Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

118
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 24 Disusun Oleh : KELOMPOK 10 Anggota Kelompok : Teguh Rahardian (04121001002) Reska Afriyanti (04121001005) Trie Vany Putri (04121001008) Rolando Agustian Halim (04121001010) Putri Talita (04121001014) Balqis Wulandari (04121001015) Ade Trianda Rizki (04121001034) M. Ikhsan Nurmansyah (04121001035) Libna Shabrina (04121001080) Rebeka Anastasia M (04121001101)

description

gizi buruk

Transcript of Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Page 1: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A

BLOK 24

Disusun Oleh :

KELOMPOK 10

Anggota Kelompok :

Teguh Rahardian (04121001002)

Reska Afriyanti (04121001005)

Trie Vany Putri (04121001008)

Rolando Agustian Halim (04121001010)

Putri Talita (04121001014)

Balqis Wulandari (04121001015)

Ade Trianda Rizki (04121001034)

M. Ikhsan Nurmansyah (04121001035)

Libna Shabrina (04121001080)

Rebeka Anastasia M (04121001101)

Asnhy Anggun D (04121001102)

Christian Sianipar (04121001103)

Namira Firdha K (04121001104)

Zahro Badria (04111001111)

Stevanus Eliansyah H (04111001113)

Tutor : dr. Selly, Sp.S

PENDIDIKAN DOKTER UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015

Page 2: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT karena atas ridho dan karunia-

Nyalah laporan tutorial skenario A blok 24 ini dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang didapat dari proses belajar

tutorial, yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya.

Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang terlibat

dalam pembuatan laporan ini, mulai dari tutor pembimbing, anggota kelompok 10 tutorial,

dan juga teman- teman lain yang sudah ikut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan

ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik akan sangat bermanfaat bagi

revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.

Penyusun

Page 3: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Skenario A Blok 24 Tahun 2015

Willi, anak laki-laki usia 18 bulan, dibawa ibunya ke rumah sakit tipe D karena

bengkak seluruh tubuh dan BAB cair sejak 7 hari yang lalu 4-5x/hari @ 1-2 sendok makan,

kuning tidak ada lendir dan tidak ada darah. Tidak ada muntah. Willi sebelumnya juga pernah

menderita diare hampir setiap bulan. Willi lahir aterm, spontan, cukup bulan ditolong bidan

dengan berat badan lahir 2400 gram, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak

diukur. Willi sebelumnya sudah bisa berjalan tapi sejak sakit ini dia tidak bisa duduk dan

hanya terbaring saja.

Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI usia 0 hari sampai sekarang, sejak lahir sampai

usia 3 bulan susu formula standar merk S 3-4 kali sehari @ 1 sendok takar dicampur dengan

air panas sampai 60 ml. Sejak usia 6 bulan. Willi diberi bubur bayi beras merah merk P 3 kali

sehari @ 2 sendok makan (80 kalori).Kadang-kadang ibu membuat bubur saring sendiri yang

terdiri dari tepung beras, kentang, wortel, bayam, dan kaldu. Menurut ibunya, cara membuat

campuran susu formula sudah benar.

Willi sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B2x, dan polio 1x.

Willi dilahirkan dari keluarga: ayah usia 35 tahun tidak tamat SD dan tukang beca, ibu usia

32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudara 3 orang (usia 7 tahun, 5 tahun

dan 3 tahun). Rumah masih menyewa, 3m x 7m, ventilasi jendela cukup, lantai semen,

sumber air minum sumur gali, jarak sumur dengan MCK 6 meter.

Pemeriksaan fisik: kelihatan gemuk, kulit mengkilat, bercak-bercak putih atau merah

muda dengan tepi hitam di beberapa tempat terutama di daerah yang mendapat tekanan,

kesadaran kompos mentis, denyut nadi 140x/menit, isi dan tegangan cukup, pernapasan

30x/menit, suhu 35,00C. Hasil pengukuran antropometri: berat badan 7000 gram, panjang

bada 74 cm, lingkar kepala 46 cm, wajah membulat, tidak ada dismorfik, pada mata terdapat

bercak seperti busa sabun, ada edema di seluruh tubuh, tidak ada iga gambang, perut

membuncit, lengan dan tungkai edema, dan terdapat “baggy pants”.

Page 4: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

1. Klarifikasi Istilah

No. Istilah Definisi

1. Rumah Sakit tipe D Rumah sakit yang hanya bersifat trasnsisi dengan

kemampuan hanya memberikan pelayanan

kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini

menampung rujukan yang berasal dari puskesmas.

2. Bengkak seluruh tubuh Edema anasarka; pengumpulan cairan secara

abnormal di ruang interseluler tubuh.

3. Susu formula standar Susu sapi yang diformulasikan agar menyerupai

ASI.

4. BCG Bacille Calmete-Guerin; Imunisasi untuk mencegah

penyakit tuberculosis.

5. DPT Kombinasi vaksin yang digunakan sebagai

imunisasi terhadap batuk pertusis, toxoid diphteri

dan tetanus.

6. Dismorfik Kelainan bentuk muka.

7. Iga gambang Piano sign ; merupakan keadaan dimana tulang iga

menonjol atau jelas.

8. Baggy Pants Jaringan lemak subkutis yang sangat sedikit sampai

tidak ada atau otot paha yang mengendor.

Page 5: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

2. Identifikasi Masalah

a. Willi, anak laki-laki usia 18 bulan

b. Bengkak seluruh tubuh dan BAB cair sejak 7 hari yang lalu 4-5x/hari @ 1-2

sendok makan, kuning tidak ada lendir dan tidak ada darah. Tidak ada muntah.

c. Willi sebelumnya juga pernah menderita diare hampir setiap bulan

d. Willi lahir aterm, spontan, cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan

lahir 2400 gram, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak diukur.

e. Willi sebelumnya sudah bisa berjalan tapi sejak sakit ini dia tidak bisa duduk

dan hanya terbaring saja.

f. Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI usia 0 hari sampai sekarang, sejak lahir

sampai usia 3 bulan susu formula standar merk S 3-4 kali sehari @ 1 sendok

takar dicampur dengan air panas sampai 60 ml. Sejak usia 6 bulan. Willi diberi

bubur bayi beras merah merk P 3 kali sehari @ 2 sendok makan (80

kalori).Kadang-kadang ibu membuat bubur saring sendiri yang terdiri dari

tepung beras, kentang, wortel, bayam, dan kaldu. Menurut ibunya, cara

membuat campuran susu formula sudah benar.

g. Willi sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B2x, dan

polio 1x.

h. Willi dilahirkan dari keluarga: ayah usia 35 tahun tidak tamat SD dan tukang

beca, ibu usia 32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudara 3

orang (usia 7 tahun, 5 tahun dan 3 tahun). Rumah masih menyewa, 3m x 7m,

ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air minum sumur gali, jarak

sumur dengan MCK 6 meter.

i. Pemeriksaan fisik: kelihatan gemuk, kulit mengkilat, bercak-bercak putih atau

merah muda dengan tepi hitam di beberapa tempat terutama di daerah yang

mendapat tekanan, kesadaran kompos mentis, denyut nadi 140x/menit, isi dan

tegangan cukup, pernapasan 30x/menit, suhu 35,00C, wajah membulat, tidak

ada dismorfik, pada mata terdapat bercak seperti busa sabun, ada edema di

seluruh tubuh, tidak ada iga gambang, perut membuncit, lengan dan tungkai

edema, dan terdapat “baggy pants”.

j. Hasil pengukuran antropometri: berat badan 7000 gram, panjang bada 74 cm,

lingkar kepala 46 cm

Page 6: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

3. Analisis Masalah

a. Willi, anak laki-laki usia 18 bulan

i. Bagaimana hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan kasus ?

1. Usia <5 tahun merupakan usia paling sering mengalami gizi

buruk dimana usia <5 tahun merupakan golden period

perkembangan. Puncak gizi buruk terjadi pada usia 1-2 tahun

2. Anak laki-laki lebih sering mengalami gizi buruk dibanding

perempuan

ii. Bagaimana tumbuh kembang ideal dari anak laki-laki usia 0 – 18

bulan?

Page 7: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

b. Bengkak seluruh tubuh dan BAB cair sejak 7 hari yang lalu 4-5x/hari @ 1-2

sendok makan, kuning tidak ada lendir dan tidak ada darah. Tidak ada muntah.

i. Apakah kemungkinan penyebab bengkak seluruh tubuh dan diare pada

Willi ?

Etiologi edema anasarka

1. Asupan  natrium dan cairan tubuh yang berlebihan

2. Gangguan mekanisme pengaturan

3. Peningkatan asupan cairan akibat

hiperglikemia,pengobatan,dorongan minum air tinggi,dan aktivitas

lainnya

4. Ketidakcukupan protein / defisit protein (hipoproteinemia) akibat

penurunan asupan atau peningkatan kehilangan,timbulnya defisit

protein ini sebagai efek dari disfungsi penyakit seperti berikut :

Penyakit gagal jantung (CHF)

Sirosis hepar kronik

Gagal ginjal (CRF )

Luka bakar

Syndrom nefrotik

Infus larutan garam melalui intravena secara cepat

Retensi natrium

Imobilitas dan aktivitas lainya

5. Kehilangan protein yang berat dalam urin atau fungsi ginjal yang

terganggu

Pada kasus, kemungkinan penyebab bengkak seluruh tubuh

adalah defisiensi protein/hipoproteinemia akibat rendahnya asupan

protein (KEP).

Etiologi diare :

Infeksi: virus (rotavirus, adenovirus, norwalk), bakteri (Shigella

sp., Salmonella sp., E. Coli, Vibrio sp.), parasit ( protozoa :

E.hystolytica, G.lamblia, Balantidium coli; cacing: Ascaris sp.,

Trichuris sp., Strongyloides sp.; jamur: Candida sp.), infeksi

Page 8: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

ekstra usus (otitis media akut, infeksi saluran kemih,

pneumonia). Terbanyak disebabkan rotavirus (20-40%)

Alergi makanan : alergi susu sapi, protein kedelai, alergi

multiple

Malabsorpsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak, dan

protein

Keracunan makanan (misalnya makanan kaleng akibat

Botulinum sp.)

Lain-lain: obat-obatan (antibiotik atau obat lainnya), kelainan

anatomi

ii. Bagaimana mekanisme bengkak seluruh tubuh dan diare ?

Mekanisme Edema

Mekanisme Diare :

1. Susu formula tidak higienis → infeksi → merusak epitel usus →

enzim lactase dan protease menurun → KEP → atrofi mukosa

lambung dan vili usus → gastrin, HCL, pepsin, sekretin menurun →

malabsorpsi, maldingesti nutrient, sekresi dan motilitas menurun →

diare kronik

Page 9: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

2. Bubur bayi beras merah → tidak memenuhi kebutuhan gizi salah

satunya protein → KEP → atrofi mukosa lambung dan vili usus →

gastrin, HCL, pepsin, sekretin menurun → malabsorpsi, maldingesti

nutrient, sekresi dan motilitas menurun → diare kronik

3. Kondisi sosial ekonomi yang rendah dan kurangnya pengetahuan si

ibu dalam pembuatan susu formula susu formula terlalu encer

bubur bayi beras merah juga kurang lengkap makro-mikro

nutriennya KEP pada anak.

4. Riwayat Makanan Diare KEP Diare Kronik

Mekanisme Enteropatogen

Melekat pada mukosa dan

memproduksi enterotoksin (diare

sekretori, tidak ada inflamasi pada

usus)

Enterotoxigenic E.coli

Vibrio Cholerae

Merusak brush border (menyebabkan

malabsoprsi karbohidrat)

Enteropathogenic E. Coli

Rotavirus

Menginvasi ke mukosa dan

berproliferasi dalam epithelium usus

Shigella

Enteroinvasive E.coli

Berproliferasi pada lamina propria

dan menginvasi lymphe mesenterika

Non-thypoid salmonella;

Campylobacter jejuni;

Yersinia enterocolitica

Gangguan pembaharuan epitehlium

usus halus

Rotavirus

Sumber : Understanding and Managing Acute Diarrhoea in Infants and

Young Children, Deputy Minister Health Anda Family Welfare India,

2011

iii. Bagaimana karakteristik feses normal anak usia 18 bulan ?

