MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …€¦ · Sebuah kaidah . Ushul Fiqh ....

97
MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA SYARI’AH TERHADAP NASABAH Oleh: SHELLA C HIDAYAT 107053000513 JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Transcript of MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB BUMIPUTERA …€¦ · Sebuah kaidah . Ushul Fiqh ....

  • MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB

    BUMIPUTERA SYARI’AH TERHADAP NASABAH

    Oleh:

    SHELLA C HIDAYAT

    107053000513

    JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1432 H/2011 M

  • MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU’ AJB

    BUMIPUTERA SYARI’AH TERHADAP NASABAH

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai tugas akhir dalam jenjang Strata Satu (S1) pada Fakultas Ilmu

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi guna mencapai gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam

    (S.Sos.I)

    Oleh:

    SHELLA C HIDAYAT

    107053000513

    Di bawah bimbingan:

    Dr. H. Asep Usman Ismail, MA

    NIP. 19600720 199103 1001

    JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2011

  • PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

    Skripsi yang berjudul MANAJEMEN SISTEM DANA TABARRU AJB

    BUMIPUTERA SYARIAH TERHADAP NASABAH, telah diujikan dalam

    sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas

    Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 14 Juni 2011. Skripsi ini telah di

    terima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) pada

    Jurusan Manajemen Dakwah.

    Jakarta 14 Juni 2011

    Sidang Munaqosah

    Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

    Drs. Study Rizal LK, MA H. Mulkanasir, BA, Spd, MM

    NIP: 19640428 199303 1 002 NIP: 19550101 198302 1 001

    Anggota:

    Penguji 1 Penguji 2

    Drs. Sugiharto, MA Drs. M. Sungaidi, MA

    NIP: 19660806 199603 1 001 NIP: 196000803 199703 1 006

    Pembimbing

    Dr. H. Asep Usman Ismail, MA

    NIP: 19600720 199103 1 001

  • i

    ABSTRAK

    Bismillahirrahmanirrahim

    Shella C Hidayat, Pengelolaan Dana Tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah

    Terhadap Nasabah, dibawah bimbingan Dr. H. Asep Usman Ismail, MA

    Masalah yang telah diteliti penulis adalah manajemen sistem dana yang ada di

    dalam asuransi syari’ah. Asuransi diperlukan karena dalam kehidupan manusia

    dihadapkan pada kemungkinan terjadinya musibah dan bencana yang dapat

    menyebabkan hilang atau berkurangnya nilai ekonomi seseorang, baik terhadap diri

    sendiri, keluarga, atau perusahaan. Di dalam asuransi terdapat hal yang disebut sebagai

    tabarru’.

    Dimana dana tabarru’ ini merupakan dana kebajikan yang diambil dari semua

    peserta asuransi untuk disumbangkan kepada peserta lainnya sebagai bukti rasa tolong-

    menolong sesame manusia juga sebagai umat muslim yang baik.

    Metode penelitian dalam karya tulis ini menggunakan metode kualitatif dengan

    cara analisis deskriptif yang digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau

    karakteristik populasi atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara pelaku,

    mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasi. Berdasarkan data-data yang

    diperoleh dan sumber-sumber tertulis mengenai pokok permaslahan yang akan dikaji,

    maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data

    melalui metode wawancara dan dokumentasi. Untuk menunjang proses analisis data,

    peneliti datang langsung kepada subjek penelitian yaitu, AJB Bumiputera Divisi

    Syari’ah. Diharapkan dari pendekatan ini dapat menghasilkan data yang bersifat lebih

    mendalam dan objektif.

    AJB Bumiputera Divisi Syari’ah sebagai subjek dalam penulisan skripsi ini.

    AJB Bumiputera merupakan lembaga non bank pertama milik negara kita sendiri.

    Lembaga ini dimiliki banyak minat oleh nasabahnya, karena lembaga ini sebagai

    asuransi jiwa pertama yang mengeluakan fatwa syari’ah di Indonesia.

    Kita mengetahui dalam manajemen ada beberapa fungsi yaitu perencanaan

    dimana suatu hal yang harus dipirkan terlebih dahulu, kemudian melaksanakan apa

    yang sudah direncanakan, dan pada saat pelaksanaan harus dilakukan sebuah

    pengawasan agar apa yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan apa yang

    direncanakan. Dan terakhir adalah melakukan evaluasi, dimana kegiatan ini merupakan

    penilaian dari apa yang telah direncanakan kemudian dilaksanakan berikut

    pengawasannya.

    Manajemen sistem pada dana tabarru’ disebutkan ke dalam beberapa hal seperti

    Perencanaannya mendata umur calon peserta yang ingin ikut serta dalam asuransi dan

    mendata masa perjanjian calon peserta ikut dalam asuransi. Kemudian pelaksanaannya

    dihitung berdasarkan data yang didapat oleh perusahaan dan dihitung sesuai umur

    ketika ia menjadi anggota asuransi. Disitulah akan ditemukannya hasil yang akan

    menjadi dana tabarru’. Pada saat pelaksanaan dilakukan, dilakukan pula pengawasan

    yang sesuai pada penempatan akidah syari’ah, asuransi disini adalah divisi syari’ah

    kemudian akad yang digunakan adalah harus sesuai dengan syari’at Islam. Setelah itu

    AJB Bumiputera Divisi Syari’ah mengadakan evaluasi pada Menteri Keuangan setiap

    tiga bulan sekali, dan Menteri Keuangan akan memproses data tersebut melalui website

    agar masyarakat (peserta dari asuransi itu sendiri) dapat langsung melihat keadaan

    investasi dana miliknya.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    �����א������א��א��� �

    Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Sang Maha Pencipta yang

    senantiasa memberikan kekuatan dan kenikmatan kepada hamba dan semua umat-

    Nya. Berangkat dari fitrah manusia yang tidak pernah luput dari dosa dan

    kesalahan, oleh karena itu wajib kiranya kami memohon ampunan dan

    perlindungan-Nya. Segala kelancaran dan kemudahan penulis dalam

    merampungkan tugas akhir ini merupakan anugerah yang diberikan oleh-Nya.

    Sanjungan shalawat dan salam penulis haturkan pula pada junjungan umat

    manusia Rasulullah SAW, semoga kita semua bisa tetap istiqamah menjalankan

    sunnah-nya sehingga ajarannya akan tetap membumi. Amien.

    Pada dasarnya secara teknis seluruh penyelesaian tugas akhir ini tetap

    tidak terlepas dari orang-orang yang berekecimpung di dalamnya, sehingga

    dukungan mereka merupakan manfaat yang begitu besar bagi penulis. Oleh sebab

    itu penulis layak menghaturkan rasa syukur dan ungkapan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada :

    1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

    Komunikasi, beserta segenap jajarannya yang tanpa bosan-bosannya

    membimbing kami dalam melaksanakan segala aktivitas perkuliahan.

    2. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA. Selaku dosen pembimbing yang selalu

    mengarahkan penulis pada kelancaran dan kesuksesan pemyelesaian tugas

  • iii

    akhir ini, dengan memberikan bebarapa pengajaran tentang arti tekun dan

    teliti yang sesungguhnya.

    3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Selaku ketua Jurusan Manajemen

    Dakwah (MD) yang tidak pernah bosan membimbing penulis dan kawan-

    kawan yang lain dalam segala urusan perkuliahan. Semoga kedepan

    Jurusan MD semakin berkembang baik dari segi kuantitas maupun

    kualitas.

    4. H. Mulkan Nasir, BA, SPd, MM. Selaku sekertaris Jurusan Manajemen

    Dakwah yang selalu membantu penulis dalam semua penyelesaian dan

    urusan yang penulis butuhkan dalam aktivitas selama perkuliahan sampai

    menyelesaikan tugas akhir ini.

    5. Drs. Sugiharto, MA. Selaku penguji I yang memberikan banyak masukan

    agar skripsi penulis benar-benar menjadi skripsi yang bermanfaat bagi

    pembaca.

    6. Drs. M. Sungaidi, MA. Selaku penguji II yang memberikan banyak

    masukan agar penulis berhati-hati dalam menulis.

    7. Orangtua saya yang tercinta, ayahanda H. Saeful Hidayat serta

    ibunda Hj. Cucu Zulaecha, atas segala pengajaran, bimbingan, kerja

    keras, serta dukungan moril maupun materil yang tidak henti-hentinya

    mereka berikan kepada penulis. Atas segala perjuangan dan pengorbanan

    mereka serta do’anya yang dihaturkan untuk saya setiap waktu dalam

    menjalani skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan mereka

    kebahagiaan yang berlimpah.

  • iv

    8. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan

    Komunikasi, atas segala ilmu yang telah diberikan sehingga dapat

    membentuk kesadaran penulis dalam bentuk intelektualitas dan

    spiritualitas. Semoga apa yang telah diberikan menjadi penerang sekaligus

    amal jariyah bagi penulis masyarakat luas lainnya. Penulis haturkan do’a

    semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.

    9. Guru saya Hj. Nunung Nurhayati, SH dan ayahanda Drs. H. Asep

    Juhenda, SH. Terima kasih banyak untuk semua dorongan, masukan dan

    semangat yang tidak henti-hentinya selalu terucap oleh mereka untuk

    penulis agar penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan cepat.

    10. Edwin Indra Kusuma, terima kasih sayang atas segala perhatian,

    pengertian dan bimbingan yang diberikan kepada penulis, dengan sabar

    dan pantang menyerah mendorong terus penulis dengan semangat yang

    tinggi dalam menyelesaikan ujian akhir ini.

    11. Mufidah Amalia, adikku tersayang terima kasih atas segala semangat dan

    dorongan yang diberikan. Semoga semakin rajin belajar agar bisa

    menyusul dengan cepat untuk segera mendapat gelar sarjana.

    12. Sahabat tercintakku Ade, Shofa, Angel, Mia, Nadia yang telah banyak

    memberikan dukungan dengan sabar kepada penulis sampai penulis dapat

    menyelesaikan tugas akhir ini.

    13. Fika, Nani, Wahid, Ojan dan Ka Dede, terima kasih banget buat info dan

    waktu yang disempatkan untuk penulis dalam memenuhi semua kebutuhan

    penulis dalam penulisan skripsi ini.

