Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

62
Laporan Kasus GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF Disusun Oleh: Annisa Nanda Putri, S.Ked 04101401029 Arzi Larga Guphta 04101401038 Pembimbing : dr. Abdullah Sahab, SpKJ BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA 1

description

mnm

Transcript of Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Page 1: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Laporan Kasus

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF

Disusun Oleh:

Annisa Nanda Putri, S.Ked 04101401029

Arzi Larga Guphta 04101401038

Pembimbing :

dr. Abdullah Sahab, SpKJ

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015

1

Page 2: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus:GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF

Oleh:Annisa Nanda Putri 04101401029

Arzi Larga Guphta 04101401039

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian

kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya Periode 22 Juli-24 Agustus 2015.

Palembang, 11 Agustus 2015Pembimbing,

dr. Abdullah Sahab, SpKJ

2

Page 3: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. iLEMBAR PENGESAHAN................................................................................... iiDAFTAR ISI........................................................................................................................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................................................................................................................1BAB II STATUS PASIEN…............................................................................... ...............................................................................................................................3BAB III TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................................................................................................................15BAB IV ANALISIS KASUS...............................................................................................................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................................................................................................................36

3

Page 4: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

BAB I

PENDAHULUAN

Skizoafektif merupakan gangguan jiwa dimana penderita mempunyai

gejala yang merupakan kombinasi gejala skizofrenia dengan gangguan afektif.

Istilah skizofrenia berasal dari kata schizos yang artinya pecah belah dan pharen

yang berarti jiwa. Skizofrenia menjelaskan mengenai suatu gangguan jiwa dimana

penderita mengalami perpecahan jiwa adanya keretakan atau disharmoni antara

proses berfikir, perasaan, dan perbuatan. Sedangkan gangguan afektif adalah

gangguan dengan gejala utama adanya perubahan suasana perasaan (mood) atau

afek, biasanya ke arah depresi.1

Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat model

konseptual telah dikembangkan. Gangguan dapat berupa tipe skizofrenia atau tipe

gangguan mood. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis ketiga

yang berbeda, yang bukan merupakan gangguan skizofrenia maupun gangguan

mood. Keempat dan yang paling mungkin, bahwa gangguan skizoafektif adalah

kelompok heterogen gangguan yang menetap ketiga kemungkinan pertama. 1

Pada gangguan skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala

gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit

yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari.2 Bila

gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama,

gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Sedangkan pada gangguan

skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.2 Gejala yang khas pada

pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir,

perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik

itu manik maupun depresif.2,3

4

Page 5: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-IV-TR,

merupakan suatu produk beberapa revisi yang mencoba mengklarifikasi beberapa

diagnosis, dan untuk memastikan bahwa diagnosis memenuhi kriteria baik

episode manik maupun depresif dan menentukan lama setiap episode secara

tepat.1 Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis

lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik. semua kondisi

yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu

dipertimbangkan. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif

mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia

dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien

dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih buruk daripada

pasien dengan gangguan depresif maupun gangguan bipolar, tetapi memiliki

prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia.1

5

Page 6: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

BAB II

STATUS PASIEN

I.IDENTIFIKASI PASIEN

a.Nama : Tn. BS

b. Jenis kelamin : Laki-laki

c.Umur : 27 tahun

d. Status perkawinan : Belum menikah

e.Agama : Islam

f. Tingkat pendidikan : Tamat SD

g. Warga negara : Indonesia

h. Alamat : Kertapati, Palembang

II. ANAMNESIS

A. ALLOANAMNESIS (Dilakukan pada hari Selasa, 4 Agustus 2015 di

Poli RS Ernaldi Bahar pukul 10.00 WIB)

Diperoleh dari : Ny. S dan Tn. T

Jenis kelamin : Perempuan dan Laki-Laki

Umur : 49 tahun dan 52 tahun

Alamat : Kertapati, Palembang

Pendidikan : Tamat SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga dan Pedagang

Hubungan dengan pasien : Ibu dan Ayah os

6

Page 7: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

a. Sebab utama : Os sering melempar-lempar barang sejak ± 2

minggu yang lalu

b. Keluhan utama : Tidak bisa tidur

c. Riwayat perjalanan penyakit

Kurang lebih 2 bulan yang lalu, os mengeluh pusing, sejak saat itu

os dilaporkan sering melamun dan sering mengurung diri. Os juga sering

menangis tanpa alasan. Saat ditanya oleh keluarganya, os tidak mau

menjawab dan langsung menangis. Os memang dikenal sebagai pribadi

yang pendiam dan cenderung tertutup. Os dilaporkan sering melihat ke

tembok rumah os sejak 2 bulan SMRS tersebut. Os menjadi lebih

pendiam dari biasanya. Os kesulitan memulai tidur dan sering terbangun

dimalam hari. Nafsu makan os menurun. Os masih mampu mengurus

diri.

Kurang lebih 2 minggu yang lalu, os mulai sering melempar-

lempar barang yang ada didekatnya, ketika ditanya os mengatakan

terdapat suara yang menyuruhnya untuk melakukan hal tersebut. Selain

itu, os juga sering berbicara serta tertawa sendiri dan terkadang tidak

nyambung saat diajak mengobrol. Os sesekali membicarakan mengenai

mantan pacarnya yang meninggalkannya 3 bulan yang lalu, os semakin

sering menangis dan tidak mau makan. Os mengurung diri dikamar.

