Terjemah jurnal 962

38
KESINAMBUNGAN SOSIAL SYMPOSIUM PRODUKSI TELUR KESEJAHTERAAN AYAM PADA SYSTEM PERKANDANGAN YANG BERBEDA ABSTRAK System produksi telur telah menjadi subjek penelitian pada level yang lebih tinggi. Faktor-faktor seperti penyakit, kesehatan tulang dan kaki, pemuatan hama dan parasit, perilaku, stress, area afektif, nutrisi, dan genetic mempengaruhi tingkatan kesejahteraan ayam. Walaupun kebutuhan untuk mengevaluasi pengaruh faktor-faktor ini telah mendapat perhatian, namun penelitian yang dilakukan masih dalam tahap permulaan. Kami membandingkan system kandang konvensional, kandang dengan perlengkapan, system non-cage dan system outdoor. Sifat khusus dari tiap system menunjukkan adanya pengaruh terhadap kesejahteraan, dan system yang memiliki sifat yang mirip juga mempunyai pengaruh yang mirip. Misalnya, lingkungan dimana ayam terpapar kotoran dan tanah, seperti system tanpa kandang dan system outdoor, memberikan kemungkinan yang lebih besar akan adanya penyakit dan parasit. Semakin komplek lingkungan, semakin sulit untuk dibersihkan, dan parasit lebih mudah berkembang biak. Lingkungan seperti kandang konvensional, yang membatasi pergerakan ayam, dapat menimbulkan osteoporosis, namun lingkungan yang mempunyai kompleksitas yang lebih tinggi, seperti system non-cage, meningkatkan insiden patah tulang. Ruang yang lebih luas dapat memberikan ayam kebebasan untuk berperilaku, walaupun perilaku mengganggu seperti kanibalisme dan menimbun yang dapat menyebabkan pencekikan, dapat terjadi pada kelompok besar.

description

as

Transcript of Terjemah jurnal 962

Page 1: Terjemah jurnal 962

KESINAMBUNGAN SOSIAL SYMPOSIUM PRODUKSI TELUR

KESEJAHTERAAN AYAM PADA SYSTEM PERKANDANGAN YANG BERBEDA

ABSTRAK

System produksi telur telah menjadi subjek penelitian pada level yang

lebih tinggi. Faktor-faktor seperti penyakit, kesehatan tulang dan kaki, pemuatan

hama dan parasit, perilaku, stress, area afektif, nutrisi, dan genetic mempengaruhi

tingkatan kesejahteraan ayam. Walaupun kebutuhan untuk mengevaluasi pengaruh

faktor-faktor ini telah mendapat perhatian, namun penelitian yang dilakukan masih

dalam tahap permulaan. Kami membandingkan system kandang konvensional,

kandang dengan perlengkapan, system non-cage dan system outdoor. Sifat khusus

dari tiap system menunjukkan adanya pengaruh terhadap kesejahteraan, dan system

yang memiliki sifat yang mirip juga mempunyai pengaruh yang mirip. Misalnya,

lingkungan dimana ayam terpapar kotoran dan tanah, seperti system tanpa kandang

dan system outdoor, memberikan kemungkinan yang lebih besar akan adanya

penyakit dan parasit. Semakin komplek lingkungan, semakin sulit untuk dibersihkan,

dan parasit lebih mudah berkembang biak. Lingkungan seperti kandang

konvensional, yang membatasi pergerakan ayam, dapat menimbulkan osteoporosis,

namun lingkungan yang mempunyai kompleksitas yang lebih tinggi, seperti system

non-cage, meningkatkan insiden patah tulang. Ruang yang lebih luas dapat

memberikan ayam kebebasan untuk berperilaku, walaupun perilaku mengganggu

seperti kanibalisme dan menimbun yang dapat menyebabkan pencekikan, dapat

terjadi pada kelompok besar. Stress yang ditimbulkan tiap system terhadap ayam

masih sedikit dimengerti, namun terlihat bahwa setiap system mempunyai tantangan

khas tersendiri. Pembiakan selektif untuk karakter yang diinginkan seperti perbaikan

kekuatan tulang dan penurunan pematukan bulu dan kanibalisme dapat membantu

untuk memperbaiki kesejahteraan. Terlihat bahwa tidak ada satupun system yang

ideal dari perspektif kesejahteraan ayam. Walaupun kompleksitas lingkungan

meningkatkan kesempatan perilaku, namun juga menimbulkan kesulitan dalam hal

pengontrolan penyakit dan hama. Di samping itu, kompleksitas lingkungan dapat

meningkatkan risiko perilaku ayam yang merusak kesejahteraannya. Maka dari itu,

berbagai usaha untuk mengevaluasi kesinambungan perubahan pada system

perkandangan alternative membutuhkan pertimbangan manfaat dan kekurangan

setiap system perkandangan.

Page 2: Terjemah jurnal 962

PENDAHULUAN

Telah banyak kemajuan yang telah dibuat dalam 20 tahun terakhir dalam

mengembangkan metode yang valid untuk mengkaji kesehatan dan kesejahteraan

ayam. Namun, pengkajian kesehatan dan kesejahteraan ayam sulit dilakukan dan

dipengaruhi oleh banyak faktor. Kebebasan dari penyakit, kemampuan untuk

menunjukkan perilaku khusus, kemampuan untuk mengatasi lingkungan yang

kadang penuh dengan stress, dan perlindungan dari tantangan terkait perkandangan

perlu dipertimbangkan untuk mengkaji kesejahteraan ayam dengan benar.

Pertanyaan yang lebih mendalam untuk mempertimbangkannya tidak hanya tentang

bagaimana melindungi ayam dari penderitaan sebagai akibat dari pengaruh negative

lingkungan, tapi juga tentang bagaimana memberikan masa depan positif di

lingkungan mereka untuk meningkatkan kesejahteraan. Membandingkan data

diantara penelitian-penelitian menambah kompleksitas dikarenakan perbedaan pada

lingkungan, genetic, genetik, nutrisi, dan menejemen yang berpotensi untuk

merancukan data. Terdapat juga kesulitan untuk mereplikasi ukuran sistem

komersial pada laboratorium. Data yang dikumpulkan pada lahan komersial juga

ditemukan bahwa tingkat kematian berbeda secara signifikan antara sistem non-

cage, out-door, kandang konvensional, dan kandang dengan perlengkapan, dengan

tingkat kematian yang lebih rendah pada kandang dengan perlengkapan dari pada

sistem yang lain. Penelitian berskala kecil mungkin lebih bisa dilakukan pada situasi

komersial, namun, skenario ini tidak dapat diasumsikan secara umum.

Di sini, kami mereview faktor-faktor yang berhubungan dengan

kesejahteraan unggas: penyakit, kesehatan tulang dan kaki, nutrisi, hama dan

parasit, perilaku, stres, area afektif, dan genetik, semua area yang memberikan

tantangan khusus ketika mengatur kelompok dalam sistem perkandangan yang

berbeda-beda. Dokumen yang telah didapat membandingkan sistem berdasarkan

kriteria khusus yang digunakan dalam mengkaji kesejahteraan ayam dan dibutuhkan

untuk menilai kesejahteraan ayam secara utuh dan komperhensif berkaitan dengan

sistem perkandangan.

Penyakit

Baru-baru ini, Escherichia coli peritonitis, koksidiosis, nekrotik  enteritis,

Mycoplasma gallisepticum, kalsium penipisan-tetani, bronkitis menular, dan

kanibalisme telah terdaftar sebagai penyakit yang menjadi perhatian di Amerika

Page 3: Terjemah jurnal 962

Amerika (Amerika Serikat Asosiasi Kesehatan Hewan, 2007). Perhatian harus

dilakukan ketika menafsirkan daftar ini karena beberapa penyakit (E. coli peritonitis

dan enteritis nekrotik) dianggap sebagai penyakit regional, sedangkan kanibalisme

dilaporkan pada kedua ayam dalam kandang dan non-cage. Beberapa survei

melaporkan kanibalisme dan pematukan bulu sebagai penyebab utama kematian

pada ayam petelur komersial (lihat bagian Perilaku untuk diskusi tentang

kanibalisme, gurih, 1995; Abrahamsson dan Tauson, 1997; Weitzenbürger et

al, 2005).. kematian

dalam suatu kawanan yang sehat dan dikelola dengan baik yang bertempat

di kandang konvensional umumnya kurang dari 0,1% per minggu.

