Skill Lab Konserv

23
1 | Laporan Skill Lab Klinik Ilmu Konservasi Gigi Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG lmu konservasi adalah salah satu bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan untuk mencegah, merawat dan merestorasi penyakit, kerusakan, dan kelainan yang mengenai jaringan keras dan lunak gigi untuk mengembalikan fungsi, bentuk, estetik dan perlindungan jaringan pendukung gigi serta mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut. Ilmu konservasi gigi meliputi: 1. Operative Dentistry (ilmu konservasi jaringan keras gigi). Ilmu yang mempelajari teknik restorasi kerusakan / penyakit pada jaringan keras gigi dengan menggunakan bahan tumpatan plastis dan non plastis 2. Endodontik Ilmu kedokteran gigi yang meliputi etiologi, diagnosis, pencegahan dan perawatan penyakit pulpa gigi dan jaringan periapikal yang disebabkan oleh penyakit pulpa Pada blok oral diagnosa dan rencana perawatan, kami akan mempelajari cara pemeriksaan pasien, baik subjektif (anamnesa) maupun objektif (inta oral dan ekstra oral) untuk menegakkan diagnosa serta rencana perawatan. Penegakkan diagnosa berdasarkan analisis hasil keluhan penderita, gejala subjektif, intra oral, ter vitalitas dan bila perlu pemeriksaan penunjang dengan roentgen foto. Pada skill lab minggu ke- lima ini, kami masuk ke klinik konservasi, untuk hasil diagnosa dan rencana perawatan dari skill kelompok kami selanjutnya akan kami bahas di bab pembahasan

description

laporan prakyikum skilllab konservasi gigi

Transcript of Skill Lab Konserv

Page 1: Skill Lab Konserv

1 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

lmu konservasi adalah salah satu bagian dari ilmu kedokteran gigi yang

bertujuan untuk mencegah, merawat dan merestorasi penyakit, kerusakan, dan

kelainan yang mengenai jaringan keras dan lunak gigi untuk mengembalikan

fungsi, bentuk, estetik dan perlindungan jaringan pendukung gigi serta

mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut.

Ilmu konservasi gigi meliputi:

1. Operative Dentistry (ilmu konservasi jaringan keras gigi).

Ilmu yang mempelajari teknik restorasi kerusakan / penyakit pada jaringan

keras gigi dengan menggunakan bahan tumpatan plastis dan non plastis

2. Endodontik

Ilmu kedokteran gigi yang meliputi etiologi, diagnosis, pencegahan dan

perawatan penyakit pulpa gigi dan jaringan periapikal yang disebabkan

oleh penyakit pulpa

Pada blok oral diagnosa dan rencana perawatan, kami akan mempelajari cara

pemeriksaan pasien, baik subjektif (anamnesa) maupun objektif (inta oral dan

ekstra oral) untuk menegakkan diagnosa serta rencana perawatan. Penegakkan

diagnosa berdasarkan analisis hasil keluhan penderita, gejala subjektif, intra oral,

ter vitalitas dan bila perlu pemeriksaan penunjang dengan roentgen foto.

Pada skill lab minggu ke- lima ini, kami masuk ke klinik konservasi, untuk

hasil diagnosa dan rencana perawatan dari skill kelompok kami selanjutnya akan

kami bahas di bab pembahasan

Page 2: Skill Lab Konserv

2 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Posisi Dan Zona Kerja Dokter Gigi, Perawat/ Asisten Dan Pasien

Saat ini, kedokteran gigi dianggap sebagai profesi yang menuntut

ketelitian dan konsentrasi tinggi. Selain itu, kinerja dokter gigi juga terkait

dengan gangguan muskuloskeletal, terutama leher dan tungkai atas, serta

nyeri punggung bawah. Cedera tersebut dapat menyebabkan pensiun dini

(Gandavadi, 2007). Area kerja (mulut) yang terbatas sehingga dokter gigi

perlu mengadopsi postur atau posisi kerja yang fleksibel untuk mencegah

terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSD).

Seiring dengan makin kompleksnya pelayanan dalam bidang kedokteran

gigi, profesi di bidang ini juga turut berkembang. Dahulu, cukup hanya dokter

gigi saja yang memberikan pelayanan, kini di negara-negara maju seperti

Amerika Serikat, pelayanan diberikan oleh sebuah tim yang terdiri dari

Dentist, Dental Hygienist, Dental Assistant, dan Dental Technician. Di

Indonesia, pelayanan kedokteran gigi dilakukan oleh 2 orang yaitu Dokter

Gigi dan Perawat Gigi.