Setelah ditanyai lebih dalam mengenai kemungkinan stressor pada

os, keluarga menyatakan bahwa os terlihat sering murung setelah putus

dari kekasihnya 3 bulan yang lalu, os merasa tidak layak menjadi

kekasihnya akibat os tidak memiliki pekerjaan layak dan tidak dapat

membahagiakan kekasih os, lalu os ditinggalkan oleh kekasih os.

d. Riwayat penyakit dahulu

Os adalah perokok (± 2-3 batang/hari) sejak remaja. Riwayat

penyakit lain disangkal.

e. Riwayat premorbid

7

Page 8: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

- Lahir : lahir spontan, langsung menangis

- Bayi : tumbuh kembang baik

- Anak-anak : sosialisasi baik

- Remaja : sosialisasi baik (kepribadian pendiam dan cenderung

tertutup)

f. Riwayat perkembangan organobiologi

- Riwayat kejang (-)

- Riwayat demam tinggi yang lama (-)

- Riwayat trauma kepala (-)

- Riwayat asma (-)

- Riwayat sakit ginjal (-)

g. Riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang

Riwayat mengonsumsi alkohol dan NAPZA disangkal.

h. Riwayat pendidikan

Os tamat SD. Os tidak lanjut sekolah akibat tidak memiliki biaya

untuk lanjut sekolah.

i. Riwayat pekerjaan

Os tidak bekerja, dan sulit mendapatkan pekerjaan. Os pernah

bekerja menjadi kuli bangunan selama 2 bulan, namun os merasa

pekerjaan tersebut tidak layak untuknya dan memutuskan untuk berhenti

bekerja 6 bulan yang lalu.

j. Riwayat perkawinan

Os belum menikah.

k. Keadaan sosial ekonomi

8

Page 9: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Os tinggal bersama keluarga dengan keadaan sosial ekonomi

menengah kebawah.

l. Riwayat keluarga

- Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga disangkal

- Pedigree:

B. AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI

Wawancara dan observasi dilakukan bersamaan dengan

alloanamnesis pada Selasa, 4 Agustus 2015 pukul 10.00 WIB di Poli RS

Ernaldi Bahar, Palembang. Pemeriksa dan pasien berhadapan dengan posisi

pasien duduk dikursi pasien. Wawancara dilakukan dengan menggunakan

bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Pasien dapat berbicara dan kooperatif.

Pemeriksa Pasien Interpretasi

Selamat Siang Pak B.

Kami dokter muda yang

bertugas hari ini, boleh

tanya-tanya sebentar ya,

(saat datang, pasien

tampak diam dan sesekali

tertawa-tawa sendiri)

“Siang dok”

“Iyo, boleh”

Tanda-tanda halusinasi

Sensorium: compos

mentis

- kooperatif, perhatian

9

Page 10: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Pak?

Pak, umurnya berapa?

Sekarang kita lagi dimana

tau gak, Pak?

Sekarang hari apa, Pak?

Ini siapanya Pak? (sambil

menunjukkan ibu dan

ayah os)

“27 tahun, Taun ini”

“Di RS Erba”

“Selasa”

“mamak samo ubak aku”

(sesekali tertawa-tawa

sendiri)

ada

- verbalisasi jelas

- cara bicara lancar

- kontak fisik, mata, dan

verbal ada

Daya ingat: baik

Orientasi waktu, tempat,

dan personal: baik

Pak, tidurnya nyenyak

dak?

Ngapo Pak, ado yang

bapak pikiri apo sampe

dak pacak tedok itu?

Ngapo Pak mantannyo

jahat? Biso diceritoi dak?

“nyenyak-nyenyak bae,

tapi akhir-akhir ini susah

tedok, galak tebangun

malem-malem”

“Iyo, mantan aku. Jahat.”

(pasien diam, lalu

terlihat murung)

“aku diputusinyo, aku ni

katek gawe, dak biso

Stressor masalah

percintaan

10

Page 11: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Jadi bapak sedih gara-

gara mikiri itu yo?

Ado pikiran buat nyakiti

diri bapak dak?

Itu bapak ketawo samo

siapo? Ado yang lucu yo?

Bapak galak denger

suaro-suaro atau bisikan-

bisikan dak pak?

Ado bentuknyo dak pak?

Perasaan bapak cakmano

pas denger suaro itu?

Dio galak nyuruh-nyuruh

sesuatu dak pak?

Baiklah, terimakasih ya

Pak.

belike dio barang-

barang, jahat dio tu!”

