Resume Melan
-
Upload
coza-gurnge -
Category
Documents
-
view
256 -
download
1
description
Transcript of Resume Melan
1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP LAPORAN KEUANGAN
1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut SAK Laporan Keuangan adalah merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan ( yang dapat disajikan dalam
berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana ), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.
Secara umum Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari
prosespelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus
kas atau laporan arus dana
5. Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keuangan
1.2 Syarat-Syarat Laporan Keuangan
Berikut syarat-syarat yang harus dipenuhi didalam membuat Laporan
Keuangan
1. Relevan artinya bahwa informasi yang dijadikan harus ada hubungan dengan
pihak-pihak yang memerlukan untuk mengambil keputusan.
2. Dapat dimengerti artinya bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan
secara jelas dan mudah difahami oleh para pemakainya.
3. Daya uji artinya bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan konsep-
konsep dasar akuntansidan prinsip-prinsip akuntansi yang dianut, sehingga dapat
diuji kebenarannya oleh pihak lain.
4. Netral artinya bahwa laporan keuangan yang disajikan bersifat umum, objektif dan
tidak memihak pada kepentingan pemakai tertentu.
5. Tepat waktu artinya bahwa laporan keuangan harus di sajikan tepat pada waktunya
6. Daya banding artinya bahwa perbandingan laporan keuangan dapat diadakan baik
antara laporan perusahaan dalam tahun tertentu dengan tahun sebelumnya atau
laporan keuangan perusahaan tertentu dengan perusahaan lain pada tahun yang
sama.
7. Lengkap artinya bahwa laporan keuangan yang disusun harus memenuhi syarat-
syarat tersebut diatas dan tidak menyesatkan pembaca.
1.3 Pengertian Analisa laporan keuangan
Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam
rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada
masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi
yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa
mendatang. Analisa laporan keuangan yang sering dipergunakan dan sederhana
adalah analisis rasio keuangan,
Jenis-jenis analisa rasio keuangan yaitu:
1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Solvabilitas
3. Rasio Profitabilitas
Tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan perusahaan
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan untuk
penilaian kinerja manajemen.
Langkah yang dilakukan dalam analisis keuangan adalah:
1. Mengumpulkan laporan keuangan dan data yang diperlukan selengkap mungkin
2. Melakukan pengukuran-pengukuran atau perhitungan-perhitungan dengan rumus-
rumus tertentu
3. Melakukan interpretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran
4. Membuat laporan tentan posisi keuangan perusahaan
5. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisis
tersebut
2. ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN
2.1 Jenis Analisa
Ada beberapa jenis analisa yang dapat dilakukan, yakni: analisa internal,
analisa eksternal, analisa horizontal, dan analisa vertical.
1. Analisa Internal
Yaitu analisa yang dilakukan oleh mereka yang bisa mendapatkan informasi
yang lengkap dan terperinci mengenai suatu perusahaan. Analisa demikian terutama
dilakukan oleh manajemen dalam mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan
perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan. Bagi seorang penganalisa intern,
selain laporan-laporan keuangan yang diumumkan pada publik, juga tersedia laporan-
laporan intern yang biasa tidak diumumkan dan hanya dipakai untuk maksud-maksud
intern.
2. Analisa Eksternal
Yaitu analisa yang dilakukan oleh mereka yang tidak bisa mendapatkan data
yang terperinci mengenai suatu perusahaan. Analisa demikian dilakukan oleh bank-
bank, para kreditur, pemegang saham, calon pemegang saham dan lain-lain seperti
dalam hal mengukur tingkat likuiditas dan profitabilitas. Bagi seorang penganalisa
ekstern hanya tersedia laporan-laporan keuangan yang lazimnya diumumkan pada
publik yaitu neraca dan laporan laba-rugi. Karena terbatasnya data yang bisa
didapatkan oleh penganalisa ekstern maka analisa tersebut tentu tidak bisa
sedemikian mendalam seperti yang dilakukan oleh seorang penganalisa intern.
3. Analisa Horisontal
Yaitu analisa perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari
tahun ke tahun guna mengetahui kekuatan aatu kelemahan keuangan perusahaan yang
bersangkutan. Analisis ini terdiri dari Comparative statements dan Index Number
Series
4. Analisa Vertikal
Yaitu analisa laporan keuangan yang terbatas hanya pada satu periode
akuntansi saja. Analisis ini terdiri dari Common Size financial statement dan Ratio
Analysis.
2.2 Teknik penyederhanaan
Seringkali laporan keuangan disederhanakan untuk mengetahui posisi relatif
suatu rekening dalam laporan keuangan.
Teknik penyederhanaannya yaitu:
1. Teknik Analisis Common Size
Analisis ini merubah angka-angka yang ada dalam neraca dan laporan laba-
rugi menjadi persentase berdasarkan dasar tertentu. Untuk angka-angka yang ada di
neraca, common base-nya adalah total aktiva. Dengan kata lain, total aktiva
dipergunakan sebagai 100%
2. Teknik Analisis Indeks
Analisis ini merubah semua angka dalam laporan keuangan pada tahun dasar
menjadi 100. Pemilihan tahun dasar adalah tahun yang dipandang sebagai tahun
normal, bukan selalu tahun yang paling awal. Demikian analisis ini dilakukan untuk
melihat perkembangan dari waktu ke waktu.
Teknik perbandingan dilakukan dengan membandingkan antara satu pos
dengan pos lainnya yang relevan dan bermakna untuk mengetahui perbedaan,
besaran, maupun hubungannya.
