SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

27
SKENARIO 1 Kata Sulit : - Pria 34thn - Vertigo 3 minggu - Nyeri kepala 1 minggu - Otore 2 hari yang lalu - Mulut menceng - Keluar cairan sejak 7thn hilang timbul - Pendengaran telinga kanan menurun sejak 5thn lalu Masalah Dasar : Pria 34thn datang dengan keluhan pusing berputar sejak 3 minggu yang lalu. Pertanyaan : 1. Anatomi 2. Fisiologi Beberapa organ yang berperan penting dalam proses pendengaran adalah membran tektoria, sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga struktur penting tersebut sangat berperan dalam proses mendengar. Pada bagian apikal sel rambut sangat kaku dan terdapat penahan yang kuat antara satu bundel dengan bundel lainnya, sehingga bila mendapat stimulus akustik akan terjadi gerakan yang kaku bersamaan. Pada bagian puncak stereosillia terdapat rantai pengikat yang

description

read more

Transcript of SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

Page 1: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

SKENARIO 1

Kata Sulit : - Pria 34thn

- Vertigo 3 minggu

- Nyeri kepala 1 minggu

- Otore 2 hari yang lalu

- Mulut menceng

- Keluar cairan sejak 7thn hilang timbul

- Pendengaran telinga kanan menurun sejak 5thn lalu

Masalah Dasar : Pria 34thn datang dengan keluhan pusing berputar sejak 3

minggu yang lalu.

Pertanyaan :

1. Anatomi

2. Fisiologi

Beberapa organ yang berperan penting dalam proses pendengaran

adalah membran tektoria, sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga

struktur penting tersebut sangat berperan dalam proses mendengar. Pada

bagian apikal sel rambut sangat kaku dan terdapat penahan yang kuat antara

satu bundel dengan bundel lainnya, sehingga bila mendapat stimulus akustik

akan terjadi gerakan yang kaku bersamaan. Pada bagian puncak stereosillia

terdapat rantai pengikat yang menghubungkan stereosilia yang tinggi dengan

stereosilia yang lebih rendah, sehingga pada saat terjadi defleksi gabungan

stereosilia akan mendorong gabungan-gabungan yang lain, sehingga akan

menimbulkan regangan pada rantai yang menghubungkan stereosilia tersebut.

Keadaan tersebut akan mengakibatkan terbukanya kanal ion pada membran sel,

maka terjadilah depolarisasi. Gerakan yang berlawanan arah akan

mengakibatkan regangan pada rantai tersebut berkurang dan kanal ion akan

menutup. Terdapat perbedaan potensial antara intra sel, perilimfa dan

Page 2: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

endolimfa yang menunjang terjadinya proses tersebut. Potensial listrik koklea

disebut koklea mikrofonik, berupa perubahan potensial listrik endolimfa yang

berfungsi sebagai pembangkit pembesaran gelombang energi akustik dan

sepenuhnya diproduksi oleh sel rambut luar (May, Budelis, & Niparko, 2004).

Pola pergeseran membran basilaris membentuk gelombang berjalan

dengan amplitudo maksimum yang berbeda sesuai dengan besar frekuensi

stimulus yang diterima. Gerak gelombang membran basilaris yang timbul oleh

bunyi berfrekuensi tinggi (10 kHz) mempunyai pergeseran maksimum pada

bagian basal koklea, sedangkan stimulus berfrekuensi rendah (125 kHz)

mempunyai pergeseran maksimum lebih kearah apeks. Gelombang yang timbul

oleh bunyi berfrekuensi sangat tinggi tidak dapat mencapai bagian apeks,

sedangkan bunyi berfrekuensi sangat rendah dapat melalui bagian basal maupun

bagian apeks membran basilaris. Sel rambut luar dapat meningkatkan atau

mempertajam puncak gelombang berjalan dengan meningkatkan gerakan

membran basilaris pada frekuensi tertentu. Keadaan ini disebut sebagai cochlear

amplifier.

Skema proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh

telinga luar, lalu menggetarkan membran timpani dan diteruskan ketelinga

tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi

getaran tersebut melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian

perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang

telah diamplifikasikan akan diteruskan ke telinga dalam dan di proyeksikan pada

membran basilaris, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran

basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang

menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion

terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini

menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan

neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada

Page 3: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks

pendengaran.

3. Histologi

HISTOLOGI TELINGA

Telinga Luar:

Daun telinga:

-tulang rawan elastis

-jaringan kulit tipis, posterior lebih tebal dari anterior

-folikel rambut, glandula sudorifera

-lobus auricula: jaringan adiposa

Meatus Acusticus Externus:

-dinding luar: kartilago elastis

-dinding dalam: os temporal

-jaringan kulit tipis, folikel rambut, glandula sebasea, glandula serumen (modifikasi

glandula sudorifera , apokrin)

-sekret glandula serumen bercampur dengan sekret glandula sebasea disebut serumen

(earwax) yang sifatnya bakterisid, berwarna kecoklatan

Page 4: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

Membran Timpani:

-luar; epidermis tipis tanpa rambut dan kelenjar

-dalam: epitel selapis gepeng/ kuboid, jaringan pengikat kolagen, jaringan pengikat

elastis, fibroblas

-Pars flaccid/ membran Sharpnell: kuadran anterosuperior, daerah segitiga kecil yang

lunak, tidak terdapat serat kolagen

-Pars tensa: bagian terbesar di luar pars flaccid

Telinga Tengah:

Kavum Timpani:

-os malleus, os incus, os stapes

-dilapisi mukosa yang terdiri dari epitel selapis gepeng/ kuboid, lamina propia tipis, dan

periosteum

Tuba Eustachii:

-2/3 bagian: kartilago elastis

-1/3 bagian: tulang

-epitel selapis silindris

-lamina propia tipis

-mukosa dekat nasofaring: kelenjar tubuloalveolar, sel goblet, limfosit

Telinga Dalam:

Koklea:

-scala vestibuli: dinding dilapisi jaringan pengikat tipis dengan epitel selapis gepeng

-scala media/ ductus cochlearis dengan membrana vestibularis Reissner

-scala tympani: dinding dilapisi jaringan pengikat tipis dengan epitel selapis gepeng

Page 5: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli
Page 6: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

4. Patomekanisme

Terjadinya otitis media supuratif kronik hampir selalu dimulai dengan otitis

media berulang pada anak jarang dimulai setelah dewasa.

Focus infeksi biasanya berasal dari nasofaring mencapai telingatengah melalui

tuba eusthacius. Kadang-

kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi

membrane timpani . maka terjadilah proses inflamasi. Bila terbentuk pus akan

terperangkap didalam kantong mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan yang

cepat adekuat dan dengan perbaikan fungsi ventilasi telinga tengah, biasanya proses

patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun kadang-

kadang terbentuk jaringan granulasi, polip, ataupun terbentuk kantong abses didalam

Page 7: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

lipatan mukosa yang masing-masing harus dibuang. Mukosa teling tengah mempunyai

kemampuan besar untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang

permanen, mukosa telinga tengah akan terpapar kedunia luar sehingga memungkinkan

terjadinya infeksi berulang setiap waktu.

OMSK tipe bahaya

Kolesteatoma timpani merupakan massa pelepasan epitel keratin dalam kapsul

epitel skuamous berlapis yang menyerupai tumor, dan terjadi dalam kavum timpani.

Kolesteatoma timpani dapat merupakan penyakit akuisital (kolesteatoma tipani

sekunder), tetapi juga bersifat congenital (kolesteatoma timpani primer). Kolesteatoma

timpani jenis akuisital sampai saat ini disepakati merupakan hasil pertumbuhan dari

a. Epitel skuamus kanalis auditoris aksternus kea rah medial melalui perforasi

membrane timpani

b. Kantong retraksi (invaginasi pars flaksida

c. Berasal dari pertumbuhan lapisan basal membrane timpani kearah medial

menuju kavum timpani.

Kolesteatoma timpani jenis akuisital dibedakan menjadi dua : primer dan sekunder.

Etiopatogenesis kolesteatoma timpani jenis akuisital primer adalah akibat gangguan

fungsi tuba auditiva yang selanjutnya menyebabkan retraksi pars flaksida. Akibatnya

aerasi pada ruang epitimpanum menjadi jelek. Selanjutnya ti,bul kamtomg retraksi,

terjadi perubahan pola migrasi epitel mebran timpani, kemudian menyebabkan

akumulasi sel epitel keratin. Kantong retraksi ini dapat membesar sampai ke sekitar

audiroria, dinding apitimpani dan sekitar.

Kolesteatoma bila terbentuk akan terus meluas. Karena merupakan debris keratin,

akan lembab karena menyerap air sehingga mengundang infeksi. Kolesteatoma

mengerositulang yang terkena baik efek penekanan oleh penumpukan debris keratin,

maupun akibat aktifitas mediasi enzim osteoklas

Page 8: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

5. Anamnesis

1. Identitas pasien (nama,umur,alamat,pekerjaan)

2. Keluhan utama, dapat berupa:

a. Gangguan pendengaran (tuli), bila ada maka perlu ditanyakan:

Apakah keluhan tersebut pada satu atau dua telinga?

Apakah timbulnya tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap?

Sudah berapa lama diderita/dirasakan?

Adakah riwayat trauma telinga, seperti (tertampar, terpapar bising,

trauma akustik)?

Riwayat penggunaan obat-obatan ototoksik sebelumnya?

Apakah pernah menderita penyakit infeksi virus?

Apakah gangguan pendengaran ini dialami sejak masih bayi dan juga

terdapat gangguan dalam berbicara?

Apakah gangguan ini lebih terasa di tempat yang bising atau tenang?

b. Tinnitus (suara berdenging)

Apakah tinnitus disertai dengan gangguan pendengaran atau tidak?

c. Vertigo

Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu atau berkurang

bila pasien berbaring dan timbul lagi bila bangun dengan gerakan kepala

yang cepat?

d. Otore

Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga?

Sudah berapa lama terjadi?

Apakah disertai rasa nyeri atau tidak?

3. Riwayat penyakit sekarang?

4. Riwayat penyakit dahulu

5. Riwayat penggunaan obat-obatan

Page 9: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

6. Riwayat penyakit keluarga

6. Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Fisik

Daun telinga

Diperhatikan bentuk serta tanda – tanda peradangan atau

pembengkakan. Daun telinga ditarik untuk menentukan nyeri tarik dan menekan

tragus untuk menentukan nyeri tekan.

Daerah mastoid

Adakah abses atau fistel di belakang telinga.

Mastoid diperkusi untuk menentukan nyeri ketok.

Liang telinga

Lapang atau sempit, adakah edema pada dinding, hiperemis atau

ada furunkel. Perhatikan adanya polip atau jaringan granulasi, tentukan

dari mana asalnya. Apakah ada serumen atau sekret.

membran timpani

Nilai warna, reflek cahaya, perforasi dan tipenya dan gerakannya.

Warna membrane timpani normal putih seperti mutiara. Reflex cahaya

normal berbentuk kerucut, warna seperti air raksa. Bayangan kaki maleus

jelas kelihatan bila terdapat retraksi membrane timpani ke arah dalam.

Perforasi umumnya berbentuk bulat. Gerakan membrane timpani

normal dapat dilihat dengan memakai balon otoskop. Pada sumbatan

tuba eustachius, tidak terdapat gerakan membrane timpani ini.

Tes Penala: tes kualitatif.

Page 10: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

1. Tes Rinne: tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran

melalui tulang pada telinga yang diperiksa.

2. Tes Weber: tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga

kanan dan telinga kiri

3. Tes Schwabach: membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa

dengan pemeriksa yang pendengarannya normal

4. Tes Bing (Tes Oklusi)

5. Tes Stenger: digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau pura

– pura tuli)

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan ini biasanya dijumpai tuli konduktif, bila infeksi

berulang – berulang dapat terjadi tuli saraf. Gangguan pendengaran pada

nada rendah lebih berat dibandingkan nada tinggi. Pemeriksaan ini terutama

untuk mengetahui perjalanan penyakit dan evaluasi setelah pengobatan atau

operasi. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya

ketulian tergantung besar dan letak perforasi membrane timpani serta

keutuhan dan mobilitas.

2. Pemeriksaan Radiologi

Tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosis, tapi sebaiknya

dilakukan untuk menilai keadaan mastoid dan frosa cranii media.

a. Proyeksi Schuller

Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral

dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan

posisi sinus lateral dan tegmen.

b. Proyeksi Mayer atau Owen

Page 11: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

Diambil dari arah anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran

tulang – tulang pendengaran sehingga dapat diketahui apakah kerusakan

tulang telah mengenai struktur – struktur.

c. Proyeksi Stenver

Memperlihatkan gambaran sepanjang pyramid petrosus dan yang

lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan

kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan

melintang sehingga dapat menunjukkan adanya pembesaran.

d. Proyeksi Chause III

Memberi gambaran secara longitudinal sehingga dapat

memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral. Politomografi dan atau CT

scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.

3. Pemeriksaan Bakteriologi

Infeksi telinga tengah biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari

hidung, sinus paranasalis, adenoid atau faring. Kuman penyebab biasanya

Pneumococcus, Staphylococcus pyogenes, Streptococcus pneumonia, atau

Haemophilus influenza.

7. Diagnosis utama dan Diagnosis banding

Diagnosis: Otitis Media Supuratif Kronik(OMSK)

Merupakan radang telinga tengah dengan perforasi membrane timpani

permanen disertai keluarnya secret encer/kental/bening/nanah yang

intermiten/persisten selama lebih dari 12 minggu

Diagnosis bedasarkan Keluhan & Gejala

Page 12: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

• Otore : pus pada MAE

– Kental / busuk Kolest./destruksi tulang

– Encer Mukosa hipertrofi

• Pendengaran menurun

– Sekret dalam MAE

– Perforasi

– Penebalan mukosa

– Kerusakan osikula

Pemeriksaan Telinga (Otoskopi)

• Sekret pada MAE

• Perforasi membran timpani

• Mukosa :

– Menebal

– Granulasi / polip

– kolesteatoma

Pemeriksaan Pendengaran

• Suara bisik

• Tes garpu suara

• Audiogram

Tuli Konduksi/campuran

X-Foto mastoid (Posisi Schuller)

Page 13: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

• Mastoid : Sklerotik; proc mastoid < antrum <, sel udara sedikit

Rongga kolesteatoma

OMSK tipe bahaya :tipe lanjut:

disebut pula penyaakit atik-koantral karean menenai tulang dinding liang

telinga luar.atik,antrum, dan sel mastoid

abses/fistula retroaurikuler

polip/jaringan granulasi di liang telinga

kolesteoma: kantong retraksi atau kista epithelial berisi deskumasi epitel di

telinga tengah (traung pneumatic pada tulang temoral)yang terus

membersar apabila terdapat sumbatan pada laing telinga

KOMPLIKASI INTRATEMPORAL:

- Mastoiditis

- Abses subperiosteal

- Labirintitis

- Petrositis : Akibat kolesteatoma dpt merusak fistula pd kanalis

semisirkularis lateral atau foramen ovale : Keluhan : vertigo, mual, muntah

- Paresis fasialis (N. VII) (mulut menceng,mata terbuka,tidak dapat kumur2)

Diagnosa banding :

Otitis Media AKut

Gejala klinik : pada anak yang lebih besar atau orang dewas selain rasa

nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau

rasa kurang dengar

Otitis Media serosa Akut:

Page 14: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

Adalah keadaan terbntuknya secret di telinga tengah secara tiba-tiba

yang di sebabkan oleh gangguan fungsi tuba.sering pada orang dewasa

Gejala : gejala yang menonjol pada OMSA biasanya pendengaran

berkurang.terdapat rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar

lebih nyaring atau berbeda.rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi pada

saat awal tuba terganggu,yang menyebabkan timbulnya tekanan

negative.tinitus,vertigo atau pusing kadang-kadang ada dalam bentuk

ringan.gangguan keseimbangan.sensai cairan bergerak dalam telinga saat

perubahan posisi kepala

8. Etiologi dan Faktor resiko

Etiologi

Kejadian OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada

anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari

nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah

melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan

faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan down’s

syndrom. Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi

adalah defisiensi immun sistemik. Penyebab OMSK antara lain:

1. Lingkungan

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas,

tetapi mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan

sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden

yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan

dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat.

2. Genetik

Page 15: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama

apakah insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang

dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil

pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer

atau sekunder.

3. Otitis media sebelumnya.

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan

dari otitis media akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak

diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang

lainnya berkembang menjadi kronis.

4. Infeksi

Bakteri diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir

tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukkan bahwa

metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama

dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme

lainnya.

5. Infeksi saluran nafas atas

Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi

saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga

tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap

organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga

memudahkan pertumbuhan bakteri.

6. Autoimun

Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih

besar terhadap otitis media kronis.

Page 16: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

7. Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih

tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya

sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau

bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti

kemungkinannya.

8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat

oleh edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau

sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai

metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan

umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan

tekanan negatif menjadi normal (Kumar S, 1996).

Faktor-faktor Penyebab Terjadinya OMSK:

Faktor Rinogen

Infeksi saluran nafas atas yang kronis : rinitis, adenoiditis, sinusitis

gangguan fungsi tuba eustachi yang kronis

Faktor Eksogen

Kebersihan MAE yang jelek, korek-korek, mandi di kali

Faktor Endogen

Keadaan umum yang jelek, malnutrisi, DM, Alergi

Perforasi membrane timpani yang menetap

Metaplasia skuamosa atau perubahan parologik yg menetap lainnya

pd telinga tengah

Page 17: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah terutama rongga

mastoid; misalnya jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan

granulasi atau sklerotik

9. Epidemiologi

Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara laindipengaruhi, kondisi

sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek.

Kebanyakkan studi mengukur nilai prevalensi bukannya menilai angka insidensi.

survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden Otitis

Media Supuratif Kronis (atau yang oleh awam dikenal sebagai "congek") sebesar

3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia

diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK. Jumlah penderita ini kecil

kemungkinan untuk berkurang bahkan mungkin bertambah setiap tahunnya

mengingat kondisi ekonomi masih buruk, kesadaran masyarakat akan kesehatan

yang masih rendah dan sering tidak tuntasnya pengobatan yang dilakukan

(Cermin dunia kedokteran no.134, 2002)

10. Manifestasi klinis

Gangguan pendengaran, biasanya konduktif namun dapat pula

bersifat campuran

Nyeri, tidak lazim dikeluhkan bila ada dapat berarti ancaman

komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya dura

meter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan

abses otak.

Vertigo, gejala ini memberikan kesan adanya fistula, berarti ada

erosi pada labirin tulang sering kali pada kanalis semisirkularis

horisontalis.

Pengeluaran sekret dari telinga

Page 18: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

11. Penatalaksanaan

Pengobatan penyakit telinga kronik yang efektif harus didasarkan pada

faktor-faktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya dengan demikian

pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan

penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi

penyembuhan serta mengganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat

ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom maka mutlak harus dilakukan operasi,

tetapi obat-obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana

pengobatan dapat dibagi atas ;

1. Konservatif

2. Operatif : Untuk penanganan pada kasus (skenario 1) mutlak harus dilakukan

tindakan operasi, yaitu :

Mastoidektomi radikal

Dilakukan pada OMSK tipe atikoantral dengan infeksi atau kolesteatom

yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani

dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar

dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah

anatomi tersebut menjadi satu ruangan.

12. Komplikasi dan Prognosis

OMSK tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan komplikasi,

tetapi jika tidak mencegah invasi organisme baru dari nasofaring superimpose

otitis media suparatif akut eksaserbasi yang dapat menimbulkan komplikasi

dengan terjadinya tromboplebitis vaskuler.

Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mongering. Tetapi sisa

perforasi sentral yang berkepanjangan memudahkan infeksi dari nasofaring atau

Page 19: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan

membrane timpani disarankan.

13. Edukasi dan Pencegahan

Untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat OMSK,

diperlukan usaha-usaha penanggulangan OMSK baik secara promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitative. Lini kesehatan terdepan misalnya Puskesmas, Balai

Kesehatan, dll memiliki peran yang besar baik di tingkat promotif, kuratif serta

deteksi dini timbulnya komplikasi akibat OMSK.

Agar usaha penanggulangan penyakit OMSK dan komplikasinya dapat

mencapai sasaran yaitu menurunnya morbiditas dan mortalitas akibat penyakit

OMSK, maka diperlukan pengetahuan,pengenalan, dan pencegahan penyakit

OMSK oleh masyarakat bersama-sama kader dan tenaga kesehatan. Selain itu

diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga kesehatan di

lini terdepan untuk mendiagnosis OMSK dan komplikasi yang ditimbulakan.

14. Apa hubungan mulut menceng dengan keluhan pasien?

Bagian mulut dipersarafi oleh Saraf fasialis dibagian fosa kranii posterior

memasuki tulang temporal melalui meatus akustikus internus ditutupi oleh

tulang yang sangat tipis kemudian kerusakan akibat kolesteatoma dan jaringan

granul yang mengerosi tulang saraf terkena akibat kontak langsung dengan

materi purulen.

Paralisis/mengakibatkan paralisis nervus fasialis (mulut menceng)

Page 20: SKENARIO 1 Ruang 11 Modul Tuli

DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku Ajar ilmu

kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001.

2. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam:

Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997.

3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21586/4/Chapter%20II.pdf

4. Kuliah Pakar tahun 2011, Dr. Ny. M. Pelealu-T, SpTHT-KL : OTITIS MEDIA PURULENTA

KRONIK

5. Buku BOIES, buku ajar penyakit THT edisi 6.

6. file:///C:/Documents%20and%20Settings/USER/My%20Documents/Downloads/

Documents/Chapter%20II_2.pdf Universitas Sulawesi Utara.

7. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT edisi Keenam, FKUI

8. Buku Kapita Selekta Kedokteran edisi IV ,essentials medicine

9. Patofisiologi OMSK. Ppt

10. Slide Kuliah Pakar dr. G. Tanudjaja, Anatomi Indra Pendengaran.