Riwayat Sunda

19
Easymedia Files BAHASA SUNDA Bahasa Sunda dituturkan oleh sekitar 27 juta orang dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa. Sesuai dengan sejarah kebudayaannya, bahasa Sunda dituturkan di kawasan selatan provinsi Banten, sebagian besar wilayah Jawa Barat (kecuali kawasan pantura yang merupakan daerah tujuan urbanisasi dimana penutur bahasa ini semakin berkurang), dan melebar hingga batas Kali Pemali (Cipamali) di wilayah Brebes, Jawa Tengah. Dialek bahasa Sunda Peta Linguistik Bahasa Sunda Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda juga beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda. Dialek-dialek ini adalah: Dialek Barat Dialek Utara Dialek Selatan Dialek Tengah Timur Dialek Timur Laut Dialek Tenggara Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten selatan. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitar Majalengka. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga dipertuturkan di beberapa bagian Brebes, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis.

description

Riwayat Sunda Easymedia

Transcript of Riwayat Sunda

Page 1: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

BAHASA SUNDABahasa Sunda dituturkan oleh sekitar 27 juta orang dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyakkedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa. Sesuai dengan sejarah kebudayaannya, bahasa Sundadituturkan di kawasan selatan provinsi Banten, sebagian besar wilayah Jawa Barat (kecuali kawasanpantura yang merupakan daerah tujuan urbanisasi dimana penutur bahasa ini semakin berkurang), danmelebar hingga batas Kali Pemali (Cipamali) di wilayah Brebes, Jawa Tengah.

Dialek bahasa Sunda

Peta Linguistik Bahasa Sunda

Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda juga beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialekSunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakanenam dialek yang berbeda. Dialek-dialek ini adalah:

Dialek Barat Dialek Utara Dialek Selatan Dialek Tengah Timur Dialek Timur Laut Dialek Tenggara

Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten selatan. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utaratermasuk kota Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yangmencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitarMajalengka. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga dipertuturkan di beberapabagian Brebes, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis.

Page 2: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Sejarah dan penyebaranBahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah Tatar Sunda. Namunbahasa Sunda juga dipertuturkan di Jawa Tengah. Di Jawa Tengah bahasa Sunda terutama dituturkan dikabupaten Brebes dan Cilacap. Terutama banyak nama-nama tempat di Cilacap ini yang masihmerupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu dansebagainya. Ironisnya nama Cilacap banyak yang menentang bahwa ini merupakan nama Sunda.Mereka berpendapat bahwa nama ini merupakan nama Jawa yang "disundakan". Sebab pada abad ke-19, nama ini seringkali ditulis sebagai "Clacap".

Selain itu menurut beberapa pakar, konon bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayahpenuturannya sampai di sekitar dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah.

FonologiSaat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada lima suara vokal murni (a, é, i,o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu (œ), dan tidak ada diftong. Fonem konsonannya di tulis denganhuruf p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.

Konsonan lain yang aslinya muncul dari bahasa Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f -> p, v -> p,sy -> s, sh -> s, z -> j, and kh -> h.

Undak-usukKarena pengaruh budaya Jawa pada masa kekuasaan kerajaan Mataram-Islam, bahasa Sunda -terutama di wilayah Parahyangan - mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa, mulai dari bahasahalus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di wilayah-wilayah pedesaan/pegunungandan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma (bagi orang-orang daerah Bandung terdengar kasar)tetap dominan. Di bawah ini disajikan beberapa contoh.

Tempat

Bahasa Indonesia Bahasa Sunda(normal)

Bahasa Sunda(sopan/lemes)

di atas .. di luhur .. di luhur ..di belakang .. di tukang .. di pengker ..di bawah .. di handap .. di handap ..di dalam .. di jero .. di lebet ..di luar .. di luar .. di luar ..di samping .. di samping .. di gigir ..di antara ..dan ..

di antara ..jeung ..

di antawis ..sareng ..

Page 3: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Waktu

Bahasa Indonesia Bahasa Sunda(normal)

Bahasa Sunda(sopan/lemes)

sebelum saacan sateuacansesudah sanggeus saparantosketika basa nalika

Lain Lain

Bahasa Indonesia Bahasa Sunda(normal)

Bahasa Sunda(sopan/lemes)

Dari tina tina

Sumber : Nyaangan Alam Dunya Basa Sunda

Bahasa Sunda

Bahasa Sunda

Basa Sunda

Dituturkan di:Jawa Barat, Banten, sebagian kecilJawa Tengah (Indonesia)

Daerah: Jawa

Total penutur: 24 juta

Peringkat: ?

Rumpun bahasa:

Austronesia

Melayu-PolinesiaMelayu-Polinesia BaratSundikBahasa Sunda

Status resmi

Page 4: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Bahasa resmi: (Jawa Barat)

Diatur oleh: -

Kode-kode bahasa

ISO 639-1: su

ISO 639-2: sun

Ethnologue edisike-14:

SUN

ISO 639-3:–

Perhatian: Halaman ini mungkin memuat simbol-simbol fonetisIPA menggunakan Unicode.

