MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA...
Transcript of MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA...
MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB
BUMIPUTERA SYARI’AH TERHADAP NASABAH
Oleh:
SHELLA C HIDAYAT
107053000513
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB
BUMIPUTERA SYARI’AH TERHADAP NASABAH
SKRIPSI
Diajukan sebagai tugas akhir dalam jenjang Strata Satu (S1) pada Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi guna mencapai gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam
(S.Sos.I)
Oleh:
SHELLA C HIDAYAT
107053000513
Di bawah bimbingan:
Dr. H. Asep Usman Ismail, MA
NIP. 19600720 199103 1001
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU AJB
BUMIPUTERA SYARIAH TERHADAP NASABAH, telah diujikan dalam
sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 14 Juni 2011. Skripsi ini telah di
terima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) pada
Jurusan Manajemen Dakwah.
Jakarta 14 Juni 2011
Sidang Munaqosah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Study Rizal LK, MA H. Mulkanasir, BA, Spd, MM
NIP: 19640428 199303 1 002 NIP: 19550101 198302 1 001
Anggota:
Penguji 1 Penguji 2
Drs. Sugiharto, MA Drs. M. Sungaidi, MA
NIP: 19660806 199603 1 001 NIP: 196000803 199703 1 006
Pembimbing
Dr. H. Asep Usman Ismail, MA
NIP: 19600720 199103 1 001
i
ABSTRAK
Bismillahirrahmanirrahim
Shella C Hidayat, Pengelolaan Dana Tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah
Terhadap Nasabah, dibawah bimbingan Dr. H. Asep Usman Ismail, MA
Masalah yang telah diteliti penulis adalah manajemen sistem dana yang ada di
dalam asuransi syari’ah. Asuransi diperlukan karena dalam kehidupan manusia
dihadapkan pada kemungkinan terjadinya musibah dan bencana yang dapat
menyebabkan hilang atau berkurangnya nilai ekonomi seseorang, baik terhadap diri
sendiri, keluarga, atau perusahaan. Di dalam asuransi terdapat hal yang disebut sebagai
tabarru’.
Dimana dana tabarru’ ini merupakan dana kebajikan yang diambil dari semua
peserta asuransi untuk disumbangkan kepada peserta lainnya sebagai bukti rasa tolong-
menolong sesame manusia juga sebagai umat muslim yang baik.
Metode penelitian dalam karya tulis ini menggunakan metode kualitatif dengan
cara analisis deskriptif yang digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara pelaku,
mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasi. Berdasarkan data-data yang
diperoleh dan sumber-sumber tertulis mengenai pokok permaslahan yang akan dikaji,
maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data
melalui metode wawancara dan dokumentasi. Untuk menunjang proses analisis data,
peneliti datang langsung kepada subjek penelitian yaitu, AJB Bumiputera Divisi
Syari’ah. Diharapkan dari pendekatan ini dapat menghasilkan data yang bersifat lebih
mendalam dan objektif.
AJB Bumiputera Divisi Syari’ah sebagai subjek dalam penulisan skripsi ini.
AJB Bumiputera merupakan lembaga non bank pertama milik negara kita sendiri.
Lembaga ini dimiliki banyak minat oleh nasabahnya, karena lembaga ini sebagai
asuransi jiwa pertama yang mengeluakan fatwa syari’ah di Indonesia.
Kita mengetahui dalam manajemen ada beberapa fungsi yaitu perencanaan
dimana suatu hal yang harus dipirkan terlebih dahulu, kemudian melaksanakan apa
yang sudah direncanakan, dan pada saat pelaksanaan harus dilakukan sebuah
pengawasan agar apa yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan apa yang
direncanakan. Dan terakhir adalah melakukan evaluasi, dimana kegiatan ini merupakan
penilaian dari apa yang telah direncanakan kemudian dilaksanakan berikut
pengawasannya.
Manajemen sistem pada dana tabarru’ disebutkan ke dalam beberapa hal seperti
Perencanaannya mendata umur calon peserta yang ingin ikut serta dalam asuransi dan
mendata masa perjanjian calon peserta ikut dalam asuransi. Kemudian pelaksanaannya
dihitung berdasarkan data yang didapat oleh perusahaan dan dihitung sesuai umur
ketika ia menjadi anggota asuransi. Disitulah akan ditemukannya hasil yang akan
menjadi dana tabarru’. Pada saat pelaksanaan dilakukan, dilakukan pula pengawasan
yang sesuai pada penempatan akidah syari’ah, asuransi disini adalah divisi syari’ah
kemudian akad yang digunakan adalah harus sesuai dengan syari’at Islam. Setelah itu
AJB Bumiputera Divisi Syari’ah mengadakan evaluasi pada Menteri Keuangan setiap
tiga bulan sekali, dan Menteri Keuangan akan memproses data tersebut melalui website
agar masyarakat (peserta dari asuransi itu sendiri) dapat langsung melihat keadaan
investasi dana miliknya.
ii
KATA PENGANTAR
�����א������א��א��� �
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Sang Maha Pencipta yang
senantiasa memberikan kekuatan dan kenikmatan kepada hamba dan semua umat-
Nya. Berangkat dari fitrah manusia yang tidak pernah luput dari dosa dan
kesalahan, oleh karena itu wajib kiranya kami memohon ampunan dan
perlindungan-Nya. Segala kelancaran dan kemudahan penulis dalam
merampungkan tugas akhir ini merupakan anugerah yang diberikan oleh-Nya.
Sanjungan shalawat dan salam penulis haturkan pula pada junjungan umat
manusia Rasulullah SAW, semoga kita semua bisa tetap istiqamah menjalankan
sunnah-nya sehingga ajarannya akan tetap membumi. Amien.
Pada dasarnya secara teknis seluruh penyelesaian tugas akhir ini tetap
tidak terlepas dari orang-orang yang berekecimpung di dalamnya, sehingga
dukungan mereka merupakan manfaat yang begitu besar bagi penulis. Oleh sebab
itu penulis layak menghaturkan rasa syukur dan ungkapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, beserta segenap jajarannya yang tanpa bosan-bosannya
membimbing kami dalam melaksanakan segala aktivitas perkuliahan.
2. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA. Selaku dosen pembimbing yang selalu
mengarahkan penulis pada kelancaran dan kesuksesan pemyelesaian tugas
iii
akhir ini, dengan memberikan bebarapa pengajaran tentang arti tekun dan
teliti yang sesungguhnya.
3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Selaku ketua Jurusan Manajemen
Dakwah (MD) yang tidak pernah bosan membimbing penulis dan kawan-
kawan yang lain dalam segala urusan perkuliahan. Semoga kedepan
Jurusan MD semakin berkembang baik dari segi kuantitas maupun
kualitas.
4. H. Mulkan Nasir, BA, SPd, MM. Selaku sekertaris Jurusan Manajemen
Dakwah yang selalu membantu penulis dalam semua penyelesaian dan
urusan yang penulis butuhkan dalam aktivitas selama perkuliahan sampai
menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Drs. Sugiharto, MA. Selaku penguji I yang memberikan banyak masukan
agar skripsi penulis benar-benar menjadi skripsi yang bermanfaat bagi
pembaca.
6. Drs. M. Sungaidi, MA. Selaku penguji II yang memberikan banyak
masukan agar penulis berhati-hati dalam menulis.
7. Orangtua saya yang tercinta, ayahanda H. Saeful Hidayat serta
ibunda Hj. Cucu Zulaecha, atas segala pengajaran, bimbingan, kerja
keras, serta dukungan moril maupun materil yang tidak henti-hentinya
mereka berikan kepada penulis. Atas segala perjuangan dan pengorbanan
mereka serta do’anya yang dihaturkan untuk saya setiap waktu dalam
menjalani skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan mereka
kebahagiaan yang berlimpah.
iv
8. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, atas segala ilmu yang telah diberikan sehingga dapat
membentuk kesadaran penulis dalam bentuk intelektualitas dan
spiritualitas. Semoga apa yang telah diberikan menjadi penerang sekaligus
amal jariyah bagi penulis masyarakat luas lainnya. Penulis haturkan do’a
semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.
9. Guru saya Hj. Nunung Nurhayati, SH dan ayahanda Drs. H. Asep
Juhenda, SH. Terima kasih banyak untuk semua dorongan, masukan dan
semangat yang tidak henti-hentinya selalu terucap oleh mereka untuk
penulis agar penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan cepat.
10. Edwin Indra Kusuma, terima kasih sayang atas segala perhatian,
pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis, dengan sabar
dan pantang menyerah mendorong terus penulis dengan semangat yang
tinggi dalam menyelesaikan ujian akhir ini.
11. Mufidah Amalia, adikku tersayang terima kasih atas segala semangat dan
dorongan yang diberikan. Semoga semakin rajin belajar agar bisa
menyusul dengan cepat untuk segera mendapat gelar sarjana.
12. Sahabat tercintakku Ade, Shofa, Angel, Mia, Nadia yang telah banyak
memberikan dukungan dengan sabar kepada penulis sampai penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
13. Fika, Nani, Wahid, Ojan dan Ka Dede, terima kasih banget buat info dan
waktu yang disempatkan untuk penulis dalam memenuhi semua kebutuhan
penulis dalam penulisan skripsi ini.
v
14. Untuk segenap teman-teman kosan gaul, terima kasih banget Puji,
Mudah, Euis, Nurul, Ka Leni, Sofie, terutama Eliyana (sahabat dari
SMA) yang selalu memberikan dukungan sampai sekarang, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
15. Semua teman-teman angkatan MD 2007, wa bil khusus teman-teman
kelas B, yang telah memberikan semangat dari awal perkuliahan sampai
sekarang, selama kurang lebih 4 tahun kita belajar, diskusi, dan tertawa
bersama. Semoga kebersamaan ini dapat terjalin sampai seterusnya dan
teman-teman mendapatkan pekerjaan yang layak dan calon yang baik di
kehidupan mendatang.
16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah
membantu penulis merampungkan tugas akhir ini.
Tanpa bosan-bosannya penulis haturkan terima kasih banyak kepada
orang-orang yang terlibat dalam pengerjaan skripsi ini, semoga Allah SWT
memberika rizki dan kasih sayang yang berlimpah untuk mereka. Harapan penulis
mudah-mudahan skripsi dapat bermanfaat bagi khalayak luas sekaligus menjadi
bukti eksistensi penulis di dunia ini.
Ciputat, 14 Juni 2011
Shella C Hidayat
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 5
C. Tujuan dan ManfaatPenelitian ............................................... 5
D. Metodologi Penelitian ................................................................. 6
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Manajemen .................................................................................. 11
1. Pengertian Manajemen .......................................................... 11
2. Fungsi-fungsi Manajemen ..................................................... 15
3. Unsur-unsur Manajemen ....................................................... 24
B. Dana Tabarru’ ............................................................................. 25
1. Pengertian Dana Tabarru’ ..................................................... 25
2. Tujuan dan Manfaat Dana Tabarru’ ...................................... 26
3. Ladasan Hukum Dana Tabarru’ ............................................ 27
4. Penetapan Dana Tabarru’ ...................................................... 29
vii
C. Nasabah ....................................................................................... 34
1. Pengertian Nasabah ............................................................... 34
2. Kriteria Umum Nasabah ....................................................... 37
BAB III PROFIL AJB BUMIPUTERA SYARI’AH
A. Latar Belakang AJB Bumiputera Syari’ah .................................. 41
B. Visi dan Misi AJB Bumiputera Syari’ah .................................... 46
C. Operasionalisasi AJB Bumiputera Syari’ah ................................ 48
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Mekanisme Dana Tabarru’ pada AJB Bumiputera Syari’ah....... 52
B. Analisis Manajemen Sistem Dana Tabarru’ AJB Bumiputera
Syari’ah terhadap Nasabah .......................................................... 53
1. Perencanaan Sistem Dana Tabarru’ ...................................... 53
2. Pelaksanaan Sistem Dana Tabarru’ ....................................... 56
3. Pengawasan Sistem Dana Tabarru’ ....................................... 58
4. Evaluasi Sistem Dana Tabarru’ ............................................. 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 63
B. Saran ............................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Asuransi Salah satu lembaga ekonomi yang ada sekarang ini adalah
lembaga keuangan non bank. Di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak
ditemukan ketentuan yang jelas yang mengatur secara eksplisit tentang
asuransi ini. Asuransi yang bahasa Arabnya adalah at-ta’min, merupakan jenis
akad kontemporer yang belum dikenal oleh generasi pertama, bahkan
diagendakan oleh para pakar fikih klasik. Hanya saja mayoritas pakar fikih
sepakat bahwa akad dalam koridor syar’i adalah fleksibel dan tidak terbatas.
Sebuah kaidah Ushul Fiqh mengatakan:
“Pada dasarnya semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya. “ 1
Asuransi dalam sistem ekonomi Islam disebut asuransi syari’ah.
Asuransi diperlukan karena dalam kehidupan manusia dihadapkan pada
kemungkinan terjadinya musibah dan bencana yang dapat menyebabkan
hilang atau berkurangnya nilai ekonomi seseorang, baik terhadap diri sendiri,
keluarga, atau perusahaan. Segala musibah dan bencana merupakan ketentuan
(Qadha dan Qadhar) Allah SWT., namun manusia (muslim) wajib berikhtiar
melakukan tindakan antisipasi untuk memperkecil resiko timbul. 2
1 Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 1:/DSN-MUI/2000
2 Suhawardi K. Lubis, Modul Pengetahuan Dasar Takaful, Bab ke-3, h. 10
2
Dalam menghadapi resiko ini manusia dapat berikhtiar dengan pilihan
alternatif antara lain : menanggung sendiri, membagi resiko dengan pihak lain,
dan menyerahkan resiko sepenuhnya kepada pihak lain. “Bila sebuah resiko
ditanggung sendiri, salah satu upayanya bisa dengan menabung, namun ikhtiar
ini sering kali tidak mencukupi, karena resiko yang terjadi melebihi dari yang
diperkirakan, padahal tabungan belum mencukupi. Sedangkan bila resiko
tersebut dibagi atau dialihkan, diharapkan pada saat terjadi musibah, maka
berkurangnya nilai ekonomi atau kesejahteraan keluarga dapat terjamin
(tergantikan), begitu juga dengan hilangnya fungsi sebuah benda dapat
tergantikan juga.” 3
Dalam hal ini, dana tabarru’ merupakan kumpulan dari premi tabarru’
(sejumlah uang yang diserahkan pemegang polis/peserta asuransi kepada
pemegang polis yang lain. Penyerahan itu diserahkan secara tulus ikhlas dan
tidak untuk diminta kembali, yang ditujukan untuk tolong menolong).
Sementara perusahaan asuransi berkewajiban untuk mengelola dana tabarru’
melalui aktivita investasi dan perusahaan mendapat ujrah (fee) atas
pengelolaan dana tersebut. Oleh karena itu, dana tabarru’ disimpan dalam satu
rekening khusus, dimana apabila ada yang mendapat musibah, dana klaim
yang diberikan adalah dari rekening dana tabarru’ yang sudah diniatkan oleh
semua peserta untuk kepentingan tolong-menolong. 4
Implementasi akad takafuli dan tabarru’ dalam sistem asuransi syariah
direalisasikan dalam bentuk pembagian setoran premi menjadi dua. Pertama,
3 Ibid, h. 10
4 Kuat Ismanto S.H.I, Asuransi Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 68
3
untuk produk yang mengandung unsur tabungan (saving), maka premi yang
dibayarkan akan dibagi ke dalam rekening dana peserta dan satunya lagi
rekening tabarru’. Kedua, untuk produk yang tidak mengandung unsur
tabungan (non saving), setiap premi yang dibayar akan dimasukkan
seluruhnya ke dalam rekening tabarru’. 5
Dalam tabarru’ orang yang menolong atau memberi tidak bermaksud
untuk mengharapkan penggantian dari apa yang telah ia berikan, tetapi dari
tabarru’ ini, para pesertanya mempunyai tujuan dan manfaat bagi peserta
lainnya, yaitu :
1. Untuk membayar klaim apabila terjadi musibah pada peserta lain.
2. Untuk menghindari sikap mementingkan diri sendiri pada peserta asuransi.
3. Saling tolong menolong antara peserta yang tertimpa musibah.
4. Mempererat tali silaturahmi antara peserta yang tertimpa musibah.
5. Menumbuhkan rasa bertanggung jawab sesama, dengan memberikan
sebagian kecil uang yang dniatkan untuk peserta lain apabila terjadi klaim.
Hal ini menghindari perasaan mementingkan diri sendiri.
6. Saling bantu-membantu antara peserta yang tertimpa musibah. 6
Sedangkan bagi perusahaan, dana tabarru’ ini mempunyai tujuan dan
manfaat sendiri, yaitu :
1. Mengelola kembali dana tabarru’ dengan menginvestaskan pada lembaga
keuangan syari’ah.
5 Ibid, h. 69
6 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di
Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2004), h. 139
4
2. Dapat didayagunakan untuk membentuk dana bersama yang digunakan
sebagai santunan bagi santunan bagi peserta lainnya. 7
Keberadaan rekening tabarru’ menjadi sangat penting untuk menjawab
pertanyaan seputar ketidakjelasan asuransi dari sisi pembayaran klaim.