Perbandingan antar pos laporan keuangan dapat dilakukan melalui:
1. Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horizontal)
2. Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik
3. Perbandingan dengan angka-angka standar Industri yang berlaku (Industrial Norm)
4. Perbandingan dengan Budget (anggaran)
5. Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalamsuatu perusahaan.
Hasil perbandingan tersebut menunjukkan informasi keuangan atau data
lainnya dalam bentuk:
1. Rupiah atau unit
2. Kenaikan atau penurunan dalam rupiah atau unit
3. Kenaikan atau penurunan dalam persentase
4. Angka perbandingan atau ratio
5. Dinyatakan dalam presentase dari total atau dari penjualan.
Dalam melakukan perbandingan ini perlu diyakinkan bahwa:
1. Standar penyusunan laporan keuangan harus sama
2. Size dari perusahaan yang dibandingkan harus diperhatikan bukan berarti harus
sama
3. Periode laporan yang bandingkan harus sama khususnya untuk laporan laba rugi
dan komponennya.
Sedangkan untuk menganalisa laporan keuangan untuk sederatan tahun
terdapat dua dasar perbandingan yang dapat digunakan:
1. Perbandingan dapat dibuat dengan menggunakan data pada tahun pertama sebagai
dasar pembandingan
2. Perbandingan dapat dibuat dengan menggunakan data satu tahun di muka sebagai
dasar perbandingan.
Sebagai penjelasan tambahan: ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengisi kolom kenaikan (penurunan):
1. Jika tahun dasar menunjukkan jumlah negatif, perubahan relatif (dalam %) tidak
diperlihatkan (tidak dihitung)
2. Suatu rekening yang mempunyai nilai pada tahun dasar dan kosong (nol) pada
periode berikutnya, penurunan diperhitungkan 100%
3. Angka persen tidak diberikan untuk rekening yang menunjukkan angka nol pada
tahun dasar.
Di samping itu, analisis perbandingan dapat diperluas dengan menunjukkan
jumlah kumulatif dan angka rata-rata tahunan.
1. Apakah data yang ada menyimpang dari angka rata-rata tahunan tersebut
2. Apabila terjadi penyimpangan, kemudian dapat dicari faktor-faktor penyebabnya
3. Dan dapat disimpulkan apakah penyimpangan tersebut menguntungkan atau
merugikan.
3. ANALISIS TREND DAN ANALISIS PROSENTASE PERKOMPONEN
3.1 Pengertian Analisis Kecenderungan (Trend)
Analisis trend (tendensi posisi) merupakan teknik analisis untuk mengetahui
tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan perubahan naik atau mengalami
penurunan (Abdullah, 2001).
Apa bedaannya dengan teknik analisis perbandingan? Perbedaan teknik ini
dengan teknik analisis perbandingan terletak pada tahun atau tahun pembanding yang
digunakan. Analisis perbandingan menggunakan tahun sebelumnnya sebagai tahun
pembanding, sedangkan analisis trend menggunakan tahun dasar (base year) sebagai
tahun pembanding.
3.2 Perhitungan Trend
Hasil perhitungan trend dapat ditunjukkan dalam bentuk persentase atau
indeks. Perhitungan trend dalam bentuk persentase dan indeks dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Trend dalam Bentuk Persentase
Trend dalam persentase dihitung dengan memilih tahun pertama sebagai dasar
perbandingan atau sebagai tahun dasarnya (Djarwanto, 1999). Tahun dasar menurut
Jusuf (2000) adalah tahun pertama dari seluruh periode yang dianalisis. Misalnya kita
mengadakan analisis trend untuk periode tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, maka
tahun yang dijadikan dasar adalah tahun 2005. Tahun dasar ini diberi angka 100%.
Data tahun-tahun lainnya dibandingkan dengan data tahun dasar tersebut. Dalam
menentukan tahun dasar seperti dikemukakan Harahap (1999) ditentukan dengan
melihat arti suatu tahun bisa tahun pendirian, tahun perubahan, atau reorganisasi, dan
tahun bersejarah lainnya.
2. Trend dalam Bentuk Index
Di samping dalam bentuk persentase, juga dapat dilakukan perhitungan
kecenderungan dalam bentuk index. Menurut Jusuf (2000) pada prinsipnya adalah
sama kecuali tidak dikali dengan 100%. Tahun dasar ditetapkan sebagai angka 1.
Data tahun lainnya dibandingkan dengan data tahun dasar.
3.3 Evaluasi Trend dalam Persentase
Hasil perbandingan angka persentase dalam trend tersebut menunjukkan
perubahan relatif dari data keuangan sepanjang kurun waktu tertentu (Djarwanto,
1999). Demikian juga dengan trend dalam bentuk index cara interpretasinya adalah
sama.
3.4 Misleading dalam Analisis Kecenderungan (Trend)
Analisis trend persentase, menurut Djarwanto (1999) penting untuk melihat
hubungan angka persentase dalam trend dengan data absolut (jumlah rupiah) yang
dipakai sebagai dasar perbandingan, karena adanya kemungkinan-kemungkinan yang
menyesatkan sebagai berikut:
1. Tahun dasar yang dipilih mungkin tidak representatif untuk beberapa unsur dalam
laporan keuangan. Misalnya jumlah kas yang tercantum pada tahun dasar Rp
7.500.000,00 sedangkan jumlah kas pada tahun-tahun berkutnya tidak pernah lebih
dari Rp 3.500.000,00. ini berarti jumlah kas pada tahun dasar tidak mencerminkan
keadaan jumlah-jumlah kas tahun berikutnya, sehingga perbedaan dalam
persentase kelihatan menyolok padahal kenyataannya tidak demikian
2. Suatu unsur mungkin telah meningkat dari Rp 5.000,00 menjadi Rp 10.000,00
sedangkan unsur lainnya meningkat dari Rp 10.000.000,00 menjadi Rp
20.000.000,00. Masing-masing unsur menunjukkan kenaikan 100%, walaupun
unsur-unsur yang pertama kenaikannya tidak berarti
3. Biasanya perubahan sebanyak 100% lebih mendapat perhatian daripada perubahan
sebanyak 10% misalnya. Untuk beberapa hal sebenarnya kurang pada tempatnya.
