Skizofrenia Paranoid

28
BAB I PENDAHULUAN Salam sejahtera kami ucapkan pada semua dosen dan terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti yang mengikuti modul mental-emosional. Pada tanggal 14 Mei 2013 telah dilakukan diskusi kelompok 2, kasus 4 sesi 1 yang berlangsung selama 2 jam. Perwakilan mahasiswa yang menjadi ketua adalah Monica dan yang menjadi sekretaris Widya rahayu. Perilaku peserta diskusi aktif, kontributif, dan ikut berperan serta dalam jalannya diskusi. Topik diskusi kasus 4 ini ialah Ny.S yang mempunyai masalah berupa pasien yang di bawa oleh keluarganya dengan keluhan tiba- tiba berteriak-teriak, mengamuk dan hendak memukul suaminya dengan linggis. Hal-hal yang dibahas selama diskusi ialah analisis masalah, anamnesis yang diperlukan, hipotesis yang mungkin pada pasien ini, pemeriksaan fisik, serta rencana pemeriksaan penunjang. Tutor kami ialah Dr. Made. Beliau membimbing kami dengan baik sehingga kami bisa mengadakan diskusi yang terarah. Pada tanggal 15 Mei 2013 telah dilakukan diskusi kelompok 2, kasus 4 sesi 2, yang berlangsung selama 2 jam. Perwakilan mahasiswa yang menjadi ketua adalah Muhamad Rosaldy dan yang menjadi sekretaris Winda Indriati. Perilaku peserta diskusi aktif, kontributif, dan ikut berperan serta dalam jalannya 1

description

Skizofrenia Paranoid

Transcript of Skizofrenia Paranoid

BAB IPENDAHULUAN

Salam sejahtera kami ucapkan pada semua dosen dan terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti yang mengikuti modul mental-emosional.Pada tanggal 14 Mei 2013 telah dilakukan diskusi kelompok 2, kasus 4 sesi 1 yang berlangsung selama 2 jam. Perwakilan mahasiswa yang menjadi ketua adalah Monica dan yang menjadi sekretaris Widya rahayu. Perilaku peserta diskusi aktif, kontributif, dan ikut berperan serta dalam jalannya diskusi. Topik diskusi kasus 4 ini ialah Ny.S yang mempunyai masalah berupa pasien yang di bawa oleh keluarganya dengan keluhan tiba-tiba berteriak-teriak, mengamuk dan hendak memukul suaminya dengan linggis. Hal-hal yang dibahas selama diskusi ialah analisis masalah, anamnesis yang diperlukan, hipotesis yang mungkin pada pasien ini, pemeriksaan fisik, serta rencana pemeriksaan penunjang. Tutor kami ialah Dr. Made. Beliau membimbing kami dengan baik sehingga kami bisa mengadakan diskusi yang terarah.Pada tanggal 15 Mei 2013 telah dilakukan diskusi kelompok 2, kasus 4 sesi 2, yang berlangsung selama 2 jam. Perwakilan mahasiswa yang menjadi ketua adalah Muhamad Rosaldy dan yang menjadi sekretaris Winda Indriati. Perilaku peserta diskusi aktif, kontributif, dan ikut berperan serta dalam jalannya diskusi. Hal-hal yang dibahas selama diskusi meliputi pemeriksaan penunjang, diagnosis multiaksial, patofisiologi dari penyakit yang dialami oleh pasien ini serta penatalaksanaan. Saat itu yang menjadi tutor adalah Dr. Herman. Beliau membimbing kami dalam diskusi sehingga kami bisa menentukan diagnosis multiaksial dan penatalaksanaan yang tepat untuk pasien ini.