Misalnya, seorang peserta mengambil paket asuransi jiwa dengan masa
pertanggungan 10 tahun dengan manfaat 10 juta rupiah. Bila ia ditakdirkan
meninggal dunia di tahun ke-empat dan baru sempat membayar sebesar 4 juta,
maka ahli waris akan menerima sejumlah penuh 10 juta. Pertanyaannya, sisa
pembayaran sebesar 6 juta diperoleh dari mana. Disinilah kemudian timbul
gharar tadi sehingga diperlukan mekanisme khusus untuk menghapus hal itu,
yaitu penyediaan dana khusus untuk pembayaran klaim (yang pada
hakekatnya untuk tujuan tolong-menolong) berupa rekening tabarru’. 8
Selanjutnya, dana yang terkumpul dari peserta (shahibul maal) akan
diinvestasikan oleh pengelola (mudharib) ke dalam instrumen-instumen
investasi yang tidak bertentangan dengan syariat. Apabila dari hasil investasi
diperolah keuntungan (profit), maka setelah dikurangi beban-beban asuransi,
keuntungan tadi akan dibagi antara shahibul maal (peserta) dan mudharib
(pengelola) berdasarkan akad mudharabah ( bagi hasil ) dengan rasio (nisbah)
yang telah disepakati di muka. Akad tabarru’ telah diputuskan oleh FATWA
DEWAN SYARI’AH NASIONAL No: 53/DSN-MUI/III2006 Tentang
AKAD TABARRU’ PADA ASURANSI DAN REASURANSI
SYARI’AH.9
7 Ibid, h. 139
8 Kuat Ismanto S.H.I, Asuransi Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 69
9 Ibid, h. 70
5
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
membahas pengelolaan dana tabarru’ dalam penulisan skripsi ini, dengan
judul “Pengelolaan Dana Tabarru AJB Bumiputera Syari’ah terhadap
nasabah”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian karya tulis ini dibatasi dengan membahas pengelolaan
dana tabarru’ pada asuransi syari’ah yang mana dana ini diberikan secara
derma oleh nasabah untuk nasabah yang membutuhkan, dan tidak
membahas tentang dana asuransi yang lain, juga dibatasi oleh tenggang
waktu pelaksanaan dalam wawancaranya.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah tersebut, maka dalam karya tulis ini
dapat dirumuskan pokok masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme system dana tabarru’ pada AJB Bumiputera
Syari’ah?
2. Bagaimana perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi sistem
dana tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan ingin memperoleh gambaran tentang:
6
a. Untuk Mengetahui manajemen sistem dana tabarru’ yang digunakan
oleh AJB Bumpitera Divisi Syari’ah kepada nasabahnya.
2. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang bisa diberikan dari penyusun antara
lain sebagai berikut:
a. Bagi Penyusun
Bisa memberikan pengetahuan dan pengalaman yang bisa dijadikan
pelajaran
b. Bagi Akademik
Menambah buku-buku perpustakaan yang bisa dijadikan bacaan oleh
para mahasiswa sebagai bahan rujukan dan referensi untuk menambah
wawasan mereka.
c. Bagi pembaca
Bisa menambah wawasan cakrawala pengetahuan para pembaca
tentang disiplin ilmu yang bersangkutan.
d. Bagi AJB Bumiputera Divisi Syari’ah
Dijadikan sebagai alat evaluasi agar bisa menjadi lebih baik dan lebih
meningkatkan pengalaman.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian Kualitatif
Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif Menurut
Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Loxy Moleong adalah sebagai
7
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.10
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian ini adalah AJB Bumiputera Divisi Syari’ah
Harmoni-Jakarta Pusat
b. Objek Penelitian Ini adalah Manajemen Keuangan AJB Bumiputera
Divisi Syari’ah
3. Tempat dan Waktu Penelitian
c. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di AJB Bumiputera Divisi Syari’ah
Harmoni-Jakarta Pusat.
Waktu Penelitian ini berlangsung dari Bulan Mei 2011
4. Tehnik pengumpulan data
a. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti
dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab
dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden
merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.
b. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dimana
peneliti atau kolabolatornya mencatat informasi sebagaimana yang
mereka saksikan selama penelitian. Penyaksian terhadap peristiwa-
10
Lexy J. Moeleong. Metode Penelitian kualitatif ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009) , h. 4.
8
peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan, merasakan, yang
kemudian dicatat seobyektif mungkin.11
c. Dokumentasi
Penulis mengumpulkan informasi berupa: data, hasil
wawancara.
d. Tehnik Pengelolaan data
Setelah data diperoleh, maka langkah-langkah selanjutnya penulis
mengelola data dengan cara editing, yaitu kegiatan mempelajari berkas-
berkas data yang telah terkumpul,sehingga keseluruhan berkas itu dapat
diketahui dan dapat dinyatakan baik.
5. Tehnik Analisis Data
Dalam menganalisis Data, penulis menggunakan metode deskriptif
analisis, yaitu suatu teknik analisis data; dimana penulis terlebih dahulu
memaparkan semua data yang diperoleh dari pengamatan, kemudian
menganalisanya dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis.
6. Tehnik Penulisan
Penulisan Skripsi ini berpedoman pada “Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA
(Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Press Tahun 2007.
11
W. Gulo. Metodelogi Penelitian (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia ,
2002), h. 116.
9
E. Tinjauan Pustaka
Dalam Penyusunan Skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian
lebih lanjut kemudian menyusun menjadi karya ilmiah maka langkah awal
yang penulis lakukan adalah mengkaji terlebih dahulu dan melihat buku-buku
yang akan dijadikan reverensi oleh penulis. Setelah penulis melakukan kajian
kepustakaan penulis akhirnya menemukan beberapa skripsi yang membahas
tentang:
1. Karya Ainun Najiebah, Nim 102046225362, Program Studi Muamalat,
Konsentrasi Asuransi Syari’ah, Fakultas Syari’ah dan Hukum. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1430 H/2009 M. Pembahasan
Dalam Skripsinya adalah mengenai Tinjuauan Ekonomi Islam terhadap
Pengelolaan Dana Tabarru’ Pada Asuransi PT. BRIngin Life Syari’ah.
Melihat pada sebuah pengelolaan dana tabarru’ yang sesuai dengan akidah
islam.
Sedangkan judul skripsi penulis adalah Manajemen Sistem Dana
Tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah Terhadap Nasabah. Dalam hal ini dilihat
dari segi judul berbeda, baik itu dari segi pembahasan yang diteliti sungguh
jauh berbeda, yaitu, materi yang penulis bahas adalah tentang Bagaimana
Manajemen Sistem Dana Tabarru’ itu pada Asusransi Syari’ah.
F. Sistematika Penulisan
Berdasarkan penelitian di atas, maka sistematika penulisan dalam
pembahsan ini adalah sebagai berikut :
10
BAB I Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan argumentasi
mengenai signifikasi studi ini. Dalam bab ini peneliti
menguraikan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Metodelogi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II Merupakan kajian teoritis karya tulis ini, di dalamnya
membahas mengenai pengertian dari manajemen dana, dana
tabarru’ dan nasabah. Dalam kajian teoritis ini, selanjutnya
dijadikan pegangan sekaligus alat untuk menjelaskan
Manajemen Sistem Dana Tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah
terhadap Nasabah.
BAB III Membahas tentang profil perusahaan AJB Bumiputera Syari’ah
dengan aktifitas pengelolaan dana tabarru’ pada perusahaan
tersebut. Dan juga membahas profil lengkapnya sebagai wadah
asuransi para nasabah muslim di Indonesia yang ingin
menghilangkan rasa kecurigaannya terhadap produk-produk
yang dikeluarkan oleh AJB Bumiputera Syari’ah.
BAB IV Menjabarkan dan menganalisis manajemen sistem dana
tabarru’ dengan mengobservasi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi terhadap nasabah pada asuransi
syari’ah sebagai keihklasan dana dalam bershadaqah.
BAB V Merupakan penutup yang berisi kesimplan dan saran-saran
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata kerja bahasa inggris “to manage”
yang berarti mengatur.1 selain itu, kata “to manage” mempunyai sinonim
antara lain; To hand (mengurus), to control (memeriksa/mengawasi), to
guide (menuntun/mengemudikan). Jadi, manajemen berarti mengurus,
memeriksa, mengawasi, pengendalian, mengemudikan, membimbing.2
Secara etimologis Abdul Sani mengatakan bahwa manajemen
berasal dari kata “manage” yang berarti mengemudikan, memerintah,
memimpin atau dapat juga diartikan sebagai “pengurusan”. Dalam hal ini
pengurusan, memimpin, atau membimbing terhadap orang lain dalam
upaya mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.3
Sedangkan secara terminologis, dikatakan bahwa manajemen
merupakan proses kerja untuk menentukan , mengimpertrasikan dan hal
senada juga diungkapkan oleh Miftah Thoha yang mengatakan bahwa
manajemen merupakan pengelolaan suatu organisasi yang dibatasi dengan
tertib. dengan kata lain, manajemen harus menjalankan prinsip-prinsip
1 Melayu SP. Hasibuan, Manajemen Dasar : Pengertian dan Masalah (Jakarta : PT.
Gunung Agung, 1986), cet.II, h. 2. 2 Jhon M, Echols, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta : PT Gramedia, 1996), h.375.
3 Abdul Sani, Manajemen Organisasi (Jakarta : Bina Aksara, 1987 ), h.1.
12
perencanaan, pengaturan, motivasi, dan pengendalian dalam menjalankan
roda organisasi.4
Adapun pengertian menurut istilah manajemen ialah suatu proses,
dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan
diawasi. Sedangkan menurut Joseph L. Massie manajemen adalah
integrasi dan penerapan ilmu serta pendekatan analisis yang
dikembangkan oleh banyak disiplin.5
Banyak rumusan yang diberikan oleh para ahli dalam
mendefinisikan manajemen diantaranya:
a. Dalam buku karangan George R. Terry dan Laslie W. Rue.
Mendefinisikan manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja
yang melibatkan bimbingan suatu kelompok orang-orang kearah
tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.6
b. M. Manulang mendefinisikan manajemen pada 3 arti : pertama,
manajemen sebagai proses. Kedua, manajemen sebagai kolektifitas
orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen. Ketiga, manajemen
sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu pengetahuan.7
c. Manajemen dapat didefinisikan dari dua sudut pandang, yaitu sebagai
proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka penerapan
tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang
4 Miftah Thoha , Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku (Jakarta :
PT. RajaGrafindo Persada, 1993), cet. ke - 5, h.10. 5 Joseph L.Massie, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Erlangga, 1999), h. 9.
6 George R. Terry dan Laslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), cet. Ke-9, h.1. 7 M. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Ghalla Indonesia, 1996), h. 2.
13
menduduki jabatan manajerial untuk melalui kegiatan-kegiatan orang
lain.8
d. J. Panglaykin dan Tanzil dalam karyanya Manajemen Suatu Pengantar
mengatakan bahwa manajemen adalah seni kemahiran untuk mencapai
hasil yang sebesar-besarnya dengan usaha yang sekecil-kecilnya untuk
memperoleh kemakmuran dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
serta memberi serius pelayanan yang baik kepada khalayak ramai.9
e. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan. Manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.10
Sedangkan pengertian manajemen didalam kamus besar
Bahasa Indonesia adalah proses penggunaan sumber daya secara
efektif untuk mencapai tujuan dan sasaran.11
f. Didalam buku karangan Yayat. M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen.
George Terry (1977) menyatakan. Manajemen adalah suatu proses
yang berbeda terdiri dari Planning, organizing, actuating, dan
Controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan
dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya.12
8 Sondang P. Siagian, M.P.A., Filsafat Administrasi edisi Revisi (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006), cet. Ke-3 h. 5. 9 Panglaykin dan Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999),
cet. Ke-15, h. 27. 10
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Revisi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), cet. Ke-10. h. 1. 11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1. h. 695. 12
Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarat: PT. Grasindo, 2004), Cet. Ke-2.
h. 3.
14
g. Menurut Ahmad Fadli Hs dalam bukunya Organisasi dan
Administrasi. Definisi manajemen dapat diartikan sebagai berikut:
1) Keterlaksanaan proses penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran tertentu.
2) Kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil
dalam rangka pencapaian tujuan kegiatan-kegiatan orang lain.
3) Segenap perbuatan menggerakan kelompok orang dan
menggerakan fasilitas dalam suatu usaha kerja sama untuk
mencapai tujuan tertentu.13
h. Didalam Buku Karangan T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua.
Mary Parker Follet mendefinisikan Manajemen sebagai seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.14
i. Didalam Buku Karangan T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua.
Menurut Stoner Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya- sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.15
j. Menurut H. Koontz dan O’ Donnel, dalam bukunya: “Principles of
Managemen”, yang dikutif oleh Soewarno Handayaningrat, dalam
buku Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen.
mengemukakan definisi managemen sebagai berikut: “Management
13
Ahmad Fadli Hs, Organisasi dan Administrasi edisi Revisi (Jakarta: Man Halun
Nasyi-in Press, 2002), cet. Ke-3. h. 26. 14
T. Hani Handoko, M.B.A. Manajemen edisi Kedua (Yogyakarta: Bpfe, 1991 ), h. 8 15
T. Hani Handoko, M.B.A. Manajemen edisi Kedua , h. 8.
15
involes getting things done through and with people”. (Managemen
berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan
melalui dan dengan orang-orang lain).16
Setelah memaparkan beberapa pengertian arti dari berbagai para
ahli dalam karya-karyanya, jelas sekali terdapat banyak definisi-definisi
tentang manajemen. Menurut penulis kesimpulan yang dapat diambil dari
berbagai definisi-definisi tersebut. Manajemen adalah serangkaian
kegiatan yang didalamnya terdapat suatu proses pelaksanaan kegiatan
yang meliputi Perencanaan (Planning), Organisasi (Organizing),
Penggerakan (Actuating), dan Pengawasan (Controlling). sehingga bisa
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan dan sasaran
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi – fungsi Manajemen adalah sebagai berikut menurut Henry
Fayol ada:17
a. Planning
Menunjukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa
yang akan datang dan apa yang harus di perbuat agar dapat mencapai
tujuan-tujuan itu.
b. Organizing
Mengelompokan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan
memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.
16
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management
(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1980), h.19. 17
Zaini Muhtarom, Dasar-Dasar Manajemen (Yogyakarta : Al Amin Press dan IKFA,
1996), h. 38.
16
c. Staffing
Menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan,
penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.
d. Motivating
Mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-
tujuan.
e. Controlling
Mengukur Pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-
sebab penyimpangan- penyimpangan dan mengambil tindakan –
tindakan korektif dimana perlu.
Adapun Fungsi-fungsi manajemen menurut T. Hani Handoko adalah
sebagai Berikut:
a. Planning (perencanaan)
Adalah penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,
metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan
b. Organizing (penggorganisasian)
Adalah penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Staffing ( Penyusunan Personalia)
Adalah penarikan, pelatihan, pengembangan, serta penempatan dan
pembagian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang
menguntungkan dan produktif.
17
d. Pengarahan
Adalah membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa
yang diinginkan, dan harus mereka lakukan.
e. Controlling (pengawasan)
Adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin
bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah
ditetapkan.18
Sedangkan menurut Joseph L. Massie. Ada 7 fungsi-fungsi
manajemen diantaranya adalah:
a. Pengambilan keputusan (Decision Making) ialah proses pemilihan arah
langkah yang harus diambil dan alternative-alternatif yang ada untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
b. Pengorganisasian (Organizing) proses penentuan struktur dan alokasi
kerja.
c. Pengisian staf (Staffing) proses yang dilakukan para manajer untuk
menseleksi, melatih, mempromosikan, dan membebas tugaskan
bawahan.
d. Perencanaan (Planning) proses antisipasi seorang manajer akan masa
depan dan menemukan alternative-alternatif arah langkah yang terbuka
untuknya.
18
T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia (Yogyakarta :
PT. Liberty, 1985), h. 23-25.
18
e. Pengawasan (Controlling) proses mengukur pelaksanaan yang berlaku
sekarang dan memberikan panduan kearah sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
f. Komunikasi (Comunicating) ialah proses pengalihan ide-ide kepada
orang lain untuk keperluan mencapai hasil uang diinginkan.
g. Pengarahan (Directing) proses bimbingan pelaksanaan actual para
bawahan menuju kesasaran bersama. Pengawasan (supervising)
merupakan satu aspek fungsi ini pada tingkat bawah yang
memungkinkan pengawasan pekerjaan fisiknya.19
Menurut Hasibuan yang dikutif oleh Prof. Dr. Sondang. P.
Siagian, M. P. A. bahwa fungsi- fungsi manajemen mencakup :
a. Planning (perncanaan) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses
pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan
dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
b. Organizing (pengorganisasian) adalah keseluruhan proses
pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab,
dan wewenang, sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi
yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan.
c. Motivating (penggerakan) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan
proses pemberiaan dorongan bekerja kepada para bawahan sedemikian
rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya
tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
19
Josep L.Massie, Dasar-Dasar Manajemen edisi Ketiga (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 7.
