PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

23
SISTEM SENSORI PERSEPSI “PENGKAJIAN PADA KLIEN DENGAN TULI KONDUKTIF” DISUSUN OLEH KELOMPOK 1: -Victorya Theodora Judia Bambung -Veronica Yuni Malicang -Gloria Poluan -Natalia Lumi -Truince Imbir -Wulansari Onggeleng DOSEN PEMBIMBING: Ns. Esrom Kanine S.Kep, M.Kep, Sp.Kj

Transcript of PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

Page 1: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

SISTEM SENSORI PERSEPSI“PENGKAJIAN PADA KLIEN DENGAN TULI KONDUKTIF”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:-Victorya Theodora Judia Bambung-Veronica Yuni Malicang-Gloria Poluan-Natalia Lumi-Truince Imbir-Wulansari Onggeleng

DOSEN PEMBIMBING:Ns. Esrom Kanine S.Kep, M.Kep, Sp.Kj

FAKULTAS KEPERAWATAN SEMESTER 4UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON

Page 2: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

2015KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karuniaNya sehingga laporan pengkajian ini dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas dalam mata kuliah sistem sensori persepsi. Harapan kami kiranya laporan ini dapat berguna dalam membantu proses perkuliahan mata kuliah sistem sensori persepsi khususnya di semester 4 fakultas keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon.

Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kesalahan karena itu kami sangat berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari dosen, teman-teman mahasiswa maupun pembaca.

Tomohon, Februari 2015

Kelompok 1

Page 3: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................1DAFTAR ISI ..................................................................................2BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1.1 LATAR BELAKANG............................................................................. 31.2 TUJUAN PENULISAN...........................................................................31.3 MANFAAT ..................................................................................3BAB II KAJIAN TEORITIS1. DEFINISI ..................................................................................42. ETIOLOGI ..................................................................................43. MANIFESTASI KLINIS........................................................................... 44. PATOFISIOLOGI ..................................................................................55. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK................................................................56. PENATALAKSANAAN............................................................................57. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................5BAB III PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TULI KONDUKTIFKASUS ..................................................................................101. TAHAP PRA INTERAKSI........................................................................102. TAHAP PERKENALAN/ ORIENTASI........................................................103. TAHAP KERJA ..................................................................................114. TAHAP TERMINASI............................................................................... 13BAB IV PENUTUP4.1 KESIMPULAN ..................................................................................14

Page 4: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

4.2 SARAN ..................................................................................14DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................15

BAB IPENDAHULUAN

1.1  Latar BelakangBerkurangnya pendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran

pada salah satu ataupun kedua telinga. Sedangkan Tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat beratyang bisa disebabkan oleh suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif). Selain itu disebabkan oleh kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak  yang merupakan penurunan fungsi pendengaran sensorineural (Billy Antony, 2008).

Gangguan pendengaran merupakan defisit sensorik yang paling sering pada populasi manusia, mempengaruhi lebih dari 250 juta orang di dunia.Di dunia, menurut perkiraan WHO pada tahun 2005 terdapat 278 juta orang menderita gangguan pendengaran, 75 - 140 juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Sedangkan pada bayi, terdapat 0,1 – 0,2% menderita tuli sejak lahir atau setiap 1.000 kelahiran hidup terdapat 1 – 2 bayi yang menderita tuli. Dari hasil "WHO Multi Center Study" pada tahun 1998, Indonesia termasuk 4 (empat) negara di Asia Tenggara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi (4,6%) yang dapat menimbulkan masalah sosial di tengah masyarakat.

Page 5: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

Ketuliandibidang konduksi atau disebut tuli konduksi dimana kelainan terletak antara meatus akustikus eksterna sampai dengan tulang pendengaran stapes. Tuli di bidang konduksi ini biasanya dapat ditolong baik dengan pengobatan atau dengan suatu tindakan misalnya pembedahan.1.2  Tujuan Penulisan1.2.1        Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada klien dengan tuli konduksi