Misalnya biaya advertensi yang dibayar di muka (prepaid advertising) mungkin
telah naik 100%, sedangkan persediaan barang hanya naik 10%. Yang jelas
kenaikan persediaan barang (walaupun hanya 10%) harus mendapat perhatian
daripada kenaikan biaya advertensi yang dibayar di muka (meskipun 100%)
4. Tendensi yang tidak diinginkan mungkin dicerminkan oleh trend rasio, padahal
sebenarnya tidak demikian bila dilihat data rupiahnya. Misalnya utang jangka
panjang meningkat 100% sedangkan modal sendiri hanya meningkat 50%. Bila
dilihat jumlah rupiah ternyata utang jangka panjang naik dari Rp 50.000,00
menjadi Rp 100.000,00 dan modal sendiri naik dari Rp 800.000,00 menjadi Rp
1.200.000,00. Melihat perubahan dalam jumlah rupiah dari modal sendiri
situasinya ternyata tidak mengkhawatirkan.
3.5 Analisis Persentase per Komponen (Common Size)
Pengertian Persentase per Komponen:
1. Menurut Djarwanto (1999), persentase per komponen adalah persentase dari
masing-masing unsur aktiva terhadap total aktivanya, masing-masing unsur pasiva
terhadap total pasivanya, dan masing-masing unsur laba-rugi terhadap jumlah
penjualan netonya. Laporan yang demikian disebut common-size statement
2. Menurut Jusuf (2000), common size analysis adalah menganalisis laporan
keuangan untuk satu periode tertentu dengan cara membanding-bandingkan pos
yang satu dengan pos lainnya. Perbandingan tersebut dilakukan dengan
menggunakan persentase di mana salah satu pos ditetapkan patokan 100%.
Perhitungan Persentase per Komponen:
1. Metode mengubah jumlah-jumlah rupiah dari masing-masing unsur laporan
keuangan menjadi angka persen dari total, dilakukan sebagai berikut (Djarwanto,
1999):
a. Nyatakan total aktiva, total pasiva (total utang plus modal sendiri), dan jumlah
penjualan netto dengan 100%
b. Hitunglah rasio dari masing-masing unsur laporan keuangan dengan totalnya,
dengan cara membagi jumlah rupiah masing-masing unsur laporan keuangan itu
dengan totalnya.
2. Metode tersebut dapat dituliskan ke dalam formulasi sebagai berikut (Jusuf, 2000):
a. Persentase per komponen dari neraca, %pos = nilai pos : total aktiva x 100%
b. Persentase per komponen dari laporan laba-rugi, %pos = nilai pos : nilai
penjualan x 100%
3.6 Evaluasi Persentase per Komponen
Persentase per Komponen dari Neraca:
1. Persentase per komponen dari neraca menunjukkan persentase dari masing-masing
unsur aktiva dari total aktivanya dan persentase dari masing-masing unsur passiva
dari total passivanya (Djarwanto, 1999)
2. Hasil perbandingan dalam persentase tersebut menunjukkan (Jusuf, 2000:79): 1).
Peran dari masing-masing account terhadap total aktiva, 2). Peran dari masing-
masing pos pembiayaan (utang atau modal sendiri) dalam membiayai aktiva, 3).
Analisis ini juga memberikan indikasi mengenai karakteristik bisnis yang
bersangkutan.
Persentase per Komponen dari laporan laba-rugi
1. Persentase per komponen dari laporan laba-rugi menunjukkan besarnya persentase
masing-masing unsur laba-rugi dari nilai penjualan nettonya (Djarwanto, 1999)
2. Hasil perbandingan dalam persentase tersebut menurut (Djarwanto, 1999)
menunjukkan bagian dari penjualan netto yang telah terserap oleh unsur-unsur
seperti beban pokok penjualan, berbagai macam biaya usaha, biaya non operating,
pajak perseroan, dan pendapatan bersih sebagai sisanya.
4. ANALISIS RASIO KEUANGAN
Menurut Mahmud M.Hanadie Analisis rasio adalah penggabungan yang
menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan
keuangan, hubungan antara unsur laporan tersebut dinyatakan dalam bentuk
matematis yang sederhana.
Analisis ratio merupakan bentuk atau cara umum yang digunakan dalam
analisis laporan keuangan dengan kata lain diantara alat-alat analisis yang selalu
digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan suatu perusahaan di bidang
keuangan adalah analisis ratio keuangan (Financial Ratio Analysis).
Dalam Keown dkk tujuan dari analisis ratio adalah untuk membantu manager
finansial memahami apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan, berdasarkan
informasi yang tersedia dan sifatnya terbatas.
Analisis ratio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern
perusahaan saja melainkan juga pihak luar dan ini berbeda menurut kepentingan
khusus dari analisis atau pihak yang berkepentingan.
Analisis ratio berguna bagi para analisis intern untuk membantu manajemen
membuat evaluasi mengenai hasil-hasil operasinya, memperbaiki kesalahan-
kesalahan dan menghindari keadaan yang dapat menyebabkan kesultan keuangan.
4.1 Rasio Likuiditas
Adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (S.
Munawir, 1995 hal 31).
Rasio likuiditas terdiri dari :
1. Current Ratio
Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dan utang lancar
(Miswanto dan Eko Widodo, 1998).