Pada awal 1986, ada laporan masalah klinis seperti penurunan produksi

telur, infeksi adenovirus sindrom jatuh telur, dan kanibalisme pada ternak bebas

jarak di Inggris. Kematian umumnya lebih banyak terjadi pada ayam petelur yang

dibesarkan di perkandangan berbasis-litter dibandingkan kandang dengan

perlengkapan. Sebuah penelitian 4 tahun terakhir di Skandinavia tentang ayam

petelur, mensurvei unggas yang dibesarkan secara komersial dalam system alas-

litter, jarak-bebas, dan system kandang konvensional, melaporkan kematian paling

besar pada system alas-litter dan jarak-bebas dibandingkan dengan kandang

konvensional. Jumlah terbesar dari angka laboratorium berasal dari system alas-litter

dan jarak-bebas. Infeksi bakteri adalah penyebab kematian paling umum pada

unggas yang dibesarkan di system alas-litter, termasuk erysipelas, colibasilosis, dan

pasteurilosis. Ayam yang dibesarkan pada system alas-litter dan jarak-bebas juga

memiliki tingkat kematian yang besar dihubungkan dengan penyakit yang

disebabkan oleh virus (limfoid leukosis, Marek’s disease, dan Newcastle disease),

coccidiosis, dan tengu merah ((Dermanyssus gallinae) dibandingkan dengan ayam

yang dibesarkan pada kandang konvensional. Sebuah penelitian di Jerman

mengindikasikan bahwa terdapat risiko yang lebih tinggi terjadinya erysipelas pada

ayam petelur yang dibesarkan pada system alas-litter dibandingkan dengan system

kandang. Insiden infeksi bakteri dan ektopasitisme yang lebih besar pada ternak

dalam sistem alas-litter dan jarak-bebas juga dipaparkan dalam survei ternak petelur

jerman yang melaporkan peningkatan penggunaak antibiotik dan acaricides pada

ayam yang dibesarkan di sistem alas-litter.

Banyak penyakit infeksius pada ayam petelur disebabkan karena kontak

dengan tanah, kotoran, dan fomit (contohnya hewan pengerat, kumbang, dan

Page 4: Terjemah jurnal 962

peralatan) yang dikeanal membawa agen penyakit-penyakit tersebut. Histomoniasis

umumnya dihubungkan dengan kontak dengan tanah dan dilaporkan pada ayam

petelur jarak-bebas. Erysipelothrix rhusiopathiae, mikroorganisme dari tanah, terjadi

lebih sering pada ayam yang terpapar sistem alas-litter dan jarak-bebas.

Persentase lebih tinggi ayam jarak-bebas (73%) mengekskresikan lebih

banyak coccidial oocytis dalam feses dibandingkan ayam tanpa akses jarak-bebas

(53%). Ayam petelur yang dibesarkan pada sistem jarak-bebas memiliki insiden

intestinal helminths yang lebih besar dibandingkan dengan ayam yang dibesarkan di

kandang. Sekitar 80% kasus pasteurolosis pada unggas Denmark terjadi pada

ternak jarak-bebas. Di samping itu, ayam petelur yang dibesarkan pada jarak-bebas

berisiko akan predasi dan penyakit melalui kontak dengan hewan liar. Penyakit

seperti flu burung, Newcastle disease, dan ectoparasites, seperti tengu, telah

dideteksi pada unggas liar dan dapat menyebar pada unggas domestik.

Temuan peningkatan insiden penyakit infeksius pada ternak alas-litter

dikontraskan dengan survei di Swiss baru-baru ini tentang tingkat kematian ayam

dan ayam petelur pada ternak komersial. Penelitian ini merekam penyakit yang

disebabkan virus, bakteri, parasit, dan penyakit non-infeksi pada unggas

digambarkan pada laboratorium diagnostik veteriner selama 12 tahun setelah

kandang berderet dilarang. Terdapat penurunan konsisten insiden penyakit yang

disebabkan virus, parasit, dan penyakit non-infeksius selama periode ini, sedangkan

infeksi bakteri secara konsisten meningkat. Penurunan insiden penyakit-penyakit ini

sebagai tanda penekanan lebih besar pada manajemen unggas pada sistem alas-

litter dan jarak-bebas. Penulis yang sama juga melaporkan adanya peningkatan

lemak hati pada ayam yang dibesarkan di kandang dibandingkan dengan ayam pada

sistem alas-litter dan jarak-bebas, dan penemuan serupa dilaporkan pada survei

ayam pada ternak petelur yang bervariasi di Jerman.

Manajemen umum menekankan kualitas udara yang berperan penting

dalam kontribusinya terhadap penyakit respiratori pada unggas. Kualitas udara yang

buruk, biasanya dikaitkan dengan akumulasi aerosol debu dan bakteri, mempunyai

pengaruh negatif terhadap kesehatan hewan. Konsentrasi debu yang tinggi telah

dihubungkan dengan tingkat kematian tinggi pada ayam petelur. Kualitas udara

tercatat lebih buruk pada sistem alas-litter dibandingkan dengan kandang dengan

perlengkapan. Sistem kandang menghasilkan partikel aerosol debu yang dapat

dihirup dan direspirasi lebih rendah ketika dibandingkan dengan sistem alas-litter.

Page 5: Terjemah jurnal 962

Jumlah total aerosol bakteria aerobik juga lebih tinggi secara signifikan padda sistem

alas-litter dibandingkan dengan kandang dengan perlengkapan. Penelitian tambahan

menemukan tingkat debu lebih tinggi pada sistem alas-litter dibandingkan dengan

kandang konfesnsional atau alas-kawat. Penemuan tentang kualitas udara ini

mungkin dapat menjelaskan, secara terpisah, mengapa ayam yang dibesarkan pada

sistem alas-litter umumnya mempunyai lebih banyak penyakit yang disebabkan

bakteri dibandingkan dengan ayam pada kandang konfensional.

Penyakit yang mempengaruhi ayam petelur tergantung pada kondisi

dimana mereka terpapar. Vaksinasi yang tepat, desinfektan yang efektif, dan

pengurangan risiko biosecurity dapat menurunkan insiden penyakit infeksius pada

sistem perkandangan alas-litter. Tapi, sekarang strategi ini perlu dioptimalkan. Ayam

yang telah kontak dengan alas litter yang solid, termasuk pada kandang dengan

perlengkapan, semua berisiko terkena penyakit yang sama. Ayam yang dibesarkan

jarak-bebas mempunyai ontak langsung dengan mikroorganisme dari tanah dan

parasit dan mempunyai risiko besar terhadap predasi dan penyakit infeksius dari

hewan liar ketika dibandingkan dengan ayam yang disimpan dalam sistem tertutup.

Kesehatan tulang

Berhubungan dengan komponen yang bervariasi pada tipe

perkandangan yang berbeda, ayam mungkin menderita berbagai masalah tulang,

termasuk osteoporosis, kelemahan petelur-kandang, dan deformitas tulang karena

terjatuh. Osteoporosis adalah penyakit non-infeksius yang disebabkan karena

penurunan jumlah mineral pembangun tulang yang berkaitan dengan usia dan

berdampak pada kerapuhan tulang dan kerentanan terhadap fraktur. Osteoporosis

kini menyebar pada ayam petelur dan berkontribusi terhadap sekitar 20-35%

kematian selama siklus produksi telur ayam yang dikandangkan. Pada tahap yang

paling parah, menunjuk pada kelemahan petelur yang dikandangkan. Digambarkan

pertama oleh Couch (1955) ketika sistem kandang diadopsi oleh industri telur,

kelemahan petelur-kandang mengakibatkan kerapuhan tulang, kelumpuhan, dan

kematian pada ayam. Bentuk S pada tulang area perletakkan adalah karakteristik

ayam dengan kelemahan petelur-kandang. Sesuai dengan namanya, keadaan ini

terjadi dengan ayam yang dikandangkan dan tidak biasa terjadi pada sistem

perkandangan yang lain. Osteoporosis pada ketegangan peneluran ayam tidak

seberapa parah hingga menimbulkan kelemahan petelur-kandang jika ayam tidak

Page 6: Terjemah jurnal 962

mengalami osteomalacia dikarenakan intake nutrisi yang tidak adekuat atau absopsi

kalsium, fosfor, atau metabolisme vitamin D yang tidak adekuat.

