skenario c blok 19

9
15. Bagaimana patofisiologi pada kasus ini? 16. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini?

description

makalah

Transcript of skenario c blok 19

Page 1: skenario c blok 19

15. Bagaimana patofisiologi pada kasus ini?

16. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini?

Page 2: skenario c blok 19

Penderita Cerebral palsy mempunyai banyak kelainan sesuai dengan lesi yang

terjadi di otak, bersama-sama dengan gangguan motorik. Dengan kondisi tersebut

penanganan penderita CP memerlukan kerjasama yang baik dan merupakan satu tim

yang terdiri atas dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli

ortopedi, fisioterapis, okupasional terapis, dokter gigi dan ahli gizi. Tujuan utama

terapi adalah meminimalisasi kecacatan dan meningkatkan kemampuan untuk

beraktifitas mandiri, fungsi sosial dan intelektual.

Tujuan pengobatan bukan membuat anak menjadi seperti anak normal lainnya,

tetapi mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut

seooptimal mungkin, sehingga diharapkan anak dapat melakukan aktifitas

sehari-hari tanpa bantuan atau dengan sedikit bantuan.

Dalam menangani penderita CP, harus memperhatikan berbagai aspek dan

diperlukan kerjasama multidisiplin seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah

ortopedi, bedah saraf, psikologi, rehabilitasi medis, ahli wicara, pekerja social, guru

sekolah luar bisaa. Disamping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan

masyarakat.

Prinsip manajemen :

a. Komunikasi-Informasi-Edukasi

b. Terapi nutrisi

c. Stimulasi

d. Fisioterapi

e. Farmakologi

f. Operatif

Aspek medis

a. Aspek medis umum:

- Gizi: gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi penderita ini.

Karena sering terdapat kelainan pada gigi, kesulitan menelan, sukar untuk

menyatakan keinginan untuk makan. Pencatatan rutin perkembangan BB anak

perlu dilaksanakan.

Nutrisi diberikan per oral dalam bentuk yang tidak perlu diproses mekanik.

Untuk rentang usia 1-3 tahun, Kebutuhan energy 100 kkal/kgBB/hari,

kebutuhan protein 2 gr/hari.

Page 3: skenario c blok 19

- Hal-hal lain yang sewajarnya perlu dilaksanakan, seperti imunisasi, perawatan

kesehatan, dan lain-lain.

Konstipasi sering terjadi pada anak CP. Dekubitus terjadi pada anak-anak

yang tidak sering berpindah-pindah posisi.

b. Terapi dengan obat-obatan

Sesuai kebutuhan anak (tergantung gejala), seperti obat-obatan untuk relaksasi

otot (untuk spastisitas bisa diberikan baclofen dan diazepam; bila gejala

berupa rigiditas bisa diberikan levodopa; Botolinum toxin (Botox)

intramuskuler bisa mengurangi spastisitas untuk 3-6 bulan. Hal ini akan

meningkatkan luas gerak sendi (ROM), menurunkan deformitas,

meningkatkan respon terhadap fisioterapi dan okupasional terapi dan

mengurangi tindakan operasi untuk spastisitas.), anti kejang, athetosis, ataksia,

psikotropik, dan lain-lain.

Skeletal muscle relaxant

Baclofen merupakan analog GABA yang menginhibisi influks Ca ke terminal

presinaptik dan mensupresi neurotransmitter eksitasi.

10-15 mg/hari PO dinaikkan 5 mg/hari. Tidak > 60 mg/hari

Dantrolene 0,5 mg/kg PO , dimulai dari 25 mg/hari, dapat dinaikkan sampai

40 mg/hari

- Benzodiazepine untuk memicu relaksasi otot , tidak direkomendasikan

untuk > 6 bln, diazepam 0,8-0,12 mg/kg PO

- Neuromuscular blocker agent

Botox untuk memblok asetilkolin di neuromuskular junction, tidak

direkomendasikan untuk anak < 12 tahun.

Dosis 12 U/kg, max 400U, masing-masing otot kecil menerima 1-2 U/kg dan

otot besar 4-6 U/kg, injeksi, Usia > 12 tahun: 1,25-2,5 ml (0,05-0,1 ml tiap 3-4

bulan)Apabila belum berhasil dosis berikutnya dinaikkan 2 x/tidak lebih 25 ml

perkali atau 200 ml perbulan

- Α-2 adrenergik agonis à tiazanidine sebagai antispastisitas

- Jika kejang: berikan anti konvulsant

- Haloperidol: untuk mengurangi gerakan involusi 0,03 mg/KgBB/hari PO

dosis tunggal

Page 4: skenario c blok 19

c. Terapi melalui pembedahan ortopedi

Banyak hal yang dapat dibantu dengan tindakan ortopedi, misalnya tendon

yang memendek akibat kekakuan/spastisitas otot, rasa sakit yang terlalu

mengganggu dan lain-lain yang dengan fisioterapi tidak berhasil. Tujuan dari

tindakan bedah adalah untuk stabilitas, melemahkan otot yang terlalu kuat atau

untuk transfer dari fungsi. Pada beberapa kasus, untuk membebaskan

kontraktur persendian yang semakin memburuk akibat kekakuan otot,

mungkin perlu dilakukan pembedahan.

Pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang makanan dan untuk

mengendalikan refluks gastroesofageal.

d. Terapi rehabilitasi meliputi:

- Fisioterapi

i. Teknik tradisional : latihan luas gerak sendi, “stretching”, latihan

penguatan dan peningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan

berdiri, latihan pindah, latihan jalan. Contohnya adalah teknik dari

Deaver.

ii. “Motor function training” dengan menggunakan system khusus, yang

umumnya dikelompokkan sebagai “neuromuscular facilitation

exercise”. Dimana digunakan pengetahuan neurofisiologi dan

neuropatologi dari refleks didalam latihan, untuk mencapai suatu

postur dan gerak yang dikehendaki. Secara umum konsep latihan ini

berdasarkan prinsip bahwa dengan beberapa bentuk stimulasi akan

ditimbulkan reaksi otot yang dikehendaki, yang kemudian bila ini

dilakukan berulang-ulang akan berintegrasi ke dalam pola gerak

motorik yang bersangkutan.

Contohnya adalah teknik dari Phelps, Fay-Doman, Bobath,

Brunnstrom, Kabat-Knott-Vos.

- okupasional terapi

terutama untuk latihan melakukan aktivitas sehari-hari, evaluasi penggunaan

alat-alat bantu, latihan keterampilan tangan dan aktivitas “bimanual”. Latihan

Page 5: skenario c blok 19

“bimanual” ini dimaksudkan agar menghasilkan pola dominan pada salah satu

sisi hemisfer otak.

- Ortotik

Dengan penggunaan bracing, bertujuan untuk mengurangi beban aksial,

stabilisasi serta untuk pencegahan dan koreksi deformitas.

- Terapi wicara

Gangguan bicara disini dapat berupa disfonia, disritmia, disartria, disfasia, dan

bentuk campuran. Bertujuan untuk mengembangkan anak dapat berbahasa

secara pasif dan aktif.

- Nightsplinting

mengambil keuntungan dari tonus yang menurun yang terjadi selama tidur

untuk menambah regangan otot antagonis yang lemah.

- Pemakaian alat bantu

berupa kruk ketiak, rollator, walker dan kursi roda manual/listrik.

Aspek non medis

a. Pendidikan

Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai kecacatan mental, maka

pada umumnya pendidikannya memerlukan pendidikan khusus (SLB).

b. Pekerjaan

Tujuan yang ideal dari suatu usaha rehabilitasi adalah agar penderita dapat bekerja

secara produktif, sehingga dapat berpenghasilan untuk membiayai hidupnya.

Mengingat kecacatannya, sering kali tujuan tersebut sulit dicapai. Tetapi meskipun

dari segi ekonomis tidak menguntungkan, pemberian kesempatan kerja tetap

diperlukan, agar dapat menimbulkan harga diri bagi penderita yang bersangkutan.

c. Problem social

Bila terdapat masalah social, diperlukan pekerja social untuk membantu

menyelesaikannya.

d. Lain-lain

Hal-hal lain seperti rekreasi, olahraga, kesenian dan aktifitas-aktifitas

kemasyarakatan perlu juga dilaksanakan oleh penderita ini.

Page 6: skenario c blok 19

KEP

Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :

1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan

kegawatan)

1. Penanganan hipoglikemI

2. Penanganan hipotermi

3. Penanganan dehidrasi

4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

5. Pengobatan infeksi

6. Pemberian makanan

7. Fasilitasi tumbuh kejar

8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro

9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental

10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

Tatalaksana KEP (Diet tinggi kalori dan protein)

Nutrisi diberikan peroral dalam bentuk yang tidak perlu dikunyah ( cair

ataupun semi cair) untuk rentang usia 1-3 tahun kebutuhan kalori nya sebesar 100

kka/kgBB/hari dan kebutuhan protein sebesar 2 gr/hari

Tatalaksana Mikrosefali

o Pengobatan simptomatik, bila terdapat kejang diberi antikonvulsan.

o Selanjutnya dilakukan fisioterapi, speech therapy dan sebagainya. 

o Mikrosefali tidak dapat diobati, sehingga pencegahan sangat penting. Pencegahan

meliputi bimbingan dan penyuluhan genetika, pencegahan bahaya infeksi

terutama selama kehamilan, obat-obatan.