Skizofrenia Tipe Residual Dan Paranoid

14
Skizofrenia Tipe Paranoid Definisi Skizofrenia paranoid merupakan tipe skizofren yang diciri utamakan dengan adanya waham yang mencolok atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan efek yang relatif masih terjaga. Wahamnya biasanya adalah waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain misalnya waham kecemburuan, keagamaan mungkin juga muncul. Manifestasi klinis Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu: 1. Gejala positif a. Delusi atau waham Suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya. b. Halusinasi Pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita mendengar suara-suara/ bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara/ bisikan itu.

description

jiwa

Transcript of Skizofrenia Tipe Residual Dan Paranoid

Skizofrenia Tipe ParanoidDefinisiSkizofrenia paranoid merupakan tipe skizofren yang diciri utamakan dengan adanya waham yang mencolok atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan efek yang relatif masih terjaga. Wahamnya biasanya adalah waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain misalnya waham kecemburuan, keagamaan mungkin juga muncul.Manifestasi klinisGejala-gejala skizofrenia dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu: 1. Gejala positif a. Delusi atau waham Suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya. b. Halusinasi Pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita mendengar suara-suara/ bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara/ bisikan itu. c. Kekacauan alam pikiran Dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya. d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan. e. Merasa dirinya Orang Besar, merasa serba mampu dan sejenisnya. f. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya. g. Menyimpan rasa permusuhan. 2. Gejala negatif a. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi. b. Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain dan suka melamun. c. Kontak emosional amat sedikit, sukar diajak bicara dan pendiam. d. Pasif dan apatis serta menarik diri dari pergaulan sosial. e. Sulit dalam berpikir nyata. f. Pola pikir steorotip. g. Tidak ada/ kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif. Diagnosis1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.2. Sebagai tambahan: Halusinasi dan/ waham arus menonjol;a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasiauditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming),atau bunyi tawa (laughing).b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau lain-lainperasaan tubuh, halusinasi visual mungkin adatetapi jarang menonjol.c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion ofcontrol), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delussion of passivity), dankeyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas; Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatiftidak nyata / tidakmenonjol.PenatalaksanaanTatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan skizofrenia secara umum. Non farmakologi1) Terapi psikososialDengan terapi psikososial dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga atau masyarakat, pasien diupayakan untuk tidak menyendiri, tidak melamun, banyak kegiatan dan kesibukan dan banyak bergaul.2) Terapi psikoreligiusTerapi keagaman terhadap penderita skizofrenia ternyata mempunyai manfaat misalnya, gejala-gejala klinis gangguan jiwa skizofrenia lebih cepat hilang. Terapi keagamaan yang dimaksudkan adalah berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan dan kajian kitab suci.1) Terapi fisik berupa olahraga.2) Berbagai kegiatan seperti kursus atau les

FarmakologiObat-obat antipsikotik juga dikenal sebagai neuroleptik dan juga sebagai trankuiliser mayor. Obat antipsikotik pada umumnya membuat tenang dengan mengganggu kesadaran dan tanpa menyebabkan eksitasi paradoksikal Antipsikotik pada terapi psikosis akut maupun kronik, suatu gangguan jiwa yang berat. Ciri terpenting obat antipsikotik adalah:1) Berguna mengatasi agresivitas, hiperaktivitas dan labilitas emosional pada pasien psikotik.2) Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam ataupun anesthesia.3) Dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversibel atau ireversibel.4) Tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis.

Mekanisme Kerja Antipsikotik menghambat (agak) kuat reseptor dopamine (D2) di sistem limbis otak dan di samping itu juga menghambat reseptor D1/D2 ,1 (dan 2) adrenerg, serotonin, muskarin dan histamin. Akan tetapi pada pasien yang kebal bagi obat-obat klasik telah ditemukan pula blokade tuntas dari reseptor D2 tersebut. Riset baru mengenai otak telah menunjukkan bahwa blokade-D2 saja tidak selalu cukup untuk menanggulangi skizofrenia secara efektif. Untuk ini neurohormon lainnya seperti serotonin ( 5HT2), glutamate dan GABA (gamma-butyric acid) perlu dipengaruhi. Golongan obat antipsikotik ada 2 macam yaitu:1. Golongan antipsikotik tipikal : chlorpromazine, fluperidol, haloperidol, loxapine, molindone, mesoridazine, perphenazine, mthioridazine, thiothixene, trifluperezine.2. Golongan antipsikotik atipikal : aripiprazole, clozapin, olanzapine, quetiapine, risperidone, ziprasidone. Chlorpromazine dan thioridazine : menghambat 1 adrenoreseptor lebih kuat dari reseptor D2. Kedua obat ini juga menghambat reseptor serotonin 5-HT2 dengan kuat. Tetapi afinitas untuk reseptor D1 seperti diukur dengan penggeseran ligan D1 yang selektif, relatif lemah

