t Adpen 0808262 Chapter2

91
14 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Peningkatan Mutu Pembelajaran dalam Konteks Administrasi Pendidikan Konsep administrasi pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningaktan kwalitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta masyarakat dan orang tua murid secara bersama-sama terus berupaya melakukan berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan perbaikan kurikulum olrh pihak yang terkait dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan peningkatan kwalitas pembelajaran, pengembangan dan pengadaan materi pembelajaran, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan. Maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan (Umaedi, 1999). Berdasarkan hasil penelitian di lapangan di Kabupaten Tasikmalaya maenya, dalam proses peningkatan mutu pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar cukup baik berdasarkan hasil UAN tahun 2008\2009 dari 26 kecamatan yang termasuk kelompok baik Kecamatan Manonjaya, Kelompok sedang Kecamatan Singaparna, Kecamatan Mangunreja dan kurang Kecamatan Cipatujah, ini disebabkan jarak antara Kabupaten sangat jauh dan ada di daerah terpencil, tetapi dari data Dinas Kabupaten Tasikmalaya dapat dikelompokan kategori baik, hanya perlu pemerataan pembenahan dan pengelolaan sumber daya di dalam meliputi : 14

description

seeeep

Transcript of t Adpen 0808262 Chapter2

Page 1: t Adpen 0808262 Chapter2

14

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Peningkatan Mutu Pembelajaran dalam Konteks Administrasi

Pendidikan

Konsep administrasi pendidikan memegang peranan yang sangat penting

dalam proses peningaktan kwalitas sumber daya manusia, maka pemerintah

bersama kalangan swasta masyarakat dan orang tua murid secara bersama-sama

terus berupaya melakukan berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih

berkualitas antara lain melalui pengembangan perbaikan kurikulum olrh pihak

yang terkait dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan peningkatan

kwalitas pembelajaran, pengembangan dan pengadaan materi pembelajaran, serta

pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan. Maka secara otomatis lembaga

pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu

sebagaimana yang diharapkan (Umaedi, 1999).

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan di Kabupaten Tasikmalaya

maenya, dalam proses peningkatan mutu pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar

cukup baik berdasarkan hasil UAN tahun 2008\2009 dari 26 kecamatan yang

termasuk kelompok baik Kecamatan Manonjaya, Kelompok sedang Kecamatan

Singaparna, Kecamatan Mangunreja dan kurang Kecamatan Cipatujah, ini

disebabkan jarak antara Kabupaten sangat jauh dan ada di daerah terpencil, tetapi

dari data Dinas Kabupaten Tasikmalaya dapat dikelompokan kategori baik, hanya

perlu pemerataan pembenahan dan pengelolaan sumber daya di dalam meliputi :

14

Page 2: t Adpen 0808262 Chapter2

15

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengawasi atau membina

sumber daya manusia dan sumber daya belajar (Kurikulum dan fasilitas).

Komponen yang esensial dalam administrasi pendidikan adalah sumber daya

manusia, sarana prasarana, kurikulum, fasilitas pendidikan, alat dan bahan belajar.

Apabila diperlukan dari sisi keluasan ruang lingkupnya, administrasi

pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu administrasi pendidikan secara

makro, dan administrasi pendidikan secara mikro. Administrasi pendidikan makro

yaitu administrasi pendidikan pada lembaga birokrat pendidikan seperti

Departemen Pendidikan Nasional atau Dinas Pendidikan. Sedangkan administrasi

pendidikan mikro adslah administrasi pendidikan yang dilaksanakan pada

lembaga satuan pendidikan seperti sekolsh. Pengertian yang dikemukakan oleh

Engkoswara, lebih mengarah kepada administrasi pendidikan makro pada

lembaga birokrasi pendidikan.

Baik secara makro maupun secara mikro administrasi pendidikan

merupakan cara atau media atau upaya yang sistematis untuk mencapai tujuan

pendidikan, oleh sebab itu untuk mencapai tujuan pendidikan khususnya di

sekolah diperlukan adanya administrasi pendidikan. Oteng Sutisna (1989:289)

memberikan pengertian administrasi mikro di sekolah bahwa “Administrasi

pendidikan di sekolah mungkin dapat dilukiskan sebagai keseluruhan proses

seperti pengambilan keputusan, pekerjaan yang bersifat manajerial, perencanaan,

organisasi dan koordinasi, komunikasi, pengawasan dan penilaian diperlukan

untuk menyelesaikan pekerjaan dalam melayani anak didik”. Oteng Sutisna lebih

menyoroti administrasi pendidikan di sekolah sebagai lembaga yang langsung

Page 3: t Adpen 0808262 Chapter2

16

melayani anak didik sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui

administrasi pendidikan juga yang langsung berkaitan dengan anak didik.

Untuk mewujudkan makna administrasi pendidikan secara operasional

maka perlu dipahami fungsi-fungsi pokok manajemen dan prinsip-prinsip

manajemen/Administrasi. Fungsi pokok manajemen atau administrasi pendidikan

yang paling utama adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, ketiga

fungsi pokok ini bukan satu-satunya konsep, tetapi masih banyak konsep lain dan

pandangan lain yang dikategorikan oleh para ahli administrasi pendidikan,

perbedaan konsep atau jumlah dalam fungsi pokok manajemen pendidikan tidak

perlu dipermasalahkan tetapi yang paling utama adalah yang tiga fungsi pokok

tersebut diatas, paling mudah dipahami dan paling popular, walaupun bukan

berarti yang paling baik.

Selanjutnya untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang pengertian

administrasi pendidikan, di bawah ini akan dikemukakan beberapa definisi dari

para ahli sebagai berikut :

Jesse B. Sear (1950) dalam Daryanto HM (2006) mengemukakan

pengertian administrasi pendidikan yaitu : Education administration is the pracess

as including the following activities planning, organization, direction,

coordination, and control. Selanjutnya Oteng Sutisna (1989:19) mengemukakan

bahwa : “Administrasi pendidikan adalah keseluruhan proses dengan mana

sumber-sumber daya manusia dan material yang cocok dibuat tersedia dan efektif

untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien”.

Page 4: t Adpen 0808262 Chapter2

17

Kemudian Ngalim Purwanto (2007:3) mengemukakan bahwa :

Administrasi pendidikan ialah segenap pengerahan dan pengintegrasian segala

sesuatu, baik personal, sepritual maupun material yang bersangkut paut dengan

pencapaian tujuan pendidikan. Jadi di dalam proses administrasi pendidikan

segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses pencapaian tujuan

pendidikan itu diintegrasikan diorganisasikan dan dikoordinasikan secara efektif,

dan semua materi yang diperlukan dan yang telah ada dimanfaatkan secara

efisien.

Dari buku “Kurikulum Usaha-usaha Perbaikan dalam Bidang Pendidikan

dan Administrasi Pendidikan dari Departemen P dan K dalam Ngalim Purwanto

(2007:”4) disebutkan :

Administrasi pendidikan adalah suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencaaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, pembiayaan, dan pelaporan dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personal, material, maupun sepiritual untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Daryanto (2006:8-9) mengemukakan pengertian administrasi pendidikan

sebagai berikut :

Administrasi pendidikan ialah cara bekerja dengan orang-orang dalam rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif yang berarti mendatangkan hasil yang baik dan tepat, sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Administrasi pendidikan dapat pula diartikan sebagai pelaksanaan pimpinan yang mewujudkan aktivitas kerjasama yang efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Administrasi pendidikan adalah semua kegiatan sekolah dari yang meliputi usaha-usaha besar seperti perumusan kebijakan, pengarahan usaha, koordinasi, korespondensi, kontrol dan seterusnya, sampai kepada usaha-usaha kecil dan sederhana seperti menjaga sekolah menyapu halaman dan sebagainya.

Page 5: t Adpen 0808262 Chapter2

18

Made Pidarta (2004:4) mengemukakan pengertian administrasi yang

menyamakan dengan pengertian manajemen sebagai berikut :

Dalam pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya, dipilih manajemen sebagai aktivitas, bukan sebagai individu, agar konsisten dengan istilah administrasi dengan administrator sebagai pelaksanaannya dan supervisi dengan supervisor sebagai pelaksanaannya, kepala sekolah misalnya, dapat berperan sebagai administrator, sebagai manajer dalam memadukan sumber-sumber pendidikan, dan sebagai supervisor dalam membina guru-guru pada proses belajar mengajar,. Setelah melihat beberapa definisi administrasi pendidikan seperti di atas

jelaslah bahwa administrasi pendidikan merupakan segenap usaha yang

melibatkan berbagai aspek untuk melakukan pengelolaan segala sumber daya

pendidikan yang ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan supaya tercapai

tujuan pendidikan. peningkatan mutu pembelajaran disekolah merupakan bagian

yang sangat penting dalam administrasi pendidikan dalam melaksanakan

pemberdayaan segala sumber belajar di sekolah untuk mencapai tujuan

pendidikan, peningkatan mutu pembelajaran di sekolah merupakan bagian yang

sangat penting dalam upaya mempeningkatan mutu pendidikan. Definisi

administrasi pendidikan di atas, apabila dilihat secara seksama mengarah kepada

dua lingkup kegiatan administrasi pendidikan yaitu administrasi pendidikan secara

makro pada lembaga birokrasi pendidikan dan administrasi pendidikan secara

mikro pada lembaga satuan pendidikan (sekolah). Definisi administrasi

pendidikan yang dikemukakan oleh Daryanto HM. Lebih jelas lagi memilah

administrasi pendidikan pada birokrasi pendidikan dan administrasi pendidikan di

sekolah.

Page 6: t Adpen 0808262 Chapter2

19

Dari pengertian administrasi pendidikan di atas, dapat diambil intinya

yaitu : bahwa adminisrasi pendidikan itu merupakan keseluruhan proses dari

kegiatan yang harus dilakukan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk

mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dari masa ke masa bisa berubah

sesuai dengan perkembangan kehidupan dan tuntutan kebutuhan manusia. Proses

peningkatan mutu pembelajaran merupakan upaya untuk lebih mendekatkan

antara hasil penyelenggaraan pendidikan terhadap tujuan pendidikan. Dalam

melaksanakan kegiatan administrasi pendidikan mencakup kegiatan perencanaan,

pengorgansiasian, pengarahan, dan pengawasan baik pada tingkat birokrasi

pendidikan maupun di tingkat sekolah.

1. Tujuan dan Sasaran Administrasi Pendidikan

Tujuan pelaksanaan administrasi pendidikan adalah untuk melaksanakan

proses peningkatan mutu pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan

pendidikan secara optimal. “Tujuan manajemen pendidikan adalah untuk

memfasilitasi pembelajaran siswa sebagai sebuah bentuk proses pembelajaran”.

(Tony Bush & Mariene Colleman, 2006:20). Tujuan administrasi pendidikan

adalah untuk memfasilitasi atau memberikan kemudahan kepada manajer

pendidikan baik pada tingkat birokrasi pendidikan maupun pada tingkat satuan

pendidikan/ sekolah agar dapat melakukan pengelolaan pendidikan secara

sistematis, terencana, terorganisir dan terkontrol dalam mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan. Di dalam administrasi pendidikan dan terdapat

fungsi pengorganisasian yang menyangkut pembagian wewenang dan tanggung

jawab untuk masing-masing anggota organisasi dalam mewujudkan tujuan. Dalam

Page 7: t Adpen 0808262 Chapter2

20

definisi administrasi pendidikan sudah nampak jelas bahwa tujuan administrasi

pendidikan adalah upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan

memberdayakan segala potensi pembelajaran yang tersedia untuk mendukung

tercapainya tujuan pendidikan.

Sergiovanni dan Carver dalam Daryanto HM. (2006) menyampaikan

“empat tujuan administrasi yaitu, efektifitas produksi efisiensi, kemampuan

adaptasi, dan kepuasan kerja”. Keempat tujuan tersebut oleh Daryanto HM.

digunakan untuk menjelaskan tujuan administrasi pendidikan. Efektivitas

produksi, berarti bahwa sekolah dapat menghasilkan lulusan pendidikan sesuai

dengan tujuan yang diharapkan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Efisiensi

dalam mencapai tujuan yang berarti sekolah dengan segala sumber dana dan

sumber daya yang ada dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Menghasilkan kemampuan adaptasi berarti sekolah mendidik siswa agar

memberikan bekal untuk melakukan adaptasi dengan lingkungannya, baik

lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerjanya. Menghasilkan kepuasan

kerja, artinya sekolah dapat menciptakan suasana yang kondusip untuk siswa

belajar sehingga mencapai prestasi dan hasil belajar yang memuaskan.

Tujuan administrasi pendidikan lebih kepada menyediakan fasilitas atau

tata aturan yang standar yang dapat digunakan dalam melaksanakan penataan

fasilitas, sarana, tenaga, materi, bahan dan alat pelajaran dalam melaksanakan

pengelolaan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan akhir dari

tujuan administrasi pendidikan adalah mengupayakan tercapainya tujuan

pendidikan, untuk tujuan administrasi pendidikan dalam birokrasi pendidikan

Page 8: t Adpen 0808262 Chapter2

21

adalah mencapai tujuan pendidikan secara makro sesuai dengan level agregasi

birokrasi pendidikan, dan untuk tujuan administrasi pendidikan di sekolah adalah

untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah masing-masing.

Di Indonesia sekolah merupakan subsistem pendidikan nasional, maka

tujuan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah juga bersumber dari tujuan

pendidikan nasional. Tercapainya tujuan pendidikan nasional dibangun oleh

tercapainya tujuan dari masing-masing lembaga persekolahan. Tujuan pendidikan

nasional yang paling terkenal adalah yang digariskan dalam GBHN 1993, adalah :

Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab pembangunan bangsa. Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun

2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan nasional :

….bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jelaskan bahwa tujuan administrasi pendidikan di sekolah adalah

mempersiapkan situasi di sekolah, agar proses belajar mengajar dapat terlaksana

dengan baik, sehingga tercapai tujuan pendidikan di sekolah. Tujuan administrasi

pendidikan di sekolah adalah untuk menciptakan situasi yang memungkinkan

anak didik mempunyai pengetahuan dasar yang kuat untuk melanjutkan

pendidikannya, mempunyai suatu kecakapan dan keterampilan khusus untuk dapat

hidup sendiri dan hidup dalam masyarakat serta mempunyai sikap hidup untuk

mengabdi kepada masyarakat Indonesia.

Page 9: t Adpen 0808262 Chapter2

22

Tujuan administrasi pendidikan pada lembaga birokrasi pendidikan adalah

agar tujuan pendidikan di sekolah tercapai secara relative sama atau dengan

perbedaan yang tidak terlalu jauh, dengan mengupayakan pemerataan mutu

fasilitas, mutu sarana prasarana, mutu bahan dan alat pelajaran, dengan upaya

pemerataan semua itu diharapkan akan melahirkan pemerataan mutu lulusan.

Tujuan administrasi pendidikan pada lembaga birokrasi pendidikan itu dapat

tercapai apabila tujuan pendidikan di sekolah sudah tercapai dengan upaya

peningkatan mutu sarana dan prasarana serta fasilitas pendidikan yang sesuai

dengan standar kebutuhan belajar sia di sekolah.

2. Bidang Kegiatan Administrasi Pendidikan

Bidang garapan administrasi pendidikan, baik dalam lembaga birokrasi

pendidikan maupun pada lembaga sekolah adalah menjadi tugas dan

tanggungjawab administrator untuk melaksanakannya. Burhanudin (1994:57)

menjelaskan ruang lingkup administrasi pendidikan di sekolah mencakup 7

lingkup kerja yaitu : 1) administrasi pengajaran, 2) administrasi kesiswaan, 3)

administrasi personalia, 4) administrasi keuangan, 5) administrasi peralatan

pengajaran; 6) administrasi perlengkapan sekolah; 7) administrasi hubungan

sekolah dengan masyarakat”.

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Ngalim Purwanto MP,

(2007: 10-12) bahwa ruang lingkup administrasi pendidikan meliputi 1)

administrasi dan tatalaksana murid/kesiswaan, 4) supervise pengajaran, 5)

Page 10: t Adpen 0808262 Chapter2

23

administrasi pelaksanaan dan pembinaan kurikulum 6) administrasi sarana dan

prasarana 7) administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat.

Kedua pendapat di atas, lebih mengarah kepada ruang lingkup kegiatan

administrasi pendidikan mikro di sekolah yang menjadi tanggungjawab manajerial

kepala sekolah. Administrasi pendidikan sangat penting dilaksanakan di sekolah

karena sekolah merupakan ujung tombak atau garda depan pembangunan

pendidikan nasional. Pusat perhatian pada penelitian ini lebih diarahkan ke

sekolah karena sekolah merupakan pelaksana langsung yang berhadapan dengan

anak didik dalam pengelolaan pendidikan. Mutu pendidikan pada tingkat nasional

sepenuhnya ditentukan oleh mutu pendidikan dan mutu pembelajaran (input-

proses-output) di tingkat sekolah.

Pandangan yang lebih umum dan lebih luas mengenai bidang garapan

administrasi pendidikan dikemukakan oleh Engkoswara (2001:2) menggambarkan

ruang lingkup manajemen/administrasi pendidikan digambarkan dalam bentuk

bagan yang memuat matrik antara bidang garapan kerja administrasi pendidikan

dan fungsi administrasi pendidikan sebagai berikut :

Bagan 2.1. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan

Garapan Fungsi

SDM SB SFD

Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan

Kelembagaan

TPP

Page 11: t Adpen 0808262 Chapter2

24

Menurut Engksowara bahwa ruang lingkup manajemen merupakan

perpaduan antara fungsi administrasi pendidikan dengan bidang garapan

administrasi pendidikan. Fungsi utama dalam administrasi pendidikan adalah

kegiatan perencaaan, pelaksanaan, dan pengawasan, di lain pihak bidang garapan

administrasi pendidikan adalah Sumber Daya Manusia (SDM), sumber belajar

(SB), dan Sumberdaya Fasilitas dan Dana (SFD). Dengan demikian untuk masing-

masing bidang garapan administrasi pendidikan akan mengandung tiga fungsi

utama administrasi pendidikan. Bidang garapan pengembangan sumber daya

manusia di dalamnya harus dilaksanakan fungsi perencanaan SDM, pelaksanaan

pengembangan SDM, dan pengawasan SDM. Bidang garapan pengembangan

sumber daya belajar di dalamnya harus dilaksanakan fungsi perencanaan sumber

belajar, pelaksanaan pengembangan sumber belajar dan pengawasan sumber

belajar, bidang garapan pengembangan sumber daya fasilitas dan dana (SFD). Di

dalamnya harus dilaksanakan tiga fungsi yaitu fungsi perencanaan SFD, fungsi

pelaksanaan pengembangan SFD, dan fungsi pengawasan SFD.

Selanjutnya Engksowara menjelaskan bahwa yang dimaksud

pengembangan SDM dalam bidang garapan administrasi pendidikan adalah

pengembangan SDM peserta didik, tenaga kependidikan dan masyarakat pemakai

jasa pendidikan. Sumber daya belajar adalah alat, media, dan bahan pelajaran,

serta rencana kegiatan dan kurikulum. Sumber daya fasilitas dan adalah factor

pendukung yang memungkinkan pendidikan berjalan dengan baik. Fungsi dan

bidang garapan manajemen pendidikan itu merupakan media untuk mencapai

tujuan pendidikan secara produktif (TPP). Kriteria keberhasilan pelaksana

manajemen pendidikan adalah produktifitas pendidikan.

