demam thypoid vika
-
Upload
dara-deanita-ayunis -
Category
Documents
-
view
256 -
download
0
Transcript of demam thypoid vika
-
8/3/2019 demam thypoid vika
1/25
DEMAM TIFOID
PENDAHULUAN5
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.Penyakit ini
disebabkan oleh Salmonella typhosa dan hanya didapatkan pada
manusia. Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi.
Sampai saat ini demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan. Hal
ini disebabkan oleh karena kesehatan lingkungan yang kurang memadai,
penyediaan air minum yang tidak memenuhi syarat, tingkat sosial
ekonomi, tingkat pendidikan masyarakat. Walaupun pengobatan demam
tifoid tidak terlalu menjadi masalah namun masalah diagnostik kadang
kadang menjadi masalah utama di mana tidak dapat dilakukan
pemeriksaan kuman maupun pemeriksaan laboratoriumnya. Mengingat
hal tersebut di atas, maka pengenalan gejala gejala klinik menjadi
sangat penting untuk membantu diagnosis.
ETIOLOGI5
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Salmonella Typhosa / Eberthella
typhosa yang merupakan kuman negatif, motil dan tidak menghasilkan
spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia
maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 700 C
maupun oleh antiseptik. Sampai saat ini diketahui bahwa kuman ini
hanya menyerang manusia.Salmonella typhosa mempunyai 3 macam
antigen, yaitu :
-
8/3/2019 demam thypoid vika
2/25
- Antigen O = Ohne Hauch = Somatik antigen (tidak
menyebar)
- Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan
bersifat termolabil
- Antigen V1 = Kapsul, merupakan kapsul yang meliputi tubuh
kuman dan melindungi O antigen terhadap
fagositosis.
Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan
pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.
Ada 3 spesies utama, yaitu :
- Salmonella typhosa (satu serotipe)
- Salmonella choleraesius (satu setotipe)
- Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe)
PATOGENESIS DAN PATOLOGI5,7
Kuman Salmonella masuk bersama makanan / minuman setelah berada
dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus
(terutama Plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah
menyebabkan radang dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh
limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ Retikulo
Endotelial Sistem (RES) terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman
difagosit oleh sel sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit,
berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi 5 9 hari kuman kembali
masuk ke darah menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan
sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limfa, kantung empedu
yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung
empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi di usus. Dalam masa
bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya
-
8/3/2019 demam thypoid vika
3/25
sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida) yang semula diduga
bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala gejala dari demam tifoid.
Pada penelitian lebih lanjut ternyata endotoksin hanya mempunyai
peranan membantu proses peradangan lokal dimana kuman ini
berkembang. Demam tifoid disebabkan karena Salmonella typhosa dan
endotoksinnya yang merangsang sintese dan pelepasan zat porigen oleh
lekosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya zat pirogen yang
beredar di darah mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus
yang mengakibatkan timbulnya gejala demam. Akhir akhir ini beberapa
peneliti mengajukan patogenesis terjadinya manifestasi klinis sebagai
berikut :
Macrophage pada penderita akan menghasilkan substansi aktif yang
disebut monokines, selanjutnya monokines ini dapat menyebabkan
nekrosis seluler dan merangsang imun sistem, instabilitas vaskuler,
depresi sumsum tulang, panas.
Perubahan histopatologi pada umumnya ditemukan infiltrasi jaringan oleh
macrophag yang mengandung eritrosit, kuman, limfosit yang sudah
berdegenerasi yang dikenal sebagai tifoid sel. Bila sel sel ini
beragregasi maka terbentuklah nodul, nodul ini sering didapatkan dalam
usus halus, jaringan limfa, mesenterium, limfa, hati, sumsum tulang dan
organ organ yang terinfeksi.
Kelainan utama terjadi di ileum terminale dan plak peyer yang hiperplasi
(minggu pertama), nekrosis (minggu kedua) dan ulserasi (minggu ketiga)
serta bila sembuh tanpa adanya pembentukan jaringan parut. Sifat ulkus
berbentuk bulat lonjong sejajar dengan sumbu panjang usus di mana
ulkus ini dapat menyebabkan perdarahan bahkan perforasi. Gambaran
tersebut di atas tidak didapatkan pada kasus tifoid pada bayi maupun
tifoid kongenital.
