagai berikut:
a. Sumber Daya Manusia
SDM sebagai ujung tombak dalam memberikan pelayanan kepada publik, sumber
daya manusia yakni kompetensi aparat pemerintah (Dinas Perhubungan Bidang
Perparkiran) dengan juru parkir/pembantu juru parkir.
b. Struktur Organisasi
Dinas Perhubungan sebagai instansi yang berwenang menyelenggarakan
perparkiran tepi jalan umum, selalu menegaskan sisi pelayanan publik sebagai
tujuan utama.
2. Peraturan Perundang-Undangan tentang Perparkiran Di Kota Yogyakarta.
Terminologi kebijakan publik menunjuk pada serangkaian peralatan pelaksanaan
yang lebih luas dari peraturan perundang-undangan, mencakup juga aspek
anggaran dan struktur pelaksana. Siklus kebijakan publik sendiri bisa dikaitkan
dengan pembuatan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan evaluasi kebijakan.
Bagaimana keterlibatan publik dalam setiap tahapan kebijakan bisa menjadi
24
ukuran tentang tingkat kepatuhan negara kepada amanat rakyat yang berdaulat
atasnya. Dapatkah publik mengetahui apa yang menjadi agenda kebijakan, yakni
serangkaian persoalan yang ingin diselesaikan dan prioritasnya, dapatkah publik
memberi masukan yang berpengaruh terhadap isi kebijakan publik yang akan
dilahirkan. Begitu juga pada tahap pelaksanaan, dapatkah publik mengawasi
penyimpangan pelaksanaan, juga apakah tersedia mekanisme kontrol publik,
yakni proses yang memungkinkan keberatan publik atas suatu kebijakan
dibicarakan dan berpengaruh secara signifikan. Kebijakan publik menunjuk pada
keinginan penguasa atau pemerintah yang idealnya dalam masyarakat demokratis
merupakan cerminan pendapat umum (opini publik). Untuk mewujudkan
keinginan tersebut dan menjadikan kebijakan tersebut efektif, maka diperlukan
sejumlah hal: pertama, adanya perangkat hukum berupa peraturan perundang-
undangan sehingga dapat diketahui publik apa yang telah diputuskan; kedua,
kebijakan ini juga harus jelas struktur pelaksana dan pembiayaannya; ketiga,
diperlukan adanya kontrol publik, yakni mekanisme yang memungkinkan publik
mengetahui apakah kebijakan ini dalam pelaksanaannya mengalami
penyimpangan atau tidak.
sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja, tanpa dilakukan
evaluasi.
Evaluasi kebijakan dilakukan untuk menilai sejauhmana keefektifan kebijakan
publik untuk dipertanggung jawabkan kepada publiknya dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi dibutuhkan untuk melihat kesenjangan
antara harapan dan kenyataan. Evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
25
implementasi dan dampak (Anderson: 1975). Evaluasi kebijakan dipandang
sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya
dilakukan pada tahap akhir saja melainkan kepada seluruh proses kebijakan.
Menurut W. Dunn, istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-
masing menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan
program. Evaluasi mencakup kesimpulan + klarifikasi + kritik + penyesuaian dan
perumusan masalah kembali. Evaluasi Kinerja kebijakan diakukan untuk menilai
hasil yang dicapai oleh suatu kebijakan setelah dilaksanakan. Hasil yang dicapai
dapat diukur dalam ukuran jangka pendek atau output, jangka panjang atau
outcome. Evaluasi kinerja kebijakan dengan melakukan penilaian komprehensif
terahadap:
1. Pengcapain target (output)
2. Pencapai tujuan kebijakan (outcome)
3. Kesenjangan (gap) antar target dan tujuan dengan pencapaian
4. Perbandingan (benchmarking) dengan kebijakan yang sama di tempat
lain yang berhasil.
5. Indentifikasi faktor pendukung keberhasilan dan kegagalan sehingga
menyebabkan kesenjangan, dan memberikan rekomendasi untuk
menanggulangi kesenjangan.
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk menjamin dan memajukan kesejahteraan
setiap warga negara serta melindungi, melayani dan mengatur masyarakat.
dimana tugas pelayanan lebih menekankan upaya mendahulukan kepentingan
umum, mempermudah urusan publik dan memberikan kepuasan kepada publik,
26
sedangkan tugas mengatur lebih menekankan kekuasaan power yang melekat
pada posisi jabatan birokrasi.
Kelancaran lalu lintas adalah hal utama yang perlu mendapat perhatian dari
pemerintah sebab kelancaran lalu lintas merupakan indeks penting dalam menilai
kualitas pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat. Peningkatan
kualitas pelayanan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi
partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan yang
berkualitas. Salah satu aspek penting dalam sistem pelayanan publik adalah
partisipasi masyarakat. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009 telah mengakomodasikan peran masyarakat dalam pengembangan sistem
pelayanan publik yang, anatar lain, sebagai bagian dari organisasi
penyelenggaraan , pengguna yang aktif, dan pemangku kepentingan yang
memiliki hak untuk mengadu (voice).
Setiap daerah memiliki peraturan dan cara tersendiri dalam menyelesaikan
masalah parkir liar tetapi mempunyai tujuan yang sama. Pengelolaan Perparkiran
sering menjadi sorotan publik, apabila pengelolaan parkir tidak ditangani dengan
baik maka akan berdampak pada kemacetan dan dampak lainnya terlepas dari
pada itu juga aktivitas masyarakat juga terganggu dengan adanya parkir liar yang
tidak menepati lahan resmi yang diberikan Pemerintah Daerah bekerjasama
dengan Dinas Perhubungan selaku pelaksana kebijakan.
Pembinaan dan Pengelolaan Perparkiran merupakan kegiatan yang dilaksanakan
secara terpadu dan terkoordinasi di daerah. Hal ini dilakukan untuk menjamin
terselenggaranya pembinaan yang berhasil mengwujudkan penataan lingkungan
perkotaan, kelancaran berlalu lintas ketertiban administrasi pendapatan daerah,
27
serta mampu mengurangi beban sosial melalui penyerapan tenaga kerja (SK
Menhub Nomor 34 Tahun 1990). Pemerintah daerah mempunyai tugas dan
tanggungjawab dalam membinaan pengelolaan parkir di wilayahnya, yang
merupakan bagian dari fungsi pelayanan umum. Sebagai imbalan penyelenggraan
pelayanan umum, pemerintah baik berhak memungut dana dari masyarakat dalam
bentuk retribusi dan pajak sebagai salah satu sumber PAD (Direktorat Jendral
Perhubungan Darat, 1998).
Dalam mengatasi masalah transportasi ada beraneka ragam instrumen kebijakan
yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk mengwujudkan penataan
perparkiran yang lebih efektif dan efisien sehingga dapat mendukung kelancaran
lalu lintas.
Pemerintahan kota Yogyakarta memberlakukan peraturan daerah (Perda) Nomor
19 Tahun 2009 tentang Retribusi Parkir Tepi Jalan Umum dan Perda Nomor 18
Tahun 2009 bagi masyarakat pengguna jasa parkir adalah kenaikan tarif parkir
sebesar 100% kemudian dikeluarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 5
Tahun 2012 Tentang Retribusi Jasa Umum merubah tarif parkir menjadi sama
antara kawasan I dan kawasan II.
Ketentuan tarif parkir Kota Yogyakarta diatur dalam Perda Nomor 5 Tahun 2012
dan Perda Nomor 4 Tahun 2012. Perda Nomor 5 Tahun 2012 tentang Retribusi
Jasa Usaha salah satunya mengatur tarif retribusi pada satuan ruang parkir di tepi
jalan umum, di dalam Perda ini, parkir Tepi Jalan Umum (TJU) di bagi menjadi
dua kawasan I dan kawasan II masing-masing kawasan memilki ketentuan tarif
parkir yang berbeda.
28
“ Di Kawasan I (tarif parkir) Sepeda Motor Rp. 1 ribu, Mobil Sedan/Jeep Rp. 2
ribu, Bus sedang Rp. 15 ribu, Truk Sedang Rp. 15 ribu, Bus Besar Rp. 20 ribu,
Truk Besar Rp. 20 ribu, Truk Gandengan/Sumbu III Rp. 30 ribu “.
“ Di Kawasan II (tarif parkir) Sepeda Motor Rp 1 ribu, Mobil Sedan/Jeep Rp 2
ribu, Bus Sedang Rp 10 ribu, Truk Sedang Rp 10 ribu, Bus Besar Rp 15 ribu,
Truk Besar Rp 15 ribu, Truk Gandengan/Sumbu III Rp 20 ribu “.
Sedangkan di Perda Nomor 4 Tahun 2012, mengatur Retribusi Jasa Usaha. Salah
satunya mengatur tarif retribusi parkir di Tempat Khusus Parkir (TKP).