Risiko penyakit muskuloskelatal dapat diminimalkan dengan

memaksimalkan efektivitas posisi operator, pasien dan peralatan. Konsep

ergonomi diperkenalkan di kedokteran gigi dalam rangka untuk memperbaiki

kondisi kerja operator, konsep kerja yang meliputi posisi duduk dan Four

Handed Dentistry.

Four Handed Dentistry merupakan perawatan gigi yang dilakukan

dengan 4 tangan secara bersamaan, 2 tangan operator dan 2 tangan asisten.

Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja

di sekitar Dental Unit yang disebut Clock Concept. Zona kerja diidentifikasi

menggunakan wajah pasien sebagai wajah/ muka jam dengan kepala pasien

Page 3: Skill Lab Konserv

3 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien. Zona

kerja tersebut dibagi menjadi 4, yaitu operator’s zone, assistant’s zone,

transfer zone dan static zone.

Operator’s zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Assistant’s zone

adalah zona tempat pergerakan perawat gigi atau asisten. Transfer zone

adalah daerah tempat transfer alat dan bahan antara tangan dokter gigi dan

tangan asisten. Instrumen diberikan dari asisten ke dokter gigi lewat dada

pasien. Jangan memberikan alat di atas mata pasien. Sedangkan static zone

adalah daerah tanpa pergerakan dokter gigi maupun perawat gigi serta tidak

terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan meja instrumen bergerak

(Mobile Cabinet) yang berisi instrumen tangan serta peralatan yang dapat

membuat takut pasien.

Keempat zona tersebut untuk right-handed operator adalah:

Area Operator (Operator’s zone) : Jam 7 – 12 (Aktivitas Operator)

Area Asistan (Assistant’s zone) : Jam 2 – 4 (Aktivitas Asisten)

Area Transfer (Transfer zone) : Jam 4 – 7 (Instrumen diberikan)

Area Statis (Static zone) : Jam 12 – 2

Keempat zona tersebut untuk left-handed operator adalah:

Page 4: Skill Lab Konserv

4 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Area Operator (Operator’s zone) : Jam 12 – 5 (Aktivitas Operator)

Area Asistan (Assistant’s zone) : Jam 8 – 10 (Aktivitas Asisten)

Area Transfer (Transfer zone) : Jam 5 – 8 (Instrumen diberikan)

Area Statis (Static zone) : Jam 10 – 12

Posisi Operator

Berdiri

- Berdiri tegak, kedua kaki bertumpu diatas lantai

- Berat badan dibebankan pada kedua telapak kaki

- Mulut pasien setinggi siku operator

Duduk

- Duduk kedua kaki bertumpu diatas lantai, lengan kaki bagian bawah

membentuk sudut 90° dengan lengan kaki bagian atas / paha.

- Punggung lurus, bahu simetris sama tinggi.

- Jarak mata ke medan kerja + 6 inci

- Pandangan ke medan kerja tidak terhalang

- Mulut pasien sama tinggi dengan siku operator

The 10 o'clock position.

Posisi jam 10 memungkinkan dokter gigi untuk mencapai rahang atas

kanan, rahang atas kiri dan rahang bawah kiri. Beberapa dokter gigi lebih suka

mencapai seluruh bagian gigi, dengan menggeser ke posisi jam 9 dan pasien

agak naik sedikit, maka rahang bawah kanan akan lebih mudah dicapai.

Cara mengambil posisi jam 10.00

Dokter gigi duduk di kursinya dengan kaki paralel lantai, punggung tegak

pada sandaran dan kaki pada posisi yang mudah digerakkan ke arah posisi

yang benar, di sebelah kanan dan agak ke belakang kepala pasien. Siku bebas

dan jari-jari kedua tangan mudah menerima instrumen dari asisten untuk

perawatan.

Jari-jari yang lain: menjaga/memblok supaya pandangan bebas melihat

Page 5: Skill Lab Konserv

5 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

gigi yang dirawat dan instrumen, serta bertumpu pada gigi di sebelahnya

untuk menjaga supaya pada pemakaian atau bur tidak meleset dan melukai

gingiva, pipi, dan bibir.Fungsi kaca mulut adalah untuk absorpsi cahaya,

refleksi cahaya, menyingkirkan bibir dan pipi, serta kontrol saliva.

Posisi jam 10.00 untuk rahang atas kiri.

Dengan memutar kepala pasien sedikit ke kanan dan memegang kaca

mulut jauh dari bidang oklusal gigi-geligi kiri dan mendekati tepi bibir bawah,

maka gigi-geligi rahang atas akan terlihat jelas.

Jari ketiga dan keempat tangan kiri atau kaca mulut diletakkan di muka

permukaan oklusal molar satu atau dua, secara otomatis akan menyingkirkan

pipi dan bibir sehingga permukaan gigi-geligi tersebut akan terlihat jelas.

Posisi jam 10.00 untuk rahang atas kanan

Sama seperti posisi untuk gigi kiri, hanya muka pasien digerakkan sedikit ke

kiri dan menempatkan jari-jari bebas pada permukaan bukal gigi molar satu

atau molar dua kanan atas, maka handpiece atau instrumen mudah dikontrol.

Posisi jam 10.00 untuk rahang bawah kiri

Posisi dokter gigi: seluruh baan condong ke depan sedikit dan tetap lurus.

Kepala pasien diputar ke kanan sedikit serta kaca mulut menghadap regio

tersebut dan diletakkan pada permukaan bukal gigi-gigi molar.

Rest untuk handpiece: jari diletakkan di atas kaninus bawah kiri. Pipi

dan bibir disingkirkan dengan jari ketiga dan keempat dengan keseimbangan

dari luar mulut pasien. Penerangan pada gigi-geligi didapat dari refleksi kaca

mulut.

Posisi jam 09.00

Posisi dokter gigi disebelah kanan pasien, tegak lurus bahu dan long axis

badan pasien.

Page 6: Skill Lab Konserv

6 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Untuk melihat rahang bawah kanan, agar lebih jelas dan tegas, kepala pasien

agak sedikit ditundukkan. Dokter gigi dengan wajah pasien membentuk sudut

450. Penerangan harus langsung dengan lampu pada posisi 90

0.

Posisi ini terutama menguntungkan untuk perawatan permukaan bukal dan

labial dari seluruh gigi-geligi rahang atas, tetapi pasien harus betul-betul

terlentang.

Dengan menggerakkan muka pasien sedikit ke kiri, permukaan bukal seluruh

rahang atas kanan akan jelas. Rahang atas kiri terlihat bila muka pasien

digeser sedikit ke kanan. Jangan lupa retract dengan kaca mulut dan rest

position dari jari-jari yang lain

Posisi Pasien

Duduk

Untuk Operator yang Berdiri

- Pasien duduk pada kursi gigi sedikit miring ke belakang (slight backward

tilt)

- Berat badan pasien bertumpu pada sudut yang dibentuk oleh alas kursi dan

sandaran punggung

- Posisi mulut pasien membuat sudut 30° dengan bidang horisontal.

- Mulut pasien setinggi siku operator

Untuk Operator yang Duduk

- Pasien duduk di kursi gigi sedikit miring ke belakang

- Posisi mulut pasien membuat sudut 45° dengan bidang horisontal

- Mulut pasien setinggi siku operator

Telentang (Supine Position)

- Pasien tidur telentang pada kursi gigi

- Semua tubuh tertopang pada kursi gigi

- Kepala segaris dengan punggung

- Otot leher dan kepala berada pada posisi normal/istirahat

- Mulut pasien setinggi siku operator dan setinggi lutut asisten

Page 7: Skill Lab Konserv

7 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Posisi Asisten

- Asisten duduk posisi lebih tinggi dari operator

- Kedua kaki bertumpu pada kursi asisten

- Lutut asisten setinggi mulut pasien

- Punggung lurus

- Pandangan asisten dan operator ke medan

- Pandangan harus jelas tak terhalang

.

2.2 Prosedur Penegakkan Diagnosa di Klinik Konservasi Gigi

Diagnosis dalam kedokteran gigi merupakan suatu tindakan untuk

menentukan adanya penyakit yang berhubungan dengan gigi dan jaringan

penyangganya. Sedangkan gejala adalah kesatuan informasi, yang dicari di

dalam diagnosis klinis dan didefinisiskan sebagai fenomena atau tanda-tanda

suatu permulaan keadaan sakit yang normal dan indikatif. Gejala dapat

diklasifikasikan sebagai berikut : gejala subjektif adalah gejala yang dialami

dan dilaporkan oleh pasien kepada dokter; gejala objektif adalah gejala yang

dipastikan oleh dokter melalui berbagai uji/tes. ( Louis I. Grossman, 1995 )

Sebelum menegakkan diagnosa, catat identitas pasien terlebih dahulu,

meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat , pekerjaan dan elemen yang

akan diperiksa

Cara Menegakan diagnosa

Tahap-tahap menegakan diagnosis:

