Skenario 3 blok IPT

download Skenario 3 blok IPT

of 34

Transcript of Skenario 3 blok IPT

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    1/34

    SKENARIO III

    Malaria

    Pak mardoni, seorang pegawai biro pusat statistik di jakarta baru kembali dari melakukan

    studi lapangan di papua selama dua minggu. Dua minggu setelah kembali dari papua pakmardoni dirawat di RS YARSI karena mengalami demam selama seminggu. Demam

    dirasakan setiap dua hari sekali dimana setiap kali demam didahului mengigil dan setelah

    demam berkeringat. Setelah demam pak mardoni dapat pulih seperti biasa. Dokter menduga

    pak mardoni menderita malaria. Setelah melakukan pemeriksaan sediaan hapus darah tepi,

    dokter mengatakan pak mardoni terinfeksi plasmodium falciparum. Menjawab pertanyaan

    dokter tentang obat profilaksis malaria, pak mardoni mengatakan sudah mendapat obat

    tetapi tidak meminumnya.

    Pak mardoni bertanya apakah keluarganya yang tinggal serumah dapat tertular dari

    dirinya. Dokter menjelaskan karena vektor malaria yaitu nyamuk anopheles tidak terdapat

    di jakarta maka keluarga pak mardoni kecil kemungkinan akan tertular malaria dari ayahnya.

    Dokter kemudian memberikan penyeluhan/KIE (komunikasi informasi dan edukasi) yangmerupakan salah bentuk implementasi strategi kegiatan gerakan berantas kembali malaria

    (gebrak malaria) yang telah dicanangkan oleh Depkes RI pada tahun 2000.

    1

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    2/34

    Sasaran Belajar

    1. Memahami dan menjelaskan tentang plasmodium penyebab malaria pada manusia

    2. Memahami dan menjelaskan tentang malaria

    3. Memahami dan menjelaskan tentang vektor malaria di indonesia4. Memahami dan menjelaskan tentang obat-obat anti malaria

    5. Memahami strategi dan kegiatan gerakan berantas kembali malaria (gebrak malaria) di

    Indonesia

    2

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    3/34

    TIU 1. Memahami dan menjelaskan tentang Plasmodium penyebab malaria pada

    manusia

    1. Plasmodium vivax

    Hospes perantara: manusia; Hospes definitif: nyamuk Anopheles betina; Menyebabkan

    penyakit: Malaria Vivaks/Malaria Tersiana; Distribusi geografik: di Indonesia tersebar diseluruh kepulauan

    Morfologi:

    Trofozoit muda:

    - Berbentuk cincin

    - Ukuran: sepertiga eritrosit

    - Sitoplasma berwarna biru

    - Inti berwarna merah

    - Mempunyai vakuol yang besar

    Trofozoit tua:

    - Sangat aktif

    - Sitoplasmanya berbentuk ameboid

    - Pigmen berwarna kuning tengguli

    Skizon muda:

    - Inti membelah, jumlah 4-8

    Skizon matang:

    - Mengandung 12-18 merozoit

    - Pigmen berkumpul di tengah/pinggir

    Makrogametosit:

    - Sitoplasma berwarna biru, butir pigmen jelas dan tersebar di sitoplasma

    - Inti kecil, padat dan berwarna merrah

    Mikrogametosit:- Bulat

    - Sitoplasma berwarna pucat, biru kelabu

    - Inti besar, pucat dan difus, terletak di tengah

    - Butir pigmen jelas dan tersebar di sitoplasma

    Eritrosit:

    - Membesar

    - Berwarna pucat

    - Terdapat titik Schuffner

    Siklus hidupPlasmodiun Vivax

    1. Nyamuk Anopheles betina menggigit, menghisap darah manusia kemudianmengeluarkan air liur yang mengandung sporozoit.

    2. Bersama aliran darah sporozoit menuju hati, selama 3 hari.

    3. Sporozoit membelah menjadi 8 32 merozoit, keluar dari hati kemudian menginfeksi

    sel hati lain dan membentuk merozoit baru. Akibatnya sel hati banyak yang rusak.

    4. Gejala demam terjadi ketika merozoit melisiskan sel darah merah dalam jumlah

    banyak.

    5. Jika darah si penderita digigit nyamuk Anopheles dan menghisap darah penderita tadi

    maka makrogametosit dan mikrogametosit akan ikut terhisap dan masuk ke dalam

    usus nyamuk. Di dalam usus nyamuk makrogametosit danmikrogametosit

    berkembang menjadi makrogamet (ovum) dan mikrogamet (sperma). Prosesnya

    dinamakan gametogonia atau gametogenesis. Fertilisasi terjadi di dalam usussehingga terbentuklah zigot (ookinet).

    3

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    4/34

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    5/34

    Penyakit berlangsung terus , nyeri kepala , punggung , dan ekstremitas lebih hebat

    dan keadaan umum memburuk . Pada stadium ini penderita tampak gelisah , pikau

    mental.

    Demam tidak teratur dan dan tidak menunjukan perioditas yang jelas . keringat keluar

    banyak walaupun demamnya tidak tinggi . Nadi dan napas menjadi cepat . Mual ,

    muntah , dan diaremenjadi lebih hebat , kadang-kadang batuk oleh karena kelainan paru .limpa membesar dan lembek pada perabaan . Hati membesar dan tampak ikterus ringan .

    Dalam urin ditemukan albumin dan torak hialin atau torak granular . Ada anemia ringan

    dan leukopenia dengan monositosis serta trmbositopenia . Bila pada stadium dini

    penyakitdapat didiagnosis dan diobati dengan baik , maka infeksi dapat segera ditangani ,

    penderita dapat jatuh ke malaria berat .

    Perbedaan yang penting antara P.falciparum dan lainnya adalah bahwa P.falciparum

    dapat memodifikasi permukaan eritrisi yang terinfeksi sehingga stadium aseksual dan

    gametosis dapat melekat ke endotel kapiler alat dalam dan plasenta . akibatnya hanya

    bentuk cincin P.falciparum yang dapat ditemukan dalam sirkulasi darah tepi . Permukaan

    eritrosit yang terinfeksi trofozit dan skizon P.falciparum akan diikuti dengan tonjolan

    yang merupakan tempat parasit melekat dengan sel hospes . bila parasit meleka pada selendotel , maka parasit tersebut tidak akan dibawa aliran darah ke limpa yang merupakan

    tempat eliminasi parasit . protein yang dikenal sebagai p.falciparum erythrocyte

    membrane protein diekspresikan pada permukaan eritrosit yang ter infeksi dikode oleh

    famili gen far yang cukup besar dan sangat bervariasi . gen ini dikatakan memegang

    peranan penting dalam patogenesis p.falciparum.

    Secara garis besar eritrosit yang terinfeksi dapat menimbulkan 3 jenis gangguan yaitu :

    1. Perubahan hemodinamik

    Eritrosit yang terinfeksi parasit akan mudah melekat . eritrosit cenderung melekat

    pada eritrosit di sekitarnya yang tidak terinfeksi , sel endotel dan endotel kapiler . hal

    tersebut akan menyebabkan pembentukan roset dan gumpalan dalam pembuluh darah

    yang dapat memperlambat mikrosirkulasi .akibatnya secara klinis dapat terjadi

    gangguan fungsi ginjal ,otak dan syok . tempat melekat pada permukaan eritrosit yang

    terinfeksi dikenal sebagai knob . yang terdiri atas protein yang dikode oleh genom

    parasit . protein ini disebut PfEMP yang sangat bervariasi . reseptor pada trombosit

    dan endotel adalah CR1 dan glikosaminoglikan , CD36 , PECAM-1/CD31, E-selectin,

    P-selectin, ICAM-1 dan VCAM-1 .akibatnya pada penderita juga dapat terjadi

    disseminated intravaskular coagulation dan trombositopenia .

    2. Perubahan imunologik

    Antigen parasit lain yaitu ring infected erythrocyte surface antigen (RESA) ,protein

    heat shock dan lainnya akan mengaktifkan sel mononukleus dalam darah yangmengakibatkan timbulnya berbagai respons imun yang berbeda . misalnya rangkaian

    glycosyphosphatidylinositol yang bersifat seperti endotoksin akan meningkatkan

    aktivitas respons Th 1 yang berhubungan dengan gagal ginjal akut . sebaliknya

    antigen pf332 yang berinteraksi dengan reseptor lain dari monosit akan meningkatkan

    respons Th2 yang berperan dalam pembentukan imunitas terhadap reinfeksi . hal

    yang paling penting dari aktivasi monosit adalah pelepasan tumor necrosis faktor-

    (TNF-) yang mempunyai peran dalam patogenesis malaria akut . Pada aktivasi Th2

    terjadi pengeluaran IL-4 yang akan menginduksi proliferasi sel limfosit B untuk

    menghasilkan IgE dan IgG4 . hal ini terutama bermanifestasi pada malaria serebral

    dimana terjadi peningkatan IgE . P.falciparum dapat juga mengaktifkan faktor C3

    secara langsung melalui jalur alternatif pathway ya ng berperan dalam patogenesiskomplikasi yang berhubungan dengan trombosis .

    5

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    6/34

    3. Perubahan metabolik

    Kelainan metabolik yang berhunbunga n dengan infeksi Plasmodium merupakan

    konsekuensi dari a) gangguan pada membran eritrosit , b) kebutuhan nutrisi parasit ,

    c) peningkatan gangguan hemodinamik dan imunologik d) efek pengobatan .

    Penderita malaria falsiparum berat biasanya datang dalam keadaan kebingungan atau

    mengantuk dan keadaannya sangat lemah (tidak dapat duduk dan berdiri) . Pada

    pemeriksaan darah ditemukan P.falciparum stadium aseksual (trofozoit dan/atau

    skizon) dan penyebab lain (infeksi bakteri atu virus) disingkirkan. Dapat ditemukan

    satu atau lebih keadaan di bawah ini :

    Malaria otak dengan koma

    Anemia normositik

    Gagal ginjal akut

    Pernafasan

    Hipoglikemia

    Edema paru akut

    Syok dan sepsis

    Perdarahan abnormal

    Kelompok risiko tinggi untuk menderita malasria berat adalah :

    Di daerah hiper/holoendemik

    o Anak berumur > 6 bulan

    o Ibu hamil

    Di daerah hipo/mesoendemik ; anak-anak dan orang dewasa

    Lain-lain

    o Pendatango pelancong

    3. Plasmodium ovale

    Epidemiologi

    Malaria ovale di Indonesia tidak merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena

    frekuensinya sangat rendah dan dapat sembuh sebdiri tanpa pengobatan. Di Pulau Owi,

    Irian Jaya, Flores dan Timor, parasit ini secara kebetulan ditemukan pada waktu di daerah

    tersebut dilakukan survei malaria.

    Morfologi dan daur hidup

    Morfologi P.ovale mempunyai persamaan dengan P.malariae tetapi perubahan pada

    eritrosit yang dihinggapi parasit mirip P.vivax. Trofozoit muda berukuran kira-kira 2

    mikron (1/3 eritrosit). Titik Sc ffner (disebut juga titik James) terbentuk sangat dini dan

    tampak jelas. Stadium trofozoit terbentuk bulat dan kompak dengan granula pigmen yang

    lebih kasar tetapi tidak sekasar pigmen P.malariae. Pada stadium ini eritrosit agak

    membesar dan sebagian besar bentuk lonjong (oval) dan pinggir eritrosit bergerigi pada

    salah satu ujungnya dengan titik Sc ffner yang menjadi lebih banyak.

    Stadium praeritrosit mempunyai periode prapaten 9 hari; skizon hati besarnya 70

    mikron dan mengandung 15.000 merozoit. Perkembangan siklus eritrosit aseksual pada

    P.ovale hampir sama denganP.vivax dan berlangsung 50 jam. Stadium skizon berbentuk

    bulat dan bila matang, mengandung 8-10 merozoit yang letaknya teratur di tepimengelilingi granula pigmen yang berkelompok di tengah.

    6

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    7/34

    Stadium gametosit betina (makrogametosit) bentuknya bulat, mempunyai inti kecil,

    kompak dan sitoplasma berwarna biru. Gametosit jantan (mikrogametosit) mempunyai

    inti difus, sitoplasma berwarna pucat kemerah-merahan, berbentuk bulat. Pigmen dalam

    ookista berwarna coklat/tengguli tua dan granulanya mirip dengan yang tampak pada

    P.malariae. siklus sporogoni dalam nyamukAnopheles memerlukan waktu 12-14 hari

    pada suhu 27

    Patologi dan gejala klinis

    Gejala klinis malaria ovale mirip malaria vivaks. Serangannya sama hebat tetapi

    penyembuhannya sering secara spontan dan relapsnya lebih jarang. Parasit sering tetap

    berada dalam darah (periode laten) dan mudah ditekan oleh spesies laim yang lebih

    virulen. P.ovale baru tampak lagi setelah spesies yang lain lenyap. Infeksi campur

    P.ovale sering terdapat pada orang yang tinggal di daerah tropik Afrika yang endemi

    malaria.

    4. Plasmodium malariae

    P. malariae adalah penyebab malaria malariae atau malaria kuartana karena serangandemam berulang tiap hari ke-4.Frekuensi malaria malariae di Indonesia sangat rendah

    hingga tidak merupakan masalah kesehatan masyarakat.

    Morfologi dan daur hidup

    Daur praeritrosit pada manusia belom pernah ditemukan. Inokulasi sporozoit

    P.malariae manusia pasa simpanse dengan tusukan nyamukAnopheles membuktikan

    stadium praeritrosit P.malariae. Parasit ini dapat hidup pada simpanse yang merupakan

    hospes reservoar yang potensial.

    Skizon praeritrosit menjadi matang 13 hari setelah infeksi. Bila skizon matang,

    merozoit dilepaskan ke aliran darah tepi. Plasmodium malariae hanya akan menginfeksi

    sel darah merah tua dan siklus eritrosit aseksual dimulai dengan perioritas 72 jam.

    Stadium trofozoit muda dalam darah tepi tidak berbeda banyak dengan P.vivax, meskipunsitoplasmanya lebih tebal pada pulasan Giemsa tampak lebih gelap. Sel darah merah yang

    dihinggapi P.malariae tidak membesar. Dengan pulasan khusus, pada sel darah merah

    dapat tampak titik-titik yang disebut titik Ziemann. Trofozoit yang lebih tua bila

    membulat besarnya kira-kira setengah eritrosit. Pada sediaan darah tipis, stadium trofozoit

    dapat melintang sepanjang sel darah merah, merupakan bentuk pita, yaiyu bentuk yang

    khas pada P.malariae. Butir-butir pigmen jumlahnya besar, kasar dan berwarna gelap.

    Skizon muda membagi intinya dan akhirnya terbentuk skizon matang yang mengandung

    rata-rata 8 buah merozoit. Skizon matang mengisi hampir seluruh eritrosit dan merozoit

    biasanya mempunyai susunan yang teratur sehingga merupakan bentuk bunga daisy atau

    disebut juga rosette.

    Derajat parasitemia pada malaria kuartana lebih rendah daripada malaria yangdisebabkan oleh spesies lain dan hitung parasitnya (parasite count) jarang melampaui

    10.000 parasit per l darah. Siklus aseksual dengan periodisitas 72 jam biasanya

    berlangsung sinkron dengan stadium parasit di dalam darah. Gametosit P.malariae

    dibentuk di darah perifer. Makrogametosit mempunyai sitoplasma yang berwarna biru tua

    berinti kecil dan padat. Mikrogametosit sitoplasmanya berwarna biru pucat, berinti difus

    dan lebih besar. Pigmen tersebar pada sitoplasma.

    Daur sporogoni dalam nyamukAnopheles memerlukan waktu 26-28 hari. Pigmen

    didalam ookista berbentuk granula kasar, berwarna tengguli tua dan tersebar di tepi.

    Patologi dan gejala klinis

    Masa inkubasi pada pasien P.malariae berlangsung 18 hari dan kadang-kadangsampai 30-40 hari. Gambaran klinis pada serangan pertama mirip malaria vivaks.

    7

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    8/34

    Serangan demam lebih teratur dan terjadi pada sore hari. Parasit P.malariae cenderung

    menghinggapi eritrosit yang lebih tua yang jumlahnya hanya 1% dari total eritrosit.

    Akibatnya, anemia kurang jelas dibandingkan malaria vivaks dan penyulit lain agak

    jarang. Splenomegali dapat capai ukuran yang besar. Parasitemia asimtomatik tidak

    jarang dan menjadi masalah pada donor darah untuk transfusi.

    P.malariae merupakan salah satu P.plasmodium yang dapat menyebabkan kelainanginjal, selain P.falciparum. kelainan ginjal yang disebabkan oleh P.malariae biasanya

    bersifat menahun dan progresif dengan gejala lebih berat dan prognosisnya buru. Nefrosis

    pada malaria kuartana sering terdapat pada anak di Afrika dan sangat jarang terjadi pada

    orang non-imun yang terinfeksi P.malariae. Gejala klinis bersifat non spesifik, biasanya

    ditemukan pada anak berumur 5 tahun. Proteinuria dapat ditemukan pada 46%

    penderita. Mikrohematuria hanya kadang-kadang ditemukan pada kelompok anak dengan

    usia yang lebih tua. Sindrom nefrotik dapat berkembang menjadi berat dengan hipertensi

    sebagai gejala akhir. Kadar kolesterol tidak meningkat karena penderita biasanya kurang

    gizi. Penyakit ini bersifat progresif, walaupun infeksi malarianya dapat diatasi. Sindrom

    nefrotik ini setelah 3-5 tahun akan berakhir menjadi gagal ginjal kronik. Pemberiansteroid tidak dianjurkan pada penderita sindroma nefrotik yang disebabkan P.malariae.

    Pada uji immunofluoresensi dapat ditemukan IgG (terutama IgG3), IgM, C3 dan antigen

    malaria pada 25-35% penderita di endotel kapiler glomerulus. Pemeriksaan biopsi terlihat

    lesi mula-mula bersifat fokal yang dapat berakhir dengan sklerosis glomerulus yang fokal

    atau segmental. Pada sebagian kasus, kelainan ini dalam waktu singkat menjadi difus dan

    progresif sehingga menyebabkan sklerosis yang menyeluruh pada glomerulus ginjal.

    Semua stadium parasit aseksual terdapat dalam peredaran darah tepi pada waktu yang

    bersamaan, tetapi parasitemia tidak tinggi, kira-kira 1% sel darah merah yang diinfeksi.

    Mekanisme rekurens pada malaria malariae disebabkan oleh parasit dari daur eritrosit

    yang menjadi banyak; stadium aseksual daur eritrosit dapat bertahan di dalam badan.

    Parasit ini dilindungi oleh sistem pertahanan kekebalan selular dan humoral manusia.Faktor evasi yaitu parasit dapat menghindarkan diri dari pengaruh zat anti fagositosis,

    disamping itu bertahannya parasit ini tergantung pada variasi antigen yang terus menerus

    berubah dan menyebabkan rekurens.

    8

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    9/34

    Gambar Siklus Hidup Malaria

    Perbedaan Plasmodium:

    9

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    10/34

    Gambar Perbedaan Morfologi Plasmodium

    (Sumber: http://www.tulane.edu/~wiser/protozoology/notes/pl_sp.html )

    Perbedaan Utama MorfologiPlasmodium Pada Manusia Dalam Apusan Darah

    falciparum vivax ovale malariae

    Cincin banyak Cincin lebih kecil

    Tidak terdapat

    trofozoit atau skizon

    Gametosit berbentuk

    bulan sabit

    Eritrositmembesar Titik Schffner

    Trofozoit ameboid

    Sama seperti P.vivax

    Trofozoit kompak

    Merozoit lebih

    sedikit pada skizon

    Eritrosit

    memanjang

    Parasit kompak Merozoite dalam

    rosette

    Sumber: http://www.tulane.edu/~wiser/protozoology/notes/malaria.html#clinical

    TIU 2. Memahami dan Menjelaskan Tentang Malaria

    10

    http://www.tulane.edu/~wiser/protozoology/notes/pl_sp.htmlhttp://www.tulane.edu/~wiser/protozoology/notes/malaria.html#clinicalhttp://www.tulane.edu/~wiser/protozoology/notes/pl_sp.htmlhttp://www.tulane.edu/~wiser/protozoology/notes/malaria.html#clinical
  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    11/34

    TIK 2.1 Definisi

    Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang

    eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah.

    TIK 2.2 EpidemiologiPada negara yang beriklim dingin sudah tidak ditemukan lagi daerah endemik malaria.

    Namun sebagian besar terjadi di daerah tropis dan sub tropis seperti brazil, asia tenggara dan

    seluruh sub sahara afrika. Di indonesia malaria ditemukan hampir disemua wilayah sebagian

    besar diesebabkan oleh plasmodium falcifarum yang ditemukan di indonesia timur dan

    plasmodium vivax yang ditemukan di papua dan NTT. Plasmodium falsifarum dilaporkan

    resisten terhadap klorokuin dan sulfadoksinperimetamin di wilayah amazon dan asia tenggara

    plasmodium vivax yang resisten klorokuin ditemukan di papua nugini, provinsi papua, papua

    barat, dan sumatra.

    TIK 2.3 Etiologi

    Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, selain menginfeksi manusia malaria jugamenginfeksi binatang seperti golongan burung, reptil, dan mamalia. Plasmodium pada

    manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di

    jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada nyamuk yaitu anopheles betina.

    TIK 2.4 Patogenesis

    Setelah melalui jaringan hati P. falciparum melepaskan 18-24 merozoit ke dalam sikulasi.

    Merozoit di lepaskan akan masuk dalam sel RES di limpa dan mengalami fagositosis serta

    filtrasi. Merozoit yang lolos dari filtrasi dan fagositosis akan menginvasi eritrosit.

    Selanjutnya parasit berkembang biak secara aseksual, bentuk aseksual inilah yang

    bertangung jawab dalam patogenesa terjadinya malaria pada manusia. Patogenesis malaria

    falsifarum dipengaruhi oleh faktor parasit dan faktor penjamu (host) termasuk intensitas

    transmisi, densitas parasit dan virulensi parasit. faktor penjamu endemisitas daerah tempat

    tinggal, genetik, usia, status nutrisi, dan status imunologi. Parasit dalam eritrosit mengalami 2

    fase yaitu: stadium cincin pada 24 jam I dan stadium pada 24 jam ke II. Permukaan eritrosit

    stadium cincin akan menampilkan antigen RESA (Ring-erythrocyte surgace antigen) yang

    menghilang setelah parasit masuk ke dalam stadium matur. Permukaan membran eritrosit

    stadium matur akan mengalami penonjolan dan membentuk knob dengan HRP-1 (histidin

    Rich-protein-1) selanjutnya bila eritrosit mengalami merogoni akan dilepaskan toksin malaria

    berupa GPI yaitu glikosilfosfatidilinositol.

    SitoadherensiIalah pelekatan antara eritrosit stadium matur pada permukaan endotel vaskular. Perlekatan

    terjadi dengan cara molekul adhesif yang terletak dipermukaan knob eritrosit melekat dengan

    molekul-molekul adhesif yang terletak dipermukaan endotel vaskular. Molekul adhesif di

    permukaan knob EP secara kolektif disebut PfEMP-1. PfEMP-1 merupakan protein hasil

    ekspresi genetik oleh sekelompok gen yang berada dipermukaan knob.

    Sekuestrasi

    Sitoadherensi menyebabkan EP matur tidak beredar kembali ke dalam sirkulasi sehingga

    parasit dalam eritrosit matur yang tinggal dalam jaringan mikrovaskular disebut EP matur

    yang mengalami sekuestrasi. Sekuestrasi tertinggi terdapat di otak, diikuti dengan hepar dan

    ginjal, paru jantung, usus dan kulit.

    Rosetting

    11

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    12/34

    Ialah berkelompoknya EP matur yang diselubungi 10 atau lebih eritrosit yang non parasit.

    Yang Plasmodium yang dapat melakukan sitoadherensi juga yang dapat melakukan rosetting.

    Rosetting menyebabkan obstruksi aliran darah lokal sehingga mempermudah terjadinya

    sitoadheren.

    Sitokin

    Terbentuk dari sel endotel, monosit dan makrofag setelah mendapat stimulasi dari malariatoksin (LPS, GPI). Sitokin antara lain TNF-, interleukin-1, interleukin-6, interleukin-3, LT,

    dan interferon-gamma. Dari beberapa penelitian penderita malaria sebral yang meninggal

    atau dengan komplikasi berat seperti hipoglikemia mempunyai kadar TNF- demikian juga

    malaria tanpa komlplikasi kadar TNF-, IL-1, IL-6 lebih rendah dari malaria sebral.

    Nitrit oksida

    Nitrit oksida (NO) baik dalam menumbuhkan malaria berat terutama malaria serebral. NO

    memberikan efek protektif karena membatasi perkembangan parasit dan menurunkan

    ekspresi molekuladesi. Kadar NO yang rendah mungkin menimbulkan malaria berat,

    ditunjukkan dari rendahnya kadar nitrat dan nitrit total pada cairan serebrospinal.

    TIK 2.5 PatologiPada studi patologi malaria beberapa organ yang terlibat antara lain otak, jantung-paru, hati-

    limpa, ginjal, usus, dan sumsum tulang. Pada otopsi dijumpai otak yang membengkak dengan

    pendarahan petekie yang multipel pada jaringan putih. Pada paru dijumpai gambaran edema

    paru, pembentukan membran hialin, adanya aggregasi leukosit. Pada ginjal tampak bengkak,

    tubulus mengalami iskemia, sekuestrasi pada kapiler glomerulus, poliferasi sel mesangial dan

    endotel. Pada pemeriksaan imunofluorensen dijumpai deposisi imunoglobulin pada membran

    basal kapiler glomerulus. Pada saluran cerna terjadi pendarahan karena erosi, iskemia yang

    menyebabkan nyeri perut. Pada sumsum tulang dijumpai dyserytropoises dan

    erytrophagocytosis.

    TIK 2.6 Manifestasi Malaria (Tanpa Komplikasi)

    Manifestasi Umum Malaria

    Mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan splenomegali.

    Plasmodium

    Masa

    Inkubasi

    (hari )

    Tipe

    Panas

    (jam)

    Relap

    sRecrudensi Manifestasi Klinik

    Falsiparum 12 (9-4) 24,36,48 -- + Gejala gastrointestinal;

    hemolisis; anemia; ikterus;

    hemoglobinuria; syok; algid

    malaria; gejala serebral;

    edema paru; hipoglikemi;gangguan kehamilan;

    kelainan retina; kematian.

    Vivax 13 (12-

    17)

    48 ++ -- Anemia kronik;

    splenomegali ruptur limpa.

    Ovale 17 (16-

    18)

    48 ++ -- Sama dengan vivax

    Malariae 28 (18-

    40)

    72 -- + Rekrudensi sampai 50

    tahun; splenoegali menetap;

    limpa jarang ruptur ;

    sindroma nefrotik

    12

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    13/34

    Keluhan pedromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit

    kepala, sakit belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang , demam ringan,

    anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang-kadang dingin. Kelihan pedromal ini

    sering terjadi pada P.vivax dan ovale, sedangkan pada P.falciparum dan malariae keluhan

    pedromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.

    Gambar Pola Demam Malaria

    (Sumber: http://www.parasitology.com.cn/Article/info_397.html )

    13

    http://www.parasitology.com.cn/Article/info_397.htmlhttp://www.parasitology.com.cn/Article/info_397.html
  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    14/34

    Pola Demam Malaria

    (Sumber: http://prospective-doctors.blogspot.com/2009/09/fever-patterns-in-malaria.html )

    Gejala yang klasik yaitu terjadinya Trias Malaria secara berurutan:

    Periode dingin (15-60 menit):

    Mulai menggigil,penderita membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat

    menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk,meningkatnya

    temperatur

    Periode panas:

    Penderita muka merah,nadi cepat, dan panas tetap tinggi beberapa jam,diikuti keadaanberkeringat.

    Periode berkeringat:

    Penderita berkeringat banyak, temperatur turun dan penderita merasa sehat.

    Trias malaria paling sering terjadi pada infeksi P.vivax, pada P.falciparum menggigil

    dapat berlangsung berat ataupun tidak ada.

    Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria. Beberapa

    mekanisme terjadinya anemia ialah : pengrusakan eritrosit oleh parasit, hambatan

    eritropoiesis sementara, hemolisis oleh karena proses complement mediated immune

    complex, eritrofagositosis, penghambatan pengeluaran retikulosit, dan pengaruh sitokin.

    Pembesaran limpa( splenomegali) sering dijumpai pada penderita malaria ,limpa akanteraba setelah 3 hari dari serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak,nyeri dan hiperemis.

    14

    http://prospective-doctors.blogspot.com/2009/09/fever-patterns-in-malaria.htmlhttp://prospective-doctors.blogspot.com/2009/09/fever-patterns-in-malaria.html
  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    15/34

    Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria :

    Serangan primer : keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan

    paroksismal yang terdiri dari dingin / menggigil; panas dan berkeringat. Serangan

    paroksismal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan parasit dan

    keadaan imunitas penderita.

    Periode latent : periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksimalaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.

    Recrudescense : berulang gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah

    berakhirnya serangan primer. Recrudescense dapat terjadi berupa berulangnya gejala

    klinik sesudah periode laten dari serangan primer.

    Recurrence : berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya

    seranga primer.

    Relapse atau rechute : berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari

    waktu diantara serangan periodik dari infeksi prime yaitu setelah periode yang lama dari

    masa latent (sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh

    bentuk diluar eritrosit (hati) pada malaria vivax atau ovale.

    Manifestasi Klinis Malaria Tertiana/ M.vivax/ M.benigna

    Inkubasi 12-17 hari,kadang kadang lebih panjang 12-20 hari. Pada hari pertama panas

    iregular, kadang reimiten atau intermiten, pada saat tersebut perasaan dingin jarang terjadi.

    Pada akhir minggu tipe panas menjadi intermiten dan periodik setiap 48 jam dengan

    gejalaklasik trias malaria. Serangan paroksimal terjadi waktu sore hari. Kepadatan parasit

    menjadi maksimal dalam waktu 7-14 hari.

    Pada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari, limpa

    masih membesar dan panas masih berlangsung. Pada akhir minggu kelima panas mulai turun

    secara krisis. Pada malaria vivax manifestasi klinis dapat berlangsung secara berat tapi

    kurang membahayakan, limpa dapat membesar sampai derajat 4 atau 5 (ukuran hackett).Malaria serebral jarang terjadi.edema tungkai jarang terjadi. Edema tungkai disebabkan

    karena hipoalbuminemia. Mortalitas malaria vivax rendah tetapi morbiditas tinggi karena

    seringnya terjadi relapse. Pada penderita yang semi-immune perlangsungan malaria vivax

    tidak spesifik dan ringan saja; parasitemia hanya rendah; serangan demam hanya pendek dan

    penyembuhan lebih cepat. Resistensi terhadap kloroquin pada malaria vivax juga dilaporkan

    di irian jaya dan didaerah lainnya. Relaps sering terjadi karena keluarnya bentuk hipnozoit

    yang tertinggal di hati pada saat status imun tubuh menurun.

    Manifestasi Klinis Malaria Malariae/ M.Quartana

    Banyak dijumpai di daerah Afrika, Amerika latin,sebagian Asia. Masa inkubasi 18-40

    hari. Manifestasi klinik seperti pada malaria vivax hanya berlangsung lebih ringan, anemia

    jarang terjadi, splenomegali sering dijumpai walaupun pembesaran ringan. Serangan

    paroksismal terjadi tiap 3-4 hari, biasanya pada waktu sore dan parasitemia sangat rendah

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    16/34

    terjadi pad aplasmodium malariae,parasit dapat bertahan lama dalam darah perifer, sedangkan

    bentuk diluar eritrosit (di hati) tidka terjadi pada P.malariae.

    Manifestasi Klinis Malaria Ovale

    Merupakan bentuk paling ringan dari semua jenis malaria. Masa inkubasi 11-16 hari,

    serangan paroksismal 3-4 hari terjadi malam hari dan jarang lebih dari 10 kali walaupun

    tanpa terapi. Apabila terjadi infeksi campuran dengan plasmodium lain, maka P.ovale tidakakan tampak didarah tepi, tetapi plasmodium yang lain yang akan ditemukan. Gejala klinis

    hampir sama dengan malaria vivax,lebih ringan,puncak panas lebih rendah dan

    perlangsungan lebih pendek, dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan. Serangan

    menggigil jarang terjadi dan splenomegali jarang sampai dapat diraba.

    Manifestasi klinis Malaria Tropika/M.falciparum

    Malaria ini merupakan bentuk yang paling berat,panas yang iregular, anemia,

    splenomegali, parasitemia sering dijumpai, dan ssering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-

    14 hari. Malaria ini mempunyai perlangsungan yang cepat,parasitemia yang tinggi dan

    menyerang semua bentuk eritrosit. Gejala predromal yang sering dijumpai yaitu sakit

    kepala,nyeri belakang/tungkai,lesu,perasaan dingin,mual,muntah dan diare. Panas biasanya

    iregular dan tidak periodik,sering hiperpireksia dengan suhu diatas 40C. Gejala lain berupakonvulasi, pneumonia aspirasi dan banyak keringat walaupun suhu normal. Apabila infeksi

    memberat nadi cepat ,nausea, muntah, diare menjadi berat dan diikuti kelainan paru (batuk).

    Splenomegali dijumpai lebih sering daripada hepatomegali dan nyeri pada perabaan; hati

    membesar dapat disertai timbulnya ikterus. Kelainan urin dapat berupa albuminuria, hialin

    dan kristal yang granuler. Anemia lebih menonjol dengan leukopenia dan monositosis.

    TIK 2.7 Komplikasi Malaria

    Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat tang

    menurut WHO didefiniskan sebagai infeksiP. falciparum dengan satu atau lebih komplikasi

    sebagai berikut:

    1. Malaria Serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30

    menit setelah serangan kejang; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan penilaian

    berdasar GCS (Glasgow Coma Scale).

    Sebagian penderita terjadi gangguan kesadaran yang lebih ringan seperti apati, somnolen,

    delirium, dan perubahan tingkah laku (penderita tidak mau bicara). Diduga pada malaria

    serebral terjadi sumbatan kapiler pembuluh darah otak sehingga terjadi anoreksia otak.

    Sumbatan tersebut terjadi karena eritrosit yang mrngandung parasit sulit melalui

    pembuluh kapiler karena proses sitoaderensi dan sekuestrasi parasit. Pada malaria

    serebral dapat disertau gangguan fungsi organ lain seperti ikterik, gagal ginjal,

    hipoglikemia dan edema paru.

    2. Asidemia/asidosis: pH darah < 7,25 atau plasma bikarbonat< 15mmol/L, kadar laktatvena >5mmol/l, klinis pernafasan dalam/respiratory distress;

    3. Anemia berat (Hb < 5g/dl atau hematokrit < 15%) pada keadaan parasit>10.000/ul; bila

    anemianya hipokromik dan/atau miktositik harus dikesampingkan adanya anemia

    defisiensi besi, talasemia/hemoglobinopati lainnya;

    4. Gagal ginjal akut (GGA) (urin kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau 12

    ml/kg BB pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin>3 mg/dl;

    Kelainan fungsi ginjal dapat pre-renal karena dehidrasi (>50%) dan hanya 5-10%

    disebabkan nekrosis tubulus akut. Gangguan ginjal diduga sisebabkan adanya anoksia

    karena penurunan aliran darah ke ginjal akibat dari sumbatan kapiler. Sebagai akibatnya

    terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.

    5. Edema paru non-kardiogenik/ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome). Merupakankomplikasi yanga paling berat dari malaria tropika dan sering menyebabkan kematian.

    16

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    17/34

    Edema paru dapat terjadi karena kelebihan cairan atau... Beberapa faktor yang

    memudahkan timbulnya edema paru adalah kelebihan cairan, kehamilan, malaria serebral,

    hiperparasitemia, hipotensi, asidosis, dan uremi.

    6. Hipoglikemi: gula darah 3 mg/dl) bila disertai gagal organ lain

    5. Hiperpireksia (temperatur rektal>40 derajat C) pada orang dewasa/anak.

    Tanda atau Gejala Dewasa Anak-anak

    Batuk Tidak umum Umum

    Kejang Umum Sangat umum

    Lama sakit 5-7 hari 1-2 hari

    Pemulihan koma 2-4 hari 1-2 hari

    Gejala sisa neurologik 10%

    Ikterik Umum Tidak umum

    Hipoglikemia sebelum

    pengobatan

    Tidak umum Umum

    Edema paru Umum Jarang

    Gagal ginjal Umum Jarang

    Tekanan pembukaan CSF Biasanya normal Bervariasi, seringkali meningkat

    Gangguan perdarahan/

    pembekuan

    Sampai 10% Jarang

    Abnormalitas refleks batang otak Jarang Lebih umum

    Tabel perbedaan antara malaria berat pada orang biasa dan anak-anak

    17

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    18/34

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    19/34

    negatip bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran kuat 700-1000

    kali tidak ditemukan parasit. Hitung parasit pada tetes tebal dengan menghitung jumlah

    parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ l maka menghitungnya ialah jumlah parasit

    dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro liter darah.

    Tetesan darah tipis.Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium,bila dengan preparat darah tebal sulit

    ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit, dapat dilakukan

    berdasarkan jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila

    jumlah parasit > 100.000/ l darah menandakan infeksi berat. Hitung parasit penting untuk

    menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan cat giemsa atau

    leishmans atau fields dan juga romanowsky.

    Tes Antigen : P-F test

    Mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine rich Protein II). Cepat 3-5 menit, tidak

    memerlukan latihan khusus,sensitivitas baik, tidak memerlukan alat khusus. Metode ICT

    adalh metode deteksi untuk antigen vivax. Tes OPTIMAL adalah tes sejenis mendeteksilaktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic.

    Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ l darahh dan dapat membedakan infeksi

    P.falciarum atau P.vivax. sensivitas sampai 95% dan hasil positif salah lebih rendah dari tes

    deteksi HRP-2. Tes ini dikenal sebagai tes cepat (rapid test).

    Tes Serologi

    Diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai teknik indirect fluorescent antibody test.

    Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi specifik terhadap malaria atau pada

    keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostik

    sebab antibodi baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutamauntuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer >1:200 dianggap infeksi

    baru; test >1:20 dinyatakan positip. Metode-metode tes serologi antara lain indirect

    haemagglutination test, immuno-precipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.

    Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

    Pemeriksaan ini sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA,waktu dipakai cukup cepat

    dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulannya walaupun jumlah parasit sangat

    sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian.

    Diagnosis Banding Malaria

    Demam merupakan gejala malaria yang menonjol, dijumpai pada hampir semua penyakit

    infeksi. Pada daerah hiper-endemik sering dijumpai penderita dengan imunitas yang tinggi

    sehingga penderita dengan infeksi malaria tetapi tidak menunjukkan gejala klinis malaria.

    Pada malaria berat diagnosa banding tergantung manifestasi malaria beratnya. Pada malaria

    dengan ikterus, diagnosa banding ialah demam tifoid dengan hepatitis, kolesistitif, abses hati

    dan leptospirosis. Hepatitis pada saat timbul ikterus biasanya tidak dijumpai demam lagi.

    Pada malaria serebral harus dibedakan dengan infeksi otak lainnya seperti meningitis,

    ensefalitis, tifoid ensefalopati , tripanososmiasis, penurunan kesadaran dan koma dapat terjadi

    pada gangguan metabolik (diabetes,uremi), gangguan serebrovaskular(strok), eklampsia,

    epilepsi dan tumor otak.

    TIK 2.9 Penyakit Yang Berhubungan Dengan MalariaSindrom Splenomegali Tropik (SST)

    19

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    20/34

    Sering dijumpai di negara tropik yang penyebabnya antara lain malaria, kala-

    azar,schistosomiasis, disebut juga hyperreactive Malarial Splenomegaly (Big Spleen

    Disease). SST berbeda dengan splenomegali karena malaria. Splenomegali karena malaria

    sering dijumpai di daerah endemik malaria dengan parasitemia intermitten dan ditemukan

    hemozoin (pigmen malaria) pada sistem retikulo-endotelial. Paling sering pada orang dewasa

    dengan terbentuknya imunitas, parasitemia menghilang dan limpa mengecil. Sedangkan padaSST terjadi pada penduduk daerah endemik biasanya anak-anak, spleen tidak mengecil,

    bahkan membesar, terjadi peningkatan serum IgM dan antibodi terhadap malaria. Etiologi

    diduga merupakan respon imunologik terhadap malaria dimana terjadi peningkatan dari IgM.

    Gejala klinik berupa bengkak pada perut karena splenomegali, merasa lemah, anoreksia,

    berat badan turun dan anemia. Pembesaran limpa mencapai umbilikus sampai fossa iliaka

    (derajat 4-5 hackett). Anemia biasanya normokromik-normositik dengan peningkatan

    retikulosit. Anemia hemolitik dapat terjadi pada kehamilan dengan SST, sedangkan

    trombositopenia jarang menyebabkan manifestasi perdarahan. Kriteria diagnostik yang

    dipakai untuk menegakkan SST yaitu:

    Splenomegali ( limpa >10 cm bawah arcus costarum ) dan anemia.

    Antibodi terhadap malaria meningkat.

    IgM meningkat > 2 SD dari normal setempat.

    Penurunan besarnya limpa, IgM dan antibodi setelah 3 bulan pengobatan kemoprofilaktis.

    Limfositosis pada sinusoid hati

    Respons imunitas selluler dan humoral normal terhadap antigen.

    Respon limfosit normal terhadap phytohaemagglutinin (PHA).

    Hipersplenism terjadi hanya pada beberapa kasus dan berhubungan dengan besarnya

    splenomegali

    Limfositosis perifer dan pada sumsum tulang

    Volume plasma meningkatPengobatan:

    Kemoprofilakstis dlaam jangka waktu panjang akan menurunkan besarnya limpa dan

    immunogolbulin.

    Splenektomi tidak dianjurkan karena mortalitas yang meningkat karena memudahkan

    terjadinya infeksi

    Tanpa pengobatan prognosis jelek, 50% meninggal dalam follow up.

    Sindrom Nefrotik (SN)

    Gambaran karakteristik berupa albuminuria, hipoalbumin, edema dan

    hiperkolesterolemia, dapat terjadi pada anak-anak dengan infeksi plasmodium malariae.

    Gambaran patologi dapat bervariasi berupa penebalan setempat dari kapiler glomerulus,

    sklerosis sebagian, dan peningkatan sel-sel mesangial. Gambaran klinik penderita umumnya 3 g/24 jam, serum albumin

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    21/34

    dan lebih sering pada pria. Tumor dijumpai pada rahang atas atau massa pada

    perut,ovarium,ginjal dan kelenjar limfe mesenterial. Tumor dapat berkembang dengan

    cepat,ukuran dapat menjadi dobbel dlam 3 hari dan pada gastrointestinal dapat memberikan

    tanda-tanda obstruksi. Pengobatan dengan sitostatika memberikan survival yang panjang

    kira-kira 50%.

    TIK 2.10 Penatalaksanaan Malaria

    Prinsip pengobatan malaria:

    1. Penderita tergolong malaria biasa (tanpa komplikasi) atau penderita malaria berat/dengan

    komplikasi

    2. Penderita malaria harus mendapatkan pengobatan efektif, tidak terjadi kegagalan

    pengobatan dan mencegah terjadi kegagalan pengobatan, dan mencegah terjadinya

    transimisi yaitu dengan pengobatan ACT (Artemisinin-base Combination Therapy)

    3. Pemberian pengobatan dengan ACT harus berdasarkan hasil pemeriksaan malaria yang

    positif dan dilakukan monitoringefek/respon pengobatan

    4. Pengobatan malaria klinis/ tanpa hasil pemeriksaan malaria memakai obat non-ACTH

    Penanganan Penderita Malaria Berat

    Penanganan malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan dalam melakukan diagnosa

    seawal mungkin. Sebaiknya penderita yand diduga menderita malaria berat dirawat di bilik

    intensif untuk dapat dilakukan pengawasan serta tindakan-tindakan yang tepat.

    Pada setiap penderita malaria berat, maka tindakan penanganan dan pengobatan yang perlu

    dilakukan adalah:

    1. Tindakan umum/ suportif

    a. Pertahankan fungsi vital : sirkulasi, kesadaran, kebutuhan oksigen, cairan, dan nutrisi.

    b. Hindarkan trauma : dekubitus, jatuh dari tempat tidur

    c. Hati-hati komplikasi dari tindakan katerisasi, infus yang dapat memberika infeksi

    nosokomial dan kelebihan cairan yang menyebabkan edema paru

    d. Monitoring : temperatir, nadi, tensi, dan respirasi tiap1/2 jam. Perhatikan timbulnya

    ikterus dan perdarahan, ukuran dan reaksi pupil, kejang, tonus otot

    e. Baringkan/ posisi tidur sesuai dengan kebutuhan

    f. Pertahankan sirkulasi: bila hipotensi, lakukan posisi Trendenleburgs; perhatikan

    warna dan temperatur kulit

    g. Cegah hiperpireksi

    h. Pemberian cairan

    1) Maintenance cairan diperhitungkan berdasarkan BB, misal untuk 50 kg

    dibutuhkan cairan 1500 cc (30 ml/kg). Derajat dehidrasinya: dehidrasi ringan

    ditambah 10%, dehidrasi sedang ditambah 20% dan dehidrasi berat ditambah 30%daro kebutuhan maintenance,

    2) Setiap kenaikan suhu 1 derajat ditambah 10% kebutuhan maintenance

    3) Monitoring pemberian cairan yang akurat dilakuakn dengan pemasangan CVP

    line

    4) Cara di atas tidak selalu dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan tingkat

    Puskesmas/RS kabupaten. Sering kali pemberian cairan dengan perkiraan,

    misalnya 1500 cc - 200 cc/ 24 jam dapat sebagai pegangan. Mashaal membatasi

    cairan 1500 cc/ 24 jam untuk menghindari edema paru. Cairan yang sering dipakai

    ialah 5% dextrose untuk menghindari hipoglikemi khususnya pada pemberian

    kina. Bila dapat diukut kadar elektrolit (natrium) dan natrium rendah (

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    22/34

    j. Perhatikan kebersihan mulut

    k. Perhatikan diuresis dan defekasi, aseptik katerisasi

    l. Kebersihan kulit: mandikan tiap hari dan keringkan

    m. Perawatan mata: hindarkan trauma, tutup dengan kain/gaas lembab

    n. Perawatan pasien tidak sadar/koma dengan selalu memkai prinsip ABC (A=Airway,

    B=Breathing, C=Circulation) + D=Drug (defibrilasi)2. Pengobatan simptomatik

    a. Pemberian antipiretik untuk mencegah hipertermia: parasetamol 15 mg/kg bb/x, beri

    setiap 4 jam dan lakukan juga kompres hangat.

    b. Bila kejang beri antikonvulsan : Dewasa: Diazepam 5-10 mg IV (secara

    perlahanjangan lebih dari 5 mg/menit) ulang 15 menit kemudian bila masih kejang,

    jangan diberikan leboh dari 100 mg/24 jam. Bila tidak tersedia diazepam, oakai

    Phenoarbital 100 mg IM/x (dewasa) diberikan 2x sehari

    3. Pemberian obat anti malaria (OAM) secara paarenteral (IV, per infus, IM)

    4. Transfusi ganti (exchange transfusion) :

    Parasitemia > 30% tanpa komplikasi berat

    Parasitemia > 10% disertai komplikasi berat

    Parasitemia > 10% dengan gagal pengobatan setelah 12-24 jam anti malaria

    Parasitemia > 10% disertai prognosis buruk (lanjut usia, late stage parasites/skizon

    pada darah perifer)

    Pastikan darah transfusi bebas infeksi (malaria, HIV, Hepatitis)

    5. Pengobatan komplikasi

    Manifestasi/ Komplikasi Tindakan awal

    Koma (malaria serebral) Pertahankan oksigenasi, letakkan pada sisi tertentu,

    sampingkan penyebab lain dari koma (hipoglikemi, stroke,

    sepdod, diabetes koma, uremia, gangguan elektrolit),

    hindari obat tak bermanfaat, intubai bila perluHiperpireksi Turunkan suhu badan dengan kompres, fan, air condition,

    anti-piretika

    Convulsi/kejang Pertahankan oksigenasi, pemberian anti-kejang

    Hipoglikemia (Gula darah

    < 40 mg%)

    Beri 50 ml dextrose 40% dan infus dextrose 10% sampai

    gula darah stabil, car penyebab hipoglikemia

    Anemia berat (Hb < 5 gr%

    atau PCV < 15%)

    Berikan trasfusi darah segar, cari penyebab anemianya

    Edema paru akut, sesak

    napas, resp > 35x

    Tidurkan 45o, oksigenasi, berian Furosemide 40 mg IV,

    perlambat cairan infus, intubasi-vetilation PEEP

    Gagal Ginjal Akut Kesampingkan gagal ginjal pre-renal, bila dehidrasi koreksi; bila gagal ginjal renal segera dialisis

    Perdarahan spontan/

    koagulapati

    Berikan vitamin K 10 mg/hari selama 3 hari; transfusi

    darah segar; pastikan bukan DIC

    Asidosis Metabolik Singkirkan arau atasi hipoglikemia, hipovolemia, dan

    septikemia Gram-negatif. Berikan oksigen. Koreksi pH.

    Darah sampai 7,2 atau lebih.

    Syok Pastikan tidak hipovolemia, cari tanda sepsis, berikan anti-

    biotika broad-spektrum yg adekuat

    Hiperparasitemia Segera antimalaria (artesunate). Transfusi ganti (exchange

    transfusion)

    Hemoglobinuria malaria Teruskan pengobatan antimalaria; transfusikan darah segarsampai nilai hematokrit di atas 20%; berikan furosemid 20

    22

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    23/34

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    24/34

    melawan bentuk gametosit. HOFFMAn berpendapat bahwa vaksin yang ideal adalah vaksin

    yang multi-stage 9sporozoit, aseksual), multivalent (terdiri beberapa antigen) sehingga

    memberikan respon multi-imun.

    24

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    25/34

    TIU 3. Memahami dan Menjelaskan tentang Vektor Malaria

    TIK 3.1 Morfologi

    Nyamuk anophelini yang berperan sebagai vektor malaria hanyalah genus Anopheles. Di

    seluruh dunia, genus Anopheles jumlahnya 2000 spesies, 60 spesies di antaranya sebagai

    vektor malaria. Jumlah nyamuk anophelini di Indonesia 80 spesies dan 16 spesies telahdibuktikan berperan sebagai vektor malaria, yang berbeda-beda dari suatu daerah ke daerah

    lain bergantung pada bermacam-macam faktor, seperti penyebaran geografik, iklim dan

    tempat perindukan.

    Telur anophelini yang diletakkan satu per satu di atas permukaan air berbentuk seperti

    perahu yang bagian bawahnya konveks, bagian atasnya konkaf dan mempunyai sepasang

    pelampung yang terletak pada sebelah lateral. Larva anophelini tampak mengapung sejajar

    dengan permukaan air, mempunyai bagian-bagian badan yang bentuknya khas, yaitu spirakel

    pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen dan

    sepasang bulu palma pada bagian lateral abdomen. Pupa mempunyai tabung pernapasan

    (respiratory trumpet) yang bentuknya lebar dan pendek; digunakan untuk mengambil O2 dari

    udara.Pada nyamuk dewasa palpus nyamuk jantan dan betina mempunyai panjang hampir sama

    dengan panjang probosisnya. Perbedaannya adalah pad nyamuk jantan ruas palpus bagian

    apikal berbentuk gada (club form), sedangkan pada nyamuk betina ruas tersebut mengecil.

    Sayap pada bagian pinggir ditumbuhi sisik-sisik sayap yang berkelompok membentuk

    gambaran belang-belang hitam dan putih. Bagian ujung sisik sayap membentuk lengkung.

    Bagian posterior abdomen sedikit melancip.

    TIK 3.2 Daur Hidup

    Nyamuk anophelini mengalami metamorfosis sempurna. Telur menetas menjadi larva

    yang kemudian melakukan pengelupasan kulit/eksoskelet sebanyak 4 kali; lalu tumbuh

    menjadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina. Tempat perindukan

    nyamuk anophelini bermacam-macam tergantung kepada spesies dan dapat dibagi menjadi 3

    kawasan yaitu kawasan pantai, pedalaman, kaki gunung dan kawasan gunung.

    TIK 3.3 Perilaku Nyamuk

    Aktivitas nyamukAnophelini sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara dan suhu.

    Umumnya anophelini aktif mengisap darah hospes pada malam hari atau sejak senja sampai

    dini hari. Jarak terbang anophelini biasanya 0,5-3km, tetapi dapat mencapai puluhan km

    karena dipengaruhi oleh transportasi (kendaraan) dan kencangnya angin. Umur nyamuk

    dewasa anophelini di alam bebas 1-2 minggu, tetapi di laboratorium dapat mencapai 3-5

    minggu.

    25

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    26/34

    TIK 3.4 Epidemiologi

    Berbagai faktor yang perlu diketahui untuk menentukan vektor di suatu daerah endemi

    malaria adalah 1) pada pembedahan nyamuk alam positif mengandung sporozoit 2) kebiasaan

    nyamuk anophelini mengisap darah manusia (antropofilik); 3) umur nyamuk betina lebih dari

    10 hari; 4) kepadatan yang tinggi dan mendominasi spesies lain; 5) hasil infeksi percobaan di

    laboratorium yang menunjukkan kemampuan untuk mengembangkan Plasmodium menjadistadium trofozoit.

    Prevalensi kasus malaria di suatu daerah endemi malaria dan di daerah endemi malaria

    lainnya tidak sama, tergantung pada perilaku spesies nyamuk yang menjadi vektor. Di daerah

    Cilacap misalnya yang vektor malarianya An. Sundaicus kasus malaria lebih banyak

    ditemukan saat musim kemarau. Sedangkan vektor malaria An. Aconitus kasus malaria

    meningkat jumlahnya pada musim hujan.

    Pemberantasan malaria dapat dilakukan melalui berbagai cara, di antaranya: 1) mengobati

    penderita malaria; 2) mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara nyamuk anophelini dan

    manusia, yaitu dengan memasang kawat kasa di bagian-bagian terbuka di tumah, penggunaan

    kelambu dan repellent; 3) mengadakan penyuluhan tentang sanitasi lingukan dan pendidikan

    kesehatan kepada masyarakat yang berkaitan dengan upaya memusnahkan tempat-tempatperindukan nyamuk dan penempatan kandang ternak di antara tempat perindukan dan rumah

    penduduk.

    TIU 4. Memahami dan Menjelaskan Tentang Obat-obat Anti Malaria

    WHO telah resmi menetapkan obat ACT (Artemisinin base Combination Therapy)

    sebagai pengobatan malaria. Golongan artemisinin (ART) dipilih sebagai obat utama karena

    efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dengan pengobatan. Artemisinin (ART)

    juga bekerja membunuh plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit. ART juga

    efektif untuk terhadap spesies,P.falciparum,P.vivax, dan lain-lain.

    Golongan Artemisinin

    Berasal dari tanaman: Artemisia annua. L. Obat ini termasuk dalam kelompok seskuiterpen

    lakton yang mempunyai beberapa formula seperti yang tertera pada tabel dibawah:

    Nama Obat Kemasan/Tablet/Cap Dosis

    Artesunat Oral: 50 mg/200 mg

    Injeksi im/iv: 60 mg/amp

    Suppositoria: 100/200 mg/sup

    Hari I: 2 mg/kg BB, 2 x

    sehari, hari II-V: dosis

    tunggal

    2,4 mg/kg/ hari min. 3 hari /

    bias minum oral1600 mg/ 3 hari atau 5

    mg/kg/ 12 jam

    Artemeter Oral: 40 mg/ 50 mg

    Injeksi: 80 mg/amp

    4 mg/kg dibagi 2 dosis hari I;

    2 mg/kg/ hari untuk 6 hari

    3,2 mg mg/kg BB pada hari

    I; 1,6 mg/kg selama 3 hari/

    bias minum oral

    Artemisinin Oral 250 mg

    Suppositoria:

    100/200/300/400/500

    mg/supp

    20 mg/kg dibagi 2 dosis hrl;

    10 mg/kg untuk 6 hari

    2800 mg/3 hari; yaitu 600

    mg dan 400 mg hari I dan 2x 400 mg, 2 hari berikutnya

    26

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    27/34

    Dihidroartemisinin Oral: 20/60/80 mg

    Suppositoria: 80 mg/sup

    2 mgkg BB/dosis 2 x sehari

    hari I dan 1 x sehari 4 hari

    selanjutnya

    Artheether Injeksi i.m: 150 mg/amp arteeher (artemotil): 4,8

    dan 1,6 mg/kg 6 jam

    kemudian dan hari I; 1,6mg/kg 4 hari selanjutnya

    Asam artelinik

    Tabel Pengobatan Golongan Artemisin

    Obat ini bekerja sangat cepat. Paruh waktu kira-kira 2 jam, larut dalam air, bekerja sebagai

    obat sizontocidal darah. Berdasarkan penelitian yang membuktikan bahwa penggunaan obat

    tunggal menimbulkan terjadinya rekrudensi, maka direkomendasikan untuk dipakai

    kombinasi obat lain. Kombinasi obat ini disebut Artemisinin base Combination Therapy

    (ACT). Ada dua jenis kombinasi obat, (1) kombinasi dosis tetap (fixed dose) (2) kombinasi

    dosis tidak tetap (non-fixed dose). Kombinasi dosis yang tetap lebih memudahkan pemberian

    pengobatan. (Harijanto, PN. 2009)

    Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah mual muntah, dan diare. Artemisin tidak

    dianjurkan digunakan pada wanita hamil. (Syarif A, DS Zunilda. 2009)

    Contoh kombinasi dosis tetap (fixed dose):

    1. Co-artem artemeter (20 mg) + lumefantrine (120 mg)

    Dosis: 4 tablet 2 x 1 sehari selama 3 hari.

    2. Artekin dihidroartemisinin (40 mg) + piperakuin (320 mg)

    Dosis untuk dewasa: dosis awal 2 tablet, 8 jam kemudian 2 tablet, 24 jam dan 32 jam,

    masing-masing 2 tablet. (Harijanto, PN. 2009)

    Contoh kombinasi dosis tidak tetap (non-fixed dose)

    1. Artesunat + meflokuin2. Artesunat + amodiakin

    3. Artesunat + klorokuin

    4. Artesunat +sulfadoksin-pirimetamin

    5. Artesunat + pironaridin

    6. Artesunat + chlorproguanil-dapson (CDA/Lapdap plus)

    7. Dihidroartemisinin + Piperakuin + Trimethoprim (Artecom)

    8. Artecom + primakuin ( CV8)

    9. Dihidroartemisinin + naptokuin

    Dari kombinasi di atas yang tersedia di Indonesia saat ini adalah kombinasi artesunate +

    amodiakuin dengan nama dagang ARTESDIAQUINE atau Artesumoon. Dosis untuk orang

    dewasa yaitu artesunate (50 mg/tablet) 200 mg pada hari I-III (4 tablet). Untuk Amodiakuin(200 mg/tablet) yaitu 3 tablet hari I dan II dan 11/2 tablet hari III.

    Untuk pemakaian obat golongan artemisinin harus disertai/dibuktikan dengan

    pemeriksaan parasit yang positif, setidaknya dengan tes cepat antigen yang positif. Bila

    malaria klinis/tidak ada hasil pemeriksaan parasitologik tetap menggunakan obat non-ACT.

    (Harijanto, PN. 2009)

    Obat Non-ACT adalah:

    Klorokuin Difosfat/Sulfat, 250 mg garam (150 mg basa), dosis 25 mg basa/kg BB untuk

    3 hari, terbagi 10 mg/kg BB hari I dan hari II, 5 mg/kg BB pada hari III. Pada orang

    dewasa biasa dipakai dosis 4 tablet hari I dan II dan 2 tablet hari III. Dipakai untukP.

    falciparum maupunP. vivax.

    27

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    28/34

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    29/34

    e) Kina + Doksisiklin/Tetrasiklin

    f) Kina + Klindamisin

    Obat Anti Malaria untuk Pengobatan Malaria Berat

    Artesunate(1flacon = 60 mg artesunic acid0, dilarutkan dalam 1 ml 5% sodium

    bicarbonate(pelarutnya) untuk menjadi larutan sodium artesunate, kemudian dilarutkandalam 5 ml 5% dextrose untuk siap diberikan intra-venous/intra-muscular

    Dosis 2,4 mg/kg BB pada hari pertama diberikan tiap 12 jam, kemudian dilanjutkan dosis

    2,4 mg/kg BB pada hari ke 2-7/24 jam. Tidak diperlukan penyesuaian/penurunan dosis pada

    gangguan fungsi ginjal/hati; tidak menyebabkan hipo-glikemia dan tidak menimbulkan

    aritmiahipotensi

    Artemeter (1 flacon = 80 mg) Dosis: 3,2 mg/kg BB i.m sebagai dosis loading dibagi 2 dosis

    9tiap 12 jam) hari pertama, diikuti dengan 1,6 mg/kg BB/24 jam selama 4 hari. Karena

    pemberian intramuskuler absorpsinya sering tidak menentu. Tidak menimbulkan

    hipoglikemia.

