ringkasan creswell chap 9

16
0  BAB 9 MENULIS STUDI KUALITATIF Beberapa Strategi Penulisan Tidak diragukan, bentuk narasi sangat beragam dalam penelitian kualitatif. Ketika mengulas bentuk ini, Glesne dan Peshkin (1992) mencatat bahwa narasi dalam corak “penuturan cerita” telah mengaburkan batas antara fiksi, jurnalisme dan studi ilmiah. Sebagian penulisan sangat berstandar pada deskripsi tentang peristiwa, sementara yang lain mengembangkan sejumlah yang kecil “tema”au perspektif. Narasi dapat mencakup “kehidupan khas” dari individu atau kelompok. Sebagian penulisan sangat berorientasi pada teori, misalnya “Harper School” dari Stakes (1995), menggunakan sedikit literature dan teori. Di samping itu, sejak terbitnya karya Clifford dan Marcus (1986) Writing Culture dalam etnografi, penulisan kualitatif banyak dipengaruhi oleh kebutuhan para peneliti untuk terbuka tentang peran mereka dalam penulisan, dampaknya pada para partisipan, dan bagaimana informasi yang disampaikan dibaca oleh para audiensi. Refleksivitas dan representasi dari peneliti menjadi isu pertama yang akan kita bahas. Refleksitas dan Penyajian dalam Penelitian Para peneliti sekarang ini jauh lebih terbuka tentang tulisan kualitatifnya daripada beberapa tahun sebelumnya. Sebagaimana ditulis oleh Laurel Richardson, para peneliti “tidak perlu mencoba manjadi Tuhan, menulis sebagai narrator yang mahatahu memiliki pengetahuan umum yang universal dan kekal”. Sebagai respons Denzin (1989) dalam pendekatan “interpretative”-nya, para peneliti sekarang ini mengakui bahwa penulisan teks kualitatif tidak dapat dipisahkan dari penulis, bagaimana ia dipaahami oleh pembaca, dan bagaimana ia memengaruhi para partisipan dan tempat yang sedang diteliti. Bagaimana kita menulis adalah refleksi dari penafsiran kita sendiri berdasarkan pada kebudayaan, sosial, gender, kelas dan politik pribadi yang kita bawa ke dalam

description

ringkasan creswell chap 9

Transcript of ringkasan creswell chap 9

  • 0

    BAB 9

    MENULIS STUDI KUALITATIF

    Beberapa Strategi Penulisan

    Tidak diragukan, bentuk narasi sangat beragam dalam penelitian kualitatif. Ketika

    mengulas bentuk ini, Glesne dan Peshkin (1992) mencatat bahwa narasi dalam corak

    penuturan cerita telah mengaburkan batas antara fiksi, jurnalisme dan studi ilmiah.

    Sebagian penulisan sangat berstandar pada deskripsi tentang peristiwa, sementara yang

    lain mengembangkan sejumlah yang kecil temaau perspektif. Narasi dapat mencakup

    kehidupan khas dari individu atau kelompok. Sebagian penulisan sangat berorientasi

    pada teori, misalnya Harper School dari Stakes (1995), menggunakan sedikit

    literature dan teori. Di samping itu, sejak terbitnya karya Clifford dan Marcus (1986)

    Writing Culture dalam etnografi, penulisan kualitatif banyak dipengaruhi oleh

    kebutuhan para peneliti untuk terbuka tentang peran mereka dalam penulisan,

    dampaknya pada para partisipan, dan bagaimana informasi yang disampaikan dibaca

    oleh para audiensi. Refleksivitas dan representasi dari peneliti menjadi isu pertama yang

    akan kita bahas.

    Refleksitas dan Penyajian dalam Penelitian

    Para peneliti sekarang ini jauh lebih terbuka tentang tulisan kualitatifnya daripada

    beberapa tahun sebelumnya. Sebagaimana ditulis oleh Laurel Richardson, para peneliti

    tidak perlu mencoba manjadi Tuhan, menulis sebagai narrator yang mahatahu memiliki

    pengetahuan umum yang universal dan kekal. Sebagai respons Denzin (1989) dalam

    pendekatan interpretative-nya, para peneliti sekarang ini mengakui bahwa penulisan

    teks kualitatif tidak dapat dipisahkan dari penulis, bagaimana ia dipaahami oleh

    pembaca, dan bagaimana ia memengaruhi para partisipan dan tempat yang sedang

    diteliti.

    Bagaimana kita menulis adalah refleksi dari penafsiran kita sendiri berdasarkan

    pada kebudayaan, sosial, gender, kelas dan politik pribadi yang kita bawa ke dalam

  • Etika dan Filsafat Komunikasi 1

    riset. Menurut Richardson (1994), tulisan yang baik adalah tulisan yang mengakui

    ketidakpastiannya, dan semua tulisan memiliki subteks yang menempatkan atau

    memosisikan materi tersebut kerangka waktu dan tempat yang spesifik. Dalam

    perspektif ini, tidak ada tulisan yang memiliki status istimewa atau superioritas di atas

    tulisan lain.