Bahasa Sunda dituturkan oleh sekitar 27 juta orang dan merupakan bahasa dengan penuturterbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa. Sesuai dengan sejarah kebudayaannya,bahasa Sunda dituturkan di provinsi Banten khususnya di kawasan selatan provinsi tersebut,sebagian besar wilayah Jawa Barat (kecuali kawasan pantura yang merupakan daerah tujuanurbanisasi dimana penutur bahasa ini semakin berkurang), dan melebar hingga batas Kali Pemali(Cipamali) di wilayah Brebes, Jawa Tengah.

Dialek bahasa Sunda

Page 5: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialekSunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanyamembedakan enam dialek yang berbeda[1]. Dialek-dialek ini adalah:

Dialek Barat Dialek Utara Dialek Selatan Dialek Tengah Timur Dialek Timur Laut Dialek Tenggara

Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten selatan[2]. Dialek Utara mencakup daerah Sundautara termasuk kota Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialekPriangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timuradalah dialek di sekitar Majalengka. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan, dialekini juga dipertuturkan di beberapa bagian Brebes, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggaraadalah dialek sekitar Ciamis.

Sejarah dan penyebaran

Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki TatarSunda. Namun demikian, bahasa Sunda juga dipertuturkan di bagian barat Jawa Tengah,khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap. Banyak nama-nama tempat di Cilacap yang masihmerupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu, dansebagainya. Ironisnya, nama Cilacap banyak yang menentang bahwa ini merupakan nama Sunda.Mereka berpendapat bahwa nama ini merupakan nama Jawa yang "disundakan", sebab pada abadke-19 nama ini seringkali ditulis sebagai "Clacap".

Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannyasampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yangdianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna).Seiring mobilisasi warga suku Sunda, penutur bahasa ini kian menyebar. Misalnya, di Lampung,di Jambi, Riau dan Kalimantan Selatan banyak sekali, warga Sunda menetap di daerah barutersebut.

Fonologi

Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada lima suara vokal murni(a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu (ɤ), dan tidak ada diftong. Fonem konsonannyaditulis dengan huruf p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.

Konsonan lain yang aslinya muncul dari bahasa Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f ->p, v -> p, sy -> s, sh -> s, z -> j, and kh -> h.

Berikut adalah fonem dari bahasa Sunda dalam bentuk tabel. Pertama vokal disajikan.

Page 6: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Vokal

Depan Madya Belakang

Tertutup iː uː

Tengah e ə o

Hampir Terbuka (ɛ) ɤ (ɔ)

Terbuka a

Dan di bawah ini adalah tabel konsonan.

Konsonan

Bibir GigiLangit2

kerasLangit2

lunakCelahsuara

Sengau m n ɲ ŋ

Letup p b t d c ɟ k g ʔ

Desis s h

Getar/Sisi l r

Hampiran w j

Undak-usuk

Karena pengaruh budaya Jawa pada masa kekuasaan kerajaan Mataram-Islam, bahasa Sunda -terutama di wilayah Parahyangan - mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa, mulai daribahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di wilayah-wilayahpedesaan/pegunungan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma (bagi orang-orangdaerah Bandung terdengar kasar) tetap dominan. Di bawah ini disajikan beberapa contoh.

Page 7: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Tempat

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda

(normal)Bahasa Sunda(sopan/lemes)

di atas .. di luhur .. di luhur ..

di belakang .. di tukang .. di pengker ..

di bawah .. di handap .. di handap ..

di dalam .. di jero .. di lebet ..

di luar .. di luar .. di luar ..

di samping .. di samping .. di gigir ..

di antara ..dan ..

di antara ..jeung ..

di antawis ..sareng ..

Waktu

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda

(normal)Bahasa Sunda(sopan/lemes)

sebelum saacan sateuacan

sesudah sanggeus saparantos

ketika basa nalika

Besok Isukan Enjing

Lain Lain

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda

(normal)Bahasa Sunda(sopan/lemes)

Dari Tina Tina

Ada Aya Nyondong

Tidak Embung Alim

Page 8: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Tradisi tulisan

Bahasa Sunda memiliki catatan tulisan sejak milenium kedua, dan merupakan bahasaAustronesia ketiga yang memiliki catatan tulisan tertua, setelah bahasa Melayu dan bahasa Jawa.Tulisan pada masa awal menggunakan aksara Pallawa. Pada periode Pajajaran, aksara yangdigunakan adalah aksara Sunda Kaganga. Setelah masuknya pengaruh Kesultanan Mataram padaabad ke-16, aksara hanacaraka (cacarakan) diperkenalkan dan terus dipakai dan diajarkan disekolah-sekolah sampai abad ke-20. Tulisan dengan huruf latin diperkenalkan pada awal abadke-20 dan sekarang mendominasi sastra tulisan berbahasa Sunda.

