MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA...

97
MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA SYARI’AH TERHADAP NASABAH Oleh: SHELLA C HIDAYAT 107053000513 JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Transcript of MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA...

Page 1: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB

BUMIPUTERA SYARI’AH TERHADAP NASABAH

Oleh:

SHELLA C HIDAYAT

107053000513

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB

BUMIPUTERA SYARI’AH TERHADAP NASABAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai tugas akhir dalam jenjang Strata Satu (S1) pada Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi guna mencapai gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam

(S.Sos.I)

Oleh:

SHELLA C HIDAYAT

107053000513

Di bawah bimbingan:

Dr. H. Asep Usman Ismail, MA

NIP. 19600720 199103 1001

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 3: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU AJB

BUMIPUTERA SYARIAH TERHADAP NASABAH, telah diujikan dalam

sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 14 Juni 2011. Skripsi ini telah di

terima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) pada

Jurusan Manajemen Dakwah.

Jakarta 14 Juni 2011

Sidang Munaqosah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Study Rizal LK, MA H. Mulkanasir, BA, Spd, MM

NIP: 19640428 199303 1 002 NIP: 19550101 198302 1 001

Anggota:

Penguji 1 Penguji 2

Drs. Sugiharto, MA Drs. M. Sungaidi, MA

NIP: 19660806 199603 1 001 NIP: 196000803 199703 1 006

Pembimbing

Dr. H. Asep Usman Ismail, MA

NIP: 19600720 199103 1 001

Page 4: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

i

ABSTRAK

Bismillahirrahmanirrahim

Shella C Hidayat, Pengelolaan Dana Tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah

Terhadap Nasabah, dibawah bimbingan Dr. H. Asep Usman Ismail, MA

Masalah yang telah diteliti penulis adalah manajemen sistem dana yang ada di

dalam asuransi syari’ah. Asuransi diperlukan karena dalam kehidupan manusia

dihadapkan pada kemungkinan terjadinya musibah dan bencana yang dapat

menyebabkan hilang atau berkurangnya nilai ekonomi seseorang, baik terhadap diri

sendiri, keluarga, atau perusahaan. Di dalam asuransi terdapat hal yang disebut sebagai

tabarru’.

Dimana dana tabarru’ ini merupakan dana kebajikan yang diambil dari semua

peserta asuransi untuk disumbangkan kepada peserta lainnya sebagai bukti rasa tolong-

menolong sesame manusia juga sebagai umat muslim yang baik.

Metode penelitian dalam karya tulis ini menggunakan metode kualitatif dengan

cara analisis deskriptif yang digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau

karakteristik populasi atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara pelaku,

mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasi. Berdasarkan data-data yang

diperoleh dan sumber-sumber tertulis mengenai pokok permaslahan yang akan dikaji,

maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data

melalui metode wawancara dan dokumentasi. Untuk menunjang proses analisis data,

peneliti datang langsung kepada subjek penelitian yaitu, AJB Bumiputera Divisi

Syari’ah. Diharapkan dari pendekatan ini dapat menghasilkan data yang bersifat lebih

mendalam dan objektif.

AJB Bumiputera Divisi Syari’ah sebagai subjek dalam penulisan skripsi ini.

AJB Bumiputera merupakan lembaga non bank pertama milik negara kita sendiri.

Lembaga ini dimiliki banyak minat oleh nasabahnya, karena lembaga ini sebagai

asuransi jiwa pertama yang mengeluakan fatwa syari’ah di Indonesia.

Kita mengetahui dalam manajemen ada beberapa fungsi yaitu perencanaan

dimana suatu hal yang harus dipirkan terlebih dahulu, kemudian melaksanakan apa

yang sudah direncanakan, dan pada saat pelaksanaan harus dilakukan sebuah

pengawasan agar apa yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan apa yang

direncanakan. Dan terakhir adalah melakukan evaluasi, dimana kegiatan ini merupakan

penilaian dari apa yang telah direncanakan kemudian dilaksanakan berikut

pengawasannya.

Manajemen sistem pada dana tabarru’ disebutkan ke dalam beberapa hal seperti

Perencanaannya mendata umur calon peserta yang ingin ikut serta dalam asuransi dan

mendata masa perjanjian calon peserta ikut dalam asuransi. Kemudian pelaksanaannya

dihitung berdasarkan data yang didapat oleh perusahaan dan dihitung sesuai umur

ketika ia menjadi anggota asuransi. Disitulah akan ditemukannya hasil yang akan

menjadi dana tabarru’. Pada saat pelaksanaan dilakukan, dilakukan pula pengawasan

yang sesuai pada penempatan akidah syari’ah, asuransi disini adalah divisi syari’ah

kemudian akad yang digunakan adalah harus sesuai dengan syari’at Islam. Setelah itu

AJB Bumiputera Divisi Syari’ah mengadakan evaluasi pada Menteri Keuangan setiap

tiga bulan sekali, dan Menteri Keuangan akan memproses data tersebut melalui website

agar masyarakat (peserta dari asuransi itu sendiri) dapat langsung melihat keadaan

investasi dana miliknya.

Page 5: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

ii

KATA PENGANTAR

�����א������א��א��� �

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Sang Maha Pencipta yang

senantiasa memberikan kekuatan dan kenikmatan kepada hamba dan semua umat-

Nya. Berangkat dari fitrah manusia yang tidak pernah luput dari dosa dan

kesalahan, oleh karena itu wajib kiranya kami memohon ampunan dan

perlindungan-Nya. Segala kelancaran dan kemudahan penulis dalam

merampungkan tugas akhir ini merupakan anugerah yang diberikan oleh-Nya.

Sanjungan shalawat dan salam penulis haturkan pula pada junjungan umat

manusia Rasulullah SAW, semoga kita semua bisa tetap istiqamah menjalankan

sunnah-nya sehingga ajarannya akan tetap membumi. Amien.

Pada dasarnya secara teknis seluruh penyelesaian tugas akhir ini tetap

tidak terlepas dari orang-orang yang berekecimpung di dalamnya, sehingga

dukungan mereka merupakan manfaat yang begitu besar bagi penulis. Oleh sebab

itu penulis layak menghaturkan rasa syukur dan ungkapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi, beserta segenap jajarannya yang tanpa bosan-bosannya

membimbing kami dalam melaksanakan segala aktivitas perkuliahan.

2. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA. Selaku dosen pembimbing yang selalu

mengarahkan penulis pada kelancaran dan kesuksesan pemyelesaian tugas

Page 6: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

iii

akhir ini, dengan memberikan bebarapa pengajaran tentang arti tekun dan

teliti yang sesungguhnya.

3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Selaku ketua Jurusan Manajemen

Dakwah (MD) yang tidak pernah bosan membimbing penulis dan kawan-

kawan yang lain dalam segala urusan perkuliahan. Semoga kedepan

Jurusan MD semakin berkembang baik dari segi kuantitas maupun

kualitas.

4. H. Mulkan Nasir, BA, SPd, MM. Selaku sekertaris Jurusan Manajemen

Dakwah yang selalu membantu penulis dalam semua penyelesaian dan

urusan yang penulis butuhkan dalam aktivitas selama perkuliahan sampai

menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Drs. Sugiharto, MA. Selaku penguji I yang memberikan banyak masukan

agar skripsi penulis benar-benar menjadi skripsi yang bermanfaat bagi

pembaca.

6. Drs. M. Sungaidi, MA. Selaku penguji II yang memberikan banyak

masukan agar penulis berhati-hati dalam menulis.

7. Orangtua saya yang tercinta, ayahanda H. Saeful Hidayat serta

ibunda Hj. Cucu Zulaecha, atas segala pengajaran, bimbingan, kerja

keras, serta dukungan moril maupun materil yang tidak henti-hentinya

mereka berikan kepada penulis. Atas segala perjuangan dan pengorbanan

mereka serta do’anya yang dihaturkan untuk saya setiap waktu dalam

menjalani skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan mereka

kebahagiaan yang berlimpah.

Page 7: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

iv

8. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi, atas segala ilmu yang telah diberikan sehingga dapat

membentuk kesadaran penulis dalam bentuk intelektualitas dan

spiritualitas. Semoga apa yang telah diberikan menjadi penerang sekaligus

amal jariyah bagi penulis masyarakat luas lainnya. Penulis haturkan do’a

semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.

9. Guru saya Hj. Nunung Nurhayati, SH dan ayahanda Drs. H. Asep

Juhenda, SH. Terima kasih banyak untuk semua dorongan, masukan dan

semangat yang tidak henti-hentinya selalu terucap oleh mereka untuk

penulis agar penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan cepat.

10. Edwin Indra Kusuma, terima kasih sayang atas segala perhatian,

pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis, dengan sabar

dan pantang menyerah mendorong terus penulis dengan semangat yang

tinggi dalam menyelesaikan ujian akhir ini.

11. Mufidah Amalia, adikku tersayang terima kasih atas segala semangat dan

dorongan yang diberikan. Semoga semakin rajin belajar agar bisa

menyusul dengan cepat untuk segera mendapat gelar sarjana.

12. Sahabat tercintakku Ade, Shofa, Angel, Mia, Nadia yang telah banyak

memberikan dukungan dengan sabar kepada penulis sampai penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

13. Fika, Nani, Wahid, Ojan dan Ka Dede, terima kasih banget buat info dan

waktu yang disempatkan untuk penulis dalam memenuhi semua kebutuhan

penulis dalam penulisan skripsi ini.

Page 8: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

v

14. Untuk segenap teman-teman kosan gaul, terima kasih banget Puji,

Mudah, Euis, Nurul, Ka Leni, Sofie, terutama Eliyana (sahabat dari

SMA) yang selalu memberikan dukungan sampai sekarang, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

15. Semua teman-teman angkatan MD 2007, wa bil khusus teman-teman

kelas B, yang telah memberikan semangat dari awal perkuliahan sampai

sekarang, selama kurang lebih 4 tahun kita belajar, diskusi, dan tertawa

bersama. Semoga kebersamaan ini dapat terjalin sampai seterusnya dan

teman-teman mendapatkan pekerjaan yang layak dan calon yang baik di

kehidupan mendatang.

16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah

membantu penulis merampungkan tugas akhir ini.

Tanpa bosan-bosannya penulis haturkan terima kasih banyak kepada

orang-orang yang terlibat dalam pengerjaan skripsi ini, semoga Allah SWT

memberika rizki dan kasih sayang yang berlimpah untuk mereka. Harapan penulis

mudah-mudahan skripsi dapat bermanfaat bagi khalayak luas sekaligus menjadi

bukti eksistensi penulis di dunia ini.

Ciputat, 14 Juni 2011

Shella C Hidayat

Page 9: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 5

C. Tujuan dan ManfaatPenelitian ............................................... 5

D. Metodologi Penelitian ................................................................. 6

E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Manajemen .................................................................................. 11

1. Pengertian Manajemen .......................................................... 11

2. Fungsi-fungsi Manajemen ..................................................... 15

3. Unsur-unsur Manajemen ....................................................... 24

B. Dana Tabarru’ ............................................................................. 25

1. Pengertian Dana Tabarru’ ..................................................... 25

2. Tujuan dan Manfaat Dana Tabarru’ ...................................... 26

3. Ladasan Hukum Dana Tabarru’ ............................................ 27

4. Penetapan Dana Tabarru’ ...................................................... 29

Page 10: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

vii

C. Nasabah ....................................................................................... 34

1. Pengertian Nasabah ............................................................... 34

2. Kriteria Umum Nasabah ....................................................... 37

BAB III PROFIL AJB BUMIPUTERA SYARI’AH

A. Latar Belakang AJB Bumiputera Syari’ah .................................. 41

B. Visi dan Misi AJB Bumiputera Syari’ah .................................... 46

C. Operasionalisasi AJB Bumiputera Syari’ah ................................ 48

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS

A. Mekanisme Dana Tabarru’ pada AJB Bumiputera Syari’ah....... 52

B. Analisis Manajemen Sistem Dana Tabarru’ AJB Bumiputera

Syari’ah terhadap Nasabah .......................................................... 53

1. Perencanaan Sistem Dana Tabarru’ ...................................... 53

2. Pelaksanaan Sistem Dana Tabarru’ ....................................... 56

3. Pengawasan Sistem Dana Tabarru’ ....................................... 58

4. Evaluasi Sistem Dana Tabarru’ ............................................. 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 63

B. Saran ............................................................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 65

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Asuransi Salah satu lembaga ekonomi yang ada sekarang ini adalah

lembaga keuangan non bank. Di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak

ditemukan ketentuan yang jelas yang mengatur secara eksplisit tentang

asuransi ini. Asuransi yang bahasa Arabnya adalah at-ta’min, merupakan jenis

akad kontemporer yang belum dikenal oleh generasi pertama, bahkan

diagendakan oleh para pakar fikih klasik. Hanya saja mayoritas pakar fikih

sepakat bahwa akad dalam koridor syar’i adalah fleksibel dan tidak terbatas.

Sebuah kaidah Ushul Fiqh mengatakan:

“Pada dasarnya semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan kecuali ada dalil

yang mengharamkannya. “ 1

Asuransi dalam sistem ekonomi Islam disebut asuransi syari’ah.

Asuransi diperlukan karena dalam kehidupan manusia dihadapkan pada

kemungkinan terjadinya musibah dan bencana yang dapat menyebabkan

hilang atau berkurangnya nilai ekonomi seseorang, baik terhadap diri sendiri,

keluarga, atau perusahaan. Segala musibah dan bencana merupakan ketentuan

(Qadha dan Qadhar) Allah SWT., namun manusia (muslim) wajib berikhtiar

melakukan tindakan antisipasi untuk memperkecil resiko timbul. 2

1 Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 1:/DSN-MUI/2000

2 Suhawardi K. Lubis, Modul Pengetahuan Dasar Takaful, Bab ke-3, h. 10

Page 12: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

2

Dalam menghadapi resiko ini manusia dapat berikhtiar dengan pilihan

alternatif antara lain : menanggung sendiri, membagi resiko dengan pihak lain,

dan menyerahkan resiko sepenuhnya kepada pihak lain. “Bila sebuah resiko

ditanggung sendiri, salah satu upayanya bisa dengan menabung, namun ikhtiar

ini sering kali tidak mencukupi, karena resiko yang terjadi melebihi dari yang

diperkirakan, padahal tabungan belum mencukupi. Sedangkan bila resiko

tersebut dibagi atau dialihkan, diharapkan pada saat terjadi musibah, maka

berkurangnya nilai ekonomi atau kesejahteraan keluarga dapat terjamin

(tergantikan), begitu juga dengan hilangnya fungsi sebuah benda dapat

tergantikan juga.” 3

Dalam hal ini, dana tabarru’ merupakan kumpulan dari premi tabarru’

(sejumlah uang yang diserahkan pemegang polis/peserta asuransi kepada

pemegang polis yang lain. Penyerahan itu diserahkan secara tulus ikhlas dan

tidak untuk diminta kembali, yang ditujukan untuk tolong menolong).

Sementara perusahaan asuransi berkewajiban untuk mengelola dana tabarru’

melalui aktivita investasi dan perusahaan mendapat ujrah (fee) atas

pengelolaan dana tersebut. Oleh karena itu, dana tabarru’ disimpan dalam satu

rekening khusus, dimana apabila ada yang mendapat musibah, dana klaim

yang diberikan adalah dari rekening dana tabarru’ yang sudah diniatkan oleh

semua peserta untuk kepentingan tolong-menolong. 4

Implementasi akad takafuli dan tabarru’ dalam sistem asuransi syariah

direalisasikan dalam bentuk pembagian setoran premi menjadi dua. Pertama,

3 Ibid, h. 10

4 Kuat Ismanto S.H.I, Asuransi Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 68

Page 13: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

3

untuk produk yang mengandung unsur tabungan (saving), maka premi yang

dibayarkan akan dibagi ke dalam rekening dana peserta dan satunya lagi

rekening tabarru’. Kedua, untuk produk yang tidak mengandung unsur

tabungan (non saving), setiap premi yang dibayar akan dimasukkan

seluruhnya ke dalam rekening tabarru’. 5

Dalam tabarru’ orang yang menolong atau memberi tidak bermaksud

untuk mengharapkan penggantian dari apa yang telah ia berikan, tetapi dari

tabarru’ ini, para pesertanya mempunyai tujuan dan manfaat bagi peserta

lainnya, yaitu :

1. Untuk membayar klaim apabila terjadi musibah pada peserta lain.

2. Untuk menghindari sikap mementingkan diri sendiri pada peserta asuransi.

3. Saling tolong menolong antara peserta yang tertimpa musibah.

4. Mempererat tali silaturahmi antara peserta yang tertimpa musibah.

5. Menumbuhkan rasa bertanggung jawab sesama, dengan memberikan

sebagian kecil uang yang dniatkan untuk peserta lain apabila terjadi klaim.

Hal ini menghindari perasaan mementingkan diri sendiri.

6. Saling bantu-membantu antara peserta yang tertimpa musibah. 6

Sedangkan bagi perusahaan, dana tabarru’ ini mempunyai tujuan dan

manfaat sendiri, yaitu :

1. Mengelola kembali dana tabarru’ dengan menginvestaskan pada lembaga

keuangan syari’ah.

5 Ibid, h. 69

6 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di

Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2004), h. 139

Page 14: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

4

2. Dapat didayagunakan untuk membentuk dana bersama yang digunakan

sebagai santunan bagi santunan bagi peserta lainnya. 7

Keberadaan rekening tabarru’ menjadi sangat penting untuk menjawab

pertanyaan seputar ketidakjelasan asuransi dari sisi pembayaran klaim.

