s Ind 043929 Chapter2

22
BAB 2 IHWAL TEKNIK PETA PIKIRAN (MIND MAPPING), KETERAMPILAN MENULIS, KETERAMPILAN REPRODUKTIF, DAN PEMBELAJARAN MENULIS RESENSI 2.1 Ihwal Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) 2.1.1 Pengertian Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) Metode mencatat yang baik akan membantu mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, mengorganisasikan materi dan memberikan wawasan baru. Penggunaan teknik peta pikiran (mind mapping) memungkinkan terjadinya semua hal itu. Teknik peta pikiran (mind mapping) dikembangkan oleh Tony Buzan tahun 1970, yang didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak sebenarnya. Peta pikiran (mind mapping) menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, menggorganisasikan dan merencanakan. Peta pikiran (mind mapping) ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dalam otak dan memicu ingatan agar lebih mudah. Ini jauh lebih mudah daripada metode pencatatan tradisonal, karena teknik ini mengaktifkan kedua belah otak (otak kanan dan otak kiri). Peta pikiran merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil inormasi ke luar dari otak. Teknik peta pikiran (mind mapping) menggunakan warna, dan memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Menggunakan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami sesuai dengan cara kerja otak. Penggunaan teknik peta pikiran (mind mapping) daftar informasi

description

mind mapping

Transcript of s Ind 043929 Chapter2

  • BAB 2

    IHWAL TEKNIK PETA PIKIRAN (MIND MAPPING), KETERAMPILAN

    MENULIS, KETERAMPILAN REPRODUKTIF, DAN PEMBELAJARAN

    MENULIS RESENSI

    2.1 Ihwal Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping)

    2.1.1 Pengertian Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping)

    Metode mencatat yang baik akan membantu mengingat perkataan dan bacaan,

    meningkatkan pemahaman terhadap materi, mengorganisasikan materi dan memberikan

    wawasan baru. Penggunaan teknik peta pikiran (mind mapping) memungkinkan terjadinya

    semua hal itu.

    Teknik peta pikiran (mind mapping) dikembangkan oleh Tony Buzan tahun 1970, yang

    didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak sebenarnya. Peta pikiran (mind

    mapping) menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide

    yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, menggorganisasikan dan

    merencanakan. Peta pikiran (mind mapping) ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dalam

    otak dan memicu ingatan agar lebih mudah. Ini jauh lebih mudah daripada metode pencatatan

    tradisonal, karena teknik ini mengaktifkan kedua belah otak (otak kanan dan otak kiri).

    Peta pikiran merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan

    mengambil inormasi ke luar dari otak. Teknik peta pikiran (mind mapping) menggunakan warna,

    dan memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Menggunakan garis lengkung, simbol,

    kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami

    sesuai dengan cara kerja otak. Penggunaan teknik peta pikiran (mind mapping) daftar informasi

  • yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur dan mudah diingat

    yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal. Dengan teknik

    peta pikiran (mind mapping), setiap potong informasi baru yang kita masukan ke perpustakaan

    kita (otak) otomatis dikaitkan ke semua informasi yang sudah ada.

    Penjelasan di atas menyimpulkan pengertian dari teknik peta pikiran (mind mapping),

    yaitu teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana

    grafis lainnya untuk membentuk kesan.

    2.1.2 Manfaat Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping)

    Teknik peta pikiran (mind mapping) akan membantu dalam merencanakan, mengatur,

    memunculkan ide-ide baru yang kreatif mengagumkan, dan menyerap fakta serta informasi

    dengan mudah.

    Menurut Micheal Michalko dalam buku terlarisnya Cracking Creatifity yang dikutip

    dalam buku Mind Map (Buzan, 2007:6) mengemukakan manfaat dari penggunaan teknik peta

    pikiran (mind mapping) diantaranya sebagai berikut.

    1) Teknik peta pikiran (mind mapping) akan membantu untuk mengaktifkan seluruh otak.

    2) Teknik peta pikiran (mind mapping) akan membantu dalam membereskan akal dari

    kekusutan mental.

    3) Teknik peta pikiran (mind mapping) memungkinkan kita untuk fokus dalam pokok bahasan.

    4) Teknik peta pikiran (mind mapping) akan membantu menunjukkan hubungan antara bagian-

    bagian informasi yang saling terpisah.

