Askep Demam Thypoid

38
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis diAsia, Afrika, Amerika Latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid diseluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasusdengan 400,000 kematian setiap tahunnya. Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91 % berusia 3-19 tahun dengan angka kematian 20,000 pertahunnya. Di Indonesia, 14 % demam enteris di sebabkan oleh sallmonella parathypii A. Demam thypoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutupi kemungkinan untuk orang dewas. Penyebabnya adalah kuman sallmonella thypii atau sallmonella parathypii A, B, dan C. Penyakit thypus abdominallis sangat cepat penularannya yaitu melalui kontak dengan seseorang yang menderita penyakit thypus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri sallmonella, pembuangan kotoran yang 1

description

Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).

Transcript of Askep Demam Thypoid

Page 1: Askep Demam Thypoid

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis diAsia, Afrika,

Amerika Latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa.

Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid diseluruh dunia dan

diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia

menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasusdengan

400,000 kematian setiap tahunnya.

Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91 % berusia 3-19 tahun dengan

angka kematian 20,000 pertahunnya. Di Indonesia, 14 % demam enteris di sebabkan oleh

sallmonella parathypii A. Demam thypoid pada masyarakat dengan standar hidup dan

kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini

banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutupi kemungkinan untuk orang dewas.

Penyebabnya adalah kuman sallmonella thypii atau sallmonella parathypii A, B, dan C.

Penyakit thypus abdominallis sangat cepat penularannya yaitu melalui kontak dengan

seseorang yang menderita penyakit thypus, kurangnya kebersihan pada minuman dan

makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk

pembiakan bakteri sallmonella, pembuangan kotoran yang tidak memenuhi syarat dan

kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit

thypus.

Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi di dalam

dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid Fever atau Thypus Andominallis, karena pada

umunya kuman menyerang usus, maka usus bisa menjadi luka dan menyebabkan

pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus.

1.2 Rumusan masalah

Apa konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam thypoid ?

1

Page 2: Askep Demam Thypoid

1.3 Tujuan penulisan

1.3.1 Tujuan umum : mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya Demam

Thypoid serta mengimplementasikan asuhan keperawatan Demam Typoid

dilapangan.

1.3.2 Tujuan khusus : mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada

penyakit Demam Thypoid

1.4 Manfaat

1.4.1 Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam thypoid

1.4.2 Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien

dengandemam thypoid

2

Page 3: Askep Demam Thypoid

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran

pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran

pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).

Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

kuman salmonella Typi dan Salmonella paratypi A, B, C (Widoyono, 2011).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Demam Typhoid adalah

suatu penyakit infeksi usus halus yang di sebabkan oleh Salmonella Typi atau salmonella

paratypi A,B,C yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan dan minuman yang

terkontaminasi dengan disertai gangguan sistem pencernaan dengan atau tanpa gangguan

kesadaran.

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1. Sistem Pencernaan Tubuh Manusia(Sumber : Syaifuddin, 1997)

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus)

adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya

menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang

bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

3

Page 4: Askep Demam Thypoid

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus

halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang

terletak di luar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Usus Halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di

antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut

zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang

melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang

dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula

dan lemak.

Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa (sebelah kanan), lapisan otot melingkar

(M sirkuler), lapisan otot memanjang (M longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari duodenum), usus kosong

(jejenum) dan usus penyerapan (ileum).

Villi usus halus terdiri dari pipa berotot (> 6 cm), pencernaan secara kimiawi,

penyerapan makanan. Terbagi atas usus 12 jari (duodenum), usus tengah (jejenum), usus

penyerapan (ileum).

a. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak

setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejenum). Bagian usus dua

belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan

berakhir di ligamentum Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus

seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada

derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pancreas

dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum,

yang berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang

merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui

sfingter pylorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum

akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

4

Page 5: Askep Demam Thypoid

b. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejenum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian dari

usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada

manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian

usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan

mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus

(vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan

usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat

dibedakan dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit

sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.

c. Usus Penyerapan (ileum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem

pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum

dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral

atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

2. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan

rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon

asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan

dengan rectum). Banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus besar berfungsi mencerna

makanan beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin

K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa

menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi

yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

3. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin : caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah

suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus

besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar

5

Page 6: Askep Demam Thypoid

herbivore memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora ekslusif memiliki yang kecil,

yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

4. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada

organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat

menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau

peritonitis (infeksi rongga abdomen).