Pada anak usia 18 bulan, kategori BAB yang normal adalah : Pada bayi

yang sudah diperkenalkan makanan padat, fesesnya berwarna coklat

gelap, lebih padat seperti lelehan dark chocolate, dan lebih

Page 10: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

berbau. Frekuensi BAB normal pada bayi yang mengonsumsi ASI

eksklusif yaitu 1-7x/hari sampai 1-2 hari sekali. Frekuensi BAB

normal pada bayi yang telah mengonsumsi MP-ASI yaitu 3-4x/hari

iv. Bagimana interpretasi klinis dari BAB cair sejak 7 hari yang lalu 4-

5x/hari @ 1-2 sendok makan, kuning tidak ada lendir dan tidak ada

darah, serta tidak ada muntah ?

Durasi 7 hari Diare Akut (<14 hari)

Frekuensi 4-5x / hari Diare (>3x/hari) tetapi

didapatkan riwayat diare

hampir setiap bulan dan

malnutrisi sehingga suspek

bukan diare akut namun diare

persisten

Jumlah 1-2 sendok makan 1 sendok makan = 15 ml

Jumlah diare 4 x 15 = 60 ml

5 x 30 = 150ml

Jadi jumlah rata-rata diare Willi per hari berkisar 60 –

150 ml

Morfologi Warna Kuning

Tidak ada lendir

Tidak ada darah

Normal

Bukan cholera

Bukan disentri

Penyerta Tidak ada muntah Bukan infeksi saluran cerna

bagian atas

Page 11: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

v. Apa dampak diare dan edema anasarka secara umum terhadap status

nutrisi Willi ?

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat

terjadi berbagaikomplikasi sebagai berikut :

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau

hipertonik)

2. Renjatan hipovolemik

3. Hipokalemia (dengan gejala miteorismus, hipotoni otot, lemak,

bradikardia, perubahan elektrokardiagram)

4. Hipoglikemia

5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan

defisiensi enzim laktasi

6. Kejang-kejang pada dehidrasi hipertonik

7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama

atau kronik)

Edema biasanya akan lebih tampak pada jaringan lunak yang renggang

misalnya pada jaringan subcutis. Biasanya akan mengakibatkan

pembengkakan dan tekanan pada jaringan tersebut rendah, seperti pada

daerah sekitar mata dan alat kelamin luar. Kulit diatasnya biasanya

menjadi renggang. Bila diatas daerah tersebut ditekan, Maka cairan

akan terdorong dan pindah dari tempat tersebut dan meninggalkan

cekungan pada tempat tekanan tersebut disebut dengan (pitting

edema). 

Page 12: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

vi. Apa dampak kehilangan cairan ?

Jumlah cairan tubuh pada saat baru lahir sekitar 75% BB

sedangkan pada anak2 sekitar 60% BB

Cairan tubuh dibagi menjadi dua : Extraselluler dan Intraseluler

Diare mengakibatkan kehilangan cairan ekstraseluler (darah,

cairan interstitial dan sekresi) sehingga rehidrasi membutuhkan

cairan yang menyerupainya yaitu tinggi sodium rendah

potassium

Ginjal berfungsi untuk meregulasi kandungan elektrolit cairan

ekstraseluler dengan cara filtrasi, konsentrasi, dilusi dan

reabsorpsi. Pada anak ginjal belum berkembang seperti dewasa

Banyak jumlah cairan dan nutrisi larut air yang terbuang akibat

diare kekurangan volume cairan ekstraseluler

hiponatremia natrium sebagai determinan osmotik utama

osmolaritas ekstraseluler menurun perpindahan cairan

ekstraseluler ke intraseluler lebih banyak lagi cairan

ekstraseluler yang berkurang

Turgor dan elastisitas kulit dipengaruhi oleh cairan dan lemak

kulit, kehilangan cairan mengakibatkan penurunan turgor dan

elastisitas kulit sehingga tampak mengkerut seperti orang tua.

Darah termasuk komponen ekstraseluler sehingga volume

darah ikut menurun lemahnya nadi, hipotensi, ekstremitas

pucat

Akibat penurunan tekanan hidrostatis pada glomerulus ginjal

mengakibatkan penurunan jumlah dan frekuensi urine. Hal

ini disebabkan ginjal tidak dapat berkompensasi akibat belum

matangnya fungsi ginjal. Urine merupakan indikator untuk

derajat keparahan penyakit

Feces mengandung banyak potassium penurunan kadar

potassium distensi abdomen, hipotoni otot, pada EKG

ditemukan depresi ST dan gelombang T yang datar

Sekresi usus bersifat basa dan diare mengakibatkan kehilangan

sejumlah bikarbonat acidemia pernafasan menjadi

dalam dan cepat ( Pernapasan Kussmaul)

Page 13: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

vii. Bagaimana cara menghitung jumlah kehilangan cairan dari frekuensi

diare ?

Pada kasus ini kita hanya dapat memperkirakan jumlah kebutuhan

cairan bayi melalui berat badan yaitu dari :

100ml untuk 10 kg BB pertama

Maka pada kasus dengan berat 7kg dapat disimpulkan bahwa Willi

membutuhkan sekitar 700 ml / hari

Untuk menghitung jumlah kehilangan cairan kita memerlukan data

intake dan output yang lebih lengkap. Oleh karena itu pada kasus ini

kita dapat memperkirakan jumlah kehilangan cairan melalui tanda dan

gejala klinis

Klasifikasi Tanda dan Gejala

Dehidrasi berat

(kehilangan cairan >10% BB)

Dua atau lebih tanda berikut:

Kondisi umum lemah, letargis/tidak sadar

Ubun-ubun besar, mata sangat cekung

Malas minum / tidak dapat minum

Cubitan perut kembali sangat lambat (≥

2detik)

Dehidrasi Ringan Sedang

(kehilangan cairan 5-10%

BB)

Dua atau lebih tanda berikut:

Rewel, gelisah, cengeng

Ubun-ubun besar, mata sedikit cekung

Tampak kehausan, minum lahap

Cubitan perut kembali lambat

Tanpa Dehidrasi

(kehilangan cairan <5% BB)

Tidak ada cukup tanda untuk diklasifikasikan ke dua

kriteria di atas

Dari tabel diatas dapat disimpulkan, Willi mengalami diare tanpa

dehidrasi yang berarti kehilangan cairan <5% BB

c. Willi sebelumnya juga pernah menderita diare hampir setiap bulan.

i. Mengapa kejadian diare pada Willi selalu berulang ?

Page 14: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Kejadian diare berulang pada Willi diakibatkan etiologi yang tidak

ditangani berupa tidak layaknya rumah huni mereka sehingga sangat

memungkinkan terkena infeksi ulang serta malnutrisi yang tidak

teratasi.

ii. Bagaimana tatalaksana diare pada balita gizi buruk ?

Jangangunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi

beratdengan syok.

Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat

dibanding jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.

- beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama

- setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml/kgBB/jam berselang-

selingdengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam

selama 10 jam.

Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume

fesesyang keluar dan apakah anak muntah.

Catatan: Larutan oralit WHO (WHO-ORS) yang biasa digunakan

mempunyaikadar natrium tinggi dan kadar kalium rendah; cairan yang

lebih tepat adalah ReSoMal (lihat resep di bawah).

Page 15: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam sesuai tabel 27

Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia< 1 th:

50-100ml setiap buang air besar, usia ≥ 1 th: 100-200 ml setiap

buang air besar.

RESEP RESOMAL

ReSoMal mengandung 37.5 mmol Na, 40 mmol K, dan 3 mmol Mg per

liter.

Bila larutan mineral-mix tidak tersedia, sebagai pengganti ReSoMal

dapatdibuat larutan sebagai berikut:

Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu,

makadapat diberikan makanan yang merupakan sumber mineral

tersebut.Dapatpula diberikan MgSO4 40% IM 1 x/hari dengan dosis 0.3

ml/kg BB,maksimum 2 ml/hari.

Page 16: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Jika ada, tambahkan juga selenium (0.01 g natrium selenat,

NaSeO4.10H20)dan iodium (0.005 g kalium iodida) per 1000 ml.

Larutkan bahan ini dalam air matang yang sudah didinginkan.

Simpan larutan dalam botol steril dan taruh di dalam lemari es

untukmenghambat kerusakan. Buang jika berubah seperti

berkabut. Buatlahlarutan baru setiap bulan.

Tambahkan 20 ml larutan mineral-mix pada setiap pembuatan

1000 mlF-75/F-100 Jika tidak mungkin untuk menyiapkan larutan

mineral-mixdan juga tidak tersedia larutan siap pakai, beri K, Mg

dan Zn secaraterpisah. Buat larutan KCl 10% (100 g dalam 1 liter

air) dan larutan1.5% seng asetat (15 g dalam 1 liter air).

Untuk pembuatan ReSoMal, gunakan 45 ml larutan KCl 10%

sebagaipengganti 40 ml larutan mineral-mix, sedangkan untuk

pembuatan F-75dan F-100 gunakan 22.5 ml larutan KCl 10%

sebagai pengganti 20 mllarutan mineral-mix.

Berikan larutan Zn-asetat 1.5% secara oral dengan dosis 1

ml/kgBB/hari.

Beri MgSO4 50% IM, 1x/hari dengan dosis 0.3 ml/kgBB/hari,

maksimum2 ml.

Pemantauan

Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap

setengah jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam

Page 17: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

berikutnya. Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat

berbahaya dan bisa mengakibatkan gagal jantung dan kematian.

Periksalah:

frekuensi napas

frekuensi nadi

frekuensi miksi dan jumlah produksi urin

frekuensi buang air besar dan muntah

Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan

mulai ada diuresis. Kembalinya air mata, mulut basah; cekung mata dan

fontanel berkurang serta turgor kulit membaik merupakan tanda

membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi buruk seringkali tidak

memperlihatkan tanda tersebut walaupun rehidrasi penuh telah terjadi,

sehingga sangat penting untuk memantau berat badan.

Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas

meningkat 5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan

pemberian cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian ulang

setelah 1 jam.

Pencegahan

Cara mencegah dehidrasi akibat diare yang berkelanjutan sama dengan

pada anak dengan gizi baik (lihat Rencana Terapi A), kecuali

penggunaan cairan ReSoMal sebagai pengganti larutan oralit standar.

Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI

Pemberian F-75 sesegera mungkin

Beri ReSoMal sebanyak 50-100 ml setiap buang air besar

cair.

d. Willi lahir aterm, spontan, cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan

lahir 2400 gram, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak diukur.

Page 18: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

i. Bagaimana interpretasi riwayat kelahiran Willi ?

1. Willi lahir normal artinya secara pervaginam, spontan tanpa

bantuan alat atau intervensi lain, dan cukup bulan atau aterm.

Aterm disini menunjukkan bahwa bayi berpeluang bisa

mencapai potensi pertumbuhan maksimal yang memang harus

dijalaninya selama 37-40 minggu kehidupan intrauterin.

2. Berdasarkan berat badan lahir, bayi pada kasus termasuk dalam

Berat Badan Lahir Rendah, dengan pengklasifikasian sebagai

berikut :

# < 2500 g : Low birthweight (LBW)

# < 1500 g : Very low birthweight (VLBW)

# < 1000 g : Extremely low birthweight (ELBW)

3. Berdasarkan rules of thumbs pertumbuhan pediatric dan kurva

WHO dituliskan bahwa panjang badan rerata pada saat lahir

berkisar 50 cm. Namun panjang badan bayi aterm menurut

obstetric berkisar antara 46-50 cm. Jadi panjang badan lahir

WILLI masih tergolong normal. Panjang badan rata-rata bayi

baru lahir di Indonesia adalah 48 cm sedangkan di negara maju

adalah 50 cm.

4. Jika dilakukan pengukuran lingkar kepala seharusnya dalam

rentang normal didapatkan lingkar kepala lahir 33-35,6 cm.

ii. Bagaimana hubungan riwayat kelahiran dengan keadaan sekarang ?

BBLR cenderung komplikasi seperti imunitas rendah Faktor resiko

diare

.

e. Willi sebelumnya sudah bisa berjalan tapi sejak sakit ini dia tidak bisa duduk

dan hanya terbaring saja.

Page 19: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

i. Apa penyebab regresi perkembangan yang dialami Willi dan apakah

kondisi ini reversible ?

Imobilisasi adalah suatu keadaan tidak bergerak / tirah baring

selama 3 hari atau lebih dengan gerak anatomi tubuh menghilang

akibat perubahan fungsi fisiologi. Penyebabnya yaitu:

1. Rasa Nyeri

Tulang : Osteoporosis, Osteomalacia, Paget’s disease,

Metastase Ca

Sendi : Ostoartritis, Artritis reumatoid, Gout

Otot : Polimialgia

2. Rasa Lemah

Malnutrisi, gangguan elektrolit, anemia, miopati

tidak digunakannya otot, gangguan neurologis

3. Kekakuan Otot

Osteoartritis, Parkinson, Artritis reumatoid, gout.

4. Ketidakseimbangan

Kelemahan , faktor neurologis ( Stroke, kehilangan refleks

tubuh, diabetes mellitus, malnutrisi & gangguan vestibulo

serebral )

Hipertensi ortostatik

Obat-obatan ( diuretika, antihipertensi, neuroleptika, dan

antidepresan )

Gangguan kognitif berat ( dimensia)

Pada kasus, imobilisasi yang terjadi akibat atrofi otot disebabkan

oleh kurang gizi yang berlangsung lama. Kurangnya nutrisi

mengakibatkan gangguan pada massa otot (atrofi) sehingga tidak

mampu menggerakkan tulang untuk berdiri, jalan bahkan untuk duduk.

Terjadi degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu

dan Mg seperti gangguan neurotransmitter.

ii. Apabila reversible, bagaimana tindakan yang dapat diambil agar Willi

mencapai tahapan tumbuh kembang seharusnya ?

Kondisi ini reversible apabila :

Page 20: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Terapi nutrisi buruk pada Willi berjalan lancar

Stimulasi terus dilakukan pada Willi, stimulasi diulangi pada

tahap dimana baru bisa berbaring dan belajar untuk duduk

iii. Sejauh mana kemunduran yang dialami Willi ?

Tahapan yang dilakukakn willi yaitu sama dengan anak dibawah 6

bulan, dimana belum bisa duduk dan hanya terbaring saja.

f. Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI usia 0 hari sampai sekarang, sejak lahir

sampai usia 3 bulan susu formula standar merk S 3-4 kali sehari @ 1 sendok

takar dicampur dengan air panas sampai 60 ml. Sejak usia 6 bulan, Willi diberi

bubur bayi beras merah merk P 3 kali sehari @ 2 sendok makan (80 kalori).

Kadang-kadang ibu membuat bubur saring sendiri yang terdiri dari tepung

Page 21: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

beras, kentang, wortel, bayam, dan kaldu. Menurut ibunya, cara membuat

campuran susu formula sudah benar.

i. Bagaimana asuhan nutrisi pediatri yang benar dari anak 0 – 18 bulan ?

1. Bayi Usia 0 – 6 bulan

a. Asupan nutrisi utama adalah ASI eksklusif

b. ASI diberikan sedini mungkin melalui Inisiasi

Menyusui Dini (IMD)

c. Edukasi orang tua sehingga ASI diberikan kapanpun

saat bayi merasa lapar

d. Apabila tidak dapat diberi ASI, pilihan utama adalah

susu formula yang dibuat dari susu sapi yang telah di

fortifikasi zat besi

e. Kebutuhan cairan bayi usia 0 – 6 bulan adalah 100

mL/KgBB/hari

f. ASI dan formula terdiri atas 90 % air

2. Bayi Usia 6 – 9 bulan

a. Diberikan MPASI atau makanan pendamping ASI

(makanan difortifikasi dengan besi serta susu sapi).

Apabila ingin mengenalkan makanan baru sebaiknya

diberikan jarak 2 hari

b. Pemberian makanan tambahan dalam porsi kecil (1-3

sendok makan) dengan frekuensi 2-3 kali sehari.

c. Kebutuhan kalori dari MPASI pada usia ini sekitar 200

kkal/hari. Frekuensi pemberian 2-3 kali/hari, dengan

selingan kudapan 1-2 kali/hari

3. Bayi Usia 9 – 12 bulan

a. Antara usia 9 – 11 bulan, frekuensi pemberian makanan

tambahan ditingkatkan sampai 3-4 kali sehari

b. Pengasuh memberi motivasi untuk makan dengan

mandiri dan memberikan makanan tekstur yang lebih

keras (makin menyerupai makanan keluarga)

c. Pada usia 12 bulan, apabila susu sapi adalah sumber

utama, berikan 500 mL dengan makanan lain sumber

vitamin D

Page 22: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

d. Apabila bayi sudah disapih sebelum usia 12 bulan,

pemberian susu sapi segar (whole milk) tidak

diperbolehkan dan dianjurkan susu formula dari susu

sapi yang telah difortifikasi dengan zat besi

e. Pada usia ini, anak dapat menggunakan rahang dan

lidah untuk menggigit dan menghancurkan berbagai

tekstur makanan, mencoba menggunakan sendok, serta

anak mencoba makan dengan mandiri dengan sendok

atau tangan

f. Kalori dari MPASI sekitar 300 Kkal/hari. Frekuensi

makanan di luar ASI dianjurkan 3-4 kali/hari, dengan 1-

2 selingan kudapan. Volume yang dapat ditoleransi

anak setiap kali makan adalah sekitar 125 cc.

4. Bayi Usia 12 – 24 bulan

a. ASI masih diperbolehkan. Apabila tidak disusui, whole

milk (3,25% lemak) dapat diberikan

b. Pemberian makanan dilakukan dengan frekuensi 3 kali

makanan pokok porsi kecil dan 2-3 kudapan tiap hari.

c. Pada usia 15 bulan anak dapat makan mandiri dengan

sendok dan jenis makanan yang dimakan adalah

makanan keluarga

d. Pada usia 18 – 24 bulan, anak dapat mengonsumsi

sebagian besar jenis makanan pada makanan keluarga,

nafsu makan yang berfluktuasi adalah hal yang umum

ditemui, terutama sekitar tumbuhnya gigi baru, dan

menolak makanan yang tidak disenangi

e. Jumlah kalori dari MPASI dianjurkan sekitar 550

Kkal/hari. Frekuensi makan MPASI dianjurkan 3-4x

/hari, dengan 1-2 selingan kudapan. Anak dapat

mengkonsumsi volume makanan 180-250 cc

ii. Apakah ibu ini benar atau salah dalam hal pemberian nutrisi bayi ?

1. Pemberian asi dari usia 0 sampai sekarang : Benar. Karena ASI

dapat diberikan dari anak usia 0 sampai dengan 2 tahun

Page 23: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

2. Pemberian susu formula pada usia 3 bulan : Salah. Pada anak

usia 0-6 bulan idealnya diberikan ASI eksklusif, karena dengan

ASI saja seluruh kebutuhan nutrisi bayi sudah tercukupi.

Pemberian susu formula secara premature menyebabkan bayi

menjadi rentan terinfeksi oleh mikroorganisme patogen, lebih

sering mengalami alergi, cenderung sering mengalami diare

kronis.

3. Pembuatan susu formula dengan 1 sendok takar dicampur 60

ml air. Salah. Tiap merk mungkin memiliki cara penyajian susu

yang berbeda-beda, namun secara garis besar 1 sendok takar

susu seharusnya dicampur dengan 30 ml air. Pencampuran yang

salah akan menyebabkan air susu hipoosmolar dan

menyebabkan malnutrisi.

4. Sejak usia 6 bulan, diberikan bubur bayi beras merah 3 kali

sehari @2 sendok makan. Pada usia 6 bulan, pemberian MPASI

berupa bubur bayi dengan frekuensi 2-3 kali sehari, dengan

porsi 2-3 sendok makan, diselingi dengan 2 kali snack, dan

ASI. Pemberian MP-ASI ini benar sampai anak berusia 12

bulan, karena setelah anak berusia 12 bulan harus diberikan

makanan keluarga. Jumlah pemberian juga salah. Makanan

keluarga pada anak usia 12-23 bulan harus diberikan dengan

takaran ¾ sampai dengan 1 mangkok

5. Kadang-kadang ibu membuat bubur saring sendiri yang terdiri

dari tepung beras, kentang, wortel, bayam, dan kaldu : Salah,

karena bubur saring terlalu banyak campurannya sehingga bayi

bingung

6. Setelah dijumlahkan kalori yang diberikan ibu tidak mencukupi

kebutuhan kalori harian Willi

iii. Bagaimana dampak pemberian susu formula terlalu dini pada bayi ?

Dampak Jangka Pendek:

a. Menurukan frekuensi dan intensitas isap. Sampai usia 6 bulan,

aktivitas mulut bayiadalah mengisap. Nah, ketika kita memaksa

Page 24: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

mulutnya untuk mengunyah, alhasil frekuensi dan intensitas

mengisap menurun, bahkan hilang.

b. Memicu diare. Perut bayi di bawah usia 6 bulan sebenarnya baru

bisa mencerna ASI. Ketika diberi MPASI, maka sel-sel usus

kewalahan untuk mengolah zat-zat makanan, sehingga bereaksi

seperti menimbulkan gangguan diare.

c. Menimbulkan defluk atau kolik usus. Kram usus yang ditandai

dengan bayimenangis sambil menarik kakinya ke arah perut,

terjadi akibat usus yang belum matang dipaksa mencerna MPASI.

d. Bayi kehilangan nutrisi dari ASI, karena kekenyangan makan

MPASI. Padahal,  nutrisi dari MPASI tidak dapat

diterima bayi 100%  akibat tubuhnya belum bisa mencerna

MPASI dengan sempurna. Hanya ASI yang bisa dicerna sempurna

sehingga memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Konsumsi MPASI

yang mengenyangkan, tentu membuat bayi enggan minum ASI.

Akibatnya, kebutuhan nutrisi seimbang, justeru tidak terpenuhi.

e. Penyakit anemia zat besi. Pengenalan makanan seperti sereal,

buah-buahan atau sayuran yang terlalu dini, dapat memengaruhi

penyerapan zat besi dari ASI sehingga

menyebabkan bayi kekurangan zat besi.

Dampak Jangka Panjang:

a. Obesitas, terjadi akibat bayi menerima tambahan kalori ekstra dari

MPASI. Padahal, jumlah kalori makanan padat dan susu formula

melebihi jumlah kalori yang ia butuhkan. Hanya ASI yang dapat

memenuhi kebutuhan kalori bayi secara lengkap dan seimbang.

Pemberian MPASI secara dini juga mengajarkan pola makan yang

tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Konsekuensi pada usia-usia

selanjutnya adalah terjadi kelebihan berat badan atau kebiasaan

makan terlalu banyak.

b. Hipertensi, disebabkan asupan garam natrium dari MPASI yang

sangat tinggi, yaitu lebih dari 15 mg/100 m.

Page 25: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

c. Arteriosklerosis, yaitu bentuk gangguan yang terjadi pada

pembuluh darah arteri, sebagai  akibat dari konsumsi kolesterol

serta lemak berlebihan, dari MPASI.

d. Alergi makanan. Belum matangnya sistem kekebalan usus bayi,

menyebabkan risiko reaksi alergi lebih kerap terjadi.

iv. Bagaimana cara membuat campuran susu formula dan bubur saring

yang baik untuk buah hati ?

Takaran susu harus diperhatikan tidak boleh melebihi seperti yang

dianjurkan, jangan terlalu banyak atau terlalu sedikit. Kelebihan atau

kekurangan dalam memberi takaran susu formula dapat berakibat

timbulnya risiko kurang gizi atau kerusakan ginjal.

Perlu diingat bahwa susu yang paling baik bagi bayi tetaplah Air Susu

Ibu (ASI) secara eksklusif selama  6 bulan. Namun dalam kondisi

dimana ibu tidak dapat menyusui bayinya (atas indikasi dokter), dapat

dilakukan langkah-langkah untuk dapat membuat susu yang bersih dan

steril demi mencegah terjadinya infeksi. 

Langkah-langkah tersebut tertuang dalam 12 langkah menurut WHO

dan FAO (2006) sebagai berikut:

1.   Bersihkan alas tempat membuat susu hingga bersih

2.   Cucilah tangan dengan air yang mengalir dan sabun, lalu keringkan

dengan handuk bersih

3.   Panaskan air hingga suhunya mencapai 1000C. Apabila

menggunakan kettel otomatis, tunggu hingga kettel mati dengan

sendirinya. Apabila menggunakan panci, pastikan air dimasak sampai

mendidih

4.   Bacalah dengan seksama ukuran pembuatan susu pada  kaleng susu

formula.

5.   Setelah air mendidih, tuangkan air pada botol susu yang telah

dicuci bersih dan disterilkan. Tunggu kurang lebih 15 menit agar suhu

air mencapai lebih dari 700C sebelum memasukkan susu. Suhu harus

diturunkan agar protein dalam susu tidak rusak. Namun jangan sampai

di bawah 700C agar bakteri Enterobacter sakazakii dapat mati.

Page 26: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

6.   Masukkan susu sesuai dengan takaran.

7.   Tutup botol susu, lalu kocok perlahan agar susu dan air tercampur

dengan baik.

8.   Turunkan suhu susu sebelum diberikan ke bayi dengan cara

melewatkan botol pada air yang mengalir melalui kran. Suhu juga

dapat diturunkan dengan merendam botol dalam air baskom.

9.   Keringkan bagian luar botol.

10. Teteskan pada punggung tangan untuk mengecek suhunya kembali

sebelum diberikan pada bayi.

11.  Beri minum bayi.

12.  Buang susu apabila tidak terminum hingga kurun waktu 2 jam.

Selain itu, masih terdapat beberapa langkah tambahan yang dapat

dilakukan untuk menambah keamanan penggunaan susu formula,

yaitu:

1.  Tidak menggunakan produk susu bubuk yang kemasannya telah

terbuka cukup lama, atau dalam kemasan yang sudah tidak baik atau

bocor.

2.  Menyimpan susu bubuk yang telah terbuka kemasannya dalam

lemari pendingin bersuhu dibawah 5°C untuk mencegah pertumbuhan

mikroba, termasuk E. sakazakii.

Waspada terhadap gejala demam dan diare yang merupakan indikasi

infeksi, apapun mikroorganismenya, bukan hanya E. sakazakii.

v. Bagaimana komposisi susu formula standard ?

Komposisi formula standar :

Harus bebas gluten

Page 27: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Setiap 100 ml produk harus mengandung energi tidak kurang

dari 60 kkal dan tidak lebih dari 70 kkal

Mengandung protein, lipid (asam linoleat dan asam alfa-

linolenat), karbohidrat, vitamin (A, D3, E, K, tiamin, riboflavin,

niasin, B6, B12, asam pantotenat, asam folat, vitamin C dan

biotin), mineral dan trace element (besi, kalsium, fosfor,

magnesium, natrium, klorida, kalium, mangan, yodium,

selenium, tembaga dan seng)

Kolin, myoinositol dan L-karnitin

g. Willi sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B 2x, dan

polio 1x.

i. Bagaimana jadwal imunisasi sampai anak usia 18 bulan ?

Page 28: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Hep B seharusnya 3x

BCG benar

DPT harusnya bulan 18 imunisasi ke empat

Polio seharusnya sudah 5x

h. Willi dilahirkan dari keluarga: ayah usia 35 tahun tidak tamat SD dan tukang

beca, ibu usia 32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudara 3

orang (usia 7 tahun, 5 tahun dan 3 tahun). Rumah masih menyewa, 3m x 7m,

Page 29: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air minum sumur gali, jarak

sumur dengan MCK 6 meter.

i. Bagaimana hubungan social-ekonomi keluarga dengan status gizi

Willi?

Sosial ekonomi: pekerjaan Ayah sebagai tukang becak,

pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga; Rumah masih menyewa,

ukuran 3m x 7m; Jumlah saudara 3 orang, berusia 7 tahun, 5 tahun, dan

3 tahun

Riwayat sosio ekonomi berhubungan dengan asupan makanan

yang dapat diberikan pada Wili, baik dari segi kandungan nutrisi,

jumlah dan cara pemberian/pembuatannya. Faktor sosial, rendahnya

pengetahuan masyarakat tentang pentingya makanan bergizi bagi

pertumbuhan anak. Faktor ekonomi yaitu kemiskinan yang bisa dilihat

dari pekerjaan dan rumah yang masih mengontrak. Pendapatan

keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak.

Rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan kebutuhan paling

mendasar sering kali tidak bisa dipenuhi yang menjadi penghambat

asupan nutrisi yang adekuat bagi bayi yang berdampak pada kualitas

ASI yang dihasilkan ibu dan makanan pendamping ASI yang bergizi.

Selain itu dengan lingkungan rumah yang sempit biasanya disertai

dengan higienitas yang buruk. Sehingga kebersihan makanan juga bisa

diragukan dimana makanan yang terkontaminasi bisa menimbulkan

diare pada Wili.

Riwayat jumlah anak yang banyak dengan usia yang masih

kecil-kecil juga menyebabkan ibu menjadi kesulitan untuk mengurus

anaknya. Jumlah anak yang banyak pada keluarga dengan sosial

ekonomi sedang akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan

kasih sayang untuk anak. Apalagi jika jarak usia antar anak sangat

dekat. Pada keluarga dengan sosial ekonomi kurang, selain

berkurangnya kasih saying dan perhatian, kebutuhan primer anak

seperti makanan, sandang dan perumahan pun tidak terpenuhi.

Sehingga peluang anak menjadi terlantar dan tidak terurus menjadi

lebih besar.

Page 30: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Lingkungan tempat tinggal (disertai syarat lingkungan tempat

tinggal yang baik dan dihubungkan dengan kasus): Rumah ukuran 3m

x 7m, ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air minum sumur

gali, jarak sumur dengan MCK 6 meter.

Dilihat dari keadaan tersebut, kondisi tempat tinggal kurang

memadai. Lantai semen cenderung berdebu, sumber air yang cukup

jauh dengan MCK.

ii. Bagaimana kriteria rumah sehat yang layak huni ?

Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah

sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan kesehatan

perumahan.meliputi 3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu:

1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding,

lantai, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan

pencahayaan.

2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih,

pembuangan kotoran, pembuangan air limbah, sarana tempat

pembuangan sampah.

3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela

ruangan dirumah, membersihkan rumah dan halaman,

membuang tinja ke jamban, membuang sampah pada tempat

sampah.

Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat 

adalah:

Langit-langit. Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik

adalah dapat  menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap,

harus menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan.

Dinding. Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding

sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus

dapat memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi

oleh lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik sehingga

Page 31: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

dinding  terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak

berlumut.

Lantai. Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin,

stabil waktu dipijak, permukaan lantai mudah dibersihkan.Menurut 

Sanropie (1989), lantai tanah sebaiknya tidak digunakan lagi, sebab

bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan

gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Karena itu perlu dilapisi

dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel,

keramik.Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya

lantai ditinggikan ± 20 cm dari permukaan tanah.

Pembagian ruangan/ tata ruang. Setiap rumah harus mempunyai

bagian ruangan yang sesuai dengan fungsinya. Adapun syarat

pembagian ruangan yang baik adalah:

Ruang untuk istirahat/tidur. Adanya pemisah yang baik antara

ruangan kamar tidur orang tua dengan kamar tidur anak,

terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang

cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8 m2 dan dianjurkan

tidak untuk lebih dari 2 orang agar dapat memenuhi kebutuhan

penghuninya untuk melakukan kegiatan.

Ruang dapur. Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri,

karena asap dari hasil pembakaran dapat membawa dampak

negatif terhadap kesehatan. Ruang dapur harus memiliki

ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapur dapat teralirkan

keluar.

Kamar mandi dan jamban keluarga. Setiap kamar mandi dan

jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi untuk

berhubungan dengan udara luar.

Ventilasi. Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam

suatu ruangan dan pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah

maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk

menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan.

Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat,

diantaranya:

Page 32: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai

ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat

dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi

10% kali luas lantai ruangan.

Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap

kendaraan, dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.

Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan

menempatkan dua lubang jendela berhadapan antara dua

dinding ruangan sehingga proses aliran udara lebih lancar.

Pencahayaan.Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam

rumah merupakan kebutuhan manusia.Penerangan ini dapat diperoleh

dengan pengaturan cahaya alami dan cahaya buatan.Yang perlu

diperhatikan, pencahayaan jangan sampai menimbulkan kesilauan.

Pencahayaan Alamiah. Penerangan alami diperoleh dengan

masuknya sinar matahari ke dalam ruangan melalui jendela,

celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka, selain

untuk penerangan, sinar ini juga mengurangi kelembaban

ruangan, mengusir nyamuk atau serangga lainnya dan

membunuh kuman penyebab penyakit tertentu (Azwar, 1996).

Suatu cara sederhana menilai baik tidaknya penerangan alam

yang terdapat dalam sebuah rumah adalah: baik, bila jelas

membaca dengan huruf kecil, cukup; bila samar-samar bila

membaca huruf kecil, kurang; bila hanya huruf besar yang

terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf besar.

Pencahayaan Buatan. Penerangan dengan menggunakan

sumber cahaya buatan, seperti lampu minyak tanah, listrik dan

sebagainya.

Luas Bangunan Rumah. Luas bangunan rumah sehat harus cukup

untuk penghuni di dalamnya, artinya luas bangunan harus disesuaikan

dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding

dengan jumlah penghuninyaakan menyebabkan kepadatan penghuni

(overcrowded). Hal ini tidak sehat, disamping menyebabkan

kurangnya konsumsi oksigen, bila  salah satu anggota keluarga terkena

penyakit infeksi akan mudah menular kepada anggota keluarga yang

Page 33: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

lain. Sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat, dikatakan

memenuhi syarat jika ≥ 8 m2/ orang.

Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan

yang berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut:

Sarana Air Bersih. Air bersih adalah air yang digunakan untuk

keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.Di

Indonesia standar untuk air bersih diatur dalam Permenkes RI

No. 01/Birhubmas/1/1975 (Chandra, 2009).Dikatakan air bersih

jika memenuhi 3 syarat utama, antara lain:

o Syarat fisik. Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih

dengan suhu di bawah suhu udara sehingga

menimbulkan rasa nyaman.

o Syarat kimia. Air yang tidak tercemar secara berlebihan

oleh zat kimia, terutama yang berbahaya bagi

kesehatan,

o Syarat bakteriologis. Air tidak boleh mengandung suatu

mikroorganisme.Misal sebagai petunjuk bahwa air telah

dicemari oleh feses manusia adalah adanya E. coli

karena bakteri ini selalu terdapat dalam feses manusia

baik yang sakit, maupun orang sehat serta relatif lebih

sukar dimatikan dengan pemanasan air

Jamban (sarana pembuangan kotoran). Pembuangan kotoran

yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh keluarga atau

sejumlah keluarga untuk buang air besar. Cara pembuangan

tinja, prinsipnya yaitu:

o Kotoran manusia tidak mencemari permukaan tanah.

o Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan/ air

tanah.

o Kotoran manusia tidak dijamah lalat.

o Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu.

o Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan.

o Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Page 34: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,

industri, dan tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan

atau zat yang membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu

kelestarian lingkungan (Chandra, 2007).Menurut Azwar (1996), air

limbah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat, dapat

dikatakan makin tinggi tingkat kehidupan masyarakat, makin kompleks

pula sumber serta macam air limbah yang ditemui. Air limbah adalah

air tidak bersih mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan

kehidupan manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena hasil

perbuatan manusia.Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah

yang lazim dikenal adalah:

Limbah rumah tangga, misalnya air dari kamar mandi dan

dapur.

Limbah perusahaan, misalnya dari hotel, restoran, kolam

renang.

Limbah industri.

Sampah

Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat

aktifitas manusia, yang dianggap sudah tidak bermanfaat lagi.Entjang

(2000), berpendapat agar sampah tidak membahayakan kesehatan

manusia maka perlu pengaturan pembuangan, seperti tempat sampah

yaitu penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan

untuk dibuang. Syarat tempat sampah:

Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan

Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik seranga atau

binatang lainnya.

i. Pemeriksaan fisik: kelihatan gemuk, kulit mengkilat, bercak-bercak putih atau

merah muda dengan tepi hitam di beberapa tempat terutama di daerah yang

mendapat tekanan, kesadaran kompos mentis, denyut nadi 140x/menit, isi dan

Page 35: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

tegangan cukup, pernapasan 30x/menit, suhu 35,00C, wajah membulat, tidak

ada dismorfik, pada mata terdapat bercak seperti busa sabun, ada edema di

seluruh tubuh, tidak ada iga gambang, perut membuncit, lengan dan tungkai

edema, dan terdapat “baggy pants”.

i. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas pemeriksaan fisik

? (Tabel dan Gambar )

Hasil Pemeriksaan

Fisik

Nilai Normal Interpretasi dan Mekanisme

Kelihatan gemuk BB dan TB ideal Abnormal, pada kasusnya, bayi terlihat

gemuk kemungkinan disebebakan oleh

edema seluruh tubuh (edema +++)

Kulit: Mengkilat,

bercak-bercak putih

atau merah dengan

tepi hitam di

beberapa tempat

terutama di daerah

yang mendapat

tekanan

Crazy Pavements Dermatosis

Merupakan manifestasi dari kwashiorkor

terjadi karena defisiensi protein.