19
d. Controlling (pengawasan) adalah proses pengamatan pelaksanan
seluruh kegiatan organisasi untuk menajmin agar semua pekerjaan
yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.
e. Evaluation (penilaian) adalah fungsi organik administrasi dan
manajemen yang terakhir. Definisinya ialah proses pengukuran dan
perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya di capai dengan
hasil-hasil yang seharusnya dicapai.20
Menurut George R. Terry, dalam bukunya “Principles of
management”, yang dikutif oleh Soewarno Handayaningrat dalam Buku
Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen, menyatakan bahwa
proses manajemen terdiri atas empat fungsi yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan
waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan
merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh
keyakinan untuk tercapainya hasil yang dikehendakinya.21
Pada hakekatnya perencanaan adalah suatu maksud yang
didokumentasi secara khusus yang memuat tujuan dan tindakan.
Tujuan adalah akhir dari tindakan, sedangkan tindakan itu sendiri
adalah alat untuk sampai ke tujuan tersebut. Dengan perkataan lain
bahwa tujuan merupakan target yang menjadi sasaran manajemen,
20
H. Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Revisi, h. 3. 21
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management, h. 25.
20
sedangkan tindakan merupakan alat dan cara mencapai sasaran
tersebut.22
Adapun George R. Terry, dalam buku Zaini Muchtarom, lebih
rinci menyatakan : perencanaan adalah menyeleksi dan
menghubungkan fakta-fakta serta menyusun dan menggunakan
asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam bentuk
visualisasi dan formulasi dari kegiatan-kegiatan terarah yang diyakini
perlu untuk mencapai hasil yang dikehendaki.23
Dalam perencanaan diperlukan adanya langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Perkiraan dan perhitungan masa depan
2) Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangkaian pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3) Penetapan tindakan dan prioritas pelaksanaanya
4) Penetapan metode
5) Penetapan dan penjadualan waktu
6) Penempatan lokasi (tempat)
7) Penempatan biaya fasilitas dan faktor-faktor lain diperlukan
b. Penggorganisasian
Pengorganisasian berasal dari kata organisasi (Organum-
bahasa latin) yang berarti alat atau badan, pada dasarnya ada 3 (tiga
ciri khusus dari satu) organisasi yaitu : adanya sekelompok manusia
22
Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, h. 62. 23
Ibid., h. 63.
21
kerja sama yang harmonis dan kerja sama tersebut berdasarkan atas
hak kewajiban serta tanggung jawab masing-masing orang untuk
mencapai tujuan.24
Adapun pengorganisasian menurut G. R. Terry adalah
menentukan, mengelompokan dan pengaturan berbagai kegiatan yang
dianggap perlu untuk pencapaian tujuan, penugasan orang-orang dalam
kegiatan ini, dengan menetapkan faktor-faktor lingkungan fisik yang
sesuai, dan menunjukan hubungan kewenangan yang dilimpahkan
terhadap setiap individu yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan
tersebut.25
Penggorganisasian adalah menentukan, mengelompokan dan
pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian
tujuan, penugasan orang-orang dalam kegiatan ini, dengan menetapkan
faktor-faktor lingkungan fisik yang sesuai, dan menunjukan hubungan
kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap individu yang
ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.26
c. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan adalah aktivitas pokok dalam manajemen yang
mendorong dan menjuruskan semua bawahan agar berkeinginan
bertujuan serta bergerak untuk mencapai maksud-maksud yang telah
24
Djati Juliatriasa dan Jhon Suprihanto, Manajemen Umum Sebuah Pengantar
(Yogyakarta : BPFF, 1998), Cet. Kr-2, h. 14. 25
Sowewarno Handayaningrat, Ilmu Administrasi dan Manajemen, h. 26. 26
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen,h. 26.
22
ditentukan dan merasa berkepentingan serta pada dengan rencana
usaha organisasinya.27
Penggerakan dapat didefinisikan pula sebagai keseluruhan
usaha, cara teknik dan metode untuk mendorong para anggota
organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi
tercapainya tujuan organisasi.28
Penggerakan pelaksanaan adalah usaha agar semua anggota
kelompok suka melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadarannya
dan berpedoman pada perencanaan (Planning) dan usaha
pengorganisasiannya.29
George R. Terry, dalam buku Sarwoto, memberikan pengertian
ini sebagai tindakan untuk mengusahakan agar semua angota
kelompok suka berusaha untuk mencapai sasaran agar sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha organisasi30
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah kegiatan manajer mengusahakan agar
pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil
yang dikehendaki.31
27
Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen (Jakarta: : Bina Aksara , 1998)
cet ke-2, h. 96. 28
Sondang P. Siagian. Fungsi-Fungsi Manajemen (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), cet ke-
2, h. 128. 29
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management, h.
26. 30
Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalian Indonesia, 1991)
, cet, ke-18, h. 89. 31
Ibid, h. 94.
23
Pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus
diselesaikan yaitu: pelaksanaan, penilaian pelaksanaan, bila perlu
melakukan tindakan korektif agar supaya pelaksanaannya tetap sesuai
dengan rencana yaitu sesuai dengan standar.32
Pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih
menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai
rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagai fungsi organik,
pengawasan merupakan salah satu tugas yang mutlak yang
diselenggarakan oleh semua orang yang menduduki jabatan manajerial,
mulai dari manajer puncak hingga para manajer rendah yang secara
langsung mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang
diselenggarakan oleh semua petugas operasional.33
Dari Beragamnya fungsi-fungsi manajemen di atas yang telah
diungkapkan oleh para ahli. Maka, Penulis mengambil fungsi
manajemen yang lebih Umum dilakukan dikalangan masyarakat.
Sehingga penulis lebih condong pada Fungsi Manajemen menurut
pandangan George R. Terry seorang ahli manajemen, yang
mengungkapkan empat fungsi Manajemen yaitu Perencanaan
(Planning), pengorganisasian (Organizing), Penggerakan
(Actuating),dan Pengawasan (Controlling). Atau yang biasa dikenal
dan disingkat dengan sebutan “POAC”. Fungsi Manajemen inilah yang
sangat popular dan fundamental dalam rangka untuk pencapaian
tujuan dalam setiap kegiatan.
32
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management, h.
26. 33
Sodang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajemen, h. 169.
24
3. Unsur-Unsur Manajemen
Unsur atau komponen merupakan bagian terpenting yang harus
tersedia dalam suatu pelaksanaan kegiatan. Dalam hal ini Abdul Syani
membagi unsur alat manajemen (tool of manajemen) kedalam enam bagian
di antaranya :
a. Man, yakni tenaga kerja manusia, sumber daya manusia (SDM) yang
ada pada sebuah lembaga, SDM yang ada akan berpengaruh pada
lancer atau tidaknya manajemen lembaga dalam melaksanakan tujuan
yang dilaksanakan.
b. Money, yakni pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Dana tersebut dapat diperoleh dari pemerintah setempat atau dari
donator yang secara sukarela memberikan sumbangan demi kemajuan
sebuah proses dakwah. Disamping itu, dana juga dapat diperoleh dari
lembaga usaha yang dikembangkan.
c. Methods, yakni cara atau sistem untuk mencapai tujuan. Dalam
penentuan metode ini harus direncanakan secara matang sehingga tidak
terjadi kevakuman di tengah jalan.
d. Materials, yakni bahan-bahan yang diperlukan dalam mencapai tujuan
atau misi lembaga. Bahan ini harus mendukung proses pencapaian
tujuan yang direncanakan oleh sebuah lembaga.
e. Machines, yakni alat-alat yang diperlukan, dalam hal ini alat-alat yang
digunakan bertujuan untuk memaksimalkan bahan-bahan yang
tersedia.
25
f. Market, yakni tempat untuk menawarkan hasil produksi dalam hal ini,
misi lembaga dapat diterima oleh masyarakat yang pada gilirannya
mereka dapat menerima produk yang telah diciptakan.34
Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur terpenting
sehingga berhasil atau gagalnya suatu manajemen tergantung pada
kemampuan manajer untuk mendorong dan menggerakkan orang-orang
kearah tujuan yang akan dicapai. Karena begitu pentingnya unsur manusia
dalam manajemen, melebihi unsur lainnya, maka boleh dikatakan bahwa
manajemen itu merupakan proses sosial yang mengatasi segala-galanya.35
B. Dana Tabarru’
1. Pengertian Dana Tabarru’
Dana tabarru’ terdiri dari kata dana dan tabarru’. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia kata dana adalah uang yang disediakan atau
sengaja dikumpulkan untuk suatu maksud, derma, sedekah, pemberian
atau hadiah.36
Sedangkan tabarru’ berasal dari kata tabarra’a
yatabarra’u-tabarru’an, artinya sumbangan hibah, dana kebijakan, atau
derma.37
Orang yang memberi sumbangan disebut mutabarri’
(dermawan). Tabarru’ merupakan pemberian sukarela seseorang kepada
orang lain, tanpa ganti rugi yang mengakibatkan berpindahnya
kepemilikan harta itu dari pemberi kepada orang yang diberi. 38
34
Abdul Sani, Manajemen Organisasi (Jakarta: Bina Aksara, 1987) , h. 28. 35
Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, h.43. 36
W.J.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka,
2005), Ed. 3, h. 261 37
Abd Bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus Indonesia-Arab, Arab-Indonesia, (Jakarta, PT.
Bentara antar Asia, 1991), h. 75 38
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di
Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2004), h. 138
26
Jumhur ulama mendefinisikan dana tabarru’ dengan akad yang
mengakibatkan pemilikan harta, tanpa ganti rugi yang dilakukan seseorang
dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela. Niat tabarru’
dalam akad asuransi syari’ah adalah alternatif uang sah yang dibenarkan
oleh syara’ dalam melepaskan diri dari praktik gharar (manipulasi) yang
diharamkan oleh Allah SWT. 39
Menurut jumhur ulama, dana tabarru’ digunakan untuk saling
membantu antar sesama manusia, oleh sebab itu Islam sangat menganjurkan
seseorang yang mempunyai kelebihan harta untuk menghibahkannya kepada
saudara-saudaranya yang memerlukan. Sedangkan dalam konteks akad dalam
asuransi syari’ah, tabarru’ memberikan dana kebijakan dengan niat ikhlas
untuk tujuan saling membantu diantara sesama peserta asuransi syari’ah
apabila ada diantaranya mendapat musibah. Dana klaim yang diberikan
diambil dari rekening dana tabarru’ yang telah diniatkan oleh semua peserta
ketika akan menjadi peserta asuransi syari’ah, untuk kepentingan atau dana
tolong-menolong. 40
2. Tujuan dan Manfaat Dana Tabarru’
a. Tujuan Dana Tabarru’
Tujuan dari dana tabarru’, yaitu :
1) Untuk membayar klaim apabila terjadi musibah pada peserta lain.
2) Untuk menghindari sikap mementingkan diri sendiri pada peserta
asuransi.
39
Ibid, h. 138 40
Ibid, h. 139
27
3) Saling tolong menolong antara peserta yang tertimpa musibah.
4) Mempererat tali silaturahmi antara peserta yang tertimpa musibah.
5) Menumbuhkan rasa bertanggung jawab sesama, dengan memberikan
sebagian kecil uang yang dniatkan untuk peserta lain apabila terjadi
klaim. Hal ini menghindari perasaan mementingkan diri sendiri.
6) Saling bantu-membantu antara peserta yang tertimpa musibah. 41
b. Manfaat Dana Tabarru’
Sedangkan manfaat dana tabarru’ bagi perusahaan itu sendiri,
yaitu:
1) Mengelola kembali dana tabarru’ dengan menginvestaskan pada
lembaga keuangan syari’ah.
2) Dapat didayagunakan untuk membentuk dana bersama yang digunakan
sebagai santunan bagi peserta lainnya. Dana bersama merupakan dana
kumpulan peserta asuransi yang digunakan untuk menutup kerugian
yang diderita nasabah ketika mengalami musibah atau bencana. Setiap
peserta memiliki hak yang sama dalam menerima ganti rugi yang sesuai
dengan proporsinya yang telah ditentukan diawal. 42
3. Landasan Hukum Dana Tabarru’
Asuransi syari’ah dalam AJB Bumiputera Divisi Syari’ah memakai
landasan hukum yang ditentukan oleh Dewan Syari’ah Nasional MUI dan
Peraturan Menteri Keuangan No.18/PMK.010/2010 tentang penerapan
prinsip dasar peneyelenggaraan asuransi dan reasuransi dengan prinsip
41
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di
Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2004), h. 139 42
Ibid, h. 139
28
syari’ah. Kemudian Dewan Syari’ah Nasional MUI mengeluarkan fatwa
selanjutnya bersama Menteri Keuangan di Peraturan Menteri Keuangan
No.11/PMK.010/2011 tentang kesehatan keuangan usaha asuransi dan
reasuransi dengan prinsip syari’ah. Dan selanjutnya fatwa Dewan Syari’ah
Nasional MUI yang menjelaskan tentang akad tabarru’ dalam Dewan
Syari’ah Nasional MUI No. 53/ DSN-MUI/ III/ 2006 tentang akad tabarru’
pada asuransi syari’ah.43
Menurut Dewan Syari’ah Nasional MUI dalam akad tabarru’ tersebut,
harus disebutkan sekurang-sekurangnya :
a. Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan.
b. Hak dan kewajiban masing-masing dalam akun tabarru’ selaku peserta
dalam arti badan/kelompok.
c. Cara dan waktu pembayaran premi.
d. Syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang
diakadkan.44
Sedangkan kedudukan para pihak dalam akad tabarru’ :
a. Peserta, yaitu memberikan dana hibah yang akan digunakan untuk
menolong peserta atau peserta lain yang tertimpa musibah.
b. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima dana
tabarru’ (mu’amman/ mutabarra’lahu) dan secara kolektif selaku
penanggung (mu’ammin/ mutabarri’).
43
Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari’ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 44
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI, Tentang Akad Tabarru’ Pada Asuransi Syari’ah,
(Jakarta, 23 Maret 2006), h. 6
29
c. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar
akad wakalah, mewakilkan atau tanggungan seseorang, dari peserta selain
pengelola investasi.45
Berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI No. 53/ DSN-MUI/
III/ 2006 tentang akad tabarru’ pada asuransi syari’ah, menjelaskan bahwa
dana tabarru’ boleh dikelola dan diinvestasikan sesuai dengan syari’at Islam.46
4. Penetapan Dana Tabarru’
Proses penetapan dana tabarru’ yang dijalankan oleh AJB Bumiputera
Divisi Syari’ah ditentukan berdasarkan rate tabarru’ AJB Bumiputera Divisi
Syari’ah yang mengacu pada tabel mortalita (tabel angka kematian), besarnya
tabarru’ masing-masing calon peserta berbeda-beda, hal ini ditentukan dari
usia masuk calon peserta dan lamanya perjanjian yang akan diambil, semakin
tua usia calon peserta dan lamanya perjanjian maka jumlah tabarru’nya
semakin besar.47
Proses penetapan dana tabarru’ dibagi menjadi dua sistem :
a. Untuk asuransi dengan unsur tabungan maka premi dibagi menjadi tiga
unsur yaitu : tabungan, biaya dan tabarru’. Premi tabarru’ diperhitungkan
dengan mengacu pada tabel mortalita (tabel angka kematian), besarnya
tabarru’ ditentukan dari usia masuk calon peserta dan lamanya perjanjian
asuransi yang akan diambil, semakin tua usia calon peserta dan lamanya
perjanjian maka jumlah tabarru’nya semakin besar.
45
Ibid, h. 6 46
Ibid, h. 6 47
Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari’ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB
30
b. Sedangkan asuransi non tabungan terdiri dari tabarru’ dan biaya, tabarru’
dihitung mengacu tabel mortalita (tabel angka kematian), besarnya
tabarru’ ditentukan dari usia masuk calon peserta dan lamanya perjanjian
asuransi yang akan diambil, semakin tua usia calon peserta dan lamanya
perjanjian maka jumlah tabarru’nya semakin besar.48
Muhammad Fadhli Yuzof, direktur Syarikat Takaful Malaysia, dalam
bukunya “Takaful Sistem Asuransi Islam” menjelaskan tentang manfaat dan
batasan penggunaan dana tabarru’ sebagai berikut : “Tabarru’ mempunyai
pengertian luas. Dana tabarru’ boleh digunakan untuk membantu siapa saja
yang mendapat musibah. Tetapi dibawah bisnis takaful karena telah melalui
akad khusus, maka penggunaan tabarru’ harus khusus pula yaitu hanya
sebatas pada kemanfaatan peserta takaful saja. Dengan kata lain bahwa
kumpulan dana tabarru’ hanya digunakan untuk kepentingan peserta takaful
yang mendapat musibah. Apabila dana tabarru’ tersebut digunakan untuk
kepentingan lain, berarti melanggar syarat akad.” 49
Sumber dana perusahaan dibutuhkan dari :
Dana pemegang saham yaitu dana yang disiapkan oleh para pemegang
saham sebagai modal setor bagi perusahaan, baik pada tahap awal berdiri
perusahaan maupun penambahan setelah perusahaan berjalan, serta hasil
investasi atas dana tersebut.
