Revolusi Struktural

9
Nama : Idayatul Mafuroh NIM : 3101410039 Prodi : Pendidikan Sejarah Rombel : 01 RESUME WAJAH REVOLUSI INDONESIA DIPANDANG DARI PERSPEKTIVISME STRUKTURAL Oleh Sartono Kartodirdjo Membahas revolusi Indonesia mungkin yang penting bukan saja fakta dan peristiwa akan tetapi juga pandangan tentang peristiwa tersebut. Ini berarti melihat sejarah dalam perspektif. Menurut Sartono Kartodirdjo revolusi Indonesia adalah proses politik yang penuh dengan konflik antara golongan, pemberontakan massa terhadap tatanan yang ada dan hal lain ini hampir tidak pernah terjadi sebelum atau sesudahnya. Revolusi Indonesia adalah revolusi modern yang berhasil menciptakan negara modern. Pendahuluan Revolusi kita merupakan masa pergolakan (bahasa jawa: gegeran) yang ditandai oleh srobotan, gedoran dan pendaulatan, di samping sebagai masa perjuangan. Istilah-istilah yang timbul dalam zaman revolusi itu mungkin sekarang tidak lagi dipahami artinya, atau

Transcript of Revolusi Struktural

Page 1: Revolusi Struktural

Nama : Idayatul Mafuroh

NIM : 3101410039

Prodi : Pendidikan Sejarah

Rombel : 01

RESUME

WAJAH REVOLUSI INDONESIA DIPANDANG DARI

PERSPEKTIVISME STRUKTURAL

Oleh Sartono Kartodirdjo

Membahas revolusi Indonesia mungkin yang penting bukan saja fakta dan

peristiwa akan tetapi juga pandangan tentang peristiwa tersebut. Ini berarti melihat

sejarah dalam perspektif. Menurut Sartono Kartodirdjo revolusi Indonesia adalah

proses politik yang penuh dengan konflik antara golongan, pemberontakan massa

terhadap tatanan yang ada dan hal lain ini hampir tidak pernah terjadi sebelum

atau sesudahnya. Revolusi Indonesia adalah revolusi modern yang berhasil

menciptakan negara modern.

Pendahuluan

Revolusi kita merupakan masa pergolakan (bahasa jawa: gegeran) yang

ditandai oleh srobotan, gedoran dan pendaulatan, di samping sebagai masa

perjuangan. Istilah-istilah yang timbul dalam zaman revolusi itu mungkin

sekarang tidak lagi dipahami artinya, atau walaupun diketahui artinya, tidak dapat

lagi dibayangkan lagi suasana serta semangat yang meliputi masyarakat pada

waktu itu.

Dapat diutarakan dalam pengamatan jalannya Revolusi Indonesia sebagai

proses politik. Pertama, selama masa revolusi pertentangan dan konflik terjalin

bagaikan benang merah dalam perkembangan politik bahkan menunjukkan

kecenderungan ke arah akselerasi dan popularisasi seperti tampak jelas pada

peristiwa Juli 1946 dan September 1948. Kedua, momentum dalam revolusi dan

yang sangat menentukan eksistensi Republik Indonesia, sesungguhnya konflik

Page 2: Revolusi Struktural

tidak lain tidak bukan adalah perwujudan dari perebutan kekuasaan yang tumbuh

dari dasar ideologi yang saling bertentangan.

Diplomasi dan Perang

Dari apa yang disebut perspektivisme konflik politik, suatu teori yang

akan sangat menolong untuk menerangkan jalannya revolusi Indonesia. Peranan

badan perjuangan akan menjadi faktor utama, sebaliknya dalam menjelaskan

revolusi Indonesia itu tidak boleh diabaikan referensi kepada struktur

internasional dan perkembangan sejarah dunia. Dengan demikian kita menghadapi

revolusi Indonesia sebagai proses politik yang merupakan interaksi antara faktor-

faktor internal dan eksternal, keduanya terjalin erat dalam suatu proses diakletik

secara terus menerus, mulai dari Proklamasi Kemerdekaan sampai Konferensi

meja Bundar. Dalam makalah pada Konferensi Internasional Association of

Historians of Asia (IAHA) di Kuala Lumpur akhir Agustus 1980 telah diuraikan

bahwa jalannya revolusi Indonesia sangat ditentukan oleh diplomasi dan

perjuangan.

