Skenario D Blok 13 CML (Osoca)
-
Upload
novi-kemala-sari -
Category
Documents
-
view
147 -
download
0
description
Transcript of Skenario D Blok 13 CML (Osoca)
Skenario D Blok 13 CML
2.2.2 Identifikasi masalah
1. Tn. Andi berusia 48 tahun datang berobat ke rumah sakit dengan keluhan
benjolan pada perut kiri atas dan merasakan perut mudah kenyang sejak 3 bulan
yang lalu. Berat badan dirasakan menurun dalam 3 bulan terakhir.
2. Ia juga kadang-kadang mengalami demam dan banyak keringat pada malam hari.
3. Di keluarga Tn. Andi tidak ada yang mengalami gangguan seperti ini. Tidak ada
riwayat pengobatan sebelumnya.
4. Pemeriksaan fisik:
Tanda vital : Temp 37,90c
Pemeriksaan Spesifik:
Abdomen : Cembung, keras, lien teraba schoeffner 5
Hasil Laboratorium:
- Hitung darah lengkap : leukosit 114.000/mm3
- Gambaran darah tepi : ditemukan Myeloblast 2%, Promyelosit 4%, Myelosit
16%, metamyelosit 20%, netrofil batang 20%, netrofil segmen 30%, dan
limfosit 8%.
Data tambahan Hasil Laboratorium:
- Alkalifosfatase : normal
- Pewarnaan Sitokimia
- Pemeriksaan sitogenetik : Bcr Abl (+)
2.2.3 Analisis Masalah
1. a. Bagaimana anatomi abdomen?
Jawaban:
Abdomen dapat didefinisikan sebagai daerah tubuh yang terletak di antara
diaphragma di bagian atas dan opertura pelvis superior di bagian bawah. Abdomen
terdiri dari 9 regio yaitu: hypocondriaca dextra dan sinistra, epigastrium, Lumbalis
dextra dan sinistra, Umbilicalis, Inguinalis dextra dan sinistra
b. Organ apa saja yang terdapat di region hipocondriaca sinistra?
Jawaban:
1
Regio Hypocondriaca sinistra:
Gaster, Lien, Cauda pancreas, Colon bagian fleksura lienalis, Glandula suprarenalis
kiri.
Pada kasus
Anatomi lien
Lien atau spleen atau limpa merupakan organ RES (Reticuloendothelial system) yg
terletak di cavum abdomen pada regio hipokondrium/ hipokondriaka sinistra. Lien
terletak sepanjang costa IX, X, dan XI sinistra dan ekstremitas inferiornya berjalan ke
depan sampai sejauh linea aksillaris media. Lien juga merupakan organ intra
peritoneal.
Morfologi Lien
Lien memiliki 2 facies, facies diaphragmatica yang berbentuk konvex dan facies
visceralis yang berbentuk lebih datar.
Facies diaphragmatica lien berhadapan dengan diaphragm dan costa IX- XI sinistra.
Sedangkan facies visceralisnya memiliki 3 facies, yaitu facies renalis yang berhadapan
dengan ren sinistra, facies gastric yang berhadapan dengan gaster, dan facies colica
yang berhadapan dengan flexura coli sinistra. Ketiga facies tersebut bertemu pada hilus
lienalis. Dimana hilus lienalis merupakan tempat keluar dan masuknya dari vasa. N.
lienalis. Pada hilus lienalis, juga merupakan tempat menggantung nya cauda pancreas.
Lien memiliki 2 margo, yaitu margo anterior dan margo posterior. Selain itu, lien jg
memiliki 2 ekstremitas, yaitu ekstremitas superior, dan ekstremitas inferior.
Penggantung Lien
- Lig. Gastrolienalis yg membentang dr hilus lienalis smp pada curvature major gaster.
- Lig. Lienorenalis
Vaskularisasi Lien
Lien di vaskularisasi oleh a. lienalis yang merupakan cabang dari truncus coeliacus/
triple hallery bersama a. hepatica communis, dan a. gastric sinistra. Triple hallery
sendiri merupakan cabang dr aorta abdominalis yg dicabangkan setinggi Vertebra
Thoracal XII – Vertebrae Lumbal I.