    Selain itu, terdapat perhatian yang semakin meningkat tentang dampak tulisan

    terhadap para partisipan. Barangkali tulisan para peneliti secara objektif, dalam cara

    ilmiah, memiliki dampak membungkam para partisipan, dan membungkam para

    penelitiannya juga. Gilgun (2005) menyatakan bahwa kebungkaman ini kontradiktif

    dengan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendengar semua suara dan

    perspektif. Selain itu, tulisan tersebut juga memiliki dampak pada pembaca yang juga

    membuat penafsiran terhadap tulisan tersebut, bahkan mungkin membentuk penafsiran

    yang sepenuhnya berbeda dari penafsiran penulis atau partisipan. Sungguh, tulisan

    tersebut dapat berupa penampilan/ertunjukan, dan penulisan penelitian kualitatif

    menjadi teks telah meluas hingga mencakup tulisan split-page, teater, puisi, fotografi,

    music, kolase, lukisan, patung, quilting, dan tarian.

    Weis dan Fine (2000) membahas refleksi diri tentang rangkaian titik-titik

    kesadaran kritis di seputar persoalan tentang bagaimana merepresentasikan tanggung

    jawab dalam tulisan kualitatif. Beberapa poin yang harus dipertimbangkan oleh

    peneliti kualitatif:

    Haruskah saya menulis tentang apa yang dikatakan oleh orang-orang atau mengakui bahwa terkadang mereka tidak dapat mengingat atau memilih

    untuk tidak mengingat?

    Apa saja refleksivitas politik saya yang perlu di masukkan dalam laporan saya?

    Apakah tulisan saya menghubungkan suara dan ceritadari individu dengan rangkaian hibungan historis, structural, dan ekonomi di mana mereka

    terlibat di dalamnya?

    Sejauh mana seharusnya saya bergerak dalam meneorikan kata-kata dari para partisipan?

    Apakah saya telah mempertimbangkan bagaimana kata saya dapat digunakan untuk kebijakan sosial yang progresif, konservatif dan represif?

  • Etika dan Filsafat Komunikasi 2

    Sejauh mana analisis (dan tulisan) saya menawarkan alternative di samping pemahaman umum atau diskursus yang dominan?

    Para peneliti kualitatif perlu memosisikan diri mereka dalam tulisan mereka.

    Hal ini merupakan konsep tentang refleksivitas di mana penulis sadar akan bias, nilai

    dan pengalaman yang dia bawa serta ke dalam studi penelitian kualitatif. Salah satu ciri

    dari penelitian kualitatif yang baik adalah peneliti menyatakan secara jelas posisi-nya.

    Refleksivitas memiliki dua bagian. Bagian pertama, peneliti berbicara tentang

    pengalamannya dengan fenomena yang sedang diteliti. Hal ini melibatkan penyebutan

    pengalaman masa lalu tentang pekerjaan, sekolah, dinamika keluarga dan seterusnya.

    Bagian kedua adalah membahas bagaimana pengalaman masa lalu ini memengaruhi

    penafsiran peneliti terhadap fenomena tersebut.

    Audiens untuk Tulisan Kita

    Sebuah aksioma dasar menyatakan bahwa penulis menulis untuk audiensi. Maka

    dari itu, para penulis secara sadar berfikir tentang satu kelompok audiensi atau beragam

    audiensi untuk studi-studi mereka. Tierny (1995), misalnya mengidentifikasi empat

    audiensi potensial kolega, mereka yang terlibat dalam wawancara dan pengamatan, para

    pembuat kebijakan, dan masyarakat umum. Pendeknya, bagaimana temuan disajikan

    bergantung pada audiensi yang dituju oleh tulisan tersebut.

    Mengodekan Tulisan Kita

    Topik yang terkait erat adalah tentang pentingnya pengaruh bahasa dalam

    membentuk teks-teks kualitatif kita. Studi Richardson (1990) tentang para perempuan

    yang menikah memperlihatkan bagaimana seorang penulis dapat membentuk karya

    secara berbeda untuk audiensi dari kalangan akademisi, atau audiensi dari kalangan

    moral/politik. Untuk audiensi dari kalangan pembeli, dia mengodekan karyanya dengan

    alat-alat literer seperti berikut

    Judul yang mencolok, sampul yang atraktif, tidak adanya jargon khusus, peminggiran

    metodologi, metafora dan gambar popular, dan komentar pujian terhadap buku

    tersebut dan materi pembukuan tentang daya tarik dari buku tersebut (Richardson,

    1990)

  • Etika dan Filsafat Komunikasi 3

    Untuk audiensi moral/politik, dia melakukan pengodean melalui alat-alat seperti:

    Kata-kata kalanga-sendiri dalam judulnya, misalnya, perempuan/kaum

    perempuan/feminis dalam tulisan feminis reputasi moral atau aktivis dari penulis,

    misalnya, peran penulis dalam gerakan sosial tertentu; referensi dan otoritas moral

    dan aktivis; metafora memberdayaan, dan komentar pujian terhadap buku tersebut dan

    materi pembukaan tentang bagaimana karya ini berhubungan dengan kehidupan

    masyarakat nyata. ( Richarson, 1990, hlm. 32)

    Terakhir, untuk audiensi akademisi, ia menandainya dengan:

    Penampilan yang mencolok tentang reputasi akademis dari penulis, referensi catatan

    kaki, bagian metologi, penggunaan metafora dan gambar akademis yang familier (

    misalnya teori pertukaran, peran dan stratifikasi), dan komentar pujian

    terhadap buku tersebut dan materi pembukaan tentang ilmu pengetahuan yang

    dilibatkan.(Richadrson, 1990, hlm. 32)

    Pengodean semacam itu dapat mencakup hal-hal sebagai berikut

    Struktur keseluruhan yang tidak sesuai dengan pengantar, metode, hasil dan format diskusi kuantitatif yang standar.