BAB IISKENARIO KASUS

Skenario 1Ny.S.27 tahun, dibawa ke UGD RS TRISAKTI oleh keluarganya dengan keluhan tiba-tiba mengamuk, berteriak-teriak serta hendak memukul suaminya dengan linggis.Skenario 2Ketika ditanya mengapa, ia mengatakan ada suara bisikan yang menyuruh pasien untuk memukul suaminya. Pasien mengatakan suaminya berselingkuh dengan perempuan lain serta hendak mencelakakannya. Penampilan pasien agak lusuh, dandanannya kurang rapi, agak kurus, kesadaran baik. Skenario 3Kejadian seperti diatas pernah dialami pasien sejak 3 tahun terakhir walaupun hanya kadang-kadang saja. Sebelumnya mengamuk, biasanya pasien sering menyendiri dalam kamar, melamun, kadang kadang tertawa sendiri, bicaranya kacau. Pasien belum pernah berobat ke dokter tetapi hanya ke dukun pintar saja. Karena tidak dapat dipertahankan di rumah, pasien dibawa ke RS Trisakti.Skenario 4Perkembangan Ny.S. pada masa kanak dan remaja tidak ada kelainan fisik yang berarti, pasien mempunyai perawakan yang kurus, jarang bergaul, mudah tersinggung, temannya yang akrab hanya 1-2 orang saja. Pasien menikah pada usia 23 tahun, punya 2 orang anak laki-laki yang berusia 1 dan 3 tahun, pasien jarang mengurus anaknya sendiri. Suami pasien sudah tidak bekerja selama 3 bulan.Skenario 51. Pemeriksaan status mental: Terdapat waham kejar, waham kebesaran, halusinasi auditorik. Afek tumpul dan tidak serasi1. Pemeriksaan diagnostik lanjut:Pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normalPemeriksaan neurologik : tanpa deficit neurologyEKG normal, Laboratorium darah dan urin : tidak ada kelainan BAB IIIPEMBAHASAN KASUS

3.1. IdentitasNama: Ny. SUmur: 27 TahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat: -Pekerjaan: -Agama: -Status Pernikahan: Sudah menikah

3.2. Keluhan UtamaDiantar keluarganya dengan keluhan berteriak-teriak, mengamuk, dan hendak memukul suaminya dengan linggis.

3.2.1. Riwayat Penyakit dan Gangguan Sekarang Kejadian seperti keluhan sebelumnnya pernah dirasakan sejak 3 tahun terakhir Pasien didapatkan halusinasi auditorik dimana pasien mendengar suara bisikan yang menyuruh pasien untuk memukul suaminya. Pasien juga didapatkan halusinasi bahwa suaminya berselingkuh dengan perempuan lain dan hendak mencelakakannya. Terdapat kelainan berupa Abulia dimana pasien tidak bias merawat penampilan dirinya.

3.2.2. Riwayat Gangguan Sebelumnya Sejak masa kanak dan remaja perkembangan pasien tidak ada kelainan fisik yang berarti

3.2.3. Riwayat Pengobatan Pasien belum pernah berobat ke dokter tapi hanya ke dukun pintar saja.

3.2.4. Riwayat Kehidupan Pribadi Pasien menikah di usia muda (23 tahun) dan mempunyai 2 orang anak laki-laki yang berusia 1 dan 3 tahun yang jarang diurus Suaminya sudah menganggur selama 3 bulan karena di PHK

3.2.5. Riwayat Sosial Sekarang Pasien memiliki perawakan yang kurus, jarang bergaul, mudah tersinggung, temannya yang akrab hanya 1 atau 2 orang saja.