2
Sedangkan v. lienalis meninggalkan hilus lienalis berjalan ke posterior dr cauda dan
corpus pancreas utk bermuara ke v. portae hepatis bersama dg v. mesenterica superior
dan v. mesenterica inferior.
Innervasi Lien
Lien di innervasi oleh persarafan simpatis oleh n. sympaticus sengmen Thoracal VI – X
dan persarafan parasimpatisnya oleh n. Vagus (n. X)
Fungsi Lien:
- Organ limfoid terbesar
- Tempat pembentukan sel darah saat foetus
- Tempat perombakan Hb
c. Bagaimana hubungan usia 48 tahun dan jenis kelamin laki-laki dengan
kasus?
Jawaban:
- Usia 48 tahun: chronic myelogenous leukemia pada umumnya menyarang
usia 40-50 tahun.
- Jenis kelamin laki-laki: Angka kejadian menurut usia di Amerika Serikat rata-
rata 2 per 100.000 penduduk untuk laki-laki dan 1 per 100.000 penduduk
untuk wanita. Angka kejadian di seluruh dunia bervariasi karena faktor-faktor
tertentu.
d. Bagaimana etiologi dan mekanisme benjolan pada perut kiri atas dan perut
merasa cepat kenyang?
Jawaban:
Etiologi: Splenomegali
Mekanisme:
Translokasi antara kromosom 22 dan kromosom 9 (kromosom Philadelphia)
pembentukan gen hibrid BCR-ABL pada kromosom 22 dan gen resiprokal ABL-
BCR pada kromosom 9Gen hibrid BCR-ABL mensintesis protein 210 kd (p210)
protein 210 meningkatkan aktivitas tirosin kinase mempengaruhi transduksi
sinyal ke inti sel proliferasi pada sel-sel myeloid ↑ (gangguan hematopoiesis)
dan apoptosis↓leukositosis infiltrasi ke RES (spleen) dan Mendesak
3
hematopoiesis ekstramedular (spleen)splenomegaliteraba benjolan kiri atas
mendesak gaster kapasitas gaster ↓ apabila makan gaster terasa cepat penuh
perut merasa cepat kenyang
e. Bagaimana etiologi dan mekanisme berat badan menurun?
Jawaban:
Etiologi: Intake makanan menurun
Mekanisme:
leukositosisinfiltrasi ke RES (spleen) dan Mendesak hematopoiesis
ekstramedular (spleen)splenomegaliteraba benjolan kiri atas mendesak
gaster kapasitas gaster ↓ apabila makan gaster terasa cepat penuh perut
merasa cepat kenyang perut merasa cepat kenyangintake makanan ↓berat
badan menurun
f. Bagaimana hubungan berat badan menurun dan keluhan utama?
Jawaban:
Hubungan berat badan menurun dan keluhan utama adalah karena splenomegali
(teraba benjolan kiri atas) yang akan mendesak gaster menyebabkan perut merasa
cepat kenyang intake makanan ↓berat badan menurun
g. Apa makna keluhan timbul sejak 3 bulan yang lalu?
Jawaban:
Makna keluhan timbul sejak 3 bulan yang lalu adalah: Fase Kronis
CML sering dibagi menjadi tiga fase berdasarkan karakteristik klinis dan hasil
laboratorium. yaitu:
a. Fase Kronis
Pada fase kronis Myeloblast normal tetapi pasien sering mengeluh pembesaran
limpa, atau merasa cepat kenyang akibat desakan limpa terhadap lambung.
Keluhan lainnya yang tidak spesifik misalnya: rasa cepat lelah, nyeri kuadran kiri
atas, distensi abdomen, penurunan berat badan, keringat malam, yang merupakan
gambaran hipermetabolisme akibat proliferasi sel-sel leukemia.
b. Fase Akselerasi
Pada fase akselerasi hitung leukosit menjadi sulit dikendalikan dan abnormalitas
sitogenik tambahan mungkin timbul. Kriteria diagnosa dimana fase kronik berubah
4
menjadi tahapan fase akselerasi bervariasi. Kriteria yang banyak digunakan adalah
kriteria yang digunakan di MD Anderson Cancer Center dan kriteria dari WHO.