Rumus :
Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar
Current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
utangnya yang harus segera dipenuhi dengan mengunakan aktiva lancar yang
dimilikinya.
2. Cash Ratio (Ratio Immediate Solvency)
Aktiva perusahaan yang paling likuid adalah kas dan surat berharga.
Cash ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang
jangka pendek dengan kas dan surat berharga yang dapat segera diuangkan.
Tidak terdapat standar likuiditas untuk cash ratio sehingga penilaiannya
tergantung pada kebijakan manajemen.
Rumus :
Cash Ratio = Kas + Surat Berharga / Hutang Lancar
3. Quick Ratio (Acid Test Ratio)
Quick ratio merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi
persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya alat
likuid yang paling cepat bisa digunakan untuk melunasi hutang
lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang paling tidak lancar, sebab untuk
menjadi uang tunai (kas) memerlukan dua langkah yakni menjadi
piutang terlebih dulu sebelum menjadi kas.
Rumus :
Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan / Hutang Lancar
4.2 Ratio Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan tersebut
ada saat itu dilikuidasikan (Bambang Riyanto, 1995).
Suatu perusahaan yang solvabel belum tentu likuid dan sebaliknya
sebuah perusahaan yang insolvabel belum tentu ilikuid. Dalam hubungan antara
likuiditas dan solvabilitas ada empat kemungkinan yang dapat dialami oleh
perusahaan yaitu :
1. Perusahaan yang likuid tetapi insolvabel
2. Perusahaan yang likuid dan solvabel
3. Perusahaan yang solvabel tetapi ilikuid
4. Perusahaan yang insolvabel dan ilikuid
Tingkat solvabilitas diukur dengan beberapa rasio, yaitu :
1. Total Assets to Total Debt Ratio
Total Assets to total Debt Ratio adalah ratio yang dihasilkan dengan
membandingkan jumlah aktiva (total assets) di satu pihak dengan jumlah utang
(total debt dilain pihak).
Rumus :
Total Debt Ratio = Total Hutang / Total Aktiva
2. Total Debt To Equity ratio
Rasio ini membandingkan modal sendiri (Net worth) di satu pihak dengan
total hutang (Total Debt) di lain pihak.
Rumus :
Total Debt To Equity Ratio = Total Hutang / Modal Sendiri
Makin kecil prosentase ratio ini berarti makin cepat perusahaan menjadi
insolvabel. Tingkat solvabilitas dapat dipertinggi hanya dengan jalan
penambahan modal sendiri dengan alternatif sebagai berikut :
1. Menambah aktiva tanpa menambah utang atau menambah aktiva relatif lebih
besar daripada bertambahannya hutang.
2. Mengurangi hutang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi hutang relatif
besar daripada berkurangnya aktiva.
4.3 Rasio Rentabilitas
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain
rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu (Bambang Riyanto, 1997).
Adapun cara penilaian Rentabilitas adalah :
1. Rasio Rentabilitas Ekonomi (Earning Power)
Rentabilitas ekonomi ialah perbandingan antara laba usaha dengan
modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba
tersebut dan dinyatakan dalam persentase (Bambang Riyanto, 1997).
Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas
ekonomi hanyalah modal yang bekerja didalam perusahaan (Operating Capital
/Assets). Demikian pula laba yang diperhitungkan untuk
menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah laba yang berasal dari
operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (Net Operating Income).
Rumus :
Rentabilitas Ekonomi = EAT / Total Aktiva
Tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi ditentukan oleh dua faktor yaitu :
a. Profit Margin, yaitu perbandingan antara “Net Operating Income”, dengan
“Net Sales”, perbandingan mana dinyatakan dalam persentase.
b. Turnover of Operating Assets (Tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu
kecepatan berputarnya operating asets dalam suatu periode tertentu.
2. Rentabilitas modal sendiri
Rentabilitas modal sendiri atau sering juga dinamakan rentabilitas usaha
adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal
sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba
tersebut dilain pihak (Bambang Riyanto, 1997).
Rumus :
Rentabilitas Modal Sendiri = EAT / Modal Sendiri
5. ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA
5.1 Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Modal kerja didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar.
Jhon Fred Weston dan Thomas E.Copeland (1996) menjelaskan bahwa modal kerja
merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan
persediaan, dikurangi dengan kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai
aktiva lancar.
Menurut Munawir S (1995), ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang
umum dipergunakan ), yaitu:
1. Konsep kuantitatif
Konsep ini Menitik beratkan kepada kuantum yang diperlukan untuk
mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin
atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek.
Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva
lancar. Konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja
dibiayai para pemilik, hutang jangka pendek, sehingga dengan modal kerja yang
besar tidak apat mencerminkan tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang
besar juga. Bahkan menurut konsep ini dengan adanya modal kerja yang besar tidak
menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan
likuiditas perusahaan yang bersangkutan.
2. Konsep Kualitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, pengertian modal
kerja dalam konsep ini adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar.
Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang
lebih besar dari hutang lancar dan menunjukkan pula tingkat keamanan bagi para
kreditur jangka pendek, serta menjamin kelangsungan operasi dimasa mendatang dan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek
dengan jaminan lainnya. 3.Konsep Fungsional Konsep ini menitik beratkan pada
fungsi dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha
pokok perusahaan. Pada dasarnya dana yang dimiliki oleh perusahaan sepenuhnya
akan digunakan untuk menghasilkan laba, ada sebagian dana yang akan digunakan
untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Misalnya
bangunan, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya. Ada 2 konsep utama
modal kerja menurut James C. Van Horn dan John M. Wachowicz, Jr. (1997 : 214)
yaitu : 1.Modal Kerja Bersih, yaitu perbedaan jumlah aktiva lancar dengan kewajiban
lancar. Konsep ini merupakan ukuran sejauh mana perusahaan dilindungi dari
masalah likuiditas. 2.Modal Kerja Kotor, yaitu Investasi perusahaan dalam aktiva
lancar (seperti kas, sekuritas, piutang, dan persediaan).
