s Pgsd Tasik 0601146 Chapter2
-
Upload
rahman-bimantara -
Category
Documents
-
view
44 -
download
3
Transcript of s Pgsd Tasik 0601146 Chapter2
11
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
BAB II
KEPRIBADIAN GURU DAN SIKAP ILMIAH SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPA
A. Kepribadian Guru
1. Pengertian Kepribadian Guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kepribadian adalah sifat hakiki yang
tercermin pada sikap seseorang. Sedangkan pengertian kepribadian dalam arti
sederhana berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan
perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. Kepribadian merupakan
manifestasi dari pemikiran dan tindakan yang dilakukan. Tindakan (perilaku)
yang terus dilakukan akan membentuk kepribadian.
Pengertian kepribadian menurut para ahli, diantaranya yang dikemukakan
oleh McLeod (Syah, 2010: 224) mengartikan kepribadian (personality) sebagai
sifat khas yang dimiliki seseorang. Selanjutnya dari tinjauan psikologi, Reber
(Syah, 2010: 225) mengemukakan bahwa kepribadian pada prinsipnya adalah
susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan
sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata). “Kepribadian
adalah unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau
tindakan dari tiap-tiap individu manusia” Koentjaraningrat (Wahyudin, dkk, 2008:
6.6). Adapun menurut John J. Honnigman (Wahyudin, dkk, 2008: 6.6)
“kepribadian itu menunjukkan adanya tingkah laku, cara berpikir, dan perasaan-
12
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
perasaan yang merupakan karakteristik dari seseorang”. ‘Kepribadian
menunjukkan kepada kualitas total perilaku individu yang tampak dalam
melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik’ dalam Makmun
(2007: 56-57). Prof. Dr. Zakiah Daradjat (Djamarah, 2005: 39-40) mengatakan
bahawa “kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (ma’nawi), sukar dilihat
atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau
bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan”. “Kepribadian adalah
keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik” dalam Djamarah
(2005: 40). Dari beberapa kutipan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepribadian adalah kecenderungan perasaan, pikiran, sikap dan perbuatan
seseorang terhadap sesuatu hal yang membedakan dirinya dengan orang lain.
Dalam pengertian yang sederhana “guru adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik”, Djamarah (2005: 31). Adapun pengertian
guru di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh WJS
Poerwadarminta (2007: 393), guru ialah orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya, profesinya) mengajar. Menurut UU RI No. 14 Tahun 2005
(Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen) :
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.” Pengertian guru menurut beberapa ahli diantaranya yang dikemukakan oleh
Suparlan (2006: 11) :
13
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
“Guru adalah sesiapa yang memperoleh Surat Keputusan (SK), baik dari pemerintah maupun swasta untuk melaksanakan tugasnya, dan karena itu ia memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan sekolah”. Uno (2008: 15), mengaskan bahwa “guru merupakan orang yang harus
digugu dan ditiru, dalam arti orang yang memiliki kharisma atau wibawa yang
perlu ditiru dan diteladani”. Sedangkan menurut Sardiman (2005: 125), “guru
adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut
berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di
bidang pembangunan”. McLeod (Syah, 2010: 222) berasumsi bahwa “guru ialah
seseorang yang pekerjaanya mengajar orang lain”. Dari beberapa pengertian
tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang mempunyai
tugas dan tanggung jawab untuk mendidik anak didiknya.
Jadi kepribadian guru dapat diartikan sebagai kecenderungan perasaan,
pikiran, sikap dan perbuatan seorang pendidik yang membedakan dirinya dengan
orang lain dalam proses belajar mengajar.
2. Struktur Kepribadian Guru
Menurut teori psikoanalitik oleh Sigmund Freud kepribadian merupakan
suatu struktur yang terdiri dari tiga komponen/unsur. Ketiga unsur kepribadian itu
dikenal sebagai id, ego dan super ego yang bekerja sama untuk menciptakan
perilaku manusia yang kompleks. Dalam diri seseorang yang memiliki jiwa sehat,
ketiga unsur itu bekerja dalam suatu susunan yang harmonis. Sebaliknya, kalau
ketiga sistem itu bekerja secara bertentangan satu sama lain, maka orang tersebut
14
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
dinamai orang yang tidak dapat menyesuaikan diri. Ia menjadi tidak puas dengan
diri dan lingkungannya.
a. Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Id
mempunyai fungsi menunaikan prinsip kehidupan asli manusia berupa
penyaluran dorongan naluri. Dengan kata lain id mengemban prinsip
kesenangan (pleasure principle), yang bertujuan untuk membebaskan manusia
dari ketegangan dorongan naluri dasar, seperti: makan, minum, seks, dan
sebaginya.
b. Ego merupakan unsur yang berfungsi menyalurkan id ke keadaan yang nyata.
Freud menamakan misi yang diemban oleh ego sebagai prinsip kenyataan
(objective/reality principle). Segala bentuk dorongan naluri dasar yang berasal
dari id hanya dapat direalisasikan dalam bentuk nyata melalui bantuan ego.
Ego juga mengandung prinsip kesadaran.
c. Super ego sebagai suatu komponen yang memiliki unsur moral dan keadilan,
maka sebagaian besar ego mewakili alam ideal yang ingin dirasakan individu.
Tujuan super ego adalah membawa individu kearah kesempurnaan sesuai
dengan pertimbangan keadilan dan moral. Super ego berfungsi sebagai
pengawas tindakan yang dilakukan oleh ego. Jika tindakan itu sesuai dengan
pertimbangan moral dan keadilan, maka ego mendapat ganjaran berupa rasa
puas atau senang. Sebaliknya jika bertentangan, maka ego menerima hukuman
berupa rasa gelisah dan cemas.
15
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
Untuk memudahkan pemahaman, penulis sering mendefinisikan bahwa id
artinya nafsu atau dorongan-dorongan kenikmatan yang harus dipuaskan dan
bersifat alamiah pada manusia. Ego sering penulis analogikan sebagai
kemampuan otak atau akal yang membimbing manusia untuk mencari jalan keluar
untuk memenuhi kebutuhannya yang berasal dari id melalui penalarannya.
Sedangkan super ego sering penulis analogikan sebagai norma yang berlaku,
seperti: norma agama, norma sosial, dan norma hukum yang membatasi id dan
ego.
Struktur kepribadian guru terdiri dari tiga unsur, yaitu id, ego dan super ego
dimana id merupakan dorongan naluri dasar untuk memperoleh kesenangan yang
ada pada diri seorang guru, ego merupakan akal atau pemikiran untuk memenuhi
dorongan-dorongan naluri dasar (id) guru tersebut, dan super ego yang merupakan
pengawas atas tindakan yang dilakukan oleh ego guru agar tidak menyimpang
dari norma yang berlaku dalam dunia pendidikan. Idealnya struktur kepribadian
guru yang baik ditandai dengan keselarasan antara id, ego, dan super ego.