Kriteria WHO untuk mendiagnosa CML, yaitu:
- 10-19% myeloblasts di dalam darah atau pada sum-sum tulang.
- >20% basofil di dalam darah atau sum-sum tulang.
- Trombosit 100.000, tidak respon terhadap terapi.
- Evolusi sitogenik dengan adanya abnormal gen yaitu kromosom philadelphia.
- Splenomegali atau jumlah leukosit yang meningkat.
Pasien diduga berada pada fase akselerasi berdasarkan adanya tanda-tanda yang
telah disebutkan di atas. Fase akselerasi sangat signifikan karena perubahan dan
perubahan menjadi krisis blast berjarak berdekatan.
c. Krisis blast
Krisis blast adalah fase akhir dari CML, dan gejalanya mirip seperti leukemia
akut, dengan progresifitas yang cepat dan dalam jangka waktu yang pendek.
Krisis blast didiagnosa apabila ada tanda-tanda sebagai berikut pada pasien CML :
- >20% myeloblasts atau lymphoblasts di dalam darah atau sum-sum tulang.
- Sekelompok besar dari sel blast pada biopsi sum-sum tulang.
- Perkembangan dari chloroma.
Jika dikaitkan dengan kasus: waktu 3 bulan dapat dikategorikan dalam fase kronik karena
untuk fase akselerasi dan krisis blast butuh waktu sekitar 2-3 tahun bahkan lebih untuk
menimbulkan keluhan yang spesifik, sedangkan pada kasu baru 3 bulan. Pernyataan fase kro-
nik ini juga didukung dengan keluhan yang dialami Tn. Andi yang tidak terlalu spesifik
seperti splenomegali, perut cepat penuh, berat badan menurun, demam dan berkeringat pada
malam hari.
2. a. Bagaimana etiologi dan mekanisme demam?
Jawaban:
Etiologi: Hipermetabolisme
Mekanisme:
Translokasi antara kromosom 22 dan kromosom 9 (kromosom Philadelphia)
pembentukan gen hibrid BCR-ABL pada kromosom 22 dan gen resiprokal ABL-BCR
pada kromosom 9Gen hibrid BCR-ABL mensintesis protein 210 kd (p210)
protein 210 meningkatkan aktivitas tirosin kinase mempengaruhi transduksi
5
sinyal ke inti sel proliferasi pada sel-sel ↑ kebutuhan energy meningkat
hipermetabolisme produksi panas tubuh meningkatset-point termolegulator
dinaikkan demam
b. Bagaimana etiologi dan mekanisme banyak berkeringat pada malam hari?
Jawaban:
Etiologi: Hipermetabolisme
Mekanisme:
Proliferasi pada sel-sel ↑ kebutuhan energy meningkat hipermetabolisme
produksi panas tubuh meningkatset-point termolegulator dinaikkan demam
kompensasi tubuh (set point termoregulator diturunkan) Vasodilatasi pembuluh
darah prifer banyak berkeringat pada malam hari.
c. Mengapa Tn. Andi kadang-kadang mengalami demam?
Jawaban:
Karena pada saat terjadinya kompensasi tubuh yaitu berkeringat Tn. Andi tidak
merasakan demam dan tergantung dari metabolisme tubuh apabila
meningkatproduksi panas meningkat dan terjadi demam.
d. Mengapa banyak berkeringat pada malam hari?
Jawaban:
Karena pada malam hari suhu lingkungan lebih rendah daripada suhu tubuh, tubuh
tidak terlalu banyak beraktivitas dan untuk mengkompensasi demam sehingga Tn.
Andi banyak berkeringat pada malam hari.
3. a. Apa makna keluarga Tn. Andi tidak ada yang mengalami gangguan seperti
ini?
Jawaban:
Makna: kasus bukan merupakan penyakit herediter tetapi merupakan penyakit
yang didapat atau acquired.
b. Apakah riwayat keluarga dapat berpengaruh pada keluhan?