48
Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari’ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 49
Muhammad Fadzli Yusof, Takaful Sistem Asuransi Islam, (Kuala Lumpur:Tingi Press
SDN.BHD, 1996), h. 22
31
Dana dari peserta asuransi yaitu berupa premi. 50
Dalam melaksanakan perjanjian antara perusahaan dengan peserta
harus dilandasi dengan akad. Adapun akad yang melandasi asuransi syari’ah
adalah akad tijarah dan akad tabarru. Akad tijarah merupakan sebuah bentuk
akad yang dilakukan untuk tujuan komersial misalnya mudharabah, wadi’ah,
dan wakalah. Sedangkan akad tabarru’ merupakan semua bentuk akad yang
dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong menolong tidak untuk
komersial.51
Dalam asuransi syari’ah unsur premi terdiri dari unsur tabarru’ dan
tabungan (untuk asuransi jiwa), dan unsur tabarru’ saja (untuk asuransi
kerugian). Unsur tabarru’ pada asuransi jiwa perhitungannya berdasarkan
tabel mortalitas, angka rata-rata kematian seseorang di suatu wilayah, yaitu
dengan cara preusan harus mengetahui perkiraan “harapan hidup” orang yang
ditanggungnya, besarnya tergantung dari usia dan masa perjanjian. “Semakin
tinggi usia dan semakin tinggi masa perjanjiannya, maka semakin besar pula
nilai tabarru’nya. Besarnya premi asuransi jiwa pada asuransi syari’ah yang
berupa dana tabarru’ berada pada kisaran 0,75 sampai 12%”. Sedangkan
besarnya tabarru’ pada asuransi kerugian merujuk kepada Rate Standart yang
dibuat oleh DAI (Dewan Asuransi Indonesia).52
Penentuan bagian ini semata-mata demi perjalanan suatu usaha yang
transparan dan menghilangkan keraguan mengenani dari mana datangnya dana
50
Muhammad Syakir Sula, Asuransi syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema insani, 2004), h. 309 51
Ibid, h. 310 52
Muhammad Syakir sula, Asuransi syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema insani, 2004), hal. 311
32
yang digunakan untuk membayar klaim. Pada asuransi syari’ah, sejak awal
peserta sudah diminta untuk menghibahkan uang preminya yang dimasukkan
ke dalam rekening peserta khusus/tabarru’, guna membayar klaim bila terjadi
musibah pada sebagian peserta.53
Selain unsur tabarru’, premi juga terdiri dari unsur tabungan yaitu dana
titipan dari peserta yang dikelola oleh perusahaan dan akan mendapatkan
alokasi bagi hasil (mudharabah) dari pendapatan investasi bersih yang
diperoleh setiap tahun. Dana tabungan peserta yang dialokasikan untuk bagi
hasil akan dikembalikan atau diserahkan kepada para peserta, apabila peserta
yang bersangkutan mengajukan klaim. Seluruh premi akan disatukan kedalam
kumpulan dana peserta yang kemudian akan di investasikan oleh perusahaan.54
Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dan
investasi tersebut harus sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah. Investasi berarti
menanamkan sejumlah dana pada sektor tertentu (sektor keuangan/riil) dan
untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan.55
Selain untuk mendapatkan keuntungan dari perusahaan, tujuan utama
dari investasi adalah untuk memperkuat cadangan premi. Kedua alasan ini
tetap relevan dalam asuransi, namun ada alasan lain yang tidak kalah penting,
yakni untuk memperoleh nilai tambah yang hasilnya akan dibagi antara
perusahaan dengan pemegang polis. Dengan demikian perusahaan asuransi
53
Ibid, hal. 311 54
Ibid, hal. 311 55
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 311
33
selain berfungsi sebagai institusi untuk berta’awun, secara implisit juga
menjadi lembaga investasi.56
Ketentuan mengenai investasi perusahaan asuransi syari’ah telah diatur
dalam surat keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Departemen
Keuangan No. 4499/LK/2000 antara lain menyebutkan bahwa investasi
asuransi syari’ah dapat berupa penyertaan reksadana, penyertaan langsung
syari’ah, kepemilikan tanah dan bangunan, serta pembiayaan modal kerja
dengan sistem mudharabah. Investasi dalam konteks syari’ah sudah barang
tentu memperhatikan larangan gharar, maisir, dan riba. 57
Hasil keuntungan dari investasi dibagi dengan menggunakan prinsip
mudharabah (bagi hasil) sesuai dengan perjanjian pada kesepakatan awal.
Besar bagi hasil sangat tergantung pada kondisi perusahaan, semakin sehat dan
besar profit yang diperoleh perusahaan maka semakin besar pula porsi bagi
hasil yang akan diberikan kepada peserta.58
Dengan demikian peserta dan perusahaan tidak ada yang
terdzalimi, karena konsep dari asuransi syari’ah adalah tolong-menolong,
saling melindungi dan saling bantu-membantu. Bentuk tolong-menolong
dimasukkan ke dalam dana tabarru’. Apabila salah satu peserta mendapat
musibah, maka peserta yang lain tak ikut menanggung resiko, dimana
klaimnya dibayarkan dari akumulasi dana tabarru’ yang terkumpul. 59
56
Ibid, hal. 178 57
Ibid, hal. 178 58
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 178 59
Ibid, h. 142
34
C. Nasabah
1. Pengertian Nasabah
Nasabah adalah orang yang berhubungan dengan suatu lembaga
seperti bank, asuransi, dan lembaga keuangan lainnya, baik itu untuk
keperluannya sendiri maupun sebagai perantara bagi keperluan pihak lain.
Nasabah juga dapat disebut sebagai konsumen pada suatu lembaga. 60
http//:www.artikata.com
Suatu lembaga juga mementingkan hal yang terpenting yaitu
kepuasan pada nasabah (konsumen). Arti kepuasan konsumen itu sendiri
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja produk
atau hasil yang ia rasakan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasannya
merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang ia rasakan (perceived
performance) dan harapan (expected performance). 61
60
http://www.artikata.com 61
Philip Kotler, Marketing Management, The Millenium edition, Upper Sandle River
(New Jersey : Prentice – Hall, Inc, 2003), h. 40
35
Ada dua hal penting yang berkenaan dengan kepuasan konsumen,
yaitu : Metode pengukuran kepuasan konsumen atau nasabah dan strategi
pemasaran memuaskan konsumen atau nasabah. 62
a. Metode Pengukuran Kepuasan Konsumen/Nasabah
Lembaga harus melakukan pemantauan kepuasan pelanggan
atau nasabah agar selalu terjalin hubungan antara hubungan antara
lembaga dengan nasabah yang harmonis. Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengukur dan mengetahui kepuasan pelanggan,
yaitu:
1) Sistem Keluhan dan Saran
Lembaga harus menyediakan kotak saran ditempat yang mudah
dijangkau oleh nasabah. Bisa juga dengan menyediakan formulir
bagi nasabah yang ingin memberikan saran. Beberapa lembaga
yang berwawasan nasabah, menyediakan telepon bebas pulsa yang
memudahkan nasabah untuk melakukan kontak dengan lembaga.
2) Survei Kepuasan Nasabah
Lembaga yang responsif mengukur kepuasan nasabah dengan
mengadakan survei berkala atau mengirim daftar pertanyaan atau
juga menelpon para nasabah baru untuk mendengar reaksi mereka
terhadap kinerja lembaga dan kinerja pesaing lembaga.
62
Ibid, h. 40
36
3) Pembelanja Hantu (Ghost Shopper)
Lembaga dapat mengirim petugas untuk berpura-pura menjadi
nasabah suatu lembaga pesaing dan kemudian membandingkan
layanan lembaga pesaing dengan layanan lembaga sendiri.
4) Nasabah yang sudah tidak membeli lagi (Lost Customer Analysis)
Apabila lembaga kehilangan pelanggan, maka lembaga harus
berupaya untuk mengetahui mengapa mereka tidak loyal lagi
kepada lembaga. Apakah tarif jasa terlalu mahal, produk kurang
dapat diandalkan atau pelayanan kurang memuaskan. Selain
melakukan wawancara, lembaga perlu pula memantau tingkat
kehilangan konsumen (Customer Lost Rate) yang apabila
meningkat maka berarti lembaga gagal dalam memuaskan
nasabahnya.63
b. Strategi Pemasaran Untuk Memuaskan Konsumen/Nasabah
Kepuasan nasabah berhubungan erat dengan keandalan produk
jasa lembaga yang ditawarkan dan pelayanan yang diberikan lembaga.
Keandalan produk terkait dengan kualitas produk tersebut. Dalam hal
ini, kualitas merupakan jaminan terbaik kesetiaan nasabah. Kualitas
yang lebih tinggi dan juga biaya yang lebih rendah. Oleh karena itu,
program penyempurnaan kualitas (Quality Improvement Programs)
pada umunya meningkatkan profitabilitas. 64
63
Murti Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank, (Liberty, 2002), h. 228-229 64
Sadono Sukirno, Teori Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), Ed. Ke-3, h. 155
37
Strategi yang perlu dilakukan lembaga adalah :
1) Lembaga harus mendengarkan suara nasabah, sehingga kualitas
produk/jasa lembaga tepat seperti yang diinginkan nasabah.
2) Perbaikan kualitas memerlukan komitmen total dari para petugas
lembaga.
3) Melalui brench marketing, yaitu mengukur kinerja lembaga
dibandingkan dengan pesaing terbaik dikelasnya dan berupaya
meniru bahkan melampauinya, penyempurnaan kualitas
produk/jasa lembaga ditingkatkan. Jadi, kualitas tidak dapat
diperiksa saja tetapi harus direncanakan semenjak awal.65
2. Kriteria Umum Pelanggan/Nasabah Terhadap Penyedia Jasa
Ada beberapa tipe pelanggan atau nasabah terhadap penyedia jasa,
yaitu :
a. Stayers (Penetap)
Stayers adalah tipe konsumen yang menggunakan / mengkonsumsi
produk yang disediakan penyedia jasanya yang pertama kali hingga
sekarang. Mereka (konsumen) disebut stayers karena belum pernah
beralih ke penyedia jasa lainnya. Sehingga Blattberg dan Deighton
mengartikan stayers sebagai berikut: “costumer who have not switched
or first adopters service providers”
Artinya konsumen yang belum pernah berpindah ke penyedia jasa lain,
atau mereka baru pertama kali menggunakan penyedia jasa tersebut.
65
Ibid, h. 155
38
b. Switchers (Peralih)
Switchers adalah tipe konsumen yang telah berpindah pemakaian
produk yang sama kepada penyedia jasa yang lain. Sehingga menurut
Blattberg dan Deighton mengartikan switchers sebagai berikut:
“costumer who have switched from other service provider”
Artinya konsumen yang telah berpindah dari penyedia jasa yang
lain. Switchers berpindah dari penyedia jasa lain dapat disebabkan karena
banyak faktor, mulai dari faktor-faktor yang dapat dikendalikan sampai
yang tidak dap;at dikendalikan. 66
Switchers terbagi dalam dua kelompok
yaitu:
a. Peralih yang puas (satisfied switchers) :
Konsumen yang beralih dari penyedia jasa yang sekarang ke penyedia
jasa yang baru karena disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, yaitu:
1) Harga
Harga merupakan penyebab ketiga terbesar yang menyebabkan
konsumen beralih ke perusahaan lain.
2) Kenyamanan
Kategori kenyamanan menjadi hal yang kritis dimana ketika
konsumen tidak merasakan kenyamanan dalam bertransaksi.
3) Kompetitor
Daya tarik yang diberikan oleh kompetitor lain merupakan hal
yang termasuk menjadi penyebab konseumen beralih. Konsumen
66
Blattberg and Deighton; Reicheld (dalam Jaishankar Ganesh, Mark J. Arnold, dan
Kristy E Reynold, 2008,), h. 167
39
yang tidak puas dengan penyedia jasa yang sekarang, mencari
pengalaman baru dengan mencoba perusahaan jasa lain atau arti
laim mencoba menggunakan pelayanan jasa perusahaan lain.
b. Peralih yang tidak puas (dissatisfied switchers)
Konsumen yang beralih dari penyedia jasa yang sekarang ke penyedia
jasa yang baru karena disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, yaitu:
1) Kegagalan dalam penyampaian jasa
Penyebab terbesar konsumen yang beralih disebabkan karena
gagalnya penyampaian jasa tersebut. Hal ini berarti inti dari
pelayanan jasa yang tidak sampai yang disebabkan karena
kesalahan atau masalah teknis dalam penyampaian jasa itu sendiri.
2) Kegagalan dalam pelayanan jasa
Pelayanan jasa diartikan sebagai interaksi individu antara
konsumen dengan karyawan pada perusahaan jasa. Kegagalan
dalam pelayanan jasa merupakan hal kedua terbesar penyebab
konsumen beralih ke perusahaan lain. Kegagalan dari pelayanan
jasa tersebut lebih dilihat dari aspek tingkah laku atau siakp dari
karyawan perusahaan tersebut.
3) Respon karyawan
Respon karyawan yang tidak baik terhadap pelayanan jasa yang
gagal termasuk dalam kategori yang penting yang menjadi
penyebab perpindahan konsumen ke perusahaan lain. Bukan
disebabkan karena gagalnya penyampaian jasa, akan tetapi
40
dikarenakan perusahaan peyediaan jasa gagal dalam mengenai
situasi yang mendukung.
4) Masalah moral
Penerapan moral dari perusahaan penyedia jasa merupakan salah
satu penyebab lain dari peralihan konsumen kepada penyedia jasa
yang lain. Penerapan moral yang membuat konsumen beralih
kepada penyedia jasa yang dimaksud apabila penyedia jasa tersebut
menerapkan pelayanan yang tidak legal, tidak bermoral, tidak
aman dan yang terakhir tidak sehat atau tingkah laku lain yang
melanggar jalur dari norma-norma sosial.
5) Masalah lain yang tidak diduga
Faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan (tidak diduga)
merupakan faktor lain dan dapat dibilang faktor terkecil yang
membuat konsumen beralih ke perusahaan lain. Karena faktor ini
adalah faktor yang tidak bisa dikendalikan dari kedua belah pihak
yaitu dari sisi konsumen maupun dari sisi penyedia jasa.67
67
Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, (Yogyakarta: Bayu Media Publishing, 2005), h. 102
41
BAB III
PROFIL AJB BUMIPUTERA SYARI’AH
A. Latar Belakang AJB Bumiputera Syari’ah
Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu Negara dengan jumlah
operartor asuransi syari’ah yang cukup banyak di dunia. Berdasarkan data
Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), terdapat 49
pemain asuransi syari’ah di Indonesia yang telah mendapatkan rekomendasi
syari’ah. Mereka terdiri dari 40 operator Asuransi Syari’ah, 3 Reasuransi
Syari’ah dan 6 Broker Asuransi syari’ah dan Reasuransi Syari’ah.
Perkembangan industri syari’ah di negeri ini diawali dengan kelahiran
asuransi syari’ah pertama di Indonesia pada tahun 1994. 1
Saat itu PT. Syarikat Takaful Indonesia (STI) berdiri pada tanggal 24
Februari 1994 yang dimotori oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia
(ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT.
Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan RI serta beberapa
pengusaha Muslim Indonesia. Selanjutnya STI mendirikan 2 anak perusahaan
yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga pada tanggal 4 Agustus 1994 dan PT.
Asuransi Takaful Umum pada tanggal 2 Juni 1995. Maka setelah PT. Asuransi
Takaful berdiri, bermuncullah beberapa perusahaan asuransi karena menyadari
cukup besarnya potensi bisnis asuransi syari’ah di Indonesia.2
1 Wirdyaningsih, SH., MH, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada
Media, 2006), h. 202 2 Wirdyaningsih, SH., MH, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada
Media, 2006), hal. 202
42
Hal tersebut kemudian mendorong berbagai perusahaan untuk
beramai-ramai masuk kedalam bisnis asuransi syari’ah, di antaranya dilakukan
dengan langsung mendirikan perusahaan asuransi syari’ah penuh maupun
membuka divisi atau cabang asuransi syari’ah.3
Strategi pengembangan bisnis asuransi syari’ah melalui pendirian
perusahaan dilakukan oleh Asuransi Syari’ah Mubarakah yang bergerak
pada bisnis asuransi jiwa syari’ah. Sedangkan strategi pengembangan bisnis
melalui pembukaan divisi atau cabang asuransi syari’ah dilakukan sebagian
perusahaan asuransi, antara lain : PT. MAA Life Assurance, PT. MAA
General Assurance, PT. Great Eastern Life Indonesia, PT. Asuransi Tri Paksa,
AJB Bumiputera 1912, dan PT. Asuransi Jiwa BRIngin Life Sejahtera4
Sejumlah pemain asuransi besar dunia pun turut tertarik masuk dalam
bisnis asuransi syari’ah di Indonesia. Mereka menilai Indonesia sebagai
Negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, karena potensi pengembangan
bisnis cukup besar yang tidak dapat diabaikan. Di antara perusahaan asuransi
global yang masuk dalam bisnis asuransi syar’ah Indonesia adalah PT. Allianz
Life Indonesia dan PT. Prudential Life Assurance.5
Mengapa prospek pasar asuransi syari’ah berkembang dengan begitu
pesat dan cepat, jawabannya adalah karena adanya konsep dasar syari’ah yang
jelas yaitu terdapatnya unsur “tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa”,
sebagaimana dijelaskan Allah dalam firmannya pada (QS. Almaidah/5 : 2)
yang berbunyi :
3 Ibid, hal. 202-203
4 Ibid, hal. 204
5 Wirdyaningsih, SH., MH, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada
Media, 2006), hal. 204
43
Artinya : “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-
Nya.” (Al-Maidah;2) 6
AJB Bumiputera didirikan di Magelang tanggal 12 Februari 1912 yang
didirikan oleh M. Ng. Dwidjosewojo, M.K.H. Soebroto, dan M. Adimidjojo.