“iyo” (kemudian os

sesekali tertawa-tawa

sendiri)

“idak”

“Dak papo, katek”

(pasien mengangguk)

(pasien menggelengkan

kepala)

“Takut”

(pasien mengangguk)

“galak nyuruh aku

ngelepar-lempar barang”

Hidup emosi: labil

Adanya halusinasi

auditorik

11

Page 12: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

III. PEMERIKSAAN

A. STATUS INTERNUS

1) Keadaan Umum

12

Page 13: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Sensorium : Compos Mentis

Frekuensi nadi : 80 x/menit

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Suhu : 36,6 0C

Frekuensi napas : 20 x/menit

B. STATUS NEUROLOGIKUS

1) Urat saraf kepala (panca indera) : tidak ada kelainan

2) Gejala rangsang meningeal : tidak ada

3) Gejala peningkatan tekanan intracranial : tidak ada

4) Mata

Gerakan : baik ke segala arahPersepsi mata : baik, diplopia tidak ada, visus normalPupil : bentuk bulat, sentral, isokor, Ø 2mm/2mmRefleks cahaya : +/+Refleks kornea : +/+Pemeriksaan oftalmoskopi : tidak dilakukan

5) Motorik

Fungsi MotorikLengan Tungkai

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Luas luas luas luas

Kekuatan 5 5 5 5

Tonus Eutoni eutoni eutoni eutoni

Klonus - - - -

Refleks fisiologis + + + +

Refleks patologis - -

6) Sensibilitas : normal

7) Susunan saraf vegetatif : tidak ada kelainan

8) Fungsi luhur : tidak ada kelainan

9) Kelainan khusus : tidak ada

13

Page 14: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

C. STATUS PSIKIATRIKUS

KEADAAN UMUM

a. Sensorium : Compos Mentis

b. Perhatian : Adekuat

c. Sikap : Kooperatif

d. Inisiatif : Ada

e. Tingkah laku motorik : Normoaktif

f. Ekspresi fasial : Sedih

g. Verbalisasi : Jelas

h. Cara bicara : Lancar

i. Kontak psikis

Kontak fisik : ada, inadekuat

Kontak mata : ada, inadekuat

Kontak verbal : ada, inadekuat

KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)

a. Keadaan afektif

Afek : Sesuai

Mood : Hipotimik

b. Hidup emosi

14

Page 15: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Stabilitas : labil

Dalam-dangkal : dangkal

Pengendalian : terkendali

Adekuat-Inadekuat : inadekuat

Echt-unecht : echt

Skala diferensiasi : normal

Einfuhlung : bisa

dirabarasakan

Arus emosi : normal

Page 16: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

c. Keadaan dan fungsi intelektual

Daya ingat : baik

Daya konsentrasi : baik

Orientasi orang/waktu/tempat : baik

Luas pengetahuan umum : sesuai

Discriminative judgement : baik

Discriminative insight : baik

Dugaan taraf intelegensi : baik

Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ada

d. Kelainan sensasi dan persepsi

Page 17: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Ilusi : tidak ada Halusinasi : Audiorik (+)

Page 18: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

e. Keadaan proses berpikir

Psikomotilitas : sedang

Mutu : baik

Arus pikiran

Page 19: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

- Flight of ideas : tidak ada

- Inkoherensi : tidak ada

- Sirkumstansial : tidak ada

- Tangensial : tidak ada

- Terhalang(blocking) : tidak ada

- Terhambat (inhibition): tidak ada

- Perseverasi : tidak ada

- Verbigerasi : tidak ada

Page 20: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Isi pikiran

- Waham : tidak ada

- Pola Sentral : tidak ada

- Fobia : tidak ada

- Konfabulasi : tidak ada

- Perasaan inferior : tidak ada

- Kecurigaan : tidak ada

- Rasa permusuhan/dendam: tidak ada

- Perasaan berdosa/salah : tidak ada

- Hipokondria : tidak ada

- Ide bunuh diri : tidak ada

- Ide melukai diri : tidak ada

- Lain-lain : tidak ada

Page 21: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Pemilikan pikiran

-Obsesi : tidak ada

-Aliensi : tidak ada

Bentuk Pikiran

Autistik : Tidak ada

Dereistik : Tidak ada

Simbolik : Tidak ada

Paralogik : Tidak ada

Simetrik : Tidak ada

Konkritisasi : Tidak ada

Lain-lain : Tidak ada

f. Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan

Abulia/Hipobulia : Tidak ada

Vagabondage : Tidak ada

Katatonia : Tidak ada

Kompulsi : Tidak ada

Raptus/Impulsivitas : Tidak ada

Mannerisme : Tidak ada

Kegaduhan Umum : Tidak ada

Autisme : Tidak ada

Deviasi Seksual : Tidak ada

Logore : Tidak ada

Ekolalia : Tidak ada

Ekopraksi : Tidak ada

Mutisme : Tidak ada

Lain-lain : Tidak ada

g. Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (overt): Ada

h. Dekorum

21

Page 22: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Kebersihan : baik

Cara berpakaian : baik

Sopan santun : baik

i. Reality Testing Ability : Baik

22

Page 23: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

IV. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif

Aksis II : Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah percintaan

Aksis V : GAF scale 70-61

V. DIAGNOSIS DIFERENSIAL

F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

F23.2 Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia (schizophrenia-like) Akut

VI. TERAPI

a. Psikofarmaka

Risperidon 1 mg 2 x 1

Amitriptilin 2 x 1

b. Psikoterapi

Suportif

- Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi

masalah.

- Memotivasi pasien agar meminum obat secara teratur

Kognitif

Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara

berpikir yang salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap masalah

yang dihadapi.

Keluarga

Memberikan penyuluhan bersama dengan pasien yang diharapkan

keluarga dapat membantu dan mendukung kesembuhan pasien.