5.2 SEBAB PERUBAHAN MODAL KERJA
1. Adanya kenaikan sector modal baik yang berasal dari laba maupun adanya
pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan maka
modal kerja akan bertambah
2. Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan
bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui
proses depresiasi,modal kerja kan bertambah
3. Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek, atau
hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva
lancar, maka modal kerja akan bertambah
4. Karena kerugian yang diderita oleh perusahaan, baik kerugian normal maupun
kerugian exidentil.maka akan mengurangi modal kerja
5. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan
tertentu dalam jangka panjang.maka akan mengurangi modal kerja
6. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap maka akan mengurangi modal
kerja
7. Pengambilan uang atau barang yang dilakukan oleh pemilik perusahaan untuk
kepentingan pribadi.
5.3 TUJUAN DAN SUMBER MODAL KERJA
Tujuan laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan
transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode dengan menunjukan sumber dan
penggunaan modal kerja dalam periode tersebut. Laporan perubahan modal kerja
akan memberikan gambaran tentang bagaimana management mengelolah perputaran
atau sirkulasi modalnya. Dimana sumber- sumber modal kerja berasal dari:
1. Hasil operasi perusahaan.
2. Keuntungan dari pernjualan surat-surat berharga ( investasi jangka pendek )
3. Penjualan aktiva tidak lancar
4. Penjualan saham atau obligasi
Langkah-langkah Dalam Analisis Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja:
Sebelum mengemukakan langkah-langkah dalam menganalisis sumber dan
penggunaan modal kerja, akan dikemukakan terlebih dahulu yang termasuk kedalam
sumber modal kerja dan juga penggunaan modal kerja. Sumber Modal KerjaPada
dasarnya, sumber modal kerja terdiri dari dua pokok, yaitu: a.Bagian yang tetap atau
bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan
dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan, dan b.Jumlah modal kerja
yang variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-
kebutuhan diluar aktivitas yang biasa. Sumber-sumber modal kerja pada umumnya
berasal dari: 1) Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah pendapatan yang nampak
dalam laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. 2)
Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek), dalam
menganalisis sumber modal kerja yang berasal dari keuntungan penjualan surat-surat
berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil usaha pokok
perusahaan. Dari hasil penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya
perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi
kas. 3) Penjualan aktiva tidak lancar, perubahan aktiva tidak lancar menjadi kas atau
piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja. Apabila hasil dari penjualan
aktiva tetap atau aktiva tidak lancar ini tidak digunakan untuk mengganti aktiva yang
bersangkutan, akan menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya
sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal kerja yang
berlebih-lebihan). 4) Penjualan saham atau obligasi, Perusahaan dapat mengeluarkan
obligasi atau bentuk hutang jangka panjang guna memenuhi kebutuhan modal
kerjanya penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus
membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk
obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan Penjualan obligasi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) disamping menimbulkan beban bunga
yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga
melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.
5.4 Laporan Sumber-Sumber Dan Penggunaan Dana (Dalam Artian Kas)
Langkah-langkah menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan dana:
1. Menyusun laporan perubahan neraca, yang menggambarkan perubahan masing-
masing elemen neraca antara dua titik waktu yang akan dianalisa (bulanan atau
tahunan)
2. Mengelompokkan perubahan-perubahan dalam golongan perubahan yang
memperbesar / memperkecil kas
3. Mengelompokkan elemen-elemen dalam laporan rugi dan laba (laporan laba
ditahan) ke dalam golongan yang memperbesar/ memperkecil kas
4. Mengadakan konsolidasi dari semua informasi ke dalam laporan sumber-sumber
dan penggunaan dana
a. Perubahan elemen neraca antara dua saat efeknya memperbesar kas disebut
sumber-sumber dana
b. Berkurangnya aktiva lancar selain kas
c. Berkurangnya barang (inventory) terjadi karena terjualnya barang tersebut dan
hasil penjualan itu merupakan sumber dana/ kas bagi perusahaan.
d. Berkurangnya piutang berarti piutang telah dibayar dan penerimaan piutang
merupakan penambahan dana yang diterima oleh perusahaan yang
bersangkutan.
e. Berkurangnya surat-surat berharga (efek) berarti efek itu terjual dan hasil
penjualan tersebut merupakan sumber dana/ kas bagi perusahaan
5. Berkurangnya aktiva tetap
a. Berkurangnya aktiva tetap bruto berarti sebagian aktiva tetap harus dijual dan
hasil penjualannya merupakan sumber dana
b. Berkurangnya aktiva tetap neto berarti adanya depresiasi dalam tahun yang
bersangkutan
6. Bertambahnya setiap jenis hutang
Bertambahnya hutang (hutang lancar, hutang jangka panjang) berarti terjadi
penambahan dana yang diterima oleh perusahaan yang bersangkutan
7. Bertambahnya modal
Bertambahnya modal disebabkan adanya emisi saham baru dan hasil penjualan
saham baru tersebut merupakan sumber dana
8. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan
Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan neto dari operasinya berarti bahwa
ada tambahan dan bagi perusahaan yang bersangkutan. Mengenai perubahan-
perubahan yang efeknya memperkecil dana/ kas, antara lain :
a. Bertambahnya aktiva lancar selain kas
Bertambahnya aktiva lancar dapat terjadi karena pembelian barang dan
pembelian barang membutuhkan dana. Dengan demikian, penambahan aktiva
lancar merupakan penggunaan dana.
b. Bertambahnya aktiva tetap
Bertambahnya aktiva tetap bruto dapat terjadi karena adanya pembelian aktiva
tetap dan pembelian aktiva tetap merupakan penggunaan dana
c. Berkurangnya hutang
Berkurangnya hutang, baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang dapat
terjadi karena perusahaan telah melunasi atau mengangsur hutangnya.
