Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok
-
Upload
dinda-zahra -
Category
Documents
-
view
54 -
download
7
description
Transcript of Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok
RESUSITASI CAIRAN
Bagian Laboratorium KlinikFakultas KedokteranUniversitas Islam Sumatera UtaraTahun 2011
PENDAHULUAN Terapi cairan adalah tindakan yang dilakukan
dengan melakukan pemberian cairan untuk mengatasi syok, dan menggantikan volume cairan yang hilang akibat adanya perdarahan, atau dehidrasi.
Tujuan dari resusitasi cairan adalah untuk mencegah terjadinya hipoksia dan iskemik pada organ tubuh vital terutama pada otak dan jantung melalui peningkatan preload dan curah jantung untuk mengembalikan volume sirkulasi efektif pada syok hipovolemik, mengembalikan oxygen carrying capacity pada syok hemoragik, dan mengoreksi gangguan metabolik.
PENILAIAN KLINIS KEADAAN SYOK Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi
jika sirkulasi darah arteri tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada tiga faktor utama yaitu curah jantung, volume darah, dan tonus vasomotor perifer. Bila terjadi gangguan pada salah satu dari ketiga faktor di atas, dan faktor lainnya tidak dapat melakukan kompensasi, maka akan terjadi syok.
04/27/2023
4
Shock adalah kondisi saat mana transport oksigen (DO2, delivery O2) ke jaringan
gagal memenuhi kebutuhan metabolik di jaringan tersebut.
DO2 < VO2IT IS NOT LOW BLOOD
PRESSURE !!!IT IS HYPOPERFUSION…..
PRE-LOAD CONTRACTILITY AFTER-LOAD
STROKE VOLUME HEART-RATE
CARDIAC OUTPUT TOTAL PERIPHERAL RESISTANCE
BLOOD PRESSURE
Hasanul, 2006
Tissue Perfusion
27/04/2023 6
Type of shock
Hypovolemic
Cardiogenic
Distributive [vasomotordysfunction] . High or normal resistance
. Low resistance
Obstructive
Primary mechanism
Volume loss
Pump failure
Expanded venous capacitance[pooling], CO normal or low
Arteriovenous shuntingCO normal or highExtracardiac obstruction ofmain channel of blood flow
Clinical causes
Exogenous Blood loss due to hemorrhage Plasma loss due to burn, inflammation Fluid and electrolyte loss due to vomiting, diarrhea, dehydration, osmolal diuresis [diabetes]
Endogenous Extravasation due to inflammation, trauma, anaphylaxis, snake venom, pheochromocytoma
Myocardial infarctionHeart failureArrhythmia Intracardiac obstruction
Hypodynamic septic shock due to gram-negative enteric bacillarySpinal shock, Narcotic over dose, barbiturate intoxication
Pneumonia, peritonitis, abscess, reactive hyperemia
Vena caval obstruction, pericarditis [cardiac tamponade]pulmonary embolism, aorta dissecting aneurysm
Classification of shock states
Weil, MH et al : Cardiovascular System failure. In Principles and practice of emergency medicine. Schwartz. GR [ed] WB. Saunders 1986
27/04/2023 7
Hemorrhagic
Sign & SymptomsPallor, faintingSkin clammy, coldTachycardiaOliguriaCollapse
Laboratory Hct, Hb
Cardiogenic
Sign & SymptomsPallor, faintingSkin clammy, coldArrhythmiasOliguriaCollapse
Laboratory Cardiac enzymesECG
Traumatic
Sign & SymptomsHistory & Physicalevidence of injuryOliguriaTachycardiaCollapse
LaboratoryX-Rays, CT-scan
PathophysiologyDirect injury to organ
Therapy1. Repair injury2. Fluids3. Blood
Pathophysiology Blood volume
Therapy1. Fluids2. Blood3. Control Bleeding
Pathophysiology Cardiac output
Therapy1. Antiarrhythmic2. Vasopressors3. Vasodilators
Septic
Sign & SymptomsFever, chillsSkin warmTachycardiaOliguriaAltered mental statusCollapseLaboratory[+] smears & culture
Pathophysiology Peripheral resistance
Therapy1. Antibiotics2. Fluids3. Drain abscess
Approach to various etiologic types of shock
Shoemaker, Textbook of Critical Care, third ed. 1995
O2
CARDIOGENIC
HYPOVOLEMIK
O2
O2
OBSTRUCTIVE
SEPTIC
PENILAIAN KLINIS KEADAAN SYOK Terjadinya syok dapat dilakukan dengan
melakukan penilaian terhadap tingkat kesadaran pasien, penilaian tanda-tanda vital, terjadinya hipoperfusi perifer, dan penurunan jumlah urin (oliguria).