    Gaya penulisan yang personal dan familier, sangat mudah dibaca, bersahabat, dan cocok untuk beragam audiens serta memberikan efek persuasive.

    Tingkat kerincian yang membuat karya tersebut menjadi hidup ----- yang mencpaai kriteria verisimilitude.

    Kutipan dalam Tulisan Kita

    Richardson (1990) mengungkapkan tentang tiga jenis kutipan. Pertama adalah

    kutipan pendek yang mencolok mata. Kutipan ini mudah dibaca, memakan sedikit

    ruang, dan di luar dari teks penutur dan di maksudkan untuk menekankan keragaman

    perspektif.

    Ini adalah penyakit, tetapi dalam benak saya, saya tidak berpikir bahwa saya sedang

    sakit. Oleh karena ijika anda memikirkan penyakit ini, hal itu akan membebani anda

    lebih berat. Ini lebih seperti permainan otak.agar anda tetap hidup, anda tidak perlu

    memikirkannya sama sekali. Penyakit itu tidak ada dalam pikiran. (hlm. 1347)

    Jenis kedua adalah kutipan melekat, frasa yang di kutip secara ringkas dalam

    narasi. Kutipan ini, menurut Richardson (1990), memungkinkan pembaca untuk

  • Etika dan Filsafat Komunikasi 4

    mengikuti pergeseran penekanan atau penyampaian sebuah point dan memungkinkan

    penulis (dan pembaca ) untuk bergerak lebih lanjut. Jenis ketiga adalah kutipan yang

    lebih panjang yang digunakan untuk menyampaikan pemahaman yang lebih kompleks.

    Kutipan jenis ini sulit di terapkan karena keterbatasan ruang dalam penerbitan dan

    karena kutipan yang panjang dapat mengandung banyak ide, sehingga pembaca harus

    di pandu untuk masuk ke dalam kutipan tersebut maupun keluar dari kutipan

    tersebut untuk memusatkan perhatianya pada ide yang hendak di sampaikan oleh

    penulis.

    Strategi penulisan keseluruhan dan melekat.

    Tabel 9.1 sebagai panduan bagi pembahasan berikutnya, di mana saya mendaftar

    bannyak pendekatan structural menyeluruh dan melekat ketika di terapkan pada kelima

    pendekatan penelitian.

    Tabel 9.1 Struktur Penulisan Keseluruhan dan Melekat Dan Kelima Pendekatan

    Narasi Struktur penulisan keseluruhan

    Proses yang fleksibel dan baru ( clandinin & connely

    ,2000)

    Model penelitian ruang tiga-dimensi ( clandinin &

    connely, 2000 )

    Kronologi cerita (clandinin & connely, 2000 )

    Pengurutan informasi yang temporal atau episodic (

    Riessman,2008)

    Melaporkan apa yang di katakana para partisipan (

    tema ), bagaimana mereka

    mengakatakannya ( urutan

    cerita mereka ), atau

    Struktur penulisan melekat

    Epiphanies ( Denzin 1989b) Tema, peristiwa penting atau

    alur ( czarniawska, 2004;

    smith, 1994)

    Metafora dan transisi ( clandinin & connely 2000;

    Lomask, 1986)

    Metodi progresif-regresif atau pembesaran dan

    pengecilan (czarniawska

    2004; Denzin, 1989b)

    Tema atau kategori ( Riessman, 2008)

    Dialog atau percakapan ( Riessman, 2008)

  • Etika dan Filsafat Komunikasi 5

    bagaimana mereka

    berinteraksi dengan yang

    lain ( dialog dan

    penampilan/pertunjukan) (

    Riessman, 2008)

    Fenomenologi Struktur dari mauskrip riset ( moustakas, 1994)

    Format laporan riset ( polkinghorne, 1989)

    Tema, analisis analitis, mulai dengan asensi, terlibat

    dengan para penulis lain, (

    fan manen, 1990)

    Gambar atau table yang melaporkan esensi-esensi (

    grigsby & megel, 1995)

    Pembahasan filosofis ( harper, 1981)

    Penutup kreatif ( moustakas, 1994)

    Grounded theory Komponen studi grounded theory ( Mei, 1986)

    Hasil dari coding terbuka, aksial, dan selektif, (

    Strauss & Corbin, 1990,

    1998)

    Fokus pada teori dan argument yang

    mendukungnya ( Charmaz,

    2006)