" Ketentuannya (retribusi di TKP) untuk Sepeda Motor Rp 1 ribu, Mobil
Sedan/Jeep/Pick up Rp 2 ribu, Bus Sedang Rp 15 ribu, Truk Sedang Rp 15 ribu,
Bus Besar Rp 20 ribu, Truk Besar Rp 20 ribu, Truk Gandengan/Sumbu III Rp 30
ribu “.
Tarif parkir di TKP ini hanya berlaku untuk dua jam pertama parkir. Bila
kendaraan yang diparkirkan lebih dari dua jam, pemilik kendaraan akan
dikenakan tarif parkir tambahan sesuai ketentuan Perda.
Tentang kondisi dan kebijakan Perparkiran di Kota Yogyakarta, Pakar dari Pusat
Studi Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada, Heru Sutomo menilai
Pemkot Kota Yogyakarta tidak mempunyai konsep dalam mengelola parkir.
Peraturan Daerah yang muncul lebih banyak menyoroti masalah tarif, bukan
wilayah mana saja yang bisa dijadikan lahan parkir dan peningkatan layanan
publik. Padahal, masalah pokonya adalah kemunculan tukang atau juru parkir di
lahan parkir yang ilegal dan fenomena preman perparkiran yang di duga
dimanfaatkan pemerintah mendongkrak target setoran retribusi. Kondisi seperti
29
ini menyebabkan kenyamanan para pengguna parkir terganggu. Dan kualitas
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah tentang perparkiran jadi tidak
efisien.
Data utama dari kualitas pelayanan parkir tepi jalan adalah penilaian pengguana
jasa parkir atau masyarakat. Selain itu juga dengan cara mengecek laporan dari
dokumen organisasi mengenai pelayanan yang diberikan. Untuk mengetahui
apakah dinas perhubungan bidang perparkiran dan sebagai pelaksana juru parkir
telah memberikan pelayanan yang berkualitas yaitu pelayanan yang sesuai dengan
harapan masyarakat, sehingga masyarakat merasakan adanya kepuasan atas
pelayanan tersebut maka akan diukur dari tiga sisi yaitu masyarakat, aparat
pemerintah bidang perparkiran dan juru parkir. Indikator yang digunakan untuk
mengukur kualitas pelayanan parkir tepi jalan umum di Kota Yogyakarta
(Abdiana, 2016) :
b. Bentuk Fisik (Tangible)
Salah satu indikator dalam memperoleh kualitas pelayanan parkir adalah bentuk
fisik (tangible) yaitu letak ruang parkir dengan fasilitas dan peralatannya yang
lengkap untuk kenyamanan pengguna parkir. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta
No 18 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran Pasal 3 Ayat (1)
menyatakan bahwa penetapan kawasan dan lokasi tempat parkir dengan
memperhatikan, rencana tata ruang kota, keselamatan dan kelancaran lalu lintas,
penataan dan kelestarian lingkungan, kemudahan bagi tempat parkir.
c. Keandalan (Reabillity)
Dalam melayani kebutuhan dari pengguna jasa maka kemampuan aparat yang
bertugas dalam hal pelayanan menjadi sangat penting. Demikian juga halnya
30
dengan juru parkir sebagai pelaksana kebijakan dan yang memberikan pelayanan
langsung kepada pengguna parkir, juru parkir dan aparat pemerintah (Dinas
Perhubungan) merupakan ujung tombak dalam bidang pelayanan parkir TJU.
Dalam konteks kualitas pelayanan parkir di tepi jalan umum (TJU) di Kota
Yogyakarta, aktor kunci yang berperan cukup besar tak dapat dipungkiri, adalah
Juru Parkir. Juru Parkir, seperti yang terbaca dari Perda Nomor 18 dan 19 Tahun
2009, adalah ujung tombak yang menentukan berhasil-tidaknya tujuan kebijakan
parkir (policy goals), yakni mengwujudkan kelancaran lalu lintas dan kepuasan
pengguna jasa parkir.
c. Kejelasan dan Kepastian (transparansi)
Pelayanan parkir harus transparan dala hal tarif karena retribusi parkir
pembayarannya langsung diberikan kepada pihak pemberi pelayanan dan juga
pelayanannya langsung didapat oleh pengguna layanan. Dalam kasus tarif
perparkiran banyak sekali ditemui masalah, salah satunya pengaduan yang dikirim
ke UPIK (unit pelayanan informasi keluhan). Dinas Perhubungan, sesuai Pasal 23
Perda Perparkiran, akan mencabut Surat Tugas juru parkir tersebut. Sesuai Pasal
25 Ayat (1) Perda Perparkiran, Juru Parkir tersebut diancam pidana kurungan
paling lama 3 bulan atau denda Rp. 50 juta. Fungsi juru parkir menurut Perda
Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan perparkiran
fungsi juru parkir adalah menjaga keamanan dan ketertiban tempat parkir
(memarkirkan kendaraan pada tempat yang telah ditentukan).
d. Jaminan Keamanan (security)
31
Untuk menciptakan kualitas pelayanan parkir harus bisa merasa percaya akan
keamanan kendaraan mereka yang sedamh di parkirkan. Petugas parkir harus bisa
memberikan jaminan kepada pengguna parkir bahwa kendaraan yang akan
mereka parkir aman dan tidak menggangu kelancaran lalu lintas juga memberikan
ganti rugi atas kerusakan atau kehilangan barang yang ada di kendaraan mulai
dari helm, aksesors kendaraan, atau apabila terjadi kecelakaan pada kendaraan
sekalipun itu lecet pada kendaraan. Hak-hak pengguna jasa parkir secara implisit
terbaca dari ketentuan Pasal 5 Perda Perparkiran yang mengatur kewajiban juru
parkir, yakni memperoleh rasa aman atas kendaraan beserta perlengkapannya dan
memperoleh karcis sebagai tanda bukti parkir. Pada Pasal 17 Perda Perparikiran
menentukan ganti rugi atas kehilangan kendaraan pada saat parkir di tempat
parkir maksimal sebesar 50 persen yang ditanggung oleh juru parkir.
Peraturan Perparkiran di Kota Yogyakarta tidak hanya tercantum dalam Perda
tetapi di muat juga dalam Perwali Kota Yogyakarta Nomor 16 Tahun 2011
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran.
Dalam sistem Pemerintah Daerah Dinas di bantu oleh, Organisasi untuk
meningkatkan Kualitas Pelayanan yang berbasis pada Kesejahteraan Masyarakat,
begitu pula pada kegiatan Perparkiran. Pemerintah Daerah dibantu oleh Dinas
Perhubungan, didalam struktur Dinas Perhubungan itu sendiri di bagi lagi menjadi
Susunan Organisasi atau Bidang.
Pada Perwali Kota Yogyakarta Nomor 80 Tahun 2016 tentang Susunan
Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota
Yogyakarta pada Pasal 1 Ayat (2) mengatakan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas
32
selanjutnya di singkat UPT Dinas adalah Unsur Pelaksana Teknis pada Dinas
yang melaksanakan kegiatan Teknis Operasional dan/atau Kegiatan Teknis
Penunjang tertentu, Pasal 1 Ayat (3) mengatakan Pemerintah Daerah adalah
Walikota sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
Pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Daerah Otonom,
Pasal 2 Ayat (1) tentang Susunan Organisasi di dalam Dinas Perhubungan (a)
Kepala Dinas, (b) Sekretariat, (c) Bidang Lalu Lintas, (d) Bidang Angkutan Jalan,
Bimbingan Keselamatan, dan Pengendalian Oprasional, (e) Bidang Perparkiran,
(f) Unit Pelaksanaan Teknis, (g) Kelompok Jabatan Fungsional.
Perwali Kota Yogyakarta Nomor 80 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi,
Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta
Pasal 18 tentang Bidang Perparkiran Ayat (1) mengatakan Bidang Perparkiran di
Pimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas membantu Kepala
Dinas dalam Merumuskan Kebijakan, Mengkordinasi, Membina, Me ngawasi dan
Mengendalikan Progam Bidang Perparkiran.
3. Pelaku Parkir Liar di Kota Yogyakarta
Parkir liar kerap dipandang hanya berkonotasi dengan hal-hal yang bernada
negatif. Parkir liar telah di beri stigmatisasi umum mulai dari penyebab
kesemrautan, pelanggar peraturan hingga pembuat kemacetan jalan. Sekilas tidak
ada yang menarik dari parkir liar, terlebih kita mengenal parkir liar adalah parkir
yang kondisinya kerap dadakan, sporadis serta muncul dalam waktu-waktu
tertentu misalnya di acara konser, hari raya tertentu dan banyak lagi. Namun,
bagaimana bila kita menemuan suatu parkir liar yang telah menetap lama pada
33
suatu wilayah, membangun suatu aturan yang disepakati bersama seperti
pembagian wilayah parkir yang tetap serta memiliki berbagai atribut penanda satu
dengan yang lainnya seperti Rompi, Karcis Parkir, dan Tanda Lokasi Parkir.
Selain itu para Juru Parkir Liar bahkan melayani praktik layanan jasa parkir
dengan prinsip pelayanan prima kepada konsumen atau pengguna jasa walaupun
pada kenyataannya mereka itu adalah parkir liar.
