SAP Thypoid

27
SATUAN ACARA PENYULUHAN DEMAM THYPOID Pada Anak Di Ruang Alamanda RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tugas Kelompok Stase Keperawatan Anak Program Profesi Keperawatan (Ners) Disusun Oleh : Eka Reniastuti Enallia Rini Susanti Toto Ariwibowo Elda Febri Lisantri Dewi Prastika Apriando Ramadhani Andri Norman Riska Septie

description

keperawatan anak

Transcript of SAP Thypoid

Page 1: SAP Thypoid

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DEMAM THYPOID

Pada Anak Di Ruang Alamanda RSUD Abdul Moeloek

Provinsi Lampung

Tugas Kelompok Stase Keperawatan Anak

Program Profesi Keperawatan (Ners)

Disusun Oleh :

Eka Reniastuti

Enallia

Rini Susanti

Toto Ariwibowo

Elda Febri

Lisantri

Dewi Prastika

Apriando Ramadhani

Andri Norman

Riska Septie

PROGRAM PROFESI NERS (KEPERAWATAN)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI

2012/2013

Page 2: SAP Thypoid

BAB I

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DEMAM THYPOID

1.1 Latar Belakang

Angka kejadian demam tifoid (typhoid fever) diketahui lebih tinggi pada negara

yang sedang berkembang di daerah tropis, sehingga tak heran jika demam tifoid

atau tifus abdominalis banyak ditemukan di negara kita. Di Indonesia sendiri,

demam tifoid masih merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan

yang serius. Demam tifoid erat kaitannya dengan higiene perorangan dan sanitasi

lingkungan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam tifoid di

seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya.

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak

maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid,

walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir semua

daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun.

Perbedaan antara demam tifoid pada anak dan dewasa adalah mortalitas

(kematian) demam tifoid pada anak lebih rendah bila dibandingkan dengan

dewasa. Risiko terjadinya komplikasi fatal terutama dijumpai pada anak besar

dengan gejala klinis berat, yang menyerupai kasus dewasa. Demam tifoid pada

anak terbanyak terjadi pada umur 5 tahun atau lebih dan mempunyai gejala klinis

ringan.

Hasil survei yang di lakukan di ruang alamanda, dari 68 pasien rawat inap di

peroleh 10 pasien dengan diagnosa demam thypoid. Rata-rata usia pasien yang

menderita demam thypoid adalah di bawah usia lima (5) tahun.

Page 3: SAP Thypoid

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1 kali pertemuan ini diharapkan

orangtua mengetahui dan memahami tentang penyakit thipoid dan

mengetahui hal yang harus dilakukan jika terkena thipoid serta cara

mengatasi masalah tersebut.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 kali pertemuan, orangtua

dapat menjelaskan kembali tentang :

a. Menyebutkan pengertian Demam Thypoid

b. Menyebutkan penyebab Demam Thypoid

c. Menyebutkan tanda Demam Thypoid

d. Menyebutkan cara pencegahan Demam Thypoid

e. Menjelaskan perawatan dan pengobatan Demam Thypoid

Page 4: SAP Thypoid

BAB II

SATUAN ACARA PENGAJARAN

2.1 Pokok Bahasan

2.1.1 Pengertian Demam Thypoid

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang

disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas

berkepanjangan,ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur

endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke

dalam sel fagosit mononuklear dari limpa,kelenjar limfe usus dan Peyer’s

patch. Terjadinya penularan salmonella typhi sebagian besar melalui

makanan / minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita

atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama-sama dengan tinja (melalui

rute oral fekal = jalur oro-fekal). 

2.1.2 Tanda dan Gejala

Biasanya secara timbul secara bertahap dalam waktu 8-14 hari setelah

terinfeksi.

Gejala bisa berupa :

a. Demam

b. Sakit Kepala

c. Lemah dan lelah

d. Diare( terutama anak-anak )konstipasi /sembelit tetutama (orang-orang

dewasa)

e. Penurunan nafsu makan

f. Nyeri perut

g. Kadang terjadi perdarahan dari hidung

h. Jika pengobatan tidak dimulai,maka suhu tubuh secara perlahan akan

meningkat dalam waktu 2-3 hari,yaitu mencapai 39-40 C selama 10-14

hari.