    Kina HCL (1 Ampul = 220 mg) DOsis 10 mg/kg BB Kina HCL dalam 500cc cairan 5 %

    Dextrose (atau NaCl 0,9%) selama 6 jam-8 jam, selanjutnya diberikan dengan dosis yang

    sama diberikan tiap 6-8 jam. Tergantung status kebutuhan cairan 1500-2000cc. Dosis

    loading 20 mg/kg BB dipakai bila jelas tidam memakai kina 24 jamsebelumnya atau

    mefloquin, penderitanya tidak usia lanjut dan tidak ada Q-Tc memanjang pada rekaman

    EKG. Kina HCL dapat juga diberikan intra muskuler yang dalam pada paha.

    Kinidin Gluconate Dosis 10 mg/kg BB per infuse selama 2 jam dilanjutkan 0,02

    mg/kg/menit sampai parasit < 1%, digantikan oral 3 x 600 mg sampai negative.

    Obat-obat Suppositoria pada Malaria Berat

    Artesunate (50 mg/ 100 mg/ 400 mg)

    Dosis 10mg/kg BB diberikan dosis tunggal 400mg pada orang dewasa.

    ArtemisininDosis 10-40 mg/kg BB diberikan pada 0 jam, 4, 12, 24, 48, dan 72 jam.

    Dihidroartemisinin 40 mg, 80 mg

    Dosis dewasa 80 mg dan dilanjutkan 40 mg pada jam 24 dan 48.

    KEMOPROFILAKSIS

    INDIKASI.

    Kemoprofilaksis terutama untuk mencegah timbulnya komplikasi yang mematikan oleh P .

    Falciparum. Kemoprofilaksis dianjurkan bila risiko terkena malaria lebih besar dibandingkan

    risiko efek samping obat.

    KONTRAINDIKASI.

    Wanita hamil. Obat yang aman untuk wanita hamil adalah klorokuin dan proguanil.

    Umur. Untuk anak usia kurang dari satu tahun, obat yang aman adalah klorokuin dan

    proguanil. Doksisiklin tidak boleh diberikan untuk anak kurang dari 8 tahun.

    Penderita dengan defisiensi enim G6PD. Pada penderita ini penggunaan obat seperti

    kombinasi pirimetamin-sulfadoksin dan kombinasi pirimetamin-dapson dapat menimbulkan

    hemolisis intravaskulers.

    DOSIS OBAT.

    Dosis obat yang dianjurkan tergantung dari prevalensi P. falciparum yang resisten obat

    dimasing-masing daerah yang akan dikunjungi.

    1. Untuk kunjungan singkat ke daerah endemis tanpa resistensi obat, dianjurkan obat

    klorokuin base 300 mg/Minggu yang diberikan pada hari yang sama tiap minggu. Untukanak dosisnya 5 mg klorokuin base/kgbb/minggu.

    29

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    30/34

    2. Untuk kunjungan singkat ke daerah endemis dengan resistensi rendah, obat yang

    dianjurkan adalah klorokuin base 300 mg/minggu, diberikan pada hari yang sama, dengan

    catatan harus disediakan 3 tablet Fansidar yang diberikan sebagai dosis tunggal untuk

    tujuanpresumtive therapy.

    Dosispresumtive therapy untuk anak :

    Umur 2-11 bulan : 1/4 tablet1-3 tahun : 1/2 tablet

    4-8 tahun : 1 tablet

    9-14 tahun : 3 tablet

    >14 tahun : 3 tablet dosis tunggal

    3. Untuk kunjungan singkat ke daerah endemis dengan resistensi klorokuin yang tinggi dan

    juga sudah resistensi terhadap kombinasi piremetamin sulfadoksin, maka ada beberapa

    obat yang dapat dipilih.

    Doksisiklin 100 mg/hari, mulai diberikan 1-2 hari sebelum memasuki daerah endemis,

    diteruskan selama tinggal didaerah endemis dan diakhiri dengan pemberian selama 4 minggu

    setelah keluar dari daerah endemis. Dosis anak 2mg/kgbb/hari.

    Maloprin (100 mg dapson +12,5 mg pirimitamin). Dosis yang dianjurkan 2 tablet/minggu.Pada profilaksi melebihi jangka waktu 6 bulan, diperlukan pemeriksaan darah tepi setiap 6

    bulan.

    Meflokuin 250 mg/minggu. Sebaiknya meflokuin digunakan untuk keadaan yang khusus dan

    jangan untuk profilaksi rutin. Penggunaannya jangan melebihi 6 minggu.

    Fansidar (25 mg pirimetamin + 500 mg sulfadoksin). Sebaiknya juga tidak digunakan untuk

    profilaksi rutin karena dikawatirkan terjadi resitensi. Fansidar lebih diutamakan untuk

    presumtive therapy.

    30

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    31/34

    31

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    32/34

    TIU 5. Memahami strategi dan kegiatan gerakan berantas kembali malaria (gebrak

    malaria) di Indonesia

    Gebrak Malaria (GM) adalah gerakan nasional seluruh komponen masyarakat untuk

    memberantas malaria secara intensif melalui kemitraan antara pemerintah, dunia usaha,

    lembaga swadaya dan badan internasional serta penyandang dana.

    Tahap Pemberantasan

    Tujuan utama pada Tahap Pemberantasan adalah mengurangi tingkat penularan malaria

    disatu wilayah minimal kabupaten/kota, sehingga pada akhir tahap tersebut tercapai SPR < 5

    %. Sasaran intervensi kegiatan dalam Tahap Pemberantasan adalah seluruh lokasi endemis

    malaria (masih terjadi penularan) di wilayah yang akan dieliminasi.

    Untuk mencapai tujuan Tahap Pemberantasan, perlu dilakukan pokok-pokok kegiatan sebagai

    berikut :

    a. Penemuan dan Tata Laksana Penderita

    Meningkatkan cakupan penemuan penderita malaria dengan konfirmasi laboratorium

    baik secara mikroskopis maupun RDT.

    Mengobati semua penderita malaria (kasus positif) dengan obat malaria efektif dan

    aman yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI (saat ini menggunakan

    Artemisinin Combination Therapy).

    Melakukan pemeriksaan ulang sediaan darah, pemantauan kualitas RDT, dan

    meningkatkan kemampuan mikroskopis

    Memantau efikasi obat malaria.

    b. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko

    Melakukan survei vektor dan analisis dinamika penularan untuk menentukan metode

    pengendalian vektor yang tepat.

    Mendistribusikan kelambu berinsektisida secara massal maupun integrasi denganprogram/sektor lain di lokasi endemis malaria.

    Melakukan penyemprotan rumah (Indoor ResidualSpraying) atau pengendalian vektor

    lain yang sesuai di lokasi potensial atau sedang terjadi KLB.

    Memantau efikasi insektisida (termasuk kelambu berinsektisida) dan resistensi vektor.

    c. Surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah

    Meningkatkan kemampuan unit pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta

    (Puskesmas, poliklinik, rumah sakit) dalam pelaksanaan SKD-KLB.

    Menanggulangi KLB malaria.

    Meningkatkan cakupan dan kualitas pencatatan-pelaporan tentang angka kesakitan

    malaria serta hasil kegiatan. Melakukan pemetaan daerah endemis malaria dari data rutin dan hasil survei.

    d. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)

    Meningkatkan peran aktif masyarakat antara lain melalui pembentukan Pos Malaria

    Desa (Posmaldes) di daerah terpencil.

    Meningkatan promosi kesehatan.

    Menggalang kemitraan dengan berbagai program, sektor, LSM, organisasi

    keagamaan, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, organisasi internasional,

    lembaga donor,

    dunia usaha dan seluruh masyarakat.

    Integrasi dengan program lain dalam pelayanan masyarakat, seperti pembagiankelambu berinsektisida, pengobatan penderita.

    32

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    33/34

    Menyusun Perda atau peraturan perundangan lainnya untuk mendukung eliminasi

    malaria.

    e. Peningkatan sumber daya manusia

    Menyelenggarakan pelatihan tenaga mikroskopis Puskesmas dan rumah sakit

    pemerintah maupun unitpelayanan kesehatan swasta serta menjaga kualitas

    pemeriksaan sediaan darah.

    Sosialisasi dan pelatihan tata laksana penderita.

    Pelatihan tenaga pengelola malaria dalam bidang teknis

    dan manajemen.

    (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009)

    33

  • 7/28/2019 Skenario 3 blok IPT

    34/34

    DAFTAR PUSTAKA

    MAAF BELOM!

    Malaria. http://www.parasitology.com.cn/Article/info_397.html

    James M. Crutcher

    Stephen L. Hoffman

    http://www.tulane.edu/~wiser/protozoology/notes/pl_sp.html

    These pages are developed and maintained by Mark F. Wiser, Tulane University

    (2000). Last update on January 29, 2009 .

    Plasmodium Species Infecting Humans

    http://www.parasitology.com.cn/Article/info_397.htmlhttp://www.tulane.edu/~wiser/protozoology/notes/pl_sp.htmlhttp://www.parasitology.com.cn/Article/info_397.htmlhttp://www.tulane.edu/~wiser/protozoology/notes/pl_sp.html