Skenario a Blok 6 2014 Edit

54
SKENARIO A BLOK 6 SENIN, 3 FEBRUARI 2014 Dodi, 30 tahun adalah seorang karyawan swasta yang memiliki kebiasaan pola makan tidak teratur, diet rendah serat serta tidak terlalu suka minum, akibatnya Dodi sering mengalami konstipasi. Dodi datang ke dokter dengan keluhan nyeri perut kanan bawah yang disertai demam. Nyeri perut dimulai 7 hari yang lalu dengan lokasi disekitar umbilicus. Beberapa hari kemudian nyeri dirasakan di kanan bawah perut, disertai mual dan muntah. Keadaan umum Dodi baik, namun ia tampak kesakitan dan berjalan agak membungkuk. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri tekan pada titik McBurney’s (+), defans muscular (-). Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah leukosit 14.000/mm 3 . Dokter mendiagnosis Dodi menderita Acute Appendicitis. 1. Klarifikasi Istilah No . Istilah Klarifikasi 1. Diet rendah serat Aturan makan khusus yang rendah akan jenis makanan yang berguna untuk melancarkan pencernaan. 2. Konstipasi Evakuasi feses yang jarang atau sulit 3. Defans Muskular The muscular tension and rigidity that accompanies localize Page | 1

description

.

Transcript of Skenario a Blok 6 2014 Edit

Page 1: Skenario a Blok 6 2014 Edit

SKENARIO A BLOK 6

SENIN, 3 FEBRUARI 2014

Dodi, 30 tahun adalah seorang karyawan swasta yang memiliki kebiasaan pola makan tidak

teratur, diet rendah serat serta tidak terlalu suka minum, akibatnya Dodi sering mengalami

konstipasi. Dodi datang ke dokter dengan keluhan nyeri perut kanan bawah yang disertai

demam. Nyeri perut dimulai 7 hari yang lalu dengan lokasi disekitar umbilicus. Beberapa hari

kemudian nyeri dirasakan di kanan bawah perut, disertai mual dan muntah. Keadaan umum

Dodi baik, namun ia tampak kesakitan dan berjalan agak membungkuk. Pada pemeriksaan

abdomen ditemukan nyeri tekan pada titik McBurney’s (+), defans muscular (-). Pemeriksaan

laboratorium menunjukkan jumlah leukosit 14.000/mm3. Dokter mendiagnosis Dodi

menderita Acute Appendicitis.

1. Klarifikasi Istilah

No. Istilah Klarifikasi

1. Diet rendah serat Aturan makan khusus yang rendah akan jenis

makanan yang berguna untuk melancarkan

pencernaan.

2. Konstipasi Evakuasi feses yang jarang atau sulit

3. Defans Muskular The muscular tension and rigidity that accompanies

localize inflamtion.

4. Appendicitis Peradangan pada appendix veriformis yang ditandai

dengan nyeri pada abdomen kanan bawah, nyeri

lepas alih spasme otot yang ada diatasnya dan

hiperestesia kulit

5. Titik Mc Burney’s Titik di 1/3 lateral yang menghubungakan SIAS

kanan dengan Umbilicus

6. Umbilicus Pusat, jaringan paru yang menandai tempat

pelekatan tali pusar pada janin

7. Kanan bawah perut Regio inguinal dextra yang terletak diantara paha

kanan dengan abdomen.

Page | 1

Page 2: Skenario a Blok 6 2014 Edit

2. Identifikasi Masalah

2.1. Dodi, 30 tahun adalah seorang karyawan swasta yang memiliki kebiasaan pola

makan idak teratur, diet rendah serat serta tidak terlalu suka minum, akibatnya

Dodi sering mengalami konstipasi. (****)

2.2. Dodi datang ke dokter dengan keluhan nyeri perut kanan bawah yang disertai

demam. (***)

2.3. Nyeri perut dimulai 7 hari yang lalu dengan lokasi disekitar Umbilikus. (***)

2.4. Beberapa hari kemudian nyeri dirasakan di kanan bawah perut, disertai mual dan

muntah. (***)

2.5. Dodi kesakitan saat berjalan dan membungkuk (**)

2.6. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri pada titik Mc Burney’s (+), defans

muscular (-). (***)

2.7. Pemeriksaan Laboraturium menunjukkan jumlah leukosit 14.000/mm3 (***)

2.8. Dokter mendiagnosis Dodi menderita Acute Appendicitis (*****)

3. Analisis Masalah

3.1. Dodi, 30 tahun adalah seorang karyawan swasta yang memiliki kebiasaan pola

makan tidak teratur, diet rendah serat serta tidak terlalu suka minum, akibatnya

Dodi sering mengalami konstipasi.

3.1.1. Apa hubungan memiliki kebiasaan pola makan tidak teratur, diet rendah

serat serta tidak terlalu suka minum dengan terjadinya konstipasi?

Kekurangan cairan atau dehidrasi dan kekurangan serat pada

makanan menjadi factor yang dapat menyebabkan konstipasi karena pada

usus besar air dan garam diserap kembali karena penting bagi tubuh.

Tetapi ketika usus besar menyerap terlalu banyak air karena dehidrasi,

kontraksi otot usus besar lambat maka tinja akan menjadi keras dan

kering.

3.1.2. Apakah dampak konstipasi terhadap tubuh?

Jika serat dan air dalam tubuh kurang terpenuhi akan berdampak

pada keras nya feses yang disebut sebagai fekalit. Feses yang keras dapat

menyebabkan obstruksi lumen pada appendiks yang berujung pada

terjadinya infeksi, hal ini merupakan patogenesis utama terjadinya

appendisitis.

Page | 2

Page 3: Skenario a Blok 6 2014 Edit

3.1.3. Bagaimana diet rendah serat?

Diet ini hanya mengonsumsi makanan yang rendah serat sehingga

hanya meninggalkan sedikit sisa. Diet ini bertujuan untuk memberikan

makanan sesuai gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga

dapat membatasi volume feses. Terdapat beberapa syarat diet ini yang

salah satunya tidak mengonsumsi makanan yang tinggi serat sehingga

asupan serat maksimal 8 g/hari.

3.1.4. Berapa liter air minum yang normal untuk dikonsumsi per hari?

Jumlah kebutuhan akan air minum yang dikonsumsi setiap orang

jelas berbeda. Namun secara umum setiap orang memerlukan setidaknya

1,5 L – 2 L per harinya.

3.2. Dodi datang ke dokter dengan keluhan nyeri perut kanan bawah yang disertai

demam.