  • v

    14. Untuk segenap teman-teman kosan gaul, terima kasih banget Puji,

    Mudah, Euis, Nurul, Ka Leni, Sofie, terutama Eliyana (sahabat dari

    SMA) yang selalu memberikan dukungan sampai sekarang, sehingga

    penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

    15. Semua teman-teman angkatan MD 2007, wa bil khusus teman-teman

    kelas B, yang telah memberikan semangat dari awal perkuliahan sampai

    sekarang, selama kurang lebih 4 tahun kita belajar, diskusi, dan tertawa

    bersama. Semoga kebersamaan ini dapat terjalin sampai seterusnya dan

    teman-teman mendapatkan pekerjaan yang layak dan calon yang baik di

    kehidupan mendatang.

    16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah

    membantu penulis merampungkan tugas akhir ini.

    Tanpa bosan-bosannya penulis haturkan terima kasih banyak kepada

    orang-orang yang terlibat dalam pengerjaan skripsi ini, semoga Allah SWT

    memberika rizki dan kasih sayang yang berlimpah untuk mereka. Harapan penulis

    mudah-mudahan skripsi dapat bermanfaat bagi khalayak luas sekaligus menjadi

    bukti eksistensi penulis di dunia ini.

    Ciputat, 14 Juni 2011

    Shella C Hidayat

  • vi

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN

    ABSTRAK ......................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 5

    C. Tujuan dan ManfaatPenelitian ............................................... 5

    D. Metodologi Penelitian ................................................................. 6

    E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9

    F. Sistematika Penulisan ................................................................. 9

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Manajemen .................................................................................. 11

    1. Pengertian Manajemen .......................................................... 11

    2. Fungsi-fungsi Manajemen ..................................................... 15

    3. Unsur-unsur Manajemen ....................................................... 24

    B. Dana Tabarru’ ............................................................................. 25

    1. Pengertian Dana Tabarru’ ..................................................... 25

    2. Tujuan dan Manfaat Dana Tabarru’ ...................................... 26

    3. Ladasan Hukum Dana Tabarru’ ............................................ 27

    4. Penetapan Dana Tabarru’ ...................................................... 29

  • vii

    C. Nasabah ....................................................................................... 34

    1. Pengertian Nasabah ............................................................... 34

    2. Kriteria Umum Nasabah ....................................................... 37

    BAB III PROFIL AJB BUMIPUTERA SYARI’AH

    A. Latar Belakang AJB Bumiputera Syari’ah .................................. 41

    B. Visi dan Misi AJB Bumiputera Syari’ah .................................... 46

    C. Operasionalisasi AJB Bumiputera Syari’ah ................................ 48

    BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS

    A. Mekanisme Dana Tabarru’ pada AJB Bumiputera Syari’ah....... 52

    B. Analisis Manajemen Sistem Dana Tabarru’ AJB Bumiputera

    Syari’ah terhadap Nasabah .......................................................... 53

    1. Perencanaan Sistem Dana Tabarru’ ...................................... 53

    2. Pelaksanaan Sistem Dana Tabarru’ ....................................... 56

    3. Pengawasan Sistem Dana Tabarru’ ....................................... 58

    4. Evaluasi Sistem Dana Tabarru’ ............................................. 59

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................................. 63

    B. Saran ............................................................................................ 64

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 65

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Asuransi Salah satu lembaga ekonomi yang ada sekarang ini adalah

    lembaga keuangan non bank. Di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak

    ditemukan ketentuan yang jelas yang mengatur secara eksplisit tentang

    asuransi ini. Asuransi yang bahasa Arabnya adalah at-ta’min, merupakan jenis

    akad kontemporer yang belum dikenal oleh generasi pertama, bahkan

    diagendakan oleh para pakar fikih klasik. Hanya saja mayoritas pakar fikih

    sepakat bahwa akad dalam koridor syar’i adalah fleksibel dan tidak terbatas.

    Sebuah kaidah Ushul Fiqh mengatakan:

    “Pada dasarnya semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan kecuali ada dalil

    yang mengharamkannya. “ 1

    Asuransi dalam sistem ekonomi Islam disebut asuransi syari’ah.

    Asuransi diperlukan karena dalam kehidupan manusia dihadapkan pada

    kemungkinan terjadinya musibah dan bencana yang dapat menyebabkan

    hilang atau berkurangnya nilai ekonomi seseorang, baik terhadap diri sendiri,

    keluarga, atau perusahaan. Segala musibah dan bencana merupakan ketentuan

    (Qadha dan Qadhar) Allah SWT., namun manusia (muslim) wajib berikhtiar

    melakukan tindakan antisipasi untuk memperkecil resiko timbul. 2

    1 Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 1:/DSN-MUI/2000

    2 Suhawardi K. Lubis, Modul Pengetahuan Dasar Takaful, Bab ke-3, h. 10

  • 2

    Dalam menghadapi resiko ini manusia dapat berikhtiar dengan pilihan

    alternatif antara lain : menanggung sendiri, membagi resiko dengan pihak lain,

    dan menyerahkan resiko sepenuhnya kepada pihak lain. “Bila sebuah resiko

    ditanggung sendiri, salah satu upayanya bisa dengan menabung, namun ikhtiar

    ini sering kali tidak mencukupi, karena resiko yang terjadi melebihi dari yang

    diperkirakan, padahal tabungan belum mencukupi. Sedangkan bila resiko

    tersebut dibagi atau dialihkan, diharapkan pada saat terjadi musibah, maka

    berkurangnya nilai ekonomi atau kesejahteraan keluarga dapat terjamin

    (tergantikan), begitu juga dengan hilangnya fungsi sebuah benda dapat

    tergantikan juga.” 3

    Dalam hal ini, dana tabarru’ merupakan kumpulan dari premi tabarru’

    (sejumlah uang yang diserahkan pemegang polis/peserta asuransi kepada

    pemegang polis yang lain. Penyerahan itu diserahkan secara tulus ikhlas dan

    tidak untuk diminta kembali, yang ditujukan untuk tolong menolong).

    Sementara perusahaan asuransi berkewajiban untuk mengelola dana tabarru’

    melalui aktivita investasi dan perusahaan mendapat ujrah (fee) atas

    pengelolaan dana tersebut. Oleh karena itu, dana tabarru’ disimpan dalam satu

    rekening khusus, dimana apabila ada yang mendapat musibah, dana klaim

    yang diberikan adalah dari rekening dana tabarru’ yang sudah diniatkan oleh

    semua peserta untuk kepentingan tolong-menolong. 4

    Implementasi akad takafuli dan tabarru’ dalam sistem asuransi syariah

    direalisasikan dalam bentuk pembagian setoran premi menjadi dua. Pertama,

    3 Ibid, h. 10

    4 Kuat Ismanto S.H.I, Asuransi Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 68

  • 3

    untuk produk yang mengandung unsur tabungan (saving), maka premi yang

    dibayarkan akan dibagi ke dalam rekening dana peserta dan satunya lagi

    rekening tabarru’. Kedua, untuk produk yang tidak mengandung unsur

    tabungan (non saving), setiap premi yang dibayar akan dimasukkan

    seluruhnya ke dalam rekening tabarru’. 5

    Dalam tabarru’ orang yang menolong atau memberi tidak bermaksud

    untuk mengharapkan penggantian dari apa yang telah ia berikan, tetapi dari

    tabarru’ ini, para pesertanya mempunyai tujuan dan manfaat bagi peserta

    lainnya, yaitu :

    1. Untuk membayar klaim apabila terjadi musibah pada peserta lain.

    2. Untuk menghindari sikap mementingkan diri sendiri pada peserta asuransi.

    3. Saling tolong menolong antara peserta yang tertimpa musibah.

    4. Mempererat tali silaturahmi antara peserta yang tertimpa musibah.

    5. Menumbuhkan rasa bertanggung jawab sesama, dengan memberikan

    sebagian kecil uang yang dniatkan untuk peserta lain apabila terjadi klaim.

    Hal ini menghindari perasaan mementingkan diri sendiri.

    6. Saling bantu-membantu antara peserta yang tertimpa musibah. 6

    Sedangkan bagi perusahaan, dana tabarru’ ini mempunyai tujuan dan

    manfaat sendiri, yaitu :

    1. Mengelola kembali dana tabarru’ dengan menginvestaskan pada lembaga

    keuangan syari’ah.

    5 Ibid, h. 69

    6 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di

    Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2004), h. 139

  • 4

    2. Dapat didayagunakan untuk membentuk dana bersama yang digunakan

    sebagai santunan bagi santunan bagi peserta lainnya. 7

    Keberadaan rekening tabarru’ menjadi sangat penting untuk menjawab

    pertanyaan seputar ketidakjelasan asuransi dari sisi pembayaran klaim.

    Misalnya, seorang peserta mengambil paket asuransi jiwa dengan masa

    pertanggungan 10 tahun dengan manfaat 10 juta rupiah. Bila ia ditakdirkan

    meninggal dunia di tahun ke-empat dan baru sempat membayar sebesar 4 juta,

    maka ahli waris akan menerima sejumlah penuh 10 juta. Pertanyaannya, sisa

    pembayaran sebesar 6 juta diperoleh dari mana. Disinilah kemudian timbul

    gharar tadi sehingga diperlukan mekanisme khusus untuk menghapus hal itu,

    yaitu penyediaan dana khusus untuk pembayaran klaim (yang pada

    hakekatnya untuk tujuan tolong-menolong) berupa rekening tabarru’. 8

    Selanjutnya, dana yang terkumpul dari peserta (shahibul maal) akan

    diinvestasikan oleh pengelola (mudharib) ke dalam instrumen-instumen

    investasi yang tidak bertentangan dengan syariat. Apabila dari hasil investasi

    diperolah keuntungan (profit), maka setelah dikurangi beban-beban asuransi,

    keuntungan tadi akan dibagi antara shahibul maal (peserta) dan mudharib

    (pengelola) berdasarkan akad mudharabah ( bagi hasil ) dengan rasio (nisbah)

    yang telah disepakati di muka. Akad tabarru’ telah diputuskan oleh FATWA

    DEWAN SYARI’AH NASIONAL No: 53/DSN-MUI/III2006 Tentang

    AKAD TABARRU’ PADA ASURANSI DAN REASURANSI

    SYARI’AH.9

    7 Ibid, h. 139

    8 Kuat Ismanto S.H.I, Asuransi Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 69

    9 Ibid, h. 70

  • 5

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk

    membahas pengelolaan dana tabarru’ dalam penulisan skripsi ini, dengan

    judul “Pengelolaan Dana Tabarru AJB Bumiputera Syari’ah terhadap

    nasabah”.