Page 12: t Adpen 0808262 Chapter2

25

Gambaran Engkoswara tentang ruang lingkup manajemen/administrasi

pendidikan sangat umum, artinya dapat diaplikasikan pada kegiatan di lembaga

birokrat pendidikan dan dapat pula diaplikasikan pada kegiatan di sekolah. Secara

umum garapan atau sasaran administrasi pendidikan adalah pengelolaan sumber

daya manusia, sumber belajar dan sumber daya fasilitas dan dana. Wujud

pengelolaan dalam administrasi pendidikan dilaksanakan minimal dengan tiga

fungsi administrasi yaitu perencanaan, pelaksanaan, ada pengawasan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan yaitu hasil belajar yang produktif.

Sejalan dengan pandangan Engkoswara bahwa manajemen pendidikan itu

dari sisi lingkup keluasannya dilaksanakan secara makro pada lembaga birokrat

pendidikan, dan dilaksanakan secara mikro pada lembaga satuan pendidikan.

Apabila dilihat dari model atau bentuk pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh

kebijakan pemerintahan secara umum yaitu dilaksanakan secara terpusat atau

dikenal dengan istilah “Sentralisasi”, atau dilakukan pelimpahan tanggungjawab

dan wewenang kepada pemerintah yang ada di bawahnya (pemerintah daerah

otonomi atau kabupaten/kota) yang dikenal dengan istsilah “desentralisasi”.

Pemerintahan Daerah, pengelolaan pendidikan di Indonesia dilaksanakan

dengan model desentralisasi. Artinya pemerintah pusat melimpahkan sebagian

tanggungjawab dan wewenangnya dalam pengelolaan pendidikan kepada

pemerintah kabupaten/kota, dan tanggungjawab dan wewenang operasional

penyelenggaraan pendidikan dilimpahkan kepada sekolah. Untuk lebih jelasnya

kaitan antara administrasi pendidikan dan desentralisasi pendidikan dapat

digambarkan pada bacaan di bawah ini.

Page 13: t Adpen 0808262 Chapter2

26

Bagan 2.2. Sasaran dan Model Pelaksanaan Administrasi Pendidikan

Model Pelaksanaan

Sasaran Pelaksanaan

Sentralisasi Desentralisasi

Lembaga Birokrasi Pendidikan

Sekolah

Berdasarkan bagan di atas diketahui bahwa desentralisasi pendidikan

merupakan salah satu model pelaksanaan administrasi pendidikan. Sasaran

pelaksanaan administrasi pendidikan adalah lembaga birokrasi pendidikan dan

lembaga satuan pendidikan. Pilihan untuk melaksanakan model administrasi

pendidikan sangat ditentukan oleh kebijakan dalam pemerintahan. Karakteristik

yang sangat menonjol dalam model pelaksanaan administrasi pendidikan secara

sentralistik bahwa pelaksanaan pengelolaan pendidikan sampai pada tingkat

sekolah dilaksanakan dengan cara yang seragam berdasarkan kebijakan

pemerintah pusat. Dasar pelaksanaan pengelolaan pendidikan ditentukan dengan

petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknik (juknis) yang dibuat secara

seragam oleh pemerintah pusat. Hampir semua pengelola sumber daya manusia,

sumber belajar, maupun sumber daya fasilitas dan dana, belum dilaksanakan

apabila juklak dan juknisnya belum ada. Dengan pengelolaan secara sentralisasi

pemerintah kabupaten/kota dan sekolah hampir tidak bisa memanfaatkan potensi

lokal secara optimal sekalipun lebih baik, karena akan dipandang sebagai

pelanggaran apabila tidak ada dalam juklak dan juknis.

Page 14: t Adpen 0808262 Chapter2

27

Kebijakan desentralisasi pendidikan membuka kesempatan kepada semua

pengelola pendidikan di Kabupaten/Kota sampai pada tingkat sekolah untuk

melakukan kreativitas dalam melaksanakan penyelenggaraan pendidikan yang

efektif. Pemerintah pusat telah melimpahkan sebagian tanggung jawab dan

wewenangnya kepada pemerintah kabupaten/kota dan sekolah untuk

melaksanakan peningkatan mutu pendidikan di masing-masing daerahnya dengan

memanfaatkan potensi wilayah masing-masing sesuai dengan kepentingan

masyarakatnya. Karakteristik yang paling menonjol pada model administrasi

pendidikan yang dilaksanakan secara desentralisasi adalah tidak lagi harus

menunggu juklak dan juknis, tetapi lembaga birokrasi pendidikan harus menyusun

perencanaan sendiri untuk dilaksanakan sendiri serta melakukan evaluasi, dan

melaksanakan perbaikan sendiri sesuai dengan visi dan misi pendidikan di

kabupaten/kota dan sekolah masing-masing. Dalam kebijakan desentralisasi

pendidikan di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota diwajibkan memiliki visi dan

misi pembangunan pendidikan di daerahnya serta meyusun Rencana Strategis

(Renstra) Pendidikan Kabupaten/Kota. Demikian juga sekolah harus punya visi

dan misi penyelenggaraan pendidikan di sekolah serta berkewajiban menyusun

perencanaan sekolah seperti RAPBS. Penyusun perencanaan pendidikan baik di

Dinas Pendidikan maupun di sekolah merupakan salah satu kriteria kemandirian

dalam pengelolaan pendidikan.

3. Desentralisasi Pendidikan

Semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2004 tentang

Page 15: t Adpen 0808262 Chapter2

28

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999, yang

diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

Pertimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah telah

membawa perubahan paradigma pada sistem pengelolaan pendidikan. Pada

bidang pemerintahan diberlakukan otonomi daerah dalam bidang pemerintahan,

maka dalam bidang pendidikan diberlakukan desentralisasi dalam pengelolaan

pendidikan.

Pada masa desentralsiasi pendidikan, salah satu model penyelenggaraan

pendidikan di sekolah yang digagas oleh Departemen Pendidikan Nasional adalah

model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS merupakan salah satu model

manajemen pendidikan yang berbasis kepada otonomi atau kemandirian sekolah

dan aparat pemerintah daerah dalam menentukan arah, serta jalannya pendidikan

di daerah masing-masing. MBS juga bertujuan mendorong pengambilan

keputusan partisipatif yang melibatkan semua stakholder pendidikan di sekolah

sehingga tercipta rasa memiliki terhadap sekolah.

Sejalan dengan kebijakan ortonomi daerah dalam bidang pemerintahan,

yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan desentralisasi dalam pengelolaan

pendidikan, walaupun secara konseptual agak berbeda dengan otonomi

pemerintahan daerah, namun demikian telah menjadi momentum yang sangat

tepat bagi dunia pendidikan untuk melakukan penataan ke arah yang lebih

demokrasi. Secara teoritis dengan diturunkannya kewenangan pengelolaan

pendidikan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota, maka akan semakin

mendekatkan para pengambil keputusan di daerah dengan persoalan riil yang

Page 16: t Adpen 0808262 Chapter2

29

terjadi di dalam bidang pendidikan. Itu berarti, semakin terbukanya kesempatan

bagi para pengambil keputusan maupuan komunitas pendidikan di daerah untuk

bersama-sama mengembangkan model pengelolaan pendidikan yang lebih

demokratis.

Peluang yang mendorong ke arah terciptanya demokratisasi pendidikan

tentu akan melahirkan semangat partisipasi dalam masyarakat. Dalam konsep

desentralisasi pendidikan, masyarakat dianggap sebagai pihak yang juga dapat

menentukan pelaksanaan dan penyelenggaraan sistem pendidikan di setiap daerah

dan satuan pendidikan. Masyarakat adalah sumber inspirasi sekaligus sebagai

sasaran yang mendapat pelayanan dari sistem pendidikan di daerah. Masyarakat

juga merupakan sumber daya dan dana bagi penyelenggaraan pendidikan di setiap

daerah, diluar biaya yang diperoleh dari sumber-sumber anggaran pemerintah.

Lebih dari itu, masyarakat adalah stakeholder dari sistem pendidikan, atau pihak

yang paling menentukan terhadap sistem dan proses pendidikan.

Pengertian desentralisasi pendidikan dapat dibagi dua walaupun berbeda

tetapi tetap berada dalam koridor yang sama. Pertama, desentralsiasi pendidikan

pada tingkat lembaga birokrasi pendidikan yaitu pelimpahan wewenang yang

lebih besar dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonomi untuk

melaksanakan pengelolaan pendidikan sesuai dengan kebutuhan stakholder

pendidikan, potensi wilayah, dan karakteristik daerah masing-masing. Konsep

desentralsiasi pendidikan lebih mengarah kepada pelimpahan wewenang dalam

pelaksnaan pengelolaan pendidikan yang sebelumnya dikelola secara sentralistik,

Page 17: t Adpen 0808262 Chapter2

30

sekarang beberapa kewenangan dilimpahkan kepada pemerintah daerah

kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan kabupaten/kota.

Kedua, desentralisasi pada tingkat satuan pendidikan yaitu otonomi pada

tingkat satuan pendidikan yang menuju kepada kemandirian sekolah agar kepala

sekolah dan guru mampu mengidentifikasi berbagai permasalahan yang

dihadapinya serta mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Sekolah diberikan

kewenangan untuk menyusun visi dan misi sekolahnya untuk meningkatkan mutu

pendidikan di sekolahnya agar lebih sesuai dengan kebutuhan stakeholder

pendidikan di sekolah.

Pengertian desentralsiasi pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa :

Desentralsiasi diartikan sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah otonomi untuk mengantar dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (pasal 1 ayat 7). Menurut Koswara (1996) yang dikutif Hasbullah (2007:10), pengertian

desentralisasi pendidikan adalah sebagai berikut :

Pengertian desentralisasi pada dasarnya mempunyai makna bahwa melalui proses desentralisasi urusan-urusan pemerintahan yang semula termasuk wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat sebagian diserahkan kepada pemerintah daerah agar menjadi urusan rumah tangganya sehingga urusan tersebut beralih kepada dan menjadi wewenang serta tanggung jawab pemerintah daerah.

Namun demikian desentralisasi pendidikan bulan tanpa batas, atau bebas

sebebas-bebasnya, tapi sebagian tanggung jawab dan wewenang dalam rangka

NKRI, seperti yang diingatkan oleh Aan Kumariah dan Cepi Triatna (2008:69:70)

bahwa :

Page 18: t Adpen 0808262 Chapter2

31

Pengembangan sistem desentralisasi pengelolaan pendidikan nasional bukan berarti setiap daerah mengembangkan program pendidikan masing-masing dengan melepaskan diri dari pemerintah pusat, pengembangan desentralisasi disini dimaksudkan bahwa pemerintah pusat memberikan pengakuan yang lebih besar terhadap kekuasaan dan kewenangan pemerintah daerah dalam mengelola pendidikan sesuai dengan potensi dan kepentingan masing-masing daerah. Desentralisasi adalah penyebaran atau pelimpahan secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan ke tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah. Desentralisasi dalam sistem manajemen di Indonesia merupakan salah satu wujud otonomi.

Konsep desentralisasi pendidikan menurut Unit Fasilitas Desentralisasi

Pendidikan Depdiknas (2002:30) adalah :

...desentralisasi pemerintahan dalam bidang pendidikan dapat diidentifikasi dalam pendelegasian kewenangan di bidang pengelolaan pendidikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Desentralisasi pendidikan nasional dibangun atas dasar pemikiran bahwa masyarakat di daerah merupakan fondasi yang kuat dalam pengembangan kualitas SDM nasional. Sisi moralnya adalah bahwa orang-orang daerahlah yang paling mengetahui permasalahan dan kebutuhan mereka sendiri, dan mereka itulah yang harus berperan lebih besar sebagai pemegang kebijakan operasinonal serta bertanggung jawab sebagai pelaksana terdepan dalam pengelolaan pendidikan. Inti dari pengertian desentralisasi pendidikan di atas adalah harus adanya

pendelegasian atau pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dalam

pengelolaan pendidikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonom,

agar hasil pendidikan lebih berorientasi kepada kebutuhan masyarakat, dan

potensi wilayah di masing-masing daerah. Pengertian desentralisasi pendidikan

yang dikemukakan oleh Unit Fasilitas Desentralisasi Pendidikan Depdiknas sudah

mengarah kepada peningkatan mutu pendidikan atau pengembangan kualitas

SDM, agar lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Wewenang dalam

pengelolaan dan pembangunan pendidikan didelegasikan dari Pemerintah Pusat

Page 19: t Adpen 0808262 Chapter2

32

kepada Pemerintah Daerah dengan maksud agar setiap daerah otonom memiliki

kekuatan dan kemampuan untuk melaksanakan pelayanan pendidikan secara lebih

efektif. Fungsi-fungsi daerah otonom dalam melakukan pelayanan pendidikan

harus didukung oleh sumber daya manusia, fasilitas, serta anggaran pendidikan

yang memadai baik yang bersumber dari pemerintah pusat, pendapatan asli

daerah, maupun yang bersumber dari masyarakat. Pelayanan pada sektor

pendidikan di daerah otonom dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota.

Pengertian desentralisasi pendidikan dari UFDP-Depdiknas mengandung

makna bahwa kebijakan operasional yang berkaitan dengan variasi keadaan

daerah serta pelaksanana pengelolaan pendidikan sehari-hari didelegasikan kepada

kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dalam desentralisasi pejabat daeah

pada masing-masing daerah otonom diberikan keleluasaan untuk membangun dan

memberdayakan pembangunan pendidikan serta mengelola faktor-faktor

pendukung seperti pengelolaan, alokasi, pemeliharaan, serta pendayagunaan

sumber-sumber daya pendidikan secara efisien.

Desentralisasi pendidikan selain pelimpahan wewenang kepada

pemerintah daerah otonom, lebih jauhnya adalah pelimpahan wewenang sampai

pada tingkat satuan pendidikan. Desentralisasi pendidikan pada tingkat pendidikan

diarahkan untuk membangun kemandirian sekolah dalam melaksanakan

pelayanan pendidikan yang bermutu. ”Konsep desentralisasi pendidikan

berorientasi terhadap perwujudan satuan-satuan pendidikan yang otonom, yaitu

satuan pendidikan yang mampu menyelenggarakan layanan pendidikan yang

bermutu secara mandiri...” (UFDP-Depdiknas:33). Pelaksanaan desentralisasi

Page 20: t Adpen 0808262 Chapter2

33

pendidikan pada lembaga birokrasi pendidikan yang diselenggarakan oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten/kota didampingi oleh Dewan Pendidikan sebagai wadah

kepedulian masyarakat dalam bidang pendidikan di tingkat kabupaten/kota.

Sedangkan pelaksanaan desentralisasi atau otonom pada tingkat satuan

pendidikan didampingi oleh Komite Sekolah sebagai wadah kepedulian

masyarakat dalam bidang pendidikan di tingkat sekolah.

a. Tujuan Desentralisasi Pendidikan

Apabila pelaksanaan otonomi daerah dalam bidang pemerintahan

diarahkan untuk mempercepat kesejaheraan kepada masyarakat melalui

peningkatan pelayanan yang optimal. Diberlakukannya otonomi daerah, ternyata

telah memberi dampak yang begitu besar dalam pengelolaan pendidikan di

daerah. Tantangan tersebut terasa pada sebagian besar daerah, terutama pada

daerah dengan kemampuan yang terbatas, sehingga pendidikan kurang mendapat

prioritas. Sementara itu bagi daerah yang mampu, persoalan pendidikan justru

mendapat tantangan terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Kesenjangan mutu pendidikan di atas terjadi karena sumber-sumber

pendidikan yang tidak merata, sumber daya manusia (tenaga kependidikan) yang

kreativitas, sistem pendidikan yang terlalu sentralistik dan over-regulated, serta

pelaksanaan pendidikan yang ditandai dengan span of control yang terlalu jauh.

Faktor-faktor seperti mobilisasi kekuatan daerah, akuntabilitas, serta aspek-aspek

yang menyangkut otnomi dan profesionalisasi menjadi faktor yang memiliki

dampak penting terhadap mutu pendidikan. Dengan demikian desentralisasi

Page 21: t Adpen 0808262 Chapter2

34

pendidikan menjadi pilihan yang paling relevan dalam mengatasi kesenjangan

mutu pendidikan.

Diberlakukannya desentralisasi pendidikan bertujuan untuk

memberdayakan potensi daerah yang beranekaragam untuk mengelola pendidikan

yang lebih sesuai dengan kebutuhan daerah, dengan tetap mengacu kepada

peningkatan kualitas dan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia

dalam persaingan global. Dalam desentralisasi pendidikan, daerah diberi

kewenangan dan urusan untuk memenuhi standar mutu pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat dengan mendayagunakan sumber-sumber pendidikan secara

efisien.

Urusan dalam pengelolaan dan pembangunan pendidikan didelegasikan

dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan maksud agar setiap

daerah otonom memiliki kekuatan dan kemampuan untuk melaksanakan

pelayanan pendidikan secara lebih efektif. Fungsi-fungsi daerah otonom dalam

melakukan pelayanan pendidikan harus didukung oleh sumber daya manusia,

fasilitas serta anggaran pendidikan, baik yang bersumber dari pemerintah pusat,

pendapatan asli daerah, maupun dari sumber-sumber lain dari masyarakat.

Kepemimpinan negara dalam pengelolaan pendidikan amatlah terbatas, karena itu

peran serta dan partisipasi masyarakat menjadi kebutuhan yang tak terelakan lagi,

tidak terbatas pada persoalan pembiayaan pendidikan saja namun bagaimana

peran dan partisipasi masyarakat itu menjadi suatu perwujudan semangat dan

kebersamaan masyarakat untuk membangun akuntabiliast pendidikan.

Page 22: t Adpen 0808262 Chapter2

35

Tujuan desentralisasi pendidikan adalah peningkatan mutu pendidikan

melalui pemberian kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah otonom

agar lebih menyelesaikan sesuai dengan kebutuhan di daerahnya serta mampu

menghadapi masalah yang dihadapinya. Dengan kata lain tujuan desentralisasi

pendidikan adalah untuk lebih mendekatkan persoalan-persoalan yang dihadapi

dalam pengelolaan pendidikan kepada pengambil keputusan, sesuai dengan

kebutuhan dan karakteristik permasalahan yang dihadapinya.

Tujuan desentralisasi pendidikan menurut Depdiknas (2002:30) dalam

buku Unit Fasilitasi Desentralisasi Pendidikan Depdiknas (UFDP) disebutkan

bahwa :

....desentralisasi pemerintah dalam bidang pendidikan dapat diidentifikasi dalam pendelegasian kewenangan di bidang pendidikan dari pemerintah usat kepada pemerintah daerah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektifitas dan mutu pelayanan pendidikan pada setiap satuan pendidikan di daerah. Desentralisasi pemerintahan bidang pendidikan bertujuan untuk memberdayakan potensi daerah yang beranekaragam untuk pengelolaan pendidikan yang lebih sesuai dengan kebutuhan daerah, dengan tetap mengacu kepada peningkatan kualitas dan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) Idonesia dalam persaingan global.

Desentralisasi dalam biroklrasi pendidikan, dapat digaris bawahi dua inti

dari tujuan desentralisasi pendidikan, yaitu : pertama untuk meningkatkan

efektivitas dan mutu pelayanan pendidikan pada setiap satuan pendidikan, kedua

untuk memberdayakan potensi daerah dalam pengeloloaan pendidikan yang lebih

sesuai dengan kebutuhan daerah. Tujuan sekolah, yang bisa diartikan sebagai

desentralisasi atau otonomi sekolah yang menuju potensi daerah dalam

Page 23: t Adpen 0808262 Chapter2

36

pengelolaan pendidikan yang bisa diartikan sebagai desentralisasi pada lembaga

birokrasi pendidikan.

b. Sasaran Desentralisasi Pendidikan

Dalam era demokrasi yang partisipatif, akuntabilitas pendidikan tidak

hanya terletak pada pemerintah, tetapi bahkan harus lebih banyak pada

masyarakat sebagai stakeholder pendidikan. Dewan pendidikan pada tingkat

kabupaten/kota pada menempatkan fungsinya sebagai wakil dari masyarakat

untuk meminta pertanggungjawaban atas hasil-hasil pendidikan dalam mencapai

prestasi belajar siswa pada setiap jenas dan jenjang pendidikan, bahkan dapat

mengajukan “protes” kepada Dinas Pendidikan jika hasil-hasil pendidikan tidak

memuaskan masyarakat sebagai klien pendidikan. Peran Dewan pendidikan di

tingkat kabupaten/kota hampir sama dengan peran dan fungsi komite sekolah pada

tingkat satuan pendidikan.

