sap kusta.doc
-
Upload
adinda-gerrits -
Category
Documents
-
view
108 -
download
20
Transcript of sap kusta.doc
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
KUSTA
Pembimbing
Prihantini SKM M.Kes
Di susun oleh :
Nama : Adinda Markline Gerrits
NIM : P 27220010 003
Kelas : 3A
DIII KEPERAWATAN REGULER
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2012
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Pokok Bahasan : Kusta
Sub Pokok Bahasan : Penyakit Kulit
Sasaran : Masyarakat Desa Sidomulyo RT.47/14,
Mojosongo, Surakarta.
Hari/Tanggal : Kamis, 18 September 2013
Waktu : 15 menit
Penyuluh : Mahasiswa Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Surakarta
I. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan kwesehatan selama ±15 menit, masyarakat desa
Sidomulyo RT.47/14, Mojosongo, Surakarta mampu memahami tentang penyakit
kusta.
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama ± 15 menit diharapkan
masyarakat desa Sidomulyo mampu:
a. Memahami dan mengerti tentang penyakit kusta.
b. Memahami dan mengerti tentang tanda dan gejala penyakit kusta.
c. Memahami dan mengerti penyebab penyakit kusta.
d. Memahami dan mengerti tentang penularan penyakit kusta.
e. Menjeskan cara pencegahan penyakit kusta.
f. Menyebutkan tentang pengobatan penyakit kusta.
g. Menjelaskan tentang akibat bila tidak berobat dini dan teratur
III. Materi ( Terlampir)
IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
V. Media
1. Lembar balik
2. Leaflet kusta
VI. Langkah-langkah Kegiatan
Kegiatan Waktu Kegiatan Audience
1. Pembukaan
Memberi salam
Memperkenalkan diri
Menyampaikan tujuan
5 menit
Menjawab salam
Mendengarkan
Memperhatikan
2. Kegiatan
Mengidentifikasikan
materi yang akan
diberikan.
Menjelaskan definisi
Kusta.
Menjelaskan tanda dan
gejala kusta.
Menjelaskan penyebab
kusta.
Menjelaskan penularan
penyakit kusta.
Menjeskan cara
pencegahan penyakit
kusta.
Menjelaskan tentang
pengobatan penyakit
kusta.
Menjelaskan tentang
akibat bila tidak berobat
dini dan teratur.
8 menit
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
memperhatikan
3. Penutup
Menyimpulkan materi
Melakukan evaluasi
Mengucapkan salam
3 menit
Memperhatikan
Bertanya dan
Menjawab
Menjawab salam
VII. Evaluasi
Pertanyaan Terbuka ( terlampir)
VIII. Referensi
Murtiastutik, 2009. Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi 2. Surabaya: Airlangga
University Press.
Harahap, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.
Lampiran :
1. Materi
2. Evaluasi
3. Leaflet
Lampiran 1
KUSTA
A. PENGERTIAN
Morbus hansen (kusta, lepra) adalah penyakit infeksi kronis yangdisebabkan oleh kuman
mycobacterium leprae yang menyerang syaraf tepi(primer), kulit dan jaringan tubuh
lainnya, kecuali susunan syaraf pusat. (Murtiastutik, 2009)
B. TANDA DAN GEJALA KUSTA
a. Tanda:
- Adanya bercak tipis seperti panu pada badan dan mati rasa.
- Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin
melebar dan banyak.
- Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
- Adanya bintil-bintil kemerahan yang tersebar pada kulit.
- Alis rambut rontok.
- Muka berbenjol benjol dan tegang yang disebut muka singa.
b. Gejala
1. Gejala awal
Penderita kusta tidak merasa terganggu, hanya terdapat kelainan kulit berupa
bercak putih seperti panu ataupun bercak kemerahan.
Kelainan kulit ini : - Kurang rasa atau hilang rasa
- Tidak gatal
- Tidak sakit
2. Gejala lanjut
Pada keadaan lanjut dan tidak mendapatkan pengobatan yang tepat penyakit kusta
dapat menyebabkan kecacatan pada :
- Mata : Tidak bisa menutup, bahkan sampai buta.
- Tangan :
o Mati rasa pada telapak tangan
o Jari-jari kiting, memendek, dan putus-putus (mutilasi)
o Lunglai
- Kaki :
o Mati rasa pada telapak kaki
o Jari-jari kiting, memendek dan putus-putus
o Semper
C. TIPE KUSTA
1. Kusta tipe Pausi Bacillary atau disebut juga kusta kering adalah bilamana ada
bercak keputihan seperti panu dan mati rasa atau kurang merasa, permukaan bercak
kering dan kasar serta tidak berkeringat, tidak tumbuh rambut/bulu, bercak pada kulit
antara 1-5 tempat. Ada kerusakan saraf tepi pada satu tempat, hasil pemeriksaan
bakteriologis negatif (-), Tipe kusta ini tidak menular.