Dalam anatomi manusia, umbai cacing adalah ujung buntu tabung yang

menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio.

Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2

sampai 20 cm. walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa

berbeda-beda di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan),

sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.

Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendiktomi.

5. Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar (setelah kolon sigmoid)

dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.

Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpang ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada

kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul

keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena

penumpukan material didalam rectum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan

keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, seringkali material akan

dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi

tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan

anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk

menunda BAB.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limba keluar

dari tubuh. Sebagian besar anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya

dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot spinter. Feses dibuang dari tubuh

melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

6

Page 7: Askep Demam Thypoid

2.3 Etiologi

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A, B dan C. Ada

dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien

dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus

mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

2.4 Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal

dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan

melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella

thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat

akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.

Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci

tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang

sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan

dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan

mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu

masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini

kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman

selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan

gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian

eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam

pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses

inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan

endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan

yang meradang.

2.5 Manifestasi klinis

Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari.

2.5.1 Minggu I pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.

Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual,

batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

7

Page 8: Askep Demam Thypoid

2.5.2 Minggu II pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah

yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan

kesadaran.

2.6 Epidemiologi Demam Typhoid

Demam tifoid dapat menginfeksi semua orang dan tidak ada perbedaan yang nyata

antara insiden pada laki-laki dan perempuan.

Insiden pasien demam tifoid dengan usia 12 – 30 tahun 70 – 80 %, usia 31 – 40

tahun 10 – 20 %, usia > 40 tahun 5 – 10 %.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi (Determinan)

a) Faktor Host

Manusia adalah sebagai reservoir bagi kuman Salmonella thypi.

b) Faktor Agent

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. Jumlah kuman yang dapat

menimbulkan infeksi adalah sebanyak 105 – 109 kuman yang tertelan melalui makanan

dan minuman yang terkontaminasi.

c) Faktor Environment

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di daerah tropis

terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar

hygiene dan sanitasi yang rendah.

2.7 Komplikasi

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :

2.7.1 Komplikasi Intestinal

a) Pendarahan usus

Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami perdarahan minor

yang tidak membutuhkan tranfusi darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga

penderita mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah

ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.

b) Perforasi usus

Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya timbul pada

minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Penderita demam

8

Page 9: Askep Demam Thypoid

tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah

kuadran kanan bawah yang kemudian meyebar ke seluruh perut. Tanda perforasi

lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai syok.

2.7.2 Komplikasi Ekstraintestinal

a) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis),

miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.

b) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi intravaskuler

diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.

c) Komplikasi paru : pneumoni, empiema, dan pleuritis.

d) Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis.

e) Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.

f) Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis.

g) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis, polineuritis

perifer, psikosis, dan sindrom katatonia.

2.8 Penatalaksanaan

1. Perawat

a. Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan usus.

b. Mobilisasi sesuai dengan kondisi.

c. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah decubitus.

2. Diet

a. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

3. Obat-obatan

Obatpilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sumsum tulang, dosis 50-

100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek sampingnya adalah anaplastik anemia.

Obat lain : kontrimoksazol (TMP 8-10 mg/ kgBB dibagi 2 dosis)

a) Ampisilin

9

Page 10: Askep Demam Thypoid

b) Amoxicillin

2.9 Pemeriksaan diagnostik

1. Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody s thypii 09 LPS antigen Sthypii dan

salmonella sero group D bakteri.

2. Uji Widal, untuk mendeteksi adanya bakteri salmonella thypii

3. Pemeriksaan darah tepi, untuk melihat tingkat leukosit dalam darah, adanya leukopenia,

etc.