Jawaban:
6
Riwayat keluarga dapat berpengaruh tetapi tidak terlalu bermakana karena
penyebab CML belum diketahui. Tidak ada predisposisi khusus terjadinya CML
baik untuk sosial ekonomi, jenis kelamin, familial, maupun ras. Namun, faktor
risiko yang dikenal dapat meningkatkan terjadinya CML adalah paparan dosis
tinggi radiasi pengion. Tiga populasi utama yaitu Jepang terkena radiasi yang
dikeluarkan oleh ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, pasien dengan
spondilitis ankilosis di Inggris yang diterapi dengan radiasi tulang belakang, dan
wanita dengan kanker serviks yang juga menerima terapi radiasi, memiliki
frekuensi CML jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak terpapar.
d. Apa makna tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya?
Jawaban:
Makna : Tidak mendapatkan obat yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena
CML. Contoh obat: obat-obatan kemoterapi. Hal ini dapat digunakan untuk
menyingkirkan etiologi leukemia karena obat.
4. a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme temperature 37,90c?
Jawaban:
Interpretasi temperature: 37,90c : subfebris
Mekanisme:
Translokasi antara kromosom 22 dan kromosom 9 (kromosom Philadelphia)
pembentukan gen hibrid BCR-ABL pada kromosom 22 dan gen resiprokal ABL-BCR
pada kromosom 9Gen hibrid BCR-ABL mensintesis protein 210 kd (p210)
protein 210 meningkatkan aktivitas tirosin kinase mempengaruhi transduksi
sinyal ke inti sel proliferasi pada sel-sel ↑ kebutuhan energy meningkat
hipermetabolisme produksi panas tubuh meningkatset-point termolegulator
dinaikkan demam (subfebris)
b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme pemeriksaan fisik abdomen
(cembung, keras, lien teraba schoeffner 5)?
Jawaban:
Interpretasi: splenomegali
Mekanisme:
7
Translokasi antara kromosom 22 dan kromosom 9 (kromosom Philadelphia)
pembentukan gen hibrid BCR-ABL pada kromosom 22 dan gen resiprokal ABL-
BCR pada kromosom 9Gen hibrid BCR-ABL mensintesis protein 210 kd (p210)
protein 210 meningkatkan aktivitas tirosin kinase mempengaruhi transduksi
sinyal ke inti sel proliferasi pada sel-sel myeloid ↑ (gangguan hematopoiesis)
dan apoptosis↓leukositosis infiltrasi ke RES (spleen) dan Mendesak
hematopoiesis ekstramedular (spleen)splenomegali
5. a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme leukosit 114.000/mm3?
Jawaban:
Interpretasi: leukositosis
Mekanisme:
Translokasi antara kromosom 22 dan kromosom 9 (kromosom Philadelphia)
pembentukan gen hibrid BCR-ABL pada kromosom 22 dan gen resiprokal ABL-BCR
pada kromosom 9Gen hibrid BCR-ABL mensintesis protein 210 kd (p210)
protein 210 meningkatkan aktivitas tirosin kinase mempengaruhi transduksi
sinyal ke inti sel proliferasi pada sel-sel myeloid ↑ (gangguan hematopoiesis) dan
apoptosis↓leukositosis
b. Bagaimana interpretasi dan etiologi pada pemeriksaan gambaran darah tepi?
Jawaban:
Interpretasi menggunakan nilai normal apusan gambaran darah tepi:
No Jenis sel Nilai normal di
darah
Kasus interpretasi Etiologi
1. myeloblas Tidak ada 2% abnormal Proliferasi berlebihan
myeloid immature
menunjukkan gangguan
hematopoiesis.
2. promyelosit Tidak ada 4% abnormal
3. myelosit Tidak ada 16% Abnormal
4. metamyelosit Tidak ada 20% Abnormal
5. neutrofil
batang
0-10% 20% Meningkat Bertambahnya proliferasi
sel
6. neutrofil
segmen
53-79% 30% Menurun Neutrofil segmen
merupakan sel matur,
terjadi penurunan karena
8
pembentukan sel
immature yang
berlebihan dan tidak
dapat diubah menjadi
matur.
7 limfosit 13-46% 8% Menurun Karena rangsangan
tyrosine kinase pada
pembentukan myeloid
yang berlebihan
mengakibatkan
pembentukan produksi
limfoid
menurunlimfosit
menurun.
c. Bagaimana interpretasi dan mekanisme pemeriksaan sitogenetik Bcr Abl
(+)?