Isu kesehatan skeletal yang paling besar dari ayam yang dikandangkan

secara konfensional, seperti dibandingkan dengan sistem perkandangan yang lepas,

adalah peningkatan kerentanan terhadap osteoporosis terutama berhubungan

dengan kurangnya latihan. Ayam yang ditempatkan dalam sistem non-cage tingkat

tunggal dengan alas litter maupun kawat mempunyai kekuatan otot yang mirip,

sedangkan ayam pada kandang konfensional mempunyai kekuatan otot yang lebih

rendah, menunjukkan bahwa kualitas tulang tidak dipengaruhi oleh alas-kawat

namun oleh aktivitas ayam. Bahkan paparan ayam terhadap sistem perkandangan

yang memungkinkan peningkatan permuatan statis dan dinamis tulang dapat

memperbaiki kualitas tulang. Sebaliknya, membesarkan betina pada alas-litter

kemudian merubahnya ke kandang konvensional atau dengan perlengkapan untuk

peneluran mempunyai pengaruh negatif terhadap kekuatan tulang pada akhir

peneluran dibandingkan dengan ayam yang disimpan dalam kandang sepanjang

siklus kehidupannya. Mungkin betina yang dibesarkan pada kandang terbuka ketika

ditempatkan dalam kandang bereaksi terhadap lingkungan baru dengan cara

menurunkan aktivitas. Tingkat aktivitas mungkin juga menjelaskan perbaikan

kekuatan otot dari ayam yang dikandangkan dalam kandang yang lebih tinggi atau

ayam yang dikandangkan secara konvensional yang diberikan lantai yang lebih luas.

Fraktur tulang tua

Walaupun kekuatan otot ayam yang dikandangkan lebih buruk dari pada

ayam yang ditempatkan di tempat terbuka, ayam yang dikandangkan mempunyai

insiden patah tulang tua yang lebih rendah. Kerusakan tua dipertimbangkan dari titik

pandang kesejahteraan dikarenakan nyeri kronis. Insiden kerusakan tulang

perletakan tua pada ayam dalam sistem non-cage berkisar antara 52-73% dan

sepertinya berhubungan dengan peningkatan mobilitas dan tabrakan tulang

perletakkan ketika ayam bergerak dari litter untuk tendangan bangun atau

mengkases kotak sarang.

Tenggeran

Tambahan tenggeran pada sistem perkandangan dapat berdampak

positif maupun negatif. Pemasangan tenggeran pada kandang memperbaiki

kekuatan tulang, namun kegagalan pendaratan ketika melompat diantara tenggeran-

tenggeran pada sistem terbuka dapat menyebabkan kerusakan tua. Merubah

Page 7: Terjemah jurnal 962

tenggeran secara strategis dalam sistem non-cage dengan berbagai tingkatan dapat

mengurangi cedera ayam secara potensial dengan memperbaiki kemungkinan

keberhasilan pendaratan.

Depopulasi

Tingginya angka keretakan tulang baru, terjadi diantara ayam yang

dikandangkan secara konvensional selama depopulasi dan transport seperti

dibandingkan dengan sistem terbuka atau kandang dengan perlengkapan dengan

pintu yang lebih lebar. Rancangan muka kandang yang dapat mempermudah

pemindahan ayam mengurangi kerusakan tulang. Selama depopulasi, pegang

dengan lembut dan genggam ayam dengan 2 kaki dari pada 1 kaki, dapat

mengurangi kerusakan tulang.

Kesehatan kaki

Masalah kaki yang paling umum pada ayam adalah dermatitis telapak

kaki, bumblefoot, hyperkeratosis, dan pertumbuhan cakar yang berlebihan.

Dermatitis telapak kaki adalah inflmasi jaringan subkutan daerah plantar

kaki. Pada tingkat awal, epidermis menjadi tidak berwarna dan kondisinya dapat

berkembang menjadi nekrosis atau ulserasi telapak kaki. Kondisi litter yang basah

dan kandunga amonia yang tinggi pada kotoran dapat menyebabkan dermatitis

telapak kaki. Jika telapak kaki terinfeksi oleh bakteri seperti S. Aureus, kondisi itu

bisa menyebakan bumblefoot. Bumblefoot adalah lesi bulbus terlokalisasi bola kaki

berhubungan dengan penetrasi benda asing diikuti invasi S. Aureus. Kepincangan

sering terjadi pada gejala awal dan sering terjadi pada unggas yang diempatkan

pada alas-litter. Rancangan dan perawatan tenggeran yang buruk yang digunakan

pada sistem lantai telah dihubungkan dengan bumblefoot karena akumulasi kotoran

dan pupuk pada permukaan tenggeran, khususnya di bawah kondisi litter yang

basah.

Hiperkeratosis terjadi pada jempol dan telapak kaki ayam yang

dikandangkan. Insiden hiperkeratosis jempol lebih rendah pada sistem kandang

dengan perlengkapan dibandingkan dengan kandang konvensional. Hiperkeratosis

disebabkan oleh peningkatan muatan kompresi jempol atau telapak kaki pada lantai

kawat kandang maupun tenggeran. Landaian lantai kawat kandang juga menjadi

penyebab frekuensi yang lebih tinggi terjadinya hiperkeratosis diantara ayam yang

dikandangkan dibandingkan ayam yang tidak dikandangkan. Hiperkeratosis lebih

tidak menyakitkan dari pada bumblefoot.

Page 8: Terjemah jurnal 962

Jika cakar tumbuh terlalu panjang, kerusakan dapat terjadi lebih mudah,

menjadi luka terbuka dan berdarah dan kerentanan yang lebih tinggi terhadap

infeksi. Pertumbuhan cakar yang berlebihan dapat terjadi jika ayam tidak mempunyai

akses pada benda abrasif untuk memangkas kuku. Sistem non-cage dengan alas-

litter memunginkan ayam untuk menggaruk, yang dapat mencegah pertumbuhan

kuku berlebih.

Integritas tulang dinilai buruk pada semua sistem perkandangan kecuali

kandang dengan perlengkapan. Ayam pada kandang konvensional dan dengan

perlengkapan mempunyai kesehatan kaki yang secara keseluruhan lebih baik

dibanding ayam pada sistem yang lain dengan akses pada litter atau jarak.

Kesehatan cakar buruk pada kandang konvensional.

Hama dan Parasit

Hama artropoda pada unggas termasuk lalat atau kumbang yang

berkembang pada akumulasi kotoran atau pakan dan beberapa ectoparasit.

Kandang konvensional, dan kemungkinan beberapa kandang dengan perlengkapan

dapat mendorong akumulasi kotoran dan campuran kotoran-pakan. Khususnya

ketika lembab, hal tersebut memungkinkan lalat seperti lalat rumah Musca domestica

atau kumbang seperti lesser mealworm, berkembang. Lalat rumah adalah hama

pengganggu manusia, dan lalat serta kumbang keduanya dapat mendaratkan

patogen pada unggas atau manusia. Sistem kandang konvensional model terbuka

dengan kepadatan yang tinggi atau model terowongan yang dalam adalah kandang

dengan masalah lalat terburuk berhubungan dengan akumulasi kotoran. Masalah

kumbang terjadi melalui konsumsi kumbang yang terkontaminasi patogen oleh

unggas atau pengerusakan oleh kumbang hingga terjadi isolasi. Kumbang bisa

menjadi masalah serius dalam menutup sistem kandang maupun pengaturan lantai.

Kumbang, dengan masa hidupnya yang panjang, dapat menyebabkan adanya

patogen diantara lingkungan perkandangan betina. Umumnya, kepadatan unggas

yang lebih rendah menghasilkan pengeringan kotoran yang lebih baik dan lebih

sedikit masalah dengan lalat dan mungkin dengan kumbang. Akses unggas dengan

kotoran memungkinkan mereka untuk mengaisnya dan memakan larva lalat atau

kumbang. Walaupun ada perhatian serius terhadap biosecurity, unggas yang bebas

mungkin dapat mengendalikan lalat dan kumbang melalui predasi. Peringkat dari

sistem yang paling tinggi hingga paling rendah risikonya terhadap produksi lalat dan

kumbang adalah sistem kandang, kandang dengan perlengkapan, dan sistem non-

Page 9: Terjemah jurnal 962

cage. Namun, risiko konsumsi kumbang oleh unggas dan kemungkinan transmisi

yang berhubungan dengan hal tersebut mungkin lebih tinggi pada sistem non-cage

yang dapat meproduksi jumlah kumbang yang tinggi pada litter dekat dengan pakan

dan air.

