Riza Arum Ambarwati
-
Upload
waode-ethika-nurcitrawati-fatia -
Category
Documents
-
view
24 -
download
7
Transcript of Riza Arum Ambarwati
HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN INTENSITAS NYERI IBU POST SEKSIO SESAREA DI
RSD Dr. HARYOTO LUMAJANG
Siti Candra WB*, Fransiska Imavike F**, Riza Arum A***
ABSTRAK
Mobilisasi dini adalah aktivitas yang dilakukan segera setelah beristirahat beberapa jam
dengan beranjak dari tempat tidur pasien dan membimbingnya untuk berjalan. Timbulnya luka pada ibu post seksio sesarea setelah pembedahan menimbulkan nyeri yang menyebabkan kecemasan dan rasa takut untuk melakukan mobilisasi dini. Meskipun demikian, nyeri tersebut sebaiknya diabaikan karena mobilisasi dini memiliki manfaat yang penting bagi ibu post operasi seperti mencegah komplikasi dan memperlancar peredaran darah sehingga diharapkan mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi nyeri yang dirasakan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan intensitas nyeri ibu post seksio sesarea. Desain penelitian adalah Cross Sectional yang dilakukan pada ibu post seksio sesarea sebanyak 28 orang. Sampel dipilih dengan cara purposive sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan cara observasi. Dari analisis data menggunakan Spearman Rank didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan intensitas nyeri ibu post seksio sesarea pada hari pertama (p=0,485) dan kedua (p=0,299) tetapi ada hubungan pada saat ibu pulang yang ditunjukan melalui uji statistik spearman rank dengan nilai p=0,011 (<α=0,05) dan r= 0,474 yang menunjukkan korelasi tingkat sedang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin baik mobilisasi dini maka semakin menurun nyeri yang dirasakan. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar lebih memperhatikan faktor perancu lain, seperti usia, pengalaman terdahulu, dan kecemasan ibu. Kata kunci : Mobilisasi Dini, Intensitas Nyeri, Seksio Sesarea
ABSTRACT
Early mobilization is the activities that should be done by patient after take a rest in few hours with getting out of bed and let her walk. Incidence of injuries after surgery in post sectio caesarean’s women causes pain in which makes anxiety and fear to early mobilization. However, the pain should be ignored because the early mobilization has important benefits for women such as prevent post operative complications and circulation of blood which is expected to accelerate the process of wound healing and reduces pain. The purpose of this research was to determine the correlation between early mobilization with pain intensity of post sectio caesarean’s women. This research used cross-sectional design and took 28 sample of sectio caesarean’s women with purposive sampling. The data were collected by using observation and were analyzed by Sperman Rank. The result showed that there is no correlation between early mobilization with pain intensity of post sectio caesarean’s women in first day (p=0,485) and second day (p=0,299), but there is moderate correlation in the last day (p=0,011, α=0,05) and r=-0,474. The conclusion from this research is if early mobilization done well it will reduces a pain. To research further recommended that more attention to other confounding factors, such as age, previous experience, and maternal anxiety. Keywords : Early Mobilization, Pain Intensity, Sectio Caesarea
* Spesialis Obstetri Ginekologi RSSA Malang ** Dosen Keperawatan Universitas Brawijaya Malang *** Mahasiswa Keperawatan Universitas Brawijaya Malang
LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan bidang
kesehatan modern mencakup berbagai
macam aspek yang diantaranya adalah
persalinan. Persalinan dapat berlangsung
secara normal ataupun dengan seksio
sesarea. Seksio sesarea adalah suatu
tindakan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh dan dilakukan ketika proses
persalinan normal melalui jalan lahir tidak
memungkinkan dikarenakan komplikasi
medis.31
Menurut WHO, standar rata-rata
operasi seksio sesarea di sebuah negara
adalah sekitar 5-15%. Di Indonesia sendiri,