Interpretasi: abnormal
Mekanisme: Chronic Myelogenous Leukemia (CML) yang disebut juga sebagai
Chronic Granulocytic Leukemia (CGL) adalah suatu kelainan hemopoiesis klonal
yang disebabkan oleh suatu defek genetik yang didapat dalam sel induk
pluripoten, dan digolongkan sebagai salah satu penyakit mieloproliferatif.
Penyakit ini ditandai oleh adanya translokasi spesifik, t(9;22) (q34 ;q1) yang
dikenal sebagai kromosom Philadelphia (Ph). Translokasi ini mendekatkan gen
ABL (Abelson) ada di lengan panjang kromosom 9 (9q34) dengan gen BCR
(break cluster region) pada kromosom 22 (22q11) sehingga menghasilkan gen
gabungan yang menyandi protein gabungan BCR-ABL.
Khas leukemia: Bcl Abl atau Philadelpia
Mekanisme:
Translokasi antara kromosom 22 dan kromosom 9 (kromososm Philadelphia)
pembentukan gen hibrid BCR-ABL pada kromosom 22 dan gen resiprokal ABL-
BCR pada kromosom 9 gen gabungan yang menyandi protein gabungan
BCR-ABL
9
d. Mengapa dilakukan pemeriksaan alkalifosfatase?
Jawaban:
Pasien dengan keluhan benjolan di perut atas kiri kemungkinan menderita
penyakit leukemia atau polisitemia vera. Penyakit dengan keluhan benjolan pada
perut kiri atas (splenomegali) dilakukan pemeriksaan alkalifosfatse karena
kemungkinan adanya penyakit CML atau polisitemia vera. Apabila telah
dilakukan pemeriksaan alkalifosfatase maka apabila terjadi penurunan atau normal
maka dapat ditegakkan diagnosis CML tetapi apabila terjadi peningkatan maka
dapat ditegakkan diagnosis polisitemia vera. Splenomegali pada kedua penyakit
ini karena terjadi peningkatan kerja spleen. Pada CML akibat infiltrative leukosit
dan proses hematopoiesis ekstrameduler di spleen sedangkan pada polisitemia
vera proses produksi dan destruksi eritrosit di spleen meningkat.
e. Mengapa dilakukan pemeriksaan sitokimia?
Mempermudah untuk menindentifikasi sel hematopoeisis yang imatur dan
biasanya pada leukemia akut.
6. Apa saja kemungkinan penyakit pada kasus ini?
Gejala Kasus CML CLL
Splenomegali + + +
Perut cepat penuh + + +
10
BB turun + + +
Demam + + +
Keringat malam + + +
Lymphadenopati - - +
Leukositosis + + +
Bcr-Abl (+) + + -
7. Apa saja P. Penunjang yang dibutuhkan untuk kasus ini?
Apus sumsum tulang atau Bone Marrow Puncture
Selularitas meningkat (hiperseluler) akibat proliferasi dari sel-sel leukemia,
sehingga rasio mieloid : eritroid meningkat. Megakaryosit juga tampak lebih
banyak. Dengan pewarnaan retikulin tampak bahwa stroma sumsum tulang
mengalami fibrosis.
8. Apa diagnosis kerja kasus ini?
Chronic myelogenus leukemia atau Leukemia granulositik kronis
9. Apa etiologi kasus ini?
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti, namun diketahui beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, seperti:
1. Radiasi
2. Faktor leukemogenik
3. Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat mempengaruhi
frekuensi leukemia:
- Racun lingkungan seperti benzena
- Bahan kimia industri seperti insektisida
- Obat untuk kemoterapi
Untuk kasus ini:
Terdapatnya kromosom Philadelphia (Ph) / kromosom 22q yang terbentuk dari
translokasi resiprokal antara lengan panjang kromosom 9 ke kromosom 22 dan
sebaliknya. Pada kromosom 22 yang rusak tadi terdapat penggabungan gen, yaitu: gen
ABL (abelson) dari kromosom 9 & gen BCR (Break Cluster Region) pada kromosom
22. Gabungan gen ini dikenal dengan nama BCR-ABL (gen hybrid BCR-ABL) yang
11
akan mensintesis protein 210kD. Pada kromosom 9 terbentuk gen resiprokal ABL-
BCR.