AJB Bumiputera di sini memulai bentuk usaha dengan usaha bersama atau
mutual atau pun dengan istilah Ondrelinge yang permodalannya tanpa uang
atau pun kapital. Modal AJB Bumiputera meliputi idealisme, patriotisme, dan
nasionalisme. Kemudian AJB Bumiputera disubsidi oleh pemerintah Belanda
sebesar £ 300 per bulan. Pemberian subsidi disertai ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
1. Perusahaan tidak hanya menerima anggota dari kalangan Guru Sekolah
Negeri, tetapi juga Pegawai Guber-nemen dan Pegawai Swaparja.
2. Tidak diijinkan untuk menerima anggota dari kalangan swasta.
3. Nama OL Mij. PGHB berubah namanya OL Mij. Boemi Poetra.7
Tahun 1915 didirikan perusahaan baru dengan nama OL Mij Boemi
Poetra Merdeka yang diperuntukkan bagi kalangan swasta, dipimpin oleh
Direksi, Kantor, Pegawai serta Agen yang sama, kecuali pengelolaan
administrasi dan keuangannya yang dipisahkan. Pada bulan Februari 1918
6 Imam bin Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Maghfirah Al-Bukhari,
Shohih Bukhari, Singapura, Sulaiman Mar’i 7 Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB
44
resmi R. Roeditjo menjadi Direktur OL Mij Boemi Poetra dan OL Mij Boemi
Poetra Merdeka. Bulan Juni 1921 Kantor Pusat dipindahkan ke Yogyakarta.
Kemudian, pada tahun 1923 subsidi sebesar £ 300 per bulan dicabut, dan
tahun 1924 kedua OL Mij tersebut menjadi satu dengan nama OL Mij Boemi
Poetra dan administrasinya digabung menjadi satu. 8
Peran dan fungsi AJB Bumiputera dilihat dari nilai ekonomi kehidupan
manusia, yaitu nilai sekarang dari seluruh penghasilan diharapkan diterima
oleh seseorang pada umurnva sekarang sampai pensiun (tidak produktif). Nilai
ekonomi tersebut pada dasarnya adalah kebutuhan ekonomi keluarga yang
dapat dilihat secara mikro dan makro.9
1. Peran AJB Bumiputera Syari’ah secara mikro
Bagi perorangan atau rumah tangga meliputi, proteksi, tabungan
(saving), agunan, dan warisan. Sedangkan bagi dunia usaha (bisnis)
meliputi asuransi orang penting, kelangsungan usaha dan program
kesejahteraan karyawan. 10
2. Peran AJB Bumiputera Syari’ah secara makro
Peran AJB Bumiputera secara makro yaitu : 1. Sebagai Lembaga
Keuangan yang memberi proteksi terhadap nilai ekonomi hidup
masyarakat. 2. Sebagai Lembaga Penghimpun Dana Masyarakat. 3.
Sebagai Lembaga Penyalur Dana untuk menunjang Pembangunan Negara.
8 Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 9 http://www.bumiputera.com
10 Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB
45
4. Sebagai Lembaga Usaha yang memberi kesempatan kerja. 5. Sebagai
Lembaga atau Perusahaan yang menghasilkan pajak.11
3. Prinsip AJB Bumiputera Syari’ah
a. Prinsip Ekonomi, alasan ekonomi yang mendorong manusia
menggunakan jasa.
b. Prinsip Hukum, polis merupakan suatu perjanjian yang memuat hak
dan kewajiban masing-masing pihak.
c. Utmost Good Faith (Prinsip Itikad Baik)
d. Insurable Interest : prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan12
Perkembangan ekonomi dan pembangunan dalam AJB Bumiputera
dilihat dari dua bentuk. Pertama, meningkatnya kesejahteraan
masyarakat. Keadaan perekonomian suatu masyarakat, berpengaruh
langsung pada kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. Kedua,
peluang yang luas bagi industri asuransi jiwa dibanding jumlah penduduk.
Pendapatan per kapita penduduk Indonesia semakin meningkat, dengan
jumlah penduduk ±230 juta jiwa yang insurable sekitar 20% dan yang
sudah menutup polis baru ±10% adalah merupakan peluang bisnis asuransi
jiwa cukup besar.13
11
Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 12
Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 13
Wawancara pribadi penulis dengan Arief Rachman, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB
46
B. Visi dan Misi AJB Bumiputera Syari’ah
Untuk memperoleh dan terciptanya organisasi yang handal, maka
setiap perusahaan menetapkan tujuan-tujuan tertentu yang ingin mereka capai.
Dan untuk mencapai tujuan tersebut, setiap organisasi tentunya “ingin
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dalam arti memenuhi
persyaratan kompetensi untuk didayagunakan dalam usaha merealisir visi,
misi dan pencapaian tujuan jangka pendek atau pun jangka panjang.”14
Begitu juga dengan AJB Bumiputera 1912 untuk mencapai tujuan
organisasinya, maka para pendiri telah menetapkan visi dan misi jauh kedepan
yang oleh generasi penerus visi dan misi tersebut telah dimodernisisr dan
disesuaikan dengan tuntutan jaman. Untuk lebih memperkokoh eksistensinya,
maka perusahaan telah menetapkan Visi dan Misi AJB Bumiputera yaitu :
1. Visi Syari’ah
Menjadikan Syari’ah Bumiputera sebagai Perusahaan Asuransi Jiwa
Syari’ah terkemuka di Indonesia.15
2. Misi Syari’ah
a. Menyediakan produk syari’ah dan layanan yang inovatif, berkualitas
tinggi dan memberikan nilai tambah yang optimal kepada para
pesertanya sebagai ibadah kepada Allah SWT.
b. Meningkatkan idealisme, mutualisme dan profesionalisme melalui
SDM yang memiliki sifat shiddiq, tabligh, amanah dan fathanah, bagi
karyawan/karyawatinya.
14
Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 15
http://www.bumiputera.com
47
c. Mengembangkan sistem teknologi informasi yang efektif dan efisien
sesuai dengan nilai-nilai syari’ah.
d. Melakukan pengembangan dana sesuai dengan nilai-nilai syari’ah yang
menguntungkan bagi stake holder.
e. Turut berperan serta dalam kemaslahatan ummat.16
Visi dan Misi tersebut merupakan koridor yang harus dipahami
oleh seluruh jajaran insan bumiputera yang diimplementasikan kedalam
Grand Strategy meliputi :
a. Hasil operasi yang profit
b. Fokus pada peluang pasar
c. Mengembangkan organisasi berkinerja tinggi
d. Mengembangkan sistem berbasis teknologi informasi17
Untuk terciptanya keberhasilan visi dan misi tersebut, tentunya
diperlukan organisasi yang handal dan kunci keberhasilannya adalah :
“Optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya manusia yang dimiliki
yang berorientasi pada proses kerja yang benar melalui proses manajerial
yang mengacu pada pencapaian hasil, dimana Tahun 2009 sebagai tahun
maksimalisasi profit.”18
16
http://www.bumiputera.com 17
Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 18
Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB
48
C. Operasionalisasi AJB Bumiputera Syari’ah
Pada awal berdirinya Asuransi Jiwa Syari’ah di AJB Bumiputera 1912
(sesuai SK No.9/DIR/2002 tanggal 8 November 2002 tentang pembentukan
Divisi Asuransi Jiwa Syari’ah dan Kantor Cabang Asuransi Jiwa Syari’ah),
barulah memiliki 1 Kantor Cabang dan sebutan Kantor Cabang sesuai dengan
SK.No.12/DIR/PMS/2006 tanggal 1 November 2006, sebutannya berubah
menjadi Kantor Wilayah.19
Sehubungan dengan peran dan fungsi Divisi Asuransi Jiwa Syari’ah
adalah mengelola kegiatan pemasaran asuransi jiwa dan investasi sesuai
prinsip syari’ah, maka berdasarkan SK. Direksi AJB Bumiputera 1912
No.11/DIR/PMS/2003. Struktur Organisasi Divisi Asuransi Jiwa Syari’ah
adalah sebagai berikut :20
Sumber : http://www.bumiputera.com
19
http://www.bumiputera.com 20
http://www.bumiputera.com
49
Melihat perkembangan asuransi syari’ah yang cukup pesat dalam
upaya meningkatkan efesiensi dan efektifitas operasional pemasaran asuransi
jiwa syari’ah berdasarkan potensi pasar, maka melalui Surat Keputusan
Direksi No.3/DIR/PMS/2006 tanggal 1 November 2006, AJB Bumiputera
1912 telah mengembangkan Kantor Wilayah Syari’ah Jakarta menjadi 2
Kantor Wilayah Syari’ah serta membentuk 5 Kantor Wilayah Syari’ah baru
yang membawahi 46 Kantor Cabang asuransi jiwa syari’ah yang terbesar di
seluruh wilayah Indonesia.21
Dengan demikian kini Divisi Asuransi Jiwa Syari’ah telah berkembang
menjadi 7 Kantor Wilayah yaitu (Jakarta I, Jakarta II, Bandung, Surabaya,
Semarang, Medan, dan Makassar) serta telah membawahi 49 Kantor Cabang
Syari’ah, dengan tabel sebagai berikut :22
NO KANTOR WILAYAH
SYARI’AH
KANTOR CABANG
SYARI’AH
1. JAKARTA I 9
2. JAKARTA II 9
3. BANDUNG 5
4. SEMARANG 6
5. SURABAYA 7
6. MEDAN 8
7. MAKASSAR 5
JUMLAH= 49
Sumber : http://www.bumiputera.com
21
Wawancara pribadi penulis dengan Arief Rachman, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 22
http://www.bumiputera.com
50
Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Kesadaran mereka
untuk mengekspresikan amalan agama dalam kehidupan sehari-hari semakin
meningkat. Hal ini tampak pada tuntutan masyarakat terhadap tersedianya
produk yang dijamin kehalalannya temasuk produk asuransi yang dikelola
secara syari’ah. Sangatlah tepat kiranya apabila perusahaan mengambil
langkah untuk menanggapi tuntutan kebutuhan (need and want) umat Muslim
serta keinginan pasar (pemegang polis maupun calon pmegang polis),
merupakan pasar yang cukup besar pada potensial ini. Dengan terbentuknya
49 Kantor Cabang Syari’ah yang telah tersebar di 7 Kantor Wilayah
Indonesia, maka peran Divisi Asuransi Syari’ah cukup memberikan distribusi
bagi penerimaan premi perusahaan, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa
kontribusinya belum sebanding dengan kontribusi yang diberikan oleh Divisi
Pemasaran lainnya.23
Sebagai Startegic Business Unit (SBU), Divisi Asuransi Jiwa Syari’ah
berfungsi melaksanakan pemasaran pada segmen pasar kelas menengah atas
dan menengah bawah dengan sistem penjualan dan pelayanan yang berbeda
dengan Divisi Pemasaran yang lainnya (Divisi Asper dan Divisi Askum),
dimana dari sisi produk yang dipasarkan mengikat aturan-aturan atau prinsip
syari’ah seperti produk asuransinya harus bersifat transparan, adanya unsur
tolong menolong dan saling menanggung (tabarru’), serta produknya harus
terbebas dari unsur MAGHRIB yaitu Maisir (untung-untungan), Gharar
(manipulasi), dan Riba (bunga).
23
Wawancara pribadi penulis dengan Arief Rachman, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB
51
Agar penerapan prinsip syari’ah tesebut tetap terjaga, maka salah satu
persyaratan berdirinya asuransi syari’ah diharuskan memiliki Dewan
Pengawas Syari’ah (DPS). Untuk pemasarannya, Divisi Asuransi Syari’ah
sudah meluncurkan tiga jenis produk asuransi jiwa perorangan syrai’ah dan
satu produk asuransi kumpulan yaitu :
1. Produk Mitra Iqro (SK.10/DIR.TEK/2003) dengan tujuan dan manfaat
sebagai Dana Pedidikan Anak. Menjamin para pemegang polis tersedianya
sejumlah dana pendidikan sejak putra-putrinya masuk TK s-d lulus
Perguruan Tinggi dari kemungkinan terjadinya resiko yang tidak terduga.
2. Produk Mitra Mabrur (SK.9/DIR.TEK/2003) dengan tujuan dan manfaat
sebagai Dana Haji. Menjamin peserta dapat melaksanakan kewajibannya
untuk menunaikan rukun Islam yang ke-5 yaitu Ibadah Haji.
3. Produk Mitra Sakinah (SK.1/DIR.TEK/2004) dengan tujuan dan manfaat
sebagai Dana Investasi. Mewujudkan cita-cita keluarga menjadi keluarga
sakinah, karena Mitra Sakinah merupakan gabungan antara unsur
(Tabungan, Perlindungan Asuransi dan Investasi)
4. Produk Asuransi perjalanan haji Indonesia. 24
24
Wawancara pribadi penulis dengan Arief Rachman, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,
pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB
52
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Mekanisme Dana Tabarru’ pada AJB Bumiputera Syari’ah
Dana tabarru’ adalah iuran yang diambil dari semua peserta sebagai
dana kepentingan bersama. Jika ada peserta yang meninggal dunia, dana
tabarru’ inilah yang akan menjadi dana penting untuk diberikan kepada
keluarga peserta asuransi yang meninggal tersebut. Akad yang dipakai pada
AJB Bumiputera Divisi Syari‟ah adalah bersifat tabarru’, sumbangan yang
diberikan tidak boleh ditarik kembali, jika tidak tabarru’ maka andil yang
dibayarkan akan berupa tabungan yang akan diterima jika terjadi peristiwa,
atau akan diambil jika akad berhenti sesuai kesepakatan, dengan tidak kurang
atau lebih. Jika lebih maka kelebihan itu adalah keuntungan hasil mudharabah
bukan riba.1
Di dalam perusahaan asuransi syari‟ah dana tabarru’ yang terkumpul
dari dana peserta akan dikelola oleh perusahaan. Dalam hal ini, AJB
Bumiputera Divisi Syari‟ah sebagai pemegang amanah „mudharib‟, yang
mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana tabarru’
tersebut yang dibenarkan oleh syara‟. Serta berkewajiban untuk membayar
klaim, apabila ada salah satu dari peserta mengalami musibah. Jadi, dana
tabarru’ harus benar-benar mendapatkan manajemen yang baik dari
perusahaan.
1 Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB
53
B. Analisis Manajemen Sistem Dana Tabarru’ AJB Bumiputera
Syari’ah terhadap Nasabah
Bentuk manajemen yang diterapkan pada AJB Bumiputera Syari‟ah,
antara lain : Pertama, perencanaan sistem dana tabarru’. Kedua,
pelaksanaan sistem dana tabarru’. Ketiga, pengawasan sistem dana
tabarru’. Keempat, pengevaluasian sistem dana tabarru’. Semua itu
masuk ke dalam beberapa fungsi yang ada di dalam manajemen yaitu,
Planning, Actuating, Controlling, dan Evaluating.2
1. Perencanaan Sistem Dana Tabarru’
Dalam perencanaan ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan. Yaitu harus SMART yaitu Specific artinya perencanaan
harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan
terlalu idealis. Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat
diukur tingkat keberhasilannya. Achievable artinya dapat dicapai. Jadi
bukan angan-angan. Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan
sumber daya yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi
tetap ada tantangan. Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan,
bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan
dievaluasi.3
Penyusunan suatu rencana dapat didekati dengan berusaha
mengenali, memahami, dan memenuhi ciri-ciri rencana yang baik.