    5) Teknik peta pikiran (mind mapping) memberikan gambaran yang jelas pada keseluruhan dari

    informasi yang diperoleh.

  • 6) Teknik peta pikiran (mind mapping) mengisyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada

    pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentang sesuatu dari ingatan jangka

    pendek ke ingatan jangka panjang.

    2.1.3 Kelebihan Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping)

    Kelebihan teknik peta pikiran (mind mapping) dalam buku Quantum Learning

    (2005:172), yaitu sebagai berikut.

    1) Fleksibel

    Jika seseorang tiba-tiba teringat untuk menjelaskan suatu hal, dengan menggunakan teknik

    peta pikiran (mind mapping), dapat dengan mudah menambahkannya di tempat yang sesuai

    dalam peta pikiran (mind mapping).

    2) Dapat memusatkan perhatian

    Tidak perlu berpikir untuk menangkap setiap kata, tetapi seseorang dapat berkonsentrasi pada

    gagasannya.

    3) Meningkatkan pemahaman

    Ketika, membaca suatu tulisan atau laporan teknik peta pikiran (mind mapping) akan

    meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti.

    4) Menyenangkan

    5) Imajinasi dan kreativitas tidak terbatas, dan hal ini menjadikan pembuatan dan peninjauan

    ulang catatan lebih menyenangkan.

  • 2.1.4 Langkah-Langkah Membuat Peta Pikiran (Mind Mapping)

    Membuat peta pikiran (mind mapping) menggunakan pena atau pensil berwarna dan

    kertas kosong tak bergaris. Mulailah dari bagian tengah kertas, gunakan kertas secara melebar

    untuk mendapatkan lebih banyak tempat dalam menuangkan pikiran.

    Tony Buzan (2007:156) dalam bukunya Mind Map mengemukakan langkah-langkah

    untuk membuat catatan dengan menggunakan teknik peta pikiran (mind mapping), yaitu sebagai

    berikut.

    1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar.

    Mengapa? Karena, memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke

    segala arah dan untuk mengungkapkan dengan lebih bebas dan alami.

    2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena, gambar bermakna seribu

    kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Gambar sentral akan lebih menarik,

    membuat tetap fokus, membantu berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.

    3) Menggunakan warna. Mengapa? Karena, bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar.

    Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan

    menyenangkan.

    4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat

    dua dan tiga dan seterusnya. Mengapa? Karena, otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang

    mengaitkan dua atau tiga hal sekaligus. Bila menghubungkan cabang-cabang informasi akan

    lebih mudah diingat dan dipahami.

    5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Mengapa? Karena, garis lurus

    akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang

    pohon, jauh lebih menarik bagi mata.

  • 6) Gunakan kata kunci untuk setiap garis, kembangkan untuk menambahkan detailnya.

    Mengapa? Karena, kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas pada peta

    pikiran. Tulislah gagasan tersebut dengan huruf kapital.

    7) Gunakan gambar. Mengapa? Karena, setiap gambar bermakna seribu kata, sehingga lebih

    mudah mengingat.

    2.1.5 Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Menulis

    Peta pikiran (mind mapping) adalah alat yang sangat bagus untuk membantu dalam

    kegiatan menulis esai yang berstruktur baik dan terfokus. Peta pikiran (mind mapping) sangat

    membantu untuk melihat gambar keseluruhan argumen dan menilai apakah argumen dan struktur

    tulisan itu masuk akal.

    Peta pikiran (mind mapping) bukan hanya membantu untuk merencanakan apa yang akan

    ditulis, tetapi juga berguna ketika menuliskannya secara utuh. Penulis dapat kembali meninjau

    peta pikirannya untuk memeriksa apakah tulisan tersebut masih ada di jalur yang benar.

    Peta pikiran dalam menulis dapat dimulai dengan menggambar gambar sentral atau

    gambar utama yang mewakili tulisan yang akan dibuat. Pikirkan semua informasi yang telah

    didapatkan, lalu biarkan otak melamunkannya. Untuk meringkas informasi dari buku-buku

    nonfiksi, cabang-cabang dapat diberikan judul yang sama dengan tulisan yang dicetak tebal atau

    judul-judul bab dalam teks. Peta pikiran (mind mapping) akan menuliskan kategori utama dari

    informasi yang telah terkumpul dalam otak.

  • 2.2 Keterampilan Menulis

    2.2.1 Pengertian Keterampilan Menulis

    Menurut Tarigan dalam buku Dasar-dasar Kemampuan Menulis (1997:26) menyatakan

    bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

    menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang, sehingga orang lain dapat membaca

    lambang-lambang grafik tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan grafik tadi.

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga (2003:1219) menulis adalah

    membuat huruf dengan pena.

    Pengertian menulis dalam buku Menulis (1996:3) karya Prof. Dr. Sabarti Akhadiah, dkk

    menyatakan menulis adalah mengungkapkan dan menyajikan gagasan dalam rangkaian kalimat

    yang tersusun.

    Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan

    suatu keterampilan berbahasa lewat tulisan yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak

    langsung.

    2.2.2 Menulis sebagai Keterampilan Berbahasa

    Keterampilan menulis merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang dianggap primer.

    Di samping itu, keterampilan menulis dapat dikatakan sebagai keterampilan berbahasa yang

    paling kompleks dan sulit dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, yaitu

    menyimak, membaca, dan berbicara. Mengapa? Karena, pada waktu menulis sebuah karangan,

    kita harus mampu mengingat dan menerapkan berbagai unsur menulis secara serta merta.

    Bahasa merupakan media utama dalam kegiatan menulis. Apabila media yang dipakai

    rusak, maka pesan yang ingin disampaikan penulis pun gagal sampai kepada pembaca.

  • 2.2.3 Menulis sebagai Kegiatan Berkomunikasi

    Melakukan kegiatan berbahasa berarti berkomunikasi. Dengan berkomunikasi orang

    dapat menyampaikan gagasannya, perasaan atau pengalaman kepada orang lain. Melalui

    berbahasa kita dapat melakukan kontak dengan orang lain tentang berbagai hal yang ditemukan

    dalam kehidupan.

    Proses berkomunikasi berlangsung melalui, nonverbal (visul), lisan (oral), dan tulis

    (written). Komunikasi tulis dan lisan sangat erat berhubungan karena sifat dan kegunaannya

    yang paling berkaitan dalam bahasa. Menurut Mukhsin Ahmadi dalam buku Dasar-Dasar

    Menulis, yang dikutip oleh Dra. Hj. Ice Sutari, dkk (1997:23) mengemukakan bahwa media tulis

    itu merupakan salah satu aspek yang cukup penting dalam berkomunikasi. Melalui tulisan kita

    berkomunikasi dengan pembaca. Sekalipun penulis tidak berasumsi bahwa ia dapat

    mengkomunikasikan secara langsung segala makna yang diinginkannya melalui bahasa yang

    dihasilkannya kepada pembaca.

    Menulis merupakan salah satu aspek berkomunikasi yang cukup penting dan kompleks

    karena penulis harus kreatif menciptakan tulisannya agar mudah ditangkap maknanya oleh

    pembaca. Demikian pula, pembaca harus memahami makna yang terkandung dalam tulisan

    kalau pembaca ingin menerima makna itu secara utuh.

    2.2.4 Tujuan Menulis

    Setiap kegiatan mengandung tujuan termasuk dalam kegiatan menulis. Kita menulis

    karena mempunyai tujuan. Yang dimaksud dengan tujuan penulis adalah respons atau jawaban

    yang diharapkan dari pembaca. Tujuan itu bermacam-macam tergantung pada jenis karangan

  • yang akan ditulis. Tarigan (1983:24) dalan bukunya Menulis Sebagai Suatu Keterampilan

    Berbahasa mengemukakan tujuan menulis sebagai berikut.

    1) Wacana Informatif (Informative Discourse), yaitu tulisan yang bertujuan memberitahukan

    atau mengajar.

    2) Wacana Persuatif (Persuative Discourse), yaitu tulisan yang bertujuan meyakinkan atau

    mendesak.

    3) Wacana Kesusastraan (Literacy Discourse), yaitu tulisan yang bertujuan menghibur,

    menyenangkan atau mengandung tujuan estetik.

    4) Wacana Ekspresif (Ekspresif Discourse), yaitu tulisan yang bertujuan untuk

    mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat.