Religius

Page 24: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah sesuai

ajaran agama yang dianutnya, yaitu menjalankan solat lima waktu,

menegakkan amalan sunah seperti mengaji, berzikir, dan berdoa kepada

Allah SWT.

VII. PROGNOSIS

Dubia ad bonam

Page 25: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 SKIZOAFEKTIF

3.1.1 Definisi

Gangguan skizoafektif adalah penyakit mental yang serius yang memiliki

gambaran skizofrenia dan gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki

gejala khas skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala

gangguan afektif yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu tipe

manik dan tipe depresif. Skizofrenia adalah gangguan otak yang mendistorsi cara

seseorang berpikir, bertindak, mengungkapkan emosi, merasakan realitas, dan

berhubungan dengan orang lain. Depresi adalah penyakit yang ditandai dengan

perasaan sedih, tidak berharga, atau putus asa, serta masalah berkonsentrasi dan

mengingat detail.

3.1.2 Epidemiologi

Prevalensi seumur hidup pada gangguan skizoafektif kurang dari 1%,

berkisar antara 0,5%-0,8%. Tetapi, gambaran tersebut masih merupakan

perkiraan.Gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi pada orang tua

dibanding anak muda. Prevalensi gangguan tersebut dilaporkan perempuan lebih

tinggi dibandingkan laki-laki, terutama perempuan yang sudah menikah.Usia

awitan perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki, seperti pada skizofrenia.

Laki-laki engan gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku

antisosial dan mempunyai afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai. National

Comorbidity Study menyatakan dari 66 orang dengan diagnose skizofrenia, 81%

pernah didiagnosis gangguan afektif yang terdiri dari 59% depresi dan 22%

gangguan bipolar.

Page 26: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

3.1.3 Etiologi

Sulit untuk menentukan penyebab dari penyakit yang telah berubah begitu

banyak dari waktu ke waktu.Dugaan saat ini bahwa gangguan skizoafektif

mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu etiologi mengenai

gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan. Penyebab

gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, namun empat model konseptual

telah diajukan, yaitu:

1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau

suatu tipe gangguan mood

2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari

skizofrenia dan gangguan afektif

3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang

berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun

gangguan afektif

4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah

kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga

kemungkinan yang pertama.

Penelitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinan-kemungkinan

tersebut telah memeriksa riwayat keluarga, petanda biologis, respon pengobtanan

jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang.

3.1.4 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya skizoafektif belum diketahui apakah merupakan

suatu patologi yang terpisah dari skizofrenia dan gangguan mood atau merupakan

gabungan dari keduanya yang terjadi secara bersamaan. Jika merujuk pada

kemungkinan kedua, maka telah diketahui neurobiologi baik fungsional ataupun

struktural yang terlibat dalam gangguan ini.

Neurobiologi fungsional yeng mendasari gejala psikotik cukup beragam seperti

yang ditunjukkan pada Tabel 1. Secara sederhana disimpulkan bahwa gejala

Page 27: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

psikotik muncul dari gangguan pada sistem dopamin, serotonin, glutamat,

metabolisme otak, dll. Kelebihan dopamin atau peningkatan sensitivitas reseptor

dopamine D2 menjadi penyebab gejala psikotik positif. Serotonin dikaitkan

dengan gejala positif dan negatif. Terlihat penurunan aktivitas glutamat di

beberapa regio otak pada pasien skizofrenia, kelainan pada sistem glutamat

dikaitkan dengan gejala hiperaktivitas, hipoaktivitas, dan neurotoksisitas. Gejala

negatif terutama dikaitkan dengan aktivitas norepinefrin yang menurun.

Tabel 1. Abnormalitas fungsi otak pada skizofrenia4

Kelainan struktural yang diidentifikasi pada skizofrenia sebagian besar

berupa penurunan volume atau bentuk degenerasi yang bervariasi pada berbagai

regio otak (Gambar 1) yang masing-masing akan menimbulkan gejala yang khas.

Page 28: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Gambar 1. Area yang terlibat pada gangguan afek dan mood4

3.1.5 Manifestasi Klinis.

Pada gangguan skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala

gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit

yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari.2 Bila

gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama,

gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Sedangkan pada gangguan

skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.2

Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,

perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala

gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.2,3

Depresi

Nafsu makan yang berkurang

Pengurangan berat badan

Perubahan dari pola tidur biasanya ( sedikit atau banyak tidur )

Agitasi

Page 29: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Merasa tidak ada semangat

Kehilangan rasa untuk melakukan kebiasaan sehari-hari

Merasa tidak ada harapan

Selalu merasa bersalah

Tidak dapat berkonsentrasi

Mempunyai pikiran untuk melakukan percobaan bunuh diri

Mania

Peningkatan aktivitas

Bicara cepat

Pikiran yang meloncat-loncat

Sedikit tidur

Agitasi

Percaya diri meningkat

Mudah teralihkan

Skizofrenia

Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan

jiwa (PPDGJ-III):3

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya

sama, namun kualitasnya berbeda ; atau

- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh

sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

- “thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya;

Page 30: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas

merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,

atau penginderaan khusus)

- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c) Halusinasi Auditorik: 

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau 

- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau 

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara

jelas:

e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

Page 31: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme;

g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,

dan stupor;

h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam

mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi

(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed

attitude) dan penarikan diri secara sosial.6

3.1.6 Diagnosis

Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik

skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik

untuk gangguan skizoafektif (Tabel 3) mencerminkan perubahan yang telah

terjadi di dalam kriteria diagnosis untuk kedua kondisi lain.