1.2.2        Tujuan Khusus1.      Menjelaskan definisi dari tuli konduksi2.      Menjelaskan etiologi dari tuli konduksi3.      Menjelaskan klasifikasi dari tuli konduksi4.      Menjelaskan patofisiologi dari tuli konduksi5.      Menjelaskan manifestasi klinis dari tuli konduksi6.      Menjelaskan penatalaksanaan medis dari tuli konduksi 7.      Menjelaskan pengkajian pada asuhan keperawatan klien tuli

konduksi1.3  Manfaat

Mahasiswa dapat lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan tuli konduksi

BAB IIKAJIAN TEORITIS

1. DEFINISITuli Konduktif atau Conductive Hearing Loss (CHL) adalah jenis

ketulian yang tidak dapat mendengar suara berfrekuensi rendah. Misalnya tidak dapat mendengar huruf U dari kata susu sehingga penderita mendengarnya ss. Biasanya gangguan ini “reversible” karena kelainannya terdapat di telinga luar dan telinga tengah(Purnawan Junadi,dkk. 1997, hal. 238).

Tuli konduktif adalah kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga. Kelainan telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif

Page 6: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

adalah otalgia, atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, otitis eksterna maligna, dan osteoma liang teliga. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif ialah sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanisklerosia, hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran. (Indro Soetirto: 2003)

2.    ETIOLOGIPada telinga luar dan telinga tengah proses degenerasi dapat

menyebabkan perubahan atau kelainan diantaranya sebagai berikut :a. Berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya ukuran daun

telinga (pinna)b. Atropi dan bertambah kakunya liang telingac. Penumpukan serumend. Membrane tympani bertambah tebal dan kakue. Kekuatan sendi tulang-tulang pendengaranf. Kelainan bawaan (Kongenital)g. Atresia liang telinga, hipoplasia telinga tengah, kelainan posisi

tulang-tulang pendengaran dan otosklerosis.h. Penyakit otosklerosis banyak ditemukan pada bangsa kulit putihi. Gangguan pendengaran yang didapat, misal otitis media

3.    MANIFESTASI KLINISa. rasa penuh pada telingab. pembengkakan pada telinga bagian tengah dan luarc. rasa gatald. traumae. tinnitus 

4.    PATOFISIOLOGISaat terjadi trauma akan menimbulkan suatu peradangan bisa

saja menimbulkan luka, nyeri kemudian terjadi penumpukan serumen atau otorrhea. Penumpukan serumen yang terjadi dapat mengakibatkan transmisi bunyi atau suara yang terganggu sehingga

Page 7: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

penderita tidak dapat mempersepsikan bunyi atau suara yang di dengarnya.

5.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK      Audiometri      X-ray6.    PENATALAKSANAAN

Liang telinga di bersihkan secara teratur. dapat diberikan larutan asam asetat 2-5 % dalam alcohol yang di teteskan ke liang teling atau salep anti jamur. Tes suara bisikan, Tes garputala.

7. KONSEP ASUHAN KEPERAWATANA.       Pengkajian

Pengkajian adalah: tahap awal dari proses keperawatan & merupakan proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi & mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyer et.al.,1996).

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.

Tujuan umum dari pengkajian yaitu mengumpulkan data yang berhubungan dengan pasien untuk menegakan diagnosa keperawatan, kekuatan (kemampuan) pasien dan rencana yang efektif dalam perawatan pasien.

Tujuan khusus dari pengkajian yaitu dapat digunakan sebagai : 1. Informasi utama (inti) bagi pasien dan keluarga 2. Dasar menentukan diagnosa keperawatan 3. Sumber informasi yg dpt m'bantu m'diagnosa mslh yg baru muncul 4. M'dukung keputusan klinis agar tercapai tujuan&tindakan yg sesuai 5. Dasar menentukan kebutuhan pasien, keluarga & pengasuh pasien 6. Dasar menentukan kebutuhan pasien jika pulang 7. Dasar pemilihan perawatan dan penentuan biaya perawatan 8. Memproteksi hak-hak legal

Page 8: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

9. Komponen sistem pelayanan pasien ( dapat untuk menetukan kebutuhan staf perawatan, biaya perawatan pasien, dll) Komponen yang harus selalu ada dalam pengkajian yaitu :

1. Data Dasar Riwayat Perawatan Pasien • hospitalisasi yang lalu • riwayat operasi • masalah kesehatan yang lalu dan sekarang • alergi • rivew sistem untuk mengidentifikasi: masalah, kebutuhan

pembelajaran, pengkajian psikososial • keterbatasan fungsi, kemampuan u/ dibantu atau aktivitas

kebutuhan sehari-hari yg mampu dilakukan mandiri • perubahan gaya hidup akibat sakit yang dideritanya atau terapi

yang dijalaninya • pemakaian alkohol,tembakau/rokok,obat-obatan sebelumnya • persepsi akan sakitnya • informasi tentang perawatan dan yang merawat dirumah • harapan akan terapi dan perawatan medis / keperawatan yang

sedang dijalaninya • persepsi pasien akan keterlibatan dirinya dan tanggung jawab

dalam perawatannya. 2. Pengkajian Fisik

• Ditulis terpisah • Format bisa dalam bentuk : head to toe /per sistem • Terkadang menggunakan gambar ( tampakan depan & belakang )

untuk memudahkan • Tulis hal-hal yang baik / buruk yang ditemukan selama pengkajian

namun hindari penulisan dengan cara : normal, abnormal, baik, buruk, memuaskan.

PENGUMPULAN DATA (PULTA)Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial

assessment), selama klien dirawat secara terus-menerus (ongoing

Page 9: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data (re-assessment).

Prioritas pengumpulan data ditentukan oleh kondisi pasien secara cepat atau kebutuhan pasien. Dalam menentukan apa yang harus dikaji perawat harus mencatat :

1) kebutuhan perawatan kesehatan pasien, masalah dan keluhan pasien

2) potensial komplikasi pada pasien baik fisik ataupun psikologis 3) kebutuhan pembelajaran pasien dan keluarga 4) hubungan keluarga, kemampuan pengasuh dan kemauan memberi

perawatan pada pasien 5) sumber-sumber yang dimiliki pasien dan keluarga Komunikasi/Wawancara adalah usaha untuk mengajak klien &

keluarga bertukar fikiran & perasaan, mencakup keterampilan secara verbal & non verbal,empati & rasa kepedulian yg tinggi.Komunikasi keperawatan,adalah: proses kompleks yg butuh kemampuan skill komunikasi & interaksi.Teknik Verbal, meliputi: pertanyaan terbuka/tertutup,menggali jawaban & memvalidasi respon klien.Teknik non Verbal,meliputi: mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan & kontak mata.Unsur2 penting dalam mendengar secara aktif,meliputi:

Memperhatikan pesan yg disampaikan & hubungannya dengan fikiran

Mengurangi hambatan-hambatan Bersikap tenang Posisi duduk yg sesuai Menghindari interupsi Mendengarkan secara seksama setiap perkataan klien Memberi kesempatan istirahat kepada klien

a. SUMBER DATA1. Sumber data Primer

Page 10: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.

2. Sumber data Sekunder Sumber data sekunder adalah data-data yang dikumpulkan dari orang terdekat klien (keluarga), seperti orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan klien

3. Sumber data lainnya Catatan klien (perawatan atau rekam medis klien) yang merupakan riwayat penyakit dan perawatan klien di masa lalu.

b. METODE PENGUMPULAN DATA1. Wawancara,adalah:menanyakan/tanya-jawab sehubungan dengan

masalah yg dihadapi klien & merupakan komunikasi yg direncanakan.Tujuan Wawancara dalam pengkajian data keperawatan:• Mendapatkan informasi yg diperlukan dalam mengidentifikasi &

merencanakan tindakan keperawatan• Meningkatkan hubungan perawat-klien dalam komunikasi• Membantu klien memperoleh informasi & berpartisipasi dalam

identifikasi masalah & tujuan• Membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut

selama tahap pengkajian.(Iyer et.al.,1996).2. Observasi

Tahap kedua pada pengumpulan data adalah Observasi,yaitu: pengamatan prilaku & keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan & keperawatan klien.Kegiatan Observasi,meliputi: 2S HFT (Sight/Pengelihatan, Smell/bau, Hearing/Pendengaran, Feeling/daya, taste/rasa).