Kesadaran (GCS) menurun sampai koma. Frekuensi nafas meningkat dari normal (lebih dari 20-
24 kali per menit pada dewasa, atau lebih dari 36 kali per menit pada anak).
Nadi tidak teraba, atau teraba halus namun tidak penuh.
Tekanan darah menurun dan terjadi takikardia (puncak tekanan darah sistemik kurang dari 100 mmHg).
Tanda-tanda hipoperfusi dan vasokonstriksi perifer seperti kulit dingin, lembab, sianosis, dan melambatnya capillary refill time (lebih dari 3 detik). Capillary refill time dapat ditentukan dengan menekan ujung kuku, kemudian dilepaskan.
Turgor kulit menurun, mukosa mulut kering, ubun-ubun kepala tampak cekung, dan kulit tampak keriput, pada keadaan dehidrasi berat.
Oligouria, ditanda dengan jumlah urin kurang dari 1 cc/kgBB/jam.
JALUR PEMBERIAN RESUSITASI CAIRAN Untuk mengatasi syok secepat mungkin, agar
terhindar dari kerusakan organ vital tubuh, pemberian resusitasi cairan dilakukan secara parenteral (intravena), dan intraoseus.
Pemberian secara intraoseus merupakan pilihan alternatif, apabila akses intravena sulit didapatkan, terutama pada keadaan kegawat daruratan pediatrik. Pada akses intraoseus, cairan dimasukkan ke dalam tubuh secara langsung melalui sumsum tulang.
Pada keterampilan klinik ini akan dilatihkan bagaimana cara melakukan resusitasi cairan secara intravena, adapun resusitasi cairan melalui intraoseus akan dilatihkan pada modul keterampilan klinik berikutnya.
JALUR PEMBERIAN RESUSITASI CAIRAN
Akses Resusitasi Intravena Akses Resusitasi Intraosseus
15
TOTAL BODY WATER : 60% TOTAL BODY WEIGHT
36 L
ISF
60 kg
9LISF IVF ICF
3L 24 L
Physiologic principles of fluid management
Hasanul, 2002
04/27/2023
16
ISF IVF ICF
Physiologic principles of fluid management
Perdarahan
PERDARAHAN
HILANG VOLUMEHILANG ERITROSIT
Hasanul, 2003
CAIRAN RESUSITASI Terdapat dua jenis cairan yang digunakan
pada resusitasi cairan, yaitu cairan kristaloid dan koloid.
Perlu diingat bahwa pemberian cairan infus yang mengandung dekstrosa (contoh dekstrosa 5%) secara bolus intravena, tidak boleh diberikan pada resusitasi cairan, karena dapat menyebabkan diuresis osmotik, serta dapat memperburuk defisit elektrolit kalium (hipokalemia), dan iskemia pada otak.
CAIRAN KRISTALOID Cairan kristaloid adalah kelompok cairan non ionik
yang pada umumnya bersifat isotonik (isoosmolar). Cairan kristaloid tidak mengandung partikel onkotik
sehingga tidak menetap di intravaskular. Cairan ini baik untuk mengganti kehilangan volume, terutama cairan intertistial. KEUNTUNG
AN•Pemberian cairan kristaloid adalah murah, mudah didapat, dan tidak menimbulkan reaksi alergi.