-
8/3/2019 demam thypoid vika
4/25
MANIFESTASI KLINIK5
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10-14 hari. Gejala-gejala yang
timbul amat bervariasi
Minggu I
- Keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada
umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,
mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut,
batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu
badan yang meningkat
Minggu II
- Gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif,
lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor),
hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa
somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis.
Pemeriksaan Laboratorium7
Pemeriksaan leukosit
Gambaran laboraturium yang dapat menunjang diagnosa demam
tifoid adalah leukopeni
Biakan darah
Dilakukan pada minggu pertama, biakan darah (+) memastikan
demam tifoid tetapi biakan darah (-) tidak menyingkirkan demam
tifoid, hal ini tergantung pada beberapa factor :
Tehnik pemeriksaan laboraturium
Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Vaksinasi di masa lampau
Pengobatan dengan antibiotika
-
8/3/2019 demam thypoid vika
5/25
Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT seringkali meningkat tetapi kembali normal setelah
demam tifoid sembuh
Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosis pasti dengan ditemukannya kuman Salmonela Thyposa pada
salah satu biakan darah, feces, urine, sumsum tulang maupun cairan
duodenum. Waktu pengambilan ontoh sangat menentukan
keberhasilan pemeriksaan bakteriologis tersebut:
darah biasanya positif pada minggu pertama perjalanan penyakit
feces dan urine positif pada minggu kedua dan ketiga biakan
sumsum tulang paling baik karena tidak dipengaruhi waktu
pengambilan maupun pemberian antibiotik sebelumnya
Hasil biakan negatif dua kali berturut-turut pemeriksaan feces dan
urine digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah sembuh
atau belum atau karier.
Uji Widal
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody
(aglitinin). Antigen yang digunakan adalah suspensi salmonella yang
sudah dimatikan dan diolah di laboraturium. Akibat infeksi oleh
S.Typhi, pasien membuat agglutinin yaitu :
- Aglutinin O (tubuh kuman )
- Aglutinin H (flagel kuman)
- Aglutinin Vi (tempat kuman)
Dari ke tiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnostik.
Kriteria Diagnosis6
-
8/3/2019 demam thypoid vika
6/25
Demam naik secara bertangga lalu menetap selama beberapa hari,
demam terutama pada sore / malam hari.
Sulit buang air besar atau diare, sakit kepala.
Kesadaran berkabut, bradikardi relatif, lidah kotor, nyeri abdomen,
hepatomegali atau splenomegali
Peningkatan titer uji widal empat kali lipat selama 2 sampai 3 minggu
memastikan diagnosis demam tifoid. Reaksi widal tunggal dengan titer
antibody O-1:320 atau titer antibody H-1:640 menyokong diagnosis
demam tifoid pada pasien dengan gambaran klinis yang khas.
Komplikasi5
Komplikasi intestinal
Perdarahan usus
Perforasi usus
Ileus paralitika
Komplikasi ekstra intestinal
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia) yaitu
meningitis, kolesistitis, ensefalopati, dan lain-lain. Terjadi karena
infeksi sekunder yaitu bronkopneumoni, rehidrasi dan asidosis dapat
timbul akibat masukan makanan yang kurang dan respirasi karena
suhu tubuh yang tinggi. Tifoid ensefalopati berupa kesadaran
menurun,kejang-kejang, muntah-muntah, demam tinggi dan
pemeriksaan cairan otak masih dalam batas normal.
- Komplikasi kardiovaskular
Renjatan sepsis, miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis
- Komplikasi darah
Anemia hemolitik, DIC dan sindrom uremia hemolitik
- Komplikasi paru
-
8/3/2019 demam thypoid vika
7/25
Bronkopneumonia, pneumonia, empiema, dan pleuritis
- Komplikasi hepar dan kandung empedu
Hepatitis dan kolesistitis
- Komplikasi ginjal
Glomerulonefritis, pielonefhritis dan perinefritis
- Komplikasi tulang
Osteomielitis, periostitis, spondilitis dan arthritis
- Komplikasi neuropsikiatrik
Delirium, meningismus, meningitis, poliartritis perifer, sindrom Guilain
Barre, psikos dan sindrom ketotenia
Penatalaksanaan6,7
Penatalaksanaan pada demam tifoid terdiri atas
Istirahat dan perawatan professional
Tirah baring dan perawatan professional bertujuan untuk mencegah
komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat
seperti makan, minum, mandi, miksi dan membuang air besar akan
membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan
perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian dan perlengkapan
yang dipakai. Posisi pasien perlu divariasi untuk mencegah dekubitus
dan hygiene perorangan tetap diperhatikandan dijaga.
