Rpp Balita Fix

31
PENDIDIKAN DAN KONSULTASI GIZI LANJUT “RENCANA PELAKSANAAN PENYULUHAN” (Makalah diselesaikan untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah PKG Lanjut, Semester IV) oleh: Kelompok 1 Made Ayu Widya Wiriastuti (P07131013001) I Gusti Agung Anggi Widya Andari (P07131013004) Luh Wayan Nia Lestariasih (P07131013007) Ni Kadek Dwimayanti (P07131013010) Intan Dery Purnama Sari (P07131013013) Luh Gede Julian Hardiyanti Pertiwi (P07131013016) Gede Aristana (P07131013019) Viena Ayu Lintasari (P07131013022) Komang Arik Octavia (P07131013026) Ayu Dessy Dwirianasari (P07131013029) Ni Kadek Arik Erawati (P07131013032) Ni Luh Gede Citra Kusuma Dewi (P07131013035) A.A Titian Megasari (P07131013038) Kadek Dwi Antarawati (P07131013041) Baskara Bawa Dhanan Jaya (P07131013044) Ni Putu Leni Wulandari (P07131013047) Cicilia Novita Dewi (P07131013050)

description

Penyuluhan

Transcript of Rpp Balita Fix

PENDIDIKAN DAN KONSULTASI GIZI LANJUTRENCANA PELAKSANAAN PENYULUHAN

(Makalah diselesaikan untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah PKG Lanjut, Semester IV)

oleh:Kelompok 1

Made Ayu Widya Wiriastuti

(P07131013001)

I Gusti Agung Anggi Widya Andari

(P07131013004)

Luh Wayan Nia Lestariasih

(P07131013007)

Ni Kadek Dwimayanti

(P07131013010)

Intan Dery Purnama Sari

(P07131013013)

Luh Gede Julian Hardiyanti Pertiwi

(P07131013016)

Gede Aristana

(P07131013019)

Viena Ayu Lintasari

(P07131013022)

Komang Arik Octavia

(P07131013026)

Ayu Dessy Dwirianasari

(P07131013029)

Ni Kadek Arik Erawati

(P07131013032)

Ni Luh Gede Citra Kusuma Dewi

(P07131013035)

A.A Titian Megasari

(P07131013038)

Kadek Dwi Antarawati

(P07131013041)

Baskara Bawa Dhanan Jaya

(P07131013044)

Ni Putu Leni Wulandari

(P07131013047)