Kesusastraan dalam bahasa Sunda

Bagian ini membutuhkan pengembangan ({{{date}}})

Bilangan dalam bahasa Sunda

Bilangan Lemes

1 hiji

2 dua

3 tilu

4 opat

5 lima

6 genep

7 tujuh

8 dalapan

9 salapan

10 sapuluh

Kidung Sunda

Kidung Sunda adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa Pertengahan berbentuk tembang(syair) dan kemungkinan besar berasal dari Bali. Dalam kidung ini dikisahkan prabu HayamWuruk dari Majapahit yang ingin mencari seorang permaisuri, kemudian beliau menginginkanputri Sunda yang dalam cerita ini tak memiliki nama. Namun patih Gajah Mada tidak sukakarena orang Sunda dianggapnya harus tunduk kepada orang Majapahit (baca orang Jawa).

Page 9: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Kemudian terjadi perang besar-besaran di Bubat, pelabuhan tempat berlabuhnya rombonganSunda. Dalam peristiwa ini orang Sunda kalah dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuhdiri.

Versi kidung Sunda

Seorang pakar Belanda bernama Prof Dr. C.C. Berg, menemukan beberapa versi KS. Dua diantaranya pernah dibicarakan dan diterbitkannya:

1. Kidung Sunda2. Kidung Sundâyana (Perjalanan (orang) Sunda)

Kidung Sunda yang pertama disebut di atas, lebih panjang daripada Kidung Sundâyana dan mutukesusastraannya lebih tinggi dan versi iniliah yang dibahas dalam artikel ini.

Ringkasan

Perhatian: Bagian di bawah ini mungkin akan membeberkan isi cerita yang penting atau akhirkisahnya.

Di bawah ini disajikan ringkasan dari Kidung Sunda. Ringkasan dibagi per pupuh.

Pupuh I

Hayam Wuruk, raja Majapahit ingin mencari seorang permaisuri untuk dinikahi. Maka beliaumengirim utusan-utusan ke seluruh penjuru Nusantara untuk mencarikan seorang putri yangsesuai. Mereka membawa lukisan-lukisan kembali, namun tak ada yang menarik hatinya. Makaprabu Hayam Wuruk mendengar bahwa putri Sunda cantik dan beliau mengirim seorang jurulukis ke sana. Setelah ia kembali maka diserahkan lukisannya. Saat itu kebetulan dua orangpaman prabu Hayam Wuruk, raja Kahuripan dan raja Daha berada di sana hendak menyatakanrasa keprihatinan mereka bahwa keponakan mereka belum menikah.

Maka Sri Baginda Hayam Wuruk tertarik dengan lukisan putri Sunda. Kemudian prabu HayamWuruk menyuruh Madhu, seorang mantri ke tanah Sunda untuk melamarnya.

Madhu tiba di tanah Sunda setelah berlayar selama enam hari kemudian menghadap raja Sunda.Sang raja senang, putrinya dipilih raja Majapahit yang ternama tersebut. Tetapi putri Sundasendiri tidak banyak berkomentar.

Maka Madhu kembali ke Majapahit membawa surat balasan raja Sunda dan memberi tahukedatangan mereka. Tak lama kemudian mereka bertolak disertai banyak sekali iringan. Ada duaratus kapal kecil dan jumlah totalnya adalah 2.000 kapal, berikut kapal-kapal kecil.

Page 10: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

apal jung. Ada kemungkinan rombongan orang Sunda menaiki kapal semacam ini.

Namun ketika mereka naik kapal, terlihatlah pratanda buruk. Kapal yang dinaiki Raja, Ratu danPutri Sunda adalah sebuah “jung Tatar (Mongolia/Cina) seperti banyak dipakai semenjak perangWijaya.” (bait 1. 43a.)

Sementara di Majapahit sendiri mereka sibuk mempersiapkan kedatangan para tamu. Makasepuluh hari kemudian kepala desa Bubat datang melapor bahwa rombongan orang Sunda telahdatang. Prabu Hayam Wuruk beserta kedua pamannya siap menyongsong mereka. Tetapi patihGajah Mada tidak setuju. Ia berkata bahwa tidaklah seyogyanya seorang maharaja Majapahitmenyongsong seorang raja berstatus raja vazal seperti Raja Sunda. Siapa tahu dia seorang musuhyang menyamar.

Maka prabu Hayam Wuruk tidak jadi pergi ke Bubat menuruti saran patih Gajah Mada. Para abdidalem keraton dan para pejabat lainnya, terperanjat mendengar hal ini, namun mereka tidakberani melawan.

Sedangkan di Bubat sendiri, mereka sudah mendengar kabar burung tentang perkembanganterkini di Majapahit. Maka raja Sunda pun mengirimkan utusannya, patih Anepakěn untuk pergike Majapahit. Ia disertai tiga pejabat lainnya dan 300 serdadu. Mereka langsung datang ke rumahpatih Gajah Mada. Di sana beliau menyatakan bahwa Raja Sunda akan bertolak pulang danmengira prabu Hayam Wuruk ingkar janji. Mereka bertengkar hebat karena Gajah Madamenginginkan supaya orang-orang Sunda bersikap seperti layaknya vazal-vazal NusantaraMajapahit. Hampir saja terjadi pertempuran di kepatihan kalau tidak ditengahi oleh Smaranata,seorang pandita kerajaan. Maka berpulanglah utusan raja Sunda setelah diberi tahu bahwakeputusan terakhir raja Sunda akan disampaikan dalam tempo dua hari.