Kesadaran kompos

mentis

Kompos mentis Normal

Denyut nadi 110-150x/menit Denyut nadi: Normal

Page 36: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

140x/menit Isi dan tegangan nadi: Normal

Belum terjadi tanda-tanda syok karena

dehidrasi

Isi dan tegangan nadi

cukup

Cukup

Pernapasan

30x/menit

30-60 x/menit

24-46 x/menit

Normal

Suhu 35oC 36,5-37,2 oC Hipotermi

Wajah membulat Bisa terjadi karena kelainan otot wajah. Tapi pada kasus ini

lebih disebabkan karena edema yaitu penimbunan cairan

tubuh di bawah kulit yang disebabkan oleh kekurangan

asupan protein.

Dismorfik tidak ada Normal. Menyingkirkan kemungkinan penyebab

keterlambatan perkembangan oleh kelainan endokrin, atau

Sindrom Down, Marfan, Turner, dll.

Mata: terdapat

bercak seperti busa

sabun

Bercak ni merupakan penumpukan keratin dan sel epitel

yang merupakan tanda khas pada penderita xeroftalmia,

sehingga dipakai sebagai criteria penentuan prevalensi

kurang vitamin A dalam masyarakat.

Edema di seluruh

tubuh

Edema +++. Karena penimbunan cairan tubuh di bawah kulit

yang disebabkan oleh kekurangan asupan protein.

Iga gambang Normal (DD: gizi buruk tanpa edema)

Perut membucit Edema (lihat edema)

Lengan dan tungkai

edema

(lihat edema)

Baggy pants (+) Abnormal

Page 37: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Gizi yang kurang jaringan lemak sedikit sampai tidak ada

otot paha mengendor (Baggy pants (+))

j. Hasil pengukuran antropometri: berat badan 7000 gram, panjang bada 74 cm,

lingkar kepala 46 cm

i. Bagaimana interpretasi hasil pengukuran antropometri ?

Hasil Pemeriksaan

Antropometri

Nilai Normal Interpretasi dan Mekanisme

Berat Badan: 7000 gram 7600-11600 gram

(9400 gram)

BB/U: gizi buruk (< -3 SD)

PB/U: normal (≥ -2 SD)

Lingkar kepala: normalPanjang Badan: 74 cm 70-79 cm (74,5 cm)

Lingkar Kepala: 46 cm 43,4-47,9 cm (45,8

cm)

ii. Bagaimana cara mengukur status gizi berdasarkan hasil pengukuran

antropometri ?

BB/ U = - 4.02 SD (Severely Underweight)

Page 38: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

PB/U = -3,34 ( Severely stunted)

BB/TB = - 3,56 (Severely wasted)

Page 39: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

BB ideal sesuai PB : 9 kg

Status gizi Willi : Gizi Kurang

4. Hipotesis

Willi, anak laki-laki usia 18 bulan menderita gizi buruk dengan edema suspek diare

kronis dan kesalahan asuhan nutrisi.

Page 40: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

5. Learning Issue dan Sintesis

a. TUMBUH KEMBANG ANAK HINGGA 18 BULAN

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,

jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram)

dan ukuran panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan adalah

bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dari seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi

fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku

sebagai hasil berinteraksi dengan lingkungannya.

a. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi

tumbuh kembang anak, yaitu:

1) Faktor genetik

Page 41: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut.

Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari

orang tuanya.

2) Faktor lingkungan

Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu

berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan

dasar anak untuk tumbuh kembang sejak dalam kandungan sampai

dewasa. Lingkungan yang baik akan menunjang tumbuh kembang anak,

sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh

kembangnya.

a) Faktor lingkungan pranatal

Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu

masih dalam kandungan. Faktor lingkungan pranatal yang

berpengaruh pada tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai

lahir. Antara lain gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksik atau

zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas dan anoksia

embrio.

b) Faktor lingkungan posnatal

Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu

sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ

ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik

dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Lingkungan post natal

yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat

digolongkan menjadi :

1. Lingkungan biologis.

2. Lingkungan fisik

3. Faktor psikososial

4. Faktor keluarga dan adat istiadat.

b. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.

Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang

saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :

1) Perkembangan menimbulkan perubahan.

Page 42: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap

pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya

perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai

pertumbuhan otak dan serabut saraf.

2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya.

Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum

ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak

akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa

berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan

fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini

merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan

selanjutnya.

3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.

Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan

fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.

4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun

demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan

lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi

badannya serta bertambah kepandaiannya.

5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap.

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang

tetap, yaitu: a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,

kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal); b.

Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar)

lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai

kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).

6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan

berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya

anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu

Page 43: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan

sebagainya

Berikut ini adalah tabel tumbuh kembang anak menurut Depkes :

1. Pertumbuhan Anak

Tumbuh adalah bertambah besarnya ukuran sel atau organ

tubuh sedangkan perkembangan adalah bertambahnya fungsi organ

tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan satu

sama lain. Artinya untuk perkembangan yang normal diperlukan

pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan fungsi.

Sebuah organ yang tumbuh atau menjadi besar karena sel-sel jaringan

yang mengalami proliferasi atau hiperplasia dan hipertrofi. Pada

awalnya organ ini masih sederhana dan fungsinya pun belum

sempurna. Dengan bertambahnya umur atau waktu, organ tersebut

berikut fungsinya akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan seorang

Page 44: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

anak memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan

keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak

untuk berbagai proses biologis termasuk untuk tumbuh.

Periode pertumbuhan dan perkembangan anak mulai di dalam

kandungan ibu sampai umur 2 tahun disebut masa kritis tumbuh-

kembang. Bila anak gagal melalui periode kritis ini maka anak tersebut

sudah terjebak dalam kondisi “point of no return”, artinya walaupun

anak dapat dipertahankan hidup tetapi kapasitas tumbuh-kembangnya

tidak bisa dikembalikan ke kondisi potensialnya.

Pada dasarnya pertumbuhan dibagi dua, yaitu; pertumbuhan

yang bersifat linier dan pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut

pandang antropometri, kedua jenis pertumbuhan ini mempunyai arti

yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan status gizi yang

dihubungkan pada saat lampau, dan pertumbuhan massa jaringan

menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang atau

saat pengukuran Pertumbuhan linier

Ukuran yang berhubungan dengan tinggi (panjang) atau stature

dan merefleksikan pertumbuhan skeletal. Contoh ukuran linier adalah

panjang badan, lingkar dada dan lingkar kepala. Ukuran linier yang

rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan

energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran linier yang

paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan.

b. Pertumbuhan Massa Jaringan

bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh

ukuran massa tubuh adalah berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan

tebal lemak bawah kulit, apabila ukuran ini rendah atau kecil,

menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein

yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa jaringan

yang sering digunakan adalah berat badan.

Tahap pertumbuhan anak

Tahap perkembangan anak berangsur-angsur mulai dari (Harahap,

2004):

Page 45: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

1) Pertumbuhan yang cepat sekali dalam tahun pertama, yang kemudian

mengurang secara berangsur-angsur sampai umur 3-4 tahun.

2) Pertumbuhan yang berjalan lamban dan teratur sampai masa akil

balik.

3) Pertumbuhan cepat pada masa akil balik (12-16 tahun).

4) Pertumbuhan kecepatannya mengurang berangsur-angsur sampai

suatu waktu (kira-kira umur 18 tahun) berhenti. Dalam tahun

pertama panjang badan bayi bertambah dengan 23 cm (dinegeri maju

25 cm), sehingga anak pada umur 1 tahun panjangnya menjadi 71 cm

(75 cm di negeri maju).Kemudian kecepatan pertambahan panjang

badan kira-kira 5 cm per-tahun (Harahap, 2004).

2. Perkembangan Anak

Perkembnagan (development) adalah bertambahnya kemapuan

(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola

yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses

pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-

sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang

berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya.

Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini

tidak bersifat kuntitatif, melainkan kualitatif. Jadi perkembangan itu

adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secara fisik

maupun secara mental sejak berada di dalam kandungan sampai

manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia

terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar

dari waktu ke waktu. Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada

individu dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan fisik

dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak menjadi dewasa

akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya.

Perkembangan Anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan

Motorik, Perkembangan Kognitif, Perkembangan Psikososial) –

Periode ini merupakan kelanjutan dari masa bayi (lahir – usia 4 th)

yang ditandai  dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik dan

Page 46: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

kognitif (perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku), psikosial serta

diikuti oleh perubahan – perubahan yang lain.

Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara

pemeriksaan perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan

umur atau telah terjadi penyimpangan dari perkembangan normal.

Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak

adalah:

1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).

2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).

3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara

spontan).

4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya).

a. Jenis – jenis Perkembangan

1) Perkembangan Fisik

Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang.

Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang

badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena

bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ

tubuh lainnya.

2) Perkembangan Motorik Kasar

a) Perkembangan Motorik Kasar

Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang

melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.

Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih

terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat

lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga

keseimbangan badannya.

b) Perkembangan Motorik Halus

Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak –

anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat

informal dalam bentuk permainan. Gerak halus atau motorik halus

adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan

Page 47: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan

oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti

mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya. Disamping

itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan

olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.

c) Tahap Perkembangan Motorik

Berikut tahapan-tahapan perkembangannya :

Usia 1-2 tahun

Motorik Kasar Motorik Halus

• merangkak

• berdiri dan berjalan beberapa

langkah

• berjalan cepat

• cepat-cepat duduk agar tidak jatuh

• merangkak di tangga

• berdiri di kursi tanpa pegangan

• menarik dan mendorong benda-

benda berat

• melempar bola

• mengambil benda kecil dengan ibu

jari atau telunjuk

• membuka 2-3 halaman buku secara

bersamaan

• menyusun menara dari balok

• memindahkan air dari gelas ke gelas

lain

• belajar memakai kaus kaki sendiri

• menyalakan TV dan bermain remote

• belajar mengupas pisang

d) Fungsi Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang

sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan.

Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi

perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai

berikut

1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan

memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki

keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau

memainkan alat-alat mainan.

2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak

berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang

independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan

Page 48: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang

perkembangan rasa percaya diri.

3. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal

Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis,

dan barisberbaris.

4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat

bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak

normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman

sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer

(terpinggirkan).

5. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan

selfconcept atau kepribadian anak.

e) Uji Perkembangan Motorik

Berikut adalah beberapa tes perkembangan motorik yang sering

digunakan dalam menilai perkembangan anak, yaitu :

1. Brazelton Newborn Behaviour Assessment Scale, berfungsi menaksir

kondisi bayi, refleks dan interaksi. Skala ini digunakan untuk anak

umur neonatus

2. Uzgiris-Hunt Ordinal Scale, berfungsi menaksir stadium sensorimotor

menurut Piaget, yang digunakan pada anak umur 0-2 tahun.

3. Gesell Infant Scale dan Catell Infant Scale, berfungsi terutama

menaksir perkembangan motorik pada tahun pertama dengan beberapa

perkembangan sosial dan bahasa, digunakan pada umur 4 minggu-3,5/6

tahun.

4. Bayley Infant Scale of Development, berfungsi menaksir perkembangan

motorik dan sosial, digunakan pada usia 8 minggu – 2,5 tahun.

5. The Denver Developmental Screening Test, berfungsi menaksir

perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar

pada usia 1 bulan – 6 tahun.

6. Yale Revised Development Test, berfungsi menaksir perkembangan

motorik kasar, motorik halus, adaptif, perilaku sosial dan bahasa,

diguanakn pada usia 4 minggu – 6 tahun

Page 49: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

7. Geometric Forms Test, berfungsi menaksir perkembangan motorik

halus dan intelektual.

