Silvia Lbm 6 Git

39
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi serta histologi dari organ rectum yang berkaitan dengan skenario ?

description

kedokteran

Transcript of Silvia Lbm 6 Git

Page 1: Silvia Lbm 6 Git

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi serta histologi dari organ rectum yang berkaitan dengan skenario ?

Page 2: Silvia Lbm 6 Git
Page 3: Silvia Lbm 6 Git
Page 4: Silvia Lbm 6 Git
Page 5: Silvia Lbm 6 Git
Page 6: Silvia Lbm 6 Git
Page 7: Silvia Lbm 6 Git
Page 8: Silvia Lbm 6 Git

http://usupress.usu.ac.id/files/Isi%20buku%20Karsinoma_OLD__normal_bab%201.pdf

2. Apa hubungan nafsu makan berkurang dan tidak suka makan sayur terhadap keluhan penderita ?

Page 9: Silvia Lbm 6 Git

Hal ini dipengaruhi juga oleh proses inflamasi yang terjadi dalam tubuh pasien karena adanya massa, peradangan dalam produksi TNF (Tumor Necrosis Factor) merupakan sitokin untuk menghambat pertumbuhan tumor dan menghancurkan sel - tumor sel.Di sisi lain, TNF menyebabkan anoreksia parah melalui efeknya pada pusat nafsu makan di hipotalamus menginduksi resistensi TNF dalam pengosongan lambung, menyebabkan perasaan kenyang. Selain itu, TNF menghambat lipoprotein lipase adalah enzim yang menghilangkan lemak dalam serum ke sel - sel-sel lemak sehingga lemak yang disintesis dan disimpan Dengan TNF, cadangan lemak dalam jaringan menjadi sangat menipis, sehingga orang tampak kurus. Karena walaupun asupan nutrisi berkurang, kalikan penyebab tumor meningkat TNF metabolisme.Selain dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan metabolisme berat seperti gula darah turun ke tingkat yang tidak dibiarkan hidup. Hal ini disebabkan karena penggunaan berlebihan glukosa oleh otot-otot dan hati dan gagal manggantikannya.

Sumber: penelitian kesehatan nasional dan pengembangan. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995

Menurut Daldiyono et al. (1990), dikatakan bahwa serat makanan terutama yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin sebagian besar tidak dapat dihancurkan oleh enzim-enzim dan bakteri di dalam tractus digestivus. Serat makanan ini akan menyerap air di dalam colon, sehingga volume feses menjadi lebih besar dan akan merangsang syaraf pada rectum, sehingga menimbulkan keinginan untuk defekasi. Dengan demikian tinja yang mengandung serat akan lebih mudah dieliminir atau dengan kata lain transit time yaitu kurun waktu antara masuknya makanan dan dikeluarkannya sebagai sisa makanan yang tidak dibutuhkan tubuh menjadi lebih singkat. Waktu transit yang pendek, menyebabkan kontak antara zat-zat iritatif dengan mukosa colorectal menjadi singkat, sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit di colon dan rectum. Di samping menyerap air, serat makanan juga menyerap asam empedu sehingga hanya sedikit asam empedu yang dapat merangsang mukosa colorectal, sehingga timbulnya karsinoma colorectal dapat dicegah.

Laboratorium Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Tambahan :

Penyelidikan perkembangan umat manusia telah menunjukan bahwa leluhur kita adalah vegetarian alami. Struktur tubuh manusia tidak cocok untuk makan daging. Hal ini dibeberkan dalam karangan perbandingan anatomi oleh Dr. G. S. Huntingen dari Universities Columbia. Ia menunjukan bahwa Karnivora (hewan pemakan daging) mempunyai usus kecil dan usu besar yang pendek. Corak usus besar mereka adalah sangat lurus dan halus. Sebaliknya, hewan vegetarian mempunyi usus kecil dan usus besar yang panjang. Karena daging mengandung serat yang sedikit dan protein yang

Page 10: Silvia Lbm 6 Git

tinggi, usus tidak memerlukan waktu yang lama untuk menyerap sari makanannya: jadi usus karnivora lebih pendek daripada usus hewan vegetarian.

