Skenario 2 ppt

42
Skenario 2 B1 Ketua : Much tanwirul qulubi r1102013176 Sekretaris : Marissa 1102013162 Anggota : Mahirrohman Difa1102013161 Marlita Adelina P 1102013163 Mauren Anastasya PP 1102013164 Much Alfiansyah 1102013177 M Ansori Bastian1102013178 M Faisal Alvianto 1102013179 Nova anggar kusuma ningrum1102009207

description

jkj

Transcript of Skenario 2 ppt

Page 1: Skenario 2 ppt

Skenario 2

B1Ketua : Much tanwirul qulubi r 1102013176Sekretaris : Marissa 1102013162Anggota :Mahirrohman Difa 1102013161Marlita Adelina P 1102013163Mauren Anastasya PP 1102013164Much Alfiansyah 1102013177M Ansori Bastian 1102013178M Faisal Alvianto 1102013179Nova anggar kusuma ningrum 1102009207

Page 2: Skenario 2 ppt

Skenario 2

Seorang perempuan berusia 20 tahun, datang ke dokter dengan keluhan gatal-gatal serta bentol-bentol merah yang hampir merata di seluruh tubuh, timbul bengkak pada kelopak mata dan bibir sesudah minum obat penurun panas (parasetamol). Pada pemeriksaan fisik didapatkan angioedema dimata dan bibir serta urtikaria di seluruh tubuh. Dokter menjelaskan keadaan ini diakibatkan oleh reaksi alergi (hipersensitivitas tipe cepat), sehingg ia mendapatkan obat anti histamin dan kortikosteroid. Dokter memberikan saran agar selalu berhati-hati dalam meminum obat serta berkonsultasi dulu dengan dokter.

Page 3: Skenario 2 ppt

LI.1 Menjelaskan dan memahami hipersensitivitas

Page 4: Skenario 2 ppt

Lo.1.1 Definisi

Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya.

Page 5: Skenario 2 ppt

Lo.1.2 Etiologi

Pada kasus hipersensitivitas tipe I, antigen yang dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas dinamakan alergen

Page 6: Skenario 2 ppt

Lo.1.3 Klasifikasi

Berdasarkan waktu1. Reaksi cepat2. Reaksi intermediet3. Reaksi lambat Berdasarkan Gell and coombs1. Hipersensitivitas tipe I2. Hipersensivitas tipe II3. Hipersensivitas tipe III4. Hipersensivitas tipe IV

Page 7: Skenario 2 ppt

LI.2 Memahami dan menjelaskan hipersensivitas tipe I

Page 8: Skenario 2 ppt

Lo.2.1 Definisi

Reaksi hipersensitivitas tipe I adalah suatu reaksi yang terjadi secara cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi mengikuti kombinasi suatu antigen dengan antibodi yang terlebih dahulu diikat pada permukaan sel basofilia (sel mast) dan basofil.

Page 9: Skenario 2 ppt

Lo.2.2 Mekanisme

Mekanisme hipersensivitas tipe 1di bagi menjadi 3 fase, yaitu : Fase sensitasi Fase aktivasi Fase efektor

Page 10: Skenario 2 ppt
Page 11: Skenario 2 ppt

Lo.2.3 Manifestasi klinis

a. Reaksi lokal b. Reaksi sistemik – anafilaksis c. Reaksi pseudoalergi atau

anafilaktoid

Manifestasi klinis khas : anafilaksis sistemik dan lokal seperti rinitis, asma, urtikaria, alergi makanan dan ekzem .

Page 12: Skenario 2 ppt

LI.3 Menjelaskan dan memahami Hipersensitivitas tipe II

Page 13: Skenario 2 ppt

Lo.3.1 Definisi

Reaksi hipersensitivitas tipe II disebut juga reaksi sitolitik atau sitotoksik, karena dibentuk Antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu.

Page 14: Skenario 2 ppt

Lo.3.2 Mekanisme

Reaksi diawali oleh reaksi antara ab dan determinan antigen yang merupakan bagian dari membran sel tergantung apakah komplemen atau molekul asesori dan metabolisme sel dilibatkan. Ab terhadap antigen permukaan sel menimbulkan destruksi sel dengan bantuan komplemen atau ADCC.

Page 15: Skenario 2 ppt

Lo.3.3 Manifestasi klinis

1. Reaksi transfusi

Page 16: Skenario 2 ppt

2. Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir

Page 17: Skenario 2 ppt

3. Anemia Hemolitik Antibiotika tertentu seperti penisilin,

sefalosporin, dan streptomisin dapat diabsorbsi non spesifik pada protein membran SDM yang membentuk kompleks serupa kompleks molekul hapten pembawa

Pada beberapa penderita, kompleks membentuk ab yang selanjutnya mengikat obat pada SDM dan dengan bantuan komplemen menimbulkan lisis dengan dan anemia progresif.

Page 18: Skenario 2 ppt

LI.4 Menjelaskan dan memahami hipersensivitas tipe III

Page 19: Skenario 2 ppt

Lo.4.1 Definisi

Reaksi hipersensitivitas tipe III atau yang disebut juga reaksi kompleks imun adalah reaksi imun tubuh yang melibatkan kompleks imun yang kemudian mengaktifkan komplemen sehingga terbentuklah respons inflamasi melalui infiltrasi masif neutrofil.

Page 20: Skenario 2 ppt

Lo.4.2 Mekanisme

1. Kompleks Imun Mengendap di Dinding Pembuluh Darah2.Kompleks Imun Mengendap di Jaringan

Page 21: Skenario 2 ppt

Lo.4.3 Manifestasi klinis

Reaksi Lokal atau Fenomena Arthus

Reaksi Sistemik atau Serum Sickness

Manifestasi khas: reaksi lokal seperti Arthus dan sistemik seperti serum sickness, vaskulitis dengan nekrosis, glomerulonefritis, AR dan LES .

Page 22: Skenario 2 ppt

LI.5 Menjelaskan dan memahami hipersensivitas tipe IV

Page 23: Skenario 2 ppt

Lo.5.1 Definisi

Merupakan hipersensitivitas tipe lambat yang dikontrol sebagian besar oleh reaktivitas sel T terhadap antigen. Reaksi hipersensitivitas tipe IV telah dibagi dalam DTH yang terjadi melalui sel CD4ᶧ dan T Cell Mediated Cytolysis yang terjadi melalui sel CD8ᶧ

Page 24: Skenario 2 ppt

Lo.5.2 Mekanisme

Hipersensivitas tipe IV dibagi menjadi 2 fase:1. Fase sensitisasi2. Fase efektor

Page 25: Skenario 2 ppt
Page 26: Skenario 2 ppt

Lo.5.3 Manifestasi klinis

Dematitis kontak Hipersensitivitas tuberculin Reaksi Jones Mote Penyakit CD8+

Page 27: Skenario 2 ppt

LI.6 Memahami dan menjelaskan peranan anti histamine & kortikosteroid

Page 28: Skenario 2 ppt

Anti-histamine

1). Antagonis reseptor H1 (AH1)a. Farmakodinamik

AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, bermacam otot polos, selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan histamin endogen berlebihan.

b. Farmakokinetik :Efek yang ditimbulkan dari antihistamin 15-30 menit

setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam.

Page 29: Skenario 2 ppt

c. Indikasi :AH1 berguna untuk pengobatan

simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.

d. Efek samping :Efek samping yang paling sering adalah

sedasi. Efek samping yang berhubungan dengan AH1 adalah vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euforia, gelisah, insomnia, tremor, nafsu makan berkurang, mual, muntah, dll.

Page 30: Skenario 2 ppt

2) Antagonis reseptor H2 (AH2)1) Simetidin dan Ranitidina. Farmakodinamik :

Simetadin dan ranitidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible. Kerjanya menghambat sekresi asam lambung. Simetadin dan ranitidin juga mengganggu volume dan kadar pepsin cairan lambung.

b. Farmakokinetik :Absorpsi simetidin diperlambat oleh

makan, sehingga simetidin diberikan bersama atau segera setelah makan dengan maksud untuk memperanjang efek pada periode pasca makan.

Page 31: Skenario 2 ppt

c. Indikasi :Efektif untuk mengtasi gejala akut

tukak duodenum dan mempercepat penyembuhannya. Selain itu, juga efektif untuk mengatasi gejala dan mempercepat penyembuhan tukak lambung. Dapat pula untuk gangguan refluks lambung-esofagus.

d. Efek samping :Efek sampingnya rendah, yaitu

penghambatan terhadap resptor H2, seperti nyeri kepala, pusing, malaise, mialgia, mual, diare, konstipasi, ruam, kulit, pruritus, kehilangan libido dan impoten.

Page 32: Skenario 2 ppt

2) Famotidina. Farmakodinamik :

Famotidin merupakan AH2sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung pada keadaan basal, malam, dan akibat distimulasi oleh pentagastrin

b. Farmakokinetik :Famotidin mencapai kadarpuncak di

plasma kira kira dalam 2 jam setelah penggunaan secara oral, masa paruh eliminasi 3-8 jam

Page 33: Skenario 2 ppt

c. Indikasi :Efektifitas pbat ini untuk tukak duodenum

dan tukak lambung, refluks esofagitis, dan untuk pasiendengan sindrom Zollinger-Ellison.

d. Efek samping :Efek samping ringan dan jarang terjadi,

seperti sakit kepala, pusing, konstipasi dan diare, dan tidak menimbulkan efek antiandrogenik.

Page 34: Skenario 2 ppt

3) Nizatidina. Farmakodinamik :Potensi nizatin daam menghambat sekresi asam

lambung.b. Farmakokinetik :

Kadar puncak dalam serum setelah pemberian oral dicapai dalam 1 jam, masa paruh plasma sekitar 1,5 jam dan lama kerja sampai dengn 10 jam, disekresi melalui ginjal.

Page 35: Skenario 2 ppt

c. Indikasi :Efektifitas untuk tukak duodenum diberikan satu

atau dua kali sehari selama 8 minggu, tukak lambung, refluks esofagitis, sindrom Zollinger-Ellion.

d. Efek samping :Efek samping ringan saluran cerna dapat terjadi,

dan tidak memiliki efek antiandrogenik

Page 36: Skenario 2 ppt

Kortikosteroida. Farmakodinamik :

Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.selain itu juga mempengaruhi fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem saraf dan organ lain.

Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid.

Efek utama glukokortikoid ialah pada penyimpanan glikogen hepar dan efek anti-inflamasi, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil.

Efek pada mineralokortikoid ialah terhadap keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya pada penyimpanan glikogen hepar sangat kecil.

Page 37: Skenario 2 ppt

b. Farmakokinetik :Perubahan struktur kimia sangat

mempengaruhi kecepatan absorpsi, mulai kerja dan lama kerja karena juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor dan ikatan protein.

Page 38: Skenario 2 ppt

c. Indikasi :Dari pengalaman klinis diajukan 6 prinsip yang harus diperhatikan

sebelum obat ini digunakan: Untuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus ditetapkan

dengan trial dan error dan harus di evaluasi dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan penyakit.

Suatu dosis tunggal besar kortikosteroid umumnya tidak berbahaya. Penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari tanpa adanya

kontraindikasi spesifik, tidak membahayakan kecuali dengan dosis sangat besar.

Bila pengobatan diperpanjang sampai 2 minggu atau lebih dari hingga dosis melebihi dosis substisusi, insidens efek samping dan efek letal potensial akan bertambah.

Kecuali untuk insufisiensi adrenal, penggunaan kortikosteroid bukan merupakan terapi kausal ataupun kuratif tetapi hanya bersifat paliatif karena efek anti-inflamasinya.

Penghentian pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang dengan dosis besar, mempunyai risiko insufisiensi adrenal yang hebat dan dapat mengancam jiwa pasien.

 

Page 39: Skenario 2 ppt

d. Efek samping : Efek samping dapat timbul karena

peenghentian pemberian secara tiba-tiba atau pemberian terus-menerus terutama dengan dosis besar.

Pemberian kortikosteroid jangka lama yang dihentikan tiba-tiba dapat menimbulkan insifisiensi adrenalm akut dengan gejala demam, malgia, artralgia dan malaise.

Page 40: Skenario 2 ppt

LI.7 Memahami dan menjelaskan hukum islam dalam menentukan alternative pada 2 pilihan yang sulit.

Page 41: Skenario 2 ppt

Misal : Allah melarang minuman keras dan judi  karena mudharat (bahayanya) lebih besar dari pada manfaatnya,  sebagaimana dikatakan dalam QS : Al-Baqorah :219

219. Mereka bertanya kepadamu tentang khamar [136] dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa'atnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,

Page 42: Skenario 2 ppt

TERIMA KASIH