4. Pemeriksaan urin, untuk melihat adanya bakteri salmonella thypii dan leukosit.

5. Pemeriksaan feses, untuk melihat adanya lendir dan darah yang dicurigai akan bahaya

perdarahan usus dan perforasi.

6. Pemeriksaan sumsum tulang, untuk mendeteksi adanya makrofag.

7. Serologis, untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin)

8. Radiologi, untuk mengetahui adanya komplikasi dari demam typhoid

9. Pemeriksaan SGOT dan SGPT, SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali

meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

10

Page 11: Askep Demam Thypoid

2.10 WOC Typhoid

Kontaminasi salmonella typiiPada makanan dan minuman

Masuk dalam lambung

Lolos dariasam lambung Dimusnahkan olehAsam lambung

Bakteri masuk usus halus

Masuk pembuluh limfe

Perdarahan darah(bakteremia primer)

Masuk retikulo endotelial(RES) terutama hati dan limfa

Berkembang biak masuk aliran darahDihati dan limfa (bakteri sekunder)

Splenomegali & Hepatomegali Empedu Endotoksin

Penurunan/peningkatan Lesi plak peyer terjadi kerusakan selMobilitas usus

Erosi merangsang pelepasan zatPenurunan/peningkatan epirogen oleh leukositPeristaltik usus

Zat pirogen beredar dalam darahKonstipasi/diare Peningkatan asam

Lambung mempengaruhi pusat thermoregulatorDi hipotalamus

anorexia, mual, muntah

Intake turun

BAB 3

11

Gangguan pada eliminasi

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

Hipertermi

Potensial defisit vol. cairan

Nyeri tekan

Page 12: Askep Demam Thypoid

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN  THYPOID

DI RUANG INAYAH KAMAR 11

PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG

                                                                                                                                                

3.1 PENGKAJIAN

Tanggal masuk RS : 10-05-2011

Jam masuk RS : 19.45 WIB

Tanggal pengkajian : 15-05-2011

Jam pengkajian : 20.30 WIB

Pengkaji : Ira Indra Imawati

1. IDENTITAS KLIEN

Nama Klien : An.T

Tempat/tgl lahir : Kebumen,06-11-2006

Umur : 4,6 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Jawa

Bahasa yang dimengerti : Jawa/Indonesia

Dx Medis : Thypoid

No Rekam Medis : 0198092

Orang tua/wali :

Nama ayah/ibu/wali : Tn.K

12

Page 13: Askep Demam Thypoid

Pekerjaan ayah/ibu/wali : Buruh

Alamat ayah/ibu/wali : Wonorejo,1/2 karanganyar

2. KELUHAN UTAMA

Pasien panas .

3. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI

Pada tanggal 10 mei 20011 pukul 19.45 WIB klien di bawa ke IGD PKU

Muhammadiyah Gombong dengan keluhan panas sejak 5 hari yang lalu, pusing, mual,

lemes. Pada saat di IGD pasien mendapatkan terapy Aminopilin 2x300 g/l, amoxilin

g/l, Infus RL 12tpm, puyer (Paracetamol 250mg 3x1). Tanda-tanda vital Nadi di IGD;

110 x/mnt, suhu; 40º C, RR ; 16x/mnt, BB; 12Kg

Pasien dibawa ke bangsal inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat di ruangan

Kondisi klien tampak lemas, akral hangat, pusing, pasien mual, tidak mau makan,

tanda tanda vital; S: 38,8 0C, N: 100x/m, R:20x/m.

4. RIWAYAT KESEHATAN  MASA LALU

1. Prenatal :

Selama kehamilan ibu klien melakukan ANC ke bidan secara teratur sesuai

dengan anjuran dari bidan, selama hamil tidak ada keluhan dan penyakit yang

diderita ibu klien

2. Perinatal dan post natal :

An. N lahir spontan ditolong bidan, BBL 3,2 kg, langsung menangis.

3. Penyakit yang pernah diderita :

Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah sakit yang mengharuskan dirawat di

RS, baru kali ini.

4. Hospitalisasi/tindakan operasi :

Klien belum pernah mengalami hospitalisasi sebelum sakit yang sekarang.