Manusia, seperti hewan vegetarian lainnya, mempunyai usus kecil dan usus besar yang panjang. Kedua usus kita panjangnya kira-kira dua puluh delapan kaki (delapan setengah meter). Usus kecil terlipat sendiri beberapa kali, dan dindingnya bergelombang, tidak halus. Karena mereka lebih panjang daripada usus karnivora, daging yang kita makan diam di usus dalam jangka waktu yang lama. Akibatnya, daging dapat menjadi busuk dan menimbulkan racun. Racun-racun ini telah disimpulkan sebagai penyebab kanker usus, mereka juga menambah beban bagi hati, yang berfungsi untuk menghilangkan racun. Ini dapat menyebabkan Cirrhosis dan bahkan kanker hati.

http://www.godsdirectcontact.or.id/vegetarian/vegetarian_15_gizi.htm

apa saja macam hemoroid , jelaskan!

Page 11: Silvia Lbm 6 Git
Page 12: Silvia Lbm 6 Git

Sumber : eprints.undip.ac.id/pdf3. Apa hubungan diare dan kontipasi dengan hemoroid ?

Patofisiologi diare yang menyebakan hemoroid ?Patofisiologi konstipasi yang menyebakan hemoroid ?

Page 13: Silvia Lbm 6 Git
Page 14: Silvia Lbm 6 Git

Sumber : eprints.undip.ac.id/pdf

Apakah IBS bisa menyebabkan hemoroid ?4. Apakah ada hubungan antara riwayat ayah penderita mendapatkan kanker usus dan

didapatkan tanda anemia dengan penyakkit penderita ?

Page 15: Silvia Lbm 6 Git

Sumber : eprints.undip.ac.id/pdf

5. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik ?Mukosa colon lebih tebal daripada mukosa usus halus, dan terdapat sel goblet yang banyak dalam kriptenya. Lubrikasi dihasilkan oleh sel goblet untuk mempermudah pengeluaran feses dan melindungi dinding usus dari asam yang mengiritasi dan gas yang dilepaskan dari bacteria di colon.Mukosa dari saluran anal sedikit berbeda, pada daerah ini sering terjadi abrasi. Hal ini bergantung dari lipatan yang panjang yakni anal columns, mengeluarkan mucus apabila ditekan oleh feses, yang membantu mengosongkan canalis analis.Pada Ca colorectal dapat berdarah sebagai bagian dari tumor yang rapuh dan mengalami ulserasi.

Laboratorium Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Tambahan aja

Nekrosis

Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau trauma (mis: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Page 16: Silvia Lbm 6 Git

1. Perubahan Mikroskopis

Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel-organel sel lainnya. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat, batasnya tidak teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses ini disebut karioreksis. Kemudian inti sel yang mati akan menghilang (kariolisis).

2. Perubahan Makroskopis

Perubahan morfologis sel yang mati tergantung dari aktivitas enzim lisis pada jaringan yang nekrotik. Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka jaringan nekrotik akan mempertahankan bentuknya dan jaringannya akan mempertahankan ciri arsitekturnya selama beberapa waktu. Nekrosis ini disebut nekrosis koagulatif, seringkali berhubungan dengan gangguan suplai darah. Contohnya gangren.

Jaringan nekrotik juga dapat mencair sedikit demi sedikit akibat kerja enzim dan proses ini disebut nekrosis liquefaktif. Nekrosis liquefaktif khususnya terjadi pada jaringan otak, jaringan otak yang nekrotik mencair meninggalkan rongga yang berisi cairan.

Pada keadaan lain sel-sel nekrotik hancur tetapi pecahannya tetap berada pada tempatnya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan tidak bisa dicerna. Jaringan nekrotik ini tampak seperti keju yang hancur. Jenis nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa, contohnya pada tuberkulosis paru.