3.2.6. Anamnesis TambahanAdapun anamnesis tambahan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis pada pasien ini, sebagai berikut : Riwayat Penyakit Sekarang1. Sebelum timbul gejala, apakah ada faktor pencetus?2. Jika pernah terjadi gejala tersebut, biasanya terjadi pada saat sedang melakukan kegiatan apa?3. Jika pasien bekerja, apakah pasien mengalami stres di tempat kerja akhir-akhir ini?4. Pada saat pasien tertawa apa yang pasien tertawakan?5. Pada saat pasien melamun, kira kira apa yang sedang pasien lamunkan?6. Frekuensi mana yang lebih banyak? Tertawa atau melamun? Riwayat Penyakit Dahulu1. Adakah gangguan Psikis sebelumnnya?2. Apakah ada gangguan psikis dimasa kanak-kanak?3. Apakah pernah menderita penyakit kronik lain seperti Dm, Hipertensi?4. Apakah ada riwayat trauma?5. Apakah ada waham sebelumnnya? Riwayat Penyakit Keluarga1. Apakah ada keluarga menderita keluhan yang sama?2. Apakah ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa?3. Silsilah keluarga pasien? Anak keberapa? Berapa bersaudara? Riwayat Pengobatan1. Apakah sudah pernah berobat sebelumnya untuk mengatasi keluhan ini, jika iya apa saja obat-obat yang diberikan oleh dokter sebelumnya dan dikonsumsi oleh pasien?2. Obat-obatan apa saja yang pernah / sedang dikonsumsi oleh pasien? Apakah pernah mengkonsumsi obat anti psikotik atipikal?3. Apakah pernah dirawat dengan keluhan seperti ini sebelumnnya? Riwayat Kebiasaan1. Bagaimana pola makan pasien?2. Apakah pasien memiliki kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol?3. Apakah pasien pernah/sering mengkonsumsi obat-obatan tertentu (NAPZA)?4. Apa pekerjaan sehari-hari pasien?5. Bagaimana aktivitas seksual pasien? Riwayat Lingkungan, Sosial-Ekonomi, Keluarga1. Bagaimana lingkungan sekitar pasien?2. Apakah pasien mempunyai masalah pribadi/ masalah dalam keluarga?3. Apakah hubungan pasien baik dengan orang tua/keluarga/kerabat terdekat?4. Apakah pasien memiliki masalah ekonomi sehingga menyebabkan kecemasan?5. Apakah pasien memiliki masalah di lingkungan sosial / lingkungan pekerjaan?6. Bagaimana pergaulan sehari-hari pasien?7. Apakah suami pasien sering berada di rumah atau tidak?

3.3. Daftar Masalah

FaktorDasar MasalahKeterangan

Psikologis Symptom Agresif dan hostilePasien mengamuk dan hendak memukul suaminya dengan linggis.

Waham curigaPasien mengatakan suaminya berselingkuh dengan wanita lain serta hendak mencelakakannya

Halusinasi Auditorik second orderAda suara bisikan yang menyuruh pasien untuk memukul suaminya

AvolitionPenampilan pasien agak lusuh, dandanannya kurang rapid an kurus (pasien tidak merawat dirinya)

Anhedonia Pasien sering menyendiri dan melamun

Inkoherensi Pasien kadang-kadang tertawa sendiri dan bicara kacau

Sosiokultural Masalah psikososialPasien jarang bergaul, mudah tersinggung, temannya yang akrab hanya satu atau dua orang saja.

Masalah perumahanPasien jarang mengurus kedua anaknya yang berusia 3 dan 1 tahun

Masalah ekonomiSuaminya menganggur sejak 3 bulan yang lalu karena PHK

3.4 Status MentalPemeriksaan Status MentalDeskripsi umum :1. Penampilan :Agak lusuh, dandanannya kurang rapi dan kurus.Penampilan pasien yang cenderung berantakan atau kurang terurus ini menunjukkan salah satu tanda pasien skizofrenia yaitu anhedonia dimana pasien kehilangan minat dan menarik diri dari semua aktivitas sehari-hari.Kesadaran biologis :Kesadaran biologis tidak terganggu karena tidak terdapat gangguan pada pemeriksaan neurologi.Kesadaran psikologis : Kesadaran psikologis pasien ini terganggu karena terdapat halusinasi dan juga waham.PerilakuPerilaku gaduh gelisah2. Mood dan afek : afek tumpul dan tidak serasi.Afek merupakan ekspresi emosi yang teramati, mungkin tidak sesuai dengan deskripsi pasien tentang emosinya. Pada pasien ini terdapat afek yang tumpul dan tidak serasi berarti terdapat penurunan berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan ke luar dan ketidakharmonisan antara irama perasaan emosional dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertainya..3. Gangguan persepsi : terdapat halusinasi auditorik.Halusinasi adalah persepsi sensorik palsu yang tidak dikaitkan dengan stimulus eksternal yang nyata; mungkin terdapat interpretasi berupa waham atas pengalaman halusinasi tersebut namun mungkin pula tidak.Pada pasien ini yang terjadi adalah halusinasi auditorik 2nd order dimana pasien mendengar suara-suara yang berbicara menyuruh pasien untuk memukul suaminya.4. Proses pikir : Kontinuitas asosiasi longgarAsosiasi longgar adalah antara satu kalimat dan kalimat lain terdapat hubungan yang longgar (hubungannya tidak erat) diketahui dari bicara pasien yang kacau