3. Aspek-Aspek Kepribadian Guru
Makmun (2007: 57) menjelaskan aspek-aspek dalam kepribadian, yaitu:
a. Konsekuan tindakannya dalam mematuhi aturan etika perilaku, atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat, konsisten tidaknya tindakannya dalam menghadapi situasi lingkungan yang serupa atau berbeda-beda, yang lazim kita kenal sebagai karakter;
b. Cepat atau lambatnya mereaksi (response, bukan masalah penyelesaian tugas pekerjaan saja) terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungannya (sensitivity and responsiveness) yang lazim dikenal sebagai temperamen;
16
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
c. Positif atau negatif atau ambivalensi sambutannya terhadap objek-objek (orang, benda, peristiwa, norma atau nilai etis, estetis, dan sebagainya) yang lazim kita kenal sebagai sikap (attitude);
d. Mudah tidaknya tersinggung, atau marah atau menangis atau putus asa, yang kita sebut stabilitas emosional (emotional stability);
e. Menerima atau cuci tangan atau melarikan diri dari resiko, atas tindakan dan perbuatannya, yang kita kenal sebagai tanggung jawab (responsibility);
f. Keterbukaan atau ketertutupan dirinya serta kemampuannya berkomunikasi dengan orang lain, yang kita kenal sebagai sosialibilitas (socialibility). Berdasarkan aspek-aspek kepribadian yang diungkapkan Mukmin (2007:
57) tersebut di atas maka kepribadian guru pun memiliki aspek-aspek dalam
kepribadiannya, yaitu: karakter guru, temperamen guru, sikap guru, stabilitas
emosional guru, tanggung jawab guru, dan sosiabilitas guru. Dimana karakter
guru yaitu ciri khas perilaku yang ditampilkan seorang guru dalam tugasnya
sebagai pendidik. Temperamen guru yaitu respon seorang guru terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungannya (dalam hal ini adalah
dunia pendidikan). Sikap guru yaitu baik buruknya sambutan seorang guru
terhadap objek-objek yang ditemuinya dalam mengajar. Stabilitas emosional guru
yaitu stabil atau tidaknya perasaan seorang guru, apakah dia mudah tersinggung,
mudah marah atau mudah putus asa. Tanggung jawab guru yaitu melaksanakan
dengan sungguh-sungguh semua tugas dan kewajibannya sebagai seorang
pendidik. Sosialibilitas guru adalah kesan yang ditampilkan seorang guru dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya (dunia pendidikan) sebagai seorang yang
periang dan senang bergaul.
4. Karakteristik Kepribadian Guru
17
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
Syah (2010: 225-228) mengemukakan dua karakteristik kepribadian yang
berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya sebagai berikut :
a. Fleksibilitas Kognitif Guru
“Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia juga memiliki resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur (terlampau dini) dalam pengamatan dan pengenalan. Ketika mengamti dan mengenali suatu objek atau situasi tertentu, seorang guru yang fleksibel selalu berpikir kritis. Berpikir kritis (critical thinking) ialah berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat (reasonable reflective) yang dipusatkan pada pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari sesuatu, dan melakukan atau menghindari sesuatu.” Syah (2010: 225-226)
Berdasarkan pendapat dari Syah tersebut jelaslah bahwa karakteristik
kepribadian guru yang pertama yaitu fleksibilitas kognitif guru ditandai dengan
pemikiran guru yang kritis dalam menanggapi suatu objek atau situasi tertentu
untuk selanjutnya diikuti dengan suatu keputusan dan tindakan yang tepat.
Syah (2010: 226) membagi lagi karakteristik fleksibilitas kognitif guru
dalam PBM menjadi tiga dimensi, yaitu : (a) dimensi karakteristik pribadi guru,
(b) dimensi sikap kognitif guru terhadap siswa, dan (c) dimensi sikap kognitif
guru terhadap materi pelajaran dan metode mengajar.
b. Keterbukaan Psikologis Pribadi Guru
“Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Ia mau menerima kritik dengan ikhlas, disamping itu dia juga memiliki empati (empathy), yakni respon afektif terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu terhadap orang lain (Reber, 1988).” Syah (2010: 228)
18
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
Berdasarkan dari pendapat Syah tersebut jelaslah bahwa karakteristik
kepribadian guru yang kedua yaitu keterbukaan psikologis guru ditandai dengan
kesediannya untuk berkomunikasi dengan lingkungan luar (antara lain siswa,
teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja), mau menerima
kritik dengan ikhlas, dan memiliki sikap empati.
5. Fungsi dan Peranan Kepribadian Guru
Kepribadian guru memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam
proses belajar mengajar. Karena kepribadian guru adalah faktor yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru. Mengenai pentingnya
kepribadian guru, Prof. Dr. Zakiah Daradjat (Syah, 2010: 225) mengemukakan
bahwa :
“Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).” Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa kepribadian menjadi penentu
keberhasilan seorang guru dalam tugasnya sebagai pendidik dan pembina yang
baik bagi anak didiknya. Dengan demikian, guru harus mampu menampilkan
kepribadian yang sesuai pada saat PBM agar tugasnya sebagai pendidik dan
pembina dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan.
Adapun peranan kepribadian guru menurut Hamalik (2009: 40),
“kepribadian guru berpengaruh secara langsung dan kumulatif terhadap perilaku
siswa”. Kepribadian guru memegang peranan penting dalam upaya mencapai
tujuan pendidikan, salah satu tujuan pendidikan tersebut diantaranya adalah
19
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
adanya perubahan perilaku siswa menjadi lebih baik, di sini kepribadian guru
memiliki pengaruh secara langsung dan kumulatif terhadap perilaku siswa, karena
kepribadian guru dijadikan suatu panutan bagi siswa.
Menurut Mulyasa (2008: 45) “guru merupakan model atau teladan bagi para
peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru”. Berdasarkan
kutipan tersebut peran guru adalah sebagai model atau teladan bagi siswa, untuk
itu guru harus mampu menampilkan kepribadian yang patut untuk dijadikan
model dan panutan. “Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan
pembelajaran, dan ketika sorang guru tidak mau menerima ataupun
menggunakannya secara konstruktif maka telah mengurangi keefektifan
pembelajaran”, Mulyasa (2008: 46). Pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif dengan adanya keteladan dari seorang guru. Ketedanan tersebut tidak
terlepas kaitannya dengan kepribadian yang ditampilkan guru dalam sebuah
pembelajaran.