Ektoparasit yang memenuhi 1 dari 2 kategori: sarang permanen, tungau

pemakan darah, Dermanyssus dan Ornithonyssus, dapat menyebabkan kerugian

ekonomik langsung melalui iritasi, kehilangan darah, dan memaksa ayam untuk

melakukan respon metabolik. Tungau juga bisa menjadi pengganggu atau hama

penggigit orang yang bekerja pada peternakan. Tungau dapat mendaratkan atau

mentransmisikan beberapa patogen.

Penghuni sarang hidup dalam lingkungan unggas dan berpindah ke

unggas sebagai bagian dari siklus kehidupannya. Contohnya tungau merah, Argas,

kumbang-kasur, dan kutu tertentu. Walaupun penelitian tentang penghuni sarang

terbatas pada tungau merah, lingkungan sarang yang lebih kompleks dengan banyak

tempat persembunyian kecil membantu artropoda untuk membuntu sistem kandang

kawat. Jika US mengembangkan perkandangan non-cage dan lingkungan yang

kompleks, kami bisa memprediksi masalah yang lebih besar dengan ectoparasit

penghuni-sarang, namun tidak ada survey terkini mengenainya. Lingkungan yang

relatif steril, seperti kandang kawat tertutup, telah mengeliminasi secara besar

ectoparasit sarang. Padatnya jumlah ayam yang menghuni sistem kandang kawat

tertutup memungkinkan penyebaran dan reproduksi estoparasit yang cepat,

khususnya tungau unggas utara (Ornithonyssus sylviarum) dan kutu badan

(Menacanthus stramineus). Keduanya melengkapi seluruh siklus kehidupan mereka

pada host, dan populasi tungau unggas diregulasi oleh imunitas host. Penelitian

terkini menunjukkan bahwa ayam paruh-pangkas digunakan dalam perkandangan

paling tidak 3-10 kali sebanyak ectoparasit pada ayam paruh utuh, tidak diragukan

berhubungan dengan gangguan kemampuan merawat bulu. Untuk industri, jika garis

keturunan jinak dapat dikembangan sehingga dapat dilakukan tanpa pemangkasan

paruh, bonus tambahan harusnya dapat mengurangi masalah dengan tungau

unggas utara dan kutu badan.

Tungau merah adalah masalah sepele di kandang onvensional US

namun merupakan pertimbangan penting di Eropa berkaitan dengan pengembalian

ke sistem sarang dan eliminasi simultan semua jenis pestisida. Penelitian terkini dan

komperhensif di Inggris juga menunjukkan bahwa jumlah tungau merah dapat

Page 10: Terjemah jurnal 962

menjadi tinggi pada sistem kandang konvensional juga. Lebih banyaknya

penggunaan sistem kandang dengan perlengkapan dan non-cage di US nampaknya

menyebabkan timbulnya lagi tungau merah. Kebanyakan ectoparasit betina tidak

pernah membunuh hostnya, namun pengerumunan ekstrim oleh tungau merah dapat

membunuh ayam pada habitat dengan banyak tungau merah. Walaupun data masih

kurang, paruh utuh kemungkinan kurang penting untuk mengendalikan tungau merah

karena tungau merah tidak benar-benar hidup dalam bulu dan hanya makan saat

malam.

Urutan sistem yang paling berisiko untuk adanya ektoparasait dari yang

paling tinggi ke rendah adalah sistem non-cage, kandang dengan perlengkapan, dan

kandang konvensional. Untuk ectoparasit permanen seperti tungau unggas utara dan

kutu badan, terlalu sedikit yang diketahui. Aspek tertentu pestisida akan berubah

bersama perkandangan. Contohnya aplikasi pestisida bertekanan tinggi dari balik

ayam, umumnya pada sistem kandang tertutup untuk perawatan host dan kontrol

tungau unggas utara atau kutu badan, akan lebih sulit atau tidak mungkin pada ayam

dalam kandang dengan perlengkapan atau non-cage. Tujuan lain dari pengendalian

harus direncanakan.

Kompleksitas lingkungan di mana ayam ditempatkan memberikan

tantangan berbeda ketika bekerja untuk mengendalikan parasit dalam kelompok.

Lingkungan yang relatif sederhanaseperti kandang konvensional memungkinkan

kontrol parasit yang lebih mudah melalui penggunaan pestisida dan pengurangan

tempat persembunyian dimana beberapa parasit bisa hidup. Namun, lingkungan ini

juga memungkinkan parasit yang berhubungan dengan akumulasi kotoran

berkembang biak, dan jarak yang dekat dari jumlah ternak yang benyak

memungkinkan penyebaran dan perkembangbiakan beberapa ectoparasit permanen

dengan cepat. Sebaliknya, lingkungan kompleks menguntungkan bagi ectoparasit

penghuni-sarang, namun juga memungkinkan ayam untuk bertindak sebagai

predator pada beberapa hama seperti lalat dan kumbang, khususnya pada sistem

non-cage.

Perilaku

Perilaku yang normal atau alami ayam domestik modern terdiri atas pola

perilaku menurun ketika ayam diberikan ruang yang adekuat dan akses pada

sumber-sumber yang berbeda. Tingkat di mana pola perilaku ini diekspresikan oleh

ayam dewasa tergantung bukan hanya pada perkandangan mereka namun juga

Page 11: Terjemah jurnal 962

pada genetik, pengalaman sebelumnya pada lingkungan pembesaran, kondisi

lingkungan selama perkembangan embrionik, dan efek epigenetik. Pertimbangan

kesejahteraan ada jika ayam dimotivasi untuk menunjukkan perilaku tertentu namun

tidak mampu untuk mengekspresikannya karena ketidakleluasaannya

perkandangan, menyebabkan distres emosional atau kedaruratan perilaku

berbahaya seperti pematukan bulu dan histeria. Tabel 2 merangkum prediksi level

ekspresi perilaku yang mungkin pada sistem perkandangan yang berbeda.

Kandang konvensional

Performa perilaku lokomotori, perawatan tubuh, dan pengaturan suhu

tubuh sangat terbatas pada kandang konvensional dan ditentukan oleh ukuran

kandang serta kepadatan. Ayam dalam kandang yang kecil akan bekerja untuk

memperluas ukuran kandangnya dalam beberapa waktu karena mereka lebih

memilih ruang yang lebih luas untuk perilaku tertentu. Tingkat pengepakan sayap,

kibasan ekor, dan peregangan terjadi ketika ayam dipindahkan ke ruang yang lebih

luas setelah beberapa minggu ditempatlan pada area yang sempit, dengan intensitas

beberapa perilaku yang dihubungkan dengan durasi kurungan, mengindikasikan

bahwa ayam tidah sepenuhnya menyesuaikan diri dengan pembatasan ruang yang

panjang dan berat. Pada kepadatan yang tinggi, gesekan pada dinding kandang dan

ayam lain ketika bergerak dapat menyebabkan kerusakan bulu dan mengurangi

kapasitas pengaturan suhu. Tingginya kepadatan dapat juga menyulitkan dalam

penambahan akses pada makanan dan air karena ayam lain menghalangi jalan,

khususnya pada kandang dalam dengan makanan di depan dan minuman di

belakang.

Peningkatan jumlah ternak di kandang meningkatkan risiko pematukan

bulu, kanibalisme, dan pencekikan, risiko dikalahkan oleh pemangkasan paruh dan

seleksi kelompok. Di beberapa keadaan, individu yang dominan secara agresif

mempertahankan pakan, menyebabkan ayam yang lemah mendapatkan pakan yang

lebih sedikit. Sebaliknya, ayam paling tidak dalam keadaan modern, kelompok-

terseleksi, membagi makanan yang terbatas tanpa agresi atau stres.

Kandang konfensional dengan makanan yang terbatas yang merangsang

kelompok mematuk dan mengais sehingga cakar dan paruh terpakai. Bergantung

pada rancangan kandang, cakar yang tumbuh berlebih meningkatkan risiko untuk

ayam terperangkap di perlengkapan kandang. Mandi debu semu terjadi pada

beberapa keadaan, dimana ayam secara berulang menunjukkan gerakan sayap

Page 12: Terjemah jurnal 962

pada lantai kawat (yang akan menyebabkan pengangkatan debu ke bulu) tanpa

menyelesaikan rangkaian mandi-debu (mengibaskan debu yang jenuh lemak).

Perilaku ini mengindikasikan kesejahteraan yang berkurang atau tidak adanya timbal

balik yang memuaskan. Secara pasti, mandi debu semu tidak nampak

mengembalikan motivasi mandi-debu pada tingkat dasar. Ketika mandi debu tidak

tuntas, bulu nampak lebih kotor, lebih tidak kedap air, dan kurang insulatif.

Beberapa ayam melangkah bolak-balik dalam kandang sebelum

mengambil posisi bertelur sebagai tanda dari frustasi. Perilaku ini muncul saat ayam

gagal untuk menemukan lokasi tertutup di mana mereka bisa bertelur. Ayam yang

dikandangkan kekurangan bahan untuk membangung sarang, yang dapat

mengurangi kesejahteraan sehingga ayam lebih memilih untuk bertelur di sarang

cetakan dari pada lantai kawat yang kotor dan perilaku bersarang merupakan

perilaku yang paling penting. Ayam yang dikandangkan tidak memerankan

pengeraman karena telur langsung menggelinding keluar dari kandang setelah

ditelurkan, mencegah akses ke telur yang dapat merangsang perilaku ini.

Kandang dengan perlengkapan

Walaupun model awal kandang dengan perlengkapan tidak lebih besar

dari pada kandang konvensional, beberapa rancangan terkini dapat mengandangkan

40-80 ayam. Kandang dengan perlengkapan menyediakan jumlah ruang horizontal

yang bervariasi untuk locomotion dan perilaku yang nyaman dan memungkinkan

untuk pengaisan, mandi debu, bersarang, dan bertengger namun menghambat

perilaku pada gerakan vertikal seperti pengepakan sayap dan terbang.

Litter yang disediakan dalam jumlah kecil dalam kandang dengan

perlengkapan secara cepat dihabiskan melalui aktivitas pengaisan dan mandi debu.

Motivasi untuk mengakses litter untuk mandi debu lebih bervariasi dan walaupun

litter disediakan, beberapa ayam melakukan mandi debu semu di lantai kawat. Akses

kepada litter yang dibatasi ruang dan waktunya dapat menyebabkan stres terutama

ketika ayam subordinat dikeluarkan dari area litter oleh ayam dominan. Beberapa

kandang cage menghasilkan sedikit pakan sebagai bahan litter pada keset Astroturf

pada area utama kandang, meningkatkan akses untuk pengaisan dan mandi debu.

Aktivitas pengaisan menjaga keset tetap bersing dan meminimalkan penggunaannya

untuk peneluran.

Kebanyakan ayam termotivasi begitu kuat untuk bertelur pada area

sarang yang tertutup dari pada area utama kandang. Beberapa ayam lebih memilih

Page 13: Terjemah jurnal 962

untuk bertelur di lokasi terbuka, namun kebiasaan ini dapat memici kanibalisme

kloaka jika ayam yang lain melihat kloaka selama posisi bertelur.

Dengan cara yang sama, kebanyakan ayam termotivasi untuk

menggunakan tenggeran walaupun penggunaan tenggeran berbeda antara individu

dan kelompok. Jika ruang untuk bertengger cukup, sekitar seperempat hingga

setengah jumlah ayam dapat ditemukan bertengger kapanpun selama siang hari,

dan hampir semua ayam bertengger pada malam hari, kemungkinan karena

beberapa ayam bertelur saat bertengger, memaparkan kloaka pada ayam yang ada

di lantai. Tenggeran dapat mengurangi risiko penimbunan dan pencekikan pada

kandang yang besar, namun data empiris masih kurang.

Sistem Non-cage

Pada sistem ini, terdapat ruang yang cukup untuk performa perilaku

lokomotorik dan perawatan tubuh, dan jarak antar ayam yang lebar (> 1.000 ayam)

memungkinkan perilaku penjelajahan. Locomotion meningkat karena sumber lebig

tersebar secara horizontal dan terkadang secara vertikal, walaupun kepadatan yang

tinggi mengganggu pergerakan. Lebih banyak pembelajaran dan pengingatan

dibutuhkan untuk menemukan dan menggunakan sumber, dan ayam lebih bisa

beradaptasi pada sistem ini seperti ayam dewasa jika mereka menambah

pengalaman pada sistem perkandangan serupa selama pembesaran. Insiden

kanibalisme dan pematukan bulu tinggi jika ayam mempunyai paruh intak,

kemungkinan karena ukuran kelompok yang besar dan menularkan perilaku melalui

pembelajaran sosial.

Sistem non-cage dapat memiliki 100% lantai slat, 100% lantai litter, atau

proporsi slat dan litter yang bervariasi. Ketika kotak yang berisi litter ditempatkan

pada lantai slat, litter secara cepat dikosongkan. Kemungkinan pengaisan pada litter

selama perkandangan pembesaran maupun peneluran dapat menurunkan risiko

pematukan blu dan kanibalisme jika bahan litter menstimulasi dan meragamkan

perilaku mengais. Kemudahan akses pada litter, kualitas litter, dan pengalaman litter

selama pembesaran merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku pada sistem

non-cage.

Walupun kebanyakan ayam menggunakan kotak sarang, beberapa telur

ditelurkan di luar sarang. Akses ke telur dapat memicu indukan. Cahaya dapat

digunakan untuk menarik ayam untuk menggunakan sarang, namun hal ini

dihubungkan dengan peningkatan risiko kanibalisme. Pembesaran ayam dengan

Page 14: Terjemah jurnal 962

akses ke tenggeran mengurangi telur yang ada di lantai. Untuk menekan posisi

bertelur pada litter, produser dapat menempatkan kawat listrik sepanjang tepi area

litter dan memotong akses ke litter ketika ayam betina pertama kali dipindahkan ke

kandang peneluran. Konsekuensi kesejahteraan dari aplikasi ini belum dievaluasi

walaupun terdapat beberapa bukti bahwa pembatasan akses awal ke litter

meningkatkan risiko pematukan bulu.

Pembesaran ayam dengan akses ke tenggeran pada usia 4 minggu

dihubungkan dengan peningkatan penggunaan tenggeran dan penurunan

kanibalisme pada ayam dewasa. Keuntungan lain dari tenggeran termasuk agresi

yang lebih rendah, dan ayam yang lebih lembut yang mungkin lebih jarang

menimbun dan mencekik. Ayam lebih memilih tenggeran yang lebih tinggi. Namun,

jatuh dari tenggeran dapat menyebabkan patah tulang. Sistem non-cage di US

umumnya tidak menyediakan tenggeran yang cukup untuk semua ayam untuk

bertengger di malam hari, dan beberapa tidak menyediakan tenggeran. Penelitian

tentang area perlompatan yang dapat menggantikan tenggeran masih belum jelas.

Efek kepadatan kelompok ternak mungkin tidak dapat diprediksi pada

sistem non-cage. Pada kepadatan yang lebih rendah, klaster ayam di sekeliling

sumber utama, melokalisasi area kepadatan tinggi. Penurunan jumlah sekitar

sumber tertentu dapat memicu keagresifan pertahanan oleh ayam yang trsisa. Lagi

pula, beberapa ayam yang bulunya terpatuk diserang oleh ayam lain jika mereka

masuk litter, secara efektif membatasi mereka menuju slat.

Pada kepadatan yang lebih tinggi, ayam lebih sering didistribusikan ke

semua area perkandangan, termasuk litter, yang dapat menjelaskan tingkat agresi

dan pematukan bulu yang lebih rendah.

Sistem Outdoor (jarak-bebas)

Akses ke out-door memungkinkan ayam menyebar ke berbagai area

ketika mengais, secara khas lebih dari 5000 cm2/ayam, dan memperluas pilihan

perilaku, khususnya jika jarak menyediakan berbagai macam jenis tanaman. Ayam

dapat menghabiskan hari aktif mereka dengan mengais, mencari, memilih,

menyuling, dan mencerna jenis makanan pilihan. Mereka juga memakan batu dan

berjemur serta mandi debu di luar.

Kanibalisme dan pematukan bulu dapat menjadi masalah pada kelompok

ternak terutama pada kelopok yang besar jika hanya sebagian kecil ayam yang

keluar karena area out-door tidak ada vegetasi, udara panas, berangin atau hujan.

Page 15: Terjemah jurnal 962

Peningkatan penggunaan jarak oleh betina yang dibesarkan dengan akses ke

outdoor menjaga pejantan tetap bersama ayam, dan membatasi ukuran kawanan

hingga ≤1000 ayam yang dapat menurunkan insiden pematukan bulu. Penggunaan

jarak juga ditingkatkan oleh pepohonan, semak, dan struktur penutup tiruan yang

dapat melindungi dari predator. Terjebak dalam rumput, predasi, dan tenggelam

dalam air adalah risiko potensial ketika ayam pergi keluar.