Pembayaran kembali hutang berarti penggunaan dana
d. Berkurangnya modal
Berkurangnya modal dapat terjadi karena pemilik perusahaan mengambil
kembali atau mengurangi modal yang tertanam dalam perusahaan.
Berkurangnya modal berarti berkurangnya dana. Ini berarti bahwa penggunaan
modal itu merupakan penggunaan dana. Dalam P.I. pembelian kembali
sahampun merupakan penggunaan dana
e. Pembayaran cash deviden
Pembayaran cash deviden merupakan penggunaan dana. Cash deviden
dibayarkan dari keuntungan neto sesudah pajak
9. Kerugian operasi perusahaan
Timbulnya kerugian selama periode tertentu dapat disertai dengan berkurangnya
aktiva atau bertambahnya hutang. Sebenarnya bertambahnya hutang merupakan
sumber dana tetapi dengan adanya kerugian. Dengan demikian, maka adanya
kerugian merupakan penggunaan dana.
a. Contoh laporan sumber-sumber dan penggunaan dana
Selama tahun 1981, Perusahaan PT. Rahayu mendapatkan keuntungan
netto sesudah pajak sebesar Rp. 1.500.000 dan dibayarkan sebagai cash deviden
sebesar Rp. 700.000
PERUSAHAAN PT. RAHAYU
LAPORAN SUMBER-SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA
31 DESEMBER 1980 – 31 DESEMBER 1981
(DALAM RIBUAN RUPIAH)
Dari laporan penggunaan dana tersebut diatas, nampak bahwa
penggunaan dana yang menonjol adalah untuk penambahan mesin, penambahan
tanah dan pembayaran cash deviden
1) Bertambahnya mesin, berarti perusahaan telah mengadakan perluasan
usahanya
2) Bertambahnya mesin, berarti perusahaan telah mengadakan perluasan usaha
3) Pembelian tanah, berarti persiapan ekspansi lebih lanjut
Bagaimana penambahan mesin dan tanah itu dibelanjai ?
Kita harus meneliti sektor sumber-sumber dananya. Sumber-sumber dana
yang menonjol adalah dana yang berasal dari keuntungan neto dan depresiasi
(internal sources) dan hutang jangka panjang (obligasi).
1. Dari keuntungan neto dibayarkan sebagai cash deviden sebesar Rp. 700.000 (47%)
dan masih ada sisa keuntungan neto sebesar Rp. 800.000 (Rp. 1.500.000 –
Rp. 700.000). Sisa keuntungan tersebut merupakan modal sendiri. Dana yang
paling tepat untuk membiayai pembelian tanah tetapi ternyata dananya tidak cukup
karena tambahan tanah meliputi jumlah Rp. 1.400.000. Dengan demikian
kekurangannya sebesar Rp. 600.000 dibelanjai dengan hutang jangka panjang
2. Hutang jangka panjang sebagian digunakan untuk menutup kekurangan dana
untuk membeli tanah dan sisa hutang jangka panjang yang tersedia untuk
pembelian mesin (1.500.000 – Rp. 600.000), tinggal sisanya sebesar Rp. 900.000
3. Tambahan mesin meliputi Rp. 1.000.000 dan dapat dibelanjai dengan hutang
jangka panjang dan depresiasi
Dari analisa sumber-sumber dan penggunaan dana PT. Rahayu dapat
disimpulkan bahwa perusahaan menggunakan dananya dalam tahun 1981 sebagian
besar untuk ekspansi dalam bentuk pembelian mesin dan tanah.
1. Pembelian mesin dibelanjai terutama dengan hutang jangka panjang dan
depresiasi. Kebijaksanaan tersebut dapat dibenarkan ditinjau dari sudut likuiditas.
2. Pembelian tanah dibelanjai sebagian dengan modal sendiri dan sebagian dari
hutang jangka panjang. Kebijaksanaan pembiayaan tanah dengan hutang tidak
dibenarkan ditinjau dari sudut likuiditas
Analisa sumber-sumber dan penggunaan dana (analisa aliran dana)
adalah alat analisa finansiil yang sangat penting bagi financial manager disamping
alat-alat finasiil lainnya
Tujuan analisa sumber-sumber dan penggunaan dana Untuk mengetahui
bagaiman dana digunakan dan bagaimana kebutuhan dana tersebut dibelanjai.
Dengan kata lain, analisa aliran dana akan dapat diketahui dari mana datangnya dana
dan untuk apa dana itu digunakan.
Laporan sumber-sumber dan penggunaan dana adalah suatu laporan yang
menggambarkan dari mana datangnya dan untuk apa dana itu digunakan.
Laporan ini sangat penting bagi bank dalam menilai permintaan kredit yang
diajukan kepadanya. Dengan menganalisa laporan itu maka dapat diketahui
bagaimana peruahaaan itu menggunakan dana yang dimilikinya.
Langkah-langkah dalam menganalisa sumber-sumber dan penggunaan dana
1. Penyusunan laporan perubahan neraca (statement of balance sheets changes)
Laporan ini menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen neraca antara
kedua titik waktu itu dan setiap perubahan elemen tersebut mencerminkan adanya
sumber atau penggunaan dana.