Misalnya, seorang peserta mengambil paket asuransi jiwa dengan masa

pertanggungan 10 tahun dengan manfaat 10 juta rupiah. Bila ia ditakdirkan

meninggal dunia di tahun ke-empat dan baru sempat membayar sebesar 4 juta,

maka ahli waris akan menerima sejumlah penuh 10 juta. Pertanyaannya, sisa

pembayaran sebesar 6 juta diperoleh dari mana. Disinilah kemudian timbul

gharar tadi sehingga diperlukan mekanisme khusus untuk menghapus hal itu,

yaitu penyediaan dana khusus untuk pembayaran klaim (yang pada

hakekatnya untuk tujuan tolong-menolong) berupa rekening tabarru’. 8

Selanjutnya, dana yang terkumpul dari peserta (shahibul maal) akan

diinvestasikan oleh pengelola (mudharib) ke dalam instrumen-instumen

investasi yang tidak bertentangan dengan syariat. Apabila dari hasil investasi

diperolah keuntungan (profit), maka setelah dikurangi beban-beban asuransi,

keuntungan tadi akan dibagi antara shahibul maal (peserta) dan mudharib

(pengelola) berdasarkan akad mudharabah ( bagi hasil ) dengan rasio (nisbah)

yang telah disepakati di muka. Akad tabarru’ telah diputuskan oleh FATWA

DEWAN SYARI’AH NASIONAL No: 53/DSN-MUI/III2006 Tentang

AKAD TABARRU’ PADA ASURANSI DAN REASURANSI

SYARI’AH.9

7 Ibid, h. 139

8 Kuat Ismanto S.H.I, Asuransi Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 69

9 Ibid, h. 70

Page 15: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

5

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk

membahas pengelolaan dana tabarru’ dalam penulisan skripsi ini, dengan

judul “Pengelolaan Dana Tabarru AJB Bumiputera Syari’ah terhadap

nasabah”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penelitian karya tulis ini dibatasi dengan membahas pengelolaan

dana tabarru’ pada asuransi syari’ah yang mana dana ini diberikan secara

derma oleh nasabah untuk nasabah yang membutuhkan, dan tidak

membahas tentang dana asuransi yang lain, juga dibatasi oleh tenggang

waktu pelaksanaan dalam wawancaranya.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, maka dalam karya tulis ini

dapat dirumuskan pokok masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mekanisme system dana tabarru’ pada AJB Bumiputera

Syari’ah?

2. Bagaimana perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi sistem

dana tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan ingin memperoleh gambaran tentang:

Page 16: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

6

a. Untuk Mengetahui manajemen sistem dana tabarru’ yang digunakan

oleh AJB Bumpitera Divisi Syari’ah kepada nasabahnya.

2. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang bisa diberikan dari penyusun antara

lain sebagai berikut:

a. Bagi Penyusun

Bisa memberikan pengetahuan dan pengalaman yang bisa dijadikan

pelajaran

b. Bagi Akademik

Menambah buku-buku perpustakaan yang bisa dijadikan bacaan oleh

para mahasiswa sebagai bahan rujukan dan referensi untuk menambah

wawasan mereka.

c. Bagi pembaca

Bisa menambah wawasan cakrawala pengetahuan para pembaca

tentang disiplin ilmu yang bersangkutan.

d. Bagi AJB Bumiputera Divisi Syari’ah

Dijadikan sebagai alat evaluasi agar bisa menjadi lebih baik dan lebih

meningkatkan pengalaman.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian Kualitatif

Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif Menurut

Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Loxy Moleong adalah sebagai

Page 17: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

7

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.10

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian ini adalah AJB Bumiputera Divisi Syari’ah

Harmoni-Jakarta Pusat

b. Objek Penelitian Ini adalah Manajemen Keuangan AJB Bumiputera

Divisi Syari’ah

3. Tempat dan Waktu Penelitian

c. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di AJB Bumiputera Divisi Syari’ah

Harmoni-Jakarta Pusat.

Waktu Penelitian ini berlangsung dari Bulan Mei 2011

4. Tehnik pengumpulan data

a. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti

dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab

dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden

merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.

b. Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data dimana

peneliti atau kolabolatornya mencatat informasi sebagaimana yang

mereka saksikan selama penelitian. Penyaksian terhadap peristiwa-

10

Lexy J. Moeleong. Metode Penelitian kualitatif ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2009) , h. 4.

Page 18: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

8

peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan, merasakan, yang

kemudian dicatat seobyektif mungkin.11

c. Dokumentasi

Penulis mengumpulkan informasi berupa: data, hasil

wawancara.

d. Tehnik Pengelolaan data

Setelah data diperoleh, maka langkah-langkah selanjutnya penulis

mengelola data dengan cara editing, yaitu kegiatan mempelajari berkas-

berkas data yang telah terkumpul,sehingga keseluruhan berkas itu dapat

diketahui dan dapat dinyatakan baik.

5. Tehnik Analisis Data

Dalam menganalisis Data, penulis menggunakan metode deskriptif

analisis, yaitu suatu teknik analisis data; dimana penulis terlebih dahulu

memaparkan semua data yang diperoleh dari pengamatan, kemudian

menganalisanya dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis.

6. Tehnik Penulisan

Penulisan Skripsi ini berpedoman pada “Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA

(Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Press Tahun 2007.

11

W. Gulo. Metodelogi Penelitian (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia ,

2002), h. 116.

Page 19: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

9

E. Tinjauan Pustaka

Dalam Penyusunan Skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian

lebih lanjut kemudian menyusun menjadi karya ilmiah maka langkah awal

yang penulis lakukan adalah mengkaji terlebih dahulu dan melihat buku-buku

yang akan dijadikan reverensi oleh penulis. Setelah penulis melakukan kajian

kepustakaan penulis akhirnya menemukan beberapa skripsi yang membahas

tentang:

1. Karya Ainun Najiebah, Nim 102046225362, Program Studi Muamalat,

Konsentrasi Asuransi Syari’ah, Fakultas Syari’ah dan Hukum. Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1430 H/2009 M. Pembahasan

Dalam Skripsinya adalah mengenai Tinjuauan Ekonomi Islam terhadap

Pengelolaan Dana Tabarru’ Pada Asuransi PT. BRIngin Life Syari’ah.

Melihat pada sebuah pengelolaan dana tabarru’ yang sesuai dengan akidah

islam.

Sedangkan judul skripsi penulis adalah Manajemen Sistem Dana

Tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah Terhadap Nasabah. Dalam hal ini dilihat

dari segi judul berbeda, baik itu dari segi pembahasan yang diteliti sungguh

jauh berbeda, yaitu, materi yang penulis bahas adalah tentang Bagaimana

Manajemen Sistem Dana Tabarru’ itu pada Asusransi Syari’ah.

F. Sistematika Penulisan

Berdasarkan penelitian di atas, maka sistematika penulisan dalam

pembahsan ini adalah sebagai berikut :

Page 20: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

10

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan argumentasi

mengenai signifikasi studi ini. Dalam bab ini peneliti

menguraikan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Metodelogi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Merupakan kajian teoritis karya tulis ini, di dalamnya

membahas mengenai pengertian dari manajemen dana, dana

tabarru’ dan nasabah. Dalam kajian teoritis ini, selanjutnya

dijadikan pegangan sekaligus alat untuk menjelaskan

Manajemen Sistem Dana Tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah

terhadap Nasabah.

BAB III Membahas tentang profil perusahaan AJB Bumiputera Syari’ah

dengan aktifitas pengelolaan dana tabarru’ pada perusahaan

tersebut. Dan juga membahas profil lengkapnya sebagai wadah

asuransi para nasabah muslim di Indonesia yang ingin

menghilangkan rasa kecurigaannya terhadap produk-produk

yang dikeluarkan oleh AJB Bumiputera Syari’ah.

BAB IV Menjabarkan dan menganalisis manajemen sistem dana

tabarru’ dengan mengobservasi perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan dan evaluasi terhadap nasabah pada asuransi

syari’ah sebagai keihklasan dana dalam bershadaqah.

BAB V Merupakan penutup yang berisi kesimplan dan saran-saran

Page 21: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari kata kerja bahasa inggris “to manage”

yang berarti mengatur.1 selain itu, kata “to manage” mempunyai sinonim

antara lain; To hand (mengurus), to control (memeriksa/mengawasi), to

guide (menuntun/mengemudikan). Jadi, manajemen berarti mengurus,

memeriksa, mengawasi, pengendalian, mengemudikan, membimbing.2

Secara etimologis Abdul Sani mengatakan bahwa manajemen

berasal dari kata “manage” yang berarti mengemudikan, memerintah,

memimpin atau dapat juga diartikan sebagai “pengurusan”. Dalam hal ini

pengurusan, memimpin, atau membimbing terhadap orang lain dalam

upaya mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.3

Sedangkan secara terminologis, dikatakan bahwa manajemen

merupakan proses kerja untuk menentukan , mengimpertrasikan dan hal

senada juga diungkapkan oleh Miftah Thoha yang mengatakan bahwa

manajemen merupakan pengelolaan suatu organisasi yang dibatasi dengan

tertib. dengan kata lain, manajemen harus menjalankan prinsip-prinsip

1 Melayu SP. Hasibuan, Manajemen Dasar : Pengertian dan Masalah (Jakarta : PT.

Gunung Agung, 1986), cet.II, h. 2. 2 Jhon M, Echols, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta : PT Gramedia, 1996), h.375.

3 Abdul Sani, Manajemen Organisasi (Jakarta : Bina Aksara, 1987 ), h.1.

Page 22: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

12

perencanaan, pengaturan, motivasi, dan pengendalian dalam menjalankan

roda organisasi.4

Adapun pengertian menurut istilah manajemen ialah suatu proses,

dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan

diawasi. Sedangkan menurut Joseph L. Massie manajemen adalah

integrasi dan penerapan ilmu serta pendekatan analisis yang

dikembangkan oleh banyak disiplin.5

Banyak rumusan yang diberikan oleh para ahli dalam

mendefinisikan manajemen diantaranya:

a. Dalam buku karangan George R. Terry dan Laslie W. Rue.

Mendefinisikan manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja

yang melibatkan bimbingan suatu kelompok orang-orang kearah

tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.6

b. M. Manulang mendefinisikan manajemen pada 3 arti : pertama,

manajemen sebagai proses. Kedua, manajemen sebagai kolektifitas

orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen. Ketiga, manajemen

sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu pengetahuan.7

c. Manajemen dapat didefinisikan dari dua sudut pandang, yaitu sebagai

proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka penerapan

tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang

4 Miftah Thoha , Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku (Jakarta :

PT. RajaGrafindo Persada, 1993), cet. ke - 5, h.10. 5 Joseph L.Massie, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Erlangga, 1999), h. 9.

6 George R. Terry dan Laslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara,

2005), cet. Ke-9, h.1. 7 M. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Ghalla Indonesia, 1996), h. 2.

Page 23: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

13

menduduki jabatan manajerial untuk melalui kegiatan-kegiatan orang

lain.8

d. J. Panglaykin dan Tanzil dalam karyanya Manajemen Suatu Pengantar

mengatakan bahwa manajemen adalah seni kemahiran untuk mencapai

hasil yang sebesar-besarnya dengan usaha yang sekecil-kecilnya untuk

memperoleh kemakmuran dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya

serta memberi serius pelayanan yang baik kepada khalayak ramai.9

e. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan. Manajemen adalah ilmu dan seni

mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-

sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.10

Sedangkan pengertian manajemen didalam kamus besar

Bahasa Indonesia adalah proses penggunaan sumber daya secara

efektif untuk mencapai tujuan dan sasaran.11

f. Didalam buku karangan Yayat. M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen.

George Terry (1977) menyatakan. Manajemen adalah suatu proses

yang berbeda terdiri dari Planning, organizing, actuating, dan

Controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan

dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya.12

8 Sondang P. Siagian, M.P.A., Filsafat Administrasi edisi Revisi (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2006), cet. Ke-3 h. 5. 9 Panglaykin dan Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999),

cet. Ke-15, h. 27. 10

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Revisi (Jakarta: Bumi

Aksara, 2007), cet. Ke-10. h. 1. 11

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :

Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1. h. 695. 12

Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarat: PT. Grasindo, 2004), Cet. Ke-2.

h. 3.

Page 24: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

14

g. Menurut Ahmad Fadli Hs dalam bukunya Organisasi dan

Administrasi. Definisi manajemen dapat diartikan sebagai berikut:

1) Keterlaksanaan proses penggunaan sumber daya secara efektif

untuk mencapai sasaran tertentu.

2) Kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil

dalam rangka pencapaian tujuan kegiatan-kegiatan orang lain.

3) Segenap perbuatan menggerakan kelompok orang dan

menggerakan fasilitas dalam suatu usaha kerja sama untuk

mencapai tujuan tertentu.13

h. Didalam Buku Karangan T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua.

Mary Parker Follet mendefinisikan Manajemen sebagai seni dalam

menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.14

i. Didalam Buku Karangan T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua.

Menurut Stoner Manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para

anggota organisasi dan penggunaan sumber daya- sumber daya

organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan.15

j. Menurut H. Koontz dan O’ Donnel, dalam bukunya: “Principles of

Managemen”, yang dikutif oleh Soewarno Handayaningrat, dalam

buku Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen.

mengemukakan definisi managemen sebagai berikut: “Management

13

Ahmad Fadli Hs, Organisasi dan Administrasi edisi Revisi (Jakarta: Man Halun

Nasyi-in Press, 2002), cet. Ke-3. h. 26. 14

T. Hani Handoko, M.B.A. Manajemen edisi Kedua (Yogyakarta: Bpfe, 1991 ), h. 8 15

T. Hani Handoko, M.B.A. Manajemen edisi Kedua , h. 8.

Page 25: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

15

involes getting things done through and with people”. (Managemen

berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan

melalui dan dengan orang-orang lain).16

Setelah memaparkan beberapa pengertian arti dari berbagai para

ahli dalam karya-karyanya, jelas sekali terdapat banyak definisi-definisi

tentang manajemen. Menurut penulis kesimpulan yang dapat diambil dari

berbagai definisi-definisi tersebut. Manajemen adalah serangkaian

kegiatan yang didalamnya terdapat suatu proses pelaksanaan kegiatan

yang meliputi Perencanaan (Planning), Organisasi (Organizing),

Penggerakan (Actuating), dan Pengawasan (Controlling). sehingga bisa

memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan dan sasaran

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

2. Fungsi-Fungsi Manajemen

Fungsi – fungsi Manajemen adalah sebagai berikut menurut Henry

Fayol ada:17

a. Planning

Menunjukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa

yang akan datang dan apa yang harus di perbuat agar dapat mencapai

tujuan-tujuan itu.

b. Organizing

Mengelompokan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan

memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.

16

Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management

(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1980), h.19. 17

Zaini Muhtarom, Dasar-Dasar Manajemen (Yogyakarta : Al Amin Press dan IKFA,

1996), h. 38.

Page 26: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

16

c. Staffing

Menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan,

penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.

d. Motivating

Mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-

tujuan.

e. Controlling

Mengukur Pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-

sebab penyimpangan- penyimpangan dan mengambil tindakan –

tindakan korektif dimana perlu.

Adapun Fungsi-fungsi manajemen menurut T. Hani Handoko adalah

sebagai Berikut:

a. Planning (perencanaan)

Adalah penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,

metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan

b. Organizing (penggorganisasian)

Adalah penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan

untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Staffing ( Penyusunan Personalia)

Adalah penarikan, pelatihan, pengembangan, serta penempatan dan

pembagian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang

menguntungkan dan produktif.

Page 27: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

17

d. Pengarahan

Adalah membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa

yang diinginkan, dan harus mereka lakukan.

e. Controlling (pengawasan)

Adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin

bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah

ditetapkan.18

Sedangkan menurut Joseph L. Massie. Ada 7 fungsi-fungsi

manajemen diantaranya adalah:

a. Pengambilan keputusan (Decision Making) ialah proses pemilihan arah

langkah yang harus diambil dan alternative-alternatif yang ada untuk

mencapai hasil yang diinginkan.

b. Pengorganisasian (Organizing) proses penentuan struktur dan alokasi

kerja.

c. Pengisian staf (Staffing) proses yang dilakukan para manajer untuk

menseleksi, melatih, mempromosikan, dan membebas tugaskan

bawahan.

d. Perencanaan (Planning) proses antisipasi seorang manajer akan masa

depan dan menemukan alternative-alternatif arah langkah yang terbuka

untuknya.

18

T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia (Yogyakarta :

PT. Liberty, 1985), h. 23-25.

Page 28: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

18

e. Pengawasan (Controlling) proses mengukur pelaksanaan yang berlaku

sekarang dan memberikan panduan kearah sasaran yang telah

ditetapkan sebelumnya.

f. Komunikasi (Comunicating) ialah proses pengalihan ide-ide kepada

orang lain untuk keperluan mencapai hasil uang diinginkan.

g. Pengarahan (Directing) proses bimbingan pelaksanaan actual para

bawahan menuju kesasaran bersama. Pengawasan (supervising)

merupakan satu aspek fungsi ini pada tingkat bawah yang

memungkinkan pengawasan pekerjaan fisiknya.19

Menurut Hasibuan yang dikutif oleh Prof. Dr. Sondang. P.

Siagian, M. P. A. bahwa fungsi- fungsi manajemen mencakup :

a. Planning (perncanaan) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses

pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan

dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan.

b. Organizing (pengorganisasian) adalah keseluruhan proses

pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab,

dan wewenang, sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi

yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah ditentukan.

c. Motivating (penggerakan) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan

proses pemberiaan dorongan bekerja kepada para bawahan sedemikian

rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya

tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.

