EFEKTIFITAS BIMBINGAN PRANIKAH DALAM …repository.uinjambi.ac.id/3110/1/SHELLA PDF FIKS.pdf12....
Transcript of EFEKTIFITAS BIMBINGAN PRANIKAH DALAM …repository.uinjambi.ac.id/3110/1/SHELLA PDF FIKS.pdf12....
EFEKTIFITAS BIMBINGAN PRANIKAH DALAM MENGANTISIPASI
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDI KASUS DI KUA
KECAMATAN MUARA SABAK BARAT)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Stara Satu (S.1) dalam Ilmu (Bimbingan Penyuluhan Islam)
Fakultas Dakwah
Oleh :
SHELLA FITRIYANI
NIM: UB.160251
JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
جعل لكم من أنفسكم أزواجا وجعل لكم من أزواجكم بنين وحفدة ورز قكم والله
هم يكفرون من الطهيبات أفبالباطل يؤمنون وبنعمت الله
”Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian
sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu dia ciptakan bagi kalian anak cucu
keturunan, dan kepada kalian dia berikan rezeki yang baik-baik”.
[Qs. An Nahl (16): 72].1
1 Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: Pustaka An-Nahl, 2014
vii
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh Adanya bimbingan pranikah sangat
bermanfaat bagi kehidupan pasangan sebelum menikah, saat berumah tangga dan
masa memiliki anak-anak. Bimbingan pranikah merupakan salah satu layanan
konseling yang semakin memiliki pengaruh penting seiring dengan kompleksitas
manusia dimasa kini. Pentingnya bimbingan pranikah karena beberapa aspek,
diantaranya masalah perbedaan individu, masalah kebutuhan, masalah perkembangan
individu dan masalah latar belakang sosio kultural. Hal ini yang mendorong peneliti
untuk melakukan penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif dengan pendekatan Deskriptif,
dan Lokasi penelitian ini diadakan di Lingkungan kerja KUA Kecamatan Muara
Sabak Barat, serta Metode Pengumpulan Data nya menggunakan Observasi,
Wawncara, Dokumentasi. Sumber data diambil dari penjabat setempat dan pasangan
yang mendapatkan bimbingan pranikah. Data-data yang telah terkumpul lalu
dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, hasil
penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan mekanisme dalam sebuah proses
atau hubungan.
Hasil penelitian ini yang berjudul Efektifitas Bimbingan Pranikah Dalam
Mengantisipasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga yaitu BP4 KUA Kecamatan Muara
Sabak Barat sudah cukup baik dan dapat dikatakan efektif dalam merealisasikan
peran dan fungsinya sebagai bukti dengan banyaknya jumlah keluarga yang berhasil
dinasehati dan tidak terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Sebagai bahan masukan
yang bersifat positif dan membangun diharapkan pola kerja BP4 KUA kecamatan
Muara Sabak Barat bisa lebih ditingkatkan lagi untuk merealisasikan tugas-tugasnya
yang lebih efektif.
viii
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Sujud syukurku kusembahkan padamu Allah SWT Tuhan yang Maha Agung
nan Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Pengasih dan Penyayang, atas takdirmu
telah engkau jadikan aku manusia yang senantiasa berfikir, berilmu, beriman dan
bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga sebuah karya kecil ini menjadi satu
langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku
.
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda ku Idik dan Ibunda ku
Fatmawati, Terima kasih, Terima kasih dan Terima Kasih hanya kata-kata itu yang
bisa ku berikan kepada kalian. Terimakasih atas segala doa-doa yang tak pernah
hentinya untukku, segala pengorbanan waktu, fikiran, tenaga dan materi yang engkau
berikan dari aku kecil hingga sampai pada titik sekarang ini. Semoga ini menjadi
langkah untukku bisa membanggakan dan membahagiakan kalian, amin.
Selanjutnya karya ini ku persembahkan untuk adik-adik ku Dhani Setiawan, Diki
Kurniawan dan Alm. Sitti Aisyah Semoga kita semua menjadi anak-anak yang sukses
dunia akhirat dan berbakti kepada kedua orang tua bisa membanggakan dan
membahagiakan mereka sampai hari tuanya dan seluruh keluarga besar terima kasih
telah menjadi alasanku untuk bersemangat dalam menuntut ilmu hingga sampai titik
ini.
Tak lupa, selanjutnya karya ini ku persembahkan untuk Mu orang Terkasih, Sahabat-
sahabat, teman-teman angkatan 2016 khususnya BPI angkatan 2016, teman-teman
KKN Posko 26 Gel. 1, dan Keluarga PMII. Terima kasih atas segala kebaikan kalian
selama ini jelas sangat berpengaruh kehadiran kalian di dalam perjalanan masa-masa
kuliah ku. Semoga kita semua sukses serta di beri kesehatan dan umur panjang. Maaf
tidak kusebutkan nama kalian satu persatu di sini, karna kalian sudah tertulis di hati
dan perjalanku.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat rahmat, hidayahya, skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul:
“Efektifitas Bimbingan Pranikah Dalam Mengantisipasi Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (Studi Kasus di KUA Kecamatan Muara Sabak Barat”
Kemudian shalawat dan salam semoga tetap telimpah kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya kealam yang terang benderang
dengan cahaya imam, taqwa dan ilmu pengetahuan.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai ujian dan cobaan. Namun
semua itu patut disyukuri karena banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang
penulis dapatkan. Penulis banyak mendapatkan arahan dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik yang bersifat moril maupun materi. Pada kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Su’aidi, MA.Ph.D selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak/Ibu DR. Rofiqoh Ferawati, SE.,M.El sebagai Wakil Rektor I Bidang
Akademik dan Pengembangan Pendidikan, Bapak Dr.As’adIsma, M.Pd sebagai
Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan
bapak Dr. Bahrul Ulum,S.Ag.,MA. Sebagai Wakil Rektor III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN STS Jambi.
3. Bapak Dr.Zulqarnain, M.Ag selaku dekan Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
4. Bapak Dr. D.I. Ansusa Putra, Lc,M.A.Hum selaku wakil Dekan Bidang
Akademik dan Kelembagaan Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
5. Bapak Arfan Aziz, Ph. D selaku wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,
Akutansi dan Keuangan Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
6. Bapak Dr. Samin Batubara, M.HI selaku wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
7. Bapak Dr. Samin Batubara, M.HI selaku Pembimbing I dan Bapak Afriansyah,
SKM, M.Si selaku Pembimbing II yang telah membantu dan membimbing dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Mardalina, S.Ag, M.Ud selaku dosen pembimbing Akademik.
9. Bapak Drs. Abdullah Yunus. M.Pd.I selaku ketua prodi Bimbingan Penyuluhan
Islam (BPI).
10. Kepala Perpustakaan UIN STS Jambi Beserta Stafnya dan serta Kepala
Perpustakaan Daerah Jambi.
11. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
x
12. Bapak dan Ibu karyawan/karyawati di lingkungan Fakultas Dakwah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
13. Teman-teman angkatan 2016 Univeritas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam
(BPI).
15. Sahabat-sahabati PMII yang di Rahmati Allah.
16. Keluarga KKN Poskso 26 gelombang 1 Desa perentak, Kecamatan pangkalan
Jambu, Kabupaten Bangko tahun 2019.
Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga, semoga Allah SWT membalasnya.
Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jambi, 18 Februari 2020 Penulis
Shella Fitriyani
UB.160250
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
NOTA DINAS .............................................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKPRIPSI .......................................... ii
PENGESAHAN ......................................................................................................... iii
MOTTO ..................................................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi
TRANSLITERASI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 6
C. Batasan Masalah............................................................................................... 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................................... 6
E. Kerangka Teori................................................................................................. 7
F. Motode Penelitian .......................................................................................... 22
G. Studi Relevan ................................................................................................ 27
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil KUA Kec. Muara Sabak Barat ............................................................. 29
B. Letak Geografis KUA kec. Muara Sabak Barat ............................................. 31
C. Kondisi Demografis, Sosial Budaya dan Agama ........................................... 31
D. Sarana/Fasilitas KUA kec. Muara Sabak Barat.............................................. 32
xii
E. Struktur Organisasi KUA kec. Muara Sabak Barat ........................................ 33
F. Program Kerja KUA kec. Muara Sabak Barat ............................................... 33
BAB III PROSES PELAKSANAAN BIMBINGAN PRANIKAH DALAM
MENGANTISIPASI KDRT
A. Pengertian Bimbingan Pranikah ..................................................................... 39
B. Dasar Hukum Bimbingan Pranikah ............................................................... 40
C. Tinjauan tentang BP4 ..................................................................................... 41
D. Prpses Pelaksanaan Bimbingan Pranikah Daalam Mengantisipasi KDRT di
KUA Kecamatan Muara Sabak Barat ............................................................ 43
BAB IV EFEKTIFITAS DAN FAKTOR PENDUKUNG PELAKSANAAN
BIMBINGAN PRANIKAH DALAM MENGANTISIPASI KDRT DI KUA
KECAMATAN MUARA SABAK BARAT
A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan Pranikah Dalam Mengantisipasi KDRT di
KUA Kec. Muara Sabak Barat ....................................................................... 46
B. Efektifitas Proses Pelaksanaan Bimbingan Praikah di KUA Kec. Muara Sabak
Barat ............................................................................................................... 48
C. Faktor-Faktor Pendukung Efektifitas Bimbingan Pranikah di KUA Kec.
Muara Sabak Barat ......................................................................................... 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 59
B. Saran-Saran .................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Pada Tahun
2018 di Provinsi Jambi ......................................................................... 4
Tabel 2.1 : Sarana Fasilitas di KUA Kecamatan Muara Sabak
Barat ..................................................................................................... 3
xiv
TRANSLITERASI
A. AlFABET
Berikut adalah tabel Alfabet2
ARAB INDONESIA ARAB INDONESIA
T ط ، ا
ẓ ظ B ب
، ع T ت
Gh غ Th ث
F ف J ج
Q ق ḥ ح
K ك Kh خ
I ل D د
M م Dh ذ
N ن R ر
H ه Z ز
W و S س
‚ ء Sh ش
Y ؠ ṣ ص
ḍ ض
2 Tim Penyusun, panduan penulisan karya ilmiah mahasiswa fakutas usshuluddin IAIN STS
Jambi ( Jambi: Fakultas Ushuluddin IAIN STS JAMBI, 2014 ), 136-137
xv
B. Vokal dan Harakat
ARAB INDONESIA ARAB INDONESIA ARAB INDONESIA
ىإ <а ׆ A آ i>
Aw آو Ă اى U ٱ
Ay آى >u او I إ
C. Tāʼ Marbūṭah
Transliterasi untuk ta marbutah ini ada dua macam:
1. Tāʼ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transeliterasinya
adalah /h/.
Arab Indonesia
ṣalāh صلاة
Mirāh مراة
2. Ta Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,
maka transliterasinya adalah/t/.
Arab Indonesia
Wizārat al-Tarbiyah وزاةالتربية
Mir’āt al-Zaman مراةلزمن
3. Ta marbutah yang berharakat tanwin maka translitnya adalah/tan/tin/tun.
Contoh :
Arab Indonesia
فجذة
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kekuasaan dan kebesaran Allah SWT ialah diciptakannya
manusia berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan untuk saling bersama
dalam pernikahan. Islam menganjurkan pemeluknya untuk menikah, karena
dengan menikah orang akan memperoleh ketenangan serta mampu menjaga diri
dari perbuatan jahat.
Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan yang
mempunyai tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan juga merupakan ikatan suci
yang terkait dengan keyakinan dan keimanan terhadap Allah SWT. Jadi
pernikahan bukan keinginan seseorang saja, akan tetapi ada ikatan ibadah dalam
sebuah pernikahan. Supaya pernikahan terbentuk dengan baik, sehingga bisa
abadi dan apa yang menjadi tujuan pemikiran dalam islam yakni terwujudnya
keluarga yang sakinah. Sehingga akan melahirkan adanya ketentraman dan
kebahagiaan hidup, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya “Dan diantara
tanda-tanda kekuasaan-Nya (Allah) ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari
sejenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantara mu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.3
Keluarga yang utuh adalah dambaan setiap pasangan suami istri. Untuk
meraih dan mewujudkan keluarga dambaan tersebut diperlukan kerjasama dari
seluruh anggota keluarga. Kerjasama yang baik harus dimulai sejak kedua
pasangan tersebut menikah. Karena dalam keluarga bila tidak ada kerjasama dan
komunikasi yang baik dapat menyebabkan perkawinan menjadi tidak harmonis
3 Depatermen Agama RI, Al-Qur’an terjemah, (Jakarta: Depatermen Agama, 2003) Hlm. 406
2
seperti, adanya percekcokan antara suami dan istri bahkan kadang bisa berujung
pada perceraian atau keruntuhan kehidupan rumah tangga yang menyebabkan
timbulnya “broken home “.4
Pada dasarnya pernikahan itu dilakukan untuk waktu selamanya sampai
matinya salah seorang suami atau istri. Inilah sebenarnya yang dikehendaki oleh
agama Islam. Dalam hal ini Islam membenarkan putusnya pernikahan sebagai
langkah terakhir dari usaha melanjutkan rumah tangga. Putusnya pernikahan
(perceraian) merupakan jalan keluar yang baik. Sehingga perceraian adalah
pilihan halal dalam mengatasi perselisihan dalam rumah tangga yang tidak dapat
didamaikan. Al-Qur’an menggambarkan beberapa situasi dalam kehidupan suami
istri yang menunjukkan adanya keretakan dalam rumah tangga yang dapat
berujung pada perceraian. Keretakan dan kemelut rumah tangga itu bermula dari
tidak berjalannya aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi kehidupan suami istri
dalam bentuk hak dan kewajiban yang mesti dipenuhi kedua belah pihak.5
Bimbingan konseling pranikah bagi calon pengantin sangat penting untuk
mengarahkan pasangan pada tujuan pernikahan. Selain itu layanan bimbingan
konseling pasca nikah juga memiliki peran penting dalam mencapai keluarga
sakinah dan sejahtera. Konseling pernikahan dan keluarga dilakukan dengan
tujuan membantu penyelesaian masalah/konflik yang dialami rumah tangga.6
Menurut Sofyan Wilis konseling pernikahan atau Marriage Counseling
merupakan upaya yang dilakukan konselor professional untuk membantu
pasangan suami istri dalam menyelesaikan masalahnya. Sehingga mereka mampu
berkembang dan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara yang
saling menghargai, toleransi dan komunikasi yang penuh pengertian sehingga
4 E. Kertamuda, Fatchiah , 2009, Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia, (Jakarta:
Salemba Humanika), Hlm.1 5 Syarifudin, Amir, 2006, Hukum perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kecana), Hlm.190 6 Kemenag RI.Upaya BP4 Untuk Mencapai Tujuan. Profil (Arsip BP4 Kec. Muara Sabak
Barat: Muara Sabak Barat, 2015), Hlm.2
3
tercapainya harmonisasi keluarga. Hal tersebut dilakukan berdasarkan kerelaan,
saling toleransi, penghargaan satu sama lain dan kasih sayang. Semula konseling
pernikahan hanya berorientasi pada masalah hubungan seksual dan problem
keluarga pada umumnya. Namum seiring perkembangan zaman, orientasi
tersebut tidak lagi memadai jika dihubungkan dengan kebutuhan masa modern
sekarang. Pasangan suami istri merupakan pasien yang harus di sembuhkan
sudah seharusnya diakhiri. Kemudian saat ini selayaknya harus sudah beralih
pada pasangan suami istri merupakan satu kesatuan sistem.7
Pada prinsipnya, bimbingan konseling pranikah sangat bermanfaat bagi
kehidupan pasangan sebelum pernikahan, saat berumah tangga dan pada masa
awal memiliki anak-anak. Menurut Ali Murtadho, bimbingan dan konseling
perkawinan merupakan salah satu layanan konseling yang semakin memiliki
pengaruh penting seiring dengan kompleksitas manusia dimasa kini. Pentingnya
bimbingan konseling pranikah karena beberapa aspek, antara lain: masalah
perbedaan individu, masalah kebutuhan, masalah perkembangan individu dan
masalah latar belakang sosio kultural.8
Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak pada tahun 2018 di
Provinsi Jambi tercatat 336 kasus. Dimana, jumlah terlapor sebanyak 142 orang.