persentase operasi seksio sesarea sekitar
5%. Di rumah sakit pemerintah rata-rata 11%,
sementara di rumah sakit swasta bisa lebih
dari 30%.31
Banyak bergerak saat post operasi
akan membantu mempercepat proses
pemulihan. Salah satu cara pemulihan yang
dapat dilakukan oleh ibu post operasi adalah
dengan mobilisasi dini (14)
. Mobilisasi dini
adalah aktivitas yang dilakukan segera
setelah beristirahat beberapa jam dengan
beranjak dari tempat tidur ibu (16)
. Timbulnya
luka setelah pembedahan menimbulkan nyeri
yang menyebabkan kecemasan dan rasa
takut untuk melakukan mobilisasi.13
Nyeri adalah pengalaman sensori
dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual
atau potensial. Tingkat dan keparahan nyeri
post operasi tergantung pada fisiologis dan
psikologis individu dan toleransi yang
ditimbulkan nyeri (27)
. Nyeri yang di rasakan
post seksio sesarea berasal dari luka yang
terdapat dari perut (15)
. Meskipun demikian,
nyeri tersebut sebaiknya diabaikan dan
mobilisasi harus tetap dilakukan karena
memiliki manfaat yang penting bagi ibu post
operasi yaitu dapat mengurangi bendungan
lokia dalam, mencegah komplikasi,
menstimulasi gerakan peristaltis,
memperlancar peredaran darah sehingga
diharapkan mempercepat proses
penyembuhan luka dan mengurangi nyeri
pada luka tersebut (5)
. Berdasarkan uraian
diatas, peneliti ingin melakukan penelitian
tentang hubungan mobilisasi dini dengan
intensitas nyeri ibu post seksio sesarea di
RSD Haryoto Lumajang.
Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan
intensitas nyeri ibu post seksio sesarea.
Penelitian ini memiliki manfaat yaitu dapat
memberikan pengetahuan tentang manfaat
mobilisasi dini sehingga dapat meningkatkan
kesadaran ibu tentang pentingnya mobilisasi
dini setelah persalinan yang bermanfaat
untuk pemulihan kesehatan serta pemikiran
terhadap pelayanan terutama pada asuhan
keperawatan dalam menurunkan rasa nyeri
pada ibu post seksio sesarea.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan
penelitian observasi Cross Sectional.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah semua ibu post seksio sesarea di
RSD Dr Haryoto Lumajang dengan data
antara bulan Januari - Juni tahun 2011 rata-
rata sebanyak 30 orang perbulan. Cara
pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Kriteria inklusi yang
dapat dimasukkan atau yang layak diteliti
adalah yang pertama ibu dalam keadaan
sadar, mampu menerima penjelasan
mengenai informed consent, dan
menandatangani informed consent.Kedua,
ibu yang tanpa penyakit jantung, eklampsia,
dan perdarahan.Ketiga, ibu dengan anestesi
regional.
Keempat, ibu yang melakukan persalinan
seksio sesarea pertama kali. Jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 28 ibu post seksio
sesarean di RSD Dr. Haryoto. Uji statistik
yang digunakan adalah korelasi “Spearman
Rank”, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November-Desember 2011.
KATEGORI SKOR JUMLAH PROSENTASE
Kurang Baik < 75 5 35,71%
Baik ≥ 75 9 64,29%
JUMLAH 14 100%
Mean = 78,57 SD=16,58
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
Tabel 1 Hasil Skor Mobilisasi Dini Ibu Post Seksio Sesarea di RSD dr. Haryoto Lumajang (n=14)
No Skala Nyeri
Kategori Jumlah
Hari 1 Hari 2 Pulang
1 0 Tidak ada nyeri 0 0 0
2 1-3 Nyeri Ringan 0 0 10 (71,43%)
3 4-6 Nyeri Sedang 0 9 (64,29%) 4 (28,57%)
4 7-9 Nyeri Berat 14 (100%) 5 (35,71%) 0
5 10 Nyeri Sangat Berat 0 0 0
JUMLAH 14 14 14
Tabel 2 Hasil Skor Nyeri Ibu Post Seksio Sesarea di RSD Dr. Haryoto Lumajang (n=14)
Tabel 3 Tabel Silang Hubungan Mobilisasi Dini dengan Nyeri Ibu Post Seksio Sesarea di RSD Dr. Haryoto Lumajang (n=14)
Mobilisasi Dini
Tidak ada Nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat
Nyeri Sangat Berat
Jumlah
Kurang baik
0 2 (14,29%) 3 (21,43%) 0 0 5
Baik 0 8 (57,14%) 1 (7,14%) 0 0 9
Jumlah
14
Dari tabel 1 diketahui, mobilisasi dini
yang dilakukan dikategorikan menjadi 2
kelompok. Kategori kurang baik sebanyak 5
orang (35,71%) dan untuk kategori baik
sebanyak 9 orang (64,29%). Mean hasil skor
mobilisasi dini adalah 78,57 (SD=16,58)
dengan skor terendah adalah 60 dan skor
tertinggi adalah 100.
