SAP DBD.docx
-
Upload
erinne-defriani -
Category
Documents
-
view
66 -
download
9
Transcript of SAP DBD.docx
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Promkes
Disusun oleh :
Erinne Defriani, S.ked
KEPANITERAAN KLINIK SENIORFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATIBANDAR LAMPUNG
2013
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Pokok Bahasan : Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
2. Sub Pokok Bahasan :
a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)
b. Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)
c. Cara penularan Demam Berdarah Dengue (DBD)
d. Pathogenesis Demam Berdarah Dengue (DBD)
e. Gejala klinis Demam Berdarah Dengue (DBD)
f. Pemeriksaan fisik Demam Berdarah Dengue (DBD)
g. Pemeriksaan penunjang Demam Berdarah Dengue
(DBD)
h. Diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD)
i. Derajat Demam Berdarah Dengue (DBD)
j. Diagnosis banding Demam Berdarah Dengue (DBD)
k. Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)
l. Pertolongan pertama Demam Berdarah Dengue (DBD)
m. Prognosis Demam Berdarah Dengue (DBD)
n. Kegiatan pokok puskesmas dalam penangulangan
Demam Berdarah Dengue (DBD)
3. Sasaran : Masyarakat
4. Tempat : Puskesmas Cipedes
5. Hari / Tanggal : Selasa, 05 Maret 2013
6. Waktu : Pukul 09.00 WIB
7. Tujuan :Setelah dilakukan penyuluhan selama 1×25 menit masyarakat
mampu mengetahui tentang penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) dan permasalahannya
8. Metode : Ceramah dan tanya jawab
9. Media : Leafleat
10. Materi : Terlampir
11. Kegiatan :
No Kegiatan Waktu Kegiatan Sasaran1. Pembukaan 5 menit Menyiapkan media
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
Melakukan kontrak waktu. Menjelaskan pokok bahasan yang akan
disampaikan. Menggali pengetahuan masyarakat. Menjelaskan maksud dan tujuan
pembelajaran.2. Inti 15 menit Menjelaskan materi sesuai dengan
metode yang sudah ditentukan. Memberi kesempatan kepada
masyarakat untuk bertanya. Menjawab pertanyaan yang diajukan. Mengevaluasi meminta masyarakat
untuk menyebutkan kembali tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan permasalahannya.
3. Penutup 5 menit Membuat kesimpulan dari materi secara keseluruhan.
Memberi saran kepada masyarakat untuk melakukan apa yang telah dikerjakan.
Berpamitan dan mengucapkan salam.
12. Rencana Evaluasi :
a. Apakah masyarakat mampu menyebutkan Pengertian Demam Berdarah Dengue
(DBD)
b. Apakah masyarakat mampu menyebutkan Penyebab Demam Berdarah Dengue
(DBD)
c. Apakah masyarakat mampu menyebutkan Cara penularan Demam Berdarah
Dengue (DBD)
d. Apakah masyarakat mampu menyebutkan Gejala klinis Demam Berdarah Dengue
(DBD)
e. Apakah masyarakat mampu menyebutkan pencegahan Demam Berdarah Dengue
(DBD)
f. Apakah masyarakat mampu menyebutkan Pertolongan pertama Demam Berdarah
Dengue (DBD)
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam dengue/ DF dan demam berdarah dengue/ DBD (dengue haemorrhagic fever/ DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan / nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diuresis homorargik. Pada DBD terjadi pembesaran plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shok syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/ syok (Suhendro et all, 2006).
B. Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavi virus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x1.000.000.
Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus, kelinci, anjing, kelelawar dan primate. Survei epidemiologi pada hewan ternak didapatkan antibody terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi, dan babi. Penelitian pada arthopoda menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomyia) dan Toxorhynchites (Suhendro et all, 2006)
C. Cara penularan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Umumnya melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti meskipun dapat juga ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus yang biasanya hidup di kebun-kebun. Nyamuk penular DBD ini terdapat hampir di seluruh pelosok indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meterdiatas permukaan laut (Depkes,2005).
D. Pathogenesis Demam Berdarah Dengue (DBD)
Bedasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis
berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue.
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah:
a. Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses
netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang
dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat
replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibody
dependent enhancement (ADE).
b. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun
seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi
interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6
dan IL-10.
c. Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi.
Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi
sitokin oleh makrofag.
d. Selain itu aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a
dan C5a.
Kurane dan Ennis tahun 1994 dari penelitian-penelitian sebelumnya, menyatakan bahwa
infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks virus
antibody non netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi makrofag
oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T helper dan T sitotoksik sehingga diproduksi
limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan mangaktivasi monosit sehingga
disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-alpha, IL-1, PAF (platelet activating
factor), IL-6 dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadinya
kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus-
antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme:
a. Supresi sumsung tulang
b. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.
Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5 hari) menunjukkan keadaan
hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah keadaan itu tercapai akan terjadi peningkatan
proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar trombopoietin dalam darah pada
saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya
stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia.
Destruksi trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD,
konsumsi trombosit selama proses koagulopai dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi
trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-
tromboglobulin dan PF4 yang merupakan petanda degranulasi trombosit.
Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan
disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif pada
demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi koagulasi pada demam berdarah
dengue terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik (tissue factor pathway). Jalur instrinsik juga
berperan melalui aktivasi faktor Xia namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-
inhibitor complex) (Suhendro et all, 2006).
E. Gejala klinis Demam Berdarah Dengue (DBD)
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat simtomatik, atau dapat berupa demam yang
tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue (SSD).
Tanda dan gejala penyakit menurut Depkes (2005) :
a) Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus-menerus
berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada har ke-3 yang kemudian naik lagi dan
pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun.
b) Tanda-tanda perdarahan
Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa uji
Tourniquet Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi
perdaran seperti berikut: petekie, purpura, ekimosis, perdarahan konjungtiva,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis,melena dan hematuri.
Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk
membedakannya: regangkan kulit, jika hilang maka bukan petekie.petekie lebih
sering ditemukan dibandingkan epistaksis, dll.
Uji Tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai
Presumptif test (dugaan keras) oleh karena uji Tourniquet positif pada hari-hari
pertama demam terdapat pada sebagian besar penderita DBD. Namun uji Tourniquet
positif dapat juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak, demam chikungunya),
infeksi bakteri (typhus abdominalis), dll. Uji torniquet positif jika terdapat 10 atau
lebih petekie pada seluas 1 inci persegi (2,5x2,5cm) di lngan bawahbagian depan
(volar) dekat lipat siku (fosa cubiti).
c) Pembesaran hati (hepatomegali)
Sifat pembesaran hati:
- Ditemukan pada permulaan penyakit
- Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
- Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus
d) Renjatan (syok)
- Kulit teraba dingin dan lembab terutaa pada ujung hidung, jari tangan dan kaki.
- Penderita menjadi gelisah
- Sianosis disekitar mulut
- Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba
- Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80mmHg atau kurang.
Sebab renjatan: karena perdarahan, atau karena kebocoran plasma ke daerah
ekstravaskuler melalui kapiler yang terganggu.
e) Gejala klinis lain
Biasanya disertai nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, sakit perut, diare atau
konstipasi, dan kejang. Keluhan sakit perut perut yang hebat sering kali timbul
mendahului perdarahan gastrointestinal dan renjatan.
Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase
kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai
resiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan tidak adekuat.
F. Pemeriksaan fisik Demam Berdarah Dengue (DBD)
- pemeriksaan keadaan umum dan tanda vital (kesadaran, nadi, tekanan darah, suhu
dan nafas)
- observasi kulit dan konjungtiva, serta tanda perdarahan yang lain.
- Penekanan pada ulu hati (epigastrium) karena ditakutkan perdarahan di lambung.
- Perabaan hati
G. Pemeriksaan penunjang Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam dengue
adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah trombosit.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun deteksi
antigen virus RNA dengue dengan tekhnik RT-PCR (reserve transcriptase polymerase chain
reaction), namun karena tekhnik yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi
adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, ig Mmaupun igG.
Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain:
a. Leukosit: dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif
(>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15% dari
jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
b. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke3-8. Jumlah trombosit ≤
100.000 /µl. pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD, bila
normal maka diulang tiap hari sampai suhu turun.
c. Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit ≥20% ( misal 35% menjadi 42% : 35/100 x 42=7, 35+7=42), umumnya
dimulai pada hari ke-3 demam. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului
peningkatan hematokrit. Nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau
perdarahan. Penurunan hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang adekuat,
nilai Ht diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan.
d. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT,APTT,fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah,
e. Protein/ albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
f. SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.
g. Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
h. Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
i. Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi): bila akan diberikan transfusi
darah atau komponen darah.
j. Isolasi virus
Penemuan virus dari sampel darah atau jaringan adalah cara yang paling konklusif
untuk menunjukkan infeksi dengue dan serotifnya, namun perlu perlakuan khusus,
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasi, sulit dan mahal.
k. Deteksi antigen
Virus dengue atau bagiannya (RNA) dapat ditentukan dengan cara hibridasi DNA-
RNA dan/atau amplifikasi segmen tertentu dengan metode PCR (Polymerase Chain
Reaction). Cara ini dapat mengetahui serotipe virus, namun pemeriksaan ini masih
cukup mahal, rumit dan membutuhkan peralatan khusus, biasanya digunakan untuk
penelitian.
l. Imuno serologi
Didasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita yang terjadi setelah infeksi.
- HI (Haemaglitination Inhibition)
Pemeriksaan HI sampai saat ini dianggap sebagai sebagai tes standar (gold
standar). Namun pemeriksaan ini memerlukan 2 sampel darah (serum) dimana
spesimen kedua harus diambil pada fase konvalesen (penyembuhan), sehingga
tidak dapat memberikan hasil yang cepat. dilakukan pengambilan bahan pada
hari pertama sertasaat pulang dari perawatan, uji ini digunakan untuk
kepentingan surveilans
- ELISA (igM dan igG)
Dengan menggunakan sampel darah (serum) saja, yaitu darah akut sehingga
hasil cepat didapat.
igM: terdeteksi mulai hari ke3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang
setelah 60-90 hari.
igG: pada infeksi primer, igG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi
sekunder igG mulai terdeteksi hari ke-2.
H. Diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Dinyatakan tersangka DBD
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama
2-7 hari disertai manifestasi perdarahan (sekurang-kurangnya uji tourniquet positif) dan
atau trombositopenia (≤100.000/µl).
2. DD (Demam Dengue)
a. Kadang-kadang terdapat trombositopenia, tetapi tidak disertai
hemokonsentrasi. Biasanya karena infeksi primer virus dengue, pada
pemeriksaan serologis hanya dapat dideteksi peningkatan (positif) IgM saja.
Biasanya IgM terdeteksi pada hari ke-4 demam.
b. Demam Dengue yang disertai dengan perdarahan harus dibedakan dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada DD tidak dijumpai kebocoran plasma
sedangkan DBD dijumpai kebocoran plasma dibuktikan dengan
hemokonsentrasi.
3. Dinyatakan penderita DBD
- Diagnosis klinis
Seperti tersangka DBD, ditambah adanya hemokonsentrasi (peningkatan ≥20%)
Atau
- Diagnosis laboratoris
hasil pemeriksaan serologis menunjukkan positif pada pemeriksaan HI test atau
terjadi peninggian (positif) IgG saja atau IgM dan IgG.
I. Derajat Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pada setap derajat ditemukan trombositopenia dan hemokosentrasi yaitu :
- Derajat I
Demam yang disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya gejala perdarahan
adalah hasil uji torniket positif
- Derajat II
Gejala yang timbul pada DBD derajat I, ditambah perdarahan spontan, biasanya
dalam bentuk perdarahan di bawah kulit dan atau bentuk perdarahan lainnya
- Derajat III
Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi cepat dan lemah,
menyempitnya tekanan nadi (kurang atau ≤ 20 mmHg) atau hipotensi yang ditandai
dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah.
- Derajat IV
Syok berat dengan tidak terabanya dengan tidak terabanya denyut nadi dan tekanan
darah.
J. Diagnosis banding Demam Berdarah Dengue (DBD)
a. Pada awal perjalanan penyakit, mencakup infeksi bakteri, virus atau infeksi parasit
seperti demam thypoid, campak, influenza, hepatitis, demam cikungunya,
leptospirosis dan malaria. Adanya trombositopeni yang jelas disertai hemokosentrasi
dapa membedakan antara DBD dan penyakit lain. DBD harus dibedakan dengan
demam dengue (DD) dan demam cikungunya.
b. Petekie dan ekimosis ditemukan pada sepsis dan meningitis meningokokus.
- Pada sepsis, sejak semula pasien tampak sakit berat, demam naik turun, dan
ditemukan tanda-tanda infeksi seperti bronkopneumoni, hepatitis, nefritis, dll.
Juga terdapat leukositosi disertai dominasi sel PMN. Pemeriksaan LED untuk
membedakan infeksi bakteri dan virus.
- Pada meningitis meningokokus terdapat gejala rangsangan meningeal dan
kelainan pada pemeriksaan LCS.
c. ITP (idiopatik trombositopeni purpura)
Sulit dibedakan dengan DBD derajat II karena didapatkan demam disertai perdarahan
dibawah kulit. Pada hari-hari pertama ITP sulit dibedakan dengan DBD. Pada fase
penyembuhan DBD jumlah trombosit lebih cepat kembali normal dari pada ITP.
d. Perdarah dapat juga terjadi pada leukimia pada stadium lanjut dan anemia aplastik
stadium lanjut.
- Pada leukimia demam tidak teratur, kelenjar-kelenjar limfa dapat teraba, dan
pasien sangat anemis. Pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang akan
memperjelas diagnosis leukimaia.
- Pada anemia aplastik penderita sanagan anemis. Demam timbul karena infeksi
sekunder. Pada pemmeriksaan darah ditemukan pansitopenia.
e. Pada awal perjalanan penyakit, mencakup infeksi bakteri, virus atau infeksi parasit
seperti demam thypoid, campak, influenza, hepatitis, demam cikungunya,
leptospirosis dan malaria. Adanya trombositopeni yang jelas disertai hemokosentrasi
dapa membedakan antara DBD dan penyakit lain. DBD harus dibedakan dengan
demam dengue (DD) dan demam cikungunya.
f. Petekie dan ekimosis ditemukan pada sepsis dan meningitis meningokokus.
- Pada sepsis, sejak semula pasien tampak sakit berat, demam naik turun, dan
ditemukan tanda-tanda infeksi seperti bronkopneumoni, hepatitis, nefritis, dll.
Juga terdapat leukositosi disertai dominasi sel PMN. Pemeriksaan LED untuk
membedakan infeksi bakteri dan virus.
- Pada meningitis meningokokus terdapat gejala rangsangan meningeal dan
kelainan pada pemeriksaan LCS.
g. ITP (idiopatik trombositopeni purpura)
Sulit dibedakan dengan DBD derajat II karena didapatkan demam disertai perdarahan
dibawah kulit. Pada hari-hari pertama ITP sulit dibedakan dengan DBD. Pada fase
penyembuhan DBD jumlah trombosit lebih cepat kembali normal dari pada ITP.
h. Perdarah dapat juga terjadi pada leukimia pada stadium lanjut dan anemia aplastik
stadium lanjut.
- Pada leukimia demam tidak teratur, kelenjar-kelenjar limfa dapat teraba, dan
pasien sangat anemis. Pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang akan
memperjelas diagnosis leukimaia.
- Pada anemia aplastik penderita sanagan anemis. Demam timbul karena infeksi
sekunder. Pada pemmeriksaan darah ditemukan pansitopenia.
K. Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Adalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). WHO
menganjurkan bahwa penanganan DBD dimulai dengan pemberantasan jentik, baru
kemudian pemberantasan nyamuk.
a. Pemberantasan jentik (pemberantasan sarang nyamuk / PSN DBD) dilakukan dengan
cara:
1) Fisik
Kegiatan “3 M plus” yaitu
- menguras (dan menyikat) bak mandi, bak WC, dll;
- menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dll);
- mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas (seperti
kaleng, ban, dll).
Selain itu ditambah dengan cara lainnya seperti:
- Pengurasan tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu dilakukan secara
teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat
berkembang biak di tempat itu.
- Mengganti air vas bunga, tempat minum ternak.
- Menutup lubang-lubang pada potongan bambu atau pohon dengan tanah, dll.
- Manaburkan bubuk larvasida di tempat-tempat yang sulit dikuras.
- Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
- Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
- Menggunakan kelambu
- Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
Bila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan, karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat.
2) Kimia
Dengan menggunakan Abate yaitu insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini
antara lain dikenal dengan istilah larvasidasi. Yang biasa digunakan adalah
temephos, formulasi temephos yang digunakan adalah granules (sand granules).
Abatesasi ini telah dinyatakan aman oleh WHO dan Depkes RI. Dosis yang
digunakan 1ppm atau 10 gram (sekitar 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter
air. Larvasida mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan
golongan insect growth regulayor.
3) Biologi
Dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan cupang/
tempalo, dll).
b. Pemberantasan nyamuk dewasa
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara memakai kelambu,
lotion anti nyamuk, memakai tanaman herbal seperti lengkuas, lavender dan kulit jeruk,
memakai saring udara pada ventilasi, dan penyemprotan
(pengasapan/pengabutan=fogging) dengan insektisid. Mengingat kebiasaan nyamuk
senang hinggap pada benda-benda bergantungan, maka penyemprotan tidak dilakukan di
dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk penular malaria. Insektisid yang dapat
digunakan antara lain insektisida golongan:
- Orgonophospate, misalnya malathion
- Pyretroid sintetic, misalnya lamda sihalotrin, cypermetrin, alfametrin
- Carbamat
Alat yang digunakan untuk menyemprot adalah mesin Fog atau mesin ULV dan
penyemprotan dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek residu. Untuk membatasi
penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus dengan interval i minggu.
Pada penyemprotan siklus pertama. Semua nyamuk yang mengandung virus dengue
(nyamuk infektif) dan nyamuk-nyamuk lainnyaakan mati. Tetapi akan segera muncul
nyamuk-nyamuk baru yang diantaranya akan mengisap darah penderita viremia yang
masih ada yang dapat menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu
dilakukan penyemprotan siklus ke dua. Penyemprotan yang kedua dilakukan 1 minggu
sesudah penyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan
terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain.
Dalam waktu singkat, tindakan penyemprotan dapat membasmi penularan, akan tetapi
tindakan ini harus diikuti dengan pemberantasan terhadap jentiknya agar populasi nyamuk
penular dapat tetap ditekan serendah-rendahnya. Dengan demikian bila ada penderita DBD
atau orang dengan viremia, maka tidak dapat menular kepada orang lain.
L. Pertolongan pertama Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pada awal perjalanan DBD gejala dan tanda tidak spesifik, oleh karena itu masyarakat/
keluarga diharapkan waspada jika terdapat gejala dan tanda yang mungkin merupakan awal
perjalanan penyakit tersebut. Gejala dan tanda awal DBD dapat berupa panas tinggi tanpa
sebab jelas yang timbul mendadak, terus menerus selama 2-7 hari, badan lemah/lesu, nyeri
ulu hati, tampak bintik-bintik merah pada kulit seperti gigitan nyamuk disebabkan pecahnya
pembluh darah kapiler di kulit. Untuk membedakannya kulit diregangkan bila bintik merahitu
hilang, bukan tanda DBD.
Apabila keluarga/ masyarakat menemukan gejala dan tanda diatas, maka pertolongan
pertama adalag sebagai berikut:
1. Tirah baring/ istirahat selama demam.
2. Kompres hangat
3. Minum banyak (1-2 liter), semua cairan diperbolehkan kecuali cairan yang bewarna
coklat dan merah (susu coklat, sirup merah)
4. Bila terjadi kejang, jaga lidah agar jangan tergigit, kosongkan mulut, longgarkan
pakaian, dan tidak memberikan apapun lewat mulut selama kejang.
Jika selama 2 hari panas tidak turun atau timbul gejala dan tanda lenjut seperti
perdaarahan dikulit, muntah-muntah, gelisah, mimisan, dianjurkan segera dibawaberobat/
periksakan ke dokter atau ke unit pelayanan kesehatan untuk segera mendapatkan
pemeriksaan dan pertolongan.
M. Prognosis Demam Berdarah Dengue (DBD)
Sulit siramalkan, pasien yang pada waktu masuk keadaan umumnya tampak baik, dan waktu singkat dapat memburuk dan tidak tertolong. Sebaliknya, pasien yang keadaan umumnya sangat buruk, dengan pengobatan yang adekuat dapat tertolong.
N. Kegiatan pokok puskesmas dalam penangulangan Demam Berdarah Dengue
(DBD)
a. Mengobati/ merawat/merujuk/tersangka/penderita DBD ke Rumah Sakit.
b. Melaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologis.
c. Setelah PE, melaksanakan “penanggulangan fokus” yang terdiri dari satu atau lebih
kegiatan sebagai berikut:
1) PSN DBD
2) Larvasidasi
3) Penyuluhan
4) Fogging focus (bila memenuhi kriteria) bekerja sama dengan dinas kesehatan
kabupaten/kota.
d. Malaksanakan pemeriksaan jentik berkala (PJB) setiap 3 bulan.
e. Menyelenggarakan pelatihan petugas penyemprotan di desa/kelurahan.
f. Menyelenggarakan pelatihan/ pertemuan/ pembinaan kader atau jurupemantau jentik
(jumantik) dengan menyelenggarakan PSN DBD.
g. Melaksanakan penyuluhan intensif melalui berbagai metode dan media.
h. Memfasilitasi pertemuan lintas program dan lintas sektor (pertemuanPokja/ Pokianal
kelurahan/desa/kecamatan secara berkala, dll)
i. Melaksanakan kegiatan gerakan 3M sebelum masa penularan (G3 SMP).
j. Melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue(PSN DBD)
yang sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing daerah bedasarkan hasil
survei/ penelitian.
k. Melaksanakan survailans epidemiologi DBD.
l. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB (kejadian
luar biasa).
m. Mengirim laporan hasil kegiatan program secara rutin ke kabupaten/kota.