Skenario c Osoca

26
2.2 Skenario Kasus Yono, umur 9 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena sudah lebih dari seminggu mengalami demam. Demam berlangsung terus menerus, naik turun namun tidak sampai ke suhu normal, tidak disertai menggigil. Yono juga mengeluh sakit perut, mual dan muntah. Muntah terjadi sesekali setelah makan, muntah tidak menyemprot dan mengeluarkan isi apa yang dimakan. Nafsu makan yono menurun. Yono mengeluh pusing dan nyeri otot. Yono sudah 3 hari tidak BAB, BAK normal. Tidak dijumpai batuk dan pilek. Yono mempunyai kebiasaan sering jajan dipinggir jalan. Empat hari sebelumnya, Yono berobat ke Puskesmas dan mendapat obat parasetamol 3 x 250 mg dan Antasida 3x 1cth, namun masih belum ada perbaikan Pemeriksaan fisik Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Komposmentis Berat Badan : 27 kg Tinggi Badan : 125cm Tanda vital TD : 100/60 mmHg Nadi : 88x/menit RR : 28x/menit Temperatur : 38,5 o C Kesadaran spesifik - Kepala : Konjungtiva anemis (+) Sklera tidak ikterik Faring tidak hiperemis Tonsil: T2-T2 tenang Lidah kotor (+) Bibir pecah-pecah. - Leher : KGB tidak teraba membesar - Thoraks : Jantung dan paru dalam batas normal Abdomen : Datar, lemas, bising usus normal, hepar teraba 2 cm dibawah Arcus costae, lien tidak teraba, nyeri tekan pada epigastrium(+) - Eskterimtas : Dalam batas normal Pemeriksaan Laboratorium Darah rutin Hb : 9 mg/dl Leukosit : 4500 sel/mm 3 Diff Count : 0/1/5/50/40/4 LED : 12 mm/jam Hematokrit : 28 mg% Trombosit : 135.000/mm 3 Widal test Tp O : 1/80 Tp H : 1/160 Parathypii A : 1/ 160 Tubex test : +6 2.3 Identifikasi Masalah 1. Yono, umur 9 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena sudah lebih dari seminggu mengalami demam. Demam Laporan Skenario C Blok VII Page 1

description

e3e3e

Transcript of Skenario c Osoca

Page 1: Skenario c Osoca

2.2 Skenario KasusYono, umur 9 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena sudah lebih dari seminggu mengalami demam. Demam berlangsung terus menerus, naik turun namun tidak sampai ke suhu normal, tidak disertai menggigil. Yono juga mengeluh sakit perut, mual dan muntah. Muntah terjadi sesekali setelah makan, muntah tidak menyemprot dan mengeluarkan isi apa yang dimakan. Nafsu makan yono menurun. Yono mengeluh pusing dan nyeri otot. Yono sudah 3 hari tidak BAB, BAK normal. Tidak dijumpai batuk dan pilek. Yono mempunyai kebiasaan sering jajan dipinggir jalan. Empat hari sebelumnya, Yono berobat ke Puskesmas dan mendapat obat parasetamol 3 x 250 mg dan Antasida 3x 1cth, namun masih belum ada perbaikanPemeriksaan fisikKeadaan umum : Tampak sakit sedangKesadaran : KomposmentisBerat Badan : 27 kgTinggi Badan : 125cmTanda vitalTD : 100/60 mmHgNadi : 88x/menitRR : 28x/menitTemperatur : 38,5oCKesadaran spesifik- Kepala : Konjungtiva anemis (+)

Sklera tidak ikterikFaring tidak hiperemisTonsil: T2-T2 tenangLidah kotor (+)Bibir pecah-pecah.

- Leher : KGB tidak teraba membesar- Thoraks : Jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen : Datar, lemas, bising usus normal, hepar teraba 2 cm dibawah

Arcus costae, lien tidak teraba, nyeri tekan pada epigastrium(+)

- Eskterimtas : Dalam batas normal

Pemeriksaan LaboratoriumDarah rutinHb : 9 mg/dlLeukosit : 4500 sel/mm3

Diff Count : 0/1/5/50/40/4LED : 12 mm/jamHematokrit : 28 mg%Trombosit : 135.000/mm3

Widal test Tp O : 1/80Tp H : 1/160Parathypii A : 1/ 160 Tubex test : +6

2.3 Identifikasi Masalah1. Yono, umur 9 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena sudah lebih dari

seminggu mengalami demam. Demam berlangsung terus menerus, naik turun namun tidak sampai ke suhu normal, tidak disertai menggigil.

2. Yono juga mengeluh sakit perut, mual dan muntah. Muntah terjadi sesekali setelah makan, muntah tidak menyemprot dan mengeluarkan isi apa yang dimakan. Nafsu makan yono menurun.

3. Yono mengeluh pusing dan nyeri otot. 4. Yono sudah 3 hari tidak BAB, BAK normal.5. Yono mempunyai kebiasaan sering jajan dipinggir jalan. 6. Empat hari sebelumnya, Yono berobat ke Puskesmas dan mendapat obat

parasetamol 3 x 250 mg dan Antasida 3x 1cth, namun masih belum ada perbaikan.7. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedangKesadaran : KomposmentisBerat Badan : 27 kgTinggi Badan : 125cmTanda vitalTD : 100/60 mmHgNadi : 88x/menit

Laporan Skenario C Blok VII Page 1

Page 2: Skenario c Osoca

RR : 28x/menitTemperatur : 38,5oC

8. Kesadaran spesifikKepala : Konjungtiva anemis (+)

Sklera tidak ikterik Faring tidak hiperemis Tonsil: T2-T2 tenang Lidah kotor (+) Bibir pecah-pecah.

Leher : KGB tidak teraba membesarThoraks : Jantung dan paru dalam batas normalAbdomen : Datar, lemas, bising usus normal, hepar teraba 2 cm

dibawah arcus costae, lien tidak teraba, nyeri tekan pada epigastrium(+)

Eskterimtas : Dalam batas normal9. Pemeriksaan Laboratorium

Darah rutinHb : 9 mg/dlLeukosit : 4500 sel/mm3

Diff Count : 0/1/5/50/40/4LED : 12 mm/jamHematokrit : 28 mg%Trombosit : 135.000/mm3

Widal test Tp O : 1/80Tp H : 1/160Parathypii A : 1/ 160 Tubex test : +6

2.4 Analisis Masalah1. Yono, umur 9 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena sudah lebih dari

seminggu mengalami demam. Demam berlangsung terus menerus, naik turun namun tidak sampai ke suhu normal, tidak disertai menggigil.a. Bagaimana anatomi, fisiologi, histologi lien dan intestinum pada kasus?

