Laporan Pendahuluan Thypoid

download Laporan Pendahuluan Thypoid

If you can't read please download the document

Transcript of Laporan Pendahuluan Thypoid

Oleh : Wiwit Dwi R.A (2008720031)Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah JakartaTHYPOIDA. Pengertian Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai dengan gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella thyposa dan hanya didapatkan pada manusia. Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Penyakit demam thypoid terutama ditemukan di negara sedang berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi, serta kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat. Di Indonesia terdapat dalam keadaan endemik. Penderita anak yang ditemukan biasanya berumur diatas satu tahun. Sebagian besar penderita (80%) yang dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta berumur diatas 5 tahun. Sangat jarang terjadi pada anak dibawah 5 tahun, karena makanan masih table food, apalagi jika anak sudah mendapat imunisasi thypoid. B. Etiologi Demam tipoid diakibatkan oleh adanya bakteri Salmonella Typosa yang berkembangbiak di usus halus dengan masa inkubasi + 1 minggu.C. Gejala Klinis Gejala klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan, lebih bervariasi bila dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 10 - 20 hari, dengan masa inkubasi terpendek 4 hari dan terpanjang 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodormal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Walaupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, secara garis besar gejalagejala yang timbul dapat dikelompokkan : Demam 1 minggu atau lebih Gangguan saluran pencernaan Gangguan kesadaranDalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi. Setelah minggu kedua, gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, lidah thypoid biasanya terjadi beberapa hari setelah panas meningkat dengan tandatanda : (lidah tampak kering,dilapisi selaput tebal), pembesaran hati, limpa, perut kembung dan gangguan kesadaran. Roseola (bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit) lebih sering terjadi pada akhir minggu pertama dab awal minggu kedua tetapi jarang terjadi pada orang Indonesia. Penyakit thypoid bisa mempengaruhi tumbuh kembang pada anak karena dari gejalagejala yang timbul seperti demam yang bisa menyebabkan dehidrasi/kekurangan cairan dalam tubuh yang mengakibatkan anak menjadi lemas. Anoreksia (tidak nafsu makan) akan menyebabkan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan gangguan mobilitas fisik. Penyakit ini disebabkan oleh kuman salmonella typhosa/ eberthella typhosa. Kuman ini bisa hidup pada suhu manusia maupun suhu yang lebih rendah, tapi mati pada suhu 700C ataupun oleh antiseptik. Salmonella typhosa mempunyai 3 antigen, yaitu: 1. Antigen O = ohne haunce = antige somatic (tidak menyebar) 2. Antigen H = haunce (menyebar), terdapat flagela dan bersifat menyebar termolabil 3. Antigen V1 = kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagisitosis Ketiga antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan antibodi yang disebut aglutinin. Salmonella typhosa juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotik. Ada 3 speesies utama, yaitu: 1. Salmonella typhosa (satu serotipe) 2. Salmonella choleraesius (satu serotipe) 3. Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe)D. Pemeriksaan Penunjang1) Pemeriksaan leukosit Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid. 2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.3) Pemeriksaan bakteriologis Dalam pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya kuman atau virus yang menyerang tubuh yaitu virus salmonella typosa pada salah satu bagian tubuh yaitu biakan darah, feses, urine, sumsum tulang ataupun cairan duodenum dalam pengambilan sampel sangat menentukan keberhasilan pemeriksaan bakteriologis tersebut. Misal biakan darah biasanya positif pada minggu pertama perjalanan penyakit, biakan feses dan urine positif biasanya pada minggu kedua dan ketiga,biakan sumsum tulang paling baik karena tidak dipengaruhi waktu pengambilan ataupun pemberian antibiotik sebelumnya. Kemungkinan ditemukannya biakan yang positif pada sumsum tulang (84%), pada darah (44%), feses (65%), cairan duodenum (42%). Dari hasil ini digunakan untuk menegakkan diagnosis. 4) Pemeriksaan rutin Dalam pemeriksaan ini dilakukan untuk pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya leukopenia atau tidak atau dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Serta dalam pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun limfopenia. Laju endap darah pada demam typoid dapat meningkat. 