5. Injuri/kecelakaan :

Ibu klien mengatakan anaknya belum pernah mengalami kecelakaan

6. Alergi :

Ibu klien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat alergi demikian juga

dengan keluarga, tidak ada yang mempunyai riwayat alergi.

7. Imunisasi dan tes laboratorium :

13

Page 14: Askep Demam Thypoid

Ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap.

8. Pengobatan :

Apabila klien sakit ibu klien membawa ke bidan atau dokter.

5. RIWAYAT SOSIAL   :

1. Yang mengasuh : Yang mengasuh klien adalah ibunya

sendiri

2. Hubungan dengan anggota keluarga :Hubungan dengan keluarga dan orang

lain baik, komunikasi  masih belum lancar karena masih dalam taraf

perkembangan.

3. Hubungan dengan teman sebaya            : Hubungan dengan teman sebaya baik

4. Pembawaan secara umum :Klien nampak pendiam,

kooperatif, tidak takut dengan petugas

6. RIWAYAT KELUARGA

1. Sosial ekonomi : Ibu klien sebagai seorang ibu rumah tangga  dan bapak

klien sebagai buruh.

2. Lingkungan rumah : Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya cukup

bersih dan ventilasi udara cukup, lantai rumah dari semen, jumlah jendela 6 buah,

tidak ada sumber polusi yang dekat dengan rumahnya.

3. Penyakit keluarga           : Tidak ada anggota keluarga, saudara yang mempunyai

penyakit menular ataupun menurun.

7. PENGKAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI

1. Personal sosial

Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa memakai baju, gosok gigi

dengan bantuan ibunya, cuci dan mengeringkan tangan, menyebutkan nama

temanya.

2. Motorik halus

Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa membuat menara dari 6 kubus,

meniru garis vertikal.

3. Bahasa

14

Page 15: Askep Demam Thypoid

Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa bicara cukup mengerti,

menyebut 4 gambar, mengatakan 2 nama kegiatan

4. Motorik kasar

Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa melompat dan melempar bola

lengan ke atas Interpretasi Pertumbuhan dan perkembangan normal

8. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN

1. Pemeliharaan kesehatan :

Selama ini apabila anaknya sakit atau ada anggota keluarga yang sakit maka

akan priksa ke bidan kalau tidak sembuh dibawa ke dokter ataupun di bawa ke

rumahsakit

2. Nutrisi :

Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar, ibu klien mengatakan klien susah

makan sejak sebelum sakit biasanya hanya makan pagi dan sore saja dan paling

hanya 8- 10 sendok makan, pada saat dikaji ibu klien mengatakan klien makan

hanya 1-3 sendok. Ibu klien mengatakan anaknya muntah.

3. Cairan :

Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas perhari,  selama sakit klien minum

susu 1 gelas dan kadang minum air putih serta mendapatkan terapi cairan IV RL.

4. Aktivitas :

Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat bermain dengan

teman-teman sebayanya di rumah, sekarang klien hanya tiduran, tidak bisa

beraktifitas seperti biasanya, ADL dibantu oleh ibunya dan perawat.

5. Tidur dan istirahat :

Sebelum sakit klien tidur sekitar pukul 19.30 s.d 05.00, tidur siang 2x  dengan

konsistensi 1 jam , pada saat sakit klien tidur sekitar jam 20.00  sampai jam 05.00,

tidur siang sekitar 3 jam dengan konsistensi 1 jam.

6. Eliminasi :

Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hari

Pada saat dikaji klien BAB 1x konsistensi padat dan BAK 3-4x/hari

7. Pola hubungan :

Hubungan dengan orang tua baik, dengan orang lain dan perawat baik.

8. Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan :

15

Page 16: Askep Demam Thypoid

Orang tua klien memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bermain bersama

teman-temannya asalkan tidak melebihi waktunya  beristirahat.

9. Kognitif dan persepsi :

Tidak ada keluhan tentang penglihatan, penciuman, pendengaran dan perabaan,

klien berumur 4,6 tahun kemampuan kognitifnya baik,

10. Konsep diri :

Ibu klien mengatakan pingin anaknya cepat sembuh karena tidak tega melihat

anaknya sakit.