    Luasan analisis ( Chenitz & Swanson, 1986)

    Propinsi ( Strauss & Corbin, 1990 )

    Diagram visual ( Harley, dkk., 2009)

    Emosi, bahasa sederhana, ritme dan timing, definisi

    dan pernyataan tak terduga,

    pertanyaan retoris, nada,

    tempo, cerita,tulisan

    evokatif ( Charmaz, 2006)

    Etnografi Tipe cerita ( Van maanen, 1988)

    Dekskripsi, analisisn dan penafsiran ( wollcot,

    1994b)

    narasi tematik 9 (

    Cerita figurative ( Hammers ley & Atkinson, 1995)

    Dekskripsi tebal ( Denzin, 1989b; fatterman, 2010)

    Dialog ( Nelson, 1990); Latar ( Emerson, Fretz&

  • Etika dan Filsafat Komunikasi 6

    Emerson, fretz, & shaw,

    1995)

    Shaw, 1995)

    Alat literer, misalnya suara dari para pembicara yang

    berbeda, meningkatkan dan

    menurunkan tempo narasi,

    metafora, ironi, simile, (

    Fetterman, 2010;

    Richardson, 1990)

    Studi kasus Format dengan sketsa ( Stake, 1995)

    Format laporan kasus substantive ( Linclon &

    Guba, 1985)

    Tipe kasus ( Yin, 2009) Struktur alternative

    berdasarkan pada

    pendekatan linier dan non

    linier ( Yin, 2009)

    Pendekatan corong As mussen & Cresswell,1995)

    Dekskripsi ( Merriam, 1988)

    Struktur Penulisan Narasi

    Struktur keseluruhan. Para peneliti naratif mendorong individu untuk menulis

    studi yang bereksperimen dengan bentuk naratif (Clandinin & Connelly, 2000) . para

    peneliti dapat menghasilkan bentuk narasisnya dengan pertama-pertama melihat pilihan

    bacaan mereka ( misalnya, memoir, novel), membaca di sertasi dan buku orang lain, dan

    melihat studi neratif sebagai penulisan bolak-balik, sebagai proses ( Clandinin &

    Connelly). Mereka mengulas dua disertasi doctoral yang menggunakan riset naratif.

    Keduanya memiliki struktur narasi yang berbeda. Yang satu menyediakan narasi

    tentang kronologi dari kehidupan tiga orang perempuan; yang lain menggunakan

    pendekatan disertasi yang lebih klasik yag mencakup pengantar, tinjauan literature dan

    metodologi.

    Dalam riset naratif, sebagaimana dalam semua bentuk penelitian kualitatif,

    terdapat hubungan yang erat antara prosedur pengumpulan data, analisis, bentuk dari

  • Etika dan Filsafat Komunikasi 7

    laporan tertulisnya. Dalam pendekatan yang lebih strukturmenganalisis bagaimana

    individu menuturkan cerita unsur-unsur yang disajikan dalam laporan tersebut dapat

    mengikuti enam unsur, apa yang oleh Riessman (2008) disebut naratif bentukan

    penuh. Unsur-unsur tersebut adalah

    Rangkuman dan/atau poin dari cerita tersebut; Orientasi (Waktu, tempat, karakter dan situasi Aksi komplikasi (rangkaian peristiwa, atau alur)] Evaluasi Resolusi Kode (mengakhiri cerita dan membawanya kembali ke masa sekarang)

    Dalam studi naratif ini yang berfokus pada interogasi antara pembicara, struktur

    penulisan besar tersebut akan berfokus pada pembicaraan dan dialog langsung.

    Struktur melekat. Struktur penulisan besar berproses dengan eksperimentasi dan

    fleksibilitas, struktur penulisan pada level yang lebih kecil berhubungan dengan

    beberapa unsur strategi penulisan yang mungkin digunakan oleh para penulis dalam

    menyusun studi naratif.

    Mungkin terdapat unsur spasial pada tulisan tersebut, seperti dalam metode

    progresif-regresif (Denzin, 1989b) di mana penulis biografi memulai dengan peristiwa

    penting dalam kehidupan partisipan dan kemudian bekerja maju dan mundur dari

    peristiwa tersebut, sebagaimana dalam studi Denzin (1989b) tentang para pecandu

    alcohol.

    Peristiwa penting atau epiphany, yaitu momen dan pengalaman interaksi

    penting yang menandai kehidupan seseorang. Denzin (1989b) membedakan emoa tipe

    peristiwa utama yang terjadi dalam kehidupan individu; peristiwa kumulatif atau

    representative, pengalaman yang terus berlanjut untuk beberapa waktu; epiphany kecil,

    yang merepresentasikan momen dalam kehidupan seseorang dan episode atau epiphany

    yang dikenang kembali.