Diet dan terapi penunjangBeberapa peneliti menunjukan bahwa pemberian makanan padat dini,
yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan
serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid.
Karena ada juga pasien demam tifoid yang takut vmakan nasi, maka
selain macam makanan yang diinginkan terserah pada pasien sendiri
apakah mau makan bubur saring, bubur kasar atau nasi dengan lauk
pauk rendah selulosa.
-
8/3/2019 demam thypoid vika
8/25
Pemberian antimikroba
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan ialah
Kloramfenikol
Di Indonesia kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama
untuk demam tifoid. Dosis untuk orang dewasa 4 kali 500 mg
sehari oral atau intravena, sampai 7 hari bebas demam.
Penyuntikan kloramfenikol suksinat intramuskular tidak dianjurkan
karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat
penyuntikan terasa nyeri. Dengan penggunaan kloramfenikol,
deam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 5 hari.
Tiamfenikol
Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tifoid sama dengan
kloramfenikol. Komplikasi hematologis pada penggunaan
tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol. Dengan
tiamfenikol demam pada demam tifoid turun setelah rata-rata 5-6
hari
Ko-trimoksazol (kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol)
Efektivitas KO-trimoksazol kurang lebih sama dengan
kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa, 2 kali 2 tablet sehari,
digunakan sampai 7 hari bebas demam (1 tablet mengandung 80
mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol). Dengan
kotrimoksazol demam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 5-
6 hari.
Ampisilin dan Amoksisilin
Dalam hal kemampuannya menurunkan demam, efektivitas
ampisilin dan amoksisilin lebih kecil dibandingkan dengan
kloramfenikol. Indikasi mutlak penggunaannya adalah pasien
demam tifoid dengan leukopeni.Dosis yang dianjurkan berkisar
antara 75-150 mg/kgbb/hari, digunakan sampai 7 hari bebas
-
8/3/2019 demam thypoid vika
9/25
demam. Dengan ampisilin dan amoksisilin demam pada demam
tifoid turun rata-rata setelah 7-9 hari
Sefalosporin generasi ketiga
Beberapa uji klinis menunjukan bahwa sefalosporin generasi ketiga
antara lain sefoperazon, seftrikson dan sefotaksim efektif untuk
demam tifoid, tetapi dosis dan lama pemberian yang optimal
belum diketahui dengan pasti.
Fluorokinolon
Fluorokinolonefektif untuk demam tifoid, tetapi dosis dan lama
pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.
Kombinasi Obat Antimikroba6
Pengobatan demam tifoid dengan kombinasi obat-obat antimikroba
tersebut di atas tidak memberikan keuntungan dibandingkan dengan
pengobatan dengan obat antimikroba tunggal, baik dalam hal
kemampuannya untuk menurunkan demam maupun dalam hal
menurunkan angka kejadian kekambuhan dan angka kejadian
penekresian kuman waktu penyembuhan.
Terapi Simptomatis6
Antipiretik
Antipiretik tidak perlu di berikan secara rutin pada setiap pasien
demam tifoid, diberikan bila suhu >39C
Kortikosteroid
Pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid atau parenteral
dalam lisis yang menurun secara bertahap (tapering off) selama 5 hari.
Hasil biasanya sangat memuaskan terutama pada pasien tifoid
-
8/3/2019 demam thypoid vika
10/25
ensefalopati, kesadaran pasien menjadi cepat jernih dan suhu badan
cepat turun sampai normal. Tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan
tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan
relaps.
Vitamin dan mineral
Untuk mendukung keadaan umum pasien diharapkan dengan menjaga
keseimbangan hemostasis system imun dan enzim akan tetap
berfungsi dengan optimal.
Pencegahan6
Usaha pencegahan dapat dibagi atas :
Usaha terhadap lingkungan hidup
Usaha terhadap manusia
Usaha terhadap lingkungan hidup :
- Penyediaan air minum yang memenuhi syarat
- Pembuangan kotoran manusia yang higienis
- Pemberantasan lalat
- Pengawasan terhadap penjual makanan
Usaha terhadap manusia :
- Imunisasi
- Menemukan dan mengobati karier
- Pendidikan kesehatan masyarakat
Imunisasi6
Vaksin yang digunakan ialah :
-
8/3/2019 demam thypoid vika
11/25
Vaksin yang dibuat dari salmonella typhosa yang dimatikan
Vaksin yang dibuat dari strai salmonella yang dilemahkan. (Ty 21a)
Vaksin yang terbuat dari salmonella yang dimatikan pada pemberian oralternyata tidak memberikan perlindungan yang baik. Sedang vaksin yang
terbuat dari salmonella yang dilemahkan dari strain Ty 21a pada
pemberian oral memberikan perlindungan 87 95 % selama 36 bulan.
Prognosa5
Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat
kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi salmonella, serta cepat dan
tepatnya pengobatan.
ILUSTRASI KASUS
No. catatan medik : 10159 / 708514
Tn. W, seorang laki laki berusia 50 tahun, suku Jawa, bekerja sebagai
petani, bertempat tingal di Panjang, agam Islam, masuk RSAM tanggal 30
Juni 2004, pukul 12:30 WIB dan dirawat di ruang IB.
ANAMNESIS
Alloanamnesis dan Autoanamnesis
Riwayat penyakit
Keluhan utama : Badan panas sejak empat hari lalu
Keluhan tambahan : Mual, sakit kepala, nafsu makan berkurang, rasa
tidak enak di perut, menggigil, berkeringat, dan BAK
seperti air teh.
-
8/3/2019 demam thypoid vika
12/25
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan badan panas sejak empat hari yang lalu.
Panas badan yang timbul dirasakan makin lama makin meninggi, bersifat
naik turun, terutama dirasakan pada sore dan malam hari, kemudian
mereda pada pagi hari. Panas badan ini juga diikuti dengan menggigil
sekitar 15 menit dan berkeringat banyak sampai pakaian pasien basah,
tapi tidak diserati kejang, bintik bintik perdarahan di kulit, perdarahan
dari hidung, nyeri di otot betis, penurunana kesadaran dan mengigau.
Keluhan ini disertai dengan sakit kepala terutama di daerah dahi, badan
lemah, nafsu makan bekurang, mual tanpa muntah, serta perasaan tidak
enak diseluruh lapang perut.
Pasien mengaku BAB yang menjadi jarang ( penderita BAB terakhir empat
hari yang lalu ), biasanya BAB setiap hari, dengan konsistensi tetap.
Adanya keluhan BAB berdarah, berwarna putih seperti dempul, nyeri
perut yang hebat disangkal. Pasien mengeluh BAK seperti air teh pekatsejak panas badan timbul. BAK sebelumnya tidak ada keluhan nyeri,
frekwensi dan jumlahnya tidak berubah.
Satu hari sebelum masuk RSAM karena keluhan yang sama pasien
berobat ke Puskesma Panjang dan dirawat inap disana. Pasien mengaku
sudah diberikan terapi obat yang diminum sekaligus empat tablet dan
diminum enam jam kemudian dua tablet ( pasien tidak tahu nama
obatnya ).
Riwayat Penyakit Dahulu
Os mengaku belum pernah terserang sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat penyakit kuning disangkal.
-
8/3/2019 demam thypoid vika
13/25
Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti ini.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit, reguler, isi penuh.Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 38,8 C
BB : 60 kg
Tinggi Badan : 170 cm
Status gizi : Cukup
KEPALA
Rambut : Hitam beruban, lurus, tidak mudah dicabut
Mata : Kelopak mata tidak oedem, konjungtiva ananemis,
sklera sedikit ikterik, kornea jernih, lensa jernih,
refleks cahaya(+/+).
Telinga : Bentuk normal, simetris, liang lapang, serumen (-/-)
Hidung : Bentuk normal, septum tidak deviasi, pernafasan
cuping hidung(-), sekret (-)
Mulut : Bibir kering, sianosis (-), lidah kotor dengan tepi
hiperemis dan tremor, faring tidak hiperemis
LEHER
Bentuk : Simetris
-
8/3/2019 demam thypoid vika
14/25
Trakhea : Di tengah
KGB : Tidak membesar
Kaku kuduk: (-)
THORAX
PARU
- Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan nafas kanan kiri
simetris
- Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan kiri
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru,
ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
JANTUNG
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas atas sela iga III parasternal kiri
Batas kanan sela iga V parasternal kanan
Batas kiri sela iga V midclavicula kiri
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop(-)
ABDOMEN
- Inspeksi : Perut datar simetris
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), supel. Hepar teraba satu
jari dibawah arcus costae, tepi tajam, permukaan rata,
konsistensi kenyal, nyeri tekan (+), lien tidak teraba,
turgor kulit normal.
- Perkusi : Timpani seluruh abdomen
-
8/3/2019 demam thypoid vika
15/25
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
GENITALIA EXTERNA
Laki-laki, Tidak ada kelainan
EKSTREMITAS
- Superior : Oedem (-), sianosis (-), kulit tidak ikterik, Rumpleed
test (-)
- Inferior : Oedem (-), sianosis (-), kulit tidak ikterik.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM ( tanggal 1 Juli 2004 )
Darah lengkap
- Hb : 12,5 gr%
- LED : 13 mm/jam
- Leukosit : 20.000/mm
- Diff. count : 0/0/0/83/13/4
- Malaria : (+) Plasmodium Falcifarum
Biokimia darah
- Bilirubin total : 3,8 mg / dl (0,2-1,0 mg/dl)
- Bilirubin direk : 3,1 mg / dl (0-0,25 mg/dl)
- Bilirubin indirek : 0,7 mg/dl (0,1-0,8 mg/dl)
- SGOT : 79 U/L (6-8 U/L)
- SGPT : 69 U/L (6-45 U/L)
- Fosfatase alkali : 126 U/L (80-360 U/L)
- Gamma GT : 41 U/L (8-36 U/L)
Serologi
-
8/3/2019 demam thypoid vika
16/25
- Typhi H-Ag : (+) 1/320
- Typhi O-Ag : (+) 1/320
- Tiphi A-O Ag : (-)
- Tiphi B-O Ag : (+) 1/320
Urine
- Warna : Kuning seperti air teh
- Bau : Amonia
- Reduksi : (-)
- Protein : (-)
- Bilirubin : (-)
- Leukosit : 0-1 sel / LPB
- Erytrosit : (-)
- Epitel : 1-2 / LPB
Diagnosa kerjaMalaria Tropika dan Demam Thypoid
Diagnosa banding
Hepatitis
DHF
Penatalaksanaan
Umum : Tirah baring
Diet makanan padat dini rendah serat
Simptomatik :
IVFD RL xx gtt/menit
Kloroqiun 600 mg basa diikuti 6 jam kemudian 300 mg, hari ke-
2 dan ke-3 masing masing 300 mg
-
8/3/2019 demam thypoid vika
17/25
Primaquin 1 x 1
Kloramfenikol 4 x 500 mg IV
Paracetamol 3 x 500 mg (KP)
Pemeriksaan anjuran
Gaal culture
IgM anti HAV, IgM anti HBC, HBs Ag, IgM anti HCV
Foto polos abdomen, foto thorak
USG hepatobilier
FOLLOW UP
TANGGAL 01 07 2004 02 07 2004
Keluhan:Demam
Menggigil danberkeringatNafsu makanberkurang- Sakit kepalaMualNyeri perutBABBAK seperti air teh
+
+++++-+
+
--
+-
++
+
Keadaan Umum Tampak Sakit Sedang Tampak Sakit Sedang
Kesadaran Kompos Mentis Kompos MentisVital Sign:
-
8/3/2019 demam thypoid vika
18/25
- TDNadiPernafasanSuhu
110/70 mmhg88x/menit24x/menit
38,6
100/60 mmhg80x/menit22x/menit
37,7
Pemeriksaan Fisik :
Konjungtiva anemisSkera sedikit ikterikBibir keringLidah kotorNyeri tekan abdomenkananHepar teraba satu jaridibawah arcus costaeBising usus
-++++
+
+ N
-++++
+
+ N
Therapi:
Tirah baringIVFD RL xx gtt/menitDiet makanan padatdini rendah seratKloramfenikol 4 x 500
mg IVPCT 3 x 500 mg (kp)Qloroquin 2 tabletCurcuma 3 x 1
+++
+
++-
+++
+
-++
Kesan Ada perbaikan Ada perbaikan
FOLLOW UP
TANGGAL 03 07 2004 04 07 2004
Keluhan:DemamMenggigil danberkeringatNafsu makan
berkurang- Sakit kepalaMualNyeri perutBABBAK seperti air teh
----
+--+
----
+--+
Keadaan Umum Tampak Sakit Sedang Tampak Sakit Sedang
Kesadaran Kompos Mentis Kompos Mentis
Vital Sign:- TD
NadiPernafasan
120/70 mmhg
76x/menit24x/menit
120/70 mmhg
72x/menit20x/menit
-