Dari beberapa kutipan tersebut, dapat dijelaskan beberapa peranan
kepribadian guru dalam proses belajar mengajar, diantaranya:
a. Sebagai penentu keberhasilan guru dalam tugasnya menjadi pendidik dan
pembina.
b. Sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku siswa.
c. Sebagai tolak ukur atau model dan panutan bagi siswa.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Guru
‘Kepribadian ada aspek-aspek yang dimiliki oleh individu karena
kelahirannya (herediter) dan ada yang karena pengalaman melalui interaksi
20
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
dengan lingkungannya, antar lain melalui proses belajar’ (Makmun, 2007: 61-62).
Jadi dapat dijelaskan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi suatu kepribadian
itu adalah faktor dari dalam individu itu sendiri (faktor intern) dan faktor dari luar
individu (faktor ekstern). Faktor-faktor intern, antara lain: faktor biologis dan
faktor psikologis, sedangkan faktor-faktor ekstern, antara lain: faktor keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
a. Faktor-faktor Intern
1) Faktor Biologis
“Faktor biologis ini berhubungan dengan fisik atau jasmani seseorang”
Anggraeni (2010: 14). Apabila seorang guru memiliki kesehatan jasmani dan
kesempurnaan fisik, maka guru dapat menunjukkan kepribadiannya yang penuh
percaya diri. Sebaliknya, saat keadaan fisik guru sedang tidak sehat bahkan
memiliki cacat fisik, maka akan mengurangi kepercayaan dirinya, sehingga guru
tidak bisa menampilkan kepribadian yang omptimal sesuai dengan yang
diharapkan.
2) Faktor Psikologis
“Faktor psikologis berhubungan dengan kejiwaan seseorang” Anggraeni
(2010: 15). Pada kepribadian guru, keadaan psikologis guru dapat dilihat dari
perhatian, kesiapan, dan kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Guru yang
memiliki perhatian, kesiapan dan kemampuan memberikan pelajaran dengan baik,
maka dapat diartikan guru tersebut mempunyai ketertarikan dalam mengajar,
sehingga menumbuhkan semangat untuk mengajar. Begitu pula sebaliknya, jika
21
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
guru tidak memiliki perhatian dan kesiapan bahkan kurang kemampuan dalam
memberikan pelajaran, maka guru akan terlihat mengajar dengan asal-asalan,
sehingga siswa akan merasa bosan dalam belajar.
b. Faktor-Faktor Ekstern
1) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan faktor yang penting dalam membentuk dan
mengembangkan kepribadian guru. Beberapa faktor keluarga yang mempengaruhi
kepribadian, antara lain: kerabat disekitar guru (orang tua, saudara,suami/istri, dan
keluarga lainnya), suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga.
Guru yang berasal dari keluarga dengan sistem kekeluargaan yang kental
maka guru tersebut pun akan memilki rasa kekeluargaan yang kental pula
terhadap anak didiknya. Apabila orang-orang atau kerabat di sekitar guru memilki
rasa kasih sayang dan rasa saling memilki yang kuat, tidak mustahil guru tersebut
pun memilki rasa yang sama terhadap anak didiknya. Apabila suasana di rumah
guru tersebut cukup menyenangkan serta memilki keadaan ekonomi keluarga
yang cukup baik sehingga mampu memenuhi kebutuhan guru tersebut, maka
bukan tidak mungkin guru tersebut mampu menampilkan kepribadian yang
mantap saat di sekolah sehingga dalam memberikan pengajaran pun selalu dengan
penuh semangat dan perhatian terhadap para siswanya.
Keluarga dapat berperan dalam menciptakan suasana yang mendorong
seorang guru berkepribadian yang baik, yaitu dengan memberikan rasa aman dan
kebebasan psikologis kepada guru tersebut. Dengan adanya rasa aman dan
22
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
kebebasan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya, maka guru akan
memiliki jiwa yang tenang sehingga tidak ada yang perlu dicemaskan ketika dia
berada di lingkungan pendidikan tempatnya bekerja.
Hal yang bisa dilakukan keluarga dalam menciptakan keamanan dan
kebebasan psikologis guna membentuk suasana keluarga yang menyenangkan
bagi seorang guru, yaitu: membangun empati antara anggota keluarga yang satu
dengan yang lainnya, saling memberikan perhatian, menjalin kebersamaan,
membangun rasa memiliki, mendorong kebebasan berekspresi, pendampingan dan
komunikasi yang efektif.
Menciptakan keamanan dan kebebasan psikologis dalam lingkungan rumah
ini penting, karena walaupun guru sudah memiliki kepribadian yang baik yang
berasal dari dalam dirinya sendiri (faktor biologis), tetap membutuhkan
lingkungan rumah yang kondusif untuk mengembangkan kepribadiannya itu. Oleh
karena itu, peran keluarga sangat mempengaruhi dan dibutuhkan dalam
menumbuhkan kepribadian seorang guru.
2) Faktor Lingkungan Tempat Guru Bekerja
Sekolah merupakan tempat berinteraksi antara guru dengan siswanya,
dengan teman sejawat dan dengan atasannya dalam tugasnya sebagai seorang
pengajar. Faktor lingkungan tempat guru bekerja (sekolah) yang mempengaruhi
kepribadian guru, antara lain: teman sejawat dan atasan (kepala sekolah). Jika
kualitas pertemanan antara teman sejawat dan atasan dengan guru berlangsung
dengan baik, secara tidak langsung akan mempengaruhi kepribadian guru. Guru
23
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
yang berteman dengan baik bersama teman sejawat dan atasannya akan memiliki
kepribadian yang selalu bersemangat untuk bekerja. Sehingga ketika mengajar di
kelas pun guru tersebut selalu terlihat bersemangat, dan secara tidak langsung
akan mempengaruhi perilaku siswa-siswinya untuk lebih semangat ketika belajar
bersamanya.
3) Faktor Masyarakat
Faktor di lingkungan masyarakat yang mempengaruhi kepribadian guru
yaitu yang berhubungan dengan pergaulan guru. Teman bergaul biasanya
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepribadian guru. Apabila seorang
guru memiliki teman bergaul yang rajin melakukan pengajian biasanya akan
berdampak baik terhadap guru tersebut, bahkan guru tersebut akan melakukan hal
yang sama seperti yang dilakukan oleh temannya. Begitu pun sebaliknya, apabila
seorang guru memiliki teman yang suka menghambur-hamburkan uang dan hanya
suka bersenang-senang saja, biasanya akan berdampak negatif terhadap
kepribadian guru tersebut.