Sementara raja Sunda setelah mendengar kabar ini tidak bersedia berlaku seperti layaknyaseorang vazal. Maka beliau berkata memberi tahukan keputusannya untuk gugur seperti seorangksatria. Demi membela kehormatan, lebih baik gugur daripada hidup tetapi dihina orangMajapahit. Para bawahannya berseru mereka akan mengikutinya dan membelanya.

Kemudian raja Sunda menemui istri dan anaknya dan menyatakan niatnya dan menyuruh merekapulang. Tetapi mereka menolak dan bersikeras ingin tetap menemani sang raja.

Page 11: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Pupuh II (Durma)

Maka semua sudah siap siaga. Utusan dikirim ke perkemahan orang Sunda dengan membawasurat yang berisikan syarat-syarat Majapahit. Orang Sunda pun menolaknya dengan marah danperang tidak dapat dihindarkan.

Tentara Majapahit terdiri dari prajurit-prajurit biasa di depan, kemudian para pejabat keraton,Gajah Mada dan akhirnya prabu Hayam Wuruk dan kedua pamannya.

Pertempuran dahsyat berkecamuk, pasukan Majapahit banyak yang gugur. Tetapi akhirnyahampir semua orang Sunda dibantai habisan-habisan oleh orang Majapahit. Anepakěndikalahkan oleh Gajah Mada sedangkan raja Sunda ditewaskan oleh besannya sendiri, rajaKahuripan dan Daha. Pitar adalah satu-satunya perwira Sunda yang masih hidup karena pura-pura mati di antara mayat-mayat serdadu Sunda. Kemudian ia lolos dan melaporkan keadaankepada ratu dan putri Sunda. Mereka bersedih hati dan kemudian bunuh diri. Semua istri paraperwira Sunda pergi ke medan perang dan melakukan bunuh diri massal di atas jenazah-jenazahsuami mereka.

Pupuh III (Sinom)

Prabu Hayam Wuruk merasa cemas setelah menyaksikan peperangan ini. Ia kemudian menuju kepesanggaran putri Sunda. Tetapi putri Sunda sudah tewas. Maka prabu Hayam Wurukpunmeratapinya ingin dipersatukan dengan wanita idamannya ini.

Setelah itu, upacara untuk menyembahyangkan dan mendoakan para arwah dilaksanakan. Tidakselang lama, maka mangkatlah pula prabu Hayam Wuruk yang merana.

Setelah beliau diperabukan dan semua upacara keagamaan selesai, maka berundinglah keduapamannya. Mereka menyalahkan Gajah Mada atas malapetaka ini. Maka mereka inginmenangkapnya dan membunuhnya. Kemudian bergegaslah mereka datang ke kepatihan. Saat itupatih Gajah Mada sadar bahwa waktunya telah tiba. Maka beliau mengenakan segala upakara(perlengkapan) upacara dan melakukan yoga samadi. Setelah itu beliau menghilang (moksa) takterlihat menuju ketiadaan (niskala).

Maka raja Kahuripan dan raja Daha, yang mirip "Siwa dan Buddha" berpulang ke negara merekakarena Majapahit mengingatkan mereka akan peristiwa memilukan yang terjadi.

Analisis

Kidung Sunda harus dianggap sebagai karya sastra, dan bukan sebuah kronik sejarah yangakurat, meski kemungkinan besar tentunya bisa berdasarkan kejadian faktual.

Secara garis besar bisa dikatakan bahwa cerita yang dikisahkan di sini, gaya bahasanya lugas danlancar. Tidak berbelit-belit seperti karya sastra sejenis. Kisahnya memadukan unsur-unsurromantis dan dramatis yang memikat. Dengan penggunaan gaya bahasa yang hidup, paraprotagonis cerita ini bisa hidup. Misalkan adegan orang-orang Sunda yang memaki-maki patih

Page 12: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Gajah Mada bisa dilukiskan secara hidup, meski kasar. Lalu Prabu Hayam Wuruk yang meratapiPutri Sunda bisa dilukiskan secara indah yang membuat para pembaca terharu.

Kemudian cerita yang dikisahkan dalam Kidung Sunda juga bisa dikatakan logis dan masuk akal.Semuanya bisa saja terjadi, kecuali mungkin moksanya patih Gajah Mada. Hal ini jugabertentangan dengan sumber-sumber lainnya, seperti kakawin Nagarakretagama, lihat pulabawah ini.

Perlu dikemukakan bahwa sang penulis cerita ini lebih berpihak pada orang Sunda dan sepertisudah dikemukakan, seringkali bertentangan dengan sumber-sumber lainnya. Seperti tentangwafat prabu Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada, penulisannya berbeda dengan kakawinNagarakretagama.

Kemudian ada sebuah hal yang menarik, nampaknya dalam kidung Sunda, nama raja, ratu danputri Sunda tidak disebut. Putri Sunda dalam sumber lain sering disebut bernamakan DyahPitaloka.