Menyusun suatu rencana berarti berusaha untuk secara sistematik
2 Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 3 http://wanvisioner.blogspot.com/2009/05/poac-planning-organizing-actuating-
and.html/www.google.co.id
54
memutuskan tentang hal-hal yang akan dilakukan oleh suatu perusahaan di
masa depan dalam rangka usaha mewujudkan kondisi masa depan tertentu
yang diperkirakan akan menguntungkan bagi perusahaan yang
bersangkutan. Suatu rencana harus didasari oleh cara berpikir yang
realistis dan pragmastis dikaitkan dengan tujuan yang pada dasarnya
bersifat idealistik dan mungkin juga tidak terbatas. Dengan demikian,
rencana benar-benar disusun berdasarkan kenyataan dan perhitungan yang
matang dan bukan semata-mata atas dasar keinginan dan bukan pula atas
harapan atau dugaan belaka. Oleh karena itu, seluruh rencana yang disusun
harus dengan terus-menerus memperhatikan faktor-faktor efisiensi dalam
arti bahwa dengan berbagai sumber dana dan daya yang terbatas diperoleh
hasil yang optimal, bahkan kalau mungkin yang maksimal.4
Dalam proses perencanaan pengelolaan dana tabarru’ ada
beberapa hal yang harus dipertimbangkan, seperti umur dan masa
perjanjian waktu seorang peserta akan ikut dalam asuransi. Dana tabarru’
adalah iuran dimana seorang peserta wajib membayar iuran tersebut setiap
bulan dari premi yang dibayarkannya. Iuran tabarru’ dihitung memakai
kaidah asuransi yaitu ilmu akuaria. Ilmu aktuaria (hitung-hitungan
akuntansi) menghitung dilihat dari probabilitas peserta yang ada didalam
tabel mortalita. Tabel mortalita adalah tabel untuk melihat perhitungan
angka rata-rata kematian seseorang. Pertimbangan yang dilakukan
perusahaan dalam merencanakan pengelolaan dana tabarru’ adalah
melihat umur peserta. Umur bisa dikatakan syarat jika ingin menjadi
peserta asuransi, karena perhitungan dana dalam asuransi dilihat dari
4 Prof. Dr. Sondang P. Siagan, MPA, Fungsi-fungsi Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2005), h. 46-47
55
tinggi rendahnya tingkat umur seseorang. Jika umur semakin tua, maka
semakin tinggi pula presentase perhitungan dana tabarru’ yang akan
dibayarkan.5
Dalam perencanaannya, dilihat pula dari masa perjanjian seseorang
akan ikut serta menjadi peserta asuransi. Masa perjanjian waktu menjadi
syarat dalam perhitungan pengelolaan dana. Contoh : Seorang peserta ikut
asuransi pada umur 20 tahun, peserta tersebut hanya ikut asuransi dalam
masa perjanjian 10 tahun tetapi dia tidak meninggal, maka dana tabarru’
dari premi yang dibayarkan tiap bulannya tidak akan diberikan kepada
peserta tersebut. Sebelum perhitungan dana tabarru’ dilakukan,
perusahaan dan peserta melakukan sebuah masa perjanjian. Dana tabarru’
akan diberikan kepada peserta yang telah meninggal, seorang peserta harus
menyebutkan semua penyakit yang dideritanya saat pertama menjadi
anggota, karena perusahaan akan merasa dirugikan bila peserta meninggal
dunia dengan cepat dan belum lama menjadi anggota asuransi.6
Dalam proses perhitungan dana tabarru’, sebelumnya ada
kesepakatan antara peserta dan perusahaan. Peserta harus tahu bahwa
tabarru’ itu diniatkan untuk saling tolong-menolong, menanggung secara
sukarela di antara peserta. Walaupun nantinya dana yang terkumpul dari
peserta itu akan diinvestasikan ke dalam berbagai usaha. Maka hasilnya,
tetap bersifat tabarru’ dan dimanfaatkan untuk para pesertanya. Jika ada
5Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 6Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB
56
salah seorang peserta terkena musibah maka perusahaan mengeluarkan
dana tabarru’ tersebut.7
2. Pelaksanaan Sistem Dana Tabarru’
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila
tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja
keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada
harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang
telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu
dilakukan penyesuian. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas,
fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk
mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.8
Pelaksanaan perhitungan dana tabarru’ dilihat dari tabel aktuaria
yang sudah disiapkan sebelum melakukan perhitungan. Tabel yang beriisi
semua data peserta dengan umur masing-masing dari peserta tersebut.
Perhitungan dana tabarru’ bisa dilihat dari salah satu contoh produk
asuransi syari‟ah AJB Bumiputera Divisi Syari‟ah, yaitu Produk Mitra
Iqra‟ (produk dana pedidikan).9
7Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 8 http://wanvisioner.blogspot.com/2009/05/poac-planning-organizing-actuating-
and.html/www.google.co.id 9Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB
57
Contoh :
Seorang peserta berusia 30 tahun mengikuti program dana Mitra Iqra‟,
dengan membayar premi Rp. 2,000,000 tiap tahun untuk jangka waktu 17
tahun, asumsi tingkat hasil investasi 10%.
a. Bila peserta panjang umur hingga perjanjian berakhir maka anak yang
dibeasiswakan menerima dana pendidikan sebagai berikut :
Masuk Terima(Rp) PT
Terima
(Rp)
TK 3,400,000 TAHUN I 2,429,298
SD 3,400,000 TAHUN II 2,729,316
SLTP 6,800,000 TAHUN III 2,711,770
SLTA 8,500,000 TAHUN IV 2,901,594
PT TAHUN I 11,900,000
b. Bila peserta meninggal dalam masa perjanjian (misal pada tahun ke 10)
- Santunan kebajikan Rp. 14.000.000,-
- Rekening Tabungan Rp. 9.980.000,-
- Bagi Hasil (Mudharabah) Rp. 4.798.474,-
Total penerimaan Rp. 28.778,474,-
c. Penerima dana hibah tetap menerima dana pendidikan sesuai tahapan,
tetapi untuk di Perguruan Tinggi akan menerima Tahapan Dana
Pendidikan dengan ketentuan : Tahun II = 15% MA, Tahun III =
20% MA, Tahun IV = 20% MA dan Tahun V = 25% MA.10
*Tabel dapat dilihat di lampiran
10
Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB
58
3. Pengawasan Sistem Dana Tabarru’
Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan program
kerja maka dibutuhkan pengontrolan. Baik dalam bentuk supervisi,
pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata tersebut memang memiliki
makna yang berbeda, tetapi yang terpenting adalah bagaimana sejak dini dapat
diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik dalam tahap
perencanaan, pelaksanaan maupun pengevaluasian. Sehingga dengan hal
tersebut dapat segera dilakukan koreksi, antisipasi dan penyesuaian-
penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan zaman.11
Dilihat dari segi pengawasan, sebagian besar kegiatan yang
diselenggarakan oleh berbagai satuan kerja penunjang dalam perusahaan
sebenarnya dilakukan dalam rangka penyediaan informasi, seperti informasi
keuangan, informasi kepegawaian, informasi logistik, dan informasi
ketatausahaan, sebagai bahan untuk memperlancar jalannya pengawasan.
Penyediaan informasi tidaklah selalu mudah karena agar benar-benar
bermanfaat dalam pelaksanaan pengawasan, informasi tersebut bukan saja
harus dapat dipercaya, mutakhir, dan terolah dengan rapi, tetapi sesuai dengan
kebutuhan pemakainya. Artinya, informasi yang bersifat umum memang tetap
ada manfaatnya, akan tetapi informasi yang spesifik disediakan untuk
kepentingan pengawasanlah yang akan lebih bermanfaat dalam usaha
meningkatkan seluruh kegiatan pengawasan yang akan dijalankan.12
11
http://wanvisioner.blogspot.com/2009/05/poac-planning-organizing-actuating-
and.html/www.google.co.id 12
Prof. Dr. Sondang P. Siagan, MPA, Fungsi-fungsi Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2005), h. 130
59
Pengawasan dalam pelaksanaan pengelolaan dana tabarru’ AJB
Bumiputera Divisi Syari‟ah dilihat dari beberapa segi. Pertama, penempatan
pada outlet syari‟ah. Pengawasan ini dilakukan karena usaha asuransi ini
memakai akad syari‟ah, jadi pengawasan dilakukan benar-benar sesuai prinsip
dan dasar Islam. Kedua, pertimbangan keseimbangan antara resiko dengan
hasil investasi. Investasi yang tinggi akan memberikan resiko yang tinggi,
tetapi dalam investasi terdapat keadaan aman yang bisa disebut sebagai
deposito. Deposito merupakan investasi aman dengan hasil yang tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu banyak menerima resiko.13
4. Pengevaluasian Sistem Dana Tabarru’
Penyelenggaraan fungsi evaluasi atau penilaian didasarkan pada paling
sedikit tiga konsepsi yang sangat fundamental, sebagai berikut :
a. Usaha pencapaian tujuan suatu organisasi merupakan proses. Telah umum
dimaklumi bahwa tujuan sebuah kegiatan dalam perusahaan adalah tujuan
yang terakhir dalam sebuah kegiatan tersebut dan usaha pencapaian tujuan
adalah suatu proses.
b. Karena usaha pencapaian tujuan akhir merupakan suatu proses, ia
dijabarkan menjadi tujuan yang jangkauan waktunya lebih pendek dan
sifatnya pun lebih konkret. Bagian tujuan jangka panjang itu biasanya
dikenal dengan istilah sasaran. Biasanya semakin pendek jangkauan waktu
usaha tertentu, usaha kuantifikasi pun biasanya lebih intensif.
13
Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB
60
c. Orientasi waktu dari kegiatan-kegiatan penilaian adalah masa depan
perusahaan, berbeda dengan pengawasan yang ditujukan pada kegiatan-
kegiatan yang sedang berlangsung. Evaluasi yang sifatnya tuntas hanya
bisa dilakukan kalau satu tahap tertentu benar-benar telah terlampaui
seluruhnya setelah manajemen “berhenti” sejenak dan melihat apa yang
nyata-nyata dicapai dibandingkan dengan hasil-hasil yang seharusnya
dicapai berdasarkan strategi yang telah ditetapkan, rencana dan program
kerja yang telah disusun, system pelaksanaan yang digunakan, dan
pengawasan yang telah dilakukan. Pada waktu “berhenti” sejenak inilah
evaluasi dilakukan.14
Evaluasi pengelolaan dana pada AJB Bumiputera Divisi Syari‟ah
dilakukan melalui laporan pada Menteri Keuangan setiap tiga bulan sekali.
Sedangkan Divisi Keuangan AJB Bumiputera mengevaluasi hasil setiap
sebulan sekali pada perusahaan. Pengevaluasian dilakukan dengan memeriksa
keluar masuknya jumlah dana tabarru’, keluar masuknya dana tabarru‟ dilihat
dari terjadinya pembayaran klaim, karena pembayaran klaim dapat
mengurangi jumlah dana tabarru’ yang ada di dalam laporan keuangan
perusahaan. Evaluasi pengelolaan dana mengukur seberapa besar saldo yang
masih tersisa dalam tabel perhitungannya, seperti perusahaan asuransi
menerima premi sebesar Rp. 100,000,000, (semua peserta) kemudian terjadi
pembayaran klaim sebesar Rp. 30,000,000 (semua peserta) dan sisa saldo Rp.
70,000,000. Sisa saldo tersebut adalah perhitungan yang menjamin
14
Prof. Dr. Sondang P. Siagan, MPA, Fungsi-fungsi Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2005), h. 152-153
61
kemungkinan cukup tidaknya saldo saat terjadi klaim dari sekian banyak
orang yang ada di dalam tabel. Dana itu yang merupakan dana
cadangan/tabarru’ sebuah perusahaan, bila dana tidak cukup perusahaan akan
merasa dirugikan karena ketidakjujuran peserta tentang penyakit yang sudah
lama dialaminya, bila cukup maka sisa saldo akan dikembalikan kepada dana
tabarru’ dan tidak menjadi keuntungan perusahaan itu sendiri.15
Divisi Keuangan AJB Bumiputera dalam mengevaluasi dana selama
ini merasa tidak ada masalah dan saldo terakhir dalam perhitungan cukup
untuk semua peserta yang melakukan terjadinya klaim, karena perhitungan
mengikuti tabel mortalita. AJB Bumiputera Divisi Syari‟ah tidak bisa
menghitung kapan manusia akan meninggal dunia, manusia yang diperkirakan
akan meninggal dunia ternyata tidak dan manusia yang diperkirakan tidak
meninggal dunia ternyata meninggal dengan cepat. Pencabutan nyawa
seseorang hanya Allah SWT yang mengetahuinya. AJB Bumiputera memiliki
jumlah laporan nyata peserta yang meninggal dunia selama satu periode yang
berkisar sekitar 4.505 jiwa per 2010.16
Setelah mengadakan pengevaluasian pada pengelolaan dana tabarru’,
Divisi Keuangan melakukan pertanggungjawaban kepada perusahaan.
Pertanggungjawaban secara garis besarnya mempunyai dua manfaat yaitu
intern dan ekstern. Manfaat intern perusahaan mengacu kepada manajemen
sebuah perusahaan, manajemen perusahaan yang mengatur semua
15
Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 16
Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB
62
pertanggungjawaban dari hasil evaluasi semua divisi. Tujuan manajemen di
sini adalah warning system saat melakukan evaluasi, manajemen melihat dari
hasil evaluasi tersebut. 17
Hasil evaluasi yang memiliki kelebihan dana dalam pengelolaan
dananya, perusahaan harus menyikapi terhadap dana yang lebih itu seperti
contoh menurunkan tarif premi dana tabarru’ yang dibayarkan setiap
bulannya. Artinya perusahaan memang benar-benar tidak mengambil untung
sedikit pun dari sisa dana tabarru’ tersebut. Manfaat ekstern perusahaan lebih
mengacu kepada masyarakat. Masyarakat di sini dimaksudkan sebagai peserta
dalam asuransi, secara masyarakat adalah pemilik dari dana tabarru’ tersebut.
Laporan dana tabarru’ dilaporkan kepada Menteri Keuangan setiap tiga bulan
sekali, kemudian laporan tersebut diakses melalui website sehingga
masyarakat dapat melihat langsung melalui website berapa besar dana
investasinya pada perusahaan tersebut.18
17
Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 18
Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi
Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis dan analisis
terhadap temuan-temuan tentang manajemen sistem dana tabarru’ pada AJB
Bumiputera Divisi Syari’ah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Dana tabarru’ adalah iuran yang diambil dari semua peserta sebagai dana
kepentingan bersama. Jika ada peserta yang meninggal dunia, dana
tabarru’ inilah yang akan menjadi dana penting untuk diberikan kepada
keluarga peserta asuransi yang meninggal tersebut.
2. Manajemen sistem dana tabarru’ pada AJB Bumiputera Syari’ah
mencakup perencanaan sistem dana tabarru’ dengan mendata umur calon
peserta yang ingin ikut serta dalam asuransi dan mendata masa perjanjian
calon peserta ikut dalam asuransi. Kemudian pelaksanaan pada sistem
dananya dilakukan bersamaan dengan perhitungan yang berdasarkan
umur peserta dan masa perjanjian peserta selama mengikuti asuransi
tersebut. Pengawasan dilakukan pada saat pelaksanaan berlangsung,
pengawasan pada perhitungan dananya, diawasi memakai akad atau
kaidah-kaidah Islam, juga apa yang diinvestasikan harus sesuai dengan
resiko yang nanti akan diterimanya. Dan yang terakhir, setelah apa yang
direncakan telah dilaksanakan dan berbarengan dengan pengawasanya,
mulailah dilakukan dengan evalusi. Penilaian suatu kegiatan pada saat
64
kegiatan itu telah berakhir sebagai suatu pelajaran untuk perhitungan
yang akan datang. AJB Bumiputera Divisi Syari’ah mengadakan evaluasi
pada Menteri Keuangan setiap tiga bulan sekali, dan Menteri Keuangan
akan memproses data tersebut melalui website agar masyarakat (peserta
dari asuransi itu sendiri) dapat langsung melihat keadaan investasi dana
miliknya.
B. Saran
1. Lembaga
a. Agar AJB Bumiputera Divisi Syari’ah dapat meneruskan lembaga ini
dengan basis berbentuk syari’ah yang memakai semua kegiatan dengan
syari’at Islam dan ketentuan-ketentuan Islam yang berlaku.
b. Agar AJB Bumiputera dapat bekerjasama dengan pihak Universitas
untuk melakukan persetujuan dalam mendapatkan asuransi bagi
pegawai maupun mahasiswa jika mendapatkan kecelakaan atau pun
meninggal dunia.
2. Mahasiswa
a. Agar skripsi ini bermanfaat untuk semua mahasiswa khususnya
jurusan Manajemen Dakwah yang belajar tentang Manajemen, bisa
banyak mengerti tentang sesungguhnya pola dari arti manajemen. Agar
mahasiswa Manajemen Dakwah dalam proses belajar mengajarnya
belajarnya di Fakultas Dakwah dapat benar-benar mengerti tentang arti
manajemen dalam Islam.
65
b. Agar semua mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah dapat melakukan
praktek langsung kepada dunia bank atau non bank syari’ah seperti
asuransi dengan menggunakan prinsip manajemen Islam yang
sesungguhnya, dalam arti semua kegiatan benar-benar dilakukan sesuai
syari’at Islam.
3. Agar skripsi ini bermanfaat bagi kaum muslimin untuk gabung di
dalam asuransi yang bersifat syari’ah bukan konvensional.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hasan, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam (Suatu tinjauan analisis
Historis, Teoritis dan Praktis), (Jakarta, Kencana,2004)
Bakry, Abd Bin Nuh dan Oemar, Kamus Indonesia-Arab, Arab-Indonesia,
(Jakarta, PT. Bentara antar Asia, 1991)
Blattberg and Deighton; Reicheld (dalam Jaishankar Ganesh, Mark J. Arnold, dan
Kristy E Reynold, 2008)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1
Dewi, Gemala, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian
Syari’ah di Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2004)
Echols, Jhon M, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta : PT Gramedia, 1996)
Fadli Hs, Ahmad, Organisasi dan Administrasi edisi Revisi (Jakarta: Man Halun
Nasyi-in Press, 2002), cet. Ke-3
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 1:/DSN-MUI/2000
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI, Tentang Akad Tabarru’ Pada Asuransi
Syari’ah, (Jakarta, 23 Maret 2006)
Handayaningrat, Soewarno, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management
(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1980)
Handoko, M.B.A, T. Hani, Manajemen edisi Kedua (Yogyakarta: Bpfe, 1991 )
Handoko, T. Hani, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia
(Yogyakarta : PT. Liberty, 1985)
Harahap, Sofyan Syafri, Akuntansi Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1997)
Hasibuan, Melayu SP Manajemen Dasar : Pengertian dan Masalah (Jakarta : PT.