Kasus ini banyak dialami oleh anak-anak 71 orang, dan perempuan 71 orang. Ini
baik berupa tindakan kekerasan fisik, psikis, penelantaran maupun seksual dan
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).9
7 Sofyan Wilis, Konseling Keluarga (family counseling), (Bandung: Alfabeta,2013), Hlm.43 8 Ali Murtadho, Konseling Perkawinan Perspektif Agama-Agama, (semarang: Wlisongo
Press, 2009), Hlm.143 9 http://jambiberita.com/read/2018/12/31/5946742/kasus-seksual-kekerasan-fisik-hingga-kdrt-
sepanjang-2018-kota-jambi-rekor--%C2%A0
4
Table.1. kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak pada tahun 2018
di provinsi Jambi.
NO KABUPATEN JUMLAH KASUS
1. Kerinci 30 kasus
2. Merangin 39 kasus
3. Tanjung Jabung Timur 12 kasus
4. Tanjung Jabung Barat 31 kasus
5. Muara Tebo 6 kasus
6. Muara Bungo 8 kasus
7. Kota Jambi 96 kasus
8. Sungai Penuh 24 kasus
Berdasarkan tabel diatas Kabupaten Tanjung Jabung Timur menduduki
peringkat ke tiga terbawah dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga, hal ini
menunjukan tingkat KDRT di Kabupaten Tanjung Jabung Timur cukup rendah di
bandingkan dengan Kabupaten lainnya, diharapkan setiap tahunnya terus
mengalami penurunan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang penulis lakukan
pada tanggal 21 November 2019 di KUA Kec. Muara Sabak Barat, penulis
melihat bahwa bimbingan pranikah telah dilaksanakan dan bimbingan pranikah
ini juga menjadi syarat bagi pasangan yang akan melaksanakan pernikahan.
Kemudian penulis juga melihat bahwa angka kejadian KDRT diwilayah kerja
KUA Kec. Muara Sabak Barat mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir,
dimana dari data yang tercatat mulai dari tahun 2017 berjumlah 12 orang, tahun
2018 berjumlah 9 orang dan ditahun 2019 berjumlah 5 orang. Salah satu faktor
yang menyebabkan hal ini terjadi adalah bimbingan pranikah yang dilaksanakan
BP4 KUA Kec. Muara Sabak Barat.10
10 Observasi dan wawancara awal di KUA Kec. Muara Sabak Barat, 21 November 2019
5
BP4 sangat dibutuhkan baik pada waktu pranikah ataupun pasca nikah.
Hal ini perlu dilakukan sebagai media untuk meminimalisir terjadinya KDRT
hingga terjadinya perceraian dan menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam
memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga nilai suci dan tujuan
pernikahan itu sendiri. Merupakan tuntutan bagi BP4 untuk mencari solusi yang
cerdas atas permasalahan KDRT tersebut. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari
dukungan dan eksistensi sumber daya manusia yang dimiliki lembaga BP4 dari
tingkat pusat hingga kecamatan. Konselor BP4 di tuntut memiliki kemampuan
yang kompeten dan pengalaman yang memadai agar mereka dapat memberikan
pelayanan yang baik bagi masyarakat luas.
Permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga yang dapat menjadi faktor
yang memicu terjadinya perselisihan hingga KDRT yang dapat berujung pada
sebuah perceraian. Penyebab perceraian di Kec. Muara Sabak Barat adalah
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) secara fisik maupun psikis. Alasan
KDRT menjadi sebab perceraian sesuai dengan UU KDRT dan pasal 39 UU 74.
Alasan perceraian antara lain adanya penganiayaan berat atau kekejaman yang
dilakukan oleh salah satu pihak. Kategori KDRT yang dapat merugikan dan
menyakiti salah satu pihak antara lain: kekerasan secara jasmani dan mental atau
psikologi seperti menampar, memukul, mengancam, melukai, berkata kasar dan
keji.
Peningkatan angka KDRT hingga perceraian dan beberapa penyebab
diatas selayaknya menjadi gambaran bagi BP4 KUA Kec. Muara Sabak Barat
terhadap optimalisasi upaya yang dilakukan dalam mencegah dan mengatasi
fenomena KDRT. Hal tersebut diatas yang menarik perhatian penulis untuk
melakukan penelitian berkaitan dengan efektifitas bimbingan pranikah dalam
mengantisipasi KDRT di Kec. Muara Sabak Barat dalam membantu mengatasi
KDRT yang terjadi ditengah keharmonisan rumah tangga.
6
Berdasarkan latar belakang diatas, banyak hal yang membuat peneliti
tertarik untuk mencari tau bagaimana proses bimbingan pranikah. Dengan
penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
proposal “Efektifitas bimbingan pranikah dalam mengantisipasi Kekerasan
dalam rumah tangga di KUA Kec. Muara Sabak Barat”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat
dirumuskan permasalahan utama diantaranya meliputi:
1. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan pranikah yang di terapkan oleh
BP4 KUA Kec. Muara Sabak Barat dalam mengantisipasi KDRT?
2. Bagaimana efektifitas pelaksanaan bimbingan pranikah yang diterapkan oleh
BP4 KUA Kec. Muara Sabak Barat dalam mengantisipasi KDRT?
3. Faktor-faktor pendukung apa saja yang dapat mempengaruhi efektifitas
bimbingan pranikah dalam mengantisipasi KDRT di KUA Kec. Muara Sabak
Barat?
C. Batasan masalah
Untuk membantu peneliti dalam mendapatkan data yang lebih terarah
maka peneliti memberikan batasan masalah yang akan diteliti hanya terbatas
pada efektifitas bimbingan pranikah dalam mengantisipasi kekerasan dalam
rumah tangga pasca nikah yang dilakukan oleh petugas BP4 KUA Kec. Muara
Sabak Barat.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Dari tujuan utama dapat dijabarkan tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan dan mengetahui:
a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan bimbingan pranikah yang
diterapkan oleh BP4 KUA Kec. Muara Sabak Barat sebagai upaya dalam
mengantisipasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
7
b. Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan bimbingan pranikah yang
diterapkan oleh BP4 KUA Kec. Muara Sabak Barat sebagai upaya dalam
mengantisipasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mendukung efektifitas
pelaksanaan bimbingan pranikah yang di terapkan oleh BP4 KUA Kec.
Muara Sabak Barat sebagai upaya dalam mengantisipasi kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT).
2. Kegunaan penelitian
a. Secara teoritis
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
khazanah keilmuan, pengetahuan dan pendidikan khususnya dalam
bidang bimbingan dan konseling islam. Selain itu hasil penelitian ini
dapat memberikan informasi ataupun wacana bagi penelitian lanjutan
berkaitan dengan efektifitas bimbingan pranikah dalam mengantisipasi
KDRT. Terutama efektifitas proses dan hasil dari pelaksanaan yang
diterapkan tersebut.
b. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan
acuan konselor dan juga sebagai gambaran serta evaluasi kinerja dalam
melakukan upaya berupa bimbingan konsling pranikah sebagai intervensi
dalam membantu mengantisipasi kekerasan dalam rumah tangga. Bagi
penelitian selanjutnya hasil penelitian ini semoga dapat menjadi wacana
dan salah satu bahan acuan bagi penelitian yang berkaitan dengan
penilaian tentang efektifitas pelaksanaan biimbingan konseling pranikah
yang diterapkan BP4 dalam membantu mengantisipasi kekerasan dalam
rumah tangga.
8
E. Kerangka Teori
1. Teori Efektivitas
a. Pengertian Efektivitas
Efektifitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
“efektif” yang berarti ada efeknya, manjur atau mujarab, dapat membawa
hasil, mulai berlaku.11 Dalam Kamus Bahasa Inggris, “effective” berarti
berhasil, mengesankan, berlaku, mujarab.12 Sedangkan dalam Kamus
Ilmiah Populer, efektevitas berarti ketepatan penggunaan, hasil guna atau
menunjang tujuan.13
Maksud efektivitas dalam ukuran yang menyatakan sejauh mana
sasaran atau tujuan (kualitas, kuantisas, dan waktu) telah dicapai.
Efektivitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi
individu, kelompok organisasi, makin dekat prestasi yang diharapkan
supaya lebih efektevitas hasil penilaiannya.14
Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu
sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan
dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa
memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaanya.15
Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan dalam bukunya
“Transformasi Pelayanan Publik” mendefinisikan efektivitas sebagai
kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau
11 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kemdikbud.go.id. 12 Jhon. M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia,
2014), Hlm.157. 13 Heppy El Rais, Kamus Ilmiah popular (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Hlm.205. 14 Aan Komriah dan Cepi Triatna, Visionary Leader Ship Menuju Sekolah Efektif (Bandung:
Bumi Aksara. 2005), Hlm.34. 15 Richard M. Steers, Efektifitas Organisasi. (Jakarta: Erlangga, 1985), Hlm.87.
9
misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya
ketegangan diantara pelaksanaannya.16
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil pengertian bahwa
efektivitas merupakan alat ukur tercapainya tujuan suatu program atau
kegiatan. Sehingga secara langsung, efektivitas selalu dihubungkan
dengan pencapaian tujuan. Efektivitas dapat menjadi tolak ukur
keberhasilan suatu program, sejauh mana program yang dijalankan sesuai
dengan sasaran dan tujuan seperti apa yang telah dirumuskan sebelumnya,
karena perumusan sasaran, tujuan, dan jangka waktu mutlak diperlukan
sebelum melaksanakan suatu program atau kegiatan, sehingga
keberhasilan program atau kegiatan tersebut dapat diukur. Baik program
jangka pendek maupun jangka panjang.
Upaya untuk mengevaluasi program dapat dilakukan melalui
konsep efektivitas ini, program efektif berarti program yang dilaksanakan
dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat. Benar yakni sesuai
dengan tujuan program dan bermanfaat merupakan hasil yang didapatkan
oleh sasaran program. Sehingga semakin besar persentase keberhasilan
program berarti semakin tinggi efektivitasnya. Membandingkan antara
rencana atau target program yang ditentukan dengan hasil yang dicapai
dapat menjadi ukuran tingkat efektivitas, karena hasil tersebutlah yang
dikatakan efektif. Sebaliknya, jika hasil program tidak tercapai sesuai
dengan yang direncanakan, maka program tersebut tidak efektif.
b. Ukuran efektivitas
Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan secara
efektif atau tidak, yaitu:17
16Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik (Yogyakarta: Pembaharuan,
2005),Hlm.109. 17 Sondang P. Siagan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara,
2014),Hlm.78.
10
1) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai.
Hal ini dimaksudkan agar karyawan dalam melaksanakan tugas
mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai.
2) Kejelasan strategi pencapaian tujuan.
Telah diketahui bahwa strategi adalah “pada jalan” yang diikuti dalam
melakukan berbagai upaya dalam mencapai sasaran-sasaran yang
ditentukan para implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan
organisasi.
3) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap.
Berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah
ditetapkan artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan
dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.
4) Perencanaan yang matang.
Pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang apa yang dikerjakan
oleh organisasi di masa depan.
5) Penyusunan program yang tepat.
Suatu rencana yang baik masih perlu di jabarkan dalam progam-
progam pelaksanaan yang tepat, para pelaksana akan kurang memiliki
pedoman bertindak dan bekerja.
6) Tersedianya sarana dan prasarana.
Salah satu indikator efektivitas organisasi adalah kemampuan bekerja
secara produktif. Dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan
mungkin disediakan oleh organisasi.
7) Pelaksanaan efektif dan efisien.
Bagaimana baiknya suatu progam apabila tidak dilaksanakan secara
efektif dan efisien maka organisasi tersebut tidak akan mencapai
sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi semakin
didekatkan pada tujuan.
11
8) Sistem pengawasan yang bersifat mendidik.
Bersifat mendidik mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka
efektivitas organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan
pengendalian.
2. Bimbingan Pranikah
a. Pengertian bimbingan pranikah.
Secara etimologis, kata bimbingan merupakan terjemahan dari
bahasa inggris yaitu “guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide”
yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun maupun
membantu. sesuai dengan istilahnya, secara umum bimbingan dapat
diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntutan.18 Defenisi bimbingan yang
pertama dikemukakan dalam year‟s bok of aducation 1995, yang
menyatakan: bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui
usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan
kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan
social.19
Kata pra dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” memiliki arti
awalan yang bermakna “sebelum”.20 Pengertian nikah dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah “perjanjian antara laki-laki dan
perempuan untuk bersuami istri”.21 Pernikahan juga diatur dalam suatu
Undang-undang, yaitu UU No.1 tahun 1974 pasal 1 tentang perkawinan.
Perkawinan didefenisikan sebagai sebuah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai seuami istri dengan tujuan
18 Suhertina, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Pekanbaru: Suska Pr ess, 2008),hlm. 11 19 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:Amzah,2015), hlm. 4 20 Departemen Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 1998), hlm. 45 21 Ibid, hlm. 614
12
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa.22
Dalam buku Bimbingan dan konseling Perkawinan oleh Bimo
Walgito, mengartikan bimbingan sebagai upaya bantuan yang
diberikankepada individu untuk mengembangkan kemampuan dengan
baik, agar individu dapat memecahkan masalahnya sendiri dan dapat
mengadakan penyesuaian diri dengan baik, sedangkan konseling atau
penyuluhan diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu
dalam memecahkan masalah-masalah dengan interview.23
Bimbingan pranikah atau kursus calon pengantin dilaksanakan atas
dasar dikeluarkannya Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/491 tahun
2009, berbunyi ”Kementrian Agama menyediakan sarana
penyelenggaraan kursus calon pengantin”. Tujuan dari suscatin/kursus
Pranikah tersebut antara lain antara lain untuk mewujudkan keluarga
yang harmonis dan sakinah yang dimaksud adalah keluarga yang
didasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat spiritual
dan materil secara serasi dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang
antara internal keluarga dan lingkungannya, mampu memahami,
mengamalkan dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan
akhlakul karimah.24
b. Dasar pelaksanaan bimbingan pranikah
1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan (Lembaga Negara
Republik Indonesia No. 2019).
22 Fatchiah E. Kertamuda, Konseling Pernikahan Untuk Keluarga Indonesia, ( Jakarta:
Selemba Hamanika, 2009), hlm.26 23 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan,(Yogyakarta: AndiYogyakarta,
2000),hlm. 5-7 24 http://kalsel.kemenag.go.id/files/kalsel/file/file/HumasKUB/ed9.pdf, (09.25 WIB, Senin 20
Januari 2019)
13
2) UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pengembangan Keluarga Sejahtera.
3) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2002 No. 109, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4235).
4) UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004
No. 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4419).
5) Instruksi Presiden No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional.
6) Keputusan Presiden RI No. 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi
Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak.
7) Peraturan Presiden No. 20 Tahun 2008 tentang perubahan keempat
atas Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian
Negara RI.
8) Peraturan Presiden No. 24 tahun 2006 tentang Kedudukan, tugas,
fungsi, susunan organisasi, tugas dan fungsi Eselon I Kementrian
Negara.
9) Keputusan Mentri Agama No. 3 tahun 1999 Tentang Gerakan
Keluarga Sakinah.
10) Keputusan Mentri Agama No. 480 tahun 2008 tentang Perubahan
Atas Keputusan Mnetri Agama No. 373 tahun 2002 tentang
Organisasi dan Tata kerja Kantor Wilayah Kementrian Agama
Provinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.
11) Peraturan Mentri Agama No. 10 tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementrian Agama.
14
12) Surat Edaran Mentri Dalam Negri No. 4005/54/III/Bangda perihal
Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah (peraturan dirjen
BIMAS Islam, 2013)
c. Unsur-unsur pelaksanaan bimbingan pranikah
Unsur-unsur pelaksanaan bimbingan pranikah sesuai dengan
peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian
Agama Nomor DJ.II/542 Tahun 2013.25 Dimaksudkan sebagai pedoman
untuk para pejabat teknis dilingkungan Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam. Direktorat Urusan Agama Islam ditingkat pusat,
Provinsi, Kabupaten atau Kota dan KUA Kecamatan serta Badan atau
Lembaga yang melaksanakan kegiatan bimbingan Pra-nikah yang
meliputi empat unsur sebagai berikut.
1) Jam Pelajaran
Bimbingan Pranikah adalah pembekalan singkat (short cource)
yang diberikan kepada remaja usia nikah atau calon pengantin
dengan waktu tertentu yaitu selama 16 jam pelajaran selama 3 (tiga)
hari atau dibuat beberapa kali pertemuan dengan JPL yang sama.
Waktu pelaksanaan dapat disesuaikan dengan kesempatan yang
dimiliki peserta.26
2) Materi
Materi yang diberikan kepada calon pengantin mengacu dan
berpedoman pada peogram yang telah ditetapkan oleh DIRJEN
BIMAS Islam nomor DJ.II/542.2013. bahwasanya dalam
penyelenggaraan bimbingan pranikah materi yang disampaikan
antara lain:
25 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor
DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan kursus pra nikah 26 ibid
15
1. Undang-undang perkawinan hukum islam
2. Undang-undang KDRT
3. Perlindungan anak
4. Fiqih munakahat
5. Manajemen konflik keluarga
6. Psikologi perkawinan dan keluarga
7. Kesehatan keluarga
8. Ekonomi islam atau mu’amalat.27
3) Narasumber
Narasumber atau penasehat yang dimaksud adalah orang yang
dianggap cakap dan mampu untuk menyampaikan maksud dan tujuan
dalam pelaksanaan bimbingan pranikah adalah orang yang mempunyai
keahlian dibidang tertentu. Dengan kata lain yang bersangkutan harus
memiliki kemampuan keahlian (Profesional) sebagai berikut:
a) Memahami ketentuan dan peraturan agama islam mengenai
pernikahan dan kehidupan rumah tangga.
b) Menguasai ilmu bimbingan dan konseling islam.
c) Memahami landasan filosofi bimbingan.
d) Memahami landasan-landasan keilmuan bimbingan yang
relevan.28
4) Metode Bimbingan Pranikah
Istilah metode secara etimologi berasal dari bahasa Yunani
yang berarti cara atau jalan, sedangkan secara terminologi metode
berarti cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan
dengan hasil yang efektif dan efisien. Efektif maksudnya adalah
27 Dirjen BIMAS ISLAM: Penyelenggaraan Bimbingan Pranikah dan Pembinaan Keluarga
Sakinah. Modul Kemenag RI. 2013. Hlm.4 28 Tohari Munawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta:
UII Press, 1922 Hlm. 78.
16
antara biaya, tenaga dan waktu berjalan beriringan dan seimbang,
sementara efisien adalah dimasudkan sesuatu yang berkaitan dengan
pencapaian suatu hasil. Metode juga didefenisikan sebagai langkah-
langkah untuk menyampaikan sesuatu. Dalam pelaksanaan
bimbingan pranikah tentu menggunakan metode ceramah, dialog,
diskusi, Tanya jawab, serta studi kasus sesuai dengan kondisi
dilapangan.29
a) Metode individual
1) Percakapan pribadi, yaitu konselor bertatapan muka dengan
konseling
2) Kunjungan kerumah (home visit), konselor mengadakan
dialog dengan klien tetapi dilaksanakan dirumah klien.
3) Kunjungan dan observasi kerja, yaitu konselor melakukan
percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan
lingkungannya.
b) Metode kelompok
1) Diskusi kelompok, yaitu konselor melakukan bimbingan
dengan cara mengadakan diskusi bersama para klien dalam
suasana kelompok yang mempunyai masalah yang sama.\
2) Karyawisata, yaitu bimbingan kelompok yang dilakukan
secara langsung dengan memperagakan ajang karyawisata
sebagai forumnya.
3) Sosiodrama dan psikodrama, yaitu konseling yang dilakukan
dengan cara bermain peran untuk mencegah serta
memecahkan masalah (psikologis).
29 Asumsi Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 99100
17
4) Group Teaching, yaitu pemberian bimbingan dengan
memberikan materi tertentu (ceramah) kepada kelompok yang
telah disiapkan.
c) Metode tidak langsung
1) Metode individual, yaitu tekniknya menggunakan surat
menyurat, telpon, dan media lainnya.
2) Metode kelompok, yaitu tekniknya melalui papan bimbingan,
surat kabar, brosur, televise dan sebagainya.30
d. Tujuan Bimbingan Pranikah.
Secara umum, tujuan bimbingan peranikah adalah mewujudkan
keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah melalui pemberian bekal
pengetahuan, peningkatan pemahaman dan keterampilan tentang
kehidupan rumah tangga dan keluarga. Sedangkan tujuan khususnya yaitu
untuk menyamakan persepsi badan/lembaga penyelenggara tentang
substansi dan mekanisme penyelenggaraan kursus pranikah bagi remaja
usia nikah dan calon pengantin, serta terwujudnya pedoman
penyelenggaraan kursus pranikah atau bimbingan perkawinan bagi remaja
usia nikah dan calon pengantin.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan pranikah adalah
membantu pasangan calon pengantin dalam mempersiapkan segala
sesuatunya dengan matang baik secara fisik maupun psikis. Selain itu,
tujuan dari bimbingan pranikah ini adalah memberikan pemahaman bagi
pasangan calon pengantin terkait dengan semua permasalahan yang
dihadapinya serta menyelesaikan masalahnya dengan baik.
30 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2007) hlm.
53-55
18
e. Faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi efektifitas bimbingan
pranikah.
Terdapat beberapa faktor atau aspek pendukung yang dapat
mempengaruhi efektifitas bimbingan pranikah antara lain:
1) Faktor agama/spiritual
Memahami nilai-nilai agama bagi konselor untuk mengarahkan
konseli menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, selain itu,
konselor juga berperan sebagai teladan bagi konselinya. Kebahagiaan
hidup didalam keluarga ternyata erat kaitannya dengan komitmen
agama.31
2) Psikologis
Saat proses konseling, konselor maupun konseli melibatkan aspek
psikologisnya seperti perasaan, emosi, dan kognitif. Mengenal dan
memahami prilaku dan gejala-gejala psikologis yang dialami konseli
bisa dikatakan sebagai akar pemecahan masalah.32
3) Sosial budaya
Beragamnya kondisi sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya
masyarakat akan memberikan warna yang tajam pada pola
keberagaman mereka. Dengan beragamnya kondisi sosial tersebut
seluruh manusia diharapkan dengan berbagai problem dan salah
satunya adalah problem pernikahan. Islam telah menuntun kepada
umatnya untuk membangun keluarga sakinah setelah perkawinan.
Islam juga menganjurkan kepada para calon suami atau calon istri
untuk memilih dengan cara yang sakinah. Adakalanya seseorang
31 Ulfatmi. Bimbingan Konseling Pernikahan Keluarga Islami. Jurnal Intizar, Vol. 21, No.2,
2015. Hlm. 346 32 Ibid, Hlm. 347
19
calon mempelai mempersiapkan dengan baik, diantaranya dengan
konseling perkawinan (marriage counseling).33
3. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
a. Pengertian KDRT
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun
2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, pada Pasal 1
menyebutkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Untuk lebih terarah dalam memberikan maksud “kekerasan”
dalam keluarga dilihat dari kaca mata hukum Islam, maka terlebih
dahulu diuraikan “kekerasan” itu sendiri secara umum. Dalam kamus
Indonesia, kekerasan diberi pengertian tiga: Pertama suatu perihal (yang
bersifat/berciri) keras. Kedua, perbuatan seorang atau sekelompok orang
yang menyebabkan kerusakan fisik dan barang orang lain. Ketiga,
kekerasan diartikan sebagai paksaan, ini dari segi etimologi. Sedangkan
kata “violence” dalam bahasa Inggris, keduanya memiliki konsep yang
berbeda. Kata “violence” di sini diartikan sebagai suatu serangan atau
invasi (assault) terhadap fisik maupun integritas mental psikologis
seseorang.34
Inu Wicaksono dalam Mardiyati menyatakan bahwa kekerasan
dalam rumah tangga adalah perilaku menyakiti dan mencederai secara
33 Novaili. Konseling Religi: Metode Dakwah Penyuluh Agama Islam Dalam Mewujudkan
Keluarga Sakinah Terhadap Pasangan Calon Suami Istri Di Kantor Urusan Agama. Jurnal Bimbingan
Konseling Islam. Vol. 6, No. 2, Desember 2015. Hlm. 403 34 Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, op. cit., Hlm.297.
20
fisik maupun psikis emosional yang mengakibatkan kesakitan dan
distress (penderitaan subyektif) yang tidak dikehendaki oleh pihak yang
disakiti yang terjadi dalam lingkup keluarga (rumah tangga) antar
pasangan suami isteri (intimate partners), atau terhadap anak-anak, atau
anggota keluarga lain, atau terhadap orang yang tinggal serumah (misal,
pembantu rumah tangga).
b. Bentuk-bentuk KDRT
Menurut Undang-undang KDRT Nomor 23 tahun 2004 Pasal 5
dinyatakan bahwa dalam berkeluarga dilarang keras melakukan tindak
kekerasan. Pada pasal 6, 7, 8, dan 9 dijelaskan bentuk kekerasan dalam
rumah tangga, diantaranya:
1) Kekerasan fisik.
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa
sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
2) Kekerasan psikis.
Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada
seseorang.
3) Kekerasan seksual.
Kekerasan seksual adalah tindakan yang mengarah pada ajakan
seksual tanpa persetujuan.35 Ini juga termasuk tindakan seksual
terhadap anak yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada anak atau
individu yang terlalu muda untuk menyatakan persetujuan, ini
disebut dengan pelecehan seksual terhadap anak.
Kekerasan seksual meliputi:
35 Fu'ady, Muh Anwar; Mahpur, Mohammad (2011-12-30). "DINAMIKA PSIKOLOGIS
KEKERASAN SEKSUAL: SEBUAH STUDI FENOMENOLOGI". Psikoislamika : Jurnal Psikologi dan
Psikologi Islam.
21
a) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam lingkungan rumah tangga tersebut.
b) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan
komersial dan/atau tujuan tertentu.
4) Penelantaran rumah tangga.
Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah
tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau
karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan,
perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
c. Faktor Penyebab KDRT
1) Budaya patriarkhi, yakni bahwa laki-laki adalah superior dan
perempuan inferior sehingga laki-laki dibenarkan untuk menguasai
dan mengontrol perempuan.
2) Interpretasi yang keliru atas ajaran agama sering laki-laki
menginterpretasikan “pemimpin” sebagai pembolehan mengontrol
dan menguasai istrinya.
3) Pengaruh role mode. Anak laki-laki yang tumbuh dalam lingkungan
keluarga yang ayah suka memukul/kasar kepada ibunya cenderung
akan meniru pola tersebut kepada pasangannya.
Secara umum faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor-faktor
yang datang dari luar diri pelaku kekerasan. Seorang pelaku yang
awalnya bersifat normal atau tidak memiliki perilaku dan sikap
agresif bisa saja mampu melakukan tindak kekerasan jika dihadapkan
dengan situasi dibawah tekanan (stress), misalnya kesulitan ekonomi
yang berkepanjangan atau perselingkuhan atau ditinggalkan pasangan
atau kejadian-kejadian lainnya. Sedangkan faktor internal adalah
faktor yang bersumber pada kepribadian dari dalam diri pelaku itu
22
sendiri yang menyebabkan ia mudah sekali terprovokasi melakukan
tindak kekerasan, meskipun masalah yang dihadapinya tersebut
relatif kecil.36
4. BP4 (Badan Penasihat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan)
BP4 adalah singkatan dari Badan Penasihat Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan yang bersifat profesi sebagai pengemban tugas dan mitra kerja
Kementrian Agama untuk mewujudkan keluarga sakinah.37 BP4 merupakan
lembaga konsultasi resmi yang merupakan bagian dari Kementrian Agama
yang berperan sebagai badan penasihat pembinaan dalam perkawinan,
khususnya bagi masyarakat yang akan melaksanakan pernikahan (pranikah)
atau pasangan suami istri yang sedang dalam proses perceraian baik gugat
ataupun talak.
Secara khusus BP4 hanya menangani permasalahan perkawinan
masyarakat yang beragama Islam, karena banyak masyarakat yang
memerlukan solusi pada permasalahan dalam perkawinan seringkali pasangan
suami istri apabila memiliki perkara mendatangi kantor KUA untuk meminta
solusi.38
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiyah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
36 Isyatul Mardiyati, op. cit., h. 27. 37 Yenni Sri Utami, Evaluasi Strategi Komunikasi Konselor BP4 dalam Mencegah
Perceraian, Ilmu Komunikasi UAD, Volume 3, No. 2, Oktober 2015,Hlm.93. 38 Ibid, Hlm. 93.
23
secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.39
2. Setting dan Subjek Penelitian
a. Setting penelitian
Setting adalah di wilayah kerja KUA Kec. Muara Sabak Barat.
Pemilihan setting didasarkan atas ingin membuktikan keefektifitasan BP4
di KUA Kec. Muara Sabak Barat dalam mengantisipasi kekerasan dalam
rumah tangga.
b. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah petugas BP4 KUA Kec. Muara
Sabak Barat dan pasangan pengantin yang telah mendapatkan bimbingan
pranikah di KUA Kec. Muara Sabak Barat. Teknik yang di gunakan
dalam pengambilan sample adalah teknik non probability sampling yaitu
menggunakan metode snowing ball (bola salju).40 Mengingat subjek yang
baik adalah subjek yang terlibat langsung dan yang terlibat aktif dalam
penelitian ini, cukup mengetahui, memahami atau yang berkepentingan
dalam aktifitas yang akan diteliti serta memiliki waktu untuk memberikan
informasi untuk memberikan informasi secara benar.
3. Sumber dan Jenis Data
a. Sumber data
Sumber data dari penelitian ini terdiri dari manusia,
situasi/peristiwa, dan dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk
perkataan maupun tindakan orang yang bisa memberikan data melalui
wawancara. Sumber data suasana/peristiwa berupa suasana yang bergerak
(peristiwa) ataupun diam (suasana), meliputi ruangan, suasana dan proses.
Sumber data tersebut merupakan objek yang akan diobsevasi. Sumber data
39 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2015), Hlm. 1. 40 Fajri Ismail, Statstika Untuk Penelitian Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018) Hal. 46
24
dokumenter atau berbagai referensi yang menjadi bahan rujukan dan
berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti.
b. Jenis data
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung dari lapangan, yaitu petugas BP4 KUA Kec. Muara Sabak
dan pasangan pengantin yang telah mendapatkan bimbingan pranikah.
Data ini disebut data asli atau data baru, berupa informasi dan
keterangan-keterangan yang berkenaan dan berkaitan dengan pokok
permasalahan dan fokus yang diteliti dalam penelitian ini.
2) Data Skunder
Data skunder adalah data yang merupakan data penunjang,
pelengkap, pembantu dan bersumber dari dokumentasi yang
dikumpulkan, data menyangkut dengan pokok permasalahan dan fokus
yang diteliti dalam penelitian ini.
4. Metode dan Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data
yang sering dipakai oleh para peneliti kualitatif, seperti:
a. Observasi
Observasi merupakan metode yang digunakan melalui
pengamatan secara langsung yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan keseluruhan alat indra.41
Observasi yang peneliti ini memiliki tiga elrmen, yakni:
1) Lokasi penelitian.
2) Manusia yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses
penelitian.
3) Kegiatan dan aktivitas yang dikerjakan.
41 Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian, (Jakarta Bina Aksara), Hlm.149
25
Dalam hal ini peneliti berkedudukan sebagai non partisipan
observer, yakni peneliti tidak turut aktif setiap hari diobjek tersebut,
hanya dalam waktu penelitian.42
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan dengan berkomunikasi
langsung dengan sumber data, dengan cara bertanya langsung kepada
responden (data primer) yang bertujuan memperoleh informasi.43
Wawancara terbagi menjadi dua yaitu wawancara terstruktur dan
wawancara tak terstruktur:
1) Wawancara terstruktur merupakan wawancara dengan menggunakan
pertanyaan yang sama dan pedoman untuk wawancara dengan
didukung alat rekam, gambar dan meteri lainnya.
2) Wawancara tak terstrukturdilakukan secara bebas yang dilakukan
face to face atau media lainnya dan tidak menggunakan pedoman.
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur
dan tak terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menggali
informasi secara mendalam berkaitan dengan permasalahan KDRT dan
bimbingan pranikah dalam mengantisipasi KDRT. Peneliti
mendeskripsikan hasil wawancara dengan kata-kata dan bahasa yang
menjabarkan pada pokok pembahasan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, rekaman, arsip, foto dan
sebagainya.44 Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data
dengan melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan
42 Margono, S. 2000, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta), Hlm.162 43 S. Nasution, 1996, Metode Research, (Yogyakarta: Bumi Aksara), Hlm.113 44 Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian, (Jakarta Bina Aksara), Hlm.234
26
buku-buku, surat kabar, majalah, rekaman, foto-foto, tentang teori yang
berhubungan dengan masalah penelitian. Metode ini peneliti gunakan
untuk memperoleh data yang bersumber dari dokumen-dokumen atau
catatan-catatan, yang berupa buku panduan (pedoman), laporan program,
catatan, buku, surat kabar, majalah, foto dan rekaman.
d. Triangulasi data
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu diluar data pokok, untuk keperluan pengecekan
reabilitas data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan
berbagai data yang diperoleh dari berbagai informan.
Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu.45 Kemudian peneliti menginformasikan dengan penelitian serta
hasil pengamatan peneliti dilapangan serta kemurnian dan keabsahan data
terjamin. Sehingga tidak ada data yang dimanipulasi.
5. Metode/Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis daya yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
observasi dan lain-lain. Sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat
di informasikan kepada orang lain. Untuk menganalisis data yang diperoleh
dari lapangan maka hasil penelitian di lapangan akan dianalisa kembali oleh
peneliti dengan menggunakan metode “Analisis Kualitatif” analisis ini akan
menggunakan tiga jalur kegiatan sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data
45 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2015), Hlm.272
27
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Selama
pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi, yaitu membuat
ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat
partisi dan menulis memo.
b. Penyajian Data
Dari data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi teks
naratif sehingga berbentuk rangkaian informasi yang sesuai dengan
masalah penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi data
berdasarkan susunan narasi dan data pendukung lainnya.
c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam penelitian
kualitatif untuk menjawab masalah yang dirumuskan sejak awal, akan
tetapi dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
dikembangkan lagi pada saat kita melakukan penelitian lapangan.
Maksudnya kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.
G. Studi Relevan
1. Adapun studi relevan yang digunakan dalam penelitian ini adalah karya Siti
Roiatun (2017) “Bimbingan Pranikah untuk mengatasi perceraian bagi
calon pengantin di BP4 KUA Kecamatan Japah Kabupaten Blora”
Pelaksanaan bimbingan pranikah bagi calon pengantin sebagai upaya
mencegah perceraian di KUA Kecamatan Japah Kabupaten Blora
dilaksanakan pada tanggal 6, 16 dan 26. Pelaksanaan bimbingan pra nikah
bagi calon pengantin dilakukan dengan memberikan materi undang-undang
perkawinan dan agama, ketentuan dalam pernikahan, kesehatan reproduksi,
materi tentang penyuluhan KB dan materi keluarga sakinah, materi tersebut
dilaksanakan dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, media yang
28
digunakan dalam bimbingan pra nikah di BP4 Kecamatan Japah adalah media
lisan. Selain itu media yang digunakan adalah media lisan yaitu suatu cara
penyampaiannya disampaikan oleh pembimbing melalui suara yang berupa
ceramah, dan nasehat-nasehat oleh para pembimbing kepada calon pengantin.
Adapun persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang
bimbingan pranikah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sedangkan
perbedaan yang terdapat dari penelitian ini adalah dari penelitian sebelumnya
tidak membahas mengenai mengantisipasi kekerasan dalam rumah tangga.
2. Sementara penelitian yang diangkat oleh Hiyyanatul Wafda (2018)
“Efektivitas. Bimbingan Perkawinan Bagi Pemuda Di Kabupaten
Jombang” Bimbingan Perkawinan yang diselenggarakan oleh Kementerian
Agama Kabupaten Jombang pada tahun 2017 sebanyak 15 angkatan, yakni
900 peserta atau 450 pasangan calon pengantin. Modul yang digunakan adalah
buku Bimbingan Perkawinan untuk Calon Pengantin dan buku Fondasi
Keluarga Sakinah: Bacaan Mandiri Calon Pengantin yang diterbitkan oleh
Kementerian Agama Tahun 2017. Materi utama kedua modul ini terdiri dari 6
materi pokok, yaitu merencanakan perkawinan menuju keluarga sakinah,
mengelola dinamika perkawinan dan keluarga, memenuhi kebutuhan
keluarga, menjaga kesehatan reproduksi keluarga, menyiapkan generasi yang
berkualitas, dan mengelola konflik dan membangun ketahanan keluarga.
Adapun persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang
efektifitas bimbingan pranikah sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
sedangkan perbedaan yang terdapat dari penelitian ini adalah dari penelitian
sebelumnya tidak membahas mengenai mengantisipasi kekerasan dalam
rumah tangga.
3. Selanjutnya penelitian yang diangkat oleh Nur Handayani (2016) yang
berjudul “Efektifitas Pelaksanaan Bimbingan Konseling Pranikah dan
Pasca Nikah Dalam Membantu Mengatasi Perceraian (studi Kasus BP4
Kecamtan Tugumulyo Musi Rawas)”. Penelitian ini menggunakan
29
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, metode analisa yang
digunakan berdasarkan triangulasi sumber dan teori. Hasil penelitian
pelaksanaan bimbngan konseling pranikah dan pasca nikah yang diterapkan
BP4 Kecamtan Tugumulyo dalam membantu mengatasi perceraian belum
efektif. Hal itu dikarenakan proses pelaksanaan dan hasil yang didapatkan
belum sesuai dengan tujuan, proses dan hasil pada rancangan program yang
telah diterapkan. Adapun persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama
membahas tentang efektifitas pelaksanaan bimbingan pranikah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, sedangkan perbedaan yang terdapat dari penelitian ini
adalah dari penelitian sebelumnya tidak membahas mengenai mengantisipasi
kekerasan dalam rumah tangga.
Sebagaimana yang sudah terpaparkan dari studi relavan ini belum ada diantara
kajian penelitian yang membahas tentang efektifitas bimbingan pranikah dalam
mengantisipasi kekerasan dalam rumah tangga studi kasus KUA Kecamatan Muara
Sabak Barat, karya-karya di atas adalah berbeda dengan karya yang sedang penulis
selesaikan, dimana penelitian penulis ini meneliti tentang efektiifitas bimbingan
pranikah dalam mengantisipasi kekerasan dalam rumah tangga, bagaimana yang di
hasilkan dari bimbingan pranikah terhadap keharmonisan rumah tangga pasangan
yang mendapatkan bimbingan pranikah tersebut. Yang dapat menghasilkan keluarga
yang harmonis menurut syariat agama maupun aturan pemerintah.
30
BAB II
GAMBARAN UMUM KECAMATAN MUARA SABAK BARAT
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
A. Profil KUA Kec. Muara Sabak Barat
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan sebagai unit teknis terdepan
memiliki posisi dan kedudukan yang sangat penting dalam pencitraan
Kementerian Agama secara menyeluruh di mata masyarakat. KUA merupakan
unit pelayanan teknis Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam pada
tingkat Kecamatan yang memiliki cakupan tugas pelayanan yang sangat luas.
Sebagai salah satu unit pelayanan publik, KUA dituntut mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara optimal, meliputi pelaksanaan
pelayanan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan nikah dan rujuk, penyusunan
statistik dokumentasi dan pengelolaan sistem informasi manajemen KUA,
melaksanakan tata usaha dan rumah tangga KUA; pelayanan bimbingan keluarga
sakinah, kemasjidan, bimbingan syariah, serta penyelenggaran fungsi lain
dibidang agama Islam yang ditugaskan oleh Kepala Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
Mengingat besarnya tugas dan fungsi tersebut, KUA harus meningkatkan
profesionalismenya dalam melayani masyarakat, untuk itu perlu mendapat
perhatian dalam pembinaan, evaluasi, dan penilaian kinerja seluruh unsur yang
ada di dalamnya. Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka meningkatkan
kualitas pencapaian pelayanan pada KUA Kecamatan diperlukan penilaian
kinerja KUA Kecamatan secara berjenjang mulai dari tingkat kabupaten/kota,
provinsi, nasional.
Kantor Urusan Agama Kecamatan atau yang sering disingkat dengan
KUA Kecamatan merupakan salah satu lembaga jajaran Kementerian Agama
karena keberadaannya di setiap pelosok tanah air. Di Indonesia Kantor Urusan
Agama Kecamatan lahir sejak tahun 1929 yang diatur dalam
huwelijksordanantie S.1919 No.248 jo.S.1931 No.467 dan setelah
disempurnakan dua kali yaitu S.1933 No.98 dan S.1932 No.428 yaitu sebuah
peraturan yang mengatur tentang pencatatan nikah, thalak, cerai dan rujuk masa
penjajahan Belanda. Pada tanggal 21 November 1946 Pemerintah Indonesia
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1946 tentang pencatatan nikah,
thalak cerai dan rujuk dan mencabut Statblat 1929 No.248 jo.S.1931 No.467 dan
telah S.1933 No.98 dan S.1932 No.428 karena tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman. Dalam UU No 22 Tahun 1946 Kantor Urusan Agama
Kecamatan diberi nama Kantor Jawatan Agama sedangkan untuk Kantor
Kementerian Agama Wilayah dan Kabupaten diberi nama Kantor Jawatan
Agama Daerah.
Pada tanggal 2 Januari 1974 Pemerintah Indonesia mengeluarkan U No.1
Tahun 1974 tentang perkawinan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 9
Tahun 1975 tentang peraturan pelaksana UU No.1 Tahun 1974 dan mulai saat itu
Kantor Jawatan Agama diganti dengan Kantor Urusan Agama Kecamatan yang
bertugas melaksanakan sebagian tugas-tugas Kementerian Agama meliputi nikah
dan rujuk, keluarga sakinah, zawaibsos, haji, pembinaan penyuluh agama,
produk halal, kemitraan antar umat beragama, dan penentuan arah kiblat (KMA
No.517/2001).
Kantor Urusan Agama Kecamatan atau yang lazim dikenal KUA sebagai
instansi yang berada di bawah Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota,
secara organisatoris berkewajiban menyampaikan laporan secara berkala baik
laporan bulanan, laporan triwulan, laporan semester maupun laporan tahunan.
Menyusun laporan berupa kegiatan dari program kerja selama satu tahun
merupakan tugas yang mesti disampaikan pada setiap akhir tahun anggaran. Oleh
karena itu dengan berakhirnya tahun anggaran 2019, maka Kantor Urusan
Agama Kecamatan Muara Sabak Barat sebagai instansi vertikal yang mempunyai
tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Tanjung Jabung Timur dibidang urusan Agama Islam dalam wilayah kecamatan
sebagai evaluasi dan tolok ukur keberhasilan kinerja tahun 2018 juga
memberikan laporan sebagaimana dimaksud.
B. Letak Geografis Kecamatan Muara Sabak Barat
Kecamatan Muara Sabak Barat adalah salah satu kecamatan pemekaran di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Tanjung Jabung Timur Nomor 12 Tahun 2004. Kecamatan yang beribukota
Nibung Putih dan menjadi sentra kota kabupaten dahulunya bergabung dengan
Kecamatan Muara Sabak Timur dengan sebutan Muara Sabak secara geografis
terletak pada posisi 104.3 BT dan -1.016 dengan keadaan alam tropik dan suhu
udara antara 28-32 C, berbatasan langsung dengan :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kuala jambi
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Muara Sabak Timur
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Dendang
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Geragai
Kantor Urusan Agama Kecamatan Muara Sabak Barat dibentuk
berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 36 Tahun 2006 Tanggal 31
Agustus 2006. Secara Administrasi mewilayahi 7 kelurahan yang semuanya
dapat dijangkau melalui darat dengan jarak antar pusat kelurahan sekitar 2-10
KM. Adapun jarak dari pusat pemerintahan kecamatan dan kabupaten sekitar 3-5
KM.46
C. Kondisi Demografis, Sosial Budaya dan Agama Kec. Muara Sabak Barat.
Secara Demografis dan Sosial kultural Kecamatan Muara Sabak Barat
berdasarkan Data Tahun 2019 jumlah penduduk Kecamatan Muara Sabak Barat
adalah 19.426 jiwa dengan perbandingan 9.740 laki-laki dan 9.686 perempuan,
46 Dokumentasi KUA Kec. Muara Sabak Barat
5.746 Kepala Keluarga dengan ratio pertumbuhan 1.9 % per tahun yang
mendiami hampir 75 % kelurahan yang mayoritas mata pencaharian sebagai
petani, karyawan, pedagang, buruh dan Pegawai Negeri Sipil.
Dari jumlah penduduk di atas, 99.06 % beragama Islam dan 0.04 %
beragama lainnya, dengan ragam suku Jawa, Melayu, Bugis, Banjar dan
beberapa suku lainnya sebagai pendatang.
Adapun latar belakang pendidikan dari masyarakatnya adalah 70 %
Sekolah Rakyat dan Sekolah Dasar dan selebihnya 30 % pendidikan tingkat
menengah atas dan perguruan tinggi. Sebagai penunjang pendidikan bagi
masyarakat telah dibangun 23 SD, 1 MIN, 2 SMP, 2 MTS Swasta, 1 SMA, 1
SMK, 1 MA Swasta.
Animo masyarakat Kecamatan Muara Sabak Barat terhadap kegiatan
keagamaan dan peribadatan cukup baik, hal ini dilihat dari banyaknya masjid,
musholla dan Persatuan Majelis Taklim (Permata) di setiap kelurahannya.
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain adalah pengajian rutin yang ditunjang
dengan 16 orang penyuluh agama honorer, PHBI, kegiatan ramadhan, TPQ,
TPA, Madrasah Diniyah dan kegiatan keagamaan lainnya.
D. Sarana/fasilitas di KUA Kec. Muara Sabak Barat
Adapun sarana umum yang ada di KUA Kec. Muara Sabak Barat adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Sarana/Fasilitas di KUA Kec. Muara Sabak Barat
NO JENIS SARANA/FASILITAS JUMLAH KONDISI
1. Komputer 4 Unit Baik
2. Printer 2 Unit Baik
3. Meja kerja 15 buah Baik
4. Kursi 10 Buah Baik
5. Kipas Angin 3 Unit Baik
6. Ruang BP4 1 Ruang Baik
7. Ruang Kepala 1 Ruang Baik
8. Toilet 1 Ruang Baik
E. Struktur organisasi KUA Kec. Mura Sabak Barat
Gambar. 2.1 struktur organisasi KUA Kec. Muara Sabak Barat
F. Program Kerja KUA Kecamatan Muara Sabak Barat Tahun Anggaran
2019.
Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 1974 tentang
Kedudukan, Tugas Pokok dan Susunan Organisasi Departemen Agama,
Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 tentang Susunan Organisasi
Penghulu
Drs. Abd Wahab Petugas TU
Hj. Nur’Aini
Pencatatan NR
Drs. Abd wahab Kemasjidan
Hasanah, S.Hi Zakat/wakaf
Hj. Nur’Aini
Kel. Sakinah
Laduna, S.Pd
Ernawati,S. Ag Bahtiar, S. Pd Bambang,S.Hum Juwandi, S.Pd
Kelurahan Rano
Kelurahan T. Babat
Kelurahan
Parit Culum 1
Kelurahan
Parit Culum 2
Kelurahan
Nibung Putih
Kelurahan Kp.
Singkep
Kelurahan
Teluk Dawan
Kepala
jamaluddin
dan Tata Kerja Departemen Agama dan Keputusan Menteri Agama RI Nomor
517 Tahun 2001, pada pasal 2 ayat (1) dijelaskan tentang Tugas dan Fungsi
Kantor Urusan Agama adalah :
“Melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
di bidang urusan Agama Islam dalam wilayah Kecamatan”.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi
2. Menyelenggarakan surat menyurat, kearsipan dan pengelolaan rumah tangga
Kantor Urusan Agama.
3. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid,
zakat, wakaf, baitul mall dan ibadah sosial, ibadah haji, kependudukan dan
pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Atas dasar itu semua, maka pada tahun anggaran 2019 ini Kantor Urusan
Agama Kecamatan Muara Sabak Barat telah membuat program kerja sebagai
berikut:
a. Visi dan Misi
1. Visi Kantor Urusan Agama Kecamatan Muara Sabak Bara
“TERWUJUDNYA MASYARAKAT MUARA SABAK BARAT
YANG TAAT BERAGAMA, RUKUN, CERDAS, MANDIRI DAN
SEJAHTERA LAHIR BATIN”
2. Misi Kantor Urusan Agama Kecamatan Muara Sabak Barat
a. Meningkatkan pelayanan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan
nikah dan rujuk.
b. Meningkatkan penyusunan statistik, dokumentasi dan pengolahan
sistem informasi manajemen KUA
c. Meningkatkan pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga KUA
d. Meningkatkan pelayanan bimbingan keluarga sakinah
e. Meningkatkan pelayanan bimbingan kemasjidan
f. Meningkatkan pelayanan bimbingan pembinaan Syari’ah
g. erta meningkatkan penyelenggaraan fungsi lain dibidang Agama Islam
h. Meningkatkan koordinasi lintas sektoral
b. 10 etos kerja unggulan KUA Kec. Muara sabak barat
1. Kerja itu suci
Kerja adalah panggilanku, aku sanggup bekerja benar.
2. Kerja itu sehat
Kerja itu aktualisasi, aku sanggup.
3. Kerja itu amanah
Kerja adalah tanggung jawabku, aku sanggup bekerja tuntas.
4. Kerja itu seni
Kerja adalah kesukaanku, aku sanggup bekerja kreatif.
5. Kerja itu ibadah
Kerja adalah pengabdianku, aku sanggup bekerja ikhlas.
6. Kerja itu mulia
Kerja adalah pelayanku, aku sanggup bekerja sempurna.
7. Kerja itu anugrah
Kerja adalah kehidupanku, aku sanggup bekerja hebat.
8. Kerja itu kehormatanku
Kerja adalah kewajibanku, aku sanggup kerja unggul.
9. Kerja itu rahmat
Kerja adalah terimakasihku, aku sanggup bekerja giat.
10. Kerja itu investasi
Kerja adalah masa depanku, aku sanggup bekerja serius.
c. Program Kerja/Rencana Kantor Urusan Agama Kec Muara Sabak Barat
1. Ketatausahaan, melaksanakan rumah tangga Kantor Urusan Agama
Kecamatan Muara Sabak Barat dengan rincian meliputi:
a. Terlaksananya Administrasi yang dinamis (teragenda dan terkendali)
dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai melalui
alokasi dana Bantuan Operasional Rp.3.400.000,- per bulan
b. Menyetorkan biaya pencatatan nikah Rp.600.000,- (Enam Ratus Ribu
Rupiah) setiap peristiwa di luar kantor dan Rp. 0,- (Nol) bagi yang
nikah di kantor dan membuat bundel bukti setor selama 1 tahun.
c. Membuat Daftar Urut Kepangkatan, dan seluruh papan data yang
berkaitan dengan tugas KUA
d. Melakukan pengawasan terhadap absensi pegawai dengan berpedoman
pada Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010.
2. Terwujudnya staf KUA dan Penyuluh Agama Islam Fungsional dan Pai
Non PNS yang profesional dengan melaksanakan pembinaan kepada staf
dan penyuluh fungsional dan penyuluh agama islam Non PNS 1 bulan
sekali bagi Penyuluh Agama Honorer dan 6 bulan sekali bagi Nadzir dan
Pengurus masjid/musholla Kepenghuluan dan Keluarga Sakinah
a. Meningkatkan pelayanan dibidang pencatatan nikah dan rujuk
melalui pemberlakuan 10 hari kerja dengan melaksanakan Bimbingan
Calon Pengantin dan Wali, untuk yang belum memenuhi maksud dari
ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, maka tidak
diberikan sertifikasi lulus pembinaan calon pengantin dan
pencatannya ditunda sampai terpenuhinya persyaratan dimaksud.
b. Menyerahkan Buku Kutipan Akta Nikah kepada kedua mempelai
sesaat setelah ijab/qabul (Intruksi Menteri Agama Nomor
DJ.II/HK.00/074/2008)
3. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan pengembangan keluarga sakinah
dengan bekerja sama tokoh masyarakat, agama, pendidikan, pemerintah
daerah, pengadilan agama, kesehatan dan kepolisian.
4. Zakat, Wakaf, Baitul Maal dan Ibadah Sosial
a. Memberikan penyuluhan dan bimbingan zakat (maal dan fitrah)
kepada pengurus unit pengumpulan zakat kelurahan dan unit
pelaksana teknis daerah.
b. Melakukan pendekatan secara kekeluargaan kepada ”tokoh agama”
yang belum menerima pengumpulan dan penyaluran zakat melalui
UPZ.
c. Bekerjasama dengan Lembaga Amil Zakat KUA Kecamatan Muara
Sabak Barat melakukan pembinaan dan sosialisasi penunaian zakat
profesi bagi PNS. Dari bulan Januari sampai dengan Desember 2018
telah berhasil mengumpulkan dan menyalurkan sekitar
Rp.28.000.000,- kepada para mustahiq dalam bentuk pemberian
Dana Bantuan kepada Fakir Miskin, Bantuan Modal Usaha Bagi
UKM, Perlengkapan alat sekolah Pendidikan (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/Aliyah).
d. Mengupayakan melalui Penyelenggara Zakat dan Wakaf
Kementerian Agama Kab.Tanjung Jabung Timur bahwa penunaian
zakat profesi pegawai Kementerian Agama Kab.Tanjung Jabung
Timur Kec.Muara Sabak Barat ke Badan Amil Zakat Kec.Muara
Sabak Barat melalui unit pengumpulan zakat Satker/ unit kerja
masing-masing, insyaaAllah di tahun 2019 dapat terlaksana.
e. Mendata dan meninfentarisasi pemanfaatan tanah wakaf potensial
dan non potensial, produktif dan non produktif.
f. Melaksanaan penyuluhan dan pembinaan nadzir wakaf.
g. Melakukan pendataan produk halal (makanan, Penyembelihan
Hewan Kurban).
5. Perhajian
a. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mendaftar haji melalui
Kementerian Agama Kab.Tanjung Jabung Timur, tahun 2019 kegiatan
tersebut mendapat bantuan Rp.4.000.000,- dari Kementerian Agama
Pusat.
b. Melakukan kerjasama dengan camat dalam memfasilitasi jemaah
calon haji guna mendapatkan persyaratan yang mungkin sulit
diperoleh bagi jamaah tersebut.
c. Membuat dan menyebarkan leaflet tentang prosedur pendaftaran haji
kabupaten tanjung jabung timur.
40
BAB III
PROSES PELAKSANAAN BIMBINGAN PRANIKAH DALAM
MENGANTISIPASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
A. Pengertian bimbingan pranikah
Secara etimologis, kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa
inggris yaitu “guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai
arti menunjukkan, membimbing, menuntun maupun membantu. sesuai dengan
istilahnya, secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau
tuntutan.47
Kata pra dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” memiliki arti awalan
yang bermakna “sebelum”.48 Pengertian nikah dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah “perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami
istri”.49 Pernikahan juga diatur dalam suatu Undang-undang, yaitu UU No.1
tahun 1974 pasal 1 tentang perkawinan. Perkawinan didefenisikan sebagai
sebuah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
seuami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa.50
Bimbingan pranikah atau kursus calon pengantin dilaksanakan atas dasar
dikeluarkannya Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/491 tahun 2009,
berbunyi ”Kementrian Agama menyediakan sarana penyelenggaraan kursus
calon pengantin”. Tujuan dari suscatin/kursus Pranikah tersebut antara lain antara
lain untuk mewujudkan keluarga yang harmonis dan sakinah yang dimaksud
adalah keluarga yang didasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi
47 Suhertina, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Pekanbaru: Suska Pr ess, 2008),hlm. 11 48 Departemen Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 1998), hlm. 45 49 Ibid, hlm. 614 50 Fatchiah E. Kertamuda, Konseling Pernikahan Untuk Keluarga Indonesia, ( Jakarta:
Selemba Hamanika, 2009), hlm.26
hajat spiritual dan materil secara serasi dan seimbang, diliputi suasana kasih
sayang antara internal keluarga dan lingkungannya, mampu memahami,
mengamalkan dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlakul
karimah.
Bimbingan pranikah atau lebih yang dikenal dengan kursus calon
pengantin merupakan pemberian bekal pengetahuan pemahaman dan
keterampilan dalam waktu sekurang-kurangnya 16 hingga 24 jam pelajran
kepada calon suami istri. Tujuan dari imbingan pranikah tersebut adalah untuk
memberikan bekal pengetahuan dan pemahaman serta keterampilan guna
mewujudkan keluarga sakinah dan mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga hingga perceraian. Dalam hal ini lembaga BP4 merupakan lembaga yang
berwenang utuk menyelenggarakan bimbingan pranikah bagi calon pengantin
karena BP4 merupakan satu-satunya lembaga yang mendapat pengakuan dari
kementrian agama sebagai mitra dalam prihal penasehatan pernikahan dan
perceraian. Kegiatan bimbingan pranikah dilakukan BP4 terhadap para calon
pengantin sebagai upaya preventif dalam mencegah terjadinya perceraian.
B. Dasar hukum bimbingan pranikah
Berdasarkan Keputusan Mentri Agama No. 30, tahun 1977 tentang
pengesahan pengakuan BP4 merupakan satu-satunya lembaga penunjang
sebagian tugas Kementrian Agama dalam bidang perkawinan. Maka pengertian
bimbingan pranikah tercantum dalam peraturan Dirjen BIMAS Islam tentang
penyelenggaraan bimbingan pranikah Bab 1 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi:
“bibingan pranikah merupakan pemberian bekal pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah tentang
kehidupan rumah tangga.51 Dasar pelaksanaan bimbingan pranikah, di antaranya
sebagai berikut:
51 Nofri Yendra, Analisa Kebijakan BP4, Hlm. 50
1. UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan (Lembaga Negara Republik
Indonesia No. 2019).
2. UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pengembangan Keluarga Sejahtera.
3. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2002 No. 109, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 4235).
4. UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 No. 95,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4419).
5. Instruksi Presiden No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional.
6. Keputusan Presiden RI No. 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi
Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak.
7. Peraturan Presiden No. 20 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas
Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara RI.
8. Peraturan Presiden No. 24 tahun 2006 tentang Kedudukan, tugas, fungsi,
susunan organisasi, tugas dan fungsi Eselon I Kementrian Negara.
9. Keputusan Mentri Agama No. 3 tahun 1999 Tentang Gerakan Keluarga
Sakinah.
10. Keputusan Mentri Agama No. 480 tahun 2008 tentang Perubahan Atas
Keputusan Mnetri Agama No. 373 tahun 2002 tentang Organisasi dan
Tata kerja Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi dan Kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota.
11. Peraturan Mentri Agama No. 10 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementrian Agama.
12. Surat Edaran Mentri Dalam Negri No. 4005/54/III/Bangda perihal
Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah (peraturan dirjen
BIMAS Islam, 2013).
C. Tinjauan tentang BP4
a. Pengerian BP4
BP4 merupakan singkatan dari badan penasehat pembinaan dan
pelestarian perkawinan adalah suatu organisasi yang bersifat semi resmi
sebagai penunjang tugas kementrian agama dalam bidang penasehatan
perkawinan dan pembinaan keluarga bahagia sejahtera, serta bertujuan untuk
mempertinggi mutu perkawinan dan mewujudkan keluarga atau rumah tangga
bahagia, sejahtera, dan kekal menurut ajaran islam.52
BP4 menurut hasil muswil BP4 di Yogyakarta tahun 2015 menyatakan
bahwa sebagai organisasi professional, mitra kerja kementrian agama dan
institusi terkait yang bertujuan untuk mempertinggi mutu perkawinan dalam
mewujudkan rumah tangga yang bahagia dan sejahtera yaitu keluarga
sakinah, mawaddah dan rahmah dengan mengembangkan program gerakan
keluarga sakinah.53
Dengan demikian, BP4 merupakan salah satu organisasi yangberperan
sebagai mira kerja kementrian agama yang bersifat professional dan tidak
semi resmi lagi yang bertujuan untuk mempertinggi mutu perkawinan dan
mewujudkan keluarga sakinah dan kekal menurut ajaran islam.
b. Tujuan BP4
Tujuan dibentuknya Bp4 untuk mempertinggi dan penerangan
mengenai mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut
52 Hasil Munas BP4 VII, Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (Yogyajarta: BP4
DIY, 1989), hlm, 7. 53 Hasil muswil BP4 di Yogyakarta, Rancangan pokok program kerja BP4 DIY priode 2010-
2015, hlm.2
ajaran islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju,
mandiri, bahagia, sejahtera materil maupun spiritual dengan:
1. Meningkatkan kualitas perkawinan dan kehidupan berkeluarga yang
sakinah, mawaddah dan warhmah.
2. Menurunkan angka perceraian dengan meningkatkan layanan
terhadap keluarga yang bermasalah melalui kegiatan konseling,
mediasi, dan advokasi.
3. Menguatkan kapasitas kelembagaan dan SDM (Sumber Daya
Manusia) BP4 dalam rangka mengoptimalkan program dan
pencapaian tujuan.
4. Memberikan penyuluhan tentang peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan keluarga.
5. Mengembangkan jaringan kemitraan dengan instansi/lembaga yang
memiliki misi dan tujuan yang sama.
D. Proses Pelaksanaan bimbingan pranikah dalam mengantisipasi KDRT
(Kekerasan Dalam Rumah tangga) di KUA Kecamatan Muara Sabak Barat.
Dalam pelaksanaan bimbingan pra nikah, salah satu unsur yang paling
pokok adalah subjek (pembimbing atau tutor). Pembimbing atau tutor harus
mampu membaca situasi dan kondisi calon pengantin yang dihadapi dan
menguasai bahan atau materi serta dapat memberi contoh atau teladan yang
baik.
Rumah tangga merupakan kehidupan baru bagi Calon pengantin.
Untuk itu sebelum mengarunginya pasangan mempunyai persiapan-persiapan.
Sehingga ketika nantinya dalam sebuah rumah tangga terjadi permasalahan,
baik suami maupun istri telah siap dengan segala resiko yang akan di
tempuhnya. Karena pemahaman terhadap pentingnya persiapan baik mental
maupun fisik bagi calon pengantin menjadi faktor yang sangat penting bagi
terciptanya keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah.
1. Proses pelaksanaan bimbingan pranikah yang diterapkan oleh BP4 KUA Kec.
Muara Sabak Barat.
Hasil wawancara dengan bapak Jamaluddin, Kepala KUA Kec.Muara
Sabak Barat adalah sebagai berikut:
[S]ebelum melakukan pemberian bimbingan pranikah kepada
calon pasangan suami istri, Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan
Muara Sabak Barat mengharuskan calon pasangan suami istri untuk
melalui langkah-langkah yang telah ada, yaitu pasangan yang akan
menikah wajib mendaftarkan diri dan pasangannya ke Kantor Urusan
Agama (KUA) dan sudah melengkapi syarat-syarat yang telah
ditentukan. Selanjutnya pihak KUA akan memberikan undangan
kepada calon pasagan suami istri untuk mengukuti kursus bimbingan
pranikah. Selanjutnya, Sedangkan dalam pemberian bimbingan
pranikah adapun materi-materi yang dibrikan kepada calon pengantin
untuk membekali dalam berkeluarga yaitu, mempersiapkan
perkawinan yang kokoh menuju keluarga sakinah, mawaddah,
warahmah, fiqh munakahat (nikah, thaharah, takal, dan iddah), hak
dan kewajiban suami isteri, dan mengelola konflik serta membangun
katahanan keluarga. Metode yang di terapkan dalam pemberian
bimbingan pranikah telah sesuai dengan modul yang dikeluarkan oleh
dirjen bimas kementrian RI tahun 2017, yaitu diskusi, seminar, dan
Tanya jawab”54
Hasil wawancara dengan bapak Abdul Wahab, selaku penghulu KUA
Kecamatan Muara Sabak Barat adalah sebagai berikut:
[P]asangan suami istri yang telah mendaftarkan diri ke KUA
selanjutnya akan mengikuti kursus bimbingan pranikah sebagai bekal
dalam membina keluarga. Adapun waktu dalam pemberian bimbingan
pranikah yaitu di lakukan selama 3 hari jam kerja atau sebanyak 2
sampai 3 kali pertemuan, setelah mendaftarkan nikah dan pemeriksaan
identitas data, dimulai dari tanggal pendaftaran nikah sampai waktu
akad nikah akan dilakukan. Sebelum pemberian materi bimbingan
pranikah dilakukan, pihak KUA akan meninta calon pasangan suami
istri untuk memaparkan tentang materi-materi pokok dalam agama
54 Hasil wawancara penulis dengan bapak Jamaluddin kepala KUA Kecamatan Muara Sabak
Barat pada tanggal 20 januari 2020
seperti mengucap dua kalimat syahadat, membaca Al-Qur’an, rukun
iman, rukun islam, pokok-pokok ibadah, dan do’a sehari-hari termasuk
juga tentang pernkahan sepeerti fiqh munakahat, thaharah, dan hak
kewajiban suami istri agar pihak KUA mendapatkan gambaran sejauh
mana calon pasangan suami istri telah memahami tentang materi
tersebut”.55
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa proses
bimbingan pranikah kepada calom suami istri yaitu setelah calon suami istri
yang akan menikah melakukan pendaftaran ke Kantor Urusan Agama (KUA)
dan melengkapi syarat-syarat yang telah di tentukan, selanjutnya pasangan
suami istri akan diberikan undangan untuk mengikuti bimbingan praikah di
KUA Kecamatan Muara Sabak Barat dengan materi yang diberikan kepada
calon pengantin yang sesuai dengan modul bimbingan perkawinan 2017
untuk membekali dalam berkeluarga yaitu, mempersiapkan perkawinan yang
kokoh menuju keluarga sakinah, mawaddah, warahmah, fiqh munakahat
(nikah, thaharah, takal, dan iddah), hak dan kewajiban suami isteri, dan
mengelola konflik serta membangun katahanan keluarga.
Berdasarkan hasil oservasi yang di lakukan peneliti melihat sewaktu
proses pelaksanaan bimbingan pranikah yang diberikan oleh pihak KUA
Kecamatan Muara Sabak Barat kepada calon pasangan suami istri dapat
dinyatakan bahwa proses yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan, yaitu masyarakat yang akan melakukan bimbingan pranikah
sudah melengkapi syarat-syarat yang telah di tentukan, kemudian bimbingan
pranikah akan di berikan sekitar 2 sampai 3 jam dengan materi
(mempersiapkan perkawinan yang kokoh menuju keluarga sakinah,
mawaddah, warahmah, fiqh munakahat (nikah, thaharah, takal, dan iddah),
hak dan kewajiban suami isteri, dan mengelola konflik serta membangun
55 Hasil wawancara penulis dengan bapak Abdul wahab penghulu KUA Kecamatan Muara
Sabak Barat pada tanggal 20 januari 2020
katahanan keluarga) dan mode yang sesuai dengan modul bimbingan
perkawinan yang di terbitkan oleh tim kementrian agama RI.
Penelitian yang telah peneliti lakukan senada dengan penelitian
mengenai proses bimbingan pranikah yang berjudul efektifitas pelaksanaan
bimbingan konseling pranikah dan pasca nikah dalam membantu mengatasi
perceraian (studi Evaluasi BP4 Kecamatan Tugu mulyo Musi Rawas) dan
hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa proses bimbingan pranikah yang
diterapkan oleh BP4 kecamatan Tugu mulyo Musi Rawas sama dengan proses
bimbingan prankah yang di terapkan oleh KUA kecamatan Muara Sabak
Barat dam materi yang di sampaikan yaitu tentang fiqih munakahat,
menejemen keluarga sakinah, dan pengetahuan agama. menjadikan pasangan
pengantin yang mendapatkan bimbingan pranikah memiliki pengetahuan yang
sebelumnya belum diketahui.56
56 Nur Handayani, “efektifitas pelaksanaan bimbingan konseling pranikah dan pasca nikah
dalam membantu mencegah mengatasi perceraian” Tesis (studi evaluasi BP4 Kecamatan Tugumulyo
Musi Rawas, 2016)”.
48
BAB IV
EFEKTIFITAS DAN FAKTOR PENDUKUNG BIMBINGAN PRANIKAH
DALAM MENGANTISIPASI KDRT DI KUA KECAMATAN MUARA
SABAK BARAT
A. Analisis pelaksanaan bimbingan pranikah dalam mengantisipasi KDRT
(Kekerasan Dalam Rumah Tangga) di KUA kecamatan Muara Sabak Barat
1. Analisis pra pelaksanaan bimbingan pranikah
Sebelum mengikuti bimbingan pranikah, calon pengantin terlebih
dahulu melakukan pendaftaran nikah di KUA. Langkah pertama ialah
mengurus surat pengantar dari RT/RW ditujukan kepada kepala desa.
Selanjutnya, harus mengurus berkas persyaratan dari kantor desa yang
diajukan untuk KUA. Adapun persyaratan administrasi yang harus dilengkapi
ketika mendaftar pernikahan di KUA adalah:
1) Surat keterangan untuk nikah (Model N1)
2) Surat keterangan asal usul (Model N2)
3) Surat persetujuan mempelai (Model N3)
4) Surat keterangan tentang orang tua (Model N4)
5) Surat izin orang tua (Model N5)
6) Surat keterangan wali
7) Surat keterangan kematian suami/isteri (Model N6)
8) Pemberitahuan kehendak nikah (Model N7)
9) Akta cerai asli dan salinannya bagi duda/janda
10) Izin atasan bagi TNI/POLRI
11) Surat dispensasi dari pengadilan bagi calon suami yang belum
berumur 19 tahun dan 16 tahun bagi calon isteri
12) Surat dispensasi Camat bagi yang mendaftar kurang dari 10 hari kerja
13) Surat rekomendasi nikah dari negara asal bagi WNA yang akan
menikahi WNI
49
14) Surat keterangan /pernyataan status bermaterai Rp. 6000,-
15) Surat rekomendasi dari KUA Kecamatan calon suami/isteri
16) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP)
17) Fotocopy Kartu Keluarga (KK)
18) Fotocopy Akta Kelahiran
19) Fotocopy Ijazah Terakhir
20) Pas foto background biru ukuran 2x3 dan 4x6. (Formulir Pendaftaran
Nikah/Rujuk KUA Kec. Kapetakan
Hasil Wawancara dengan bapak Abdul Wahab, selaku penyuluh agama
Islam KUA Kecamatan Muara Saak Barat adalah sebagai berikut:
[S]ebelum dilaksanakannya bimbingan pranikah, calon pengantin
atau peserta bimbingan pranikah diwajibakan memenuhi syarat-syarat
diantaranya yaitu; mengisi formulir pendaftaran pernikahan dan
menyelesaikan administrasi. Bagi yang ingin menikah di KUA tidak
dikenakan biaya dan bagi yang ingin melaksanakan pernikahan
diluar KUA, akan dikenakan biaya Rp.600.000,-. Mengenai
pembayaran bisa melalui rekening bank dan bisa melalui kantor pos.
Setelah sudah memenuhi persyaratan administrasi, kedua calon
pengantin akan menerima undangan untuk mengikuti kagiatan
bimbingan pranikah.57
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi yang penulis
lakukan, calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan di wilayah
KUA Kec. Muara Sabak Barat sebelum mengikuti pelaksanaan bimbingan
pranikah, mereka terlebih dahulu harus melengkapi persyaratan-persyaratan
yang telah ditentukan, setelah itu bagi mereka yang sudah mendapatkan
jadwal pelaksanaan bimbingan pranikah, bisa langsung datang sesuai jadwal
yang telah ditentukan. Namun tidak jarang mereka datang tidak sesuai
jadwal. Dan untuk surat undangan, sering kali pasangan hanya diundang
57 Hasil Wawancara penulis dengan Bpk. Abdul wahab penyuluh agama Islam, pada tanggal
25 januari 2020
50
atau dijadwalkan dengan secara lisan mauapun berupa pesan singkat dari
petugas BP4. Hal ini hanya disesuaikan dengan keadaan baik dari pasangan
mauapun dari BP4 itu sendiri agar pelaksaan bimbingan pranikah tetap
berjalan.
2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Bimbingan Pranikah
Pelaksanaan bimbingan pranikah yang dilakukan oleh BP4 Kec.
Muara Sabak Barat adalah diadakan setiap hari kerja dan mengikuti jam kerja
yaitu hari senin sampai kamis jam 08.00-12.00 WIB. Untuk pelaksaannya
bimbingan pranikah diadakan diruangan petugas BP4 KUA Kec. Muara
Sabak Barat.
Hasil Wawancara dengan bapak Abdul Wahab, selaku penyuluh agama
Islam KUA Kecamatan Muara Saak Barat adalah sebagai berikut:
[P]elaksanaan bimbingan pranikah oleh BP4 Kec.Muara Sabak
Barat dijadwalkan dilaksanakan setiap hari Senin sampai dengan
Kamis hari kerja, mulai pukul 08.00 WIB s.d. 12.00 WIB yang
bertempat di KUA Kec. Muara Sabak Barat yang beralamat di Jalan
Jendral Sudirman Kelurahan Nibung Putih, Kecamatan Muara Sabak
Barat.58
B. Efektifitas pelaksanaan bimbingan pranikah di KUA Keamatan Muara
Sabak Barat.
BP4 Kec. Muara Sabak Barat melaksanakan bimbingan pranikah kepada
calon pengantin setiap hari senin sampai kamis pada jam kerja (08.00-16.00
WIB). Dalam hal ini BP4 Kec. Muara Sabak Barat tidak menggunakan istilah
“Kursus Pranikah” sebagaimana Peraturan Dirjen Bimas Islam tahun 2013,
melainkan menggunakan istilah “Bimbingan Pranikah”.
58 Hasil Wawancara penulis dengan Bpk. Abdul wahab penyuluh agama Islam, pada tanggal
25 januari 2020
51
Hasil Wawancara dengan bapak Jamaluddin, selaku Kepala KUA
Kecamatan Muara Saak Barat adalah sebagai berikut:
[U]ntuk istilah sendiri kami menggunakan istilah “Bimbingan
Pranikah”. Hal itu dikarenakan mempertimbangkan situasi dan kondisi
yang ada, seperti karakter masyarakat Kecamatan Muara Sabak Barat
yang belum bisa optimal mengikuti kursus pranikah yang diadakan
selama 3 hari jam kerja, terbatasnya fasilitas dan sebagainya. Oleh karena
itu, BP4 Kecamatan Muara Sabak Barat lebih memilih istilah bimbingan
pranikah. Mayoritas warga masyarakat tidak memahami hal-hal yang
berkaitan dengan pernikahan, khususnya mengenai apa tujuan mereka
menikah. Ya mereka hanya taunya menikah ya menikah saja, adapun
masalah kedepan ya apa kata nanti.59
Dari hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan, dapat di
simpulkan bahwa Bimbingan pranikah menjadi sangat penting apabila dilihat
dari kondisi masyarakat yang belum semuanya memahami mengenai hakikat
pernikahan, tujuan pernikahan, hak dan kewajiban suami isteri, dan keharusan
saling memahami satu sama lain yang dapat mengurangi permasalahan-
permasalahan serta KDRT (kekrasan dalam rumah tangga) yang akan semakin
meluas dan berakibat perceraian.
Peran Bimbingan Pranikah sangat dirasakan manfaatnya oleh calon
pengantin. Mereka mendapatkan pemahaman baru mengenai seluk beluk
pernikahan, keluarga dan rumah tangga, seperti mengenai tujuan pernikahan,
hak dan kewajiban suami isteri, bagaimana cara mengantisipasi KDRT
(kekerasan dalam rumah tangga), menyikapi permasalahan antara pasangan
dengan berbekal memahami hak dan kewajiban satu sama lain, serta menyadari
dan menerima kekurangan dan kelebihan pasangan.
59 Hasil Wawancara penulis dengan Bpk. Jamaluddin penyuluh agama Islam, pada tanggal 25
januari 2020
52
Penelitian yang telah peneliti lakukan senada dengan penelitian
mengenai efektifitas dan faktor pendukung bimbingan pranikah yang berjudul
efektifitas pelaksanaan bimbingan konseling pranikah dan pasca nikah dalam
membantu mengatasi perceraian (studi Evaluasi BP4 Kecamatan Tugu mulyo
Musi Rawas) dan hasilnya membuktikan bahwa efektifitas dan faktor
pendukung bimbingan pranikah yang diterapkan oleh BP4 kecamatan Tugu
mulyo Musi Rawas belum efektif, hal ini di karenakan proses pelaksanaan dan
hasil yang didapatkan belum sesuai dengan tujuan, proses dan hasil pada
rancangan program yang telah ditetapkan. Sementara beberapa faktor yang
menyebabkan pelaksanaan bimbingan pranikah belum efektif antara lain yaitu:
ruang bimibingan konseling yang sudah memadai namun belum dimanfaatkan
secara maksimal, karakteristik dan tingkat pemahaman konseli, kondisi sosial
budaya, agama, kondisi psikologis klient yang kritis, materi dan pendekatan
yang diterapkan belum sesuai dengan kebutuhan. Berbeda dengan penelitian
yang penulis lakukan, bimbingan pranikah yang di lakukan di KUA Kec. Muara
Sabak Barat dalam mengantisipasi KDRT sudah efektif di lihat dari hasil
observasi dan wawancara yang penulis lakukan kepada petugas dan pasangan-
pasangan yang telah melakukan bimbingan pranikah.
Hasil wawancara penulis dengan pasangan pengantin yang telah
mendapatkan bimbingan pranikah yaitu Ratna dan Angga:
[S]elamo berumah tangga kami tau apo be hak dan kewajiban
sebagai suami dan istri, selama ini jugo dalam keadaan marah, salah satu
diataro kami pasti ado be yang mengalah. Karena kami masih ingat
sewaktu diberikan bimbingan pranikah samo petugas di KUA waktu itu
pak Abdul Wahab, kami di arahkan apo bila ado salah satu pasangan yang
marah maka salah satu dari kami harus ado yang jadi pendamai dan harus
saling menerima kekurangan masing-masing.60
60 Hasil wawancara penulis yang dengan pasangan pengantin Ratna dan Angga pada tanggal
20 desember 2019
53
Hasil wawancara penulis dengan pasangan pengantin yang telah
mendapatkan bimbingan pranikah yaitu Yuni dan Didi:
[K]ami ingat waktu bimbingan pranikah petugas KUA ngasih tau
apo-apo be yang boleh dan idak boleh di lakukan, selamo 3 tahun
pernikahan kami idak pernah terjadi KDRT, kayak ngomong kasar,
memukul apo lagi sampai menelantarkan cuma adolah pertengkaran-
pertengkaran kecil, menurut kami sih itu wajar be namanyo jugo
berumah tangga. Semuo tu karna suami sayo sering ingatkan sayo tentang
agama, Alhamdulillah lah kebutuhan di rumah dak pernah kurang, suami
sayo jugo udah kerjo tetap di PT. Sesudah mengikuti bimbingan pranikah
kami menjadi lebih tau apo-apo be yang harus dilakukan dan apo-apo be
yang idak boleh di lakukan, seperti hak dan kewajiban suami dan istri,
kayak mano caro menyikapi pasangan dan sesudah mendapatkan
bimbingan pranikah kami semakin ngerti menjalani hidup berumah
tangga.61
Hasil wawancara penulis dengan pasangan pengantin yang telah
mendapatkan bimbingan pranikah yaitu Sarah dan Basir:
[S]esudah mengikuti bimbingan pranikah, yaa lebih ke yang positif
lagi lah tentang kayak mana caranyo membangun keluarga, apolagi kami
belum punyo anak sih jadi ado sedikit ilmu tambahan gitu, kayak mano
caranyo merawat anak nantinyo, tapi suami sayo ni kayaknyo idak
menerapkan apo yang disampaikan samo petugas KUA, prilakunyo
samo sayo ni tetap be begitu. Ngomong-ngomong tentang KDRT
selamo pernikahan kami hampir kurang lebih 2 tahun ya pernah ado
KDRT, Suami sayo kadang suko ngomong kasar, kadang jugo suko
mukul samo sayo karno kebutuhan di rumah tu selalu dak tercukupi,
suami sayo cuma buruh serabutan maklum lah sekolah dak tinggi.62
61 Hasil wawancara penulis yang dengan pasangan pengantin Yuni dan Baim pada tanggal 21
desember 2019 62 Hasil wawancara penulis yang dengan pasangan pengantin Usman dan Ani pada tanggal 25
desember 2019
54
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa peran dari adanya
bimingan pranikah di BP4 KUA Kecamatan Muara Sabak Barat adalah sebagian
besar telah merasakan pengaruh positif dan menambah wawasan bagi pasangan
yang akan menjalani kehidupan berumah tangga. Meraka juga mengaku
bimbingan pranikah ini sangat bermanfaat bagi mereka. Karena banyak
pengetahuan yang sebelumnya mereka tidak ketahui setelah mengikuti
bimbingan pranikah mereka menjadi mengerti, serta mereka ingin senantiasa
berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas perkawinan serta
mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera, kekal menurut tututan islam.
Keberhasilah yang telah dicapai dari program ini adalah adanya kesadaran dari
pasangan, akan hak dan tanggung jawab sebagai seorang suami dan istri.
Sehingga dalam kehidupan berumah tangga terbentuk sikap toleransi.
Untuk mencapai terwujudnya keluarga yang sakinah memang tidak
mudah. Akan banyak tantangan dan rintangan yang harus dihadapi oleh
pasangan suami istri. Oleh karena itu masing-masing suami maupun istri harus
memiliki landasan keimanan yang kuat semata-mata untuk mencapai ridho
Allah SWT.
Berdasarkan hasil observasi dampak prilaku yang terlihat secara langsung
dari pasangan yang mendapatkan bimbingan pranikah yakni adanya persiapan
dari calon pengantin terutama segi fisik terkait dengan materi yang disampaikan,
pasangan calon pengantin sebelum mengikuti bimbingan banyak hal yang
tidak mereka ketahui tetapi mereka ingin senantiasa berusaha semaksimal
mungkin untuk meningkatkan kualitas perkawinan serta mewujudkan keluarga
bahagia dan sejahtera, kekal menurut tuntunan Islam. Adanya kesadaran dari
pasangan, akan hak dan tanggung jawab sebagai seorang suami dan istri.
sehingga dalam kehidupan berumah tangga terbentuk sikap saling pengertian,
serta saling menghargai. Dengan berbekal landasan keimanan seperti itu suami
istri akan menjalani rumah tangga dengan penuh kesabaran dan rasa syukur
55
sehingga meminimalisir hal-hal yang mengarah pada KDRT (kekerasan dalam
rumah tangga) hingga pada perceraian.
C. Faktor-faktor pendukung efektifitas bimbingan pranikah di KUA
kecamatan Muara Sabak Barat.
Apabila dilihat realitas yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dan
berdasarkan hasil penelitian tentang penyebab ketidak harmonisan keluarga,
salah satunya berupa konflik. Konflik bisa terjadi dari kesalahan dari awal
pernikahan, mungkin saja karena pasangan yang menikah, tidak memperhatikan
indikator memilih pasangan hidup sesuai dengan anjuran islam. Teutama faktor
agama, sehingga prilaku yang ditampilkannya setelah berumah tangga tidak
menunjukan pribadi muslim dan muslimah yang baik. Bimbingan konseling
islami dan terapi psikoreligius adalah bagian dari solusi yang cukup efektif
dalam membantu memperbaiki kondisi moral masyarakat pada umumnya dan
membantu terwujudnya keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah dalam
kehidupan rumah tangga khususnya.63
Terdapat beberapa faktor atau aspek pendukung yang dapat
mempengaruhi efektifitas pelaksanaan bimbingan pranikaah antara lain sebagai
berikut:
1. BP4 sudah memiliki sarana dan prasarana yang telah mencukupi.
2. Penyampaian materi yang di sesuaikan dengan kebutuhan calon
pengantin sehingga membuat antusias yang sangat tinggi bagi para calon
pengantin tersebut.
3. Terjalinnya kerja sama dengan instansi-instansi yang terkait dengan
baik, sehingga akan memperlancar dan membantu BP4 itu sendiri.
63 Ulfatmi. BK Pernikahan Keluarga Islami. Jurnal Intizar, Vol. 21. No. 2015. Hlm.346
56
4. Adanya lembaga pendidikan nonformal yang banyak tersebar di kalangan
masyarakat, ini akan membantu dan mendukung terbentuknya mental
agama masyarakat yang sehat.
5. Peran serta dari tokoh-tokoh agama yang ada di masyarakat, yang
secara tidak langsung telah membantu petugas BP4 dalam menyebarkan
ajaran-ajaran Islam.
Adapun terdapat beberapa faktor atau aspek penghambat yang dapat
mempengaruhi efektifitas pelaksanaan bimbingan pranikaah antara lain sebagai
berikut:
1. Masih minimnya tenaga pembimbing yang ada di BP4 KUA Kecamatam
Muara Sabak Barat.
2. Masih banyaknya para calon pengantin yang hanya tamatan SD-SMP, hal ini
menjadi kendala bagi petugas BP4 KUA Kecamatan Muara Sabak Barat
dalam memberikan bimbingan.
3. Banyaknya masyarakat yang enggan datang ke BP4 KUA Kecamatan Muara
Sabak Barat ketika mereka menghadapi persoalan keluarganya.
4. Semakin melemahnya minat peserta, sehingga kedatangan peserta tidak tepat
waktu dan semaunya sendiri.
Melihat fenomena hambatan yang dihadapi maka penulis
menyarankan agar:
1. Pola kerja BP4 KUA Kecamatan Muara Sabak Barat bisa lebih
ditingkatkan lagi, dimana BP4 KUA Kecamatan Muara Sabak Barat
yang masih aktif harus berbuat lebih aktif, selain itu BP4 KUA
Kecamatan Muara Sabak Barat tidak boleh berhenti tugasnya setelah
memberikan nasehat atau konsultasi saja, untuk itu bisa dibentuk
tenaga sukarelawan yang mempunyai kemampuan untuk
membimbing.
57
2. Pembinaan kepada calon pengantin harus dimulai sejak dini, kita
tidak boleh mengandalkan waktu yang hanya 3 hari jam kerja
tersebut, sebab masa itu sangat pendek sekali.
Pernikahan sebagai perbuatan hukum antara suami istri, bukan saja
bermakna untuk merealisasikan ibadah kepada-Nya, tetapi sekaligus
menimbulkan akibat hukum keperdataan diantara keduanya. Namun
demikian karena tujuan perkawinan yang begitu mulia, yaitu membina
keluarga bahagia, kekal, abadi berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa maka
perlu diatur hak dan kewajiban suami istri masing- masing. Apabila hak
dan kewajiban suami dan istri terpenuhi, maka dambaan suami istri dalam
bahtera rumah tangganya akan dapat terwujud, di dasari rasa cinta dan
kasih sayang.
BP4 KUA Kecamatan Muara Sabak Barat sebagai badan atau lembaga
yang bergerak dalam bidang penasehatan perkawinan telah banyak
melakukan upaya-upaya yang dapat membantu dan merealisasikan tujuannya.
Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk kita ketahui bersama apa-apa
saja yang telah dilakukan oleh BP4 KUA Kecamatan Muara Sabak Barat
secara nyata dalam mewujudkan tujuannya.
Selain usaha BP4 KUA Kecamatan Muara Sabak Barat ditegaskan
dalam Anggaran Dasar Pasal 5 (mempertinggi mutu perkawinan guna
mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Agama Islam untuk mencapai
sebuah masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera
materil dan spiritual). Serta masih banyak upaya-upaya yang dapat dan telah
dilakukan BP4 KUA Kecamatan Muara Sabak Barat dalam merealisasikan
tujuan tersebut yang dipandang bermanfaat bagi terciptanya keluarga
sejahtera.
BP4 KUA Kecamatan Muara Sabak Barat sebagai badan semi
resmi yang bergerak dalam bidang penasehatan perkawinan melakukan
58
terobosan-terobosan baru yang dianggap mendukung segala kegiatan-
kegiatannya, dalam hal ini Petugas BP4 KUA Kecamatan Muara Sabak Barat
ibu Nur’Aini berpendapat bahwa:
[D]alam mencapai tujuannya BP4 KUA Kecamatan Muara
Sabak Barat dituntut agar selalu meningkatkan pelayanan dalam
masyarakat baik yang bersifat tidak langsung maupun yang
langsung pada sasarannya, yaitu penasehatan yang diberikan pada
pasangan yang akan segera menikah, pasangan yang berselisih
pada pasangan yang akan bercerai. Kepada pasangan yang akan
menikah diberikan nasehat agar mereka mempunyai kesiapan fisik,
mental spiritual dan sosial sehingga mereka mampu dalam
menghadapi tantangan dalam kehidupan berkeluarga, sedangkan bagi
pasangan suami isteri yang berselisih isi panasehatannya diarahkan
agar mereka dapat hidup rukun kembali dan apabila ternyata
mereka telah memperoleh penasehatan namun tetap tidak mau
damai, jika terpaksa harus cerai hendaklah dilakukan dengan cara
yang baik sesuai dengan peratuaran yang berlaku serta
musyawarah di antara mereka. sehingga anak-anak tetap terpelihara
dan tidak terlantar. Selanjutnya foktor yang mendukung keberhasilah
penyampaian bimbingan pranikah yaitu kami memberikan buku
pedoman caten yang dikeluarkan dari Depatermen Agama, buku
tersebut tidak di perjual belikan, kami memberikan kepada pasangan
yang melakukan bimbingan pranikah agar bisa di baca-baca di
rumah.64
Hasil wawncara penulis dengan pasangan yang telah medapatkan
bimbingn pranikah yaitu Yuni dan Didi:
[S]ewaktu kami mengikuti bimbingan pranikah di KUA kami
meraso nyaman karena tempatnyo yang bersih, disano jugo ado kipas
angin jadi kami idak meraso kepanasan waktu mengikuti bimbingan,
penyampaiannyo jugo mudah dipahami idak terlalu formal tapi kami
paham apo yang disampaikan samo petugas bimbingan pranikah,
kami juga dapat buku panduan caten jadi kami bisa baca-baca lagi di
rumah.65
64 Hasil wawancara pnulis dengan ibu Nur’aini petugas BP4 KUA Kec. Muara Sabak Barat
pada tanggal 20 Januari 2020 65 Hasil wawancara penulis dengan pasangan pengantin Ratna dan Angga pada tanggal 21
Desember 2019
59
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan
pembinaan dan penasehatan perkawinan faktor yang mendukung efektifitas
bimbingan pranikah yaitu karena adanya prinsip agama itu sendiri
menganjurkan perkawinan dan tidak menghendaki perceraian. Disamping
itu di dalam masyarakat religius seperti masyarakat Kec. Muara Sabak
Barat, penasehatan perkawinan adalah cara yang paling tepat untuk
mengantisipasi terjadinya KDRT hingga perceraian, serta agar terwujudnya
keluarga sakinah. Selanjutnya Faktor yang mendukung efektifitas
bimbingan pranikah adalah ekonomi jika ekonomi tercukupi maka kecil
kemungkinan akan terjadinya pertikaian, pendidikan yang tinggi juga
berpengaruh dari cara memperoleh pekerjaan yang layak hingga kebutuhan-
kebutuhan lainnya, selanjutnya budaya dapat mempengaruhi bagaimana
cara seseorang bersosialisasi dengan pasangannya. Selanjutnya psikologis
juga dapat mempengaruhi efektifitas bimbingan karena dengan mengenal
dan memahami prilaku pasangan maka akan mudah menyelesaikan
permasalahan yang timbul. Selanjutnya KUA kecamatan Muara Sabak
Barat juga memberikan buku pedoman caten yang dikeluarkan dari
Depatermen Agama dan buku tersebut tidak di perjual belikan, sehingga
pasangan yang telah mendapatkan bimbingan pranikah bisa mengulang
membaca di rumah masing-masing. Selanjutnya sarana dan prasarana yang
di miliki oleh BP4 KUA Kec. Muara Sabak Barat juga cukup memaadai.
Pada dasarnya BP4 KUA Kecamatan Muara Sabak Barat sudah
cukup baik dan Efektif dalam merealisasikan peranan dan fungsinya sebagai
bukti dengan banyaknya jumlah keluarga yang berhasil dinasehati dan
tidak terjadi KDRT, meskipun tidak begitu maksimal seperti yang
diharapkan. Adapun konstribusi yang diberikan oleh BP4 KUA Kecamatan
Muara Sabak Barat adalah mengadakan pembinaan dan penasehatan kepada
60
setiap keluarga yang membutuhkan penasehatan perkawinan, juga mencari
jalan keluar terhadap segala masalah yang dihadapi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kehadiran BP4 KUA
Kecamtan Muara Sabak Barat yang bergerak dalam bidang penasehatan
perkawinan dan keluarga mempunyai peranan dan andil yang cukup besar
dalam kehidupan berumah tangga dan berbagai upayanya BP4 KUA
Kecamatan Muara Sabak Barat mencoba dan berusaha memantapkan
pengabdiannya dalam melayani masyarakat, dalam hal mempersiapkan
calon pengantin sehingga akan tercipta keluarga yang sakinah. Ketahanan
keluarga yang mantap adalah merupakan penopang utama terciptanya
ketahanan nasional yang tangguh, sedangkan ketahanan keluarga yang kokoh
merupakan landasan yang kuat bagi tetap terpelissharanya kesatuan dan
persatuan nasional.
Demikian uraian tentang upaya-upaya yang dilakukan BP4 KUA
kecamatan muara sabak barat secara umum dalam merealisasikan tujuan-
tujuanya yaitu berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas
perksawinan serta mengantisipasi KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
dan mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera, kekal menurut tuntunan
Islam. Dan nampasksnya upaya-upaya yang telahs dilakukan oleh BP4
KUA kecamatan Muara sabak barat tersebut telah membuahkan hasil yang
cukup baik dan signifikan, dengan upaya-upaya tersebut BP4 KUA
kecamatan muara sabak barat telah memberikan kontribusi yang besar
kepada masyarakat dalam bidang perkawinan.
61
BAB V
PENUTUP
Pada bagian akhir pembahasan ini penulis memberikan kesimpulan dari hasil
penelitian ini. Selain itu juga penulis memberikan saran-saran yang berkaitan dengan
pembahasan dan penting disampaikan dengan harapan dapat bermanfaat dalam
pengembangan bidang bimbingan pranikah dan keluarga.
A. Kesimpulan
Setelah menjelaskan uraian pembahasan hasil penelitian pada bab
sebelumnya maka penlis menyimpulkan beberapa hal berikut:
1. Proses bimbingan pranikah kepada calom suami istri yaitu setelah calon suami
istri yang akan menikah melakukan pendaftaran ke Kantor Urusan Agama
(KUA) dan melengkapi syarat-syarat yang telah di tentukan, selanjutnya
pasangan suami istri akan diberikan undangan untuk mengikuti bimbingan
praikah di KUA Kecamatan Muara Sabak Barat dengan materi yang diberikan
kepada calon pengantin untuk membekali dalam berkeluarga yaitu,
mempersiapkan perkawinan yang kokoh menuju keluarga sakinah,
mawaddah, warahmah, fiqh munakahat (nikah, thaharah, takal, dan iddah),
hak dan kewajiban suami isteri, dan mengelola konflik serta membangun
katahanan keluarga. yang sesuai dengan modul bimbingan perkawinan 2017.