2. Kusta tipe Multi Bacillary atau disebut juga kusta basah adalah bilamana bercak
putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata diseluruh kulit badan, terjadi
penebalan dan pembengkakan pada bercak, bercak pada kulit lebih dari 5 tempat,
kerusakan banyak saraf tepi dan hasil pemeriksaan bakteriologi positif (+). Tipe
seperti ini sangat mudah menular.
D. PENYEBAB KUSTA
Penyebab kusta adalah kuman Mycobacterium leprae yang merupakan bakteri tahan
asam, bersifat obligat intraseluler. Mycobacterium leprae masuk ke dalam tubuh melalui
saluran pernapasan (inhalasi) dan kulit (kontak langsung yang lama dan erat). Masa
membelah diri Mycobacterium leprae memerlukan waktu yang cukup lama dibandingkan
dengan kuman lain yaitu 12- 21 hari, masa inkubasi kusta sangat lama (3-5 tahun) dan
menyebabkan semua manifestasi kliniknya menjadi kronik.
E. PENULARAN
Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya.
1. Sekresi hidung
Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita yaitu selaput
lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah
melalui sekresi hidung, basil yang berasal dari sekresi hidung penderita yang sudah
mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.
2. Kontak kulit dengan kulit penularan di dalam rumah tangga dan kontak/hubungan
dekat dalam waktu yang lama tampaknya sangat berperan dalam penularan kusta.
Terapo enularan melalui kontak kulit dapat terjadi apabila terdapat luka kecil maupun
luka besar dan apabila terjadi kontak yang lama dan berulang-ulang.
3. Risiko penularan dari orang tua berpenyakit kusta kepada anak-anaknya lebih besar
dibandingkan risiko terhadap pasangan hidupnya. Penularan secara transplasental
hingga saat ini belum terbukti, namun imunoglobulin ibu yang menderita lepra bisa
ditemukan pada darah anak dan memberikan reaksi serologi positif terhadap M.
leprae.
Sumber penularan lepra adalah penderita lepra terutama tipe
multibasiler/tipe basah yang belum mendapat pengobatan, tetapi tidak tertutup
kemungkinan oleh tipe pausibasiler/tipe kering. Anggota keluarga yang tinggal
serumah dengan penderita ini mempunyai risiko tertular sekitar 4-10 kali lebih
besar dibandingkan mereka yang tidak tinggal serumah. Risiko penularan dari
orang tua berpenyakit kusta kepeda anak-anaknya lebih besar dibandingkan risiko
terhadap pasangan hidupnya.
Penularan secara transplasental hingga saat ini belum terbukti, namun
imunoglobulin ibu yang menderita lepra bisa ditemukan pada darah anak dan
memberikan reaksi serologi positif terhadap M. leprae. Beberapa faktor yang
mempengaruhi penyebarannya yaitu (1) derajat infeksius pasien yang telah
terinfeksi, (2) kemudahan untuk terpengaruh setelah terjadi kontak, (3) kedekatan,
frekuensi, dan lamanya kontak dengan penderita. Selain itu kepadatan penduduk,
sanitasi yang buruk, dan malnutrisi dapat meningkatkan kerentanan untuk
terinfeksi. Namun, akhir-akhir ini berkembang penelitian bahwa bahwa ada sumber penularan
diluar manusia (lingkungan dan hewan), karena banyaknya
kasus yang ditemukan tanpa adanya riwayat kontak dengan penderita kusta.
F. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KUSTA
G. Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta
H. y
I. Menganjurkan kepada penderita untuk berobat secara teraturSalah satu cara memutuskan terjadinya
penularan
J. y
K. S i n a r m a t a h a r i m a s u k k e d a l a m r u m a h M a k i n p a n a s c u a c a makin
cepatlah kuman kusta mati
L. y
M. Hindarkan terjadinya tempat-tempat yang lembab
N. y
O. Hindarkan kelelahan fisik
P. y
Q. M e n g k o n s u m s i m a k a n a n y a n g b e r g i z i d a y a t a h a n t u b u h
R. Pengobatan
Jika hasil pemeriksaan adalah sakit kusta, maka penderita harus minum obat secara teratur
sesuai dengan petunjuk petugas kesehatan.