Jawab:LIENSecara anatomi, lien terletak di bagian depan dan dekat punggung rongga perut di antara diafragma dan lambung. Tepi lien yang normal berbentuk pipih, lien termasuk salah satu organ sistem limfoid terbesar (Geneser F. 1994). Secara fisiologi, lien berfungsi untuk mengakumulasi limfosit dan makrofag, degradasi eritrosit, tempat cadangan darah, dan sebagai organ pertahanan terhadap infeksi partikel asing yang masuk ke dalam darah (Junquereira LC, Carneiro J. 1982). Sedangkan secara histologi, lien dibungkus oleh kapsula dan terdiri atas trabekula, parenkim lien yaitu pulpa merah dan pulpa putih (Eroschenko. 2010)

INTESTINUMSecara anatomi, intestinum dibagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Intestinum merupakan saluran panjang yang berkelok-kelok. Duodenum memiliki panjang sekitar 30 cm dan letaknya retroperitoneal yang tertutup oleh peritoneum parietale di sebelah ventralnya. Sedangkan Jejunum dan ileum dibungkus seluruhnya oleh peritoneus viscerale (Geneser F. 1994). Secara fisiologinya, intestinum berfungsi untuk mencerna isi lambung dengan mengabsorbsi nutrien di dalam kapiler darah dan lakteal limfa (Guyton dan Hall. 2014). Sedangkan secara histologi, dinding intestinum terdiri atas tunika mucosa, tunika submucosa, tunika muscularis, dan tunika serosa (eroschenko. 2010).

Sintesis:LIENLien adalah kelenjar tanpa saluran (ductless) yang berhubungan erat dengan sistem sirkulasi dan berfungsi menghancurkan sel darah merah tua. Lien termasuk salah satu organ sistem limfoid, selain timus, tonsil, dan kelenjar limfe (Aughey E, Frye FL, 2001). Lien merupakan organ limfoid terbesar dan terletak di bagian depan dan dekat punggung rongga perut di antara diafragma dan lambung (Geneser F. 1994). Secara anatomis, tepi lien yang normal berbentuk pipih. Fungsi lien yaitu mengakumulasi limfosit dan makrofag, degradasi eritrosit, tempat cadangan darah, dan sebagai organ pertahanan

Laporan Skenario C Blok VII Page 2

Page 3: Skenario c Osoca

terhadap infeksi partikel asing yang masuk ke dalam darah (Junquereira LC, Carneiro J. 1982).Lien dibungkus oleh kapsula, yang terdiri atas dua lapisan, yaitu satu lapisan jaringan penyokong yang tebal dan satu lapisan otot halus. Perpanjangan kapsula ke dalam parenkim lien disebut trabekula. Trabekula mengandung arteri, vena, saraf, dan pembuluh limfe(Aughey E, Frye FL, 2001). Parenkim lien disebut pulpa yang terdiri atas pulpa merah dan pulpa putih. Pulpa merah berwarna merah gelap. Pulpa merah terdiri atas sinusoid lien (Geneser F. 1994). Pulpa putih tersebar dalam pulpa merah, berbentuk oval dan berwarna putih kelabu. Pulpa putih terdiri atas pariarteriolar limphoid sheats (PALS), folikel limfoid, dan zona marginal. Folikel limfoid umumnya tersusun atas sel limfosit B, makrofaga, dan sel debri (Ward JM, Mann PC, Morishima H, Frith CH. 1999).

1.1. Histologi potongan preparat lien dengan M4x

1.2. Histologi lien

Laporan Skenario C Blok VII Page 3

Page 4: Skenario c Osoca

1.3. Anatomi lien (spleen)

INTESTINUMIntestinum tenue atau usus halus ini dibedakan dalam 3 segmen berturut-turut yaitu, duodenum yang panjangnya sekitar 30cm, letaknya retroperitoneal yang tertutup oleh peritoneum parietale di sebelah ventralnya. Lalu ada juga jejunum dan ileum yang dibungkus seluruhnya oleh peritoneus viscerale (Geneser F. 1994). Intestinum merupakan saluran panjang berkelok-kelok yang dibagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenum adalah segmen terpendek dengan vili lebar, tinggi dan banyak (Erochencko. 2010).Intestinum berfungsi untuk mencerna isi lambung dengan mengabsorbsi nutrien di dalam kapiler darah dan lakteal limfa. Asam amino, air, ion, glukosa dan bahan lain diabsorbsi dan diangkut di dalam kapiler darah. Asam lemak rantai panjang dan monogliserida diangkut oleh lakteal limfa, mengandung banyak modifikasi permukaan permanen yang meningkatkan kontak seluler untuk absorbs. Plika sirkularis adalah lipatan spiral dengan bagian tengah

submukosa yang menjulur ke dalam lumen usus. Vili adalah tonjolan mirip-jari lamina propria yang menjulur ke dalam lumen usus. Mikrovili adalahh tonjolan sitoplasma sel absorbtif yang menjulur ke dalam lumen usus, mikrovili dilapisi oleh enzim limbus striatus yang mencerna makanan sebelum absorbsi. Vili mengangkut jaringan ikat dengan kapiler, lakteal, dan berkas otot polos, lamina propria berisi limfosit, sel plasma, makrofag, eosinofil, dan sel mast. Berkas otot di lamina propria vili merangsang pergerakan dan kontraksi vili (Eroschenko. 2010). Adapun dinding dari intestinum terdiri atas tunika mucosa, tunika submucosa, tunika muscularis, dan tunika serosa (eroschenko. 2010).A. Tunika Mucosa, untuk memenuhi fungsi utama yaitu absorbsi makanan,

makaperlu perluasan dari permukaan tunika mucosa. Perluasan tersebut dilaksanakan dalam beberapa tingkat :

Lipatan-lipatan tunika mucosa sampai tunika submucosa, yang melingkar-lingkar yang disebut plica circularis atau valvula kerckingi (mirip lipatan). Lipatan ini merupakan bangunan yang tetap yang tidak berubah karena pembesaran usus. Lipatan tersebut dimulai 5cm distal dari pylorus yang makin membesar dan paling besar pada akhir duodenum dan awal jejunum dan makin merendah sampai pada pertengahan ileum menghilang.