Selama ini penelitian hanya berpusat pada juru parkir saja yang menyebabkan
terjadinya parkir liar, dan juru parkir di label yang menyebabkan terjadinya parkir
liar. Tetapi apabila kita menggali lebih dalam kuasa aktor dalam dunia parkir liar
serta bagaimana kuasa berkerja sehingga menciptakan “ masyarakat “ parkir liar
yang mapan dengan segenap aturannya. Adapun Penelitian yang pernah dilakukan
tentang parkir liar semisalnya Cope & Allred (1990), Osoba (2012), Aderamon &
Salau (2013), Nugraha (2013), dan Najib (2014) hanya berkisar untuk menelisik
parkir liar sebagai sesuatu yang semata negatif semisal penyebab kemacetan,
hilangnya pontensi pendapat asli daerah, sebagai bentuk keegoisan individu,
menimbulkan keresahan masyarakat, keterlambatan waktu perjalanan dan
penambahan biaya perjalanan. Hal ini dapat dimaklumi karena realitas parkir liar
yang demikian banyak diberbagai wilayah di tanah air kerap hanya menimbulan
permasalahan tanpa mampu memberikan suatu sumbangan positif.
Dalam Teori Relasi Kuasa (Michel Foucault, 2002), mengatakan kuasa bukanlah
kepemilikan. Kuasa bukan kata benda, bukan pula properti. Ini dapat dimaknai
bahwa kekuasaan tidak dipunyai, melainkan dipraktikkan. Satu hal yang pasti,
kekuasaan itu ada di mana-mana (omnipresent) (Foucault, 2002). Dalam
pandangan Foucault manusia adalah aktor kekuasaan yang berhubungan tentang
34
episteme sebagai struktur yang menyatukan, dalam artian mengendalikan cara kita
memandang dan memahami realitas tanpa kita sadari. Dalam konteks ini kuasa
aktor pun jelas terdapat dalam ranah parkir liar. Dalam kehidupan kenegaraan,
kuasa mewujud pada ideologi dominan yang mendisiplinkan warga negara dalam
struktur diskursif yang dilegitimasi oleh wacana ideologi. Dalam rumah tangga,
kuasa diwujudkan dengan praktik bingkai ideologi ‘kerumahtanggaan’. Sementara
dalam parkir liar, kuasa diwujudkan dengan bingkai ideologi ‘keparkirliaran’
yang mencakup pembagian wilayah parkir, siapa para juru parkir yang boleh
bekerja dan sebagainya. Inilah yang menjadi suatu peran dari apa yang disebut
kuasa aktor dalam ranah parkir liar.
Sebelum masuk pada pembahasan pelaku parkir liar, terlebih dahulu perlunya kita
mengetahui pembendaan ciri dari parkir liar dan parkir resmi sebagai berikut :
a. Seragam yang digunakan
Juru Parkir juga memiliki seragam dinas mereka, sama seperti institusi
pemerintahan lainnya, tetapi seragam Juru Parkir itu berbeda-beda. Kalau
biasanya seragam institusi pemerintahan sama disetiap daerah, berbeda dengan
seragam Juru Parkir, karena seragam mereka tidak selalu sama disetiap daerah.
Walaupun warna seragam Juru Parkir resmi dishub kebanyakan berwarna biru,
tetapi ada juga juru parkir yang memakai seragam bukan berwarna biru dan
mereka adalah Juru Parkir Resmi.
Tetapi kita tidak bisa langsung berfikir kalau semua juru parkir yang
menggunakan seragam parkir adalah juru parkir resmi, walaupun diseragam
mereka ada tertulis DISHUB. Karena juru parkir liar begitu pintar dalam menipu,
mereka akan menggunakan berbagai cara agar terlihat seperti juru parkir resmi
35
padahal mereka adalah juru parkir liar. Karena itu point ini belum bisa dijadikan
patokan untuk membedakan juru parkir resmi dengan juru parkir liar.
b. Kartu Indentitas
Setiap juru parkir resmi memiliki kartu identitas yang didapatkan dari dishub, dan
biasanya kartu identitas ini diletakkan dibagian paling atas sebelah kiri. Saat
parkir sebaiknya kamu melihat juru parkirnya apakah mereka menggunakan
sebuah kartu identitas yang ada lambang atau tulisan dishubnya. Kalau kamu
menemukan seorang juru parkir yang tidak menggunakan kartu identitas, tidak
ada salahnya kamu menanyakannya mungkin saja mereka meninggalkannya.
Tetapi ketika kamu menanyakannya dan mereka menjawab dengan nada seakan
marah, besar kemungkinan mereka bukanlah juru parkir resmi dishub. Point ini
bisa kamu jadikan patokan, walaupun begitu tetap saja masih ada juru parkir liar
yang menggunakan kartu identitas palsu, jadi harus sedikit berhati – hati.
c. Karcis
Hal ini jarang dimiliki oleh juru parkir liar, yaitu sebuah karcis, karena jika
mereka menggunakan karcis itu akan memakan biaya lagi untuk
membuatnya.Tetapi masih ada juga juru parkir liar yang menggunakan karcis
palsu, hanya untuk memperlihatkan seakan - akan mereka adalah seorang juru
parkir resmi.
Juru Parkir Resmi selalu memiliki karcis, karcis ini diberikan oleh dishub kepada
mereka untuk menandakan seseorang dengan kendaraannya, agar meminimalkan
terjadinya pencurian. Karena jika kamu ingin mengambil kendaraanmu, tetapi
kartu parkir yang diberikan hilang, maka juru parkir tersebut akan meminta
identitas ataupun bukti bahwa kendaraan tersebut adalah milikmu.Karcis yang
36
dimiliki oleh juru parkir resmi juga tidak sembarang karcis, karena karcis tersebut
memiliki ciri sebagai berikut :
1. Memiliki No.Seri, setiap karcis resmi memiliki nomor seri, dan
nomor ini berbeda - beda pada tiap - tiap karcis, jadi tidak ada
kartu yang memiliki nomor seri yang sama.
2. Memiliki Barcode, setiap karcis resmi memiliki barcode batang
pada setiap karcis yang diberikan.
3. Memiliki Lubang Perporasi, mungkin kamu tidak tahu apa itu
lubang perporasi, itu adalah lubang timbul yang ada dikarcis
tersebut dan biasanya berbentuk angka atau huruf.
4. Jadi lubang perporasi itu seperti kumpulan lubang timbul yang
membentuk angka atau huruf, dan jika disentuh maka seperti ada
sesuatu yang timbul.
5. Memiliki 2 Karcis, maksud saya disini, karcis tersebut ada 2 jadi
satu untuk kamu pegang dan satunya lagi dipegang oleh petugas
juru parkir tersebut.
d. Juru parkir liar memiliki tempat parkir legal.
Jika kamu dipaksa oleh seorang juru parkir untuk parkir dipinggir jalan ataupun
ditempat - tempat yang melanggar hukum, bisa dipastikan juru parkir tersebut
adalah juru parkir liar. Oleh karena itu jangan mau kendaraan kamu diparkirkan
dipinggir jalan, terlebih disitu ada rambu dilarang parkir, karena jika ketahuan
oleh dishub kendaraan kamu akan ditilang ataupun diamankan. Karena seorang
juru parkir resmi memiliki tempat untuk memarkirkan kendaraan, dan jikapun
37
mereka memarkirkan kendaraan dipinggir jalan, berarti tempat tersebut memang
disediakan untuk lahan parkir.
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Umum tercantum dalam Bagian Dua Paragraf 7 Pasal 120
mengatakan bahwa “ Parkir Kendaraan di jalan dilakukan secara sejajar atau
membentuk sudut menurut arah lalulintas“. Ada sepuluh area yang tidak boleh
digunakan untuk Parkir Kendaraan adalah sebagai berikut :
1. Tikungan, bahu bukit atau sebuah jembatan.
2. Di tempat pejalan kaki atau trek sepeda
3. Dekat lampu lalu lintas atau penyebrangan pejalan kaki
4. Di jalan utama atau di jalan dengan lalulintas yang melaju cepat
5. Berhadapan atau dekat dengan kendaraan berhenti lainnya di
seberang jalan sehingga mempersempit ruang jalan.
6. Dalam 6 meter (20 kali) dari suatu persimpangan , atau dalam 9
meter (30) kaki dari suatu pemberhentian bus, kecuali jika keadaan
rusak. Lalu jangan berhenti atau parkir 3 meter (10 kaki) di sisi lain
hidran pemadam api atau yang dapat menganggu akses kendaraan
pemadam ke hidran.
7. Menghadap bagian depan mobil ke arah lalu lintas yang
berlawanan.
8. Sepanjang jalan yang licin
9. Di jalan layang, terowongan, atau di sisi jalan yang menuju jalan
layang atau terowong.
