Lapsus Scabies Artha

29
BAB I PENDAHULUAN Skabies adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei var, hominis yang memiliki prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia. Penyakit ini mudah menular dari manusia ke manusia dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung.¹ kontak secara langsung misalnya berjabat tangan, tidur bersama ataupun hubungan seksual. Secara tidak langsung misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan lain-lain. Masa inkubasinya dari skabies sangat bervariasi. Predileksi dari skabies ialah biasanya pada axilla, areola mammae, sekitar umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian volair, sela-sela jari tangan, siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki. 2,3 Skabies yang terjadi pada anak balita biasanya terdapat pada leher, kepala, telapak tangan dan telapak kaki sehingga sering dikelirukan dengan gambaran eksema atopik. Karena sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan masyarakat padat. Distribusi epidemiologisnya kosmopolitan terutama pada penduduk dengan keadaan sosial ekonomi rendah. 2 Pada populasi yang memiliki imunitas yang rendah atau pada usia tua akan lebih mudah terjadi bentuk yang labih berat dari skabies yang disebut Norwegian skabies atau skabies berkrusta yang lebih menular dan susah untuk diobati. 3 1

description

koass kulit

Transcript of Lapsus Scabies Artha

Page 1: Lapsus Scabies Artha

BAB I

PENDAHULUAN

Skabies adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei var, hominis

yang memiliki prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia. Penyakit ini mudah menular

dari manusia ke manusia dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung.¹ kontak

secara langsung misalnya berjabat tangan, tidur bersama ataupun hubungan seksual.

Secara tidak langsung misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan lain-lain.

Masa inkubasinya dari skabies sangat bervariasi.

Predileksi dari skabies ialah biasanya pada axilla, areola mammae, sekitar

umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian volair, sela-sela jari tangan, siku

flexor, telapak tangan dan telapak kaki.2,3

Skabies yang terjadi pada anak balita biasanya terdapat pada leher, kepala,

telapak tangan dan telapak kaki sehingga sering dikelirukan dengan gambaran eksema

atopik. Karena sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan

masyarakat padat. Distribusi epidemiologisnya kosmopolitan terutama pada penduduk

dengan keadaan sosial ekonomi rendah.2

Pada populasi yang memiliki imunitas yang rendah atau pada usia tua akan lebih

mudah terjadi bentuk yang labih berat dari skabies yang disebut Norwegian skabies atau

skabies berkrusta yang lebih menular dan susah untuk diobati. 3

1

Page 2: Lapsus Scabies Artha

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Skabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei var,

hominis. Penyakit skabies ini sangat mudah sekali menular dan sangat gatal terutama

pada malam hari. Penyakit ini terjadi secara global dengan faktor predisposisi yang

mempengaruhi yakni kepadatan penduduk dan hygiene yang kurang baik.1,4

2.2 Etiopatogenesis Skabies

Sarcoptes scabei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima,

super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var.hominis. Selain itu

terdapat Sarcoptes scabei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya

cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan

tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350

mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.

Tungau yang dewasa bisa terlihat dengan mata telanjang, namun akan lebih terlihat jelas

dengan menggunakan lensa.5 Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki

didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir pada

rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan

keempat berakhir dengan alat perekat.

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang

terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa

hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang sudah dibuahi

menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari

dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau

50.1,5 Bentuk betina yanag dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan

menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan mempunyai larva yang mempunyai 3

pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.Setelah

2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan

2

Page 3: Lapsus Scabies Artha

4 pasan kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa

memerlukan waktu antara 8-12 hari.1

Sarcoptes Scabiei var. hominis.

Setelah sekitar 1 minggu, telur menetas, dan anak Sarcoptes akan tumbuh

menjadi dewasa. Sarcoptes dewasa ini akan keluar dari lorong-lorong untuk mencari

pasangannya (hal ini biasanya terjadi pada malam hari). Oleh karena itu penderita

skabies akan merasakan gatal-gatal pada malam hari.³

Gambar 1. Siklus hidup skabies

Siklus tersebut akan terulang lagi. Lorong-lorong yang lama akan menyembuh,

sedangkan ditempat yang lain akan terbentuk lorong-lorong baru.