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Penelitian karya tulis ini dibatasi dengan membahas pengelolaan

    dana tabarru’ pada asuransi syari’ah yang mana dana ini diberikan secara

    derma oleh nasabah untuk nasabah yang membutuhkan, dan tidak

    membahas tentang dana asuransi yang lain, juga dibatasi oleh tenggang

    waktu pelaksanaan dalam wawancaranya.

    2. Perumusan Masalah

    Dari pembatasan masalah tersebut, maka dalam karya tulis ini

    dapat dirumuskan pokok masalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana mekanisme system dana tabarru’ pada AJB Bumiputera

    Syari’ah?

    2. Bagaimana perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi sistem

    dana tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan ingin memperoleh gambaran tentang:

  • 6

    a. Untuk Mengetahui manajemen sistem dana tabarru’ yang digunakan

    oleh AJB Bumpitera Divisi Syari’ah kepada nasabahnya.

    2. Manfaat Penelitian

    Ada beberapa manfaat yang bisa diberikan dari penyusun antara

    lain sebagai berikut:

    a. Bagi Penyusun

    Bisa memberikan pengetahuan dan pengalaman yang bisa dijadikan

    pelajaran

    b. Bagi Akademik

    Menambah buku-buku perpustakaan yang bisa dijadikan bacaan oleh

    para mahasiswa sebagai bahan rujukan dan referensi untuk menambah

    wawasan mereka.

    c. Bagi pembaca

    Bisa menambah wawasan cakrawala pengetahuan para pembaca

    tentang disiplin ilmu yang bersangkutan.

    d. Bagi AJB Bumiputera Divisi Syari’ah

    Dijadikan sebagai alat evaluasi agar bisa menjadi lebih baik dan lebih

    meningkatkan pengalaman.

    D. Metodologi Penelitian

    1. Metode Penelitian Kualitatif

    Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif Menurut

    Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Loxy Moleong adalah sebagai

  • 7

    prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

    tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.10

    2. Subjek dan Objek Penelitian

    a. Subjek Penelitian ini adalah AJB Bumiputera Divisi Syari’ah

    Harmoni-Jakarta Pusat

    b. Objek Penelitian Ini adalah Manajemen Keuangan AJB Bumiputera

    Divisi Syari’ah

    3. Tempat dan Waktu Penelitian

    c. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di AJB Bumiputera Divisi Syari’ah

    Harmoni-Jakarta Pusat.

    Waktu Penelitian ini berlangsung dari Bulan Mei 2011

    4. Tehnik pengumpulan data

    a. Wawancara

    Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti

    dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab

    dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden

    merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.

    b. Observasi

    Metode observasi adalah metode pengumpulan data dimana

    peneliti atau kolabolatornya mencatat informasi sebagaimana yang

    mereka saksikan selama penelitian. Penyaksian terhadap peristiwa-

    10

    Lexy J. Moeleong. Metode Penelitian kualitatif ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2009) , h. 4.

  • 8

    peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan, merasakan, yang

    kemudian dicatat seobyektif mungkin.11

    c. Dokumentasi

    Penulis mengumpulkan informasi berupa: data, hasil

    wawancara.

    d. Tehnik Pengelolaan data

    Setelah data diperoleh, maka langkah-langkah selanjutnya penulis

    mengelola data dengan cara editing, yaitu kegiatan mempelajari berkas-

    berkas data yang telah terkumpul,sehingga keseluruhan berkas itu dapat

    diketahui dan dapat dinyatakan baik.

    5. Tehnik Analisis Data

    Dalam menganalisis Data, penulis menggunakan metode deskriptif

    analisis, yaitu suatu teknik analisis data; dimana penulis terlebih dahulu

    memaparkan semua data yang diperoleh dari pengamatan, kemudian

    menganalisanya dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis.

    6. Tehnik Penulisan

    Penulisan Skripsi ini berpedoman pada “Pedoman Penulisan Karya

    Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA

    (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta Press Tahun 2007.

    11

    W. Gulo. Metodelogi Penelitian (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia ,

    2002), h. 116.

  • 9

    E. Tinjauan Pustaka

    Dalam Penyusunan Skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian

    lebih lanjut kemudian menyusun menjadi karya ilmiah maka langkah awal

    yang penulis lakukan adalah mengkaji terlebih dahulu dan melihat buku-buku

    yang akan dijadikan reverensi oleh penulis. Setelah penulis melakukan kajian

    kepustakaan penulis akhirnya menemukan beberapa skripsi yang membahas

    tentang:

    1. Karya Ainun Najiebah, Nim 102046225362, Program Studi Muamalat,

    Konsentrasi Asuransi Syari’ah, Fakultas Syari’ah dan Hukum. Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1430 H/2009 M. Pembahasan

    Dalam Skripsinya adalah mengenai Tinjuauan Ekonomi Islam terhadap

    Pengelolaan Dana Tabarru’ Pada Asuransi PT. BRIngin Life Syari’ah.

    Melihat pada sebuah pengelolaan dana tabarru’ yang sesuai dengan akidah

    islam.

    Sedangkan judul skripsi penulis adalah Manajemen Sistem Dana

    Tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah Terhadap Nasabah. Dalam hal ini dilihat

    dari segi judul berbeda, baik itu dari segi pembahasan yang diteliti sungguh

    jauh berbeda, yaitu, materi yang penulis bahas adalah tentang Bagaimana

    Manajemen Sistem Dana Tabarru’ itu pada Asusransi Syari’ah.

    F. Sistematika Penulisan

    Berdasarkan penelitian di atas, maka sistematika penulisan dalam

    pembahsan ini adalah sebagai berikut :

  • 10

    BAB I Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan argumentasi

    mengenai signifikasi studi ini. Dalam bab ini peneliti

    menguraikan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

    Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

    Metodelogi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

    BAB II Merupakan kajian teoritis karya tulis ini, di dalamnya

    membahas mengenai pengertian dari manajemen dana, dana

    tabarru’ dan nasabah. Dalam kajian teoritis ini, selanjutnya

    dijadikan pegangan sekaligus alat untuk menjelaskan

    Manajemen Sistem Dana Tabarru’ AJB Bumiputera Syari’ah

    terhadap Nasabah.

    BAB III Membahas tentang profil perusahaan AJB Bumiputera Syari’ah

    dengan aktifitas pengelolaan dana tabarru’ pada perusahaan

    tersebut. Dan juga membahas profil lengkapnya sebagai wadah

    asuransi para nasabah muslim di Indonesia yang ingin

    menghilangkan rasa kecurigaannya terhadap produk-produk

    yang dikeluarkan oleh AJB Bumiputera Syari’ah.

    BAB IV Menjabarkan dan menganalisis manajemen sistem dana

    tabarru’ dengan mengobservasi perencanaan, pelaksanaan,

    pengawasan dan evaluasi terhadap nasabah pada asuransi

    syari’ah sebagai keihklasan dana dalam bershadaqah.

    BAB V Merupakan penutup yang berisi kesimplan dan saran-saran

  • 11

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Manajemen

    1. Pengertian Manajemen

    Manajemen berasal dari kata kerja bahasa inggris “to manage”

    yang berarti mengatur.1 selain itu, kata “to manage” mempunyai sinonim

    antara lain; To hand (mengurus), to control (memeriksa/mengawasi), to

    guide (menuntun/mengemudikan). Jadi, manajemen berarti mengurus,

    memeriksa, mengawasi, pengendalian, mengemudikan, membimbing.2

    Secara etimologis Abdul Sani mengatakan bahwa manajemen

    berasal dari kata “manage” yang berarti mengemudikan, memerintah,

    memimpin atau dapat juga diartikan sebagai “pengurusan”. Dalam hal ini

    pengurusan, memimpin, atau membimbing terhadap orang lain dalam

    upaya mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.3

    Sedangkan secara terminologis, dikatakan bahwa manajemen

    merupakan proses kerja untuk menentukan , mengimpertrasikan dan hal

    senada juga diungkapkan oleh Miftah Thoha yang mengatakan bahwa

    manajemen merupakan pengelolaan suatu organisasi yang dibatasi dengan

    tertib. dengan kata lain, manajemen harus menjalankan prinsip-prinsip

    1 Melayu SP. Hasibuan, Manajemen Dasar : Pengertian dan Masalah (Jakarta : PT.

    Gunung Agung, 1986), cet.II, h. 2. 2 Jhon M, Echols, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta : PT Gramedia, 1996), h.375.

    3 Abdul Sani, Manajemen Organisasi (Jakarta : Bina Aksara, 1987 ), h.1.

  • 12

    perencanaan, pengaturan, motivasi, dan pengendalian dalam menjalankan

    roda organisasi.4

    Adapun pengertian menurut istilah manajemen ialah suatu proses,

    dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan

    diawasi. Sedangkan menurut Joseph L. Massie manajemen adalah

    integrasi dan penerapan ilmu serta pendekatan analisis yang

    dikembangkan oleh banyak disiplin.5

    Banyak rumusan yang diberikan oleh para ahli dalam

    mendefinisikan manajemen diantaranya:

    a. Dalam buku karangan George R. Terry dan Laslie W. Rue.

    Mendefinisikan manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja

    yang melibatkan bimbingan suatu kelompok orang-orang kearah

    tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.6

    b. M. Manulang mendefinisikan manajemen pada 3 arti : pertama,

    manajemen sebagai proses. Kedua, manajemen sebagai kolektifitas

    orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen. Ketiga, manajemen

    sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu pengetahuan.7

    c. Manajemen dapat didefinisikan dari dua sudut pandang, yaitu sebagai

    proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka penerapan

    tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang

    4 Miftah Thoha , Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku (Jakarta :

    PT. RajaGrafindo Persada, 1993), cet. ke - 5, h.10. 5 Joseph L.Massie, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Erlangga, 1999), h. 9.

    6 George R. Terry dan Laslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara,

    2005), cet. Ke-9, h.1. 7 M. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta : Ghalla Indonesia, 1996), h. 2.

  • 13

    menduduki jabatan manajerial untuk melalui kegiatan-kegiatan orang

    lain.8

    d. J. Panglaykin dan Tanzil dalam karyanya Manajemen Suatu Pengantar

    mengatakan bahwa manajemen adalah seni kemahiran untuk mencapai

    hasil yang sebesar-besarnya dengan usaha yang sekecil-kecilnya untuk

    memperoleh kemakmuran dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya

    serta memberi serius pelayanan yang baik kepada khalayak ramai.9

    e. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan. Manajemen adalah ilmu dan seni

    mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-

    sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

    tertentu.10

    Sedangkan pengertian manajemen didalam kamus besar

    Bahasa Indonesia adalah proses penggunaan sumber daya secara

    efektif untuk mencapai tujuan dan sasaran.11

    f. Didalam buku karangan Yayat. M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen.