Page 5: SAP Thypoid

2.1.3 Penyebab

Penyebab adalah bakteri salmonella Typhi. Bakteri Salmonella Typhi

ditemukan didalam tinja dan air kemih peenderita.

2.1.4 Pengobatan

a. Pemberian antibiotik yang tepat.

Antibiotik yang banyak digunakan adalah kloaramfnikol.

b. Istirahat yang cukup bahkan bila perlu tirah baring ( tidur terlentang )

selama beberapa hari sampai demam mereda.

c. Intake/pemasukan cairan untuk mencegah dehidrasi ( kekurangan

cairan ) akibat demam tinggi.

d. Pengaturan makan tinggi kalori berupa nasi,agak lembek. Daging,telur

ikan,ayam,tahu,tempe,sedikit sayur dan buah boleh dikonsumsi.hindari

makanan yang pedas yang pedas dan keras.

2.1.5 Pencegahan

a. Food / makanan

Biasakan mengkonsumsi makanan yang terjamin bersihnya.

b. Fluid / cairan

Sediakan air minum yang memenuhi syarat,yaitu memasak air hingga

mendidih ( 100 C )

c. Finger / kebersihan tangan dan kuku

Biasakan selalu mencuci tangan mencuci tangan setelah buang air

besar mau pun sebelum dan sesudah makan.

d. Feses / tinja

Tidak boleh buang air besar di sembarang tempat,harus di toilet.

e. Fly / lalat

Bila di rumah banyak lalat,basmi hingga tuntas ( lalat bisa menjadi

perantara perpindahan kuman ke makanan

Page 6: SAP Thypoid

2.2 Sasaran

Lima belas (15) orangtua pasien di ruang alamanda RSUD Abdul Moeloek,

dimana:

a. 5 orang tua pasien yang anaknya terkena demam thypoid

b. 10 orangtua pasien lain yang anaknya tidak terkena demam thypoid

2.3 Metode

a. Ceramah

b. Diskusi

c. Tanya jawab

2.4 Pengorganisasian

Moderator :

Enallia

Penyaji :

Rini Susanti

Riska Septie

Observer :

Eka Reniastuti

Fasilitator :

- Toto Ariwibowo

- Apriando Ramadhani

- Andri Norman

- Elda Febri

- Lisantri

- Dewi Prastika

2.5 Waktu dan Tempat Penyuluhan

Hari / Tanggal : Rabu / 20 Maret 2013

Pukul : 10:00 WIB

Tempat : Ruang Poli Tumbang Alamanda RSUD Abdul Moeloek

Page 7: SAP Thypoid

2.6 Media Penyuluhan

a. Leaflet

b. Infokus

c. Power point

2.7 Kegiatan Penyuluhan

No. Kegiatan penyuluh Kegiatan pesertaWaktu(menit)

1. Pembukaan:a. Memberi salamb. Memperkenalkan diric. Menyebutkan tujuan

penyuluhan

Menjawab salamMendengarkan

Mendengarkan dan memperhatikan

5

2. Kegiatan inti:a. Menjelaskan

pengertian demam thypoid

b. Menjelaskan manfaat demam thypoid

c. Menjelaskan macam-macam demam thypoid

Memperhatikan dan mendengarkan

Memperhatikan dan mendengarkan

Memperhatikan dan mendengarkan.

10

3. Penutup:a. Memberikan

kesempatan kepada Ibu untuk bertanya

b. Menyimpulkan materi bersama ibu

c. Melaksanakan evaluasi

Mengajukan pertanyaan

Menyimpulkan materi

Menjawab pertanyaan

12

4. Salam penutup:Mengucapkan salam Menjawab salam 3

Page 8: SAP Thypoid

2.8 Setting Tempat

2.9 Kriteria Evaluasi

a. Evaluasi struktur

- Menyiapkan SAP

- Menyiapkan materi dan media

- Kontrak waktu dengan sasaran

- Menyiapkan tempat

- Menyiapkan pertanyaan

b. Evaluasi proses

- Sasaran 90% memperhatikan dan mendengarkan selama penkes

berlangsung

- Sasaran 90% aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti

- Sasaran 90% memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi

- Sasaran 90% tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung

c. Evaluasi hasil

- Penkes dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan

80 % lebih dengan benar

- Penkes dikatakan cukup berhasil / cukup baik apabila sasaran mampu

menjawab pertanyaan antara 50 – 80 % dengan benar

- Penkes dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila sasaran hanya

mampu menjawab kurang dari 50 % dengan benar.

panitia

peserta

Panitia

Page 9: SAP Thypoid

BAB III

LAMPIRAN MATERI DEMAM THYPOID

3.1 Pengertian Demam Thipoid

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang

disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas

berkepanjangan,ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial

atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit

mononuklear dari limpa,kelenjar limfe usus dan Peyer’s patch. Terjadinya

penularan salmonella typhi sebagian besar melalui makanan / minuman yang

tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya

keluar bersama-sama dengan tinja (melalui rute oral fekal = jalur oro-fekal). 

3.2 Tanda dan Gejala

Gejala klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan dan lebih bervariasi bila

dibandingkan dengan penderita dewasa. Bila hanya berpegang pada gejala atau

tanda klinis, akan lebih sulit untuk menegakkan diagnosis demam tifoid pada

anak, terutama pada penderita yang lebih muda, seperti pada tifoid kongenital

ataupun tifoid pada bayi. Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 7 – 20 hari,

dengan masa inkubasi terpendek 3 hari dan terpanjang 60 hari. Dikatakan bahwa

masa inkubasi mempunyai korelasi dengan jumlah kuman yang ditelan, keadaan

umum/status gizi serta status imunologis penderita. Walaupun gejala demam tifoid

pada anak lebih bervariasi, secara garis besar gejala-gejala yang timbul dapat

dikelompokkan :

Page 10: SAP Thypoid

a. Demam satu minggu atau lebih.  

b. Gangguan saluran pencernaan   

c. Gangguan kesadaran

Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada

umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare,konstipasi.

Pada pemeriksaan fisik, hanya didapatkan suhu badan yang meningkat. Setelah

minggu kedua, gejala/ tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten,

lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung mungkin disertai ganguan

kesadaran dari yang ringan sampai berat.

Demam yang terjadi pada penderita anak tidak selalu tipikal seperti pada orang

dewasa, kadang-kadang mempunyai gambaran klasik berupa stepladder pattern,

dapat pula mendadak tinggi dan remiten (39 – 41oC) serta dapat pula bersifat

ireguler terutama pada bayi yang tifoid kongenital. Lidah tifoid biasanya terjadi

beberapa hari setelah panas meningkat dengan tanda-tanda antara lain, lidah

tampak kering, dilapisi selaput tebal, di bagian belakang tampak lebih pucat, di

bagian ujung dan tepi lebih kemerahan.Bila penyakit makin progresif, akan terjadi

deskuamasi epitel sehingga papilla lebih prominen. Roseola lebih sering terjadi

pada akhir minggu pertama dan awal minggu kedua. Merupakan suatu nodul kecil

sedikit menonjol dengan diameter 2 – 4 mm, berwarna merah pucat serta hilang

pada penekanan. Roseola ini merupakan emboli kuman yang didalamnya

mengandung kuman salmonella, dan terutama didapatkan di daerah perut, dada,

kadang-kadang di bokong, ataupun bagian fleksor lengan atas.

Limpa umumnya membesar dan sering ditemukan pada akhir minggu pertama dan

harus dibedakan dengan pembesaran karena malaria. Pembesaran limpa pada

Page 11: SAP Thypoid

demam tifoid tidak progresif dengan konsistensi lebih lunak. Rose spot, suatu

ruam makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran 1 – 5 mm, sering kali

dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan punggung pada orang

kulit putih, tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak Indonesia. Ruam ini

muncul pada hari ke 7 – 10 dan bertahan selama 2 -3 hari.

3.3 Diagnosis Demam Typhoid?

Demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan

bahkan asimtomatik. Walaupun gejala klinis sangat bervariasi namun gejala yang

timbul setelah inkubasi dapat dibagi dalam demam, gangguan saluran pencernaan,

dan gangguan kesadaran.

Timbulnya gejala klinis biasanya bertahap dengan manifestasi demam dan gejala

konstitusional seperti nyeri kepala, malaise, anoreksia, letargi, nyeri dan kekakuan

abdomen, pembesaran hati dan limpa, serta gangguan status mental. Sembelit

dapat merupakan gangguan gastointestinal awal dan kemudian pada minggu kedua

timbul diare. Diare hanya terjadi pada setengah dari anak yang terinfeksi,

sedangkan sembelit lebih jarang terjadi. Dalam waktu seminggu panas dapat

meningkat. Lemah, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri abdomen dan

diare,menjadi berat. Dapat dijumpai depresi mental dan delirium. Keadaan suhu

tubuh tinggi dengan bradikardia lebih sering terjadi pada anak dibandingkan

dewasa. Rose spots (bercak makulopapular) ukuran 1-6 mm, dapat timbul pada

kulit dada dan abdomen, ditemukan pada 40-80% penderita dan berlangsung

singkat (2-3hari). Jika tidak ada komplikasi dalam 2-4 minggu, gejala dan tanda

klinis menghilang namun malaise dan letargi menetap sampai 1-2 bulan.

Gambaran klinis lidah tifoid pada anak tidak khas karena tanda dan gejala

klinisnya ringan bahkan asimtomatik.

Sering terjadi kesulitan dalam menegakkan diagnosis bila hanya berdasarkan

gejala klinis. Oleh karena itu untuk menegakkan diagnosis demam tifoid perlu

Page 12: SAP Thypoid

ditunjang pemeriksaan laboratorium yang diandalkan. Pemeriksaan laboratorium

untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid meliputi pemeriksaan darah

tepi, bakteriologis, dan serologis.

Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi

dalam tiga kelompok, yaitu :

a. solasi kuman penyebab demam tifoid melalui biakan kuman dari spesimen

penderita, seperti darah, sumsum tulang, urin, tinja, cairan duodenum dan rose

spot. Berkaitan dengan patogenesis, maka kuman lebih mudah ditemukan

didalam darah dan sumsum tulang di awal penyakit, sedangkan pada stadium

berikutnya didalam urin dan tinja. Hasil biakan yang positif memastikan

demam tifoid, namun hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena

hasilnya tergantung dari beberapa faktor.

b. Uji serologi untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen S.typhi dan

menentukan adanya antigen spesifik dari Salmonella typhi. Uji serologi

standar yang rutin digunakan untuk mendeteksi antibody terhadap kuman

S.typhi yaitu uji Widal. Prinsip uji Widal adalah serum penderita dengan

pengenceran yang berbeda ditambah dengan antigen dalam jumlah yang sama.

Jika pada serum terdapat antibodi maka akan terjadi aglutinasi. Di Indonesia

pengambilan angka titer O aglutinin ≥ 1/40 dengan memakai uji widal slide

aglutination (prosedur pemeriksaan membutuhkanwaktu 45 menit)

menunjukkan nilai ramal positif 96%. Artinya apabila hasil tes positif, 96%

kasus benar sakit demam tifoid, akan tetapi apabila negatif tidak

menyingkirkan. Banyak referensi yang mengemukakan apabila titer O

agglutinin sekali periksa ≥ 1/200 atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4

kali maka diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan. Aglutinin H banyak

Page 13: SAP Thypoid

dikaitkan dengan pasca imunisasi atau infeksi masa lampau, sedang Vi

aglutinin dipakai pada deteksi pembawa kuman S. typhi (karier).

3.4 Komplikasi Demam Typhoid

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit ini yaitu:

a. Perforasi usus halus dilaporkan dapat terjadi pada 0,5 – 3%, sedangkan

perdarahan usus pada 1 – 10% kasus dema tifoid anak. Penyulit ini biasanya

terjadi pada minggu ke-3 sakit, walau pernah dilaporkan terjadi pada minggu

pertama. Komplikasi di dahului dengan penurunan suhu, tekanan darah dan

peningkatan frekuensi nadi. Pada perforasi usus halus ditandai oleh nyeri

abdomen lokal pada kuadran kanan bawah akan tetapi dilaporkan juga nyeri

yang menyelubung. Kemudian akan diikuti muntah, nyeri pada perabaan

abdomen, defance muskulare, hilangnya keredupan hepar dan tanda-tanda

peritonitis yang lain. Beberapa kasus perforasi usus halus mempunyai

manifestasi klinis yang tidak jelas.

b. Komplikasi pada neuropsikiatri. Sebagian besar  bermanifestasi gangguan

kesadaran, disorientasi, delirium, obtundasi, stupor  bahkan koma. Beberapa

penulis mengaitkan manifestasi klinis neuropsikiatri dengan prognosis buruk.

Penyakit neurologi lain adalah rombosis sereberal, afasia, ataksia sereberal

akut, tuli, mielitis tranversal, neuritis perifer maupun kranial, meningitis,

ensefalomielitis, sindrom Guillain-Barre. Dari berbagai penyakit neurologik

yang terjadi, jarang dilaporkan gejala sisa yang permanen (sekuele).

c. Miokarditis.  Dapat timbul dengan manifestasi klinis berupa aritmia, perubahan

ST-T pada EKG, syok kardiogenik, infiltrasi lemak maupun nekrosis pada

jantung.

d. Hepatitis tifosa asimtomatik juga dapat dijumpai pada kasus demam tifoid

ditandai peningkatan kadar transaminase yang tidak mencolok.

e. Ikterus dengan atau tanpa disertai kenaikan kadar transaminase, maupun

kolesistitis akut juga dapat dijumpai, sedang kolesistitis kronik yang terjadi

pada penderita setelah mengalami demam tifoid dapat dikaitkan dengan adanya

batu empedu dan fenomena pembawa kuman (karier).

Page 14: SAP Thypoid

f.Sistitis bahkan pielonefritis dapat juga merupakan penyulit demam tifoid.

g. Proteinuria transien sering dijumpai, sedangkan glomerulonefritis yang dapat

bermanifestasi sebagai gagal ginjal maupun sindrom nefrotik mempunyai

prognosis buruk.

h. Pneumonia sebagai komplikasi sering dijumpai pada demam tifoid. Keadaan ini

dapat ditimbulkan oleh kuman Salmonella typhi, namun sering kali sebagai

akibat infeksi sekunder oleh kuman lain.

i.Penyulit lain yang dapat dijumpai adalah trombositopenia, koagulasi intrvaskular

diseminata, Hemolytic Uremic Syndrome (HUS), fokal infeksi di beberapa

lokasi sebagai akibat bakteremia misalnya infeksi pada tulang,otak, hati, limpa,

otot, kelenjar ludah dan persendian.

3.5 Cara mengobati Demam Typhoid

Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah baring,

isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian

antibiotik. Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat dirumah sakitagar

pemenuhan kebutuhan cairan, elektrolit serta nutrisi disamping observasi

kemungkinan timbul penyulit dapat dilakukan dengan seksama.

Pengobatanantibiotik merupakan pengobatan utama karena pada dasarnya

patogenesis infeksi Salmonella typhi berhubungan dengan keadaan

bakteriemia.Obat-obat antimikroba yang sering digunakan antara lain :

a. Kloramfenikol

Dosis yang dianjurkan ialah 50 – 100 mg/kgBB/hari, selama 10 – 14 hari.

Untuk neonatus, penggunaan obat ini sebaiknya dihindari, dan bila terpaksa,

dosis tidak  boleh melebihi 25 mg/kgBB/hari, selama 10 hari.

b. Tiamfenikol

Komplikasi hematologi pada penggunaan Tiamfenikol jarang dilaporkan.

Dosis oral dianjurkan 50 – 100 mg/kgBB/hari, selama 10 – 14 hari.

Page 15: SAP Thypoid

c. Kotrimoksasol

Dapat digunakan untuk kasus yang resisten terhadap kloamfenikol,

penyerapan di usus cukup baik, dan kemungkinan timbulnya kakambuhan

pengobatan pengobatan lebih kecil dibandingkan kloramfenikol.

Kelemahannya ialah dapat terjadi skin rash (1 – 15%), sindrom Steven

Johnson, agranulositosis, trombositopenia, anemia megaloblastik, hemolisis

eritrosit terutama pada penderita G6PD,Dosis oral yang dianjurkan adalah 30

– 40 mg/kgBB/hari. Sulfametoksazoldan 6 – 8 mg/kgBB/hari untuk

Trimetoprim, diberikan dalam 2 kali pemberian,selama 10 – 14 hari.

d. Ampisilin dan Amoksisilin

Dapat digunakan pada kasus yang resisten terhadap Kloramfenikol.

Kelemahannya dapat terjadi skin rash (3 – 18%), dan diare (11%). Ampisilin

mempunyai daya anti bakteri yang sama dengan Ampisilin, terapi penyerapan

peroral lebih baik sehingga kadar oabat yang tercapai 2 kalilebih tinggi, dan

lebih sedikit timbulnya kekambuhan (2 – 5%) dan karier (0 – 5%).Dosis yang

dianjurkan adalah : Ampisilin 100 – 200 mg/kgBB/hari, selama 10 – 14 hari.

Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, selama 10 – 14 hari. Pengobatan demam

tifoid yang menggunakan obat kombinasi tidak memberikan keuntungan yang

lebih baik bila diberikan obat tunggal.

e. Seftriakson

Dosis yang dianjurkan adalah 50 – 100 mg/kgBB/hari, tunggal atau dalam2

dosis iv.

f. Sefotaksim

Page 16: SAP Thypoid

Dosis yang dianjurkan adalah 150 – 200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3- 4dosis

iv.

g. Siprofloksasin

Dosis yang dianjurkan adalah 2 x 200 – 400 mg oral pada anak berumur lebih

dari 10 tahun.

3.6 Pencegahan Demam Tifoid

Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat

tidak tertular oleh bakteri Salmonella. Ada 3 pilar strategis yang menjadi

program pencegahan yakni:

a. Mengobati secara sempurna pasien dan carrier demam tifoid.

b. Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai penularan.

c. Perlindungan dini agar tidak tertular.

Demam tifoid dapat dicegah dengan kebersihan pribadi dan kebersihan

lingkungan. “Orang Indonesia itu umumnya cuci tangan setelah makan, padahal

harusnya sebelum makan. Setelah makan, tangannya kotor, baru dicuci. Tapi

kalau sebelum makan dia lupa. Padahal tangan itu paling kotor, kena segala

macam. Lewat tangan kita bisa memindahkan kuman.

Berikut beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran demam tifoid:

a. Cuci tangan.

Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan

demam tifoid atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan anda dengan air

(diutamakan air mengalir) dan sabun terutama sebelum makan atau

mempersiapkan makanan atau setelah menggunakan toilet. Bawalah

pembersih tangan berbasis alkohol jika tidak tersedia air.

b. Hindari minum air yang tidak dimasak.

Page 17: SAP Thypoid

Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik

tifoid. Untuk itu, minumlah air dalam botol atau kaleng. Seka seluruh bagian

luar botol atau kaleng sebelum anda membukanya. Minum tanpa

menambahkan es di dalamnya. Gunakan air minum kemasan untuk menyikat

gigi dan usahakan tidak menelan air di pancuran kamar mandi.

c. Tidak perlu menghindari buah dan sayuran mentah.

Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak

daripada yang telah dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu diperhatikan

hal-hal sebagai berikut. Untuk menghindari makanan mentah yang tercemar,

cucilah buah dan sayuran tersebut dengan air yang mengalir. Perhatikan

apakah buah dan sayuran tersebut masih segar atau tidak. Buah dan sayuran

mentah yang tidak segar sebaiknya tidak disajikan. Apabila tidak mungkin

mendapatkan air untuk mencuci, pilihlah buah yang dapat dikupas.

d. Pilih makanan yang masih panas.

Hindari makanan yang telah disimpan lama dan disajikan pada suhu ruang.

Yang terbaik adalah makanan yang masih panas. Walaupun tidak ada

jaminan makanan yang disajikan di restoran itu aman, hindari membeli

makanan dari penjual di jalanan yang lebih mungkin terkontaminasi.

Jika anda adalah pasien demam tifoid atau baru saja sembuh dari demam

tifoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain:

- Sering cuci tangan anda.

Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari

penyebaran infeksi ke orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir)

Page 18: SAP Thypoid

dan sabun, kemudian gosoklah tangan selama minimal 30 detik, terutama

sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.

- Bersihkan alat rumah tangga secara teratur.

Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali

sehari.

- Hindari memegang makanan.

Hindari menyiapkan makanan untuk orang lain sampai dokter berkata

bahwa anda tidak menularkan lagi. Jika anda bekerja di industri makanan

atau fasilitas kesehatan, anda tidak boleh kembali bekerja sampai hasil

tes memperlihatkan anda tidak lagi menyebarkan bakteri Salmonella.

- Gunakan barang pribadi yang terpisah.

Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan

cuci dengan menggunakan air dan sabun.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 2. Jakarta:

Salemba Medika.

Hidayat, Aziz Alimul A. 2007. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 1. Jakarta:

Salemba Medika.

Page 19: SAP Thypoid

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC

Aru W, Sudoyo, dkk ; editor ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid III, edisi

IV;Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta : 2007

Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam Pediatrics

Update. Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 2003

Rampengan. T H : Penyakit infeksi Tropis pada Anak ; edisi 2. Jakarta : EGC 2007