Gerakan Revolusioaner

Tanpa mengurangi pentingnya peranan diplomasi, uraian ini menaruh

fokus perhatian pada perjuangan, yaitu gerakan revolusioner, dimana konflik dan

integrasi politik membentuk serta mengarahkan jalannya revolusi. Dalam

perspektif ini revolusi dapat dipahami sebagai proses politik yang ditimbulkan

oleh interaksi golongan-golongan politik dalam menjalankan kekuasaan atau

pengaruhnya masing-masing menurut kepentingan dan ideologinya.

Ideologi revolusioner membangkitkan gerakan revolusioner massa dengan

menimbulkan ikatan-ikatan ideologis serta memobilisasi golongan-golongan

sosial. Karena kedudukannya berbeda-beda dalam masyarakat golongan-golongan

itu mendukung ideologi revolusioner dengan ideologi politik masing-masing.

Keterlibatannya dalam proses revolusioner dihayatinya lewat organisasi atau

badan perjuangan.

Page 3: Revolusi Struktural

Proses revolusi mencakup struktur-struktur politik baru, pada satu pihak

menghancurkan kekuasaan kolonial yang dominan dan mendobrak sruktur

tradisional pada pihak lain. Perubahan struktural yang radikal tidak hanya

menimbulkan partisipasi dan mobilisasi politik tetapi juga konflik, kekerasan,

bahkan di beberapa daerah revolusi sosial.

Iklim politik baru merangsang munculnya kelas, golongan etnis, dan

golongan solidaritas sosial dan okupasional. Golongan-golongan ini menampilkan

perbedaan-perbedaan mengenai bentuk masyarakat baru yang akan dibangun. Di

sini kita menghadapi kenyataan bahwa struktur sosial masyarakat Indonesia secara

inheren mengandung benih faksionalisme, konflik dan perpecahan. Dipandang

dari segi ini tidak menakjubkan kiranya bila revolusi Indonesia penuh dengan

pertentangan, konfrontasi pergolakan dan ledakan kekerasan, di mana

dipertaruhkan ideologi aliran politik atau golongan sosial.

Revolusi Sosial

Dalam aksi kekerasan melawan kekuasaan kolonial, semangat mana

merupakan hasil politisi massa lewat badan-badan perjuangan dan agitasi politik.

Pada hakekatnya revolusi hanya dapat diaktualisasikan apabila para pemimpin

mengorganisasikan ekspresi dari semangat rakyat. Gerakan ideologi revolusioner

menawarkan nilai-nilai baru dalam orde sosial-politik lama. Di Aceh, Sumetera

Utara, Pekalongan, Salatiga, dan Solo, revolusi sosial berkobar dan dalam

pergolakan itu perubahan struktural dilancarkan secara radikal.

Suatu fenomena historis yang tidak ada bandingannya dalam sejarah

Indonesia sebeumnya, yaitu badan perjuangan yang berfungsi sebagai media

untuk menjiwai massa dengan ideologi nasional atau ideologi politik, jadi

merupakan wahana dari proses politisi rakyat banyak. Ditinjau dari persepektif itu

maka revolusi Indonesia benar-benar dapat dianggap sebagai gerakan massa.

Page 4: Revolusi Struktural

Bapakisme

Pergolakan-pergolakan dahsyat yang penuh kekerasan telah ditentukan

oleh kondisi lingkungan politik sehingga ada kecenderungan struktural dalam

masyarakat itu ke arah peledakan permusuhan antar golongan.

Dalam situasi revolusioner itu mobilisasi politik massa dengan

menggunaka sistem nilai ternyata efektif. Bagi rakyat kebanyakan partisipasi

dalam arena politik sebelum revolusi adalah merupakan kesempatan yang langka,

maka dengan terbentuknya organisasi perjuangan, yaitu tempat mengalokasikan

nilai-nilai, tersedialah wahana yang memudahkan keterlibatan massa dalam proses

politik dengan segala ketegangan, kepentingan serta kegelishannya menimbulkan

suatu urgensi untuk partisipasi.