2. Laporan sumber-sumber dan penggunaan dana
Laporan ini berasal dari gabungan antara laporan perubahan neraca dan laporan
laba ditahan. Pengertian dana yang digunakan dalam analisa sumber-sumber dan
penggunaan dana disebut kas (arti sempit) atau modal kerja (arti luas).
5.5 Laporan Sumber-Sumber Dan Penggunaan Dana (Dalam Artian Modal
Kerja)
Dalam kenyataannya selain membuat laporan sumber dan penggunaan dana
atas dasar kas, perusahaan juga membuat laporan sumber dan penggunaan dana atas
dasar modal kerja (statements of sources and uses of working capital).
1. Pengertian modal kerja
Modal kerja dapat diartikan beberapa Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar
diatas hutang lancar.
2. Dalam laporan sumber dan penggunaan modal kerja tidak dicantumkan
penggunaan dana yang berasal dari modal sendiri karena tidak akan
mengakibatkan perubahan modal kerja (netto).
Contoh:
Selanjutnya terjadi berbagai transaksi yang mengakibatkan perubahan unsur
aktiva lancar dan hutang lancar, yaitu :
1. Perubahan ke – 1
Pembelian barang (inventory) secara kredit sebesar Rp. 50.000.
2. Perubahan ke – 2
Pembayaran hutang perniagaan sebesar Rp. 100.000 dengan kas
Dari contoh diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah modal kerja harga
akn berubah jika ada perubahan dalam non current account (aktiva tetap, hutang
jangka panjang dan modal sendiri). Perubahan unsur non current account yang
memperbesar modal kerja disebut dengan sumber modal kerja atau sources of work
capital. Sedangkan yang memperkecil modal kerja disebut dengan penggunaan modal
kerja.
Jika penggunaan modal kerja lebih kecil dibandingkan dengan sumber modal
kerja maka hal ini akan mempunyai efek neto yang positif. Sedangkan jika
penggunaan modal kerjanya lebih besar maka efek netonya akan memperkecil modal
kerja.
Sumber-sumber modal kerja, antara lain :
1. Berkurangnya aktiva tetap
2. Bertambahnya hutang jangka panjang
3. Bertambahnya modal
4. Keuntungan dan operasi perusahaan
Penggunaan modal kerja:
1. Bertambahnya aktiva tetap
2. Berkurangnya hutang jangka panjang
3. Berkurangnya modal
4. Pembayaran cash deviden
5. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan
6. ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS
6.1 Sifat Laporan Sumber Dan Penggunan Kas
Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi
keuangan selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal
kerja dalam periode tersebut, modal kerja meliputi seluruh aktiva lancar atau aktiva
lancar dikurangi utang lancar. Dengan demikian, yang di laporkan adalah perubahan
aktiva lancar dan utang lancar serta sebab-sebab perubahan tersebut atau sumber dan
penggunaannya. Tekanan yang di berikan dalam laporan ini adalah perubahan modal
kerja atau aktiva lancar dan utang lancar secara keseluruhan dan tidak akan
menunjukan jumlah uang yang telah diterima atau dikeluarkan selama periode
tersebut.
Laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat di gunakan sebagai dasar
dalam menaksir kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber
yang ada, atau dapat di gunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan
kas atau cash flow di masa yang akan datang. Sedangkan bagi para kreditor atau bank
dengan laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat menilai kemampuan
perusahaan dalam membayar bunga atau mengembalikan pinjamannya.
6.2 Sumber Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur
modal yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang
dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Akan
tetapi, suatu perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya
kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan
mencerninkan adanya over investment dalam kas dan berarti pula perusahaan kurang
efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat
perputaran kas yang tinggi dan keuntungannya yang di peroleh akan lebih besar,
tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa
memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan berada dalam keadaan likuid
apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal
dari:
1. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun
yang tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar
yang diimbangi dengan penambahan kas.
2. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh
pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
3. Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang
jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang jangka panjang lain)
serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
4. Adanya penurunan atau berkurannya aktiva lancar selain kas yang diimbangi
denagn penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan
karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek)
karena ada penjualan dan sebagainya.
5. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya,
sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran
pajak pada periode-periode sebelumnya.
6. Keuntunga dari operasi perusahaan, Apabila perusahaan memperoleh keuntungan
neto dari operasinya berarti ada tambahan dana dari perusahaan yang bersangkutan
6.3 Penggunaan Kas
Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat di sebabkan oleh adanya
transaksi-transaksi sebagai berikut.
1. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka
panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.
2. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas
perusahaan oleh pemilik perusahaan.
3. Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun utang jangka
panjang.
4. Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran biaya opersi yang meliputi
upah dan gaji, pembeliansupplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi
asuransi, advertensi, dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot
pembelian.
5. Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk pembagian laba lainnya secara
tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan sebagainya.
6. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Terjadinya kerugian dalam operasi
perusahaan dalam mengakibatkan berkurangnya kas atau menimbulkan utang yaitu
bila diperlukan dana untuk menutup kerugian tersebut. Timbulnya utang
sebenarnya merupakan sumber dana tetapi dana ini digunakan untuk menutup
kerugian tersebut.
6.4 Laporan Sumber Dan Penggunaan Kas
Penyusunan laporan perubahan kas atau laporan sumber dan penggunaan kas
dapat dilakukan dengan meringkas jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas.