Cicilia Novita Dewi

(P07131013050)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN GIZI

DENPASAR

2014I. Latar BelakangStunting didefinisikan sebagai indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) atau dibawah rata-rata standar yang ada (ACC/SCN, 200). Stunting pada anak merupakan hasil jangka panjang konsumsi kronis diet berkualitas rendah yang dikombinasikan dengan morbiditas, penyakit infeksi, dan masalah lingkungan (Semba, et al., 2008).Menurut laporan The Lancets pada tahun 2008, di dunia ada 178 juta anak berusia kurang dari lima tahun (balita) yang stunting dengan luas mayoritas di South-Central Asia dan sub-Sahara Afrika. Prevalensi balita stunting pada tahun 2007 di seluruh dunia adalah 28.5% dan di seluruh negara berkembang sebesar 31.2% . untuk benua Asia prevalensi balita stunying sebesar 30.6%, kejadian ini jauh lebih tinggi dibanding dengan prevalensi balita stunting di Amerika latin dan Karibia, yaitu sebesar 14.8%. Prevalensi balita stunting di Asia Tenggara adalah 29.4%, lebih tinggi dibandingkan dengan Asia Timur (14.4%) dan Asia Barat (20.9%). Di Indonesia, tren kejadian stunting pada balita tidak memperlihatkan perubahan yang bermakna. Data Riskesdas menunjukan prevalensi stunting secara nasional pada tahun 2007 sebesar 36.8% dan pada tahun 2010 sebesar 35.6%. bila dibandingkan dengan batas non public health problem menurut WHO untuk masalah kependekan sebesar 20%, maka semua provinsi di Indonesia masih dalam kondisi bermasalah kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2010). Prevalensi stunting di Jawa Barat tahun 2007 adalah sebesar 35.4% (balita pendek 19.7% dan sangat pendek 15.7%) lalu pada tahun 2010 menunjukan perubahan menjadi 33.7% (balita status gizi pendek 17.1% dan sangat pendek 16.6%) (Depkes 2008; Kemenkes 2010). Prevalensi stunting di kota Depok (Depkes, 2008) termasuk dalam kesehatan masyarakat karena lebih dari 20% yaitu sebesar 20%.Berdasarkan penelitian Ramli, et al. (2009) Prevalensi sstunting dan severe stunting lebih tinggi pada anak usia 24 59 bulan, yaitu sebesar 50% dan 24% dibandingkan anak-anak berusia 0 23 bulan. Temuan tersebut mirip dengan hasil dari penelitian di Bangladesh, India, dan Pakistan dimana anak-anak berusia 24 59 bulan yang ditemukan berada dalam risiko lebih besar pertumbuhan yang terhambat. Tingginya prevalensi stunting pada anak usia 24 59 bulan menunjukan bahwa stunting tidak mungkin reversible (Ramli, et al., 2009). Selain itu, pada usia 3 5 tahun atau yang bisa juga disebut usia prasekolah kecepatan pertumbuhannya (growth velocity) sudah melambat (Brown, 2008).Di negara berpendapatan menengah kebawah, stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan karena stunting dapat meningkatkan risiko keatian pada anak, serta mempengaruhi fisik dan fungsional dari tubuh anak. Stunting atau gangguan pertumbuhan linier dapat mengakibatkan anak tidak mampu mencapai potensi genetic, mengindikasikan kejadian jangka panjang dan dampak kumulatif dari ketidakcukupan konsumsi zat gizi, kondisi kesehatan dan pengasuhan yang tidak memadai. Selain itu, stunting pada awal masa kanak-kanak dapat menyebabkan gangguan Intelligence Quotient (IQ), perkembangan psikomotor, kemampuan motorik, dan integrasi neurosensoris. Stunting juga berhubungan dengan kapasitas mental dan performa di sekolah, baik dalam kasus sedang sampai parah seringkali menyebabkan penurunan kapasitas kerja dalam masa dewasa. Anak dalam status gizi stunting memiliki IQ 5 10 poin lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal. Selain itu, anak yang mengalami retardasi pertumbuhan pada masa dewasa memiliki konsekuensi penting dalam hal ukuran tubuh, performa kerja dan reproduksi, dan risiko penyakit kronis.Pada dasaranya status gizi anak dapat dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung, dan akar masalah (UNICEF, 1990). Faktor langsung yang berhubungan dengan stunting yaitu berupa asupan makan dan status kesehatan. Asupan energi menunjukan hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting, seperti yang diteliti oleh Fitri (2012). Selain itu, konsumsi protein juga turut memberikan kontribusi dalam hal ini, penelitian Stephenson et al. (2010) menyebutkan pada anak usia 2 5 tahun di Kenya dan Nigeria asupan protein yang tidak adekuat berhubungan dengan kejadian stunting. Penelitian lain menyebutkan, asupan makanan dan status kesehatan berhubungan signifikan terhadap status gizi stunting pada anak di Libya (Teguri, et al., 2007). Selanjutnya, status kesehatan berupa penyakit infeksi memiliki hubungan positif terhadap indeks status gizi TB/U berdasarkan penelitian Masithah, Soekirman, & Martianto (2005).Begitupun selanjutnya, pola pengasuhan, pelayanan kesehatan, dan lingkungan rumah tangga sebagai faktor tidak langsung, serta akar masalah yang meliputi wilayah tempat tinggal dan status ekonomi memberikan hubungan dengan buruknya status gizi anak (Semba and Bloem, 2001). Pola pengasuhan berupa pemberian ASI eksklusif turut berkontribusi dalam kejadian stunting. Selanjutnya, status imunisasi pada anak adalah salah satu indikator kontak dengan pelayanan kesehatan, berdasarkan penelitian Neldawati (2006) status imunisasi memiliki hubungan signifikan terhadap indeks status gizi TB/U. hal senada juga dipaparkan dalam penelitian Milman, et al. (2005) dan Taguri, et al. (2007) bahwa status imunisasi memiliki hubungan signifikan terhadap kejadian stunting pada anak < 5 tahun.Karakteristik keluarga yaitu pendidikan orang tua dan pendapatan keluarga berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6 12 bulan (Astari, et al., 2005). Berdasarkan penelitian Semba, et al. (2008), tingkat pendidikan ibu dan ayah faktor utama kejadian stunting padabalita di Indonesia dan Bangladesh. Selain pendidikan, pekerjaan orang tua juga memiliki hubungan yang bermakna pada kejadian stunting, hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Ramli et al., (2005) kejadian stunting banyak terjadi di anak yang ayahnya tidak memiliki pekerjaan. Pendidikan dan pekerjaan orang tua selanjutnya akan mempengaruhi status ekonomi keluarga. Status ekonomi rumah tangga juga memiliki efek signifikan terhadap kejadian malnutrisi kronis pada anak di Ethiopia (Yimer, 2000).Berdasarkan laporan PSG Kota Depok (Dinkes, 2011), Kecamatan Cilodong menduduki peringkat teratas kedua setelah Kecamatan Pancoran Mas dalam masalah kependekan atau stunting. Di Kecamatan Cilodong, kelurahan yang memiliki prevalensi stunting tertinggi adalah Kelurahan Kaliburu yaitu sebesar 20.67%. bila dilihat dari segi usia, kelompok balita pada usia 25 60 bulan menempati peringkat pertama prevalensi stunting di kelurahan ini. Kejadian stunting bisa saja terus meningkat apabila faktor-faktor risiko yang telah di jelaskan sebelumnya tidak diperhatikan. Maka dari itu, dalam penelitian peneliti ingin melihat faktor resiko apa saja yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 25 60 bulan di Kelurahan Kalibaru Depok pada tahun 2012. II. Permasalahan