Gunung Agung, 1986), cet.II
Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Revisi (Jakarta:
Bumi Aksara, 2007), cet. Ke-10
66
Herujito, Yayat M, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarat: PT. Grasindo, 2004), Cet.
Ke-2
Imam bin Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Maghfirah Al-Bukhari,
Shohih Bukhari, Singapura, Sulaiman Mar’i
Ismanto, Kuat, Asuransi Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
Juliatriasa, Djati dan Jhon Suprihanto, Manajemen Umum Sebuah Pengantar
(Yogyakarta : PFF, 1998), Cet. Kr-2
Kotler, Philip, Marketing Management, The Millenium edition, Upper Sandle
River (New Jersey : Prentice – Hall, Inc, 2003)
Lubis, Suhawardi K, Modul Pengetahuan Dasar Takaful, Bab ke-3
M. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Ghalla Indonesia, 1996)
Massie, Joseph L, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Erlangga, 1999)
Moeleong, Lexy J, Metode Penelitian kualitatif ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009)
Muhtarom, Zaini, Dasar-Dasar Manajemen (Yogyakarta : Al Amin Press dan
IKFA, 1996)
Panglaykin dan Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar (Jakarta : Ghalia Indonesia,
1999), cet. Ke-15
Perwataatmadja, Karnaen A., Memberikan Ekonoki Islam di Indonesia, (Depok,
Usaha kami, 1996), Cet Ke-1
Poerwadaminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka,
2005), Ed. 3
Sani, Abdul, Manajemen Organisasi (Jakarta : Bina Aksara, 1987 )
Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalian Indonesia,
1991) , cet, ke-18
Siagian, Sondang P., Fungsi-fungsi Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2005)
Sukirno, Sadono, Teori Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), Ed. Ke-3
67
Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syari’ah (Life And General) Konsep dan
Sistem Operasional, (Jakarta: Gema insani, 2004)
Sumarni, Murti, Manajemen Pemasaran Bank, (Liberty, 2002)
Syamsi, Ibnu, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen (Jakarta: : Bina Aksara ,
1998) cet ke-2
Terry, George R dan Laslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), cet. Ke-9
Thoha, Miftah, Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku
(Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1993), cet. ke – 5
Tjiptono, Fandy, Pemasaran Jasa, (Yogyakarta: Bayu Media Publishing, 2005)
W. Gulo, Metodelogi Penelitian (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,
2002)
Wirdyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada
Media, 2006)
Yusof, Muhammad Fadzli, Takaful Sistem Asuransi Islam, (Kuala Lumpur:Tingi
Press SDN.BHD, 1996)
http://www.artikata.com
http://www.bumiputera.com
http://wanvisioner.blogspot.com/2009/05/poac-planning-organizing-actuating-
and.html/www.google.co.id
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://asuransiku.files.wordpress.com/20
10/10/unsur -tab-
syariah1.gif&imgrefurl=http://asuransiku.wordpress.com/2009/10/11/343/
&usg=__5
AIoP4s4IryVj0mxUw9WESuIyV8=&h=257&w=400&sz=14&hl=id&star
t=4&zoom
=1&um=1&itbs=1&tbnid=ZTltYhfaUPdOdM:&tbnh=80&tbnw=124&pre
v=/images
%3Fq%3Dpremi%2Bunsur%2Btabungan%26um%3D1%26hl%3Did%26s
a%3DN%2 6biw%3D1366%26bih%3D629%26tbs%3Disch:1&ei=-
9qZTf_AIIKevgO-0-GADA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Suranto
Divisi : Keuangan
Tempat : Kantor AJB Bumiputera Divisi Syari’ah Harmoni
Tanggal/Waktu : 05 Mei 2011 / 09.30-10.45
1. Tanya : Apa pengetian dana tabarru’ menurut bapak sendiri?
Jawab : Dana tabarru’ itu kan iuran dari para peserta asuransi yang digunakan
sebagai dana kepentingan bersama, nanti kalo misalkan contohnya di asuransi ada
yang meninggal, nah dana itu diberikan sebagai santunan untuk keluarga yang
meninggal itu. Kalo disangkutkan dengan konvensional itu disebut premi resiko.
2. Tanya : Apa landasan hukum tentang pengelolaan dana tabarru’?
Jawab : Kalo di syari’ah sendiri kan, penentuannya dari DSN MUI. Itu ada fatwanya
tersendiri di Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.010/2010 tentang
penerapan prinsip dasar penyelenggaraan asuransi dan usaha reasuransi dengan prinip
syari’ah. Terus kemudian DSN MUI juga menyusul dengan mengeluarkan fatwa
dengan menteri keuangan di Peraturan Menteri Keuangan No.11/PMK.010/2011
tentang kesehatan keuangan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip
syari’ah.
3. Tanya : Apa saja yang dipertimbangkan pada saat merencanakan pengelolaan dana
tabarru’?
Jawab : Kalo sederhananya tabarru’ itu kan iuran, tapi seberapa orang harus ngiur,
gitu kan? Dihitung jumlahnya secara teratur. Nah iuran itu dihitung dengan memakai
kaidah-kaidah asuransi, dan kemudian akan ditanya ingin ikut seumur hidup atau
hanya waktu tertentu dalam ikut program ini. Nah, dari situ kan kita bisa cari tahu apa
yang harus dipertimbangkan. Dan terus pada saat mempertimbangkannya kita juga
harus tahu, umur berapa pada saat dia mulai ikut program ini. Kan pada saat
perhitungannya jadi dana tabarru’ itu kan diambil sesuai umur berapa dia masuk,
semakin umurnya tua maka semakin tinggi juga iuran tabarru’ itu. Karena kan kalo
semakin tua, yaa mungkin akan semakin banyak biaya seperti sakitnya, atau yang
lain. Ya kalo meninggal hanya Allah SWT kan yang tahu. Kemudian dihitung
memakai ilmu asuransi yaitu ilmu aktuaria. Karena umur itu terkait dengan
probabilitasnya. Para peserta itu meninggalnya berapa, kan perusahaan asuransi punya
data statistic dengan menggunakan tabel mortalita, tabel mortalita itu memuat sekian
orang untuk mengetahui angka rata-rata meninggal seseorang.
4. Tanya : Bagaimana bapak merencanakan proses pengelolaan dana tabarru’ tersebut?
Jawab : Sebelum merencanakan dilihat dulu investasinya seberapa, itu secara umum
ya. Nah abis itu kan baru ditemukan suatu tarif yang misalkan seseorang masuk umur
20 thn. Itu tuh nanti ada tarifnya tersendiri yang akan membentuk tarif tabarru’ per
umurnya itu.
5. Tanya : Bagaimana proses pelaksanaan perhitungan dana tabarru’ pada peserta?
Jawab : yaa itu yang kita bahas kan, nanti dari yang kita peroleh itu nanti kita hitung
gitu. Nah itu kita hitung kan dari setiap umur peserta yang nanti kita akan ketemu
tabel. Yang saya bilang juga tadi, kan semakin tua semakin tinggi tarifnya. Dan
tingkat probabilitas meninggalnya itu semakin besar. Contoh kecilnya seorang bayi
yang meningkat dewasa itu kan akan semakin kuat jadi akan semakin tinggi tarif
tabarru’nya.
6. Tanya : Bagaimana proses pengawasan pelaksanaan pengelolaan dana tabarru’ ini?
Jawab : pengawasan kan dari segi. Pertama, penempatannya harus ke outlet yang
syari’ah. Itu yang dipegang pertama kali kan karena ini usahanya syari’ah jangan
sampai keluar dari situ. Yang kedua, pertimbangan keseimbangan antara resiko
dengan hasil investasi. Kalo investasi kan ada hukum “haires hairitten, loures
louritten” pernah denger kan? Ya kalo mau hasilnya tinggi resikonya juga tinggi, ya
kalo yang mau aman-aman aja hasilnya ngga seberapa. Misalnya contoh reksadana,
reksadana yang punya saham itu hasilnya gede tapi resikonya juga tinggi. Kalo mau
yang aman deposito, tapi hasilnya juga segitu ga akan tinggi. Kalo mau
mengkombinasi investasi tapi dengan resiko yang masih terkelola dengan baik. Jadi
itu salah satu fortopolio investasi yang diatur. Mungkin itu akan ada hasil yang baik
juga.
7. Tanya : Bagaimana proses penetapan dana tabarru’ dan berapa besar prosentase dana
yang dialokasikan untuk dana tabarru’ dari premi yang diterima?
Jawab : ada tarifnya kita, tadi tuh dana tabarru’ itu tapi kan kalo konvensionalnya
nyebutnya premi ya. Jadi dari sekian premi contoh : 1.000.000 per tahun , itu kan total
premi. Orang semua bisa ngambil 1.000.000 premi, tapi berapa sih yang menjadi
tabarru’? kan dari tarif tadi, jadi kalo kita kan produknya kombinasi antara
tabarru’sama tabungan, tapi nanti juga ada ujrah si biaya gitu, jadi dalam premi tuh
ada tiga unsur berikut, ada tabarru’, tabungan sama biaya. Tiap pengelolaan
maksudnya, ya nanti pengelolaannya ini dengan produk tertentu. Berapa umurnya
tertentu, nah kalo kaya gitu contoh kita hanya 5% ngambilnya. Nah 5% itu dikurangin
tabarru’dulu, jadi kita ngga bisa menentukan sekian berapanya. Tergantung usia si
peserta ini, nanti setelah dikurangin biaya dana tabarru’ nah itu untuk tabungan.
Seperti : Rp 1.000.000 x 5/100 = Rp 50.000 untuk tabarru’ dari premi Rp 1.000.000
per tahun
Rp 1.000.000-50.000 = Rp 950.000 untuk dana tabungan investasi si peserta.
Rp 950.000 x 5/100 = Rp 47.500 untuk biaya si peserta
8. Tanya : Bagaimana perusahaan mengevaluasi program pengelolaan tabarru’ tersebut?
Jawab : kita kan ada report ya, jadi di dana tabarru’ itu kalo kita ngeliat di fatwa
PMK No. 11 tadi, disitu diatur kalau dana tabarru’ harus dilaporkan. Tapi sebenernya
tiap bulan juga kita ngitung keluar masuknya dana tabarru’ berapa, contoh seperti
buat bayar klaim, bayar klaim itu kan mengurangi dana tabarru’. Sebulan sekali pasti
diadakan evaluasi ini, tapi cukup apa engga nih saldonya , nah nanti di aktuaria
dihitung misalnya terima premi Rp 100.000.000 terus yang di klaim Rp 30.000.000
kan masih sisa Rp 70.000.000 tuh dananya. Nanti aktuaria ngitung 70.000.000 itu
cukup ngga sih untuk menjamin kemungkinan terjadi klaim dari sekian orang yang
ada di fortopolio tadi th, kan di fortopolio ada banyak orang. Nah dari fortopolio yang
tersisa cukup ngga dari sisa premi 70.000.000 itu. Nanti ada itung-itungan aktuaria
namanya itungan cadangan. Istilahnya itu ya cadangan dana tabarru’. Tapi kan
logikanya harusnya cukup dong. Dan itu untuk semua peserta, kan dari data yang
meninggal itu bisa jadi yang diprediksi meninggal tapi tidak meninggal, malah yang
diprediksi tidak meninggal eh meninggal. Makanya harus dilakukan evaluasi dari situ,
dan dilakukan perhitungan cadangan dana tabarru’ tadi, cukup ngaa itu. Selama ini sih
cukup, malah kalo lebih kita tidak mengambil kepentingan untuk perusahaan, malah
kita kembalikan sebagai dana tabarru’ lagi.
9. Tanya : Bagaimana mekanisme pertanggungjawaban program pegelolaan dana
tabarru’ tersebut?
Jawab : kalo masalah pertanggungjawaban dalam keuangan itu kan secara garis
besarnya ada 2 manfaat : pertama, manfaat intern, itu untuk ke manajemen. Yang
kedua, manfaat ekstern, kalo ekstern kan banyak. Yang intern dulu, kalo intern kan
untuk manajemen tujuannya untuk apa? Tujuannya untuk warning system bagi
manajemen, misalkan dana tabarru’ kurang mesti diapain nih? Kalo lebih mau diapain
nih lebihnya? Terhadap yang lebih ini mau menyikapimya gimana? Kan tadi banyak,
bisa dibagi bisa dikurang yaa tergantung akadnya seperti apa. Terutama karena ya kita
belom ada akad yang bagi itu, kerugian dana tabarru’ kita masih diakumulasikan ke
dana tabarru’ itu, jadi ngga diapa-apain. Tapi kalo yang lebih gitu bisa aja manajemen
bilang karena dana tabarru’nya udah ngumpul banyak kalo gitu tarif preminya kita
turunin. Nah itu intern lebih ke manajemen, dasar untuk mengambil keputusan gitu.
Kalo ekstern sebenernya untuk siapa? Ya kalo ekstern yang utama itu adalah ke
masyarakat sebagai yang punya dana kan? Caranya gimana? Nah, kalo yang sekarang
ini diwakili oleh pemerintah lewat laporan ke Departemen Keuangan itu. Ya emang
secara langsung masyarakat ngga liat tapi seakan-akan kalo di pemerintah itu kan
“kepentinganmu itu sudah kami lindungi deh, keamanan danamu yang dikelola
perusahaan itu sudah dilindungi”. Mereka itu setiap tri wulan lapor, lapor ke DepKeu
itu 3 bulan sekali, termasuk melaporkan dana tabarru’ itu. Nah, laporan yang sudah
dilaporkan itu sudah harus diakses jadi masyarakat bisa langsung melihatnya lewat
website.
10. Tanya : Dalam kasus apa saja biasanya nasabah mendapatkan perolehan dana dari
pengelolaan dana tabarru’ tersebut?
Jawab : oh, kalo kita kan jiwa ya. Jadi sebagian besar produk utama kita ya
meninggal saja, walaupun ada produk-produk lain itu tidak utama. Sebagan besar,
klaimnya untuk dana tabarru’ itu? Pasti meninggal. Kalo seperti kecelakaan masuknya
ke asuransi kesehatan, kita ada asuransi kesehatan tapi tidak dominan, tapi kalo ada
orang butuh, ada lah dananya.
11. Tanya : Berapa jumlah persentase nasabah per tahun yang biasanya mendapat
pengelolaan dana tabarru’?
Jawab : kalo kejadian klaim meninggal itu kan setiap saat, jadi langsung kita
proseskan. Kita klaim dengan teliti dulu meninggalnya karena apa? Gitu kan?! Jangan
sampai ada peserta yang terdzalimi karena duitnya kan duit peserta. Kalo untuk
laporan data meninggalnya, saya ngga punya laporannya ya, hanya ada data realnya
saja sekitar 4.505 orang yang meninggal / tahun 2010.
12. Tanya : Apakah produk ini akan dihapus atau dipertahankan oleh perusahaan?
Jawab : nah ini yang harus diluruskan ini, kalo produk itukan benefit apa yang akan
ditawarkan. Dan di setiap produk apapun pasti ada tabarru’ gitu. Karena prinsipnya
kan iuran, jadi kita ngga bisa ngomong produk. Produk apa yang ada tabarru’? semua
produk asuransi syari’ah pasti ada tabarru’. Jadi kan kurang lebih gini, kalo kita jualan
permen, permen itu kan manis. Nah unsur gula itu yang menjadi dana tabarru’ itu.
Artinya apa selama kamu jualan permen harus ada unsur manisnya. Sama seperti
produk yang harus ada unsur tabarru’nya. Jadi kalo tabarru’ ditanya produk atau
bukan, tidak bisa dijelaskan. Ya karena dana tabarru’ itu sendiri adalah bagian dari
produk jadi pasti selalu ada, iya toh??!
Laporan Keuangan Produk Mitra Iqra
Tahun Akumulasi Premi Akumulasi
Nilai Tunai Santunan Kebijakan Klaim Meninggal Tabarru' Tabungan Mudharabah
1 2,000,000 116,000 1,104,000 77,280 1,181,280 32,000,000 33,181,280
2 4,000,000 232,000 2,508,000 258,250 2,766,250 30,000,000 32,766,250
3 6,000,000 348,000 4,292,000 576,767 4,868,767 28,000,000 32,868,767
4 8,000,000 464,000 6,076,000 1,042,461 7,118,461 26,000,000 33,118,461
6 12,000,000 696,000 6,244,000 1,964,647 8,208,647 22,000,000 30,208,647
8 16,000,000 928,000 6,412,000 3,044,802 9,456,802 18,000,000 27,456,802
10 20,000,000 1,160,000 9,980,000 4,798,474 14,778,474 14,000,000 28,778,474
12 24,000,000 1,392,000 13,548,000 7,323,257 20,871,257 10,000,000 30,871,257
15 30,000,000 1,740,000 12,100,000 11,274,753 23,374,753 4,000,000 27,374,753
17 34,000,000 1,972,000 7,168,000 13,813,486 20,981,486 20,981,486
18 9,081,486 635,704 9,717,190
19 6,652,189 1,145,856 7,798,045
20 3,922,873 1,500,668 5,423,540
21 1,211,103 1,690,491 2,901,594
22
Laporan Keuangan Produk Mitra Iqra
Tahun Tahapan Dana Pendidikan
Keterangan Rupiah
1
2
3
4 TK (10% MA) 3,400,000
6 SD (10% MA) 3,400,000
8
10
12 SMP (20% MA) 6,800,000
15 SMU (25% MA) 8,500,000
17
18 PT I (35% MA) 11,900,000
19 PT II (25% SNT) 2,429,298
20 PT III (35% SNT) 2,729,316
21 PT IV (50% SNT) 2,711,770
22 PT V (100% SNT) 2,901,594
44,771,977
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.35, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Asuransi. Reasuransi. Penyelenggaraan.