10. Di atas pinggiran rumput atau bahu jalan.
38
Sebenarnya pelaku dari parkir liar tidak hanya dilakukan oleh jukir saja tetapi ada
beberapa faktor yang mungkin juga mempengaruhi adanya parkir liar. Selain dari
jukir, masyarakat sebagai pengguna jasa dan Organisasi yang mempunyai
wewenang pada bidang parkir juga mempengaruhi terbentuknya parkir liar.
a. M
a
s
y
a
r
a
k
a
t
Masyarakat sebagai pengguna jasa parkir adalah salah satu faktor penyebab
terjadinya parkir liar, di jalan-jalan umum di perkotaan sudah dipasangnya rambu
lalu lintas dimana tempat yang boleh digunakan atau tidak boleh di gunakan untuk
parkir. Rambu lalu lintas merupakan salah satu dari perlengkapan jalan yang
dapat berupa lambang, huruf, angka, kalimat atau perpaduan di antaranya yang
berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan.
Tetapi masih banyak masyarakat yang melanggar rambu lalu lintas, seperti
memarkirkan kendaraan mereka pada juru parkir yang membuka lahan parkir
39
yang jelas bahwa ditempat tersebut sudah terpampang rambu lalu lintas dilarang
parkir di tempat tersebut.
b. Juru Parkir
Juru Parkir adalah seseorang yang bertugas menata parkir dan juga menjaga
kendaraan yang parkir, sehingga keamanan kendaraan tersebut menjadi lebih
terjamin.Juru Parkir sendiri berada dibawah naungan Dishub, jadi yang
bertanggung jawab atas juru parkir ini adalah dishub sendiri.
Juru Parkir adalah pemberi layanan kecuali sudah memenuhi persyaratan yang
biasa berupa surat ijin dari Dinas Perhubungan. Apabila Juru parkir tidak
membuat surat ijin maka disebut juru parkir liar. Selain itu pula ada banyak
masalah yang disebabkan juru parkir liar diantaranya membuka lahan parkir
secara tidak resmi, menaikan tarif parkir tidak sesuai dengan Perda yang ada.
Meningkatnya kebutuhan hidup , di tambah lowongan pekerjaan yang minim juga
mempengaruhi seseorang untuk menjadi juru parkir. Mereka mungkin merasa
pekerjaan yang bisa mereka lakukan dan mendapatkan penghasilan adalah
menjadi juru parkir karena keterbatasan pengalaman dan tidak memiliki keahlian
dalam berbagai bidang.
c. Badan/Organisasi
Badan/Organisasi yang dimaksud adalah Badan/Organisasi yang berwenang
dalam kegiatan perparkiran. Pemerintah berfungsi memberikan pelayanan kepada
masyarakat, maka dari itu pemerintah bertanggung jawab atas berlangsungnya
keberhasilan dari sebuah kebijakan yang di keluarkan khususnya tentang
perparkiran. Masalah yang sering kita dengar dari badan yang berwenang dalam
kegiatan perparkiran adalah masalah lahan resmi yang kurang sehingga
40
menimbulkan juru parkir liar dan menciptakan lahan yang tidak resmi.
Badan/Organisasi terkait tidak menyampaikan sosialisasi secara menyeluruh ke
wilayah tertentu terkait permasalahan perparkiran. Tak bisa kita pungkiri juga
Perparkiran adalah salah satu pendapatan daerah yang cukup besar maka sangat
diperlukan transparansi terkait pendapatan dari bidang perparkiran.
Kebijakan yang dikelurakan oleh badan berwenang berisikan larangan, sanksi dan
banyak lagi. Dengan adanya kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh badan yang
berwenang dituntut harus tegas dalam mengimplementasikan kebijakan yang ada,
apabila ada yang melanggar kebijakan tersebut kenakan sanksi sesuai yang
tercantum dalam kebijakan tersebut.
Dari penjabaran tentang Upaya Penanggulangan Parkir Liar diatas dapat
disimpulkan Parkir Liar adalah Parkir yang muncul secara Ilegal berbeda dengan
Parkir Resmi yang jelas berada dalam naungan pemerintah serta memiliki izin
secara hukum. Parkir liar salah satu dari banyak masalah lalu lintas yang perlu
penanganan khusus dari Pemerintah Daerah dibantu oleh Dinas Perhubungan
selaku pelaksana kebijakan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup merupakan batasan penelitian yang digunakan untuk
memfokuskan penelitian agar berjalan sesuai dengan yang menjadi fokus didalam
pelaksanaan penelitian ini agar data dan informasi yang diambil sesuai dengan
yang menjadi kebutuhanya. Oleh karenanya menjadi ruang lingkup dalam
penelitian tentang Penanggulangan Parkir Liar Di Kota Yogyakarta sebagai
berikut :
41
1. Pelaksanaan Parkir Ilegal
a. Keberadaan parkir ilegal
b. Ciri-ciri juru parkir liar
c. Ciri letak jalan yang tidak boleh digunakan untuk parkir
d. Kerugian yang dialami dengan adanya parkir liar bagi masyarakat dan
kerugian pendapatan retribusi parkir.
e. Gangguan lalu lintas karena adanya parkir liar
2. Kebijakan yang digunakan dalam menanggulangi parkir liar di Kota
Yogyakarta
a. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perparkiran.
b. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 05 Tahun 2012 tentang
Retribusi Jasa Umum.
3. Penanggulangan dan Tindakan yang telah di lakukan DISHUB Kota
Yogyakarta
a. Pembinaan dan Penertiban parkir liar
b. Peringatan
c. Operasi Penegakan Perda
d. Pencabutan Surat Izin
e. Penindakan tegas berupa Sidang Tindakan Pidana Ringan.
4. Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan dalam Bidang Perparkiran
Sebagaimana dikatakan dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 80 Tahun
2016 tentang Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja
42
Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, pada Pasal 18 Ayat 2 mengatakan Fungsi
Bidang Perparkiran sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pengumpulan data, informasi, permasalahan,
peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan teknis yang
berkaitan dengan optimalisasi perparkiran dan pengelolaan retribusi
parkir.
b. Menyelenggarakan upaya pemecahan masalah yang berkaitan dengan
optimalisasi perparkiran dan pengelolaan retribusi parkir.
c. Menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi
dan pelaporan kegiatan bidang.
d. Menyelenggarakan optimalisasi perparkiran.
e. Menyelenggarakan penggelolaan retribusi parkir.
f. Menyelenggarakan analisis dan pengembangan kinerja bidang
g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala dinas.
F. Metode Penelitian
Metode adalah cara yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan ataupun
menganalisa data dengan perantara alat tertentu untuk mencapai tujuan, adapun
metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif.
Denskriptif Kualitatif adalah suatu metode dalam meneliti setatus kelompok
manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskritif ini adalah untuk
43
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
2. Unit Analisis
Dalam penelitian ini, lokasi yang diambil penulis untuk melakukan penelitian
adalah Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta. Objek penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Penanggulangan Parkir Liar di Kota Yogyakarta oleh
Dinas Perhubungan . Subjek penelitian ini terdiri dari :
Tabel 1.1 Informasi Informan Berdasarkan Nama, Jenis Kelamin, Pendidikan
Terakhir, dan Jenis Pekerjaan.
NO.
NAMA
INFORMAN
JENIS
KELAMIN
PENDIDIKAN
TERAKHIR PEKERJAAN
1.
Aswan Anas
Wiryawan, ST L SI
Pegawai Dinas
Perhubungan.
2. Sunar Wahyudi, SE L SI
Pegawai Dinas
Perhubungan.
3. Lukman Hidayat L SI
Pegawai Dinas
Perhubungan
4. Widada L SI
Pegawai Dinas
Satpol PP
5. Sudiono L SMP LINMAS
6. Gembul L SD Juru Parkir
7. Iririas Prabowo L SMA Juru Parkir
8. Iswanto L SMP Juru Parkir
9. Wawan L SMA Juru Parkir
44
10. Elly Wati P SMA
Ibu Rumah
Tangga
11. Rahmawati P SMA
Ibu Rumah
Taangga
12. Sunadi L SMA Wiraswasta
13. Lilik L SMA
Pedagang
Warung Kecil
Jumlah Total Informan 13 Orang
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat data informan berdasarkan Nama, Jenis
Kelamin, Pedidikan Terakhir, dan Jenis Pekerjaan. Informan berjumlah 13 orang
yang terdiri dari sebelas (11) orang laki-laki,, dan dua (2) orang perempuan, jadi
dapat disimpulkan informan mayoritas laki-laki dan minoritas perempuan.
Berdasarkan Pendidikan Terakhir dapat dilihat pada tabel diatas informan yang
Sarjana ( SI ) berjumlah empat (4) orang, informan yang lulus Sekolah Menegah
Atas ( SMA ) berjumlah enam (6) , informan yang lulus Sekolah Menegah
Pertama (SMP) berjumlah dua (2) orang, informan yang lulus Sekolah Dasar (SD)
berjumlah satu (1) orang. Jadi dapat disimpulkan data informan berdasarkan
Pendidikan Terakhir mayoritas informan lulus tingkat pendidikan Sekolah
Menegah Atas (SMA).