Satu hal yang menarik lagi ialah bahwa dalam teks dibedakan pengertian antara Nusantara dantanah Sunda. Orang-orang Sunda dianggap bukan orang Nusantara, kecuali oleh patih GajahMada. Sedangkan yang disebut sebagai orang-orang Nusantara adalah: orang Palembang, orangTumasik (Singapura), Madura, Bali, Koci (?), Wandan (Banda, Maluku Tengah), Tanjungpura(Kabupaten Ketapang) dan Sawakung (Pulau Sebuku?) (contoh bait 1. 54 b.) . Hal ini juga sesuaidengan kakawin Nagarakretagama di mana tanah Sunda tak disebut sebagai wilayah Majapahitdi mana mereka harus membayar upeti. Tapi di Nagarakretagama, Madura juga tak disebut.

Penulisan

Semua naskah kidung Sunda yang dibicarakan di artikel ini, berasal dari Bali. Tetapi tidak jelasapakah teks ini ditulis di Jawa atau di Bali.

Kemudian nama penulis tidaklah diketahui pula. Masa penulisan juga tidak diketahui denganpasti. Di dalam teks disebut-sebut tentang senjata api, tetapi ini tidak bisa digunakan untukmenetapkan usia teks. Sebab orang Indonesia sudah mengenal senjata api minimal sejakdatangnya bangsa Portugis di Nusantara, yaitu pada tahun 1511. Kemungkinan besar orangIndonesia sudah mengenalnya lebih awal, dari bangsa Tionghoa. Sebab sewaktu orang Portugismendarat di Maluku, mereka disambut dengan tembakan kehormatan.

Beberapa cuplikan teks

Di bawah ini disajikan beberapa cuplikan teks dalam bahasa Jawa dengan alihbahasa dalambahasa Indonesia. Teks diambil dari edisi C.C. Berg (1927) dan ejaan disesuaikan.

Page 13: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Gajah Mada yang dimaki-maki oleh utusan Sunda (bait 1. 66b – 1. 68 a.)

Ih angapa, Gajah Mada, agung wuwusmu i kami, ngong iki mangkw angaturana sira sangrajaputri, adulurana bakti, mangkana rakwa karěpmu, pada lan Nusantara dede Sunda iki,durung-durung ngong iki andap ring yuda.

Abasa lali po kita nguni duk kita aněkani jurit, amrang pradesa ring gunung, ěnti ramening yuda,wong Sunda kagingsir, wong Jipang amburu, praptâpatih Sunda apulih, rusak wadwamu gingsir.

Mantrimu kalih tinigas anama Lěs Beleteng angěmasi, bubar wadwamu malayu, anânibanijurang, amurug-murug rwi, lwir patining lutung, uwak setan pating burěngik, padâmalakw ingurip.

Mangke agung kokohanmu, uwabmu lwir ntuting gasir, kaya purisya tinilar ing asu, mengkenekaharěpta, tan pracura juti, ndi sasana tinutmu gurwaning dustârusuh, dadi angapusi sangsadubudi, patitânêng niraya atmamu těmbe yen antu.

Alihbahasa:

“Wahai Gajah Mada, apa maksudnya engkau bermulut besar terhadap kami? Kita ini sekarangingin membawa Tuan Putri, sementara engkau menginginkan kami harus membawa bakti? Samaseperti dari Nusantara. Kita lain, kita orang Sunda, belum pernah kami kalah berperang.

Seakan-akan lupa engkau dahulu kala, ketika engkau berperang, bertempur di daerah-daerahpegunungan. Sungguh dahsyat peperangannya, diburu orang Jipang. Kemudian patih Sundadatang kembali dan bala tentaramu mundur.

Kedua mantrimu yang bernama Lěs dan Beleteng diparang dan mati. Pasukanmu bubar danmelarikan diri. Ada yang jatuh di jurang dan terkena duri-duri. Mereka mati bagaikan kera,siamang dan setan. Di mana-mana mereka merengek-rengek minta tetap hidup.

Sekarang, besar juga kata-katamu. Bau mulutmu seperti kentut jangkrik, seperti tahi anjing.Sekarang maumu itu tidak sopan dan berkhianat. Ajaran apa yang kau ikuti selain engkau inginmenjadi guru yang berdusta dan berbuat buruk. Menipu orang berbudi syahdu. Jiwamu akanjatuh ke neraka, jika mati!”

Raja Sunda yang menolak syarat-syarat Majapahit (bait 2.69 – 2.71)

[...], yan kitâwĕdîng pati, lah age marĕka, i jĕng sri naranata, aturana jiwa bakti, wanginingsĕmbah, sira sang nataputri.

Wahu karungu denira sri narendra, bangun runtik ing ati, ah kita potusan, warahĕn tuhanira,nora ngong marĕka malih, angatĕrana, iki sang rajaputri.

Page 14: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Mong kari sasisih bahune wong Sunda, rĕmpak kang kanan keri, norengsun ahulap, rinĕbatengpaprangan, srĕngĕn si rakryan apatih, kaya siniwak, karnasula angapi.

Alihbahasa:

[...], jika engkau takut mati, datanglah segera menghadap Sri Baginda (Hayam Wuruk) danhaturkan bukti kesetianmu, keharuman sembahmu dengan menghaturkan beliau sang TuanPutri.

Maka ini terdengar oleh Sri Raja <Sunda> dan beliau menjadi murka: “Wahai kalian para duta!Laporkan kepada tuanmu bahwa kami tidak akan menghadap lagi menghantarkan Tuan Putri!”