Bimbingan pranikah yang diberikan oleh pihak KUA Kecamatan Muara
Sabak Barat kepada calon pasangan suami istri dapat dinyatakan bahwa
proses yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan,
yaitu masyarakat yang akan melakukan bimbingan pranikah sudah
melengkapi syarat-syarat yang telah di tentukan, kemudian bimbingan
pranikah akan di berikan sekitar 2 sampai 3 jam dengan materi dan mode yang
sesuai dengan modul bimbingan perkawinan yang di terbitkan oleh tim
kmentrian agama RI. Calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan
di wilayah KUA Kec. Muara Sabak Barat sebelum mengikuti pelaksanaan
62
bimbingan pranikah, mereka terlebih dahulu harus melengkapi persyaratan-
persyaratan yang telah ditentukan, setelah itu bagi mereka yang sudah
mendapatkan jadwal pelaksanaan bimbingan pranikah, bisa langsung datang
sesuai jadwal yang telah ditentukan. Namun tidak jarang mereka datang
tidak sesuai jadwal. Dan untuk surat undangan, sering kali pasangan hanya
diundang atau dijadwalkan dengan secara lisan mauapun berupa pesan singkat
dari petugas BP4. Hal ini hanya disesuaikan dengan keadaan baik dari
pasangan mauapun dari BP4 itu sendiri agar pelaksaan bimbingan pranikah
tetap berjalan. Bimbingan pranikah menjadi sangat penting apabila dilihat dari
kondisi masyarakat yang belum semuanya memahami mengenai hakikat
pernikahan, tujuan pernikahan, hak dan kewajiban suami isteri, dan keharusan
saling memahami satu sama lain yang dapat mengurangi permasalahan-
permasalahan serta KDRT (kekrasan dalam rumah tangga) yang akan semakin
meluas dan berakibat perceraian.
2. Peran dari adanya bimbingan pranikah di BP4 Kecamatan Muara Sabak
Barat adalah sebagian besar telah merasakan pengaruh positif dan
menambah wawasan bagi pasangan yang akan menjalani kehidupan berumah
tangga. Bahwasannya mengarungi bahtera rumah tangga memang tidak selalu
senang, melainkan juga akan menemui hal-hal yang yang akan menyusahkan.
Oleh karena itu, pasangan suami istri harus saling mendukung dan memegang
komitmen pernikahan untuk mencapai tujuan dari pernikahan itu sendiri yaitu
mewujudkan keluarga sakinah. BP4 KUA Kecamatan Muara Sabak Barat
sudah cukup baik dan dapat dikatakan Efektif dalam merealisasikan peranan
dan fungsinya sebagai bukti dengan banyaknya jumlah keluarga yang
berhasil dinasehati dan tidak terjadi KDRT, meskipun tidak begitu
maksimal seperti yang diharapkan. Adapun konstribusi yang diberikan oleh
BP4 KUA Kecamatan Muara Sabak Barat adalah mengadakan pembinaan
dan penasehatan kepada setiap keluarga yang membutuhkan penasehatan
63
perkawinan, juga mencari jalan keluar terhadap segala masalah yang
dihadapi.
3. Faktor yang mendukung efektifitas bimbingan pranikah adalah ekonomi
jika ekonomi tercukupi maka kecil kemungkinan akan terjadinya
pertikaian, pendidikan yang tinggi juga berpengaruh dari cara
memperoleh pekerjaan yang layak hingga kebutuhan-kebutuhan lainnya,
selanjutnya budaya dapat mempengaruhi bagaimana cara seseorang
bersosialisasi dengan pasangannya. Selanjutnya psikologis juga dapat
mempengaruhi efektifitas bimbingan karena dengan mengenal dan
memahami prilaku pasangan maka akan mudah menyelesaikan
permasalahan yang timbul. Dan juga Faktor yang mendukung efektifitas
bimbingan pranikah salah satunya adalah dengan diberikannya buku
pedoman caten yang dikeluarkan dari Depatermen Agama dan buku
tersebut tidak di perjual belikan, sehingga pasangan yang telah
mendapatkan bimbingan pranikah bisa mengulang membaca di rumah
masing-masing. Selanjutnya sarana dan prasarana yang di miliki oleh
BP4 KUA Kec. Muara Sabak Barat juga cukup memaadai.
B. Saran-saran
1. Pola kerja BP4 KUA Kecamatan Muara Sabak Barat bisa lebih
ditingkatkan lagi, dimana BP4 KUA Kecamatan Muara Sabak Barat yang
masih aktif harus berbuat lebih aktif, selain itu BP4 KUA Kecamatan
Muara Sabak Barat tidak boleh berhenti tugasnya setelah memberikan
nasehat atau konsultasi saja, untuk itu bisa dibentuk tenaga sukarelawan
yang mempunyai kemampuan untuk membimbing.
2. Pembinaan kepada calon pengantin harus dimulai sejak dini, kita tidak
boleh mengandalkan waktu yang hanya 3 hari jam kerja tersebut, sebab
masa itu sangat pendek sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: Pustaka An-Nahl, 2014
Aan Komriah dan Cepi Triatna, Visionary Leader Ship Menuju Sekolah Efektif
(Bandung: Bumi Aksara. 2005)
Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, op. cit
Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik (Yogyakarta: Pembaharuan,
2005)
Ali Murtadho, Konseling Perkawinan Perspektif Agama-Agama, (semarang:
Walisongo Press, 2009)
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian, (Jakarta Bina Aksara)
Asumsi Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993)
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2007)
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan,(Yogyakarta: Andi
Yogyakarta, 2000)
Departemen Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 1998)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bersama. PT Rineka Cipta, 1999
Depatermen Agama RI, Al-Qur’an terjemah, (Jakarta: Depatermen Agama, 2003)
Dirjen BIMAS ISLAM: Penyelenggaraan bimbingan pranikah dan pembinaan
keluarga sakinah. Modul Kemenag RI. 2013
Dokumentasi KUA Kecamatan Muara Sabak Barat
E Kertamuda, Fatchiah , 2009, Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia,
(Jakarta: Salemba Humanika)
Fajri Ismail, Statstika Untuk Penelitian Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018) Hal. 46
Fatchiah E. Kertamuda, Konseling Pernikahan Untuk Keluarga Indonesia, (Jakarta:
Selemba Hamanika, 2009)
Fu'ady, Muh Anwar; Mahpur, Mohammad (2011-12-30). "DINAMIKA PSIKOLOGIS
KEKERASAN SEKSUAL: SEBUAH STUDI FENOMENOLOGI".
Psikoislamika : Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam.
Hasil Munas BP4 VII, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (Yogyakarta:
BP4 DIY, 1989)
Hasil muswi BP4 di Yogyakarta, Rancangan pokok program kerja BP4 DIY priode
2010-2015
Heppy El Rais, Kamus Ilmiah popular (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012)
http://jambiberita.com/read/2018/12/31/5946742/kasus-seksual-kekerasan-fisik-
hingga-kdrt-sepanjang-2018-kota-jambi-rekor--%C2%A0
http://kalsel.kemenag.go.id/files/kalsel/file/file/HumasKUB/ed9.pdf, (09.25 WIB,
Senin 20 Januari 2019)
http://suduthukum.com/2017/08/bimbingan-pranikah.html
Jhon. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia,
2014)
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kemdikbud.go.id.
Kemenag RI, Upaya BP4 Untuk Mencapai Tujuan. Profil (Arsip BP4 Kec. Muara
Sabak Barat: Muara Sabak Barat, 2015)
Margono, S. 2000, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta)
Novaili. Konseling Religi: Metode Dakwah Penyuluh Agama Islam Dalam
Mewujudkan Keluarga Sakinah Terhadap Pasangan Calon Suami Istri Di
Kantor Urusan Agama. Jurnal Bimbingan Konseling Islam. Vol. 6, No. 2,
Desember 2015
Nur Handayani, efektifitas pelaksanaan bimbingan konseling pranikah dan pasca
nikah dalam membantu mencegah mengatasi perceraian. Tesis (studi evaluasi
BP4 Kecamatan Tugumulyo Musi Rawas, 2016)
Observasi dan wawancara awal di KUA Kec. Muara Sabak Barat, 21 November 2019
Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama
Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan kursus
pranikah
Richard M. Steers, Efektifitas Organisasi. (Jakarta: Erlangga, 1985)
S. Nasution, 1996, Metode Research, (Yogyakarta: Bumi Aksara)
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:Amzah,2015)
Sofyan Wilis, Konseling Keluarga (family counseling), (Bandung: Alfabeta,2013)
Sondang P. Siagan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara,
2014)
Sri Murniati. Terjemah Before The Wedding: 150 Question For Muslims To Ask Get
Married (Munira Lekovick Ezzeldine) Terjemah (Jakarta: PT Serambi
IlmSemesta) 2006
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2015)
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2015)
Suhertina, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Pekanbaru: Suska Pr ess, 2008)
Syarifudin, Amir, 2006, Hukum perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta; Kecana)
Tim penyusun, panduan karya ilmiah mahasiwa fakultas ushuluddin IAIN STS Jambi
(Jambi: Fakultas Ushuluddin IAIN STS JAMBI, 2014)
Tohari Munawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 1922
Ulfatmi. Bimbingan Konseling Pernikahan Keluarga Islami. Jurnal Intizar, Vol. 21,
No.2, 2015
Yenni Sri Utami. “Evaluasi Strategi Komunikasi Konselor BP4 dalam Mencegah
Perceraian”, Ilmu Komunikasi UAD, Volume 3, No. 2, Oktober 2015
DAFTAR NAMA INFORMAN
NO NAMA PETUGAS STATUS
1. Jamaluddin Ketua KUA Kec. Muara Sabak Barat
2. Abdul Wahab Penghulu dan Penyuluh
3. Hj. Nur’Aini Petugas TU
NO NAMA STATUS
1. Ratna Menikah
2. Angga Menikah
3. Yuni Menikah
4. Didi Menikah
5. Sarah Menikah
6. Basir Menikah
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Skripsi
“EFEKTIFITAS BIMBINGAN PRANIKAH DALAM MENGANTISIPASI
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDI KASUS KUA
KEC. MUARA SABAK BARAT)
A. Panduan Observasi
No Jenis Data Objek Observasi
1. - Letak geografis KUA Kec.
Muara Sabak Barat
- Keadaan dan letak geografis
2. - Sarana/Fasilitas KUA Kec.
Muara Sabak Barat
- Sarana dan prasarana yang tersedia
pada ruang bimbingan pranikah di
KUA Kec. Muara Sabak Barat
3. - Implementasi bimbingan
pranikah
- Proses bimbingan pranikah yang di
terapkan oleh BP4 KUA Kec. Muara
Sabak Barat.
- Efektifitas pelaksanaan bimbingan
pranikah yang diterapkan oleh BP4
KUA Kec. Muara Sabak Barat.
- Metode yang digunakan dalam
bimbngan pranikah
4. - Pasangan pengantin - Dampak prilaku yang terlihat secara
langsung terhadap pasangan pengantin
setelah melakukan bimbingan
pranikah.
- Faktor-faktor pendukung yang dapat
mempengaruhi efektifitas bimbingan
pranikah dalam mengantisipasi KDRT
B. Panduan Dokumentasi
No Jenis Data Data Dokumenter
1. - Letak geografis KUA kec.
Muara Sabak Barat
- Data dokemuntasi letak geografis
KUA Kec. Muara Sabak Barat
2. - Sejarah KUA Kec. Muara
Sabak Barat
- Data dokumentasi tantang sejarah
KUA Kec. Muara Sabak Barat
3. - Visi, Misi, dan tujuan KUA
Kec. Muara Sabak Barat
- Data dokumentasi tentang visi, misi,
dan tujuan KUA Kec. Muara Sabak
Barat
4. - Struktur organisasi dan
kepengurusan KUA Kec.
Muara Sabak Barat
- Data dokumentasi tentang struktur
organisasi dan kepengurusan KUA
Kec. Muara Sabak Barat
- Daftar nama pengurus/petugas KUA
Kec. Muara Sabak Barat
- Daftar riwayat pengurus/petuga
KUA Kec. Muara Sabak barat
- Data-data lain yang dibutuhkan
5. - Sarana/fasilitas di KUA Kec.
Muara Sabak Barat
- Data dokumentasi tentang
sarana/fasilitas yang ada di KUA
Kec. Muara Sabak Barat
6. - Program bimbingan pranikah
BP4
- Data tentang program bimbingan
pranikah pada pasangan calon
pengantin yang mendapatkan
bimbingan pranikah
C. Butir-butir Wawancara
No Jenis Data Sumber Data dan Substansi Wawancara
1. - Sejarah KUA Kec.
Muara Sabak Barat
PIMPINAN/PETUGAS KUA KEC.
MUARA SABAK BARAT:
- Bagaimana sejarah berdirinya KUA
Kec. Muara Sabak Barat?
- Kapan KUA Kec. Muara Sabak Barat
didirikan?
- Bagaimana perkembangannya hingga
saat ini?
2. - Sarana/fasilitas PIMPINAN/PETUGAS KUA
KECAMATAN MUARA SABAK
BARAT:
- Apa saja sarana/fasilitas yang dimiliki
KUA Kec. Muara Sabak Barat?
3. - Implementasi bimbingan
pranikah BP4
PIMPINAN/PETUGAS KUA KEC.
MUARA SABAK BARAT:
- Bagaimana proses bimbingan pranikah
yang diterapkan oleh BP4 KUA Kec.
Muara Sabak Barat dalam
mengantisipasi kdrt?
- Bagaimana efektifitas pelaksanaan
bimbingan pranikah yang diterapkan
oleh BP4 KUA Kec. Muara Sabak
Barat dalam mengantisipasi kdrt?
- Apa saja faktor pendukung efektifitas
bimbingan pranikah?
- Apa saja susunan program
kegiatannya?
- Apa saja metode yang digunakan?
- Bagaimana teknis penerapan metode
tersebut?
- Kapan dilaksanakan dan apa
tujuannya?
4. - Efektifitas bimbingan
pranikah dalam
mengantisipasi KDRT
PIMPINAN/PETUGAS KUA
KECAMATAN MUARA SABAK
BARAT:
- Berapa hari dan jam pemberian
bimbingan pranikah yang bapak/ibu
berikan?
- Apa saja materi yang diberikan dalam
bimbingan pranikah?
- Metode apa yang digunakan dalam
membrikan materi bimbingan
pranikah?
- Siapa saja yang memberikan materi
bimbingan dan apakah ada kriteria
khusus untuk menunjuk narasumber
yang memberikan materi bimbingan
pranikah?
- Apa dampak yang diharapkan dalam
pelaksanaan bimbingan pranikah?
PASANGAN PENGANTIN:
- Apakah sebelumnya telah mendapatkan
bimbingan pranikah?
- Materi apa saja yang didapatkan
selama proses bimbingan pranikah?
- Bangaimana perubahan yang dirasakan
setelah mendapatkan bimbingan
pranikah?
- Apakah bimbingan pranikah membantu
anda dalam mempersiapkan atau
mewujudkan keluarga yang sakinah?
- Apakah bimbingan pranikah membantu
anda mengatasi/menghadapi
permasalahan yang anda alami selama
pernikahan?
- Apakah selama pernikahan terjadi
KDRT?
- Apakah pasangan anda pernah
memukul, menampar, berkata kasar,
pemaksaan berhubungan seksual atau
penelantaran?
- Apa faktor yang menyebabkan KDRT?
- Apakah efektif bimbingan pranikah
dalam mengantisipasi KDRT?
- Apa saja faktor-faktor yang mndukung
efektifitas bimbingan pranikah?
DOKUMENTASI
(Data Rumah Ibadah)
(Wawanca Bersama Ibu Nuraini)
(Pengisian Buku Tamu)
(Wawancara Bersama Bapak Abdul Wahab)
(Wawancara Bersama Bapak Jamaluddin)
(Proses Bimbingan Pranikah)
(Wawancara Bersama Pasangan Yang Telah Mendapatkan Bimbingan
Pranikah)
(Pasangan Pengantin Yang Mendapatkan Bimbingan Pranikah)
(Wawancara Bersama Pasangan yang Telah Mendapatkan
Bimbingan Pranikah)
CURRICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Shella Fitriyani
Tempat & Tgl. Lahir : Rantau Rasau, 24 Desember 1998
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Tl. Asai, Rt/Rw. 04/02, Kelurahan Nibung
Putih, Kecamatan Muara Sabak Barat,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi
Jambi.
B. Riwayat Pendidikan
S1 : UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi (2020)
SMA : SMKN 1 Tanjung Jabung Timur (2016)
SMP : SMPN 21 Tanjung Jabung Timur (2013)
SD : SDN 63/X Nibung Putih (2010)
C. Riwayat Organisasi/ pekerjaan
1. Bendahara HMJ Bimbingan Penyuluhan Islam tahun 2018-2019
2. Anggota DEMA FU
3. Bendahara Kopri Komisariat UIN STS Jambi
4. Angota PMII