Dalam informasi politik ini ternyata badan perjuangan sangat penting

fungsinya, ialah sebagai penyalur identitas dan loyalitas baru serta menyambung

garis organisasi politik dari tingkat kepemimpinan nasional kerakyat pada tingkat

lokal atau komunitas kecil.

Kekerasan dalam Revolusi

Memang perlu diakui bahwa kekerasan merupakan “modal” yang berharga

dalam perjuangan revolusioner, akan tetapi membawa bahaya pula menjadi

ancaman terhadap eksistensi kehidupan komunitas sendiri. Dalam krisis politik

ketegangan-ketegangan terjadi oleh karena para pemimpin badan perjuangan tidak

hanya memanipulasi lambang-lambang tetapi juga tak segan-segan memakai

kekerasan untuk mendominasi situasi.

Dari kejadian-kejadian dalam revolusi sosial timbul kesan bahwa ada

semacam spontanitas bagaimana kekerasan muncul dan bagaimana kelompok-

kelompok sosial memakainya untuk merebut kekeuasaan setempat. Dalam hal ini

situasi revolusioner menguntungkan golongan revolusioner untuk memobilisasi

masyarakat. Dukungan massa dapat diraih secara mudah lebih-lebih apabila dalam

massa sebelumnya telah ada konflik yag menimbulkan pertentangan.

Page 5: Revolusi Struktural

Perkembangan dan Perjuangan

Struktur masyarakat sejak massa pergerakan nasional sudah menunjukkan

kecenderungan ke arah faksionalisme atau penggolongan-penggolongan

berdasarkan faktor-faktor etnis, religius, ideologi, sosio-kultural, dan sebagainya.

Dalam masyarakat yang sangat pluralistis itu hampir setiap perubahan atau

pembaharuan mudah mengakibatkan konflik, tidak lain karena posisi sosial denga

kepentingan menentukan sikap dan kelakuan politiknya. Dalam perspektif ini

akan dapat diterangkan kegiatan badan-badan perjuangan dipihak mana berdirinya

dalam perebutan kekeuasaan, bagaimana dalam proses akselerasi konflik timbul

polarisasi sehingga memuncak pada “perang bondo-yudo” pada peristiwa Madiun.

Sebagai organisasi massa badan-badan perjuangan yang terlibat dalam

konflik itu berusaha memobilsasi massanya, dengan demikian keampuhan

organisasinya sungguh-sungguh menghadapi ujian yang berat.

Kesimpulan

1. Sebagai revolusi nasional meliputi aksi massa yang disalurkan lewat

sejumlah besar golongan-golongan sosial tergabung dalam badan-badan

perjuangan dan organisasi-organisasi massa lain.

2. Revolusi Indonesia merupakan pemeberontakan massa berskala nasional,

suatu gejala historis yang tak pernah terjadi sebelumnya, dalam hal mana

kaum intellegiantsia memimpin dan massa dipimpin.

3. Revolusi Indonesia penuh konflik, tidak lain karena kecenderungan

struktural dalam masyarakat yang pluralistik menimbulkan konflik antara

loyalitas terhadap ideologi nasional dan ideologi komunis ataupun agama.

4. Revolusi Indonesia adalah revolusi modern yang berhasil menciptakan

negara modern berdasarkan ideologi negara, ialah pancasila.

Page 6: Revolusi Struktural

Komentar

Artikel diatas membahas tentang pendapat Sartono Kartodirdjo yang

mengupas tentang revolusi dipandang dari segi struktural dari massa dan badan

perjuangan Indonesia. Menurut Sartono Kartodirdjo revolusi Indonesia adalah

proses politik yang penuh dengan konflik antar golongan, pemberontakan massa

terhadap tatanan yang ada dan hal ini hampir tidah pernah terjadi sebelum dan

sesudahnya.