Berdasarkan tabel diatas jenis pekerjaan informan bervariasi karena peneliti tidak
melakukan wawancara pada satu tempat. Informan yang bekerja sebagai pegawai
Dinas Perhubungan berjumlah tiga (3) orang, informan yang bekerja sebagai
45
pegawai Dinas Satpol PP berjumlah satu (1), informan yang bekerja sebagai Juru
Parkir berjumlah empat (4 ) orang, informan yang berkerja sebagai Wiraswasta
berjumlah satu (1) orang, informan yang bekerja sebagai pedagang warung kecil
berjumlah satu (1) orang, informan yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga
berjumlah dua (2) orang, informan yang bekerja sebagai LINMAS berjumlah satu
(1) orang.
Alasan memilih subjek diatas karena subjek berhubungan dengan objek penelitian
dan diharapkan subjek mampu memberikan data dan informasi sesuai dengan
permasalahan penelitian. Di dalam Unit Analisis Data, teknik pengumpulan
sample data yang digunakan adalah Teknik Snowball Sampling.
Menurut Sugiyono ( 2018: 85 ), Snowball Sampling adalah teknik penentuan
sample yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dalam penentuan
sample, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang
ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari
orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan
oleh dua orang sebelumnya. Dimana tujuan dari pengambilan sample ini
disesuaikan dengan objek dan subjek yang menjadi fokus penelitian. Di dalam
fokus penelitian ini akan dipusatkan pada lokasi penelitian itu sendiri dengan
alasan yang rasional dan bisa dipertanggungjawabkan. Di dalam penelitian ini,
lokasi yang diambil adalah Dinas Perhubunggan Kota Yogyakarta.
3. Teknik Pengumpulan Data
46
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode untuk
saling melengkapi agar data yang diperoleh benar-benar valid. Beberapa teknik
pengumpulan data yang dipergunakan antara lain :
a. Observasi
Pengertian Observasi Menurut Sofyan S. Willis, adalah pengamatan yang
dilakukan secara partisipan dan non-partisipan. Metode partisipan mengharuskan
peneliti terlibat di dalam kegiatan anak-anak dan remaja. Sedangkan metode non-
partisipan hanya mengamati dari luar, tidak perlu terlibat. ( Web : Diambil pada
Minggu, 28 April 2019, jam 20:30 WIB.
https://www.zonareferensi.com/pengertian-observasi/ ).
Nawawi dan Martini ( 1997 ), menjelaskan bahwa observasi merupakan kegiatan
mengamati, yang diikuti pencatatan secara urut. Hal ini terdiri atas beberapa unsur
yang muncul dalam fenomena di dalam objek yang diteliti. Hasil dari proses
tersebut dilaporkan dengan laporan yang sistematis dan sesuai kaidah yang
berlaku. ( Web : Diambil pada Minggu, 28 April 2019, jam 20:30 WIB.
https://www.zonareferensi.com/pengertian-observasi/ ).
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mengadakan
pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.
Dalam mengenakan teknik observasi yang terpenting adalah mengandalkan
pengamatan dan ingatan peneliti.
b. Wawancara
47
Pengertian Wawancara Menurut Koentjaraningrat, adalah cara yang digunakan
untuk tugas tertentu, mencoba untuk mendapatkan informasi dan secara lisan
pembentuk responden, untuk berkomunikasi tatap muka. ( Web : Diambil pada
Minggu, 28 April 2019, jam 20:00 WIB. https://www.gurupendidikan.co.id/8-
jenis-bentuk-dan-pengertian-wawancara-menurut-para-ahli-beserta-contohnya/ ).
Pengertian Wawancara Menurut Sutrisno Hadi ( 1989:192 ), adalah proses
pembekalan verbal, dimana dua orang atau lebih untuk menangani secara fisik,
orang dapat melihat muka orang lain dan mendengarkan suara telinganya sendiri,
ternyata informasi langsung alat pengumpulan pada beberapa jenis data sosial,
baik yang tersembunyi (laten) atau manifest. ( Web : Diambil pada Minggu, 28
April 2019, jam 20:00 WIB. https://www.gurupendidikan.co.id/8-jenis-bentuk-
dan-pengertian-wawancara-menurut-para-ahli-beserta-contohnya/ ).
Cara melakukan wawancara adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.
Alat bantu wawancara menggunakan panduan wawancara seperti kuesioner,
namun sifat pertanyaannya terbuka yaitu tidak disediakan pilihan jawabannya.
c. Dokumentasi
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia ), Dokumentasi adalah
pengumpulan, pemilihan, pengolahan dan penyimpanan informasi di bidang
penghetahuan; pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan seperti gambar,
kutipan, kliping, dan bahan informasi lainnya. (Web : Diambil pada Minggu, 28
April 2019, jam 20:00 wib. https://pengertiandefinisi.com/pengertian-
dokumentasi/ ).
48
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-
lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya, karya seni, yang dapat berupa
gambar, patung, film dan lain-lain.
4. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2010), adalah proses penelitian yang sangat sukar dilakukan
hal ini lantaran membutuhkan kerja keras, pikiran yang kreatif dan kemampuan
penghetahuan yang tinggi. (Web : Diambil pada tanggal 26 April, jam 12:00 wib.
http://dosensosiologi.com/teknik-analisis-data-kuantitatif-kualitatif-lengkap/ ).
Dalam hal ini untuk menganalisis data, maka penyusun menggunakan analisis
data secara kualitatif, artinya suatu data dianalisa dengan tidak menggunakan data
statistik , namun hanya menggunakan pengukuran yang benar, sehingga dipercaya
dan valid hasilnya. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah
sebagai berikut :
a. Reduksi Data
Pada tahap ini dilakukan pemilihan tentang relevan tidaknya antara data dengan
tujuan penelitian.
b. Display Data
Pada tahap ini peneliti berupaya mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai
dengan pokok permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap
subpokok permasalahan.
c. Kesimpulan dan Verifikasi
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan
mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan.
49
50
BAB II
PROFIL DINAS PERHUBUNGAN KOTA YOGYAKARTA
A. Deskripsi Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta
1. Visi Misi
Visi adalah suatu pandangan dimana suatu istansi pemerintahan harus dibawa dan
berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksi, antisifatif, inspiratif, produktif, suatu
gambran yang memantau tentang keadaan masa depan berisikan cita-cita yang
diwujudkan oleh instansi pemerintahan. Sedangkan Misi adalah sesuatu yang
harus dilaksanakan oleh organisasi atau instansi pemerintah agar cita-cita dan
tujuan yang direncanakan dapat tercapai serta berhasil dengan baik.
Visi Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta
Terwujudnya pelayanan transportasi Kota yang berkeselamatan, aman dan
nyaman serta tertib dan lancar, yang berwawasan lingkungan serta Responsif
Gender.
Misi Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta
a. Mengwujudkan keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas jalan.
b. Mengwujudkan ketertiban penyelenggaraan perparkiran.
2. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan
a. Kedudukan Dinas Perhubungan
51
1) Dinas Perhubungan adalah unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah
di bidang perhubungan.
2) Dinas Perhubungan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui
Sekretaris Daerah.
b. Susunan Organisasi Dinas Perhubungan
Unsur organisasi dinas perhubungan terdiri dari :
1) Pimpinan : Kepala
2) Pembantu Pimpinan : Sekretariat yang terdiri dari subbagian-
subbagian
3) Pelaksanaan :
a) Bidang-bidang yang terdiri dari seksi-seksi
b) Unit Pelaksanaan Teknis (UPT); dan
c) Kelompok Jabatan Fungsional
c. Organisasi Dinas Perhubungan terdiri dari :
1) Kepala
2) Sekretariat, terdiri dari :
a) Subbagian Umum dan Kepegawaian; dan
b) Subbagian Keuangan, Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
3) Bidang Lalu Lintas, terdiri dari :
a) Seksi Kajian dan Pengembangan Lalu Lintas;
b) Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas; dan
c) Seksi Sarana dan Prasarana Lalu Lintas
52
4) Bidang Angkutan Jalan, Bimbingan Keselamatan dan
Pengendalian Operasional, terdiri dari :
a) Seksi Penyelenggaraan Angkutan;
b) Seksi Bimbingan Keselamatan; dan
c) Seksi Pengendalian Operasional
5) Bidang Perparkiran, terdiri dari :
a) Seksi Retribusi Parkir; dan
b) Seksi Pembinaan dan Pengembangan Perparkiran
6) UPT Pengunji Kendaraan Bermotor
7) Kelompok Jabatan Fungsional
53
Tabel 2.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
DINAS PERHUBUNGAN KOTA YOGYAKARTA
Sumber: Lampiran 1 Peraturan Walikota Kota Yogyakarta Nomor 80 Tahun 2016
Tentang Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Dinas
Perhubungan Kota Yogyakarta.