    Pendapat lain tentang tujuan menulis dikemukakan pula oleh Hugo Hartig yang

    dikemukakan dalam buku Dasar-Dasar Menulis (1997:35). Tujuan menulis menurut Hugo

    Hartig sebagai berikut.

    1) Tujuan Penugasan (assignment purpose)

    Penulis menulis karena tugas yang dibebankan kepadanya bukan kemauan sendiri.

    2) Tujuan Altruistik (altruistic purpose)

    Penulis bertujuan menghibur pembacanya dengan menyajikan tulisannya.

    3) Tujuan Persuasif (persuasive purpose)

    Penulis bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakannya.

    4) Tujuan Informasional / Penerangan (informational purpose)

    Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau penerangan kepada pembaca.

    5) Tujuan Pernyataan Diri (self expressive purpose)

    Tulisan ini bertujuan memperkenalkan diri penulis kepada pembaca.

  • 6) Tujuan Pemecahan Masalah (problem solving purpose)

    Penulis bertujuan memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan,

    menjernihkan pikiran-pikiran, dan gagasannya sendiri agar dapat diterima pembaca dengan

    baik

    2.2.5 Fungsi Menulis

    Fungsi menulis tidak akan terlepas dari fungsi bahasa meruapakan media untuk

    keterampilan menulis. Menurut Syahrul Syarif dalam buku Dasar-Dasar Kemampuan Menulis

    (Dra. Hj. Ice Sutari, dkk,1997:29-30) mengemukakan fungsi bahasa terbagi menjadi dua, yaitu

    sebagai berikut.

    1) Fungsi Individual, yaitu fungsi menulis untuk melahirkan perasaan, pikiran, atau kemauan

    kepada orang lain dalam rangka kepentingan pribadi atau umum.

    2) Fungsi Masyarakat, yaitu fungsi menulis untuk berkomunikasi dan mewujudkan sifat kontrol

    sosial; mewujudkan kerjasama antarmanusia.

    Pendapat lain tentang fungsi menulis dikemukakan oleh Yus Rusyana yang dikutip oleh

    Dra. Hj. Ice Sutari, dkk dalam buku Dasar-Dasar Kemampuan Menulis (1997:31-32). Ia

    mengemukakan bahwa fungsi menulis dapat dilihat dari dua segi, yaitu sebagai berikut.

    1) Fungsi Kegunaan

    a) Melukiskan

    Penulis menggambarkan atau mendeskripsikan sesuatu, baik menggambarkan wujud

    benda atau mendeskripsikan keadaan, sehingga pembaca dapat membayangkan secara

    jelas apa yang digambarkan atau dideskripsikan penulisnya.

    b) Memberi Petunjuk

  • Penulis memberi petunjuk tentang cara melaksanakan sesuatu.

    c) Memerintahkan

    Penulis dalam karangan ini memberikan perintah, permintaan, anjuran, nasihat, agar

    pembaca memenuhi kemauan menulis.

    d) Mengingat

    Penulis mencatat peristiwa, keadaan, keterangan, dengan tujuan mengingat atau hal-hal

    penting itu tidak terlupakan.

    e) Berkorespondensi

    Penulis melakukan surat menyurat dengan orang lain.

    2) Fungsi Peranan

    a) Fungsi penataan

    Pada saat menulis terjadi penataan terhadap gagasan, pikiran, pendapat, imajinasi, dan

    penataan terhadap penggunaan bahasa untuk mewujudkan tulisan. Ketersusunan itu

    penting agar jalan pikiran penulis tampak keteraturannya.

    b) Fungsi pengawetan

    Hal-hal yang kita tulis biasanya akan tersimpan untuk dibaca kembali pada saat lain, baik

    oleh penulis sendiri maupun orang lain. Karena, diutarakan secara tertulis maka

    pengutaraan itu dapat lebih awet atau lebih lama didokumentasikan.

    c) Fungsi penciptaan

    Mengarang berarti menciptakan sesuatu yang baru. Di antara gagasan, pikiran, pendapat,

    atau imajinasi itu mungkin tidak ada sebelumnya atau tidak demikian susunannya.

  • d) Fungsi penyampaian

    Gagasan, pikiran, dan imajinasi yang sudah ditata dan diawetkan dalam wujud tulisan

    dapat dibaca atau disampaikan kepada orang lain. Penyampaian ini dapat terjadi bukan

    hanya, kepada orang lain yang berdekatan tempatnya, tetapi juga kepada orang yang

    tinggal berjauhan.

    2.3 Keterampilan Reproduktif

    Prof. Dr. Sabarti Akhdiah, dkk (1947:107) dalam bukunya Menulis mengemukakan

    bahwa keterampilan reproduktif adalah suatu keterampilan menulis yang bertolak dari suatu

    karya atau karangan asli yang ditulis kembali dalam bentuk singkat. Bentuk singkat itu dapat

    ringkasan, dapat pula berupa timbangan buku (resensi buku) dan abstrak. Ketiga jenis

    reproduksi ini mempunyai persamaan dan perbedaan. Masing-masing memiliki ciri-ciri yang

    dapat membedakan satu dan yang lainnya. Berikut ini akan dibahas tentang apa yang dimaksud

    dengan ringkasan, timbangan buku, dan abstrak, penjelasannya adalah sebagai berikut.

    1) Ringkasan

    Ringkasan merupakan salah satu bentuk karangan yang panjang dalam bentuk yang

    singkat. Suatu ringkasan bertolak dari penyajian karya asli secara singkat, karena itu ringkasan

    merupakan keterampilan untuk mengadakan reproduksi dari hasil yang sudah ada. Ringkasan

    adalah sari karangan yang ditinggalkan oleh keindahan gaya bahasa, ilustrasi, serta penjelasan-

    penjelasan yang terinci dihilangkan. Jadi walaupun bentuknya ringkas, tetapi tetap

    mempertahankan pikiran pengarang dan pendekatan asli.

    Ringkasan hendaknya dibedakan dengan ikhtisar. Ikhtisar juga merupakan penyajian

    yang singkat dari suatu hasil karangan asli. Dalam kenyataannya kedua istilah tersebut sering

  • dicampuradukkan, tetapi secara teknis kedua istilah itu dibedakan maknanya. Ringkasan

    merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli. Dalam bentuknya yang singkat, ringkasan

    tetap mempertahankan perbandingan bagian atau bab dari karangan secara proporsional.

    Sebaliknya ikhtisar tidak perlu mempertahankan urutan karangan asli serta tidak perlu

    menggambarkan isi dari seluruh karangan secara proporsional. Dalam ikhtisar langsung

    dikemukakan pokok masalah dan problematik pemecahannya.

    2) Resensi atau Timbangan Buku

    Timbangan buku adalah jenis tulisan yang memuat ulasan tentang kelemahan dan

    keunggulan buku. Biasanya orang menggunakan kata resensi. Resensi ditulis berdasarkan tujuan,

    yaitu untuk membantu pembaca mempertimbangkan apakah sebuah buku perlu dibaca atau tidak,

    dan bagus atau tidak. Untuk itu penyusunan timbangan buku atau resensi buku perlu

    memperhatikan selera pembaca serta kemampuan khalayak pembaca.

    3) Abstrak

    Abstrak adalah penyajian singkat dan teliti mengenai suatu dokumen atau karangan.

    Abstrak tidak memuat kritik atau interpretasi dari penulis abstrak. Abstrak biasanya dibuat untuk

    laporan hasil penelitian dan berbagai tulisan lainnya. Abstrak ditempatkan dibagian muka

    sebelum pembahasan laporan. Dengan demikian, pembaca dapat mengetahui aspek-aspek yang

    terdapat dalam laporan. Sesuai dengan sifatnya abstrak merupakan bagian yang berdiri sendiri.

    Manfaat dari abstrak adalah sebagai berikut.

    a) Menghemat waktu dalam memahami dokumen aslinya.

    b) Mempermudah seleksi bacaan, karena dengan membaca judulnya saja belum dapat diketahui

    dengan jelas isi suatu karangan.

  • c) Abstrak membantu menghilangkan kesulitan bahasa bila karangan aslinya ditulis dalam

    bahasa asing.

    d) Membantu pencarian literatur sebab banyak karangan yang tidak dipublikasikan.

    e) Meningkatkan efisiensi pembuatan indeks.

    f) Membantu pembuatan tinjauan kepustakaan.

    2.4 Pembelajaran Menulis Resensi

    Pembelajaran menulis resensi adalah kegiatan pemerolehan keterampilan menulis

    berdasarkan hasil membaca sebuah novel, drama atau buku nonfiksi. Dalam pembelajaran

    menulis resensi novel siswa dituntut untuk dapat menyampaikan gagasan, pikiran, dan penilaian

    terhadap novel atau buku yang dibacanya.

    2.4.1 Pengertian Resensi

    Resensi berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere artinya

    melihat kembali, menimbang, atau menilai.

    Pengertian resensi menurut Gorys Keraf dalam buku Komposisi (2001:274) yaitu suatu

    tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku.

    Pendapat yang sama dikemukakannya dalam buku Dasar-dasar Kemampuan Menulis

    (1997:473). Resensi adalah tulisan atau karangan mengenai buku ilmu pengetahuan, sastra,

    kamus, ensiklopedia, dan sebagainya yang mengikhtisarkan, menggambarkan, dan menilai buku.

    Kamus besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga mencantumkan pengertian resensi, yaitu

    pertimbangan atau pembicaraan tentang buku atau ulasan buku (2003:951).

  • Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan resensi adalah tulisan yang berisi ulasan

    atau ringkasan tentang suatu pertunjukan seperti, film, buku, musik, dan kaset yang

    mengemukakan timbangan baik buruk, kekurangan dan kelebihan tentang suatu karya atau objek

    yang diresensi.

    2.4.2 Tujuan Resensi

    Sebelum meresensi hendaknya peresensi memahami tujuan resensi. Kehadiran kolom

    resensi buku mempunyai tujuan tertentu. Dalam buku Komposisi, Gorys Keraf (2001:274)

    mengemukakan bahwa tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah

    sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan atau tidak. Jika dicermati, pemuatan

    resensi buku sekurang-kurangnya mempunyai lima tujuan, yaitu sebagai berikut:

    1) memberikan informasi atau pemahaman yang komperhensif tentang apa yang tampak dan

    terungkap dalam buku;

    2) mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh

    fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku;

    3) memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan

    dari masyarakat atau tidak;

    4) menjawab pertanyaan yang timbul jika seseorang, melihat buku yang baru terbit, seperti:

    a. Siapa pengarangnya?

    b. Mengapa menulis buku itu?

    c. Apa pernyataannya?

    d. Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang yang sama?

  • e. Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis yang dihasilkan oleh pengarang yang

    lain?

    5) segolongan pembaca membaca resensi dengan tujuan agar mendapatkan bimbingan dalam

    memilih buku-buku. Setelah membaca resensi mereka berminat untuk membaca atau

    mencocokkan seperti apa yang ditulis dalam resensi.

    2.4.3 Fungsi Resensi

    Fungsi resensi buku dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

    1) Fungsi Informatif

    Resensi menginformasikan keberadaan buku tertentu kepada khalayak ramai, sehingga

    mereka berminat dengan mudah mendapatkannya.

    2) Fungsi Komersial

    Resensi menginformasikan produk baru, dengan demikian penerbit dan toko buku secara

    langsung atau tidak langsung mendapat keuntungan pemasaran.

    3) Fungsi Akademik

    Resensi meliputi interaksi pembentukan wacana keilmuwan, di mana pengarang, penerjemah,

    editor, dan peresensi buku berbagi pengalaman dari sudut pandang ihwal topik tertentu.

  • 2.4.4 Pola Tulisan Resensi

    Menurut Daniel Samad (1997:5) dalam bukunya Dasar-Dasar Meresensi Buku, terdapat

    tiga pola tulisan resensi buku, yaitu meringkas, menjabarkan, dan mengulas.

    1) Meringkas (sinopsis)

    Meringkas berarti menyajikan semua persoalan buku secara padat, dan jelas. Sebuah buku

    biasanya menyajikan banyak persoalan. Persoalan-persoalan itu sebaiknya diringkas. Untuk

    itu, perlu dipilih sejumlah masalah yang dianggap penting dan ditulis dalam suatu uraian.

    2) Menjabarkan (deskripsi)

    Menjabarkan atau mendeskripsikan hal-hal menonjolkan dari sinopsis yang sudah dilakukan.

    Bila perlu bagian-bagian yang mendukung uraian itu dikutip.

    3) Mengulas

    Mengulas berarti menyajikan ulasan, isinya antara lain:

    a) isi pernyataan atau materi buku yang sudah didapatkan dan dijabarkan kemudian diulas

    (diinterpretasikan)

    b) organisasi atau kerangka buku

    c) bahasa

    d) kesalahan cetak

    e) membandingkan (komparasi) dengan buku-buku sejenis, baik karya pengarang sendiri

    maupun orang lain

    f) menilai, mencakup kesan peresensi terhadap buku, terutama yang berkaitan dengan

    keunggulan dan kelemahan buku.

  • 2.4.5 Unsur Resensi

    Unsur-unsur yang membangun resensi buku, adalah sebagai berikut.

    1) Judul resensi

    Judul resensi harus selaras dengan keseluruhan isi resensi.

    2) Menyusun data buku

    Data buku biasanya terdiri atas:

    a) judul buku (apakah buku tersebut ternasuk hasil terjemahan, kalau demikian tuliskan juga

    judul aslinya)

    b) pengarang (jika ada, tuliskan juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang

    tertera dalam buku)

    c) penerbit

    d) tahun terbit beserta cetakannya (cetakan keberapa)

    e) tebal buku

    f) harga buku.

    3) Membuat pembukaan (lead)

    Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal di bawah:

    a) memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya, dan prestasi apa saja yang telah

    diperolehnya

    b) membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri

    maupun oleh pengarang lain

    c) memaparkan kekhasan atau sosok pengarang

    d) memaparkan keunikan buku

    e) merumuskan tema buku

  • f) mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku

    g) mengungkap kesan terhadap buku

    h) memperkenalkan penerbit

    i) mengajukan pertanyaan

    j) membuka dialog.

    4) Tubuh atau isi pernyataan resensi buku

    Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:

    a) sinopsis atau isi buku secara kronologis

    b) keunggulan buku

    c) kelemahan buku

    d) rumusan kerangka buku

    e) tinjauan bahasa

    f) adanya kesalahan cetak.

    5) Penutup resensi

    Bagian penutup biasanya berisi pernyataan tentang buku tersebut penting atau cocok dibaca

    oleh siapa dan mengapa.

    2.4.6 Langkah Meresensi Buku

    Langkah-langkah meresensi menurut Daniel Samad dalam buku Dasar-Dasar Meresensi

    Buku (1997:6), yaitu sebagai berikut.

    1) Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang diresensi.

    a) Tema buku yang diresensi disertai deskripsi isi buku.

  • b) Siapa penerbit yang menerbitkan buku tersebut, kapan dan di mana diterbitkan, tebal

    buku (jumlah bab dan halaman), format buku, dan harga buku.

    c) Siapa pengarang buku tersebut; nama, latar belakang pendidikan, reputasi, prestasi, buku

    atau karya apa yang ditulis, dan mengapa ia sampai menulis buku tersebut.

    d) Buku itu termasuk golongan buku yang mana, apakah ekonomi, politik, pendidikan,

    psikologi, sosiologi, filsafat,bahasa atau sastra.

    2) Membaca buku yang akan diresensi secara komprehensif, cermat dan teliti. Peta

    permasalahan dalam buku itu perlu dipahami secara akurat dan tepat.

    3) Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang diresensi;

    4) Menentukan sikap dan menilai hal-hal, antara lain:

    a) oraganisasi atau kerangka penulisan

    b) isi pernyataan: bagaimana bobot idenya, bagaimana analisisnya, bagaimana penyajian

    datanya, dan bagaimana kreativitas pemikirannya

    c) bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, bagaimana kalimat dan

    penggunaan katanya terutama untuk buku ilmiah

    d) aspek teknis; bagaimana tata letak, bagaimana tata wajah, bagaimana kerapian dan

    kebersihan, dan pencetakannya banyak yang salah cetak atau tidak.

    5) Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar-dasar dan kriteria-kriteria

    yang telah ditentukan sebelumnya.

    2.4.7 Meresensi Novel

    Karya sastra memiliki cara penilaian yang unik. Hal ini disebabkan materi atau unsur-

    unsur yang membangun karya sastra berbeda dengan buku nonfiksi. Dalam meresensi buku

    sastra, kita harus menyimak nilai kehidupan yang termuat dalam karya sastra tersebut.

  • Meresensi buku karya sastra peresensi harus dapat menyampaikan dua lapis penilaian

    atau pertimbangan, yaitu nilai literer dan manfaat untuk kehidupan. Nilai literer terungkap dari

    kegiatannya yang disebut apresiasi sastra, dan manfaat untuk hidup terungkap dari apresiasinya

    atas kebutuhan masyarakat.

    Novel termasuk keluarga karya sastra. Kamus besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga

    (2003:788) memaparkan bahwa novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung

    rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang yang disekelilingnya dengan menonjolkan

    watak dan sifat setiap pelaku.

    Novel dibangun oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur

    yang membangun karya sastra itu sendiri yang menyebabkan karya sastra itu hadir. Unsur

    intrinsik novel yang dijelaskan oleh Zulfahnur, dkk (1997:24) dalam bukunya Teori Sastra, yaitu

    sebagai berikut.

    1) Tema

    Tema merupakan ide yang menjadi pokok pembicaraan, atau ide pokok suatu tulisan. Tema

    merupakan hal yang sangat penting dari suatu cerita, karena dengan dasar itu pengarang

    dapat membayangkan dalam fantasinya bagaimana cerita akan dibangun dan berakhir. Dalam

    karangan fiksi tema acapkali diwujudkan secara implisit dan eksplisit.

    2) Alur

    Sebuah cerita merupakan rangkaian peristiwa. Peristiwa-peristiwa dalam cerita tersebut

    dirangkaikan dalam suatu urutan yang logis.

    3) Penokohan

    Penokohan atau perwatakan adalah pelukisan tokoh atau pelaku cerita melalui sifat-sifat dan

    tingkah lakunya dalam cerita.

  • 4) Latar

    Latar merupakan situasi tempat, ruang dan waktu terjadinya cerita. Gerak-gerik tokoh dalam

    cerita yang menimbulkan peristiwa-peristiwa di dalam cerita berlangsung di tempat tertentu.

    5) Sudut pandang

    Sudut pandang adalah kedudukan pengarang dalam cerita. Sudut pandang yang ditentukan

    oleh pengarang berfungsi untuk melihat suatu kejadian atau peristiwa. Terkadang pengarang

    melibatkan diri di dalam cerita atau berada di luar cerita sebagai pengamat.

    6) Amanat

    Amanat merupakan pesan atau pun nilai-nilai yang disampakan pengarang dalam cerita.

    7) Gaya bahasa

    Gaya bahasa adalah unsur-unsur bahasa yang dapat membangun atau menciptakan teknik

    bercerita. Gaya bahasa ini digunakan pengarang untuk membangun jalinan cerita dengan

    pemilihan diksi, ungkapan, dan majas.

    Unsur eksrinsik dalam novel adalah sebagai berikut.

    1) Pengarang

    2) Pendidikan pengarang

    3) Tempat tinggal pengarang

    4) Status sosial

    Unsur-unsur yang ada dalam resensi novel atau buku fiksi meliputi hal-hal di bawah ini:

    1) informasi identitas buku (judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, tempat terbit, jumlah

    halaman, cetakan, dan harga)

    2) pembahasan umum tentang kelengkapan unsur intrinsik dan unsur ektrinsik

    3) penilaian

  • 4) saran atau komentar.

    2.4.8 Menulis Resensi dalam KTSP

    Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik

    berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan mapun tulisan

    serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

    Keterampilan menulis merupakan aspek keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh

    peserta didik. Pemendikans No. 23 Tahun 2006 menjelaskan standar kompetensi kelulusan

    dalam keterampilan menulis yang harus ditempuh oleh siswa, yaitu menggunakan berbagai jenis

    wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk teks narasi,

    deskripsi, eksposisi, argumentasi, teks pidato, proposal, surat dinas, surat dagang, rangkuman,

    ringkasan, notulen, laporan, resensi, karya ilmiah, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi,

    cerpen, drama, kritik, dan esei (www.ktspdiknas.com).

    Dalam standar kompetensi kelulusan terdapat materi resensi yang harus dikuasai oleh

    siswa. Pembelajaran menulis resensi novel terdapat dalam kurikulum Sekolah Menengah Atas

    (SMA) di kelas XI. Hal itu direalisasikan dalam standar kompetensi, yaitu siswa mampu

    mengungkapkan informasi melalui penulisan resensi. Kompetensi dasarnya, yaitu

    mengungkapkan prinsip-prinsip penulisan resensi dan mengaplikasikan prinsip-prinsip penulisan

    resensi.