Vili intestinalis, Merupakan penonjolan tunika mukosa dengan panjang 0,5 – 1,5 mm. Yang meliputi seluruh permukaan tunica mucosa. Di daerah ileum agak jarang, tersusun sebagai jari-jari, pada dasar vili terdapat muara kelenjar usus yang disebut glandula intestinalis liberkuhn atau crypta lieberkuhn.

Microvili, dengan adanya microvili maka luas permukaan diperbesar sekitar 30x. Pada permukaan sel-sel epitel gambaran bergaris-garis yang disebut striated border, yang merupakan tonjolan sitoplasmatis diliputi membrane sel.

Epitel, bentuk epitel silindris selapis dan oleh vili intestinalis dan glandula dibagi 4 sel, yaitu:Sel absorbtif- Berbentuk silindris dengan tinggi 20 – 26 μ

Laporan Skenario C Blok VII Page 4

Page 5: Skenario c Osoca

- Bentuk inti ovoid pada basal sel- Pada permukaan bebas terdapat microvili- Enzim pencernaan amylase dan protease diserap oleh selubung

glukoprotein hingga pencernaan dapat terjadi dalam lumen usus dan permukaan microvili

- Dalam microvili terdapat filamen-filamen halus yang penting dan sintesa trigliseride untuk proses absorbsi lemak.

Sel piala/goblet sel- Merupakan sel uniseluler yang menghasilkan mucin.- Sitoplasma merupakan lapisan yang tipis untuk melindungi lapisan

secret tersebut sebagai plica.- Ruangan yang dibatasi oleh plica tersebut berisi tetes-tetes

mucigen.Sel argentafis- Sangat umum ditemukan dalam epitel duodenum- Sangat banyak pada epitel appendixSel paneth- Berkelompok dalam jumlah kecil di dasar crypta lieberkuhn- Bentuk sel seperti pyramid, inti bulat pada dasarnya.- Sitoplasma terlihat basofil, granular reticulum endoplasma lebih

banyak.- Menghasilkan peptidase dan losozim

Lamina propria- Merupakan jaringan pengikat yang mengisi celah-celah di antara

crypta lieberkuhn- Mengandung serabut reticuler dan elastis- Terdapat sel makrofag, limfosit, plasmosit, dan leukosit- Nodus limfaticus lebih banyak, sebesar 0,6 – 3 mm sepanjang

usus.- Pada ileum sebagai nodus limfaticus paling besar plaques peyeri.

Lamina muscularis, terdiri atas 2 lapisan, yaitu :- Stratum circulare di sebelah dalam- Stratum longitudinal di sebelah luar

B. Tunika submucosa, Merupakan jaringan ikat padat yang banyak mengandung serabut elastis. Di dalamnya terdapat pula kelompok-kelompok sel lemak. Terdapat anyaman saraf sebagai plexus nervosus, submucosa meisseri. Gambaran khusus tunika submucosa ada 2, yaitu:a. Plica circularis, Merupakan lipatan yang diikuti oleh lapisan dinding

usus sampai tunika submucosa untuk memperluas permukaan usus. Terdapat 800 lipatan melingkar sabagai cincin yang tidak sempurna di sepanjang intestinum.

b. Glandula duodenalis bruneri, pars terminalis berbentuk tubuler yang bercabang dan bergelung. Ductus excretorius akan menembus lamina muscularis dan bermuara pada crypta lieberkuhn. Pada 2/3 distal duodenum kelenjar tersebut akan berkurang kemudian menghilang.

C. Tunika Muscularis, terdiri atas 2 lapisan serabut otot polos, yaitu stratum circulare di sebelah dalam dan stratum longitudinal di sebelah luar. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat plexus myentericus aurbach.

D. Tunika Serosa, merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan peritoneum visceral.

(Eroschenko. 2010)

Laporan Skenario C Blok VII Page 5

Page 6: Skenario c Osoca

1.4. Anatomi Intestinum

1.5. Histologi Intestinum b. Apa penyebab demam?

Jawab:Penyebab demam ada dua, yaitu:1. Infeksi, demam yang disebabkan oleh infeksi dapat berasal dari infeksi

bakteri, virus, jamur ataupun parasit lainnya.2. Noninfeksi, faktor demam dari non infeksi dapat disebabkan oleh

beberapa hal antara lain faktor lingkungan, penyakit autoimun, keganasan, dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin).(Gubler, DJ. 1997)

Sintesis:1. Infeksi

Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain . Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1. Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain. Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis (Gubler, 1997).

2. NoninfeksiDemam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi,keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma non- hodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin). Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari.al lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya (Gubler, 1997).

c. Bagaimana mekanisme demam?Jawab:

Pirogen eksogen (Toksin, Mediator Inflamasi, atau Reaksi Imun) Stimulasi sel-sel darah putih Sel-sel darah putih mengeluarkan zat-zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN) Menstimulasi endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin Meningkatkan patokan termostat di pusat

Laporan Skenario C Blok VII Page 6

Page 7: Skenario c Osoca

termoregulasi hipotalamus Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan Muncul mekanisme untuk meningkatkan panas Peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas Suhu tubuh naik Demam (Guyton & Hall, 2014).

(Ganong, William F. 2010)

Sintesis:

Demam (fever, febris) adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkadian yang

normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat thermoregulasi yang terletak dalam hipothalamus anterior. Mekanismenya:Terpapar agen infeksius terjadi infeksi agen infeksius memproduksi pirogen

eksogen Pirogen eksogen menstimulasi sel-sel penjamu (monosit/ makrofag)

untuk menginduksi pembentukkan pirogen endogen IL-1, TNF, IL-6 dan IFN

sel endotel yang terpapar oleh pirogen endogen melepaskan metabolit asamarakidonat yang sebagian besar prostaglandin E2 (PGE2) PGE2 derdifusikedalam hipothalamus preotik/anterior PGE2 menginduksi suatu pembawapesan kedua seperti AMP siklik untuk menaikkan titik termoregulasi yang sudah

ditetapkan dengan penetelan termostatik baru yang lebih tinggi, sinyal pergi ke

berbagai saraf eferen, terutama serabut-serabut simpatik yang menginervasipembuluh darah perifer yang mencetuskan vasokontriksi dan mempermudahkonservasi panas terjadi peningkatan konservasi panas, peningkatan produksi

panas demam (Guyton & Hall, 2014).

d. Bagaimana tipe-tipe demam?Jawab:Ada 6 macam tipe demam, yaitu demam septik, demam heptik, demam remitten, demam intermitten, demam kontinyu, demam siklik (Nelwan. 2009).