Isi pikir : terdapat waham curiga, waham kejar, dan waham kebesaran.Waham sendiri adalah suatu kepercayaan yang salah, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang realitas eksterna, tidak konsisten dengan latar belakang inteligensi, dan budaya pasien; tidak dapat dikoreksi dengan penalaran.Waham curiga adalah suatu kecurigaan yang berlebih sehingga curiga itu patologis sesuai dengan pernyataan pasien bahwa suaminya berslingkuh dengan perempuan lain.Waham kejar adalah adalah suatu waham dimana seseorang yakin bahwa dia sedang dikejar, diserang, atau bahkan akan diserang oleh orang lain. Waham sesuai dengan pernyataan pasien bahwa seseorang hendak mencelakainya.Waham kebesaran adalah suatu keyakinan pasien bahwa dirinya merupakan orang yang penting, berpengaruh, berilmu atau juga memiliki hubungan khusus dengan orang yang terkenal.5. Fungsi intelektual : -Daya nilai realita : -6. Tilikan : -7. Taraf dapat dipercaya : -

3.5 PEMERIKSAAN FISIK PemeriksaanHasilInterpretasi

Pemeriksaan fisik umumDalam batas normalPada pasien tidak ditemukan kelainan organik yang dapat mendasari terjadinya gejala pada pasien seperti infeksi atau trauma.

Pemeriksaan neurologisTanpa deficit neurologyGejala yang timbul pada pasien bukan merupakan manifestasi dari penyakit neurologis

EKGNormalTidak ada kelainan pada jantung pasien

Laboratorium darah dan urinNormalHasil yang normal tersebut dapat menyingkirkan hipotesis penggunaan zat yang dapat menimbulkan gejala pada pasien

3.6 Diagnosis KerjaBerdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan status mental dan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan, maka diagnosis multiaksial pada kasus ini adalah sebagai berikut :Aksis I: F.20.0 Skizofrenia Paranoid Aksis II: F60.1 Gangguan kepribadian skizoidAksis III: Tidak ada (none)Aksis IV: Masalah ekonomi keluargaAksis V: GAF = 20: Bahaya mencederai orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri

Dari pembagian diagnosis multiaksial diatas, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Skizofrenia tipe Paranoid. Hal ini kami tegakkan berdasarkan hasil anamnesis yang menyatakan bahwa pasien pernah mengalami kejadian seperti ini dimana pasien mengalami halusinasi auditorik dan beberapa waham yang menyebabkan pasien mengamuk dan melukai suaminya dalam tiga tahun terakhir. Selain itu, pasien juga menunjukkan gejala negatif skizofrenia seperti avolisi (tidak mengurus diri), bicara kacau (asosiasi longgar), dan perilaku gaduh gelisah (biasa terdapat pada pasien skizofrenia paranoid), dimana gejala tersebut telah memenuhi kriteria A skizofrenia. Pasien juga memenuhi kriteria B yaitu telah terganggunya hubungan interpersonal, perawatan diri, gagal menjalani tugas sebagai ibu rumah tangga. Hal ini mengindikasikan aksis I bahwa pasien menderita skizofrenia paranoid yang telah berlangsung kronis dengan episodik akut yang sedang berulang.Diketahui pula dalam anamnesis bahwa pasien memiliki ciri kepribadian skizoid, dimana pasien bersikap tidak peduli (bahkan setelah mempunyai anak), dingin, mudah tersinggung, dan jarang bergaul sehingga hanya memiliki 1 atau 2 teman dekat. Ciri kepribadian pasien ini telah mengganggu hubungan interpersonalnya dan kehidupannya sehari-hari sebagai seorang ibu, maka kelompok kami memasukkannya sebagai gangguan kepribadian skizoid pada aksis II.

Pada pasien tidak ditemukan kondisi medis umum yang berarti. Berdasarkan keterangan yang didapat juga diketahui bahwa suami pasien telah menjadi pengangguran karena di PHK dari pekerjaan sejak 3 bulan yang lalu. Kelompok kami menduga pasien mengalami masalah ekonomi keluarga. Pada aksis V didapatkan GAF = 20 dimana pada pasien ini didapatkan bahaya mencederai orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri.

3.7 Patofisiologi Pada skizofrenia, ditemukan kelainan pada sistem dopaminergik dan serotonergik. Seperti yang telah diketahui, sistem dopaminergik memiliki empat jalur yang berperan pada terjadinya sejumlah gejala pada pasien skizofrenia. Keempat jalur tersebut adalah sebagai berikut.1. Jalur mesolimbik:dari tegmental area menuju ke sistem limbik. Mengatur memori, sikap, kesadaran, dan proses stimulus.2. Jalur mesocortical:dari dari tegmental area menuju ke frontal cortex.Mengatur kognisi, fungsi social, komunikasi, dan respons terhadap stress.3. Jalur nigrostriatal:dari substansia nigra ke basal ganglia.Mengatur fungsi gerakan dan ekstrapiramidal sistem.4. Jalur tuberoinfendibular :dari hipotalamus ke kelenjar pituitary.Mengatur pelepasan prolaktin.Pada pasien ini terdapat gejala negatif dan gejala postif. Gejala postif yang terdapat pada pasien misalnya halusinasi dan waham. Sedangkan gejala negatif yang dapat ditemukan adalah penarikian diri dari pergaulan serta ketidakinginan untuk merawat diri. Keduanya, baik gejala negatif maupun gejala positif disebabkan oleh kelainan pada distribusi neurotransmitter. Pada gejala positif terdapat kelebihan dopamin pada jalur mesolimbik, sedangkan gejala negatif disebabkan oleh karena kurangnya dopamine pada jalur mesocortis.

Penarikan diri dari pergaulan seerta ketidakinginan untuk merawat diri merupakan salah satu bentuk berkurangnya atensi dari pasien. Atensi yang berkurang mungkin merupakan akibat dari hipoaktivitas frontal karena bekurangnya transmisi dopamin pada jalur mesocortis.

Halusinasi pendengaran yang dialami oleh pasien mungkin merupakan kata-kata hati yang disalah artikan sebagai pidato eksternal sebagai akibat dari kegagalan untuk mengenali sifat internal. Teori lain meneunjukkan bahwa generator utama aktivitas dalam korteks pendengaran menimbulkan halusinasi., tetapi urutan dimana daerah ini diaktifkan masih belum jelas.

Berdasarkan penelitian, pasien skizofrenia memiliki abnormalitas secara anatomi, misalnya seperti pembesaran ventrikel dan berkurangnya volume otak di bagian medial temporal. Hipokampis merupakan salah satu bagian otak yang terdapat di batas medial lobus temporal. Hipokampus merupakan bagian dari system limbic dimana emosi diproses. Hipokampus merupakan tempat dimana memori episodic diproses. Hipokampus juga merupakan salah satu bagian otak yang mengalami kelainan pada penyakit Alzheimer. Demikian juga pada skizofrenia, hipokampus merupakan salah satu dari banyak bagian yang mengalami kelainan. Gangguan pada memori episodic (mengenai suatu kejadian atau fakta) sering ditemukan pada pasien-pasien skizofrenia, walaupun tidak sebesar seperti yang ditemukan pada Alzheimer. Perubahan pada hipokampus, seperti berkurangnya volume, perubahan perfusi, dan perubahan kontur diobservasi pada pasien skizofrenia, dan diperkirakan berkaitan dengan masalah gangguan kognitif pada pasien skizofrenia. (3)

3.8 Penatalaksanaan1. Pasien disarankan untuk rawat inap untuk keperluan diagnosis dan diobservasi secara ketat, saat ini serta pasien ada kecenderungan untuk mencederai orang lain. 2. Medikamentosa:a. Antipsikotik atipikal contohnya clozapin, Untuk mengatasi skizofrenia maka diberikan Clozapin 200mg/hari karena gangguan ekstrapiramidalnya minimal, selain itu, Clozapin untuk mengatasi gejala positif dan negatif.b. Anti anxietas contohnya dari golongan benzodiazepine untuk mengurangi gejala cemas pada pasienc. Non Medikamentosa: Terapi PerilakuPada pasien ini, diterapkan terapi perilaku untuk bisa mendekatkan pasien bersosialisasi kembali ke masyarakat. Terapi perilaku dilakukan setelah pasien stabil dan tilikannya baik. Terapi perilaku kognitifTerapi perilaku kognitif (CBT) adalah jenis psikoterapi yang berfokus pada pemikiran dan perilaku. CBT membantu pasien dengan gejala yang tidak hilang bahkan ketika mereka mengambil obat. Terapis mengajarkan orang dengan skizofrenia cara untuk menguji realitas pikiran dan persepsi, bagaimana "tidak mendengarkan" suara mereka, dan bagaimana mengelola gejala mereka secara keseluruhan. CBT dapat membantu mengurangi keparahan gejala dan mengurangi risiko kambuh.(6)

Terapi Berorientasi Keluarga Keluarga harus diberitahu informasi penyakit skizofrenia yang dialami pasien, seperti gejala atau tanda-tanda awal penyakit skizofrenia. Keluarga jangan terlalu cepat mendorong pasien melakukan aktivitas teratur. Keluarga jangan mengucilkan pasien seperti jika ada tamu datang kerumah dan pasien yang sedang melakukan pengobatan atau yang baru sembuh ingin bertemu dengan tamu tersebut, keluarga jangan menghalanginya seperti dengan mengusirnya masuk kekamar. Harus lebih banyak komunikasi antar anggota keluarga, agar pasien dapat membuka dirinya jika ada masalah yang dapat membuatnya stress.

Pelatihan ketrampilan social Berfokus pada peningkatan interaksi komunikasi dan sosial.

Terapi individuPasien dilatih untuk belajar mengatasi stresnya (jika ada stressor) dan mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dini kekambuhan dapat membantu orang dengan skizofrenia mengelola penyakit mereka.

Terapi kelompok Memusatkan pada rencana masalah dan hubungan dalam kehidupan nyata dengan dipimpin oleh ketua kelompoj yang memimpin secara suportif bukan dengan cara interpreratif. Dapat menurunkan isolasi social, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien.

3.9 PrognosisPada skizofrenia, kebanyakan orang mempunyai gejala sisa dengan keparahan yang bervariasi. Untuk menentukan prognosis pada pasien skizofrenia, kita harus mengidentifikasi faktor-faktor yang mengarah ke prognosis baik dan buruk pada pasien.

Dari kasus didapatkan pada pasien :Prognosis baikPrognosis buruk

1. Usia 27 tahun1.Gejala negative

2. Faktor pencetus ada2.Riwayat sosial buruk

3. Onset akut3. Riwayat penyerangan

4. Menikah 4. Perilaku menarik diri, akustik

5. Gejala positif

Pada pasien perbandingan dari faktor-faktor diatas lebih mengarah ke prognosis yang baik, dubia ad bonam.