Pemasukan ayam jantan dalam kelompok jarang terjadi kecuali pada

sistem produksi organik jarak-bebas. Keberadaan pejantan dilaporkan dapat

mengurangi agresi diantara ayam dan memungkinkan perilaku mengais. Pejantan

kadang menyakiti ayam dan dapat menjadi target pematukan bulu oleh ayam.

Pertimbangan kandang konvensional adalah pembatasan perilaku tidak

sesuai dengan sistem dan ayam dicegah untuk mengekspresikan perilaku untuk

rentang waktu bertelur. Kandang cage memungkinkan beberapa ekspresi

kebanyakan perilaku yang dibatasi dalam kandang konvensional namun menahan

derajat pembatasan karena ruang yang terbatas. Sistem non-cage memungkinkan

ekspresi perilaku yang lebih luas dengan jenis-jenis perilaku paling banyak di sistem

jarak-bebas. Namun, peningkatan kebebasan perilaku dapat diikuti dengan masalah

kesejahteraan seperti kanibalisme dan predasi. Masalah perilaku pada sistem non-

cage umumnya mempengaruhi proporsi ayam dari pada semua ayam dan masalah

ini dapat dipecahkan secara potensial namun tidak ada bukti bahwa pemecahannya

mudah.

Nutrisi

Perubahan dari kandang konvensional ke sistem berbasis padang

rumput atau bahkan perlengkapan kandang dapat mempengaruhi gizi dari ayam

petelur. Akses ke padang rumput memberikan kesempatan besar bagi ayam petelur

untuk menelan bahan hijauan yang mempengaruhi gizi mereka. Ayam memiliki

kapasitas untuk mendapatkan sejumlah besar makanan mereka dari hijauan setelah

jangka waktu sekitar 6 sampai 7 minggu adaptasi perilaku dan adaptasi dari sistem

pencernaan mereka (Horsted dan Hermansen, 2007). Meskipun ayam di padang

rumput biasanya diberikan pakan tambahan, menggembalakan memungkinkan untuk

penghematan biaya pakan, tetapi mengakibatkan pola makannya menjadi tidak

seimbang. 

Dalam kandang cage dan sistem noncage, nutrisi ayam dapat

dipengaruhi oleh penyediaan litter. Hetland dan Svihus (2007) membandingkan

Page 16: Terjemah jurnal 962

konsumsi pakan dan produksi telur ayam ditempatkan di kandang cage di mana litter

terdiri dari serutan kayu, potongan kasar kertas , atau tidak ada bahan. Setelah 35

minggu, ayam dengan akses litter bahan kertas dikonsumsi lebih dari dua kali lipat

jumlah bahan kertas dibandingkan dengan serutan kayu sebagaimana dibuktikan

oleh isi gizzard. Hasilnya, jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam tertinggi dengan

bahan kertas dan terendah dengan serutan kayu. Pada bahan kertas lembut tidak

mengakibatkan retensi empedal dari pakan. Hal ini memungkinkan pakan untuk

bergerak lebih cepat melalui gizzard dan dan dengan demikian partikel yang lebih

besar masuk ke dalam usus kecil. Partikel-partikel yang lebih besar menghasilkan

penurunan tingkat kecernaan dan penyerapan. Sebagai hasilnya, ayam

mengkonsumsi pakan lebih banyak untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan.Hetland

dan Svihus (2007) dievaluasi berat empedal saat kosong, ditemukan bahwa 70%

lebih besar pada ayam dengan litter serutan kayu dibandingkan dengan kontrol.

Peningkatan bobot adalah hasil dari gizzard mempertahankan komponen pakan dan

serutan kayu untuk menggiling mereka menjadi ukuran partikel yang lebih

kecil sebelum melewati usus kecil. Oleh karena itu, serutan kayu meningkatkan

kecernaan nutrisi, sedangkan bahan kertas mengurangi tingkat kecernaan,

mempengaruhi keseluruhan gizi dari ayam.

Lingkungan yang menyediakan ayam untuk mendapatkan kedua substrat

nutrisi dan non nutrient akan mempengaruhi keseimbangan kecernaan dan

kemampuan ayam memproses pakan. Jadi sebagai alternatif system perkandangan

yang dibuat dan gunakan menjadi hal yang penting untuk memahami semua factor

dalam system yang dapat mempengaruhi nutrisi keseluruhan dari ayam.

Stress

Respon stres sebagian besar ditandai dengan aktivasi 2 sistem, poros

hipotalamus-hipofisis-adrenal dan sumbu sympathoadrenal. Penyebab umum dari

stres yang diakibatkan dari aktivasi sistem glukokortikoid terutama corticosterone

pada unggas, dan hormon epinephrine dan norepinephrine. Peneliti dapat mengukur

perubahan dalam hormon ketika menilai respon binatang pada potensial stess dan

mendapatkan informasi tentang bagaimana individu menghadapi gejala stress.

Biasanya, konsentrasi yang rendah menunjukkan stres ringan atau terbatas,

sedangkan konsentrasi yang tinggi menunjukkan stres berat. Pembentukan hormon

adrenokortikotropik untuk ayam akan menyebabkan ayam untuk menghasilkan

corticosterone. Jika kelenjar adrenal lebih besar, lebih mampu menghasilkan

Page 17: Terjemah jurnal 962

glukokortikoid dan menunjukkan hewan tersebut mengalami stres kronis. Ukuran lain

stres berada dalam respon imun. Aktivasi dari respon stres dapat mengubah sistem

kekebalan tubuh, misalnya, peningkatan glucocorticoids meningkatkan peredaran

heterophils dan dengan demikian rasio heterophils untuk limfosit dianggap dapat

dijadikan indikator stres pada unggas (Maxwell, 1993). Tabel 3 meringkas

tanggapan dari ayam dari mempelajari catatan kadar hormon stres dan

tanggapan lainnya yang mengindikasikan stres. Penting untuk diperhatikan

bahwa, tidak seperti beberapa ukuran kesejahteraan yang jelas menunjukkan

positif atau status negatif, langkah-langkah yang ada dalam tabel adalah indikasi

hanya pada relative state dari stres ketika dibandingkan dengan perlakuan dalam

studi yang sama. Apa yang jelas adalah bahwa, di samping sistem perkanfangan,

factor lainnya juga mempengaruhi tingkat stress yang dialami ayam.

Meskipun Tabel 3 meringkas banyak penelitian menunjukkan bahwa

lingkungan perkandangan dapat mempengaruhi tingkat stres yang dialami oleh

ayam, beberapa studi lain telah menunjukkan tidak ada perbedaan dalam tingkat

stres ayam karena perkandangan. Sebagai contoh, Mench et al. (1986)

menemukan tidak ada perbedaan dalam tingkatan stres (corticosterone,

heterophil: rasio limfosit, titer antibodi) ketika membandingkan ayam di kandang

ayam konvensional dengan kandang non-cage. Demikian pula, Guesdon et al.

(2004), Moe et al. (2004), dan Guémené et al. (2004) menemukan beberapa

perbedaan ketika membandingkan kandang konvensional dengan kandang cage.

Hasil yang berbeda tergantung pada kondisi yang tepat yang dibandingkan dalam

studi masing-masing.

Perhatian Kesejahteraan Selama Depopulasi Sistem

Perkandangan Tertentu

Peneliti (DEFRA, 2006) telah menemukan bahwa ayam

dari lingkungan yang luas (noncage dan outdoor) lebih mendapat tekanan karena

depopulasi (mendapat lebih banyak corticosterone) dibandingkan dengan ayam dari

kandang cage, dengan ayam dari kandang konvensional tidak diperlakukan berbeda

dengan perawatan yang baik. Mereka juga menemukan bahwa semakin besar

ukuran pintu kandang, kurang corticosterone di darah ayam. Jadi, semakin besar

konsentrasi corticosterone di ayam dari lingkungan yang luas dan kandang dengan

Page 18: Terjemah jurnal 962

pintu yang lebih kecil yang paling mungkin terkait dengan jumlah waktu dan kesulitan

yang terlibat dalam penangkapan ayam. Metode penanganan ditingkatkan, baik

dalam perluasan atau sistem kandang, menurunkan corticosterone ayam.