    George Terry (1977) menyatakan. Manajemen adalah suatu proses

    yang berbeda terdiri dari Planning, organizing, actuating, dan

    Controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan

    dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya.12

    8 Sondang P. Siagian, M.P.A., Filsafat Administrasi edisi Revisi (Jakarta: PT. Bumi

    Aksara, 2006), cet. Ke-3 h. 5. 9 Panglaykin dan Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999),

    cet. Ke-15, h. 27. 10

    Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Revisi (Jakarta: Bumi

    Aksara, 2007), cet. Ke-10. h. 1. 11

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :

    Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1. h. 695. 12

    Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarat: PT. Grasindo, 2004), Cet. Ke-2.

    h. 3.

  • 14

    g. Menurut Ahmad Fadli Hs dalam bukunya Organisasi dan

    Administrasi. Definisi manajemen dapat diartikan sebagai berikut:

    1) Keterlaksanaan proses penggunaan sumber daya secara efektif

    untuk mencapai sasaran tertentu.

    2) Kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil

    dalam rangka pencapaian tujuan kegiatan-kegiatan orang lain.

    3) Segenap perbuatan menggerakan kelompok orang dan

    menggerakan fasilitas dalam suatu usaha kerja sama untuk

    mencapai tujuan tertentu.13

    h. Didalam Buku Karangan T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua.

    Mary Parker Follet mendefinisikan Manajemen sebagai seni dalam

    menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.14

    i. Didalam Buku Karangan T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua.

    Menurut Stoner Manajemen adalah proses perencanaan,

    pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para

    anggota organisasi dan penggunaan sumber daya- sumber daya

    organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah

    ditetapkan.15

    j. Menurut H. Koontz dan O’ Donnel, dalam bukunya: “Principles of

    Managemen”, yang dikutif oleh Soewarno Handayaningrat, dalam

    buku Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen.

    mengemukakan definisi managemen sebagai berikut: “Management

    13

    Ahmad Fadli Hs, Organisasi dan Administrasi edisi Revisi (Jakarta: Man Halun

    Nasyi-in Press, 2002), cet. Ke-3. h. 26. 14

    T. Hani Handoko, M.B.A. Manajemen edisi Kedua (Yogyakarta: Bpfe, 1991 ), h. 8 15

    T. Hani Handoko, M.B.A. Manajemen edisi Kedua , h. 8.

  • 15

    involes getting things done through and with people”. (Managemen

    berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan

    melalui dan dengan orang-orang lain).16

    Setelah memaparkan beberapa pengertian arti dari berbagai para

    ahli dalam karya-karyanya, jelas sekali terdapat banyak definisi-definisi

    tentang manajemen. Menurut penulis kesimpulan yang dapat diambil dari

    berbagai definisi-definisi tersebut. Manajemen adalah serangkaian

    kegiatan yang didalamnya terdapat suatu proses pelaksanaan kegiatan

    yang meliputi Perencanaan (Planning), Organisasi (Organizing),

    Penggerakan (Actuating), dan Pengawasan (Controlling). sehingga bisa

    memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan dan sasaran

    sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

    2. Fungsi-Fungsi Manajemen

    Fungsi – fungsi Manajemen adalah sebagai berikut menurut Henry

    Fayol ada:17

    a. Planning

    Menunjukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa

    yang akan datang dan apa yang harus di perbuat agar dapat mencapai

    tujuan-tujuan itu.

    b. Organizing

    Mengelompokan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan

    memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.

    16

    Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management

    (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1980), h.19. 17

    Zaini Muhtarom, Dasar-Dasar Manajemen (Yogyakarta : Al Amin Press dan IKFA,

    1996), h. 38.

  • 16

    c. Staffing

    Menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan,

    penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.

    d. Motivating

    Mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-

    tujuan.

    e. Controlling

    Mengukur Pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-

    sebab penyimpangan- penyimpangan dan mengambil tindakan –

    tindakan korektif dimana perlu.

    Adapun Fungsi-fungsi manajemen menurut T. Hani Handoko adalah

    sebagai Berikut:

    a. Planning (perencanaan)

    Adalah penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,

    metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai

    tujuan

    b. Organizing (penggorganisasian)

    Adalah penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan

    untuk mencapai tujuan organisasi.

    c. Staffing ( Penyusunan Personalia)

    Adalah penarikan, pelatihan, pengembangan, serta penempatan dan

    pembagian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang

    menguntungkan dan produktif.

  • 17

    d. Pengarahan

    Adalah membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa

    yang diinginkan, dan harus mereka lakukan.

    e. Controlling (pengawasan)

    Adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin

    bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah

    ditetapkan.18

    Sedangkan menurut Joseph L. Massie. Ada 7 fungsi-fungsi

    manajemen diantaranya adalah:

    a. Pengambilan keputusan (Decision Making) ialah proses pemilihan arah

    langkah yang harus diambil dan alternative-alternatif yang ada untuk

    mencapai hasil yang diinginkan.

    b. Pengorganisasian (Organizing) proses penentuan struktur dan alokasi

    kerja.

    c. Pengisian staf (Staffing) proses yang dilakukan para manajer untuk

    menseleksi, melatih, mempromosikan, dan membebas tugaskan

    bawahan.

    d. Perencanaan (Planning) proses antisipasi seorang manajer akan masa

    depan dan menemukan alternative-alternatif arah langkah yang terbuka

    untuknya.

    18

    T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia (Yogyakarta :

    PT. Liberty, 1985), h. 23-25.

  • 18

    e. Pengawasan (Controlling) proses mengukur pelaksanaan yang berlaku

    sekarang dan memberikan panduan kearah sasaran yang telah

    ditetapkan sebelumnya.

    f. Komunikasi (Comunicating) ialah proses pengalihan ide-ide kepada

    orang lain untuk keperluan mencapai hasil uang diinginkan.

    g. Pengarahan (Directing) proses bimbingan pelaksanaan actual para

    bawahan menuju kesasaran bersama. Pengawasan (supervising)

    merupakan satu aspek fungsi ini pada tingkat bawah yang

    memungkinkan pengawasan pekerjaan fisiknya.19

    Menurut Hasibuan yang dikutif oleh Prof. Dr. Sondang. P.

    Siagian, M. P. A. bahwa fungsi- fungsi manajemen mencakup :

    a. Planning (perncanaan) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses

    pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan

    dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan

    yang telah ditetapkan.

    b. Organizing (pengorganisasian) adalah keseluruhan proses

    pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab,

    dan wewenang, sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi

    yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian

    tujuan yang telah ditentukan.

    c. Motivating (penggerakan) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan

    proses pemberiaan dorongan bekerja kepada para bawahan sedemikian

    rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya

    tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.

    19

    Josep L.Massie, Dasar-Dasar Manajemen edisi Ketiga (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 7.

  • 19

    d. Controlling (pengawasan) adalah proses pengamatan pelaksanan

    seluruh kegiatan organisasi untuk menajmin agar semua pekerjaan

    yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah

    ditentukan sebelumnya.

    e. Evaluation (penilaian) adalah fungsi organik administrasi dan

    manajemen yang terakhir. Definisinya ialah proses pengukuran dan

    perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya di capai dengan

    hasil-hasil yang seharusnya dicapai.20

    Menurut George R. Terry, dalam bukunya “Principles of

    management”, yang dikutif oleh Soewarno Handayaningrat dalam Buku

    Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen, menyatakan bahwa

    proses manajemen terdiri atas empat fungsi yaitu:

    a. Perencanaan (Planning)

    Perencanaan adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan

    waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan

    merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh

    keyakinan untuk tercapainya hasil yang dikehendakinya.21

    Pada hakekatnya perencanaan adalah suatu maksud yang

    didokumentasi secara khusus yang memuat tujuan dan tindakan.

    Tujuan adalah akhir dari tindakan, sedangkan tindakan itu sendiri

    adalah alat untuk sampai ke tujuan tersebut. Dengan perkataan lain

    bahwa tujuan merupakan target yang menjadi sasaran manajemen,

    20

    H. Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Revisi, h. 3. 21

    Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management, h. 25.

  • 20

    sedangkan tindakan merupakan alat dan cara mencapai sasaran

    tersebut.22

    Adapun George R. Terry, dalam buku Zaini Muchtarom, lebih

    rinci menyatakan : perencanaan adalah menyeleksi dan

    menghubungkan fakta-fakta serta menyusun dan menggunakan

    asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam bentuk

    visualisasi dan formulasi dari kegiatan-kegiatan terarah yang diyakini

    perlu untuk mencapai hasil yang dikehendaki.23

    Dalam perencanaan diperlukan adanya langkah-langkah

    sebagai berikut:

    1) Perkiraan dan perhitungan masa depan

    2) Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangkaian pencapaian

    tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

    3) Penetapan tindakan dan prioritas pelaksanaanya

    4) Penetapan metode

    5) Penetapan dan penjadualan waktu

    6) Penempatan lokasi (tempat)

    7) Penempatan biaya fasilitas dan faktor-faktor lain diperlukan

    b. Penggorganisasian

    Pengorganisasian berasal dari kata organisasi (Organum-

    bahasa latin) yang berarti alat atau badan, pada dasarnya ada 3 (tiga

    ciri khusus dari satu) organisasi yaitu : adanya sekelompok manusia

    22

    Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, h. 62. 23

    Ibid., h. 63.

  • 21

    kerja sama yang harmonis dan kerja sama tersebut berdasarkan atas

    hak kewajiban serta tanggung jawab masing-masing orang untuk

    mencapai tujuan.24

    Adapun pengorganisasian menurut G. R. Terry adalah

    menentukan, mengelompokan dan pengaturan berbagai kegiatan yang

    dianggap perlu untuk pencapaian tujuan, penugasan orang-orang dalam

    kegiatan ini, dengan menetapkan faktor-faktor lingkungan fisik yang

    sesuai, dan menunjukan hubungan kewenangan yang dilimpahkan

    terhadap setiap individu yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan

    tersebut.25

    Penggorganisasian adalah menentukan, mengelompokan dan

    pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian

    tujuan, penugasan orang-orang dalam kegiatan ini, dengan menetapkan

    faktor-faktor lingkungan fisik yang sesuai, dan menunjukan hubungan

    kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap individu yang

    ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.26

    c. Penggerakan (Actuating)

    Penggerakan adalah aktivitas pokok dalam manajemen yang

    mendorong dan menjuruskan semua bawahan agar berkeinginan

    bertujuan serta bergerak untuk mencapai maksud-maksud yang telah

    24

    Djati Juliatriasa dan Jhon Suprihanto, Manajemen Umum Sebuah Pengantar

    (Yogyakarta : BPFF, 1998), Cet. Kr-2, h. 14. 25

    Sowewarno Handayaningrat, Ilmu Administrasi dan Manajemen, h. 26. 26

    Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen,h. 26.

  • 22

    ditentukan dan merasa berkepentingan serta pada dengan rencana

    usaha organisasinya.27

    Penggerakan dapat didefinisikan pula sebagai keseluruhan

    usaha, cara teknik dan metode untuk mendorong para anggota

    organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi

    tercapainya tujuan organisasi.28

    Penggerakan pelaksanaan adalah usaha agar semua anggota

    kelompok suka melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadarannya

    dan berpedoman pada perencanaan (Planning) dan usaha

    pengorganisasiannya.29

    George R. Terry, dalam buku Sarwoto, memberikan pengertian

    ini sebagai tindakan untuk mengusahakan agar semua angota

    kelompok suka berusaha untuk mencapai sasaran agar sesuai dengan

    perencanaan manajerial dan usaha organisasi30

    d. Pengawasan (Controlling)

    Pengawasan adalah kegiatan manajer mengusahakan agar

    pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil

    yang dikehendaki.31

    27

    Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen (Jakarta: : Bina Aksara , 1998)

    cet ke-2, h. 96. 28

    Sondang P. Siagian. Fungsi-Fungsi Manajemen (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), cet ke-

    2, h. 128. 29

    Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management, h.

    26. 30

    Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalian Indonesia, 1991)

    , cet, ke-18, h. 89. 31

    Ibid, h. 94.

  • 23

    Pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus

    diselesaikan yaitu: pelaksanaan, penilaian pelaksanaan, bila perlu

    melakukan tindakan korektif agar supaya pelaksanaannya tetap sesuai

    dengan rencana yaitu sesuai dengan standar.32

    Pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih

    menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai

    rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagai fungsi organik,

    pengawasan merupakan salah satu tugas yang mutlak yang

    diselenggarakan oleh semua orang yang menduduki jabatan manajerial,

    mulai dari manajer puncak hingga para manajer rendah yang secara

    langsung mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang

    diselenggarakan oleh semua petugas operasional.33

    Dari Beragamnya fungsi-fungsi manajemen di atas yang telah

    diungkapkan oleh para ahli. Maka, Penulis mengambil fungsi

    manajemen yang lebih Umum dilakukan dikalangan masyarakat.

    Sehingga penulis lebih condong pada Fungsi Manajemen menurut

    pandangan George R. Terry seorang ahli manajemen, yang

    mengungkapkan empat fungsi Manajemen yaitu Perencanaan

    (Planning), pengorganisasian (Organizing), Penggerakan

    (Actuating),dan Pengawasan (Controlling). Atau yang biasa dikenal

    dan disingkat dengan sebutan “POAC”. Fungsi Manajemen inilah yang

    sangat popular dan fundamental dalam rangka untuk pencapaian

    tujuan dalam setiap kegiatan.

    32

    Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Management, h.

    26. 33

    Sodang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajemen, h. 169.

  • 24

    3. Unsur-Unsur Manajemen

    Unsur atau komponen merupakan bagian terpenting yang harus

    tersedia dalam suatu pelaksanaan kegiatan. Dalam hal ini Abdul Syani

    membagi unsur alat manajemen (tool of manajemen) kedalam enam bagian

    di antaranya :

    a. Man, yakni tenaga kerja manusia, sumber daya manusia (SDM) yang

    ada pada sebuah lembaga, SDM yang ada akan berpengaruh pada

    lancer atau tidaknya manajemen lembaga dalam melaksanakan tujuan

    yang dilaksanakan.

    b. Money, yakni pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

    Dana tersebut dapat diperoleh dari pemerintah setempat atau dari

    donator yang secara sukarela memberikan sumbangan demi kemajuan

    sebuah proses dakwah. Disamping itu, dana juga dapat diperoleh dari

    lembaga usaha yang dikembangkan.

    c. Methods, yakni cara atau sistem untuk mencapai tujuan. Dalam

    penentuan metode ini harus direncanakan secara matang sehingga tidak

    terjadi kevakuman di tengah jalan.

    d. Materials, yakni bahan-bahan yang diperlukan dalam mencapai tujuan

    atau misi lembaga. Bahan ini harus mendukung proses pencapaian

    tujuan yang direncanakan oleh sebuah lembaga.

    e. Machines, yakni alat-alat yang diperlukan, dalam hal ini alat-alat yang

    digunakan bertujuan untuk memaksimalkan bahan-bahan yang

    tersedia.

  • 25

    f. Market, yakni tempat untuk menawarkan hasil produksi dalam hal ini,

    misi lembaga dapat diterima oleh masyarakat yang pada gilirannya

    mereka dapat menerima produk yang telah diciptakan.34

    Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur terpenting

    sehingga berhasil atau gagalnya suatu manajemen tergantung pada

    kemampuan manajer untuk mendorong dan menggerakkan orang-orang

    kearah tujuan yang akan dicapai. Karena begitu pentingnya unsur manusia

    dalam manajemen, melebihi unsur lainnya, maka boleh dikatakan bahwa

    manajemen itu merupakan proses sosial yang mengatasi segala-galanya.35

    B. Dana Tabarru’

    1. Pengertian Dana Tabarru’

    Dana tabarru’ terdiri dari kata dana dan tabarru’. Dalam Kamus

    Umum Bahasa Indonesia kata dana adalah uang yang disediakan atau

    sengaja dikumpulkan untuk suatu maksud, derma, sedekah, pemberian

    atau hadiah.36

    Sedangkan tabarru’ berasal dari kata tabarra’a

    yatabarra’u-tabarru’an, artinya sumbangan hibah, dana kebijakan, atau

    derma.37

    Orang yang memberi sumbangan disebut mutabarri’

    (dermawan). Tabarru’ merupakan pemberian sukarela seseorang kepada

    orang lain, tanpa ganti rugi yang mengakibatkan berpindahnya

    kepemilikan harta itu dari pemberi kepada orang yang diberi. 38

    34

    Abdul Sani, Manajemen Organisasi (Jakarta: Bina Aksara, 1987) , h. 28. 35

    Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, h.43. 36

    W.J.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka,

    2005), Ed. 3, h. 261 37

    Abd Bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus Indonesia-Arab, Arab-Indonesia, (Jakarta, PT.

    Bentara antar Asia, 1991), h. 75 38

    Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di

    Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2004), h. 138

  • 26

    Jumhur ulama mendefinisikan dana tabarru’ dengan akad yang

    mengakibatkan pemilikan harta, tanpa ganti rugi yang dilakukan seseorang

    dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela. Niat tabarru’

    dalam akad asuransi syari’ah adalah alternatif uang sah yang dibenarkan

    oleh syara’ dalam melepaskan diri dari praktik gharar (manipulasi) yang

    diharamkan oleh Allah SWT. 39

    Menurut jumhur ulama, dana tabarru’ digunakan untuk saling

    membantu antar sesama manusia, oleh sebab itu Islam sangat menganjurkan

    seseorang yang mempunyai kelebihan harta untuk menghibahkannya kepada

    saudara-saudaranya yang memerlukan. Sedangkan dalam konteks akad dalam

    asuransi syari’ah, tabarru’ memberikan dana kebijakan dengan niat ikhlas

    untuk tujuan saling membantu diantara sesama peserta asuransi syari’ah

    apabila ada diantaranya mendapat musibah. Dana klaim yang diberikan

    diambil dari rekening dana tabarru’ yang telah diniatkan oleh semua peserta

    ketika akan menjadi peserta asuransi syari’ah, untuk kepentingan atau dana

    tolong-menolong. 40

    2. Tujuan dan Manfaat Dana Tabarru’

    a. Tujuan Dana Tabarru’

    Tujuan dari dana tabarru’, yaitu :

    1) Untuk membayar klaim apabila terjadi musibah pada peserta lain.

    2) Untuk menghindari sikap mementingkan diri sendiri pada peserta

    asuransi.

    39

    Ibid, h. 138 40

    Ibid, h. 139

  • 27

    3) Saling tolong menolong antara peserta yang tertimpa musibah.

    4) Mempererat tali silaturahmi antara peserta yang tertimpa musibah.

    5) Menumbuhkan rasa bertanggung jawab sesama, dengan memberikan

    sebagian kecil uang yang dniatkan untuk peserta lain apabila terjadi

    klaim. Hal ini menghindari perasaan mementingkan diri sendiri.

    6) Saling bantu-membantu antara peserta yang tertimpa musibah. 41

    b. Manfaat Dana Tabarru’

    Sedangkan manfaat dana tabarru’ bagi perusahaan itu sendiri,

    yaitu:

    1) Mengelola kembali dana tabarru’ dengan menginvestaskan pada

    lembaga keuangan syari’ah.

    2) Dapat didayagunakan untuk membentuk dana bersama yang digunakan

    sebagai santunan bagi peserta lainnya. Dana bersama merupakan dana

    kumpulan peserta asuransi yang digunakan untuk menutup kerugian

    yang diderita nasabah ketika mengalami musibah atau bencana. Setiap

    peserta memiliki hak yang sama dalam menerima ganti rugi yang sesuai

    dengan proporsinya yang telah ditentukan diawal. 42

    3. Landasan Hukum Dana Tabarru’

    Asuransi syari’ah dalam AJB Bumiputera Divisi Syari’ah memakai

    landasan hukum yang ditentukan oleh Dewan Syari’ah Nasional MUI dan

    Peraturan Menteri Keuangan No.18/PMK.010/2010 tentang penerapan

    prinsip dasar peneyelenggaraan asuransi dan reasuransi dengan prinsip

    41

    Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di

    Indonesia, (Jakarta, Kencana, 2004), h. 139 42

    Ibid, h. 139

  • 28

    syari’ah. Kemudian Dewan Syari’ah Nasional MUI mengeluarkan fatwa

    selanjutnya bersama Menteri Keuangan di Peraturan Menteri Keuangan

    No.11/PMK.010/2011 tentang kesehatan keuangan usaha asuransi dan

    reasuransi dengan prinsip syari’ah. Dan selanjutnya fatwa Dewan Syari’ah

    Nasional MUI yang menjelaskan tentang akad tabarru’ dalam Dewan

    Syari’ah Nasional MUI No. 53/ DSN-MUI/ III/ 2006 tentang akad tabarru’

    pada asuransi syari’ah.43

    Menurut Dewan Syari’ah Nasional MUI dalam akad tabarru’ tersebut,

    harus disebutkan sekurang-sekurangnya :

    a. Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan.

    b. Hak dan kewajiban masing-masing dalam akun tabarru’ selaku peserta

    dalam arti badan/kelompok.

    c. Cara dan waktu pembayaran premi.

    d. Syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang

    diakadkan.44

    Sedangkan kedudukan para pihak dalam akad tabarru’ :

    a. Peserta, yaitu memberikan dana hibah yang akan digunakan untuk

    menolong peserta atau peserta lain yang tertimpa musibah.

    b. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima dana

    tabarru’ (mu’amman/ mutabarra’lahu) dan secara kolektif selaku

    penanggung (mu’ammin/ mutabarri’).

    43

    Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

    Syari’ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 44

    Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI, Tentang Akad Tabarru’ Pada Asuransi Syari’ah,

    (Jakarta, 23 Maret 2006), h. 6

  • 29

    c. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar

    akad wakalah, mewakilkan atau tanggungan seseorang, dari peserta selain

    pengelola investasi.45

    Berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI No. 53/ DSN-MUI/

    III/ 2006 tentang akad tabarru’ pada asuransi syari’ah, menjelaskan bahwa

    dana tabarru’ boleh dikelola dan diinvestasikan sesuai dengan syari’at Islam.46

    4. Penetapan Dana Tabarru’

    Proses penetapan dana tabarru’ yang dijalankan oleh AJB Bumiputera

    Divisi Syari’ah ditentukan berdasarkan rate tabarru’ AJB Bumiputera Divisi

    Syari’ah yang mengacu pada tabel mortalita (tabel angka kematian), besarnya

    tabarru’ masing-masing calon peserta berbeda-beda, hal ini ditentukan dari

    usia masuk calon peserta dan lamanya perjanjian yang akan diambil, semakin

    tua usia calon peserta dan lamanya perjanjian maka jumlah tabarru’nya

    semakin besar.47

    Proses penetapan dana tabarru’ dibagi menjadi dua sistem :

    a. Untuk asuransi dengan unsur tabungan maka premi dibagi menjadi tiga

    unsur yaitu : tabungan, biaya dan tabarru’. Premi tabarru’ diperhitungkan

    dengan mengacu pada tabel mortalita (tabel angka kematian), besarnya

    tabarru’ ditentukan dari usia masuk calon peserta dan lamanya perjanjian

    asuransi yang akan diambil, semakin tua usia calon peserta dan lamanya

    perjanjian maka jumlah tabarru’nya semakin besar.

    45

    Ibid, h. 6 46

    Ibid, h. 6 47

    Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

    Syari’ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB

  • 30

    b. Sedangkan asuransi non tabungan terdiri dari tabarru’ dan biaya, tabarru’

    dihitung mengacu tabel mortalita (tabel angka kematian), besarnya

    tabarru’ ditentukan dari usia masuk calon peserta dan lamanya perjanjian

    asuransi yang akan diambil, semakin tua usia calon peserta dan lamanya

    perjanjian maka jumlah tabarru’nya semakin besar.48

    Muhammad Fadhli Yuzof, direktur Syarikat Takaful Malaysia, dalam

    bukunya “Takaful Sistem Asuransi Islam” menjelaskan tentang manfaat dan

    batasan penggunaan dana tabarru’ sebagai berikut : “Tabarru’ mempunyai

    pengertian luas. Dana tabarru’ boleh digunakan untuk membantu siapa saja

    yang mendapat musibah. Tetapi dibawah bisnis takaful karena telah melalui

    akad khusus, maka penggunaan tabarru’ harus khusus pula yaitu hanya

    sebatas pada kemanfaatan peserta takaful saja. Dengan kata lain bahwa

    kumpulan dana tabarru’ hanya digunakan untuk kepentingan peserta takaful

    yang mendapat musibah. Apabila dana tabarru’ tersebut digunakan untuk

    kepentingan lain, berarti melanggar syarat akad.” 49

    Sumber dana perusahaan dibutuhkan dari :

    Dana pemegang saham yaitu dana yang disiapkan oleh para pemegang

    saham sebagai modal setor bagi perusahaan, baik pada tahap awal berdiri

    perusahaan maupun penambahan setelah perusahaan berjalan, serta hasil

    investasi atas dana tersebut.

    48

    Wawancara pribadi penulis dengan Suranto, Divisi Keuangan AJB Bumiputera Divisi

    Syari’ah, pada tanggal 05 Mei 2011, jam 09.30-10.45 WIB 49

    Muhammad Fadzli Yusof, Takaful Sistem Asuransi Islam, (Kuala Lumpur:Tingi Press

    SDN.BHD, 1996), h. 22

  • 31

    Dana dari peserta asuransi yaitu berupa premi. 50

    Dalam melaksanakan perjanjian antara perusahaan dengan peserta

    harus dilandasi dengan akad. Adapun akad yang melandasi asuransi syari’ah

    adalah akad tijarah dan akad tabarru. Akad tijarah merupakan sebuah bentuk

    akad yang dilakukan untuk tujuan komersial misalnya mudharabah, wadi’ah,

    dan wakalah. Sedangkan akad tabarru’ merupakan semua bentuk akad yang

    dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong menolong tidak untuk

    komersial.51

    Dalam asuransi syari’ah unsur premi terdiri dari unsur tabarru’ dan

    tabungan (untuk asuransi jiwa), dan unsur tabarru’ saja (untuk asuransi

    kerugian). Unsur tabarru’ pada asuransi jiwa perhitungannya berdasarkan

    tabel mortalitas, angka rata-rata kematian seseorang di suatu wilayah, yaitu

    dengan cara preusan harus mengetahui perkiraan “harapan hidup” orang yang

    ditanggungnya, besarnya tergantung dari usia dan masa perjanjian. “Semakin

    tinggi usia dan semakin tinggi masa perjanjiannya, maka semakin besar pula

    nilai tabarru’nya. Besarnya premi asuransi jiwa pada asuransi syari’ah yang

    berupa dana tabarru’ berada pada kisaran 0,75 sampai 12%”. Sedangkan

    besarnya tabarru’ pada asuransi kerugian merujuk kepada Rate Standart yang

    dibuat oleh DAI (Dewan Asuransi Indonesia).52

    Penentuan bagian ini semata-mata demi perjalanan suatu usaha yang

    transparan dan menghilangkan keraguan mengenani dari mana datangnya dana

    50

    Muhammad Syakir Sula, Asuransi syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem

    Operasional, (Jakarta: Gema insani, 2004), h. 309 51

    Ibid, h. 310 52

    Muhammad Syakir sula, Asuransi syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem

    Operasional, (Jakarta: Gema insani, 2004), hal. 311

  • 32

    yang digunakan untuk membayar klaim. Pada asuransi syari’ah, sejak awal

    peserta sudah diminta untuk menghibahkan uang preminya yang dimasukkan

    ke dalam rekening peserta khusus/tabarru’, guna membayar klaim bila terjadi

    musibah pada sebagian peserta.53

    Selain unsur tabarru’, premi juga terdiri dari unsur tabungan yaitu dana

    titipan dari peserta yang dikelola oleh perusahaan dan akan mendapatkan

    alokasi bagi hasil (mudharabah) dari pendapatan investasi bersih yang

    diperoleh setiap tahun. Dana tabungan peserta yang dialokasikan untuk bagi

    hasil akan dikembalikan atau diserahkan kepada para peserta, apabila peserta

    yang bersangkutan mengajukan klaim. Seluruh premi akan disatukan kedalam

    kumpulan dana peserta yang kemudian akan di investasikan oleh perusahaan.54

    Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dan

    investasi tersebut harus sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah. Investasi berarti

    menanamkan sejumlah dana pada sektor tertentu (sektor keuangan/riil) dan

    untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan.55

    Selain untuk mendapatkan keuntungan dari perusahaan, tujuan utama

    dari investasi adalah untuk memperkuat cadangan premi. Kedua alasan ini

    tetap relevan dalam asuransi, namun ada alasan lain yang tidak kalah penting,

    yakni untuk memperoleh nilai tambah yang hasilnya akan dibagi antara

    perusahaan dengan pemegang polis. Dengan demikian perusahaan asuransi

    53

    Ibid, hal. 311 54

    Ibid, hal. 311 55

    Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem

    Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 311

  • 33

    selain berfungsi sebagai institusi untuk berta’awun, secara implisit juga

    menjadi lembaga investasi.56

    Ketentuan mengenai investasi perusahaan asuransi syari’ah telah diatur

    dalam surat keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Departemen

    Keuangan No. 4499/LK/2000 antara lain menyebutkan bahwa investasi

    asuransi syari’ah dapat berupa penyertaan reksadana, penyertaan langsung

    syari’ah, kepemilikan tanah dan bangunan, serta pembiayaan modal kerja

    dengan sistem mudharabah. Investasi dalam konteks syari’ah sudah barang

    tentu memperhatikan larangan gharar, maisir, dan riba. 57

    Hasil keuntungan dari investasi dibagi dengan menggunakan prinsip

    mudharabah (bagi hasil) sesuai dengan perjanjian pada kesepakatan awal.

    Besar bagi hasil sangat tergantung pada kondisi perusahaan, semakin sehat dan

    besar profit yang diperoleh perusahaan maka semakin besar pula porsi bagi

    hasil yang akan diberikan kepada peserta.58

    Dengan demikian peserta dan perusahaan tidak ada yang

    terdzalimi, karena konsep dari asuransi syari’ah adalah tolong-menolong,

    saling melindungi dan saling bantu-membantu. Bentuk tolong-menolong

    dimasukkan ke dalam dana tabarru’. Apabila salah satu peserta mendapat

    musibah, maka peserta yang lain tak ikut menanggung resiko, dimana

    klaimnya dibayarkan dari akumulasi dana tabarru’ yang terkumpul. 59

    56

    Ibid, hal. 178 57

    Ibid, hal. 178 58

    Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life And General) Konsep dan Sistem

    Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 178 59

    Ibid, h. 142

  • 34

    C. Nasabah

    1. Pengertian Nasabah

    Nasabah adalah orang yang berhubungan dengan suatu lembaga

    seperti bank, asuransi, dan lembaga keuangan lainnya, baik itu untuk

    keperluannya sendiri maupun sebagai perantara bagi keperluan pihak lain.

    Nasabah juga dapat disebut sebagai konsumen pada suatu lembaga. 60

    http//:www.artikata.com

    Suatu lembaga juga mementingkan hal yang terpenting yaitu

    kepuasan pada nasabah (konsumen). Arti kepuasan konsumen itu sendiri

    adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja produk

    atau hasil yang ia rasakan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasannya

    merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang ia rasakan (perceived

    performance) dan harapan (expected performance). 61

    60

    http://www.artikata.com 61

    Philip Kotler, Marketing Management, The Millenium edition, Upper Sandle River

    (New Jersey : Prentice – Hall, Inc, 2003), h. 40

  • 35

    Ada dua hal penting yang berkenaan dengan kepuasan konsumen,

    yaitu : Metode pengukuran kepuasan konsumen atau nasabah dan strategi

    pemasaran memuaskan konsumen atau nasabah. 62

    a. Metode Pengukuran Kepuasan Konsumen/Nasabah

    Lembaga harus melakukan pemantauan kepuasan pelanggan

    atau nasabah agar selalu terjalin hubungan antara hubungan antara

    lembaga dengan nasabah yang harmonis. Beberapa metode yang dapat

    digunakan untuk mengukur dan mengetahui kepuasan pelanggan,

    yaitu:

    1) Sistem Keluhan dan Saran

    Lembaga harus menyediakan kotak saran ditempat yang mudah

    dijangkau oleh nasabah. Bisa juga dengan menyediakan formulir

    bagi nasabah yang ingin memberikan saran. Beberapa lembaga

    yang berwawasan nasabah, menyediakan telepon bebas pulsa yang

    memudahkan nasabah untuk melakukan kontak dengan lembaga.

    2) Survei Kepuasan Nasabah

    Lembaga yang responsif mengukur kepuasan nasabah dengan

    mengadakan survei berkala atau mengirim daftar pertanyaan atau

    juga menelpon para nasabah baru untuk mendengar reaksi mereka

    terhadap kinerja lembaga dan kinerja pesaing lembaga.

    62

    Ibid, h. 40

  • 36

    3) Pembelanja Hantu (Ghost Shopper)

    Lembaga dapat mengirim petugas untuk berpura-pura menjadi

    nasabah suatu lembaga pesaing dan kemudian membandingkan

    layanan lembaga pesaing dengan layanan lembaga sendiri.

    4) Nasabah yang sudah tidak membeli lagi (Lost Customer Analysis)

    Apabila lembaga kehilangan pelanggan, maka lembaga harus

    berupaya untuk mengetahui mengapa mereka tidak loyal lagi

    kepada lembaga. Apakah tarif jasa terlalu mahal, produk kurang

    dapat diandalkan atau pelayanan kurang memuaskan. Selain

    melakukan wawancara, lembaga perlu pula memantau tingkat

    kehilangan konsumen (Customer Lost Rate) yang apabila

    meningkat maka berarti lembaga gagal dalam memuaskan

    nasabahnya.63

    b. Strategi Pemasaran Untuk Memuaskan Konsumen/Nasabah

    Kepuasan nasabah berhubungan erat dengan keandalan produk

    jasa lembaga yang ditawarkan dan pelayanan yang diberikan lembaga.

    Keandalan produk terkait dengan kualitas produk tersebut. Dalam hal

    ini, kualitas merupakan jaminan terbaik kesetiaan nasabah. Kualitas

    yang lebih tinggi dan juga biaya yang lebih rendah. Oleh karena itu,

    program penyempurnaan kualitas (Quality Improvement Programs)

    pada umunya meningkatkan profitabilitas. 64

    63

    Murti Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank, (Liberty, 2002), h. 228-229 64

    Sadono Sukirno, Teori Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

    Persada, 2005), Ed. Ke-3, h. 155

  • 37

    Strategi yang perlu dilakukan lembaga adalah :

    1) Lembaga harus mendengarkan suara nasabah, sehingga kualitas

    produk/jasa lembaga tepat seperti yang diinginkan nasabah.

    2) Perbaikan kualitas memerlukan komitmen total dari para petugas

    lembaga.

    3) Melalui brench marketing, yaitu mengukur kinerja lembaga

    dibandingkan dengan pesaing terbaik dikelasnya dan berupaya

    meniru bahkan melampauinya, penyempurnaan kualitas

    produk/jasa lembaga ditingkatkan. Jadi, kualitas tidak dapat

    diperiksa saja tetapi harus direncanakan semenjak awal.65

    2. Kriteria Umum Pelanggan/Nasabah Terhadap Penyedia Jasa

    Ada beberapa tipe pelanggan atau nasabah terhadap penyedia jasa,

    yaitu :

    a. Stayers (Penetap)

    Stayers adalah tipe konsumen yang menggunakan / mengkonsumsi

    produk yang disediakan penyedia jasanya yang pertama kali hingga

    sekarang. Mereka (konsumen) disebut stayers karena belum pernah

    beralih ke penyedia jasa lainnya. Sehingga Blattberg dan Deighton

    mengartikan stayers sebagai berikut: “costumer who have not switched

    or first adopters service providers”

    Artinya konsumen yang belum pernah berpindah ke penyedia jasa lain,

    atau mereka baru pertama kali menggunakan penyedia jasa tersebut.

    65

    Ibid, h. 155

  • 38

    b. Switchers (Peralih)

    Switchers adalah tipe konsumen yang telah berpindah pemakaian

    produk yang sama kepada penyedia jasa yang lain. Sehingga menurut

    Blattberg dan Deighton mengartikan switchers sebagai berikut:

    “costumer who have switched from other service provider”

    Artinya konsumen yang telah berpindah dari penyedia jasa yang

    lain. Switchers berpindah dari penyedia jasa lain dapat disebabkan karena

    banyak faktor, mulai dari faktor-faktor yang dapat dikendalikan sampai

    yang tidak dap;at dikendalikan. 66

    Switchers terbagi dalam dua kelompok

    yaitu:

    a. Peralih yang puas (satisfied switchers) :

    Konsumen yang beralih dari penyedia jasa yang sekarang ke penyedia

    jasa yang baru karena disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, yaitu:

    1) Harga

    Harga merupakan penyebab ketiga terbesar yang menyebabkan

    konsumen beralih ke perusahaan lain.

    2) Kenyamanan

    Kategori kenyamanan menjadi hal yang kritis dimana ketika

    konsumen tidak merasakan kenyamanan dalam bertransaksi.

    3) Kompetitor

    Daya tarik yang diberikan oleh kompetitor lain merupakan hal

    yang termasuk menjadi penyebab konseumen beralih. Konsumen

    66

    Blattberg and Deighton; Reicheld (dalam Jaishankar Ganesh, Mark J. Arnold, dan

    Kristy E Reynold, 2008,), h. 167

  • 39

    yang tidak puas dengan penyedia jasa yang sekarang, mencari

    pengalaman baru dengan mencoba perusahaan jasa lain atau arti

    laim mencoba menggunakan pelayanan jasa perusahaan lain.

    b. Peralih yang tidak puas (dissatisfied switchers)

    Konsumen yang beralih dari penyedia jasa yang sekarang ke penyedia

    jasa yang baru karena disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, yaitu:

    1) Kegagalan dalam penyampaian jasa

    Penyebab terbesar konsumen yang beralih disebabkan karena

    gagalnya penyampaian jasa tersebut. Hal ini berarti inti dari

    pelayanan jasa yang tidak sampai yang disebabkan karena

    kesalahan atau masalah teknis dalam penyampaian jasa itu sendiri.

    2) Kegagalan dalam pelayanan jasa

    Pelayanan jasa diartikan sebagai interaksi individu antara

    konsumen dengan karyawan pada perusahaan jasa. Kegagalan

    dalam pelayanan jasa merupakan hal kedua terbesar penyebab

    konsumen beralih ke perusahaan lain. Kegagalan dari pelayanan

    jasa tersebut lebih dilihat dari aspek tingkah laku atau siakp dari

    karyawan perusahaan tersebut.

    3) Respon karyawan

    Respon karyawan yang tidak baik terhadap pelayanan jasa yang

    gagal termasuk dalam kategori yang penting yang menjadi

    penyebab perpindahan konsumen ke perusahaan lain. Bukan

    disebabkan karena gagalnya penyampaian jasa, akan tetapi

  • 40

    dikarenakan perusahaan peyediaan jasa gagal dalam mengenai

    situasi yang mendukung.

    4) Masalah moral

    Penerapan moral dari perusahaan penyedia jasa merupakan salah

    satu penyebab lain dari peralihan konsumen kepada penyedia jasa

    yang lain. Penerapan moral yang membuat konsumen beralih

    kepada penyedia jasa yang dimaksud apabila penyedia jasa tersebut

    menerapkan pelayanan yang tidak legal, tidak bermoral, tidak

    aman dan yang terakhir tidak sehat atau tingkah laku lain yang

    melanggar jalur dari norma-norma sosial.

    5) Masalah lain yang tidak diduga

    Faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan (tidak diduga)

    merupakan faktor lain dan dapat dibilang faktor terkecil yang

    membuat konsumen beralih ke perusahaan lain. Karena faktor ini

    adalah faktor yang tidak bisa dikendalikan dari kedua belah pihak

    yaitu dari sisi konsumen maupun dari sisi penyedia jasa.67

    67

    Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, (Yogyakarta: Bayu Media Publishing, 2005), h. 102

  • 41

    BAB III

    PROFIL AJB BUMIPUTERA SYARI’AH

    A. Latar Belakang AJB Bumiputera Syari’ah

    Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu Negara dengan jumlah

    operartor asuransi syari’ah yang cukup banyak di dunia. Berdasarkan data

    Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), terdapat 49

    pemain asuransi syari’ah di Indonesia yang telah mendapatkan rekomendasi

    syari’ah. Mereka terdiri dari 40 operator Asuransi Syari’ah, 3 Reasuransi

    Syari’ah dan 6 Broker Asuransi syari’ah dan Reasuransi Syari’ah.

    Perkembangan industri syari’ah di negeri ini diawali dengan kelahiran

    asuransi syari’ah pertama di Indonesia pada tahun 1994. 1

    Saat itu PT. Syarikat Takaful Indonesia (STI) berdiri pada tanggal 24

    Februari 1994 yang dimotori oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia

    (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT.

    Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan RI serta beberapa

    pengusaha Muslim Indonesia. Selanjutnya STI mendirikan 2 anak perusahaan

    yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga pada tanggal 4 Agustus 1994 dan PT.

    Asuransi Takaful Umum pada tanggal 2 Juni 1995. Maka setelah PT. Asuransi

    Takaful berdiri, bermuncullah beberapa perusahaan asuransi karena menyadari

    cukup besarnya potensi bisnis asuransi syari’ah di Indonesia.2

    1 Wirdyaningsih, SH., MH, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada

    Media, 2006), h. 202 2 Wirdyaningsih, SH., MH, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada

    Media, 2006), hal. 202

  • 42

    Hal tersebut kemudian mendorong berbagai perusahaan untuk

    beramai-ramai masuk kedalam bisnis asuransi syari’ah, di antaranya dilakukan

    dengan langsung mendirikan perusahaan asuransi syari’ah penuh maupun

    membuka divisi atau cabang asuransi syari’ah.3

    Strategi pengembangan bisnis asuransi syari’ah melalui pendirian

    perusahaan dilakukan oleh Asuransi Syari’ah Mubarakah yang bergerak

    pada bisnis asuransi jiwa syari’ah. Sedangkan strategi pengembangan bisnis

    melalui pembukaan divisi atau cabang asuransi syari’ah dilakukan sebagian

    perusahaan asuransi, antara lain : PT. MAA Life Assurance, PT. MAA

    General Assurance, PT. Great Eastern Life Indonesia, PT. Asuransi Tri Paksa,

    AJB Bumiputera 1912, dan PT. Asuransi Jiwa BRIngin Life Sejahtera4

    Sejumlah pemain asuransi besar dunia pun turut tertarik masuk dalam

    bisnis asuransi syari’ah di Indonesia. Mereka menilai Indonesia sebagai

    Negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, karena potensi pengembangan

    bisnis cukup besar yang tidak dapat diabaikan. Di antara perusahaan asuransi

    global yang masuk dalam bisnis asuransi syar’ah Indonesia adalah PT. Allianz

    Life Indonesia dan PT. Prudential Life Assurance.5

    Mengapa prospek pasar asuransi syari’ah berkembang dengan begitu

    pesat dan cepat, jawabannya adalah karena adanya konsep dasar syari’ah yang

    jelas yaitu terdapatnya unsur “tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa”,

    sebagaimana dijelaskan Allah dalam firmannya pada (QS. Almaidah/5 : 2)

    yang berbunyi :

    3 Ibid, hal. 202-203

    4 Ibid, hal. 204

    5 Wirdyaningsih, SH., MH, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada

    Media, 2006), hal. 204

  • 43

    Artinya : “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

    takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

    dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-

    Nya.” (Al-Maidah;2) 6

    AJB Bumiputera didirikan di Magelang tanggal 12 Februari 1912 yang

    didirikan oleh M. Ng. Dwidjosewojo, M.K.H. Soebroto, dan M. Adimidjojo.

    AJB Bumiputera di sini memulai bentuk usaha dengan usaha bersama atau

    mutual atau pun dengan istilah Ondrelinge yang permodalannya tanpa uang

    atau pun kapital. Modal AJB Bumiputera meliputi idealisme, patriotisme, dan

    nasionalisme. Kemudian AJB Bumiputera disubsidi oleh pemerintah Belanda

    sebesar £ 300 per bulan. Pemberian subsidi disertai ketentuan-ketentuan

    sebagai berikut :

    1. Perusahaan tidak hanya menerima anggota dari kalangan Guru Sekolah

    Negeri, tetapi juga Pegawai Guber-nemen dan Pegawai Swaparja.

    2. Tidak diijinkan untuk menerima anggota dari kalangan swasta.

    3. Nama OL Mij. PGHB berubah namanya OL Mij. Boemi Poetra.7

    Tahun 1915 didirikan perusahaan baru dengan nama OL Mij Boemi

    Poetra Merdeka yang diperuntukkan bagi kalangan swasta, dipimpin oleh

    Direksi, Kantor, Pegawai serta Agen yang sama, kecuali pengelolaan

    administrasi dan keuangannya yang dipisahkan. Pada bulan Februari 1918

    6 Imam bin Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Maghfirah Al-Bukhari,

    Shohih Bukhari, Singapura, Sulaiman Mar’i 7 Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

    pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB

  • 44

    resmi R. Roeditjo menjadi Direktur OL Mij Boemi Poetra dan OL Mij Boemi

    Poetra Merdeka. Bulan Juni 1921 Kantor Pusat dipindahkan ke Yogyakarta.

    Kemudian, pada tahun 1923 subsidi sebesar £ 300 per bulan dicabut, dan

    tahun 1924 kedua OL Mij tersebut menjadi satu dengan nama OL Mij Boemi

    Poetra dan administrasinya digabung menjadi satu. 8

    Peran dan fungsi AJB Bumiputera dilihat dari nilai ekonomi kehidupan

    manusia, yaitu nilai sekarang dari seluruh penghasilan diharapkan diterima

    oleh seseorang pada umurnva sekarang sampai pensiun (tidak produktif). Nilai

    ekonomi tersebut pada dasarnya adalah kebutuhan ekonomi keluarga yang

    dapat dilihat secara mikro dan makro.9

    1. Peran AJB Bumiputera Syari’ah secara mikro

    Bagi perorangan atau rumah tangga meliputi, proteksi, tabungan

    (saving), agunan, dan warisan. Sedangkan bagi dunia usaha (bisnis)

    meliputi asuransi orang penting, kelangsungan usaha dan program

    kesejahteraan karyawan. 10

    2. Peran AJB Bumiputera Syari’ah secara makro

    Peran AJB Bumiputera secara makro yaitu : 1. Sebagai Lembaga

    Keuangan yang memberi proteksi terhadap nilai ekonomi hidup

    masyarakat. 2. Sebagai Lembaga Penghimpun Dana Masyarakat. 3.

    Sebagai Lembaga Penyalur Dana untuk menunjang Pembangunan Negara.

    8 Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

    pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 9 http://www.bumiputera.com

    10 Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

    pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB

  • 45

    4. Sebagai Lembaga Usaha yang memberi kesempatan kerja. 5. Sebagai

    Lembaga atau Perusahaan yang menghasilkan pajak.11

    3. Prinsip AJB Bumiputera Syari’ah

    a. Prinsip Ekonomi, alasan ekonomi yang mendorong manusia

    menggunakan jasa.

    b. Prinsip Hukum, polis merupakan suatu perjanjian yang memuat hak

    dan kewajiban masing-masing pihak.

    c. Utmost Good Faith (Prinsip Itikad Baik)

    d. Insurable Interest : prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan12

    Perkembangan ekonomi dan pembangunan dalam AJB Bumiputera

    dilihat dari dua bentuk. Pertama, meningkatnya kesejahteraan

    masyarakat. Keadaan perekonomian suatu masyarakat, berpengaruh

    langsung pada kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. Kedua,

    peluang yang luas bagi industri asuransi jiwa dibanding jumlah penduduk.

    Pendapatan per kapita penduduk Indonesia semakin meningkat, dengan

    jumlah penduduk ±230 juta jiwa yang insurable sekitar 20% dan yang

    sudah menutup polis baru ±10% adalah merupakan peluang bisnis asuransi

    jiwa cukup besar.13

    11

    Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

    pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 12

    Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

    pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 13

    Wawancara pribadi penulis dengan Arief Rachman, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

    pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB

  • 46

    B. Visi dan Misi AJB Bumiputera Syari’ah

    Untuk memperoleh dan terciptanya organisasi yang handal, maka

    setiap perusahaan menetapkan tujuan-tujuan tertentu yang ingin mereka capai.

    Dan untuk mencapai tujuan tersebut, setiap organisasi tentunya “ingin

    memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dalam arti memenuhi

    persyaratan kompetensi untuk didayagunakan dalam usaha merealisir visi,

    misi dan pencapaian tujuan jangka pendek atau pun jangka panjang.”14

    Begitu juga dengan AJB Bumiputera 1912 untuk mencapai tujuan

    organisasinya, maka para pendiri telah menetapkan visi dan misi jauh kedepan

    yang oleh generasi penerus visi dan misi tersebut telah dimodernisisr dan

    disesuaikan dengan tuntutan jaman. Untuk lebih memperkokoh eksistensinya,

    maka perusahaan telah menetapkan Visi dan Misi AJB Bumiputera yaitu :

    1. Visi Syari’ah

    Menjadikan Syari’ah Bumiputera sebagai Perusahaan Asuransi Jiwa

    Syari’ah terkemuka di Indonesia.15

    2. Misi Syari’ah

    a. Menyediakan produk syari’ah dan layanan yang inovatif, berkualitas

    tinggi dan memberikan nilai tambah yang optimal kepada para

    pesertanya sebagai ibadah kepada Allah SWT.

    b. Meningkatkan idealisme, mutualisme dan profesionalisme melalui

    SDM yang memiliki sifat shiddiq, tabligh, amanah dan fathanah, bagi

    karyawan/karyawatinya.

    14

    Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

    pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 15

    http://www.bumiputera.com

  • 47

    c. Mengembangkan sistem teknologi informasi yang efektif dan efisien

    sesuai dengan nilai-nilai syari’ah.

    d. Melakukan pengembangan dana sesuai dengan nilai-nilai syari’ah yang

    menguntungkan bagi stake holder.

    e. Turut berperan serta dalam kemaslahatan ummat.16

    Visi dan Misi tersebut merupakan koridor yang harus dipahami

    oleh seluruh jajaran insan bumiputera yang diimplementasikan kedalam

    Grand Strategy meliputi :

    a. Hasil operasi yang profit

    b. Fokus pada peluang pasar

    c. Mengembangkan organisasi berkinerja tinggi

    d. Mengembangkan sistem berbasis teknologi informasi17

    Untuk terciptanya keberhasilan visi dan misi tersebut, tentunya

    diperlukan organisasi yang handal dan kunci keberhasilannya adalah :

    “Optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya manusia yang dimiliki

    yang berorientasi pada proses kerja yang benar melalui proses manajerial

    yang mengacu pada pencapaian hasil, dimana Tahun 2009 sebagai tahun

    maksimalisasi profit.”18

    16

    http://www.bumiputera.com 17

    Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

    pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB 18

    Wawancara pribadi penulis dengan Arief Racmhan, Divisi Syari’ah AJB Bumiputera,

    pada tanggal 8 April 2011, jam 09.15 WIB

  • 48

    C. Operasionalisasi AJB Bumiputera Sya