11. Bagaimana Tata laksana pada kasus ini?
A. Fase Kronik
Tujuan terapi untuk mencapai remisi lengkap:
1. Remisi hematologi
Hydroxyurea
efek myelosupresivenya masih berlangsung sampai 1 minggu setelah
pengobatan dihentikan
tidak menyebabkan anemia aplastic & fibrosis paru
Dosis : 30 mg/KgBB/hari dosis tunggal / bisa dibagi 2-3 dosis
Interaksi obat : menyebabkan neurotoksisitas jika diberikan bersama 5-
FU
Selama penggunaan, terus pantau Hb, WBC, trombosit, Fungsi ginjal,
fungsi hati
2. Remisi sitogenetik
Imatinib mesylate (gleevec = glyvec)
Antibody monoclonal untuk menghambat aktivitas tyrosine kinase dari
fusi gen BCR-ABL
Diberikan secara oral; diabsorbsi dengan baik di mukosa lambung
Dosis : untuk fase kronis : 400 mg/hari setelah makan; bisa
ditingkatkan sampai 600mg/hari, jika:
- tidak ada respon setelah diberikan selama 3 bulan
- terjadi perburukan secara hematologi yg sebelumnya pernah
mencapai respon yang baik.
Bentuk perburukan : Hb turun, WBC naik dengan atau tanpa
perubahan jumlah trombosit
Turunkan dosis jika terjadi : neutropeni berat (<500/mm3);
trombositopenia berat (<50.000/mm3); terjadi peningkatan
sGOT/sGPT & bilirubin
12
Untuk fase akselerasi / fase krisis blas langsung berikan 800mg/hari
(400mg b.i.d)
ESO : reaksi hypersensitifitas (sangat jarang)
Interaksi obat : efeknya akan meningkat jika diberikan bersama
ketokonazol, simfastatin & fenitoin
Peran : untuk remisi hematologi; remisi sitogenetik (kromosom Ph
hilang/berkurang); remisi biologis (ekspresi gen BCR-ABL & protein
yg dihasilkannya menjadi berkurang)
Interferon α-2a/α-2b
dosis: 5 juta IU/m2/hari; di Indonesia 3 juta IU/m2/hari per kutan.
Biasanya sampai 12 bulan
sekarang ada pegilasi interferon, sehingga penyuntikan cukup 1x
seminggu
premedikasi : analgesic & antipiretik untuk menghindari flue like
syndrome
interaksi obat : efek toksik akan meningkat jika diberikan bersama
teofilin, simetidin, vinblastin & zidovudin
hindari penggunaannya pada usia lanjut, gangguan faal hati & ginjal
yang berat, pasien epilepsy
3. Remisi biomolekular juga dapat menggunakan imatinib mesylate
4. Pencangkokan sumsum tulang.
Pencangkokan paling efektif jika dilakukan pada stadium awal dan kurang
efektif jika dilakukan pada fase akselerasi atau krisis blast.
Indikasi: a) usia tidak lebih dari 60 tahun
b) ada donor yang cocok
c) termasuk golongan risiko rendah menurut perhitungan
socal..
5. Terapi penyinaran untuk limpa kadang membantu mengurangi jumlah sel
leukemik.
6. Splenektomi untuk:
mengurangi rasa tidak nyaman di perut
meningkatkan jumlah trombosit
mengurangi kemungkinan dilakukannya transfusi.
13
7. Menghindari infeksi
12. Apa saja Komplikasi pada kasus ini?
Beberapa masalah dalam penanganan CML :
1. Masalah metabolik
Masalah metabolik terjadi akibat cepatnya sitolisis, yang akan mengakibatkan
terjadinya hiperurikemia, hiperkalemia dan hiperfosfatemia. Hal tersebut harus di
antisipasi, dan di terapi dengan pemberian cairan yang cukup, alkalinisasi dan
pemberian allupurinol.