Mengacu pada sangat sedikitnya yang dipublikasikan, stiap review

pembelajaran yang telah dilakukan perbandingan antara dikontrol sistem

perkandangan yang berbeda, tidak ada pembeda yang jelas antara sistem

perkandangan didasarkan pada tanggapan stress dari ayam. Beberapa penelitian

telah membandingkan semua 4 jenis sistem, atau menggunakan perlebaran

psikologi. Selain itu, potensi efek perlakuan perkandangan sering dibingungkan oleh

perbedaan dalam berkembangbiakan, iklim, atau variabel manajemen lainnya.

Affective States

Affective States adalah emosi yang dibuat manusia dengan istilah-istilah seperti

kebahagiaan, kesedihan, ketakutan kecemasan, dan kegelisahan. Memahami

keadaan ini pada hewan adalah penting untuk lebih mengerti dari kesejahteraan

hewan ternak. Manusia mengalami perasaan subjektif yang complex didalam

keadaan emosional, tetapi kita tidak yakin apakah hewan juga begitu. Meskipun

begitu, emosi dasar sangat dipengaruhi oleh perilaku, psikologi, dan perubahan

kesadaran pada ayam. Meskipun pertumbuhan keinginan pada penandaan affective

state dalam beternak hewan, bekerja dalam perubahan atau perilaku penanda dalam

keadaan emosional pada ayam sangatlah terbatas. Lebih banyak yang dijelaskan

adalah focus tentang frustasi, rasa sakit, dan ketakuatan. Penelitian tentang frustasi

telah dijelaskan pertama pada tulisan ini dalam konteks dari efek yang tertuju pada

berbagai perilaku seperti bersarang, mandi debu, dan mengacu pada kesejahteraan.

Nyeri ( rasa sakit )

Nyeri adalah perasaan sensorik yang tidak menyenangkan, dan

pengurangan atau penghapusan rasa sakit ini dianggap sebagai salah satu

komponen penting yang menjamin kesejahteraan hewan dengan baik. Sistem nyeri

pada burung masih belum sepenuhnya dipahami, khususnya yang berkaitan dengan

bagaimana unggas menanggapinya dan konsep rangsangan nyeri (Gentle and

Wilson, 2004). Kemungkinan sumber rasa sakit pada sistem produksi ayam petelur

termasuk luka karena predator, unggas lain, kesehatan masalahseperti kerusakan

tulang atau kaki bengkak, penanganan manusia, penyakit, dan pemangkasan paruh.

Hanya hal terakhir yang telah dipelajari sampai tingkat tertentu. Pemangkasan paruh

Page 19: Terjemah jurnal 962

dilakukan untuk meminimalkan cedera karena mematuk bulu dan kanibalisme di

kawanan dan rutin dilakukan pada unggas AS. Namun, pemangkasan paruh telah

dilarang di beberapa negara (misalnya, Swedia), dan pelarangan masih

sedang dipertimbangkan di beberapa negara lain (United Kingdom) karena rasa sakit

yang ditimbulkan oleh prosedur tersebut. Penelitian telah menunjukkan bahwa ayam

yang dipotong di kemudian hari bisa mengalami nyeri akut dan kronis, yang nantinya

dihasilkan dari pembentukan neuromas pada ujung paruhnya. Jika pemangkasan ini

dilakukan ketika unggas masih muda (kurang dari 10 hari), sakit kronis dapat

dihindari, tapi masih ada nyeri yang akut (Hester dan Shea-Moore, 2003). Dengan

demikian, dilakuakn pergantian pada sistem perkandangan yang berkaitan dengan

tingginya risiko tingkat kanibalisme dan mematuki bulu seperti noncage system,

karena sulit untuk menghentikan pemangkasan paruh dalam system yang ada saat

ini.

Rasa Takut.

Rasa takut adalah respon adaptif, tetapi juga dapat tidak diinginkan jika

berada dalam keadaan ekstrim atau cedera atau jika sampai kronis (Jones, 1996).

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membandingkan tingkat ketakutan di

perkandangan yang berbeda sistem sebagai indikator kesejahteraan ayam dalam

sistem-sistem (Hansen et al, 1993;. Colson et al, 2005;. Campo et al, 2008;. Graml et

al, 2008).. Namun demikian, penelitian ini sangat sulit untuk menafsirkan dan

ekstrapolasi untuk kondisi perkandangan komersial. Ukuran rasa takut yang telah

valid dalam satu sistem mungkin tidak valid atau akan mengacaukan untuk yang lain.

Sebuah tes umum rasa takut, misalnya, adalah tes tonik imobilitas, di mana ayam

yang tertangkap dan menahan sampai keaadaan tidak dapat bergerak. tes ini

kemungkinan untuk menghasilkan rasa takut lebih pada ayam noncage daripada

pada ayam yang dikurung karena kesulitan dengan demikian potensi stres yang

terlibat saat penangkapan ayam dalam sistem noncage. Selain itu, ada efek genetik

yang kuat pada tingkat rasa takut (Tauson et al., 1999). Karena produsen komersial

menggunakan stok genetik yang berbeda di berbagai system yang ada, sehingga

mustahil untuk menentukan apakah perbedaan yang ditemukan dalam penelitian

yang diterbitkan adalah karena genetik predisposisi, sistem perkandangan, atau

interaksi antara keduanya. Pengembangan tes ketakutan yang berlaku dalam kondisi

perkandangan yang berbeda, dan dengan hati-hati dilakukan control pembelajaran

Page 20: Terjemah jurnal 962

tentang hubungan antara genetika, environment, dan tanggapan rasa takut, akan

diperlukan untuk lebih menilai hubungan antara sistem perkandangan dan rasa takut.

Genetika

Perusahaan pemuliaan secara rutin mengevaluasi ratusan dan ribuan

burung dari berbagai individu pada populasi sebagai strain petelur dalam beberapa

environments setiap siklus seleksi. Peternak terus melakuakan adaptasi ayam

dengan lingkungan yang berbeda sebagai bentuk produksi lingkungan yang telah

berubah selama 70 dekade terakhir (Craig, 1982) dan perubahan baru untuk system

perkandangan yang lebih luas mengharuskan peternak untuk beradaptasi sekali lagi

(Flock dan Norman, 2008). Peternak mengevaluasi sebanyak 30 sifat, di bidang

produksi telur, kualitas telur, efisiensi, kesejahteraan, dan sifat-sifat reproduksi.

Dalam penambahan untuk evaluasi rutin di beberapa lingkungan, sebuah hubungan

matriks dan genotipe data yang merupakan bagian dari proses seleksi (Abasht et al.,

2009). Keduanya individu dan data kelompok digabungakan untuk menapatkan

hewan yang memiliki sifat bagus (Craig dan Adams, 1984). Sebagai statistik metologi

dan data penanda agar terus maju, tingkat perubahan genetik harus terus

meningkat, tetapi ciri-ciri baru terus berlanjut untuk memasuki matriks seleksi sifat

seperti perilaku bersarang(Settar et al., 2006) menjadi diperlukan dari hewan

kesejahteraan perspektif dalam sitem perkandangan yang luas. Peternak terus

menyeleksi untuk menutupi bulu utuh dan livability ayam dalam kelompok multibird,

yang dimaksudkan untuk mengurangi mematuki bulu dan kanibalisme.

Mempertimbangkan aditif variasi genetik dapat diketahui untuk mendapatkan sifat

tersebut (Hocking et al, 2004.), dengan perkiraan heritabilitas berkisar 0,22-0,54.

Berdasarkan pengamatan langsung (Kjaer dan Sørensen, 1997), heritabilitas nilai

berkisar 0,00-0,38. Keturunan dikembangkan oleh seleksi untuk sifat mematuki bulu

yang tinggi atau rendah, diketahui dasar genetik untuk variasi dalam sifat ini (Kjaer et

al.,2001). Tidak ada estimasi heritabilitas kanibalisme yang telah telah

dikembangkan. Sebuah sifat yang menggabungkan pematukan bulu dan kanibalisme

menyebabkan cedera parah atau kematian adalah untuk digunakan dalam studi

seleksi kelompok (Craig dan Muir,1993, 1996; Muir, 1996). Heritabilitas yang tinggi

pada paruh burung yang utuh di 0,65. Kurang bekerja pada tingkat molekuler yang

telah selesai. Gen utama untuk pematuk bulu telah ditemukan bersama dengan

polygenes (Laboriau et al., 2009). Buitenhuis et al. (2003) melaporkan penanda

untuk pematuk bulu parah pada kromosom 1, 2 dan 10. Jensen et al. (2005) juga

Page 21: Terjemah jurnal 962

menyarankan mematuki bulu ditandai pada kromosom 3. Warna burung

berhubungan dengan peningkatan risiko menjadi korban pematukan bulu (Keeling et

al., 2004). Terakhir bekerja pada dopamine D1 antagonis (Kjaer et al., 2004) dan

reseptor D4 gen (Flisikowski et al, 2009.) menyarankan satu mekanisme untuk

menjelaskan variasi genetik dalam pematuk bulu dalam keturunan yang

dikembangkan oleh Kjaer et al. (2001). Pengujian keluarga kelompok dengan semua

individu yang memiliki paruh utuh dalam lingkungan komersial sekarang rutin untuk

evaluasi dari pematukan bulu dan kanibalisme. Bagaimanapun juga paruh burung

utuh lebih menakutkan daripada paruh burung dipotong (Vestergaard et al., 1993).