Page 11: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

Kegiatan tersebut mencakup aspek : fisik, mental, sosial dan spiritual.

c. KARAKTERISTIK DATA1. Lengkap

Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien. Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan— kaji secara mendalam kenapa klien tidak mau makan (tidak cocok makanannya, kondisi fisiknya menolak untuk makan/patologis, atau sebab- sebab yang lain)

2. Akurat dan nyata Perawat tidak boleh langsung membuat kesimpulan tentang suatu kondisi klien. Misalnya, klien tidak mau makan. Perawat tidak boleh langsung menuliskan : `klien tidak mau makan karena depresi berat`. Diperlukan penyelidikan lanjutan untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian.

3. Relevan Pencatatan data yang komprehensif biasanya memerlukan banyak sekali data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu perawat untuk mengidentifikasi.

d. Jenis data Data subjektif adalah persepsi klien tentang masalah kesehatan

mereka. Hanya klien yang dapat memberikan informasi seperti ini. Sebagai contoh, adanya rasa nyeri merupakan temuan subjektif. Hanya klien yang dapat memberikan informasi tentang frekuensi, durasi, lokasi, dan intensitas nyerinya.Data subjektif biasanya mencakup perasaan ansietas, ketidaknyamanan fisik, atau stres mental. Meskipun hanya klien yang dapat memberikan data subjektif yang relevan terhadap perasaan ini, perawat harus waspada bahwa masalah ini dapat

Page 12: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

terjadi pada perubahan fisologis, yang teridentifikasi melalui pengumpulan data.

Data obyektif adalah data yang dapat di indera oleh pengindera eksternal yang dapat dipercaya oleh orang lain.Contoh : bunyi nafas tambahan, suhu, muntah, bau nafas.

BAB IIIPENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TULI

KONDUKTIF

KASUS:

Page 13: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

Seorang laki-laki usia 60 tahun, datang berobat ke poliklinik mata RS Bethesda Tomohon dengan keluhan kedua telinga mengalami penurunan pendengaran sejak 6 bulan yang lalu. Perawat yang bertugas segera melakukan pemeriksaan lengkap pada klien tersebut. Bagaimana pengkajian pada kasus di atas?

1. Tahap pra interaksiDalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya

dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.Tugas perawat dalam tahapan ini adalah: Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan

mengidentifikasi kecemasan. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri. Mengumpulkan data tentang klien. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

2. Tahap Perkenalan/OrientasiTahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien

dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu (Stuart.G.W, 1998).Tugas perawat dalam tahapan ini adalah: Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan

komunikasi terbuka. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik

pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama.

Page 14: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.

Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.3.  Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.

Dalam tahap kerja pengkajian klien dengan tuli konduktif yang harus dikaji adalah sebagai berikut:a) Identitas pasienNama/Umur/Jenis Kelamin/Agama/Suku-bangsa/Status Pernikahan/Pendidikan/Pekerjaan/Alamat/Nomor Register/Tanggal MRS/Tanggal Pengkajian/Diagnosa Medis/penanggung jawab(Nama/Umur/Jenis Kelamin/Hubungan dengan pasien/Pekerjaan/Alamat)

b) Riwayat adanya kelainan nyeri,Adakah kelainan nyeri yang dirasakan?/Adakah Riwayat kesehatan masa lalu (Penyakit yang pernah dialami dan pengobatan/tindakan yang dilakukan/Pernah dirawat/dioperasi/Lamanya dirawat/Penggunaan obat/Alergi/Status imunisasi/Riwayat kehamilan dan persalinan)/ Riwayat Kesehatan Keluarga (Orang tua/Saudara kandung/Penyakit keturunan yang ada/Anggota keluarga yang meninggal/Penyebab meninggal/Genogram)

Page 15: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

c) Infeksi saluran nafas atas yang berulang,Apakah sering terjadi infeksi saluran nafas atas yang berulang ? (batuk berulang [</=] 14hari dan / atau berulang minimal 3 episode batuk dalam 3 bulan berturut-turut denganatau tanpa gejala-gejala yang menyertainya./asma,dll)

d) Riwayat infeksiApa Keluhan Utama/Adakah Keluhan Yang Menyertai/ Adakah kebiasaan

mengorekkuping?

e) Nyeri telingaKaji Riwayat penyakit sekarang:

Provocative / palliative- Apa yang menyebabkan gejala? - Apa yang memunculkannya? - Apa yang menguranginya?

Quality / Quantity- Bagaimana rasa nyeri dirasakan- Bagaimana rasa nyeri sekarang? - Lebih parah atau lebih ringan dari yang dirasakan

sebelumnya? Regio / Radiasi

- Dibagian mana gejala/nyeri dirasakan? - Telinga kiri atau kanan- Apakah menyebar?]

Severity / Keparahan (scala)- Bagaimana intensitasnya (skala nyeri) - Bagaimana pengaruhnya terhadap aktivitas?

Time (waktu)- Kapan nyeri mulai timbul dan bagaimana terjadinya ? - Berapa lama terjadinya?

Page 16: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

- Seberapa sering terjadi?

f) Rasa penuh dan penurunan pendengaranApakah telinga terasa penuh/gatal / Adakah penurunan pendengaran?

g) Suhu meningkatApakah ada kenaikan suhu tubuh?

h) MalaiseApakah terdapat Malaise (perasaan umum tidak sehat, tidak nyaman, atau lesu (“tidak enak badan”)?

i) VertigoApakah terdapat Vertigo (bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang?j) Takut menghadapi tindakan pembedahanAdakah kekhawatiran/rasa takut dalam menghadapi pembedahan?

Setelah dilakukan pengkajian dengan cara wawancara dan observasi lalu lanjutkan dengan tes pendengaran yaitu dengan tes suara bisikan dan tes garputala.

Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray,B. & Judith,P,1997 dalam Suryani,2005). Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar dipahami oleh perawat.

4. Tahap Terminasi

Page 17: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart,G.W,1998). Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.Tugas perawat dalam tahap ini adalah: Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah

dilaksanakan (evaluasi objektif). Brammer dan McDonald (1996) menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat berguna pada tahap ini.

Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.

Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan berikutnya.

BAB IVPENUTUP

4.1 KESIMPULAN Tuli konduktif adalah kerusakan pada bagian telinga luar dan

tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga.

Page 18: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

Kelainan telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah otalgia, atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, otitis eksterna maligna, dan osteoma liang teliga.

Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif ialah sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanisklerosia, hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran. (Indro Soetirto: 2003)

Patofisiologi tuli konduktif adalah: Saat terjadi trauma akan menimbulkan suatu peradangan bisa saja menimbulkan luka, nyeri kemudian terjadi penumpukan serumen atau otorrhea. Penumpukan serumen yang terjadi dapat mengakibatkan transmisi bunyi atau suara yang terganggu sehingga penderita tidak dapat mempersepsikan bunyi atau suara yang di dengarnya.

Dalam pengkajian keperawatan terdapat tahapan yaitu tahap pra interaksi, tahap Perkenalan/Orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi

Yang harus dikaji pada klien dengan tuli konduktif yaitu Identitas pasien,riwayat adanya kelainan nyeri, Infeksi saluran nafas atas yang berulang, Riwayat infeksi, Nyeri telinga, Rasa penuh dan penurunan pendengaran, Suhu meningkat, Malaise, Vertigo, Takut menghadapi tindakan pembedahan

4.2 SARAN Sebagai perawat harus memperhatikan sikap yang baik dalam

komunikasi terapeutik agar menunjang kelancaran dan kerja sama yang baik antara perawat dan klien

Page 19: PENGKAJIAN TULI KONDUKTIF

DAFTAR PUSTAKA

http://taufanarif1990.blogspot.com/2013/02/askep-tuli- konduktif-dan sensori.html diakses 6 februari 2015 pukul 21.00

https://sites.google.com/site/stikeshusada/ikd-2/pengkajian- keperawatan diakses 7 februari 2015 pukul 18.00

http://kamuskesehatan.com/arti/malaise/ diakses 7 februari 2015

pukul 19.00

http://id.wikipedia.org/wiki/Vertigo diakses 7 februari 2015 pukul 19.02

https://www.youtube.com/watch?v=5Dx_EhbadYE diakses 10

februari pukul 22.00

https://windyasih.wordpress.com/nursing/komunikasi-terapeutik/diakses 10 februari pukul 22.05