    Tema juga dapat dilaporkan dalam tulisan naratif. Smith (1994) menyarankan

    agar penelitian menemukan tema untuk memandu pengembangan kehidupan yang

    hendak ditulis. Tema ini muncul dari pengetahuan awal atau ulasam tentang

    keseluruhan kehidupan tersebut, meskipun peneliti sering kali mengalami kesulitan

    dalam membedakan tema utama dari tema-tema yang lebih kecil. Clandinin dan

  • Etika dan Filsafat Komunikasi 8

    Connely (2000) menunjuk pada penulisan teks riset riset dengan batasanreduksionistis,

    pendekatan yang melibatkan pereduksian menjadi tema di mana peneliti mencari

    benang atau unsur yang sama di antara para partisispan.

    Strategi penulisan narasi yang spesifik juga mencakup penggunaan dialog.

    Dialog berkembang dalam proses studi tersebut, dan sering kali disajikan dalam

    beragam bahasa, termasuk bahasa dari penutur dan terjemahan dalam bahasa inggris.

    Alat retorika naratif yang lain diantaranya adalah penggunaan transisi. Lomask

    (1986) menyebutkan bahwa transisi ini dibangun ke dalam narasi dalam hubungan

    kronologis yang alamiah. Di samping transisi, peneliti naratif menggunakan peramalan

    (foreshadowing), penggunaan isyarat naratif tentang hal-hal yang akan muncul atau

    peristiwa atau tema yang akan dikembangkan berikutnya.

    Struktur Penulisan Fenomenologi

    Struktur keseluruhan. Pendekatan analisis yang sangat terstruktur oleh

    Moustakes (1994) menampilkan formulir yang detail untuk menyusun studi

    fenomenologis. Langkah analisisnyamengidentifikasikan pernyataan penting,

    menyusun satuan makna, mengelompokkan tema, mengembangkan deskripsi tekstual

    dan structural, dan diakhiri dengan deskripsi lengkap tentang struktur esensial dari

    pengalaman tersebutmenyediakan prosedur yang jelas untuk mengorganisasikan

    laporan (Moustakes, 1994).

    Moustakes (1994) merekomendasikan bab-bab spesifik dalam menyusun sebuah

    manuskrip

    Bab 1 : Pengantar tentang topic dan garis besar. Topic itu bisa mencakup

    pernyataan autobiografis tentang pengalaman peneliti yang mengantar topic

    tersebut, insiden yang mengantar pada teka-teki atau keingintahuan tentang topic

    tersebut, implikasi sosial dan relevansi topic tersebut, pengetahuam baru dan

    sumbangsih bagi profesi lanjutan yang muncul dari pengkajian topic tersebut,

    pengetahuan yang diperoleh oleh peneliti, pertanyaan riset, dan syarat dari studi

    itu.

    Bab 2 : Tinjauan tentang literature yang relavan. Topic-topiknya mencakup

    alasan tentang database, pengantar pada literature, prosedur untuk memilih studi,

    pelaksanaan studi ini dan tema yang muncul di dalamnya, dan rangkuman tentang

  • Etika dan Filsafat Komunikasi 9

    temuan penting dan pernyataan tentang bagaimana riset tersebut berbeda dari riset

    yang sebelumnya.

    Bab 3 : Kerangka konseptual dari model tersebut. Topiknya mencakup teori

    yang akan digunakan dan juga konsep yang terkait dengan desain risetnya.

    BAB 4 : Metodologi. Topiknya mencakup metode dan prosedur dalam

    persiapan pelaksanaan riset, dalam pengumpulan data, dan dalam

    pengorganisasian, analisis, dan sitesis data.

    BAB 5 : Penyajian data. Topiknya mencakup contoh dari pengumpulan

    data, analisis data, sintesis data, horizontalisasi, satuan makna, tema berkelompok,

    deskripsi tekstural dan structural, dan sistesis makna dan esensi dari pengalaman

    tersebut

    BAB 6 : Rangkuman, implikasi, dan hasil. Bagiannya mencakup rangkuman

    dari studi tersebut, pernyataan tentang bagaimana temuannya berbeda dari

    temuam dalam tinjauan literature, saran untuk studi masa depan, identifikasi

    keterbatasan, pembahasan tentang implikasi, dan penutup kreatif yang berbicara

    tentang esensi dari studi tersebut dan inspirasinya bagi peneliti.

    Model kedua, tidak begitu spesifik, terdapat dalam Polkinghorne (1989) di mana

    ia membahas tentang laporan riset. Dalam model ini, peneliti mendeskripsikan

    prosedur pengumpulan data dan langkah untuk bergerak dari data mentah menuju

    deskripsi umum tentang pengalaman tersebut.

    Model ketiga dari struktur penulisan keseluruhan dari studi fenomenologis berasal

    dari van Manen (1990). Studi tersebut dapat diorganisasikan secara tematik untuk

    mempelajari aspek esensial dari fenomena yang sedang diteliti. Ia juga dapat disajikan

    secara analitis dengan mengerjakan kembali data teks tersebut menjadi ide yang lebih

    besar, atau berfokus lebih sempit pada deskripsi tentang situasi kehidupan tertentu.

    Struktur melekat. Beralih pada struktur retoris melekat , literature menyediakan

    bukti paling baik. Peneliti menyajikan esensi dari pengalaman tersebut kepada para

    partisipan dnegan menyusun paragraf pendek tentang nya atau dengan membungkus

    paragraf ini dalam bagan. Alat structural yang lain adalah dengan mendidik pembaca

    melalui pembahasan tentang fenomenologi dan asumsi-asumsi filosofisnya.