Hasil observasi nyeri pada ibu
primipara pada tabel 2 didapatkan bahwa
pada hari pertama semua ibu mengalami
nyeri berat dengan rerata nyeri adalah 7,79.
Pada hari kedua mayoritas ibu mengalami
nyeri sedang dengan jumlah 9 orang
(64,29%) dan rerata nyeri adalah 6,07. Pada
saat ibu pulang, sebanyak 10 orang (71,43%)
nyeri menjadi kategori ringan dengan rerata
nyeri adalah 2,71.
Temuan ini didukung hasil uji
Spearman Rank yang menunjukkan terdapat
hubungan yang signifikan (p = 0,474< 0,05)
antara mobilisasi dini dengan intensitas nyeri
ibu post seksio sesarea. Hal ini didukung oleh
nilai korelasi negatif kedua variabel sebesar
0,225 yang artinya bahwa mobilisasi dini
berkontribusi pada intensitas nyeri
sebesar 22,5%.
PEMBAHASAN
Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Seksio
Sesarea
Berdasarkan tabel 1 menyatakan
bahwa mobilisasi dini yang dilakukan oleh ibu
post seksio sesarea sebagian besar adalah
kategori baik sebanyak 9 orang (64,29%) dan
5 orang (35,71%) yang termasuk dalam
kategori kurang baik. Melihat dari hasil
penelitian bahwa terdapat ibu yang
melakukan mobilisasi dini dengan kurang
baik maupun baik, maka hal ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi mobilisasi dini
diantaranya usia, tingkat pengetahuan, dan
pengalaman.
Pada primipara, sebagian besar ibu
yang berusia 21-30 tahun sebanyak 9 orang
(64,29%), dimana usia tersebut merupakan
usia yang produktif dalam melakukan
reproduksi sehingga ibu sudah siap dalam
menghadapi segala perubahan yang terjadi
baik fisik maupun psikologis yang terjadi saat
kehamilan dan ini didukung oleh sebagian ibu
yang melakukan mobilisasi dengan kategori
kurang baik sebanyak 5 orang (35,71%).
Disamping itu, menurut Notoatmodjo
(2003), faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang antara lain
pendidikan. Pengetahuan yang kurang dapat
berakibat timbulnya anggapan yang salah
tentang mobilisasi dini yang benar pada ibu
post seksio sesarea. Anggapan yang salah
tersebut misalnya tidak boleh terlalu banyak
bergerak agar jahitannya tidak putus, tidak
boleh cepat turun dari tempat tidur agar tidak
terjadi komplikasi.
Anggapan-anggapan yang salah tetap
dipegang kuat dan ini didukung oleh masih
terdapat ibu yang melakukan mobilisasi
dengan kategori kurang baik yaitu sebanyak
5 orang (35,71%) dan terdapat 2 orang
(14,29%) ibu multipara dan 3 orang (21,43%)
ibu primipara dengan tingkat pendidikan
terakhir sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa Hal ini sesuai dengan teori
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka akan semakin tinggi juga
pengetahuannya dan sebaliknya, semakin
rendah pendidikan,maka semakin rendah
pengetahuannya.
Motivasi ibu juga dapat mempengaruhi
keinginan untuk melakukan mobilisasi dini..
Kurangnya motivasi ibu dalam mobilisasi dini
menyebabkan ibu menjadi malas untuk
melakukannya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masih terdapat ibu yang melakukan
mobilisasi dini dengan kurang baik yaitu
sebanyak 5 orang (35,71%).
Faktor yang lain adalah penggunaan
regional anestesi. Regional anestesi juga
dapat menjadi faktor pendukung dalam
melakukan mobilisasi dini. Hal ini dapat
ditinjau pada teori menurut Syarif, et al (2007)
keuntungan yang didapat pada pemakaian
regional anestesi antara lain tekniknya
sederhana, cepat, ibu tetap sadar, bahaya
aspirasi minimal, jumlah perdarahan karena
tindakan lebih sedikit, mobilisasi dan mulai
pemberian makanan lebih cepat.
Intensitas Nyeri Pada Post Seksio Sesarea
Nyeri yang dirasakan oleh ibu post
seksio sesarea disebabkan oleh luka setelah
pembedahan (15)
. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada saat ibu
pulang, jumlah ibu yang mengalami nyeri
ringan sebanyak 10 orang (71,43%) dan yang
masih mengalami nyeri sedang sebanyak 4
orang (28,57%). Padahal, menurut
Simarmata (2003), rasa nyeri yang dirasakan
akibat operasi dinding abdomen biasanya
nyeri sedang 15 %, nyeri berat 30–40 %, dan
lebih dari 50 % adalah nyeri ringan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa intensitas nyeri yang
dirasakan oleh seseorang dapat berubah-
ubah seperti terlihat pada hari pertama dan
hari kedua yang tidak selalu mengalami
penurunan. Hal ini mungkin dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
pengalaman terdahulu dan usia (27)
.
Pengalaman terdahulu ibu dapat dilihat
dari kategori primipara dan multipara. Sesuai
dengan teori yang diungkapkan pada Potter
dan Perry (2005), yaitu apabila seseorang
yang tidak pernah merasakan nyeri maka
persepsi pertama nyeri dapat mengganggu
koping terhadap nyeri. Sebaliknya, seseorang
yang sering mengalami nyeri atau sejak lama
mengalami nyeri dengan jenis yang sama
berulang-ulang, kemudian nyeri berhasil
diatasi, akan menyebabkan individu tersebut
lebih mudah menginterpretasikan sensasi
nyeri tersebut. Hal ini didukung dari hasil
penelitian yaitu rasa nyeri yang dirasakan
pada hari pertama, sebanyak 2 orang
(14,29%) mengalami nyeri sedang,
sedangkan pada multipara sebanyak 3 orang
(21,43%) mengalami nyeri sedang.
Selain itu, usia memegang peranan
penting pada nyeri yang dirasakan. Usia ibu
multipara cenderung lebih tua daripada
primipara sehingga dapat mempengaruhi
kecepatan penyembuhan luka pada luka
setelah pembedahan. Hasil penelitian juga
menunjukkan hanya terdapat 1 orang
(7,14%) ibu primipara yang mengalami nyeri
sedang dan sebanyak 3 orang (21,43%) ibu
multipara mengalami nyeri sedang pada saat
pulang.
Faktor lain yang mempengaruhi
intensitas nyeri adalah pemberian analgesik
pada ibu post seksio sesarea. Analgesik
adalah obat anti nyeri yang tidak
menimbulkan hilangnya kesadaran. Ada dua
jenis analgesik yaitu analgesik
nonopioidseperti golongan
salisilat,parasetamol,dan analgesik anti
inflamasi non steroid dan analgesik opioid
seperti tramadol, pethidin, meperidin dan lain-
lain. Golongan salisilat, parasetamol dan
analgesik anti inflamasi non steroid bekerja
menghambat biosintesis prostaglandin,
sedangkan analgesik opioid bekerja sebagai
analgesik murni untuk nyeri sedang sampai
berat, misalnya tramadol, termasuk opioid
lemah, bersifat non narkotik dengan
mekanisme kerjanya tidak menghambat
prostaglandin melainkan menghambat
pelepasan serotonin yang dihasilkan oleh
nyeri persalinan (7)
.
Selain tramadol, golongan opioid lain
adalah pethidine. Pethidine menurunkan
ambang menggigil dan efektif dalam
mengendalikan menggigil. Tramadol sebagai
obat analgesik bekerja pada reseptor M,
menghambat reuptake dari noradrenalin dan
5-HT7 dan juga telah terbukti efektif sebagai
profilaksis menggigil. Namun ada pula
beberapa studi yang menyatakan keefektifan
Ketamin, reseptor NMDA antagonis kompetitif
sebagai agen untuk menurunkan kejadian
menggigil post anestesi. Meskipun pethidine,
tramadol dan ketamin efektif mencegah
menggigil pada spinal anestesi, stabilitas
hemodinamik yang lebih baik dan efek
samping minimal terbukti pada pemberian
ketamin sebagai alternatif yang lebih baik
dibandingkan dua obat lainnya (7)
.
Analisis Hubungan Mobilisasi Dini dengan
Intensitas Nyeri Ibu Post Seksio Sesarea
Hasil uji korelasi Spearman Rank pada
ibu post seksio sesarea menunjukkan bahwa
tidak ada korelasi pada hari pertama dan
kedua (p>0,005). Sedangkan pada saat ibu
pulang, terdapat korelasi antar kedua variabel
karena nilai p < 0,05. Berdasarkan nilai
koefisien korelasi kontingensi, maka Kofisien
Determinan (KD) = (r²) = (0,137)² = 0,0187 =
1,9% pada hari pertama, (0,2042)= 4,2%
pada hari kedua, dan (0,4742) = 22,5% pada
hari ketiga. Nilai r menunjukkan bahwa arah
korelasi negatif yang berarti semakin baik
mobilisasi dini, maka nyeri yang dirasakan
akan semakin berkurang.
Tidak adanya korelasi pada hari
pertama dan kedua disebabkan oleh
kontribusi yang mobilisasi dini yang sangat
kecil yaitu 1,9% dan 4,2%, sedangkan pada
saat pulang sebesar 22,5%. Hal ini sesuai
dengan teori yang dijelaskan oleh Kasdu
(2003) yaitu mobilisasi dini dilakukan secara
bertahap yaitu pada 6 jam pertama
menggerakkan ujung jari kaki dan memutar
pergelangan kaki, mengangkat tumit,
menegangkan otot betis serta menekuk dan
menggeser kaki. Setelah 6-10 jam, ibu
diharuskan untuk dapat miring kekiri dan
kanan. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk
dapat mulai belajar untuk duduk. Setelah ibu
dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penurunan
nyeri terjadi secara bertahap seiring dengan
mobilisasi dini yang dilakukan secara
bertahap. Sehingga kontribusi mobilisasi dini
juga kecil pada hari pertama dan kedua dan
meningkat pada saat pulang.
Dari hasil penelitian, didapatkan
hubungan yang bermakna antara mobilisasi
dini dengan intensitas nyeri saat pulang
dengan nilai 0,474 yang berarti tingkat
hubungannya adalah sedang. Hal tersebut
sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
Mochtar (2006) yaitu mobilisasi dini memiliki
beberapa manfaat, antara lain :
a. Memperlancar peredaran darah
sehingga mempercepat penyembuhan
luka setelah pembedahan, sehingga
rasa nyeri akibat luka akan berkurang
b. Mempertahankan tonus otot. Dengan
bergerak, otot –otot perut dan panggul
akan kembali normal sehingga otot
perutnya menjadi kuat kembali dan
dapat mengurangi rasa sakit.
c. Mobilisasi dini memungkinkan kita
mengajarkan segera untuk ibu merawat
anaknya.
d. Mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli, dengan mobilisasi
sirkulasi darah normal/lancar sehingga
resiko terjadinya trombosis dan
tromboemboli dapat dihindarkan.
Berdasarkan hasil penelitian, juga
didapatkan pada primipara baik ibu yang
melakukan mobilisasi dini dengan kategori
baik maupun dengan kategori kurang baik,
yang masih mengalami nyeri sedang saat
pulang sebanyak 2 orang (14,29%).
Sedangkan, pada multipara, ibu yang
melakukan mobilisasi dini dengan kategori
kurang baik yang masih mengalami nyeri
sedang saat pulang sebanyak 3 orang
(21,43%) dan ibu dengan mobilisasi baik
hanya terdapat 1 orang (7,14%) yang
mengalami nyeri sedang.
Pada multipara, terlihat bahwa
mobilisasi dini berpengaruh terhadap
intensitas nyeri yang dirasakan ibu karena
pada ibu yang melakukan mobilisasi dengan
baik, jumlah ibu yang mengalami nyeri
sedang lebih kecil daripada ibu yang kurang
baik dalam melakukan mobilisasi dini.
Sedangkan pada primipara, kedua jumlah ibu
yang mengalami nyeri sedang adalah sama
dalam kedua kategori mobilisasi dini. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor lain
yang menyumbang dalam 77,5% jika dilihat
dari hasil perhitungan pada penelitian ini (27)
.
Salah satu faktor lain yang
mempengaruhi adalah kecemasan.
Kecemasan dapat mengakibatkan stress dan
rasa takut pada ibu, terutama pada primipara.
Berdasarkan teori kecemasan tersebut, dapat
dilihat dari hasil penelitian yaitu pada
primipara dan multipara, jumlah ibu yang
melakukan mobilisasi dini dengan baik
maupun kurang baik adalah sama. Ibu
dengan kategori kurang baik sebanyak 5
orang (35,71%) dan kategori baik sebanyak 9
orang (64,29%), meskipun demikian,
penurunan nyeri pada hari kedua sampai ibu
pulang pada ibu primipara dan multipara
berbeda. Pada primipara, ibu yang mobilisasi
dini dengan kategori baik yang masih
mengalami nyeri sedang sebanyak 2 orang
(14,29%), sedangkan pada multipara hanya 1
orang (7,14%) ibu yang masih mengalami
nyeri sedang. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa kecemasan memang menyumbang
dalam 77, 5% jika dilihat dari perhitungan
dalam penelitian ini.
Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa
pelaksanaan penelitian ini masih banyak
kekurangan yang disebabkan karena:
a. Penelitian merupakan penelitian cross
sectional yang dilakukan tanpa
mengendalikan faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi intensitas nyeri.
Faktor-faktor lain tersebut seperti usia,
pengalaman terdahulu, dan kecemasan.
b. Terbatasnya waktu penelitian dan tenaga
peneliti menyebabkan karakterisitik
populasi yang dijadikan sampel dalam
penelitian juga terbatas, sehingga
keberagaman karakteristik kurang
mewakili.
KESIMPULAN
Setelah serangkaian proses dilalui,
dalam bab ini peneliti dapat mengambil
beberapa kesimpulan.
a. Ibu post seksio sesarea primipara maupun
multipara melakukan mobilisasi dini
dengan jumlah sama dalam tiap kategori
yaitu dengan kategori kurang baik
sebanyak 5 orang (35,7%) dan dengan
kategori baik sebanyak 9 orang (64,29%).
b. Intensitas nyeri yang dirasakan oleh ibu
post seksio pada hari pertama pada
primipara sebanyak 14 orang (100%) dan
pada multipara sebanyak 12 orang
(85,71%) mengalami nyeri berat. Hari
kedua pada primipara sebanyak 9 orang
(64,29%) dan multipara sebanyak 10
orang (71,43%) mengalami nyeri sedang,
dan pada saat pulang baik primipara
maupun multipara sebanyak 10 orang
(71,43%) mengalami nyeri ringan.
c. Tidak ada hubungan antara mobilisasi dini
dengan intensitas nyeri ibu post seksio
sesarea pada hari pertama dan kedua
tetapi ada hubungan pada saat ibu
pulang.
SARAN
a. Bagi keperawatan adalah Penelitian ini
dapat digunakan sebagai masukan
khususnya bidang keperawatan untuk
memperdalam pembelajaran tentang
konseling dan asuhan keperawatan
untuk nyeri selama proses perkuliahan
mengingat peran perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan dan
konselor. Bagi perawat klinik diharapkan
agar dapat melaksanakan perannya
dengan memberikan konseling tentang
pentingnya mobilisasi dini dan dalam
pemberian asuhan keperawatan
terhadap nyeri ibu post seksio sesarea.
b. Bagi Institusi adalah penelitian ini dapat
digunakan sebagai tambahan
pengetahuan bagi insitusi bahwasanya
ada hubungan antara mobilisasi dini
dengan intensitas nyeri yang dirasakan
pada ibu post seksio sesarea. Selain itu,
mengadakan pelatihan khusus bagi
petugas kesehatan dalam hal konseling
dan asuhan keperawatan untuk nyeri
guna menambah kualitas pelayanan
kesehatan institusi.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya adalah bagi
peneliti selanjutnya diharapkan
menggunakan karakteristik populasi
yang lebih beragam dan menggunakan
variabel yang berbeda yang menjadi
faktor perancu lain seperti usia,
pengalaman terdahulu, dan kecemasan
agar dapat mengetahui faktor yang
paling berpengaruh terhadap intensitas
nyeri ibu post seksio sesarea.
DAFTAR PUSTAKA
Abdo, RAS. Factors Affecting Pain Intensity
Post Caesarean Section in
Governmental Hospitals in the
Palestine, 2008.
Amelia KV. Profilaksis Menggigil pada Seksio
Sesarea dengan Spinal Anestesi,
2011.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural
Keperawatan : Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien, Salemba
Medika, Jakarta.
Aziz, A. 2008. Ketrampilan Dasar Praktek
Klinik Kebidanan, Ed.2, Salemba
Medika, Jakarta.
Baradero M, Dayrit MW, & Siswadi Y. 2009.
Prinsip dan Praktik Keperatawan
Perioperatif, EGC, Jakarta.
Bastable, SB. 2002. Perawat sebagai
Pendidik : Prinsip – Prinsip
Pengajaran dan Pembelajaran, EGC,
Jakarta.
Cunningham FG. 2005. Williams Obstetrics,
22rd Edition, Appleton & Lange, New
York.
Deglin JH & Vallerand AP. 2005. Pedoman
Obat Untuk Perawat, Edisi 4, EGC,
Jakarta.
Garrison SJ. 2004. Dasar-dasar Terapi dan
Latihan Fisik, Hypocrates, Jakarta.
Hacker, N. 2003. Essensial Obstetri dan
Ginekologi, Edisi II, Hypocrates,
Jakarta.
Hamilton, PM. 2000. Dasar-Dasar
Keperawatan Maternitas, Edisi 6.
EGC, Jakarta.
Heller, L. 2002. Gawat Darurat Ginekologi
dan Obstetri, EGC, Jakarta.
Heniari. Gambaran Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pada Ibu Pasca
Seksio Sesarea, 2010.
Indivara, N. 2009. The Mom’s Secret,
Pustaka Anggrek, Yogyakarta.
Kasdu, D. 2003. Operasi Caesar Masalah
dan Solusinya, Puspa Swara,
Jakarta.
Manuaba IAC, Manuaba IBGF, dan Manuaba
IBG. 2009. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita edisi 2, EGC,
Jakarta.
Marcus et al. Pain, Postdural Puncture
Headache, Nausea, And Pruritus
After Cesarean Delivery: A Survey Of
Prophylaxis And Treatment. Minerva
Anestesiol Jurnal, 2011.
Mochtar, R. 2006. Sinopsis Obstetri : Obstetri
Operatif, Obstetri Sosial. EGC,
Jakarta
Nisfiannoor, M. 2009. Pendekatan Statistika
Modern untuk Ilmu Sosial, Salemba
Humanika, Jakarta
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan, Rhineka Cipta,
Jakarta
Pettersson, NO. Local Anesthesia for Pain
Relief after Surgery, 2001.
Rayburn, WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi,
Widya Madika, Jakarta.
Savoia et al. Postoperative pain treatment
SIAARTI Recommendations 2010.
Short versio, Minerva Anestesiol
Jurnal, 2001.
Simarmata, A. 2003. Perbandingan nyeri
pasca hernioplasty shouldice “ pure
tissue” dengan lichtenstein “tension
free”. Dibuka pada situs
www//http:library.usu.ac.id
Sinsin, I. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak,
Masa Kehamilan dan Persalinan, PT
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Silvestro S, Dodaro C, Cortese G, Marsilia P,
& Lallo C. Role of Loco-Regional
Anaesthesia in Preventing Post
Operative Pain in Major Abdominal
Surgery, Acta Bio Medica Article,
2003.
Smeltzer, S & Bare BG. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
ke-8, EGC, Jakarta.
Sudarmita, J. 2002. Epistemologi Dasar:
Pengantar Filsafat Pengetahuan,
Kencana, Jakarta
Syarif, A. et al. 2007. Kokain dan Anestetik
Lokal Sintetik. Dalam: Farmakologi
dan Terapi. Edisi 5. Gaya Baru,
Jakarta.
Videback, S. 2008. Buku Ajar keperawatan
Jiwa, EGC, Jakarta.
Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Bedah
Kebidanan. YSPSS, FKUI, EGC,
Jakarta.