Tabel 3. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV)5

Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif

Page 32: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.

Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode

campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia

Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi

B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama

sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol

C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian

bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit

D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat

yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum

Sebutkan tipe:

Tipe bipolar: Jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau

suatu manik suatu episode campuran dan episode depresi berat)

Tipe depresif: Jika gangguan hanya termasuk episode depresi berat

Tabel dari DSM-IV, diagnostic and statistical manual of mental disorders.Ed. 4.Hak cipta American

Psychiatric Association. Washington. 1994

DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien

menderita gangguan skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif tipe

depresif. Seorang pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang

ada adalah dari tipe manik atau suatu episode campuran dan episode depresif

berat. Selain itu, pasien diklasifikasikan menderita tipe depresif.

Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah

karena cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitiu saja.

Kondisi-kondisi lain dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan

atau membentuk sebagian penyakit skizoafektif yang sudah ada, atau dimana

gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian dengan gangguan-

gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuali

dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan

Page 33: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

(mood) pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis

gangguan skizoafektif (lihat Tabel 4).Tabel 4. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III6

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala

definitive adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan

afektif dama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (stimultaneously),

atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode

penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode

penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik

atau depresif.

Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja

skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang

berbeda.

Bila seseorang pasien skizoafrenik menunjukkan gejala depresif setelah

mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi

Pasca-skizofrenia)

Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik

berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari

keduanya (F.25.2). pasien lain mengalami satu atau dua episode manik

atau depresi (F30-F33)

3.1.7 Diagnosis Banding

Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis

lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik. semua kondisi

yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu

dipertimbangkan. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin

dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis

secara khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood

yang bersama-sama.1 Selain itu, apabila pasien menunjukkan gejala klinis lain

seperti aktivitas motorik katatonia yang khas, dapat pula didiagnosis banding

dengan skizofrenia katatonik (lihat Tabel 5). Setiap kecurigaan terhadap kelainan

Page 34: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

neurologis perlu didukung dengan pemeriksaan pemindaian (CT Scan) otak untuk

menyingkirkan kelainan anatomis dan elektroensefalogram untuk memastikan

setiap gangguan yang mungkin.1,4

Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang

dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood. Di dalam praktik klinis,

psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood

pada masa tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda

diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut (perhatikan

Tabel 6) telah terkendali.1

Tabel 6. Pedoman Diagnostik Psikotik Lir-skizofrenia (schizophrenia-like)

Akut berdasarkan PPDGJ-III

Untuk diagnosis pasti harus memenuhi:

A. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari suatu

keadaan nonpsikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik);

B. Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus ada

untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang

jelas psikotik;

C. Kriteria untuk psikotik polimorfik akut tidak terpenuhi.

Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk kurun waktu lebih dari 1

bulan lamanya, maka diagnosis harus dirubah menjadi skizofrenia.

3.1.8 Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai

prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan

prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan

gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien

dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien

dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien

dengan skizofrenia. Generalisasi tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian

Page 35: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang

ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan

gangguan itu sendiri.

Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe

bipolar, mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan

gangguan bipolar dan bahwa pasien dengan premorbid yang buruk; onset yang

perlahan-lahan; tidak ada faktor pencetus; menonjolnya gejala pskotik, khususnya

gejala defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak

mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-

masing karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau

tidak adanya gejala urutan pertama dari Schneider tampaknya tidak meramalkan

perjalanan penyakit.

Walaupun tampaknya tidak terdapat perbedaan yang berhubungan dengan

jenis kelamin pada hasil akhir gangguan skizoafektif, beberapa data menyatakan

bahwa perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada wanita dengan gangguan

skizoafektif daripada laki-laki dengan gangguan tersebut. Insidensi bunuh diri di

antara pasien dengan gangguan skizoafektif diperkirakan sekurangnya 10 persen.

3.1.9 Penatalaksanaan

Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah

perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Terapi

psikofarmaka yang diberikan pada skizoaktif tipe bipolar adalah obat golongan

mood stabilizer, baik lithium atau carbamazepine sama efektifnya, sedangkan

untuk tipe depresif yang terbukti lebih efektif adalah dengan pemberian

carbamazepine dibanding lithium. Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi

untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa antidepresan dan antimanik diberikan

sesuai bentuk afek yang menonjol dan bahwa antipsikotik digunakan berdasarkan

gejala psikotik yang muncul. Pada skizoafektif tipe manik, terapi dilakukan lebih

agresif untuk mencapai konsentrasi obat dalam darah pada tingkat menengah

sampai tinggi. Ketika pasien sudah dalam fase maintenance, dosis dapat

diturunkan untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan. Pemeriksaan

Page 36: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

laboratorium secara berkala perlu dilakukan untuk menilai fungsi thyroid, ginjal

dan sel-sel darah.