Kepala Dinas
Sekretariat
Kelompok Jabatan
Fungsional
Sub Bagian Umum &
Kepegawaian
Sub Bagian Keuangan,
Perencanaan,
Evaluasi,dan
Pelaporan
Bidang Angkutan
Jalan, Bimbingan Keselamatan dan
pengendalian
Bidang
Perparkiran
Seksi Retribusi Parkir
Seksi
Pembinaan dan
Pengembangan
Perparkiran
Seksi
penyelenggaraan
Angkutan
Seksi Bimbingan
Keselamatan
Seksi
Pengendalian
Operasional
Bidang Lalu Lintas
Seksi Kajian dan
Pengembangan Lalu
Lintas
Seksi Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas
Seksi Sarana
Prasarana Lalu Lintas
Unit Pelaksanaan Teknis
54
3. Tugas Pokok dan Fungsi
a. Tugas Dinas Perhubungan :
Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan
asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang perhubungan.
b. Fungsi Dinas Perhubungan, terdiri dari :
1) Perumusan kebijakan teknis di bidang perhubungan;
2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang perhubungan;
3) Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan urusan di bidang
perhubungan;
4) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perhubungan;
5) Pengelolaan kesekretariatan meliputi perencanaan umum,
kepegawaian, keuangan, evaluasi dan pelaporan; dan
6) Pelaksanaan pengawasan, pengendalian evaluasi, dan pelaporan di
bidang perhubungan.
c. Tugas dan Fungsi Unsur Organisasi
Terkait tugas dan fungsi unsur organisasi peneliti hanya mencantumkan pada
tugas dan fungsi Bidang Perparkiran, di dalam struktur Bidang Perparkiran
terdapat dua sub bagian bidang yaitu Seksi Retribusi Parkir, Seksi Pembinaan dan
Pengembangan Perparkiran.
Bidang Perparkiran :
1) Bidang Perparkiran dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang
mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam merumuskan
55
kebijakan, mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan
mengendalikan program Bidang Perparkiran.
2) Tugas Bidang Perparkiran, terdiri dari :
a. Pelaksanaan kebijakan dan penyiapan bahan koordinasi
penyusunan program kerja di bidang perparkiran;
b. Perencanaan program kegiatan, penyusunan, petunjuk teknis
dan naskah dinas di bidang perparkiran;
c. Pengkoordinasian, pengembangan dan fasilitas program di
bidang perparkiran;
d. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian program di bidang
perparkiran; dan
e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan program di
bidang perparkiran.
Sebagaimana disampaikan dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 80
Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas dan Fungsi dan Tata
Kerja Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Pasal 18 Ayat 3 dengan Rincian
Tugas Bidang Perparkiran sebagai berikut :
1. Merumuskan program kerja Bidang Perparkiran berdasarkan
hasil evaluasi program dan kegiatan tahun sebelumnya serta
peraturan perundang-undangan;
2. Menyelenggarakan koordinasi program kerja dengan
Sekretaris dan Kepala Bidang di lingkungan dinas maupun
SKPD lain baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
56
mendapatkan informasi, masukan, serta untuk mengevaluasi
permasalahan agar diperoleh hasil kerja yang optimal;
3. Mempelajari dan mengkaji peraturan perundang-undangan
bidang perparkiran serta regulasi sektoral terkait lainnya guna
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas;
4. Membina bawahan sesuai dengan bidang tugasnya serta
memberikan arahan dan petunjuk secara langsung maupun
tidak langsung guna kelancaran pelaksanaan tugas;
5. Mengarahkan pelaksanaan program dan kegiatan bidang
perparkiran berdsasarkan rencana strategik dan rencana kinerja
dinas;
6. Menyiapkan bahan dan konsep kebijakan Kepala Dinas di
bidang Perparkiran;
7. Menyelenggarakan upaya pemecahan masalah yang berkaitan
dengan retribusi parkir, optimalisasi perparkiran dan sarana
prasarana perparkiran;
8. Menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
evaluasi dan pelaporan kegiatan bidang;
9. Menyelenggarakan optimalisasi perparkiran;
10. Menyelenggarakan sarana dan prasarana perparkiran;
11. Menyelenggarakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi
kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem
penilaian yang tersedia;
57
12. Menyelenggarakan pelaporan pelaksanaan tugas kepada atasan
sebagai dasar pengambilan kebijakan;
13. Menyampaikan sarana dan pertimbangan kepada atasan baik
secara lisan maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan
yang berlaku sebagai bahan masukan guna kelancaraan
pelaksanaan tugas dan untuk menghindari penyimpangan; dan
14. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan
pimpinan baik lisan maupun tertulis.
d. Tugas dan Fungsi Subbagian-Subbagian Bidang Perparkiran
Subbagian Bidang Perparkiran terbagi atas dua Subbagian Bidang yaitu
Subbagian Bidang Seksi Retribusi Parkir dan Subbagian Bidang Sarana Prasarana
dan Pengembangan Perparkiran.
1. Subbagian Bidang Seksi Retribusi Parkir
Tugas dan Fungsi Sub Bagian Retribusi Parkir sebagaimana dikatakan dalam
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 80 Tahun 2016 tentang Susunan
Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota
Yogyakarta Pasal 19 Ayat 1 dan Ayat 2 Subbagian Retribusi Parkir yang berbunyi
sebagai berikut :
a) Subbagian Retribusi Parkir dipimpin oleh seorang Kepala
Seksi yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pemberian
bimbingan kegiatan di bidang Retribusi Parkir.
58
b) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksudkan pada
ayat (1), Kepala Seksi Retribusi Parkir mempunyai rincian
tugas yang terdiri dari :
1) Menyusun rencana oprasional program kegiatan Seksi
Retribusi Parkir berdasarkan hasil evaluasi kegiatan
tahun sebelumnya dan peraturan perundang-undangan;
2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugasnya
serta memberikan arahan atau petunjuk kepada bawahan
baik secara langsung maupun tidak langsung guna
kelancaran pelaksanaan tugas;
3) Menyiapkan bahan koordinasi dengan Sekretariat dan
Bidang di lingkungan Dinas maupun SKPD lain baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk
mendapatkan masukan, informasi, serta untuk
mengevaluasi permasalahan agar diperoleh hasil kerja
yang optimal;
4) Mempelajari dan mengkaji peraturan perundang-
undangan di bidang retribusi parkir serta regulasi
sektoral terkait lainnya guna kelancaran pelaksanaan
tugas;
5) Melaksanakan program dan kegiatan Seksi Retribusi
Parkir;
59
6) Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan
pembinaan, petunjuk teknis dan naskah dinas yang
berkaitan dengan retribusi parkir;
7) Melaksanakan pembinaan kepada juru parkir yang
berkaitan dengan retribusi parkir tepi jalan umum (TJU);
8) Melaksanakan pembinaan kepada petugas parkir yang
berkaitan dengan retribusi tempat khusus parkir (TKP);
9) Melaksanakan pemungutan dan menyetorkan retribusi
parkir tepi jalan umum (TJU) dan tempat khusus parkir
(TKP);
10) Melaksanakan pendataan yang berkaitan dengan juru
parkir;
11) Melaksanakan perforasi karcis retribusi parkir;
12) Melaksanakan evaluasi dan pelaporan pendapatan
retribusi parkir;
13) Melaksanakan pengawasan dan pembinaan kinerja juru
parkir;
14) Melaksanakan pengelolaan tempat khusus parkir milik
pemerintah;
15) Melaksanakan perencanaan dan evaluasi pendapatan
perparkiran;
16) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian
penggunaan tempat khusus parkir di luar kepentingan
perparkiran;
60
17) Melaksanakan pengawasan dan pembinaan kinerja
pengelola tempat khusus parkir milik pemerintah;
18) Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi
kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui
sistem penilaian yang tersedia;
19) Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas sebagai dasar
pengambilan kebijakan;
20) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan
berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku sebagai
bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas; dan
21) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.
