Skill Lab Hematokezia

17
Budiono 112011101053 Pembimbing : dr. Arief Suseno, Sp.PD SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSD dr.SOEBANDI JEMBER

description

PPT

Transcript of Skill Lab Hematokezia

Budiono112011101053

Pembimbing :dr. Arief Suseno, Sp.PD

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSD dr.SOEBANDI JEMBER

Darah segar yang keluar melalui anus atau rektum dan merupakan

manifestasi tersering dari perdarahan saluran cerna bagian bawah.

Sumber perdarahan biasanya berasal dari anus, rektum, atau kolon

sinistra (sigmoid atau kolon descendens)

Dapat juga berasal dari saluran cerna bagian atas bila perdarahan

berlangsung masif dan cepat disalurkan melalui usus.

• MelenaFeses berwarna hitam karena bercampur darah, biasanya

akibat perdarahan saluran cerna bagian atas (lebih dari 50-100 ml) dan sering disertai hematemesis.

• Darah SamarPerdarahan ringan yang tidak merubah warna feses yaitu

kurang dari 50 ml. Dapat diketahui dengan tes benzidin atau tes guaiac.

Divertikulosis (prevalensi 3%)-Perdarahan dari divertikulum, tidak nyeri dan

tinja berwarna merah marun, perdarahan berhenti spontan dan tidak berulang.

Angiodisplasia (prevalensi 20-40%)-Malformasi vaskular usus yang

mengakibatkan kerusakan pembuluh darah.-Biasanya pada usia tua, dan sering terpapar

radiasi.

Neoplasia KolonTumor kolon yang jinak atau ganas biasanya terdapat pada usia

lanjut dan ditemukannya perdarahan berulang atau darah samar.

Pada keganasan dapat ditepukan Anemis, Kahexia, dan ditemukan massa.

Kolitis Iskemiapenurunan aliran darah viseral dan tidak ada kaitannya dengan

penyempitan pembuluh darah mesenterik.

Penyakit perianalContohnya hemoroid, fisura ani, polip, dan keganasan.

ANAMNESIS RPS : Evaluasi perdarahan tersebut apakah bercampur dengan feses (seperti terjadi pada kolitis atau lesi di proksimal rektum) atau terpisah/menetes (hemoroid)Evaluasi apakah perdarahan bersifat akut : infeksi shigella, amoeba kronis : IBD, keganasan, divertikulitis, polip.pertama kali, berulang, atau terdapat gejala sistemik seperti demam lama (colitis, iskemia mesenterial)

Nyeri Abdomen, Diare & Demam (dapat menunjukkan colitis/neoplasma)

Penurunan berat badan dan pola defekasi, anoreksia, Kahexia, limfadenopati atau massa yang teraba, Anemia (menandakan kemungkinan adanya Keganasan)

Perdarahan tanpa rasa sakit (hemoroid interna, angiodisplasia)

Tanesmus ani (fisura, disentri).

RPD : Memiliki riwayat Hemoroid atau Irritable Bowel Disease (IBD) Riwayat kolonoskopi sebelumnya

RPO : Riwayat penggunaan NSAID atau penggunaan obat antikoagulan

RPK : Riwayat penyakit keluarga berupa keganasan kolon.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tanda-tanda vital untuk mengetahui adanya syok

Pemeriksaan fisik abdomen untuk menilai ada tidaknya rasa nyeri tekan

(iskemia mesenterial), rangsang peritoneal (divertikulitis), massa

intraabdomen (tumor kolon, amuboma, penyakit crohn). Pemeriksaan

sistemik lainnya seperti adanya artritis (Inflammatory Bowel Disease),

demam (kolitis infeksi), Anemia, Kahexia (kanker), PJK (kolitis iskemia).

Rectal Toucher (colok dubur) untuk mengetahui adanya kelainan pada

anorectal : tumor, hemoroid, darah.

Anoskopi / Rektoskopi untuk mengetahui sumber

perdarahan bila berasal dari hemoroid interna atau

adanya tumor rektum. Dapat dikerjakan tanpa persiapan

yang optimal.

Sigmoidoskopi untuk mengetahui perdarahan dari

sigmoid misalnya tumor sigmoid dan menggunakan

persiapan laksan enema (YAL) atau klisma.

Kolonoskopi untuk mengetahui sumber perdarahan

di seluruh bagian kolonoskopi sampai ileum

terminal.

Push enteroskopi yang dilakukan melalui SCBA dan

melewati ligamentum Treitz serta dapat

mengidentifikasi perdarahan pada intestinum

tenue. Sarana ini sangat jarang di Indonesia.

Barium Enema (Colon in loop), pada keadaan efektif mampu

mengidentifikasi berbagai lesi yang dapat diperkirakan sebagai sumber

perdarahan.

Lihat adanya gambaran : filling deffect, apple core appearance.

Angiografi/Arteriografi, injeksi zat kontras lewat a.femoralis dan

a.mesenterika superior atau inferior, memungkinkan visualisasi lokasi

sumber perdarahan. Perdarahan arterial dapat terdeteksi bila >0,5

ml/menit.

Blood Flow Scintigraphy, dapat mendeteksi perdarahan yang bersifat

intermitten dengan cara mengambil scanning pada jam-jam tertentu.

Laboratorium-HemoglobinWanita : 12-16 g/dlPria : 13,5 – 18 g/dl-MCV/mean corpuscular volume (N :80-97 µm3)-LEDWanita : <15 mm/jamPria : <10 mm/jam-CEA/ Carcio Embryonic Antigen (N:5) tumor marker

1. Resusitasi pemberian cairan kristloid seperti NaCl 0,9% ataupun

koloid (menstabilkan hemodinamik)

2. Medikamentosa Pada angiodisplasia, kombinasi estrogen dan

progesteron bisa mengurangi perdarahan. IBD cukup dengan obat

antiinflamasi.

3. Endoskopi Kolonoskopi (untuk melakukan ablasi dan reseksi

polip yang berdarah atau mengendalikan perdarahan yang timbul

pada kanker kolon) dan Sigmoidoskopi (mengatasi perdarahan

hemoroid internal dengan ligasi maupun tehnik termal)

4. Angiografi terapeutik Embolisasi angiografi pilihan terakhir

karena dapat menimbulkan infark kolon sebesar 13-18%.

5. Terapi bedah