2. Hiperleukositosis
Peningkatan ekstrim dari leukosit pada LMK dapat menyebabkan komplikasi
leukostatik pada beberapa organ khususnya otak, paru, retina dan penis. Sejak
leukosit kurang seimbang dengan eritrosit akan terjadi peningkatan viskositas
darah akibat peningkatan fraksi leukosit tersebut. Myeloblas merupakan sel yang
lebih kaku dibandingkan dengan leukosit lain, juga meningkatkan viskositas
tersebut.
Jika hiperleukositosis mencapai > 200 000/mm3 atau > 50 000/mm3, penderita
harus diterapi secara simultan dengan obat sitotoksik seperti hidroksiurea 50-75
mg/kgbb/hari dengan infus intravena, transfusi tukar dan transfusi eritrosit.
3. Priapism
Nyeri persisten pada penis mungkin merupakan akibat obstruksi oleh leukemia,
adanya penyumbatan pada korpora kavernosa akibat tertekannya saraf dan vena
oleh pembesaran lien. terapi mencakup pemberian analgetik, pemberian cairan
yang cukup, kompres hangat, radioterapi (pada penis atau lien) dan pemberian
kemoterapi dosis tinggi (50-74 mg/kgbb/hari intravena).
4. Leukemia Meningeal
Leukemia meningeal pada LMK fase kronis sering tidak diketahui dan jarang
dijumpai pada stadium blas. Kejadian komplikasi ini akan meningkat bila
penderita bertahan hidup lama pada fase blas. Gejala yang dijumpai berupa
paralysis saraf pusat dan udema papil. Diagnosis dibantu dengan ditemukannya
sel blas pada cairan cerebrospinal. Terapi adalah dengan memberikan metotreksat,
walaupun hasilnya kurang memuaskan.
5. Myelofibrosis
14
LMK sering terjadi bersama-sama dengan myelofibrosis dan akan meningkatkan
produksi kolagen pada sumsum tulang atau terjadi penurunan degradasi kolagen.
13. Bagaimana Prognosis pada kasus ini?
Dubia et malam
Sekitar 20-30% penderita meninggal dalam waktu 2 tahun setelah penyakitnya
terdiagnosis dan setelah itu sekitar 25% meninggal setiap tahunnya. Banyak penderita
yang bertahan hidup selama 4 tahun atau lebih setelah penyakitnya terdiagnosis, tetapi
pada akhirnya meninggal pada fase akselerasi atau krisis blast. Angka harapan hidup
rata-rata setelah krisis blast hanya 2 bulan, tetapi kemoterapi kadang bisa
memperpanjang harapan hidup sampai 8-12 bulan.
Beberapa petanda prognosis buruk adalah :
1. Splenomegali (>5 cm di bawah arkus, kosta)
2. Trombositopenia (<150/mm3)>500.000/mm3)
3. Leukositosis berat (>100.000/mm3)
4. Proporsi sel blas meningkat (>1%) atau terdapat granulosit imatur (>20%)
14. Bagaimana Kompetensi Dokter Umum pada kasus ini?
Tingkat 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
tambahan (mis: pemeriksaan labor sederhana dan x-ray). Dokter mampu merujuk
pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya
15. Apa pandangan islam kasus ini?
“Tidak ada yang yang menimpa seorang muslim kepenatan, sakit yang
berkesinambungan (kronis), kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan,
sampai pun duri yang ia tertusuk karenanya, kecuali dengan itu Allah menghapus
dosanya.” (HR. Bukhori)
15
2.2.4 Kerangka konsep
2.2.5 Hipotesis
Tn. Andi laki-laki 48 tahun mengalami benjolan pada perut kiri atas karena
splenomegali et causa leukemia myelositik kronik.
16
Gangguan kromosom BcrAbl, t(9;22)
proliperasi sel myeloid ↑ dan apoptosis ↓(gangguan hematopoiesis)
leukositosis
Infiltrasi leukosit ke spleen dan merangsang hematopoiesis
ekstramedular (slpeen)
Spleenomegali
benjolan pada kiri atas
Chronic myelogenous leukemia(CML)hipermetabolisme
demam
Berkeringat malam
Perut terasa cepat penuh
Berat badan turun