7. Indikator Kepribadian Guru
Dari penjelasan tentang kepribadian guru, Oemar Hamalik (2009: 39),
mengemukakan bahwa ‘Sifat-sifat atau karakteristik guru-guru yang disenangi
oleh para siswa adalah guru-guru yang (1) demokratis, (2) suka bekerja sama
(kooperatif), (3) baik hati, (4) sabar, (5) adil, (6) konsisten, (7) bersifat terbuka,
(8) suka menolong, dan (9) ramah-tamah. Sifat-sifat lain yang disenangi siswa
adalah (1) suka humor, (2) memilki bermacam ragam minat, (3) menguasai bahan
24
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
pelajaran, (4) fleksibel, dan (5) menaruh minat yang baik terhadap siswa”. Sifat-
sifat/karakteristik ini berkaitan dalam membentuk kepribadian guru yang
disenangi oleh para siswanya. Oleh karena itu, sifat-sifat/karakteristik kepribadian
guru ini, dapat dijadikan sebagai indikator dalam penelitian mengenai pengaruh
kepribadian guru terhadap sikap ilmiah siswa. Indikator tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Demokratis
“Guru yang demokratis memberikan kebebasan kepada anak di samping
mengadakan pembatasan-pembatasan tertentu, tidak bersifat otoriter, dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan serta dalam berbagai
kegiatan”, Hamalik (2009: 39).
Jadi guru yang demokratis adalah guru yang tidak memaksakan
kehendaknya dan selalu mempertimbangkan pendapat dari siswanya.
b. Suka bekerja sama (kooperatif)
“Guru yang suka bekerja sama bersikap saling memberi dan saling
menerima dan dilandasi oleh kekeluargaan dan toleransi yang tinggi”, Hamalik
(2009: 39). Contohnya guru bersama siswa bekerja bersama-sama dalam kegiatan
pembelajaran IPA.
c. Baik hati
“Guru yang baik hati bersikap suka memberi dan berkorban untuk
kepentingan anak didiknya”, Hamalik (2009: 39). Demi kepentingan siswanya
25
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
guru rela berkorban untuk menyisihkan waktunya memberi pelajaran IPA
tambahan karena siswa kesulitan dalam memahami materi tersebut.
d. Sabar
“Guru yang sabar tidak suka marah dan lekas tersinggung serta suka
menahan diri”, Hamalik (2009: 39). Guru mampu menahan diri untuk tidak
mudah marah dan tersinggung dalam kegiatan pembelajaran dan telaten dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada para siswanya.
e. Adil
“Guru yang adil tidak bersikap membeda-bedakan anak dan memberi anak
sesuai dengan kesempatan yang sama bagi semuanya”, Hamalik (2009: 39).
Maksudnya guru memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa tanpa
membeda-bedakannya.
f. Konsisten
“Guru yang konsisten selalu berkata sama dan bertindak sama sesuai dengan
ucapannya, baik dulu maupun seterusnya”, Hamalik (2009: 39). Guru tidak
berkata dusta kepada anak didiknya dan adanya keselarasan antara perkataan dan
perbuatan seorang guru.
g. Bersifat terbuka
“Guru yang bersifat terbuka akan bersedia menerima kritik dan saran, dan
kalau perlu, mengakui kekurangan dan kelemahannya”, Hamalik (2009: 39).
Maksudnya guru yang bersifat terbuka adalah guru yang mau menerima kritik dan
saran dengan ikhlas serta tidak malu mengakui kekurangan dan kelemahannya.
26
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
h. Suka menolong
“Guru yang suka menolong senantiasa siap membantu anak-anak yang
mengalami kesulitan atau masalah tertentu”, Hamalik (2009: 39). Guru
membantunya dengan senang hati jika ada siswa yang kesulitan dalam memahami
suatu pelajaran, contohnya pelajaran IPA.
i. Ramah-tamah
“Guru yang ramah tamah mudah bergaul dan disenangi oleh semua orang;
dia tidak sombong dan bersedia bertindak sebagai pendengar yang baik di
samping sebagai pembicara yang menarik”, Hamalik (2009: 40). Maksudnya guru
yang ramah-tamah adalah guru yang mampu bergaul dengan baik dan disenangi
oleh semua orang, tidak sombong, suka mendengarkan orang lain, dan mampu
menarik perhatian orang lain ketika dia sedang berbicara.
j. Suka humor
“Guru yang suka humor banyak disenangi oleh anak-anak dengan
kepandaiannya membuat anak-anak menjadi gembira dan tidak tegang atau terlalu
serius”, Hamalik (2009: 40). Guru yang suka humor adalah guru yang mampu
membuat siswanya gembira sehingga tidak merasa tegang.
k. Memiliki bermacam ragam minat
“Guru yang memiliki berbagai macam minat akan merangsang siswa dan
dapat melayani berbagai minat anak”, Hamalik (2009: 40). Guru mempunyai
bakat dan keterampilan khusus (contohnya dalam bidang kesenian, olahraga, dan
27
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
keterampilan) yang membuat siswa kagum terhadapnya sehingga timbul rasa suka
dan senang terhadap gurunya.
l. Menguasai bahan pelajaran
“Guru yang menguasai bahan pelajaran dapat menyampaikan materi
pelajaran dengan lancar dan menumbuhkan semangat di kalangan anak”, Hamalik
(2009: 40). Guru mampu menyampaikan materi pelajaran dengan tepat sehingga
siswa mampu memahami materi yang disampaikan tersebut.
m. Fleksibel
“Guru yang fleksibel umumnya tidak bersifat kaku”, Hamalik (2009: 40).
Maksudnya guru yang fleksibel adalah guru yang mampu beradaptasi dengan
baik. Beradaptasi dengan siswanya, teman sejawatnya, dan lingkungan
pendidikannya.
n. Menaruh minat yang baik terhadap siswa
“Guru yang berminat terhadap anak menyebabkan anak merasa diperhatikan
dan dihargai”, Hamalik (2009: 40). Guru memberikan perhatian yang baik kepada
semua siswa.
B. Sikap Ilmiah Siswa
1. Pengertian Sikap Ilmiah Siswa
Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude” sedangkan istilah
attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “aptus” yang berarti keadaan siap
secara mental untuk melakukan kegiatan. “Dalam arti yang sempit sikap adalah
28
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
pandangan atau kecenderungan mental” Syah (2010: 118). Sedangkan pengertian
sikap menurut beberapa ahli, diantaranya menurut Bruno (Syah, 2010: 118) “sikap
(attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara
baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu”. “Sikap itu dapat kita anggap
suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu” Syah (2010:
118). Menurut Thurstone (Hamalik, 2009: 214) “sikap merupakan tingkat afeksi
yang positif atau negatif yang dihubungkan dengan objek psikologis”. Jadi sikap
dapat diartikan sebagai pola tindakan seseorang dalam bereaksi terhadap
rangsangan baik yang berasal dari dalam dirinya maupun yang berasal dari
lingkungannya dengan cara tertentu baik berupa tindakan positif maupun negatif.
Positif disini dapat diartikan sebagai perasaan senang dan negatif berarti perasaan
tidak senang atau menolak.
Ilmiah berarti bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat
(kaidah) ilmu pengetahuan (KBBI, 2007). Dalam Bahasa Inggris ilmiah biasa
disebut dengan istilah science atau sains.
Selanjutnya pengertian sikap ilmiah menurut beberapa ahli, diantaranya
menurut Soekisno H (Ningrum, 2009: 18-19), “sikap ilmiah adalah suatu pendapat
atau keyakinan yang terdapat dalam diri individu yang siap untuk dikembangkan”.
Baharuddin (dalam Bahrul, 2010) mengemukakan bahwa ”Sikap ilmiah pada
dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka
melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan”. Pengertian berikutnya, “Sikap
sains adalah sikap yang dimilki para ilmuwan dalam mencari dan
29
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
mengembangkan pengetahuan baru, misalnya objektif terhadap fakta, hati-hati,
bertanggung jawab, berhati terbuka, selalu ingin meneliti dan sebagainya”, dalam
Bundu (2006: 13). Sedangkan pengertian sikap ilmiah menurut Edi Hendri
Mulyana (2009: 10), “dimensi sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini dan
nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika
mencari atau mengembangkan pengetahuan baru”. Jadi sikap ilmiah dapat
diartikan sebagai tindakan seorang ilmuwan yang sesuai dengan kaidah ilmu
pengetahuan dalam mencari atau mengembangkan suatu pengetahuan baru.
Adapun pengertian siswa menurut KBBI (2007) yaitu murid (terutama pd
tingkat sekolah dasar dan menengah); pelajar. Siswa adalah orang yang belajar
atau orang yang melakukan aktivitas belajar.
Dengan demikian, sikap ilmiah siswa bisa diartikan sebagai tindakan
seorang pelajar yang sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan dalam mencari atau
mengembangkan pengetahuan yang baru didapatnya dari belajar.
2. Sikap Siswa SD yang Relevan dengan Sikap Ilmiah
Menurut Patta Bundu (2006;39):
“Paling kurang ada empat jenis sikap yang relevan dengan siswa sekolah dasar, yaitu: (1) sikap terhadap pekerjaan di sekolah, (2) sikap terhadap diri mereka sebagai siswa, (3) sikap terhadap ilmu pengetahuan, dan (4) sikap terhadap objek dan kejadian di lingkungan sekitar. Keempat sikap ini akan membentuk sikap ilmiah yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk ikut serta dalam kegiatan tertentu, dan cara seseorang merespon kepada orang lain, objek, atau peristiwa.” Jadi sekurang-kurangnya harus ada empat sikap yang harus dimilki oleh
siswa SD sebagai usaha dalam membentuk sikap ilmiah, yaitu:
30
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
a. Sikap terhadap pekerjaan di sekolah, yaitu sikap yang ditunjukkan siswa SD
terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru di sekolah.
b. Sikap terhadap diri mereka sebagai siswa, maksudnya siswa harus tau
bagaimana bersikap sebagai seorang siswa, diantaranya yaitu: mematuhi tata
tertib sekolah, menghormati guru, melaksanakan kewajiban yaitu belajar, dll.
c. Sikap terhadap ilmu pengetahuan, diantaranya: ingin mempelajari ilmu
pengetahuan yang diberikan di sekolah, berusaha mempelajari dan memahami
ilmu pengetahuan yang diberikan di sekolah, dll.
d. Sikap terhadap objek dan kejadian di lingkungan sekitar, yaitu sikap siswa SD
terhadap suatu peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya, seperti: tanggap
bila terjadi suatu musibah, memiliki rasa empati terhadap sesama, dan selalu
mengaitkan segala sesuatu dengan ilmu pengetahuan (tidak percaya takhayul)
sebagaimana yang sudah didapatkannya di sekolah.
3. Ruang Lingkup Sikap Ilmiah
Mengutip pendapat Dawson (Bundu, 2006: 13):
“Sikap dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yakni seperangkat sikap yang jika diikuti akan membantu proses pemecahan masalah, dan seperangkat sikap yang menekankan sikap tertentu terhadap sains sebagai suatu cara memandang dunia serta dapat berguna bagi pengembangan karir di masa datang. Yang termasuk sikap pada kelompok pertama adalah: (a) kesadaran akan perlunya bukti ketika mengemukakan suatu pernyataan, (b) kemauan untuk mempertimbangkan interpretasi atau pandangan lain, (c) kemauan melakukan eksperimen atau kegiatan lainnya dengan hati-hati, dan (d) menyadari adanya keterbatasan dalam penemuan keilmuan. Sedangkan sikap yang termasuk dalam perangkat kedua, adalah: (a) rasa ingin tahu terhadap dunia fisik dan biologis serta cara kerjanya, (b) pengakuan bahwa IPA dapat membantu memecahkan masalah individu dan global, (c) memilki rasa antusiasme untuk menguasai pengetahuan dengan metode ilmiah, (d) pengakuan pentingnya pemahaman keilmuan, (e)
31
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
pengakuan bahwa sains adalah aktivitas manusia, dan (f) pemahaman hubungan antara sains dengan bentuk aktivitas manusia lainnya.” Sikap dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sikap yang membantu proses
pemecahan masalah (keterampilan proses) dan sikap yang menekankan kepada
sikap tertentu terhadap sains sebagai suatu cara dalam memandang dunia (sikap
ilmiah).
Menurut National Curriculum Council (Bundu, 2006: 39) sikap ilmiah yang
sangat penting dimilki pada semua tingkatan pendidikan sains adalah:
a. Hasrat ingin tahu b. Menghargai kenyataan (fakta dan data) c. Ingin menerima ketidakpastian d. Refleksi kritis dan hati-hati e. Tekun, ulet, tabah f. Kreatif untuk penemuan baru g. Berpikiran terbuka h. Sensitif terhadap lingkungan sekitar i. Bekerjasama dengan orang lain
Sedangkan menurut Wynne Harlen (Mulyana 2009: 11), terdapat sembilan
sikap ilmiah yang harus dikembangkan sejak dini. Sikap ilmiah tersebut adalah:
a. Sikap ingin tahu (curiousity)
Apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia berusaha
mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang objek dan peristiwa;
kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki
suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan
eksprimen, dll.
b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)
32
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
Ingin menghasilkan suatu karya yang baru dan tidak sama atau menjiplak karya
orang lain.
c. Sikap kerja sama (cooperation)
Sikap ini perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA, mengingat kondisi
bangsa Indonesia yang telah melupakan budaya gotong royong, terutama di
daerah perkotaan.
d. Sikap tidak putus asa (perseverance)
Misalnya tidak bosan melakukan penelitian, bersedia mengulangi eksperimen
yang hasilnya meragukan, tidak berhenti melakukan percobaan sebelum
selesai, dan bekerja dengan teliti terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya.
e. Sikap terbuka untuk menerima (open-mindedness)
Maksudnya bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda
dengan apa yang diketahuinya, terbuka menerima kritikan dan respon negatif
terhadap pendapatnya.
f. Sikap mawas diri (self critism)
Mengetahui porsinya sebagai seorang siswa.
g. Sikap bertanggung jawab (responsibility)
Yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
33
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
h. Sikap berpikir bebas (independence in thinking)
Tidak merasa minder, berpikiran cemerlang, dan tidak memiliki rasa
kecemasan atau takut ketika memikirkan suatu hal.
i. Sikap kedisiplinan diri (self discipline)
Datang tepat waktu, mengerjakan tugas tepat waktu, dll.
Adapun menurut Gega (Bundu, 2006: 39), mengungkapkan empat sikap
pokok yang harus dikembangkan dalam sains yaitu: curiosity, inventiveness,
critical thinking, dan persistence. Keempat sikap ini tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan yang lainnya karena saling melengkapi. Sikap ingin tahu (curiosity)
mendorong akan penemuan sesuatu (inventiveness) yang dengan berpikir kritis
(critical thinking) akan meneguhkan pendirian (persistence) dan berani untuk
berbeda pendapat.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti mengelompokan jenis
sikap ilmiah yang dapat dimiliki siswa SD yaitu mencakup sikap ingin tahu, sikap
jujur dan objektif, sikap kreatif, sikap berpikir terbuka dan kerjasama, sikap
disiplin, sikap peka terhadap lingkungan, serta sikap tekun dan kritis.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Ilmiah Siswa
Untuk mendapat sikap ilmiah yang sesuai harapan tergantung pada beberapa
faktor. Ningrum (2009: 19) mengemukakan bahwa “sikap ilmiah seseorang
ditentukan oleh faktor-faktor internal dan eksternal dari orang-orang yang
bersangkutan”. seperti digambarkan pada bagan berikut:
34
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
Rumah Lingkungan Sekolah Eksternal Guru/pengajar Instrumental
Sarana dan fasilitas
Faktor Kondisi fisik Fisiologi Kondisi panca indera Internal Bakat Minat Psikologi Kecerdasan Motivasi Kemampuan kognitif
Gambar 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar (Ningrum, 2009: 19)
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar, dimana sikap ilmiah berada pada kegiatan proses belajar,
oleh karena itu sikap ilmiah siswa pun dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
a. Faktor dari Dalam (faktor internal)
Faktor internal yang mempengaruhi sikap ilmiah siswa terdiri dari 2 macam,
yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis.
1) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis disebut juga faktor fisik. Faktor fisiologis yang
mempengaruhi sikap ilmiah siswa, diantaranya adalah keadaan fisik dan keadaan
35
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
panca indera. Hal tersebut besar pengaruhnya, karena keadaan fisik dan keadaan
panca indera seseorang merupakan media atau alat yang digunakan dalam
menunjukkan sikap ilmiah seperti yang diharapkan.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis atau sering disebut faktor tentang tingkah laku manusia.
Faktor psikologis yang mempengaruhi sikap ilmiah siswa, terdiri dari: bakat,
minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.
a) Bakat. Bakat atau aptitude menurut Hilgard (Anggraeni, 2010: 22) adalah ‘the
capacity to learn’. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu
baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar. Dalam proses
belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam
mencapai suatu hasil atau prestasi yang baik.
b) Minat. Hilgard menjelaskan bahwa ‘minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan’ Slameto (Anggraeni,
2010: 22). Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi sikap ilmiahnya. Apabila seseorang mempunyai
minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha sehingga apa
yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan harapannya.
c) Kecerdasan. “Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya” Ridwan (Anggraeni,
2010: 23). Kecerdasan merupakan salah satu aspek yang penting dan sangat
menentukan sikap ilmiah yang dimiliki seseorang. Apabila seorang siswa
36
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara
potensi, siswa tersebut dapat menunjukkan sikap ilmiah yang baik.
d) Motivasi. “Motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar” Sardiman (Anggraeni, 2010:
23). Dalam kegiatan belajar mengajar seorang siswa akan berhasil jika
mempunyai motivasi untuk belajar, baik motivasi yang ada dalam diri siswa,
maupun motivasi yang muncul karena faktor dari luar. Dengan adanya
motivasi, siswa akan memiliki semangat belajar, sehingga senantiasa berusaha
untuk menunjukkan sikap ilmiah yang terbaik sesuai dengan harapan.
e) Kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai
kemampuan siswa dalam menerima pengetahuan. Kemampuan kognitif sangat
dibutuhkan dalam usaha siswa menunjukkan sikap ilmiahnya. Dengan
kemampuan kognitif yang baik, seorang siswa dapat menerima pelajaran
dengan baik. Hal ini jelas akan mempengaruhi sikap ilmiahnya, karena siswa
yang memiliki kemampuan kognitif yang baik akan menunjukkan sikap ilmiah
yang lebih baik.
b. Faktor dari Luar (faktor eksternal)
Faktor eksternal terdiri dari 2 macam yaitu faktor lingkungan dan faktor
instrumental. Faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Faktor Lingkungan
Lingkungan siswa yang mempengaruhi sikap ilmiah siswa terdiri dari
lingkungan alam dan lingkungan sosial. Lingkungan tersebut merupakan tempat
37
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
berinteraksi siswa untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuannya
dalam proses belajar.
2) Faktor Instrumental
Faktor instrumental yang mempengaruhi sikap ilmiah siswa terdiri dari:
guru/pengajar; sarana dan fasilitas; administrasi/manajemen.
a) Guru atau pendidik. Seorang guru harus mempunyai hubungan yang baik
dengan siswanya dan memberi contoh sikap ilmiah yang baik, sehingga siswa
pun mempunyai sikap ilmiah sesuai dengan apa yang diharapkan.
b) Sarana dan fasilitas. Maksud dari sarana dan fasilitas ini berupa keadaan
gedung dan alat pelajaran. Gedung dapat dicontohkan seperti: kelas,
perpustakaan, dan laboratorium, sedangkan alat-alat pelajaran, contohnya:
papan tulis, buku sebagai sumber belajar, alat-alat percobaan, dan peralatan
lain yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Sarana dan fasilitas
yang memadai akan memotivasi siswa dalam menunjukkan sikap ilmiahnya.
Kedua faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Apabila pada
pembelajaran didukung oleh guru yang profesional dan fasilitas belajar yang
memadai, maka siswa dapat belajar dengan baik sehingga sikap ilmiahnya pun
akan muncul.
5. Peran Guru dalam Pengembangan Sikap Ilmiah Siswa
Harlen (Bundu, 2006: 45) mengajukan empat peranan utama guru dalam
pengembangan sikap yakni memperlihatkan contoh sikap ilmiah, memberi
38
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
penguatan positif terhadap sikap ilmiah dengan pujian dan penghargaan,
memberikan kesempatan untuk pengembangan sikap ilmiah, dan mendiskusikan
tingkah laku yang berhubungan dengan sikap ilmiah.
a. Memperlihatkan Contoh Sikap Ilmiah
Memperlihatkan contoh sikap ilmiah yang dapat ditiru oleh siswa
merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
usahanya mengembangkan sikap ilmiah siswa. Harlen (Bundu, 2006: 45) menguti
pepatah lama “action speak louder than words” yang berarti bahwa berbuat akan
lebih bermakna dari pada banyak berbicara. Oleh sebab itu sangat penting bagi
guru untuk memperlihatkan semua sikap-sikap positif yang diperlukan dalam
menunjukka sikap ilmiah.
b. Penguatan Positif Pada Sikap Ilmiah
Seperti yang dijelaskan oleh Bundu (2006: 46), “siswa meniru/memetik
sikap ilmiah tidak saja melalui contoh tetapi juga dari tingkah laku mereka yang
mendapatkan penguatan/penghargaan”. Pada saat siswa memperlihatkan sikap
positif, maka tingkah laku tersebut perlu diberikan penguatan, penghargaan atau
pujian. Hal ini akan jauh lebih efektif daripada mencegah sikap-sikap negatif.
c. Menyediakan Kesempatan Pengembangan Sikap Ilmiah
Siswa harus diberi kesempatan untuk memunculkan sikap-sikap positif yang
dimiliki pada kegiatan tertentu. Kegiatan yang agak bebas tetapi terkendali akan
memberikan peluang yang baik untuk pengembangan sikap ilmiah siswa.
39
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
d. Mendiskusikan Tingkah Laku Sikap Ilmiah
Ketika siswa menemui suatu masalah baru yang sulit untuk dia pecahkan,
maka pada saat itulah guru masuk dan bersama-sama mendiskusikan apa yang
harus siswa lakukan (sikap apa yang harus ditunjukkan siswa) dalam mengatasi
hal tersebut. Dengan demikian secara tidak langsung akan muncullah sikap ilmiah
siswa dalam upayanya memecahkan suatu masalah.
6. Indikator Sikap Ilmiah Siswa
Dari penjelasan tentang sikap ilmiah siswa, Wynne Harlen (Mulyana, 2009:
11), mengemukakan bahwa ada sembilan sikap ilmiah yang harus dikembangkan
sejak dini pada siswa sekolah dasar, yaitu: (1) sikap ingin tahu (curiousity), (2)
sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality), (3) sikap kerja sama
(cooperation), (4) sikap tidak putus asa (perseverance), (5) sikap terbuka untuk
menerima (open-mindedness), (6) sikap mawas diri/sikap kritis (self critism), (7)
sikap bertanggung jawab (responsibility), (8) sikap berpikir bebas (independence
in thinking), dan (9) sikap kedisiplinan diri (self discipline). Sikap-sikap ini
berkaitan dalam membentuk sikap ilmiah siswa. Oleh karena itu, sikap-sikap
dalam sikap ilmiah ini, dapat dijadikan sebagai indikator dalam penelitian
mengenai pengaruh kepribadian guru terhadap sikap ilmiah siswa.
C. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
1. Pengertian Pembelajaran IPA
40
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan ‘pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar’ (Syaipul Sagala, 2006: 62). Adapun pengertian pembelajaran menurut
Degeng adalah ‘upaya untuk membelajarkan peserta didik’ (M. Sobry Sutikno,
2005: 28). Sedangkan ‘IPA atau sains diambil dari kata latin Scientia yang arti
harfiahnya adalah pengetahuan, kemudian berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan
Alam atau Sains’ (Agus S, 2009). Kurikulum 2006 menjelaskan bahwa:
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. (E. Mulyasa, 2007: 110).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
IPA merupakan proses interaksi antara pendidik, peserta didik, dan sumber belajar
tentang pengetahuan dengan cara mencari tahu tentang alam dan fenomena yang
terjadi di dalamnya secara sistematis melalui proses penemuan. E. Mulyasa (2007:
110) dalam buku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengungkapkan bahwa:
“pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah”.
Dari beberapa pengertian tersebut, pada dasarnya pendidikan IPA terdiri
dari tiga dimensi, sebagaimana yang dikemukakan T. Sarkim (Mulyana, 2009: 9)
bahwa ‘pendidikan IPA dikategorikan ke dalam tiga dimensi yaitu: dimensi
produk, dimensi proses, dan dimensi sikap’. Dimensi produk meliputi konsep,
41
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
prinsip, hukum, dan teori yang merupakan hasil penyelidikan manusia melalui
serangkaian eksperimen dalam memahami dan menjelaskan alam dengan berbagai
fenomena yang terjadi. Dimensi proses yaitu metode untuk memperoleh
pengetahuan atau disebut juga metode ilmiah. Adapun dimensi sikap ilmiah
adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh
seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan
baru. Pada setiap pembelajaran IPA, ketiga dimensi tersebut sebaiknnya harus
tetap ada, sehingga pembelajaran IPA tidak hanya menekankan pada penguasaan
konsep saja. Pembelajaran IPA merupakan proses pembelajaran yang dapat
memberikan penguasaan konsep pada peserta didik melalui pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah.
2. Kompetensi Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pelaksanaan pembelajaran IPA dirancang dengan berorientasi pada
pencapaian kemampuan (kompetensi) siswa. Hall dan John (Oemar Hamalik,
2007: 133) menjelaskan bahwa ‘kompetensi merupakan gambaran utuh dari
perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur’.
Dengan demikian, kompetensi mata pelajaran IPA diartikan sebagai kemampuan
dan pengetahuan yang harus dimiliki siswa pada mata pelajaran IPA.