  • Etika dan Filsafat Komunikasi 10

    Struktur Penulisan Grounded Theory

    Dari tinjauan terhadap studi-studi grounded theory dalam bentuk artikel jurnal,

    para peneliti kualitatif dapat menyimpulkan bentuk (dan variasi) umum untukmenyusun

    narasinya.

    Struktur keseluruhan. Yang paling penting, peneliti menampilkan teorinya dala setiap

    narasi grounded theory. Sebagaimana komentar dari May (1986),Dalam sudut pandang

    yang kaku, temuan dalam penelitian adalah teori itu sendiri, yaitu serangkaian konsep

    dan proposisi yang menghubungkan semuanya. May kemudian mendeskripsikan

    prosedur riset dalam setiap narasi griunded theory.

    Tinjauan literature tidak menyediakan konsep penting dan tidak juga mengemukakan hipotesis. (May, 1986, hlm. 149). Akan tetapi, tinjauan

    literature dalam grounded theory memperlihatkan gap atau bias dalam

    oengetahuan yang ada, karenanya menyediakan landasan ,pemikiran bagi

    jenis studi kualitati ini.

    Metodologi muncul selama berlangsungya penelitian, karena jika tergesa menulisnya sejak awal akan menghadapi banyak kesulitan. Akan tetapi,

    peneliti mulai dari tempat, dan ia mendeskripsikan ide pendahuluan tentang

    sampel, setting, dan prosedur pengumpulan data.

    Bagian temuan menyajikan skema teoritis. Peneliti mencatumkan referensi dari berbagai literature untuk memperlihatkan dukungan luar bagi model

    teoritis tersebut. Selain itu, bagian data actual dalam bentuk sketsa dan

    kutipan menyediakan bahan penjelasan yang berguna. Bahan ini membantu

    pembaca menyusun penilaian tentang seberapa baik teori tersebut

    didasarkan pada data.

    Bagian pembahasan akhir membahas akhir membahas tentang hubungan teori tersebut dengan pengetahuan lain dan implikasi dari teori tersebut bagi

    riset dan praktik di masa depan.

    Strauss dan Corbin (1990) juga menyediakan parameter penulisan yang luas untuk

    studi grounded theory mereka. Mereka menyarankan beberapa langkah berikut

    Mengembangkan cerita analitis yang jelas. Hal ini harus dilakukan pada fase coding selektif dari studi tersebut.

  • Etika dan Filsafat Komunikasi 11

    Menulis pada level konseptual, di mana deskripsi dijaga pada posisi sekunder terhadap konsep dan cerita analitisnya. Hal ini berarti peneliti

    memberikan sedikit deskripsi tentang fenomena yang sedang dipelajari dan

    lebih banyak membahas teori analitis pada level abstrak.

    Menentukan hubungan antara berbagai kategori. Hal ini merupakan bagian peneorian dari grounded theory grounded theory yang berlangsung dalam

    coding aksial ketika peneliti menuturkan ceritanya dan mengajukan

    proposisi.

    Menentukan variasi dan kondisi yang relevan, konsekuensi, dan sebagainya untuk menghubungkan kategori.dalam teori yang baik, seseorang dapat

    menemukan beragam kondisi yang kepadanya teori tersebut berpijak. Hal ini

    berarti bahwwa beragam perspektif atau variasi dalam tiap komponen dari

    coding aksial dikembangkan secara penuh.

    Charmaz (2006) menyarankan pendekatan yang kurang terstruktur dalam

    penulisan naskah studi grounded theory. Ia menekankan pentingnya memunculkan ide

    ketika teori tersebut berkembang, merevisi naskah awal, mengajukan kepada diri Anda

    sendiri pertanyaan tentang teori tersebut.

    Struktur melekat. Dalam studi grounded theory, peneliti memvaiasikan laporan

    naratifnya berdasarkan pada keluasan analisis datanya. Dalam kata pengantar, mereka

    menyebutkan bahwa analisis datanya.

    Fitur lain dari narasi melekat adalah mempelajari bentuk untuk menyatakan

    proposisi atau hubungan teoritis dalam studi grounded theory. Terkadang, proposisi ini

    disajikan dalam bentuk diskursif, atau mendeskripsikan teori tersebut dalam bentuk

    narasi. Strauss dan Corbin (1990) menyajikan model semacam itu dalam teori mereka

    tentang protective governing di tempat perawanan kesehatan.

    Struktur melekat yang lain adalah penyajian diagram logis, kerangka mini,

    atau diagram integrative, di mana peneliti menyajikan teori aktualnya dalam bentuk

    model visual. Peneliti mengidentifikasikan unsur dari struktur ini dalam fase coding

    aksial, kemudian menuturkan ceritanya dalam coding aksial sebagai variasi darinya.