KERUGIAN•Pemberian cairan kristaloid adalah hanya bertahan 15-30 menit di dalam pembuluh darah, dan untuk mengembalikan volume intravaskuler yang hilang, diperlukan cairan kristaloid dalam jumlah yang besar, sekitar 2-3 kali volume cairan yang hilang, sehingga bila tidak diberikan dengan benar dapat menimbulkan edema paru pada pasien.
Contoh cairan kristaloid adalah ringer laktat, ringer asetat (asering), dan NaCl 0,9% (normal saline).
04/27/2023
20ISF
9LISF IVF ICF
3L 24 L2250ml 750 ml
RL,NaCl3L
Physiologic principles of fluid management
Hasanul, 2002
CAIRAN KOLOID Cairan koloid adalah cairan yang mengandung partikel
onkotik yang dapat menyebabkan tekanan onkotik.
KEUNTUNGAN
•Cairan ini sebagian besar menetap di intravaskuler, dan jenis plasma ekspander dapat menarik cairan ekstravaskuler ke intravaskuler.
KERUGIAN•Pemberian cairan koloid adalah harganya yang mahal, dapat menyebabkan reaksi anafilaktik, resiko terjadinya overload lebih besar, dan pemberian secara berlebih dapat menyebabkan edema paru, tetapi tidak mneyebabkan edema perifer.
Contoh cairan koloid adalah darah (packet red cell, dan whole blood), plasma darah dan komponennya (albumin 5% dan 25%, fresh frozen plasmanate), dan koloid sintetik seperti poligelin (gelafundin, haemacell), dekstran 10% dan 40%, dan hetastarch (expafusin 6%).
04/27/2023
22ISF
9LISF IVF ICF
3L 24 L1L
Albumin-5%1 L
Physiologic principles of fluid management
Hasanul, 2002
04/27/2023
23ISFISF IVF ICF
3L 24 L1000ml
HES-6%1L
Physiologic principles of fluid management
Hasanul, 2002
9L
04/27/2023
24ISF
9LISF IVF ICF
3L 24 L500
Albumin-25%
100 cc
Physiologic principles of fluid management
Hasanul, 2002
400
Volume expander
04/27/2023
25ISFISF IVF ICF
3L 24 L700ml
Haemacel1L
Physiologic principles of fluid management
Hasanul, 2002
9L300ml
JENIS CAIRAN RESUSITASICairan Kristaloid (NaCl 0,9%) Cairan Koloid
(albumin 25%)
PERSIAPAN ALAT & PENANGANAN AWAL Persiapkan alat dan cairan yang akan
digunakan untuk melakukan resusitasi seperti infus set makro, atau mikro, kateter i.v line disesuaikan dengan pasien, pada anak-anak, digunakan nomor 22-24 (sediaan berwarna biru, atau kuning).
Setelah melakukan penilaian ada tidaknya tanda-tanda syok, seperti tindakan resusitasi pada umumnya, terlebih dahulu bebaskan dan pertahankanlah jalan nafas (”clear and open airway”) dengan cara ”head tilt-chin lift”, atau ”jaw thrust”.
PERSIAPAN ALAT & PENANGANAN AWAL Selanjutnya berikanlah oksigenasi dan
ventilasi adekuat dengan menggunakan nasal kanul.
Untuk memperbaiki sirkulasi, pasanglah akses intravena pada vena tubuh yang besar, dan mudah dipasang i.v line, dan jangan lupa untuk memasang kateter untuk memudahkan penghitungan jumlah urin.
PROSEDUR RESUSITASI CAIRAN PADA ANAK
Bila perbaikan klinis tidak ada, berikan resusitasi cairan koloid (dekstran, HES, atau haemacell) sebanyak 10 ml/kgBB, pada 5 menit ketiga. Selanjutnya lakukanlah penilaian lagi ada tidaknya perbaikan klinis pasca resusitasi dengan cairan koloid.
KETETAPAN1 cc = 20 tetes makro
1 cc = 60 tetes mikro
SEMUA DIKONVERSI MENJADI …..tetes/menit
PROSEDUR RESUSITASI CAIRAN PADA ANAK Bila syok teratasi, diberikan cairan pemeliharaan
menurut Holiday-Segar dengan perhitungan jumlah cairan sebagai berikut : Bila berat badan pasien ≤ 10 kg, diberikan cairan
pemeliharaan sebanyak 100 cc/kgBB. Bila berat badan pasien antara 11-20 kg, diberikan cairan
pemeliharaan dengan rumus 1000 + (BB-10) × 50. Bila berat badan pasien antara 21-30 kg, diberikan cairan
pemeliharaan dengan rumus 1500 + (BB-20) × 20 Pada saat pemberian cairan pemeliharaan
(maintenance), lakukanlah pemantauan terhadap tanda-tanda vital, meliputi kesadaran, pernafasan, denyut nadi, tekanan darah, perfusi jaringan (bila perfusi baik kulit menjadi hangat, capillary refill time kurang dari 3 detik), dan jumlah urin (jumlah urin yang normal > 1 ml/kgBB/jam.
CONTOH SKENARIO Anak laki-laki usia 3 tahun mengalami
kecelakaan pada saat bermain-main di taman kompleksnya. Terjadi patah tulang terbuka pada daerah betis dengan perdarahan yang terus-menerus. Dari kepala tampak adanya luka robek dengan perdarahan aktif. Berat badan= 12 kg.
DIAGNOSA?PENATALAKSANAAN?
A
B
C
“LOOK, LISTEN AND FEEL” PENILAIAN JAW THRUST (PEMASANGAN COLLAR BRACE JIKA ADA)
NILAI PERNAFASAN OKSIGENASI DENGAN NASAL KANUL
NILAI SIRKULASI TANDA-TANDA SHOCK PEMASANGAN IV LINE DAN KATETER URIN
1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro
KEBUTUHAN CAIRAN KRISTALOID= 20 cc/kg x 12 kg= 240 cc= 240 cc x 20 tetes makro = 4.800 tetes makro/5 menit= 960 tetes makro/menit COR
KEBUTUHAN CAIRAN KOLOID= ½ KRISTALOID= 480 tetes makro/menit
1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro
HOLIDAY SEGAR= 1000 + (12-10) 50= 1000 + 100= 1100 cc/24 jam= 1100 cc x 20 tetes makro/24 jam= 22.000 tetes makro/24 jam= 22.000 tetes makro/24x60 menit= 15 tetes makro/menit
Class I Class II Class III Class IVBlood-Loss[ml] ->750 750-1500 1500-2000 >2000
Blood-loss [%BV] ->15% 15-30% 30-40% >40%
Pulse-Rate [x/min.] <100 >100 >120 >140
Blood-Pressure Normal Normal Decreased Decreased
Pulse-Pressure N or increased
Decreased Decreased Decreased
Respiratory Rate 14-20 20-30 30-35 >35
Urine out-put [ml/hour] >30 20-30 5-15 Negligible
Mental status/CNS Slightly anxious
Midly anxious
Anxious and confused
Confused and lethargic
Estimated Fluid and Blood Losses Based on Patient’s Initial Presentation
BV = 70 ml/kg Hasanul, 2003
FLUID REPLACEMENT3 : 1 Rule
Class I Crystalloid Class II Crystalloid
+ Colloid ? Class III Crystalloid
+Colloid, BloodClass IV Crystalloid
+Colloid, BloodHasanul, 2003
Pola kerja penanganan shock perdarahanPenderita datang dengan perdarahan
Pasang infus jarum kaliber besar (16G, 18G), ambil sample darah
Ukur tekanan darah, hitung nadi, nilai perfusi, produksi urine
Tentukan estimasi jumlah perdarahan, minta darah
Guyur cepat Ringer Laktat atau NaCl 0.9% [hangat, 390C] 3x
prakiraan lost-volume [1-2 liter] evaluasi
Hasanul, 2003
PENATALAKSANAAN SYOK ANAFILAKTIK
Bagian Laboratorium KlinikFakultas KedokteranUniversitas Islam Sumatera UtaraTahun 2011
PENDAHULUAN Definisi yang tepat untuk anafilaksis tidak begitu
penting jika dibandingkan dengan perlunya ketepatan dalam penanganan emergensi kasus-kasus tersebut.
Tidak ada definisi universal yang disetujui, tetapi menurut The European Academy of Allergology and Clinical Immunology Nomenclature Committee, menyebutkan bahwa anafilaksis merupakan manifestasi dari reaksi hipersensitif/alergi yang berat, mengancam jiwa, dan bersifat sistemik.
The American College of Allergy,Asthma and Immunology of Anaphylaxis Working Group, menyebutkan angka insidensi anafilaksis secara gobal adalah 30-950 kasus per 100.000 orang pertahunnya. Prevalensi ketahanan hidup antara 50-2000 episode per 100.000 orang adalah 0,05-2,0 %.
FAKTOR PENCETUS Anafilaksis dapat terjadi oleh karena banyak sekali faktor
pencetus, yang paling banyak diidentifikasi adalah dari makanan, obat, dan juga racun.
Hubungan faktor pencetus tersebut dengan timbulnya anafilaksis bervariasi tergantung pada umur, dimana makanan menjadi penyebab umum pada masa anak-anak, dan obat-obatan menjadi faktor pencetus bagi orang yang lebih tua.
Banyak kelompok makanan atau obat yang berperan, jenis makanan yang paling sering berperan adalah kelompok kacang-kacangan, sedang dari obat dicetuskan dari golongan pelumpuh otot, antibiotika, NSAID dan Aspirin.
Tetapi, harus dicatat bahwa ada beberapa kasus yang penyebab anafilaksisnya tidak diketahui (idiopatik , tidak diperantarai IgE).
FAKTOR PENCETUS Dibawah ini adalah tabel yang
mengemukakan penyebab anafilaksis di Britania Raya (United Kingdom) dari tahun 1992-2001.Kelompok: Jumlah: Penyebab:Sengatan 47 29 tawon, 4 lebah, 14 tidak diketahuiKacang-kacangan 32 10 kacang tanah, 6 kacang kenari, 2
kacang almond, 2 kacang brazil, 1 kacang hazel, 11 campuran atau tidak diketahui.
Makanan 13 5 susu, 2 ikan, 2 buncis, 2 udang-udangan, 1 pisang, 1 siput
Antibiotik 27 11 penisilin, 12 sefalosporin, 2 amfotericin, 1 ciprofloksasin, 1 vankomisin
Obat Anestesi 39 19 suksamethonium, 7 velkuronium, 6 atrakurium, 7 obat-obat induksi
Obat lainnya 24 6 NSAID, 3 ACE-Inhibitor, 5 gelatin, 2 protamin, 2 Vit-K,dll: Etoposide, Asetazolamid, petidin, anestesi lokal, diamorfin, streptokinase.
Medium Kontras 11 9 iodine, 1 technetium, 1 fluorescinelainnya 3 1 lateks, 1 pewarna rambut, 1 hydatidEmergency treatment of anaphylactic reactions, Guidelines for healthcare providers, Januari 2008.
Beberapa jenis faktor pencetus yang dapat menyebabkan anafilaktik
MANIFESTASI KLINIS REAKSI ANAFILAKSIS Diagnosis reaksi anafilaksis umumnya
didapatkan ketika seseorang yang terpapar dengan allergen berlanjut kepada gangguan yang datangnya tiba-tiba (biasanya dalam hitungan menit), dengan disertai perubahan kulit yang berlangsung sangat cepat dan membahayakan jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation). Reaksi ini sungguh sangat tidak diharapkan.
MANIFESTASI KLINIS REAKSI ANAFILAKSIS
Ada beberapa poin yang harus dicermati berhubungan dengan reaksi anafilaksis, yakni :
Anafilaksis biasanya merupakan gabungan dari 3 kriteria, yakni: Onset tiba-tiba dan gejala yang berkembang dengan sangat
cepat. Mengancam jiwa karena membahayakan jalan nafas,
pernafasan, dan sirkulasi. Adanya perubahan kulit dan mukosa (flushing, urtikaria dan
angioedema) Hal ini biasanya ditunjang oleh adanya paparan terhadap bahan
yang bersifat alergis pada pasien. Tetapi harus diingat bahwa perubahan kulit dan mukosa yang
timbul dengan cepat tanpa disertai gejala lainnya bukan merupakan reaksi anafilaksis. Perubahan kulit dan mukosa sering tidak terjadi dalam 20% kasus. Terkadang dijumpai gejala gastrointestinal (muntah, nyeri perut, dan inkontinensia).
Terkadang kita dibingungkan oleh adanya reaksi alergik parah yang dialami pasien, sebagai contoh, urtikaria menyeluruh, angioedema, dan rhinitis tidak dianggap sebagai reaksi anafilaksis apabila tidak terdapat ancaman terhadap jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi.
MANIFESTASI KLINIS REAKSI ANAFILAKSIS Onset yang tiba-tiba dan gejala yang
berkembang cepat. Pasien akan tampak tidak sehat/ tidak nyaman. Kebanyakan reaksi terjadi dalam beberapa menit,
terkadang lebih lambat. Waktu onset dari timbunya reaksi anafilaksis tergantung
pada tipe pencetusnya. Obat yang masuk secara Intravena akan menimbulkan onset yang lebih cepat jika dibandingkan dengan sengatan serangga, yang juga lebih cepat menimbulkan onset bila dibandingkan dengan gejala yang ditimbulkan allergen yang masuk secara lokal.
Pasien biasanya merasa cemas dan merasakan sensasi seakan akan kiamat akan terjadi (sense of impending doom).
MANIFESTASI KLINIS REAKSI ANAFILAKSIS Ancaman terhadap jalan nafas (airway),
pernafasan (breathing), dan sirkulasi (circulation).
Pasien dapat mengalami gangguan pada salah satu elemen diatas, bahkan keseluruhan tiga hal tersebut. Untuk memudahkan, dapat digunakan pendekatan A,B,C,D,E (Airway, Breathing, Circulation, Disability, dan Exposure).
A (Airway)•Airway swelling (pembengkakan jalan nafas) misalnya pembengkakan tenggorokan dan lidah (edem faring dan laring). Pasien mengalami kesulitan bernafas dan menelan serta merasa tenggorokannya tercekat•Suara serak (hoarshness)•Stridor (mengorok) oleh karena obstruksi jalan nafas
B (Breathing)
•Pendeknya nafas, peningkatan frekuensi nafas.•Wheezing (mengi)•Pasien kelelahan•Kebingungan oleh karena hipoksia•Sianosis, biasanya timbul lebih lambat•Henti nafas
C (Circulation)
•Tanda-tanda syok- pucat•Peningkatan frekuensi nadi/jantung•Hipotensi, merasa pusing hingga pingsan•Penurunan kesadaran•Anafilaksis dapat menunjukkan gambaran miokard infark dan gambaran abnormal pada EKG meskipun orang tersebut memiliki sirkulasi koroner yang normal•Henti jantung
Gangguan Airway, Breathing dan Circulation, kesemuanya dapat mengganggu status neurologik pasien (disability problem) oleh karena penurunan perfusi ke otak, sehingga dapat timbul kebingungan, agitasi
dan penurunan kesadaran.