2. Subbagian Bidang Seksi Sarana Prasarana dan Pengembangan
Perparkiran
Tugas dan Fungsi Sub Bagian Sarana Prasarana dan Pengembangan Perparkiran
sebagaimana dikatakan dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 80 Tahun
2016 tentang Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja
Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Pasal 20 Ayat 1 dan Ayat 2 Subbagian
Bidang Seksi Sarana Prasarana dan Pengembangan Perparkiran yang berbunyi
sebagai berikut :
a) Seksi Sarana Prasarana dan Pengembangan Perparkiran
dipimpin oleh Kepala Seksi yang mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian
61
bimbingan kegiatan di bidang Sarana Prasarana dan
Pengembangan Perparkiran.
b) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) Kepala Seksi Sarana Prasarana dan Pengembangan
Perparkiran mempunyai rincian tugas sebagai berikut :
1) Menyusun rencana oprasional kegiatan Seksi Sarana
Prasarana dan Pengembangan Perparkiran berdasarkan
hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan peraturan
perundang-undangan;
2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugasnya
serta memberikan arahan dan petunjuk kepada bawahan
baik secara langsung maupun tidak langsung guna
kelancaran pelaksanaan tugas;
3) Menyiapkan bahan koordinasi dengan sekretariat dan
bidang di lingkungan Dinas maupun SKPD lain baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk
mendapatkan masukan, informasi, serta untuk
mengevaluasi permasalahan agar diperoleh hasil kerja
yang optimal;
4) Mempelajari dan mengkaji peraturan perundang-
undangan di bidang sarana prasarana dan pengembangan
perparkiran serta regulasi sektokral terkait lainnya guna
kelancaran pelaksanaan tugas;
62
5) Melaksanakan Program dan kegiatan Seksi Sarana
Prasarana dan Pengembangan Perparkiran;
6) Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan
pembinaan, petunjuk teknis dan naskah dinas yang
berkaitan dengan sarana prasarana dan pengembangan
perparkiran;
7) Melaksanakan pengawasan , pembinaan dan penertiban
perparkiran secara non yustisi;
8) Melaksanakan penggalian potensi baru perparkiran;
9) Merencanakan, menetapkan dan mengevaluasi kinerja
juru parkir;
10) Melaksanakan pemberian izin tempat khusus parkir
swasta;
11) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian tempat
khusus parkir swasta;
12) Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait dalam
rangka pelaksanaan kebijakan manajemen perparkiran;
13) Melaksanakan pengadaan karcis parkir dan seragam juru
parkir;
14) Melaksanakan survey yang berkaitan dengan
perparkiran;
15) Melaksanakan perencanaan dan pengadaan terkait sarana
dan prasarana parkir di tepi jalan umum (TJU) dan
(TKP) milik pemerintah;
63
16) Melaksanakan pemeliharaan sarana dan prasarana parkir
TJU dan TKP milik pemerintah;
17) Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait dalam
rangka pelaksanaan pengadaan pembangunan dan
pemelihara sarana dan prasarana perparkiran;
18) Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi
kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui
sistem penilaian yang tersedia;
19) Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas sebagai dasar
pengambilan kebijakan;
20) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan
berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku sebagai
bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas; dan
21) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan
pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya.
4. Kepegawaian dan Pelayanan Umum
Saat ini, jabatan Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dijabat oleh Agus
Arif Nugroho, S.STP, M.Si dalam data yang diperoleh dalam observasi di Dinas
Perhubungan Kota Yogyakarta terdapat tujuh puluh lima (75) pegawai atau
aparatur sipil negara di dinas perhubungan. Berikut adalah tabel pegawai Dinas
Perhubungan Kota Yogyakarta:
64
Tabel 2.2 Data Kepegawaian Berdasarkan Jenis Kelamin
NOMOR JENIS KELAMIN JUMLAH
1. LAKI-LAKI 57
2. PEREMPUAN 18
JUMLAH TOTAL 75
Sumber Data : Ka Subbagian Umum dan Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota
Yogyakarta.
Pada tabel 2.2 diatas dapat kita lihat daftar kepegawaian dinas perhubungan kota
yogyakarta berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut, berdasarkan data
yang diperoleh peneliti ketika melakukan observasi jumlah pegawai dinas
perhubungan yang berjenis kelamin laki berjumlah lima puluh tujuh (57),
sedangkan pegawai yang berjenis kelamin perempuan berjumlah delapan belas
(18) orang. Jumlah total pegawai dinas perhubungan adalah tujuh puluh lima (75)
orang. Jadi, dapat disimpulkan pegawai dinas perhubungan mayoritas laki-laki
dan minoritas perempuan, sebab perbandingan kedua gender tersebut sangat
signifikan 57 berbanding 18. jumlah pegawai perempuan bahkan tidak sampai
50% dari 100%.
65
Tabel 2.3 Data Kepegawaian Berdasarkan Jabatan
No Jabatan
Jumlah
Pegawai
1. Kepala Dinas 1
2. Sekretaris 1
3. Bendahara 2
4. Kepala Bidang 3
5. Kepala Subbagian Bidang 3
5. Kepala Seksi 8
6. Analisis Manajemen Lalu Lintas 3
7. Analisis Angkutan Darat 2
8. Pengadministrasian Umum 2
9. Pengadministrasian Keuangan 1
10. Petugas Keamanan 2
11. Pengelola Sarana Prasarana 2
12. Pramu Bakti 1
13. Analis Tata Usaha 1
14. Pengadminitrasi Kepegawaiaan 1
15. Analis Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan 1
16. Pengelola Akuntansi 1
66
No Jabatan
Jumlah
Pegawai
17. Verifikator Keuangan 2
18. Analisis Survey Dampak Transportasi Darat 1
19. Analisis Teknik Survey Manajemen Rekayasa Lalu Lintas 1
20. Teknik Survey Layanan Transportasi Jalan 6
21. Analisis Penanganan Objek Vital Transportasi 1
22. Pengelola Pengawasan LLAJ 7
23. Penelaah Audit Keselamatan Jalan 1
24. Pengawasan Transportasi 1
25. Pengadminitrasian LLAJ 1
26. Analisis Pajak Retribusi/Retribusi Pajak Daerah 1
27. Pengelola Perparkiran 4
28. Pengelola Penagihan dan Pengawasan 3
29. Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana 4
30. Penguji Kendaraan Bermotor Penyelia 2
31. Pengelola Penguji Kendaraan 1
32. Pramu Kebersihan 1
33. Pengolah Data Laporan Kas 1
34. Pengelola Perijinan Angkutan Jalan 1
35. Pengelola Pengawasan 1
JUMLAH TOTAL PEGAWAI 75
Sumber Data : Ka. Subbagian Umum dan Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota
Yogyakarta
67
Pada tabel 2.3 dapat kita lihat data kepegawaian dinas perhubungan berdasarkan
jabatan adalah sebagai berikut, pada urutan pertama dimulai dari Kepala Dinas
Perhubungan dibawah Kepala Dinas, Sekretaris dijabat oleh dua (2) pegawai,
Bendahara dijabat oleh dua (2) pegawai, Kepala Bidang dijabat oleh tiga (3)
pegawai, Kepala Subbagian Bidang di jabat oleh tiga (3) pegawai, Kepala Seksi
dijabat oleh delapan (8) pegawai, Analisis Teknik Survey Dampak Transportasi
Darat dijabat oleh satu (1) pegawai, Analisis Teknik Survey Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas dijabat oleh satu (1) pegawai, Teknik Survey Jaringan dan
Pelayanan Transportasi Jalan dijabat oleh enam (6) pegawai, Analis Penanganan
Objek Vital Transportasi dijabat oleh satu (1) pegawai, Pengelola Pengawasan
LLAJ dijabat oleh tujuh (7) pegawai, Penelaah Audit Keselamatan Jalan dijabat
oleh satu (1) pegawai, Pengawasan Transportasi dijabat oleh satu (1) pegawai,
Pengadministrasian LLAJ dijabat oleh satu (1) pegawai, Analisis Pajak
Retribusi/Pajak Daerah dijbabat oleh satu (1) pegawai, Pengelolaan Perparkiran
dijabat oleh empat (4) pegawai, Pengelolaan Penagihan dan Pengawasan dijabat
oleh tiga (3) pegawai, Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana dijabat oleh empat
(4) pegawai, Penguji Kendaraan Bermotor Penyelia dijabat oleh dua (2) pegawai,
Pengelola Penguji Kendaraan dijabat oleh satu (1) pegawai, Pramu kebersihan
dijabat oleh satu (1) pegawai, Pengelola Data Laporan Kas dijabat oleh satu (1)
pegawai, Pengelola Perijinan Angkutan Jalan dijabat oleh satu (1) pegawai,
Pengelola Pengawasan dijabat oleh satu (1) pegawai, Analisis Manajemen Lalu
Lintas dijabat oleh tiga (3) pegawai, Analisis Angkutan Darat dijabat oleh dua (2)
pegawai, Pengadministrasian Umum dijabat oleh dua (2) pegawai,
Pengadministrasian Keuangan dijabat oleh satu (1) pegawai, Petugas Keamanan
68
dijabat oleh dua (2) pegawai, Pengelola Sarana Prasarana dijabat oleh dua (2)
pegawai, Pramu Bakti dijabat oleh satu (1) pegawai, Analis Tata Usaha dijabat
oleh satu (1) pegawai, Pengadministrasi Kepegawaian dijabat oleh satu (1)
pegawai, Analisis Perencana, Evaluasi dan Pelaporan dijabat oleh satu (1)
pegawai, Pengelola Akuntansi dijabat oleh satu (1) pegawai, Verifikator
Keuangan dijabat oleh dua (2) pegawai.
Tabel 2.4 Data Kepegawaian Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO PENDIDIKAN JUMLAH
1. Sekolah Dasar (SD) 4
2. Sekolah Menegah Pertama (SMP) 2
3. Sekolah Menegah Atas (SMA) 29
4. D2 2
5. D3 11
6. D4 1
7. SI 17
8. S2 10
Sumber Data : Ka. Subbagian Umum dan Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota
Yogyakarta.