    Charmaz (2006) menyediakan strategi penulisan melekat yang berguna dalam

    laporan grounded theory.Charmaz juga mengajak untuk menggunakan defisi dan

    pernyataan yang tidak diperkirakan oleh penulis grounded theory. Pertanyaan retoris

  • Etika dan Filsafat Komunikasi 12

    juga berguna, dan penulisannya mencakup pengaturan tempo dan nada yang mengantar

    seorang pembaca ke dalam topic tersebut. Cerita dapat dituturkan dalam studi

    grounded theory, dan keseluruhan penulisan mengusung, bahasa evokatif untuk

    memersuasi pembaca dari teori tersebut.

    Studi grounded theory dari Harley dkk. (2009) yang disajikan Apendiks D

    mengilustrasikan struktur yang lebih formal dari riset grounded theory ilmiah. Studi itu

    dimulai dengan permasalahan riset dan tinjauan literature, kemudian berlanjut

    padametode, hasil, pembahsan dan implikasi praktis. Struktur retorisnya berfokus pada

    pengembangan model teoritis tentang evolusi dari aktivitas fisik. Di bagian hasil, kode,

    dan kategori spesifik tidak disajikan. Akan tetapi, pembahasan dengan cepat masuk ke

    dalam model teoritis dan diskusi detail tentang fase dari modul tersebut. Satu aspek

    dari model tersebut perencanaan metode juga perlu disoroti untuk pembahasan

    secara detail. Dalam sudut pandang strategi penulisan melekat, studi itu menyajikan

    gambaran visual dari teori tersebut, dan menyebutkan bahwa para peneliti

    menggunakan prinsip dasar dari analisis data grounded theory (kode dikelompokkan

    menjadi konsep, konsep dipadukan menjadi kerangka teoritis). Dalam pengertian ini,

    penulisan detail dan penulisan luas dalam laporan grounded theory dalam studi ini

    lebih banyak merefleksikan proses penulisan studi grounded theory dengan berfokus

    pada teori dan argument dari teori tersebut sebagaimana yang dibahas oleh Charmaz

    (2006). Ia menempatkan kerangka analisis pada panggung utama (Charmaz, 2006)

    Struktur Penulisan Etnografi

    Struktur keseluruhan. Struktur penulisan keseluruhan untuk studi etnografi

    sangatlah beragam. Sebagian etnografi ditulis sebagai cerita realis, laporan yang

    menyediakan gambaran langsung, berdasarkna fakta, tentang kebudayaan yang

    dipelajari tanpa banyak informasi tentang bagaimana para etnografer menghasilkan

    gambaran tersebut. Laporan ini memiliki unsur penulisan realis dan konfesional dan

    menurut saya, meyajikan cerita yang menekan dan persuasive.

    Wolcott (1994b) menyediakan tiga komponen yang merupakan ciri utama dari

    penulisan etnografi yang baik dan langkah dalam analisis data. Pertama, seorang

    etnografer menulis diskripsi tentang kebudayaan yang menjawab pertanyaan Apa

    yang sedang terjadi di sini?. Wolcott menyampaikan teknik yang berguna untuk

  • Etika dan Filsafat Komunikasi 13

    penulisan deskripsi ini: urutan kronologis, rutan peneliti atau penutur, focus progresif,

    peristiwa kritis atau penting, alur dan karakter, kelompok yang berinteraksi, kerangka

    analitis, dan cerita yang dituturkan melalui beberapa perspektif. Kedua, setelah

    mendeskripsi kebudayaan tersebut dengan menggunakan salah satu pendekatan ini,

    peneliti menganalisis data. Ketiga, penafsiran dimasukkan dalam struktur retorika.

    Hal ini berarti bahwa peneliti dapat memperluas analisisnya, membuat kesimpulan

    informasi, melakukan sebagaimana yang diarahkan atau disarankan oleh para penafsiran

    itu sendiri, menghubungkannya dengan pengalaman personal, menganalisis atau

    menafsirkan proses penafsiran atau menggali format alternative.

    Narasi tematis ini dibangun secara induktif dari ide atau tesis utama yang

    mencakup beberapa tema analitis spesifik dan dijabarkan di seluruh bagian studi

    tersebut. Studi itu disusun sebagai berikut:

    Pertama adalah kata pengantar yang menarik perhatian pembaca dan memfokuskan studi tersebut, kemudian peneliti menghubungkan

    penafsirannya dengan isu-isu yang lebih luas

    Setelah itu, peneliti mengenalkan setting dan metode untuk mempelajarinya. Peneliti menyajikan klaim analitis, dan Emerson dkk., (1995) menunjukkan

    kegunaan dari satuan komentar kutipan, di mana seorang penulis

    memasukkan poin analitis, menyediakan informasi orientasi tentang poin

    tersebut.

    Di bagian akhir, peneliti berefleksi dan menjabarkan tentang tesis yang diajukan pada bagian awal.

    Struktur melekat. Para etnografer menggunakan alat-alat retoris melekat,

    misalnya figuratif (menyediakan gambaran visual dan spasial atau karakteristik

    dramaturgical dari aksi sosial sebagai teater) atau metafora (synecdoche).

    Denzin berbicara tentang pentingnya menggunakan deskripsi tebal dalam

    penulisan penelitian kualtitatif. Maksudnya adalah narasi tersebut menyajikan detail,

    konteks, emosi dan jaringan hubungan sosial [dan] membangkitkan emosi dan

    perasaan.

