sap ht ruang 21

19
SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI

description

m

Transcript of sap ht ruang 21

Page 1: sap ht ruang 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

IRNA II RSUD Dr.SAIFUL ANWAR

MALANG

2015

Page 2: sap ht ruang 21

LEMBAR PENGESAHAN

PAKET PENYULUHAN

HIPERTENSI

RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Tanggal November 2015

Oleh:

Mahasiswa

UNIVERSITAS KADIRI

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Page 3: sap ht ruang 21

PAKET PENYULUHAN

HIPERTENSI

Pokok Bahasan : Hipertensi

Sasaran : Keluarga pasien, Pasien, Petugas kesehatan dan mahasiswa

Tempat : Ruang tunggu keluarga pasien

Hari / Tanggal : , November 2015

W a k t u : 30 menit

Penyuluh : Mahasiswa

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan curah

jantungdan/atau kenaikan pertahanan perifer (Soemantri dan Nugroho, 2006).

Menurut The Joint National Commitee of Prevention,

Detection, Evaluation and Treatment of The Blood Pressure (2004) dikatakan

hipertensi jika tekanan darah sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg

atau peningkatan tekanan darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90mm

Hg. Umumnya tekanan darah normal seseorang 120 mmHg/80 mmHg.

Hasil pemeriksaan tersebut dilakukan 2 atau lebih pemeriksaan dan dirata-rata.

Badan penelitian kesehatan dunia WHO tahun 2012 menunjukkan diseluruh

dunia sekitar 982 juta orang atau 26,4% mengidap hipertensi dengan perbandingan

26,6% pria dan 26,1% wanita (WHO, 2012). Jumlah penderita hipertensi diseluruh

dunia terus meningkat. Hipertensi pada tahun 2006 menempati urutan kedua

penyakit yang paling sering diderita oleh pasien rawat jalan Indonesia (4,67%)

(DEPKES, 2008). Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan Riskesdes, 2007

berkisar 30% dengan insiden lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan

laki-laki (48%) (Depkes, 2008).

Pencegahan hipertensi penting dilakukan dalam upaya mencegah

kekambuhan agar tidak terjadi peningkatan tekanan darah yang lebih parah. Namun

tidak semua penderita hipertensi dapat melakukan pencegahan terhadap

penyakitnya. Hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan penderita hipertensi

tentang faktor resiko penyakitnya tidaklah sama. (Soeparman dan Waspadji, 2001).

Page 4: sap ht ruang 21

Fenomena yang ada di masyarakat angka kejadian kekambuhan pada penyakit

hipertensi masih banyak, kemungkinan hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan

pencegahan hipertensi masih rendah. Sebagian masyarakat penderita hipertensi

yang baru keluar dari rumah sakit menganggap bahwa dirinya sudah sembuh,

dengan demikian angka kekambuhan hipertensi masih tinggi.

B. Tujuan Instruksional

1. Tujuan Instruksional Umum :

Setelah mendapatkan penyuluhan, sasaran mampu memahami dan

mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari

2. Tujuan instruksional Khusus :

Setelah mendapatkan penyuluhan masyarakat mampu:

a. Mengetahui pengertian hipertensi.

b. Mengetahui tanda dan gejala hipertensi.

c. Mengetahui faktor penyebab hipertensi.

d. Mengetahui komplikasi dari hipertensi.

e. Mengetahui cara pengobatan hipertensi.

f. Mengetahui cara pencegahan terhadap hipertensi.

C. Materi : ( Terlampir )

D. Metode :

1. Ceramah

2. Tanya jawab

E. Media / Alat

1. LCD

Page 5: sap ht ruang 21

F. Kegiatan Pembelajaran

No. Tahap Waktu Kegiatan

1. Pembukaan 5 menit Menyampaikan tujuan

2. Pelaksanaan 20 menit Menggali dan menjelaskan tentang :

Pengertian hipertensi

- Tanda dan gejala hipertensi

- Penyebab hipertensi

- Pengobatan hipertensi

- Pencegahan hipertensi

- Makanan yang dihindari

- Makanan yang dianjurkan

- Pengobatan tradisional untuk hipertensi

Memberikan kesempatan keluarga untuk

bertanya mengenai materi yang disampaikan

3. Evaluasi 5 menit Menyimpulkan materi bersama peserta

- Menanyakan kembali hal-hal yang sudah

dijelaskan mengenai Hipertensi

1. - Memberikan kesempatan keluarga

mendemontrasikan pembuatan obat

tradisional

G. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi struktur 

Membuat susunan acara penyuluhan (SAP)

Kontrak waktu dan tempat penyuluhan

Sasaran peserta penyuluhan yaitu pasien, keluarga pasien, pengunjung,

dan petugas di Ruang 21 RSSA

Mempersiapkan penyuluhan sesuai pengorganisasian

Page 6: sap ht ruang 21

2. Evaluasi proses

Peserta hadir di tempat penyuluhan

Penyuluhan berjalan dengan kondusif

Peserta antusias terhadap materi penyuluhan dibuktikan dengan

banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada penyuluh

Peserta mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai

3. Evaluasi hasil

Metode yang digunakan untuk mengukur pemahaman peserta adalah

dengan pemberian pertanyaan yang sama oleh penyuluh kepada peserta

di awal dan akhir acara.

Kriteria sasaran penyuluhan dikatakan berhasil jika sebanyak ≥70%

peserta yang hadir dapat menjawab pertanyaan penyuluh dengan benar.

Misalnya : peserta yang hadir pada saat penyuluhan sebanyak 10 orang,

kemudian 7 orang dari 10 orang peserta tersebut mampu menjawab

pertanyaan penyuluh dengan benar.

Page 7: sap ht ruang 21

MATERI

A. Definisi

Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan curah

jantungdan/atau kenaikan pertahanan perifer (Soemantri dan Nugroho, 2006).

Menurut The Joint National Commitee of Prevention,

Detection, Evaluation and Treatment of The Blood Pressure (2004) dikatakan

hipertensi jika tekanan darah sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg

atau peningkatan tekanan darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90mm

Hg. Umumnya tekanan darah normal seseorang 120 mmHg/80 mmHg.

Hasil pemeriksaan tersebut dilakukan 2 atau lebih pemeriksaan dan dirata-rata.

B. Penyebab

a. Stres atau perasaan tertekan.

b. Kegemukan (Obesitas).

c. Kebiasaan merokok.

d. Kurang berolahraga.

e. Kelainan kadar lemak dalam darah (Dislipidemia).

f. Konsumsi yang berlebihan atas garam, alkohol, dan makanan yang berlemak

tinggi.

g. Kurang mengonsumsi makanan yang berserat dan diet yang tidak seimbang.

C. Klasifikasi

1. Berdasarkan Nilai Tekanan Darahnya

Pada tahun 2004, The Joint National Commitee of Prevention, Detection, 

Evaluation and Treatment of The Blood Pressure (JNC-7) mengeluarkan batasan baru

untuk klasifikasi tekanan darah, <120/80 mmHg adalah batas optimal

untuk risiko penyakit kardiovaskular. Didalamnya ada kelas baru dalam

klasifikasi tekanan darah yaitu pre-hipertensi. Kelas baru pre-hipertensi tidak

digolongkan sebagai penyakit tapi hanya digunakan untuk mengindikasikan

bahwa seseorang yang masuk dalam kelas ini memiliki resiko tinggi untuk

terkena hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke dengan demikian baik

dokter maupun penderita dapat mengantisipasi kondisi ini lebih awal, hingga

tidak berkembang menjadi kondisi yang lebih parah. Individu dengan

prehipertensi tidak memerlukan medikasi, tapi dianjurkan untuk melakukan

Page 8: sap ht ruang 21

modifikasi hidup sehatyang penting mencegah peningkatan tekanan darahnya.

Modifikasi pola hidup sehat adalah penurunan berat badan, diet, olahraga,

mengurangi asupan garam, berhenti merokok dan membatasi minum alcohol.

Klasifikasi

Hipertensi

Tekanan darah (mmHg)

Sistole Diastole

Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

Pre – Hipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg

Hipertensi

Stadium 1 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg

Sadium 2 >160 mmHg > 100 mmHg

2. Berdasarkan Etiologinya

Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :

a. Hipertensi Primer atau Esensial

Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau

idiopatik adalah hipertensi yang tidak diketahui

etiologinya/penyebabnya. Paling sedikit 90% dari semua penyakit

hipertensi dinamakan hipertensi primer

Patofisiologi hipertensi primer

Beberapa teori patogénesis hipertensi primer meliputi :

1) Aktivitas yang berlebihan dari sistem saraf simpatik 

2) Aktivitas yang berlebihan dari sistem RAA

3) Retensi Na dan air oleh ginjal

4) Inhibisi hormonal pada transport Na dan K melewati dinding sel

pada ginjal dan pembuluh darah

5) Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi

endotel

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat

suatu penyakit, kondisi dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi

ini sudahdiketahui penyebabnya. Terdapat 10% orang menderita apa

yang dinamakan hipertensi sekunder. Umumnya penyebab Hipertensi

Page 9: sap ht ruang 21

sekunder dapat disembuhkan dengan pengobatan kuratif, sehingga

penderita dapat terhindar dari pengobatan seumur hidup yang sering kali

tidak nyaman dan membutuhkan biaya yang mahal.

Patofisiologi hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit

sistemik yang meningkatkan tahanan pembuluh darah perifer atau

cardiac output, contohnyaadalah renal vaskular atau parenchymal

disease, adrenocortical tumor,feokromositoma dan obat-obatan. Bila

penyebabnya diketahui dan dapatdisembuhkan sebelum terjadi

perubahan struktural yang menetap, tekanan darahdapat kembali normal.

c. Krisis Hipertensi

Krisis hipertensi didefinisikan sebagai kondisi peningkatan

tekanan darah yang disertai kerusakan atau yang mengancam kerusakan

terget organ dan memerlukan penanganan segera untuk mencegah

kerusakan atau keparahan targetorgan.

The Fifth Report of the Joint National Comitte on Detection, Evaluation and

Treatment of High Blood Pressure (JNC-7, 2004) membagi krisis

hipertensi ini menjadi 2 golongan yaitu : Hipertensi emergensi (darurat)

dan Hipertensi urgensi (mendesak). Kedua hipertensi ini ditandai nilai

tekanan darah yang tinggi yaitu ≥ 180 mmHg/120 mmHg dan ada atau

tidaknya kerusakan target organ pada hipertensi. Membedakan kedua

golongan krisis hipertensi bukanlah dari tingginya tekanan darah, tapi

dari kerusakan organ sasaran. Kenaikan tekanan darah yang sangat pada

seorang penderita dianggap sebagai suatu keadaan emergensi bila terjadi

kerusakan secara cepat dan progresif dari sistem syaraf sentral,

miokardinal, dan ginjal. Hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi

perlu dibedakan karena cara penanggulangan keduanya berbeda.

1) Hipertensi emergensi (darurat)

Ditandai dengan tekanan darah Diastolik > 120 mmHg, disertai

kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau

lebih penyakit/kondisi akut. Keterlambatan pengobatan akan

menyebabkan timbulnya sequele atau kematian. Tekanan darah harus

Page 10: sap ht ruang 21

diturunkan sampai batas tertentu dalam satu sampai beberapa jam.

Penderita perlu dirawat di ruangan Intensive Care Unit atau (ICU).

Penanggulangan hipertensi emergensi :

Pada umumnya kondisi ini memerlukan terapi obat

antihipertensi parenteral. Tujuan terapi hipertensi darurat bukanlah

menurunkan tekanan darah ≤ 140/90 mmHg, tetapi menurunkan

tekanan arteri rerata (MAP) sebanyak 25 % dalam kurun waktu

kurang dari 1 jam. Apabila tekanan darah sudah stabil tekanan darah

dapat diturunkan sampai 160 mmHg atau 100-110 mmHg dalam

waktu 2 – 6 jam kemudian. Selanjutnya tekanan darah dapat

diturunkan sampai tekanan darah sasaran (<140 mmHg atau < 130

mmHg pada penderita diabetes dan gagal ginjal kronik) setelah 24 –

48 jam.

2) Hipertensi urgensi (mendesak)

Hipertensi mendesak ditandai dengan tekanan darah diastolik >120

mmHg dan dengan tanpa kerusakan/komplikasi minimum dari organ

sasaran. Tekanan darah harus diturunkan secara bertahap dalam 24

jam sampai batas yang aman memerlukan terapi oral hipertensi.

Penderita dengan hipertensi urgensi tidak memerlukan rawat inap di

rumah sakit. Sebaiknya penderita ditempatkan diruangan yang tenang

tidak terang dan tekanan darah diukur kembali dalam 30 menit. Bila

tekanan darah tetap masih sangat meningkat, maka dapat dimulai

pengobatan. Umumnya digunakan obat – obat oral antihipertensi

dalam menggulangi hipertensi urgensi ini dan hasilnya cukup

memuaskan.

Penanggulangan hipertensi urgensi :

Pada umumnya, penatalaksanaan hipertensi mendesak dilakukan

dengan menggunakan atau menambahkan antihipertensi lain atau

meningkatkan dosis antihipertensi yang digunakan, dimana hal

ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah secara bertahap.

Penurunan tekanan darah yang sangat cepat menuju tekanan

darah sasaran (140/90 mmHg atau 130/80 mmHg pada penderita

Page 11: sap ht ruang 21

diabetes dan gagal ginjal kronik) harus dihindari. Hal ini disebabkan

auto regulasi aliran darah pada penderita hipertensi kronik terjadi

pada tekanan yang lebih tinggi pada orang dengan tekanan darah

normal, sehingga penurunan tekanan darah yang sangat cepat dapat

menyebabkan terjadinya cerebrovaskular accident, infark miokard

dan gagal ginjal akut.

D. Manifestasi Klinis Hipertensi

Tanda dan gejala yang biasanya terjadi :

1.  Pusing

2.  Rasa berat di tengkuk

3. Mudah marah

4. Telinga berdenging

5.  Sukar tidur

6.  Sesak nafas

7. Mudah lelah

8. Mata berkunang-kunang

E. Komplikasi

Bila hipertensi tidak ditangani dengan tepat dan sesegera mungkin, hipertensi

akan mengakibatkan kerusakan organ dalam tubuh terjadi, diantaranya adalah:

1. Jantung

Hipertensi dapat berkomplikasi kepada jantung. Baik secara tak langsung

melalui peningkatan perubahan atherosklerotis, maupun secara langsung

melalui efek yang berkaitan dengan tekanan darah. Hipertensi dapat

mengakibatkan CVD (Cardio Vascular Disease) dan meningkatan resiko

kejadian iskemik, semisal angina dan MI. Selain itu, sebagai mekanisme

kompensasi dari jantung dalam merespon naiknya tahanan pembuluh darah

karena meningkatnya tekanan darah, hipertensi dapat memperparah LVH

(Left Ventricular Hypertrophy). LVH sendiri merupakan perubahan miokardial

(selular), bukan perubahan arterial. Ini patut diwaspadai karena LVH

tergolong faktor resiko berbahaya akan terjadinya CAD (Coronary Acute

Disease), HF (Heart Failure), dan arrhythmias. Sebagaimana diketahui, HF

Page 12: sap ht ruang 21

merupakan dampak negatif hipertensi terbesar untuk jantung. Lebih jauh, HF

dapat menurunkan kemampuan kontraksi (disfungsi sistolik) atau

ketidakmampuan untuk mengisi darah (disfungsi diastolik). Hipertensi yang

tidak terkontrol merupakan salah satu pemicu HF.

2. Otak 

Gejala kerusakan pada organ ini yaitu terjadinya transcient ischamicattacks,

stroke iskemik, infark serebral, dan perdarahan otak. Peningkatan tekanan

darah sistolik yang berkepanjangan dapat menyebabkan hypertensi

veenchephalopathy. Uji klinis membuktikan, terapi hipertensi dapat

menurunkan resiko stroke kambuhan maupun stroke yang baru dialami

pertama kali.

3. Ginjal

GFR (Glomerulus Filtration Rate/Laju Filtrasi Glomerulus) digunakan untuk

mengetahui fungsi ginjal. GFR menurun seiring bertambahnya usia,

namun penurunan itu dapat dipercepat oleh hipertensi. Hipertensi

berhubungan dengan nephrosclerosis, yang mana menyebabkan peningkatan

tekanan intra glomerular.

4. Mata

Hipertensi dapat menyebabkan retinopati yang berkomplikasi pada kebutaan.

Keparahannya diklasifikasikan menjadi empat, yakni:

a. Tingkat 1 : Ditandai dengan menebalnya diameter arteri, yang

menyebabkan vasokonstriksi

b. Tingkat 2 : Ditandai dengan nicking pada arterio venous (AV), yang

menyebabkan atherosclerosis

c. Tingkat 3 : Terjadi jika hipertensi tidak kunjung diobati yangdapat

menyebabkan cotton wool exudates dan flame hemorrhage

d. Tingkat4 : Muncul sebagai akibat dari kasus yang semakin parah,

yang ditandai dengan papill edema

Page 13: sap ht ruang 21

F. Pencegahan Hipertensi

1. Mengurangi dalam hal mengkonsumsi garam.Bila kita menginginkan terhindar

dari penyakit hipertensi ini alangkah baiknya kita sedari awal mengkonsumsi

garam, karena konsumsi garam yang berlebihan akan meningkatkan faktor

resiko hipertensi itu sendiri.

2. Melakukan rutinitas dalam berolahraga. Olahraga ini efektif sekali dalam hal

mencegah berbagi macam penyakit, termasuk penyakit hipertensi ini. Olahraga

akan meningkatkan kesehatan dan juga daya tahan tubuh. Bila telah menderita

penyakit hipertensi maka olahraga yang disarankan adalah olahraga yang ringan

selama 30 menit dan seminggu paling tidak 3 kali. Olahraga ringan seperti

halnya bersepeda dan juga berjalan kaki.

3. Rajin dalam mengkonsumsi makanan dan juga buah-buahan yang kaya akan

serat seperti halnya melon, tomat dan juga sayuran hijau.

4. Menghindari dari konsumsi alkohol.

5. Mengendalikan kadar kolesterol jahat dalam tubuh dan juga menghindari

kegemukan atau obesitas.

6. Tidak merokok dan bagi para perokok maka pencegahan hipertensi ini dengan

menghentikan merokok itu sendiri.

7. Menghindari dan mengendalikan diabetes bila mempunyai penyakit DM

tersebut.