Belum ditentukan jika seleksi terhadap rasa takut yang paling efektif ketika rasa takut

diekspresikan pada tinggi, tingkat sedang, atau rendah (Jones et al, 1995.). Variasi

genetik dalam kesehatan tulang untuk tulang yang buruk , patah tulang, kelumpuhan,

dan menyebabkan kematian telah dipelajari dalam Leghorns (Uskup et al, 2000.).

Sebuah kekuatan tulang dilaporkan memiliki heritabilitas 0,40. Penandaan juga telah

ditemukan untuk kekuatan tulang (Schreiweis et al, 2005.). Bertengger

mempengaruhi kesejahteraan burung pada berbagi tingkat, mengurangi rasa takut,

meningkatkan aktivitas motorik, dan mendapatkan lokasi beristirahat yang disukai.

Studi terbaru telah berkonsentrasi pada orientasi bertengger (Struelens et al,

2008b.), bertengger tinggi (Struelens et al., 2008a), dan akses ke area outdoor

(Shimmura et al., 2008b). Perbedaan genetik kerentanan terhadap ketakutan oleh

lingkungan sosial mempengaruhi kebiasan bertengger dan demikian juga dengan

lingkungan sosial.

Perilaku bersarang dan penggunaan tempat merupakan karakteristik

penting yang dibutuhkan oleh ayam untuk adaptasi dengan sistem perkandangan

yang luas. Penggunaan tempat berbeda antara keturunan (Kjaer dan Isaksen, 1998).

Heritabilitas untuk beberapa bagian dari kandang dan keluar ke area tertutup

bervariasi kisaran 0,21-0,32 dan korelasi genetik untuk peletakan performance

adalah negatif (Icken et al., 2008). Bersarang adalah perilaku urutan karakteristik dari

perilaku yang terkait dengan pemilihan lokasi, membangun sarang, dan oviposisi.

Inkubasi dimulai ketika semua telur telah lengkap diletakkan, namun inkubasi telah

hampir sepenuhnya menghilang di ayam petelur modern karena seleksi terhadap

broodiness dan, secara tidak langsung, akibat seleksi untuk kemampuan peletakan

telur, sehingga panjang sarang meningkat dan jeda interclutch dipersingka.

Page 22: Terjemah jurnal 962

Pemilihan sarang dan penggunaan sarang untuk ditempati bervariasi dari setiap

strain (Appleby et al. 1984).

Kemampuan bertengger mempengaruhi penggunaan sarang, tetapi

faktor-faktor lain juga memainkan peran. Seleksi terhadap peletakan lantai

ditemukan untuk respon pada satu tempat eksperimental, tetapi tidak pada yang lain

(McGibbon, 1976). Sørensen (1992) menggambarkan sebuah program seleksi pada

sejumlah telur dimana hanya telur di sarang palsu yang dicatat. Dia menyimpulkan

bahwa adanya variasi genetik untuk penggunaan sarang bertelur. Baru-baru ini,

Settar et al. (2006) melaporkan heritabilitas untuk penempatan sarang dari 0,37-0,44,

dan Icken et al. (2009) mampu untuk merekam perilaku bersarang individu dalam

kelompok yang lebih besar dari ayam dalam sistem gudang menggunakan

transponder identifikasi frekuensi radio dan sarang tunggal dengan antenna (Kotak

saluran sarang Weihenstephan). Peternak harus mampu menggunakan alat-alat

yang dapat menguji pada populasi yang sangat besar. Sebuah lapisan hibrida khas

adalah 4-baris silang dengan lebih dari 10.000 line murni ayam dievaluasi secara

individual per baris ditambah 15.000 kelompok ayam yang dikandangkan, dievaluasi

dalam kelompok keluarga, ditempatkan di bawah perkandangan komersial untuk

cross-line pengujian kinerja. Alat perkembangbiakan baru harus praktis pada saat

untuk skala besar tingkat fenotip. Meskipun otomatisasi koleksi genotipe dapat

dilakukan dengan mudah, dalam waktu dekat, pengumpulan data fenotip yang

diperlukan setiap generasi akan terus menjadi biaya terbesar di program seleksi

genetik.

KESIMPULAN UMUM

Hal ini jelas bahwa sangat sedikit literatur yang ada

membandingkan semua faktor dalam sistem perkandangan yang

berbeda. Bagaimana-

pernah, beberapa generalisasi yang tertentu. Kematian pada umumnya

merupakan

sekutu yang lebih rendah di kandang dilengkapi bila dibandingkan

dengan con-

kandang konvensional, dan kematian dapat mencapai tidak dapat

diterima

tingkat tinggi dalam sistem noncage. Tingkat kompleks-

dasarkan lingkungan pasti memiliki efek. Kompleks

Page 23: Terjemah jurnal 962

lingkungan memungkinkan untuk parasit dan penyakit untuk bertahan,

sedangkan lingkungan sederhana yang mudah dibersihkan dan

masalah ini lebih mudah dihilangkan. Meskipun

kompleks lingkungan, dan khususnya noncage sistem-

tems, memberikan keuntungan untuk beberapa hunian sarang-para-

situs, mereka juga memungkinkan ayam untuk bertindak sebagai

predator pada beberapa

hama seperti lalat dan kumbang. Kandang Furnished, yang

menawarkan tingkat menengah kompleksitas, dapat mengurangi

resiko kerusakan tulang dibandingkan dengan baik konvensi-

internasional kandang atau sistem yang lebih luas. Ayam dalam

konvensi-

kandang dan kandang dilengkapi nasional memiliki kurang perampok

der-

matitis dan bumblefoot dari lebih luas ditempatkan

ayam, tapi kesehatan capit lebih buruk di kandang konvensional

daripada semua sistem lain. Lingkungan yang kompleks memungkinkan

ayam untuk memiliki lebih banyak kontrol dan untuk membuat lebih

banyak pilihan,

misalnya mengekspresikan preferensi termal dan sosial;

kemampuan hewan untuk membuat pilihan dan memiliki kontrol yang

dikenal secara positif mempengaruhi kesejahteraan. Lingkungan

yang lebih ketat dalam ruang dan kompleksitas pra-

ventilasi ayam dari melakukan perilaku tertentu. Ini tidak

sepele penting karena pencegahan kinerja

perilaku yang dikenal memiliki efek negatif pada K-

tarif. Namun, kebebasan perilaku yang meningkat juga dapat

disertai dengan masalah kesejahteraan seperti kanibalisme

dan predasi. Efek gizi memungkinkan

ayam akses ke substrat atau hijauan yang kurang dipahami.

Ayam dapat mengalami stres dalam semua jenis perkandangan dan

tidak ada

peringkat perkandangan tunggal sistem yang tinggi pada kesejahteraan

semua parame-

Page 24: Terjemah jurnal 962

ters. Demikian juga, tidak ada jenis ayam petelur tunggal sempurna

disesuaikan untuk semua jenis sistem perkandangan. Manajemen

sistem masing-masing memiliki efek mendalam pada kesejahteraan

burung-burung di sistem yang, dengan demikian, bahkan sistem

perkandangan

yang dianggap relatif lebih unggul kesejahteraan ayam

dapat memiliki efek negatif pada kesejahteraan jika tidak dikelola dengan

baik.

Kombinasi yang tepat dari desain perkandangan, berkembang biak,

belakang-

kondisi pelatihan, dan manajemen sangat penting untuk mengoptimalkan

kesejahteraan dan produktivitas ayam.

Page 25: Terjemah jurnal 962