Jaringan adiposa yang mengalami nekrosis berbeda bentuknya dengan jenis nekrosis lain. Misalnya jika saluran pankreas mengalami nekrosis akibat penyakit atau trauma maka getah pankreas akan keluar menyebabkan hidrolisis jaringan adiposa (oleh lipase) menghasilkan asam berlemak yang bergabung dengan ion-ion logam seperti kalsium membentuk endapan seperti sabun. Nekrosis ini disebut nekrosis lemak enzimatik.

3. Perubahan Kimia Klinik

Kematian sel ditandai dengan menghilangnya nukleus yang berfungsi mengatur berbagai aktivitas biokimiawi sel dan aktivasi enzim autolisis sehingga membran

Page 17: Silvia Lbm 6 Git

sel lisis. Lisisnya membran sel menyebabkan berbagai zat kimia yang terdapat pada intrasel termasuk enzim spesifik pada sel organ tubuh tertentu masuk ke dalam sirkulasi dan meningkat kadarnya di dalam darah.

Misalnya seseorang yang mengalami infark miokardium akan mengalami peningkatan kadar LDH, CK dan CK-MB yang merupakan enzim spesifik jantung. Seseorang yang mengalami kerusakan hepar dapat mengalami peningkatan kadar SGOT dan SGPT. Namun peningkatan enzim tersebut akan kembali diikuti dengan penurunan apabila terjadi perbaikan.

Dampak Nekrosis

Jaringan nekrotik akan menyebabkan peradangan sehingga jaringan nekrotik tersebut dihancurkan dan dihilangkan dengan tujuan membuka jalan bagi proses perbaikan untuk mengganti jaringan nekrotik. Jaringan nekrotik dapat digantikan oleh sel-sel regenerasi (terjadi resolusi) atau malah digantikan jaringan parut. Jika daerah nekrotik tidak dihancurkan atau dibuang maka akan ditutup oleh jaringan fibrosa dan akhirnya diisi garam-garam kalsium yang diendapkan dari darah di sekitar sirkulasi jaringan nekrotik . Proses pengendapan ini disebut kalsifikasi dan menyebabkan daerah nekrotik mengeras seperti batu dan tetap berada selama hidup.

Perubahan-perubahan pada jaringan nekrotik akan menyebabkan :

1. Hilangnya fungsi daerah yang mati.2. Dapat menjadi fokus infeksi dan merupakan media pertumbuhan yang baik untuk bakteri tertentu, misalnya bakteri saprofit pada gangren.3. Menimbulkan perubahan sistemik seperti demam dan peningkatan leukosit.4. Peningkatan kadar enzim-enzim tertentu dalam darah akibat kebocoran sel-sel yang mati.

Page 18: Silvia Lbm 6 Git

Buku Saku Patofisiologi Corwin,  Oleh Elizabeth J. Corwi

6. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis !

Sumber : www.reposity.usu.ac.id.chapterII/pdf7. Apa etiologi dari skenario ?

Page 19: Silvia Lbm 6 Git
Page 20: Silvia Lbm 6 Git
Page 21: Silvia Lbm 6 Git
Page 22: Silvia Lbm 6 Git
Page 23: Silvia Lbm 6 Git
Page 24: Silvia Lbm 6 Git

Sumber : eprints.undip.ac.id/pdf

8. Bagaimana patofisiologi dari skenario ?

Page 25: Silvia Lbm 6 Git

Sumber : www.reposity.usu.ac.id.chapterII/pdf

9. Apa diagnosis dan DD dari skenario?Ca colon

II.1 DEFINISI 2

Page 26: Silvia Lbm 6 Git

Karsinoma kolon merupakan keganasan yang mengenai sel-sel epitel di

mukosa kolon. Dasar penting dari keganasan kolon ini adalah proses

perubahan secara genetik pada sel-sel epitel di mukosa kolon yang timbul akibat

beberapa hal, antara lain dietetik,kelainan di kolon sebelumnya dan faktor

herediter2

II.2 ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI

Secara umum karsinoma selalu dihubungkan dengan: bahan-bahan kimia, bahan-bahan

radioaktif, dan virus. Umumnya karsinoma kolon terjadi dihubungkan dengan factor

genetic dan lingkungan. Serta dihubungkan juga dengan factor predisposisi diet rendah

serat, kenaikan berat badan, intake alkohol.

Dikutip dari: http://dongants.wordpress.com/2010/09/02/kanker-kolorektal/ diakses

tgl 25 juli 2011

II.3 EPIDEMIOLOGI

Karsinoma kolon adalah penyebab kematian kedua akibat karsinoma. Kemungkinan

mengidapnya adalah 1 dalam 17. Insidennya berkurang 2 peratus setahun sejak 1985

hingga 1995 tetapi baru-baru ini peratusannya meningkat kembali. Ini menunjukkan

keberhasilan deteksi awal melalui program skrining.4

Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon, kira-kira pada bagian :

Page 27: Silvia Lbm 6 Git

26 % pada caecum dan ascending colon

10 % pada transfersum colon

15 % pada desending colon

20 % pada sigmoid colon

30 % pada rectum

Insiden karsinoma kolon menunjukkan variasi geografik. Negara industri kecuali Jepang

mempunyai insiden tertinggi. Manakala Negara Amerika Selatan dan China mempunyai

angka kejadian yang relative rendah. Ini disebabkan oleh perbedaan diet antara negara

berkenaan dan faktor lingkungan 4

Di Indonesia dari berbagai laporan terdapat kenaikan jumlah kasus tetapi belum ada

angka yang pasti berapa insiden karsinoma kolon. Sjamsuhidajat (1986) dari evaluasi

data-data di Departemen Kesehatan mendapatkan 1,8 per 100.000 penduduk.2

Tirtosugondo (1986) untuk Kodya Semarang. Kira-kira 152.000 orang di amerika

serikat terdiagnosa karsinoma Colon pada tahun 1992 dan 57.000 orang meninggal

karena karsinoma ini pada tahun yang sama (ACS 1993). Sebagian besar klien pada

karsinoma Colon mempunyai frekuensi yang sama antara laki-laki dan perempuan.

Karsinoma pada colon kanan biasanya terjadi pada wanita dan Ca pada rektum biasanya

terjadi pada laki-laki. Insidennya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada

pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat

keluarga yang mengalami karsinoma kolon.

II.4 TIPE KARSINOMA KOLON DAN REKTUM 5

Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma kolon dan rektum, yaitu

Tipe polipoid atau vegetatif

Pada tipe ini tumor tumbuh menonjol ke dalam lumen usus, berbentuk bunga

kol dan ditemukan terutama di sekum dan kolon ascendens.

Tipe skirus atau infiltratif,

Page 28: Silvia Lbm 6 Git

Pada tipe ini biasanya mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis

dan gejala obstruksi, terutama ditemukan pada kolon descendens, sigmoid dan rektum.

Tahap ulserasi

Pada tipe ini terjadi karena nekrosis di bagian sentral dan terletak di daerah

rektum. Pada tahap lanjut, sebagian besar tumor kolon akan mengalami ulcerasi

menjadi tukak yang maligna.

II.5 ANATOMI

Gambar 1. Anatomi kolon dan rectum

Dikutip dari: http://www.google.co.id/imgres?

q=anatomi+kolon&um=1&hl=id&biw=1280&bih=611&tbm=isch&tbnid=7Wxaxhpfyl1m

qM:&imgrefurl=http://www.hopkinscoloncancercenter.org/CMS/CMS_Page.aspx

%253FCurrentUDV%253D59%2526CMS_Page_ID%253DB6ACAEF5-52D3-4CC1-88CC-

CEB21F5ABBCD&docid=7JU2Pco2bL59IM&w=461&h=373&ei=EOouTsWoFoi3rAectOiu

Aw&zoom=1 diakses tgl 25 juli 2011

Page 29: Silvia Lbm 6 Git

Kolon memanjang dari ujung ileum ke rektum. Sekum, kolon ascending dan

kolon transversum proksimal adalah bagian dari kolon sebelah kanan. Kolon

transversum distal, fleksura lienalis, kolon descending, kolon sigmoid, dan terdiri