Sintesis:1. Demam Septik : demam yang suhunya tidak pernah mencapai normal,

tinggi pada malam hari dan turun ke tingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat.

2. Demam hektik : demam yang suhunya mencapai normal

3. Demam remitten : demam yang suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu normal, perbedaan suhu 2 derajat celcius.

4. Demam intermitten : demam yang suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam sehari.

5. Demam kontinyu : demam yang suhunya bervariasi sepanjang hari tidak berbeda lebih dari 1 derajat.

6. Demam siklik : demam yang kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu tubuh seperti semula.

(Nelwan. 2009).

e. Apa makna demam terus menerus naik turun namun tidak sampai suhu normal?Jawab:Artinya, Yono mengalami demam remitten, dan menunjukkan tanda-tanda dari demam thypoid.Sintesis:Suhu tubuh berfluktuasi yakni pada pagi hari lebih rendah atau normal, sementara sore atau malam hari lebih tinggi. Dan ketika demam suhu tubuh

Laporan Skenario C Blok VII Page 7

Page 8: Skenario c Osoca

dapat mencapai 38 ºC – 40 ºC tidak pernah mencapai suhu normal yaitu 36.5 ºC -37.5 ºC (Nelwan.2009).

f. Apa makna demam tidak disertai menggigil?Jawab:Makna dari pernyataan demam tidak disertai menggigil yaitu, adanya kemungkinan bahwa Yono menderita demam yang suhunya dibawah 40 ºC dan eritrositnya (sel darah merah) tidak pecah.

Sintesis:Demam tinggi tidak disertai menggigil biasanya dijumpai pada demam suhu Febris 8 hari yang remiten tanpa menggigil. Demam umumnya terjadi akibat adanya rangsangan untuk meningkatkan suhu tubuh atau adanya gangguan pada pusat pengatur suhu, yaitu hipotalamus. Sedangkan, menggigil adalah salah satu mekanisme termogenesis dalam usaha meningkatkan suhu.  Pada umumnya menggigil terjadi pada demam yang suhunya jauh dari nilai normal (Nelwan.2009). Dan pada kasus ini tubuh Yono bersuhu 38.5 ºC.

2. Yono juga mengeluh sakit perut, mual dan muntah. Muntah terjadi sesekali setelah makan, muntah tidak menyemprot dan mengeluarkan isi apa yang dimakan. Nafsu makan yono menurun.a. Bagaimana mekanisme sakit perut, mual, dan muntah?

Jawab:Mekanisme sakit perutInfeksi pada usus halus luka medulla oblongata rasa sakit perut (Price & Wilson, Patofisiologi 2005).Mekanisme mual dan muntahAgen infeksi masuk ke dalam tubuh bereaksi dengan antibodi menimbulkan respon peradangan, peningkatan sistem saraf simpatis sebagai respon penurunan hemoglobin stimulasi pada pusat muntah yang terletak di postrema medulla oblongata di dasar ventrikel ke empat jalur saraf eferen menerima sinyal terjadi gerakan eksplusif otot abdomen, gastrointestinal mual dan muntah (Price & Wilson, Patofisiologi 2005).

b. Apa makna Yono muntah tidak menyemprot dan mengeluarkan apa isi yang dimakan?Jawab:Maknanya, Yono tidak mengalami obstruksi gastrointestinal atau tekanan intrakranial yang meningkat dan juga tidak mengalami tekanan di dalam otak (tekanan intra kranial) yang meninggi. Sedangkan, makna mengeluarkan apa isi yang dimakan berarti menunjukkan bahwa makanan belum sampai di lambung dan belum dicerna oleh asam lambung berarti penyebab muntahnya di esofagus (Sudarmo, Jurnal penatalaksanaan muntah pada bayi dan anak. 2009).

c. Apa faktor penyebab nafsu makan menurun?Jawab:Menurut Journal Consentration IL-1 and Gustducin Changing to Bitter Taste on Fever., Vol. 8, No. 3, 2009: 159-167

1. Gangguan homeostasis tubuh pada infeksi2. Adanya perubahan predominan rasa pahit pada tingkat perifer.Namun, selain dua hal di atas penyebab nafsu makan menurun juga dipengaruhi oleh faktor nutrisi, faktor penyakit, dan faktor gangguan psikologis (Djoko Sunarjo, jurnal Gangguan Makan pada Anak. 2009).

Sintesis:Beberapa faktor penyebab menurunnya nafsu makan, diantaranya:1. Gangguan homeostasis tubuh pada saat infeksi meningkatkan rasa pahit

pada lidah sehingga menurunnya nafsu makan2. Adanya perubahan predominan rasa pahit pada tingkat perifer atau

reseptor indera pengecap pada taste buds, timbulnya rasa pahit akibat adanya ikatan antara bahan kimia sebagai perangsang rasa pengecap pahit pada reseptor membuat nafsu makan berkurang

(Jenny Sunariani, Journal Consentration IL-1 and Gustducin Changing to Bitter Taste on Fever., Vol. 8, No. 3, 2009: 159-167. 2009).3. Faktor Nutrisi, berdasarkan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan,

memilih jenis makanan dan menentukan jumlah makanan

Laporan Skenario C Blok VII Page 8

Page 9: Skenario c Osoca

4. Faktor Penyakit / Kelainan Organik, berbagai unsur yang terlibat dalam makan yaitu alat pencernaan makanan dari rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, tenggorokan, sistem syaraf, sistem hormonal, dan enzim-enzim. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau penyakit pada unsur organik tersebut pada umumnya akan disertai dengan gangguan atau kesulitan makan

5. Faktor Gangguan / Kelainan Psikologisa. Dasar teori motivasi dengan lingkaran motivasinya Suatu

kehendak/keinginan atau kemauan karena ada kebutuhan atau kekurangan yang menimbulkan ketidak seimbangan

b. Pemaksaan untuk memakan atau menelan jenis makanan tertentu yang kebetulan tidak disukai. Hal ini perlu pendekatan yang tepat dalam melatih anak mau memakan makanan yang mungkin tidak disukai

c. Anak dalam kondisi tertentu, misalnya anak dalam keadaan demam, mual atau muntah dan dalam keadan ini anak dipaksa untuk makan

(Djoko Sunarjo, jurnal Gangguan Makan pada Anak. 2009).