MANIFESTASI KLINIS REAKSI ANAFILAKSIS Perubahan kulit dan mukosa
Hal ini dapat dinilai sebagai bagian dari Exposure, ketika menggunakan pendekatan A,B,C,D,E.
Merupakan tanda yang paling awal timbul dan terjadi pada 80% keseluruhan kasus anafilaksis.
Dapat berupa perubahan pada kulit saja, atau pada mukosa saja atau bisa keduanya.
Dapat berbentuk eritema-bercak-bercak, atau yang sifatnya generalisata.
Dapat berbentuk urtikaria menyeluruh pada tubuh, biasanya sangat gatal.
Angioedema hampir mirip dengan urtikaria,tetapi melibatkan jaringan yang letaknya lebih dalam, misalnya yang terjadi pada kelopak mata, bibir, mulut dan tenggorokan.
Angioedema pada bibir serta urtikaria adalah perubahan kulit yang sering timbul pada reaksi
anafilaktik.
PENATALAKSANAAN KASUS ANAFILAKTIK Dokter berhadapan dengan pasien yang diduga terkena
reaksi anafilatik setelah disuntikkan injeksi Penicillin yang disertai timbulnya bercak merah diseluruh tubuhnya.
Jika pasien sadar, maka tanyalah “ Apakah pasien baik-baik saja”, jika tampak tidak sadar, maka guncang bahunya dan panggil namanya, jika pasien merespon, maka pasien tidak memiliki gangguan pernafasan dan perfusi ke otak baik. Jika pasien tidak dapat merespon dapat merupakan tanda kritis.
Segera eliminasi kemungkinan faktor-faktor pencetus yang diduga menimbulkan reaksi anafilaksis ini.
Lihat tanda-tanda obstruksi jalan nafas, misal obstruksi baik yang partial maupun komplit yang menyebabkan gerakan paradoks dada dan abdomen (see-saw movements) dan penggunaan otot respirasi. Sianosis sentral merupakan tanda lambat daripada obstruksi jalan nafas.Pada obstruksi komplit, tidak ada suara nafas sama sekali, sedang yang partial biasanya timbul suara yang abnormal misalnya seperti berkumur, mengorok, dsb.
Periksa pernafasan (breathing) pasien, apakah terdapat sesak, wheezing, fatique, sianosis, kebingungan atau saturasi O2 < 92 % dari pulse-oksimetri.
Periksa sirkulasi (circulation) pasien, apakah terdapat pucat, akral yang dingin, tekanan darah yang rendah,atau pingsan.
Segera panggil bantuan untuk dapat menolong anda, baringkan pasien dan elevasikan kedua kaki pasien ke atas.
Jika terjadi henti jantung, maka segera lakukan resusitasi jantung paru (RJP), dan berikan dosis adrenalin sesuai panduan secara intramuskuler, yakni 1:1000 dan ulangi setelah 5 menit jika tidak ada reaksi.
Jika peralatan dan obat tersedia, penolong lainnya dapat membantu melakukan pemasangan alat bantu nafas, oksigen dengan aliran tinggi, pemasangan akses Intravena, dan pemasangan monitor untuk memantau EKG, tekanan darah dan saturasi oksigen.
Jika akses intravena telah terpasang, maka dapat diberikan cairan dengan dosis 20ml/KgBB untuk anak, dan 500-1000 ml untuk dewasa.
Lakukan terus monitoring terhadap tanda vital sampai menunjukkan perbaikan.
Jika respon terhadap resusitasi awal baik, maka dapat diberikan injeksi Anti histamin atau steroid yang dosisnya sesuai panduan.
TERIMA KASIH