Antidepresan diberikan pada pasien skizoafektif tipe depresif, tetapi harus

dengan perhatian yang ketat karena dapat terjadi pergeseran gejala dari episode

depresif menjadi episode manik pada pemberian antidepresan. Antidepresan lini

pertama yang diberikan adalah golongan SSRI, karena selain cukup efektif, obat

ini juga memiliki sedikit efek samping pada sistem kardiovaskular. Pasien

skizoafektif dengan gejala agitasi atau insomnia lebih berespon dengan obat

golongan trisiklik.

3.2 DEPRESI DENGAN GEJALA PSIKOTIK

3.2.1 Definisi Depresi

Depresi merupakan salah satu gangguan mood. Gangguan mood dianggap

sebagai sindrom, yang terdiri atas sekelompok tanda dan gejala bertahan selama

berminggu-minggu, berbulan-bulan yang menunjukkan penyimpangan nyata

fungsi habitual seseorang serta kecenderungan untuk kambuh, sering dalam bentu

periodik atau siklik.1 Pasien dengan mood terdepresi (yaitu, depresi) merasakan

hilangnya energi dan minat, perasan bersalah, sulit berkonsentrasi, hilang nafsu

makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri.2

Episode depresi berat harus harus ada setidaknya 2 minggu dan seseorang

yang didiagnosis memiliki episode depresif berat terutama juga harus mengalami

empat gejala dari daftar yang mencakup perubahan berat badan dan nafsu makan,

perubahan tidur dan aktivitas, tidak ada energi, rasa bersalah, berpikir dan

membuat keputusan, serta pikiran berulang mengenai kematian dan bunuh diri.1

3.2.2 Manifestasi Klinis

Page 37: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Mood terdepresi, kehilangan minat dan berkurangnya energi adalah gejala

utama dari depresi.Pasien mungkin mengatakan perasaannya sedih, tidak

mempunyai harapan, dicampakkan, dan tidak berharga. Emosi pada mood depresi

kualitasnya berbeda dengan emosi duka cita atau kesedihan yang normal.3

Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua pertiga

pasien depresi, dan 10 sampai 15 persen diantaranya melakukan bunuh

diri.Mereka yang dirawat di rumah sakit dengan percobaan bunuh diri mempunyai

umur hidup lebih panjang dibandingkan yang tidak dirawat. Beberapa pasien

depresi terkadang tidak menyadiari ia mengalami depresi dan tidak mengeluh

tentang gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman dan

aktivitas yang sebelumnya menarik bagi dirinya.3

Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh tentang penurunan energi

dimana mereka mengalami kesulitan menyelesaikan tugas, mengalami hendaya di

sekolah dan pekerjaan, dan meurunnya motivasi untuk terlibat dalam kegiatan

baru.Sekitar 80 persen pasien mengeluh masalah tidur, khususnya terjada dini hari

(terminal insomsia) dan sering terbangun di malam hari karena memikirkan

masalah yang dihadapi. Kebanyakan pasien menunjukkan peningkatan atau

penurunan nafsu makan demikian pula dengan bertambah dan menurunnya berat

badannya serta mengalami tidur lebih lama dari biasanya.3

Kecemasan adalah gejala tersering dari depresi dan menyerang 90 persen

pasien depresi. Berbagai perubahan asupan makanan dan istirahat dapat

menyebabkan timbulnya penyakit lain secara bersamaa, seperti diabetes,

hipertensi, penyakit paru obstruksi kronik, dan penyakit jantung. Gejala lain

termasuk haid yang tidak normal dan meurunnya minat serta aktivitas seksual.3

Pada pemeriksaan status mental, episode depresi memperlihatkan retardasi

psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang paling umum, walaupun agitasi

psikomotor juga sering ditemukan, khususnya pada pasien usia lanjut.

Menggenggamkan tangan dan menarik-narik rambut merupakan gejala agitasi

yang paling umum. Secara klasik, seorang pasien depresi memiiki postur yang

membungkuk, tidak terdapat pergerakan yang spontan, dan pandangan mata yang

putus asa dan memalingkan pandangan. Pasien depresi seringkali dibawa oleh

Page 38: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

keluarga atau teman kerjanya karenan penarikan sosial dan penurunan aktivitas

secara menyeluruh.2

Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatn dan volume bicara

yang menurun, berespons terhadap pertanyaan dengan kata tunggal dan

menunjukkan respons yang melambat terhadap pertanyaan. Secara sederhana,

pemeriksa mungkin harus menunggu dua atau tiga menit untuk mendapatkan

suatu respons terhadap suatu pertanyaan.2

Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan menderita

episode depresif berat dengan ciri psikotik.Waham atau halusinasi yang sesuai

dengan mood terdepresi dikatan sesuai mood (mood-congruent).Waham sesuai

mood pada seorang pasien terdepresi adalah waham bersalah, memalukan, tidak

berguna, kemiskinan, kegagalan, kejar dan penyakit somatic terminal (sevagai

contoh, kanker dan otak “yang membusuk”). Isi waham atau halusinasi yang tidak

sesuai mood (mood-incongruent) adalah tidak sesuai dengan mood terdepresi.