D. Apa penyebab nafsu makan seseorang menurun?Jawab :1. gangguan homeostasis tubuh pada infeksi2. adanya perubahan predominan rasa pahit pada tingkat perifer atau reseptor indera pengecap pada taste buds, timbulnya rasa pahit akibat adanya ikatan antara bahan kimia sebagai perangsang rasa pengecap pahit pada reseptor.

(Jurnal J. Penelit. Med. Eksakta, Vol. 8, No. 3, Des 2009: 159-167)

E. Bagaimana patofisiolgi nafsu makan pada seseorang?Jawab :Suhu tubuh meningkat -> penguapan cairan tubuh -> kekurangan cairan -> produksi saliva menurun -> gangguan pengecapan lidah terasa pahit -> toksin yang dikeluarkan S.typii meningkat -> nafsu makan menurun.(Price & Wilson, 2005)

3. Yono mengeluh pusing dan nyeri otot. a. Bagaimana mekanisme pusing dan nyeri otot?

Jawab:Mekanisme Pusing:Agent masuk ke dalam tubuh dihasilkan zat toksin dalam tubuh pembentukan respon imun fagositosis oleh leukosit, makrofag, dan limfosit pirogen endogen (khususnya IL-1) Rangsang sel-sel endotel hipotalamus asam arakidonat Prostaglandin E2 (PGE2) Kenaikan set-point pada hipotalamus anterior Demam pada host (manusia) terjadi vasokontriksi Vasokontriksi pembuluh darah pada lapisan subarachnoid Pusing (Guyton dan Hall. Fisiologi. 2014).Mekanisme Nyeri Otot:Agen masuk ke dalam tubuh menuju ke aliran darah terjadi reaksi imunologi kompleks Pelepasan pirogen Pelepasan asam arakidonat pada hipotalamus peingkatan stimulasi nosiseptor timbul rasa nyeri pada sendi dan otot (rasa nyeri tepatnya pada ligamentum), (Clyde, K., Keyle, JL., Harris, E. 2006).

4. Yono sudah 3 hari tidak BAB, BAK normal.a. Makna Yono sudah 3 hari tidak BAB?

Jawab:Makna Yono sudah 3 hari tidak BAB, yaitu suatu gambaran klinis yang menunjukkan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypii yang mengganggu saluran pencernaan seperti konstipasi. Hal ini memungkinkan telah terjadi gangguan pada sistem saluran pencernaan. Mekanismenya sebagai berikut :Invasi bakteri atrofi pada vili colon gerakan peristaltik

terganggu proses defekasi tidak lancar

(KEMENKES RI No. 364/MENKES/SK/V/2006).

Laporan Skenario C Blok VII Page 9

Page 10: Skenario c Osoca

b. Bagaiman frekuensi BAB yang normal?Jawab :Frekuensi BAB normal 1-3 kali/hari atau 200-250 gr/hari.(Jurnal Sari pediatri Vol. 6 No. 2 tahun 2004)

c. Apa yang menyebabkan seseorang sulit BAB?Jawab :Apabila dikaitkan dengan kasus yang menyebabkan Yono sulit BAB adalah karena sifat bakteri yang menyerang saluran penceraan sehingga menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi konstipasi, namun dalam beberapa kasus terjadi diare.Umum :

1. Penyumbatan oleh kanker atau tumor 2. Kelenjar endokrin tidak berfngsi dengan baik sehingga usus besar

bekerja lamban3. Makanan sisa terlalu sedikit karena habis tercerna mengikat sedikit

serat usus besar bekerja tidak efektif4. Kebiasaan sering menahan BAB5. Kurang olahraga6. Pola makan yang kurang baik7. Kurangnya minum air putih8. Minuman yang mengandung alkohol dan kafein9. Konsumsi obat tertentu yang dalam kandungannya terdapat

aluminium hidroksida dan kalsium hidroksida(Konstipasi.org dan Jurnal Sari pediatri. IDAI.or.id)

d. Bagaimana patofisiologi BAB?Jawab :Invasi bakteri > atrofi pada vili colon > gerakan peristaltik (gerakan kontraksi dan relaksasi usus / saluran lain yang terkoordinir, sistematik (dari proksimal distal) yang mempunyai daya dorong) terganggu > proses defekasi tidak lancar.(Kemenkes RI No. 364/MENKES/SK/V2006)

e. Bagaimana dampak seseorang 3 hari tidak BAB?Jawab :1. Feses menjadi keras dan menyebabkan lebih sukarnya defekasi

selanjutnya yang disebut impaksi feses.2. Terjadi hemoroid.3. Inkontinensia feses karena kerusakan otot sfingter ani/ gangguan

medula spinalis.4. Kanker kolon5. Kanker rektum

(Price & Wilson, 2005)

f. Apa makna tidak dijumpai batu dan pilek pada kasus?Jawab :Makna tidak dijumpai batuk dan pilek adalah tidak adanya gangguan pada saluran pernafasan atas.

5. Yono mempunyai kebiasaan sering jajan dipinggir jalan. a. Apa dampak sering jajan di pinggir jalan?

Jawab:Salah satu dampak sering jajan di pinggir jalan yaitu, terkena penyakit demam typhoid yang timbul akibat infeksi bakteri golongan Salmonella thypii yang memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan bersama dengan makanan dan minuman yang tercemar (KEMENKES RI No. 364/MENKES/SK/V/2006).