Sasaran desentralisasi pendidikan menurut buku Unit Fasilitas

Desentralisasi Pendidikan yang dikeluarkan oleh Depdiknas (2002:1:20) adalah a)

menuju keunggulan dalam bidang pendidikan,. B) pembentukan karakter bangsa,

c) penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, d) memperkokoh integrasi

bangsa, e) menuju sistem pembelajaran yang efektif, f) meningkatkan prioritas

pembangunan pendidikan dari pemerataan ke mutu pendidikan.

Sasaran kebijakan desentralisasi pendidikan secara umum adalah

kemandirian daerah otonom (kabupaten/kota) dan lembaga sistem pendidikan

(sekolah) dalam melaksanakan penyelenggaraan pendidikan. Secara lebih dari

Page 24: t Adpen 0808262 Chapter2

37

sasaran kebijakan desentralisasi pendidikan seperti yang dijelaskan oleh UFDP-

Depdiknas ada 5 sasaran khusus. Pertama, menuju keunggulan dalma bidang

pendidikan, hal ini ditempuh dengan mendoorng kemandirian pada tingkat

sekolah agar proses peningkatan mutu pendidikan dilaksanakan oleh masing-

masing sekolah. Sekolah membuat program sekolah atau perencanaan sekolah

minimal untuk setiap tahun untuk dilaksanakan sendiri, dengan

mempertimbangkan berbagai kebutuhan masyarakat, serta potensi daerah yang

ada ditambah dengan memanfaatkan segala sumber daya pendidikan untuk

meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

Pada era globalisasi, dimana persaingan tenaga kerja bukan hanya terjadi

pada negara masing-masing tetapi, persaingan akan terjadi pada antar negara, baik

persaingan produksi, maupun persaingan jasa atau tenaga kerja. Tenaga kerja

Indonesia tanpa memiliki keunggulan komperatif dalam bidang tertentu, maka

tidak akan memiliki daya saing relatif terhadap tenaga dari negara lain. Untuk

menghadapi tantangan persaingan bebas tersebut pendidikan harus menitik

beratkan kiprahnya untuk menciptakan pendidikan yang bermutu, baik dari segi

masukan, proses, maupun hasil pendidikannya. Pendidikan yang bermutu

diharapkan dapat mengahsilkan keunggulan sumber daya manusia, tidak hanya

dari aspek akademik, tetapi juga dalam hal seni, olahraga, disiplin, dan

keterampilan untuk hidup dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan

cepat.

Kedua, pembentukan karakter bangsa. Bangsa Indonesia sedang

mengalami krisis kepercayaan disamping krisis ekonomi yang mengakibatkan

Page 25: t Adpen 0808262 Chapter2

38

kesengsaraan yang berat. Sering terjadi kecurigaan antar etnis yang berbeda,

bahkan sering terjadi kerusuhan karena saling curiga. Masalah korupsi terjadi

hampir pada setiap sektor pemerintahan yang menggambarkan mentalitas dan

moralitas bangsa yang mengalami kemerosotan. Pendidikan yang dilandasi

dengan cinta kasih, kewibawaan, dan disiplin yang diperlukan untuk melahirkan

generasi yang berkarakter, berbudi pekerti luhur, bermoral dan bermental kuat.

Bangsa yang berkarakter baik akan dihasilkan melalui pendidikan yang

baik. Pendidikan yang diharapkan tidak saja menghasilkan manusia memiliki

kemampuan IPTEK yang tinggi, tetapi juga harus dilandasi dengan keimanan dan

ketakwaan yang kuat, cinta tanah air, dan berbudi pekerti luhur, toleran dengan

pluralitas bangsa, bahkan pendidikan yang menghargai keanekaragaman budaya.

Ketiga, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan

kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pendidikan yang

bermutu harus menyesuaikan dengan kemajuan itu. Pendidikan bukan hanya

menekankan kepada penguasaan konsep, tetapi bersaman dengan itu perlu aplikasi

nyata dalam bentuk teknologi. Penguasaan IPTEK tersebut sejalan dengan

semangat desentralisasi pendidikan, maka harus lebih disesuaikan dengan

kebutuhan dan potensi wilayah, sehingga pendidikan dapat bermanfaat secara

langsung dalam pembangunan di daerah.

Keempat, memperoleh integrasi bangsa. Dalam semangat desentralisasi

pengelolaan pendidikan, harus tetap mengacu kepada kurikulum nasional

sehingga pendidikan diselenggarakan dalam konteks pendidikan nasional. Lulusan

pendidikan yang dihasilkan pada suatu daerah dapat melanjutkan atau mutasi pada

Page 26: t Adpen 0808262 Chapter2

39

lembaga pendidikan di daerah lain. Pendidikan sebagaimana tujuan utamanya

yaitu untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia sebagaimana yang kita

harapkan bersama, seyogyanya akan dapat berperan sebagai pilar untuk menjalin

kembali tali persatuan dan kesatuan yang kini mengalami keretakan.

Kelima, menuju sistem pembelajaran yang efektif. Pendidikan nasional

menghadapi tantangan yang cukup berat, karena dihadapkan kepada perubahan

sistem pembelajaran dan hasil penilaian yang menyangkut perubaan perilaku.

Untuk itulah maka perubahan sistem pembelajaran dan penilaian hasil belajar

harus menjadi bagian yang integral dari perubahan yang menyeluruh yang

dilakukan oleh semua stakeholder pendidikan. Dengan demikian perubahan itu

harus disadari sebagai kebutuhan, yang pada jangka panjang akan memberikan

manfaat yang lebih baik bagi anak didik. Sasaran ini lebih kepada individu

sekolah untuk melaksanakan peningkatan mutu pembelajaran pada tingkat satuan

pendidikan.

Keenam, meningkatkan prioritas pembangunan pendidikan dari

pemerataan ke mutu pendidikan. Dengan kebijakan desentralisasi pendidikan

kebijakan pembangunan pendidikan dalam hal peningkatan mutu pendidikan akan

lebih cepat terealisasikan karena pengelolaan pendidikan lebih dekat dengan

lembaga pendidikan sehingga pemecahan masalahnya akan lebih cocok secara

kasuatik berdasarkan karakter kedaerahan. Dalam kebijakan sentralisasi

pengelolaan pendidikan lebih mengutamakan pemerataan pendidikan karena

masih terdapat ketimpangan pendidikan yang sangat besar antar daerah, dan

dilakukan pemerataan dengan standar nasional. Demikian pula di sekolah dengan

Page 27: t Adpen 0808262 Chapter2

40

otonomi pada tingkat sekolah diharapkan untuk meningkatkan mutu

pembelajaran.

Ketujuh, sasaran kebijakan desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan

tersebut di atas, diharapkan menjadi pilar yang kokoh dalam melaksanakan

pembangunan pendidikan nasional. Ketujuh sasaran desentralisasi pendidikan

tersebut merupakan sarana atau fasilitas untuk mencapai tujuan dalam

mewujudkan pembangunan pendidikan nasional dengan prioritas peningkatan

mutu pendidikan, pemerataan, efisiensi, akuntabilitas dan pencitraan publik.

c. Otonomi Pada Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah

Konsep desentralisasi pendidikan berorientasi terhadap perwujudan

satuan-satuan pendidikan yang otonom, yaitu satuan pendidikan yang mampu

menyelenggarakan layanan pendidikan yang bermutu secara mandiri dan atas

tanggungjawabnya sendiri. Untuk itu diperlukan langkah-langkah capacity

building, yang secara sistematis melakukan pengembangan kemampuan setiap

satuan pendidikan untuk dapat melakukan praktek-praktek terbaik (best practies)

penyelenggaraan sistem pendidikan yang bermutu atas dasar kebebasannya dalam

membuat keputusan sendiri. Mengingat setiap satuan pendidikan bervariasi

kemampuannya dalam menyelenggarakan layanan pendidikan yang bermutu,

maka capacity building tidak dapat dilakukan dengan strategi yang sama. Dengan

kata lain perlu dilakukan secara bertahap terhadap kelompok satuan pendidikan

yang masing-masing memiliki tahap perkembangan yang setara.

Page 28: t Adpen 0808262 Chapter2

41

Desentralisasi pendidikan pada tingkat sekolah merupakan satu bentuk

desentralisasi yang sasarannya secara langsung adalah peningkatan mutu

pembelajaran di sekolah melalui otonomi pengelolaan pendidikan pada tingkat

satuan pendidikan. Dalam kerangka ini, Kantor Cabang Dinas Pendidikan

Kecamatan, dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota lebih memiliki peran sebagai

fasilitator dalam proses pembinaan, pengarahan, pemantauan dan penilaian,

sementara itu sekolah seharusnya diberikan peran nyata dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pelaporan. Hal ini disebabkan karena proses interaksi edukatif di

sekolah merupakan inti dari proses pendidikan yang sebenarnya. Oleh karena itu,

bentuk desentralisasi pendidikan yang paling mendasar adalah yang dilaksanakan

oleh sekolah, dengan didampingi oleh komite sekolah sebagai wadah

pemberdayaan peran serta masyarakat. Dan dengan menerapkan Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS) sebagai proses pelaksanaan layanan pendidikan secara

nyata di dalam masyarakat.

Agar dapat memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat, sekolah

harus dapat membina kerjasama dengan orangtua dan masyarakat, menciptakan

suasana kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik dan warga sekolah. Itulah

sebabnya maka konsep MBS mengandung makna sebagai manajemen partsipatif

yang melibatkan peran serta masyarakat, sehingga semua kebijakan dan keputusan

yang diambil adalah kebijakan dan keputusan bersama, untuk mencapai

keberhasilan bersama. Dengan demikian prinsip kemandirian dalam MBS adalah

kemandirian dalam nuansa kebersamaan, dan hal ini merupakan aplikasi dari

prinsip-prinsip yang disebut sebagai total quality management, melalui suatu

Page 29: t Adpen 0808262 Chapter2

42

mekanisme yang menekankan pada mobilisasi kekuatan secara sinergi yang

mengarah pada satu tujuan, yaitu peningkatan mutu dan kesesuaian pendidikan

dengan pengembangan masyarakat.

Dalam masa desentralisasi pendidikan, melalui konsep MBS sekolah-

sekolah diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengurus dan mengatur

pelaksanaan pendidikan pada masing-masing sekolah. Pelaksanaan pendidikan

pada satuan pendidikan dalam tempat yang berlainan dimungkinkan untuk

menggunakan sistem dan pendekatan pembelajaran yang berlainan. Kepala

sekolah diberikan keleluasaan untuk mengelola pendidikan dengan jalan

mengadakan serta memanfaatkan sumber-sumber daya pendidikan sendiri-sendiri

asalkan sesuai dengan kebijakan dan standar yang sudah ditetapkan. Oleh karena

karakteristik setiap siswa juga berbeda-beda secara indikator maka pendekatan

pembelajaran juga dimungkinkan berbeda untuk masing-masing sekolah yang

berlainan.

Dalam keadaan seperti itu, maka komite sekolah akan dapat melaksanakan

peran dan fungsinya sebagai penunjang dalam pelaksanaan proses pembelajaran

yang sejalan dengan kondisi dan permasalahan lingkungan masing-masing

sekolah. Komite sekolah dapat melaksanakan fungsinya sebagai partner dari

kepala sekolah dalam mengadakan sumber-sumber daya pendidikan dalam rangka

melaksanakan pengelolaan pendidikan yang dapat memberikan fasilitas bagi guru-

guru dan murid untuk belajar sebanyak mungkin, sehingga mutu pembelajaran

menjadi semakin bermutu. Komite sekolah bisa ikut serta untuk meneliti dalam

berbagai permasalahan belajar yang dihadapi oleh murid secara kelompok

Page 30: t Adpen 0808262 Chapter2

43

maupun secara individual sehingga dapat membantu guru-guru untuk menerapkan

pendekatan belajar yang tepat bagi murid-muridnya.

Komite sekolah tidak perlu melaksanakan kegiatan studi atau penilaian

pendidikan secara langsung, tetapi cukup dengan menggunakan data-data yang

tersedia atau hasil-hasil penilaian yang sudah ada sebagai bahan untuk

menyampaikan kepuasan atau ketidakpuasan masyartakat terhadap Dinas

Pendidikan atau kepada masing-masing sekolah. Dengan demikian diperlukan

suatu mekanisme akuntabilitas pendidikan yang dibentuk melalui suatu peraturan

daerah di bidang pendidikan, khususnya sebagai landasan hukum bagi komite

sekolah, suspaya dapat melaksanakan kinerja yang lebih efektif. Komite sekolah

sebagai lembaga independen yang mewadahi aspirasi, peran serta dan prakarsa

masyarakat, menjadi lembaga yang mewakili masyarakat pengguna layanan

penyelenggaraan pendidikan, bukan sebaliknya mewakili kepentingan lembaga

pendidikan untuk memungut iuran dari orangtua.

Dalam rangka pemberdayaan dan meningkatkan peran serta masyarakat,

sekolah harus dapat membina kerjasama dengan orangtua siswa dan masyarakat,

menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik dan

warga sekolah. Itulah sebabnya maka manajemen berbasis sekolah yang harus

dilaksanakan di sekolah mengandung makna sebagai manajemen partisipatif yang

melibatkan peran serta masyarakat. Dalam MBS semua kebijakan dan keputusan

yang diambil adalah kebijakan dan keputusan bersama untuk mencapai

keberhasilan bersama. Dengan demikian prinsip kemandirian dalam MBS adalah

kemandirian dalam nuansa kebersamaan, dan hal ini merupakan aplikasi dari

Page 31: t Adpen 0808262 Chapter2

44

prinsip-prinsip yang disebut sebagai total quality management, melalui suatu

mekanisme yang menekankan kepada mobilisasi kekuatan secara sinergis yang

mengarah kepada suatu tujuan pencapaian tujuan pendidikan melalui peningkatan

mutu pembelajaran di sekolah.

Unit Fasilitasi Desentralisasi Pendidikan Depdiknas, menjelaskan langkah-

langkah menuju otonomi pada tingkat satuan pendidikan dalam tujuh langkah

yaitu : a) menetapkan visi, misi, tujuan dan strategi, b) menetapkan kewenangan,

c) menetapkan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, d) menetapkan

pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, e) penghapusan barang dilakukan

oleh sekolah, f) menetapkan proses belajar mengajar, dan g) menetapkan teknis

efukatif.

Langkah-langkah untuk menuju otonomi pada tingkat satuan pendidikan

sekolah harus meulai dengan menetapkan visi, misi, strategi dan tujuan

pendidikan yang ingin dicapai. Hal ini sangat penting sebagai modal dasar yang

harus dimiliki oleh sekolah untuk menetapkan arah dan acuan kegiatan yang

dilakukan di sekolah. Setiap sekolah sebaiknya dimulai dan sudah memiliki visi,

misi, strategi dan tujuan pendidikan yang jelas yang disusun bersama komite

sekolah. Hal ini menjadi bukti awal kemandirian sekolah yang harus ditunjukan

oleh sekolah dalam rangka manajemen berbasis sekolah. Apabila dimasa lalu

sekolah menjadi kepanjangan tangan birokrasi pendidikan yang selalu menunggu

perintah dan petunjuk dari atas, dalam era desentralsiasi pendidikan ini sekolah

harus memiliki kesadaran untuk menentukan jalan hidupnya sendiri tanpa

ketergantungan pada pihak manapun.

Page 32: t Adpen 0808262 Chapter2

45

Hal yang harus ditempuh pada langkah ini sekolah harus menjalin

kerjasama sebaik mungkin dengan orang tua siswa dan masyarakat sebagai mitra

kerjanya. Bentuk kerjasama yang ditempuh dalam menyusun program kerja

sekolah sebagai penjabaran dari visi, misi, strategi, dan tujuan pendidikan sekolah

tersebut, perlu melibatkan masyarakat dan orang tua siswa yang tergabung dalam

wadah organisasi komite sekolah. Dari pihak sekolah harus melibatkan secara

aktif seluruh warga sekolah dalam menyusun program sekolah dan Rencana

Anggaran dan Belanja Sekolah (RAPBS).

Sekolah harus menetapkan kewenangan sekolah diantaranya menetapkan

kewenangan dalam melaksanakan penerimaan siswa baru sesuai dengan daya

tampung yang ada, serta dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh

stakeholder pendidikan di sekolah. Berdasarkan sumber daya pendukung yang

dimilikinya sekolah secara bertanggungjawab harus dapat menentukan sendiri

jumlah siswa yang akan diterima, syarat siswa yang akan diterima, dan

persyaratan lain yang terkait. Sudah barang tentu beberapa persyaratan yang

ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota perlu mendapat pertimbangan

secara bijak.

Menetapkan kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler dalam program

kegiatan yang akan dilaksanakan oleh sekolah. Dalam hal ini dengan

mempertimbangkan kepentingan daerah atau potensi wilayah demi masa depan

lulusannya. Sekolah perlu diberikan kewenangan untuk melaksanakan kurukulum

nasional dengan kemungkinan menambah atau mengurangi muatan kurikulum

dengan meminta pertimbangan kepada komite sekolah. Dalam menetapkan

Page 33: t Adpen 0808262 Chapter2

46

kurikulum muatan lokal, dapat mengambil kebijakan untuk menambah mata

pelajaran seperti Bahasa Inggris atau komputer setelah mendapat pertimbangan

dari komite sekolah. Dalam menetapkan kegiatan ekstrakurikuler sekolah juga

perlu meminta pendapat siswa sebelum menentukan dan melaksanakan kegiatan.

Oleh karena itu sekolah dapat melaksanakan pengelolaan biaya

operasional sekolah, baik dari dana yang bersumber dari Pemerintah kabupaten/

kota, maupun dana yang bersumber dari masyarakat. Untuk mendukung program

sekolah yang telah disepakati oleh komite sekolah dalam pelaksanaanya

diperlukan penetapan waktu yang tepat dalam pencairan dana dari Pemda

Kabupaten/kota.

Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan termasuk pengadaan buku

pelajaran dapat dilakukan oleh sekolah dengan memperhatikan standar dan

ketentuan yang ada. Misalnya, buku pelajaran siswa tidak seenaknya berganti-

ganti setiap tahun. Pemilihan dan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di

sekolah dapat dilaksanakan oleh sekolah, dengan mengacu kepada standar yang

telah ditetapkan oleh pemerintah.

Penghapusan barang inpentaris harus dapat dilaksanakan sendiri oleh

pihak sekolah. Penghapusan barang dapat dilakukan dengan mengikuti pedoman

yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sekolah sering merasa tidak berani

melakukan aktifitas belajar siswa, bahkan sering terjadi, sekolah tidak melakukan

penghapusan barang walaupun barangnya sudah tidak berguna bahkan

menghalangi aktifitas belajar siswa, bahkan sering terjadi, sekolah tidak

melakukan penghapusan barang walapun barangnya sudah tidak ada.

Page 34: t Adpen 0808262 Chapter2

47

Sekolah harus menetapkan proses kegiatan belajar mengajar di

sekolahnya. Hal ini harus dinilai sebagai kewenangan profesional sejati yang

dimiliki oleh lembaga pendidikan/sekolah. Kepala sekolah dan guru-guru secara

bersama-sama merancang proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa

dapat belajar dengan baik dan berhasil. Proses pembelajaran yang bermutu, aktif,

kreatif, efektif dan menyenangkan direkomendasikan sebagai model pembelajaran

yang akan dilaksanakan oleh sekolah.

Pada masa desentralisasi pendidikan tidak lagi menganut proses belajar

mengajar yang diatur secara rinci dari Jakarta melalui Petunjuk Pelaksanaan

(juklak) dan Petunjuk Teknis (juknis) yang ditetapkan secara seragam. Dengan

diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekolah dituntut

untuk kreatif memikirkan program kegiatannya sendiri sesuai dengan kebutuhan

dan kemampuannya. Kemampuan untuk merancang dan menetapkan kegiatan

belajar mengajar oleh sekolah adalah langkah pokok dalam melaksanakan

kemandirian sekolah.

Demikian juga sekolah harus menetapkan urusan teknis edukatif lainnya.

Sekolah sejalan dengan konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan

pelaksanana kurikulum KTSP harus menentukan teknis edukatif yang berkaitan

dengan kegiatan belajar mengajar seperti menentukan jadwal pelajaran,

menetapkan pembagian jam mengajar untuk masing-masing guru, serta

menentukan jadwal piket sesuai dengan ketentuan yang berlaku seperti yang

diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen Diantaranya Pasal 7 ayat 1.b berbunyi bahwa guru ”memiliki komitmen

Page 35: t Adpen 0808262 Chapter2

48

untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia”.

”Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas profesiona;l”. (pasal 7 ayat 1.e).

B. Konsep Peningkatan Mutu Pembelajaran

Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, maka pendidikan

memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber

daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang

terintergrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka

pemerintah bersama kalangan sastra secara bersama-sama telah dan terus

berupaya melakukan berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih

berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, dan

sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, peningkatan kualitas pembelajaran,

pengembangan dan pengadaan materi ajar. Serta pelatihan bagi guru dan tenaga

kependidikan lainnya.

Strategi pembangunan pendidikan yang dilaksanakan selama ini lebih

bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi

bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-

buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, maka secara otomatis lembaga

pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu

sebagaimana yang diharapkan. Ternyata starategi input-output yang diperkenalkan

oleh teori education production function (Umaedi, (1999), tidak berfungsi

sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam

institusi ekonomi dan industri.

Page 36: t Adpen 0808262 Chapter2

49

Masalah di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa

pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input

pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan, input

pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi

tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu output

pendidikan (school resources are necessary but not suffcient condition to improve

student achievent). Disamping itu mengingat sekolah sebagai unit pelaksana

pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang

memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda

satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan

perannya untuk mengupayakan peningkatan mutu pembelajaran. Hal ini akan

dapat dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai keragamannya itu, diberikan

kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi

lingkungan dan kebutuhan anak didiknya.

Walaupun demikian, agar mutu tetap terjaga dan agar proses peningkatan

mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar yang diatur dan disepakati secara

nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu output

tersebut (adanya benchmarking). Pemikiran ini telah mendorong munculnya

pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu output pendidikan harus

berbasis sekolah sebagai institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan.

Pendekatan ini, kemudian dikenal dengan manajemen peningkatan mutu berbasis

sekolah (School Based Quality Management) atau dalam nuansa yang lebih

Page 37: t Adpen 0808262 Chapter2

50

bersifat pembangunan (developmental) disebut School Based Qialuity

Improvement.

Konsep yang menawarkan kerjasama yang erat antar sekolah, masyarakat

dan pemerintah dengan tanggungjawabnya masing-masing ini, berkembang

didasarkan kepada suatu keinginan pemberian kemandirian kepada sekolah untuk

ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas

pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Sekolah harus

mampu menterjemahkan dan menangkap esensi kebijakan makro pendidikan serta

memahami kondisi lingkungannya (kelebihan dan kekurangan) untuk kemudian

melalui proses perencanaan, sekolah harus memformulasikannya ke dalam

kebijakan mikro dalam bentuk program-program prioritas yang harus

dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah yang bersangkutan sesuai dengan visi

dan misinya masing-masing.sekolah harus menentukan target mutu untuk tahun

berikutnya. Dengan demikian sekolah secara mandiri tetapi masih dalam kerangka

acuan kebijakan nasional dan ditunjang dengan penyediaan input yang memadai,

memiliki tanggung jawab terhadap pengembangan sumber daya yang dimilikinya

sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan masyarakat.

1. Pengertian Mutu Pembelajaran

”Dalam kerangka umum mutu mengandung makna derajat (tingkat)

keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa;

baik yang tangible maupun yang intangible” Umaedi (1993:3). Menurut Isye

Mulyani (2005: 39) yang mengutip pendapat Jerome Arcaro (2005) mengatakan

bahwa ”mutu adalah perubahan”. Maksudnya konsep mutu tidak tetap berlaku

Page 38: t Adpen 0808262 Chapter2

51

untuk seumur hidup, tetapi konsep mutu akan selalu dinamis sesuai dengan

tantangan jaman. Tetapi memang bukan perubahan semuanya tanpa aturan.

Perubahan yang dimaksud adalah dinamis, dan akan berubah ketika perubahan

memang diperlukan sesuai dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat.

Pengertian mutu dalam konteks pembelajaran, dalam hal ini mengacu pada proses

pembelajaran di sekolah dan hasil belajar yang mengikuti kebutuhan dan harapan

stakeholder pendidikan. Mutu dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan

dalam mutu input, mutu proses dan mutu output pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran yang bermutu terlibat berbagai input

pembelajaran seperti; siswa (kognotif, afektif, tau psikomotorik), bahan belajar,

metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan

administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan

suasana yang kondusif. Mutu proses pembelajaran ditentukan dengan metode,

input, suasana, dan kemampuan melaksanakan manajemen proses pembelajaran

itu sendiri. Mutu proses pembelajaran akan ditentukan dengan seberapa besar

kemampuan memberdayakan sumber daya yang ada untuk siswa belajar secara

produktif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan

berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi

(proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa, dan sarana pendukung di kelas

maupuun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik

dalam substansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang

mendukung proses pembelajaran.

Page 39: t Adpen 0808262 Chapter2

52

Mutu dalam konteks hasil pembelajaran mengacu pada prestasi yang

dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu,

akhir tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pembelajaran (student achivement)

dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (hasil ulangan umum, EBTA, atau

UN). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah raga,

seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya : komputer, beragam jenis

teknis, jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang diukur dengan

angka (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati dan

kebersihan.

Sesungguhnya antara proses dan hasil pembelajaran yang bermutu akan

saling berhubungan, akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka

mutu dalam artian hasil (output) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan

harus jelas target yang akan dicapainya. Berbagai input dan proses harus selalu

mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan kata lain tanggung

jawab sekolah dalam school based quality improvement bukan hanya pada proses,

tetapi tanggungjawab akhirnya adalah pada hasil yang dicapai. Aan Komariah dan

Cepi Triana (2008:57) menyatakan bahwa :

Layanan pembelajaran merupakan urusan utama sekolah yang menjadi patokan terjadi atau tidaknya perubahan kemampuan siswa sebagai representasi dari upaya-upaya yang dilakukan guru dan manajemen sekolah. Oleh karena itu layanan pembelajaran sekolah yang efektif pada penciptaan sekolah sebagai organisasi pembelajaran (learning organization). Dari pendapat di atas diambil maknanya bahwa aspek utama yang harus

dilaksanakan oleh sekolah sebagai lembaga pengembangan SDM adalah layanan

pembelajaran. Peningkatan mutu pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan

Page 40: t Adpen 0808262 Chapter2

53

kapasitas organisasi sekolah untuk mencapai keberhasilan dalam menghadapi

berbagai perubahan zaman. Tujuan pembelajaran itu sendiri harus mampu

menyesuaikan dan harus siap dengan perubahan sesuai dengan tuntutan kebutuhan

masyarakat dan perkembangan zaman.

Untuk mengetahui hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah terutama yang

menyangkut aspek kemampuan akademik atau ”kognitif” dapat dilakukan

benchmarking (menggunakan titik acuan standar). Benchmarking untuk

kompetensi akademis telah dirumuskan dalam PP nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan.

Evaluasi terhadap seluruh hasil pendidikan pada tiap sekolah aik yang

sudah ada patokannya (benchmarking) maupun yang lain (kegiatan

ekstrakurikuler) dilakukan oleh individu sekolah sebagai evaluasi diri dan

dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pembelajaran tahun

berikutnya. Dalam hal ini RAPBS harus merupakan penjabaran dari target mutu

yang ingin dicapai dan skenario bagaimana mencapainya.

Bervariasinya kebutuhan siswa akan belajar, seragamnya kebutuhan guru

dan staf lain dalam pengembangan profesionalnya, berbedanya lingkungan

sekolah satu dengan lainya dan ditambah dengan harapan orang tua/masyarakat

akan pendidikan yang bermutu bagi anak dan tuntutan dunia usaha untuk

memperoleh lulusan sekolah sebagai tenaga kerja yang bermutu, berdampak

kepada keharusan bagi setiap invididu terutama pimpinan lembaga pendidikan

untuk merespon dan mengapresiasikan kondisi tersebut di dalam proses

pengambilan keputusan. Ini memberi keyakinan bahwa di dalam proses

Page 41: t Adpen 0808262 Chapter2

54

pengambilan keputusuan untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolah

mungkin dapat dipergunakan berbagai teori, persepktif dan kerangkan acuan

(fremework) dengan meliebatkan berbagai kelompok masyarakat terutama yang

memiliki kepedulian kepada pendidikan di sekolah. Karena sekolah berada pada

bagian terdepan dari pada proses kegiatan pendidikan dan pembelajaan, maka hal

ini memberi konsekuensi bahwa sekolah harus menjadi bagian utama di dalam

proses pembuatan keputusan dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran.

Sementara masyarakat dituntut partisipasinya agar lebih memahami proses

pembelajaran di sekolah, sedangkan pemerintah pusat berperan sebagai

pendukung dalam hal menentukan kerangka kebijakan pendidikan

Fenomena pemberian kemandirian kepada sekolah ini memperlihatkan

suatu perubahan cara berfikir yang bersifat rasional,normatif dan pendekatan

preskitif di dalam pengambilan keputusan pendidikan pendidikan kepada suatu

kesadaran akan kompleknya pengambilan keputusan di dalam pengambilan

keputusan di dalam sistem pendidikan dan organisasi yang mungkin tidak dapat

diapresiasikan secara utuh oleh birokrat pusat. Hal inilah yang kemudian

mendorong munculnya pemikiran untuk beralih kepada konsep manajemen

penikatan mutu berbasis sekolah sebagai pendekatan baru di Indonesia, yang

merupakan bagian dari desentralisasi pendidikan yang tengah di kembangkan.

Dari pengertian mutu pembelajaran di atas secara umum menjelaskan

bahwa mutu pembelajaran dapat tercermin dari kemampuan sekolah dalam

memberdayakan segala sumber belajar untuk mutu hasil belajar seperti mutu

lulusan yang dapat melanjutkan pendidikan.selanjutnya mutu pendidikan yang di

Page 42: t Adpen 0808262 Chapter2

55

kemukakan oleh Ace Suryadi dan Dasim Budimansyah (2004:119) memandang

bahwa ”mutu pendidikan supaya dapat ditingkatkan dan dikembangkan ke arah

yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna hasil pendidikan, maka

mutu pendidikan berdasarkan tingkatannya dengan kriteria yang berbeda dalam

melakukan pengukurannya.

Pengertian mutu pendidikan dalam kontek desentralisasi pendidikan untuk

tingkat pengelolaan pendidikan di kabupaten/kota dapat diartikan sebagai

kemampuan melakukan pengelolaan sumber daya pendidikan yang meliputi

pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan sumber belajar, dan pengelolaan

sumber fasilitas dan dana, secara relatif merata dan berkeadilan untuk masing-

masing lembaga pendidikan. Mutu pendidikan pada tingkatan ini dibangun oleh

mutu pendidikan pada masing-masing satuan pendidikan sehingga penekanannya

kepada pengelolaan sebagai sumber daya pendidikan yang didistribusikan secara

relatif dan berkeadilan kepada sekolah-sekolah untuk di manfaatkan dalam

kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Pengertian peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat disamakan

artinya dengan peningkatan mutu pembelajaran yaitu kemampuan lembaga

pendidikan (guru dan kepala sekolah) dalam mengatur dan mengelola sumber

belajar secara efisien agar dapat meningkatkan kemampuan belajar

siswa.pengertian peningkatan mutu pembelajaran penekanannya lebih kepada

pemberdayaan segala sumber belajar dan penciptaan suasana yang kondusif agar

siswa bisa belajar dengan lebih baik sehingga tercapai peningkatan belajar siswa.

Pada tingkatan ini peningkatan mutu pembelajaran lebih di arahkan kepada

Page 43: t Adpen 0808262 Chapter2

56

pengolahan sumber belajar dan fasilitas untuk mengembangkan kemampuan

belajar siswa.

Inti dari peningkatan mutu pembelajaran adalah sebagaimana siswa

supaya memiliki kemampuan belajar, kemampuan belajar siswa dalam berbagai

kondisi dan situasi merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Kemampuan

belajar siswa secara mandiri dan secara tin adalah tujuan yang paling pokok dalam

kegiatan pembelajaran. Seperti menurut pandangan Ace Suryadi dan Dasim

Budimansyah bahwa ”kemampuan belajar adalah kemampuan tertinggi dari

seseorang”. Kemampuan belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan belajar

dalam berbagai situasi, kemampuan belajar dalam berbagai macam fasilitas dan

sarana, serta kemampuan belajar dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan

dan teknologi yang baru. Kemampuan tertiggi dalam diri individu adalah

kemampuan belajar dengan cepat tepat dan terus menerus. Pendidikan sepanjang

hayat pada dasarnya untuk menumbuhkan kemampuan belajar pada diri individu,

karena setelah seseoang memiliki kemampuan belajar yang tinggi, maka dalam

menghadapi berbagai kesulitan dan masalah, yang bersangkutan akan mampu

menemukan solusinya dengan kemampuan belajarnya.

Hasil studi Ace Suryadi (1993:23) menyatakan bahwa : mutu

pembelajaran di SD pada daerah perkotaan cenderung lebih dipengaruhi oleh

variabel-variabel masyarakat, sedangkan mutu pendidikan di SD pada daerah

pedesaan cenderung lebih dipengaruhi oleh variabel-variabel sekolah”. Hasil studi

ini lebih lanjut menekankan bahwa efek dari faktor-faktor sekolah terhadap

prestasi belajar tampaknya memiliki keterbatasan, yaitu sejauh atau sebesar yang

Page 44: t Adpen 0808262 Chapter2

57

dapat ditentukan oleh kelengkapan fasilitas pedidikan. Perbedaan prestasi belajar

murid diperkotaan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor luar sekolah,

diantaranya aspirasi pendidikan, pengalaman pendidikan taman kanak-kanak, dan

keadaan sosial ekonomi orang tua. Pengaruh faktor sekolah seperti guru, buku

paket, buku bacaan, dan alat belajar bagi siswa SD di perkotaan pengaruhnya

lebih kecil.

”Bagi siswa SD dipedesaan faktor-faktor yang memebrikan pengaruh lebih

kuat terhadap prestasi belajar siswa diantaranya adalah kelengkapan buku

pelajaran, alat pelajaran, dan kehadiran guru dalam mengajar”. Ace Suryadi

(1993:23). Hal ini terjadi karena untuk masyarakat perkotaan sekolah bukan

merupakan satu-satunya sumber belajar siswa, dan guru bukan satu-satunya

sumber informasi bagi siswa. Berbeda dengan siswa SD di daerah pedesaan,

dimana kelengkapan fasilitas belajar di sekolah merupakan sumber belajar satu-

satunya, dimana sumber belajar lain tidak ditemukan di lingkungan keluarga,

terlebih lagi apabila latar belakang pendidikan orang tuanya sangat rendah bahkan

tidak pernah sekolah.

Konsep mutu pembelajaran diambil berdasarkan pendekatan produksi

dalam industri yaitu digambarkan dengan mutu input, mutu proses, dan mutu

output. Dalam konteks produksi apabila mutu input bagus, diolah dengan proses

yang bagus, maka outputnya hampir dapat dipastikan bagus. Apabila diterapkan

dalam dunia pendidikan asumsi di atas bisa mengandung kebenaran dengan syarat

tidak ada faktor lain yang mengganggu. Mutu pembelajaran di sekolah dalam hal

ini diasumsikan sebagai sejumlah karakteristik mutu yang perlu dimiliki sekolah,

Page 45: t Adpen 0808262 Chapter2

58

yaitu mutu input pembelajaran, mutu proses pembelajaran, dan mutu output

pembelajaran, kesemuanya dapat digunakan untuk menggambarkan peningkatan

mutu pembelajaran secara keseluruhan.

Pertama mutu input pembelajaran yaitu segala hal berkaitan dengan

masukan untuk proses pembelajaran disekolah merupakan input pembelajaran.

Input pembelajaran dapat berupa material dan non material. Berikut ini adalah

beberapa indikator yang dapat dioperasikan sebagai input pembelajaran di tingkat

persekolahan, yaitu (1) memiliki kebijakan mutu, (2) tersedia sumber daya yang

siap, (3) memiliki harapan prestasi yang tinggi, (4) berfokus pada stakeholder

(khususnya peserta didik), (5) memiliki input manajemen.

Kedua mutu proses pembelajaran. Berkaitan dengan proses pelajaran di

sekolah, dapat dilihat berdasarkan indikator-indikator mutu pembelajaran.

Indikator yang dapat dioperasionalkan untuk melihat mutu sebuah sekolah dalam

menjalankan Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu : (1) efektifitas proses belajar

mengajar tinggi, (2) kepemimpinan sekolah yang kuat (3) pengelolaan tenaga

kependidikan yang efektif, (4) sekolah memiliki budaya mutu, (5) sekolah

memiliki teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis, (6) sekolah memiliki

kewenangan (kemandirian), (6) partisipasi warga sekolah dan masyarakat tinggi,

(7) sekolah memiliki keterbukaan (transparansi manajamen), dan (8) sekolah

melakukan evaluasi dan perbaikan.

Ketiga mutu output pembelajaran. Output adalah kinerja sekolah, kinerja

sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses pembelajaran.kinerja

sekolah diukur dari mutunya, efektifitasnya, produktivitasnya, efisensinya,

Page 46: t Adpen 0808262 Chapter2

59

inovasinya, mutu kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Pada umumnya

indikator output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu otput pencapaian

akademik (academic achievement) dan output pencapaian non akademik (non

akademic achievement).

2. MBS dan Peningkatan Mutu Pembelajaran

Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MBS) atau sekarang

dikenal dengan istilah (MBS) merupakan alternatif baru dalam pengelolaan

pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah.

Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai sarana dalam upaya

meningkatkan profesionalisme dan kemandirian sekolah dalam penyelenggaraan

pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang otonom ”dituntut

kemandirian dan kreativitasnya dalam mengelola pendidikan dan pembelajaran

dibalik otonomi yang dimilikinya”. (Mulyasa E, 1997:14). Konsep ini

diperkenalkan oleh teori efektive school yang lebih memfokuskan diri pada

perbaikan proses pendidikan. Umaedi (1999:4) mengutip pendapat (Edmond,

1979) menjelaskan beberapa indikator ang menunjukkan karakter dari konsep

manajemen ini santara lain sebagai berikut (1) lingkungan sekolah yang aman dan

tertib, (2) sekolah memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai, (3) sekolah

memiliki kepemimpinan yang kuat, (4) adanya harapan yang tinggi dari

profesional sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk

berprestasi, (5) adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai

tuntutan IPTEK, (6) adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap

Page 47: t Adpen 0808262 Chapter2

60

berbagai aspek akademik dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk

penyempurnaan. Perbaikan mutu dan (7) adanya komunikasi dan dukungan

intensif dari orang tua murid / masyarakat.