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18/PMK.010/2010 TENTANG
PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI
DENGAN PRINSIP SYARIAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah yang penyelenggaraan usahanya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008, harus senantiasa memenuhi prinsip syariah Islam, termasuk fatwa-fatwa yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia;
b. bahwa dalam rangka memenuhi prinsip-prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu kepastian hukum dalam penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah;
www.djpp.depkumham.go.id
2010, No.35 2
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3467);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3506) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 212, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4954);
3. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009; MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Asuransi berdasarkan prinsip syariah adalah usaha saling tolong menolong
(ta’awuni) dan melindungi (takafuli) di antara para peserta melalui pembentukan kumpulan dana (Dana Tabarru’) yang dikelola sesuai prinsip syariah untuk menghadapi risiko tertentu.
2. Perusahaan adalah Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi yang menyelenggarakan seluruh atau sebagian usahanya berdasarkan prinsip syariah.
www.djpp.depkumham.go.id
2010, No.35 3
3. Peserta adalah orang atau badan yang menjadi peserta program asuransi dengan prinsip syariah, atau Perusahaan Asuransi yang menjadi peserta program reasuransi dengan prinsip syariah.
4. Dana Tabarru’ adalah kumpulan dana yang berasal dari kontribusi para Peserta, yang mekanisme penggunaannya sesuai dengan Akad Tabarru’ yang disepakati.
5. Dana Investasi Peserta adalah dana investasi yang berasal dari kontribusi Peserta atas produk asuransi jiwa yang mengandung unsur investasi, yang dikelola Perusahaan sesuai dengan Akad yang telah disepakati.
6. Akad adalah perjanjian tertulis yang memuat kesepakatan tertentu, beserta hak dan kewajiban para pihak sesuai prinsip syariah.
7. Akad Tabarru’ adalah Akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari satu Peserta kepada Dana Tabarru’ untuk tujuan tolong menolong di antara para Peserta, yang tidak bersifat dan bukan untuk tujuan komersial.
8. Akad Tijarah adalah Akad antara Peserta secara kolektif atau secara individu dan Perusahaan dengan tujuan komersial.
9. Akad Wakalah bil Ujrah adalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa kepada Perusahaan sebagai wakil Peserta untuk mengelola Dana Tabarru’ dan/atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa ujrah (fee).
10. Akad Mudharabah adalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa kepada Perusahaan sebagai mudharib untuk mengelola investasi Dana Tabarru’ dan/atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa bagi hasil (nisbah) yang besarnya telah disepakati sebelumnya.
11. Akad Mudharabah Musytarakah adalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa kepada Perusahaan sebagai mudharib untuk mengelola investasi Dana Tabarru’ dan/atau Dana Investasi Peserta, yang digabungkan dengan kekayaan Perusahaan, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa bagi hasil (nisbah) yang besarnya ditentukan berdasarkan komposisi kekayaan yang digabungkan dan telah disepakati sebelumnya.
12. Surplus Underwriting adalah selisih lebih total kontribusi Peserta ke dalam Dana Tabarru’ setelah dikurangi pembayaran santunan/klaim, kontribusi reasuransi dan cadangan teknis, dalam satu periode tertentu.
www.djpp.depkumham.go.id
2010, No.35 4
13. Qardh adalah pinjaman dana dari Perusahaan kepada Dana Tabarru’ untuk menanggulangi ketidakcukupan kekayaan Dana Tabarru’ untuk membayar santunan/klaim kepada Peserta.
14. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia. BAB II
PRINSIP DASAR Pasal 2
Perusahaan yang menyelenggarakan usaha asuransi atau usaha reasuransi dengan prinsip syariah wajib menerapkan prinsip dasar sebagai berikut: a. adanya kesepakatan tolong menolong (ta’awun) dan saling menanggung
(takaful) di antara para Peserta; b. adanya kontribusi Peserta ke dalam Dana Tabarru’; c. Perusahaan bertindak sebagai pengelola Dana Tabarru’; d. dipenuhinya prinsip keadilan (‘adl), dapat dipercaya (amanah),
keseimbangan (tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan keuniversalan (syumul); dan
e. tidak mengandung hal-hal yang diharamkan, seperti ketidakpastian/ketidakjelasan (gharar), perjudian (maysir), bunga (riba), penganiayaan (zhulm), suap (risywah), maksiat, dan objek haram.
BAB III PEMISAHAN KEKAYAAN DAN KEWAJIBAN
Pasal 3 (1) Perusahaan wajib memisahkan kekayaan dan kewajiban Dana Tabarru’
dari kekayaan dan kewajiban Perusahaan. (2) Perusahaan asuransi jiwa yang memasarkan produk asuransi dengan prinsip
syariah yang mengandung unsur investasi wajib memisahkan kekayaan dan kewajiban Dana Investasi Peserta dari kekayaan dan kewajiban Perusahaan maupun dari kekayaan dan kewajiban Dana Tabarru’.
(3) Perusahaan wajib membuat catatan terpisah untuk kekayaan dan kewajiban Perusahaan, Dana Tabarru’, dan Dana Investasi Peserta.
Pasal 4 (1) Kekayaan dan kewajiban Dana Tabarru’ merupakan kekayaan dan
kewajiban para Peserta secara kolektif.
www.djpp.depkumham.go.id
2010, No.35 5
(2) Perusahaan wajib menggunakan Dana Tabarru’ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya untuk: a. pembayaran santunan kepada Peserta yang mengalami musibah atau
pihak lain yang berhak; b. pembayaran reasuransi; c. pembayaran kembali Qardh ke Perusahaan; dan/atau d. pengembalian Dana Tabarru’ akibat pembatalan polis dalam periode
yang diperkenankan. (3) Perusahaan wajib membentuk Dana Tabarru’ untuk setiap lini usaha. (4) Dalam hal hukum jumlah bilangan besar untuk suatu lini usaha belum
dapat dipenuhi, Perusahaan dapat membentuk Dana Tabarru’ secara gabungan dari beberapa lini usaha.
(5) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib menginformasikan penggabungan Dana Tabarru’ kepada Peserta dan mencantumkannya di dalam polis.
Pasal 5 (1) Perusahaan yang akan menghentikan kegiatan usaha asuransi atau usaha
reasuransi dengan prinsip syariah atas permintaan sendiri atau atas perintah Menteri, wajib mengalihkan seluruh Peserta beserta Dana Tabarru’ yang dikelolanya kepada Perusahaan lain, dan/atau mengembalikan alokasi Dana Tabarru’ yang dapat menjadi hak Peserta yang tidak bersedia dialihkan ke Perusahaan lain.
(2) Dalam hal Menteri memerintahkan Perusahaan untuk mengalihkan kepesertaan pada lini usaha tertentu kepada Perusahaan lain, maka pengalihan kepesertaan wajib diikuti pengalihan Dana Tabarru’ pada lini usaha tertentu dimaksud.
(3) Dalam hal Perusahaan tidak lagi memiliki Peserta dan Perusahaan akan menghentikan kegiatan usahanya atas permintaan sendiri, Dana Tabarru’ yang ada wajib dihibahkan kepada lembaga sosial atas pertimbangan Dewan Pengawas Syariah.
(4) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) terdiri atas 1 (satu) orang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia, yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Perusahaan agar sesuai dengan prinsip syariah.
www.djpp.depkumham.go.id
2010, No.35 6
Pasal 6 (1) Kekayaan dan kewajiban Dana Investasi Peserta merupakan kekayaan dan
kewajiban masing-masing Peserta secara individu. (2) Perusahaan wajib membentuk Dana Investasi Peserta untuk setiap jenis
portofolio investasi sesuai dengan Akad pengelolaan investasi yang digunakan dalam polis.
(3) Dalam hal Perusahaan akan menawarkan jenis portofolio investasi yang baru, Perusahaan wajib menginformasikan kepada Peserta mengenai pembentukan Dana Investasi Peserta untuk jenis portofolio investasi yang baru dimaksud.
BAB IV AKAD Pasal 7
Polis asuransi dan perjanjian reasuransi dengan prinsip syariah wajib mengandung Akad Tabarru’ dan Akad Tijarah.
Pasal 8 (1) Akad Tabarru’ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, wajib memuat
sekurang-kurangnya: a. kesepakatan para Peserta untuk saling tolong menolong (ta’awuni); b. hak dan kewajiban masing-masing Peserta secara individu; c. hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dalam kelompok; d. cara dan waktu pembayaran kontribusi dan santunan/klaim; e. ketentuan mengenai boleh atau tidaknya kontribusi ditarik kembali oleh
Peserta dalam hal terjadi pembatalan oleh Peserta; f. ketentuan mengenai alternatif dan persentase pembagian Surplus
Underwriting; dan g. ketentuan lain yang disepakati.
(2) Akad Tabarru’ tidak dapat diubah menjadi Akad Tijarah. Pasal 9
(1) Akad Tijarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dapat berupa Akad Wakalah bil Ujrah, Akad Mudharabah, dan Akad Mudharabah Musytarakah.
www.djpp.depkumham.go.id
2010, No.35 7
(2) Penggunaan salah satu Akad Tijarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan secara konsisten sampai berakhirnya polis.
(3) Dalam hal disepakati perubahan Akad Tijarah, penggunaan Akad Tijarah yang baru hanya dapat diterapkan pada polis yang baru.
(4) Dalam hal perubahan Akad Tijarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terjadi untuk pengelolaan Dana Tabarru’, Perusahaan wajib memisahkan Dana Tabarru’ yang dikelola berdasarkan Akad Tijarah yang lama dari Dana Tabarru’ yang dikelola berdasarkan Akad Tijarah yang baru.
(5) Perusahaan dapat menggunakan Akad Tijarah yang berbeda dalam pengelolaan risiko dan pengelolaan investasi Dana Tabarru’.
Pasal 10 (1) Akad Wakalah bil Ujrah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1),
wajib memuat sekurang-kurangnya: a. objek yang dikuasakan pengelolaannya; b. hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dan/atau Peserta secara
individu sebagai muwakkil (pemberi kuasa); c. hak dan kewajiban Perusahaan sebagai wakil (penerima kuasa) termasuk
kewajiban Perusahaan untuk menanggung seluruh kerugian yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan risiko dan/atau kegiatan pengelolaan investasi yang diakibatkan oleh kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau wanprestasi yang dilakukan Perusahaan;
d. batasan kuasa atau wewenang yang diberikan Peserta kepada Perusahaan;
e. besaran, cara, dan waktu pemotongan ujrah (fee); dan f. ketentuan lain yang disepakati.
(2) Objek yang dikuasakan pengelolaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi namun tidak terbatas pada: a. kegiatan administrasi; b. pengelolaan dana; c. pembayaran klaim; d. underwriting; e. pengelolaan portofolio risiko; f. pemasaran; dan/atau g. investasi.
www.djpp.depkumham.go.id
2010, No.35 8
(3) Dalam hal pengelolaan investasi Dana Tabarru’ atau Dana Investasi Peserta didasarkan Akad Wakalah bil Ujrah, Perusahaan tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi.
Pasal 11
Akad Mudharabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), wajib memuat sekurang-kurangnya:
a. hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dan/atau Peserta secara individu sebagai shahibul mal (pemilik dana);
b. hak dan kewajiban Perusahaan sebagai mudharib (pengelola dana) termasuk kewajiban Perusahaan untuk menanggung seluruh kerugian yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan investasi yang diakibatkan oleh kesalahan yang disengaja, kelalaian atau wanprestasi yang dilakukan Perusahaan;
c. batasan wewenang yang diberikan Peserta kepada Perusahaan;
d. bagi hasil (nisbah), cara, dan waktu pembagian hasil investasi; dan
e. ketentuan lain yang disepakati.
Pasal 12
Akad Mudharabah Musytarakah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) wajib memuat sekurang-kurangnya:
a. hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dan/atau Peserta secara individu sebagai shahibul mal (pemilik dana);
b. hak dan kewajiban Perusahaan sebagai mudharib (pengelola dana) termasuk kewajiban Perusahaan untuk menanggung seluruh kerugian yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan investasi yang diakibatkan oleh kesalahan yang disengaja, kelalaian atau wanprestasi yang dilakukan Perusahaan;
c. batasan wewenang yang diberikan Peserta kepada Perusahaan;
d. cara dan waktu penentuan besar kekayaan Peserta dan kekayaan Perusahaan;
e. bagi hasil (nisbah), cara, dan waktu pembagian hasil investasi; dan
f. ketentuan lain yang disepakati.
www.djpp.depkumham.go.id
2010, No.35 9
BAB V SURPLUS UNDERWRITING
Pasal 13 (1) Surplus Underwriting dapat dibagikan dengan pilihan pembagian sebagai
berikut: a. seluruhnya ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’; b. sebagian ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’ dan sebagian dibagikan
kepada Peserta; atau c. sebagian ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’, sebagian dibagikan
kepada Peserta, dan sebagian dibagikan kepada Perusahaan. (2) Pilihan pembagian Surplus Underwriting sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib dimuat di dalam polis. (3) Pilihan pembagian Surplus Underwriting sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan proporsi pembagian Surplus Underwriting tidak dapat diubah sampai dengan berakhirnya polis.
(4) Surplus Underwriting yang dapat dibagikan dihitung berdasarkan kekayaan/aktiva dalam bentuk kas (cash basis).
(5) Dalam hal pembagian Surplus Underwriting kepada Peserta secara ekonomis membutuhkan biaya yang lebih besar daripada bagian yang akan dibagikan, Perusahaan tidak dapat mengambil bagian Peserta tersebut, dan dapat menambahkannya ke dalam Dana Tabarru’, memperhitungkannya untuk mengurangi kontribusi Peserta periode berikutnya, atau memanfaatkannya untuk dana sosial.
(6) Pemanfaatan bagian Surplus Underwriting Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib diatur di dalam polis.
Pasal 14 (1) Perusahaan dilarang melakukan pembagian Surplus Underwriting kepada
Peserta atau Perusahaan dalam hal: a. masih terdapat Qardh di dalam kewajiban Dana Tabarru’; atau b. pembagian Surplus Underwriting dapat mengakibatkan tingkat
solvabilitas Dana Tabarru’ tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a atau huruf b, Surplus Underwriting seluruhnya ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’.
www.djpp.depkumham.go.id
2010, No.35 10
BAB VI
QARDH
Pasal 15
(1) Perusahaan setiap saat wajib memiliki kemampuan untuk memberikan pinjaman dalam bentuk Qardh kepada Dana Tabarru’ dalam hal:
a. tingkat solvabilitas Dana Tabarru’ kurang dari jumlah minimum yang dipersyaratkan;
b. jumlah investasi dalam kekayaan yang dapat diperhitungkan dalam perhitungan tingkat kesehatan keuangan Dana Tabarru’, lebih kecil dari jumlah penyisihan/cadangan teknis dan kewajiban pembayaran santunan/klaim retensi sendiri dari Dana Tabarru’;
c. terjadi selisih kurang atau defisit underwriting Dana Tabarru’;
d. Dana Tabarru’ tidak cukup untuk membayar santunan/klaim kepada Peserta.
(2) Dalam hal Dana Tabarru’ tidak cukup untuk membayar santunan/klaim kepada Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, Qardh wajib disetorkan ke dalam Dana Tabarru’ secara tunai/kas.
(3) Pengembalian Qardh kepada Perusahaan dilakukan dari Surplus Underwriting dan/atau dari Dana Tabarru’.
BAB VII
PENGAWASAN
Pasal 16
(1) Pengawasan atas penerapan prinsip dasar penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah.
(2) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh Perusahaan kepada Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
(3) Pelaporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib disampaikan sesuai tata cara dan bentuk pelaporan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
www.djpp.depkumham.go.id
2010, No.35 11
BAB VIII SANKSI Pasal 17
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4 ayat (2), Pasal 4 ayat (3), Pasal 4 ayat (5), Pasal 5, Pasal 6 ayat (2), Pasal 6 ayat (3), Pasal 7, Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 ayat (2), Pasal 9 ayat (4), Pasal 10 ayat (1), Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (2), Pasal 13 ayat (6), Pasal 14, Pasal 15 ayat (1), Pasal 15 ayat (2), Pasal 16 ayat (2), Pasal 16 ayat (3), dan Pasal 18 Peraturan Menteri Keuangan ini dikategorikan sebagai pelanggaran penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dan dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. Peringatan; b. Pembatasan/Pembekuan Kegiatan Usaha; c. Pencabutan Izin Usaha.
(3) Tata cara dan waktu pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai ketentuan mengenai sanksi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008.
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 18 Perusahaan wajib melakukan penyesuaian terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan ini paling lambat tanggal 31 Desember 2010.
BAB X KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19 Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangan.
www.djpp.depkumham.go.id
2010, No.35 12
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 Januari 2010 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, SRI MULYANI INDRAWATI
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 Januari 2010 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PATRIALIS AKBAR
www.djpp.depkumham.go.id