5) Uji widal Uji ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi tubuh terhadap kuman pada uji iniakan terjadi suatu reaksi aglutinase antara antingen kuman tersebut dengan antibodi yang disebut aglutinin dalam uji widal ini antingen yang dipergunakan adalah suspense salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita typoid yaitu: a) Aglutinin O (dari tubuh kuman) b) Aglutinin V1 (simpai kuman), dan c) Aglutinin H (flangela kuman) Dari ketiga kuman/aglutinin tersebut didapat bahwa kuman atau diagnose yang didapat pada penderita typoid adalah aglutinin O dan H. Semakin tinggi titer atau kuman yang terdapat dalam tubuh maka akan semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman tersebut. Pada pembentukan aglutinin dalam tubuh si penderita typoid ini maka akan mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam kemudian meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu keempat dan akan tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase ini akut mula mula akan timbul aglutinin O, Kemudian diikuti dengan munculnya aglutinin H. Pada orang yang telah sembuh dari kuman atau aglutinin O tetapi akan masih dijumpai dalam waktu 4-6 bulan, sedangkan agglutinin H akan menetap lebih lama didalam tubuh penderita dalam jangka waktu 9-12 bulan. Oleh karena itu dalam uji widal ini bukan untuk menentukan kesembuhan si penderita namun hanya sebagai penunjang untuk mengurangi kuman yang ada didalam tubuh si penderita tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji widal yaitu: 1) Pengobatan dini dengan antibiotik 2) Gangguan anti bodi dan pemberian kortikusteroid 3) Waktu pengambilan darah 4) Daerah yang diambil apakah daerah endemik atau non-endemik 5) Riwayat vaksinasi 6) Reaksi anamnestik yaitu peningkatan titer aglutinin pada infeksi bukan demam tifoid akibat infeksi demam tifoid masa lalu atau vaksinasi 7) Faktor teknik pemerksaan laboratorium akibat aglutinasi silang, dan strainsalmonella yang digunakan untuk suspense antingen Saat ini belum ada kesamaan pendapat mengenai titer atau hasil agglutinin yang bermakna diagnostik untuk demam typoid. Batas titer yang sering dipakai hanya kesepakan saja namun hanya berlaku setempat dan batas ini bahkan dapat berbeda diberbagai laboraturium setempat. 6) Pemeriksaan kultur darah Dalam pemeriksaan ini hasil biakan darah yang positif akan memastikan hasil demam tyipoid, akan tetapi apabila hasil negatif yang didapat tidak akan menyingkirkan demam typoid. Karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Telah mendapat terapi antibiotik, bila pasien belum dilakukan kultur darah telah mendapat antibiotik, pertumbuhan kuman dalam biakan akan merhambat dan hasilnya akan kemungkinan negatif. 2) Volume darah yang kurang (diperlukan kurang lebih 5 cc darah). Apabila darah yang yang dibiak terlalu sedikit maka hasil biakan akan negatif. Dalam pengambilan darah sebaiknya secara bedside dan langsung dimasukkan ke dalam media cair empedu (oxgal) untuk pertumbuhan kuman. 3) Riwayat vaksinasi. Vaksinasi dimasa lampau menimbulkan antibodi dalam darah pasien. (aglutinin). Ini dapat menekan bakteremia hingga biakan darah negatif 4) Saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat agglutinin semakin mningkat.E. Penatalaksanaan Pasien dengan diagnosis demam thypoid harus dianggap dan dirawat sebagai penderita demam thypoid dengan 3 cara, yaitu: 1. Perawatan dan istirahat Penderita thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi, serta pengobatan. Biasanya penderita istirahat selama 5-7 hari agar bebas dari demam danperlu dilakukan tirah baring ditempat seperti makan, minum, mandi, buang air kecil, buang air besar akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. 2. Diet Diet merupakan proses cukup penting dalam masa penyembuhan demam thypoid apabila makanan tidak yang sesuai maka akan menurunkan keadaan pasien, gizi pasien akan turun, dan proses penyembuhannya semakin lama. Biasanya pasen di berikan diet bubur saring kemudian ditingkatkan bubur kasar, dan nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring bertujuan untuk menghindari komplikasi saluran cerna ata peforasi usus, hal ini disebabkan karena usus harus diistirahatkan.Pemberian makanan padat bertujuan untuk menekan kadar albumin dalam serum dan dapat mengurangi infeksi selama perawatan 3. Obat-obatan a. Kloramfenikol Indikasi: menurunkan demam typhoid rata-rata setelah 5 minggu Dosis: 4 x 500 mg per hari dapat diberikan per oral atau intravena Efek samping: terjadi komplikasi hemantologi seperti anemia aplastik b. Tiamfenikol Indikasi: memurunkan demam typhoid rata-rata setelah 5 sampai 6 minggu Dosis: 4 x 500 mg per hari Efek samping: terjadi komplikasu hemantoigi seperti anemia aplastik lebih rendah dibandingkan kloramfenikol c. Kotrimoksarol Indikasi: menurunkan demam typhoid Dosis: 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung sulfametoksazol 400 mg dan 80 mg trimeprim) diberikan selama 2 minggu d. Ampisilin dan amoksilin Indikasi: kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendahdibandingkan dengan kloramfenikol Dosis: Ampisilin 100-200 mg/kkBB/hari, selama 10-14 hari Amoksilin 100 mg/kgBB/hari, selama 10-14 hari