Untuk menentukan kualitas kemampuan siswa, tentu harus mengacu pada
standar kompetensi yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. E. Mulyasa
(2007: 111) menjelaskan bahwa: “Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
(SKKD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus
42
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di
setiap satuan pendidikan”.
Standar Kompetensi mata pelajaran Sains (IPA) di SD/MI adalah: a. Mampu bersikap ilmiah dengan penekanan pada sikap ingin tahu,
bertanya, bekerjasama, dan peka terhadap makhluk hidup dan lingkungan.
b. Mampu menterjemahkan perilaku alam tentang diri dan lingkungan di sekitar rumah dan sekolah.
c. Mampu memahami proses pembentukan ilmu dan melakukan inkuiri ilmiah melalui pengamatan dan sesekali melakukan penelitian sederhana dalam lingkup pengalamnnya.
d. Mampu memanfaatkan sains dan merancang/membuat produk teknologi sederhana dengan menerapkan prinsip sains dan mampu mengelola lingkungan di sekitar rumah dan sekolah serta memiliki saran/usul untuk mengatasi dampak negatif teknologi di sekitar rumah dan sekolah. (Mulyana, 2009: 16-17).
Adapun tujuan dari mata pelajaran IPA di SD/MI sebagaimana yang
dijelaskan dalam buku KTSP, sebagai berikut:
Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan, sebagai berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu cipataan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (E. Mulyasa, 2007: 111).
43
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
Untuk mencapai tujuan pembelajaran pada mata pelajaran IPA di Sekolah
Dasar khususnya, guru dituntut untuk menyajikan pembelajaran yang bermakna
bagi siswa. Pembelajaran yang bermakna tersebut dalam proses pembelajaran IPA
di Sekolah Dasar harus diarahkan pada pencapaian kualitas kemampuan siswa
yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku sebagai hasil dari proses
pembelajaran tersebut.
3. Pembelajaran IPA yang Efektif di Sekolah Dasar
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa pembelajaran IPA merupakan
proses interaksi antara pendidik, peserta didik, dan sumber belajar tentang
pengetahuan dengan cara mencari tahu tentang alam dan fenomena yang terjadi di
dalamnya secara sistematis melalui proses penemuan. Sedangkan pengertian
efektif adalah “mencapai sasaran sesuai yang diinginkan” (M. Sobry Sutikno,
2009: 63). “Pembelajaran efektif ialah suatu pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat
tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan harapan” (M. Sobry Sutikno, 2005:
37). Menurut Dick & Reiser (M. Sobry Sutikno, 2005: 33) pembelajaran efektif
adalah ‘suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar
keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat peserta
didik senang’.
44
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang efektif
di Sekolah Dasar merupakan pembelajaran pada mata pelajaran IPA sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Pembelajaran IPA bertujuan agar setiap
kompetensi dapat dicapai oleh masing-masing siswa. Adapun yang harus
diperhatikan guru untuk melaksanakan pembelajaran IPA yang efektif di Sekolah
Dasar sebagaimana dikemukakan oleh Mulyana (2009: 22-25), yang mengutip
buku Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif adalah:
Ciri-ciri pembelajaran efektif, yaitu: a. berpijak pada prinsip konstruktivisme; b. berpusat pada siswa; c. belajar dengan mengalami; d. mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, dan emosional; e. mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan; f. belajar sepanjang hayat; g. perpaduan kemandirian dan kerjasama.
Berdasarkan kutipan tersebut, maka pembelajaran IPA yang efektif adalah
pembelajaran yang bermakna bagi siswa dengan mengarahkan siswa pada
penguasaan konsep melalui pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah,
sehingga hasil belajar siswa baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik dapat
dicapai dengan baik. Dengan demikian, pada dasarnya pembelajaran IPA tetap
harus memperhatikan ketiga dimensi pendidikan IPA.
D. Keterkaitan antara Kepribadian Guru dengan Sikap Ilmiah Siswa dalam
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
“Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap
ilmiah seseorang adalah lingkungan di sekitar kehidupan siswa baik lingkungan
rumah maupun lingkungan di sekitar sekolah”, Ningrum (2009: 19). Yang
45
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
termasuk di dalam lingkungan sekolah diantaranya adalah guru. Guru adalah
seseorang yang sangat berperan dalam menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Oleh
karena itu guru harus mampu memberi contoh yang baik bagi para siswanya,
salah satunya dengan cara menampilkan kepribadian yang baik dan tepat pada saat
PBM sesuai dengan tugasnya sebagai pendidik. Karena guru yang memiliki
kepribadian baik akan berpengaruh terhadap perilaku siswa, termasuk di
dalamnya sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA. Sebaliknya, apabila guru
tidak mampu menampilakan kepribadian yang baik dan tepat pada saat PBM
sesuai dengan tugasnya sebagai pendidik, bukan tidak mungkin siswa akan
meniru perilaku guru tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan siswa tidak
mempunyai sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
keterkaitan antara kepribadian guru dengan sikap ilmiah siswa dalam
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Dalam penelitian, keterkaitan tersebut
dijelaskan melalui hubungan dua variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Pada penelitian tentang pengaruh kepribadian guru terhadap sikap
ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA, yang menjadi variabel bebas adalah
kepribadian guru, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah sikap ilmiah
siswa. Marzuki (1999) menjelaskan bahwa: “ada 3 jenis hubungan antar variabel,
yaitu: hubungan simetris, kausal/sebab akibat, dan interaktif/timbal balik”. Pada
keterkaitan antara kepribadian guru dengan sikap ilmiah siswa dalam
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, dapat dijelaskan sebagai berikut:
46
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi
1. Hubungan simetris menjelaskan bahwa variabel bebas tidak mempengaruhi
variabel terikat atau sebaliknya. Hal ini dapat diartikan bahwa kepribadian guru
tidak mempengaruhi sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar atau sebaliknya.
2. Hubungan kausal/sebab akibat menjelaskan bahwa variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat. Hal ini dapat diartikan bahwa kepribadian guru
mempengaruhi sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
3. Hubungan interaktif/timbal balik menjelaskan bahwa variabel bebas dan
variabel terikat saling mempengaruhi. Hal ini dapat diartikan bahwa
kepribadian guru dapat mempengaruhi sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar dan sebaliknya, sikap ilmiah siswa dapat mempengaruhi
kepribadian guru dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
Dari penjelasan tersebut, maka pada penelitian tentang pengaruh
kepribadian guru terhadap sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA, yang akan
diteliti adalah hubungan kausal saja. Hubungan antar variabel penelitian tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Hubungan antar Variabel Penelitian
Keterangan:
X = kepribadian guru
Y = sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA
= garis hubungan kausal
X Y
47
Erna Hernawati,2012
Pengaruh Kepribadian…
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi