revisi lapkas dbd

download revisi lapkas dbd

of 27

Transcript of revisi lapkas dbd

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    1/27

    LAPORAN KASUS

    Seorang Laki-laki Berusia 20 Tahun Dengan

    Demam Berdarah Dengue

    Pembimbing

    Dr.Amrita, Sp.PD

    Disusun oleh

    Frenky Hardiyanto HS

    406101027

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS TARUMANAGARA

    JAKARTA

    2011

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    2/27

    LEMBAR PENGESAHAN

    Laporan Kasus

    Demam Berdarah Dengue

    Dipersiapkan dan disusun oleh:

    Frenky Hardiyanto HS

    (406101027)

    Telah didiskusikan tanggal: 8 Agustus 2011

    Pembimbing

    (dr. Amrita, Sp.PD)

    Bagian Ilmu Penyakit Dalam

    Rumah Sakit Umum Kudus

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    3/27

    DATA SOSIAL

    Nama : Tn. A Umur : 21 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Status : Tidak Menikah Pendidikan : Tamat SLTA Alamat : Bumirejo Pati Dikirim oleh : Keluarga Nomor CM : 615868 Dirawat di Ruang : Bougenvil 2 Masuk bangsal : 9 Juli 2011 Keluar bangsal : 14 Juli 2011

    DATA DASAR

    A. ANAMNESIS : Autoanamnesis dengan penderita tanggal 12 Juli 2011Keluhan Utama : Demam

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien datang dengan keluhan demam, demam sudah dirasa sejak 3 hari sebelum masuk

    rumah sakit (tanggal 9 juli 2011), demam dirasakan terus menerus, saat demam pasien merasa

    kedinginan dan lebih suka berselimut. Pasien mengeluh sering menggigil.Demam disertai

    dengan keringat dingin. Pasien juga mengeluh gusi berdarah, sakit kepala dan badan terasa

    lemas. Pasien mengeluh mual, nafsu makan berkurang, nyeri perut, BAK dan BAB tidak ada

    keluhan. Pasien mengatakan tidak dari berpergian ke luar kota dan lingkungan perumahan

    pasien tidak terdapat tetangga yang terkena penyakit yang sama. Saat ini pasien hanya nyeri

    perut dan demam sudah tidak muncul lagi.

    Keluhan utama : Demam

    Onset : 3 hariLokasi : seluruh tubuh

    Kualitas : Semakin hari semakin ringan

    Kuantitas : Semakin hari keluhan semakin berkurang

    Faktor yang memperingan : -

    Faktor yang memperberat : beraktifitas

    Gejala penyerta dan keluhan lain : keluhan disertai pusing, lemas, keringat dingin, dan gusi

    berdarah

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    4/27

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat sakit demam berdarah disangkal

    Riwayat sakit demam tifoid disangkal

    Riwayat sakit malaria disangkal

    Riwayat tranfusi darah disangkal

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal

    Riwayat Sosial Ekonomi

    Penderita membiayai sendiri

    Kesan Ekonomi : cukup

    B. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum : Ptekhie di ekstremitas

    TB : 168 BB : 55kg

    BMI : 19,48 kesan: normal

    Kesadaran : kompos mentis

    Tekanan darah : 130/100 mmHg

    Denyut nadi : 84/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup

    Laju pernapasan : 24/ menit

    Suhu

    SPO2

    :

    :

    36,8C (aksila)

    99 %

    Kulit : Pucat (-), ikterik (-), cyanosis (-), turgor baik, ptekhie (+)

    Kepala : Mesocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah

    dicabut, turgor kulit dahi cukup

    Mata

    Hidung

    :

    :

    Pupil isokor, diameter pupil 3mm, konjungtiva palpebra pucat (-),

    sklera ikterik (-)

    Rhinorrhea (-), Epistaksis (-)

    Telinga : Nyeri tekan tragus (-), Keluar cairan (-), keluar darah (-)

    Mulut : Sulkus nasolabialis simetris, lidah normal, tremor (-), deviasi lidah

    (-), faring hiperemis (+).

    Leher : Pembesaran nnll. colli (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),trakeaditengah, JVP R-2 cmH2O

    Jantung

    Inspeksi : Tak tampak pulsasi ictus cordis

    Palpasi : Tak teraba pulsasi ictus cordis

    Perkusi : Batas atas ICS II LPSS

    batas kanan ICS IV LPSD

    batas kiri ICS V LMCS

    Auskultasi : BJ I-II reguler, isi dan tegangan cukup, murmur (-), gallop (-),

    HR 84x/menit

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    5/27

    Paru depan

    Kanan Kiri

    Inspeksi Pergerakan statis, dinamis sama

    dengan kiri

    Retraksi interkostal (-)

    Pergerakan statis, dinamis sama

    dengan kanan

    Retraksi interkostal (-)

    Palpasi nyeri tekan (-)

    stem fremitus normal, sama kuat

    dengan kiri

    nyeri tekan (-)

    stem fremitus normal, sama kuat

    dengan kanan

    Perkusi Sonor, sama kuat dengan kiri Sonor, sama kuat dengan kanan

    Auskultasi suara dasar vesikuler sama dengan kiri

    Wheezing (-), Ronchi (-)

    suara dasar vesikuler sama dengan

    kanan

    Wheezing (-), Ronchi (-)

    Paru belakang

    Kanan Kiri

    Inpeksi Pergerakan statis, dinamis sama

    dengan kiri

    Retraksi interkostal (-)

    Pergerakan statis, dinamis sama

    dengan kanan

    Retraksi interkostal (-)

    Palpasi nyeri tekan (-)

    stem fremitus normal, sama kuat

    dengan kiri

    nyeri tekan (-)

    stem fremitus normal, sama kuat

    dengan kanan

    Perkusi Sonor, sama kuat dengan kiri Sonor, sama kuat dengan kanan

    Auskultasi suara dasar vesikuler sama dengan

    kiri

    Wheezing (-), Ronchi (-)

    suara dasar vesikuler sama dengan

    kanan

    Wheezing (-), Ronchi (-)

    Abdomen

    Inspeksi : Datar

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    Perkusi : timpani, pekak alih (-), area traube sonor, liver span 8 cm

    Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba

    Nyeri tekan (+) di epigastrium

    Ekstremitas Superior InferiorPtekhie

    Sianosis

    +/+

    -/-

    +/+

    -/-

    Oedem -/- -/-

    Pembesaran nnll aksila -/-

    Pembesaran nnll inguinal -/-

    Gerakan +/+ +/+

    Kekuatan 5/5 5/5

    Refleks fisiologis N/N N/N

    Refleks patologis -/- -/-

    Tonus N/N N/N

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    6/27

    C. PEMERIKSAAN PENUNJANGHEMATOLOGI tgl 9 Juli 2011

    Jumlah

    WBC 2.600/mm3

    RBC 5.850.000/ mm3HGB 14,6 g/dL

    HCT 44,7 %

    PLT 83.000/ mm3

    MCV

    Jumlah

    76 m3

    MCH 25 pgMCHC 32.8 g/dL

    RDW 14,3 %

    MPV 7,9 m3

    Kesan: trombositopeni

    leukopeni

    SEROLOGI tgl 9 Juli 2011

    Tes WIDAL

    - Salmonella typi O : negatif- Salmonella typi H : negatif- Salmonella para typi H-A : negatif- Salmonella para typi H-B : negatif

    TES RUMPLE LEEDE tgl 9 Juli 2011: (+)

    HEMATOLOGI tgl 11 Juli 2011

    Jumlah

    WBC 9.000/mm3

    RBC 6.400.000/ mm3

    HGB 13,6 g/dL

    HCT 41,3 %

    PLT 49.000/ mm3

    MCV

    Jumlah

    77 m3

    MCH 25.2 pgMCHC 32,9 g/dL

    RDW 14 %

    MPV 8,5 m3

    Kesan: trombositopeni

    DAFTAR MASALAH

    1. Demam lebih dari 3 hari2. Trombositopeni3. Leukopeni4. Peningkatan hematokrit5. Perdarahan gusi6. Ptekhie7. Faring hiperemis8. Nyeri tekan di epigastrium

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    7/27

    PROBLEM INITIAL

    ASSESMENT

    PLAN

    DIAGNOSTIK

    PLAN THERAPY PLAN

    MONITORING

    PLAN

    EDUCATION

    Demam

    Berdarah

    Dengue

    -Demam

    Dengue

    -Malaria

    -Tifoid

    -Leptospirosis

    -Chikungunya

    Uji serologi(IgG, IgM, HI

    test, PCR)

    Lab darahrutin

    (trombosit

    dan Ht)

    Hapusandarah tepi

    Tes Widal

    Paracetamol3 x 500mg

    Lanzoprasole1x30 mg

    Transfusidarah bila

    trombosit

    kurang dari

    100.000 dan

    terjadi

    perdarahan

    masif.

    Vital sign(Tekanan darah,

    nadi, suhu)

    Keluhansubjektif

    (perdarahan,

    hematemesis

    melena,

    ptekhie, mual,

    muntah)

    Cek darahrutin

    (trombosit

    dan Ht)

    Lab SGPT danSGOT

    Lab ureumkreatinin

    Cek elektrolit(natrium)

    Foto rontgenthorax

    Beritahu

    pasien dan

    keluarganya

    tentang

    penyakit dan

    therapinya

    Edukasi

    tentang

    pengobatan

    dan cara

    minum obat

    Beritahu

    tentang

    komplikasi

    yang

    mungkin

    timbul, serta

    gejala-

    gejalanya

    bilakomplikasi

    itu timbul.

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    8/27

    PROGRESS NOTE

    Tanggal 13 Juli 2011

    Subyektif:

    Demam, badan lemas, mual, nyeri perut, bab cair, bak (+)

    Obyektif:

    Tensi 130/100mmHg

    Nadi 84/menit

    RR 24x/menit

    Suhu 36,8C

    Paru2 : Suara dasar vesikuler

    Wheezing (-), Ronchi (-)

    Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen : Inspeksi : Datar

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    Perkusi : timpani, pekak alih (-), area traube sonor, liver span 8 cm

    Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+)

    Lab hematologi

    Jumlah

    WBC 6.500/mm3

    RBC 6.100.000/ mm3

    HGB 15 g/dL

    HCT 46,6 %

    PLT 102.000/ mm3

    MCV

    Jumlah

    76 m3

    MCH 24.5 pg

    MCHC 32.1 g/dL

    RDW 14.1 %

    MPV 8.3 m3

    Kesan: trombosit meningkat dari 49.000

    pada tanggal 11 juli 2011 menjadi 102.000

    Assessment: Demam Berdarah Dengue

    Planning

    Terapi : Paracetamol 3 x 1

    Lansoprazole 1 x 1

    RL 20 tpm

    Monitoring : TTV, Lab darah rutin, keluhan subjektifEdukasi

    Kepada pasien dan keluarga tentang kemungkinan penyakitnya serta pemeriksaan dan terapi

    yang diberikan

    Tirah baring

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    9/27

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    10/27

    Tanggal 14 Juli 2011

    Subyektif:

    Keluhan (-)

    Obyektif:

    Tensi 140/60mmHg

    Nadi 84/menit

    RR 26x/menit

    Suhu 37,4C

    Paru2 : Suara dasar vesikuler

    Wheezing (-), Ronchi (-)

    Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen : Inspeksi : Datar

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    Perkusi : timpani, pekak alih (-), area traube sonor, liver span 8 cm

    Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba

    nyeri tekan (-)Assessment:

    Demam berdarah dengue

    Planning:

    Terapi : Paracetamol 3 x 1

    Lansoprazole 1 x 1

    RL 20 tpm

    Monitoring : TTV, Lab darah rutin, keluhan subjektif

    Edukasi:Kepada pasien dan keluarga tentang kemungkinan penyakitnya serta pemeriksaan dan terapi

    yang diberikan

    Tirah baring

    Pasien Pulang

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    11/27

    DEMAM BERDARAH DENGUE

    Demam dengue (DF) dan demam berdarah dengue (DBD/DHF) adalah penyakit

    infeksi oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyerisendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis

    hemoragik.

    Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

    adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kelompok B

    Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus,

    famili Flaviviridae. Virus mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1,

    DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi

    yang berbeda tergantung dari serotipe virus dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar

    di negara-negara tropis dan sub tropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai

    manifestasi klinik yang berbeda.

    A.VIRUS DENGUEVirus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus, terdiri dari 4

    serotipe yaitu Den-1, 2, 3 dan 4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu

    dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling

    memberikan perlindungan silang.. Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini

    tidak hanya menyangkut antar serotipe, tetapi juga didalam serotipe itu sendiri tergantung

    waktu dan daerah penyebarannya. Pada masing-masing segmen codon, variasi diantara

    serotipe dapat mencapai 2,6 - 11 % pada tingkat nukleotida dan 1,3% - 7,7 % untuk

    tingkat protein (Fu et al, 1992). Perbedaan urutan nukleotida ini ternyata menyebabkan

    variasi dalam sifat biologis dan antigenitasnya.

    Virus Dengue yang genomnya mempunyai berat molekul 11 Kb tersusun dari

    protein struktural dan non-struktural. Protein struktural yang terdiri dari protein envelope

    (E), protein pre-membran (prM) dan protein core (C) merupakan 25% dari total protein,

    sedangkan protein non-struktural merupakan bagian yang terbesar (75%) terdiri dari NS-

    1 - NS-5. Dalam merangsang pembentukan antibodi diantara protein struktural, urutan

    imunogenitas tertinggi adalah protein E, kemudian diikuti protein prM dan C. Sedangkan

    pada protein non-struktural yang paling berperan adalah protein NS-1.

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    12/27

    Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang

    bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,

    sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain

    tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4

    serotipe selama hidupnya.

    B.PENULARANTerdapat 3 faktor yang sangat penting pada penularan virus dengue, yaitu manusia,

    virus, dan vektor perantara ( Aedes aegypti ). Nyamuk aedes tersebut dapat mengandung

    virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian

    virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 10 hari ( extrinsic

    incubation period ) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan

    berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk,

    maka nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh

    manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 3 14 hari (intrinsic incubation period)

    sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat

    terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari

    sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    13/27

    C.PATOGENESISPatogenesis DBD dan SSD (Sindrom syok dengue) masih merupakan masalah

    yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan SSD adalah :

    1. Hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau hipotesisimmune enhancement. Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien

    yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang

    heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD/Berat.

    2. Antibodi dependent enhancement (ADE), suatu proses yang akan meningkatkaninfeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan

    terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian

    menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan

    keadaan hipovolemia dan syok.

    Virus yang masuk ke dalam tubuh sebagai infeksi pertama kali akan menimbulkan reaksi

    antibodi dan mungkin timbul sebagai demam dengue. Namun, saat terjadi infeksi kedua

    dari strain yang berbeda akan terjadi reaksi anamnestik antibodi dengan kompleks

    antigen antibodi yang tinggi sesuai dengan keadaan hipersensitivitas imun (the secondary

    heterologous infection/the sequential infection hypothesis). Adanya kompleks virus-

    antibodi ini dalam sirkulasi darah akan mengakibatkan :

    1. Aktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5amenyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan kebocoran

    plasma.

    2. Agregasi trombosit dengan akibat peningkatan destruksi trombosit oleh RES,gangguan trombopoesis dan gangguan fungsi trombosit.

    3. Kerusakan endotel akan mengaktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibatlanjut terjadinya Disseminated Intravascular Coagulation (DIC). Dalam proses ini

    plasminogen akan menjadi plasmin yang merubah fibrin menjadi Fibrinogen

    Degradation Product(FDP), sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan darah.

    Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) mempunyai peranan penting akan

    terjadinya perdarahan masif dan kematian pada syok yang berat.

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    14/27

    Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari

    30 % dan berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini terbukti dengan

    adanya, peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan

    di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Syok yang tidak ditanggulangi secara

    adekuat, akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat berakhir fatal. Oleh karena

    itu, pengobatan syok sangat penting guna mencegah kematian.

    Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-antibodi selain

    mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan

    mengaktivitasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua

    faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan pada DBD.

    Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-antibodi

    pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin di phosphat),

    sehingga trombosit melekat satu sama iain. Hal ini akan menyebabkan trombosit

    dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi trombositopenia.

    Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor III mengakibatkan

    terjadinya koagulopati konsumtif (DIC/KID = koagulasi intravaskular deseminata),

    ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen degredation product) sehingga terjadi

    penurunan faktor pembekuan.

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    15/27

    D.MANIFESTASI KLINISPerjalanan penyakit infeksi virus pada manusia bervariasi, tergantung dari

    faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh dengan faktor yang mempengaruhi

    virulensi virus. Infeksi virus dengue memperlihatkan spektrum klinis bervariasi mulai

    dari yang paling ringan asimptomatik/ silent dengue infection, demam ringan tanpa

    penyebab yang jelas (undifferentiated febrile illness), Demam Dengue (DD), Demam

    Berdarah Dengue (DBD), hingga yang paling berat yaitu Dengue Syok Sindrom (DSS).

    Infeksi dengue ringan akan sembuh dengan sendiri tanpa pengobatan (self limiting).

    DD dan DBD memerlukan pemantauan dan pengobatan yang baik, oleh karena pada

    DD dapat disertai perdarahan dan DBD dapat disertai syok dan perdarahan.

    Perjalanan penyakit DD/DBD sulit diramalkan. Pada umumnya pasien

    mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari.

    Pada waktu fase ini, pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai resiko untuk

    terjadinya DBD/DSS yang dapat berakibat fatal jika tidak mendapatkan pengobatan

    yang adekuat.

    Masa inkubasi dengue berkisar 3-14 hari, dengan rata-rata 5-8 hari. Beratringannya penyakit tergantung dari beberapa faktor seperti daya tahan tubuh, cepat

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    16/27

    lambatnya penanggulangan medis, perdarahan organ yang terjadi, tingkat virulensi

    virus.

    1. DEMAM DENGUEDemam Dengue adalah penyakit demam akut selama 2-7 hari ditandai

    dengan dua atau lebih manifestasi klinis : nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia,

    mual, muntah, ruam kulit, ruam berbentuk makulopapular yang bisa timbul pada

    awal penyakit (1-2 hari), menghilang tanpa bekas dan selanjutnya timbul ruam

    merah halus pada hari 6-7 terutama di daerah kaki, telapak kaki dan tangan. Selain

    itu, dapat juga ditemukan petekia. Hasil darah menunjukkan leukopenia, kadang-

    kadang trombositopenia. DD yang disertai dengan perdarahan harus dibedakan

    dengan DBD. Pada penderita DD tidak dijumpai kebocoran plasma. Pada penderita

    DBD dijumpai kebocoran plasma yang dibuktikan dengan adanya hemokonsentrasi,

    pleura efusi, ascites.

    2. DEMAM BERDARAH DENGUEGejala klinis DBD diawali dengan demam tinggi (> 39 derajat C)mendadak

    2-7 hari, disertai muka kemerahan dan gejala klinis lain yang sering ditemukan

    seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri pada belakang bola mata terutama pada

    pergerakan mata atau bila mata ditekan, fotofobia, nyeri pada otot, sendi dan tulang(break bone fever), nyeri tenggorokan, mual, muntah, namun jarang ditemukan

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    17/27

    batuk pilek. Biasanya ditemukan juga nyeri epigastrium dan nyeri dibawah

    lengkung iga kanan. Kurva demam yang bersifat bifasik (saddle back fever) tidak

    selalu ditemukan. Demam biasanya berlangsung 2-7 hari dan bila tidak disertai

    syok maka panas akan turun dan penderita akan sembuh sendiri.

    Bentuk perdarahan paling sering adalah uji tourniquet (Rumple Leede) positif

    , yaitu bila ditemukan 10 bintik perdarahan ( petekie) dengan luas dia meter 2,8

    cm2

    pada pembendungan aliran darah selama 5 menit, terdapat di lengan bawah

    bagian volar dan fossa cubiti. Gejala perdarahan biasanya mulai pada hari ke-3 atau

    ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, hematemesis, melena.

    Selain itu dapat juga ditemukan pembesaran hati terutama pada penderita

    yang mengalami syok, namun pembesaran hati tidak berhubungan dengan berat

    ringannya penyakit. Pada dasarnya terdapat empat gejala utama pada DBD, yaitu

    demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali dan kegagalan sirkulasi.

    Manifestasi klinis DBD dibagi menjadi 4 derajat menurut WHO (1997), yaitu:

    Derajat I demam disertai gejala tidak khas dan manifestasi perdarahan spontan satu-

    satunya ialah uji tourniquet positif.

    Derajat II gejala seperti derajat I, disertai perdarahan spontan dikulit atau manifestasi

    perdarahan lain.

    Derajat III didapatkan tanda-tanda dini renjatan / kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan

    lemah, tekanan nadi menurun /

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    18/27

    3. Dengue Shock Sindrom (DSS)Syok biasanya terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari ke -

    3 sampai hari ke-7. Mulanya pasien terlihat letargi atau gelisah kemudian jatuh ke

    dalam syok yang ditandai dengan kulit dingin-lembab, sianosis sekitar mulut, nadi

    cepat lemah, tekanan nadi < 20 mmHg dan hipotensi dibandingkan standar umur.

    Kebanyakan pasien masih tetap sadar walaupun sudah mendekati stadium akhir.

    Tabel Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue

    DD/DBD Derajat Gejala LaboratoriumDD Demam disertai 2 atau lebih tanda :

    sakit kepala, nyeri retro-

    orbital,mialgia, artralgia

    Leukopenia,

    trombositopenia,tidak

    ditemukan bukti kebocoran

    plasma

    DBD I Gejala di atas ditambah uji bendung

    positif

    Trombositopenia

    (

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    19/27

    Klasifikasi infeksi dengue WHO tahun 2009

    E. DIAGNOSISDiagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun

    1997, diagnosis ditegakkan bila hal dibawah ini terpenuhi:

    1. Demam tinggi mendadak atau riwayat demam akut, berlangsung terus menerusselama 2-7 hari, biasanya bifasik.

    2. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan :- Uji tourniquet positif- Petekie, ekimosis, purpura

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    20/27

    - Perdarahan mukosa (paling sering epistaksis atau perdarahan gusi), atauperdarahan dari tempat lain.

    - Hematemesis dan atau melena3. Trombositopenia (trombosit 100.000 /mmatau kurang).4. Terdapat minimal satu atau tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma)

    sebagai berikut:

    a. Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur danjenis kelamin.

    b. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkandengan nilai hematokrit sebelumnya.

    c. Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.Diagnosis pasti DBD dibuat bila serologi dengue (IgM dan IgG anti Dengue) positif.

    F. LABOTORIUMPemeriksaan darah yang rutin dilakukan pada pasien tersangka demam dengue

    adalah pemeriksaan kadar Hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan

    darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma

    biru.

    Diagnosa pasti didapatkan dari tes serologis yang mendeteksi adanya antibodi

    spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM maupun IgG.

    Parameter laboratorium yang dapat diperiksa antara lain:

    Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemui limfositosisrelatif (>45% dari total lekosit)disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15%

    dari jumlah total lekosit yang pada fase syok meningkat. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8. Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan

    hematokrit 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.

    Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT,APTT, Fibrinogen, D-dimer atau FDPpada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

    Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.

    SGOT/SGPT: dapat meningkat. Ureum,kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    21/27

    Elektrolit: Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan. Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfusi darah atau

    komponen darah.

    Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgG dan IgM terhadap dengue.IgM: mulai terdeteksi pada hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3,

    menghilang setelah 60-90 hari.

    IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdteksi pada hari ke-14, pada infeksi

    sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.

    Uji HI: dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dariperawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveillance.

    G.RADIOLOGISPada foto toraks didapatkan efusi pleura terutama di sebelah hemitoraks kanan

    (DBD derajat III/IV, sebagian besar derajat II), tetapi apabila terjadi perembesan

    plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto

    rontgen, sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat

    pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.

    H. PEMERIKSAAN DIAGNOSISSeiring berjalannya waktu, pengembangan teknik laboratorium untuk

    mendiagnosa infeksi virus dengue terus berlanjut hingga sensitivitas dan spesifisitasnya

    menjadi lebih bagus dengan waktu yang cepat. Adapun jenis pemeriksaan laboratorium

    yang digunakan yaitu:

    1.Pemeriksaan serologisDikenal 5 jenis uji serologi yang biasa dipakai untuk menentukan adanya infeksi

    virus dengue, yaitu :

    - Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)- Uji komplemen fiksasi(CF test)- Uji netralisasi(NT test)

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    22/27

    - IgM ELISA IgM anti DHF (+) timbul 5 hari setelah infeksi pertama dan hilangsetelah 60 hari.

    - IgG ELISA IgG DHF (+) pada infeksi pertama setelah 14 hari, tetapi padainfeksi kedua kalinya sudah (+) pada hari kedua.

    2. isolasi virus3. deteksi antigen4. deteksi RNA/DNA (polymerase chain reaction)

    I. DIAGNOSIS BANDINGDemam pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup demam tifoid, campak,

    influenza, chikungunya, dan leptospirosis, hepatitis, malaria, ITP (idiophatic

    thrombocytopenia purpura), leukemia stadium lanjut, anemia aplastik dapat pula

    memberikan gejala-gejala seperti DBD.

    J. KOMPLIKASI Ensefalopati dengue

    Pada umumnya terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan

    perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok. Kesadaran

    pasien menurun menjadi apatis atau somnolen, dapat disertai kejang.

    Gagal ginjal akutPada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi

    dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk

    mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml/kgBB/jam. Pada

    keadaan syok berat sering dijumpai acute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah

    urin, dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.

    Udema paruMerupakan komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian cairan yang

    berlebihan (overload). Pada waktu terjadi perembesan plasma, pemberian cairan sesuai

    kebutuhan tidak akan menyebabkan udem paru, tetapi bila cairan masih diberikan

    padahal sudah terjadi reabsorpsi plasma dari ruang ekstravaskuler ke ruang intravaskuler,

    pasien akan mengalami distres pernapasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan

    ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto rontgen.

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    23/27

    K.PENATALAKSANAAN

    Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utamanya adalah terapi

    suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang

    dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam

    penanganan kasus DBD. Asupan cairan harus tetap dijaga terutama cairan oral. Jika asupan

    cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui

    Intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang bermakna.

    Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan divisi

    Penyakit Tropik dan infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik FKUI, telah menyusun

    protokol penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa, berdasarkan kriteria:

    Penatalaksanaan yang tepat dengan rancangan tindakan yang dibuat sesuai atas indikasi. Praktis dalam pelaksanaannya. Mempertimbangkan cost effectiveness.

    Protokol ini terbagi dalam 5 kategori:

    Protokol 1: Penanganan Tersangka (Probable) DBD dewasa tanpa syok.

    Protokol 2: Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat.

    Protokol 3: Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht>20%.

    Protokol 4: Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD dewasa.

    Protokol 5:Tatalaksana Sindroma Syok Dengue pada dewasa.

    A.Protokol 1. Penanganan tersangka (probable) DBD Dewasa tanpa syok.Protokol ini digunakan sebagai petunjuk dalam memberikan pertolongan pertama

    pada penderita DBD atau yang diduga DBD, dan juga dipakai sebagai petunjuk dalam

    memutuskan idikasi rawat.

    Seseorang yang tersangka DBD, dilakukan pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit,

    bila:

    Hb,Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien dapatdipulangkan dengan anjuran kontrol atau berobat jalan ke poliklinik dalam waktu 24

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    24/27

    jam berikutnya ( untuk dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, leukosit, trombosit tiap 24

    jam) atau bila keadaan penderita memburuk, segera kembali ke Instalasi Gawat

    Darurat.

    Hb,Ht normal tetapi trombosit 20%.Meningkatnya Ht menandakan tubuh telah mengalami defisit cairan sebanyak

    5%. Pada keadaan ini terapi awal adalah dengan pemberian cairan infus ktristaloid

    sebanyak 6-7 ml/kg/jam. Kemudian pasien dipantau setelah 3-4 jam pemberian cairan

    tersebut. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan penurunan Ht, frekuensi nadi,

    tekanan darah stabil, [produksi uri yang meningkat, maka jumlah cairan infus dikurangi

    menjadi 5 ml/kgBB/jam. Dua jam kemudian, dilakukan pemantauan kembali dan bila

    keadaan tetap menunjukan perbaikan maka jumlah cairan infus dikurangi menjadi 3

    ml/kgBB/jam. Bila dalam pemantauan keadaan tetap membaik, maka pemberian cairan

    dapat dihentikan 24-48jam kemudian.

    Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6-7 ml/kgBB/jam, keadaan tetap

    tidak membaik, yang ditandai dengan Ht meningkat, tekanan nadi menurun

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    25/27

    produksi urin menurun, maka kita harus menaikkan jumlah cairan infus menjadi 10

    ml/kgBB/jam, 2 jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan

    menunjukan perbaikan, maka jumlah cairan dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam tetapi bila

    keadaan tidak menunjukkan perbaikan, maka jumlah cairan infus ditingkatkan menjadi

    15 ml/kgBB/jam. Bila dalam perkembangannya kondsi memburuk dan didapatkan tanda-

    tanda syok, maka pasien ditangani sesuai dengan protokol tatalaksana sindroma syok

    dengue pada dewasa. Bila syok telah teratasi, maka pemberian cairan dimulai lagi seperti

    terapi pemberian cairan awal.

    D.Protokol 4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa.Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dewasa adalah perdarahan

    hidung/epistaksis yang tidak terkendali walaupun telah diberikan tampon hidung,

    perdarahan saluran cerna (hematemesis dan melena atau hematoskesia), Hematuria,

    perdarahan otak atau perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan 4-

    5ml/kgBB/jam. Pada keadaan ini, jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperi

    keadaan DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan TD, nadi, pernapasan, dan jumlah urin

    dilakukan sesering mungkin, dan pemeriksaan Hb,Ht, trombosit dilakukan tiap 4-6 jam.

    Pemberian heparin dilakukan bila secara klinis dan laboratoris doidapatkan tanda-

    tanda Koagulasi Inravaskular Disseminata (KID). Transfusi komponen darah diberikan

    sesuai indikasi. FFP diberikan bila didapatkan defisiensi faktor-faktor pembekuan (PT

    dan APTT yang memanjang). PRC diberikan bila nilai Hb< 10g/dl. Transfusi trombosit

    hanya diberikan pada pasien DBD dengan perdarahan spontan dan masif dengan jumlah

    trombosit

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    26/27

    dilakukan adalah pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL), hemostasis, analisa gas

    darah, kadar natrium, kalium dan klorida, serta ureum dan kreatinin.

    Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB dan dievaluasi

    setelah 15-30 menit. Bila renjatan telah teratasi (ditandai dengan tekanan darah sistolik

    100mmHg dan tekanan nadi >20 mmHg, frekuensi nadi

  • 8/2/2019 revisi lapkas dbd

    27/27

    10-20 ml/kgBB dan dievaluasi setelah 10-30 menit. Bila keadaan tetap belum teratasi

    maka untuk memantau kecukupan cairan dilakukan pemasangan kateter vena sentral, dan

    pemberian koloid dapat ditambah hingga jumlah maksimum 30 ml/kgBB dengan sasaran

    tekanan vena sentral 15-18 cm H2O. Bila keadaan masih belum teratasi harus

    diperhatikan dan dilakukan koreksi terhadap gangguan asam-basa, elektrolit,

    hipoglikemi, anemia, KID, infeksi sekunder. Bila tekanan vena sentral penderita sudah

    sesuai dengan target tetapi renjatan tetap belum teratasi maka dapat diberikan obat

    inotropik/vasopressor.