Obat untuk menyembuhkan penyakit kusta dikemas dalam blister yang disebut MDT
(Multi Drug Therapy = Pengobatan lebih dari 1 macam obat)
Kombinasi obat dalam blister MDT tergantung dari tipe kusta, tipe MB harus minum
obat lebih banyak dan waktu lebih lama :
Tipe MB : obat harus diminum sebanyak 12 blister
Tipe PB : obat harus diminum sebanyak 6 blister
Ada 4 macam blister MDT yaitu :
- Blister untuk PB anak
- Blister untuk PB dewasa
- Blister untuk MB anak
- Blister untuk MB dewasa
Dosis pertama harus diminum di puskesmas (di depan petugas), dan seterusnya obat
diminum sesuai petunjuk / arah panah yang ada di belakang blister.
Tujuan utama program pemberantasan penyakit kusta adalah memutuskan
rantai penularan untuk menurunkan insidensi penyakit, mengobati dan
menyembuhkan penderita serta mencegah timbulnya cacat.
Pengobatan kusta di Indonesia mengikuti putusan WHO Expert commitee
Meeting di Geneva yaitu dengan pengobatan kombinasi DDS, Lamprene dan
Rifampisin.
Diberikan berdasarkan regimen MDT (Multi Drug Therapy):
1. Pausibasiler
Rifampisin 600mg/bulan, diminum di depan petugas
DDS 100mg/hari: pengobatan diberikan secara teratur selama 6
bulan dan diselesaikan dalam waktu maksimal 9 bulan.
2. Multibasiler
Rifampisin 600mg/bulan
Lamprene/klofazimine 300mg/hari
Ditambahkan
Lamprene 50mg/hari
DDS 100mg/hari
Pengobatan dilakukan secara teratur selama 12 bulan dan diselesaikan
dalam waktu maksimal 18 bulan.
S. Akibat Bila Tidak Berobat Dini dan Teratur
a. Kuman kusta dalam tubuh penderita akan tumbuh dan berkembang lebih banyak dan
akan merusak saraf sehingga timbul kecacatan.
b. Cacat kusta terjadi karena penderita terlambat ditemukan sehingga terlambat diobati.
c. Jika timbul kecacatan penderita akan kehilangan pendapatan karena tidak dapat bekerja.
Cacat kusta adalah cacat akibat kuman kusta yang menyerang saraf penderita. Cacat bisa
terjadi juga akibat luka di tangan dan atau di kaki penderita yang mati rasa.
Lampiran 2
EVALUASI
Pertanyaan :
1. Jelaskan definisi osteoporosis?
Jawab :
Osteoporosis adalah penyakit yang disebabkan karena penyusutan massa dan
kemerosotan struktur tulang, sehingga tulang rapuh.
2. Sebutkan penyebab osteoporosis?
Jawab:
a. Usia.
b. Jenis kelamin.
c. Genetik (Keturunan).
d. Ras.
e. Struktur tulang
f. Menopause.
b. Gaya hidup.
c. Pengobatan penyakit kronis.
d. Aktivitas fisik
e. Perubahan Hormonal
f. Kafein
g. Gangguan Fisiologi
h. Gizi
3. Sebutkan tanda-tanda mengalami osteoporosis?
Jawab:
Tanda Osteoporosis:
1. Perubahan tinggi badan
2. Terjadinya patah tulang di pergelangan tangan, tulang belakang atau
panggul setelah terjatuh atau trauma yang ringan.
4. Sebutkan gejala-gejala osteoporosis?
Jawab:
Gejala Osteoporosis
1. nyeri pada pinggang bawah pada pria dan wanita usia lanjut.
2. Tinggi badan makin lama makin bertambah pendek, disertai tulang
belakang makin lama makin bungkuk (Kifosis).
3. Gigi-gigi keropos, goyah dan tanggal.
4. Nyeri pada tulang dan otot akibat perubahan postur tubuh.
5. Bagaimana cara pencegahan dan penanganan osteoporosis?
Jawab:
1. Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan
nutrisi dengan unsur kaya serat, rendah lemak dan kaya kalsium (1000-1500)
mg per hari.
2. Kurangi sodium, garam, daging merah, dan makanan yang diasinkan.
3. Memulai program regular, latihan mempertahankan berat badan seperti jalan-
jalan, jogging, bersepeda atau aerobic.
4. Hilangkan kebiasaan seperti merokok, mengonsumsi alkohol dan kafein.
5. Paparan matahari di pagi dan sore menjelang magrib membantu pembentukan
vitamin D.