2.3 Gambaran Klinis

Gejala akan muncul sekitar empat sampai enam minggu pada seseorang yang

belum pernah terinfestasi skabies sebelumnya. Sedangkan pada seseorang yang sudah

pernah terinfestasi biasanya gejala muncul dalam beberapa hari.3

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga

pada penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabakan oleh sensitisasi

3

Page 4: Lapsus Scabies Artha

terhadap sekreta dan eksreta tungau seperti feses, skin moult, dan saliva yang tersebar di

terowongan sampai jaringan sekitar terowongan pada manusia. Infestasi awal pada

manusia bisa saja tidak teridentifikasi selama beberapa bulan sebelum perkembangan

sensitisasi dan respon imun.2,8 Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan

ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,

ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.2 Adapun empat tanda kardinal gejala penyakit

skabies yakni :

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena

aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas, sehingga

larva aktif akan keluar dari sarangnya. Khas untuk skabies adalah rasa gatal yang

amat sangat terutama pada malam hari.1,7,8

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah

keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam

sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang

berdekatan akan diserang tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang

seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau,

tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna

putih atau keabu-aban. Berbentuk garus lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1

cm, pada ujung terowongan itu didapatkan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi

sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain).

Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang

tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian

luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong,

genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang

telapak tangan dan telapak kaki.1,3,4

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan

satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut1,7

Efflourosensinya berupa papula atau vesikel dimana puncaknya terdapat

gambaran yang sebenarnya merupakan lorong-lorong rumah sarcoptes yang biasanya

disebut dengan istilah burrows atau kunikulus. Kunikulus ini pada pemeriksaan fisik

4

Page 5: Lapsus Scabies Artha

kadang tidak terlihat (tidak ditemukan) karena sudah hilang akibat garukan kronis. Jika

terjadi infeksi sekunder, kunikilus ini dapat menjadi pustula.

Gambar 2. Tempat-tempat predileksi skabies

Apabila skabies mengenai gland penis seperti gambar diatas, maka akan

terbentuk papula-papula eritematus yang jelas. Papula ini mirip dengan papula pada

sifilis, hanya bedanya bahwa papula pada skabies tersebut terasa gatal sekali. Jika

skabies ini terjadi pada skrotum seperti gambar diatas pula, maka gambarannya akan

semakin jelas lagi. Hal ini dikarenakan stratum korneum scrotum lebik tipis. Sehingga

papula akan semakin jelas terlihat. Didaerah lain, stratum korneumnya biasanya lebih

tebal, sehingga papulanya akan lebih tidak terlihat.

Gambar 3. Lesi yang ditimbulkan oleh Skabies

5

Page 6: Lapsus Scabies Artha

2.4 Penyebaran Skabies

Penularan skabies dapat terjadi secara :

1. Kontak langsung dengan penderitanya. Tungau dapat di transfer dari satu

manusia ke manusia lainnya. Penyebaran sangat mudah ditularkan melalui

kontak seksual dan mudah ditularkan pada orang yang tinggal satu rumah atau

institusi. Selain itu skabies juga sangat mudah menular di tempat yang ramai

seperti penjara dan rumah sakit. 5,12

2. Secara tidak langsung, misalnya melalui pakaian, handuk, alat-alat tidur, dan

lain-lain.

2.5 Diagnosis Skabies

Dengan adanya keluhan gatal terutama pada malam hari, kelainan kulit pada

tempat predileksi, dan adanya penyakit serupa pada angota keluarga yang serumah,

sudah dapat diduga bahwa penyakit tersebut adalah skabies. Terlebih-lebih jika

ditemukannya terowongan dan tugau. Diagnosis sudah dapat ditegakkan dari anamnesa

dan pemeriksaan fisik jika ditemukan minimal dua dari empat tanda cardinal seperti di

atas.1

Adapun cara menemukan tungau :

1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul

atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca

obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop

cahaya.1,5

2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar

kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.