- Tentukan keluhan utama

- Tentukan informasi penting yang berkaitan dengan riwayat medis dan

riwayat kesehatan pasien

- Lakukan pemeriksaan objektif dan pemeriksaan radiografis secara teliti

Page 8: Skill Lab Konserv

8 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

- Lakukan analisis data yang diperoleh

- Formulasikan diagnosis dan rencana perawatan dengan tepat

Pemeriksaan Subjektf

a. Keluhan utama/ anamnesa

Merupakan inforasi pertama yang diperoleh, berupa gejala atau masalah

yang diutarakan pasien dengan bahasanya tersendiri,yang berkaitan

dengan kondisi yang menyebabkannya cepata-cepata datang mencari

perawatan. Mengungkap riwayat medis berupa rasa sakit sesuai dengan

bahasa penderita , meliputi:

- Tujuan penderita datang

- Lokasi gigi yang dikeluhkan

- Kapan pertama kali timbul rasa sakit

- Bentuk rasa sakit

- Berapa lama rasa sakit terasa

- Penyebab rasa sakit (spontan, rangsangan, trauma)

- Daerah yang terliat (loka/ setempat, menjalar )

- Ada tidaknya pembengkakan

- Usaha pasien untuk meredakan rasa sakit ( obat, kumur air dingin)

Dari anamnesa ini sangat menunjang dalam menentukan diagnosa dan

patofisiologis ( proses perjalanan suatu penyakit)

b. Riwayat medis

Riwayat medis menyediakan informasi mengenai kerentanan dan reaksi

pasien terhadap infeksi, hala-hal mengenai pendarahan, obat-obat yang

telah diberikan, dan status emosionalnya. Riwayat medis tidak

dimaksudkan sebagai pemeriksaan klinis lengkap, cukup formulir

pemeriksaan secara singkat yang berisi penyakit serius yang sedang dan

pernah diderita, serta pemedahan yang perbah dialami. Jika ditemukan

penyakit fisik atau psikologis yang parah atau penyakit yang masih

diragukan yang mungkin mengganggu diagnosis dan perawatan, lakukan

Page 9: Skill Lab Konserv

9 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

pemeriksaan lebih lanjut dan dikonsultasikan dengan profesi kesehatan

lainnya.

Keadaaan medis yang kontraindikasi bagi perawatan saluran akar iridasi

jaringan rongga mulut atau penyakit yang mengganggu system imun

pasien seperti AIDS. Daerah kepeduliaan lain yang mungkin memerlukan

perawatan khusus adalah meningkatnya insidens alergi terhadap lateks,

terapi pengganti glukokortikosteroid, hepatitis, hemostatis tertunda,

kondisi jamtung tertentu, dan penggantian sendi.

c. Riwayat dental

Merupakan ringkasa dari penyakit dental yang pernh dan sedang diderita.

Informasi dalam riwayat dental mengungkapakan pula penyakit-penyakit

gigi yang pernah dialami oleh pasie pada masa lalu serta petunjuk

mengenai masalah psikologis yang mungkin ada dan menjelaskan

sejumlah temuan klinis yang tidak jelas.

d. Perawatan yangg pernah dilakukan sebelumnya

Tanyakan pada penderita perawatan sebelumnya di bidang kedokteran

gigi, jenis perawatannya dan tindakan apa saja yang pernah dilakukan

operator terdahulu kepadanya

e. Alergi

Alergi bahan kedokteran gigi dan obat yang terkait dengan penggunaan

bahan dan obat dalam perawatan bidang kedokteran gigi yang akan

dilkukan.

Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan ekstra oral

penampilan umum, tonus kulit, asimetris wajah, pembengkakan, perubahan

warna, kemerahan, jaringan parut ekstra oral atau saluran sinus,

pembengkakan kelenjar limfe.

Pemeriksaan intra oral

Meliputi pemeriksaan jaringan lunak dan gigi geligi.

Page 10: Skill Lab Konserv

10 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Tes klinis

a. Pemeriksaan visual dan taktil

Suatu pemeriksaan visual dan taktil jaringan keras dan lunak yang cermat

mengandalakan pemeriksaan “three Cs”: color, contour, dan consistency.

Pemeriksaan menggunakan mata, jari-jari tangan, eksplorer dan prob

(probe) periodontal.

b. Pemeriksaan fraktur, abrasi, atrisi

c. Pemeriksaan karies

Karies Superfisial (KS)

Karies Media (KM)

Karies Profunda (KP)

Perforasi (KPP)

- Karena karies

- Karena alat KG

- Karena trauma

d. Tes perkusi

Utk mengevaluasi status peridonsium di sekitar gigi. Seorang klinisi harus

menyadari bahwa tes perkusi tidak mengindikasikan sehat atau tdknya

integritas jar. Pulpa. Cara Gigi di beri pukulan ringan dg menggunakan

jari, kemudian ujung kaca mulut (tangkai instrument), diketuk pd perm

O,F,L. Jgn melakukan perkusi gigi sensitif melebihi toleransi pasien.

e. Tes palpasi

Nekrose pulpa meluas area apikal hilangnya tlg kortikal bag.

Fasial mempengaruhi periosteum inflamasi periosteum

pergerakan gigi yg menandai eksistensi dan derajat sensitivitas akibat

inflamasi periapikal

Pd abses M bawah dilakukan palpasi area submandibular bimanual utk

menentukan apakah ada limphnode submandibular yg tlh terinfeksi akibat

penjalaran penyakit.

Page 11: Skill Lab Konserv

11 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Teknik sederhana dengan menekan ujung jari menggunakan tekanan

ringan

f. Tes mobilitas-depersibilitas

Tes Mobilitas untuk mengevaluasi integritas aparatus di sekeliling gigi.

Tujuannya apakah jaringan penyangga mengikat kuat gigi atau sebaliknya

Tes Depressibilitas untuk melihat pergerakkan gigi pada arah vertical.

Caranya dengan bantuan jari atau instrumen

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan:

Mobiliti derajat 1 adanya pergerakan ringan pd gigi dg soketnya

Mobiliti derajat 2 gerakan gigi dlm soketnya dalam jarak 1 mm

Mobiliti derajat 3 gerakan gigi dlm soketnya dlm jrk >> 1mm atau gigi

dapat ditekan (Perawatan endodontik tidak boleh dilakukan pada gigi

derajat 3, kecuali bila mobilitas dapat dirawat terlebih dahulu, cth abses

apikalis akut)

g. Pemeriksaan Polip

Bila ada perforasi pulpa perlu diperiksa adanya polip pulpa (massa

jarungan lunak dalam cavitas yg mungkin berasal dari pulpa gigi) dan

polip jaringan ikat (massa jaringan lunak dalam cavitas yang mungkin

berasal dari jaringan ikat di bifurkasi gigi)

h. Tes vitalitas

- Stimulasi dentin langsung : dengan menggoreskan sonde pada dentin

yang terbuka. Karies disonde sampai dalam shg mencapai dentin yang

tidak karies. Jika timbul sensasi tajam dan tiba-tiba berarti pulpanya

berisi jaringan vital

- Tes Termal

Tes dingin : pasien akan cepat menunjukkan pulpa vital tersebut tanpa

memperhatikan apakah pulpa itu normal atau abnormal. Tes dingin

dilakukan dg cara etil klorida yang disemprotkan pada butiran kapas,

atau pecahan es yang dimasukkan ke dalam kavitas.

Page 12: Skill Lab Konserv

12 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Dapat juga digunakan salju karbondioksida (coz temperatur -78 derajat

C mampu menembus restorasi penuh pada gigi untuk mendapatkan

respon dari jaringan gigi yang terdapat dibawahnya.

Tes panas : rasa sakit terbatas atau difus, kadang2 dirasakan di tmp

lain. Tes panas dilkkn dg menngunakan gutapercha yang dipanaskan

dan dimasukkan ke dalam kavitas atau kapas yang dibasahi air panas

lalu dimasukkan ke dalam kavitas, atau dengan instrumen panas

Kemungkinan respon dari tes termal :

1. Tidak ada respon

gigi non vital atau vital tp false respon.

- respon negatif palsu : metamorfosis kalsium pd pulpa, mengenai

gigi tetangga, apeks imature, trauma, premedikasi pd pasien

- respon positif palsu : mengenai gingiva

2. Respon rasa sakit ringan – sedang normal

3. Respon rasa sakit yang kuat dan berkurang dg cepat jk stimulus

disingkirkan dr gigi reversible pulpitis

4. Respon rasa sakit yang kuat dan berkurang sec lambat jk stimulus

disingkirkan dr gigi irreversible pulpitis

- Tes Kavitas

Untuk menentukan vitalitas pulpa, dilakukan bila tes termal hasilnya

meragukan dan belum pervorasi.

Dilakukan dg mengebur sampai pertemuan enamel-dentin dg kecepatan

rendah tanpa air pendingin sensitivitas nyeri mrp indikasi vitalitas

pulpa.

Merupakam alternatif terakhir metode penegakkan diagnosa

Sering mengakibatkan kesalahan iatrogenik

- Tes jarum miller

Dilakukan bila kavitas sudah pervorasi pulpa, merupakan kelanjutan dari

tes kavitas. Bila gigi sudah karies profunda perforasi tes vitalitas yang

dilakukan adalah tes jarum miller. Dengan cara memasukkan miller

Page 13: Skill Lab Konserv

13 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

kedalam kavitas, bila sakit hentikan, bila tidak sakit lanjutkan sampai

panjang rata- rata gigi yang diperiksa, lalu dilanjutkan dengan

pemeriksaan penunjang foto rontrgen

- Pengujian pulpa dengan elektrik.

Lebih cermat dalam menentukan vitalitas gigi

Tujuan menstimulasi respon pulpa dengan menggunakan arus listrik

yang makin meningkat pada gigi.

(+) bila ada respon artinya masih vital

(-) bila tidak ada respon artinya gigi non vital

- Tes anastesi

Terbatas bagi pasien yg sedang merasa sakit pd wkt dites dan dengan tes

yg biasa gagal utk memungkinkan seseorang mengidentifikasikan gigi

yang sakit. Tujuan : menganestesi gigi tunggal bertutut-turut sampai rasa

sakitnya hilang dan terbatas pada gigi/area tertentu

Cara menggunakan injeksi infiltrasiatau intraligamen, lakukan injeksi

pada gigi yg plg belakang pd daerah yang dicurigai sbg penyebab rasa

sakit. Jk rasa sakit tetap stlh gigi dianestesi penuh lakukan anestesi pd

gigi disebelahnya lanjutkan sampai rasa sakit hilang.

Namun tes ini jarang digunakan.

Pemeriksaan penunjang

- Radiografi

Radiograf berisi informasi mengenai adanya karies yang dpt melibatkan

pulpa .Radiografi tidak dapat menentukan apakah pulpa itu vital atau tidak,

tetapi daapt mendeteksi perubahan2 yg mungkin terjadi pada perubahan

degeneratif pulpa, lesi karies yg meluas, restorasi yang dalam dan meluas,

tanduk pulpa, pulpotomi, pulp stones, kalsifikasi saluran akar yang meluas,

resorbsi akar, radiolusensi area apeks, fraktur akar, menipisnya ligamen

periodonsium, melihat kedalam masuknya miller dan adanya lesi

periapikal.

Page 14: Skill Lab Konserv

14 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Dalam endodonti utk membantu menegakkan diagnosa, melihat inisial

apikal file, master apikal cone, obturasi dan restorasi akhir, agar tdk terjadi

kesalahan spt over instrumentasi, underfilling, dll a

2.3 Diagnosa Pada Bidang Konservasi Gigi

Diagnosa Klinis

Diagnosa klinis diperoleh dengan cara menganalisa hasil pemeriksaan yang

telah dilakukan dimulai dari pemeriksaan subjektif, objektif, tes vitalitas dan

penunjang. Diagnosa klinik ini merupakan kelainan pulpa. Macam diagnosa

klinik yaitu:

1. Pulpitis Reversible

2. Pulpitis Irreversible

3. Pulpitis Kronis Hiperplastis

4. Nekrosis Pulpa Parsialis

5. Nekrosis Pulpa Totalis

Diagnosa Periapikal

Diperoleh dengan cara menganalisa hasil pemeriksaan subjektif (pernah

bengkak), pemeriksaan obyektif (perkusi dan tekanan), tes penunjang (ronsen

periapikal). Macam kelainan periapikal, yaitu :

1. Dental Granuloma

2. Kista Periapikal

3. Abses Periapikal Kronis

4. Abses Periapikal Akut

2.4 Rencana Perawatan di Bidang Konservasi Gigi

1. DHE

2. Tumpatan

Page 15: Skill Lab Konserv

15 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

- Plastis

KLAS I ( AMALGAM, GIC, SANDWICH)

KLAS II (AMALGAM, KOMPOSIT, SANDWICH)

KLAS III ( GIC, KOMPOSIT)

KLAS IV (KOMPOSIT, SANDWICH)

KLAS V (AMALGAM, GIC, KOMPOSIT)

KLAS VI ( KOMPOSIT)

- Rigid

INLAY (Klas I, Klas II)