3.2.1. Bagaimana pembagian abdomen?

Terdapat 2 jenis pembagian region abdomen, yaitu:

a. 9 regio abdomen

- Hypocondrium dextra

- Epigastric

- Hypocondrium sinistra

- Lumbaris Dextra

- Umbilicalis

- Lumbaris sinistra

- Inguinalis Dextra

- Hypogastrium

- Inguinalis Sinistra

b. Kuadran abdomen

- Kuadran Kanan Atas

- Kuadran Kiri Atas

- Kuadran Kanan Bawah

- Kuadran Kiri Bawah

Page | 3

Page 4: Skenario a Blok 6 2014 Edit

3.2.2. Organ apa saja yang terdapat pada bagian perut kanan bawah?

a. Jejunum

b. Ileum

c. Appendix

d. Caecum

e. Colon ascendens

f. Colon transversa

3.2.3. Apa yang menyebabkan nyeri pada perut kanan bawah?

Karena terjadinya inflamasi pada appendix vermifomis yang

mengakibatkan bertambah besarnya appendix yang lalu mengeritasi

peritoneum parietal yang menyebabkan rasa nyeri.

3.2.4. Mengapa nyeri pada perut kanan bawah dapat menyebabkan demam?

Nyeri yang terjadi pada kanan bawah perut merupakan suatu tanda

adanya iritasi pada bagian peritoneum parietal. Iritasi yang disebabkan

oleh infeksi yang terjadi pada appendix ini merangsang tubuh untuk

mengeluarkan respon imun yang berupa demam sebagai perlindungan diri

dari infeksi yang terus menyebar.

3.2.5. Syaraf apa yang berpengaruh pada nyeri perut kanan bawah?

Nyeri viscera appendix vermiformis yang ditimbulkan oleh karena

distensi lumen appendix atau spasme otot dindingnya, berjalan di dalam

serabut saraf yang mengikuti saraf simpatis plexus messentricus superior

dan nervus splanchnicus minor ke medulla spinalis.Nyeri alih yang tidak

jelas dirasakan diregio umbilicus.

3.3. Nyeri perut dimulai 7 hari yang lalu dengan lokasi disekitar Umbilikus.

3.3.1. Organ apa saja yang terdapat pada regio umbilicus?

Regio Umbilical terdiri dari omentum, intestinum tenue dan colon

transverses.

3.3.2. Mengapa nyeri terjadi disekitar umbilicus?

Karena otak salah menginterpretasikan rasa nyeri visceral di

apendiks. Hal ini di sebabkan karena saraf pada regio umbilicus dan saraf

pada apendiks masuk ke segmen yang sama yaitu T10 pada dermatome

sehingga nyeri ditunjukkan ke regio umbilicus.

3.3.3. Syaraf apa yang mempersarafi regio umbilicus?

Page | 4

Page 5: Skenario a Blok 6 2014 Edit

Saraf simpatis plexus messentricus superior dan nervus splanchnicus

minor

3.4. Beberapa hari kemudian nyeri dirasakan di kanan bawah perut, disertai mual dan

muntah.

3.4.1. Mengapa nyeri dari region umbilicus berpindah ke region kanan bawah

perut?

Nyeri berpindah ke regio kanan bawah perut karena semakin hari

appendiks semakin membesar dan mengalami edema sehingga menyentuh

Peritoneum Parietal dan mengiritasinya. Hal ini mengakibatkan syaraf di

parietal menerima rangsangan nyeri yang tajam dan terlokalisisr di bagian

kuadran kanan bawah.

Pada awalnya rasa nyeri pada region umbilicus merasakan nyeri

akibat terjadinya nyeri alih dari syaraf di organ visceral appendix yang

menerima rangsang regangan appendix dan di salurkan ke medulla

spinalis T 10 yang juga merupakan pusat syaraf dermatome dari region

umbilicus.

3.4.2. Apakan hubungan nyeri di kanan bawah perut dengan mual dan muntah?

Appendix merupakan bagian dari tractus digestivus yang memiliki

akhiran syaraf eferen yang akan berjalan bersama syaraf simpatis ke

medulla spinalis.

Jika syaraf terkena rangsangan kimia yang bersifat patogenik akan

dihantarkan impuls dari syaraf aferen menuju ke pusat control yaitu otak.

Bila rangsang kimia ini langsung ke bagian ventrikel cerebrum keempat

dibagian area postrema, akan memberikan efek mual karena bagian ini

merupakan pusat pengaturan untuk mengatur aktivitas muntah.

3.5. Dodi tampak kesakitan dan berjalan agak membungkuk.

3.5.1. Apa saja otot yang berkontraksi saat membungkuk?

M. Rectus abdominis, M. obliquus eksternus abdominis, M.

obliquus internus abdominis, dan M. transversus abdominis.

3.5.2. Apa makna klinis dengan Dodi berjalan agak membungkuk?

Pada kasus ini, peradangan appendix vermiformis Dodi sudah

mencapai peritoneum parietal. Seluruh bagian peritoneum parietal

dipersarafi oleh persarafan yang menuju ke medulla spinalis segmen T7-

T12 dan L1. Begitu juga dengan otot-otot dinding anterior abdomen.

Page | 5

Page 6: Skenario a Blok 6 2014 Edit

Maka dari itu, ketika terjadi peradangan di peritoneum parietal,

maka akan ditemukan gejala peningkatan tonus otot-otot abdomen (tonus

adalah kontrasi pada otot yang terjadi secara terus menerus). Peningkatan

tonus bertujuan untuk mengistirahatkan dan melokalisir proses

peradangan.

Akibat dari peningkatan tonus otot-otot abdomen itulah, otot-otot

dinding abdomen Dodi mengalami kontraksi secara terus menerus,

menyebabkan bungkuk.

3.6. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri pada titik Mc Burney’s (+), defans

muscular (-).

3.6.1. Bagaimana pemeriksaan abdomen?

a. Inspeksi

- Permukaan dinding perut : datar, cekung, cembung.

- Kulit dinding perut : erupsi, ikterus, spider angioma, venectasi

(kolateral), striae,pigmentasi, tumor, umbilicus cekung atau datar

atau menonjol.

- Bentuk perut : simetris/asimetris, perut bentuk perut katak (frog like

appearance).

b. Auskultasi

- Diperiksa bunyi khusus (peristaltic) : Normal, melemah sampai

menghilang, mengeras sampai terdengar suara logam (metallic

sound). Peristaltic normal kira-kir 5 –10 detik.

- Sucusion splash : Dapat ditemukan pada abdomen yang distensi

akibat adanya gas dan cairan di dalam suatu organ yang mengalami

obstruksi. Pemeriksaan meletakkan stetoskopnya di atas abdomen

sementara mengguncangkan dari sisi kesisi. Adanya bunyi percikan

biasanya menunjukkan distensi lambung atau kolon.

c. Perkusi :

- Pemeriksaan ini untuk mendeteksi adanya distensi gas, cairan atau

massa padat.

- Timpani merupakan bunyi perkusi yang paling sering ditemukan

pada abdomen. Bunyi timpani ini disebabkan adanya gas dalam

lambung, usus halus dan kolon.

Page | 6

Page 7: Skenario a Blok 6 2014 Edit

d. Palpasi

- Palpasi abdomen dapat dilakukan dengan cara palpasi ringan dan

palpasi dalam. Palpasi ringan digunakan untuk menentukan nyeri

tekan dan daerah spasme otot dan rigiditas. Pasien dengan peritonitis

memperlihatkan abdomen yang tegang dan nyeri (defence

muscular). Sedang perut papan didapatkan pada penderita tetanus.

3.6.2. Apa saja penyebab defans muscular?

Kejang otot (defense musculaire, muscular rigidity) , ditimbulkan

karena rasa nyeri pada peritoneum parietal yang karena rangsangan

palpasi bertambah sehingga secara refleks terjadi kejang otot.

3.6.3. Bagian mana yang mengalami inflamasi yang menyebabkan defans

muscular?

Bagian dari M.rektus abdominis.

3.6.4. Bagaimana lapisan dinding abdomen?

a. Skin

b. Fascia Superficialis

c. Fascia Profunda / Deep Fascia

d. Muscle

e. Fascia Transversal / Subserous Fascia

f. Lemak ekstraperitoneal

g. Peritoneum Parietal

3.6.5. Apa penyebab titik McBurney’s positif?

Karena titik McBurney’s merupakan titik maksimal nyeri dari

apendisitis. Sehingga apabila titik ini ditekan dan mengahasilkan rasa

nyeri, hal ini menunjukkan bahwa te McBurney’s adalah positif.

3.6.6. Bagaimana histologi appendix vermiformis?

Appendix vermiformis terdiri atas beberapa lapisan, diantaranya;

a. Lapisan mukosa

b. Lapisan submukosa

c. Lapisan muskularis eksterna/propria (otot longitudinal dan sirkuler)

d. Lapisan serosa.

3.6.7. Bagaimana topografi appendix vermiformis?

Appendix vermiformis seluruhnya diliputi oleh peritoneum, yang

melekat pada lapisan bawah messentrium instestinum tenue melalui

Page | 7

Page 8: Skenario a Blok 6 2014 Edit

messentrimnya sendiri yang pendek, mesoappendix. Appendix vermforis

terletak di region iliaca dextra, dan pangkal diproyeksikan ke dinding

anterior abdomen pada titik sepertiga bawah garis yang menghubungkan

SIAS dan umbilicus (titik McBurney). Tempat-tempat ditemui ujung

appendix:

a. Tergantung ke bawah ke dalam pelvis berhadapan dengan

dindingpelvis dextra

b. Melengkung dibelakang caecum.

c. Menonjol ke atas sepanjang pinggir lateral caecum

d. Di depan atau di belakang pars terminalis ileum.

3.6.8. Bagaimana fisiologi appendix vermiformis?

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated

Limfoid Tissue (GALT) yang terletak di sepanjang saluran cerna termasuk

appendiks. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap

infeksi. Namun demikian, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi

sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika di

bandingkan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.

3.6.9. Bagaimana vaskularisasi appendix vermiformis?

Arteria

Arteria appendicularis, Cabang arteria caecalis posterior berjalan

menuju ujung appendix vermiformis di dalam meso-appendix

Venae

Vena appendicularismengalirkandarahnyake vena caecalis

posterior.

3.7. Pemeriksaan Laboraturium menunjukkan jumlah leukosit 14.000/mm3

3.7.1. Berapa kadar normal leukosit dalam darah?

4000-10.000/mm3

3.7.2. Apa yang menyebabkan jumlah leukosit meningkat?

Pada scenario ini leukositosis terjadi karena adanya penumpukan

flora normal yang tinggi sebagai akibat obstruksi apendiks yang

merupakan proses infeksi atau radang akut sehingga terjadi peradangan

pada appendix vermiformis.

Page | 8

Page 9: Skenario a Blok 6 2014 Edit

3.8. Dokter mendiagnosis Dodi menderita Acute Appendicitis

3.8.1. Bagaimana etiologi acute appendicitis?

Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri dengan faktor

pencetusnya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Adanya

obstruksi mengakibatkan mucin atau cairan mucosa yang diproduksi tidak

dapat keluar dari apendiks, hal ini akan semakin meningkatkan tekanan

intraluminal sehingga menyebabkan tekanan intra mucosa juga semakin

tinggi. Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke

dinding apendiks sehingga terjadi peradangan supuratif yang

menghasilkan pus atau nanah pada dinding apendiks.

3.8.2. Bagaimana patofisiologi acute appendicitis?

Patogenesis appendicitis akut terutama disebabkan oleh inflamasi

pada dinding apendiks yang menimbulkan obstruksi lumen apendiseal.

Pada sepertiga kasus appendicitis akut memperlihatkan disebabkan juga

oleh karena fekalit. Hal itu berdasarkan penelitian epidemiologi

menunjukan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh

konstipasi terhadap timbulnya appendicitis akut.

Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat

sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora

normal kolon. Obstruksi mengakibatkan appendicitis akut oleh karena,

kapasitas lumen pada apendiks yang normal adalah 0,1 ml³. Sekresi

mucosa yang terus berlanjut sampai 0,5 saja sudah dapat meningkatkan

tekanan intralumen  sampai 60 cmH2O yang menyebabkan distensi lumen

dan mempengaruhi aliran darah balik vena.

Apendiks menjadi bengkak, lembek, diliputi oleh eksudat fibrinosa.

Lumen apendiks terisi materi pus, mucosa menjadi hipoksia dan terjadi

ulserasi. Adanya infeksi bakteri berkaitan dengan cepatnya terjadi

Ganggren dan Perforasi. Organisme yang dominan terdapat pada

appendicitis akut adalah E. coli dan Bacteroides fragilis, walaupun tidak

tertutup kemungkinan bakteri lainnya dapat ditemukan pada Appendicitis

Akut

Page | 9

Page 10: Skenario a Blok 6 2014 Edit

Diet Rendah Serat + Tidak Suka Minum

Konstipasi Membentuk Fekalit

Tekanan Intraluminal Meningkat Obstruksi Lumen Appendix Flora Normal Bertambah

Infeksi

Hiperplasia Jaringan Limfoid

Aliran Limfatik Terhambat

DemamAppendix Edema

Distensi Appendix

Respon Syaraf Visceral T 10 Mengiritasi Peritoneum Parietal Rangsang Nyeri Visceral

Nyeri Alih disekitar Umbilikus Nyeri pada Perut Kanan Bawah Otot Iliopsos Tidak Dapat Berkonstraksi Rangsang Cerebral ke-4

Mual Muntah

Jalan Membungkuk Appendix Berada di Retrocaecal

4. Kerangka Konsep

Page | 10

Page 11: Skenario a Blok 6 2014 Edit

5. Keterbatasan Masalah dan Learning issues

Learning Issues What I know What I don’t know What I have to

prove

Anatomi dinding

abdomen

Pembagian region

abdomen, Batas-

batas abdomen

Urutan lapisan

dinding abdomen

Pemeriksaan

dinding Abdomen

Anatomi viscera

abdomen

Organ per regio Appendix Topografi,

fisiologi, jenis letak

Appendix

Histofisiologi

viscera abdomen

Jaringan epitel

appendix

Jaringan Appedicitis Jaringan Appendix

yang Normal

Inervasi dan

vaskularisasi

abdomen

- Perjalanan inervasi

dan vaskularisasi

Dermatome

Appendicitis Definisi Patofisiologi Etiologi

Konstipasi Definisi, Etiologi Hubungan dengan

Appendicitis

Patofisiologi

6. Sintesis masalah

6.1. Anatomi dinding abdomen

6.1.1. Batas dinding abdomen

a. Bagian atas (superior)

- Processus xiphoideus

- Cartilago costalis (ribs 7-10)

- Tips of ribs 11 and 12

- Vertebrae Lumbal (L1-L5 )

b. Bagian bawah (inferior)

- Crista iliaca

- Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS)

- Spina Iliaca Anterio Inferior

- Ligamen Inguinalis

- Symphisis pubis, crista pubicum, dan tubercularis pubis

Page | 11

Page 12: Skenario a Blok 6 2014 Edit

- Tubercle of the crest

- Pubic tubercle

- Pubic crest

6.1.2. Bidang Dinding Abdomen

a. Planum transpyloricum

- Garis transversal antara incissura jugularis dan symphisis pubis.

- Setinggi cartilago costae IX (anterior) dan bagian bawah vertebrae

lumbalis I (posterior)

b. Planum transtubercular

- Garis transversal setinggi tuberculum iliaca (anterior) dan vertebrae

lumbalis V (posterior)

c. Linea alba

- Berada di garis tengah

- Terbentang dari proc. Xyphoideus sampai ke symphisi pubis

- Memisahkan m. rectus abdominus

d. Linea semilunaris

- Sepanjang lateral dari M. rectus abdominis.

e. Linea arcuata

- Bagian bawah dari lamina posterior, terletak di antara umbilicus dan

pubis

6.1.3. Pembagian Regio Abdomen

a. Kuadran

- Regio kanan atas

- Regio kanan bawah

- Regio kiri atas

- Regio kiri bawah.

b. 9 regio

- Right Hypochondriac

- Left Hypochondriac

- Epigastric

- Right Lumbar

- Left Lumbar

- Umbilical

- Right Inguinal

Page | 12

Page 13: Skenario a Blok 6 2014 Edit

- Left Inguinal

- Hypogastric

6.1.4. Organ per regio

a. Hypochondrium dextra, yaitu regio kanan atas:

- Hepar

- Vesica fellea

b. Epigastrium, regio yang berada di ulu hati

- Gaster

- Hepar

- Colon transversum

c. Hypochondrium sinistra, regio yang berada di kiri atas:

- Gaster

- Hepar

- Colon Transversum

d. Lumbaris dextra, regio sebelah kanan tengah:

- Colon ascendens

e. Umbilicalis, regio tengah:

- Intestinum tenue

- Colon transversum

f. Lumbaris sinistra, regio sebelah kiri umbilikalis:

- Intestinum tenue

- Colon descendens

g. Inguinalis dextra, regio kanan bawah:

- Caecum

- Appendix vermiformis

h. Hypogastrium / Suprapubicum, regio di tengah bawah:

- Appendix vermiformis

- Intestinum tenue

- Vesica urinaria

i. Inguinalis sinistra, regio kiri bawah:

- Intestinum tenue

- Colon descendens

- Colon sigmoideum

6.1.5. Otot – Otot

Page | 13

Page 14: Skenario a Blok 6 2014 Edit

a. M. Obliquus externus

b. M. Obliquus internus

c. M. Transversus abdominis

d. M. Rectus abdominis

e. M. Pyramidalis

f. M. Quadratus lumborum

g. M. Iliopsoas

6.1.6. Lapisan dinding abdomen

a. Skin

b. Fascia superficialis

c. Fascia profunda

d. Muscle

e. Fascia transversal

f. Lemak ekstraperitoneal

g. Peritoneum parietale

6.1.7. Pemeriksaan dinding abdomen

a. Inspeksi

Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan

memegang perut. Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak

ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita

dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat

pada massa atau abses appendiculer.

b. Palpasi

Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tanda-tanda

peritonitis lokal yaitu:

- Nyeri tekan di Mc. Burney.

- Nyeri lepas.

- Defans muscular lokal. Defans muscular menunjukkan adanya

rangsangan peritoneum parietal.

Pada appendix letak retroperitoneal, defans muscular mungkin tidak

ada, yang ada nyeri pinggang.

c. Perkusi

Untuk memperkirakan ukuran hepar, adanya udara pada lambung

dan usus (timpani atau redup). Untuk mendengarkan atau mendeteksi

Page | 14

Page 15: Skenario a Blok 6 2014 Edit

adanya gas, cairan atau massa dalam perut. Bunyi perkusi pada perut yang

normal adalah timpani, tetapi bunyi ini dapat berubah pada keadaan-

keadaan tertentu misalnya apabila hepar danlimpa membesar, maka bunyi

perkusi akanmenjadi redup, khususnya perkusi di daerah bawah arkus

kosta kanan dan kiri.

d. Auskultasi

Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus

paralitik pada peritonitis generalisata akibat appendicitis perforata.

6.2. Anatomi viscera abdomen

6.2.1. Organ viscera abdomen

Cavitas abdominalis berisi organ-organ penting termasuk tractus

gastrointestinalis, hepar, ductus choledochus, pancreas, lien, dan bagian-

bagian system urinarium. Struktur-struktur ini tersusun didalam cavitas

abdominalis sehingga penyakit dari organ yang satu mudah menjalar ke

organ yang lainnya. Dinding cavitas abdominis dilapisi oleh suatu

membranan serosa tipis yang disebut peritoneum.

Didalam abdomen juga terdapat aorta dan cabang-cabang nya, vena

cava inferior dan cabang-cabangnya, dan vena porta yang penting. Berikut

susunan umum dari viscera abdomen.

Hepar (Hati)

Hepar merupakan organ besar yang terletak pada bagian atas cavitas

abdominalis. Hampir seluruh bagian hepar terletak dibawah costae dan

cartilagines costales, dan melintasi regio epigastrica.

Vesica Biliaris (Kandung Empedu)

Vesica biliaris merupakan kantong berbentuk buah pir yang melekat

pada permukaan bawah lobus hepatis dexter, ujungnya buntu, atau fundus,

menonjol dibawah margo inferior hepar.

Oesophagus

Oesophagus merupakan struktur berbentuk tubular yang

menghubungkan pharynx dengan gaster. Oesophagus menembus

Page | 15

Page 16: Skenario a Blok 6 2014 Edit

diaphragma sedikit disebelah kiri garis tengah dan setelah berjalan sekitar

setengah inci masuk ke sisi kanan gaster. Oesophagus terletak dalam,

dibelakang lobus hepatis sinister.

Gaster (Lambung)

Gaster merupakan bagian saluran pencernaan yang berdilatasi

diantara oesophagus dan intestinum tenue. Gaster terletak didaerah

kuadran kiri atas, epigastrium, dan regio umbilicalis dan sebagian besar

ditutupi oleh costae. Sumbu panjang gaster berjalan ke bawah dan depan

kanan kemudian berjalan kebelakang dan sedikit ke atas.

Intestinum Tenue (Usus Halus)

Intestinum tenue dibagi menjadi tiga bagian :

a. Duodenum merupakan bagian pertama intestinum tenue. Duodenum

terletak pada regio epigastrica dan umbilicalis. Kira-kira dipertengahan

panjang duodenum bermuara ductus choledocus dan ductus

pancreaticus.

b. Jejunum dan Ileum mempunyai panjang sekitar 6 meter dengan dua

per limam bagian atas adalah jejunum. Jejunum menempati bagian kiri

atas cavitas abdominalis sedangkan ileum cenderung menempati

bagian kanan bawah cavitas abdominalis dan cavitas pelvis.

Intestinum Crasum (Usus Besar)

Intestinum crasum dibagi menjadi caecum, appendix vermiformis,

colon ascendens, colon transversum, colon descendens, colon

sigmoideum, rectum dan canalis analis.

a. Caecum merupakan kantong dengan ujung buntu yang menonjol

kebawah pada regio iliaca kanan dibawah junctura iliocaecalis.

b. Appendix vermiformis adalah organ sempit , berbentuk tabung yang

mempunyai otot dan mengandung banyak jaringan limfoid dan

merupakan sisa apex secum yang belum diketahui fungsinya pada

manusia. Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13

cm). Dasarnya melekat pada permukaan posteromedial caecum, sekitar

1 inci (2,5 cm) di bawah junctura ileocaecalis, bagian appendix

Page | 16

Page 17: Skenario a Blok 6 2014 Edit

vermiformis lainnya bebas. Appendix vermiformis diliputi seluruhnya

oleh peritoneum, yang melekat pada lapisan bawah mesenterium

intestinum tenue melalui mesenteriumnya sendiri yang pendek,

mesoappendix yang berisi arteri, vena appendicularis dan saraf-saraf.

Appendix vermiformis terletak di regio iliaca dextra, dan pangkal

diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah

garis yang menghubungkan SIAS kanan dan umbilicus (titik

McBurney).

Ujung appendix vermiformis mudah bergerak dan mungkin

ditemukan pada tempat-tempat berikut ini : (1) tergantung kebawah

kedalam pelvis berhadapan dengan dinding pelvis dextra ; (2)

melengkung dibelakang caecum ; (3) menonjol ke atas sepanjang

pinggir lateral caecum ; (4) didepan atau di belakang pars terminalis

ileum. Posisi pertama dan kedua merupakan posisi yang sering

ditemukan.

c. Colon ascendens berjalan keatas dari caecum ke permukaan inferior

lobus hepatis dexter, menempati regio kanan bawah dan kuadran atas.

d. Colon transversum menyilang abdomen diregio umbilicalis dari

flexura coli dextra sampai flexura coli sinistra.

e. Colon descendens menempati kuadran kiri atas dan bawah.

f. Colon sigmoideum tergantung ke bawah ke dalam cavitas pelvis

dalam bentuk sebuah lengkung , colon sigmoideum beralih menjadi

rectum didepan os sacrum.

g. Rectum menempati bagian posterior cavitas pelvis, lalu melanjutkan

diri menjadi canalis analis didalam perineum .

h. Canalis analis

Pancreas

Pancreas merupakan organ lunank berlobus , berjalan miring

menyilang dinding posterior abdomen pada regio epigastrica. Pancreas

terletak dibelakang gaster dan terbentang dari duodenum sampai lien.

Lien

Page | 17

Page 18: Skenario a Blok 6 2014 Edit

Lien merupakan massa lunak jaringan limfatik yang terletak

dibagian kiri atas abdomen diantara gaster dan diaphragma. Lien terletak

disepanjang sumbu panjang costa X sinistra.

Ren (Ginjal)

Ren merupakan dua organ berwarna coklat kemerahan yang terletak

tinggi pada dinding posterior abdomen, masing-masing dikanan dan kiri

columna vertebralis.

Glandula Suprarenalis

Glandula suprarenalis merupakan dua organ kekuningan yang

terletak di polus superior ginjal pada dinding posterior abdomen.

Tractus Gastrointestinalis

Organ dari tractus gastrointestinalis yaitu oesophagus, sphincteer

gastrooesophagea, gaster, intestinum tenue, intestinum crasum. Dan organ

accesoris dari tractus gastrointestinalis adalah hepar, ductus biliaris

hepatis, serta pancreas.

6.3. Histofisiologi appendix

6.3.1. Lapisan appendix

Apendiks memiliki 4 lapisan yaitu:

a. Lapisan mukosa

Lapisan mukosa terdiri dari satu lapis epitel bertingkat dan crypta

lieberkuhn. Dinding dalam (inner circular layer) berhubungan dengan

sekum dan dinding luar (outer longitudinal muscle) dilapisi oleh

pertemuan ketiga taenia coli pada pertemuan sekum dan apendiks. Taenia

anterior digunakan sebagai pegangan untuk mencari apendiks. diantara

mukosa dan submukosa terdapat lymphonodes.

b. Lapisan submukosa

Lapisan submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar dan jaringan

elastik yang membentuk jaringan saraf, pembuluh darah dan limfe (Pieter,

2005). Terdapat nervus yakni plexus meissner.

c. Lapisan muskularis eksterna/propria (otot longitudinal dan sirkuler)

Page | 18

Page 19: Skenario a Blok 6 2014 Edit

Tediri atas dua lapisan yakni lapisan sirkular di sebelah dalam, dan

lapisan longitudinal di sebelah luar. Diantara dua lapis otot ini terdapat

plexus myenterik atau plexus auerbach. Terdapat juga vasa limfa dan vasa

darah.

d. Lapisan serosa.

Diantara lapisan serosa dan lapisan mucularis externa terdapat

lapisan subserosa yang terdiri dari jaringan ikat longgar, vasa darah, lifa,

dan nervus. Lapisan serosa sendiri merupakan selapis sel mesothelial

kuboidal, yang terdapat pada lapisan tipis jaringan fibrosa.

6.3.2. Morfologi Apendisitis

Pada stadium awal, hanya sedikit eksudat neutrofil dapat ditemukan

disepanjang mukosa, submukosa, dan muskularis propria dari apendiks.

Vaskularisasi di lapisan serosa bertambah, dan sering terdapat infiltrasi

ringan neutrofil disekitar pembuluh darah. Reaksi inflamasi mengubah

serosa normal menjadi merah, kasar, dan bergranul. Perubahan ini

menandakan apendisitis akut awal. Pada stadium lanjut, eksudat

neutrofilik berubah menjadi reaksi fibrinopurulen di lapisan serosa. Ketika

proses inflamasi memburuk terbentuk abses pada dinding apendiks,

disertai ulserasi, dan fokus-fokus nekrosis supuratif di mukosa. Keadaan

ini menggambarkan apendisitis supuratif akut. Keterlibatan apendiks lebih

jauh mengakibatkan terjadinya area luas ulserasi hemoragik kehijauan dan

nekrosis gangrenosa hijau-kehitaman, disepanjang dinding apendiks

meluas ke serosa menghasilkan apendisitis ganrenosa akut, yang akan

secara cepat diikuti terjadinya ruptur apendiks (15-30%) dan peritonitis

supuratif. Kriteria histologik untuk diagnosis apendisitis akut adalah

infiltrasi neutrofilik pada muskularis propria. Biasanya neutrofil dan

ulserasi juga terdapat pada mukosa. Karena drainase eksudat dari saluran

cerna lain dapat pula masuk ke apendiks dan menginduksi infiltrasi

neutrofil pada mukosa, gambaran peradangan pada dinding muskular

diperlukan untuk diagnosis.

6.4. Inervasi dan Vaskularisasi Abdomen

6.4.1. Inervasi dan Vaskularisasi organ viscera

a. Oesophagus

Pendarahan

Page | 19

Page 20: Skenario a Blok 6 2014 Edit

Arteriae

Cabang-cabang arteri gastrica sinistra

Venae

Venae dialirkan ke vena gastrica sinistra, cabang vena porta

Persarafan

Nervus gastrica anterior dan posterior (nervus vagus) dan cabang-

cabang simpatis pars thoracalis truncus symphaticus.

b. Gaster

Pendarahan

Arteriae

Arteria gastrica sinistra berasal dari truncus coeliacus.

Arteria gastrica dextra berasal dari arteria hepatica communis.

Arteriae gastricae breves berasal dari arteria lienalis.

Arteria gastroomentalis sinistra berasal dari arteria splenica.

Arteria gastroomentalis dextra berasal dari arteria gastroduodenalis.

Venae

Vena gastrica sinistra dan dextra, bermuara ke vena porta hepatis.

Vena gastricae breves dan vena gastroomentalis sinistra, bermuara ke

vena lienalis.

Vena gastroomentalis dextra, bermuara ke vena mesenterica superior.

Persarafan

Truncus vagalis anterior

Truncus vagalis posterior

c. Intestinum Tenue

Duodenum

Pendarahan

Arteriae

½ bagian atas : arteria pancreaticoduodenalis superior

½ bagian bawah : arteria pancreaticoduodenalis inferior

Venae

Vena pancreaticoduodenalis superior, bermuara ke vena porta hepatic.

Vena pancreaticoduodenalis inferior, bermuara ke vena mesenterica

superior

Persarafan

Page | 20

Page 21: Skenario a Blok 6 2014 Edit

Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus)

Jejunum dan ileum

Pendarahan

Arteria

Berasal dari cabang-cabang arteria mesenterica superior. Bagian paling

bawah ileum diperdarahi oleh arteri ileocolica.

Venae

Sesuai dengan cabang-cabang arteri mesenterica superior dan

mengalirkan darahnya ke vena mesenterica superior.

Persarafan

Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus)

plexus mesentericus superior.

d. Intestinum Crassum

Caecum

Pendarahan

Arteriae

Arteria caecalis anterior dan posterior membentuk arteria ileocolica.

Venae

Mengalirkan daranya ke vena mesenterica superior

Persarafan

Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus)

plexus mesentericus superior.

e. Appendix Vermiformis

Pendarahan

Arteria

Arteria appendicularis, cabang arteria caecalis posterior berjalan

menuju ujung appendix vermiformis di dalam meso-appendix.

Venae

Vena appendicularis mengalirkan darahnya ke vena caecalis posterior.

Persarafan

Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus)

plexus mesentericus superior. Serabut aferen yang menghantarkan rasa

nyeri visceral dari appendix vermiformis berjalan bersama saraf

simpatis dan masuk ke medulla spinalis setinggi vertebra thoracica X.

Page | 21

Page 22: Skenario a Blok 6 2014 Edit

f. Colon ascendens

Pendarahan

Arteriae

Arteria ileocolica dan arteria colica dextra

Venae

Bermuara ke vena mesenterica superior

Persarafan

Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus)

plexus mesentericus superior.

g. Colon transversum

Pendarahan

Arteriae

2/3 proximal : arteria colica media

1/3 distal : arteria colica sinistra

Venae

Bermuara ke vena mesenterica superior dan inferior.

Persarafan

2/3 proximal : saraf simpatis dan nervus vagus

1/3 distal : saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchnici pelvici.

h. Colon descendens

Pendarahan

Arteriae

Arteria colica sinistra dan arteria sigmoideae

Venae

Bermuara ke vena mesenterica inferior.

Persarafan

Saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchnici pelvici

6.1.1. Inervasi abdomen

Semua organ dari struktur foregut, midgut dan hindgut mendapatkan

innervasi dari saraf simpatis dan parasimpatis serta serabut sensori

visceral yang menyusun sistem saraf usus. Sistem saraf usus terdapat pada

dinding struktur gastrointestinal sejak dari oesophagus hingga saluran

anus. Sistem syaraf usus terdiri atas:

a. Plexus mesentericus (plexus auerbach)

Page | 22

Page 23: Skenario a Blok 6 2014 Edit

b. Plexus submucosal (plexus meissneri).

Sensasi nyeri yang dirasakan akibat kelainan atau gangguan organ

pencernaan akan menimbulkan persepsi nyeri permukaan kulit/dinding

abdomen(referred pain).

a. Nyeri dari organ yang berasal dari foregut ditunjukkan pada dermatom

thoracalis 5-9 di regio hipokondriaka dan epigastrium yang dibawa

nervus splanchnicus thoracalis inferior (n. splanichus major).

b. Nyeri dari organ yang berasal dari midgut juga melalui nervus tersebut.

Perbedaannya adalah, nyeri dari midgut akan ditunjukkan pada

dermatom thoracalis 5-10 pada regio epigastrium dan umbilicalis

apabila gangguan mengenai usus halus.

c. Nyeri dari cecum, appendix, colon ascenden dan colon transversum 2/3

proximal cenderung ditunjukan pada dermatom thoracalis 10-12 pada

regio umbilicalis, hipogastrium dan lumbalis. Adapun nyeri dari organ

hindgut dibawa oleh n. splanichus thoracalis inferior dan lumbalis.

d. Nyeri yang berasal dari colon transversum 1/3 distal hingga cana anal

ditunjukkan pada dermatom thoracalis-11 sampai lumbal-1 pada regio

hipogastrium dan inguinal.