Pengembangan konsep manajemen ini didesain untuk meningkatkan

kemampuan sekolah dan masyarakat dalam mengelola perubahan pendidikan

kaitannya dengan tujuan keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif

kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah dan otoritas pendidikan.

Pendidikan ini menuntut adanya perubahan sikap dan tingkah laku seluruh

komponen sekolah, kepala sekolah, guru dan tenaga/.staf administrasi termasuk

orang tua dan masyarakat dalam memandang, memahami., membantu sekaligus

sebagai pemantau yang melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan

sekolah yang bersangkutan dengan didukung oleh pengelolaan sistem informasi

yang presentatif dan valid. Akhir dari semua itu ditujukan kepada keberhasilan

sekolah untuk menyiapkan pendidikan yang berkualitas/bermutu bagi masyarakat.

Dalam pengimplementasian konsep ini, sekolah memiliki tanggung jawab

untuk mengelola dirinya berkaitan dengan permasalahan administrasi, keuangan

dan fungsi setiap personil sekolah di dalam kerangka arah dan kebijakan yang

telah dirumuskan oleh pemerintah. Bersama-sama dengan orang tua dan

masyarakat, sekolah arus membuat keputusan, mengatur skala prioritas disamping

harus menyediakan lingkungan kerja yang lebih profesional bagi guru, dan

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta keyakinan masyarakat tentang

sekolah/pendidikan. Kepala sekolah harus tampil sebagai koordinator dari

sejumlah orang yang mewakili berbagai kelompok yang berbeda di dalam

Page 48: t Adpen 0808262 Chapter2

61

masyarakat sekolah dan secara profesional harus terlibat dalam setiap proses

perubahan di sekolah melalui penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas total

dengan menciptakan kompetisi dan penghargaan di dalam sekolah itu sendiri

maupun sekolah lain.

Ada empat hal yang terkait dengan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas

total yaitu : (1) perhatian harus ditekankan kepada proses dengan terus menerus

mengumandangkan peningkatan mutu, (2) kualitas/mutu harus ditentukan oleh

pengguna jasa sekolah, (3) prestasi harus diperoleh melalui pemahaman visi

bukan dengan pemaksaan aturan, (4) sekolah harus menghasilkan siswa yang

memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap arief bijaksana, karakter dan

memiliki kematangan emosional. Sistem kompetisi tersebut akan mendorong

sekolah untuk terus menerus meningkatkan diri, sedangkan penghargaan akan

dapat memberikan motivasi dan meningkatkan kepercayaan diri setiap personel

sekolah, khususnya siswa. Jadi sekolah harus mengontrol semua sumber daya

termasuk sumber daya manusia yang ada, dan lebih lanjut harus menggunakan

secara lebih efisien sumber daya tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat bagi

peningkatan mutu pembelajaran khususnya. Sementara itu kebijakan makro yang

dirumuskan oleh pemrintah atau otoritas pendidikan lainnya masih diperlukan

dalam rangka menjamin tujuan-tujuan yang bersifat nasional dan akuntabilitas

yang berlingkup nasional.

Pelaksanaan program MBS merupakan program pemerintah untuk

melaksanakan otonomi pada tingkat satuan pendidikan sebagai sarana untuk

meningkatkan profesionalisme dan kemandirian sekolah. Program ini merupakan

Page 49: t Adpen 0808262 Chapter2

62

program tahap awal yang harus dilanjutkan dengan program lain sebagai program

operasionalnya. Karena program MBS bertumpu kepada pemberdayaan segala

sumber belajar yang ada di sekolah untuk siswa dengan baik, maka perlu

mendapat perhatian adalah SDM sebagai pelaksana pemberdayaan sumber belajar

itu, yaitu guru. Program lanjutan dari program MBS adalah program

profesionalisme guru, salah satunya melalui program sertifikasi, kemudian

didukung dengan kurikulum KTSP, yang semuanya mendukung program MBS.

Dalam pelaksanan program MBS diperlukan SDM guru yang profesional.

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendukung profesionalisme guru

dilakukan dalam dua bentuk. Pertama dilakukan untuk guru sebelum menduduki

jabatan sebagai guru, yaitu dengan menetapkan syarat latar belakang akademik

sebagai calon guru. Kedua melakukan sertifikasi kepada guru dalam jabatan

melalui penilaian portofolio dan atau diklat sertifikasi. Profesionalisasi tenaga

pendidikan seperti dijelaskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional bahwa “Pendidikan merupakan tenaga profesional

yang bertugas merencanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat…”.

Selanjutnya Udin S. Suad (2009:97) menjelaskan ciri-ciri guru yang

profesional adalah sebagai berkut :

….guru profesional paling tidak memiliki ciri-ciri berikut ini : (1) mempunyai komitmen pada proses belajar siswa, (2) menguasai secara mendalam materi pelajaran dan cara mengajarkannya, (3) mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, (4) merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan

Page 50: t Adpen 0808262 Chapter2

63

profesioanalnya yang memungkinkan mereka untuk selalu meningkatkan profesionalnya. Guru profesional sangat berperan dalam pelaksanaan program MBS,

karena guru semakin dituntut untuk mampu menjabarkan keinginan dan

kebutuhan-kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan melalui kompetensi yang

dimilikinya, demikian juga dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) menutut profesionalisme guru untuk menjabarkannya dengan

proses pembelajaran. Dalam semangat otonomi pada tingkat satuan pendidikan

kemampuan profesional guru dan kepala sekolah menjadi pertaruhan, karena

kualitas sekolah akan sangat ditentukan oleh komponen guru dan kepala sekolah.

Walaupun guru bukan satu-satunya yang mempengaruhi mutu pembelajaran tetapi

seberapa banyak siswa mengalami kemajuan dalam belajarnya, banyak tergantung

kepada kepiawaian guru dalam membelajarkan siswa”. (Udin S. Suad 2009:97).

Selanjutnya Nanang Fattah (2004:85) mengemukakan bahwa “manajemen kelas

yang menajdi otoritas guru berfungsi mensinkronkan berbagai input atau

mensinergikan semua komponen dalam proses belajar mengajar”.

Tujuan pelaksanan MBS adalah untuk lebih mendekatkan proses dan hasil

pembelajaran kepada kepentingan masyarakat pengguna layanan pendidikan

dengan memanfaatkan sebesar-bearnya potensi lokal yang ada. Bagi sekolah hal

ini memacu untuk lebih profesional dan kreatif, serta mandiri. Pelaksanaan

program pendidikan di sekolah disesuaikan dengan visi, misi dan tujuan

pendidikan yang ingin dicapai oleh sekolah. Tujuan pendidikan di sekolah dapat

berupa target yang ingin dicapai yang pada setiap tahun dapat ditingkatkan.

Page 51: t Adpen 0808262 Chapter2

64

Kinerja sekolah akan dapat terus ditingkatkan, sesuai dengan keinginan dan

kebutuhan masyarakat, serta sumber belajar yang tersedia.

Tujuan MBS menurut Mulyana E. (2007:25) ”merupakan proses

pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul dimasyarakat, bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan. MBS bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi diantaranya adalah untuk menyederhanakan birokrasi

pendidikan yang dilimpahkan wewenang dan tanggung jawabnya kepada

pemerintah kabupaten/kota dan sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan di

sekolah. Dalam hal peningkatan mutu dapat diperoleh dengan keterlibatan

masyarakat dan profesionalisme guru dan kepala sekolah. “Perlu diperhatikan

oleh kepala sekolah sebagai pemimpin dalam melaksanakan upaya perbaikan dan

peningkatan mutu berkelanjutan, adalah memberikan wewenang kepada guru

dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajar...” (Nanang Fatah, 2004:85).

Hal pemerataan pendidikan diperoleh karena kebijakan pendidikan di sekolah

ditentukan oleh pihak sekolah dan masyarakat.

Pelaksanaan program MBS berpengaruh langsung kepada proses

pembelajaran, karena guru di dalam kelas dituntut mengelola pembelajaran secara

kreatif dan profesional. Dijelaskan oleh Nanang Fatah (2004:4) bahwa model

MBS telah dicoba di Amerika, berasal dari karya Edwars E. Lawler dan kawan-

kawannya : “ternyata telah membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

belajar mengajar”.

Page 52: t Adpen 0808262 Chapter2

65

3. Manajemen Mutu Dalam Konteks Peningkatan Mutu Pembelajaran

Manajemen mutu pendidikan adalah manajemen mutu terpadu atau total

quality management (TQM) dalam bidang pendidikan. Pada awalnya konsep

manajemen mutu dikembangkan untuk menjaga keseimbangan dan kestabilan

organisasi di dunia bisnis, sebagai dampak dari semakin tajamnya persaingan

dalam bidang usaha mereka. Namun kemudian, konsep ini diterapkan dalam

bidang industri, jasa dan bidang pendidikan. Secara umum istilah manajemen

mutu terpadu ternyata memiliki makna ganda, yaitu sebagai filosofi yang

melandasi kegiatan berpikir dan sebagai metode untuk meningkatkan kegiatan

praktis operasional serta menjalankan manajemen perubahan.

Dalam bidang pendidikan ”untuk mendukung tercapainya sasaran program

peningkatan mutu dan daya saing, diterapkan konsep manajemen mutu terpadu

atau total quality management (TQM)” (Renstra Ditjen Mandikdasmen : 2006).

Penerapan kebijakan manajemen mutu pendidikan pada saat sekarang yang

dikenal dengan istilah ”manajemen mutu terpadu”, yang berasal dari dunia bisnis.

Jika penerapan TQM dalam satu organsiasi merupakan suatu kelajiman, maka

penerapan dalam bidang pendidikan merupakan suatu tantangan besar yang harus

dijawab secara sistematis dan sistemik.

Filosofi manajemen mutu terpadu merupakan landasan pemikiran yang

harus dipertimbangkan oleh organisasi, demi tercapainya keberhasilan

pelaksanaan peningkatan mutu. Filosofi dan implementasi manajemen mutu

memiliki care value sebagai indikator utama dalam tercapainya kepuasan dan

loyalitas semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam bidang

Page 53: t Adpen 0808262 Chapter2

66

pendidikan, untuk mencapai keberhasilan tersebut selayaknya implemntasi

manajemen mutu harus berorientasi pada komitmen terhadap budaya mutu dengan

menekankan pada cara kerja yang bersifat zero deffect (tanpa cacat), dan adaptive

to shange. Cara kerja yang berorirntasi pada budaya mutu harus terus ditingkatkan

agar dapat menciptakan standar kualitas yang mampu bersaing. Cara kerja yang

berorientasi pada budaya mutu dapat diterapkan dalam peningkatan mutu

pembelajaran di sekolah.

Tingkat keberhasilan penerapan TQM dalam dunia bisnis, secara

konseptual keberhasilan akhirnya dapat diterapkan pada lembaga pendidikan

persekolahan. Namun

Demikian penerapan konsep manajemen mutu dalam bidang pendidikan

memerlukan modifikasi dan penyesuaian dengan karateristik bidang pendidikan

yang memiliki fungsi pelayaan publik. Seperti pendapat Edwar Sallis (1993:12)

mengemukakan aspek-aspek yang menentukan dalam manajemen mutu

pendidikan di sekolah adalah sebagai berikut :

Well mainated building, outstanding teacher, high moral value, excellent examination result, specification the support of parent, bussiness and local community, plantiful resarces, the aplication of the lates tecnology, strong and pupaseful leadership, the care and concern for pupils and student, a well balanced curiculum, or same combination of the fators. Dari pendapat Edwar Sallis di atas, aspek yang paling menentukan dalam

manajemen mutu adalah bagaimana kepala sekolah menjalankan manajemen mutu

pendidikan di sekolah masing-amsing. Sejalan dengan konsep tersebut Dirjen

Mandikdasmen Depdiknas (2006) menggambarkan penerapan manajemen mutu

pendidikan bahwa “ukuran sekolah yang baik bukan semata-mata dilihat dari

Page 54: t Adpen 0808262 Chapter2

67

kesempurnaan komponennya dan kekuatan yang dimilikinya, melainkan diukur

juga dari kemampuan sekolah untuk mengantisipasi perubaan, konflik, serta

kekurangan atau kelemahan yang ada pada dirinya”.

Dengan demikian untuk mengukur manajemen mutu pendidikan di

sekolah dapat mempergunakan tiga model perbandingan yaitu : (1) diukur atau

dibandingkan dengan kriteria ideal yang telah dietapkan, (2) dibandingkan dengan

kondisi sekolah yang bersangkutan dari waktu ke waktu, dan (3) dibandingkan

dengan kondisi sekolah atau daerah lain. Kegiatan pendidikan yang dilaksanakan

di sekolah pada dasarnya merupakan suatu proses berkesinambungan untuk

mencapai hasil/tujuan pendidikan yang bermutu. Peran manajemen mutu

pendidikan yang profesional dan menghantarkan lembaga pendidikan dalam

merealisasikan tujuan pendidikan secara ideal.

Kepala sekolah sebagai seorang manajer pendidikan harus menunjukkan

perilaku yang kondusif bagi pencapaian output yang bermutu. Hal yang lebih

pokok adalah bahwa kepala sekolah memahami visi dan misi secara benar

sehingga mampu memahami tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu kepala

sekolah harus memiliki motivasi yang tinggi untuk merealisasikan visi dan misi,

serta tujuan sekolahnya. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja yang

kondusif harus bertindak sebagai manajer yang melakukan pendekatan-

pendekatan partisipatif dalam gaya kepemimpinannya. Kepala sekolah sebagai

tenaga profesional yang memiliki kewenangan untuk memajukan dan

mengembangkan sekolah yang dipimpinnya, agar mampu menghadapi suasana

Page 55: t Adpen 0808262 Chapter2

68

yang penuh dengan persaingan sehingga harus melengkapi dirinya dengan

kemampuan sebagai pemikir dan pengembang.

Pengertian TQM menurut pandangan Tony Bush dan Mariance Colleman

(2006:191) dari West Burnham, (1995:13( yaitu :

…mutu terpadu adalah sebuah filosofi dengan alat-alat dan proses-proses implementasi praktis yang praktis yang ditunjukkan untuk mencapai sebuah kultur perbaikan terus menerus yang digerakan oleh semua pekerja sebuah organsiasi, dalam rangka memuaskan pelanggan. Dari pengertian TQM di atas, implikasinya untuk diterapkan dalam dunia

pendidikan khususnya dipersekolahan adalah : (1) manajemen menekankan pada

totalitas pada semua karyawan di sekolah kepala sekolah, tenaga pendidik, dan

tenaga non kependidikan, (2) terdapat pemahaman bersama tentang nilai-nilai dan

implikasinya pada kepemimpinan dan tipe manajemen di sekolah, (3) dilakukan

sebuah proses perencanaan yang mengantarkan pada implementasi dalam

melaksanakan program-program pendidikan, (4) Alat-alat dan proses-proses yang

mencakup pengawasan dan evaluasi, yang lebih menekankan pada pencegahan

dari pada inspeksi, (5) kepentingan stakeholder pendidikan menjadi perhatian

utama dari pada kepentingan sekolah.

Strategi pengembangan manajemen mutu pendidikan dalam menggunakan

manajemen mutu terpadu adalah institusi pendidikan menghadapi keberhasilan

TQM dengan cara memposisikan dirinya sebagai institusi (industri) jasa layanan

pendidikan. Sekolah memposisikan dirinya sebagai insititusi jasa layanan

pedidikan yang berusaha memenuhi kepentingan stakeholder pendidikan.

Layanan pendidikan yang diinginkan oleh stakeholder pendidikan, sudah barang

tentu layanan pendidikan yang bermutu yang sesuai dengan tuntutan kehidupan

Page 56: t Adpen 0808262 Chapter2

69

masyarakat, sehingga diperlukan suatu sistem manajemen yang mampu

memberdayakan institusi pendidikan agar lebih bermutu.

C. Komite Sekolah sebagai Wadah Kepedulian Masyarakat Dalam

Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah

1. Pengertian Komite Sekolah

Pendidikan yang bermutu akan selalu menjadi kebutuhan masyarakat

pengguna layanan pendidikan, sehingga upaya peningkatan mutu pembelajaran di

sekolah akan selalu mendapat dukungan dari masyarakat. Pembentukan komite

sekolah bertujuan untuk mengembalikan kepedulian masyarakat terhadap

pendidikan. Komite Sekolah merupakan wadah partisipasi dan kepedulian

masyarakat terhadap sekolah yang berada di lingkungannya. Organisasi Komite

Sekolah dengan segala peran dan fungsinya dibentuk sebagai pengganti BP3

(Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan). Peran dan fungsi BP3 telah

menyimpang dari tujuannaya. Banyak orang tua siswa yang kecewa dengan BP3

karena identik dengan pungutan uang BP3 dan tidak memberikan sumbangan

yang bermakna terhadap proses peningkatan mutu pembelajaran dan mutu

pendidikan. Komite Sekolah berbeda dengan BP3 dengan peran dan fungsinya

untuk bekerjasama dengan kepala sekolah dalam melakukan peningkatan mutu

pembelajaran yang diharapkan oleh masyarakat pengguna layanan pendidikan.

Komite Sekolah merupakan badan atau organsiasi yang independen

sebagai mitra sejajar kepala sekolah yang secara bersama-sama berupaya untuk

memajukan atau meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Sebagaimana

Page 57: t Adpen 0808262 Chapter2

70

dijelaskan dalam Keputusan Mendiknas Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002,

bahwa :

”Komite Sekolah adlah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada jalur pendidikan prasekoah, jalur pendidikan seklolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah. Nama Komite Sekolah disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan, Komite Luar Sekolah, Dewan Sekolah, Majlis Sekolah, Majlis Madrasah, Komite TK, atau nama lainnya yang disepakati”.

Pengertian Komite Sekolah sebenarnya berbeda dengan BP3, apabila BP3

merupakan perwakilan dari orang tua siswa, sedangkan Komite Sekolah

merepresentasikan keterwakilan seluruh stakeholder pendidikan, keterwakilan

skateholder pendidikan ditunjukkan dengan keanggotaan Komite Sekolah yang

terdiri dari unsur-unsur. ”perwakilan orang tua/wali siswa, tokoh masyarakat,

anggota masyarakat peduli pendidikan, pejabat pemerintah setempat, dunia usaha/

industri pakar pendidikan, organisasi profesi tenaga kependidikan, perwakilan

siswa, dan perwakilan (forum) alumni”. (Panduan Umum Dewan Pendidikan dan

Komite Sekolah : 2005:26).

Sebuah nama akan mengandung konsekuensi terhadap peran dan fungsi

serta tempat dimana nama organisasi itu berada, walaupun mendapat kebebasan

untuk menyepakati nama sebuah organisasi Komite Sekolah. Nama Komite

Sekolah hanyalah sebuah nama generik, apabila sudah disepakati sebuah nama

sebelumnya dan nama tersebut sudah dikenal oleh masyarakat maka Kepmen

Diknas di atas memberikan kebebasan untuk melanjutkan nama tersebut untuk

dikukuhkan. Sebagai contoh di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, nama

Page 58: t Adpen 0808262 Chapter2

71

Komite Sekolah sudah ada sebelum Kepmen Diknas No. 044/U/2002 terbit,

sehingga sampai sekarang digunakan nama ”Majlis Sekolah dan Majlis

Madrasah”. (Sulaiman Darwis, 2004:22).