Pasien depresi juga memiliki pandangan negatif tentang dunia dan dirinya

sendiri.2

3.3 Diagnosis

Skala penilaian objektif untuk depresi

Skala penilaian objektif untuk depresi dapat berguna dalam praktik klinis

untuk mendapatkan dokumentasi keadaan klinis pada pasien terdepresi. Zung Self-

Rating Depression Scale adalah skala pelaporan yang terdiri dari 20 pertanyaan.

Skor normal adalah 34 atau kurang, skor terdepresi adalah 50 atau lebih. Skala

memberikan petunjuk global tentang kekuatan (intensitas) gejala depresi pasien,

termasuk ekspresi afektif dari depresi.3

Raskin Depression Scale adalah skala yang dinilai oleh dokter yang

mengukur keparahan depresi pasien, seperti yang dilaporkan oleh pasien dan

seperti yang diamati oleh dokter, pada skala lima angka dari tiga dimensiL laporan

verbal, pengungkapan perliaku, dan gejala sekunder. Skala ini memiliki rentang 3

sampai 13: normal adalah 3, dan terdepresi adalh 7 atau lebih.2

Page 39: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D) adalah skala depresif

yang digunakan secara luas yang memiliki sampai 24 nomor, masing-masingnya

memiliki nilai 0 sampai 4 atau 0 sampai 2, dengan skor total ada;h 0 sampai 76.

Penilaian diturunkan dari suatu wawancara klinis dengan pasien. Klinisi menilai

jawaban pasien terhadap pertanyaan tentang perasaan bersalah, bunuh diri,

kebiasaantidur, dan gejala depresi lainnya.2

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ-III.6

Pedoman diagnostik pada depresi dibagi menjadi :

A. Semua gejala utama depresi :

afek depresif

kehilangan minat dan kegembiraan

berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.

C. Gejala lainnya:

konsentrasi dan perhatian berkurang

harga diri dan kepercayaan diri berkurang

gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

pandangan masa depan yang suram dan pesimis

gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

tidur terganggu

nafsu makan berkurang

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan

tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan

untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu dari 2 minggu.

Episode Depresif Ringan menurut PPDGJ III5,6

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti

tersebut di atas

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya

Page 40: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode

berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu

(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa

dilakukannya.

Episode Depresif Sedang menurut PPDGJ III5,6

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya

(3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu

(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan,

dan urusanrumah tangga.

Episode Depresif Berat dengan Tanpa Gejala Psikotik menurut PPDGJ III5,6

(1) Semua 3 gejala utama depresi harus ada

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa

diantaranya harus berintensitas berat

(3) Bila ada gejala penting (misalnya retardasi psikomotor) yang menyolok,

maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak

gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh

terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.

(4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas

(F.32.2) tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.

Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau

malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.

Halusinasi auditorik atau alfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau

menuduh, atau bau kotoran. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada

stupor.

Page 41: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

3.6 Tatalaksana

Berbagai obat dan teknik psikoterapi telah dikembangkan untuk

memulihkan penderita depresi. Pada sebagian besar kasus, pengobatan penderita

depresi akan paling efektif dengan mengkombinasikan pemberian obat-obatan

oleh psikiater dengan pemberian psikoterapi oleh psikolog.7

Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi dan beberapa

memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada

diagnosis, berat penyakit, umur pasien, dan respon terhadap terapi sebelumnya.

Bila seseorang menderita depresi berat, maka diperlukan seorang yang dekat dan

yang dipercayainya untuk membantunya selama menjalani pemeriksaan dan

pengobatan depresi tersebut.Kadang seorang penderita depresi berat perlu rawat

inap di rumah sakit, kadang cukup dengan pengobatan rawat jalan.7,8

1. Terapi psikologik.

Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati,

pengertian, dan optimistik. Bantu pasien mengindentifikasi dan mengekspresikan

hal-hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya. Identifikasi faktor

pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem

eksternal (misal pekerjaan) arahkan pasien terutama selama episode akut dan bila

pasien tidak aktif bergerak.

Terapi kognitif-perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi

ringan dan sedang. Diyakini oleh sebagian orang “ketidak berdayaan yang

dipelajari”, depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan

memberikan pengalaman-pengalaman sukses. Dari perpektif kognitif pasien

dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif dan harapan-

harapan negatif. Terapi ini mencegah kekambuhan.7

2. Terapi Fisik

Pada farmakoterapi digunakan obat anti depresan, dimana anti depresan

dibagi dalam beberapa golongan yaitu :

Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine, clomipramine dan

opipramol.

Page 42: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan amoxapine.

Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine

Oxsidase-A), seperti : moclobemide.

Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.

Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti :

sertraline, paroxetine, fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek

klinis) sekitar 2-4 minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam serta

waktu paruh sekitar 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari).3,8

Page 43: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

BAB IV

ANALISIS KASUS

Tn. BS, laki-laki 27 tahun, datang ke Poli Erba dengan keluhan tidak bisa

tidur, sebab utama pasien dibawa ke Poli Erba Os sering melempar-lempar barang

sejak ± 2 minggu yang lalu.

Dari alloanamnesis didapatkan bahwa pasien mulai mengalami perubahan

perilaku sejak ± 2 bulan yang lalu. Kurang lebih 2 bulan yang lalu, pasien

mengeluh pusing, sejak saat itu os dilaporkan sering melamun dan sering

mengurung diri. Pasien juga dikatakan sering melihat ke dinding rumah. Pasien

menjadi sering murung, menutup diri, dan membatasi interaksi dengan keluarga,

bahkan komunikasi sering tidak nyambung. Selain itu, pasien menjadi sering

menangis tanpa alasan. Saat ditanya oleh keluarganya, os tidak mau menjawab

dan langsung menangis. Pasien memang dikenal sebagai pribadi yang pendiam

dan cenderung tertutup. Os kesulitan memulai tidur dan sering terbangun dimalam

hari. Nafsu makan os menurun.

Enam minggu kemudian, pasien mengalami perubahan perilaku. os mulai

sering melempar-lempar barang yang ada didekatnya, ketika ditanya os

mengatakan terdapat suara yang menyuruhnya untuk melakukan hal tersebut.

Selain itu, os juga sering berbicara serta tertawa sendiri dan terkadang tidak

nyambung saat diajak mengobrol.

Kemungkinan stressor pada pasien, keluarga menyatakan bahwa os terlihat

sering murung setelah putus dari kekasihnya 3 bulan yang lalu, os merasa tidak

layak menjadi kekasihnya akibat os tidak memiliki pekerjaan layak dan tidak

dapat membahagiakan kekasih os, lalu os ditinggalkan oleh kekasih os.

Berdasarkan pengamatan pemeriksa, sensorium pasien saat dinilai adalah

compos mentis, terdapat kontak adekuat. Pasien dinilai kooperatif, normoaktif,

afek sesuai. Mood hipotimik, emosi labil. Dugaan adanya halusinasi auditorik

didapatkan dari kesimpulan alloanamnesis dan autoanamnesis.

Page 44: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

Pada pasien ini, ditemukan gejala-gejala utama depresi yaitu kehilangan

minat dan kegembiraan (melamun dan sering menangis tanpa alasan) serta

berkurangnya energi. Gejala depresi lainnya seperti sulit tidur, nafsu makan

berkurang, kepercayaan diri berkurang, Gagasan bahwa dirinya tidak berguna,

ataupun ide untuk bunuh diri disangkal. Gejala-gejala yang ditemukan pada

pasien mengarah ke kondisi depresi yang terjadi dalam kurun waktu ± 2 bulan

yang lalu.

Selain gejala depresi, pada pasien ini juga ditemukan adanya gejala

psikotik. Sehingga diagnosis skizofrenia belum dapat disingkirkan. Temuan yang

mengarah pada skizofrenia di antaranya adanya dugaan halusinasi auditorik dari

hasil alloanamnesis berupa kecenderungan pasien berbicara dan tertawa sendiri,

dan dikonfirmasi dari pernyataan pasien.

Berdasarkan DSM-IV maupun PPDGJ-III, gejala klinis yang ditemukan

pada pasien ini mengarah ke gangguan skizoafektif, dikarenakan adanya gejala

gangguan mood (depresi) dan skizofrenia pada saat yang bersamaan. Pada pasien

ini gejala yang lebih menonjol adalah gejala depresi. Maka pada aksis I gangguan

berupa skizoafektif tipe depresi. Tidak ada diagnosis pada aksis II. Aksis III tidak

ada diagnosis. Pada aksis IV stressor berupa masalah percintaan. Aksis V GAF

scale saat diperiksa 80-71. Pasien didiagnosis banding dengan F32.3 episode

depresif berat dengan gejala psikotik dan F23.2 gangguan psikotik lir-skizofrenia

(schizophrenia-like) akut.

Terapi yang diberikan berupa psikofarmaka dan psikoterapi. Psikofarmaka

yang diberikan berupa Risperidon 1 mg 2 x 1 sebagai antipsikotik dan amitriptilin

2 x 1 sebagai antidepresan. Psikoterapi pada pasien ini lebih ditekankan kepada

psikoterapi keluarga, dimana keluarga dapat membantu dan mendukung

kesembuhan pasien. Selain itu, psikoterapi suportif ditujukan untuk memberi

dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi masalah, serta

memotivasi pasien agar meminum obat secara teratur, dan rutin kontrol setelah

pulang dari perawatan di rumah sakit.

Page 45: Skizoafektif Depresif Arzi Dan Annisa

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of

Psychiatry. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins: 2003

2. Benjamin J., Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadock’s Pocket

Handbook of Psychiatric Drug Treatment

3. Kaplan HI, Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II.

Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 33-46

4. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive

Textbook of Physchiatry. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William &

Wilkins: 2009

5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta; 2001.

6. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III

dan DSM-5. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta;

2013.

7. Jiwo T. Pusat Pemulihan dan Pelatihan Penderita Gangguan Jiwa.

Available from URL: http://www.tirtojiwo.seri-depresi.pdf.com

8. Sulistia G. Ganiswarna. Farmakologi dan terapi. 4 th ed. Indonesia; Gaya

baru jakarta. 1995

9. Junaldi I. Anomali Jiwa. Dalam : Gangguan Kecemasan. Edisi 1.

Yogyakarta:Percetakan Andi, 2012. Hal:124-141