Sintesis: Infeksi pada saluran pencernaan dan dapat menimbulkan penyakit :1. Thypoid2. Keracunanan, dan 3. Diare.

b. Apa dampak seseorang sering jajan dipinggir jalan?Jawab : Kebiasaan jajan makanan diluar rumah menjadi salah satu factor resiko terjadinya demam typhoid. Selain itu juga ketika makanan diluar apalagi

Laporan Skenario C Blok VII Page 10

Page 11: Skenario c Osoca

di tempat-tempat umum terdapat lalat yang berterbangan bahkan hinggap di makanan. Lalat-lalat tersebut dapat menularkan Salmonella thypi dengan cara lalat yang sebelumnya hinggap di feses atau muntah penderita demam typoid kemudian hinggap di makanan yang akan dikonsumsi (Fadillla, 2009).

6. Empat hari sebelumnya, Yono berobat ke Puskesmas dan mendapat obat parasetamol 3 x 250 mg dan Antasida 3x 1cth, namun masih belum ada perbaikan.a. Bagaimana farmakodinamik dan farmakokinetik parasetamol?

Jawab:Farmakokinetik :1. Di absorpsi cepat dan sempurna di saluran pencernaan2. Konsentrasi tinggi dalam plasma dicapai dalam waktu 30-60 menit3. Waktu paruh antara 2-3 jam4. Dimetabolisme di hepar oleh enzim mikrosom hati5. Diekskresi melalui ginjal ( <5% diekskresi tanpa berubah)

Farmakodinamik :

1. Efek analgesic paracetamol mengurangi nyeri ringan sampai sedang2. Menurunkan suhu tubuh (antipiretik)3. Efek anti inflamasi sangat lemah4. Sebagai antipiretik, diduga bekerja langsung pada pusat pengatur

panas di hipotalamus

Efek samping :

1. Dalam dosis terapeutik, kadang terjadi peningkatan ringan enzim hati tanpa icterus

2. Pada dosis besar, dapat terjadi pusing, eksitasi dan disorientasi.

(Katzung, 2012)

b. Bagaimana farmakodinamik dan farmakokinetik antasida?Jawab:

Farmakokinetik:Antasida termasuk jenis obat antasid lokal (non sistemik). Dimana obat ini tidak mengalami absorpsi (penyerapan di usus halus).1. Distribusi : Antasida hanya didistribusikan ke lambung2. Metabolisme : metabolisme Antasida terjadi di hepar3. Ekskresi : Antasida akan di ekskresi oleh ginjal dan

akan keluar dalam bentuk urin. (Katzung, 2012)

Farmakodinamik:Reaksi antasida lokal (non sistemik) di lambung :Al(OH)3 + 3HCl AlCl3 + 3H2O

Sintesis :Antasida lokal (non sistemik) mengandung :- Magnesium hidroksida - Alumunium hidroksidaSediaan yang mengandung magnesium hidroksida dan alumunium hidroksida bereaksi secara lambat dengan HCl untuk membentuk magnesium klorida atau alumunium hidroksida dan air. Karena tidak dihasilkan gas, tidak terjadi sendawa. Alkalosis metabolik juga jarang karena efisiensi reaksi netralisasi. Karena garam-garam magnesium yang tidak diserap dapt menyebabkan diare osmotik dan garam alumunium dapat menyebabkan konstipasi, kedua obat ini umumnya diberikan bersama-sama dalam sediaan paten untuk mengurangi dampak pada fungsi usus. Baik magnesium maupun alumunium diserap dan diekskresikan oleh ginjal. Oleh sebab itu, pasien dengan infusiensi ginjal seharusnya tidak menggunakan obat ini dalam jangka panjang.

Laporan Skenario C Blok VII Page 11

Page 12: Skenario c Osoca

c. Apa komposisi Parasetamol?Jawab :Paracetamol kaplet 500mg, mengandung paracetamol 500mg.(formularium nasional)

d. Apa komposisi Antasida?Jawab :Alumunium hydroxide 200mgMagnesium hydroxide 200mg(formularium nasional)

e. Mengapa Yono setelah mengkonsumsi obat tetapi belum ada perubahan?Jawab:Karena obat yang dikonsumsi Yono hanya bersifat simptomatik yang menimbulkan maskng effect (Nhan et al. 2001).

Sintesis:Pemberian antipiretik dapat menurunkan demam secara simptomatik, namun obat ini dapat menimbulkan masking effect, misalnya pada keadaan yang terjadi pada pasien demam tifoid. Pada pasien tersebut, penurunan oleh antipiretik menimbulkan kesan bahwa penyakit telah sembuh, padahal penyebab penyakitnya masih ada. Penderita demam yang disangka sedang dalam masa penyembuhan karena panasnya sudah turun, ternyata luput dari observasi dan menyebabkan penyakitnya berlanjut semakin buruk akibat pemberian obat penurun panas (Nhan et al. 2001).

7. Pemeriksaan fisikKeadaan umum : Tampak sakit sedangKesadaran : KomposmentisBerat Badan : 27 kgTinggi Badan : 125cmTanda vitalTD : 100/60 mmHgNadi : 88x/menit

RR : 28x/menitTemperatur : 38,5oC

a. Apa interpretasi pemeriksaan fisik umum?Jawab:

Data Nilai Normal Hasil pemeriksaan

Interpretasi

Keadaan Umum

Tampak sakit sedang

Abnormal

Kesadaran Komposmentis Komposmentis Normal

IMT ( indeks massa tubuh)

18.5-22.9 IMT 17.28 Underweight

Tekanan Darah

120/80 mmHg 100/60 mmHg hipotensi

Nadi 60-100 x/mnt 88x/menit Normal

Respiratory Rate

16-24 x/mnt 28x/menit takipneu

Temperature 36,5 - 37,5 38,5 °C Febris

(Adam physical diagnostic.1995)

Laporan Skenario C Blok VII Page 12

Page 13: Skenario c Osoca

8. Kesadaran spesifikKepala : Konjungtiva anemis (+)

Sklera tidak ikterikFaring tidak hiperemisTonsil: T2-T2 tenangLidah kotor (+)Bibir pecah-pecah.

Leher : KGB tidak teraba membesarThoraks : Jantung dan paru dalam batas normalAbdomen : Datar, lemas, bising usus normal, hepar teraba 2 cm

dibawah arcus costae, lien tidak teraba, nyeri tekan pada

epigastrium(+) Eskterimtas : Dalam batas normala. Apa interpretasi pemeriksaan fisik spesifik?

Jawab:Pemeriksaan Spesifik

Bagian Hasil Pemeriksaan

Nilai Normal Ket.

Kepala

Kepala

Konjungtiva Anemis Tidak Anemis

Abnormal

Skelera Tidak Ikterik Tidak Ikterik NormalFaring Tidak

HiperemisTidak Hiperemis

Normal

Tonsil T2-T2 Tenang Tidak ada pembesaran

Normal

Lidah Kotor Bersih AbnormalBibir Pecah-pecah Tidak Pecah-

pecahAbnormal

Leher Kelenjar Getah Bening

Tidak membesar

Tidak membesar

Normal

Thorax Jantung dan Paru dalam batas normalDatar, lemas, Normal

Abdomen

bising usus normalHepar teraba 2 cm Tidak teraba AbnormalLien tidak teraba Tidak teraba NormalNyeri tekan di epigastrium

Positif Negative Abnormal

Ekstremitas Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Normal

(Adam physical diagnostic. 1995)

9. Pemeriksaan LaboratoriumDarah rutinHb : 9 mg/dlLeukosit : 4500 sel/mm3

Diff Count : 0/1/5/50/40/4LED : 12 mm/jamHematokrit : 28 mg%Trombosit : 135.000/mm3

Widal test Tp O : 1/80Tp H : 1/160Parathypii A : 1/ 160 Tubex test : +6

Laporan Skenario C Blok VII Page 13

Page 14: Skenario c Osoca

a. Apa interpretasi pemeriksaan laboratorium ?Jawab:

10. Bagaimana cara mendiagnosis?

Jawab:

a. AnamnesisPada kasus ditemukan keluhan demam sudah lebih dari seminggu. Demam

berlangsung terus-menerus, naik turun namun tidak sampai ke suhu normal dan demam tidak disertai menggigil. Yono mengeluh sakit perut, mual dan muntah. Muntah tidak menyemprot dan mengeluarkan isi serta terjadi sesekali setelah makan. Nafsu makan menurun. Yono juga mengeluh pusing dan nyeri otot, 3 haro tidak BAB namun BAK normal dan tidak dijumpai batuk pilek.

b. Pemeriksaan FisikKeadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : komposmentisBB: 27 kg TB: 125cmTanda vital:

Laporan Skenario C Blok VII Page 14

Hasil pemeriksaan Nilai Normal InterpretasiHb: 9 gr% 13-16 g/dl (laki-laki) Anemia ringanLeukosit: 4500/mm3 5.000-10.000/mm3 LeukopeniaTrombosit: 135.000/mm3 150.000-400.000/mm3 TrombositopeniaLED: 12 mm/jam 0-15 mm/jam (westergreen) NormalDiff count: 0/1/5/50/40/4 Basofil: 0 -1%

Eosinofil: 1-4%N. batang: 0-5%N. Segmen: 50-65%Limfosit: 20-35%Monosit: 2-8%

Basofil: normalEosinofil: normalN.batang: normalN.segmen: normalLimfosit: tinggiMonosit: normal

Kadar limfosit mengalami peningkatan, menunjukkan infeksi kronik (Shift to the right).

Hematokrit: 28 % 33-38 % AnemiaWidal Test Thypii O 1/80

Parathypii H 1/160

Tidak ada peningkatan titer, thypii maupun parathypii.

Demam Thypoid

Tubex Test +6 <4 Infeksi TIFOID

Page 15: Skenario c Osoca

TD : 100/60 mmHgNadi : 88x/menitRR : 28x/menitTemperatur : 38,5oC

c. Pemeriksaan SpesifikKepala : konjungtiva anemis (+)Tonsil : T2-T2 tenang, Lidah kotor (+), bibir pecah-pecah.Abdomen : hepar teraba 2 cm dibawah arcus costae disertai dengan nyeri tekan pada epigastrium (+)

d. Pemeriksaan LaboratoriumDarah rutin: Hemoglobin : 9 mg/dlLeukosit : 4500 sel/mm3

Diff Count : 0/1/5/50/40/4LED : 12 mm/jamHematokrit : 28 mg%Trombosit : 135.000/mm3

e. Pemeriksaan PenunjangWidal test:1. Test typi O : 1/802. Test paratypi H : 1/160

Tubex TF : +6

11. Bagaimana diagnosis banding?Jawab :

demam thyfoid malaria demam dengue demam berdarah dengue influenza

12. Bagamaina pemeriksaan penunjang?Jawab : 1. Uji Thypidot

Serologi ini didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik IgM dan IgG terhadap antigen OMP 50 kD S. typhi. Deteksi terhadap IgM menunjukkan fase awal infeksi pada demam tifoid akut sedangkan deteksi terhadap IgM dan IgG menunjukkan demam tifoid pada fase pertengahan infeksi. Pada daerah endemis dimana didapatkan tingkat transmisi demam tifoid yang tinggi akan terjadi peningkatan deteksi IgG spesifik akan tetapi tidak dapat membedakan antara kasus akut, konvalesen dan reinfeksi. Pada metode Typhidot-M® yang merupakan modifikasi dari metode Typhidot® telah dilakukan inaktivasi dari IgG total sehingga menghilangkan pengikatan kompetitif dan memungkinkan pengikatan antigen terhadap Ig M spesifik.

Beberapa keuntungan metode ini adalah memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dengan kecil kemungkinan untuk terjadinya reaksi silang dengan penyakit demam lain, murah (karena menggunakan antigen dan membran nitroselulosa sedikit), tidak menggunakan alat yang khusus sehingga dapat digunakan secara luas di tempat yang hanya mempunyai fasilitas kesehatan sederhana dan belum tersedia sarana biakan kuman. Keuntungan lain adalah bahwa antigen pada membran lempengan nitroselulosa yang belum ditandai dan diblok dapat tetap stabil selama 6 bulan bila disimpan pada suhu 4°C dan bila hasil didapatkan dalam waktu 3 jam setelah penerimaan serum pasien.

2. Uji IgM Dipstick

Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda dimana dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen LPS S. typhi dengan menggunakan membran nitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi sebagai pita pendeteksi dan antibodi IgM anti-human immobilized sebagai reagen kontrol. Pemeriksaan ini menggunakan komponen yang sudah distabilkan, tidak memerlukan alat yang spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium yang lengkap. Uji ini

Laporan Skenario C Blok VII Page 15

Page 16: Skenario c Osoca

terbukti mudah dilakukan, hasilnya cepat dan dapat diandalkan dan mungkin lebih besar manfaatnya pada penderita yang menunjukkan gambaran klinis tifoid dengan hasil kultur negatif atau di tempat dimana penggunaan antibiotika tinggi dan tidak tersedia perangkat pemeriksaan kultur secara luas.

3. Gall KulturDiagnosis pasti penyakit demam tipoid yaitu dengan melakukan isolasi

bakteri Salmonella typhi, paratyphi A, B dan C dari spesimen yang berasal dari darah, feses, dan urin penderita demam tipoid. Pengambilan spesimen darah sebaiknya dilakukan pada minggu pertama timbulnya penyakit, karena kemungkinan untuk positif mencapai 80-90%, khususnya pada pasien yang belum mendapat terapi antibiotik. Pada minggu ke-3 kemungkinan untuk positif menjadi 20-25% dan minggu ke-4 hanya 10-15%. Bila dengan darah sebaiknya secara bedside langsung dimasukkan ke dalam media cair empedu (oxgall) untuk pertumbuhan kuman.

(Sudoyo, 2009)

13. Bagaimana Working Diagnosis? Jawab :Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spots. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses.

14. Bagaimana tatalaksana?Jawab :

Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu : Istirahat dan Perawatan, dengan tujuan mencegah komplikasi dan

mempercepat penyembuhan Diet dan Terapi Penunjang (simtomatik dan suportif), dengan tujuan

mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal.

Pemberian Antimikroba, dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran kuman (Sudoyo, 2009).

cara pencegahan (preventif) dari penyakit demam tifoid:a. Preventif dan Kontrol Penularanb. Identifikasi dan Eradikasi S.Thypi pada Pasien Tifoid Asimtomatik, karier dan akutc. Pencegahan Transmisi Langsung dari Penderita Terinfeksi S.thypi akut maupun Karierd. Proteksi pada Orang yang Berisiko Tinggi Tertular dan Terinfeksi (Sudoyo. 2011)

15. Bagaimana Prognosis?

Jawab:

Quo ad vitam : Dubia ad Bonam

Quo ad fungsionam :Dubia ad bonam

16. Bagamaimana komplikasi?Jawab :Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :

1. Komplikasi intestinala. Perdarahan intestinal

Pada plak peyeri usus yang terinfeksi (terutama ileum terminalis) dapat terbentuk tukak/luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadap sumbu usus. Bila luka menebus lumen usus dan mengenai pembuluh darah maka terjadi perdarahan.

b. Perforasi ususSelama gejala umum demam tifoid yang biasa terjadi penderita

demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama daerah kuadran kanan bawah yang kemudian menyebar ke seluruh perut dan disertai dengan tanda-tanda ileus. Tanda-tanda

Laporan Skenario C Blok VII Page 16

Page 17: Skenario c Osoca

perforasi lainnya adalah nadi cepat,tekanan darah turun,dan bahkan dapat syok.Leukositosis dengan pergeseran ke kiri dapat menyokong adanya perforasi.

c. Ileus paralitik2. Komplikasi ekstraintestinal

a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan, sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis

b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopeni dan atau koagulasi intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik .

c. Komplikasi hematologi : berupa trombositopenia,peningkatan prothrombin time, peningkatan fibrin degradation products sampai koagulasi intravaskuler diseminata (KID) dapat ditemukan banyak di pasien tifoid. Trombositopenia saja sering di jumpai terjadi karena menurunnya produksi trombosit di sumsum tulang selama proses inflamasi atau meningkatnya destruksi trombosit di sistem retikuloendotelial.

d. Komplikasi paru : pneumonia, empiema dan pleuritis.e. Komplikasi hepar dan kandung empedu : hepatitis dan kolelitiasis.f. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.g. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis.h. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis,

polineuritis perifer, sindrom Guillain-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.Pada anak-anak dengan paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi lebih sreing terjadi pada keadaaan toksemia berat dan kelemahan umum, bila perawatan pasien kurang sempurna.

(Sudoyo, A. et al. 2009)

17. Bagaimana kompetensi dokter umum?Jawab: Tingkat Kemampuan 4

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan

mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas (Standar Kompetensi Dokter, 2012)

18. Bagaimana epidemiologi?Jawab:

Demam tifoid menyerang penduduk di semua Negara. Seperti penyakit menular lainnya, tifoid banyak ditemukan dinegara berkembang yang hygiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari lokasi, kondisi lingkungan setempat, dan prilaku bermasyarakat. Angka insiden di Amerika serikat tahun 1990 adalah 300-500 kasus per tahun dan terus menurun. Prevalensi di amerika latin sekitar 150/100.000 penduduk pertahun. Meskipun dalam tifoid menyerang semua umur , namun golongan terbesar tetap pada usia kurang dari 20 tahun (Widoyono, 2008).

19. Bagaimana etiologi?Jawab :

S.thypi sama dengan salmonella yang lain adalah bakteri gram negatif, mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatik (o) dan terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (h) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (k) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endokrin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multipel antibiotik.(pediatrik fever ed. 5)

20. Bagaimana pandangan islam terhadap kasus?

Jawab :

Dalam Q.S. ’Abasa, 80: 24, Allah kembali meminta perhatian manusia melalui firmanNya:

Laporan Skenario C Blok VII Page 17

Page 18: Skenario c Osoca

Hendaklah manusia memperhatikan makanannya.”

Lebih jauh, Islam mengemukakan secara rinci dan gamblang jenis-jenis makanan dan minuman yang baik untuk dikonsumsi manusia karena pengaruh positif dalam meningkatkan kualitas kesehatannya. Islam juga mengajarkan untuk mencuci tangan sebelum makan.

2.7 Kesimpulan

Yono, 9 tahun, mengalami demam tifoid akibat infeksi bakteri Salmonella Thypi.

2.8 Kerangka Konsep

Laporan Skenario C Blok VII Page 18

Makanan terkontaminasi kuman

Infeksi bakteri genus salmonella

Demam Tyfoid

1. Demam2. Bibir pecah-pecah3. Mual dan muntah4. Lidah kotor5. Gangguan saluran

pencernaan

Kebiasaan sering jajan di pinggir jalan

Uji Tubex (+6)