11. Seksual dan menstruasi :

Klien berjenis kelamin perempuan usia 4, 6 tahun, belum mengalami menstruasi.

12. Nilai :

Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentangan dengan kesehatan

9. PEMERIKSAAN FISIK :

1. Keadaaan umum :

a. Tingkat kesadaran : composmentis.

b. S: 38,80C, N: 100x/m, R:20x/m.

c. BB; 11  kg, TB; 105 cm, LLA ; 18 cm, LK; 49 cm, LD; 60cm

2. Kulit :

Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan bersih, turgor kulit

menurun,

3. Kepala :

Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi dan bersih.

4. Mata :

Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.

5. Telinga :

Simetris, discharge (-) bersih, bentuk normal.

6. Hidung :

Simetris, discharge (-), bentuk normal,

7. Mulut :

Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-), Lidah kotor/ putih

8. Leher :

16

Page 17: Askep Demam Thypoid

JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran limponodi.

9. Dada :

a. Paru-paru

I : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada

P : tidak ada nyeri tekan

P : sonor

A  : vesikuler

b. Jantung

S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-).

10. Payudara :

Tak ada keluhan, simetris.

11. Abdomen :

I : terlihat membesar

A : bunyi bising usus 10x/m

P             : perut kembung, agak keras

P             : bunyi thimpany

12. Genetalia :

Tak ada keluhan.

13. Muskuleskeletal :

Tak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai jenis, ROM baik.

14. Neurologi :

Normal, tak ada keluhan.

10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG

a. Lab darah

Tanggl           :15-05-2011

Pukul             :10.44 WIB

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Bilirubin total 0,90 mg/dl 0.00-1.00

Bilirubin direk0.30 mg/dl < 0,20

SGOT 22.0 u/l 40.0 u/l

SGPT 23.0 u/l 41.0 u/l

Leokosit 12.61 4.80-10.80

17

Page 18: Askep Demam Thypoid

Eritrosit 4.52 4.20- 5.40

Hemoglobin 11,9 g/dl 12-16 g/dl

Hematokrit 34.9 % 37-47 g/dl

MCV 77.2 79-99

MCH 34.1 g/dl 33.0-47.0

Trombosit 178x 10 /ul 82.0-95.0

HbSag Negative negatif

Gol. Darah O -

b. Widal (+)

c. Terapi

Tanggal Per-oral Per-interal

- Paracetamol 250 mg

- Ctm 3x1

- Curliv 2x1

1. Ceftriaxon 2x 3 mg

2. Dexa 3 x2 mg

3. Sotatic 2x 1 ½

4. N. 500 /drip

5. Inffus RL 20 tpm

6. D5 15 tpm

3.2 ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem

1 DS:

Ibu klien mengatakan anaknya badannya

panas.

DO :

1. klien tampak lemas, 

2. akral teraba hangat

3. Suhu: 38,80C

4. Nadi: 100x/ menit

5. RR: 20x/ menit

6. Widal (+)

Bakteri masuk aliran

darah

Endotoksin

Terjadi kerusakan sel

Merangsang pelepasan

zat epirogen oleh

leukosit

Zatepirogen beredar

dalam darah

Hipertermi

18

Page 19: Askep Demam Thypoid

Mempengaruhi pusat

thermoregulator

hipotalamus

hipertermi

2 DS :

a. ibu klien mengatakan klien makan

susah hanya 1-3 sendok.

b. Ibu klien mengatakan anaknya

muntah ± 2-3x setiap makan.

c. Ibu klien

mengatakan anaknya badan nya

panas

DO :

a. klien muntah

b.  BB : 11 kg

c. Porsi makan dari RS hanya

dimakan 1-3 sendok

Splenomegali

Penurunan/peningkatan

mobilitas usus

Penurunan/peningkatan

peristaltik usus

Peningkatan asam

lambung

Anorexia, mual, muntah

Intake turun

Gangguan nutrisi

kurang dari kebutuhan

Ganguan

nutrisi kurang

dari

kebutuhan

3 DS:

P : Ibu pasien megatakan anaknya

nyeri bila beraktifitas/bergerak,

hilang apabila saat beristrahat.

Q : ibu  pasien mengatakan nyeri anak

nya seperti ditusuk-tusuk

R : ibu Pasien mengatakan nyeri anak

nya pada perut bagian kanan atas.

S : Skala nyeri 4

T : nyeri timbul hingga 5 menit

Bakteri berkembang

biak di splenomegali

Lesi plak peyer

Erosi

Nyeri tekan

Nyeri tekan

19

Page 20: Askep Demam Thypoid

DO:

a. Wajah pasien tampak menahan

nyeri.

b. TTV

N :100x/mnt

S : 38 C

RR: 20x/mnt

Widal (+)

c. Ps lemah, ps    tampak gelisah, ps  

merintih kesakitan

d. Nafsu makan menurun, mual (+)

e. Konjungtiva  anemis

f. Akral hangat

g. Pasien menangis

3.3 PRIORITAS MASALAH

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi

2. Nyeri b.d proses inflamasi

3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual & muntah)

3.4 RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnoses Tujuan Intervensi

1 Hipertermi

berhubungan

dengan proses

ifeksi salmonella

thypi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam

diharapkan suhu tubuh normal

dengan

KH:

Mempertahaankan suhu

tubuh dalam batas normal

yaitu 36,5 0C sampai 37,5 0C

1. Monitoring TTV terutama

pantau suhu minimal 2 jam

sekali

2. Ajarkan pasien cara

mencegah keletihan akibat

panas

3. Selimuti pasien untuk

mencegah hilangnya

kehangatan tubuh

4. Pantau aktifitas kejang

5. Kolaborasi: Pemberian terapi

20

Page 21: Askep Demam Thypoid

Obat anti piretik sesuai

program

2 Nyeri b.d proses

inflamasi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan nyeri berkurang,

dengan

KH:

1. Skala  nyeri menjadi 3

2. Pasien nampak lebih

rileks

3. Nyeri terkontrol

1. monitor KU

2. kaji tingkat nyeri intensitas

dan skala nyeri

3. jelaskan penyebab nyeri

4. ajarkan teknik distraksi

relaksasi(nafas dalam)

5. posisikan pasien senyaman

mungkin

6. kolaborasi dengan tim medis

pemberian obat analgesik

3 Resiko nutrisi

kurang dari

kebutuhan b.d

anoreksia

( mual, muntah)

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam

kebutuhan nutrisi adekuat

KH :

1. Klien tidak muntah

2. Porsi makan yang

disediakan habis

1. Kaji pola dan kebiasaan

makan

2. Menganjurkan keluarga

untuk memberi makanan

dalam porsi kecil tapi sering

dan tidak merangsang

produksi asam (biskuit)

3. Memberikan terapi

pemberian cairan dan nutrisi

sesuai program

4. Observasi adanya muntah

5. Memberikan terapi

pemberian anti emetik sesuai

program

3.5 IMPLEMENTASI

Dx 1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi

Tgl Implementasi Respon pasien Ttd

15-03-2015 1. Mengukur   tanda – tanda

vital

2. Memantau  aktifitas kejang

1. S: 37,5 0C, N: 100x/m, R:20x/m.

2. Pasien tidak mengalami kejang

3. Klien sedikit-sedikit mau minum

21

Page 22: Askep Demam Thypoid

3. Menganjurkan  keluarga

untuk memberikan sedikit

minum tapi sering

4. memberikan kompres

hangat

5. memberikan terapi sesuai

program

4. Pasien dikompres pake air biasa

5. Terapi diberikan

16-03-2015 1. Mengukur  kembali tanda

– tanda vital

2. Memantau  kembali

aktifitas kejang

3. Menganjurkan  kembali

keluarga untuk

memberikan sedikit minum

tapi sering

4. memberikan kompres

hangat

5. memberikan kembali terapi

sesuai program

1. S: 36,5 0C, N: 100x/m, R:20x/m.

2. Pasien tidak mengalami kejang

3. Klien sedikit-sedikit mau minum

4. Pasien sudah tidak dikompres

5. Terapi diberikan

Dx 2. Nyeri b.d proses inflamasi                                       

Tgl Implementasi Respon pasien Ttd

15-03-2015 1. Monitor KU / TTV

2. Mengkaji skala nyeri

3. Memberikan posisi yang nyaman.

4. Mengajarkan teknik relaksasi

5. Memberikan motivasi untuk

kompres air hangat pada bagian

yang sakit

6. Memberikan terapi obat analgesik

Keadaan pasien lemah

N : 100 x/mnt

R : 20 x/mnt

S : 37 C

Skala nyeri 4

-terapi masuk

22

Page 23: Askep Demam Thypoid

Dx 3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual, muntah)