Pada tabel 2.4 diatas dapat kita lihat Data Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota
Yogyakarta Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Pegawai yang lulusan Sekolah
Dasar (SD) berjumlah 4 orang, Pegawai yang lulusan Sekolah Menegah Pertama
(SMP) berjumlah 2 orang, Pegawai yang lulusan Sekolah Menegah Atas (SMA)
berjumlah 29 orang, Pegawai yang lulusan D2 berjumlah 2 orang, Pegawai yang
lulusan D3 berjumlah 11 orang, Pegawai yang lulusan D4 berjumlah 1 orang,
69
Pegawai yang lulusan SI berjumlah 17 orang dan Pegawai yang lulusan S2
berjumlah 10 orang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pegawai Dinas Perhubungan
Kota Yogyakarta lebih banyak lulusan Sekolah Menegah Atas (SMA).
Tabel 2.5 Data Kepegawaian Berdasarkan Golongan
NO GOLONGAN JUMLAH
1. IV A 4
2. IV B 2
3. III A 6
4. III B 14
5. III C 10
6. III D 10
7. II B 2
8. II C 3
9. II D 6
10. I D 2
Sumber Data : Ka. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Perhubungan
Kota Yogyakarta.
Dari Tabel 2.5 diatas dapat kita lihat Data Kepegawaian Dinas Kota Yogyakarta
Berdasarkan Golongan. Pegawai yang Bergolongan IV A berjumlah 4 orang,
Pegawai yang Bergolongan IV B berjumlah 2 orang, Pegawai yang Bergolongan
III A berjumlah 6 orang, Pegawai yang Bergolongan III B berjumlah 14 orang,
70
Pegawai yang Bergolongan III C berjumlah 10 orang, Pegawai yang Berjumlah III
D berjumlah 10 orang, Pegawai yang Bergolongan II B berjumlah 2 orang,
Pegawai yang Bergolongan II C berjumlah 3 orang, Pegawai yang Bergolongan II
D berjumlah 6 orang, Pegawai yang Bergolongan I D berjumlah 2 orang. Jadi
dapat disimpulkan Pegawai yang Bergolongan III B lebih dominan di Dinas
Perhubungan Kota Yogyakarta.
5. Sarana Prasarana
Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu
proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal
ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai
hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. Maka dengan itu peneliti akan
menyajikan data Sarana Prasarana Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta
berdasarkan buku inventaris Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Tahun 2018
yang akan dipaparkan pada tabel di bawah.
Tabel 2.6 Data Sarana Prasarana Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta 2018
No Nama Barang
Tahun
peroleh Keterangan
1. Buku Peraturan Perundang-Undangan. 2018 BAIK
71
No Nama Barang
Tahun
peroleh Keterangan
2. Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas Perhubungan 2018 BAIK
3. APILL Tenaga Surya 2018 BAIK
4. Sepeda Roda Tiga 2018 BAIK
5. CCTV 1 Paket 2018 BAIK
6. TV LED 2018 BAIK
7. Layar Proyektor 2018 BAIK
8. UPS/Stabilizer 2018 BAIK
9. LCD Proyektor 2018 BAIK
10. Harddisk External 1 TB 2018 BAIK
11. Harddisk External Type 1 Tera Toshiba. 2018 BAIK
12. Scanner 2018 BAIK
13. Printer Lazer Jet 2018 BAIK
14. Printer Desk Jet 2018 BAIK
15. Rambu Penyeberangan 2018 BAIK
16. Almari Arsip Besi Brother B-304 2018 BAIK
17. Rambu Papan Informasi 2018 BAIK
18. Rambu Lalu Lintas Parkir 2018 BAIK
19. Papan Tarif TJU dan TKP 2018 BAIK
20. AC Split 2018 BAIK
Sumber Data: Buku Inventaris Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta
Pada Tabel 2.6 diatas adalah Sarana Prasarana Dinas Perhubungan Kota
Yogyakarta berdasarkan sumber data buku iventaris Dinas Perhubungan. Peneliti
72
hanya mencantumkan pada tahun terbaru yaitu tahun 2018. Jadi, dapat
disimpulkan Sarana Prasaran Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Tahun 2018
dengan jumlah barang dua puluh (20) dengan kondisi barang baik.
Titik lokasi yang banyak ditemukan bangkitan parkir liar dikota Yogyakarta
adalah sepanjang jalan pasar Bringharjo, sepanjang jalan Ramayana Mall, dan
sepanjang jalan tokoh di Malioboro, dititik-titik jalan Alun-Alun Utara.
129
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
David L. Goetsch dan Stanley B. Davis. 2002. Pengantar Manajemen Mutu 2, Ed.
Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Prenhalindo.
Dwiyanto, Agus. 2006. Mengwujudkan Good Governance Melalui Pelayanan
Public. Yogyakarta: UGM Press.
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Griffin Ricky. W. 1990. Management. Boston: Houghton Mifflin Company.
Hobbs, F. D. 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Penerbit Gadjah Mada
University Press.
Munawar, Ahmad. 2009. Manajemen Lalulintas Perkotaan. Yogyakarta: Beta
Offset
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Warpani, Suwardjoko. 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan. Bandung:
Penerbit ITB.
Skripsi dan Jurnal :
Ilosa Abdiana. 2016. Kualitas Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum Kota
Yogyakarta. Jurnal Kajian Ilmu Administrasi Negara. Vol. 4, No. 2: 107-126
Kiswanto, Eddy dan Setianingrum, Triyastuti. 2018. Kualitas Perparkiran Kota
Yogyakarta dari Multiperspektif. Jurnal Populasi. Vol. 26, No. 1:51-74
Nahak Gasela Maria. 2018. Kebijakan Dinas Perhubungan dalam Mengatasi
Parkir Liar di Kota Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: STPMD”APMD”.
Zipora. 2017. Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pungutan Liar Juru Parkir di
Kota Yogyakarta. Jurnal Hukum. Vol. 1, No. 1:10
130
Sumber lainnya :
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 74 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Publik.
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2009 tentang Retribusi
Tempat Khusus Parkir.
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 19 Tahun 2009 tentang Retribusi
Parkir Tepi Jalan Umum.
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perparkiran.
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa
Umum.
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 80 Tahun 2016 tentang Susunan
Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota
Yogyakarta.
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 16 Tahun 2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perparkiran.
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa
Usaha.
Surat Keputusan Mentri Perhubungan Nomor 34 Tahun 1990 tentang Penataan
Lingkungan Perkotaan, Kelancaran Berlalu Lintas Ketertiban Administrasi
Pendapatan Daerah, Serta Mampu Menggurangi Beban Sosial Mulai Penyerapan
Tenaga Kerja.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
131
Website :
Deni. 2017. Dishub Dukung Juru Parkir Nakal ditindak Tegas di
https://www.google.com ( di akses 23 Maret 2019, Jam 12:00 WIB ).
https://www.serujambi.com/2017/dishub-kota-jogja-tindak-tegas-pelanggar-
parkir/ ( di akses 20 April 2019, Jam 19:00 WIB ).
https://www.google.com/amp/3208516/ada-masalah-parkir-di-yogya-adukan-ke-
nomor-ini ( di akses 28 Febuari 2019, Jam 14:00 WIB ).
https://m.bernas.id/64203-inilah-4-titik-pelanggaran-parkir-di-jogja-yang-paling-
sering-ditemui.html ( di akses 12 Febuari 2019, Jam 20:00 WIB ).
https://www.google.com/amp/jogja.tribunnews.com/amp/2017/03/01/dishub-
yogyakarta-catat-ada-900-an-juru-parkir-resmi-sisanya-jukir-liar ( di akses 12
Febuari 2019, Jam 20:00 WIB).
https://jogja.tribunnews.com/2018/12/30/naikan-tarif-parkir-hingga-rp-25-
ribumobil-tiga-tukang-parkir-di-yogyakarta-ditindak-petugas ( di akses 12 Febuari
2019, Jam 20:00 WIB ).
https://www.zonareferensi.com/pengertian-observasi/ ( di akses 28 April 2019,
Jam 20:30 WIB ).
https://www.gurupendidikan.co.id/8-jenis-bentuk-dan-pengertian-wawancara-
menurut-para-ahli-beserta-contohnya/ ( di akses 28 April 2019, Jam 20:00 WIB).
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-dokumentasi/ ( di akses 28 April 2019,
Jam 20:00 WIB ).
http://dosensosiologi.com/teknik-analisis-data-kuantitatif-kualitatif-lengkap/ ( di
akses 26 April 2019, Jam 12:00 WIB ).
https://rizkie-library.blogspot.com/2015/12/konsep-evaluasi-kebijakan.html ( di
akses 16 September 2019, Jam 15:50 WIB ).
Tugu Jogja. 2018. Tarif Parkir Yogyakarta Kerap Semena-mena, Dishub Turun
Tangan di https://m.kumparan.com ( di akses 04 Maret 2019, Jam 14:00 WIB ).