ONLAY

MAHKOTA JAKET

MAHKOTA PASAK

MAHKOTA RICHMOND

3. Pulp capping

4. Pulpotomi

5. Perawatan saluran akar gigi vital

Pulpektomi vital

Pulpektomi devital

Apeksogenesis

6. Perawatan saluran akar gigi non vital

Pulpektomi non vital (endo intrakanal)

Apeksifikasi

Page 16: Skill Lab Konserv

16 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Prosedur Penegakkan Diagnosa

Skill lab oral diagnosa kali ini adalah di klinik konservasi gigi. Sebelum

mulai memeriksa pasien, terlebih dahulu alat2 di persiapkan kan. Alat dan

bahan yang dipakai antara lain: kaca mulut, sonde, pinset, ekscavator, probe,

mata bur high speed & low speed, miller, baki, tempat tampon, petridish

bersekat, tempat alkohol, botol & jarum irigasi, contra angle handpiece, saliva

ejector, stick saliva ejector, gelas kumur, lap dada, masker, sarung tangan,

bunsen, tampon, cotton roll, cotton pelet, alkohol, guta percha dan chlor etil.

Setelah alat2 disteril kan dan di tata diatas meja kerja baru pasien dipersilah

kan masuk.

Identitas Pasien.

Hal yang pertama dilakukan adalah menanyakan identitas pasien, yaitu nama

ibu bur yasih, jenis kelamin perempuan, usia 65 th, pekerjaan pensiunan guru

SMP, alamat jl kutai 167, jember. Elemen yang akan diperiksa adalah gigi 12.

Pemeriksaan subjektif

Dilakukan anamnesa tentang keluhan utama penderita, didapat: penderita

datang dengan adanya lubang di gigi depan, pasien ingin gigi nya ditambal,

pasien tidak pernah merasakan sakit sebelumnya. Gigi tersebut sebelumnya

belum pernah dilakukan perawatan di dokter gigi. Dari riwayat medis didapat

pasien memiliki riwayat penyakit jantung dan sesak nafas, tidak ada alergi

obat. Gejala subjektif , meliputi dingin, panas, manis, asam, tajam, linu,

cekot- cekot, berulang, kemeng mengunya/ tekanan, spontan , setempat,

menjalar semua 0 (tidak ada rasa sakit).

Pemeriksaan objektif

Page 17: Skill Lab Konserv

17 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

meliputi ekstra oral dan intra oral, dari ekstra oral didapat tidak ada

pembengkakan kelenjar limfa, pemeriksaan kelenjar limfa ini wajib dilkukan

bila pasien mengeluhkan keluhan spontan. Sebelum memasuki intra oral,

pasien dipersilahkan mengambil posisi di dental chair dan dipasangkan lap

dada, lalu disuruh berkumur agar sisa makanan tidak tertinggal di rongga

mulut. Operator mengambil tempat sesuai dengan gigi yang akan di periksa,

gigi 12, yaitu disebelah kanan pasien, dan posisi diatur senyaman mungkin.

Gambar 3.1 Gambaran Klinis (labial) Karies Profunda Perforasi gigi 12

Gambar 3.2 Gambaran Klinis (palatal) Karies Profunda Perforasi gigi 12

Page 18: Skill Lab Konserv

18 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Dari pemeriksaan intra oral tidak ditemukan adanya pembengkakan intra oral

dan fistula, gigi 12 karies klass III, karies profunda perforasi, karena saat

diperiksa menggunakan probe masuk sampai 5mm. Tekanan, perkusi, palpasi

tidak sakit. Tes tekanan dan perkusi 0 menunjukkan kemungkinan tidak ada

kelainan periapikal. Tidak ada perubahan warna gigi, tidak ada kegoyangan

maupun fraktur, gingiva mengalami resesi, termasuk resesi fisiologis karena

pasien sudah berusia lanjut. Tidak ditemukan polip pulpa atau pun polip

gingiva.

Gambar 3.3 Resesi gingiva fisiologis

Untuk tes vitalitas karena gigi 21 karies profunda perforasi, tidak perlu

dilakukan tes termal maupun tes kavitas, langsung dilakukan tes jarum miller,

namun karena miller tidak bisa masuk, di buatkan cavity entrance. Setelah di

buatkan cavity entrance, miller belum bisa masuk, bahkan walau orifice

sudah terlihat miller tetap tidak bisak masuk sehingga kita tidak bisa

menentukan gigi tersebut nekrosis pulpa parsial atau nekrosis pulpa totalis.

Tahap selanjutnya adalah dilakukan pemeriksaan penunjang

Page 19: Skill Lab Konserv

19 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Pemeriksaan Penunjang

- Gambaran radiografi

Dari hasil gambaran radiografi didapatkan saluran akar atrofi atau terjadi

penyusutan karena proses degeneratif (penuaan) pada pasien berusia lanjut.