8/3/2019 demam thypoid vika
19/25
Suhu 37,3 37,1
Pemeriksaan Fisik :Konjungtiva anemisSkera sedikit ikterikBibir kering
Lidah kotorNyeri tekan abdomenkananHepar teraba satu jaridibawah arcus costaeBising usus
-+-
-+
+
+ N
---
-+
+
+ N
Therapi:- Tirah baringIVFD RL 20 tts/menitDiet makanan padat
dini rendah seratKloramfenikol 4 x 500mg IVPCT 3 x 500 mg (kp)Qloroquin tabPrimaquin tab 1x1Curcuma 3 x 1
+++
+
--++
+++
+
--++
Kesan Ada perbaikanPasien pulang ataspermintaan sendiri
RESUME
Anamnesa
- Pasien datang dengan keluhan demam sejak 4 hari yang lalu
- Demam disertai mual, sakit kepala, nafsu makan berkurang, rasa
tidak enak di perut, menggigil, berkeringat, dan BAK seperti air teh,
belum BAB sejak empat hari yang lalu.
- Pasien menyangkal pernah menderita sakit seperti ini dan penyakit
kuning sebelumnya
Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit, reguler, isi penuh.
-
8/3/2019 demam thypoid vika
20/25
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 38,8 C
BB : 60 kg
Tinggi Badan : 170 cm
Status gizi : Cukup
Pemeriksaan Laboratorium ( tanggal 1 Juli 2004 )
1. Darah lengkap
- Hb : 12,5 gr%
- LED : 13 mm/jam
- Leukosit : 20.000/mm
- Diff. count : 0/0/0/83/13/4
- Malaria : (+) Plasmodium Falcifarum
Biokimia darah
- Bilirubin total : 3,8 mg / dl (0,2-1,0 mg/dl)
- Bilirubin direk : 3,1 mg / dl (0-0,25 mg/dl)
- Bilirubin indirek : 0,7 mg/dl (0,1-0,8 mg/dl)
- SGOT : 79 U/L (6-8 U/L)
- SGPT : 69 U/L (6-45 U/L)
- Fosfatase alkali : 126 U/L (80-360 U/L)
- Gamma GT : 41 U/L (8-36 U/L)
Serologi
- Typhi H-Ag : (+) 1/320
- Typhi O-Ag : (+) 1/320
- Tiphi A-O Ag : (-)
- Tiphi B-O Ag : (+) 1/40
-
8/3/2019 demam thypoid vika
21/25
Urine
- Warna : Kuning seperti air teh
- Bau : Amonia
- Reduksi : (-)
- Protein : (-)
- Bilirubin : (-)
- Leukosit : 0-1 sel / LPB
- Erytrosit : (-)
- Epitel : 1-2 / LPB
Diagnosa kerja
Malaria Tropika dan Demam Thypoid
Diagnosa banding
Hepatitis
DHF
Penatalaksanaan
Umum : Tirah baring
Makanan padat dini rendah serat
Simptomatik :
IVFD RL xx gtt/menitKloroqiun 600 mg basa diikuti 6 jam kemudian 300 mg, hari ke-
2 dan ke-3 masing masing 300 mg
Primaquin 1 x 1
Kloramfenikol 4 x 500 mg IV
Paracetamol 3 x 500 mg (KP)
Curcuma tab 3 x 1
-
8/3/2019 demam thypoid vika
22/25
DISKUSI
Pasien datang dengan keluhan demam 4 hari, bersifat naik turun, yang
meningkat terutama pada sore dan malam hari, menggigil selama 15
menit dan berkeringat banyak sampai pakaian penderita basah, yang
disertai sakit kepala, sakit perut, mual,muntah dan pasien juga
mengatakan kalau BAK seperti air the dan belum BAB sejak empat hari
yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik didapat adanya lidah yang kotor dengan tepi dan
ujung lidah hiperemis, tremor dan hepar teraba satu jari dibawah arcus
costae, tepi tajam, permukaan rata, konsistensi kenyal, nyeri tekan (+).
Pada pemeriksaan laboratorium hasil tes serologi widal dengan antigen O
terhadap S.typhi sebesar 1/320 oleh karena itulah dan pada sediaan
-
8/3/2019 demam thypoid vika
23/25
darah tepi ditemukan parasit Plasmodium falcifarum. Pada pemeriksaan
tes fungsi hati dengan kadar bilirubin total, bilirubin direk enzim SGOT
dan SGPT, Gamma GT yang meningkat.
Pasien didiagnosa menderita malaria tropika dan demam thypoid
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan
penunjang.
Peningkatan bilirubin direk terjadi karena adanya gangguan ekskresi intra
hepatic atau ekstra hepatic, pada kasus ini terjadi karena penurunan
aliran darah ke hepar dan akan kembali normal pada fase penyembuhan.
Mungkin ini disebabkan karena sekuestrasi dan sitoadheren yang
menyebabkan obstruksi mikro-vaskuler.
SGOT dan SGPT meningkat dikarenakan sel sel yang kaya transaminase
mengalami nekrosis atau hancur. Enzim enzim tersebut masuk ke dalam
peredaran darah. Dalam kepustakaan dikatakan, nilai kurang dari 300 U
sulit untuk mendiagnosa dan dapat terjadi pada penyakit terjadi yang
kronik dan akut maupun ikterus yang disebabkan oleh obstruksi.
Pada pasien ini diberikan pengobatan terhadap malaria falcifarum yaitu
klorokuin yang bersifat skizontosida darah untuk semua jenis Plasmodium
pada manusia dan diberikan juga primakuin untuk menghancurkan bentuk
seksual termasuk stadium gametosit P. falcifarum, juga mempengaruhi
stadium perkembangan parasit malaria didalam tubuh nyamuk Anopheles
betina.
Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk demam tifoid
karena dapat menurunkan demam lebih cepat dan diberikan sampai tujuh
hari bebas demam.. Curcuma diberikan untuk menjaga kesehatan hati,meningkatkan nafsu makan, mengatasi perut kembung dan sukar BAB.
-
8/3/2019 demam thypoid vika
24/25
Paracetamol diberikan untuk menurunkan panas badan.
Tirah baring sampai minimal 7 hari bebas demam mutlak dilakukan,
kemudian mobilisasi bertahap sesuai kekuatan pasien. Perawatan hygiene
individu dan keluarga juga diperlukan. Kedua hal tersebut diatas
bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi,
penularan dan terjadinya kekambuhan.
Diet teratur sesuai tingkat kesembuhan pasien. Pemberian vitamin dan
mineral diharapkan dapat mendukung keadaan umum pasien dan
menjaga keseimbangan dan homeostasis, sehingga system dapat
berfungsi dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
P. N. Harijanto, SpPD, DR (editor): Malaria Epidemiologi, Patogenesis,
Manifestasi Klinis, dan Penanganan, Jakarta, EGC, Cetakan I: 2000, hal 12
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI: Malaria, Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak, Jilid II, BP FKUI, Jakarta, 1985,655-660
Mansjoer Arif,Suprohaita,dkk : Kapita Selekta Kedokteran,Edisi II,Media
Aesculapius,FKUI,Jakarta,2000,409-415
-
8/3/2019 demam thypoid vika
25/25
Gandahusada Srirasi, Prof, DR, dkk, Parasit Malaria dalam Parasitologi
Kedokteran, Edisi III, Balai Penerbit FKUI, Gaya Baru, Jakarta 1998, hal:
171-206
dr. T.H.Rampengan, DSAK, dr. I.R.Laurentz, DSA, Penyakit Infeksi Tropik
Pada Anak, Penerbit Buku Kedokteran (EGC), Cetakan III 1997, Hal. 53
71.
dr. T.H.Rampengan, DSAK, dr. I.R.Laurentz, DSA, Penyakit Infeksi Tropik
Pada Anak, Penerbit Buku Kedokteran (EGC), Cetakan III 1997, Hal. 185
203.
Sjaifullah Noer H. M, Prof, dr, dkk, Demam Thypoid dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Edisi III, Jakarta 1996, hal: 435-
442