“Meskipun orang-orang Sunda tinggal satu tangannya, atau hancur sebelah kanan dan kiri, tiadaakan ‘silau’ beta!”. Sang Tuan Patih juga marah, seakan-akan robek telinganya mendengarkan(kata-kata pedas orang Majapahit).

Prabu Hayam Wuruk yang meratapi Putri Sunda yang telah tewas (bait 3.29 – 3.33)

Sireñanira tinañan, unggwani sang rajaputri, tinuduhakěn aneng made sira wontěn aguling,mara sri narapati, katěmu sira akukub, perěmas natar ijo, ingungkabakěn tumuli, kagyat sangnata dadi atěmah laywan.

Wěněsning muka angraras, netra duměling sadidik, kang lati angrawit katon, kengisning wajaamanis, anrang rumning srigading, kadi anapa pukulun, ngke pangeran marěka, tinghalkamanda punyaningsun pukulun, mangke prapta angajawa.

Sang tan sah aneng swacita, ning rama rena inisti, marmaning parěng prapta kongang mangkwatěmah kayêki, yan si prapta kang wingi, bangiwen pangeraningsun, pilih kari agěsang, kawulamangke pinanggih, lah palalun, pangdaning Widy angawasa.

Palar-palarěn ing jěmah, pangeran sida kapanggih, asisihan eng paturon, tan kalangan ingduskrěti, sida kâptining rawit, mwang rena kalih katuju, lwir mangkana panapanira sang uwusalalis, sang sinambrama lěnglěng amrati cita.

Sangsaya lara kagagat, pětěng rasanikang ati, kapati sira sang katong, kang tangis mangkingumirih, lwir guruh ing katrini, matag paněděng ing santun, awor swaraning kumbang,tangising wong lanang istri, arěrěb-rěrěb pawraning gělung lukar.

Alihbahasa:

Maka ditanyalah dayang-dayang di manakah gerangan tempat Tuan Putri. Diberilah tahu beradadi tengah ia, tidur. Maka datanglah Sri Baginda, dan melihatnya tertutup kain berwarna hijaukeemasan di atas tanah. Setelah dibuka, terkejutlah sang Prabu karena sudah menjadi mayat.

Page 15: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Pucat mukanya mempesona, matanya sedikit membuka, bibirnya indah dilihat, gigi-giginya yangtak tertutup terlihat manis, seakan menyaingi keindahan sri gading. Seakan-akan ia menyapa:“Sri Paduka, datanglah ke mari. Lihatlah kekasihnda (?), berbakti, Sri Baginda, datang ke tanahJawa.

Yang senantiasa berada di pikiran ayah dan ibu, yang sangat mendambakannya, itulah alasannyamereka ikut datang. Sekarang jadinya malah seperti ini. Jika datang kemarin dulu, wahai Rajaku,mungkin <hamba> masih hidup dan sekarang dinikahkan. Aduh sungguh kejamlah kuasa Tuhan!

Mari kita harap wahai Raja, supaya berhasil menikah, berdampingan di atas ranjang tanpadihalang-halangi niat buruk. Berhasillah kemauan bapak dan ibu, keduanya.” Seakan-akanbegitulah ia yang telah tewas menyapanya. Sedangkan yang disapa menjadi bingung danmerana.

Semakin lama semakin sakit rasa penderitaannya. Hatinya terasa gelap, beliau sang Rajasemakin merana. Tangisnya semakin keras, bagaikan guruh di bulan Ketiga*, yang membukakelopak bunga untuk mekar, bercampur dengan suara kumbang. Begitulah tangis para pria danwanita, rambut-rambut yang lepas terurai bagaikan kabut.

*Bulan Ketiga kurang lebih jatuh pada bulan September, yang masih merupakan musimkemarau. Jadi suara guruh pada bulan ini merupakan suatu hal yang tidak lazim.

Referensi

C.C. Berg, 1927, ‘Kidung Sunda. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen’. BKI 83: 1 – 161. C.C. Berg, 1928, Inleiding tot de studie van het Oud-Javaansch (Kidung Sundāyana). Soerakarta:

De Bliksem. Sri Sukesi Adiwimarta, 1999, ‘Kidung Sunda (Sastra Daerah Jawa)’, Antologi Sastra Daerah

Nusantara, kaca 93-121. Jakarta: Yayasan Obor. ISBN 979-461-333-9 P.J. Zoetmulder, 1983, Kalangwan. Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan.

(hal. 528-532)

Aksara Sunda Baku

Aksara Sunda Baku merupakan sistem penulisan hasil penyesuaian Aksara Sunda Kuna yangdigunakan untuk menuliskan Bahasa Sunda kontemporer. Saat ini Aksara Sunda Baku juga lazimdisebut dengan istilah Aksara Sunda.

Page 16: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Latar Belakang dan Sejarah

Setidaknya sejak Abad IV masyarakat Sunda telah lama mengenal aksara untuk menuliskanbahasa yang mereka gunakan. Namun demikian pada awal masa kolonial, masyarakat Sundadipaksa oleh penguasa dan keadaan untuk meninggalkan penggunaan Aksara Sunda Kuna yangmerupakan salah satu identitas budaya Sunda. Keadaan yang berlangsung hingga masakemerdekaan ini menyebabkan punahnya Aksara Sunda Kuna dalam tradisi tulis masyarakatSunda.

Pada akhir Abad XIX sampai pertengahan Abad XX, para peneliti berkebangsaan asing(misalnya K. F. Holle dan C. M. Pleyte) dan bumiputra (misalnya Atja dan E. S. Ekadjati) mulaimeneliti keberadaan prasasti-prasasti dan naskah-naskah tua yang menggunakan Aksara SundaKuna. Berdasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya, pada akhir Abad XX mulai timbulkesadaran akan adanya sebuah Aksara Sunda yang merupakan identitas khas masyarakat Sunda.Oleh karena itu Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat menetapkan Perda No. 6 tahun 1996tentang Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda yangkelak digantikan oleh Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan AksaraDaerah.

Pada tanggal 21 Oktober 1997 diadakan Lokakarya Aksara Sunda di Kampus UNPADJatinangor yang diselenggarakan atas kerja sama Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Baratdengan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Kemudian hasil rumusan lokakarya tersebutdikaji oleh Tim Pengkajian Aksara Sunda. Dan akhirnya pada tanggal 16 Juni 1999 keluar SuratKeputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 343/SK.614-Dis.PK/99 yangmenetapkan bahwa hasil lokakarya serta pengkajian tim tersebut diputuskan sebagai AksaraSunda Baku.

Saat ini Aksara Sunda Baku mulai diperkenalkan di kepada umum antara lain melalui beberapaacara kebudayaan daerah yang diadakan di Bandung. Selain itu, Aksara Sunda Baku jugadigunakan pada papan nama Museum Sri Baduga, Kampus Yayasan Atikan Sunda dan KantorDinas Pariwisata Daerah Kota Bandung. Langkah lain juga diambil oleh Pemerintah DaerahKota Tasikmalaya yang menggunakan Aksara Sunda Baku pada papan nama jalan-jalan utama dikota tersebut.

Namun demikian, setidaknya hingga akhir tahun 2007 Dinas Pendidikan Nasional Propinsi JawaBarat belum juga mewajibkan para siswa untuk mempelajari Aksara Sunda Baku sebagaimanapara siswa tersebut diwajibkan untuk mempelajari Bahasa Sunda. Langkah memperkenalkanaksara daerah mungkin akan dapat lebih mencapai sasaran jika Aksara Sunda Baku dipelajaribersamaan dengan Bahasa Sunda. Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Lampung dan PropinsiJawa Tengah telah jauh-jauh hari menyadari hal ini dengan mewajibkan para siswa SekolahDasar yang mempelajari bahasa daerah untuk juga mempelajari aksara daerah.

Sunda Baku dan Sunda Kuna

Page 17: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Sebagaimana diungkapkan di atas, Aksara Sunda Baku merupakan hasil penyesuaian AksaraSunda Kuna yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Sunda kontemporer. Penyesuaian ituantara lain didasarkan atas pedoman sebagai berikut : bentuknya mengacu pada Aksara SundaKuna sehingga keasliannya dapat terjaga, bentuknya sederhana agar mudah dituliskan, sistempenulisannya berdasarkan pemisahan kata demi kata, dan ejaannya mengacu pada Bahasa Sundamutakhir agar mudah dibaca. Dalam pelaksanaannya, penyesuaian tersebut meliputi penambahanhuruf (misalnya huruf va dan fa), pengurangan huruf (misalnya huruf re pepet dan le pepet), danperubahan bentuk huruf (misalnya huruf na dan ma).

Sumber

Juniarso Ridwan : Perda Kebudayaan yang Terkesan Chauvinistik, Pikiran Rakyat 4 Desember2003.

Tedi Permadi : Aksara Sunda dan Soal Lainnya, Pikiran Rakyat 15 Februari 2004. Atep Kurnia : Jasa Tuan Hola Buat Sunda, Kompas (Edisi Jawa Barat) 10 November 2007. Djasepudin : Memasyarakatkan Aksara Sunda, Kompas (Edisi Jawa Barat) 07 April 2007.

Aksara Sunda Kuna

Aksara Sunda Kuna merupakan aksara yang berkembang di daerah Jawa Barat pada AbadXIV-XVIII yang pada awalnya digunakan untuk menuliskan Bahasa Sunda Kuna. Aksara SundaKuna merupakan perkembangan dari Aksara Pallawa yang mencapai taraf modifikasi bentukkhasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah lontar pada Abad XVI.

Sejarah

Penggunaan Aksara Sunda Kuna dalam bentuk paling awal antara lain dijumpai pada prasasti-prsasasti yang terdapat di Astanagede, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, dan PrasastiKebantenan yang terdapat di Kabupaten Bekasi.

Edi S. Ekajati mengungkapkan bahwa keberadaan Aksara Sunda Kuna sudah begitu lamatergeser karena adanya ekspansi Kerajaan Mataram Islam ke wilayah Priangan kecuali Cirebondan Banten. Pada waktu itu para menak Sunda lebih banyak menjadikan budaya Jawa sebagaianutan dan tipe ideal. Akibatnya, kebudayaan Sunda tergeser oleh kebudayaan Jawa. Bahkanbanyak para penulis dan budayawan Sunda yang memakai tulisan dan ikon-ikon Jawa.

Bahkan VOC pun membuat surat keputusan, bahwa aksara resmi di daerah Jawa Barat hanyameliputi Aksara Latin, Aksara Arab Gundul (Pegon) dan Aksara Jawa (Cacarakan). Keputusanitu ditetapkan pada tanggal 3 November 1705. Keputusan itu pun didukung para penguasaCirebon yang menerbitkan surat keputusan serupa pada tanggal 9 Februari 1706. Sejak saat ituAksara Sunda Kuno terlupakan selama berabad-abad. Masyarakat Sunda tidak lagi mengenalaksaranya. Kalaupun masih diajarkan di sekolah sampai penghujung tahun 1950-an, rupanyasalah kaprah. Pasalnya, yang dipelajari saat itu bukanlah Aksara Sunda Kuna, melainkan AksaraJawa yang diadopsi dari Mataram dan disebut dengan Cacarakan.

Page 18: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

Sunda Kuna dan Sunda Baku

Pada awal tahun 2000-an pada umumnya masyarakat Jawa Barat hanya mengenal adanya satujenis aksara daerah Jawa Barat yang disebut sebagai Aksara Sunda. Namun demikian perludiperhatikan bahwa setidaknya ada empat jenis aksara yang menyandang nama Aksara Sunda,yaitu Aksara Sunda Kuna, Aksara Sunda Cacarakan, Aksara Sunda Pegon, dan Aksara SundaBaku. Dari empat jenis Aksara Sunda ini, Aksara Sunda Kuna dan Aksara Sunda Baku dapatdisebut serupa tapi tak sama. Aksara Sunda Baku merupakan modifikasi Aksara Sunda Kunayang telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk menuliskan BahasaSunda kontemporer. Modifikasi tersebut meliputi penambahan huruf (misalnya huruf va dan fa),pengurangan huruf (misalnya huruf re pepet dan le pepet), dan perubahan bentuk huruf (misalnyahuruf na dan ma).

Aksara Sunda Kuno sebagaimana digunakan padanaskah-naskah lontar dari Abad XV - XVII. Beberapavarian huruf dan perubah vokal tidak termasuk dalamtabel di atas.

Perbandingan bentuk huruf antaraAksara Jawa Kuno, Aksara Sunda Kuno,dan Aksara Sunda Baku.

Sumber

Duddy R.S. : Aksara Sunda Kuno Menghiasi Plang Jalan di Kota Tasik, Pikiran Rakyat 10 Oktober2004.

A-148 : Aksara Sunda Harus Diperkenalkan Kembali, Pikiran Rakyat 19 Juli 2005.

Page 19: Riwayat Sunda

Eas ymed i a Fi l es

"Aksara" sunda

Aksara Sunda Baku merupakan hasil pemutakhiran aksara Sunda Buhun (Kuna/Kuno) untukpemakaian saat ini.Saat ini huruf sunda dipergunaakan untuk :· Pengajaran bahasa sunda di sekolah-sekolah· Baliho gedung-gedung pemerintah,· Plang nama-nama jalan di kotamadya dan kabupatén di Jawa baratAksara Sunda Kuna atawa Buhun dulunya ditemukan dari seratan-seratan lontar-lontar dan batu-batu prasasti di wilayah kerajaan Sunda Kuna, yang digarap oleh K.F. Holle taun 1867,diteruskan oleh C.M. Pleyte (1911, 1914), R. Ng. Poerbatharaka (1919-1912), dan yang lainnya,sampai oleh Saleh Danasasmita, Ayatrohaédi, Edi S. EkadjatiUndang A.Darsa, "Aksara SundaKaganga", halaman xvii.di bawah ini perbandingan antara aksara Sunda Baku dan Sunda Kunamenurut makalah "Rancangan Pembakuan Aksara Sunda"A. Sobana Hardjasaputra, TediPermadi, Undang A. Darsa, Edi S. Ekadjati, "Rancangan Pembakuan Aksara Sunda". Bandung,1998. Aksara Sunda Baku di bawah ini digambarkan dari hasil cetak menggunakan aksaraPakuanLatin-1.1.ttf sedangkan aksara Sunda Kuna merupakan hasil scan dari makalah kasebat.Huruf suara baru :

Aksara Swara (Vokal Mandiri)Aksara Sunda Kuna tidak mengikuti huruf 'eu'.

Vokalisasi & WirahmaTidak ada perubahan.

AngkaAksara Sunda Kuna tidak membangun angka-angka. Oleh sebsb itu angka-angka di ciptakan dariaksara bakuTanda BacaUntuk penggunaan sekarang, tanda baca yang dipaké dalam aksara Sunda Baku yaitu serupadengan yang ada dalam aksara Latin (Eropa), saperti:· . (titik)· , (koma)· ? (pananya)· ! (panyeluk)· "· '

Referensi : http://jamparing.sytes.net/aksara/AksaraSund