2. Tujuan Organisasi Komite Sekolah

Komite Sekolah sebagai lembaga independen yang merepresentasikan

keterwakilan seluruh stakeholder pendidikan tujuan akhirnya adalah untuk

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah melalui kepedulian masyarakat untuk

bersama-sama lembaga pendidikan dalam mewujudkan produk atau lulusan

sekolah yang bersangkutan agar lebih memenuhi harapan kebutuhan konsumen

konsumen atau penggunanya.lembaga Komite Sekolah memang tidak perlu

terlibat dalam masalah PBM di dalam kelas, memberikan dukungan peningkatan

pembelajaran, serta melakukan terhadap mutu pendidikan agar bisa memenuhi

harapan masyarakat.

Tujuan Komite Sekolah berdasarkan lampiran II Keputusan Mendiknas

Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 adalah sebagai berikut :

a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam

melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan

pendidikan;

b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;

c. Menciptakan suasana dan kondisi transportasi, akuntabilitas dan demokratisasi

dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan

pendidikan.

Page 59: t Adpen 0808262 Chapter2

72

3. Kinerja Komite Sekolah

Dalam mengukur kinerja Komite Sekolah pada penelitian ini dilakukan

dengan melihat pelaksanaan peran dan fungsi Komite Sekolah. Sebagaimana yang

telah dilakukan oleh Depdiknas (Tim DPKS:2006) bahwa kinerja Komite Sekolah

dapat digambarkan dengan seberapa jauh organsiasi Komite Sekolah

melaksanakan peran dan fungsi organisasinya. Organisasi Komite Sekolah

merupakan lembaga independen yang bersifat foluntir (sukarela) tanpa mendapat

imbalan yang berupa gaji pegawai, maka kinerja Komite Sekolah akan tergambar

dari pelaksanaan peran dan fungsinya dalam membantu lembaga sekolah dalam

meningkatkan mutu pembelajaran.

Terdapat kecenderungan yang menarik, dimana hubungan antara sekolah

dan Komite Sekolah cukup berpengaruh terhadap kinerja yang dapat dilaksanakan

oleh anggota Komite Sekolah. Semakin baik hubungan antara keduanya semakin

banyak pula peran dan fungsi yang dapat dilaksanakan oleh anggota Komite

Sekolah. Sebaliknya ketika hubungan antara keduanya kurang harmonis, maka

peran dan fungsi Komite Sekolah sangat minim.

Seperti yang telah disinggung di atas, Komite Sekolah mempunyai peran

yang cukup strategis dalam pemberdayaan sekolah dan masyarakat. Peran dan

fungsi Komite Sekolah merupakan suatu bentuk kesatuan integral dari empat

peran dan fungsinya, yaitu peran pengontrol dalam implementasi kebijakan dan

program-program yang dilakukan oleh sekolah (controling agency), dan peran

untuk menjembatani kepentingan sekolah dan kepentingan masyarakat pengguna

layanan pendidikan (mediator agency). Keempat peran dan fungsi Komite

Page 60: t Adpen 0808262 Chapter2

73

Sekolah dalam pelaksanaannya tidak bisa dilaksanakan secara terpisah-pisah, juga

tidak bisa dilaksanakan peran yang satu dulu kemudian yang lainnya menyusul,

tetapi harus dilaksanakan secara kesatuan dan disesuaikan dengan masalah yang

dihadapi dan kebutuhan sekolah masing-masing.

Hasil studi efektivitas kinerja Komite Sekolah yang dilaksanakan oleh

PPIM UIN Jakarta, dan Dikdasmen Depdiknas (2004), berusaha melihat

efektivitas kinerja Komite Sekolah dari pelaksanan peran dan fungsinya sebagai

badan yang bertugas untuk mewadahi, menyuarakan aspirasi dan prakarsa

masyarakat, meningkatkan tanggungjawab dan peran serta seluruh lapisan

masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Kinerja Komite Sekolah dapat

dilihat dari tingkat pelaksanaan peran dan fungsinya dalam bekerjasama dengan

kepala sekolah dalam melaksanakan peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.

Komite Sekolah dalam menjalankan organsiasinya memiliki empat peran,

keampat peran Komite Sekolah tersebut adalah :

a. Peran Sebagai Badani Pertimbangan (advisoy agency)

Peran Komite Sekolah sebagai badan pemberi pertimbangan apabila

dijabarkan dalam bentuk fungsinya adalah merupakan pertimbangan dan

rekomendasi kepada sekolah dalam menentukan langkah-langkah kebijakan dan

program pelayanan pendidikan di sekolah. Wujud fungsinya bisa dalam bentuk

nasehat, memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan

pendidikan mengenai, kebijakan dan program pendidikan RAPBS (Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah). Kriteria kinerja satan pendidikan,

kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan dan hal-hal lain yang

Page 61: t Adpen 0808262 Chapter2

74

terkait dengan fungsi penyeleggaraan prendidikan (Tim Pengembangan

DPKS:2005:23).

Dari peran dan fungsi pertimbanagn (advisory) dapat dijabarkan dalam

bentuk kegiatan operasional Komite Sekolah. Maka kegiatan operasional Komite

Sekolah ini dapat diukur dan diteliti. Kegiatan operasional Komite Sekolah dari

peran pertimbangan di antaranya adalah : (1) melakukan pendataan terhadap

kondisi sosial ekonomi keluarga dari orang tua siswa dan sumber daya pendidikan

di masyarakat, (2) menganalisis hasil pendataan sebagai bahan pemberian

masukan, pertimbangan atau rekomendasi secara tertulis kepala sekolah dengan

tembusan kepala Dinas Pendidikan dan Dewan Pendidikan tentang kebijakan dan

program kegiatan sekolah (4) memberikan pertimbangan kepada sekolah dalam

rangka pengembangan kurikulum muatan lokal, (5) memberikan pertimbangan

kepada sekolah untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran yang

menyenangkan dalam kaitannya dengan hasil UN, (6) memberikan masukan

kepada sekolah dalam menyusun visi, misi, tujuan kebijakan, dan kegiatan

sekolah.

Peran pertimbangan dari Komite Sekolah yang diwujudkan dalam bentuk

memberikan masukan tentang peningkatan mutu pembelajaran, memberikan

masukan dalam masalah PAKEM, dan memberikan masukan tentang RAPBS.

b. Peran Pendukung (Suporting Agency)

Komite Sekolah dalam melaksanakan peran pendukung, dapat dijabarkan

dalam tiga fungsi yaitu (1) memberikan dorongan kepada orang tua dan

Page 62: t Adpen 0808262 Chapter2

75

masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan, (2)

melakukan penggalangan dana masyarakat dan dunia usaha/industri dalam rangka

pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, dan (3) mendorong tumbuhnya

perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang

bermutu.

Masing-masing fungsi tersebut di atas dapat dijabarkan lagi ke dalam

bentuk kegiatan operasional. Fungsi yang pertama dapat dijabarkan ke dalam 6

kegiatan operasional yaitu (a) mengadakan rapat atau pertemuan secara berkala

dan insidental dengan orang tua siswa dan anggota masyarakat, (b) mencari

bantuan dana dari dunia usaha dan industri untuk biaya pembebasan uang sekolah

bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu, (c) menghimbau dan

mengadakan pendekatan kepada orang tua siswa dan masyarakat yang dipandang

mampu untuk dapat menjadi narasumber dalam kegiatan instrakurikuler bagi

siswa, (d) memberikan dukungan untuk pemeriksaan kesehatan anak, (e)

memberikan dukungan kepada sekolah untuk secara preventif dan kuratif dalam

memberantas penyebarluasan narkoba di sekolah, dan (f) memberikan dukungan

kepada sekolah dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Fungsi yang kedua menggalang dana masyarakat dan dunia usaha dapat

dijabarkan ke dalam empat kegiatan operasional yaitu (a) melakukan verifikasi

terhadap RAPBS yang diajukan oleh kepala sekolah, (b) melakukan pengesahan

kepada RAPBS setelah dilakukan proses verifikasi dalam rapat pleno Komite

Sekolah, (c) memberikan motivasi kepada masyarakat kalangan menengah ke atas

untuk meningkatkan komitmennya bagi upaya peningkatan mutu pembelajaran di

Page 63: t Adpen 0808262 Chapter2

76

sekolah, dan (d) membantu sekolah dalam rangka penggalangan dana masyarakat

dan dunia usaha untuk pengumpulan dana. Fungsi ketiga untuk mendorong

tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu dapat dijabarkan dalam tiga kegiatan operasional yaitu :

a) Melaksanakan konsep subsidi silang dalam penarikan sumbangan dari para

dermawan dan orang tua siswa, (b) mengadakan kegiatan inovatif untuk

meningkatkan kesadaran dan komitmen masyarakat misalnya dalam bentuk

panggung hiburan untuk sekolah dan masyarakat, (c) membantu sekolah dalam

menciptakan hubungan dan kerjasama antar sekolah dengan orang tua siswa dan

masyarakat.

c. Peran Sebagai Badan Pengawasan (Controlling Agency)

Peran kontrol Komite Sekolah dapat dijabarkan dalam fungsinya yaitu

melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan. Selanjutnya dapat dijabarkan ke dalam

empat bentuk kegiatan operasional yaitu : (a) mengadakan rapat atau pertemuan

secara rutin atau insidental dengan kepala sekolah dan dewan guru, (b) sering

mengadakan kunjungan atau silaturahmi ke sekolah, atau dengan dewan guru di

sekolah, (c) meminta penjelasan kepada sekolah tentang hasil belajar siswa, (d)

bekerjasama dengan sekolah dalam kegiatan penelusuran alumni.

Peran kontrol Komite Sekolah mungkin bukan masalah yang terlalu sulit

untuk dilaksanakan, namun demikian Komite Sekolah dalam menjalankan peran

ini, sangat rentan karena bisa mengganggu kehamonisan hubungan antara kepala

Page 64: t Adpen 0808262 Chapter2

77

sekolah dan Komite Sekolah. “Munculnya konsep Komite Sekolah antar lain

dilandasi pada kebutuhan untuk mengontrol penyelenggaraan sekolah di era

otonomisasi pendidikan. Kontrol itu menjadi penting karena akuntabilitas

merupakan bukti keotonomian sekolah, termasuk dalam hal pertanggungjawaban

keuangan kepada stakeholder pendidikan”. (Kompas.com.3September2005). di

sisi lain Komite Sekolah dianggap sebuah lembaga yang tidak struktural dan

formal, sehingga posisi tawarnya menjadi sangat lemah. “Eksistensi Komite

Sekolah perlu didukung oleh peraturan daerah (Perda) sehingga aspek legalitas

dan mekanisme kontrol semakin kuat. Pembentukan Komite Sekolah yang

memiliki kekuatan hukum akan menumbuhkan sikap kehati-hatian dalam

penyelenggaraan pendidikan”. (www.waspada.co.id.25April2006).

d. Peran Sebagai Badan Penghubung (Mediator agency)

Peran mediator Komite Sekolah dapat dijabarkan dalam dua fungsi yaitu

(1) melakukan kerjasama dengan masyarakat, (2) menampung dan menganalisis

aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh

masyarakat. Dari dua fungsi tersebut masing-masing dapat dijabarkan ke dalam,

tiga bentuk kegiatan operasional. Fungsi melakukan kerjasama dengan masyarakat

dapat dijabarkan ke dalam bentuk kegiatan (a) membina hubungan dan kerjasama

yang harmonis dengan seluruh stakeholder pendidikan, khususnya dengan dunia

usaha dan industri, (b) mengadakan penjajagan tentang kemungkinan untuk dapat

mengadakan kerjasama atau MOU dengan lembaga lain untuk memajukan

Page 65: t Adpen 0808262 Chapter2

78

sekolah dan (c) melakukan kerjasama dengan sekolah dalam melakukan

sosialisasi program-program pendidikan di sekolah, serta sumber pendanaannya.

Fungsi menampung dan menganalisasi aspirasi masyarakat dapat

dijabarkan dalam tiga bentuk kegiatan operasional yaitu (a) menyebarkan

kuesioner untuk mendapatkan masukan, saran, dan ide kreatif dari masyarakat, (b)

menyampaikan laporan kepada sekolah secara tertulis, tentang hasil

pengamatannya terhadap sekolah, dan (c) menampung menjembatani dan

menyampaikan berbagai aspirasi masyarakat seperti keluhan masyarakat dalam

masalah penerimaan siswa baru dan masalah hasil UN.

Pada dasarnya peran mediator Komite Sekolah adalah peran yang paling

ditunggu-tunggu oleh semua elemen masyarakat, lebih khusus lagi paling

diharapkan oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Sering terjadi perbedaan

kepentingan antar pihak sekolah dengan pihak masyarakat, seperti dalam

penerimaan siswa baru, dimana tempat yang tersedia di sekolah untuk siswa baru

sangat terbatas, tetapi pihak masyarakat sangat memerlukan bahkan berebut

tempat yang terbatas sehingga sering terjadi gesekan. Dalam hal ini Komite

Sekolah harus berperan sebagai mediator yang bijak, sehingga tidak terjadi

masalah yang merugikan pihak manapun.

Penelitian tentang kinerja Komite Sekolah didasarkan pada asumsi bahwa

kelembagaan adalah bagian dari upaya peningkatan partisipasi masyarakat

terhadap penyelenggaraan layanan pendidikan. Partisipasi masyarakat tersebut

diyakini sebagai prasyarat bagi terwujudnya “good govermance”, dalam bidang

pendidikan. Partisipasi masyarakat yang diwakili oleh lembaga Komite Sekolah

Page 66: t Adpen 0808262 Chapter2

79

tersebut dapat tergambarkan dalam empat peran dan fungsi Komite Sekolah, yaitu

sebagai badan pemberi pertimbangan (advisory agency), sebagai badan pemberi

dukungan (supporting agency) sebagai badan penghubung yang menjembatani

kepentingan sekolah dan kepentingan masyarakat (mediatting agency) dan sebagai

badan yang melakukan pengawasan terhadap kebijakan pelayanan pendidikan

(controlling agency).

Dalam kerangka partisipasi ini, institusi Komite Sekolah dengan keempat

peran fungsinya, idealnya merupakan perwujudan dari kepedulian dan kesadaran

warga masyarakat akan hak-hak kewarganegaraannya. Kelembagaan Komite

Sekolah merupakan penjelmaan dari kesadaran dan kerelaan (valunteerism)

masyarakat untuk berkontribusi terhadap penciptaan dan perbaikan masyarakatnya

sendiri.

Secara rinci penelitian terhadap kinerja Komite Sekolah ingin menemukan

dan menganalisis beberapa bentuk kinerja Komite Sekolah seperti di bawah ini.

1. Ingin menemukan adanya indikasi yang kuat bahwa lembaga Komite Sekolah

dibangun sebagai bentuk kepedulian, kesadaran dan tanggung jawab

masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan pendidikan adalah

mereka yang tergolong kelas menengah dan berada di wilayah perkotaan.

Apakah Komite Sekolah yang baik memang memiliki hubungan kerjasama

yang sangat baik dengan orang tua dan anggota stakeholder lain?

2. Ingin mengetahui apakah Komite Sekolah yang kurang efektif atau kurang

berperan baik dalam pengembangan sekolah itu sebagai akibat dari pendirian

Page 67: t Adpen 0808262 Chapter2

80

lembaga Komite Sekolah yang belum dirasakan sebagai kebutuhan oleh

masyarakat melainkan lebih mewakili kepentingan sekolah dan pemerintah.

3. Ingin mengetahui kecenderungan apakah kelembagaan Komite Sekolah lebih

sesuai didirikan untuk sekolah-sekolah negeri ketimbang sekolah swasta.

Apakah sekolah yang membutuhkan keterlibatan masayarakat baik sebagai

pengawas, penasehat, pengontrol atau pendukung sesungguhnya adalah usaha

mewujudkan “good govermance”, dalam bidang pendidikan, dan lebih

disebabkan oleh karena lembaga publik yang menggunakan fasilitas dan

anggaran pemerintah sebagai perwujudan tanggung jawab pemerintah kepada

rakyatnya. Bagi sekolah swasta dengan adanya kelembagan yayasan yang

menaungi sekolah-sekolah merupakan bukti tanggungjawab masyarakat yang

sangat besar terhadap pendidikan.

D. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Konteks Peningkatan Mutu

Pembelajaran

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan tugas hidup manusia, dimana setiap manusia

adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintakan pertanggungjawabannya.

Kepemimpinan adalah konsep pengelolaan tanggung jawab seseorang dalam

melaksanakan kewajibannya mulai dari lingkup yang paling sederhana sampai

pada lingkup yang paling kompleks. ”Kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena

disatu pihak memliki kemampuan untuk memimpin:. (Miftah Thoha,2007:257).

Dalam kontek interaksi pada organisasi atau dalam kaitannya dengan orang lain

Page 68: t Adpen 0808262 Chapter2

81

yang dipimpinnya, dimana pemimpin harus mampu mengarahkan dan

mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan pada

anggota kelompok.

Proses perilaku Kepemimpinan adalah perbuatan seorang pemimpin dalam

mempengaruhi dan menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan bersama

dalam organisasi atau kelompok. Praktik Kepemimpinan berkaitan dengan cara

atau kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku atau perasaan orang lain baik

secara individu maupun kelompok dalam arahan tertentu, sehingga proses

Kepemimpinan merupakan kegiatan pengarahan atau memobilisasi orang atau

ide-idenya. Terdapat beberapa macam alat yang digunakan orang untuk

menggerakkan orang lain diantaranya dengan ancaman, penghargaan atau upah,

otoritas, dan atau bujukan. Dari beberapa perbedaan alat atau pendekatan dalam

menggerakan orang lain, maka Kepemimpinan dapat memiliki definisi yang

berbeda-beda seperti di bawah ini.

Pengertian Kepemimpinan menurut Vaintzal Rivai (2007:5-6) adalah

sebagai berikut :

Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakan

dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan merupakan sebuah alat, sacara atau

proses untuk membujuk orang agar bersedia untuk melakukan sesuatu secara

sukarela.

Konsep Kepemimpinan erat sekali hubungannya dengan kekuasaan pemimpin dalam memperoleh alat untuk mempengaruhi perilaku para pengikutnya. Pada dasarnya kemampuan untuk mempengaruhi orang atau suatu kelompok untuk mencapai tujuan tersebut ada unsur kekuasaan.

Page 69: t Adpen 0808262 Chapter2

82

Pengertian Kepemimpinan menurut Aidar John (2007:33) adalah sebagai

berikut :

Pada hakekatnya Kepemimpinan terletak pada penetapan fungsi-fungsi penting bagi sebuah kelompok untuk menunaikan tugasnya dan menyatukan tim kerja. Karena itu, penetapan fungsi ini sangat mendasar. Kepemimpinan ibarat ”perak” yang belum dipoles yang pembentukannya dapat dibagi dan dianalisis berdasarkan fungsi. Namun dalam realitanya Kepemimpinan selalu muncul dalam bentuk khusus atau seperti ”bejana” yang berbeda bentuknya. Bentuk ini terutama mengikuti karakteristik situasi kerja kelompok atau organisasi induk. Dalam lingkungan militer, bentuk yang disandang Kepemimpinan sangat dikenal sebagai ”komando”. Dalam bidang industri dan perniagaan dikenal sebagai ”manajemen”. Karena kedua cabang itu berasal dari pohon yang sama, keduanya dapat dengan mudah dirancukan walaupun seharusnya tidak dirancukan. Ngalim Purwanto (2007:26) mendefinisikan Kepemimpinan yang

membedakannya dengan pengertian kepala sebagai berikut :

....bahwa Kepemimpinan adalah sekumpulan dan serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat dan kegembiraan batin, serta tidak merasa terpaksa. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diketahui bahwa

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang

pemimpin, sebagai sarana atau alat untuk menggerakan orang lain secara individu

atau secara kelompok, dalam mengerjakan tugas-tugas atau kewajiban dalam

organsiasi. Bahwa kemampuan Kepemimpinan merupakan alat atau senjata untuk

memimpin orang lain atau organisasi tanpa kemampuan ini, maka seorang

pemimpin tidak dapat berhasil. Kemampuan atau sifat-sifat kepribadian

Kepemimpinan harus memiliki oleh seorang pemimpin sebelum menjalankan

tugas Kepemimpinan. ”Kepemimpinan atau sifat-sifat kepribadian Kepemimpinan

Page 70: t Adpen 0808262 Chapter2

83

sebenarnya dapat dipelajari bahkan dapat dibentuk dengan pendidikan dan

pelatihan khusus”. (Aidar John, 2007).

2. Kepemimpinan Kepala Seklolah

Kepemimpinan kepala sekolah adalah Kepemimpinan dalam satuan

organisasi pendidikan yang disebut sekolah atau madrasah. Kepala Sekolah adalah

pemimpin formal yang ditetapkan oleh pemerintah mulai dari pengangkatan,

pemberhentian penematan, sampai tunjangan jabatannya ditentukan dengan

keputusan pemerintah (SK). Namun demikian Kepala Sekolah apabila tidak

dimiliki kemampuan kepemimpinan, maka dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya sebagai pemimpin tidak akan bahagia, bahkan mungkin akan

mengalami kebingungan dan kegagalan. Pemimpin dan Kepala Seklolah relatif

sama tetapi ada perbedaan. Persamaannya keduanya menuntut kemampuan

kepemimpinan yang sama, menuntut tanggung jawab, dan menghadapi atau

memimpin kelompok. Perbedaannya Kepala Sekolah bertanggungjawab kepada

pihak ketiga sedangkan pemimpin bertangungjawab kepada yang dipimpinnya

atau bawahannya.

Ngalim Purwanto (2007:62) menunjukkan perbedaan antara pemimpin dan

kepala dengan lima ciri yaitu :

- Kepala bertindak sebagai penguasa, sedangkan pemimpin bertindak sebagai organisator dan koordinator.

- Kepala bertanggungjawab pada pihak ketiga, pihak atasannya, pemimpin bertanggungjawab terhadap kelompok yang dipimpinnya

- Kepala tidak selalu merupakan bagian dari kelompok, sedangkan pemimpin merupakan bagian dari kelompok

Page 71: t Adpen 0808262 Chapter2

84

- Kekuasaan kepala biasanya berasal dari peraturan-peraturan atau dari pihak ketiga, sedangkan kekuasaan pemimpin berasal dari kepercayaan anak buah / kelompoknya.

- Anak buah seorang kepala biasanya bukan atas kemauan sendiri, melainkan ditunjuk oleh peraturan-peraturan atau diangkat pihak ketiga, sedangkan pemimpin diangkat oleh anggota kelompok dan dianggap bagian atau anggota kelompok.

Menurut pendapat Ngalim Purwanto bahwa pemimpin berbeda dengan

kepala. Dalam konteks kepemimpinan Kepala Seklolah bahwa Kepala

Sekolah”...jika benar-benar ingin berhasil, harus berusaha memperoleh pengakuan

sebagai pemimpin”. Pendapat ini menunjukkan bahwa Kepala Sekolah harus

memiliki kemampuan kepemimpinan apabila ingin berhasil dalam mengelola

lembaga pendidikan yang dikepalainya. Walaupun Kepala Sekolah diangkat oleh

pihak ketiga (pemerintah) tetapi harus berusaha untuk memiliki kemampuan

kepemimpinan supaya berhasil dalam melakanakan tanggungjawabnya, menurut

John Aidar bahwa pemimpin itu bisa dilahirkan dengan pendidikan yang

menciptakan situasi untuk lahirnya pemimpin.

Dengan mencermati perbedaan pemimpin dan kepala, dapat disimpulkan

bahwa Kepala Sekolah harus mampu memiliki kedua-duanya. Pertama harus

mendapatkan kepercayaan dari pemerintah untuk diangkat sebagai Kepala

Sekolah, dan kedua harus mendapat pengakuan dari anggota kelompok yang

dipimpinnya sebagai pemimpin lembaga kependidikan dengan seperangkat

kemampuan kepemimpinan yang dimilikinya. Pengertian kepemimpinan Kepala

Sekolah mengandung dua tugas yang menuntut dua kemampuan yang harus

dimiliki oleh kepala sekolah yaitu sebagai pemimpin dan sebagai kepala. Namun

demikian kedua tugas di atas menjadi satu yaitu melaksanakan pengelolaan

Page 72: t Adpen 0808262 Chapter2

85

pendidikan di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

“Tugas utama yang diemban oleh Kepala Seklolah sebagai seorang pemimpin

merumuskan berbagai bentuk kebijakan yang berhubungan dengan visi, orientasi,

dan strategi pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien...sebagai komitmen

dalam meningkatkan mutu pendidikan...” (Saiful Sagala : 2007:88).

Dalam era kemandirian sekolah era Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),

tugas dan tanggung jawab yang utama dari para pimpinan sekolah adalah

menciptakan sekolah yang mereka pimpin menjadi semakin efektif, dalam arti

menjadi semakin bermanfaat bagi sekolah itu sendiri dan bagi masyarakat luas.

Agar tugas dan tanggung jawab para pimpinan sekolah tersebut menjadi nyata,

kiranya mereka perlu memahami, mendalami dan menerapkan beberapa konsep

ilmu manajemen yang dewasa ini telah dikembangkan oleh pemikir-pemikir

dalam dunia bisnis. “Manakala diperdalam secara sungguh-sungguh, kiranya

konsep-konsep ilmu manajemen tersebut nemiliki nilai yang tidak akan

menjerumuskan dunia pendidikan kita ke arah bisnis yang dapat merugikan atau

mengecewakan masyarakat luas penggunanya”. (Thomas B. Santoso, 2001, Jurnal

“Manajemeni Sekolah di Masa Kini) dan ///www.depdiknas.go.id.).

Yang dewasa ini telah dikembangkan oleh pemikir kepemimpinan

merupakan salah satu elemen penting dalam mencapai, mempertahankan dan

meningkatkan kinerja organisasi. Konseptual teori-teori kepemimpinan, telah

menarik perhatian dan diskusi panjang para penelitian dan para praktisi.

Desentralisasi dan otonomi pendidikan akan berhasil dengan baik, jika diiringi

pemberdayaan pola kepemimpinan Kepala Sekolah yang optimal. Pemberdayaan

Page 73: t Adpen 0808262 Chapter2

86

berarti peningkatan kemampuan secar fungsional, sehingga Kepala Sekolah

mampu berperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.

Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Ngalim Purwanto, 2007:66)

menyatakan bahwa pemimpin pendidikan yang baik harus menjalankan peranan

sebagai berikut : ”ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri

handayani”. Maksudnya seorang pemimpin hendaknya dapat membentuk,

memperhatikan, memelihara dan menjaga kehendak dan keperluan atasan kepada

bawahan dengan baik, mampu bekerja sama, mendapat tujuan bersama

(keberhasilan tim). Menyadari adanya peranan-peranan tersebut di atas kiranya

sangat berfaedah bagi Kepala Seklolah dan pemimpin-pemimpin pendidikan

lainnya untuk menjalankan tugasnya dengan lebih berhati-hati dari menuju ke

arah yang lebih baik lagi.

Kepemiminan Kepala Sekolah berbeda dengan pemimpin bisnis atau

pemimpin perusahaan atau kepemimpinan kemasyarakatan lainnya. Seorang

pemimpin harus mampu mengantisipasi akan terjadinya perubahan agar ia mampu

menyesuaikan diri dengan keadaan agar organisasi yang dipimpinnya bisa survice.

”Kepala Sekolah menghadapi situasi dan kondisi yang relataif stabil. Siswa dapat

dengan cepat berubah, mereka sangat tergatung kepada susunan atau program

pengajaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Perubahan program pengajaran

hanya akan terjadi apabila pemerintah memulainya”. (Soebagio Atmodiwiro

2005:280). Artinya kepemimpinan Kepala Sekolah cukup stabil karena

berdasarkan Surat Keputusan (SK) Pengangkatan, tetapi agar Kepala Sekolah

Page 74: t Adpen 0808262 Chapter2

87

dapat eksis dalam melaksanakan kepemimpinannya, maka harus memiliki

kemampuan memimpin.

Kepemimpinan Kepala Seklolah sanat besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan peningkatan mutu pembelajaran. Iklim kerja di sekolah sangat

dipengaruhi oleh kepemimpinan Kepala Sekolah karena Kepala Sekolah berperan

dan berfungsi sebagai motor penggerak yang berkewajiban melaksanakan

perencanaan, pengorganisasian, mengkoordinasikan, dan melakukan pengawasan

terhadap segala kegiatan di sekolah dalam memberdayakan segala potensi untuk

menciptakan kondisi yang kondusif untuk siswa belajar dengan baik. Hasil

penelitian Isye Mulyani (2006:124) menyimpulkkan bahwa ”Kepemimpinan

Kepala Sekolah merupakan kunci utama untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa yang dalam hal ini merupakan kunci untuk meningkatkan prestasi belajar

sisiwa yang dalam hal ini akan meningkatkan pada mutu pendidikan”. Walaupun

prestasi belajar siswa hanya sebagian kecil yang menggambarkan kemampuan

belajar siswa tetapi sampai sat ini masih disepakati sebagai salah satu ukuran

keberhasilan belajar siswa.

3. Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Kepala Sekolah sebagai manajer pengelola pendidikan. :”Seorang Kepala

Sekolah di samping harus mampu melaksanakan proses manajemen yang merujuk

pada fungsi-fungsi manajemen, juga dituntut untuk memahami sekaligus

menerapkan seluruh substansi kegiatan pendidikan”. (www.akhmadsudrajat.

wordpress.com. 2008/05/02). Wyan Koster dalam akhmadsudrajat.wordpress.

Page 75: t Adpen 0808262 Chapter2

88

com. Mengemukakan bahwa dalam konteks MPMBS, Kepala Seklolah dituntut

untuk memiliki kemampuan (1) menjabarkan sumber daya sekolah untuk

mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar, (2) kepala administrasi, (3)

sebagai manajer perencanaan dan pemimpin pengajaran, dan (4) mempunyai tugas

untuk mengatur, mengorganisir dan memimpin keseluruhan pelaksanaan tugas-

tugas pendidikan di sekolah.

Kepala Sekolah sebagai administrasi, dimana Kepala Sekolah bertugas

untuk membangun manajemen sekolah serta bertanggung jawab dalam

pelaksanaan keputusan manajamen dan kebijakan sekolah. Sementara itu, menurut

pendapat Sanusi yang dikutip M. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2002)

bahwa : ”Perubahan dalam peranan dan fungsi sekolah dari yang statis di jaman

lampau kepada yang dinamis dan fungsiosnal-konstruktif di era globalisasi,

membawa tanggung jawab yang lebih luas kepada sekolah. Khususnya kepada

administrator sekolah”. Konsekuensinya Kepala Seklolah harus memiliki

pengelolaan yang cukup tentang kebutuhan nyata masyarakat serta kesediaan dan

keterampilan untuk mempelajari secara kontinyu perubahan yang sedang terjadi di

masyarakat sehingga sekolah melalui program-program pendidikan yang

senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru dan kondisi baru.

Menurut M. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat di atas, bahwa Kepala

Sekolah sebagai salah satu kategori administrator pendidikan perlu melengkapi

wawasan kepemimpinan pendidikannya dengan pengetahuan dan sikap yang

antisipatif terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat,

termasuk perkembangan kebijakan makro pendidikan. Wujud perubahan dan

Page 76: t Adpen 0808262 Chapter2

89

perkembangan yang paling aktual dapat ini adalah makin tingginya aspirasi

masyarakat terhadap pendidikan, dan gencarnya tuntutan kebijakan pendidikan

yang menjadi peningkatan aspek-aspek pemerataan kesempatan, mutu, efisiensi

dan relevansi pendidikan.

Pada bagian lain, M. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2002)

dengan mengutip pemikiran Bogdan bahwa dalam persektif peningkatan mutu

pendidikan terdapat empat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang

pemimpin pendidikan yaitu : (1) kemampuan mengorganisasikan dan membantu

staf di dalam merumuskan perbaikan pengajaran di sekolah dalam bentuk program

yang lengkap (2) kemampuan untuk membangkitkan dan memupuk kepercayaan

pada diri sendiri dari guru-guru dan anggota staf sekolah lainnya (3) kemampuan

untuk membina dan memupuk kerjasama dalam mengajukan dan melaksanakan

program-program supervisi dan (4) kemampuan untuk mendorong dan

membimbing guru-guru serta segenap staf sekolah lainnya agar mereka dengan

penuh kerelaan dan tanggug jawab berpartisipasi secara aktif pada setiap usaha-

usaha sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah itu sebaik-baiknya.

Sudarwan Danom, (2002) mengemukakan bahwa salah satu proposisi

tentang kebijakan pendidikan bagi kepala sekolah atau kepala sekolah bahwa :

”Kompetensi minimal seorang kepala sekolah adalah memiliki pengetahuan dan

keterampilan dalam bidang keadminstrasian sekolah, keterampilan hubungan

manusiawi dengan staf, ssiwa dan masyarakat, dan keterampilan teknis

instruksional dan non instruksional”. Hal serupa dikemukakan oleh Segiovanni

(Sudarwan Danim, 1995) bahwa dalam keseluruhan mekanisme kerja manajemen

Page 77: t Adpen 0808262 Chapter2

90

sekolah sebagai proses sosial, mengemukakan tiga jenis keterampilan yang

seyogyanya dimiliki oleh kepala sekolah yaitu (1) keterampilan teknis, yakni

keterampilan yang berhubungan dengan pengetahuan, metode, dan teknik-teknik

tertentu dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu (2) keterampilan manusiawi

yakni keterampilan yang menunjukkan kemampuan seorang manajer di dalam

kerja dengan orang lain secara efektif dan efisien (3) keterampilan konseptual

yakni keterampilan yang berkenaan dengan cara kepala sekolah memandang

sekolah, keterkaitan sekolah dengan struktur di atasnya dan dengan pranata-

pranata kemasyarakatan serta program kerja sekolah secara keseluruhan.

Dilain pihak Fred Luthans (1995) mengemukakan lima jenis keterampilan

yang dibutuhkan oleh seorang manajer, yang mencakup (1) Cultrural flexibility,

(2) Communication skills (3) Human Resources Development skills, (4)

Creativity, dan (5) Self Management of learning. Kelima keterampilan tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut :

Cultrural flexibility, merupakan keterampilan yang merujuk kepada

kesadaran dan kepekaan budaya, dimana seorang manajer dituntut untuk dapat

menghargai nilai keberagaman kultur yang ada di dalam organisasinya. Kepala

sekolah selaku manajer di sekolah sangat mungkin akan dihadapkan dengan

warga sekolah, dengan latar kultur yang beragam, baik guru, tenaga administrasi

maupun siswa. Oleh karenanya kepala sekolah dituntut untuk dapat menghargai

keberagaman kultur ini.

Communication skills merupakan keterampilan manajer yang berkenaan

dengan kemampuan untuk berkomunikasi, baik dalam bentuk lisan, tulisan,

Page 78: t Adpen 0808262 Chapter2

91

maupun non verbal. Keterampilan komunikasi amat penting bagi seorang kepala

sekolah, karena hampir sebagian besar tugas dan pekerjaan kepala sekolah

senantiasa melibatkan dan berhubungan dengan orang lain. Komunikasi yang

efektif akan sangat membantu terhadap keberhasilan organisasi secara

keseluruhan.

Human Resources Development skills, merupakan keterampilan manajer

yang berkenaan dengan pengembangan iklim pembelajaran (learning elimate),

mendesain program pelatihan, pengembangan informasi dan pengalaman kerja,

penilaian kinerja, penyediaan konseling karier, menciptakan perubahan organisasi

dan penyediaan bahan-bahan pembelajaran. Dalam perspektif persekolahan,

kepala sekolah dituntut untuk memiliki keterampilan dalam mengembangkan

sumber daya manusia yang tersedia di sekolahnya, sehingga mereka benar-benar

dapat diberdayakan dan memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan

pendidikan di sekolah.

Creativity, merupakan keterampilan manejer yang tidak hanya berkenaan

dengan pengembangan kreativitas dirinya sendiri, akan tetapi juga keterampilan

untuk menyediakan iklim yang mendorong semua orang untuk menjadi kreatif.

Sehubungan dengan hal ini, seorang kepala sekolah dituntut untuk memiliki

keterampilan dalam sekolah untuk mengembangkan berbagai kreativitas dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaannya.

Self Management of learning. Merupakan keterampilan manajer yang

merujuk kepada kebutuhan akan belajar yang berkesinambungan untuk

mendapatkan berbagai pengetahuan dan keterampilan baru. Dalam hal ini kepala

Page 79: t Adpen 0808262 Chapter2

92

sekolah dituntut untuk senantisa berusaha memperbaharui pengetahuan dan

keterampilan yang dimilikinya.

Kepala sekolah harus bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang

efektif. Sebagai manajer ia harus mampu mengatur agar semua potensi sekolah

dapat berfungsi secara optimal. Hal ini dapat dilakukan jika kepala sekolah

mampu melakukan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, meliputi (1)

perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) pengarahan, dan (4) pengawasan.

Segi kepemimpinan seorang kepala sekolah mungkin perlu menghadapi

gaya kepemimpinan tranformasional, agar semua potensi yang ada di sekolah

dapat berfungsi secara optimal. Kepemimpinan transformasional dapat

didefinisikan sebagai gaya

Kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan, dan atau

mendorong semua unsur yang ada dalam sekolah untuk bekerja atas dasar sistem

yang luhur, sehingga semua unsur yang ada di sekolah (guru, siswa, pegawai,

orang tua siswa, masyarakat dan sebagainya) bersedia, tanpa paksaan,

berpartisipasi secara optimal dalam mencapai tujuan ideal sekolah.

Pertama, kepala sekolah adalah pelaksana suatu tugas yang sarat dengan

harapan dan pembaharuan. Kemasan cita-cita mulai pendidikan kita secara tidak

langsung diserahkan kepada kepala sekolah. Optimisme orang tua yang

terkondisikan pada kepercayaan menyekolahkan putra-putrinya pada sekolah.

Peserta didik dapat belajar dan membelajarkan dirinya hanya karena fasilitas

kepala sekolah. Seonggok aturan dan kurikulum yang selanjutnya direalisasikan

Page 80: t Adpen 0808262 Chapter2

93

oleh para pendidik sudah pasti atas koordinasi dan otokrasi dari kepala sekolah.

Singkatnya kepala sekolah merupakan tokoh sentral pendidikan.

Kedua, sekolah sebagai suatu komunikasi pendidikan membutuhkan

seorang figure pemimpin yang dapat mendayagunakan semua potensi yang ada

dalam sekolah untuk suatu visi dan misi sekolah. Pada level ini, kepala sekolah

sering dianggap satu atau identik, bahkan disejajarkan dengan wajah sekolah ada

pada kepala sekolahnya. Disini tampak peranan kepala sekolah bukan hanya

seorang akumulator yang mengumpulkan aneka ragam potensi penata usaha, guru,

karyawan dan peserta didik, melainkan konseptor managerial yang bertanggung

jawab pada kontribusi masing-masingnya demi efektivitas dan efisiensi

kelangsungan pendidikan, akhirnya kepala sekolah berperanan sebagai manager

yang mengelola sekolah.

Kedua peran di atas, yakni sebagai tokoh sentral dan manajer dalam

sekolah diharubirukan oleh ketidakmampuan mengatasi aneka krisis yang ada

dalam sekolah, sehingga kepala sekolah harus tangguh “Ketangguhan kepala

sekolah akan menciptakan sekolah yang bermutu dan kompetif”. (Syaiful Sagala,

2007:89). Selanjutnya Syaiful Sagala menggambarkan bahwa ketangguhan ini

menggambarkan bahwa kepala sekolah itu memiliki (1) kekuatan teknis

penerapan fungsi-fungsi manajemen, (2) kekuatan manusia dalam memanfaatkan

potensi sosial sekolah, (3) kekuatan pendidikan dan kepemimpinan, (4) kekuatan

simbolik yaitu interaksi simbolik atas kedudukan profesional, dan (5) kekuatan

budaya sebagai sistem nilai yang berorientasi pada budaya mutu dan etos kerja

Page 81: t Adpen 0808262 Chapter2

94

yang tinggi. Semua itu disebut sebagai kekuatan kepemimpinan Kepala Sekolah

dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen sekolah.

4. Standar Kompetensi Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Standar kompetensi Kepala Sekolah ini merupakan standar minimal untuk

seorang guru yang menjadi calon Kepala Sekolah sebelum diangkat, atau

kemampuan minimal yang harus dimiliki dalam melaksanakan jabatan Kepala

Sekolah. Departemen Pendidikan Nasional (2006) telah menetapkan standar

tersebut dalam buku ”Kompetensi profesioanl Kepala Sekolah sebagai manajer”.

Minimal memiliki enam kompetensi profesional yaitu : (1) mengelola tenaga

kependidikan, (2) mengelola kesiswaan (3) mengelola sarana dan prasarana (4)

mengelola kegiatan belajar mengajar, (5) ketatausahaan dan keuangan sekolah, (6)

mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat.

Pertama, pengelolaan tenaga kependidikna. Dalam melaksanakan

pengelolaan tenaga kependidikan, Kepala Sekolah harus melakukan perencanaan,

menetapkan jumlah kebutuhan, dan melakukan pembinaan terhadap tenaga

pendidik dan tenaga kependidikan. Sebelum tahun ajaran baru dilaksanakan

Kepala Sekolah harus sudah merencanakan kebutuhan guru dan tenaga

kependidikan, menginventarisasi karateristik guru dan tenaga kependidikan,

memelihara dokumen personil sekolah, kemudian melakukan penempatan yang

sesuai dengan kompetensinya. Dalam melaksanakan pembinaan terhadap guru dan

tenaga kependidikan Kepala Sekolah memfasilitasi pengembangan profesional,

melakukan penempatan dan pemeliharan, serta menilai kinerja tenaga

Page 82: t Adpen 0808262 Chapter2

95

kependidikan. Pembinaan dalam operasional pekerjaan dilakukan pengembangan

sistem pembinaan karier, memberikan motivasi, dan membina hubungan kerja

yang harmonis. Pembinaan dalam memelihara hubungan kerja yang harmonis

dilakukan pengelolaan konplik antar tenaga pendidik, memberikan apresiasi,

empati dan simpati terhadap tenaga kependidikan.

Kedua, mengelola kesiswaan. Kemmapuan profsioanl Kepala Sekolah

dalam mengelola kesiswaan dapat diaplikasikan dalam hal penerimaan siswa baru.

Mengembangkan potensi siswa sesuai dengan minat dan bakatnya, menerapkan

sistem bimbingan konseling, memelihara disiplin, dan melaksanakan pelaporan

perkembangan siswa. Mengelola kesiswaan dimulai sejak penerimaan siswa baru,

dimana kegiatan PSB dilaksanakan dan dikoordinir oleh Tim atau panitia PSB

seusai dengan peraturan yang berlaku. Setelah siswa diterima di sekolah,

dilakukan pengembangan potensinya seusai dengan minat, bakat, kreativitas, dan

kemampuannya. Dalam mengantisipasi dan atau menangani permasalahan yang

dihadapi siswa dilaksanakan pengembangan sistem bimbingan dan konseling

sesuai dengan program pengembangan siswa. Siswa dalam menjalani

pendidikannya di sekolah harus memelihara disiplin dengan ditetapkannya tata

tertib siswa, dan menindaklanjuti pelanggaran apabila terjadi. Perkembangan

pengelolaan sisa tersebut di atas, harus dilaporkan dan disosialisasikan kepada

semua pihak yang berkepentingan (stakeholder pendidikan).

Ketiga, mengelola sarana dan prasarana. Tugas profesional Kepala

Sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan adalah mulai dari

menyusun kebutuhan fasilitas, melaksanakan pengadaan, melaksanakan

Page 83: t Adpen 0808262 Chapter2

96

pemeliharaan, melakukan inventarisasi, melakukan penghapusan inventaris,

sampai mengelola perpustakaan, dalam kegiatan penyusunan kebutuhan dan

pelaksanaan pengadaan fasilitas atau sarana dan prasarana pendidikan Kepala

Sekolah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dari Kabupaten/kota dan pihak-

pihak lain yang berwenang. Pada kegiatan pemeliharaan fasilitas, sepenuhnya

merupakan kewajiban sekolah di bawah kepemimpinan Kepala Sekolah untuk

melaksanakannya, mulai dari penempatan fasilitas, melakukan pemeliharaan dan

perbaikan, sampai mendokumentasikan kegiatan pengelolaan fasilitas. Melakukan

inventarisasi fasililitas mulai dari mengklasifikasikan dan mengelompokkan,

membukukan, kemudian menyusun laporan inventarisasi secara reguler. Apabila

terdapat barang yang sudah habis masa pakainya atau terdapat barang yang

mengalami kerusakan parah, maka dilakukan penghapusan inventarisasi sesuai

dengan prosedur yang berlaku. Tidak kalah pentingnya kegiatan pengelolaan

perpustakan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, dilakukan penataan,

pemeliharaan buku, dan pengadaan buku baru sesuai dengan kebutuhan.

Keempat, mengelola kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pokok di sekolah

adalah kegiatan belajar mengajar, sesuai dengan tujuan pendidikan untuk

meningkatkan kemampuan belajar siswa, dimana Kepala Sekolah harus dapat

menciptakan suasana yang kondusip untuk siswa belajar dengan baik. Pengelolaan

kegiatan belajar mengajar meliputi, pengembangan kurikulum, mengelola

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, dan megelola pelaporan hasil belajar.

Dalam kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah, Kepala Sekolah harus

memberdayakan tim pengembangan kurikulum, memfasilitasi pengembangan

Page 84: t Adpen 0808262 Chapter2

97

kurikulum muatan lokal, dan melakukan evaluasi hasil pelaksanaan kurikulum,.

Dalam pelaksanaan kurikulum dilakukan fasilitas terhadap guru dalam menyusun

bahan pelajaran, serta memfasilitasi guru dalam menentukan buku sumber.

Mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, diantaranya adalah

mengkooordinasi jadwal dan waktu dan evaluasi, memfasilitasi guru untuk

membuat rencana pembelajaran, memfasilitasi guru untuk menyusun bahan ajar,

memfasilitasi guru untuk menyiapkan alat bantu pembelajaran dan

mengkoordinasikan kegiatan pembelajaran. Dalam mengelola pelaporan hasil

belajar diantaranya adalah memfasilitasi guru untuk menyusun instrumen evaluasi

pembelajaran, mengkoordinasikan kegiatan evaluasi pembelajaran, dan

mengkoordinasikan pelaporan hasil belajar.

Kelima, ketatausahaan dan keuangan sekolah. Kepala sekolah dalam

mengelola ketatausahaan sekolah dengan menyelenggarakan tatalaksana

persuratan, tatalaksana kepegawaian, tatalaksana kesiswaan, tatalaksana fasilitas,

tatalaksana pembelajaran, dan tatalaksana program sekolah. Kompetensi

profesional kepada sekolah dalam mengelola keuangan sekolah dilaksanakan

dengan menyusun dan melaksanakan RAPBS secara transparan, menggali sumber

dana dari masyarakat (dermawan) dan dunia usaha/industri, keuangan.

Keenam, mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat. Kompetensi

profesi kepala sekolah dalam mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dapat

memanfaatkan organisasi independen komite sekolah sebagai badan pendukung

atau superting agency, sebagai badan pertimbangan, sebagai mediator antara

sekolah dan stakeholder pendidikan, sekaligus sebagai badan pengontrol. Kepada

Page 85: t Adpen 0808262 Chapter2

98

sekolah berkewajiban membuat program kerjasama dengan masyarakat,

mengidentifasi dukungan masyarakat, dan memfasilitas kegiatan-kegiatan yang

melibatkan masyarakat yang sesuai dengan program yang dikembangkan, serta

melakukan evaluasi dan menindaklanjut program pelaksanaan kerjasama dengan

masyarakat. Disisi lain juga perlu membina hubungan kerjasama dengan lembaga

pemerintah, swasta dan masyarakat, karena sekolah akan selalu memerlukan

dukungan masyarakat, dan masyarakat akan memerlukan sekolah yang sesuai

dengan kepentingan masyarakat.

Untuk menunjang kompetensi profesional tersebut di atas, Kepala Sekolah

perlu memiliki keterampilan yang mendukung pelaksanaan tugasnya sebagai

Kepala Sekolah yaitu (1) keterampilan konseptual (2) keterampilan teknis (3)

keterampilan hubungan manusia. Ketiga kemampuan di atas, sangat diperlukan

oleh Kepala Sekolah sebagai manajer lembaga pendidikan.

Page 86: t Adpen 0808262 Chapter2

99

1. upaya peningkatan mutu pendidikan telah terlaksana dengan baik pada sekolah

dasar di Kabupaten Tasikmalaya. Konsep mutu pembelajaran berdasarkan

ilmu ekonomi dengan pendekatan produksi dalam industri yaitu digambarkan

dengan mutu input, mutu proses, dan mutu output. Dalam konteks produksi

apabila mutu input bagus, diolah dengan proses yang bagus, maka outputnya

hampir dapat dipastikan bagus. Apabila diterapkan dalam dunia pendidikan

asumsi di atas bisa mengandung kebenaran dengan syarat tidak ada faktor lain

yang mengganggu. Mutu pembelajaran sekolah dalam hal ini diasumsikan

sebagai sejumlah karakteristik mutu pembelajaran yang perlu dimiliki sekolah,

yaitu mutu input pembelajaran, mutu proses pembelajaran, dan mutu output

pembelajaran. Kesemuanya dapat digunakan untuk menggambarkan mutu

pembelajaran secara keseluruhan. Kemampuan meningkatkan mutu

pembelajaran harus dimiliki oleh sekolah sebagai suatu sistem yang otonomi

tanpa tergantung pada atau dikendalikan oleh pihak luar, termasuk pada

pemerintah. “Peningkatan mutu erat kaitannya dengan kreativitas pengelola

satuan pendidikan dan guru dalam pengembangan kemampuan belajar siswa”.

(Suryadi A. Dan Budimansyah D. 2004:113).

2. Dari hasil analisis korelasional terhadap hipotesis I diketahui bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antar kinerja komite sekolah (X1) terhadap

peningkatan mutu pembelajaran pada sekolah dasar negeri di Kabupaten

Tasikmalaya (Y) dengan tingkat kepercayaan 0,01. Hal ini menunjukkan

bahwa organisasi komite sekolah yang telah dibentuk sebagai badan mandiri

pengganti BP3 perlu dipertahankan. Sejalan dengan tujuan pembentukan

Page 87: t Adpen 0808262 Chapter2

100

komite sekolah untuk “....mewadahi dan menyalurkan aspirasi masyarakat

dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan, serta

menciptakan suasana dan kondisi transparansi, akuntabilitas, dan

demokratisasi dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang

bermutu di satuan pendidikan” (Permen 044/U/2002).

Kinerja komite sekolah apabila sudah melaksanakan peran dan fungsinya

sesuai dengan tujuannya, maka akan dapat memberikan pengaruh positif

terhadap peningkatan mutu pembelajaran. Kontribusi kinerja komite sekolah

terhadap peningkatan mutu pembelajaran dapat diketahui dari hasil

perhitungan koefisien determinasi dengan nilai r2 sebesar 0,183, yang artinya

bahwa kontribusi kinerja komite sekolah terhadap peningkatan mutu

pembelajaran adalah sebesar 18,30% dan sisanya sebsar 81,70% dipengaruhi

oleh faktor lain diluar faktor kinerja komite sekolah.

Kontribusi kinerja komite sekolah terhadap peningkatan mutu pembelajaran

tidak secara langsung dengan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, tetapi

melalui kerjasama yang harmonis dengan kepala sekolah. Kinerja komite

sekolah sejalan dengan peran dan fungsinya yaitu sebagai badan

pertimbangan, badan pendukung, badan pengawasan dan badan mediasi antara

kepentingan sekolah dengan kepentingan masyarakat. Hal ini sejalan dengan

hasil studi Tim PPIM UIN Jakarta, dan Dikdasmen tahun (2004:95) yang

menyatakan “Kerjasama yang harmonis antar komite sekolah dengan kepala

sekolah dalam melaksanakan peningkatan mutu pembelajaran di sekolah

Page 88: t Adpen 0808262 Chapter2

101

adalah kemitaran yang diharapkan yang akan membentuk sinergi antara

lembaga sekolah dengan masyarakatnya”.

Hasil studi diatas menggambarkan bahwa kinerja komite sekolah yang baik

saja belum cukup, tetapi kinerja komite sekolah yang baik harus diwujudkan

dalam bentuk kerjasama kemitraan yang harmonis antara komite sekolah

dengan kepala sekolah. Komite sekolah sebagai perwujudan kepedulian

masyarakat dalam wadah organisasi independen, perlu saling bahu membahu

sekolah dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran.

3. Hasil analisis korelasional terhadap hipotesis II diketahui bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah (X2) dengan

peningkatan mutu pembelajaran (Y) sebesar (0,525) dan diterima pada tingkat

kepercayaan 0,01. Artinya bahwa kepemimpinan kepala sekolah pada sekolah

dasar negeri di Kabupaten Tasikmalaya sudah berjalan dengan dengan baik,

sehingga memberikan pengaruh langsung terhadap peningkatan mutu

pembelajaran. Kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap upaya

peningkatan mutu pembelajaran dapat diketahui dari koefisien determinasi

sebesar 0,275. artinya bahwa kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi

terhadap peningkatan mutu pembelajaran adalah sebear 27,80%.

Kepemimpinan kepala sekolah perlu mengadopsi gaya kepemimpinan

transformasional, agar semua potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi

secara optimal. Kepemimpinan transformasional dapat didefinisikan sebagai

gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan, dan atau

mendorong semua unsur yang ada dalam sekolah untuk bekerja atas dasar

Page 89: t Adpen 0808262 Chapter2

102

sistem nilai yang luhur, sehingga semua unsur yang ada di sekolah (guru,

siswa, pegawai, orangtua siswa, masyarakat, dan sebagainya) bersedia, tanpa

paksaan, berpartisipasi secara optimal dalam mencapai tujuan ideal sekolah.

Peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai tokoh sentral dan manajer dalam

sekolah sering diganggu oleh ketidakmampuan mengatasi aneka krisis yang

ada dalam sekolah, sehingga kepala sekolah harus tangguh. “Ketangguhan

kepala sekolah akan menciptakan sekolah yang bermutu dan kompetitif”,

(Syaiful Sagala:2007:89). Selanjutnya Syaiful Sagala menggambarkan bahwa

ketangguhan ini menggambarkan bahwa kepala sekolah itu memiliki : (1)

kekuatan teknis penerapan fungsi-fungsi manajemen, (2) kekuatan manusia

dalam memanfaatkan potensi sosial sekolah; (3) kekuatan pendidikan dan

kepemimpinan; (4) kekuatan simbolik yaitu interaksi simbolik atas kedudukan

profesional; dan (5) kekuatan budaya sebagai sistem nilai yang berorientasi

pada budaya mutu dan etos kerja yang tinggi. Semua itu disebut sebagai

kekuatan kepemimpinan kepala sekolah.

Hubungan kepemimpinan kepala sekolah peningkatan mutu pembelajaran

lebih besar bila dibandingkan dengan hubungan kinerja komite sekolah

terhadap peningkatan mutu pembelajaran. Hal ini sangat wajar karena

pengaruh kinerja komite sekolah tidak semuanya secara lebih banyak

berpengaruh terhadap manajemen sekolah melalui kerjasama dengan kepala

sekolah yang secara langsung berpengaruh terhadap peningkatan mutu

pembelajaran, baik mutu input pembelajaran, mutu proses pembelajaran

maupun mutu output pembelajaran, karena kebijakan kepala sekolah dapat

Page 90: t Adpen 0808262 Chapter2

103

menentukan semuanya. Demikian juga interaksi kepala sekolah dengan guru

setiap hari akan berpengaruh langsung terhadap mutu pembelajaran.

Hubungan antara kinerja komite sekolah terhadap kepemimpinan kepala

sekolah sangat kuat dengan nilai korelasi sebesar 0,76. Hal ini menunjukkan

bahwa kinerja komite sekolah terhadap kepemimpinan kepala sekolah sangat

berpengaruh, karena komite sekolah dibentuk untuk membantu kepala sekolah

dalam menyelenggarakan pendidikan yang transparansi dan akuntabel.

Hasil analisis korelasional terhadap hipotesis III diketahui bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara kinerja komite sekolah (X1) dan

kepemimpinan kepala sekolah (X2) dengan peningkatan mutu pembelajaran

(Y) sebesar (0,525) dan di terima pada tingkat kepercayaan 0,01. artinya

variabel kinerja komite sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah memiliki

hubungan yang sangat kuat terhadap peningkatan mutu pembelajaran di

sekolah.

Hasil penghitungan analisis regresi untuk memprediksi perubahan nilai

peningkatan mutu pembelajaran (Y) apabila variabel kinerja komite sekolah

(X1) dan varibel kepemimpinan kepala sekolah (X2) berubah. Dengan

persamaan Y = 4,550 + 0,051X + 0,395X2, konstanta sebesar 4,550

menyatakan bahwa jika tidak ada kinerja komite sekolah (X2), maka

peningkatan mutu pembelajaran (Y) adalah sebesar 4,550. artinya bahwa

apabila terjadi peningkatan sebesar 1 derajat kinerja komite sekolah maka

akan meningkatkan peningkatan mutu pembelajaran sebesar 0,051. dan

peningkatan 1 derajat pada variabel kepemimpinan kepala sekolah akan

meningkatkan mutu pembelajaran sebesar 0,395. dengan demikian upaya

Page 91: t Adpen 0808262 Chapter2

104

peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dapat di lakukan dengan

melakukan pembinaan terhadap kinerja komite sekolah dan pembinaan

kepemimpinan kepala sekolah.

Dengan analisis regresi di atas diketahui bahwa upaya peningkatan mutu

pembelajaran dapat dilakukan dengan pembinaan terhadap kinerja komite

sekolah dan melakukan pengembangan kompetensi kepemimpinan kepala

sekolah. Upaya pemerintah dalam melakukan pembinaan terhadap kinerja

komite sekolah yang dilakukan melalui organisasi dewan pendidikan di

tingkat kabupaten/kota, merupakan upaya yang perlu dilanjutkan. Pembinaan

ini dapat di teruskan oleh pemerintah daerah otonom, agar kinerja komite

sekolah lebih baik lagi.

Pembinaan kepemimpinan kepala sekolah selain oleh pemerintah pusat juga

dilakukan oleh pemerintah daerah melalui dinas pendidikan kabupaten/kota,

tetapi lebih bayak pembinaan yang berupa pembinaan dalam jabatan. Hal yang

lebih baik apabila pemerintah kabupaten/kota melakukan pembinaan

kepemimpinan kepala sekolah sebelum menduduki jabatan kepala sekolah.

Komite sekolah secara langsung melaksanakan peningkatan mutu

pembelajaran keterlibatannya dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi bersama

kepala sekolah melakukan upaya-upaya untuk melakukan pemberdayaan

segala sumber daya pendidikan yang ada untuk belajar siswa dengan baik

melalui kerjasama yang harmonis antara komite sekolah berupaya untuk

menanggulangi berbagai permasalahan yang dihadapi di sekolah.