8. Motor Milestone Development

Kartu perkembangan motorik anak merupakan kartu yang

digunakan Depkes dan dokter anak. Kurva perkembangan anaknya

hanya mencantumkan satu titik kemampuan gerak anak yang

merupakan hasil perhitungan modus sejumlah anak pada umur

tertentu pada studi perkembangan anak di luar negeri. Secara

alamiah setiap anak dalam perkembangannya memiliki variasi

kemampuan gerak (motorik milestone) pada umur yang dicapai.

Pusat Penelitian dan pengembangan Gizi dan. Makanan Bogor

pada pertengahan tahun 2003; telah me1akukan penelitian studi

motorik· milestone untuk pembuatan KMS perkembangan anak.

Penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban karena menurut

kronologis kemampuan motorik milestone serta variasinya menurut

umur anak, sehingga mendapatkan suatu kurva perlcembangan anak

yang sesuai dan relevan dengan program nasional gizi dan kesehatan.

Hasil penelitiannya menghasilkan sutau Irurva perkembangan

anak yang merupakan cikal bakal untuk kurva perkembangan anak.

Kurva perkembangan anak yang terbentuk ini merupakan gambaran

dari perkembangan anak sehat Indonesia, Berikut ini, antropometri

yang digunakan untuk mengukur motorik bayi dengan mengggunakan

Milestone Perkembangan Motori :

Pengukuran Milestone Perkembangan Motorik yang

dikembangkan oleh Depkes.

Page 50: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Gambar 1 : Pengukuran Milestone Perkembangan Motorik

3) Perkembangan Kognitif

Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak

berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya,

daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada

periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih

konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat,

sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar

Page 51: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak  usia sekolah

dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational

Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek 

peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya,

mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari

pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk

membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan

sesungguhnya

b. Ciri – Ciri Perkembangan

Perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan dan

memiliki ciri-ciri sehingga dapat diperhitungkan. Ciri-ciri tersebut,

sebagai berikut :

1) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan, Perkembangan

adalah proses yang kontinue dari konsepsi sampai maturasi.

Perkembangan sudah terjadi sejak didalam kandungan, dan setelah

kelahiran merupakan suatu masa dimana perkembangan dapat

dengan mudah diamati.

2) Dalam priode tertentu ada masa percepatan dan ada masa

perlambatan. Terdapat 3 (tiga) periode pertumbuhan cepat adalah

pada masa janin, masa bayi 0 – 1 tahun, dan masa pubertas.

3) Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak, tetapi

kecepatannya berbeda.

4) Perkembangan dipengaruhi oleh maturasi system saraf pusat. Bayi

akan menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan dan kakinya.

5) Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan

menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.

3. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsusmsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, gizi

kurang dan gizi lebih. Dr. Minarto mengatakan bahwa, selain gizi

kurang dan gizi buruk, masih banyak masalah yang terkait dengan gizi

yang perlu perhatian lebih

Keadaan gizi seseorang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangannya, serta ketahanan tubuh terhadap penyakit. Penilaian

Page 52: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

gizi adalah proses yang digunakan untuk mengevaluasi status gizi,

mengidentifikasi malnutrisi, dan menentukan individu mana yang

sangat membutuhkan bantuan gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu

penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara

tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi

menjadi 4 penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia dan biofisik

b. EVALUASI TUMBUH KEMBANG ANAK

Page 53: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Indikator penilaian tumbuh kembang :

Penilaian pertumbuhan : Fisik, Gizi dan Maturitas, sedangkan untuk penilaian

perkembangan menggunakan milestone.

Untuk indikator pertumbuhan fisik :

• Bayi : * BB, PB, O kepala

* Penutupan ubun-ubun, gigi geligi

• Anak : * BB, TB, O kepala

* Panjang segmen tubuh, ekstremitas, rentang tangan, tinggi

duduk

• Remaja : * BB, TB,

* Lap. kulit, lemak otot, O lengan atas,

* Sex Maturity Rating (SMR)

Penilaian berat badan :

Alat yang digunakan yaitu timbangan bayi, dacin, timbangan

berdiri.Jarum penunjuk selalu pada angka 0. Hasil akan lebih tepat

menggunakan timbangan elektronik, tetapi baterai harus diganti berkala. Bayi

ditimbang dengan kondisi telanjang, sedangkan anak-anak menggunakan baju

dalam.

Penilaian tinggi badan :

Untuk bayi s/d usia 2 tahun, yang diukur adalah panjang badan

menggunakan alat infantometer dan posisi anak berbaring. Sedangkan untuk

anak usia lebih dari 2 tahun, yang diukur adalah tinggi badan menggunakan

alat stadiometer dan posisi anak berdiri.

Pengukuran Lingkar Kepala :

Page 54: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Alat yang digunakan adalah pita metal yg fleksibel dengan mengukur

lingkaran oksipitofrontal, dari oksiput melingkar kearah supraorbita &

glabela. Pengukuran Lingkar Kepala ini terutama penting untuk bayi sampai

anak usia 3 tahun.

Pengukuran tebal lipatan kulit :

Alat yang digunakan adalah kaliper lipatan kulit Harpenden, diukur didaerah

triceps, subskapular atau krista iliaka.Kulit dicubit sampai terpisah dari otot

dasarnya.

Pengukuran Lingkar Lengan Atas :

Alat yang digunakan adalah pita skala Shakir yang dilingkarkan pada

pertengahan lengan atas, lalu dilihat pada pita ukur.

Pertumbuhan Gigi :

• 6 – 8 bl : gigi I

• 2 th : gigi susu lengkap (20 buah)

• 6 th : gigi permanen I (24 buah)

• 12 th : gigi permanen II (28 buah)

• 18-20 th : gigi permanen III (32 buah)

Pengukuran Status Gizi :

Seperti di analisis masalah

Indikator Perkembangan :

Page 55: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

• Neurodevelopment : motorik kasar, motorik halus, penglihatan,

pendengaran

• Komunikasi / bahasa

• Kognisi

• Psikososial : sosial, emosi, perilaku

1. KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)

• Bisa dilakukan di sarana Pel. Kes. Dasar

• Yang dinilai : sosialisasi kemandirian,

gerak kasar & halus,

bahasa,

• Untuk anak 3 bulan – 6 tahun, yaitu saat berumur 3, 6,

9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72

bulan.

Cara menggunakan KPSP : Bila anak berusia di antaranya,

maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih kecil dari

usia anak.

• Kuesioner berisi 9 – 10 pertanyaan untuk orang

tua/pengasuh

• Jawaban Ya / Tidak

KPSP untuk anak 18 bulan :

Page 56: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Interpretasi :

Bila jawaban Ya:

• 9 – 10 : Perkembangan Sesuai (S)

• 7 – 8 : Perkembangan Meragukan (M)

• < 6 : Perkembangan ada Penyimpangan (P)

Tindakan :

• Perkembangan Sesuai (S)

Tindakan : Stimulasi diteruskan, Lakukan

KPSP 3 bulan kemudian (sesuai jadwal)

• Perkembangan Meragukan (M)

Tindakan : Stimulasi tugas yang belum bisa

dilakukan, evaluasi ulang 2 minggu

kemudian

• Perkembangan ada Penyimpangan (P)

Page 57: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Tindakan : Intervensi Rujuk, dengan

menuliskan jumlah dan jenis keterlambatan

perkembangan

2. Deteksi Dini Gangguan Perilaku

Bila ada keluhan orangtua atau kecurigaan petugas / guru / kader

(tidak rutin)

a. Dengan kuesioner daftar tilik untuk autisme (Checklist for

autism in toddlers / CHAT) bagi anak umur 18 bulan s/d 3

tahun.

• Deteksi dini autis pada umur 18-36 bulan.

• Bila ada keluhan / kecurigaan dari orang tua/ pengasuh /

petugas karena ada 1 (satu) atau lebih

• Keterlambatan bicara.

• Gangguan komunikasi/ interaksi sosial.

• Perilaku yang berulang-ulang.

• Tanyakan dan amati perilaku anak

9 pertanyaan untuk ibu/pengasuh (A): ya/ tidak

5 perintah bagi anak (B) : ya / tidak

Ringkasan isi pertanyaan CHAT yaitu :

A. Pertanyaan pada orangtua / pengasuh

1. Senang di ayun-ayun, diguncang-guncang

2. Tertarik memperhatikan anak lain

3. Suka memanjat tangga

4. Suka main ciluk-ba, petak umpet

5. Bermain pura-pura membuat minuman

6. Meminta dengan menunjuk

7. Menunjuk benda

8. Bermain dengan benda kecil

9. Memberikan benda utk menunjukkan

sesuatu

B. Pengamatan perilaku anak

Page 58: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

• Anak memandang mata pemeriksa

• Anak melihat ke benda yang ditunjuk

• Bermain pura-pura membuat minum

• Menunjuk benda yang disebut

• Menumpuk kubus

Interpretasi (penafsiran) CHAT

• Risiko tinggi menderita Autis : tidak A5, A7, B2-4

rujuk

• Risiko rendah menderita Autis : tidak A7, B4

• Kemungkinan ggn perkembangan lain : tidak 3 atau lebih

A1-4, A6, A8-9, B1, B5

b. Dengan Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi

anak 3 - 6 tahun.

Bila ada kecurigaan orangtua / petugas (tidak rutin) anak umur

3- 6 tahun . Terdapat 12 pertanyaan untuk deteksi dini

masalah mental - emosional, tiap 6 bulan. Tanyakan pada

orangtua / pengasuh. Catat jawaban “Ya”atau “Tidak”.

Hitung jumlah jawaban “Ya”.

Ringkasan isi kuesioner KMME yaitu :

1. Sering terlihat marah

2. Menghindar dari teman-teman

3. Perilaku merusak dan menentang lingkungan

4. Takut atau kecemasan berlebihan

5. Konsentrasi buruk / sulit

6. Kebingungan

7. Perubahan pola tidur

8. Perubahan pola makan

9. Sakit kepala, sakit perut, keluhan fisik

10. Putus asa

11. Kemunduran perilaku

12. Perbuatan yang diulang-ulang

Page 59: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Interpretasi (penafsiran) KMME

Jawaban Ya > 1 : kemungkinan anak mengalami

masalah mental emosional.

Intervensi (tindakan):

1. Bila ditemukan 1atau lebih masalah mental emosional :

• Lakukan konseling pada orang tua menggunakan Buku

Pedoman Pola Asuh yang mendukung perkembangan

anak.

• Evaluasi setelah 3 bulan,

• bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah Sakit yang

ada fasilitas tumbuh kembang anak / kesehatan jiwa.

2. Bila ditemukan 2 atau lebih masalah mental emosional,

rujuk anak ke Rumah Sakit.

Dalam surat rujukan harus dituliskan jumlah dan masalah

mental emosional yang ditemukan.

c. Dengan kuesioner Abreviated Conner Rating Scale untuk

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) bagi

anak umur 3 tahun ke atas.