3. Dengan membuat biopsy irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari

kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan

mikroskop cahaya.

4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.1

6

Page 7: Lapsus Scabies Artha

2.6 Diagnosis Banding Skabies

Adanya pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the great imitator

karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis

banding ialah : prurigo dan pedikulosis korporis.¹

Pedinculosis Corporis :

dengan gejala klinis gatal setempat oleh karena liur & eksreta pedinculous. Efflourisensi

yang didapatkan biasanya makula warna tembaga, likenifikasi dan kadang-kadang

disertai infeksi sekunder, (impetigo & furunculosis) serta biasanya terjadi pembesaran

KGB. Untuk diagnosis: kita berusaha untuk menemukan kutu & telur (serat kapas

pakaian).1

Prurigo :

Penyakit kulit kronik dari sejak bayi atau anak yang terdiri atas papul-papul miliar

berbentuk kubah, sangat gatal, lebih mudah diraba daripada dilihat terutama di daerah

ekstrimitas bagian ekstensor meluas ke bokong, perut, muka dan terjadi simetris. KGB

regional biasanya mengalami pembesaran.1

2.7 Penatalaksanaan Skabies

Cara pengobatan untuk skabies ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk

penderita yang hiposensitisasi).¹ Pengobatan ditujukan untuk membunuh tungau scabies

dan mengkontrol dermatitis, yang akan bertahan untuk beberapa bulan setelah

pemberantasan tungau.12

Pengobatan topikal :

1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep

atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka

penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah

berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat

dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.

2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan

setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi,

dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.

7

Page 8: Lapsus Scabies Artha

3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1% dalam

krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium,

mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada

anak dibawah enam tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan

saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi

seminggu kemudian.

4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,

mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal ; harus dijauhkan dari

mata, mulut, dan uretra.

5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, aman digunakan dalam terapi

manajemen scabies kurang toksik jika dibandingkan gameksan, efektifitasnya

sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 8-10 jam serta dianjurkan

pemakaian pada malam hari. Bila belum sembuh diulangi selama seminggu.

Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan. Obat pilihan yang

disarankan untuk terapi Scabies adalah Scabimite cream dengan bahan aktif

nya permethrin 5% dan Scabimite ada dalam lemasan 10 gram dan 30 gram.

Permethrin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel saraf

parasit yaitu melalui ikatan dengan Natrium. Hal ini memperlambat

repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. Permethrin

dimetabolisir dengan cepat di kulit, hasil metabolisme yang bersifat tidak aktif

akan segera diekskresi melalui urine. Permethrin juga diabsorbsi setelah

pengaplikasian secara topikal, tetapi kulit juga merupakan sebuah tempat

metabolisme dan konjugasi metabolit. Pengaplikasian 5% permethrin cream

biasanya cukup untuk mebuat hilang ektoparasit dan pengurangan dari

simptom (biasanya pruritus). Pengaplikasian berulang dibutuhkan untuk

mengobati penyakit scabies diantara komunitas orang. Hipersensitif terhadap

Permethrin, Pirethroid sintetis atau Pirethrin.12

Pengobatan Oral :

Bila disertai infeksi sekunder dapat seperti pyoderma, maka harus diobati

dengan sistemik antibiotik. Untuk rasa gatal dapat diberikan antihistamin per oral.

Papula gatal yang berkepanjangan bisa diobat dengan kortikosteroid berkekuatan

sedang-tinggi atau dengan intralesional triamcolone acetonide (2,5-5 mg/mL).1

8

Page 9: Lapsus Scabies Artha

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Pasien sebaiknya mandi yang bersih.5,7

2. Kebanyakan gagalnya pengobatan skabies berhubungan dengan salah

pengunaan obat atau pengobatan yang tidak tuntas. Maka dari itu perlu untuk

menerangkan kepada pasien tentang penggunaan lotion atau cream topikal.

Lotion dipakai dari leher atau dari belakang telinga sampai ke seluruh tubuh

dan konsentrasikan pada daerah-daerah yang terdapat lesi, namun pastikan

daerah axial, pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan area pubis juga

dioleskan. Cream atau lotion harus segera dibersihkan setelah delapan sampai

dua belas jam pemakaian. Jika terdapat keraguan dalam penggunaan, bisa

dipakai beberapa hari kemudian.5,7,4

3. Pakaian dan peralatan lainnya yang terkontaminasi harus segera di bersihkan

dengan air panas atau dry cleaned. Hal yang dapat dilakukan adalah mencuci

benda-benda yang kontak langsung dengan penderita pada suhu di atas 50 °C

dan gunakan pakaian atau peralatan yang sudah tidak terkontaminasi setelah

melakukan pengobatan. Selimut dan baju harus dicuci atau dibersihkan atau

disingkirkan selama 14 hari dalam kantong plastik.4,10,12

4. Menerangkan kepada pasien agar menghentikan penggunaan obat atau

membilas obat dengan bersih apabila terjadi iritasi kulit atau reaksi

hipersensitivitas pada saat pemakaian.4

5. Menyarankan kepada anggota keluarga, pasangan seksual serta semua orang

yang pernah kontak dengan pasien yang mengeluhkan gatal atau tidak untuk

dilakukan pemeriksaan dan pengobatan skabies harus dilakukan secara

menyeluruh pada semua penderita dalam satu lingkungan dalam satu waktu. 4,5,7,10

6. Papula-papula yang tersisa bisa bertahan dalam beberapa minggu. Steroid

topikal bisa digunakan untuk menghilangkan gatalnya.5,7

7. Infeksi sekunder pada tempat garukan juga perlu diobati.5,7

2.8 Komplikasi dan Prognosis

Skabies merupakan masalah yang serius dan menjadi persisten pada kelompok

orang dengan sistem imun yang rendah seperti pada penderita HIV atau kronik leukemia

9

Page 10: Lapsus Scabies Artha

dan pada pasien yang menderita sakit berat yang dirawat di rumah sakit sehingga bisa

menampakkan bentuk yang lebih serius dari skabies yakni skabies norwegia (skabies

berkrusta). Bentuk skabies ini ditandai dengan dermatitis berkrusta pada tangan dan

kaki, dan skuama yang generalisata. Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya

sangat sedikit serta susah untuk diobati. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang

sangat besar. Selain diatas, penyakit ini terdapat pada penderita dengan retardasi mental,

kelemahan fisis, dan psikosis.1,11 Garukan yang hebat pada rasa gatal bisa menyebabkan

infeksi sekunder seperti impetigo dan pada beberapa kasus dapat berkembang menjadi

anemia berat.8

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat

pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene yang buruk),

maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.¹

10

Page 11: Lapsus Scabies Artha

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Penderita

Nama : Ni Komang Ayu Maryuli

Umur : 21 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. Gunung Soputan No.52 B Denpasar

Suku : Bali

Bangsa : Indonesia

Agama : Hindu

Tanggal Pemeriksaan : 08 September 2015

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama :

Gatal di malam hari

Perjalananan Penyakit :

Keluhan gatal-gatal yang dirasakan pasien sikatakan sejak tiga minggu yang

lalu. Awalnya pasien mengatakan timbul benjolan kemerahan pada tangannya. Setelah

itu muncul benjolan merah pada pantat dan perutnya. Daerah ini terasa sangat gatal

ketika malam hari dan saat berkeringat sehingga pasien sering menggaruk tangannya

dan menyebabkan pasien menjadi sulit tidur. Pasien mengatakan munculnya bintik-

bintik ini secara tiba-tiba. Gatal tidak hilang walaupun pasien mandi dan mengganti

pakaian. Pasien sudah pernah berobat 2 minggu yang lalu di klinik tempat dia bekerja

namun keluhan ini masih dirasakan.

Riwayat Pengobatan :

Pasien sudah dapat berobat sebelumnya sekitar 2 minggu yang lalu. Pasien lupa

nama obatnya. Setelah berobat keluhan gatalnya dikatakan menetap.

Riwayat Penyakit Terdahulu :

Penderita belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.

11

Page 12: Lapsus Scabies Artha

Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien mengatakan bahwa ayah pasien mengalami hal seperti ini sejak 2 bulan

yang lalu hingga saat ini namun ayah pasien tinggal di kampung halaman.

Riwayat Sosial:

Pasien merupakan seorang waiter di sebuah hotel di seminyak, dan tinggal di

kos-kosan di daerah gunug soputan. Pasien mengatakan ditempatnya bekerjanya tidak

ada yang mengalami keluhan seperti ini. Pasien menceritakan dirinya rajin mandi

sebanyak 2 kali sehari dan rajin membersihkan kamar tidurnya, namun seminggu sekali

pasien pulang kampung untuk bertemu orang tuanya.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status Present

Keadaan Umum : Baik

Nadi : 60x/menit

Respirasi : 24x/menit

Temperatur aksila : 36,5 H c

Status General

Kepala : Normocephali

Mata : tde

THT : tde

Thorax : Cor : tde

Pulmo : tde

Abdomen : tde

Ekstremitas : tde

Status Dermatologi

1. Lokasi : tangan bagian volar, perut, pantat, sela jari kaki

Effloresensi :

- Papul eritema, berbatas tegas, berbentuk bulat, jumlah multipel

dengan ukuran terkecil 1 mm – 1,5 mm dan terbesar 2 mm – 3 mm,

tersebar secara discrete

12

Page 13: Lapsus Scabies Artha

- Erosi diatas kulit yang eritema, jumlah multipel dengan ukuran

terkecil 1 mm – 2 mm dan terbesar 3mm – 4 mm dan tersebar

discrete.

2. Mukosa : dalam batas normal

3. Rambut : dalam batas normal

4. Kuku : dalam batas normal

5. Fungsi Kelenjar Keringat : dalam batas normal

6. Kelenjar Limfe : dalam batas normal

7. Saraf : dalam batas normal

3.4 Diagnosis Banding

Scabies

Prurigo

Pedikulosis Korporis

3.5 Diagnosis Kerja

Scabies

3.6 Penatalaksanaan

Pengobatan topikal :

1.Scabimite cream 30 gram dioleskan satu kali sehari pada seluruh tubuh dan

dibiarkan hingga 12 jam.

2.Desoxymetasone cream 1 tube + Gentamisin 1 tube diracik menjadi satu

kemudian ditutul pagi sore hanya pada lesi saja.

Pengobatan sistemik :

Antihistamin tablet (Cetirizine) 1 x 10 mg

Antiinflamasi tablet ( Methyl Prednisolone 3x 4 mg

KIE

3.7 Prognosis

Prognosis dari penderita ini adalah dubius ad bonam.

13

Page 14: Lapsus Scabies Artha

BAB IVPEMBAHASAN

Penderita perempuan, 21 tahun, Bali, Hindu, mengeluh mengalami gatal di malam hari

kurang lebih sejak tiga minggu yang lalu. Rasa gatalnya dirasakan sangat menganggu

pada daerah tangan, pergelangan kaki, pantat, perut, kaki dan punggung yang dirasakan

pada malam hari sehingga pasien menjadi sulit untuk tidur. Pasien sudah dapat berobat

sebelumnya, namun pasien lupa nama obatnya. Setelah pengobatan pasien mengatakan

keluhannya menetap.

Dari pemeriksaan fisik diperoleh status general dalam batas normal. Status

dermatologis lokasi pada tangan bagian volar, panta, perut dan kaki dengan effloresensi

berupa papul eritema, berbatas tegas, berbentuk bulat, jumlah multipel dengan ukuran

terkecil 1 mm – 1,5 mm dan terbesar 2 mm – 3 mm, tersebar secara discrete. Juga

ditemukan Erosi diatas kulit yang eritema, jumlah multipel dengan ukuran terkecil 1

mm – 2 mm dan terbesar 3mm – 4 mm dan tersebar discrete.

Diagnosis banding dari kasus ini adalah skabies, pedinkulosis korporis, dan

prurigo. Untuk diagnosis kerjanya adalah skabies.

4.1 Penegakan Diagnosis

Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi

terhadap Sarcoptes scabei var. hominis dan produknya. Penyakit ini sangat mudah

sekali menular melalui kontak langsung dengan penderita dan sangat gatal terutama

pada malam hari. Faktor yang mempengaruhi ialah hygiene yang kurang baik, serta

ruaangan atau tempat tidur yang lembab karena kurang pencahayaan. Predileksi dari

skabies yang paling sering biasanya pada axilla, areola mammae, sekitar umbilikus,

genital, bokong, pergelangan tangan bagian volar, sela-sela jari tangan, siku flexor, dan

telapak tangan dan telapak kaki.

Dasar penegakan diagnosis skabies pada pasien dalam kasus ini adalah sebagai

berikut :

1. Dari anamnesis, keluhan utama pasien adalah timbul bentol bentol kemerahan

pada tangan bagian volar, perut, punggung, kaki dan sela-sela jari kaki. Keluhan

dirasakan sejak tiga minggu yang lalu. Keluhan gatalnya dirasakan terutama

14

Page 15: Lapsus Scabies Artha

pada malam hari dan sangat mengganggu tidur pasien. Kemudian pasien juga

mengataka ayah pasien di kampung mengalami hal seperti ini. Serta

ditemukannya bekas trowongan di sela-sela jari tangan dan sela-sela jari kaki

pasien yang berwarna putih keabuan. Dari anamnesis tersebut pasien telah

memenuhi tiga dari empat tanda cardinal yang diharapkan ada pada seseorang

dengan scabies yakni terjadi gatal pada malam hari dan terdapat orang sekitar

pasien yang mengalami hal yang sama.

2. Dari pemeriksaan fisik, diperoleh status present dan status general dalam batas

normal. Status dermatologis Lokasi pada tangan bagian volar, punggung, pantat,

sela jari kaki dan tangan dengan effloresensi berupa Papul eritema, berbatas

tegas, berbentuk bulat, jumlah multipel dengan ukuran terkecil 1 mm – 1,5 mm

dan terbesar 2 mm – 3 mm, tersebar secara discrete. Juga ditemukan Erosi diatas

kulit yang eritema, jumlah multipel dengan ukuran terkecil 1 mm – 2 mm dan

terbesar 3mm – 4 mm dan tersebar discrete. Lesi yang tampak pada pasien ini

sesuai dengan yang dipaparkan pada tinjauan pustaka yang menyebutkan bahwa

kelainan kulit dapat menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,

urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan

infeksi sekunder. Efflorosensinya berupa papula atau vesikel dimana puncaknya

terdapat gambaran yang sebenarnya merupakan lorong-lorong rumah sarcoptes

yang biasanya disebut dengan istilah burrows atau kunikulus. Pada pasien ini

tidak tampak adanya kunikulus, namun terdapat adanya papula pada daerah

predileksi khas dari scabies yang saling berpasangan yang menunjukkan

terowongan masuk dan terowongan keluar dari parasit scabies ini.

Dari diagnosis banding diatas maka diputuskan diagnosis kerjanya adalah

Skabies. Karena berdasarkan keluhan subyektif dari pasien dan tanda obyektif

yang ditemukan mengarah ke skabies. Pada pasien ini dari anamnesis dan

pemeriksaan fisik saja sudah dapat menegakkan diagnosis dan menyingkirkan

diagnosis banding. Pasien sudah memenuhi 3 dari 4 tanda kardinal untuk

mendiagnosis skabies. Pada pasien ini tidak ada pembesaran KGB regional dan

dari predileksinya cenderung mengarah ke skabies. Disamping itu pasien tidak

ada riwayat atopi. Pemeriksaan penunjang yang diusulkan dikerjakan bila

keadaan meragukan.

15

Page 16: Lapsus Scabies Artha

4.2 Faktor Predisposisi Skabies

Skabies sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung misalnya pada orang yang tinggal serumah atau satu tempat tinggal

dengan penderita dan sehari-harinya berinteraksi satu sama lain. Secara tidak langsung

misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan alat-alat lainnya dengan masa

inkubasi yang bervariasi. Scabies juga dapat menular bukan hanya pada orang yang

tinggal serumah tetapi juga pada orang dilingkungan sekitar, karena menular dengan

kontak kulit, contohnya berjabat tangan.

4.3 Pemeriksaan Penunjang

Penemuan tungau pada pasien merupakan suatu hal yang paling diagnostik, maka

dari itu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan penunjang untuk menemukan tungau

jika kondisi pasien masih meragukan. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan

tungau karena anamnesis dan pemeriksaan fisik saja sudah dapat menegakkan diagnosis

dan menyingkirkan diagnosis banding.

4.4 Penatalaksanaan Skabies

Medikamentosa

Penatalaksanaan skabies meliputi pengobatan topikal dan sistemik. Pada pasien ini

diberikan kedua macam pengobatan tersebut.

Pengobatan topikal :

Scabimite cream adalah Permetrin dengan kadar 5% dalam krim dan merupakan

obat pilihan yang disarankan untuk terapi Scabies karena aman digunakan dan

toksik yang minimal jika dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi

hanya sekali dan dihapus setelah 12 jam serta dianjurkan pemakaian pada malam

hari. Bila belum sembuh diulangi selama seminggu. Permetrin bekerja dengan

cara mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan

Natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi

paralise parasit. Permethrin dimetabolisir dengan cepat di kulit, hasil metabolisme

yang bersifat tidak aktif akan segera diekskresi melalui urine. Permethrin juga

diabsorbsi setelah pengaplikasian secara topikal, tetapi kulit juga merupakan

sebuah tempat metabolisme dan konjugasi metabolit. Pengaplikasian 5%

16

Page 17: Lapsus Scabies Artha

permethrin cream biasanya cukup untuk membuat hilang ektoparasit dan

pengurangan dari simptom (biasanya pruritus). Kontraindikasi pada hipersensitif

terhadap Permethrin, Pirethroid sintetis atau Pirethrin.12 Kemudian setelah

pemakaian Scabimite topikal diberikan lalu dilanjutkan dengan pemberian cream

racikan yang isinya Desoxymetasone cream 1 tube + Gentamisin cream 1 tube

yang kemudian ditutul pada lesi saja, digunakan pagi sore.

Pengobatan sistemik :

Pasien diberikan antihistamin (cetirizine) 1 kali 10 mg, metil prednisolon 3 kali 4

mg obat ini bertujuan untuk mengurangi rasa gatal yang timbul akibat proses

alergi dan mengurangi inflamasi pada kulit akibat garukan.

KIE

Adapun beberapa hal penting yang harus diperhatikan, sesuai dengan tinjauan

pustaka antara lain:

1. Pasien sebaiknya mandi yang bersih.

2. Kebanyakan gagalnya pengobatan scabies berhubungan dengan salah

pengunaan obat atau pengobatan yang tidak tuntas. Maka dari itu perlu

untuk menerangkan kepada orang tua pasien tentang penggunaan lotion

atau cream topikal. Lotion dipakai ke seluruh tubuh dan muka dan

konsentrasikan pada daerah-daerah yang terdapat lesi, namun pastikan

daerah axial, pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan area pubis juga

dioleskan. Cream atau lotion harus segera dibersihkan setelah delapan

sampai dua belas jam pemakaian serta pakaian dan sprei tempat tidur yang

dipakai saat itu harus diganti dan di cuci supaya sisa kutu tidak kembali.

Jika terdapat keraguan dalam penggunaan, bisa dipakai satu minggu

kemudian. Gatal biasanya tidak akan langsung hilang, tetapi akan hilang

dalam waktu satu bulan karena proses sensitisasi yang tersisa.

3. Pakaian dan peralatan lainnya yang terkontaminasi harus segera di

bersihkan dengan air panas atau dry cleaned. Hal yang dapat dilakukan

adalah mencuci benda-benda yang kontak langsung dengan penderita pada

suhu di atas 50 °C dan gunakan pakaian atau peralatan yang sudah tidak

terkontaminasi setelah melakukan pengobatan.

17

Page 18: Lapsus Scabies Artha

4. Menerangkan pasien agar menghentikan penggunaan obat atau membilas

obat dengan bersih apabila terjadi iritasi kulit atau reaksi hipersensitivitas

pada saat pemakaian.

5. Menyarankan kepada anggota keluarga, serta semua orang yang pernah

kontak dengan pasien yang mengeluhkan gatal atau tidak untuk dilakukan

pemeriksaan dan pengobatan scabies harus dilakukan secara menyeluruh

pada semua penderita dalam satu lingkungan dalam satu waktu.

18

Page 19: Lapsus Scabies Artha

BAB V

SIMPULAN

5.1 Simpulan

Dari kajian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut:

Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi

terhadap Sarcoptes scabei var. hominis dan produknya. Dari anamnesa didapatkan

pasien mengeluh mengalami gatal di malam hari kurang lebih sejak tiga minggu yang

lalu. Rasa gatalnya dirasakan sangat menganggu pada daerah tangan, pergelangan kaki,

pantat, perut, punggung dan sela-sela jari kaki yang dirasakan pada malam hari sehingga

pasien menjadi sulit untuk tidur. Pasien mengatakan dikeluarganya juga ada yang

mengalami hal seperti ini yaitu ayah pasien yang tinggal dikampung. Pasien sudah dapat

berobat sebelumnya dan tidak ada perubahan, saat ditanya nama obatnya pasien

mengatakan lupa nama obatnya.

Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi pengobatan topikal dan sistemik.

Pengobatan topikalnya yakni Scabimite cream 30 gram dioleskan sekali pada seluruh

tubuh. Pasien juga mendapat pengobatan sistemik yakni antihistamin tablet (Interhistin)

tiga kali 50mg. Pemberian KIE sangat penting dalam kasus ini, hal ini disebabkan

karena penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk sembuh dan angka

kekambuhannya cukup tinggi dan sangat dipengaruhi oleh faktor faktor predisposisi dan

kesabaran serta ketaatan pasien untuk berobat.

19

Page 20: Lapsus Scabies Artha

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda Adhi . Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed. 6. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta : 2010.

2. Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Atlas penyakit kulit dan kelamin.

FK. Unair/RSU Dr. Soetomo. Surabaya : 2012.

3. Brouhard Rod. Skabies: Symptoms and Treatment of Skabies. 2012 Available

from: http://firstaid.about.com/od/rash/qt/08_skabies.htm

4. Springhouse. Handbook of Diseases. 2012 Available from:

http://www.wrongdiagnosis.com/s/scabies/book-diseases-12a.htm

5. Hunter J., Savin J., Dahl M. Clinical Dermatology. Third Edition. Blackwell

Science. USA : 2002

6. Wiederkehr, M., Schwart, R. A. 2013. Skabies. Available at:

http://www.emedicine.com/DERM/topic471.htm.

7. Buxton Paul K. ABC of Dermatology. Fourth Edition. BMJ Books. British :

2003

8. Departement of Medical Entomology. Skabies. Available from:

http://www.medent.usyd.edu.au/fact/skabies.html

9. Sularsito Sri Adi, Soebaryo Retno Widowati, Kuswadji. Dermatologi praktis.Ed.

1. PERDOSKI. 1989

10. Lab/SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Pedoman diagnosis dan terapi

penyakit kulit dan kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP

Sanglah. Denpasar : 2007

11. Illinois Departement of Public Health. Scabies. 2008. Available from:

http://www.idph.state.il.us/public/hb/hbscab.htm

12. Sadana, Liana Yuliawati. Krim permethrin 5% untuk pengobatan scabies. 2007.

Available from: http://yosefw.wordpress.com/2007/12/30/krim-permethrin-5-

untuk-pengobatan-scabies/

20