19

Josep L.Massie, Dasar-Dasar Manajemen edisi Ketiga (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 7.

Page 29: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

19

d. Controlling (pengawasan) adalah proses pengamatan pelaksanan

seluruh kegiatan organisasi untuk menajmin agar semua pekerjaan

yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya.

e. Evaluation (penilaian) adalah fungsi organik administrasi dan

manajemen yang terakhir. Definisinya ialah proses pengukuran dan

perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya di capai dengan

hasil-hasil yang seharusnya dicapai.20

Menurut George R. Terry, dalam bukunya “Principles of

management”, yang dikutif oleh Soewarno Handayaningrat dalam Buku

Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen, menyatakan bahwa

proses manajemen terdiri atas empat fungsi yaitu:

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan

waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan

merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh

keyakinan untuk tercapainya hasil yang dikehendakinya.21

Pada hakekatnya perencanaan adalah suatu maksud yang

didokumentasi secara khusus yang memuat tujuan dan tindakan.

Tujuan adalah akhir dari tindakan, sedangkan tindakan itu sendiri

adalah alat untuk sampai ke tujuan tersebut. Dengan perkataan lain

bahwa tujuan merupakan target yang menjadi sasaran manajemen,

20

H. Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Revisi, h. 3. 21

Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management, h. 25.

Page 30: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

20

sedangkan tindakan merupakan alat dan cara mencapai sasaran

tersebut.22

Adapun George R. Terry, dalam buku Zaini Muchtarom, lebih

rinci menyatakan : perencanaan adalah menyeleksi dan

menghubungkan fakta-fakta serta menyusun dan menggunakan

asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam bentuk

visualisasi dan formulasi dari kegiatan-kegiatan terarah yang diyakini

perlu untuk mencapai hasil yang dikehendaki.23

Dalam perencanaan diperlukan adanya langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Perkiraan dan perhitungan masa depan

2) Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangkaian pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3) Penetapan tindakan dan prioritas pelaksanaanya

4) Penetapan metode

5) Penetapan dan penjadualan waktu

6) Penempatan lokasi (tempat)

7) Penempatan biaya fasilitas dan faktor-faktor lain diperlukan

b. Penggorganisasian

Pengorganisasian berasal dari kata organisasi (Organum-

bahasa latin) yang berarti alat atau badan, pada dasarnya ada 3 (tiga

ciri khusus dari satu) organisasi yaitu : adanya sekelompok manusia

22

Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, h. 62. 23

Ibid., h. 63.

Page 31: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

21

kerja sama yang harmonis dan kerja sama tersebut berdasarkan atas

hak kewajiban serta tanggung jawab masing-masing orang untuk

mencapai tujuan.24

Adapun pengorganisasian menurut G. R. Terry adalah

menentukan, mengelompokan dan pengaturan berbagai kegiatan yang

dianggap perlu untuk pencapaian tujuan, penugasan orang-orang dalam

kegiatan ini, dengan menetapkan faktor-faktor lingkungan fisik yang

sesuai, dan menunjukan hubungan kewenangan yang dilimpahkan

terhadap setiap individu yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan

tersebut.25

Penggorganisasian adalah menentukan, mengelompokan dan

pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian

tujuan, penugasan orang-orang dalam kegiatan ini, dengan menetapkan

faktor-faktor lingkungan fisik yang sesuai, dan menunjukan hubungan

kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap individu yang

ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.26

c. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan adalah aktivitas pokok dalam manajemen yang

mendorong dan menjuruskan semua bawahan agar berkeinginan

bertujuan serta bergerak untuk mencapai maksud-maksud yang telah

24

Djati Juliatriasa dan Jhon Suprihanto, Manajemen Umum Sebuah Pengantar

(Yogyakarta : BPFF, 1998), Cet. Kr-2, h. 14. 25

Sowewarno Handayaningrat, Ilmu Administrasi dan Manajemen, h. 26. 26

Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen,h. 26.

Page 32: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

22

ditentukan dan merasa berkepentingan serta pada dengan rencana

usaha organisasinya.27

Penggerakan dapat didefinisikan pula sebagai keseluruhan

usaha, cara teknik dan metode untuk mendorong para anggota

organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi

tercapainya tujuan organisasi.28

Penggerakan pelaksanaan adalah usaha agar semua anggota

kelompok suka melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadarannya

dan berpedoman pada perencanaan (Planning) dan usaha

pengorganisasiannya.29

George R. Terry, dalam buku Sarwoto, memberikan pengertian

ini sebagai tindakan untuk mengusahakan agar semua angota

kelompok suka berusaha untuk mencapai sasaran agar sesuai dengan

perencanaan manajerial dan usaha organisasi30

d. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah kegiatan manajer mengusahakan agar

pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil

yang dikehendaki.31

27

Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen (Jakarta: : Bina Aksara , 1998)

cet ke-2, h. 96. 28

Sondang P. Siagian. Fungsi-Fungsi Manajemen (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), cet ke-

2, h. 128. 29

Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management, h.

26. 30

Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalian Indonesia, 1991)

, cet, ke-18, h. 89. 31

Ibid, h. 94.

Page 33: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

23

Pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus

diselesaikan yaitu: pelaksanaan, penilaian pelaksanaan, bila perlu

melakukan tindakan korektif agar supaya pelaksanaannya tetap sesuai

dengan rencana yaitu sesuai dengan standar.32

Pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih

menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai

rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagai fungsi organik,

pengawasan merupakan salah satu tugas yang mutlak yang

diselenggarakan oleh semua orang yang menduduki jabatan manajerial,

mulai dari manajer puncak hingga para manajer rendah yang secara

langsung mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang

diselenggarakan oleh semua petugas operasional.33

Dari Beragamnya fungsi-fungsi manajemen di atas yang telah

diungkapkan oleh para ahli. Maka, Penulis mengambil fungsi

manajemen yang lebih Umum dilakukan dikalangan masyarakat.

Sehingga penulis lebih condong pada Fungsi Manajemen menurut

pandangan George R. Terry seorang ahli manajemen, yang

mengungkapkan empat fungsi Manajemen yaitu Perencanaan

(Planning), pengorganisasian (Organizing), Penggerakan

(Actuating),dan Pengawasan (Controlling). Atau yang biasa dikenal

dan disingkat dengan sebutan “POAC”. Fungsi Manajemen inilah yang

sangat popular dan fundamental dalam rangka untuk pencapaian

tujuan dalam setiap kegiatan.

32

Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management, h.

26. 33

Sodang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajemen, h. 169.

Page 34: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

24

3. Unsur-Unsur Manajemen

Unsur atau komponen merupakan bagian terpenting yang harus

tersedia dalam suatu pelaksanaan kegiatan. Dalam hal ini Abdul Syani

membagi unsur alat manajemen (tool of manajemen) kedalam enam bagian

di antaranya :

a. Man, yakni tenaga kerja manusia, sumber daya manusia (SDM) yang

ada pada sebuah lembaga, SDM yang ada akan berpengaruh pada

lancer atau tidaknya manajemen lembaga dalam melaksanakan tujuan

yang dilaksanakan.

b. Money, yakni pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Dana tersebut dapat diperoleh dari pemerintah setempat atau dari

donator yang secara sukarela memberikan sumbangan demi kemajuan

sebuah proses dakwah. Disamping itu, dana juga dapat diperoleh dari

lembaga usaha yang dikembangkan.

c. Methods, yakni cara atau sistem untuk mencapai tujuan. Dalam

penentuan metode ini harus direncanakan secara matang sehingga tidak

terjadi kevakuman di tengah jalan.

d. Materials, yakni bahan-bahan yang diperlukan dalam mencapai tujuan

atau misi lembaga. Bahan ini harus mendukung proses pencapaian

tujuan yang direncanakan oleh sebuah lembaga.

e. Machines, yakni alat-alat yang diperlukan, dalam hal ini alat-alat yang

digunakan bertujuan untuk memaksimalkan bahan-bahan yang

tersedia.

Page 35: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

25

f. Market, yakni tempat untuk menawarkan hasil produksi dalam hal ini,

misi lembaga dapat diterima oleh masyarakat yang pada gilirannya

mereka dapat menerima produk yang telah diciptakan.34

Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur terpenting

sehingga berhasil atau gagalnya suatu manajemen tergantung pada

kemampuan manajer untuk mendorong dan menggerakkan orang-orang

kearah tujuan yang akan dicapai. Karena begitu pentingnya unsur manusia

dalam manajemen, melebihi unsur lainnya, maka boleh dikatakan bahwa

manajemen itu merupakan proses sosial yang mengatasi segala-galanya.35

B. Dana Tabarru’

1. Pengertian Dana Tabarru’

Dana tabarru’ terdiri dari kata dana dan tabarru’. Dalam Kamus

Umum Bahasa Indonesia kata dana adalah uang yang disediakan atau

sengaja dikumpulkan untuk suatu maksud, derma, sedekah, pemberian

atau hadiah.36

Sedangkan tabarru’ berasal dari kata tabarra’a

yatabarra’u-tabarru’an, artinya sumbangan hibah, dana kebijakan, atau

derma.37

Orang yang memberi sumbangan disebut mutabarri’

(dermawan). Tabarru’ merupakan pemberian sukarela seseorang kepada

orang lain, tanpa ganti rugi yang mengakibatkan berpindahnya

kepemilikan harta itu dari pemberi kepada orang yang diberi. 38

34

Abdul Sani, Manajemen Organisasi (Jakarta: Bina Aksara, 1987) , h. 28. 35

Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, h.43. 36

W.J.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka,

2005), Ed. 3, h. 261 37

Abd Bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus Indonesia-Arab, Arab-Indonesia, (Jakarta, PT.

Bentara antar Asia, 1991), h. 75 38

Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di

Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2004), h. 138

Page 36: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

26

Jumhur ulama mendefinisikan dana tabarru’ dengan akad yang

mengakibatkan pemilikan harta, tanpa ganti rugi yang dilakukan seseorang

dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela. Niat tabarru’

dalam akad asuransi syari’ah adalah alternatif uang sah yang dibenarkan

oleh syara’ dalam melepaskan diri dari praktik gharar (manipulasi) yang

diharamkan oleh Allah SWT. 39

Menurut jumhur ulama, dana tabarru’ digunakan untuk saling

membantu antar sesama manusia, oleh sebab itu Islam sangat menganjurkan

seseorang yang mempunyai kelebihan harta untuk menghibahkannya kepada

saudara-saudaranya yang memerlukan. Sedangkan dalam konteks akad dalam

asuransi syari’ah, tabarru’ memberikan dana kebijakan dengan niat ikhlas

untuk tujuan saling membantu diantara sesama peserta asuransi syari’ah

apabila ada diantaranya mendapat musibah. Dana klaim yang diberikan

diambil dari rekening dana tabarru’ yang telah diniatkan oleh semua peserta

ketika akan menjadi peserta asuransi syari’ah, untuk kepentingan atau dana

tolong-menolong. 40

2. Tujuan dan Manfaat Dana Tabarru’

a. Tujuan Dana Tabarru’

Tujuan dari dana tabarru’, yaitu :

1) Untuk membayar klaim apabila terjadi musibah pada peserta lain.

2) Untuk menghindari sikap mementingkan diri sendiri pada peserta

asuransi.

39

Ibid, h. 138 40

Ibid, h. 139

Page 37: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

27

3) Saling tolong menolong antara peserta yang tertimpa musibah.

4) Mempererat tali silaturahmi antara peserta yang tertimpa musibah.

5) Menumbuhkan rasa bertanggung jawab sesama, dengan memberikan

sebagian kecil uang yang dniatkan untuk peserta lain apabila terjadi

klaim. Hal ini menghindari perasaan mementingkan diri sendiri.

6) Saling bantu-membantu antara peserta yang tertimpa musibah. 41

b. Manfaat Dana Tabarru’

Sedangkan manfaat dana tabarru’ bagi perusahaan itu sendiri,

yaitu:

1) Mengelola kembali dana tabarru’ dengan menginvestaskan pada

lembaga keuangan syari’ah.

2) Dapat didayagunakan untuk membentuk dana bersama yang digunakan

sebagai santunan bagi peserta lainnya. Dana bersama merupakan dana

kumpulan peserta asuransi yang digunakan untuk menutup kerugian

yang diderita nasabah ketika mengalami musibah atau bencana. Setiap

peserta memiliki hak yang sama dalam menerima ganti rugi yang sesuai

dengan proporsinya yang telah ditentukan diawal. 42

3. Landasan Hukum Dana Tabarru’

Asuransi syari’ah dalam AJB Bumiputera Divisi Syari’ah memakai

landasan hukum yang ditentukan oleh Dewan Syari’ah Nasional MUI dan

Peraturan Menteri Keuangan No.18/PMK.010/2010 tentang penerapan

prinsip dasar peneyelenggaraan asuransi dan reasuransi dengan prinsip

41

Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di

Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2004), h. 139 42

Ibid, h. 139

Page 38: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

28

syari’ah. Kemudian Dewan Syari’ah Nasional MUI mengeluarkan fatwa

selanjutnya bersama Menteri Keuangan di Peraturan Menteri Keuangan

No.11/PMK.010/2011 tentang kesehatan keuangan usaha asuransi dan

reasuransi dengan prinsip syari’ah. Dan selanjutnya fatwa Dewan Syari’ah

Nasional MUI yang menjelaskan tentang akad tabarru’ dalam Dewan

Syari’ah Nasional MUI No. 53/ DSN-MUI/ III/ 2006 tentang akad tabarru’

pada asuransi syari’ah.43

Menurut Dewan Syari’ah Nasional MUI dalam akad tabarru’ tersebut,

harus disebutkan sekurang-sekurangnya :

a. Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan.

b. Hak dan kewajiban masing-masing dalam akun tabarru’ selaku peserta

dalam arti badan/kelompok.

c. Cara dan waktu pembayaran premi.

d. Syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang

diakadkan.44

Sedangkan kedudukan para pihak dalam akad tabarru’ :

a. Peserta, yaitu memberikan dana hibah yang akan digunakan untuk

menolong peserta atau peserta lain yang tertimpa musibah.

b. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima dana

tabarru’ (mu’amman/ mutabarra’lahu) dan secara kolektif selaku

penanggung (mu’ammin/ mutabarri’).

43

Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

Syari’ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 44

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI, Tentang Akad Tabarru’ Pada Asuransi Syari’ah,

(Jakarta, 23 Maret 2006), h. 6

Page 39: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

29

c. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar

akad wakalah, mewakilkan atau tanggungan seseorang, dari peserta selain

pengelola investasi.45

Berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI No. 53/ DSN-MUI/

III/ 2006 tentang akad tabarru’ pada asuransi syari’ah, menjelaskan bahwa

dana tabarru’ boleh dikelola dan diinvestasikan sesuai dengan syari’at Islam.46

4. Penetapan Dana Tabarru’

Proses penetapan dana tabarru’ yang dijalankan oleh AJB Bumiputera

Divisi Syari’ah ditentukan berdasarkan rate tabarru’ AJB Bumiputera Divisi

Syari’ah yang mengacu pada tabel mortalita (tabel angka kematian), besarnya

tabarru’ masing-masing calon peserta berbeda-beda, hal ini ditentukan dari

usia masuk calon peserta dan lamanya perjanjian yang akan diambil, semakin

tua usia calon peserta dan lamanya perjanjian maka jumlah tabarru’nya

semakin besar.47

Proses penetapan dana tabarru’ dibagi menjadi dua sistem :

a. Untuk asuransi dengan unsur tabungan maka premi dibagi menjadi tiga

unsur yaitu : tabungan, biaya dan tabarru’. Premi tabarru’ diperhitungkan

dengan mengacu pada tabel mortalita (tabel angka kematian), besarnya

tabarru’ ditentukan dari usia masuk calon peserta dan lamanya perjanjian

asuransi yang akan diambil, semakin tua usia calon peserta dan lamanya

perjanjian maka jumlah tabarru’nya semakin besar.

45

Ibid, h. 6 46

Ibid, h. 6 47

Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

Syari’ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB

Page 40: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

30

b. Sedangkan asuransi non tabungan terdiri dari tabarru’ dan biaya, tabarru’

dihitung mengacu tabel mortalita (tabel angka kematian), besarnya

tabarru’ ditentukan dari usia masuk calon peserta dan lamanya perjanjian

asuransi yang akan diambil, semakin tua usia calon peserta dan lamanya

perjanjian maka jumlah tabarru’nya semakin besar.48

Muhammad Fadhli Yuzof, direktur Syarikat Takaful Malaysia, dalam

bukunya “Takaful Sistem Asuransi Islam” menjelaskan tentang manfaat dan

batasan penggunaan dana tabarru’ sebagai berikut : “Tabarru’ mempunyai

pengertian luas. Dana tabarru’ boleh digunakan untuk membantu siapa saja

yang mendapat musibah. Tetapi dibawah bisnis takaful karena telah melalui

akad khusus, maka penggunaan tabarru’ harus khusus pula yaitu hanya

sebatas pada kemanfaatan peserta takaful saja. Dengan kata lain bahwa

kumpulan dana tabarru’ hanya digunakan untuk kepentingan peserta takaful

yang mendapat musibah. Apabila dana tabarru’ tersebut digunakan untuk

kepentingan lain, berarti melanggar syarat akad.” 49

Sumber dana perusahaan dibutuhkan dari :

Dana pemegang saham yaitu dana yang disiapkan oleh para pemegang

saham sebagai modal setor bagi perusahaan, baik pada tahap awal berdiri

perusahaan maupun penambahan setelah perusahaan berjalan, serta hasil

investasi atas dana tersebut.

48

Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

Syari’ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 49

Muhammad Fadzli Yusof, Takaful Sistem Asuransi Islam, (Kuala Lumpur:Tingi Press

SDN.BHD, 1996), h. 22

Page 41: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

31

Dana dari peserta asuransi yaitu berupa premi. 50

Dalam melaksanakan perjanjian antara perusahaan dengan peserta

harus dilandasi dengan akad. Adapun akad yang melandasi asuransi syari’ah

adalah akad tijarah dan akad tabarru. Akad tijarah merupakan sebuah bentuk

akad yang dilakukan untuk tujuan komersial misalnya mudharabah, wadi’ah,

dan wakalah. Sedangkan akad tabarru’ merupakan semua bentuk akad yang

dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong menolong tidak untuk

komersial.51

Dalam asuransi syari’ah unsur premi terdiri dari unsur tabarru’ dan

tabungan (untuk asuransi jiwa), dan unsur tabarru’ saja (untuk asuransi

kerugian). Unsur tabarru’ pada asuransi jiwa perhitungannya berdasarkan

tabel mortalitas, angka rata-rata kematian seseorang di suatu wilayah, yaitu

dengan cara preusan harus mengetahui perkiraan “harapan hidup” orang yang

ditanggungnya, besarnya tergantung dari usia dan masa perjanjian. “Semakin

tinggi usia dan semakin tinggi masa perjanjiannya, maka semakin besar pula

nilai tabarru’nya. Besarnya premi asuransi jiwa pada asuransi syari’ah yang

berupa dana tabarru’ berada pada kisaran 0,75 sampai 12%”. Sedangkan

besarnya tabarru’ pada asuransi kerugian merujuk kepada Rate Standart yang

dibuat oleh DAI (Dewan Asuransi Indonesia).52

Penentuan bagian ini semata-mata demi perjalanan suatu usaha yang

transparan dan menghilangkan keraguan mengenani dari mana datangnya dana

50

Muhammad Syakir Sula, Asuransi syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem

Operasional, (Jakarta: Gema insani, 2004), h. 309 51

Ibid, h. 310 52

Muhammad Syakir sula, Asuransi syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem

Operasional, (Jakarta: Gema insani, 2004), hal. 311

Page 42: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

32

yang digunakan untuk membayar klaim. Pada asuransi syari’ah, sejak awal

peserta sudah diminta untuk menghibahkan uang preminya yang dimasukkan

ke dalam rekening peserta khusus/tabarru’, guna membayar klaim bila terjadi

musibah pada sebagian peserta.53

Selain unsur tabarru’, premi juga terdiri dari unsur tabungan yaitu dana

titipan dari peserta yang dikelola oleh perusahaan dan akan mendapatkan

alokasi bagi hasil (mudharabah) dari pendapatan investasi bersih yang

diperoleh setiap tahun. Dana tabungan peserta yang dialokasikan untuk bagi

hasil akan dikembalikan atau diserahkan kepada para peserta, apabila peserta

yang bersangkutan mengajukan klaim. Seluruh premi akan disatukan kedalam

kumpulan dana peserta yang kemudian akan di investasikan oleh perusahaan.54

Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dan

investasi tersebut harus sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah. Investasi berarti

menanamkan sejumlah dana pada sektor tertentu (sektor keuangan/riil) dan

untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan.55

Selain untuk mendapatkan keuntungan dari perusahaan, tujuan utama

dari investasi adalah untuk memperkuat cadangan premi. Kedua alasan ini

tetap relevan dalam asuransi, namun ada alasan lain yang tidak kalah penting,

yakni untuk memperoleh nilai tambah yang hasilnya akan dibagi antara

perusahaan dengan pemegang polis. Dengan demikian perusahaan asuransi

53

Ibid, hal. 311 54

Ibid, hal. 311 55

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem

Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 311

Page 43: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

33

selain berfungsi sebagai institusi untuk berta’awun, secara implisit juga

menjadi lembaga investasi.56

Ketentuan mengenai investasi perusahaan asuransi syari’ah telah diatur

dalam surat keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Departemen

Keuangan No. 4499/LK/2000 antara lain menyebutkan bahwa investasi

asuransi syari’ah dapat berupa penyertaan reksadana, penyertaan langsung

syari’ah, kepemilikan tanah dan bangunan, serta pembiayaan modal kerja

dengan sistem mudharabah. Investasi dalam konteks syari’ah sudah barang

tentu memperhatikan larangan gharar, maisir, dan riba. 57

Hasil keuntungan dari investasi dibagi dengan menggunakan prinsip

mudharabah (bagi hasil) sesuai dengan perjanjian pada kesepakatan awal.

Besar bagi hasil sangat tergantung pada kondisi perusahaan, semakin sehat dan

besar profit yang diperoleh perusahaan maka semakin besar pula porsi bagi

hasil yang akan diberikan kepada peserta.58

Dengan demikian peserta dan perusahaan tidak ada yang

terdzalimi, karena konsep dari asuransi syari’ah adalah tolong-menolong,

saling melindungi dan saling bantu-membantu. Bentuk tolong-menolong

dimasukkan ke dalam dana tabarru’. Apabila salah satu peserta mendapat

musibah, maka peserta yang lain tak ikut menanggung resiko, dimana

klaimnya dibayarkan dari akumulasi dana tabarru’ yang terkumpul. 59

56

Ibid, hal. 178 57

Ibid, hal. 178 58

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem

Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 178 59

Ibid, h. 142

Page 44: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

34

C. Nasabah

1. Pengertian Nasabah

Nasabah adalah orang yang berhubungan dengan suatu lembaga

seperti bank, asuransi, dan lembaga keuangan lainnya, baik itu untuk

keperluannya sendiri maupun sebagai perantara bagi keperluan pihak lain.

Nasabah juga dapat disebut sebagai konsumen pada suatu lembaga. 60

http//:www.artikata.com

Suatu lembaga juga mementingkan hal yang terpenting yaitu

kepuasan pada nasabah (konsumen). Arti kepuasan konsumen itu sendiri

adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja produk

atau hasil yang ia rasakan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasannya

merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang ia rasakan (perceived

performance) dan harapan (expected performance). 61

60

http://www.artikata.com 61

Philip Kotler, Marketing Management, The Millenium edition, Upper Sandle River

(New Jersey : Prentice – Hall, Inc, 2003), h. 40

Page 45: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

35

Ada dua hal penting yang berkenaan dengan kepuasan konsumen,

yaitu : Metode pengukuran kepuasan konsumen atau nasabah dan strategi

pemasaran memuaskan konsumen atau nasabah. 62

a. Metode Pengukuran Kepuasan Konsumen/Nasabah

Lembaga harus melakukan pemantauan kepuasan pelanggan

atau nasabah agar selalu terjalin hubungan antara hubungan antara

lembaga dengan nasabah yang harmonis. Beberapa metode yang dapat

digunakan untuk mengukur dan mengetahui kepuasan pelanggan,

yaitu:

1) Sistem Keluhan dan Saran

Lembaga harus menyediakan kotak saran ditempat yang mudah

dijangkau oleh nasabah. Bisa juga dengan menyediakan formulir

bagi nasabah yang ingin memberikan saran. Beberapa lembaga

yang berwawasan nasabah, menyediakan telepon bebas pulsa yang

memudahkan nasabah untuk melakukan kontak dengan lembaga.

2) Survei Kepuasan Nasabah

Lembaga yang responsif mengukur kepuasan nasabah dengan

mengadakan survei berkala atau mengirim daftar pertanyaan atau

juga menelpon para nasabah baru untuk mendengar reaksi mereka

terhadap kinerja lembaga dan kinerja pesaing lembaga.

62

Ibid, h. 40

Page 46: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

36

3) Pembelanja Hantu (Ghost Shopper)

Lembaga dapat mengirim petugas untuk berpura-pura menjadi

nasabah suatu lembaga pesaing dan kemudian membandingkan

layanan lembaga pesaing dengan layanan lembaga sendiri.

4) Nasabah yang sudah tidak membeli lagi (Lost Customer Analysis)

Apabila lembaga kehilangan pelanggan, maka lembaga harus

berupaya untuk mengetahui mengapa mereka tidak loyal lagi

kepada lembaga. Apakah tarif jasa terlalu mahal, produk kurang

dapat diandalkan atau pelayanan kurang memuaskan. Selain

melakukan wawancara, lembaga perlu pula memantau tingkat

kehilangan konsumen (Customer Lost Rate) yang apabila

meningkat maka berarti lembaga gagal dalam memuaskan

nasabahnya.63

b. Strategi Pemasaran Untuk Memuaskan Konsumen/Nasabah

Kepuasan nasabah berhubungan erat dengan keandalan produk

jasa lembaga yang ditawarkan dan pelayanan yang diberikan lembaga.

Keandalan produk terkait dengan kualitas produk tersebut. Dalam hal

ini, kualitas merupakan jaminan terbaik kesetiaan nasabah. Kualitas

yang lebih tinggi dan juga biaya yang lebih rendah. Oleh karena itu,

program penyempurnaan kualitas (Quality Improvement Programs)

pada umunya meningkatkan profitabilitas. 64

63

Murti Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank, (Liberty, 2002), h. 228-229 64

Sadono Sukirno, Teori Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2005), Ed. Ke-3, h. 155

Page 47: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

37

Strategi yang perlu dilakukan lembaga adalah :

1) Lembaga harus mendengarkan suara nasabah, sehingga kualitas

produk/jasa lembaga tepat seperti yang diinginkan nasabah.

2) Perbaikan kualitas memerlukan komitmen total dari para petugas

lembaga.

3) Melalui brench marketing, yaitu mengukur kinerja lembaga

dibandingkan dengan pesaing terbaik dikelasnya dan berupaya

meniru bahkan melampauinya, penyempurnaan kualitas

produk/jasa lembaga ditingkatkan. Jadi, kualitas tidak dapat

diperiksa saja tetapi harus direncanakan semenjak awal.65

2. Kriteria Umum Pelanggan/Nasabah Terhadap Penyedia Jasa

Ada beberapa tipe pelanggan atau nasabah terhadap penyedia jasa,

yaitu :

a. Stayers (Penetap)

Stayers adalah tipe konsumen yang menggunakan / mengkonsumsi

produk yang disediakan penyedia jasanya yang pertama kali hingga

sekarang. Mereka (konsumen) disebut stayers karena belum pernah

beralih ke penyedia jasa lainnya. Sehingga Blattberg dan Deighton

mengartikan stayers sebagai berikut: “costumer who have not switched

or first adopters service providers”

Artinya konsumen yang belum pernah berpindah ke penyedia jasa lain,

atau mereka baru pertama kali menggunakan penyedia jasa tersebut.

65

Ibid, h. 155

Page 48: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

38

b. Switchers (Peralih)

Switchers adalah tipe konsumen yang telah berpindah pemakaian

produk yang sama kepada penyedia jasa yang lain. Sehingga menurut

Blattberg dan Deighton mengartikan switchers sebagai berikut:

“costumer who have switched from other service provider”

Artinya konsumen yang telah berpindah dari penyedia jasa yang

lain. Switchers berpindah dari penyedia jasa lain dapat disebabkan karena

banyak faktor, mulai dari faktor-faktor yang dapat dikendalikan sampai

yang tidak dap;at dikendalikan. 66

Switchers terbagi dalam dua kelompok

yaitu:

a. Peralih yang puas (satisfied switchers) :

Konsumen yang beralih dari penyedia jasa yang sekarang ke penyedia

jasa yang baru karena disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, yaitu:

1) Harga

Harga merupakan penyebab ketiga terbesar yang menyebabkan

konsumen beralih ke perusahaan lain.

2) Kenyamanan

Kategori kenyamanan menjadi hal yang kritis dimana ketika

konsumen tidak merasakan kenyamanan dalam bertransaksi.

3) Kompetitor

Daya tarik yang diberikan oleh kompetitor lain merupakan hal

yang termasuk menjadi penyebab konseumen beralih. Konsumen

66

Blattberg and Deighton; Reicheld (dalam Jaishankar Ganesh, Mark J. Arnold, dan

Kristy E Reynold, 2008,), h. 167

Page 49: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

39

yang tidak puas dengan penyedia jasa yang sekarang, mencari

pengalaman baru dengan mencoba perusahaan jasa lain atau arti

laim mencoba menggunakan pelayanan jasa perusahaan lain.

b. Peralih yang tidak puas (dissatisfied switchers)

Konsumen yang beralih dari penyedia jasa yang sekarang ke penyedia

jasa yang baru karena disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, yaitu:

1) Kegagalan dalam penyampaian jasa

Penyebab terbesar konsumen yang beralih disebabkan karena

gagalnya penyampaian jasa tersebut. Hal ini berarti inti dari

pelayanan jasa yang tidak sampai yang disebabkan karena

kesalahan atau masalah teknis dalam penyampaian jasa itu sendiri.

2) Kegagalan dalam pelayanan jasa

Pelayanan jasa diartikan sebagai interaksi individu antara

konsumen dengan karyawan pada perusahaan jasa. Kegagalan

dalam pelayanan jasa merupakan hal kedua terbesar penyebab

konsumen beralih ke perusahaan lain. Kegagalan dari pelayanan

jasa tersebut lebih dilihat dari aspek tingkah laku atau siakp dari

karyawan perusahaan tersebut.

3) Respon karyawan

Respon karyawan yang tidak baik terhadap pelayanan jasa yang

gagal termasuk dalam kategori yang penting yang menjadi

penyebab perpindahan konsumen ke perusahaan lain. Bukan

disebabkan karena gagalnya penyampaian jasa, akan tetapi

Page 50: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

40

dikarenakan perusahaan peyediaan jasa gagal dalam mengenai

situasi yang mendukung.

4) Masalah moral

Penerapan moral dari perusahaan penyedia jasa merupakan salah

satu penyebab lain dari peralihan konsumen kepada penyedia jasa

yang lain. Penerapan moral yang membuat konsumen beralih

kepada penyedia jasa yang dimaksud apabila penyedia jasa tersebut

menerapkan pelayanan yang tidak legal, tidak bermoral, tidak

aman dan yang terakhir tidak sehat atau tingkah laku lain yang

melanggar jalur dari norma-norma sosial.

5) Masalah lain yang tidak diduga

Faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan (tidak diduga)

merupakan faktor lain dan dapat dibilang faktor terkecil yang

membuat konsumen beralih ke perusahaan lain. Karena faktor ini

adalah faktor yang tidak bisa dikendalikan dari kedua belah pihak

yaitu dari sisi konsumen maupun dari sisi penyedia jasa.67

67

Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, (Yogyakarta: Bayu Media Publishing, 2005), h. 102

Page 51: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

41

BAB III

PROFIL AJB BUMIPUTERA SYARI’AH

A. Latar Belakang AJB Bumiputera Syari’ah

Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu Negara dengan jumlah

operartor asuransi syari’ah yang cukup banyak di dunia. Berdasarkan data

Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), terdapat 49

pemain asuransi syari’ah di Indonesia yang telah mendapatkan rekomendasi

syari’ah. Mereka terdiri dari 40 operator Asuransi Syari’ah, 3 Reasuransi

Syari’ah dan 6 Broker Asuransi syari’ah dan Reasuransi Syari’ah.

Perkembangan industri syari’ah di negeri ini diawali dengan kelahiran

asuransi syari’ah pertama di Indonesia pada tahun 1994. 1

Saat itu PT. Syarikat Takaful Indonesia (STI) berdiri pada tanggal 24

Februari 1994 yang dimotori oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia

(ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT.

Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan RI serta beberapa

pengusaha Muslim Indonesia. Selanjutnya STI mendirikan 2 anak perusahaan

yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga pada tanggal 4 Agustus 1994 dan PT.

Asuransi Takaful Umum pada tanggal 2 Juni 1995. Maka setelah PT. Asuransi

Takaful berdiri, bermuncullah beberapa perusahaan asuransi karena menyadari

cukup besarnya potensi bisnis asuransi syari’ah di Indonesia.2

1 Wirdyaningsih, SH., MH, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada

Media, 2006), h. 202 2 Wirdyaningsih, SH., MH, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada

Media, 2006), hal. 202

Page 52: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

42

Hal tersebut kemudian mendorong berbagai perusahaan untuk

beramai-ramai masuk kedalam bisnis asuransi syari’ah, di antaranya dilakukan

dengan langsung mendirikan perusahaan asuransi syari’ah penuh maupun

membuka divisi atau cabang asuransi syari’ah.3

Strategi pengembangan bisnis asuransi syari’ah melalui pendirian

perusahaan dilakukan oleh Asuransi Syari’ah Mubarakah yang bergerak

pada bisnis asuransi jiwa syari’ah. Sedangkan strategi pengembangan bisnis

melalui pembukaan divisi atau cabang asuransi syari’ah dilakukan sebagian

perusahaan asuransi, antara lain : PT. MAA Life Assurance, PT. MAA

General Assurance, PT. Great Eastern Life Indonesia, PT. Asuransi Tri Paksa,

AJB Bumiputera 1912, dan PT. Asuransi Jiwa BRIngin Life Sejahtera4

Sejumlah pemain asuransi besar dunia pun turut tertarik masuk dalam

bisnis asuransi syari’ah di Indonesia. Mereka menilai Indonesia sebagai

Negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, karena potensi pengembangan

bisnis cukup besar yang tidak dapat diabaikan. Di antara perusahaan asuransi

global yang masuk dalam bisnis asuransi syar’ah Indonesia adalah PT. Allianz

Life Indonesia dan PT. Prudential Life Assurance.5

Mengapa prospek pasar asuransi syari’ah berkembang dengan begitu

pesat dan cepat, jawabannya adalah karena adanya konsep dasar syari’ah yang

jelas yaitu terdapatnya unsur “tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa”,

sebagaimana dijelaskan Allah dalam firmannya pada (QS. Almaidah/5 : 2)

yang berbunyi :

3 Ibid, hal. 202-203

4 Ibid, hal. 204

5 Wirdyaningsih, SH., MH, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada

Media, 2006), hal. 204

Page 53: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

43

Artinya : “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-

Nya.” (Al-Maidah;2) 6

AJB Bumiputera didirikan di Magelang tanggal 12 Februari 1912 yang

didirikan oleh M. Ng. Dwidjosewojo, M.K.H. Soebroto, dan M. Adimidjojo.

AJB Bumiputera di sini memulai bentuk usaha dengan usaha bersama atau

mutual atau pun dengan istilah Ondrelinge yang permodalannya tanpa uang

atau pun kapital. Modal AJB Bumiputera meliputi idealisme, patriotisme, dan

nasionalisme. Kemudian AJB Bumiputera disubsidi oleh pemerintah Belanda

sebesar £ 300 per bulan. Pemberian subsidi disertai ketentuan-ketentuan

sebagai berikut :

1. Perusahaan tidak hanya menerima anggota dari kalangan Guru Sekolah

Negeri, tetapi juga Pegawai Guber-nemen dan Pegawai Swaparja.

2. Tidak diijinkan untuk menerima anggota dari kalangan swasta.

3. Nama OL Mij. PGHB berubah namanya OL Mij. Boemi Poetra.7

Tahun 1915 didirikan perusahaan baru dengan nama OL Mij Boemi

Poetra Merdeka yang diperuntukkan bagi kalangan swasta, dipimpin oleh

Direksi, Kantor, Pegawai serta Agen yang sama, kecuali pengelolaan

administrasi dan keuangannya yang dipisahkan. Pada bulan Februari 1918

6 Imam bin Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Maghfirah Al-Bukhari,

Shohih Bukhari, Singapura, Sulaiman Mar’i 7 Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB

Page 54: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

44

resmi R. Roeditjo menjadi Direktur OL Mij Boemi Poetra dan OL Mij Boemi

Poetra Merdeka. Bulan Juni 1921 Kantor Pusat dipindahkan ke Yogyakarta.

Kemudian, pada tahun 1923 subsidi sebesar £ 300 per bulan dicabut, dan

tahun 1924 kedua OL Mij tersebut menjadi satu dengan nama OL Mij Boemi

Poetra dan administrasinya digabung menjadi satu. 8

Peran dan fungsi AJB Bumiputera dilihat dari nilai ekonomi kehidupan

manusia, yaitu nilai sekarang dari seluruh penghasilan diharapkan diterima

oleh seseorang pada umurnva sekarang sampai pensiun (tidak produktif). Nilai

ekonomi tersebut pada dasarnya adalah kebutuhan ekonomi keluarga yang

dapat dilihat secara mikro dan makro.9

1. Peran AJB Bumiputera Syari’ah secara mikro

Bagi perorangan atau rumah tangga meliputi, proteksi, tabungan

(saving), agunan, dan warisan. Sedangkan bagi dunia usaha (bisnis)

meliputi asuransi orang penting, kelangsungan usaha dan program

kesejahteraan karyawan. 10

2. Peran AJB Bumiputera Syari’ah secara makro

Peran AJB Bumiputera secara makro yaitu : 1. Sebagai Lembaga

Keuangan yang memberi proteksi terhadap nilai ekonomi hidup

masyarakat. 2. Sebagai Lembaga Penghimpun Dana Masyarakat. 3.

Sebagai Lembaga Penyalur Dana untuk menunjang Pembangunan Negara.

8 Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 9 http://www.bumiputera.com

10 Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB

Page 55: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

45

4. Sebagai Lembaga Usaha yang memberi kesempatan kerja. 5. Sebagai

Lembaga atau Perusahaan yang menghasilkan pajak.11

3. Prinsip AJB Bumiputera Syari’ah

a. Prinsip Ekonomi, alasan ekonomi yang mendorong manusia

menggunakan jasa.

b. Prinsip Hukum, polis merupakan suatu perjanjian yang memuat hak

dan kewajiban masing-masing pihak.

c. Utmost Good Faith (Prinsip Itikad Baik)

d. Insurable Interest : prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan12

Perkembangan ekonomi dan pembangunan dalam AJB Bumiputera

dilihat dari dua bentuk. Pertama, meningkatnya kesejahteraan

masyarakat. Keadaan perekonomian suatu masyarakat, berpengaruh

langsung pada kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. Kedua,

peluang yang luas bagi industri asuransi jiwa dibanding jumlah penduduk.

Pendapatan per kapita penduduk Indonesia semakin meningkat, dengan

jumlah penduduk ±230 juta jiwa yang insurable sekitar 20% dan yang

sudah menutup polis baru ±10% adalah merupakan peluang bisnis asuransi

jiwa cukup besar.13

11

Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 12

Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 13

Wawancara pribadi penulis dengan Arief Rachman, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB

Page 56: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

46

B. Visi dan Misi AJB Bumiputera Syari’ah

Untuk memperoleh dan terciptanya organisasi yang handal, maka

setiap perusahaan menetapkan tujuan-tujuan tertentu yang ingin mereka capai.

Dan untuk mencapai tujuan tersebut, setiap organisasi tentunya “ingin

memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dalam arti memenuhi

persyaratan kompetensi untuk didayagunakan dalam usaha merealisir visi,

misi dan pencapaian tujuan jangka pendek atau pun jangka panjang.”14

Begitu juga dengan AJB Bumiputera 1912 untuk mencapai tujuan

organisasinya, maka para pendiri telah menetapkan visi dan misi jauh kedepan

yang oleh generasi penerus visi dan misi tersebut telah dimodernisisr dan

disesuaikan dengan tuntutan jaman. Untuk lebih memperkokoh eksistensinya,

maka perusahaan telah menetapkan Visi dan Misi AJB Bumiputera yaitu :

1. Visi Syari’ah

Menjadikan Syari’ah Bumiputera sebagai Perusahaan Asuransi Jiwa

Syari’ah terkemuka di Indonesia.15

2. Misi Syari’ah

a. Menyediakan produk syari’ah dan layanan yang inovatif, berkualitas

tinggi dan memberikan nilai tambah yang optimal kepada para

pesertanya sebagai ibadah kepada Allah SWT.

b. Meningkatkan idealisme, mutualisme dan profesionalisme melalui

SDM yang memiliki sifat shiddiq, tabligh, amanah dan fathanah, bagi

karyawan/karyawatinya.

14

Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 15

http://www.bumiputera.com

Page 57: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

47

c. Mengembangkan sistem teknologi informasi yang efektif dan efisien

sesuai dengan nilai-nilai syari’ah.

d. Melakukan pengembangan dana sesuai dengan nilai-nilai syari’ah yang

menguntungkan bagi stake holder.

e. Turut berperan serta dalam kemaslahatan ummat.16

Visi dan Misi tersebut merupakan koridor yang harus dipahami

oleh seluruh jajaran insan bumiputera yang diimplementasikan kedalam

Grand Strategy meliputi :

a. Hasil operasi yang profit

b. Fokus pada peluang pasar

c. Mengembangkan organisasi berkinerja tinggi

d. Mengembangkan sistem berbasis teknologi informasi17

Untuk terciptanya keberhasilan visi dan misi tersebut, tentunya

diperlukan organisasi yang handal dan kunci keberhasilannya adalah :

“Optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya manusia yang dimiliki

yang berorientasi pada proses kerja yang benar melalui proses manajerial

yang mengacu pada pencapaian hasil, dimana Tahun 2009 sebagai tahun

maksimalisasi profit.”18

16

http://www.bumiputera.com 17

Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 18

Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB

Page 58: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

48

C. Operasionalisasi AJB Bumiputera Syari’ah

Pada awal berdirinya Asuransi Jiwa Syari’ah di AJB Bumiputera 1912

(sesuai SK No.9/DIR/2002 tanggal 8 November 2002 tentang pembentukan

Divisi Asuransi Jiwa Syari’ah dan Kantor Cabang Asuransi Jiwa Syari’ah),

barulah memiliki 1 Kantor Cabang dan sebutan Kantor Cabang sesuai dengan

SK.No.12/DIR/PMS/2006 tanggal 1 November 2006, sebutannya berubah

menjadi Kantor Wilayah.19

Sehubungan dengan peran dan fungsi Divisi Asuransi Jiwa Syari’ah

adalah mengelola kegiatan pemasaran asuransi jiwa dan investasi sesuai

prinsip syari’ah, maka berdasarkan SK. Direksi AJB Bumiputera 1912

No.11/DIR/PMS/2003. Struktur Organisasi Divisi Asuransi Jiwa Syari’ah

adalah sebagai berikut :20

Sumber : http://www.bumiputera.com

19

http://www.bumiputera.com 20

http://www.bumiputera.com

Page 59: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

49

Melihat perkembangan asuransi syari’ah yang cukup pesat dalam

upaya meningkatkan efesiensi dan efektifitas operasional pemasaran asuransi

jiwa syari’ah berdasarkan potensi pasar, maka melalui Surat Keputusan

Direksi No.3/DIR/PMS/2006 tanggal 1 November 2006, AJB Bumiputera

1912 telah mengembangkan Kantor Wilayah Syari’ah Jakarta menjadi 2

Kantor Wilayah Syari’ah serta membentuk 5 Kantor Wilayah Syari’ah baru

yang membawahi 46 Kantor Cabang asuransi jiwa syari’ah yang terbesar di

seluruh wilayah Indonesia.21

Dengan demikian kini Divisi Asuransi Jiwa Syari’ah telah berkembang

menjadi 7 Kantor Wilayah yaitu (Jakarta I, Jakarta II, Bandung, Surabaya,

Semarang, Medan, dan Makassar) serta telah membawahi 49 Kantor Cabang

Syari’ah, dengan tabel sebagai berikut :22

NO KANTOR WILAYAH

SYARI’AH

KANTOR CABANG

SYARI’AH

1. JAKARTA I 9

2. JAKARTA II 9

3. BANDUNG 5

4. SEMARANG 6

5. SURABAYA 7

6. MEDAN 8

7. MAKASSAR 5

JUMLAH= 49

Sumber : http://www.bumiputera.com

21

Wawancara pribadi penulis dengan Arief Rachman, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 22

http://www.bumiputera.com

Page 60: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

50

Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Kesadaran mereka

untuk mengekspresikan amalan agama dalam kehidupan sehari-hari semakin

meningkat. Hal ini tampak pada tuntutan masyarakat terhadap tersedianya

produk yang dijamin kehalalannya temasuk produk asuransi yang dikelola

secara syari’ah. Sangatlah tepat kiranya apabila perusahaan mengambil

langkah untuk menanggapi tuntutan kebutuhan (need and want) umat Muslim

serta keinginan pasar (pemegang polis maupun calon pmegang polis),

merupakan pasar yang cukup besar pada potensial ini. Dengan terbentuknya

49 Kantor Cabang Syari’ah yang telah tersebar di 7 Kantor Wilayah

Indonesia, maka peran Divisi Asuransi Syari’ah cukup memberikan distribusi

bagi penerimaan premi perusahaan, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa

kontribusinya belum sebanding dengan kontribusi yang diberikan oleh Divisi

Pemasaran lainnya.23

Sebagai Startegic Business Unit (SBU), Divisi Asuransi Jiwa Syari’ah

berfungsi melaksanakan pemasaran pada segmen pasar kelas menengah atas

dan menengah bawah dengan sistem penjualan dan pelayanan yang berbeda

dengan Divisi Pemasaran yang lainnya (Divisi Asper dan Divisi Askum),

dimana dari sisi produk yang dipasarkan mengikat aturan-aturan atau prinsip

syari’ah seperti produk asuransinya harus bersifat transparan, adanya unsur

tolong menolong dan saling menanggung (tabarru’), serta produknya harus

terbebas dari unsur MAGHRIB yaitu Maisir (untung-untungan), Gharar

(manipulasi), dan Riba (bunga).

23

Wawancara pribadi penulis dengan Arief Rachman, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB

Page 61: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

51

Agar penerapan prinsip syari’ah tesebut tetap terjaga, maka salah satu

persyaratan berdirinya asuransi syari’ah diharuskan memiliki Dewan

Pengawas Syari’ah (DPS). Untuk pemasarannya, Divisi Asuransi Syari’ah

sudah meluncurkan tiga jenis produk asuransi jiwa perorangan syrai’ah dan

satu produk asuransi kumpulan yaitu :

1. Produk Mitra Iqro (SK.10/DIR.TEK/2003) dengan tujuan dan manfaat

sebagai Dana Pedidikan Anak. Menjamin para pemegang polis tersedianya

sejumlah dana pendidikan sejak putra-putrinya masuk TK s-d lulus

Perguruan Tinggi dari kemungkinan terjadinya resiko yang tidak terduga.

2. Produk Mitra Mabrur (SK.9/DIR.TEK/2003) dengan tujuan dan manfaat

sebagai Dana Haji. Menjamin peserta dapat melaksanakan kewajibannya

untuk menunaikan rukun Islam yang ke-5 yaitu Ibadah Haji.

3. Produk Mitra Sakinah (SK.1/DIR.TEK/2004) dengan tujuan dan manfaat

sebagai Dana Investasi. Mewujudkan cita-cita keluarga menjadi keluarga

sakinah, karena Mitra Sakinah merupakan gabungan antara unsur

(Tabungan, Perlindungan Asuransi dan Investasi)

4. Produk Asuransi perjalanan haji Indonesia. 24

24

Wawancara pribadi penulis dengan Arief Rachman, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB

Page 62: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

52

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

A. Mekanisme Dana Tabarru’ pada AJB Bumiputera Syari’ah

Dana tabarru’ adalah iuran yang diambil dari semua peserta sebagai

dana kepentingan bersama. Jika ada peserta yang meninggal dunia, dana

tabarru’ inilah yang akan menjadi dana penting untuk diberikan kepada

keluarga peserta asuransi yang meninggal tersebut. Akad yang dipakai pada

AJB Bumiputera Divisi Syari‟ah adalah bersifat tabarru’, sumbangan yang

diberikan tidak boleh ditarik kembali, jika tidak tabarru’ maka andil yang

dibayarkan akan berupa tabungan yang akan diterima jika terjadi peristiwa,

atau akan diambil jika akad berhenti sesuai kesepakatan, dengan tidak kurang

atau lebih. Jika lebih maka kelebihan itu adalah keuntungan hasil mudharabah

bukan riba.1

Di dalam perusahaan asuransi syari‟ah dana tabarru’ yang terkumpul

dari dana peserta akan dikelola oleh perusahaan. Dalam hal ini, AJB

Bumiputera Divisi Syari‟ah sebagai pemegang amanah „mudharib‟, yang

mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana tabarru’

tersebut yang dibenarkan oleh syara‟. Serta berkewajiban untuk membayar

klaim, apabila ada salah satu dari peserta mengalami musibah. Jadi, dana

tabarru’ harus benar-benar mendapatkan manajemen yang baik dari

perusahaan.

1 Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB

Page 63: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

53

B. Analisis Manajemen Sistem Dana Tabarru’ AJB Bumiputera

Syari’ah terhadap Nasabah

Bentuk manajemen yang diterapkan pada AJB Bumiputera Syari‟ah,

antara lain : Pertama, perencanaan sistem dana tabarru’. Kedua,

pelaksanaan sistem dana tabarru’. Ketiga, pengawasan sistem dana

tabarru’. Keempat, pengevaluasian sistem dana tabarru’. Semua itu

masuk ke dalam beberapa fungsi yang ada di dalam manajemen yaitu,

Planning, Actuating, Controlling, dan Evaluating.2

1. Perencanaan Sistem Dana Tabarru’

Dalam perencanaan ada beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan. Yaitu harus SMART yaitu Specific artinya perencanaan

harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan

terlalu idealis. Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat

diukur tingkat keberhasilannya. Achievable artinya dapat dicapai. Jadi

bukan angan-angan. Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan

sumber daya yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi

tetap ada tantangan. Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan,

bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan

dievaluasi.3

Penyusunan suatu rencana dapat didekati dengan berusaha

mengenali, memahami, dan memenuhi ciri-ciri rencana yang baik.

Menyusun suatu rencana berarti berusaha untuk secara sistematik

2 Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 3 http://wanvisioner.blogspot.com/2009/05/poac-planning-organizing-actuating-

and.html/www.google.co.id

Page 64: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

54

memutuskan tentang hal-hal yang akan dilakukan oleh suatu perusahaan di

masa depan dalam rangka usaha mewujudkan kondisi masa depan tertentu

yang diperkirakan akan menguntungkan bagi perusahaan yang

bersangkutan. Suatu rencana harus didasari oleh cara berpikir yang

realistis dan pragmastis dikaitkan dengan tujuan yang pada dasarnya

bersifat idealistik dan mungkin juga tidak terbatas. Dengan demikian,

rencana benar-benar disusun berdasarkan kenyataan dan perhitungan yang

matang dan bukan semata-mata atas dasar keinginan dan bukan pula atas

harapan atau dugaan belaka. Oleh karena itu, seluruh rencana yang disusun

harus dengan terus-menerus memperhatikan faktor-faktor efisiensi dalam

arti bahwa dengan berbagai sumber dana dan daya yang terbatas diperoleh

hasil yang optimal, bahkan kalau mungkin yang maksimal.4

Dalam proses perencanaan pengelolaan dana tabarru’ ada

beberapa hal yang harus dipertimbangkan, seperti umur dan masa

perjanjian waktu seorang peserta akan ikut dalam asuransi. Dana tabarru’

adalah iuran dimana seorang peserta wajib membayar iuran tersebut setiap

bulan dari premi yang dibayarkannya. Iuran tabarru’ dihitung memakai

kaidah asuransi yaitu ilmu akuaria. Ilmu aktuaria (hitung-hitungan

akuntansi) menghitung dilihat dari probabilitas peserta yang ada didalam

tabel mortalita. Tabel mortalita adalah tabel untuk melihat perhitungan

angka rata-rata kematian seseorang. Pertimbangan yang dilakukan

perusahaan dalam merencanakan pengelolaan dana tabarru’ adalah

melihat umur peserta. Umur bisa dikatakan syarat jika ingin menjadi

peserta asuransi, karena perhitungan dana dalam asuransi dilihat dari

4 Prof. Dr. Sondang P. Siagan, MPA, Fungsi-fungsi Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2005), h. 46-47

Page 65: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

55

tinggi rendahnya tingkat umur seseorang. Jika umur semakin tua, maka

semakin tinggi pula presentase perhitungan dana tabarru’ yang akan

dibayarkan.5

Dalam perencanaannya, dilihat pula dari masa perjanjian seseorang

akan ikut serta menjadi peserta asuransi. Masa perjanjian waktu menjadi

syarat dalam perhitungan pengelolaan dana. Contoh : Seorang peserta ikut

asuransi pada umur 20 tahun, peserta tersebut hanya ikut asuransi dalam

masa perjanjian 10 tahun tetapi dia tidak meninggal, maka dana tabarru’

dari premi yang dibayarkan tiap bulannya tidak akan diberikan kepada

peserta tersebut. Sebelum perhitungan dana tabarru’ dilakukan,

perusahaan dan peserta melakukan sebuah masa perjanjian. Dana tabarru’

akan diberikan kepada peserta yang telah meninggal, seorang peserta harus

menyebutkan semua penyakit yang dideritanya saat pertama menjadi

anggota, karena perusahaan akan merasa dirugikan bila peserta meninggal

dunia dengan cepat dan belum lama menjadi anggota asuransi.6

Dalam proses perhitungan dana tabarru’, sebelumnya ada

kesepakatan antara peserta dan perusahaan. Peserta harus tahu bahwa

tabarru’ itu diniatkan untuk saling tolong-menolong, menanggung secara

sukarela di antara peserta. Walaupun nantinya dana yang terkumpul dari

peserta itu akan diinvestasikan ke dalam berbagai usaha. Maka hasilnya,

tetap bersifat tabarru’ dan dimanfaatkan untuk para pesertanya. Jika ada

5Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 6Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB

Page 66: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

56

salah seorang peserta terkena musibah maka perusahaan mengeluarkan

dana tabarru’ tersebut.7

2. Pelaksanaan Sistem Dana Tabarru’

Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila

tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja

keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada

harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja

organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang

telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu

dilakukan penyesuian. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas,

fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk

mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.8

Pelaksanaan perhitungan dana tabarru’ dilihat dari tabel aktuaria

yang sudah disiapkan sebelum melakukan perhitungan. Tabel yang beriisi

semua data peserta dengan umur masing-masing dari peserta tersebut.

Perhitungan dana tabarru’ bisa dilihat dari salah satu contoh produk

asuransi syari‟ah AJB Bumiputera Divisi Syari‟ah, yaitu Produk Mitra

Iqra‟ (produk dana pedidikan).9

7Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 8 http://wanvisioner.blogspot.com/2009/05/poac-planning-organizing-actuating-

and.html/www.google.co.id 9Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB

Page 67: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

57

Contoh :

Seorang peserta berusia 30 tahun mengikuti program dana Mitra Iqra‟,

dengan membayar premi Rp. 2,000,000 tiap tahun untuk jangka waktu 17

tahun, asumsi tingkat hasil investasi 10%.

a. Bila peserta panjang umur hingga perjanjian berakhir maka anak yang

dibeasiswakan menerima dana pendidikan sebagai berikut :

Masuk Terima(Rp) PT

Terima

(Rp)

TK 3,400,000 TAHUN I 2,429,298

SD 3,400,000 TAHUN II 2,729,316

SLTP 6,800,000 TAHUN III 2,711,770

SLTA 8,500,000 TAHUN IV 2,901,594

PT TAHUN I 11,900,000

b. Bila peserta meninggal dalam masa perjanjian (misal pada tahun ke 10)

- Santunan kebajikan Rp. 14.000.000,-

- Rekening Tabungan Rp. 9.980.000,-

- Bagi Hasil (Mudharabah) Rp. 4.798.474,-

Total penerimaan Rp. 28.778,474,-

c. Penerima dana hibah tetap menerima dana pendidikan sesuai tahapan,

tetapi untuk di Perguruan Tinggi akan menerima Tahapan Dana

Pendidikan dengan ketentuan : Tahun II = 15% MA, Tahun III =

20% MA, Tahun IV = 20% MA dan Tahun V = 25% MA.10

*Tabel dapat dilihat di lampiran

10

Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB

Page 68: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

58

3. Pengawasan Sistem Dana Tabarru’

Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan program

kerja maka dibutuhkan pengontrolan. Baik dalam bentuk supervisi,

pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata tersebut memang memiliki

makna yang berbeda, tetapi yang terpenting adalah bagaimana sejak dini dapat

diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik dalam tahap

perencanaan, pelaksanaan maupun pengevaluasian. Sehingga dengan hal

tersebut dapat segera dilakukan koreksi, antisipasi dan penyesuaian-

penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan zaman.11

Dilihat dari segi pengawasan, sebagian besar kegiatan yang

diselenggarakan oleh berbagai satuan kerja penunjang dalam perusahaan

sebenarnya dilakukan dalam rangka penyediaan informasi, seperti informasi

keuangan, informasi kepegawaian, informasi logistik, dan informasi

ketatausahaan, sebagai bahan untuk memperlancar jalannya pengawasan.

Penyediaan informasi tidaklah selalu mudah karena agar benar-benar

bermanfaat dalam pelaksanaan pengawasan, informasi tersebut bukan saja

harus dapat dipercaya, mutakhir, dan terolah dengan rapi, tetapi sesuai dengan

kebutuhan pemakainya. Artinya, informasi yang bersifat umum memang tetap

ada manfaatnya, akan tetapi informasi yang spesifik disediakan untuk

kepentingan pengawasanlah yang akan lebih bermanfaat dalam usaha

meningkatkan seluruh kegiatan pengawasan yang akan dijalankan.12

11

http://wanvisioner.blogspot.com/2009/05/poac-planning-organizing-actuating-

and.html/www.google.co.id 12

Prof. Dr. Sondang P. Siagan, MPA, Fungsi-fungsi Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2005), h. 130

Page 69: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

59

Pengawasan dalam pelaksanaan pengelolaan dana tabarru’ AJB

Bumiputera Divisi Syari‟ah dilihat dari beberapa segi. Pertama, penempatan

pada outlet syari‟ah. Pengawasan ini dilakukan karena usaha asuransi ini

memakai akad syari‟ah, jadi pengawasan dilakukan benar-benar sesuai prinsip

dan dasar Islam. Kedua, pertimbangan keseimbangan antara resiko dengan

hasil investasi. Investasi yang tinggi akan memberikan resiko yang tinggi,

tetapi dalam investasi terdapat keadaan aman yang bisa disebut sebagai

deposito. Deposito merupakan investasi aman dengan hasil yang tidak terlalu

tinggi dan tidak terlalu banyak menerima resiko.13

4. Pengevaluasian Sistem Dana Tabarru’

Penyelenggaraan fungsi evaluasi atau penilaian didasarkan pada paling

sedikit tiga konsepsi yang sangat fundamental, sebagai berikut :

a. Usaha pencapaian tujuan suatu organisasi merupakan proses. Telah umum

dimaklumi bahwa tujuan sebuah kegiatan dalam perusahaan adalah tujuan

yang terakhir dalam sebuah kegiatan tersebut dan usaha pencapaian tujuan

adalah suatu proses.

b. Karena usaha pencapaian tujuan akhir merupakan suatu proses, ia

dijabarkan menjadi tujuan yang jangkauan waktunya lebih pendek dan

sifatnya pun lebih konkret. Bagian tujuan jangka panjang itu biasanya

dikenal dengan istilah sasaran. Biasanya semakin pendek jangkauan waktu

usaha tertentu, usaha kuantifikasi pun biasanya lebih intensif.

13

Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB

Page 70: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

60

c. Orientasi waktu dari kegiatan-kegiatan penilaian adalah masa depan

perusahaan, berbeda dengan pengawasan yang ditujukan pada kegiatan-

kegiatan yang sedang berlangsung. Evaluasi yang sifatnya tuntas hanya

bisa dilakukan kalau satu tahap tertentu benar-benar telah terlampaui

seluruhnya setelah manajemen “berhenti” sejenak dan melihat apa yang

nyata-nyata dicapai dibandingkan dengan hasil-hasil yang seharusnya

dicapai berdasarkan strategi yang telah ditetapkan, rencana dan program

kerja yang telah disusun, system pelaksanaan yang digunakan, dan

pengawasan yang telah dilakukan. Pada waktu “berhenti” sejenak inilah

evaluasi dilakukan.14

Evaluasi pengelolaan dana pada AJB Bumiputera Divisi Syari‟ah

dilakukan melalui laporan pada Menteri Keuangan setiap tiga bulan sekali.

Sedangkan Divisi Keuangan AJB Bumiputera mengevaluasi hasil setiap

sebulan sekali pada perusahaan. Pengevaluasian dilakukan dengan memeriksa

keluar masuknya jumlah dana tabarru’, keluar masuknya dana tabarru‟ dilihat

dari terjadinya pembayaran klaim, karena pembayaran klaim dapat

mengurangi jumlah dana tabarru’ yang ada di dalam laporan keuangan

perusahaan. Evaluasi pengelolaan dana mengukur seberapa besar saldo yang

masih tersisa dalam tabel perhitungannya, seperti perusahaan asuransi

menerima premi sebesar Rp. 100,000,000, (semua peserta) kemudian terjadi

pembayaran klaim sebesar Rp. 30,000,000 (semua peserta) dan sisa saldo Rp.

70,000,000. Sisa saldo tersebut adalah perhitungan yang menjamin

14

Prof. Dr. Sondang P. Siagan, MPA, Fungsi-fungsi Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2005), h. 152-153

Page 71: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

61

kemungkinan cukup tidaknya saldo saat terjadi klaim dari sekian banyak

orang yang ada di dalam tabel. Dana itu yang merupakan dana

cadangan/tabarru’ sebuah perusahaan, bila dana tidak cukup perusahaan akan

merasa dirugikan karena ketidakjujuran peserta tentang penyakit yang sudah

lama dialaminya, bila cukup maka sisa saldo akan dikembalikan kepada dana

tabarru’ dan tidak menjadi keuntungan perusahaan itu sendiri.15

Divisi Keuangan AJB Bumiputera dalam mengevaluasi dana selama

ini merasa tidak ada masalah dan saldo terakhir dalam perhitungan cukup

untuk semua peserta yang melakukan terjadinya klaim, karena perhitungan

mengikuti tabel mortalita. AJB Bumiputera Divisi Syari‟ah tidak bisa

menghitung kapan manusia akan meninggal dunia, manusia yang diperkirakan

akan meninggal dunia ternyata tidak dan manusia yang diperkirakan tidak

meninggal dunia ternyata meninggal dengan cepat. Pencabutan nyawa

seseorang hanya Allah SWT yang mengetahuinya. AJB Bumiputera memiliki

jumlah laporan nyata peserta yang meninggal dunia selama satu periode yang

berkisar sekitar 4.505 jiwa per 2010.16

Setelah mengadakan pengevaluasian pada pengelolaan dana tabarru’,

Divisi Keuangan melakukan pertanggungjawaban kepada perusahaan.

Pertanggungjawaban secara garis besarnya mempunyai dua manfaat yaitu

intern dan ekstern. Manfaat intern perusahaan mengacu kepada manajemen

sebuah perusahaan, manajemen perusahaan yang mengatur semua

15

Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 16

Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB

Page 72: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

62

pertanggungjawaban dari hasil evaluasi semua divisi. Tujuan manajemen di

sini adalah warning system saat melakukan evaluasi, manajemen melihat dari

hasil evaluasi tersebut. 17

Hasil evaluasi yang memiliki kelebihan dana dalam pengelolaan

dananya, perusahaan harus menyikapi terhadap dana yang lebih itu seperti

contoh menurunkan tarif premi dana tabarru’ yang dibayarkan setiap

bulannya. Artinya perusahaan memang benar-benar tidak mengambil untung

sedikit pun dari sisa dana tabarru’ tersebut. Manfaat ekstern perusahaan lebih

mengacu kepada masyarakat. Masyarakat di sini dimaksudkan sebagai peserta

dalam asuransi, secara masyarakat adalah pemilik dari dana tabarru’ tersebut.

Laporan dana tabarru’ dilaporkan kepada Menteri Keuangan setiap tiga bulan

sekali, kemudian laporan tersebut diakses melalui website sehingga

masyarakat dapat melihat langsung melalui website berapa besar dana

investasinya pada perusahaan tersebut.18

17

Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 18

Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

Syari‟ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB

Page 73: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis dan analisis

terhadap temuan-temuan tentang manajemen sistem dana tabarru’ pada AJB

Bumiputera Divisi Syari’ah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Dana tabarru’ adalah iuran yang diambil dari semua peserta sebagai dana

kepentingan bersama. Jika ada peserta yang meninggal dunia, dana

tabarru’ inilah yang akan menjadi dana penting untuk diberikan kepada

keluarga peserta asuransi yang meninggal tersebut.

2. Manajemen sistem dana tabarru’ pada AJB Bumiputera Syari’ah

mencakup perencanaan sistem dana tabarru’ dengan mendata umur calon

peserta yang ingin ikut serta dalam asuransi dan mendata masa perjanjian

calon peserta ikut dalam asuransi. Kemudian pelaksanaan pada sistem

dananya dilakukan bersamaan dengan perhitungan yang berdasarkan

umur peserta dan masa perjanjian peserta selama mengikuti asuransi

tersebut. Pengawasan dilakukan pada saat pelaksanaan berlangsung,

pengawasan pada perhitungan dananya, diawasi memakai akad atau

kaidah-kaidah Islam, juga apa yang diinvestasikan harus sesuai dengan

resiko yang nanti akan diterimanya. Dan yang terakhir, setelah apa yang

direncakan telah dilaksanakan dan berbarengan dengan pengawasanya,

mulailah dilakukan dengan evalusi. Penilaian suatu kegiatan pada saat

Page 74: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

64

kegiatan itu telah berakhir sebagai suatu pelajaran untuk perhitungan

yang akan datang. AJB Bumiputera Divisi Syari’ah mengadakan evaluasi

pada Menteri Keuangan setiap tiga bulan sekali, dan Menteri Keuangan

akan memproses data tersebut melalui website agar masyarakat (peserta

dari asuransi itu sendiri) dapat langsung melihat keadaan investasi dana

miliknya.

B. Saran

1. Lembaga

a. Agar AJB Bumiputera Divisi Syari’ah dapat meneruskan lembaga ini

dengan basis berbentuk syari’ah yang memakai semua kegiatan dengan

syari’at Islam dan ketentuan-ketentuan Islam yang berlaku.

b. Agar AJB Bumiputera dapat bekerjasama dengan pihak Universitas

untuk melakukan persetujuan dalam mendapatkan asuransi bagi

pegawai maupun mahasiswa jika mendapatkan kecelakaan atau pun

meninggal dunia.

2. Mahasiswa

a. Agar skripsi ini bermanfaat untuk semua mahasiswa khususnya

jurusan Manajemen Dakwah yang belajar tentang Manajemen, bisa

banyak mengerti tentang sesungguhnya pola dari arti manajemen. Agar

mahasiswa Manajemen Dakwah dalam proses belajar mengajarnya

belajarnya di Fakultas Dakwah dapat benar-benar mengerti tentang arti

manajemen dalam Islam.

Page 75: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

65

b. Agar semua mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah dapat melakukan

praktek langsung kepada dunia bank atau non bank syari’ah seperti

asuransi dengan menggunakan prinsip manajemen Islam yang

sesungguhnya, dalam arti semua kegiatan benar-benar dilakukan sesuai

syari’at Islam.

3. Agar skripsi ini bermanfaat bagi kaum muslimin untuk gabung di

dalam asuransi yang bersifat syari’ah bukan konvensional.

Page 76: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

65

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Hasan, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam (Suatu tinjauan analisis

Historis, Teoritis dan Praktis), (Jakarta, Kencana,2004)

Bakry, Abd Bin Nuh dan Oemar, Kamus Indonesia-Arab, Arab-Indonesia,

(Jakarta, PT. Bentara antar Asia, 1991)

Blattberg and Deighton; Reicheld (dalam Jaishankar Ganesh, Mark J. Arnold, dan

Kristy E Reynold, 2008)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta : Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1

Dewi, Gemala, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian

Syari’ah di Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2004)

Echols, Jhon M, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta : PT Gramedia, 1996)

Fadli Hs, Ahmad, Organisasi dan Administrasi edisi Revisi (Jakarta: Man Halun

Nasyi-in Press, 2002), cet. Ke-3

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 1:/DSN-MUI/2000

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI, Tentang Akad Tabarru’ Pada Asuransi

Syari’ah, (Jakarta, 23 Maret 2006)

Handayaningrat, Soewarno, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management

(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1980)

Handoko, M.B.A, T. Hani, Manajemen edisi Kedua (Yogyakarta: Bpfe, 1991 )

Handoko, T. Hani, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia

(Yogyakarta : PT. Liberty, 1985)

Harahap, Sofyan Syafri, Akuntansi Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1997)

Hasibuan, Melayu SP Manajemen Dasar : Pengertian dan Masalah (Jakarta : PT.

Gunung Agung, 1986), cet.II

Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Revisi (Jakarta:

Bumi Aksara, 2007), cet. Ke-10

Page 77: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

66

Herujito, Yayat M, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarat: PT. Grasindo, 2004), Cet.

Ke-2

Imam bin Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Maghfirah Al-Bukhari,

Shohih Bukhari, Singapura, Sulaiman Mar’i

Ismanto, Kuat, Asuransi Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)

Juliatriasa, Djati dan Jhon Suprihanto, Manajemen Umum Sebuah Pengantar

(Yogyakarta : PFF, 1998), Cet. Kr-2

Kotler, Philip, Marketing Management, The Millenium edition, Upper Sandle

River (New Jersey : Prentice – Hall, Inc, 2003)

Lubis, Suhawardi K, Modul Pengetahuan Dasar Takaful, Bab ke-3

M. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Ghalla Indonesia, 1996)

Massie, Joseph L, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Erlangga, 1999)

Moeleong, Lexy J, Metode Penelitian kualitatif ( Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009)

Muhtarom, Zaini, Dasar-Dasar Manajemen (Yogyakarta : Al Amin Press dan

IKFA, 1996)

Panglaykin dan Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar (Jakarta : Ghalia Indonesia,

1999), cet. Ke-15

Perwataatmadja, Karnaen A., Memberikan Ekonoki Islam di Indonesia, (Depok,

Usaha kami, 1996), Cet Ke-1

Poerwadaminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka,

2005), Ed. 3

Sani, Abdul, Manajemen Organisasi (Jakarta : Bina Aksara, 1987 )

Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalian Indonesia,

1991) , cet, ke-18

Siagian, Sondang P., Fungsi-fungsi Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2005)

Sukirno, Sadono, Teori Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2005), Ed. Ke-3

Page 78: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

67

Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syari’ah (Life And General) Konsep dan

Sistem Operasional, (Jakarta: Gema insani, 2004)

Sumarni, Murti, Manajemen Pemasaran Bank, (Liberty, 2002)

Syamsi, Ibnu, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen (Jakarta: : Bina Aksara ,

1998) cet ke-2

Terry, George R dan Laslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta: Bumi

Aksara, 2005), cet. Ke-9

Thoha, Miftah, Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku

(Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1993), cet. ke – 5

Tjiptono, Fandy, Pemasaran Jasa, (Yogyakarta: Bayu Media Publishing, 2005)

W. Gulo, Metodelogi Penelitian (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,

2002)

Wirdyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada

Media, 2006)

Yusof, Muhammad Fadzli, Takaful Sistem Asuransi Islam, (Kuala Lumpur:Tingi

Press SDN.BHD, 1996)

http://www.artikata.com

http://www.bumiputera.com

http://wanvisioner.blogspot.com/2009/05/poac-planning-organizing-actuating-

and.html/www.google.co.id

http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://asuransiku.files.wordpress.com/20

10/10/unsur -tab-

syariah1.gif&imgrefurl=http://asuransiku.wordpress.com/2009/10/11/343/

&usg=__5

AIoP4s4IryVj0mxUw9WESuIyV8=&h=257&w=400&sz=14&hl=id&star

t=4&zoom

=1&um=1&itbs=1&tbnid=ZTltYhfaUPdOdM:&tbnh=80&tbnw=124&pre

v=/images

%3Fq%3Dpremi%2Bunsur%2Btabungan%26um%3D1%26hl%3Did%26s

a%3DN%2 6biw%3D1366%26bih%3D629%26tbs%3Disch:1&ei=-

9qZTf_AIIKevgO-0-GADA

Page 79: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 80: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Suranto

Divisi : Keuangan

Tempat : Kantor AJB Bumiputera Divisi Syari’ah Harmoni

Tanggal/Waktu : 05 Mei 2011 / 09.30-10.45

1. Tanya : Apa pengetian dana tabarru’ menurut bapak sendiri?

Jawab : Dana tabarru’ itu kan iuran dari para peserta asuransi yang digunakan

sebagai dana kepentingan bersama, nanti kalo misalkan contohnya di asuransi ada

yang meninggal, nah dana itu diberikan sebagai santunan untuk keluarga yang

meninggal itu. Kalo disangkutkan dengan konvensional itu disebut premi resiko.

2. Tanya : Apa landasan hukum tentang pengelolaan dana tabarru’?

Jawab : Kalo di syari’ah sendiri kan, penentuannya dari DSN MUI. Itu ada fatwanya

tersendiri di Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.010/2010 tentang

penerapan prinsip dasar penyelenggaraan asuransi dan usaha reasuransi dengan prinip

syari’ah. Terus kemudian DSN MUI juga menyusul dengan mengeluarkan fatwa

dengan menteri keuangan di Peraturan Menteri Keuangan No.11/PMK.010/2011

tentang kesehatan keuangan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip

syari’ah.

3. Tanya : Apa saja yang dipertimbangkan pada saat merencanakan pengelolaan dana

tabarru’?

Jawab : Kalo sederhananya tabarru’ itu kan iuran, tapi seberapa orang harus ngiur,

gitu kan? Dihitung jumlahnya secara teratur. Nah iuran itu dihitung dengan memakai

kaidah-kaidah asuransi, dan kemudian akan ditanya ingin ikut seumur hidup atau

hanya waktu tertentu dalam ikut program ini. Nah, dari situ kan kita bisa cari tahu apa

yang harus dipertimbangkan. Dan terus pada saat mempertimbangkannya kita juga

harus tahu, umur berapa pada saat dia mulai ikut program ini. Kan pada saat

perhitungannya jadi dana tabarru’ itu kan diambil sesuai umur berapa dia masuk,

semakin umurnya tua maka semakin tinggi juga iuran tabarru’ itu. Karena kan kalo

semakin tua, yaa mungkin akan semakin banyak biaya seperti sakitnya, atau yang

lain. Ya kalo meninggal hanya Allah SWT kan yang tahu. Kemudian dihitung

memakai ilmu asuransi yaitu ilmu aktuaria. Karena umur itu terkait dengan

probabilitasnya. Para peserta itu meninggalnya berapa, kan perusahaan asuransi punya

data statistic dengan menggunakan tabel mortalita, tabel mortalita itu memuat sekian

orang untuk mengetahui angka rata-rata meninggal seseorang.

Page 81: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

4. Tanya : Bagaimana bapak merencanakan proses pengelolaan dana tabarru’ tersebut?

Jawab : Sebelum merencanakan dilihat dulu investasinya seberapa, itu secara umum

ya. Nah abis itu kan baru ditemukan suatu tarif yang misalkan seseorang masuk umur

20 thn. Itu tuh nanti ada tarifnya tersendiri yang akan membentuk tarif tabarru’ per

umurnya itu.

5. Tanya : Bagaimana proses pelaksanaan perhitungan dana tabarru’ pada peserta?

Jawab : yaa itu yang kita bahas kan, nanti dari yang kita peroleh itu nanti kita hitung

gitu. Nah itu kita hitung kan dari setiap umur peserta yang nanti kita akan ketemu

tabel. Yang saya bilang juga tadi, kan semakin tua semakin tinggi tarifnya. Dan

tingkat probabilitas meninggalnya itu semakin besar. Contoh kecilnya seorang bayi

yang meningkat dewasa itu kan akan semakin kuat jadi akan semakin tinggi tarif

tabarru’nya.

6. Tanya : Bagaimana proses pengawasan pelaksanaan pengelolaan dana tabarru’ ini?

Jawab : pengawasan kan dari segi. Pertama, penempatannya harus ke outlet yang

syari’ah. Itu yang dipegang pertama kali kan karena ini usahanya syari’ah jangan

sampai keluar dari situ. Yang kedua, pertimbangan keseimbangan antara resiko

dengan hasil investasi. Kalo investasi kan ada hukum “haires hairitten, loures

louritten” pernah denger kan? Ya kalo mau hasilnya tinggi resikonya juga tinggi, ya

kalo yang mau aman-aman aja hasilnya ngga seberapa. Misalnya contoh reksadana,

reksadana yang punya saham itu hasilnya gede tapi resikonya juga tinggi. Kalo mau

yang aman deposito, tapi hasilnya juga segitu ga akan tinggi. Kalo mau

mengkombinasi investasi tapi dengan resiko yang masih terkelola dengan baik. Jadi

itu salah satu fortopolio investasi yang diatur. Mungkin itu akan ada hasil yang baik

juga.

7. Tanya : Bagaimana proses penetapan dana tabarru’ dan berapa besar prosentase dana

yang dialokasikan untuk dana tabarru’ dari premi yang diterima?

Jawab : ada tarifnya kita, tadi tuh dana tabarru’ itu tapi kan kalo konvensionalnya

nyebutnya premi ya. Jadi dari sekian premi contoh : 1.000.000 per tahun , itu kan total

premi. Orang semua bisa ngambil 1.000.000 premi, tapi berapa sih yang menjadi

tabarru’? kan dari tarif tadi, jadi kalo kita kan produknya kombinasi antara

tabarru’sama tabungan, tapi nanti juga ada ujrah si biaya gitu, jadi dalam premi tuh

ada tiga unsur berikut, ada tabarru’, tabungan sama biaya. Tiap pengelolaan

maksudnya, ya nanti pengelolaannya ini dengan produk tertentu. Berapa umurnya

tertentu, nah kalo kaya gitu contoh kita hanya 5% ngambilnya. Nah 5% itu dikurangin

tabarru’dulu, jadi kita ngga bisa menentukan sekian berapanya. Tergantung usia si

peserta ini, nanti setelah dikurangin biaya dana tabarru’ nah itu untuk tabungan.

Seperti : Rp 1.000.000 x 5/100 = Rp 50.000 untuk tabarru’ dari premi Rp 1.000.000

per tahun

Rp 1.000.000-50.000 = Rp 950.000 untuk dana tabungan investasi si peserta.

Rp 950.000 x 5/100 = Rp 47.500 untuk biaya si peserta

Page 82: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

8. Tanya : Bagaimana perusahaan mengevaluasi program pengelolaan tabarru’ tersebut?

Jawab : kita kan ada report ya, jadi di dana tabarru’ itu kalo kita ngeliat di fatwa

PMK No. 11 tadi, disitu diatur kalau dana tabarru’ harus dilaporkan. Tapi sebenernya

tiap bulan juga kita ngitung keluar masuknya dana tabarru’ berapa, contoh seperti

buat bayar klaim, bayar klaim itu kan mengurangi dana tabarru’. Sebulan sekali pasti

diadakan evaluasi ini, tapi cukup apa engga nih saldonya , nah nanti di aktuaria

dihitung misalnya terima premi Rp 100.000.000 terus yang di klaim Rp 30.000.000

kan masih sisa Rp 70.000.000 tuh dananya. Nanti aktuaria ngitung 70.000.000 itu

cukup ngga sih untuk menjamin kemungkinan terjadi klaim dari sekian orang yang

ada di fortopolio tadi th, kan di fortopolio ada banyak orang. Nah dari fortopolio yang

tersisa cukup ngga dari sisa premi 70.000.000 itu. Nanti ada itung-itungan aktuaria

namanya itungan cadangan. Istilahnya itu ya cadangan dana tabarru’. Tapi kan

logikanya harusnya cukup dong. Dan itu untuk semua peserta, kan dari data yang

meninggal itu bisa jadi yang diprediksi meninggal tapi tidak meninggal, malah yang

diprediksi tidak meninggal eh meninggal. Makanya harus dilakukan evaluasi dari situ,

dan dilakukan perhitungan cadangan dana tabarru’ tadi, cukup ngaa itu. Selama ini sih

cukup, malah kalo lebih kita tidak mengambil kepentingan untuk perusahaan, malah

kita kembalikan sebagai dana tabarru’ lagi.

9. Tanya : Bagaimana mekanisme pertanggungjawaban program pegelolaan dana

tabarru’ tersebut?

Jawab : kalo masalah pertanggungjawaban dalam keuangan itu kan secara garis

besarnya ada 2 manfaat : pertama, manfaat intern, itu untuk ke manajemen. Yang

kedua, manfaat ekstern, kalo ekstern kan banyak. Yang intern dulu, kalo intern kan

untuk manajemen tujuannya untuk apa? Tujuannya untuk warning system bagi

manajemen, misalkan dana tabarru’ kurang mesti diapain nih? Kalo lebih mau diapain

nih lebihnya? Terhadap yang lebih ini mau menyikapimya gimana? Kan tadi banyak,

bisa dibagi bisa dikurang yaa tergantung akadnya seperti apa. Terutama karena ya kita

belom ada akad yang bagi itu, kerugian dana tabarru’ kita masih diakumulasikan ke

dana tabarru’ itu, jadi ngga diapa-apain. Tapi kalo yang lebih gitu bisa aja manajemen

bilang karena dana tabarru’nya udah ngumpul banyak kalo gitu tarif preminya kita

turunin. Nah itu intern lebih ke manajemen, dasar untuk mengambil keputusan gitu.

Kalo ekstern sebenernya untuk siapa? Ya kalo ekstern yang utama itu adalah ke

masyarakat sebagai yang punya dana kan? Caranya gimana? Nah, kalo yang sekarang

ini diwakili oleh pemerintah lewat laporan ke Departemen Keuangan itu. Ya emang

secara langsung masyarakat ngga liat tapi seakan-akan kalo di pemerintah itu kan

“kepentinganmu itu sudah kami lindungi deh, keamanan danamu yang dikelola

perusahaan itu sudah dilindungi”. Mereka itu setiap tri wulan lapor, lapor ke DepKeu

itu 3 bulan sekali, termasuk melaporkan dana tabarru’ itu. Nah, laporan yang sudah

dilaporkan itu sudah harus diakses jadi masyarakat bisa langsung melihatnya lewat

website.

10. Tanya : Dalam kasus apa saja biasanya nasabah mendapatkan perolehan dana dari

pengelolaan dana tabarru’ tersebut?

Page 83: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

Jawab : oh, kalo kita kan jiwa ya. Jadi sebagian besar produk utama kita ya

meninggal saja, walaupun ada produk-produk lain itu tidak utama. Sebagan besar,

klaimnya untuk dana tabarru’ itu? Pasti meninggal. Kalo seperti kecelakaan masuknya

ke asuransi kesehatan, kita ada asuransi kesehatan tapi tidak dominan, tapi kalo ada

orang butuh, ada lah dananya.

11. Tanya : Berapa jumlah persentase nasabah per tahun yang biasanya mendapat

pengelolaan dana tabarru’?

Jawab : kalo kejadian klaim meninggal itu kan setiap saat, jadi langsung kita

proseskan. Kita klaim dengan teliti dulu meninggalnya karena apa? Gitu kan?! Jangan

sampai ada peserta yang terdzalimi karena duitnya kan duit peserta. Kalo untuk

laporan data meninggalnya, saya ngga punya laporannya ya, hanya ada data realnya

saja sekitar 4.505 orang yang meninggal / tahun 2010.

12. Tanya : Apakah produk ini akan dihapus atau dipertahankan oleh perusahaan?

Jawab : nah ini yang harus diluruskan ini, kalo produk itukan benefit apa yang akan

ditawarkan. Dan di setiap produk apapun pasti ada tabarru’ gitu. Karena prinsipnya

kan iuran, jadi kita ngga bisa ngomong produk. Produk apa yang ada tabarru’? semua

produk asuransi syari’ah pasti ada tabarru’. Jadi kan kurang lebih gini, kalo kita jualan

permen, permen itu kan manis. Nah unsur gula itu yang menjadi dana tabarru’ itu.

Artinya apa selama kamu jualan permen harus ada unsur manisnya. Sama seperti

produk yang harus ada unsur tabarru’nya. Jadi kalo tabarru’ ditanya produk atau

bukan, tidak bisa dijelaskan. Ya karena dana tabarru’ itu sendiri adalah bagian dari

produk jadi pasti selalu ada, iya toh??!

Page 84: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

Laporan Keuangan Produk Mitra Iqra

Tahun Akumulasi Premi Akumulasi

Nilai Tunai Santunan Kebijakan Klaim Meninggal Tabarru' Tabungan Mudharabah

1 2,000,000 116,000 1,104,000 77,280 1,181,280 32,000,000 33,181,280

2 4,000,000 232,000 2,508,000 258,250 2,766,250 30,000,000 32,766,250

3 6,000,000 348,000 4,292,000 576,767 4,868,767 28,000,000 32,868,767

4 8,000,000 464,000 6,076,000 1,042,461 7,118,461 26,000,000 33,118,461

6 12,000,000 696,000 6,244,000 1,964,647 8,208,647 22,000,000 30,208,647

8 16,000,000 928,000 6,412,000 3,044,802 9,456,802 18,000,000 27,456,802

10 20,000,000 1,160,000 9,980,000 4,798,474 14,778,474 14,000,000 28,778,474

12 24,000,000 1,392,000 13,548,000 7,323,257 20,871,257 10,000,000 30,871,257

15 30,000,000 1,740,000 12,100,000 11,274,753 23,374,753 4,000,000 27,374,753

17 34,000,000 1,972,000 7,168,000 13,813,486 20,981,486 20,981,486

18 9,081,486 635,704 9,717,190

19 6,652,189 1,145,856 7,798,045

20 3,922,873 1,500,668 5,423,540

21 1,211,103 1,690,491 2,901,594

22

Page 85: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

Laporan Keuangan Produk Mitra Iqra

Tahun Tahapan Dana Pendidikan

Keterangan Rupiah

1

2

3

4 TK (10% MA) 3,400,000

6 SD (10% MA) 3,400,000

8

10

12 SMP (20% MA) 6,800,000

15 SMU (25% MA) 8,500,000

17

18 PT I (35% MA) 11,900,000

19 PT II (25% SNT) 2,429,298

20 PT III (35% SNT) 2,729,316

21 PT IV (50% SNT) 2,711,770

22 PT V (100% SNT) 2,901,594

44,771,977

Page 86: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No.35, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Asuransi. Reasuransi. Penyelenggaraan.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 18/PMK.010/2010 TENTANG

PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI

DENGAN PRINSIP SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah yang penyelenggaraan usahanya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008, harus senantiasa memenuhi prinsip syariah Islam, termasuk fatwa-fatwa yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia;

b. bahwa dalam rangka memenuhi prinsip-prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu kepastian hukum dalam penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah;

www.djpp.depkumham.go.id

Page 87: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

2010, No.35 2

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3467);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3506) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 212, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4954);

3. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009; MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Asuransi berdasarkan prinsip syariah adalah usaha saling tolong menolong

(ta’awuni) dan melindungi (takafuli) di antara para peserta melalui pembentukan kumpulan dana (Dana Tabarru’) yang dikelola sesuai prinsip syariah untuk menghadapi risiko tertentu.

2. Perusahaan adalah Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi yang menyelenggarakan seluruh atau sebagian usahanya berdasarkan prinsip syariah.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 88: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

2010, No.35 3

3. Peserta adalah orang atau badan yang menjadi peserta program asuransi dengan prinsip syariah, atau Perusahaan Asuransi yang menjadi peserta program reasuransi dengan prinsip syariah.

4. Dana Tabarru’ adalah kumpulan dana yang berasal dari kontribusi para Peserta, yang mekanisme penggunaannya sesuai dengan Akad Tabarru’ yang disepakati.

5. Dana Investasi Peserta adalah dana investasi yang berasal dari kontribusi Peserta atas produk asuransi jiwa yang mengandung unsur investasi, yang dikelola Perusahaan sesuai dengan Akad yang telah disepakati.

6. Akad adalah perjanjian tertulis yang memuat kesepakatan tertentu, beserta hak dan kewajiban para pihak sesuai prinsip syariah.

7. Akad Tabarru’ adalah Akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari satu Peserta kepada Dana Tabarru’ untuk tujuan tolong menolong di antara para Peserta, yang tidak bersifat dan bukan untuk tujuan komersial.

8. Akad Tijarah adalah Akad antara Peserta secara kolektif atau secara individu dan Perusahaan dengan tujuan komersial.

9. Akad Wakalah bil Ujrah adalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa kepada Perusahaan sebagai wakil Peserta untuk mengelola Dana Tabarru’ dan/atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa ujrah (fee).

10. Akad Mudharabah adalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa kepada Perusahaan sebagai mudharib untuk mengelola investasi Dana Tabarru’ dan/atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa bagi hasil (nisbah) yang besarnya telah disepakati sebelumnya.

11. Akad Mudharabah Musytarakah adalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa kepada Perusahaan sebagai mudharib untuk mengelola investasi Dana Tabarru’ dan/atau Dana Investasi Peserta, yang digabungkan dengan kekayaan Perusahaan, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa bagi hasil (nisbah) yang besarnya ditentukan berdasarkan komposisi kekayaan yang digabungkan dan telah disepakati sebelumnya.

12. Surplus Underwriting adalah selisih lebih total kontribusi Peserta ke dalam Dana Tabarru’ setelah dikurangi pembayaran santunan/klaim, kontribusi reasuransi dan cadangan teknis, dalam satu periode tertentu.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 89: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

2010, No.35 4

13. Qardh adalah pinjaman dana dari Perusahaan kepada Dana Tabarru’ untuk menanggulangi ketidakcukupan kekayaan Dana Tabarru’ untuk membayar santunan/klaim kepada Peserta.

14. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia. BAB II

PRINSIP DASAR Pasal 2

Perusahaan yang menyelenggarakan usaha asuransi atau usaha reasuransi dengan prinsip syariah wajib menerapkan prinsip dasar sebagai berikut: a. adanya kesepakatan tolong menolong (ta’awun) dan saling menanggung

(takaful) di antara para Peserta; b. adanya kontribusi Peserta ke dalam Dana Tabarru’; c. Perusahaan bertindak sebagai pengelola Dana Tabarru’; d. dipenuhinya prinsip keadilan (‘adl), dapat dipercaya (amanah),

keseimbangan (tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan keuniversalan (syumul); dan

e. tidak mengandung hal-hal yang diharamkan, seperti ketidakpastian/ketidakjelasan (gharar), perjudian (maysir), bunga (riba), penganiayaan (zhulm), suap (risywah), maksiat, dan objek haram.

BAB III PEMISAHAN KEKAYAAN DAN KEWAJIBAN

Pasal 3 (1) Perusahaan wajib memisahkan kekayaan dan kewajiban Dana Tabarru’

dari kekayaan dan kewajiban Perusahaan. (2) Perusahaan asuransi jiwa yang memasarkan produk asuransi dengan prinsip

syariah yang mengandung unsur investasi wajib memisahkan kekayaan dan kewajiban Dana Investasi Peserta dari kekayaan dan kewajiban Perusahaan maupun dari kekayaan dan kewajiban Dana Tabarru’.

(3) Perusahaan wajib membuat catatan terpisah untuk kekayaan dan kewajiban Perusahaan, Dana Tabarru’, dan Dana Investasi Peserta.

Pasal 4 (1) Kekayaan dan kewajiban Dana Tabarru’ merupakan kekayaan dan

kewajiban para Peserta secara kolektif.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 90: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

2010, No.35 5

(2) Perusahaan wajib menggunakan Dana Tabarru’ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya untuk: a. pembayaran santunan kepada Peserta yang mengalami musibah atau

pihak lain yang berhak; b. pembayaran reasuransi; c. pembayaran kembali Qardh ke Perusahaan; dan/atau d. pengembalian Dana Tabarru’ akibat pembatalan polis dalam periode

yang diperkenankan. (3) Perusahaan wajib membentuk Dana Tabarru’ untuk setiap lini usaha. (4) Dalam hal hukum jumlah bilangan besar untuk suatu lini usaha belum

dapat dipenuhi, Perusahaan dapat membentuk Dana Tabarru’ secara gabungan dari beberapa lini usaha.

(5) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib menginformasikan penggabungan Dana Tabarru’ kepada Peserta dan mencantumkannya di dalam polis.

Pasal 5 (1) Perusahaan yang akan menghentikan kegiatan usaha asuransi atau usaha

reasuransi dengan prinsip syariah atas permintaan sendiri atau atas perintah Menteri, wajib mengalihkan seluruh Peserta beserta Dana Tabarru’ yang dikelolanya kepada Perusahaan lain, dan/atau mengembalikan alokasi Dana Tabarru’ yang dapat menjadi hak Peserta yang tidak bersedia dialihkan ke Perusahaan lain.

(2) Dalam hal Menteri memerintahkan Perusahaan untuk mengalihkan kepesertaan pada lini usaha tertentu kepada Perusahaan lain, maka pengalihan kepesertaan wajib diikuti pengalihan Dana Tabarru’ pada lini usaha tertentu dimaksud.

(3) Dalam hal Perusahaan tidak lagi memiliki Peserta dan Perusahaan akan menghentikan kegiatan usahanya atas permintaan sendiri, Dana Tabarru’ yang ada wajib dihibahkan kepada lembaga sosial atas pertimbangan Dewan Pengawas Syariah.

(4) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) terdiri atas 1 (satu) orang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia, yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Perusahaan agar sesuai dengan prinsip syariah.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 91: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

2010, No.35 6

Pasal 6 (1) Kekayaan dan kewajiban Dana Investasi Peserta merupakan kekayaan dan

kewajiban masing-masing Peserta secara individu. (2) Perusahaan wajib membentuk Dana Investasi Peserta untuk setiap jenis

portofolio investasi sesuai dengan Akad pengelolaan investasi yang digunakan dalam polis.

(3) Dalam hal Perusahaan akan menawarkan jenis portofolio investasi yang baru, Perusahaan wajib menginformasikan kepada Peserta mengenai pembentukan Dana Investasi Peserta untuk jenis portofolio investasi yang baru dimaksud.

BAB IV AKAD Pasal 7

Polis asuransi dan perjanjian reasuransi dengan prinsip syariah wajib mengandung Akad Tabarru’ dan Akad Tijarah.

Pasal 8 (1) Akad Tabarru’ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, wajib memuat

sekurang-kurangnya: a. kesepakatan para Peserta untuk saling tolong menolong (ta’awuni); b. hak dan kewajiban masing-masing Peserta secara individu; c. hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dalam kelompok; d. cara dan waktu pembayaran kontribusi dan santunan/klaim; e. ketentuan mengenai boleh atau tidaknya kontribusi ditarik kembali oleh

Peserta dalam hal terjadi pembatalan oleh Peserta; f. ketentuan mengenai alternatif dan persentase pembagian Surplus

Underwriting; dan g. ketentuan lain yang disepakati.

(2) Akad Tabarru’ tidak dapat diubah menjadi Akad Tijarah. Pasal 9

(1) Akad Tijarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dapat berupa Akad Wakalah bil Ujrah, Akad Mudharabah, dan Akad Mudharabah Musytarakah.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 92: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

2010, No.35 7

(2) Penggunaan salah satu Akad Tijarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan secara konsisten sampai berakhirnya polis.

(3) Dalam hal disepakati perubahan Akad Tijarah, penggunaan Akad Tijarah yang baru hanya dapat diterapkan pada polis yang baru.

(4) Dalam hal perubahan Akad Tijarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terjadi untuk pengelolaan Dana Tabarru’, Perusahaan wajib memisahkan Dana Tabarru’ yang dikelola berdasarkan Akad Tijarah yang lama dari Dana Tabarru’ yang dikelola berdasarkan Akad Tijarah yang baru.

(5) Perusahaan dapat menggunakan Akad Tijarah yang berbeda dalam pengelolaan risiko dan pengelolaan investasi Dana Tabarru’.

Pasal 10 (1) Akad Wakalah bil Ujrah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1),

wajib memuat sekurang-kurangnya: a. objek yang dikuasakan pengelolaannya; b. hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dan/atau Peserta secara

individu sebagai muwakkil (pemberi kuasa); c. hak dan kewajiban Perusahaan sebagai wakil (penerima kuasa) termasuk

kewajiban Perusahaan untuk menanggung seluruh kerugian yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan risiko dan/atau kegiatan pengelolaan investasi yang diakibatkan oleh kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau wanprestasi yang dilakukan Perusahaan;

d. batasan kuasa atau wewenang yang diberikan Peserta kepada Perusahaan;

e. besaran, cara, dan waktu pemotongan ujrah (fee); dan f. ketentuan lain yang disepakati.

(2) Objek yang dikuasakan pengelolaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi namun tidak terbatas pada: a. kegiatan administrasi; b. pengelolaan dana; c. pembayaran klaim; d. underwriting; e. pengelolaan portofolio risiko; f. pemasaran; dan/atau g. investasi.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 93: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

2010, No.35 8

(3) Dalam hal pengelolaan investasi Dana Tabarru’ atau Dana Investasi Peserta didasarkan Akad Wakalah bil Ujrah, Perusahaan tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi.

Pasal 11

Akad Mudharabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), wajib memuat sekurang-kurangnya:

a. hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dan/atau Peserta secara individu sebagai shahibul mal (pemilik dana);

b. hak dan kewajiban Perusahaan sebagai mudharib (pengelola dana) termasuk kewajiban Perusahaan untuk menanggung seluruh kerugian yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan investasi yang diakibatkan oleh kesalahan yang disengaja, kelalaian atau wanprestasi yang dilakukan Perusahaan;

c. batasan wewenang yang diberikan Peserta kepada Perusahaan;

d. bagi hasil (nisbah), cara, dan waktu pembagian hasil investasi; dan

e. ketentuan lain yang disepakati.

Pasal 12

Akad Mudharabah Musytarakah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) wajib memuat sekurang-kurangnya:

a. hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dan/atau Peserta secara individu sebagai shahibul mal (pemilik dana);

b. hak dan kewajiban Perusahaan sebagai mudharib (pengelola dana) termasuk kewajiban Perusahaan untuk menanggung seluruh kerugian yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan investasi yang diakibatkan oleh kesalahan yang disengaja, kelalaian atau wanprestasi yang dilakukan Perusahaan;

c. batasan wewenang yang diberikan Peserta kepada Perusahaan;

d. cara dan waktu penentuan besar kekayaan Peserta dan kekayaan Perusahaan;

e. bagi hasil (nisbah), cara, dan waktu pembagian hasil investasi; dan

f. ketentuan lain yang disepakati.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 94: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

2010, No.35 9

BAB V SURPLUS UNDERWRITING

Pasal 13 (1) Surplus Underwriting dapat dibagikan dengan pilihan pembagian sebagai

berikut: a. seluruhnya ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’; b. sebagian ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’ dan sebagian dibagikan

kepada Peserta; atau c. sebagian ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’, sebagian dibagikan

kepada Peserta, dan sebagian dibagikan kepada Perusahaan. (2) Pilihan pembagian Surplus Underwriting sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) wajib dimuat di dalam polis. (3) Pilihan pembagian Surplus Underwriting sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dan proporsi pembagian Surplus Underwriting tidak dapat diubah sampai dengan berakhirnya polis.

(4) Surplus Underwriting yang dapat dibagikan dihitung berdasarkan kekayaan/aktiva dalam bentuk kas (cash basis).

(5) Dalam hal pembagian Surplus Underwriting kepada Peserta secara ekonomis membutuhkan biaya yang lebih besar daripada bagian yang akan dibagikan, Perusahaan tidak dapat mengambil bagian Peserta tersebut, dan dapat menambahkannya ke dalam Dana Tabarru’, memperhitungkannya untuk mengurangi kontribusi Peserta periode berikutnya, atau memanfaatkannya untuk dana sosial.

(6) Pemanfaatan bagian Surplus Underwriting Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib diatur di dalam polis.

Pasal 14 (1) Perusahaan dilarang melakukan pembagian Surplus Underwriting kepada

Peserta atau Perusahaan dalam hal: a. masih terdapat Qardh di dalam kewajiban Dana Tabarru’; atau b. pembagian Surplus Underwriting dapat mengakibatkan tingkat

solvabilitas Dana Tabarru’ tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a atau huruf b, Surplus Underwriting seluruhnya ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 95: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

2010, No.35 10

BAB VI

QARDH

Pasal 15

(1) Perusahaan setiap saat wajib memiliki kemampuan untuk memberikan pinjaman dalam bentuk Qardh kepada Dana Tabarru’ dalam hal:

a. tingkat solvabilitas Dana Tabarru’ kurang dari jumlah minimum yang dipersyaratkan;

b. jumlah investasi dalam kekayaan yang dapat diperhitungkan dalam perhitungan tingkat kesehatan keuangan Dana Tabarru’, lebih kecil dari jumlah penyisihan/cadangan teknis dan kewajiban pembayaran santunan/klaim retensi sendiri dari Dana Tabarru’;

c. terjadi selisih kurang atau defisit underwriting Dana Tabarru’;

d. Dana Tabarru’ tidak cukup untuk membayar santunan/klaim kepada Peserta.

(2) Dalam hal Dana Tabarru’ tidak cukup untuk membayar santunan/klaim kepada Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, Qardh wajib disetorkan ke dalam Dana Tabarru’ secara tunai/kas.

(3) Pengembalian Qardh kepada Perusahaan dilakukan dari Surplus Underwriting dan/atau dari Dana Tabarru’.

BAB VII

PENGAWASAN

Pasal 16

(1) Pengawasan atas penerapan prinsip dasar penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah.

(2) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh Perusahaan kepada Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.

(3) Pelaporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib disampaikan sesuai tata cara dan bentuk pelaporan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 96: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

2010, No.35 11

BAB VIII SANKSI Pasal 17

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4 ayat (2), Pasal 4 ayat (3), Pasal 4 ayat (5), Pasal 5, Pasal 6 ayat (2), Pasal 6 ayat (3), Pasal 7, Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 ayat (2), Pasal 9 ayat (4), Pasal 10 ayat (1), Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (2), Pasal 13 ayat (6), Pasal 14, Pasal 15 ayat (1), Pasal 15 ayat (2), Pasal 16 ayat (2), Pasal 16 ayat (3), dan Pasal 18 Peraturan Menteri Keuangan ini dikategorikan sebagai pelanggaran penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dan dikenakan sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. Peringatan; b. Pembatasan/Pembekuan Kegiatan Usaha; c. Pencabutan Izin Usaha.

(3) Tata cara dan waktu pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai ketentuan mengenai sanksi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008.

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 18 Perusahaan wajib melakukan penyesuaian terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan ini paling lambat tanggal 31 Desember 2010.

BAB X KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19 Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangan.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 97: MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43695/1/SHELLA C... · pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis,

2010, No.35 12

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 Januari 2010 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, SRI MULYANI INDRAWATI

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 Januari 2010 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PATRIALIS AKBAR

www.djpp.depkumham.go.id