Sarkoma Kaposi

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarkoma kaposi pada awalnya dikenal sebagai penyakit yang mempengaruhi laki-laki usia lanjut dari daerah Eropa Timur dan Laut Tengah. Sarkoma kaposi juga terjadi pada laki-laki Afrika dan orang dengan system kekebalan tubuh yang lemah. Penyakit ini paling banyak terdapat pada orang-orang kulit hitam dari Afrika Tengah, tetapi dalam beberapa tahun belakang ini penyakit ini dilaporkan sebagai bagian dari AIDS dan sebagai komplikasi pada terapi imunosupresif. Di Amerika Serikat ada delapan kali lebih banyak laki-laki dengan sarkoma kaposisi dibandingkn dengan perempuan. Dalam beberapa penelitian, terjadi kira-kira ada 20% pasien AIDS, prevalensinya 30% pada pria homo seksual yang terinfeksi HIV. Penyebaran AIDS dimasyarakat homoseksual dengan cepat menimbulkan dugaan terhadap zat yang menyebabkan infeksi yang dikatakan seperti virus. Namun sarkoma kaposi tidak hanya terdapat pada mulut, tapi juga dapat dilihat pada kulit, hidung, mata bahkan dapat menyebar ke organ dalam tubuh lain. Pada perut dan usus sarkoma kaposi menyebabkan pendarahan dalam. 1

description

makalah

Transcript of Sarkoma Kaposi

Page 1: Sarkoma Kaposi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sarkoma kaposi pada awalnya dikenal sebagai penyakit yang mempengaruhi laki-

laki usia lanjut dari daerah Eropa Timur dan Laut Tengah. Sarkoma kaposi juga

terjadi pada laki-laki Afrika dan orang dengan system kekebalan tubuh yang

lemah. Penyakit ini paling banyak terdapat pada orang-orang kulit hitam dari

Afrika Tengah, tetapi dalam beberapa tahun belakang ini penyakit ini dilaporkan

sebagai bagian dari AIDS dan sebagai komplikasi pada terapi imunosupresif. Di

Amerika Serikat ada delapan kali lebih banyak laki-laki dengan sarkoma kaposisi

dibandingkn dengan perempuan.

Dalam beberapa penelitian, terjadi kira-kira ada 20% pasien AIDS, prevalensinya

30% pada pria homo seksual yang terinfeksi HIV. Penyebaran AIDS

dimasyarakat homoseksual dengan cepat menimbulkan dugaan terhadap zat yang

menyebabkan infeksi yang dikatakan seperti virus.

Namun sarkoma kaposi tidak hanya terdapat pada mulut, tapi juga dapat dilihat

pada kulit, hidung, mata bahkan dapat menyebar ke organ dalam tubuh lain. Pada

perut dan usus sarkoma kaposi menyebabkan pendarahan dalam. Pada paru-paru

dapat menyebabkan batuk parah atau sesak nafas. Jika mengenai kelenjer getah

bening, ini dapat menyebabkan bengkak yang parah pada lengan, kaki, wajah, dan

kantong kemaluan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Definisi sarkoma kaposi ?

2. Etiologi dan epidemiologi sarkoma kaposi ?

3. Gambaran klinis sarkoma kaposi ?

4. Histopatologi sarkoma kaposi ?

5. Klasifikasi sarkoma kaposi ?

6. Diagnosis dan Diagnosis Banding Sarkoma Kaposi ?

1

Page 2: Sarkoma Kaposi

7. Pencegahan sarkoma kaposi ?

8. Perawatan sarkoma kaposi ?

9. Komplikasi sarkoma kaposi ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Agas mahasiswa dapat memahami berbagai pembahasan tentang sarkoma

kaposi.

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam cara mendiagnosis

sarkoma kaposi serta pencegahannya.

3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan menerapkan perawatan sarkoma

kaposi sebagai dokter gigi.

2

Page 3: Sarkoma Kaposi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sarkoma Kaposi

Sarkoma Kaposi adalah tumor yang disebabkan oleh Human herpesvirus 8

( HHV8 ) yang dikenal dengan istilah sarkoma kaposi - dikaitkan dengan

herpesvirus ( KSHV ). Penyakit ini ditemukan pada tahun 1872 oleh

dermatologist Hongaria bernama Moriz Kaposi yang menjelaskan tentang 5

pasien dengan agresif idiopatik multiple pigmen sarcoma pada kulitnya. Dan

seorang pasien meninggal dengan perdarahan gastrointestinal 15 bulan setelah

ditemukannya lesi pada kulit. Dan pada autopsy tampak lesi visceral di paru –

paru dan traktus pencernaannya.

Virus penyebab tumor ini ditemukan pada tahun 1994. HHV8 dapat ditularkan

melalui kontak seksual sehingga risiko untuk tertular juga ada. Bahkan, penyakit

ini telah diidentifikasi pada pasien transplantasi organ dengan HIV negative yang

menerima terapi immunosupresif. Sejak tahun 1990-an sarkoma kaposi semakin

diteliti hingga didapatkan 4 jenis sarkoma kaposi dengan manifestasi klinis yang

berbeda namun patofisiologinya sama, diantaranya : SK klasik, SK endemik pada

orang Afrika, SK pada pasien dengan terapi immunosupresan, dan SK terkait

AIDS. Sarkoma kaposi ini mengakibatkan beberapa gejala klinik mulai dari

gangguan kulit ringan sampai mempengaruhi organ tubuh.

Sarkoma Kaposi tipe klasik biasanya menyerang orang tua dari wilayah Laut

Tengah atau keturunan Eropa Timur. SK endemik pada orang Afrika yang masih

muda terutama dari daerah Afrika Sub-Sahara sebagai penyakit yang lebih agresif

menyerang kulit terutama anggota badan bagian bawah dengan prevalensi pria

dan wanita 3:1. 10% laki-laki yang menderita kanker di Afrika penyebabnya

adalah Sarkoma Kaposi. Sarkoma Kaposi pada pasien dengan terapi

immunosupresan termasuk didalamnya pasien post transplantasi organ dan

3

Page 4: Sarkoma Kaposi

terbanyak pada pasien dengan penyakit autoimun. Lebih dari 20 % penderita

AIDS di Eropa menderita Sarkoma Kaposi dan Sarkoma Kaposi ini didapat pada

pasangan muda homoseksual.

2.2 Etiologi dan Epidemiologi Sarkoma Kaposi

Etiologi dari sarkoma kaposi tidak jelas. Neoplasma endothelial ganas sering

berhubungan dengan AIDS dan mungkin juga dengan infeksi sitomegalovirus

(CMV). Terkadang sarkoma kaposi adalah bentuk pertama dari infeksi HIV.

Human Herpes Virus 8 (HHV-8) DNA bisa ditemukan dalam sel-sel sarkoma, dan

pasien dengan infeksi HIV dan HHV-8 mempunyai resiko tinggi mengembangkan

sarkoma kaposi.

Adanya peranan faktor-faktor virus (mungkin CMV) yang berkaitan dengan

angiogenesis juga diduga sebagai penyebab sarkoma kaposi. Dalam suatu

penelitian baru lelaki dengan virus herpes manusia 8 (HHV-8) hampir 12 kali lipat

lebih mungkin didiagnosa sarkoma kaposi dibandingkan lelaki yang tidak

terinfeksi HHV-8.

Sarkoma kaposi pada awalnya dikenal sebagai penyakit yang mempengaruhi laki-

laki usia lanjut dari daerah Eropa Timur dan Laut Tengah. Sarkoma kaposi juga

terjadi pada laki-laki Afrika dan orang dengan system kekebalan tubuh yang

lemah. Penyakit ini paling banyak terdapat pada orang-orang kulit hitam dari

Afrika Tengah, tetapi dalam beberapa tahun belakang ini penyakit ini dilaporkan

sebagai bagian dari AIDS dan sebagai komplikasi pada terapi imunosupresif. Di

Amerika Serikat ada delapan kali lebih banyak laki-laki dengan sarkoma kaposisi

dibandingkan dengan perempuan.

Dalam beberapa penelitian, terjadi kira-kira ada 20% pasien AIDS, prevalensinya

30% pada pria homo seksual yang terinfeksi HIV. Penyebaran AIDS

dimasyarakat homoseksual dengan cepat menimbulkan dugaan terhadap zat yang

menyebabkan infeksi yang dikatakan seperti virus.

4

Page 5: Sarkoma Kaposi

Namun sarkoma kaposi tidak hanya terdapat pada mulut, tapi juga dapat dilihat

pada kulit, hidung, mata bahkan dapat menyebar ke organ dalam tubuh lain. Pada

perut dan usus sarkoma kaposi menyebabkan pendarahan dalam. Pada paru-paru

dapat menyebabkan batuk parah atau sesak nafas. Jika mengenai kelenjer getah

bening, ini dapat menyebabkan bengkak yang parah pada lengan, kaki, wajah, dan

kantong kemaluan.

2.3 Gambaran Klinis Sarkoma Kaposi

Orang dengan HIV-AIDS yang memiliki sarkoma kaposi ditandai oleh 3 tahap.

Pada awalnya keganasan tersebut merupakan macula merah tanpa gejala.

Selanjutnya membesar menjadi plak merah-biru. Lesi-lesi yang lanjut tampak

sebagai nodula-nodula biru-ungu, berlobus, berulserasi dan menyebabkan sakit.

Besarnya (pada palatum) beberapa millimeter sampai beberapa sentimeter.

Memiliki bentuk tidak teratur, bisa tunggal atau multiple dan asimptomatik dan

seringnya baru disadari oleh sipenderita jika lesi agak besar.

Palatum adalah tempat yang paling sering dan tumor terlihat berupa area

keunguan atau nodula yang mudah berdarah. Lokasi sarkoma kaposi

berkemungkinan dimana saja di rongga mulut. Palatum keras menempati

kedudukan yang paling utama. Lesi ini juga dapat terjadi pada palatum lunak,

gusi, lidah, bibir, mukosa pipi dan oropharing. Jika lesi tersebut meliputi ginggiva

maka lesi bisa menjadi hyperplastik dan tumbuh melampaui mahkota gigi.

Kemungkinan lain, lesi sarkoma kaposi yang terlihat tulang bisa menimbulkan

bengkak dilapisan atas mukosa normal.

Seringkali lesi tersebut multifokal, tidak nyaman dan memprihatinkan secara

estetika. Pada lapisan mulut, sarkoma kaposi dapat menyebabkan kesulitan untuk

makan atau menelan.

Adanya klinis atau para professional yang terlibat seperti dokter gigi mengetahui

diagnosa awal dari manifestasi HIV-AIDS di rongga mulut (terutama sarkoma

kaposi) yang berhubungan dengan oportunistik atau keganasan maka penyebaran

infeksi dari penderita kepada operator atau dari penderita ke penderita lainnya

5

Page 6: Sarkoma Kaposi

dapat ditanggulangi dan dikendalikan. Hal ini karena tidak dapat dipungkiri

bahwa penderita HIV-AIDS semakin meningkat dan berada di lingkungan sekitar

kita.

2.4 Histopatologi Sarkoma Kaposi

Histopatologi tergantung pada stadium dari sarkoma kaposi. Terdapat perubahan

histopatologi dan peningkatan pada dermal dari pembuluh darah yang terlihat

pada sel endothelial. Pada beberapa pembuluh darah, lokasi di lapisan dermis

superfisialisnya yang berhubungan dengan kulit luar sehingga tampak ireguler.

Pada lesi di dapatkan hemosiderin, deposit dan ekstravasasi dari eritrosit yang

biasa ditemukan pada infiltrat dari radang yang sedang. Patologi drai plak

sarkoma kaposi yaitu proliferasi pembuluh darah pada setiap tingkat dermis atau

kulit dengan dilatasi multiple dan angulasi pembuluh darah yang menyebabkan

kekenyalan pada jaringan kolagen.

Papul dari jaringan keras dan fascicles dari sel spindel, nodul dari sel spindel yang

berkelompok, ireguler pada garis endothelial. Pada semua stadium dari sarkoma

kaposi terdapat peradangan yang umumnya berisi limfosit, histiosit, sel plasma,

sporadic dan neutrofil.

6

Page 7: Sarkoma Kaposi

2.5 Klasifikasi Sarkoma Kaposi

Klasik (sporadic) sarkoma kaposi

Jenis sarkoma kaposi ini sering terjadi pada pasien manula pada suku

Mediterania dan Eropa Timur. Dengan ratio pria banding wanita 10-15 : 1.

Dengan usia berkisar 50-70 tahun. Penyakit ini jarang terdapat adanya

benjolan limfe, membrane mukosa, atau keterlibatan organ viseral.

Kekambuhan bisa terjadi karena imunosupresi oleh karena faktor umur,

genetic, sejarah pernah terkena keganasan, dan kemungkinan karena

infeksi malaria. Tingkat kebersihan juga berpengaruh dalam resiko

terjadinya sarkoma kaposi tipe klasik.

Tumor ini selalu dimulai pada kulit bagian distal dari ekstremitas bawah

baik unilateral maupun bilateral berbentuk makula berwarna merah

sehingga terlihat seperti hematom. Lesi ini perjalanannya perlahan bisa

vertikal maupun horizontal dan berkembang sampai menjadi plak atau

kadang – kadang nodul. Awalnya tumor berwarna coklat dan

hiperkeratosis dan pada ekstremitas bawah bisa terjadi ulserasi. Tumor ini

bisa menimbulkan pitting edema sampai terjadi fibrosis.

Klasik Sarkoma Kaposi bermanifestasi pada nodus limfatikus di

membrane mukosa dan organ dalam seperti traktus pencernaan yang

7

Page 8: Sarkoma Kaposi

seringnya jarang bergejala karena sarkoma kaposi tipe ini banyak

mengenai orang usia tua dan meninggal karena penyakit lainnya.

Sarkoma kaposi berkaitan dengan AIDS ( AIDS – SK )

Sebelum dekade pertama pandemi AIDS, Sarkoma Kaposi didiagnosis >

20% pada pasien HIV-1 di Eropa. Frekuensinya pada pria dan wanita yang

berhubungan seks, pada pengguna narkoba suntik, hemofilia, resipien

transfusi darah dan bayi yang lahir dari ibu positif HIV di kota industri.

Hal inilah yang menyebabkan sarkoma kaposi merupakan keganasan yang

paling sering dijumpai pada pasien terinfeksi HIV, khususnya pada daerah

yang terbatas ketersediaan HAART (highly active antiretroviral therapy).

Di Amerika Serikat, sarkoma kaposi terdapat pada 2-3% pasien

homoseksual yang terinfeksi HIV. Pada pertengahan tahun 1990, sarkoma

kaposi merupakan gejala yang jelas didapat pada 15% homoseksual. Di

Afrika dan negara berkembang, epidemic sarkoma kaposi terkait AIDS

umum didapat pada heteroseksual dewasa dan sedikit pada anak-anak.

Kaposi sarcoma terkait AIDS merupakan bentuk kaposi sarcoma yang

paling agresif.

Serokonversi dari human herpevirus 8 (HHV-8) secara positif

meningkatkan epidemic kaposi sarcoma dalam 5-10 tahun. Adanya

penurunan CD4 dan peningkatan jumlah virus HIV-1 merupakan ukuran

prognosa dari epidemic sarkoma kaposi. Kurang dari 1/6 penderita HIV

memiliki jumlah CD4 diatas 500 per mikroliter. Penyakit ini biasanya

berkembang pada pasien dengan imunodefisiensi yang parah.

AIDS – SK memiliki lesi berupa makula bentuk oval kecil yang akan

berkembang menjadi plak dan nodul kecil. Lesi biasanya di wajah

khususnya di hidung, alis, telinga dan bisa juga di tenggorokan. Lesi bisa

menjadi plak yang besar di area yang luas pada wajah, tenggorokan atau

ekstremitas dan menyebabkan gangguan fungsi. Mukosa mulut bisa

terkena sarkoma kaposi juga pada 10 – 15% pada kasus ini. Dan lesi pada

faring menyebabkan sulitnya menelan, berbicara dan bernafas. Lesi pada

8

Page 9: Sarkoma Kaposi

lambung dan duodenum merupakan lesi yang paling sering menyebabkan

perdarahan dan ileus. Walaupun mungkin terlihat di gastroskopi, beberapa

lesi tidak terdiagnosa histologisnya karena lokasi lesinya di submukosa

dan bisa diambil dengan forsep biopsi. Sarkoma kaposi pulmonal dapat

menyebabkan gejala tertentu seperti spasmebronkus, batuk, penurunan

fungsi respirasi. Bronkoskopi dengan transbronkhial biopsi penting untuk

diagnosa sarkoma kaposi pulmonal.

Sarkoma kaposi pada pasien terapi immunosupresan

Kejadian ini dapat terjadi pada pasien yang menjalani transplantasi organ

atau pasien yang mendapatkan terapi immunosupresor seperti penderita

penyakit autoimun. Insiden sarkoma kaposi meningkat 100x lipat pada

pasien yang menjalani transplantasi. Pada pasien dengan penyakit

kongenital yang menyebabkan imunodefisiensi tidak terjadi peningkatan

resiko. Rata-rata peningkatan terjadinya sarkoma kaposi pada pasien

transplantasi di waktu 1 sampai 10 tahun setelah transplantasi. Penanganan

agresif perlu dilakukan bila ada keterlibatan organ viseral.

Pada pasien yang menjalani penanganan immunosupresi kemungkinan

terjadinya penyakit ini meningkat. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa

keterlibatan immunosupresi memegang peran penting dalam

perkembangan sarkoma kaposi. Aktivasi sistem imun dan immunosupresi

memegang peran dalam perubahan komplek HHV-8.

Tipe ini memiliki manifestasi klinis yang perjalanannya perlahan seperti

SK tipe klasik tetapi dapat juga cepat seperti SK pada AIDS. Dosis, tipe

obat serta onset yang lebih awal pada pemberian immunosupresan

sangatlah penting pengaruhnya terhadap perkembangan SK yang

dihubungkan dengan siklosporin A yang tinggi pada beberapa obat seperti

glukokortikoid dan azatriopine. Tumor akan lebih progresif bila dosis

dinaikkan. Lesi pada tipe ini sama dengan tipe klasik dan AIDS berkaitan

dengan sarkoma kaposi. Dan lesi ini ditemukan pada > 85% pasien dengan

transplantasi dan < 15% memiliki kelainan pada organ viseralnya

9

Page 10: Sarkoma Kaposi

( gastrointestinal, paru ataupun nodus limfatikus ) tanpa gejala kulit yang

terlihat.

Sarkoma kaposi pada daerah endemik di Afrika

Penyakit ini utama terjadi pada pria juga pada wanita dan anak-anak

dengan seronegative HIV di Afrika. Sejak terjadi penyebaran penyakit

AIDS, kejadian ini meningkat sampai 20x lipat. Jarangnya pemakaian alas

kaki berkaitan dengan endemik sarkoma kaposi. Lesi sarkoma kaposi yang

tampak yaitu berupa nodul, vegetatif atau infiltrat dan tipe limfadenopati.

Tipe vegetatif atau infiltrat ini memiliki karakteristik lebih agresif pada

proses biologis dan lesi bisa lebih dalam sampai ke dermis, subkutis, otot

dan tulang. Tipe limfadenopati dominan menyerang anak – anak dan usia

muda.

2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding Sarkoma Kaposi

Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk memastikan sarkoma kaposi selain dari

gejala yang muncul pada penderita. Untuk menunjang penegakan diagnosa

diperlukan biopsi.

a. Diagnosa

Sarkoma kaposi sering dapat didiagnosa dengan melihat lesi pada kulit. Biasanya

datar, tanpa rasa sakit, dan tidak gatal atau berisi cairan. Lesi sarkoma kaposi

dapat tumbuh menjadi benjolan atau tempelan dan bergabung. Penyakit ini

biasanya dilihat pada kulit, atau dalam lapisan mulut, hidung, dan mata.

Diagnosis dapat didirikan dari biopsi, pemeriksaan mikroskop yang menunjukkan

adanya spindle. Dan deterksi protein viral LANA pada sel mengkonfirmasi

diagnosis.

Di Amerika Serikat, sarkoma kaposi terdapat pada 2-3% pasien homoseksual

yang terinfeksi HIV. Pada pertengahan tahun 1990, sarkoma kaposi merupakan

gejala yang jelas didapat pada 15% homoseksual. Di Afrika dan negara

10

Page 11: Sarkoma Kaposi

berkembang, epidemic sarkoma kaposi terkait AIDS umum didapat pada

heteroseksual dewasa dan sedikit pada anak-anak.

Sarkoma kaposi sering terjadi pada laki-laki dengan latar belakang homoseksual.

Penderita berumur antara 40-70 tahun dengan terinfeksi HIV-AIDS. Pemeriksaan

biopsi jaringan yang terinfeksi diperlukan untuk mempertegas diagnosa. Apabila

lesi besar, maka cukup dilakukan biopsi irisan. Jaringan tersebut kekentalannya

sering menyerupai daging ikan.

b. Diagnosa Banding

Diagnosa sarkoma kaposi mempunyai bentuk-bentuk klinis yang mirip dengan

lesi pigmentasi lain seperti haemangioma dan purpura. Namun, untuk purpura

terlihat lebih awal dan bisa dibedakan dengan pengujian haematologis.

Lesi sarkoma kaposi yang lebih agresif bisa terjadi jika tumor melibatkan

gingival, lesi bisa menjadi hyperplasia dan melebihi mahkota gigi. Secara

alternative, lesi tulang dari sarkoma kaposi bisa menghasilkan pembengkakan

diatas mukosa normal, sehingga bentuk klinisnya membinggungkan dengan abses

periapikal.

2.7 Pencegahan Sarkoma Kaposi

Cara penularan HHV-8 belum jelas. Mungkin virus ini menular melalui hubungan

seks dan ciuman. Seperti infeksi opotunistik lain, sistem kekebalan tubuh yang

sehat dapat mengambalikan infeksi HHV-8. Cara terbaik mencegah sarkoma

kaposi adalah dengan memakai antiretroviral (ART) untuk menjaga kekuatan

sistem kekebalan dan menghindari seks bebas.

2.8 Terapi Sarkoma Kaposi

Perawatan sarkoma kaposi ditetapkan berdasarkan jumlah, ukuran dan lokasi lesi

sarkoma kaposi di mulut. Penting untuk melakukan profilaksis gigi sebelum

11

Page 12: Sarkoma Kaposi

memulai terapi untuk lesi yang mengenai gingival. Terapi plak lokal dan kalkulus

juga dapat meningkatkan respon terapi yang dilakukan.

Sarkoma kaposi bisa dirawat secara bedah atau dengan kemotherapi lesi intra

yang terbatas. Pengangkatan bedah dilakukan untuk luka kecil seperti pada

gingival atau lidah. Bedah ini dilakukan dengan anastesi local menggunakan pisau

atau laser karbondioksida.

Infliltrasi lesi lokal dengan vinblastine, kemotherapi agen alkaloid

memperlihatkan kemajuan. Vinblastine bermanfaat untuk merawat lesi yang kecil

khususnya pada palatum dan gingival. Terapi radiasi bisa diindikasikan untuk lesi

yang besar yang berlipat ganda. Sering digunakan dan menghasilkan respon yang

bagus. Terapi radiasi ini memberikan efek samping xerostomia dan mukositis,

namun dapat berhenti apabila radiasi dihentikan.

Terapi antiretroviral (ART) adalah pengobatan terbaik untuk sarkoma kaposi yang

aktif. Obat ini sangat berguna untuk menjaga kekuatan system kekebalan tubuh.

Juga dapat menghentikan tumbuhnya atau bahkan memulihkan lesi kulit. Apabila

sarkoma kaposi telah menyebar pada organ dalam, pengobatan sistemik (seluruh

tubuh) dipakai, diantaranya gunakan obat anti kanker seperti Daunorubisin dan

Paklitaksel. Berbagai manifestasi klinis orang dengan HIV-AIDS (ODHA)

dirongga mulut dapat membantu klinisi pelayanan kesehatan gigi dan mulut

terhadap penderita HIV (Human Immunodefiency Virus) dan AIDS (Acquired

Immuno Deficiency Syndrome).

Pengobatan lain yang telah diteliti untuk sarkoma kaposi

Pendekatan antisitokin : Ada banyak penelitian terhadap sitokin, protein yang

dipakai oleh sistem kekebalan untuk merangsang sel agar tumbuh. Para peneliti

menganggap bahwa zat yang menghambat faktor pertumbuhan ini juga dapat

melambatkan pertumbuhan sarkoma kaposi.

Antibodi monoklonal : Obat ini dibuat melalui rekayasa genetis. Nama obat ini

mempunyai “-mab” di belakang, misalnya bevacizumab.

12

Page 13: Sarkoma Kaposi

2.8 Komplikasi Sarkoma Kaposi

Komplikasi yang umum pada sarkoma kaposi tipe klasik adalah vena statis dan

lymphedema. Sebanyak 30 % pasien dengan sarkoma kaposi tipe klasik akan

berisiko terjadi keganasan kedua, dan yang paling sering terkena limfoma non-

hodgkin. Kekambuhan bisa terjadi karena imunosupresi oleh karena faktor umur,

genetik, sejarah pernah terkena keganasan, dan kemungkinan karena infeksi

malaria. Tingkat kebersihan juga berpengaruh dalam resiko terjadinya klasik

Kaposi sarcoma.

Sarkoma kaposi terkait AIDS, tidak seperti jenis sarkoma kaposi yang lain karena

jenis ini lebih agresif. Morbiditas bisa terjadi karena terkaitnya gangguan

kutaneus, mukosa dan organ visceral secara luas. Lesi pada lambung dan

duodenum merupakan lesi yang paling sering menyebabkan perdarahan dan ileus

dan bisa menyebabkan kematian apabila tidak diatasi dengan baik. Sarkoma

kaposi pulmonal dapat menyebabkan gejala tertentu seperti spasmebronkus,

batuk, penurunan fungsi respirasi. Penyebab umum terjadinya kematian untuk lesi

di paru dikarenakan adanya pendarahan paru.

Tipe vegetatif atau infiltrat pada sarkoma kaposi terkaid AIDS memiliki

karakteristik lebih agresif pada proses biologis dan lesi bisa lebih dalam sampai ke

dermis, subkutis, otot dan tulang. Lesi pada mulut yang mudah rusak dengan

digigit dan berdarah atau menderita infeksi sekunder, dan bahkan mengganggu

penderita untuk makan dan berbicara.

13

Page 14: Sarkoma Kaposi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyebab Sarkoma Kaposi (SK) ialah human herpes virus 8 ( HHHV8 ) yang

transmisinya bisa melalui in vivo dan in vitro ke pejamu. Untuk itu kita harus

lebih waspada khususnya pekerjaan kita di bidang medis karena virus ini bisa

melalui kontak darah dan saliva.

Klasifikasi yang ada untuk sarkoma kaposi diantaranya : sarkoma kaposi tipe

klasik, sarkoma kaposi terkait dengan AIDS, sarkoma kaposi terkait dengan

pasien terapi immunosupresan dan sarkoma kaposi di daerah endemik. Tipe yang

progresif yaitu tipe sarkoma kaposi terkait dengan AIDS serta yang lambat tipe

klasik dan biasanya pasien sarkoma kaposi tipe klasik bukan meninggal karena

tumornya namun karena penyakit yang lain.

Pengobatan bisa terapi lokal dan sistemik. Terapi lokal ini bermacam – macam

seperti eksisi, destruksi lokal dengan cairan nitrogen – laser, terapi

sinar/photodynamic dan terapi topical dengan 9-cis retinoic acid. Terapi radiasi

juga bisa diberikan pada lesi yang sulit dijangkau seperti lesi pada mukosa. Terapi

sistemik diberikan pada pasien yang dicurigai memiliki lesi di organ viseralnya.

Terapi sistemik ini tergantung pada variannya. Misalnya kemoterapi pada pasien

tipe klasik, penurunan dosis immunosupressan, sampai pemberian HAART pada

pasien AIDS.

Komplikasi dari sarkoma kaposi ini bisa menyebabkan gangguan pada sistem

pencernaannya, gangguan fungsi paru, gangguan berbicara dan makan serta yang

paling akhir adalah kematian. Untuk itu kita harus melakukan skrining dengan tes

darah untuk mendeteksi antibodi melawan virus herpes penyebab sarkoma kaposi,

menentukan apakah pasien memberikan risiko transmisi infeksi pada partner

14

Page 15: Sarkoma Kaposi

seksualnya atau bisa juga dilakukan skrining terhadap sebuah organ yang akan

digunakan untuk transplantasi.

3.2 Saran

Setelah membahas tentang Sarkoma Kaposi, kita sebagai tenaga kerja medis dapat

mencegah, mendiagnosa, serta mengobati sarkoma kaposi ini. Dan meningkatkan

safety pada saat mengerjakan pasien agar terhindar dari berbagai infeksi termasuk

Sarkoma Kaposi yang terdapat pada ODHA ini.

15

Page 16: Sarkoma Kaposi

DAFTAR PUSTAKA

Arma, Utmi. 2009. Ilmu Penyakit Mulut. Universitas Baiturrahmah: 2009. Hlm

127-135

Yayasan Spiritia. 30 Desember 2014. “Sarkoma Kaposi (KS)”. Available at

http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=508

Rose LJ. 30 Desember 2014. Sarkoma Kaposi. Available at

http://www.medscape.com/sarkoma-kaposi.

James WD, Berger TG, Elston DM. Kaposi Sarcoma. In : Andrew’s Disease of

The Skin Clinical Dermatology. Tenth Edition. Philadelphia : WB Saunders

Company ; 2006. Pg. 418 – 419, 599 – 601.

National Cancer Institute. 30 Desember 2014. Kaposi Sarcoma Treatment.

Available at http://www.usa.gov/kaposi-sarcoma.

Antman K, Chang Y. Kaposi’s Sarcoma. The New England Journal of Medicine.

2000. 14. 1027 – 1038.

Katz MH, Zolopa AR, Hollander H. HIV Infection. In : Current Medical

Diagnosis & Treatment. 45th Edition. New York : McGraw-Hill ; 2006. Pg. 1318,

1320 – 1321.

Fauci AS, Lane HC. Human Immunodeficiency Virus Disease : AIDS and

Related Disorders. In : Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th Edition

McGraw-Hill ; 2005. Pg. 1098.

16