BAB IVTINJAUAN PUSTAKA

SKIZOFRENIA PARANOIDSkizofrenia merupakan gangguan klinis dari berbagai keadaan sebab-sebab psikologis yang sangat mengganggu yang melibatkan proses berpikir, emosi, persepsi, dan tingkah laku. Umumnya penderita memiliki perasaan curiga yang berulang-ulang dan cenderung untuk menginterpretasi perilaku orang lain sebagai hal yang mengancam atau merendahkan dirinya. Mereka cenderung argumentatif dan tidak berusaha mencari penanganan suatu hal, tetapi justru memandang orang lain sebagai penyebab dari masalah mereka. Terkadang mengalami halusinasi berkaitan dengan kecurigaan dan kecemasan yang dialaminya terhadap ancaman bahaya dari orang lain, meskipun hal tersebut tidak didasari pada bukti yang nyata. Gangguan ini biasanya terjadi pada orang berusia kisaran 30 tahun ke atas, baik pria maupun wanita.

Pendekatan yang intensif perlu dilakukan bagi penderita skizofrenia paranoid. Memberikan pengertian dan pemahaman mengenai gangguan psikologis yang mereka derita. Sering kontak singkat dengan penderita agar menghindari kebiasaan merenung dan menyendiri untuk mengurangi timbulnya halusinasi, kecemasan, dan interpretasi yang salah mengenai perilaku orang lain. Keluarga terdekat yang memiliki andil terbesar dalam hal ini. Sosialisasi juga penting dilakukan terhadap kerabat, tetangga, dan masyarakat umum agar dapat mendukung proses pemulihan penderita. (1)Perjalanan penyakit pada skizofrenia tipe paranoid agak konstan. Jarang terjadi hendaya dalam kemampuan fungsi sehari-hari apabila isi waham tidak disentuh. Biasanya fungsi intelektual dan pekerjaan dapat dipertahankan walaupun gangguan tersebut bersifat kronik. Fungsi sosial dan kehidupan perkawinannya pada umumnya cukup terganggu.

Pada skizofrenia paranoid gambaran utama yang menonjol adalah: Waham kejar atau waham kebesaran, misalnya kelahiran luar biasa (excited birth), urusan penyelamat bangsa, dunia dan agama, seperti misalnya kenabian atau mesias, perubahan tubuh atau halusinasi yang mengandung isi kerajaan/kebesaran. Sebagai tambahan, waham cemburu dapat pula ditemukan.Gambaran penyertanya meliputi: Kecemasan tak berfokus. Kemarahan. Suka bertengkar/berdebat. Melakukan kekerasan. Kadang ditemukan kebingungan tentang identitas jenis atau ketakutan bahwa dirinya diduga oleh orang lain sebagai orang-orang homoseksual.Onset tipe ini cenderung timbul dalam usia yang lebih lanjut dibandingkan dengan tipe lainnya, dan ciri-cirinya lebih stabil dalam jangka panjang. Apabila seseorang penderita skizofrenia tipe paranoid mempunyai keluarga yang menderita skizofrenia biasanya anggota keluarganya menderita skizofrenia tipe paranoid.(2)

KRITERIA DIAGNOSTIK SKIZOFRENIA PARANOID:a. Waham kejar.b. Waham besar.c. Waham cemburu.d. Halusinasi yang berisi kejaran atau kebesaran.