Adanya gangguan pada organ dalam rongga abdomen, selain

ditandai munculnya gangguan pada sistem pencernaan juga dapat disertai

gejala/tanda pada sistem yang lain. Hal ini sangat wajar karena rongga

abdomen tidak hanya berisi organ pencernaan. Sebagai contoh, adanya

aneurysma arteri mesenterica superior akan menimbulkan mual dan nyeri

pasca makan serta varikokel funikulus spermatikus. Hal ini terjadi karena

aneurysma tersebut akan menekan sebagain duodenum dan kemungkinan

juga menekan v. renalis sinistra, dimana kedua bangunan ini menyilangi

aorta abdominalis.

6.1.2. Inervasi peritoneum

Persarafan kulit dinding anterior abdomen berasal dari rami

anteriores 6 nervi thoracici bagian bawah dan nervus lumbalis

a. Nervi thoracici : 5 nervi intercostales bagian bawah dan n. Subcostalis

b. Nervus lumbalis 1 : n. Iliohypogastricus dan n. Ilioinguinalis

c. Dermatom :

d. T7 : terletak pada epigastrium, proc. xyphoideus

Page | 23

Page 24: Skenario a Blok 6 2014 Edit

e. T10 : umbilicus

f. L1 : lig. Inguinal dan symphisis pubis

6.1.3. Perbedaan rasa nyeri pada lapisan parietal dengan lapisan visceral

Perbedaan dari rasa nyeri pada lapisan parietal dan lapisan visceral adalah

Nyeri pada visceral karena robekan dengan tegangan, lalu tidak

terlokalisir, sedangkan Nyeri pada parietal karena sentuhan, suhu dan

tekanan, terlokalisir

6.2. Appendicitis

6.2.1. Pemeriksaan khusus untuk mendeteksi appendicitis

a. Psoas Sign

Dilakukan dengan rangsangan m.psoas dengan cara penderita dalam

posisi terlentang, tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa, penderita

disuruh hiperekstensi atau fleksi aktif. Psoas sign (+) bila terasa nyeri di

abdomen kanan bawah.

b. Rovsing Sign

Perut kiri bawah ditekan, akan terasa sakit pada perut kanan bawah

c. Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan darah : akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus

appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi. Pada

appendicular infiltrat, LED akan meningkat

6.2.2. Leukositosis

Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan

adanya proses infeksi atau radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-

paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu),

tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh

obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika

terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.

6.2.3. Etiologi

Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya

lumen oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing

usus. Obstruksi lumen merupakan penyebab utama appendicitis. Erosi

membran mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit seperti

Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan Enterobius vermikularis.

Kebanyakan kasus dari apendisitis akut merupakan akibat dari obstruksi.

Page | 24

Page 25: Skenario a Blok 6 2014 Edit

6.2.4. Patolofisiogi

Appendisitis merupakan peradangan appendiks yang mengenai

semua lapisan dinding organ tersebut. Tanda patogenetik primer diduga

karena obstruksi lumen dan ulserasi mukosa menjadi langkah awal

terjadinya appendicitis. Obstruksi intraluminal appendiks menghambat

keluarnya sekresi mukosa dan menimbulkan distensi dinding appendiks.

Sirkulasi darah pada dinding appendiks akan terganggu. Adanya kongesti

vena dan iskemia arteri menimbulkan luka pada dinding appendiks.

Kondisi ini mengundang invasi mikroorganisme yang ada di usus besar

memasuki luka dan menyebabkan proses radang akut, kemudian terjadi

proses irreversibel meskipun faktor obstruksi telah dihilangkan.

Appendicitis dimulai dengan proses eksudasi pada mukosa, sub

mukosa, dan muskularis propia. Pembuluh darah pada serosa kongesti

disertai dengan infiltrasi sel radang neutrofil dan edema, warnanya

menjadi kemerah-merahan dan ditutupi granular membran. Pada

perkembangan selanjutnya, lapisan serosa ditutupi oleh fibrinoid supuratif

disertai nekrosis lokal disebut appendicitis akut supuratif. Edema dinding

appendiks menimbulkan gangguan sirkulasi darah sehingga terjadi

ganggren, warnanya menjadi hitam kehijauan yang sangat potensial

ruptur. Pada semua dinding appendiks tampak infiltrasi radang neutrofil,

dinding menebal karena edema dan pembuluh darah kongesti. Appendiks

yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan

membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya

perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat

kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat

organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan

mengalami eksaserbasi

6.2.5. Faktor pencetus apendisitis

Berbagai hal yang dapat menyebabkan terjadinya obstruksi pada

apendiks antara lain:

a. Batu (fecalith)

b. Makanan

c. Mukus (paling sering terjadi pada kistik fibrosis)

d. Apendiks yang terangulasi

Page | 25

Page 26: Skenario a Blok 6 2014 Edit

e. Parasit (E.hystolitica)

f. Tumor pada apendiks atau sekum

g. Endometriosis

h. Benda asing

i. Hiperplasia limfoid (khususnya terjadi sekunder akibat infeksi virus)

6.3. Konstipasi

Konstipasi atau sembelit adalah masalah pencernaan yang umum terjadi.

Biasanya ditandai dengan susah buang air bear atau buang air besar tidak

teratur. Selain orang yang menderita konstipasi sering mengalami pergerakan di

usus, terasa melilit dan perut terasa sakit. Orang yang mengalami konstipasi

biasanya hanya buang air besar sebanyak 3 kali seminggu atau bahkan kurang.

Biasanya sembelit ini hanya bersifat sementara. Perubahan gaya hidup

disertai dengan pola makan yang benar, yang mengandung banyak serat dan

nutrisi mampu mengatasi hal ini. Untuk lebih mengenal mengenai sembelit atau

konstipasi, silahkan baca uraian berikut ini, mulai dari gejala, penyebab dan cara

pengobatannya.

6.3.1. Gejala Konstipasi, Sembelit, Susah Buang Air Besar

Tanda dan gejala konstipasi antara lain:

a. Buang air besar lebih sedikit dari tiga kali seminggu

b. Sulit buang air besar

c. Tekanan pada perut yang menyiksa saat terjadinya pergerakan pada

usus

d. Perasaan terjadi penyumbatan pada dubur

e. Perasaan tidak selesai setelah buang air besar

6.3.2. Penyebab & Faktor Risiko

Normalnya tinja di dalam usus didorong dengan kontraksi otot usus.

Pada usus besar air dan garam diserap kembali karena penting bagi tubuh.

Tetapi ketika usus besar menyerap terlalu banyak air, atau kontraksi otot

usus besar lambat maka tinja akan menjadi keras dan kering sehingga

pergerakan pada usus besar menjadi terlalu lambat.

Anda mungkin juga mengalami konstipasi jika otot yang digunakan

untuk menggerakkan usus tidak berfungsi secara benar. Masalah ini

disebut anismus.

Page | 26

Page 27: Skenario a Blok 6 2014 Edit

Sejumlah faktor yang menyebabkan antara lain:

a. Kekurangan cairan atau dehidrasi

b. Kekurangan serat pada makanan

c. Kurangnya aktifitas fisik (khususnya pada orang tua)

d. Irritable bowel syndrome

e. Perubahan gaya hidup atau rutinitas, termasuk hamil, penuaan dan

perjalanan

f. Sakit (sedang mengalami suatu penyakit)

g. Sering menggunakan atau penyalahgunaan obat pencahar

h. Penyakit tertentu, seperti stroke, diabetes, thyroid disease dan

Parkinson's disease

i. Masalah pada usus besar dan dubur, seperti penyumbatan usus atau

diverticulosis

j. Obat-obatan tertentu

k. Gangguan hormon, seperti tidak aktifnya kelenjar tiroid

l. Kerusakan pada kulit dubur dan ambeien

m. Hilangnya kadar garam di dalam tubuh karena muntah atau diare

n. Cedera pada syaraf tulang belakang, yang dapat berefek pada usus

Pada kasus yang langka, konstipasi dapat menjadi tanda bahwa anda

mengalami kondisi medis yang serius, seperti kanker usus besar,

gangguan hormon atau gangguan pada autoimun. Pada anak-anak,

konstipasi dapat mengindikasikan hirschsprung disease – kondisi

hilangnya sel syaraf bawaan sejak lahir.

Anda lebih berpeluang mengalami konstipasi jika:

a. Orang tua

b. Posisi duduk secara terus-menerus

c. Tinggal di tempat tidur (ketika akan bersalin)

d. Makan makanan rendah serat

e. Kekurangan cairan

f. Menggunakan obat tertentu, termasuk sedatives, narkotik atau

pengobatan tertentu untuk menurunkan tekanan darah

g. Sedang menjalani chemotheraphy

Wanita lebih sering mengalami konstipasi daripada laki-laki dan

anak-anak lebih sering mengalami konstipasi daripada orang dewasa.

Page | 27

Page 28: Skenario a Blok 6 2014 Edit

Jika anda sedang hamil, anda mungkin mengalami konstipasi karena

perubahan hormon. Setelah melahirkan, tekanan pada usus dari uterus

yang membesar juga dapat menyebabkan konstipasi.

6.3.3. Pencegahan

a. Jangan jajan di sembarang tempat.

b. Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.

c. Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari

dan cairan lainnya setiap hari.[1]

d. Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15

menit untuk olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang

lebih berat.

e. Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan

buang air besar. Tidak perlu memaksa untuk buang air besar setiap hari

bila tidak ada rangsangan karena siklus pencernaan tiap orang berbeda-

beda.

f. Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-

buahan dan sayur-sayuran.

g. Tidur minimal 4 jam sehari.

h. Menambah bumbu herbal dalam makanan, kecuali cabe.[2]

i. Diet secara tidak berlebihan.[2]

j. Mengonsumsi makanan anti inflamasi, seperti alpukat, apel, dan

kelapa.[2]

k. Jogging merupakan salah satu olahraga yang dapat meredakan dan

mencegah sembelit.

Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan

pengubahan pola makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut

dan punggung,[3] minum air putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik

dan probiotik, atau membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan

membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel training. Terapi tertawa

juga dapat dilakukan, karena dengan tertawa otot perut secara refleks bergerak

sehingga perut terpijat sehingga merangsang gerakan peristaltik usus dan

melancarkan buang air besar.

Page | 28

Page 29: Skenario a Blok 6 2014 Edit

7. Kesimpulan

Dodi menderita appendicitis akut karena konstipasi dan obstruksi lumen appendix yang

disebabkan oleh fekalit akibat dari makan makanan rendah serat dan tidak suka minum.

Lampiran

APPENDIX NORMAL APPENDICITIS

Page | 29

Page 30: Skenario a Blok 6 2014 Edit

Vaskularisasi Abdomen

http://cnx.org/content/m46646/latest/2132_Thoracic_Abdominal_Veins.jpg

Page | 30

Page 31: Skenario a Blok 6 2014 Edit

Dinding Abdomen

Page | 31

Page 32: Skenario a Blok 6 2014 Edit

APPENDIX LOCATION

Page | 32

Page 33: Skenario a Blok 6 2014 Edit

Dermatome Thoracoabdominal

Pembagian Kuadran Abdomen

Page | 33

Page 34: Skenario a Blok 6 2014 Edit

Pembagian 9 Regio Abdomen

Page | 34

Page 35: Skenario a Blok 6 2014 Edit

8. Daftar Pustaka

Page | 35

Page 36: Skenario a Blok 6 2014 Edit

Anatomi klinik, richard s. Snell. Egc

Anonim, Abdomen, Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada.

 

Moore, K.L., Agur, A.M.R., 2002, Anatomi Klinis Dasar, Penerbit EGC, Jakarta.

Halaman 80-144

.

Snell, R.C., 1997, Anatomi Klinik, EGC, Jakarta

Toy, E.C., Ross, L.M., et al., 2005, Cases FileTM: Gross Anatomy, The McGraw-Hill

Companies, Inc. Page 116-155.

White, J.. 2006, USMLE Road Map, Gross Anatomy, 2nd-ed., McGraw Hill. Page 64-

103

Eylin.2009.Karakteristik Pasien-Literatur . Pdf. Universitas Indonesia

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122559-S09008fk-Karakteristik+pasien-

Literatur.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-syafiah-5394-2-babii.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31374/4/Chapter%20II.pdf

http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/labskill/PemeriksaanAbdomen.pdf

http://antonmdscience.blogspot.com/2012_01_01_archive.html

http://www.bimbingan.org/dinding-abdomen-manusia.htm

http://id.scribd.com/doc/96799523/Abdomen

http://fkunmul04.files.wordpress.com/2008/10/akut-abdomen.pdf

http://id.scribd.com/mobile/doc/96799523?width=601#fullscreen

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23502/4/Chaper%20II.pdf. Diunduh

pada 4 Februari 2014

Page | 36

Page 37: Skenario a Blok 6 2014 Edit

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122559-S09008fk-Karakteristik%20pasien-

Literatur.pdf. Diunduh pada 4 Februari 2014

http://jpck.zju.edu.cn/jcyxjp/files/ge/05/MT/0511.pdf. Diunduh pada 4 Februari 2014

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novinurcah-5123-2-babii.pdf.

Diunduh pada 4 Februari 2014

https://tulane.edu/som/departments/surgery/medical-education/medical-students/

upload/Appendix-Dr-Jaffe.pdf. Diunduh pada 4 Februari 2014

http://education.surgery.ufl.edu/Lectures/AnatomyoftheAnteriorAbdominalWall(2).pdf.

Diunduh pada 4 Februari 2014

http://www.em.emory.edu/ultrasound/images/00013644-201106000-00002.pdf.

Diunduh pada 4 Februari 2014

Page | 37