Dilakukan bila ada keluhan orangtua atau kecurigaan petugas /

guru / kader (tidak rutin) umur > 3 thn. Terdiri dari 10

pertanyaan yang isinya menjawab terjadi di mana saja,

kapan saja

Nilai : 0 (tidak pernah); 1 (kadang-kadang); 2 (sering); 3

(selalu)

Ringkasan isi kuesioner GPPH :

1. Tidak kenal lelah, aktifitas berlebihan

2. Mudah gembira, impulsif

3. Mengganggu anak lain

4. Gagal selesaikan kegiatan, perhatian singkat

Page 60: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

5. Gerakkan anggota badan / kepala terus menerus

6. Kurang perhatian, mudah teralihkan

7. Permintaan harus segera dipenuhi, mudah frustasi

8. Mudah menangis

9. Suasana hati mudah berubah, cepat dan drastis

10. Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak

terduga

Interpretasi (penafsiran)

Nilai > 13 kemungkinan GPPH

Intervensi :

Nilai > 13 rujuk RS, tuliskan kelainan yang ada

< 13 tetapi ragu, periksa ulang 1 bulan lagi

3. Tes Denver

Untuk skrining, bukan diagnostik

Yang dinilai : sektor personal sosial

sektor motorik halus

sektor bahasa

sektor motorik kasar

Untuk anak 0 – 6 tahun

Page 61: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

4. Skala Baylay

Untuk anak 0 – 30 bulan

Tes diagnostik, untuk kemampuan intelektual & motorik

Ada 3 bagian :

a. Skala perkembangan mental

b. Skala perkembangan motorik

c. Rekaman perilaku

5. Tes Melani Comparetti

Untuk anak 0 – 2 tahun

Menilai perkembangan motorik

6. Tes Vojta

Untuk diagnostik dini ggn motorik serebral

Untuk anak 0 - 1 tahun

7. Pendengaran

BBL, memberi respons terhadap suara

Tahun I, menentukan lokasi suara

Dampak gangguan pendengaran : gangguan bicara, belajar,

perilaku

Harus dilakukan pada setiap anak gangguan bicara

8. Penglihatan

BBL, visus 6/200, dapat mengikuti secara horizontal, gerakan mata

tidak terarah, seperti juling

6 minggu, kedua mata bergerak bersama-sama, tidak juling

3 tahun = visus orang dewasa

9. Penilaian Psikologi

Bila ada gangguan perilaku & kesukaran belajar

Penilaian : * Analisa perilaku

* IQ (Inteligence Quotient)

* EQ (Emotional Quotient)

Page 62: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

* SQ (Social Quotient)

10. Usia Mental

Dinilai dari perilaku dan reaksi thd stimuli

Diukur dengan Development quotient (DQ) & Intelegence quotient

(IQ)

IQ : Usia mental x 100%

Usia kronologis

IQ

• > 130 Sangat superior Kreatif

• 120-129 Superior Profesional

• 110-119 Diatas rata-rata Kompeten (PT)

• 90-110 Rata-rata Rata2 SLTA

• 80-89 Dibawah Rata2 Kerja disupervisi

• 70-79 RM perbatasan Independen

• 52-69 RM ringan Mampu didik

• 36-51 RM sedang Mampu latih

• 20-35 RM berat Hiegen dasar

• < 20 RM sangat berat Tergantung seumur hidup

Page 63: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

c. ASUHAN NUTRISI PEDIATRI HINGGA 18 BULAN

Jenis makanan bayi umur 0-24 bulan dibagi menjadi 4 tahap :

a. Makanan bayi umur 0 – 6 bulan

b. Makanan bayi umur 6 – 9 bulan

c. Makanan anak umur 9 – 12 bulan

d. Makanan anak umur 12 – 24 bulan

Pada situasi khusus seperti anak sakit atau ibu bekerja, pemberian makanan

bayi/anak perlu penanganan secara khusus.

MAKANAN BAYI UMUR 0 – 6 BULAN

1. Pemberian kolostrum

Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan

berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat

kekebalan yang tinggi.

2. Pemberian ASI saja/ ASI Eksklusif

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada

30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat

memenuhi kebutuhan gizi bayi. Perlu diingat bahwa ASI adalah makanan

terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan

menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.

MAKANAN BAYI UMUR 6 BULAN

1. Pemberian ASI diteruskan

2. Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan pengganti ASI atau MP-ASI

berbentuk lumat halus karena bayi sudah memiliki reflek mengunyah. Contoh

MP-ASI berbentuk halus antara lain : bubur susu, biskuit yang ditambah air

atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan. Berikan untuk pertama kali

salah satu jenis MP-ASI, misalnya pisang lumat. Berikan sedikit demi sedikit

mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1-2 kali sehari. Berikan untuk

beberapa hari secara tetap, kemudian baru dapat diberikan jenis MP-ASI yang

lainnya.

3. Perlu diingat tiap kali berikan ASI lebih dulu baru MP-ASI, agar ASI

dimanfaatkan seoptimal mungkin. MP-ASI berbentuk cairan diberikan dengan

sendok, jangan sekali-kali menggunakan botol dan dot. Penggunaan botol dan

Page 64: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

dot berisiko selain dapat pula menyebabkan bayi mencret itu dapat

mengakibatkan infeksi telinga.

4. Memberikan MP-ASI dengan botol dan dot untuk anak baduta sambil

tiduran dapat menyebabkan infeksi telinga tengah, apabila MP-ASI masuk

keruang tengah.

5. Memperkenalkan makanan baru pada bayi, namun jangan dipaksa. Kalau

bayi sulit menerima, ulangi pemberiannya pada waktu bayi lapar, sedikit demi

sedikit dengan sabar, sampai bayi terbiasa dengan rasa makanan tersebut.

MAKANAN BAYI UMUR 6 – 9 BULAN

1. Pemberian ASI pada bayi tetap dilanjutkan

2. Pada umur 6 bulan keadaan alat cerna sudah semakin kuat oleh karena itu,

bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 x sehari.

3. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi dapat ditambah

sedikit demi sedikit sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak

kelapa/margarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi,

disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vit A dan zat

gizi lain yang larut dalam lemak.

4. Setiap kali makan, berikanlah makanan pengganti ASI bayi dengan takaran

paling sedikit sebagai berikut :

- Pada umur 6 bulan – beri 6 sendok makan

- Pada umur 7 bulan – beri 7 sendok makan

- Pada umur 8 bulan – beri 8 sendok makan

- Pada umur 9 bulan – beri 9 sendok makan

“ Bila bayi meminta lagi, ibu dapat menambahnya”

MAKANAN BAYI UMUR 9 – 12 BULAN

1. Pada umur 10 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan keluarga secara

bertahap. Karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga, bentuk

dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, lambat laun

mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga.

Page 65: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

2. Pemberian makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang

bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo, buah, dll. usahakan agar makanan

selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.

3. Anak bayi perlu dikenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan.

Campurkanlah ke dalam makanan lembik berbagai lauk pauk dan sayuran

secara bergantian. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak usia dini akan

berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari.

MAKANAN ANAK UMUR 12 – 24 BULAN

1. Pemberian ASI dilanjutkan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah

berkurang, tetapi masih merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.

2. Pemberian makanan pengganti ASI atau makanan keluarga sekurang-

kurangnya 3 kali sehari dengan porsi setengah makanan orang dewasa setiap

kali makan. Selain itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.

3. Jenis variasi makanan diperhatikan dengan Padanan Bahan Makanan.

Contoh nasi dapat diganti dengan: mie, bihun, roti, kentang, dll. Hati ayam

diganti dengan: tahu, tempe, kacang ijo, telur, ikan. Bayam diganti dengan:

daun kangkung, wortel, tomat. Bubur susu diganti dengan: bubur kacang ijo,

bubur sumsum, biskuit, dll.

4. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara mendadak.

Lakukan dengan cara mengurangi frekuensi pemberian ASI pada anak sedikit

demi sedikit.

Page 66: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

d. GIZI BURUK

Definisi

Gizi buruk termasuk kedalam salah satu kelainan yang diesbut malnutrisi

energi protein (MEP), dimana status nutrisinya di bawah rata-rata. Prevalensi

tertinggi terjadi pada anak usia <5tahun, serta pada ibu hamil dan menyusui.

Etiologi

Secara umum, gizi buruk disebabkan oleh asupan makanan yang kurang atau

anak sering sakit, , atau terkena infeksi seperti diare. Asupan makanan yang

kurang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tidak tersedianya nutrisi yang

adekuat, anak tidak atau salah mendapatkan gizi seimbang , pola makan yang

salah. Penyakit infeksi dengan gizi buruk akan saling berkaitan, karena anak

yang sering sakit akan mengurangi status nutrisi anak tersebut, dan apabila

nutrisi nya menjadi buruk maka si anak juga akan mudah terserang infeksi.

Patofisiologi

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,

protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan

makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan

memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk

mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat

penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat

dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya

kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga

setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein

terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera

diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak

dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat

mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau

kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri

jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari

tubuh.

Page 67: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Penegakkan diagnosis

Anamnesis

Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak

kurus, atau berat badannya kurang.Selain itu ada keluhan anak kurang/tidak

mau makan, sering menderita sakit yang berulang atau timbulnya bengkak

pada kedua kaki, kadang sampai seluruh tubuh.

Anamnesis awal (untuk kedaruratan):

- Kejadian mata cekung yang baru saja muncul

- Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan

muntah dan diare (encer/darah/lendir)

- Kapan terakhir berkemih

- Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.

Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami

dehidrasi dan/atau syok, serta harus diatasi segera.

Untuk mengetahui adanya tanda bahaya dan tanda penting:

- Syok/renjatan

- Letargis

- Muntah dan atau diare atau dehidrasi

Anamnesis lanjutan, Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya gizi

buruk

- Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit

- Riwayat pemberian ASI

- Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari

terakhir

- Hilangnya nafsu makan

- Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru

- Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir

- Batuk kronik

- Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung

- Berat badan lahir

Page 68: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

- Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain

- Riwayat imunisasi

- Apakah ditimbang setiap bulan

- Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)

- Diketahui atau tersangka infeksi HIV

Pemeriksaan Fisik

Untuk mengetahui adanya kegawatdaruratan medis:

- Gangguan sirkulasi/syok

- Gangguan kesadaran

- Dehidrasi

- Hipoglikemi

- Hipotermi

Pemeriksaan Lanjutan:

- Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua

punggung kaki. Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-

PB.

- Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati

menentukan status dehidrasi pada gizi buruk).

- Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat,

nadi lemah dan cepat), kesadaran menurun.

- Demam (suhu aksilar ≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5°

C).

- Frekuensi dan tipe pernapasan:

pneumonia atau gagal jantung

- Sangat pucat

- Pembesaran hati dan ikterus

- Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda asites,

atau adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal

splash).

Page 69: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Kriteria Gizi buruk (tanpa komplikasi) :

BB/TB : < -3SD atau

Terlihat sangat kurus atau

Adanya edema atau

LILA <11.5 untuk anak 6-59 bulan

Gizi buruk dengan komplikasi adalah gizi buruk dengan kriteria di atas,

dengan modifikasi sebagai berikut :

1. Adanya edema berat (anasarka/derajat 3)

2. Adanya LILA<11.5 dan Edema derajat 1 atau 2

3. Adanya LILA <11.5 ATAU edema derajat 1 dan 2 disertai dengan satu

dari komplikasi berikut :

Anoreksia

Pneumonia berat

Page 70: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Anemia berat

Dehidrasi berat

Demam sangat tinggi

Penurunan kesadaran

Hipotermia (Suhu aksiler <36)

Hipoglikemia (Kadar glukosa darah <54 mg/dl)

Derajat pitting edema :

Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik / Kedua

punggung kaki

Derajat I I : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik / Tungkai

dan lengan bawah

Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik / Seluruh

tubuh (wajah dan perut)

Penentuan diagnosis menjadi penting karena akan menjadi acuan bagi

penentuan rencana tatalaksana selanjutnya. Jika gizi buruk tanpa komplikasi,

maka diberikan rencana terapi rawat jalan. Sedangkan untuk gizi buruk

dengan komplikasi, diberikan rencana terapi rawat inap. Setelah ditentukan

diagnosis, maka ditegakkan pula diagnosis gizi buruk tersebut masuk ke dalam

kondisi berapa :

Pasien ini termasuk kondisi III yaitu terdapat muntah/diare/dehidrasi tanpa

renjatan, atau penurunan kesadaran. Maka untuk tatalaksana akan diberikan

rencana terapi kondisi III. Selain kondisi gizi buruk, maka perlu ditegakkan

kondisi yang diderita saat ini adalah Marasmus/Kwarsiorkor/Marasmus

Kwarsiorkor.

Kondisi Kwarsiorkor dapat ditegakkan dengan beberapa manifestasi klinis

berikut :

Perubahan status mental : apatis dan rewel

Page 71: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Rambut tipis, kemerahan seperti warna jagung, mudah dicabut tanpa

sakit dan rontok

Wajah membulat dan sembab

Pandangan mata sayu, pembesaran hati

Otot hipotrofi

Crazy Pavement Dermatosis

Sering disertai diare persisten dan penyakit kronis lainnya

Kondisi Marasmus dapat ditegakkan dengan beberapa manifestasi berikut :

Tampak sangat kurus hingga seperti tulang terbungkus kulit

Wajah seperti orang tua

Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sedikit sampai tidak ada (baggy

pants)

Perut cekung

Adanya iga gambang, dan disertai penyakit kronis berulang

Rencana terapi secara umum menjadi 4 fase :

Fase stabilisasi. Pada fase ini akan diberikan makanan F-75 dengan

asupan gizi 80-100 KKal/kgBB/hari dan protein 1-1.5 g/kgBB/hari.

ASI tetap diberikan pada anak yang masih mendapatkan ASI

Page 72: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Fase transisi diberikan F-75 yang diganti menjadi F-100 dengan

asupan gizi 100-150 KKal/kgBB/hari dengan protein 2-3 g/kgBB/hari

Fase rehabilitasi diberikan F-100 ditambah dengan makanan bayi/anak

dengan asupan 150-200 KKal/kgBB/hari dengan protein 4-6

g/kgBB/hari

Fase tindak lanjut. Anak harus melakukan kontrol pada bulan I satu

kali/minggu, bulan II satu kali/2 minggu, selanjutnya sebulan sekali

mulai bulan ketiga sampai bulan keenam. Tumbuh kembang terus

dipantau sampai anak usia 5 tahun

Setelah dievaluasi, jika anak mentoleransi fase stabilisasi dengan baik, segera

dilanjutkan ke fase transisi, yaitu pemberian makanan untuk tumbuh kejar

Page 73: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Detail pemberian makanan :

Pada saat masuk, segera hitung jumlah kalori yang dibutuhkan pasien

(80*7 : 560 kkal), dan kebutuhan cairan harian (100*7 : 700 cc/hari)

Selama 2 jam pertama, diberikan Resomal dengan dosis : 5*7 : 35 ml

dalam satu kali pemberian setiap 30 menit, maka akan diberikan 35*4 :

140 cc Resomal

Cara pembuatan resomal :

10 g gula pasir + 1 sachet oralit + mineral mix 8 ml (1 sachet

mineral mix dilaurtkan dalam 20 ml air atau 2 sendok makan

air matang) ditambah air 400 cc

10 jam berikutnya, akan diberikan selang seling resomal dan F-75.

Resomal diberikan dengan dosis yang sama, dan F-75 diberikan

dengan volume 60 ml sekali pemberian.

Page 74: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Bila sudah membaik, dan porsi F-75 dalam 2 jam dapat dihabiskan,

segera berikan F-75 tiap 3 jam dengan volume 90 cc, dan tiap 4 jam

dengan volume 115 cc

Selama memberikan makanan, terus pantau berat badan anak, karena

kemungkinan akan terjadi penurunan berat badan (pada anak edem)

atau peningkatan berat badan yang akan mempengaruhi jumlah

pemberian F75

Bila F75 dengan dosis tiap 4 jam dihabiskan, berikan F100 dengan

dosis yang sama, dalam kasus ini berikan F100 115 cc tiap 4 jam

selama 2 hari

Pada hari ke-3 setelah dimulainya fase transisi, berikan F100 sesuai

umur pada tabel, yaitu dimulai dengan F100 sebanyak 175 cc setiap 4

jam. Lalu ditambah 10-15 ml tiap pemberian makan atau tiap hari

sampai mencapai nilai maksimal di 255 cc

Teruskan fase transisi biasanya sampai 14 hari, lalu diberikan makanan

fase rehabilitasi. Makanan yang diberikan adalah F100 dengan dosis

maksimum 255 cc ditambah makanan anak dan buah

Fase rehabilitasi (minggu 2-6) diberikan F100 3x per hari, ASI

diberikan bebas ditambah makanan anak 3x1 porsi, dan buah 1-2 x 1

buah

Teruskan pemberian makanan fase rehabilitasi ini hingga kriteria gizi

buruk sembuh (di atas Z score -2) tercapai

Kriteria sembuh :

Bila BB/TB atau BB/PB >-2SD dan tidak ada gejala klinis, serta

memenuhi kriteria pulang sebagai berikut :

a. Edema suah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif

b. BB/PB atau BB/TB > -3SD

c. Komplikasi sudah teratasi

d. Ibu telah mendapat konseling gizi

e. Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu

berturut-turut

f. Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat

dihabiskan

Page 75: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Pembagian tatalaksana menurut langkah:

a. Atasi hipoglikemia (lihat di atas). Kadar gula darah cenderung

stabil dalam 3 menit, dan segera pantau kembali gula darah

setelah 2 jam terapi dimulai

b. Atasi hipotermia. Pemanasan suhu tubuh anak dengan

hipotermia adalah menggunakan cara “kangguru”, yaitu dengan

mengadakan kontak langsung kulit ibu dan anak, dan anak

digendong serta diselimuti di seluruh tubuhnya. Atau bisa juga

menggunakan lampu dengan jarak 50 cm dari anak. Suhu tubuh

harus dimonitor setiap 30 menit, dan hentaikan pemanasan bila

suhu mencapai 37 C

c. Atasi dehidrasi (lihat di atas). Diberikan cairan resomal.

Komposisi resomal :

d. Memperbaiki keseimbangan elektrolit (lihat di atas).

Keseimbangan elektrolit terganggu saat gizi buruk, di mana

terjadi hipernatremia intrasel akibat kerusakan pompa Na-K.

Defisiensi K dan Mg membutuhkan waktu paling tidak 2

minggu untuk terkoreksi.

e. Mengobati infeksi.

Pada pasien dengan komplikasi, diberikan

Gentamisin IV atau IM (7.5 mg/kgBB) satu hari sekali

ditambah

Ampisilin IV atau IM (50 mg/kg) setiap 6 jam selama 2

hari

Ikuti dengan Amoksisilin oral (15 mg/kg) setiap 8 jam

selama 5 hari

Bila dalam 48 jam tidak ada perbaikan, berikan

tambahan antibiotic Kloramfenikol IV atau IM (25

mg/kg) setiap 8 jam selama 5 hari

f. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro

Page 76: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Khusus pada hari pertama berikan vitamin A per oral

dan asam folat 5 mg oral

Diberikan vitamin C dosis 100 mg/hari atau 2 tablet

sampai rehabilitasi selesai

Diberikan vitamin B kompleks 1 tablet per hari sampai

rehabilitasi selesai

Pemberian besi dimulai pada hari ke-14. Dapat

diberikan Tablet Besi/Folat (60 mg besi elemental dan

0.25 mg asam folat) dengan dosis 1 x sehari ½ tablet

untuk anak usia 1-5 tahun. Atau dapat diberikan sirup

besi (setiap 5 ml mengandung 30 mg besi elemental)

dengan dosis 1 x sehari 1 sendok the untuk anak usia 1-

5 tahun

Mineral mix (dicampur dalam resomal / F75 atau F100)

g. Memberikan makan untuk stabilisasi, transisi

Kalori diberikan 80-100 kkal/kgbb/hari

Cairan diberikan 100 cc/kgBB/hari karena anak

mengalami edema berat

Monitor dan catat jumlah yang diberikan, jumlah yang

tersisa, frekuensi BAB dan muntah, berat badan harian

h. Pemberian makanan untuk tumbuh kejar

Fase rehabilitasi biasanya berlangsung setelah 1 minggu

perawatan

Pada proses ini F75 akan diganti dengan F100 dalam

jumlah yang sama selama 48 jam

Kemudian volume ditambah bertahap sebanyak 10-15

per kali / per hari jika sulit, hingga mencapai 150

kkal/kgBB/hari (volume minimum pada pemberian

F100

Energi 100-150 kkal/kgBB

Setelah fase transisi, masuk ke rehabilitasi dengan

jumlah kalori 150-200 kkal/kg/hari. Pada tahapan ini,

lanjutkan menambah volume pemberian F-100 hingga

Page 77: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

ada anak tidak mampu menghabiskan porsinya

(biasanya pada makanan mencapai 30 ml/kgBB/makan)

Monitor BB setiap pagi sebelum makan. Tiap minggu

hitung dan catat pertambahan BB dalam satuan

gram/kgBB/hari

Bila kenaikan berat badan :

Buruk (<5 g/kgBB/hari) : perlu dievaluasi

kembali secara menyeluruh

Sedang (5-10 g/kgBB/hari) : Lanjutkan

tatalaksana

Baik (>10 kgBB/hari) : lanjutkan tatalaksana

i. Memberikan stimulasi tumbuh kembang

j. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah

Berikan contoh dan tips pada orang tua untuk membuat

makanan dengan kandungan energi dan gizi yang padat

Berikan terapi bermain terstruktur

Kontrol teratur

Pemberian vitamin A dosis tinggi tiap 6 bulan

Pemberian imunisasi dasar/booster

Pada kasus ini ditemukan adanya bercak bitot yang merupakan tanda penyulit

pada mata akibat kekurangan vitamin A, karena itu, menurut buku tatalaksana

gizi buruk depkes anak ini perlu diberikan vitamin A dengan aturan sebagai

berikut :

Kapsul diberikan pada hari ke-1, 2, dan 15

Untuk anak usia 1-5 tahun, diberikan 1 kapsul merah dengan dosis

200.000 SI

Pada kasus ini juga ditemukan dermatosis / Crazy Pavement Dermatosis

dengan klinis kulit mengalami hipo dan hiperpigmentasi. Maka dilakukan

tatalaksana :

Kompres pada bagian yang terkena dengan larutan KMnO4 1/10.000

selama 10 menit

Page 78: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Beri salep/krim Zn dengan minyak kastor

Umumnya diberikan suplementasi Zn (karena disebabkan defisiensi

Zn) yang sudah ada dalam mineral mix

Upaya Preventif Gizi Buruk

Mendata semua keluarga yang memiliki ibu hamil, bayi dan anak

balita.

Melakukan penyuluhan kepada keluarga tersebut mengenai pentingnya

makanan bergizi

Melakukan penyuluhan kepada keluarga tersebut untuk rutin

memeriksakan diri ke bidan dan memeriksakan bayi dan anak balita ke

posyandu

Melakukan Penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi dasar

Upaya Promotif Pencegahan Gizi Buruk

Memberitahukan masyarakat mengenai gejala dan tanda malnutrisi

Memberitahukan kepada masyarakat untuk bergerak aktif untuk segera

memberitahukan kader/bidan desa setempat jika ada keluarga yang

memiliki kemungkinan malnutrisi agar dapat diperiksakan ke

pelayanan kesehatan dan mendapatkan penanganan selanjutnya

Komplikasi

anoreksia, anemia, dehidrasi berat, demam tinggi, Pneumonia, penurunan

kesadaran.

Prognosis

Dubia ad bonam jika ditatalaksana dengan benar

SKDI

4A

6. Kerangka Konsep

Willi, bayi laki-laki, 18 bulan

Page 79: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

7. Kesimpulan

Willi, anak laki-laki usia 18 bulan menderita marasmus-kwarshiorkor et causa diare

kronis dan kesalahan asuhan nutrisi.

Atrofi/kerusakan

Mukosa intestinal

Pendidikan + Sosek Ortu Rendah

Asupan Nutrisi Buruk

Sanitasi & Higiene Buruk

Page 80: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

8. Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan RI. 2008. Gizi Buruk dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan

Anak di RS. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Page 81: Skenario a Blok 24 Tahun 2015 Kelompok L10

Juffrie, M. 2004. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit pada penyakit

Saluran Cerna. Sari Pediatri Vol 6 No 1 Juni 2004.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Petunjuk Teknis Tatalaksana Gizi Buruk Anak.

Jakarta: Direktorat Bina Gizi.

Purnamasari, H. 2011. Pengaruh Suplementasi Seng Dan Probiotik Pasca Perawatan

Diare Akut Cair Anak Terhadap Kejadian Diare Berulang.

http://eprints.undip.ac.id/29133/7/Bab_6.pdf (diunduh pada 24 Maret 2015)

Scheinfeld, Noah S. 2014. Article Protein-Energy Malnutrition. (Online dalam

emedicine.medscape.com) updated 30 Mei 2014. Diakses tanggal 24 Maret

2015.

Sitompul, Ratna. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV I. Jakarta: Media

Aesculapius.

Soetjiningsih. 2013. Tumbuh Kembang Anak ed.2. Jakarta : EGC.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan

Anak.Jakarta:FKUI

Tanto, Chris., dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-4. Jakarta : Media

Aesculapius

Tebuteru, Edi S. dkk. 2001. Pola Defekasi Pada Anak.

http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/3-3-4.pdf (diunduh pada 24 Maret 2015)

Wahidayat, Iskandar. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Buku Kuliah 1. Jakarta: Percetakan

Infomedika.

Yudianita Kesuma. 2015. Evaluasi Tumbuh Kembang. Presentasi diajarkan dalam

Integrated Teaching Blok 24 Pendidikan Dokter Kelas Reguler FK Unsri

Angkatan 2012 tanggal 20 Maret 2015.