A. Masalah Gizi

Masalah gizi yang diangkat dalam penyuluhan ini adalah stunting pada balita. B. Faktor Penyebab Masalah

1. Faktor Perilaku

Faktor perilaku yang berpengaruh terhadap kejadian stunting pada balita adalah perilaku ibu ketika hamil yaitu kurangnya konsumsi. Kejadian stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungandengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.

2. Faktor Non Prilaku

Beberapa faktor non perilaku yang dapat mempengaruhi terjadinya stunting pada balita adalah penyakit infeksi, berat bayi lahir rendah, dan mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan. Penyakit infeksi contohnya yaitu balita mengalami diare, dan infeksi pada pernapasan sehingga akan mempengaruhi nafsu makan. Berat bayi lahir rendah dan mengalami stunted lebih awal sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi deficitjangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidakmampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan normal.III. Tujuan

A. Tujuan UmumMencegah terjadinya stunting pada anak balita.B. Tujuan Khusus

1. Ibu balita mengetahui apa yang dimaksud dengan stunting.2. Ibu balita dapat menjelaskan penyebab dari stunting.

3. Ibu balita dapat mengetahui cara penilaian stunting secara antropometri.4. Ibu balita dapat mengetahui dampak dari stunting.

5. Ibu balita dapat mengetahui cara pencegahan stunting.

6. Ibu balita dapat mengetahui asupan makanan yang sehat dan bergizi bagi balita.

IV. Rincian Kegiatan Penyuluhan

1. Isi Pesan

Perilaku keluarga sadar gizi (Kadarzi) sangat berpengaruh pada kejadian stunting pada balita.

2. Sasaran Penyuluhan

Sasaran dari penyuluhan ini adalah ibu balita di Posyandu Desa Darmasaba, Kecamatan Abian Semal, Badung. 3. Tenaga Penyuluh

Tenaga penyuluh yang diperlukan adalah 2 orang ahli gizi.4. Saluran PenyuluhanSaluran penyuluhan melalui : puskesmas setempat dan atau instansi pemeritah yang mempunyai program yang sama, media grafis seperti poster dan leaflet, media audio seperti slide, dan ausio visual seperti video. 5. Metode dan Media

a. MetodeMetode yang digunakan adalah ceramah, main peran, dan diskusi. Dimana pelaksanaan awalnya adalah dengan menjelaskan materi (ceramah) tentang stunting yang dilakukan oleh penyuluh, kemudian agar lebih mudah memahami materi, ibu-ibu balita diajak bermain peran tentang permasalahan stunting yang terjadi, kemudian sebagai penutup materi, penyuluh dan ibu-ibu balita melaksanakan diskusi tentang permasalahan stunting.

b. Media

Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah poster, leaflet, slide, dan video.

6. Tempat dan Waktu (Rencana Pelaksanaan Kegiatan Terlampir)

Tempat

Posyandu Desa Darmasaba, Kecamatan Abian Semal, Kabupaten Badung.