Cara ini memakan waktu yang lama karena harus menggolongkan setiap transaksi kas
menurut sumber masing-masing serta tujuannya, dan cara ini hanya dapat dilakukan
oleh internal analisis yang memungkinkan memperoleh datanya dengan lengkap dan
masih murni. Bagi eksternal analisis, menyusun laporan sumber dan penggunaan kas
dapat dilakukan dengan menganalisis perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan
yang diperbandingkan antara dua waktu atau akhir periode serta informasi-informasi
lain yang mendukung terjadinya perubahan tersebut. Dalam menganalisis perubahan
yang terjadi harus diperhatikan kemungkinan adanya perubahan atau transaksi yang
tidak mempengaruhi kas (noncash transaction).
Transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi uang kas antara lain sebagai
berikut:
1. Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi dan deplesi terhadap
aktiva tetap, intangible asset, dan wasting assets. Biaya depresiasi ini merupakan
biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas.
2. Pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk cadangan kerugian
piutang maupun tidak, dan penghapusan piutang karena piutang yang
bersangkutan sudah tidak dapat di tagih lagi.
3. Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki dan
penghentian dari penggunaan aktiva tetap karena aktiva yang bersangkutan telah
habis disusut dan atau sudah tidak dapat dipakai lagi.
4. Adanya pembayaran stock devidend (dividen dalam bentuk saham), adanya
penyisihan atau pembatasan penggunaan laba, dan adanya penilaian kembali
(revaluasi) terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
6.5 Langkah-Langkah Dalam Penyusunan Laporan Sumber-Sumber Dan
Penggunaan Dana Dalam Aliran Kas
Dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan kas, dimana dana
dalam artian kas memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mendaftar pos-pos neraca yang diperbandingkan antara dua titik waktu tertentu
dalam kolom pertama dan kedua.
2. Mendaftar pos-pos laporan laba rugi dari tahun yang diperbandingkan (current
year)
3. Tentukan kenaikan dan penurunan yang terjadi pada pos-pos neraca, tunjukkan
dalam kolom ”Perubahan” debit dan kredit. Kolom perubahan debit untuk
mencatat adanya kenaikan aktiva, penurunan utang dan modal serta bertambahnya
biaya serta berkurangnya penhasilan. Sedangkan kolom kredit untuk mencatat
penurunan aktiva, kenaikan utang dan modal, bertambahnya penghasilan dan
berkurangnya biaya
4. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada pos-pos neraca dan pos-pos
laba rugi untuk menentukan adanya perubahan yang tidak mempengaruhi kas.
5. Membuat jurnal penyesuaian dalam lembar kerja tersebut untuk menghilangkan
akibat atau pengaruhtransaksi nonkas yang sudah dicatat dalam periode tersebut.
6. Memindahkan saldo atau perubahan setelah disesuaikan kecuali perubahan kas)
Ke dalam kolom “Kenaikan dan Penurunan Kas” atau “Sumber dan Penggunaan
Kas”. Penurunan aktiva (selain kas), kenaikan utang, modal dan penghasilan
merupakan sumber kas, sedangkan kenaikan aktiva (selain kas), penurunan utang,
modal dan kenaikan biaya merupakan penggunaan kas. Perubahan kas tidak perlu
dipindahkan ke kolom sumber dan penggunaan kas karena perubahan kas inilah
yang dianalisis, selisih jumlah kolom sumber kas dengan penggunaan kas harus
sama dengan perubahan yang terjadi dalam pos “Kas”.
7. Untuk penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas datanya diambil dari dua
kolom terakhir dari lembar kerja.
6.6 ANALISIS BREAK EVEN POIN (TITIK IMPAS)
1. Pengertian Analisis Break Even Poin (Titik Impas)
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan
dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak
menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian
sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya
menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya
tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya
variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan
sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya
variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.
2. Manfaat Analisis Break Even (Titik Impas)
Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan
mengenaihal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak
mengalami kerugian
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita
rugi.
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume
penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
3. Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas)
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan
perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya
variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan
persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan
penjualan dalam unit.
b. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh
volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time)
sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya
sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap
dikeluarkan.
c. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian
tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang
tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana
komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada
level yang lebih tinggi.
4. Menentukan Break Even Point (BEP) / Titik Impas
a. Mathematical Approach
BEP dapat ditentukan atau dihitung berdasarkan formula tertentu, yaitu:
1) BEP = Fixed Cost / (harga perunit – varibel cost perunit) (rumus 1)
2) BEP = Fixed Cost / (1-(Sales price/unit / – variabel cost/unit)) = Rp………
(rumus 2)
Formulasi break even point yang dikembangkan:
Break even point adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh
keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even Point dapat
kita formulasikan secara sederhana sebagai berikut:
BEP – TR = TC
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
b. Graphical Approach
Secara grafis titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total
revenue dan garis total cost.
Keterbatasan Analisis Break Even Point
Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat
dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-
biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan
mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk
diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui bahwa analisis break even
mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
1. Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
2. Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
3. Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
4. Sales mix adalah konstan
Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan
bergeser atau berubah apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana
perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun
perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan
bergeser keatas atau sebaliknya.
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan
menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan
menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya
harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah
tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka
komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix)
haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada
produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.
5. Margin Of Safety
Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis break even yaitu untuk
menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita kerugian. Formulasinya adalah sebagai berikut:
M/S = (Budget sales – BEP) / Budget sales
Sumber :
1. Kasmir, S.E., M.M. &Widarti Rahardjo (http://ccaccounting.wordpress.com )
2. Shara Amali ( http://blog.re.or.id)
3. http://elib.unikom.ac.id
4. http://ilmumanajemen.wordpress.com/2007/08/08/modal-kerja/
5. http://frenkymay.blogspot.com/2011/06/analisis-sumber-dan-penggunaan-
modal.html