    Studi itu berada di antara cerita realis, dengan tujuan literaturnya dan

    pembahasan metodenya yang luas, dan cerita kritis, dengan orientasinya kea rah

  • Etika dan Filsafat Komunikasi 14

    pengkajian dari dekat perlawanan subkultur, dan refleksivitas dari penulis ketika ia

    membahas keterlibatannya sebagai pengamat partisipan.

    Struktur Penulisan Studi Kasus

    Merriam (1988) menyatakan bahwa tidak ada format standar untuk pelaporan

    studi kasus. Tujuan keseluruhan dari studi kasus tidak diragukan lagi adalah

    membentuk struktur besar dari narasi tertulis tersebut.

    Struktur keseluruhan. Seseorang dapat membuka dan menutup laporan studi

    kasus dengan sketsa untuk menarik pembaca ke dalam kasus tersebut. Cara untuk

    menempatkan topic dalam studi kasus yang baik:

    Peneliti membuka tulisan dengan sketsa Peneliti mengidentifikasi persoalan, tujuan, dan metode dari studi tersebut. Pendeskripsian secara luas terhadap kasus tersebut dan konteksnya

    kumpulan data yang relative tidak dipertentangkandeskripsi yang dapat

    dibuat oleh pembaca seandainya ia hadir di sana.

    Berbagai persoalan disajikan kemudian, yaitu beberapa persoalan penting, sehingga pembaca dapat memahami kompleksitas dari kasus tersebut.

    Beberapa persoalan itu kemudian diselidiki lebih lanjut. Berikutnya adalah penegasan, rangkuman tentang segala sesuatu yang

    dipahami oleh penulis tentang kasus tersebut dan apakah generalisasi

    naturalisti awal, kesimpulan yang dihasilkan melalui pengalaman personal

    atau yang dipaparka n sebagai pengalaman mengesankan untuk pembaca,

    telah diubah secara konseptual atau ditantang.

    Peneliti mengakhiri dengan sketsa penutup, suatu catatan pengalaman, mengingatkan pembaca bahwa laporan ini.

    Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan kebutuhan untuk menjelaskan dan

    menganalisis permasalahan penelitian, deskripsi yang lengkap tentang konteks atau

    settimg, dekripsi tentang transaksi atau proses yang diamati dalam konteks tersebut,

    penonjolan di tempat penelitian dan hasil penelitian.

    Yin (2009) juga menyajikan beberapa struktur untuk menyusun laporan studi

    kasus. Dalam pendekatan analitis-linier, pendekatan standar menurut Yin, peneliti

    membahas permasalahan, metode, temuan, dan kesimpulan. Dalam struktur alternative,

  • Etika dan Filsafat Komunikasi 15

    peneliti mengulangi studi kasus yang sama beberaa kali dan membandingkan deskripsi

    atau penjelasan alternative dari kasus yang sama tersebut. Dalam struktur kronologis,

    peneliti menyajikan studi kasus dalam rangkaian. Teori juga digunakan sebagai

    kerangka dan studi kasus tersebut dapat memperdebatkan beragam hipotesis atau

    proposisi. Dalam struktur suspense,jawaban atau hasil dari studi kasus dan

    pengaruhnya disajikan di baba tau bagian awal. Dalam sstruktur tak-berangkaian,

    peneliti mendeskripsikan kasus dengan tanpa urutan tertentu untuk bagian atau babnya.

    Struktur melekat. Seorang penulis mungkin, untuk deskripsi tentang konteks

    dan setting kasus tersebut, memulai dari gambaran luas menuju gambaran sempit. Para

    peneliti juga perlu mengetahui sebanyaknya deskripsi dalam studi kasus mereka

    dibandingkan deskripsi dan analisis, Merriam (1988) menyarankan bahwa

    keseimbangan yang tepat adalah 60%-40% atau 70%-30% dengan deskripsi lebih

    banyak.

    Seorang peneliti dapat mempertimbangkan struktur melekat alternative untuk

    membangun analisis kasus.

    Perbandingan Antara Berbagai Struktur Naratif

    Pertama, Trope naratif dan alat literer, yang dibahas oleh para etnografer dan para

    peneliti naratif, memiliki aplikabilitas (daya terap), apa pun pendekatannya. Kedua,

    struktur penulisan sangat terkait dengan presedur analisis data. Diingatkan sekali lagi

    bahwa sulit untuk memisahkan aktivitas pengumpulan data, dan penulisan laporan

    dalam studi kualitatif. Ketiga, penekanan yang diberikan pada penulisan narasi,

    khususnya struktur naratif melekat, juga sangat beragam di antara pendekatan tersebut.

    Keempat, struktur narasi keseluruhan ditentukan secara jelas di sebagian pendekatan.

    Sementara itu, studi itu bersifat fleksibel dan baru dalam pendekatan lain.

    Sumber Buku : John W Creswell, 2014, Penelitian Kualitatif & Desain Riset, Yogyakarta, Pustaka Pelajar