Tgl Implementasi Respon pasien Ttd

15-03-2015 1. Mengkaji pola dan kebiasaan

makan

2. Mengobservasi  adanya muntah

3. Menganjurkan keluarga untuk

memberi makanan dalam porsi

kecil tapi sering dan tidak

merangsang produksi asam

(biskuit).

4. Memberikan terapi pemberian

cairan dan nutrisi sesuai program

5. Memberikan terapi pemberian anti

emetik sesuai program

1. Klien makan hanya 1-3 sdm

2. klien sudah muntah 1x

3. Ibu klien mengatakan

anaknya masih susah makan

4. Infus RL terpasang  20 tpm

5. Terapi diberikan

16-03-2015 1. Mengkaji kembali pola dan

kebiasaan makan

2. Mengobservasi  kembali adanya

muntah

3. Menganjurkan kembali pada

keluarga untuk memberi makanan

dalam porsi kecil tapi sering dan

tidak merangsang produksi asam

4. Memberikan kembali terapi

pemberian cairan dan nutrisi sesuai

program

5. Memberikan kembali terapi

pemberian obat anti emetik sesuai

program

1. Klien menghabiskan ¼ 

porsi dari RS.

2. Klien sudah tidak muntah

terus

3. Klien terlihat makan

biskuit,pisang

4. Infus RL terpasang 20 tpm

5. Terapi diberikan

3.6 EVALUASI

23

Page 24: Askep Demam Thypoid

Hari / tanggal EVALUASI Ttd

Rabu

18-03-2015

S : ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak panas

O :

1. klien masih tampak lemas,

2. klien sudah tdak muntah

3. TTV Normal

Suhu: 36 C

Nadi: 90x/ menit

RR: 20x/ menit

A : masalah teratasi sebagian

P : pertahankan intervensi

Rabu

18-03-2015

S : ibu Pasien mengatakan ,anak nya sudah tidak nyeri perut

O : pasien nampak rileks

A : Masalah teratasi

P : pertahankan intervensi

Motivasi pasien untuk tetap melakukan teknik relaksasi

distraksi (nafas dalam) bila nyeri timbul

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik

Rabu

18-03-2015

S : ibu klien mengatakan ,klien setiap habis makan sudah

berkurang muntah nya.

O : klien masih muntah 1x

1. BB : 11kg

2. Porsi makan dari RS hanya dimakan ¼ porsi

A : masalah teratasi

P : pertahankan intervensi

BAB 4

PENUTUP

24

Page 25: Askep Demam Thypoid

4.1 Simpulan

Demam tifoid adalah suatu infeksi akut pada usus kecil yang disebabkan oleh bakteri

salmonella typhii. Di Indonesia penderita demam tifoid diperkirakan 800/100.000 penduduk

per tahun, tersebar dimana-mana, dan ditemukan hampir sepanjang tahun.

Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tapi yang paling sering pada anak

besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting melakukan pengenalan

dini demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama : Demam yang berkepanjangan (lebih

dari 7 hari), gangguan susunan saraf pusat/kesadaran.

4.2 Saran

Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat memberikan saran untuk

selalu menjaga kebersihan lingkungan, makanan yang dikonsumsi harus higiene dan perlunya

penyuluhan kepada masyarakat tentang demam typhoid.

DAFTAR PUSTAKA

25

Page 26: Askep Demam Thypoid

Ngastiyah. 2005. Perawat Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencergahan & Pemberantasannya Edisi kedua. Jakarta : Erlangga

26