Seharusnya gambaran radiografi ini menunjukkan sejauh mana miller masuk

ke apikal, namun karena terjadi penyempitan saluran akar fisiologis miller

tidak bisa masuk. Lamina dura dan membran periodontal juga normal, tidak

terdapat kelainan periapikal.

3.2 Hasil Diagnosa

Diagnosa klinik : Nekrosis Pulpa Parsialis atau Nekrosis Pulpa Totalis

Nekrosis Pulpa Parsialis jika ujung jarum miller belum

mencapai apikal namun pasien sudah merasa sakit.

Nekrosis Pulpa Totalis jika ujung jarum miller sudah

mencapai apikal gigi dan pasien tidak merasa sakit.

Diagnosa kelainan periapikal : 0 (tidak ditemukan kelainan periapikal)

Dari tes perkusi maupun tekanan tidak

didapati rasa sakit, dan pada pemeriksaan

Page 20: Skill Lab Konserv

20 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

penunjang dengan radiografi tidak didapati

ada kelainan, daerah periapikalnya masih

normal.

3.3 Rencana perawatan

1. DHE

DHE dilakukan agar kebiasaan buruk pasien tidak terulang lagi. Dari hasil

anamnesa didapati pasien hanya menyikat gigi satu kali sehari, yaitu saat

pagi hari dan sering memakan permen di malam hari sampai tertidur.

2. Perawatan endo konvensional

Dilakukan perawatan endo karena gigi tersebut gigi terletak pada lengkung

yang benar dan masih dibutuhkan sehingga masih perlu dipertahankan,.

- Jika diagnosis klinik nekrosis pulpa parsialis, perawatan endo yang

dilakukan adalah pulpektomi

Dasar pertimbangan : Pada nekrosis pulpa parsialis, ada jaringan yang

masih normal (belum nekrosis), sehingga

diperlukan perawatan endo dengan anastesi,

yaitu pulpektomi.

Akar sudah tumbuh sempurna sehingga bisa

dilakukan pulpektomi

- Jika diagnosis klinik nekrosis pulpa totalis, perawatan endo yang

dilakukan adalah endo intra kanal

Dasar pertimbangan : Pada nekrosis pulpa totalis, seluruh jaringan

pulpa nekrosis, sehingga perawatan endo yang

dilakukan tanpa menggunakan anastesi, yaitu

endo intrakanal. Endo intrakanal bisa juga

disebut sebagai pulpektomi non vital.

Akar sudah tumbuh sempurna sehingga bisa

dilakukan endo intra kanal

Page 21: Skill Lab Konserv

21 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

3. Restorasi tetap: mahkota pasak

Dasar pertimbangan: kehilangan jaringan mahkota lebih dari ½ dan gigi

tersebut sudah terlalu rapuh sehingga tidak mungkin

dilakukan restorasi kelas III

Page 22: Skill Lab Konserv

22 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

BAB IV

KESIMPULAN

- Dari hasil pemeriksaan subjektif dan objektif didapatkan diagnosa

Nekrosis Pulpa Parsialis atau Nekrosis Pulpa Totalis, dikarenakan saat

pemeriksaan jarum miller, miller tidak bisa masuk karena ada pembuntuan

sehingga tidak bisa ditentukan diagnosa tepatnya

- Rencana Perawatan dilakukan DHE pada pasien. Bila diagnosa Nekrosis

Pulpa Parsialis dilakukan pulpektomi, bila Nekrosis Pulpa Totalis

dilakukan endo intra kanal. Selanjutnya diberi restorasi tetap mahkota

pasak.

Page 23: Skill Lab Konserv

23 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i

Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

DAFTAR PUSTAKA

Chaikumarn, M., 2004, Working Conditions and Dentist’s Attitude Towards

Proprioceptive Derivation, Int. J Occup. Safety and Ergonomics (JOSE),

10 (2): 137.

Gandavadi, A., 2007, Assessment of Dental Student Posture in Two Seating

Conditions using RULA methodology – A Pilot Study, British Dent. J.,

203 (10): 601.

Grossman, L.i., Oliet, S. And Del Rio. 1995. Endodontics Practice. 11 th ed.

Philadelphia : Lea & febiger.

Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Cetakan I. Jakarta : Widya

Medika.

Walton, R. And Torabinejad, M. 1996. Principles and Practice of Endodontics.

2nd

ed. Philadelphia : W. B. Saunders Co.