Waktu

09.00-11.00 WITA (120 menit)

7. Rencana Evaluasi

a. Tujuan Evaluasi

Proses : Untuk mengetahui seberapa jauh ibu-ibu balita mampu mengikuti kegiatan penyuluhan. Output : Untuk dapat mengetahui seberapa banyak materi yang telah diterima dan dimengerti oleh ibu-ibu balita.

b. Cara Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan cara tes dalam bentuk soal-soal.

c. Instrumen Evaluasi

Alat atau instrumen evaluasi yang digunakan adalah kertas yang berupa sekumpulan soal-soal.V. Rencana Anggaran Biaya

KEGIATAN PENYULUHAN

DI POSYANDU DESA DARMASABA, ABIAN SEMAL

NOKEGIATANJUMLAH HARGA SATUANTOTAL

1Persiapan

Print out dan penjilidan Rp 50.000,00

Fotocopy soal pre test50 Rp 150,00 Rp 7.500,00

Fotocopy soal pos test50 Rp 150,00 Rp 7.500,00

Paku sterofoam (pack)1 Rp 5.000,00 Rp 5.000,00

Sterofoam2 Rp 7.000,00 Rp 14.000,00

Spanduk Kegiatan 1 Rp 80.000,00 Rp 80.000,00

Leaflet60 Rp 3.000,00 Rp 180.000,00

Poster 3 Rp 5.000,00 Rp 15.000,00

2Pelaksanaan

Transportasi3 Rp 40.000,00 Rp 120.000,00

Snack Panitia10 Rp 5.000,00 Rp 50.000,00

JUMLAH Rp 529.000,00

DAFTAR PUSTAKAAnisa, Paramitha. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stunting Pada Balita Usia 25-60 Bulan di Kelurahan Kalibaru Depok Tahun 2012. Tersedia pada: http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20320460-S-Paramitha%20Anisa.pdf. Diakses pada: Selasa, 5 Mei 2015.

Anonim. 2013. Dampak dan Penyebab Stunted. Tersedia pada: http://www.indonesian-publichealth.com/2013/01/dampak-dan-penyebab-stunted.html. Diakses pada: Selasa, 5 Mei 2015.

Handout Mata Kuliah PKG Lanjut. Merencanakan Penyuluhan dan Konsultasi Gizi.

Scabiosa, Adinda. 2014. Masalah Gizi Penyebab Stunting (Pendek). Tersedia pada: http://adindascabiosa.blogspot.com/2014/04/makalah-masalah-gizi-penyebab-stunting.html. Diakses pada: Selasa, 5 Mei 2015.

Lampiran 1Rencana Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Stunting pada BalitaDi Posyandu Desa Darmasaba, Abian Semal

NoKegiatan PenyuluhanKegiatan PenyuluhKegiatan PesertaWaktuMedia

1Kegiatan Awal Memberi salam

Memperkenalkan diri

Melakukan pre test dengan membagikan kumpulan soal

Melakukan apersepsi dengan menayangkan foto beserta video tentang stunting yang terjadi pada balita. Menjawab salam

Mendengarkan

Menjawab pertanyaan yang diberikan

Melihat dan mendengarkan 2 menit

3 menit

5 menit Poster

Video

2Kegiatan Inti Menjelaskan materi penyuluhan

Ibu-ibu balita bermain peran

Melakukan diskusi beserta memberikan kesempatan kepada ibu-ibu balita untuk bertanya

Menyimpulkan materi keseluruhan

Melakukan evaluasi (post test) Mendengarkan Bermain peran

Mendengarkan, berdiskusi, serta bertanya

Melaksanakan evaluasi (pos test) dengan menjawab pertanyaan dalam soal yang telah disediakan 20 menit

15 menit

30 menit

15 menit

10 menit Slide

Video

Kumpulan soal

3Penutup Membagikan leaflet

Memberikan salam penutup Mendengarkan 5 menit Leaflet

Lampiran 2Susunan Kepanitiaan

Penyuluhan Stunting pada Balita

Di Posyandu Desa Darmasaba, Abian Semal

Ketua

: I Gede Aristana

Wakil Ketua

: Baskara Bawa Dhanan Jaya

Sekretaris

: Ni Kadek Dwimayanti

Bendahara

: Cicilia Novita Putri Arifin

Sie Acara

: Dwi Antara Wati

Leni Wulandari

Ayu Widya Wiriastuti

Citra Kusuma DewiSie Dokumentasi: Viena Ayu LintasariSie Konsumsi

: Arik Erawati

Julian Hardiyanti Pertiwi

Nia LestariasihTenaga Penyuluh: 2 orang ahli gizi Lampiran 3MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Stunting

Stuntingmerupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek).Stunting(tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (