Riza Arum Ambarwati

10
HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN INTENSITAS NYERI IBU POST SEKSIO SESAREA DI RSD Dr. HARYOTO LUMAJANG Siti Candra WB*, Fransiska Imavike F**, Riza Arum A*** ABSTRAK Mobilisasi dini adalah aktivitas yang dilakukan segera setelah beristirahat beberapa jam dengan beranjak dari tempat tidur pasien dan membimbingnya untuk berjalan. Timbulnya luka pada ibu post seksio sesarea setelah pembedahan menimbulkan nyeri yang menyebabkan kecemasan dan rasa takut untuk melakukan mobilisasi dini. Meskipun demikian, nyeri tersebut sebaiknya diabaikan karena mobilisasi dini memiliki manfaat yang penting bagi ibu post operasi seperti mencegah komplikasi dan memperlancar peredaran darah sehingga diharapkan mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi nyeri yang dirasakan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan intensitas nyeri ibu post seksio sesarea. Desain penelitian adalah Cross Sectional yang dilakukan pada ibu post seksio sesarea sebanyak 28 orang. Sampel dipilih dengan cara purposive sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan cara observasi. Dari analisis data menggunakan Spearman Rank didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan intensitas nyeri ibu post seksio sesarea pada hari pertama (p=0,485) dan kedua (p=0,299) tetapi ada hubungan pada saat ibu pulang yang ditunjukan melalui uji statistik spearman rank dengan nilai p=0,011 (<α=0,05) dan r= 0,474 yang menunjukkan korelasi tingkat sedang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin baik mobilisasi dini maka semakin menurun nyeri yang dirasakan. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar lebih memperhatikan faktor perancu lain, seperti usia, pengalaman terdahulu, dan kecemasan ibu. Kata kunci : Mobilisasi Dini, Intensitas Nyeri, Seksio Sesarea ABSTRACT Early mobilization is the activities that should be done by patient after take a rest in few hours with getting out of bed and let her walk. Incidence of injuries after surgery in post sectio caesarean’s women causes pain in which makes anxiety and fear to early mobilization. However, the pain should be ignored because the early mobilization has important benefits for women such as prevent post operative complications and circulation of blood which is expected to accelerate the process of wound healing and reduces pain. The purpose of this research was to determine the correlation between early mobili zation with pain intensity of post sectio caesarean’s women. This research used cross-sectional design and took 28 sample of sectio caesarean’s women with purposive sampling. The data were collected by using observation and were analyzed by Sperman Rank. The result showed that there is no correlation between early mobilization with pain intensity of post sectio caesarean’s women in first day (p=0,485) and second day (p=0,299), but there is moderate correlation in the last day (p=0,011, α=0,05) and r=-0,474. The conclusion from this research is if early mobilization done well it will reduces a pain. To research further recommended that more attention to other confounding factors, such as age, previous experience, and maternal anxiety. Keywords : Early Mobilization, Pain Intensity, Sectio Caesarea * Spesialis Obstetri Ginekologi RSSA Malang ** Dosen Keperawatan Universitas Brawijaya Malang *** Mahasiswa Keperawatan Universitas Brawijaya Malang

Transcript of Riza Arum Ambarwati

Page 1: Riza Arum Ambarwati

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN INTENSITAS NYERI IBU POST SEKSIO SESAREA DI

RSD Dr. HARYOTO LUMAJANG

Siti Candra WB*, Fransiska Imavike F**, Riza Arum A***

ABSTRAK

Mobilisasi dini adalah aktivitas yang dilakukan segera setelah beristirahat beberapa jam

dengan beranjak dari tempat tidur pasien dan membimbingnya untuk berjalan. Timbulnya luka pada ibu post seksio sesarea setelah pembedahan menimbulkan nyeri yang menyebabkan kecemasan dan rasa takut untuk melakukan mobilisasi dini. Meskipun demikian, nyeri tersebut sebaiknya diabaikan karena mobilisasi dini memiliki manfaat yang penting bagi ibu post operasi seperti mencegah komplikasi dan memperlancar peredaran darah sehingga diharapkan mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi nyeri yang dirasakan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan intensitas nyeri ibu post seksio sesarea. Desain penelitian adalah Cross Sectional yang dilakukan pada ibu post seksio sesarea sebanyak 28 orang. Sampel dipilih dengan cara purposive sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan cara observasi. Dari analisis data menggunakan Spearman Rank didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan intensitas nyeri ibu post seksio sesarea pada hari pertama (p=0,485) dan kedua (p=0,299) tetapi ada hubungan pada saat ibu pulang yang ditunjukan melalui uji statistik spearman rank dengan nilai p=0,011 (<α=0,05) dan r= ­0,474 yang menunjukkan korelasi tingkat sedang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin baik mobilisasi dini maka semakin menurun nyeri yang dirasakan. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar lebih memperhatikan faktor perancu lain, seperti usia, pengalaman terdahulu, dan kecemasan ibu. Kata kunci : Mobilisasi Dini, Intensitas Nyeri, Seksio Sesarea

ABSTRACT

Early mobilization is the activities that should be done by patient after take a rest in few hours with getting out of bed and let her walk. Incidence of injuries after surgery in post sectio caesarean’s women causes pain in which makes anxiety and fear to early mobilization. However, the pain should be ignored because the early mobilization has important benefits for women such as prevent post operative complications and circulation of blood which is expected to accelerate the process of wound healing and reduces pain. The purpose of this research was to determine the correlation between early mobilization with pain intensity of post sectio caesarean’s women. This research used cross-sectional design and took 28 sample of sectio caesarean’s women with purposive sampling. The data were collected by using observation and were analyzed by Sperman Rank. The result showed that there is no correlation between early mobilization with pain intensity of post sectio caesarean’s women in first day (p=0,485) and second day (p=0,299), but there is moderate correlation in the last day (p=0,011, α=0,05) and r=-0,474. The conclusion from this research is if early mobilization done well it will reduces a pain. To research further recommended that more attention to other confounding factors, such as age, previous experience, and maternal anxiety. Keywords : Early Mobilization, Pain Intensity, Sectio Caesarea

* Spesialis Obstetri Ginekologi RSSA Malang ** Dosen Keperawatan Universitas Brawijaya Malang *** Mahasiswa Keperawatan Universitas Brawijaya Malang

Page 2: Riza Arum Ambarwati

LATAR BELAKANG

Pelayanan keperawatan bidang

kesehatan modern mencakup berbagai

macam aspek yang diantaranya adalah

persalinan. Persalinan dapat berlangsung

secara normal ataupun dengan seksio

sesarea. Seksio sesarea adalah suatu

tindakan buatan dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan

dinding rahim dengan syarat rahim dalam

keadaan utuh dan dilakukan ketika proses

persalinan normal melalui jalan lahir tidak

memungkinkan dikarenakan komplikasi

medis.31

Menurut WHO, standar rata-rata

operasi seksio sesarea di sebuah negara

adalah sekitar 5-15%. Di Indonesia sendiri,

persentase operasi seksio sesarea sekitar

5%. Di rumah sakit pemerintah rata-rata 11%,

sementara di rumah sakit swasta bisa lebih

dari 30%.31

Banyak bergerak saat post operasi

akan membantu mempercepat proses

pemulihan. Salah satu cara pemulihan yang

dapat dilakukan oleh ibu post operasi adalah

dengan mobilisasi dini (14)

. Mobilisasi dini

adalah aktivitas yang dilakukan segera

setelah beristirahat beberapa jam dengan

beranjak dari tempat tidur ibu (16)

. Timbulnya

luka setelah pembedahan menimbulkan nyeri

yang menyebabkan kecemasan dan rasa

takut untuk melakukan mobilisasi.13

Nyeri adalah pengalaman sensori

dan emosional yang tidak menyenangkan

akibat dari kerusakan jaringan yang aktual

atau potensial. Tingkat dan keparahan nyeri

post operasi tergantung pada fisiologis dan

psikologis individu dan toleransi yang

ditimbulkan nyeri (27)

. Nyeri yang di rasakan

post seksio sesarea berasal dari luka yang

terdapat dari perut (15)

. Meskipun demikian,

nyeri tersebut sebaiknya diabaikan dan

mobilisasi harus tetap dilakukan karena

memiliki manfaat yang penting bagi ibu post

operasi yaitu dapat mengurangi bendungan

lokia dalam, mencegah komplikasi,

menstimulasi gerakan peristaltis,

memperlancar peredaran darah sehingga

diharapkan mempercepat proses

penyembuhan luka dan mengurangi nyeri

pada luka tersebut (5)

. Berdasarkan uraian

diatas, peneliti ingin melakukan penelitian

tentang hubungan mobilisasi dini dengan

intensitas nyeri ibu post seksio sesarea di

RSD Haryoto Lumajang.

Tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan

intensitas nyeri ibu post seksio sesarea.

Penelitian ini memiliki manfaat yaitu dapat

memberikan pengetahuan tentang manfaat

mobilisasi dini sehingga dapat meningkatkan

kesadaran ibu tentang pentingnya mobilisasi

dini setelah persalinan yang bermanfaat

untuk pemulihan kesehatan serta pemikiran

terhadap pelayanan terutama pada asuhan

keperawatan dalam menurunkan rasa nyeri

pada ibu post seksio sesarea.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan

penelitian observasi Cross Sectional.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah semua ibu post seksio sesarea di

RSD Dr Haryoto Lumajang dengan data

antara bulan Januari - Juni tahun 2011 rata-

rata sebanyak 30 orang perbulan. Cara

pengambilan sampel menggunakan teknik

purposive sampling. Kriteria inklusi yang

Page 3: Riza Arum Ambarwati

dapat dimasukkan atau yang layak diteliti

adalah yang pertama ibu dalam keadaan

sadar, mampu menerima penjelasan

mengenai informed consent, dan

menandatangani informed consent.Kedua,

ibu yang tanpa penyakit jantung, eklampsia,

dan perdarahan.Ketiga, ibu dengan anestesi

regional.

Keempat, ibu yang melakukan persalinan

seksio sesarea pertama kali. Jumlah sampel

dalam penelitian ini adalah 28 ibu post seksio

sesarean di RSD Dr. Haryoto. Uji statistik

yang digunakan adalah korelasi “Spearman

Rank”, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

November-Desember 2011.

KATEGORI SKOR JUMLAH PROSENTASE

Kurang Baik < 75 5 35,71%

Baik ≥ 75 9 64,29%

JUMLAH 14 100%

Mean = 78,57 SD=16,58

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Tabel 1 Hasil Skor Mobilisasi Dini Ibu Post Seksio Sesarea di RSD dr. Haryoto Lumajang (n=14)

No Skala Nyeri

Kategori Jumlah

Hari 1 Hari 2 Pulang

1 0 Tidak ada nyeri 0 0 0

2 1-3 Nyeri Ringan 0 0 10 (71,43%)

3 4-6 Nyeri Sedang 0 9 (64,29%) 4 (28,57%)

4 7-9 Nyeri Berat 14 (100%) 5 (35,71%) 0

5 10 Nyeri Sangat Berat 0 0 0

JUMLAH 14 14 14

Tabel 2 Hasil Skor Nyeri Ibu Post Seksio Sesarea di RSD Dr. Haryoto Lumajang (n=14)

Tabel 3 Tabel Silang Hubungan Mobilisasi Dini dengan Nyeri Ibu Post Seksio Sesarea di RSD Dr. Haryoto Lumajang (n=14)

Mobilisasi Dini

Tidak ada Nyeri

Nyeri Ringan

Nyeri Sedang

Nyeri Berat

Nyeri Sangat Berat

Jumlah

Kurang baik

0 2 (14,29%) 3 (21,43%) 0 0 5

Baik 0 8 (57,14%) 1 (7,14%) 0 0 9

Jumlah

14

Page 4: Riza Arum Ambarwati

Dari tabel 1 diketahui, mobilisasi dini

yang dilakukan dikategorikan menjadi 2

kelompok. Kategori kurang baik sebanyak 5

orang (35,71%) dan untuk kategori baik

sebanyak 9 orang (64,29%). Mean hasil skor

mobilisasi dini adalah 78,57 (SD=16,58)

dengan skor terendah adalah 60 dan skor

tertinggi adalah 100.

Hasil observasi nyeri pada ibu

primipara pada tabel 2 didapatkan bahwa

pada hari pertama semua ibu mengalami

nyeri berat dengan rerata nyeri adalah 7,79.

Pada hari kedua mayoritas ibu mengalami

nyeri sedang dengan jumlah 9 orang

(64,29%) dan rerata nyeri adalah 6,07. Pada

saat ibu pulang, sebanyak 10 orang (71,43%)

nyeri menjadi kategori ringan dengan rerata

nyeri adalah 2,71.

Temuan ini didukung hasil uji

Spearman Rank yang menunjukkan terdapat

hubungan yang signifikan (p = 0,474< 0,05)

antara mobilisasi dini dengan intensitas nyeri

ibu post seksio sesarea. Hal ini didukung oleh

nilai korelasi negatif kedua variabel sebesar

0,225 yang artinya bahwa mobilisasi dini

berkontribusi pada intensitas nyeri

sebesar 22,5%.

PEMBAHASAN

Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Seksio

Sesarea

Berdasarkan tabel 1 menyatakan

bahwa mobilisasi dini yang dilakukan oleh ibu

post seksio sesarea sebagian besar adalah

kategori baik sebanyak 9 orang (64,29%) dan

5 orang (35,71%) yang termasuk dalam

kategori kurang baik. Melihat dari hasil

penelitian bahwa terdapat ibu yang

melakukan mobilisasi dini dengan kurang

baik maupun baik, maka hal ini dapat

disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi mobilisasi dini

diantaranya usia, tingkat pengetahuan, dan

pengalaman.

Pada primipara, sebagian besar ibu

yang berusia 21-30 tahun sebanyak 9 orang

(64,29%), dimana usia tersebut merupakan

usia yang produktif dalam melakukan

reproduksi sehingga ibu sudah siap dalam

menghadapi segala perubahan yang terjadi

baik fisik maupun psikologis yang terjadi saat

kehamilan dan ini didukung oleh sebagian ibu

yang melakukan mobilisasi dengan kategori

kurang baik sebanyak 5 orang (35,71%).

Disamping itu, menurut Notoatmodjo

(2003), faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang antara lain

pendidikan. Pengetahuan yang kurang dapat

berakibat timbulnya anggapan yang salah

tentang mobilisasi dini yang benar pada ibu

post seksio sesarea. Anggapan yang salah

tersebut misalnya tidak boleh terlalu banyak

bergerak agar jahitannya tidak putus, tidak

boleh cepat turun dari tempat tidur agar tidak

terjadi komplikasi.

Anggapan-anggapan yang salah tetap

dipegang kuat dan ini didukung oleh masih

terdapat ibu yang melakukan mobilisasi

dengan kategori kurang baik yaitu sebanyak

5 orang (35,71%) dan terdapat 2 orang

(14,29%) ibu multipara dan 3 orang (21,43%)

ibu primipara dengan tingkat pendidikan

terakhir sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan

teori bahwa Hal ini sesuai dengan teori

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka akan semakin tinggi juga

pengetahuannya dan sebaliknya, semakin

rendah pendidikan,maka semakin rendah

pengetahuannya.

Page 5: Riza Arum Ambarwati

Motivasi ibu juga dapat mempengaruhi

keinginan untuk melakukan mobilisasi dini..

Kurangnya motivasi ibu dalam mobilisasi dini

menyebabkan ibu menjadi malas untuk

melakukannya. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa masih terdapat ibu yang melakukan

mobilisasi dini dengan kurang baik yaitu

sebanyak 5 orang (35,71%).

Faktor yang lain adalah penggunaan

regional anestesi. Regional anestesi juga

dapat menjadi faktor pendukung dalam

melakukan mobilisasi dini. Hal ini dapat

ditinjau pada teori menurut Syarif, et al (2007)

keuntungan yang didapat pada pemakaian

regional anestesi antara lain tekniknya

sederhana, cepat, ibu tetap sadar, bahaya

aspirasi minimal, jumlah perdarahan karena

tindakan lebih sedikit, mobilisasi dan mulai

pemberian makanan lebih cepat.

Intensitas Nyeri Pada Post Seksio Sesarea

Nyeri yang dirasakan oleh ibu post

seksio sesarea disebabkan oleh luka setelah

pembedahan (15)

. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa pada saat ibu

pulang, jumlah ibu yang mengalami nyeri

ringan sebanyak 10 orang (71,43%) dan yang

masih mengalami nyeri sedang sebanyak 4

orang (28,57%). Padahal, menurut

Simarmata (2003), rasa nyeri yang dirasakan

akibat operasi dinding abdomen biasanya

nyeri sedang 15 %, nyeri berat 30–40 %, dan

lebih dari 50 % adalah nyeri ringan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa intensitas nyeri yang

dirasakan oleh seseorang dapat berubah-

ubah seperti terlihat pada hari pertama dan

hari kedua yang tidak selalu mengalami

penurunan. Hal ini mungkin dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

pengalaman terdahulu dan usia (27)

.

Pengalaman terdahulu ibu dapat dilihat

dari kategori primipara dan multipara. Sesuai

dengan teori yang diungkapkan pada Potter

dan Perry (2005), yaitu apabila seseorang

yang tidak pernah merasakan nyeri maka

persepsi pertama nyeri dapat mengganggu

koping terhadap nyeri. Sebaliknya, seseorang

yang sering mengalami nyeri atau sejak lama

mengalami nyeri dengan jenis yang sama

berulang-ulang, kemudian nyeri berhasil

diatasi, akan menyebabkan individu tersebut

lebih mudah menginterpretasikan sensasi

nyeri tersebut. Hal ini didukung dari hasil

penelitian yaitu rasa nyeri yang dirasakan

pada hari pertama, sebanyak 2 orang

(14,29%) mengalami nyeri sedang,

sedangkan pada multipara sebanyak 3 orang

(21,43%) mengalami nyeri sedang.

Selain itu, usia memegang peranan

penting pada nyeri yang dirasakan. Usia ibu

multipara cenderung lebih tua daripada

primipara sehingga dapat mempengaruhi

kecepatan penyembuhan luka pada luka

setelah pembedahan. Hasil penelitian juga

menunjukkan hanya terdapat 1 orang

(7,14%) ibu primipara yang mengalami nyeri

sedang dan sebanyak 3 orang (21,43%) ibu

multipara mengalami nyeri sedang pada saat

pulang.

Faktor lain yang mempengaruhi

intensitas nyeri adalah pemberian analgesik

pada ibu post seksio sesarea. Analgesik

adalah obat anti nyeri yang tidak

menimbulkan hilangnya kesadaran. Ada dua

jenis analgesik yaitu analgesik

nonopioidseperti golongan

salisilat,parasetamol,dan analgesik anti

inflamasi non steroid dan analgesik opioid

Page 6: Riza Arum Ambarwati

seperti tramadol, pethidin, meperidin dan lain-

lain. Golongan salisilat, parasetamol dan

analgesik anti inflamasi non steroid bekerja

menghambat biosintesis prostaglandin,

sedangkan analgesik opioid bekerja sebagai

analgesik murni untuk nyeri sedang sampai

berat, misalnya tramadol, termasuk opioid

lemah, bersifat non narkotik dengan

mekanisme kerjanya tidak menghambat

prostaglandin melainkan menghambat

pelepasan serotonin yang dihasilkan oleh

nyeri persalinan (7)

.

Selain tramadol, golongan opioid lain

adalah pethidine. Pethidine menurunkan

ambang menggigil dan efektif dalam

mengendalikan menggigil. Tramadol sebagai

obat analgesik bekerja pada reseptor M,

menghambat reuptake dari noradrenalin dan

5-HT7 dan juga telah terbukti efektif sebagai

profilaksis menggigil. Namun ada pula

beberapa studi yang menyatakan keefektifan

Ketamin, reseptor NMDA antagonis kompetitif

sebagai agen untuk menurunkan kejadian

menggigil post anestesi. Meskipun pethidine,

tramadol dan ketamin efektif mencegah

menggigil pada spinal anestesi, stabilitas

hemodinamik yang lebih baik dan efek

samping minimal terbukti pada pemberian

ketamin sebagai alternatif yang lebih baik

dibandingkan dua obat lainnya (7)

.

Analisis Hubungan Mobilisasi Dini dengan

Intensitas Nyeri Ibu Post Seksio Sesarea

Hasil uji korelasi Spearman Rank pada

ibu post seksio sesarea menunjukkan bahwa

tidak ada korelasi pada hari pertama dan

kedua (p>0,005). Sedangkan pada saat ibu

pulang, terdapat korelasi antar kedua variabel

karena nilai p < 0,05. Berdasarkan nilai

koefisien korelasi kontingensi, maka Kofisien

Determinan (KD) = (r²) = (0,137)² = 0,0187 =

1,9% pada hari pertama, (0,2042)= 4,2%

pada hari kedua, dan (0,4742) = 22,5% pada

hari ketiga. Nilai r menunjukkan bahwa arah

korelasi negatif yang berarti semakin baik

mobilisasi dini, maka nyeri yang dirasakan

akan semakin berkurang.

Tidak adanya korelasi pada hari

pertama dan kedua disebabkan oleh

kontribusi yang mobilisasi dini yang sangat

kecil yaitu 1,9% dan 4,2%, sedangkan pada

saat pulang sebesar 22,5%. Hal ini sesuai

dengan teori yang dijelaskan oleh Kasdu

(2003) yaitu mobilisasi dini dilakukan secara

bertahap yaitu pada 6 jam pertama

menggerakkan ujung jari kaki dan memutar

pergelangan kaki, mengangkat tumit,

menegangkan otot betis serta menekuk dan

menggeser kaki. Setelah 6-10 jam, ibu

diharuskan untuk dapat miring kekiri dan

kanan. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk

dapat mulai belajar untuk duduk. Setelah ibu

dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penurunan

nyeri terjadi secara bertahap seiring dengan

mobilisasi dini yang dilakukan secara

bertahap. Sehingga kontribusi mobilisasi dini

juga kecil pada hari pertama dan kedua dan

meningkat pada saat pulang.

Dari hasil penelitian, didapatkan

hubungan yang bermakna antara mobilisasi

dini dengan intensitas nyeri saat pulang

dengan nilai 0,474 yang berarti tingkat

hubungannya adalah sedang. Hal tersebut

sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh

Mochtar (2006) yaitu mobilisasi dini memiliki

beberapa manfaat, antara lain :

a. Memperlancar peredaran darah

sehingga mempercepat penyembuhan

Page 7: Riza Arum Ambarwati

luka setelah pembedahan, sehingga

rasa nyeri akibat luka akan berkurang

b. Mempertahankan tonus otot. Dengan

bergerak, otot –otot perut dan panggul

akan kembali normal sehingga otot

perutnya menjadi kuat kembali dan

dapat mengurangi rasa sakit.

c. Mobilisasi dini memungkinkan kita

mengajarkan segera untuk ibu merawat

anaknya.

d. Mencegah terjadinya trombosis dan

tromboemboli, dengan mobilisasi

sirkulasi darah normal/lancar sehingga

resiko terjadinya trombosis dan

tromboemboli dapat dihindarkan.

Berdasarkan hasil penelitian, juga

didapatkan pada primipara baik ibu yang

melakukan mobilisasi dini dengan kategori

baik maupun dengan kategori kurang baik,

yang masih mengalami nyeri sedang saat

pulang sebanyak 2 orang (14,29%).

Sedangkan, pada multipara, ibu yang

melakukan mobilisasi dini dengan kategori

kurang baik yang masih mengalami nyeri

sedang saat pulang sebanyak 3 orang

(21,43%) dan ibu dengan mobilisasi baik

hanya terdapat 1 orang (7,14%) yang

mengalami nyeri sedang.

Pada multipara, terlihat bahwa

mobilisasi dini berpengaruh terhadap

intensitas nyeri yang dirasakan ibu karena

pada ibu yang melakukan mobilisasi dengan

baik, jumlah ibu yang mengalami nyeri

sedang lebih kecil daripada ibu yang kurang

baik dalam melakukan mobilisasi dini.

Sedangkan pada primipara, kedua jumlah ibu

yang mengalami nyeri sedang adalah sama

dalam kedua kategori mobilisasi dini. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor lain

yang menyumbang dalam 77,5% jika dilihat

dari hasil perhitungan pada penelitian ini (27)

.

Salah satu faktor lain yang

mempengaruhi adalah kecemasan.

Kecemasan dapat mengakibatkan stress dan

rasa takut pada ibu, terutama pada primipara.

Berdasarkan teori kecemasan tersebut, dapat

dilihat dari hasil penelitian yaitu pada

primipara dan multipara, jumlah ibu yang

melakukan mobilisasi dini dengan baik

maupun kurang baik adalah sama. Ibu

dengan kategori kurang baik sebanyak 5

orang (35,71%) dan kategori baik sebanyak 9

orang (64,29%), meskipun demikian,

penurunan nyeri pada hari kedua sampai ibu

pulang pada ibu primipara dan multipara

berbeda. Pada primipara, ibu yang mobilisasi

dini dengan kategori baik yang masih

mengalami nyeri sedang sebanyak 2 orang

(14,29%), sedangkan pada multipara hanya 1

orang (7,14%) ibu yang masih mengalami

nyeri sedang. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa kecemasan memang menyumbang

dalam 77, 5% jika dilihat dari perhitungan

dalam penelitian ini.

Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa

pelaksanaan penelitian ini masih banyak

kekurangan yang disebabkan karena:

a. Penelitian merupakan penelitian cross

sectional yang dilakukan tanpa

mengendalikan faktor-faktor lain yang

dapat mempengaruhi intensitas nyeri.

Faktor-faktor lain tersebut seperti usia,

pengalaman terdahulu, dan kecemasan.

b. Terbatasnya waktu penelitian dan tenaga

peneliti menyebabkan karakterisitik

populasi yang dijadikan sampel dalam

penelitian juga terbatas, sehingga

Page 8: Riza Arum Ambarwati

keberagaman karakteristik kurang

mewakili.

KESIMPULAN

Setelah serangkaian proses dilalui,

dalam bab ini peneliti dapat mengambil

beberapa kesimpulan.

a. Ibu post seksio sesarea primipara maupun

multipara melakukan mobilisasi dini

dengan jumlah sama dalam tiap kategori

yaitu dengan kategori kurang baik

sebanyak 5 orang (35,7%) dan dengan

kategori baik sebanyak 9 orang (64,29%).

b. Intensitas nyeri yang dirasakan oleh ibu

post seksio pada hari pertama pada

primipara sebanyak 14 orang (100%) dan

pada multipara sebanyak 12 orang

(85,71%) mengalami nyeri berat. Hari

kedua pada primipara sebanyak 9 orang

(64,29%) dan multipara sebanyak 10

orang (71,43%) mengalami nyeri sedang,

dan pada saat pulang baik primipara

maupun multipara sebanyak 10 orang

(71,43%) mengalami nyeri ringan.

c. Tidak ada hubungan antara mobilisasi dini

dengan intensitas nyeri ibu post seksio

sesarea pada hari pertama dan kedua

tetapi ada hubungan pada saat ibu

pulang.

SARAN

a. Bagi keperawatan adalah Penelitian ini

dapat digunakan sebagai masukan

khususnya bidang keperawatan untuk

memperdalam pembelajaran tentang

konseling dan asuhan keperawatan

untuk nyeri selama proses perkuliahan

mengingat peran perawat sebagai

pemberi asuhan keperawatan dan

konselor. Bagi perawat klinik diharapkan

agar dapat melaksanakan perannya

dengan memberikan konseling tentang

pentingnya mobilisasi dini dan dalam

pemberian asuhan keperawatan

terhadap nyeri ibu post seksio sesarea.

b. Bagi Institusi adalah penelitian ini dapat

digunakan sebagai tambahan

pengetahuan bagi insitusi bahwasanya

ada hubungan antara mobilisasi dini

dengan intensitas nyeri yang dirasakan

pada ibu post seksio sesarea. Selain itu,

mengadakan pelatihan khusus bagi

petugas kesehatan dalam hal konseling

dan asuhan keperawatan untuk nyeri

guna menambah kualitas pelayanan

kesehatan institusi.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya adalah bagi

peneliti selanjutnya diharapkan

menggunakan karakteristik populasi

yang lebih beragam dan menggunakan

variabel yang berbeda yang menjadi

faktor perancu lain seperti usia,

pengalaman terdahulu, dan kecemasan

agar dapat mengetahui faktor yang

paling berpengaruh terhadap intensitas

nyeri ibu post seksio sesarea.

Page 9: Riza Arum Ambarwati

DAFTAR PUSTAKA

Abdo, RAS. Factors Affecting Pain Intensity

Post Caesarean Section in

Governmental Hospitals in the

Palestine, 2008.

Amelia KV. Profilaksis Menggigil pada Seksio

Sesarea dengan Spinal Anestesi,

2011.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural

Keperawatan : Konsep dan Aplikasi

Kebutuhan Dasar Klien, Salemba

Medika, Jakarta.

Aziz, A. 2008. Ketrampilan Dasar Praktek

Klinik Kebidanan, Ed.2, Salemba

Medika, Jakarta.

Baradero M, Dayrit MW, & Siswadi Y. 2009.

Prinsip dan Praktik Keperatawan

Perioperatif, EGC, Jakarta.

Bastable, SB. 2002. Perawat sebagai

Pendidik : Prinsip – Prinsip

Pengajaran dan Pembelajaran, EGC,

Jakarta.

Cunningham FG. 2005. Williams Obstetrics,

22rd Edition, Appleton & Lange, New

York.

Deglin JH & Vallerand AP. 2005. Pedoman

Obat Untuk Perawat, Edisi 4, EGC,

Jakarta.

Garrison SJ. 2004. Dasar-dasar Terapi dan

Latihan Fisik, Hypocrates, Jakarta.

Hacker, N. 2003. Essensial Obstetri dan

Ginekologi, Edisi II, Hypocrates,

Jakarta.

Hamilton, PM. 2000. Dasar-Dasar

Keperawatan Maternitas, Edisi 6.

EGC, Jakarta.

Heller, L. 2002. Gawat Darurat Ginekologi

dan Obstetri, EGC, Jakarta.

Heniari. Gambaran Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Pada Ibu Pasca

Seksio Sesarea, 2010.

Indivara, N. 2009. The Mom’s Secret,

Pustaka Anggrek, Yogyakarta.

Kasdu, D. 2003. Operasi Caesar Masalah

dan Solusinya, Puspa Swara,

Jakarta.

Manuaba IAC, Manuaba IBGF, dan Manuaba

IBG. 2009. Memahami Kesehatan

Reproduksi Wanita edisi 2, EGC,

Jakarta.

Marcus et al. Pain, Postdural Puncture

Headache, Nausea, And Pruritus

After Cesarean Delivery: A Survey Of

Prophylaxis And Treatment. Minerva

Anestesiol Jurnal, 2011.

Mochtar, R. 2006. Sinopsis Obstetri : Obstetri

Operatif, Obstetri Sosial. EGC,

Jakarta

Nisfiannoor, M. 2009. Pendekatan Statistika

Modern untuk Ilmu Sosial, Salemba

Humanika, Jakarta

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan, Rhineka Cipta,

Jakarta

Pettersson, NO. Local Anesthesia for Pain

Relief after Surgery, 2001.

Rayburn, WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi,

Widya Madika, Jakarta.

Savoia et al. Postoperative pain treatment

SIAARTI Recommendations 2010.

Short versio, Minerva Anestesiol

Jurnal, 2001.

Simarmata, A. 2003. Perbandingan nyeri

pasca hernioplasty shouldice “ pure

tissue” dengan lichtenstein “tension

free”. Dibuka pada situs

www//http:library.usu.ac.id

Page 10: Riza Arum Ambarwati

Sinsin, I. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak,

Masa Kehamilan dan Persalinan, PT

Elex Media Komputindo, Jakarta.

Silvestro S, Dodaro C, Cortese G, Marsilia P,

& Lallo C. Role of Loco-Regional

Anaesthesia in Preventing Post

Operative Pain in Major Abdominal

Surgery, Acta Bio Medica Article,

2003.

Smeltzer, S & Bare BG. 2002. Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah, Edisi

ke-8, EGC, Jakarta.

Sudarmita, J. 2002. Epistemologi Dasar:

Pengantar Filsafat Pengetahuan,

Kencana, Jakarta

Syarif, A. et al. 2007. Kokain dan Anestetik

Lokal Sintetik. Dalam: Farmakologi

dan Terapi. Edisi 5. Gaya Baru,

Jakarta.

Videback, S. 2008. Buku Ajar keperawatan

Jiwa, EGC, Jakarta.

Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Bedah

Kebidanan. YSPSS, FKUI, EGC,

Jakarta.