Scabies (Ersi)

download Scabies (Ersi)

of 5

Transcript of Scabies (Ersi)

  • 7/30/2019 Scabies (Ersi)

    1/5

    REFERAT

    ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

    SCABIES

    Disusun oleh :

    Simon Ahmad

    Mazmunah

    Ersi Dwi Winalita

    Neny Trianan R. D

    Pembimbing :

    dr. Amelia B. R, SpKK

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

    RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

    Fakultas Kedokteran UMY Yogyakarta

    2001

  • 7/30/2019 Scabies (Ersi)

    2/5

    S C A B I E S

    A. PENDAHULUAN

    Scabies merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak,

    walaupun orang dewasa dapat pula terkena. Frekuensi pada pria dan wanita

    sama, penularan skabies dapat langsung maupun tidak langsung melalui pakaian,

    tempat tidur, alat-alat tidur, handuk dan lainnya. Populasi yang padat pada suatu

    tempat mempermudah penularan penyakit, seperti pada daerah kumuhh dengan

    kebersihan dan higine yang buruk mempermudah penularannya. Adapun tujuan

    penulisan ini untuk mengetahui lebih dini skabies dan cara pencegahannya.

    B. DEFINISI

    Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan

    sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya.

    C. ETIOLOGI

    Sarcoptes Scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo

    Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var,

    hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan

    babi.

    Secara morfologi merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya

    cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor,

    dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x

    250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x

    150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di

    depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaku kedua pada betina berakhir

    dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir

    dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

    Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan)

    yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat

    2

  • 7/30/2019 Scabies (Ersi)

    3/5

    hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau

    betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan

    kecepatan 2-3 mm sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari

    sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup

    sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan

    menjadi larva yang mempuyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam

    terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimpa

    yang mempunyai dua pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur

    sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.

    D. PATOGENESIS

    Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi

    juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh

    sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-

    kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis

    dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat

    timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.

    E. DIAGNOSIS

    Pada penderita scabies, penderita selalu mengeluh gatal, terutama pada

    malam hari. Kelainan kulit mula-mula berupa papul, vesikel. Akibat garukan

    timbul infeksi sekunder sehingga terjadi pustula.

    Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan :

    penderita selalu mengeluh gatal, terutama pada malam hari. Kelainan kulit mula-

    mula berupa papel, vesikel. Akibat garukan timbul infeksi sekunder sehingga

    terjadi pustula.

    Lokalisasi : Sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, sekitar

    pusar, paha bagian dalam, genitalia pria, dan bokong.

    Pada bayi : kepala, telapak tangan dan kaki.

    Efloresensi/sifat : Papel dan vesikel miliar sampai lentikuler disertai

    eksorisasi. Bila terjadi infeksi sekunder tampak pustula

    3

  • 7/30/2019 Scabies (Ersi)

    4/5

    lentikuler. Lesi yang khas adalah terowongan miliar,

    tampak berasal dari salah satu papel atau vesikel,

    panjang kira-kira 1 cm, berwarna putih abu-abu.

    Akhir/ujung kanalikuli adalah tempat persembunyian dan

    bertelur Sarcoptes scabiei betina. Tungau betina bertelur

    3-5 telur/hari. Sesudah 3-4 hari, telur menetas menjadi

    larva, dalam 3-5 hari menjadi nimfa, selanjutnya menjadi

    tungau dewasa. Tungau jantan dewasa mati di atas

    permukaan kulit sesudah mengadakan kopulasi, sedang

    yang betina membuat terowongan baru, bertelur dan matisesudah 2-3 minggu.

    Pemeriksaan pembantu/Laboratorik :

    Mencari Sarcoptes scabiei dewasa, larva, telur atau

    skibala dari dalam terowongan.

    F. DIAGNOSIS BANDING

    Ada pendapat yang mengatakan penyakit scabies ini merupakan the greatimmitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gata.

    Sebagai diagnosis banding ialah : prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis, dan

    lain-lain.

    G. PENATALAKSANAAN

    Umum : meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan; menghindari

    orang-orang yang terkena; mencuci/menjemur alat-alat tidur dan

    jangan memakai pakaian/handuk bersama-sama.Khusus : - Sulfur prespitatum 2-5% dalam bentuk salep atau krim. Obat ini

    lebih efektif dicampur dengan asam salisilat 2%. Dioleskan di

    seluruh tubuh sesudah mandi dan dipakai 3-4 hari berturut-turut.

    - Emulsi benzil benzoat 20-25% selama 24 jam.

    - Gama benzen heksaklorida (Gameksan) 0,5-1% dalam salep atau

    krim, dioleskan selama 24 jam.

    - Krotamiton 10% dalam bentuk salep atau krim dipakai selama 24

    jam.

    4

  • 7/30/2019 Scabies (Ersi)

    5/5

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Landaw R. K., Kapita Selekta Terapi Dermatologik, Jakarta, EGC, 1995, 63-65.

    2. Ronny N. Handoko, Skabies dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta,

    Universitas Indonesia, 1993, 105-106.

    3. Siregar R. S., Skabies dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Jakarta,

    EGC, Jakarta, 1996, 191-193.

    4. Arnold HL, Odom RB, James WD. Disease of The Skin Clinical Dermathology,

    in Scabies, Eight Edition, W. B. Saunders Company, 1980.

    5. Bondi EE, Jegasothy BV, Lazarus GS. Dermatology Diagnosis and Therapy, in

    Papulosquomous Lesions, International Edition, Department of Dermatology

    University of Pennsylvania School of Medicine, Philadelphia, 1991.

    5