Perphenazine : bekerja terutama pada reseptor D2; efek pada reseptor 5-HT2 dan 1 ada tetapi pada reseptor D1 dapat dikesampingkan Klozapin : bekerja dengan menghambat reseptor-D2 agak ringan (k.I.20%) dibandingkan obat-obat klasik (60-75%). Namun efek antipsikotisnya kuat, yang bias dianggap paradoksal. Juga afinitasnya pada reseptor lain dengan efek antihistamin, antiserotonin, antikolinergis dan antiadrenergis adalah relative tinggi. Menurut perkiraan efek baiknya dapat dijelaskan oleh blokade kuat dari reseptor-D2,-D4, dan -5HT2. Blokade reseptor-muskarin dan D4 diduga mengurangi GEP, sedangkan blokade 5HT2 meningkatkan sintesa dan pelepasan dopamin di otak. Hal ini meniadakan sebagian blokade D2, tetapi mengurangi risiko GEP. Risperidone: bekerja dengan menghambat reseptor-D2 dan -5HT2, dengan perbandingan afinitas 1:10, juga dari reseptor-1,-2, dan H1. Blokade 1 dan 2 dapat menimbulkan masing-masing hipotensi dan depresi sedangkan blokade H1 berkaitan dengan sedasi. Olanzapine : menghambat semua reseptor dopamine (D1s/d D5) dan reseptor H1,-5HT2,-adrenergis dan kolinergis, dengan afinitas lebih tinggi untuk reseptor 5-HT2 dibandingkan D2.

Skizofrenia Tipe ResidualDefinisiskizofrenia residual adalah keadaan yang muncul pada individu setelah episode skizofrenia psikotik, dan yang menonjol berupa gejala negatif dari skizofrenia.Manifestasi klinisGejala dari skizofrenia residual berupa gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk. Gejala waham dan halusinasi dapat muncul tapi tidak menonjol.DiagnosisDiagnosa skizofrenia tipe residual ditegakkan bilamana : Pernah ada paling tidak satu kali episode skizofrenia, tetapi gambaran klinis saat ini tanpa simptom positif yang menonjol. Terdapat bukti bahwa gangguan masih ada sebagaimana ditandai oleh adanya negatif simptom atau simptom positif yang lebih halus. Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol, misalnya: perlambatan psikomotorik dan aktifitas menurun. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu 1 tahun dimana intensitas dan frekuensi telah sangat berkurang . Tidak terdapat demensia /gangguan otak organik lain.PenatalaksanaanTidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Pada skizofrenia residual, gejala negatif lebih menonjol, maka adapun pengobatan yang disarankan kepada pasien obat-obat antipsikotik golongan atipikal yang dapat meningkatkan dopamin di mesokortikal. Memang obat tertentu (terutama obat antipsikotik baru) telah dinyatakan efektif secara spesifik terhadap gejala negatif pada gangguan psikotik, tetapi bukti yang mendukung pendapat ini masih tidak konsisten.

Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2 serta antihistamin (H1). Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif maupun negatif. Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat, berbeda dengan klozapin, sehingga dapat menginduksi gejala ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang menonjol. Meskipun demikian, risperidon dianggap senyawa antipsikotik atipikal secara kuantitatif karena efek samping neurologis ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang rendah.

Klozapin termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan antagonis lemah pada reseptor dopamin tipe 2 juga bersifat antihistamin (H1). Efek samping berupa gejala ekstrapiramidal sangat minimal, namun mempunyai sifat antagonis -1 adrenergik yang bisa menimbulkan hipotensi ortostatik dan sedatif. Selain itu, dilaporkan terjadinya agranulositosis dengan insiden 1-2% ditambah harganya yang mahal. Klozapin adalah obat lini kedua yang jelas bagi pasien yang tidak berespon terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia.

Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individual. Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan sehingga frekuensi maladaptif atau menyimpang dapat diturunkan.

Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia. Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Setelah pemulangan, topik penting yang dibahas di dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya. Selanjutnya diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi menurunkan stres dan mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.

Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia.Psikoterapi individual membantu menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting didalam psikoterapi adalah perkembangan hubungan terapeutik yang dialami psien adalah aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien. Ahli psikoterapi sering kali memberikan interpretasi yang terlalu cepat terhadap pasien skizofrenia. psikoterapi untuk seorang pasien skizofrenia harus dimengerti dalam hitungan dekade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Di dalam konteks hubungan profesional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan hubungan kerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin akan makan bersama, atau mengingat ulang tahun pasien. Tujuan utama adalah untuk menyampaikan gagasan bahwa ahli terapi dapat dipercaya, ingin memahami pasien dan akan coba melakukannya dan memiliki kepercayaan tentang kemampuan pasien sebagai manusia. Mandred Bleuler menyatakan bahwa sikap terapeutik terhadap pasien adalah dengan menerima mereka bukannya mengamati mereka sebagai orang yang tidak dapat dipahami dan berbeda dari ahli terapi.PrognosisPrognosis BaikPrognosis Buruk

Onset lambatOnset muda

Faktor pencetus yang jelasTidak ada faktor pencetus

Onset akutOnset tidak jelas

Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan pramorbid yang baikRiwayat seksual, sosial dan pekerjaan pramorbid yang buruk

Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif)Perilaku menarik diri, autistik

Gejala positifGejala negatif

Riwayat keluarga gangguan moodRiwayat keluarga skizofrenia

Sistem pendukung yang baikSistem pendukung yang buruk

Tanda dan gejala neurologis

Riwayat trauma prenatal

Tidak ada remisi dalam 3 tahun

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. 2005. Diagnostic Criteria, DSM -IV TR. Harsono, 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.Mansjoer A. dkk.2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius : JakartaMaslim, Rusdi.2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III. FK Unika Atmajaya. JakartaSadock BJ, Sadock VA. 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry 10 th.ed. Lippincott Williams & WilkinsSadock BJ, Kaplan HI. Kaplan Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri. Binarupa Aksara.