dari rectosigmoid kolon sebelah kiri. Kolon transversum dan kolon sigmoid

bergantungan di rongga peritoneal. Dinding kolon memiliki empat lapisan:

mukosa, submucosa, muscularis, dan serosa. Muscularis propria yang terdiri dari

lapisan sirkular dalam dan satu lapisan longitudinal luar. Otot longitudinal kolon

mengelilingi sepenuhnya dalam lapisan yang sangat tipis, dan di tiga titik di

sekitar lingkar itu dikumpulkan ke dalam band tebal disebut taeniae coli.

Haustra adalah hasil pemendekan usus oleh taeniae dan kontraksi otot

melingkar Terdapa lemak pelengkap pada permukaan serosal. Dinding kolon

begitu tipis sehingga membengkak apabila terjadi obstruksi. (4)

Rektum berukuran 12-15 cm. Taeniae coli yang menyebar di persimpangan

rectosigmoid. Massa tumor atau abses di lokasi ini dengan mudah teraba pada

dubur digital atau pemeriksaan panggul. Dubur biasanya luas dan dpt

dilembungkan. Pada pria, kelenjar prostat, vesikula seminalis, dan saluran

seminalis terletak di sebelah anterior rektum. Biasanya prostat mudah

dirasakan, tapi vesikula seminalis tidak teraba kecuali menggembung, Pada

rektovaginal toucher, struktur mudah teraba dengan satu jari di vagina dan satu

di anus. (4)

II.6 METASTASIS

Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada saat direseksi.

Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus. Metastase sering ke

hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal, ovarium dan tulang.

Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik dan vena dari rektum

menuju vena cava inferior, maka metastase karsinoma rektum lebih sering muncul

pertama kali di paru-paru. Berbeda dengan kolon dimana jalur limfatik dan vena menuju

vena porta, maka metastase karsinoma kolon pertama kali paling sering di hepar

II.7 KLASIFIKASI TUMOR 6,7

Page 30: Silvia Lbm 6 Git

Derajat keganasan karsinoma kolon dan rektum dibagi berdasarkan gambaran

histologik menurut klasifikasi Dukes. Dukes membagi karsinoma berdasarkan dalamnya

infiltrasi karsinoma di dinding usus.

Klasifikasi karsinoma rektum menurut Dukes:

Tahap A: Infiltrasi karsinoma terbatas pada dinding usus (survive for 5 years 97 %)

Tahap B: Infiltrasi karsinoma sudah menembus lapisan muskularis mukosa (80

%)

Tahap C: Terdapat metastasis ke dalam kelenjar limfe

C1: Beberapa kelenjar limfe dekat tumor primer (65 %)

C2: Dalam kelenjar limfe jauh (35 %)

Tahap D: Metastasis jauh (< 5 %)

Klasifikasi TNM 7

T – Tumor primer

Tx - Tumor primer tidak dapat dinilai

T0 - Tidak ada tumor primer

T1 - Invasi tumor di lapisan sub mukosa

T2 - Invasi tumor di lapisan otot propria

T3 - Invasi tumor melewati otot propria ke subserosa atau masuk ke perikolik yang

tidak dilapisi peritoneum atau perirektal

T4 - Invasi tumor terhadap organ atau struktur sekitarnya atau peritoneum viseral

Page 31: Silvia Lbm 6 Git

N – Kelenjar limfe regional

Nx - Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai

N1 - Metastasis di 1-3 kelenjar limfe perikolik atau perirektal

N2 - Metastasis di ≥ 4 kelenjar limfe perikolik atau perirektal

N3 - Metastasis pada kelenjar limfe sesuai nama pembuluh darah atau pada kelenjar

apikal

M – Metastasis jauh

Mx - Metastasis jauh tidak dapat dinilai

M0 - tidak ada metastasis jauh

M1 - terdapat metastasis jauh

II.8 GEJALA KLINIS 7,8

P a s i e n d e n g a n k a r s i n o m a k o l o r e k t a l u m u m n y a m e m b e r i k a n

k e l u h a n b e r u p a g a n g g u a n p r o s e s d e f e k a s i ( C h a n g e o f b o w e l

h a b i t ) , b e r u p a k o n s t i p a s i a t a u d i a r e , perdarahan segar lewat anus (rectal

bleeding), perasaan tidak puas setelah buang air besar (tenesmus), buang air besar

berlendir (mucoid diarrhea), anemia tanpa sebab yang jelas,dan penurunan berat

badan. Adanya suatu massa yang dapat teraba dalam perut juga dapat menjadi

keluhan yang dikemukakan.

Manifestasi klinik karsinoma kolon tergantung dari bentuk makroskopis dan letak

tumor. Bentuk polipoid (cauli flower) dan koloid (mukoid) menghasilkan banyak

mukus, bentuk anuler menimbulkan obstruksi dan kolik, sedangkan bentuk infiltratif

(schirrhus) t u m b u h l o n g i t u d i n a l s e s u a i s u m b u p a n j a n g d i n d i n g

r e k t a l d a n b e n t u k u l s e r a t i f menyebabkan ulkus ke dalam dinding

lumen.Karsinoma yang terletak di kolon asenden menimbulkan gejala perdarahan

samar sedangkan tumor yang terletak di rektum memanifestasikan perdarahan yang

masih segar dan muncul gejala diare palsu. Di kolon desenden, karsinoma ini

menyebabkan kolik yang nyata karena lumennya lebih kecil dan feses sudah

berbentuk solid.

Page 32: Silvia Lbm 6 Git

Gejala dari tumor kolon dapat menyerupai beberapa penyakit seperti :

1. Divertikulitis

Terutama divertikulitis yang terjadi di daerah sigmoid atau kolon descendens,

dimana pada kolon dan divertikulitis sama-sama ditemukan feces yang bercampur

dengan darah dan lendir.

Gambar 9. Divertikulitis

Dikutip dari: (7)

2. Colitis Ulcerative

Pada colitis ulcerativa juga ditemukan feces yang berdarah dan berlendir, tenesmus,

mules dan nyeri perut. Tetapi pada colitis ulserativa terdapat diare sedangkan pada

tumor kolon biasanya feces berbentuk kecil-kecil seperti kotoran kambing.

Gambar 10. Colitis ulseratif

Dikutip dari: (7)

3. Appendicitis Infiltrat

Page 33: Silvia Lbm 6 Git

Pada appendicitis infiltrat terasa nyeri dan panas yang mirip dengan tumor sekum

stadium lanjut (tumor sekum pada stadium awal bersifat mobile).

4. Haemoroid

Pada haemoroid, feces juga bercampur darah namun pada haemoroid darah keluar

sesudah feces keluar baru kemudian bercampur. Sedangkan pada tumor kolon

darah keluar bersamaan dengan feces.

5. Tumor Ovarium

Pada tumor ovarium dan tumor kolon kiri sama-sama sering ditemukan gangguan

konstipasi. Pada tumor ovarium, juga didapati pembesaran abdomen namun tumor

ini tidak menyebabkan keluarnya darah bersama feces. Selain itu tumor ovarium

menyebabkan gangguan pada miksi berupa peningkatan frekuensi di mana hal ini

tidak dijumpai pada tumor kolon.

Kolon kanan Kolon tengah Kolon kiri RektumAbses apendiks Tukak peptik Kolitis ulserosa Polip

Massa apendikular Karsinoma lambung Polip ProktitisAmuboma Abses hati Divertikulitis Fisura ani

Enteritis regionalis Karsinoma hati Endometriosis Karsinoma ani- Kolesitiasis - Hemoroid- Kelainan pankreas - -- Kelainan saluran empedu - -

10. Apa penatalaksaanan pada skenario ?(medikamentosa dan non medikamentosa)

Page 34: Silvia Lbm 6 Git
Page 35: Silvia Lbm 6 Git
Page 36: Silvia Lbm 6 Git

Sumber : eprints.undip.ac.id/pdf