SARKOMA JARINGAN LUNAK
-
Upload
sachriana-said -
Category
Documents
-
view
346 -
download
5
Transcript of SARKOMA JARINGAN LUNAK
SARKOMA JARINGAN LUNAK
A. PENDAHULUAN
Sarkoma adalah tumor yang berkembang dari jaringan mesenkimal, terdiri dari
banyak subtipe. Sarkoma terbagi atas sarkoma jaringan lunak (soft tissue sarcoma)
dan sarkoma tulang (bone sarcoma).
Sarkoma jaringan lunak (SJL) merupakan kelas dari tumor ganas yang tumbuh
secara meluas dari jaringan konektif mesenkimal yang berasal dari mesodermal,
bukan berasal dari tulang, parenkim, atau viseral. Perbedaan SJL dari karsinoma
adalah berdasarkan asalnya yang dari jaringan konektif dan bukan dari jaringan
epiteliat yang berkembang dari ektodermal.4,5
Sarkoma jaringan lunak merupakan kasus yang jarang ditemukan. Jaringan
mesenkimal tidak begitu terpapar dengan karsinogen lingkungan (environmental), hal
ini yang diduga menyebabkan jenis tumor ini jarang ditemukan. Namun, oleh karena
jenis tumor ini jarang ditemukan maka banyak pasien yang terlambat didiagnosis,
pada umumnya pasien datang dengan riwayat penyakit yang sudah lama dan massa
yang telah cukup besar.
Keganasan ini dapat ditemukan pada semua kelompok umur dan sampai saat
ini masih merupakan masalah bagi ahli bedah. Meskipun dari berbagai kepustakaan
dilaporkan angka kejadian SJL hanya sekitar 1-2 % dari seluruh keganasan, namun
sarkoma mempunyai perangai biologik yang spesifik, yaitu mempunyai kemampuan
infiltrasi ke jaringan sekitarnya yang cepat dan sering menimbulkan rekurensi setelah
tindakan pembedahan. Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai perangai
biologik SJL, terjadi perubahan - perubahan dalam penatalaksanaan sarkoma tersebut
dalam 10 tahun terakhir ini. Dengan berlandaskan pola kerja yang “multidisiplin”,
akan memberikan hasil meningkatnya angka interval bebas tumor dan meningkatnya
angka survival.
I. INSIDENS & EPIDEMIOLOGI
Sarkoma merupakan tumor asal mesenkimal yang relatif jarang ditemukan,
dengan estimasi jumlah kasus 8100 pada jaringan lunak dan 2500 pada tulang dan
sendi pada tahun 2000.
1
Jaringan lunak merupakan 75% dari berat badan total, tetapi angka kejadian
SJL cukup jarang, hanya merupakan 1% dari keganasan pada orang dewasa dan 6% -
15% dari keganasan pada anak-anak. Distribusi terbanyak pada kelompok umur
dekade ke 2, 3, dan 4. Juga diestimasikan bahwa sedikitnya ada 100 tanor jinak untuk
setiap 1 tumor ganas pada jaringan lunak. SJL didapatkan sekitar 0,7% dari keganasan
pada pria dan 0,6% dari keganasan pada wanita. Perbandingan angka kejadian SJL ini
pada pria dan wanita 1,15 : 1.
Insidensnya sekitar 8300 kasus baru per tahun di USA dengan 3900 pasien
meninggal per tahun dengan SJL. Sebagian besar kasus, yaitu sekitar 50% ditemukan
berlokasi pada ekstremitas. Di UK, jumlah kasus ini mencapai 1000 kasus baru per
tahun.
Distribusi anatomis dari SJL :
Lokasi %
Ekstremitas inferior 44
Ekstremitas superior 21
Kepala-leher 12
Badan 10
Retroperitoneum 6
Lainnya 7
Angka kejadian masing-masing subtipe histologis dari SJL dapat dilihat pada
tabel berikut;
%
Malignant fibrous histiocytoma 40
Liposarcoma 14
Synovial sarcoma 13
Neurofibrosarcoma 12
Leiomyosarcoma 9
Clear cell sarcoma 3
Angiosarcoma 3
Alveolar soft part sarcoma 2
2
Fibrosarcoma 1
Epithelioid sarcoma 1
Spindle cell sarcoma <1
Not specified <1
II. ETIOLOGI
Sebagian besar SJL tumbuh secara sporadik. Tidak ditemukan agen etiologi
spesifik yang dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus sehingga etiologinya
masih belum diketahui. Berkembangnya SJL disebutkan ada kaitannya dengan
sindrom penyakit genetik, namun pada kasus-kasus yang jarang. Disebutkan bahwa
mutasi germline berperan dalam berkembangnya sarkoma.
Beberapa sindrom penyakit genetik yang berkaitan dengan timbulnya kasus-
kasus SJL dapat dilihat pada tabel berikut;
Syndrome Inheritance
pattern
Locus Gene Associated Soft Tissue
Sarcomas
Familial gastrointestinal stromal tumor syndr. AD 4q12 KIT Gastrointestinal stromal tumor
Familial infiltrative fibromatosis AD 5q21 APC Desmoid fibromatosis
Li-Fraumeni syndrome AD 17p13 TP53 Multiple types
22q11 CHK2
Neurofibromatosis type I AD 17q11 NFI Malignant peripheral nerve
(van Recklinghausen’s disease) sheath tumors
Retinoblastoma AD 13q14 RBI Multiple types
Rhabdoid predisposition syndrome AD 22q11 SNF5/IINI 1 Malignant rhabdoid tumors
Werner’s syndrome AR 8p11-12 WRN Multiple types
AD: Autosomal dominant, AR: Autosomal recessive
Sejumlah besar kasus sarkoma ditemukan memiliki abnormalitas kromosom
yang khas. Perubahan pada kromosom ini bermanfaat untuk diagnostik, penting juga
untuk memperkirakan prognosis, dan telah dapat memberikan petunjuk terhadap
patogenesis berkembangnya sarkoma, diharapkan pada masa yang akan datang lebih
lanjut dapat memberikan petunjuk sasaran terapi farmakologis yang tepat untuk
sarkoma.
3
Translokasi kromosom merupakan abnormalitas sitogenetik yang paling sering
ditemukan pada kasus-kasus neoplasma jaringan lunak, dan tampaknya berperan
dalam tumorigenesis pada sebagian besar kasus. Terjadinya translokasi kromosom ini
dapat diidentifikasi dengan analisis sitogenetik, fluorescence in situ hybridization
(FISH), reverse transcriptase polymerase reaction (RT-PCR). Delesi dan trisomi juga
pernah dilaporkan dan diyakini telah menyebabkan perubahan terhadap progresifitas
sel. Delesi cenderung menyebabkan hilangnya gen supresor sel (p53 dan/atau RB1),
sedangkan trisomi menyebabkan munculnya onkogen.
Selain pada kasus genetik, SJL biasanya dihubungkan dengan adanya paparan
terhadap zat karsinogen, misalnya terapi radiasi. Frekuensi sarkoma yang terinduksi
oleh radiasi meningkat pada anak-anak yang diterapi dengan radiasi, biasanya pada
kasus-kasus sarkoma Ewing dan retinoblastoma. Penggunaan radiasi ionisasi untuk
terapi- limfoma, tumor solid untuk kepala-leher, payudara, organ kandungan, dan
kulit diduga berhubungan dengan perkembangan SJL. Mayoritas dari sarkoma yang
berhubungan dengan terapi radiasi merupakan jenis sarkoma yang high-grade
Sarkoma juga dihubungkan dengan paparan terhadap beberapa agen kimia
seperti phenoxyacetic acid yang ditemukan pada herbisida, 2,4-dichlorphenoxyacetic
acid (2,4-D) yang terdapat pada beberapa ekstrak tumbuhan, 2,4,5
trichlorphenoxyacetic acid (2,4,5-T), 2 methyl - 4 chlorphenoxyacetic acid (MCPA),
dioxin atau TCDD (2,3,7 - tetrachlordibenzo-p-dioxin), chlorphenol, thorotrast yang
merupakan suspensi koloid dari thorium dioxide yang digunakan sebagai kontras
intravena pada pembuatan foto radiologis, vinyl chloride, dan arsenic.
Selain itu, zat-zat kemoterapi seperti melphalan, procarbazine, nitrosoureas,
dan chlorambucil, merupakan faktor resiko bagi terbentuknya sarkoma. Sedangkan
faktor resiko relatif ialah akumulasi obat-obatan.
Limfedema kronis dapat menjadi limfoangiosarkoma, jenis ini tumbuh pada
lengan yang limfedematous kronik, terutama pada wanita dengan kanker payudara
yang diterapi dengan mastektomi radikal. Limfedema kongenital atau filariasis yang
berkomplikasi limfedema kronik beresiko menjadi limfoangiosarkoma pada
ekstremitas inferior.
Terdapatnya riwayat trauma disebutkan juga dapat berpredisposisi untuk
menjadi sarkoma pada ekstremitas. Sedangkan proses inflamasi yang kronis dapat
menjadi faktor resiko terjadinya sarkoma.
4
B. DIAGNOSIS
I. GEJALA KLINIS
Lebih dari separuh pasien datang pertama kali karena keluhan adannya massa
atau pembesaran tanpa rasa nyeri. Ukuran massa tersebut tergantung pada lokasi
tumor. Tumor yang lebih kecil terdapat pada ekstremitas bawah namun pada
ekstremitas atas dan retroperitoneum dapat tumbuh sangat besar.
Sarkoma pada retroperitoneal mencapai 15% dari semua sarkoma. Adanya
massa pada abdomen ditemukan pada hampir semua kasus (80%) dan merasakan rasa
nyeri perut. Nyeri terasa tak spesifik, jarang menimbulkan penurunan berat badan,
dengan keluhan awal mual dan muntah pada kurang dari 40% kasus. Manifestasi
neurologic berupa parestesia, terjadi pada lebih dari 30% kasus.
Sarkoma viseral, sebanyak 15% dari semua kasus sarkoma jaringan lunak.
Gejala dan tanda berhubungan dengan asal dari jaringan. Sebagai contoh, sarkoma
gaster sering timbul dengan keluhan dyspepsia atau perdarahan saluran cerna.
Perdarahan rectum dan tenesmus ditemukan pada sarkoma rectum. Disfagia dan nyeri
dada sering menandakan gejala dari sarkoma esophagus. Perdarahan dari vagina tanpa
disertai rasa nyeri ditemukan pada leimiosarkoma uteri.
Untuk tumor yang letaknya lebih dalam khususnya yang ada dalam rongga
badan, sering sulit di deteksi. Tumor ireguler, lobular, atau nodular, untuk stadium
dini tumor masih bersifat mobile, belum ada fiksasi dengan jaringan sekitar ataupun
keterlibatan kulit, otot, tulang, pembuluh darah, dan saraf. Pertumbuhan yang
progresif menandakan keganasan.
Sarkoma jaringan lunak umumnya tidak menimbulkan rasa nyeri tapi ketika
tumor mengenai jaringan saraf sekitar, tulang, atau disertai infeksi maka timbul rasa
nyeri. Nyeri yang samar-samar menunjukkan tumor mengalami nekrosis yang meluas
atau kompresi saraf sensorik somatic. Timbulnya nyeri pada sarkoma sering
menandakan prognosis buruk. Tumor pada retroperitoneum juga dapat menimbulkan
perdarahan gastrointestinal, obstruksi usus, atau gangguan neurovascular.
Dari pemeriksaan yang harus dilakukan, informasi yang didapatkan mengenai
lokasi, ukuran, warna, batasnya, konsistensi, nyeri atau tidaknya, mobile atau tidak,
fiksasi pada jaringan sekitar, keterlibatan lesi kulit, otot, tulang, bendungan pembuluh
darah, dan saraf, pembesaran kelenjar getah bening sekitar.
5
II. RADIOLOGI
1. Foto polos
Untuk menilai ada tidaknya infiltrasi pada tulang, selain itu sangat bermanfaat
untuk melihat tumor jaringan lunak yang melibatkan tulang, ataupun tumor
primer pada tulang dengan massa jaringan lunak, adanya kalsifikasi di dalam
massa jaringan lunak (misalnya sarkoma sinovia) dan untuk menyingkirkan
miositis osifikans.
2. MRI/CT-scan
Untuk menilai infiltrasi pada jaringan sekitarnya. MRI merupakan metode
yang paling bermanfaat untuk menggambarkan struktur ekstremitas dan
kepala-leher dalam mendeteksi lesi yang sedang berproses menjadi keganasan.
CT-scan dada diindikasikan pada kasus dengan tumor T2 yang high-grade
untuk menilai adanya metastasis jauh.
Gambaran CT-scan potongan axial memperlihatkan liposarkoma
low-grade di peritoneum
Gambaran CT-scan dengan kontras memperlihatkan malignant fibrous histiocytoma di
6
retroperitoneal, tampak massa besar (tanda panah) yang terletak di antara aorta dan vena cava inferior
Gambaran MRI dari massa malignant fibrous histiocytoma di paha kiri seorang pasien
laki-laki berusia 47 tahun. Potongan axial dengan kontras memperlihatkan massa yang
besar terletak di otot vastus intermedius
3. Angiografi atas indikasi, yaitu jika terdapat tanda-tanda penekanan
pembuluh darah.
4. Foto toraks
Posisi AP & lateral dilakukan untuk mengevaluasi adanya metastasis jauh
diindikasikan pada kasus tumor yang low-grade atau lesi Tl yang high-grade
5. USG hepar / sidik tulang atas indikasi untuk menilai metastasis
III. PATOLOGI ANATOMI
Gambaran patologik subtipe sarkoma jaringan lunak:
Malignant fibrous histiocytoma (MFH)
Merupakan tumor dewasa tua dengan insiden puncak di dekade 70an.
Awalnya, terlihat massa tanpa nyeri. Predileksi tersering ada di ekstremitas
bawah, diikuti dengan ektremitas atas, dan retroperitoneum.
Liposarkoma
Tumor pada orang dewasa dengan insiden puncak antara usia 50-65 tahun.
Dapat terjadi di lokasi manapun di tubuh, tetapi yang paling sering terjadi di
retroperitoneum. Liposarkoma berdiferensiasi baik, tak bermetastasis.
Liposarkoma sklerosing merupakan lesi tingkat rendah, myxoid dan
7
liposarkoma sel bulat (lipoblastik) merupakan sarkoma tingkat rendah hingga
menengah. Liposarkoma fibroblastic dan pleomorfik merupakan lesi tingkat
tiinggi.
Leimiosarkoma dapat muncul dimana saja, tetapi lebih dari setengah
berlokasi di uterus, retroperitoneum, atau region intraabdominal. Dapat
juga terjadi di struktur vascular yang besar sehingga menyumbat aliran
darah, tempat yang sering adalah arteri pulmonalis (manifestasi klinis
menyerupai emboli pulmonal).
Sinoviosarkoma sering terjadi di sendi lutut. Tak seperti yang lainnya, lesi
disertai rasa nyeri.
Rabdomiosarkoma adalah tumor ganas otot lurik. Dibagi menjadi,
pleomorfik, alveolar, embrional, dan botryoid. Rabdomiosarkoma
pleomorfik biasanya terjadi di ekstremitas, pada usia 30 tahun. Bersifat
anaplastic. Angka survival 5 tahun mencapai 25%. Tipe alveolar bersifat
agresif, meyerang dewasa muda. Survival rate 5 tahun mencapai 10%.
Rabdomiosarkoma embrional muncul di kepala dan leher, terutama di
daerah orbita. Menyerang bayi dan anak-anak, insiden puncak usia 4 tahun.
Tumor ini , yang paling sensitive terhadap kemoterapi. Angka
kesembuhannya tinggi dengan terapi kombinasi. Tipe botryoid memiliki
penampilan sperti massa polipoid dengan predileksi di daerah genital dan
traktus urinarius. Terjadi pada anak dengan usia rata-rata 7 tahun.
IV. BIOPSI
Hasil pemeriksaan patologi anatomi dapat memberikan gambaran subtipe
histologis, grade, dan penilaian batas-batas tumor. Biasanya dianjurkan biopsi
yang minimal invasif terlebih dahulu untuk diagnostik histologis definitif dan
penilaian stadium.
- Tidak dianjurkan pemeriksaan Fine-needle aspiration (FNA/sitologi).
Pemeriksaan FNA ini tidak layak pada SJL, karena tidak dapat
menentukan grading, dan adanya spindle cdell yang bentuknya
memanjang jadi tidak bisa tersedot semuanya.
8
- Sebaiknya dilakukan core needle biopsy atau trucut biopsy dan lebih
dianjurkan untuk dilakukan biopsi terbuka, yaitu bila ukuran tumor 3
cm dilakukan biopsi eksisi dan bila > 3 cm dilakukan biopsi insisi.
Potongan melintang dari sarkoma jaringan lunak pada pahaMassa (tanda panah) menginfiltrasi otot skelet dan jar .tulang (femur)
V. KLASIFIKASI STADIUM SARKOMA JARINGAN LUNAK
Penentuan stadium dilakukan sesuai sistem American Joint Committee on
Cancer Staging (AJCC) dan International Union Against Cancer (IUCC) edisi ke-6
tahun 2002. Sistem ini menyusun kriteria mencakup grade, ukuran, dan lokasi relatif
terhadap fasia otot, status nodus, dan metastasis jauh yang diinvasi oleh tumor.
Tumor primer (T)
Tx : tumor tidak dapat diukur
T0 : tidak terdapat tumor
T1 : tumor berukuran 5 cm
T1a : tumor terletak di atas / superfisial dari fasia muskular
T1b : tumor terletak di bawah / profunda dari fasia muskular
T2 : tumor berukuran > 5 cm
T2a : tumor terletak di atas / superfisial dari fasia muskular
T2b : tumor terletak di bawah / profunda dari fasia muscular
Kelenjar limfe regional (N)
NX : kelenjar limfe regional tidak dapat diperiksa
N0 : tidak terdapat metastase ke kelenjar limfe regional
N1 : terdapat metastase ke kelenjar limfe regional
Metastase jauh (M)
9
MX : metastase jauh tidak dapat diketahui
M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1 : terdapat metastase jauh
Histopatologic Grade (G)
Berdasarkan pemeriksaan histologis, maka SJL ditentukan derajat
keganasannya. Penilaian ditentukan berdasarkan jumlah mitosis, derajat
selularitas, nuklear pleomorfisme, sel nekrosis, dan neo vaskularisasi
Gx : grade tidak dapat diketahui
G1 : diferensiasi baik
G2 : diferensiasi sedang
G3 : diferensiasi jelek
G4 : undifferentiated
Penentuan stadium (Staging)
Stage G T N M
Stadium I a G1-2 T1a-b NO MO
Stadium I b G1-2 T2a NO MO
Stadium II a G1-2 T2b NO MO
Stadium II b G3-4 T1a-1b NO MO
Stadium II c G3-4 T2a NO MO
Stadium III G3-4 T2b NO MO
Stadium IV Any G Any T N1 MO
Any G Any T NO Ml
Klasifikasi
Sarkoma terbagi atas sarkoma jaringan lunak (soft tissue sarcoma) dan
sarkoma tulang atau osteosarkoma (bone sarcoma). Menurut diferensiasinya, sarkoma
jaringan lunak dapat dilihat pada tabel berikut:
No. Jaringan Asal Bentuk Maligna
1. Fibrous Fibrosarcoma
2. Fibrohistiocytic Malignat fibrous histiocytoma
3. Lipomatous Liposarcoma
10
4. Smooth muscle Leimyosarcoma
5. Skeletal muscle Rhabdomyosarcoma
6. Blood vessel Angiosarcoma
7. Lymph vessel Lymphangiosarcoma
8. Perivascular Malignant hemangio pericytoma
9. Synovial Synovial sarcoma
10. Paraganglionic Malignant paragnglioma
11. Mesothelial Malignant schwannoma
12. Extra skeletal cartilaginous
and osseus
Extraskeletal chondrosarcoma
Extraskeletal osteosarcoma
13. Pluripotential mesenchymal Malignant mesechymoma
14. Neural - Neuroblastoma
- Extraskeletal Ewing’s sarcoma
15. Miscellaneous - Alveolar soft part sarcoma
- Epithelioid sarcoma
- Malignant extra renal rhabdoid tumor
- Desmoplastic small cell tumor
Klasifikasi ini penting untuk mengenali sifat dan perilaku masing-masing jenis
sarkoma dan suseptibilitasnya terhadap terapi. Perangai biologik penyebaran SJL
biasanya hematogen ke organ-organ misalnya paru, otak, dan tulang. Pola metastase
berbeda pada masing-masing subtipe sarkoma, misalnya beberapa jenis sarkoma
jaringan lunak seperti sarkoma epiteloid, clear-cell sarcoma, angiosarkoma, dan
rhabdomyosarkoma memiliki resiko yang besar untuk terjadinya metastasis ke
kelenjar limfe regional. Lebih dari 50% kasus SJL bermetastasis pertama kali ke paru,
kecuali myxoid liposarcoma yang cenderung bermetastasis ke jaringan lunak
termasuk ke retroperitoneum.
Dari beberapa penelitian didapatkan presentasi rata-rata kejadian metastasis ke
kelenjar limfe hanya sejumlah 2,7%, angka ini lebih tinggi pada angiosarcoma
(13,5%), embryonal rhabdomyosarcoma (13,6%) dan epiteloid sarcoma (16,7%).
C. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tergantung dari diagnosa spesifik dan stadium sarkoma
jaringan lunak, tujuannya untuk mengeliminasi tumor primer dan metastasisnya.
11
I. PEMBEDAHAN
Tipe reseksi bedah ditentukan oleh lokasi tumor, ukuran tumor, kedalaman
invasi, dan keterlibatan struktur sekitar, kebutuhan untuk skin graft, atau kemampuan
rekonstruksi jaringan, kondisi pasien.
Untuk sarkoma pada ekstremitas, harus menggunakan pendekatan
multidisiplin, termasuk penggunaan reseksi dengan margin negative ditambah dengan
radioterapi yang menghasilkan angka control hingga 90%. Sarkoma jaringan lunak
memiliki pseudokapsul, penting untuk tak memotongnya karena berhubungan dengan
rekurensi. Lokal kontrol dari sarkoma jaringan lunak memerlukan reseksi dengan tepi
dari jaringan normal. Untuk sarkoma tingkat rendah (selain epiteloid) seminimal
mungkin memiliki tepi yang bersih dari sarkoma sebanyak 1 cm. Sedangkan untuk,
tingkat tinggi, jarak yang diperlukan adalah 4 cm. Untuk tumor yang berada dibagian
tengah otot, tujuan dapat dicapai dengan membuang atau mengangkat seluruh bagian
dari origo hingga insersio, yang mana menyebabkan morbiditas fungsi dan kosmetik.
3% dari sarkoma jaringan lunak pada ekstremitas terjadi pada bagian yang dalam dan
hanya setengahnya yang bias diterapi dengan reseksi bagian tersebut atau miektomi
primer.
12
Figure 23.15 Compartmentectomy. The diagram illustrates the wide surgical excision of soft tissue situated, in this case, in the
rectus femoris.
Pengelolaan sarkoma jaringan luunak di daerah ekstremitas sedapat mungkin
haruslah dengan tindakan “limb-sparing operation” dengan atau tanpa terapi ajuvan
(radiasi atau kemoterapi). Tindakan amputasi harus ditempatkan sebagai pilihan
terakhir. Pada pasien dengan tumor yang tak dapat direseksi dengan prosedur limb-
sparing dan penyelamatan fungsi < 5%, amputasi merupakan pilihannya.1,7. Untuk
sarkoma tingkat tinggi pada kaki, amputasi di bawah lutut dibutuhkan, sedangkan
pada panggul dilakukan hemipelvitomi.
II. RADIOTERAPI
Radioterapi digunalan untuk terapi primer untuk mencegah kekambuhan
sarkoma dan mengurangi efek dari operasi definitive.
External Beam Radiation Therapy (EBRT) merupakan radiasi yang paling
sering digunakan saat lebih mudah digunakan dibandingkan dengan brachytherapy
(implantasi radioaktif yang bersifat sementara di dasar tumor). Keduanya
menunjukkan penurunan resiko kekambuhan, tapi ERBT meingkatkan control lokal
dari sarkoma tingkat rendah.
. Tumor dengan ukuran kecil (≤ 5 cm) tidak berhubungan dengan kekambuhan
sehingga radioterapi tidak terlalu diperlukan Batas radiasi yang standar adalah 5-7 cm.
Radioterapi preoperasi menggunakan dosis 50 Gy diberikan dalam 25 fraksi. Rencana
radioterapi post operatif didasarkan oleh tingkat tumor, penilaian terhadap tepi yang
dibedah, dan pilihan institusi. Dosis post operatif yang digunakan 60-70 Gy.
III. KEMOTERAPI
Ajuvan
Penelitian menunjukkan kemoterapi gagal menunjukkan peningkatan
kesembuhan pasien. Meta analisis dari 14 penelititan doxorubicin
menunjukkan peningkatan free-survival rate, tetapi angka absolut dari
semuanya yang dapat meningkatkan survival hanya 4 %.
Neoajuvan (preoperative kemoterapi)
13
Angka rasional penggunaan neoajuvan hanya 30-50% yang berspon
terhadap kemoterapi standar. Neoajuvan memperlihatkan onkologis untuk
mengidentifikasi pasien yang berspon terhadap kemoterapi. Pendekatan
penatalaksaan nya adalah kombinasi kemoterapi sistemik dengan
radiosensitisasi, EBRT. Penggunaan kemoterapi, radiasi, dan pembedahan ,
dan rehabilitasi membutuhkan waktu 6-9 bulan.
D. PROGNOSIS
Sarkoma jaringan lunak tergolong keganasan yang relatif jarang
ditemukan. Dari semua jenis kanker yang ada, insiden kanker ini 2 dari
100.000,mendekati angka 1%, hampir 50% meninggal akibat penyakit
tersebut. Lebih dari separuh pasien datang pertama kali karena keluhan
adannya massa atau pembesaran tanpa rasa nyeri dengan predileksi terbanyak
di ekstremitas.
Penatalaksanaan tergantung dari diagnosa spesifik dan stadium
sarkoma jaringan lunak, tujuannya untuk mengeliminasi tumor primer dan
metastasisnya. Untuk sarkoma pada ekstremitas, harus menggunakan
pendekatan multidisiplin. Radioterapi digunakan untuk terapi primer untuk
mencegah kekambuhan sarkoma dan mengurangi efek dari operasi definitif.
Angka rasional penggunaan neoajuvan hanya 30-50% yang berespon terhadap
kemoterapi standar
14