Diagnosis skizofrenia paranoid diberikan kepada sejumlah besar pasien yang akhir-akhir ini dirawat di rumah sakit jiwa. Kunci diagnosis ini adalah adanya waham. Waham kejaran adalah yang paling umum, namun pasien dapat mengalami waham kebesaran, di mana mereka memiliki rasa yang berlebihan mengenai pentingnya, kekuasaan, pengetahuan, atau identitas diri mereka. Beberapa pasien terjangkit waham cemburu, suatu keyakinan yang tidak herdasar bahwa pasangan seksual mereka tidak setia. Waham lain yang disebutkan terdahulu, seperti merasa dikejar atau dimata-matai, juga dapat terlihat jelas. Halusinasi pendengaran yang jelas dan nyata dapat rnenyertai waham. Para pasien yang menderita skizofrenia paranoid sering kali mengalami ideas of reference; mereka memasukkan berbagai peristiwa yang tidak penting ke dalam kerangka waham dan mengalihkan kepentingan pribadi mereka ke dalam aktivitas tidak berarti yang dilakukan orang lain. Contohnya, mereka mengira bahwa potongan percakapan yang tidak sengaja mereka dengar adalah percakapan tentang diri mereka, bahwa sering munculnya orang yang sama di suatu jalan yang biasa mereka lalui berarti mereka sedang diawasi, dan bahwa apa yang mereka lihat di televisi atau baca di majalah dengan satu atau lain cara merujuk pada mereka. Para individu yang mengalami skizofrenia paranoid selalu cemas.argumentatif, marah, dan kadang kasar. Secara emosional mereka responsive, meskipun mereka kaku, formal, dan intens kepada orang lain. Mereka juga lebih sadar dan verbal disbanding para pasien skizofrenia tipe lain. Bahasa yang mereka gunakan meskipun penuh rujukan pada delusi, tidak mengalamai disorganisasi. Bila ada pasien skizofrenia yang mengalami masalah hukum, biasanya mereka dari kelompok yang menderita subtipe paranoid.

Kriteria Diagnosis Skizofrenia menurut DSM IVA. Gejala KarakteristikDua atau lebih berikut ditemukan selama periode 1 bulan.1. waham;2. halusinasi;3. bicara terdisorganisasi (sering menyimpang/inkoheren)4. perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas 5. gejala negative yaitu pendataran afektif, alogia atau tidak ada kemauan (avolition). B. Disfungsi sosial/pekerjaan; Seperti pekerjaan, hubungan interpersonal atau perawatan diri.C. Durasi sekurang-kurangnya 6 bulan D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan alam perasaan Gangguan skizoafektif dan gangguan alam perasaan dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena:1. tidak terdapat episode depresif berat, manik atau campuran yang terjadi bersama-sama dalam fase aktif, atau 2. jika episode suasana perasaan terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya lebih singkat dibanding durasi periode aktif dan residual.E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive

BAB VKESIMPULAN

Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa yaitu adanya hendaya berat berat dalam menilai realita. Pasien dapat didiagnosis skizofrenia dikarenakan adanya halusinasi auditorik, waham, asosiasi longgar dan gejala negative yamg didapat dari hasil anamnesis dan hasil pemeriksaan status mental. Selain skizofrenia, terdapat juga parkinsonisme pada pasien ini. Parkinsonisme pada pasien ini dapat dilihat Dari keluhan pasien yaitu adanya kaku saat berjalan, resting tremor, dan muka topeng. Kemungkinan terjadinya parkinsonisme pada pasien ini adalah efek samping dari obat neuroleptika yang dikonsumsi pasien. Untuk mengatasi gejala Parkinson pada pasien ini maka kami memberikan Triheksifenidil 1mg pada hari pertama lalu dosis di tingkatkan 2 mg setiap 2 hari sampai dosis mencapai 6 10 mg. Untuk mengatasi skizofrenia maka diberikan Clozapin 200mg/hari karena gangguan ekstrapiramidalnya minimal, selain itu, Clozapin untuk mengatasi gejala positif dan negatif.

BAB VIDAFTAR PUSTAKA

1. Skizofrenia. Available at : http://www.psychologymania.com/2011/09/gangguan-skizofrenia-merupakan-gangguan.html. Accessed on May 16th, 2013.2. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2001. p.44-8.3. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Tangerang : Binarupa Aksara; 2010.4. Sudoyo, W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI. Jakarta.5. De Long, Mahlon. Harrison Neurology in Clinical Medicine. First edition. McGraw-Hill Professional.20066. John C. M. Brust, MD, Current Diagnosis & Treatment In Neurology, McGraw-Hill 2007, hlm 199 206.

15