Resume Msdm
-
Author
ardhyansyah-kusuma -
Category
Documents
-
view
8 -
download
1
Embed Size (px)
description
Transcript of Resume Msdm
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA GLOBALISU-ISU MSDM GLOBAL
(K3 GLOBAL, KEAMANAN INTERNASIONAL DAN TERORISME)
Oleh:
1. Silviana Mursidta12080574202
2. Ika Puji R
12080574205
3. Siti Nurjannah
12080574209
4. Leni Prasetiya
120805742955. Kharin Kamilia L.P12080574296
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2014
Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan KerjaDalam dunia industri, kesehatan sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan/hasil, karena hasil kerja seseorang akan ditentukan oleh kondisi kesehatan tiap-tiap individu itu sendiri.
Kesehatan kerja
Merupakan aplikasi kesehatan masyarakat dalam suatu tempat kerja. Pedoman dalam kesehatan kerja adalah penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah. Kesehatan kerja juga mengupayakan agar perusahaan tersebut dapat mencegah timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh limbah atau produk dari perusahaan tersebut.
Hakikat kesehatan kerja adalah menjaga dua hal, yaitu :
1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan dan derajat kerja setinggi-tingginya.
2. Alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan pada meningkatnya efisiensi dan produktivitas.
Tujuan utama kesehatan kerja:
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
3. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
4. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan gairah serta kenikmatan kerja.
5. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.
Keselamatan KerjaKeselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari resiko penderitaan, kerusakan, atau kerugian di tempat kerja.
Tujuan keselamatan kerja :
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
2. Menjalin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.Syarat-syarat keselamatan kerja :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberi pertolongan pada kecelakaan5. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para karyawan
Tujuan keselamatan dan kesehatan kerjaa. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan seefektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pegawai.
e. Agar gairah, keserasian, dan partisipasi kerja meningkat
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindung dalam bekerjaPengertian Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja (K3)Secara filosofi, merupakan suatu pemikiran, daya upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Secara keilmuan, merupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit kerja. Secara praktis, merupakan pengawasan terhadap orang, mesin, material, dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar pekerja tidak mengalami cidera.Tujuan K3Menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani menusia serta karya budayanya yang tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya. Sedang sasaran yang hendak dicapai pada K3 adalah :
1. Tumbuhnya motivasi untuk bekerja secara umum
2. Terciptanya kondisi kerja yang tertib, aman, dan menyenangkan
3. Mengurangi tingkat kecelakaan di lingkungan kerja
4. Tumbuhnya kesadaran akan pentingnya keselamatan di lingkungan kerja
5. Meningkatkan produktivitas kerja
Latar belakang dari diterapkannya Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) adalah dari standarisasi yang telah diterapkan di dunia kerja internasional. Semakin berkembangnya dunia industri di dunia, telah mendorong para pekerja untuk bekerja lebih giat sesuai dengan kebutuhan pasar. Namun hal itu tidak jarang menyebabkan pekerja menjadi cidera. Cidera yang terjadi di lapangan sangat beragam, dari cidera otot sampai yang menghasilkan korban jiwa. Dengan terganggunya perkembangan manusia sebagai salah satu modal utama pembangunan, maka negara-negara berkembang pada saat itu mulai peduli tentang kesehatan, keselamatan dan keamanan pekerja di negaranya tersebut.
Prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja berawal dari OSH (Occupational Safety and Health) yaitu: sebuah ilmu disiplin yang peduli dan melindungi keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan orang yang bekerja di tempat kerja.
Sejak tahun 1950 ILO (International Labour Organization) dan WHO (World Health Organization) telah menetapkan definisi umum dari kesehatan kerja, yaitu: Kesehatan kerja harus mencapai peningkatan dan perawatan paling tinggi di bidang fisik, sosial sebagai seorang pekerja di bidang pekerjaan apapun; pencegahan bagi setiap pekerja atas pengurangan kesehatan karena kondisi kerja mereka, perlindungan bagi pekerja untuk mengurangi faktor-faktor yang dapat merugikan kesehatan mereka; penempatan dan perawatan bagi pekerja di lingkungan kerja sesuai dengan kemapuan fisik dan psikologi dari pekerja dan meringkas adaptasi dari setiap pekerja ke pekerjaannya masing-masing.
Tujuan awal dari pendirian standard keselamatan dan kesehatan di tempat kerja antara lain:
Moral Seorang pekerja seharusnya tidak mempunyai resiko terluka pada saat kerja atau yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Ekonomi Dengan mengurangi biaya yang harus dibayar jika terjadi kecelakaan di tempat kerja; seperti gaji, denda, kompensasi kerusakan, waktu investigasi, kurang produksi, kehilangan semangat dari pekerja, pembeli atau pihak lainnya. Legal Mendorong hukum agar menerapkan peraturan resmi agar dapat dipatuhi oleh banyak pihak.
Beberapa resiko yang biasa dimiliki oleh pekerja:
Resiko fisik (terpeleset dan tersandung, jatuh dari ketinggian, transportasi tempat kerja, mesin yang berbahaya, listrik, kebisingan, getaran, radiasi ion). Resiko kimia (cairan pelarut, metal berat) Resiko psikologi (stress, kekerasan, pemerasan) Resiko lingkungan (temperatur, kelembapan, cahaya) Resiko cidera otot (lingkungan kerja yang tidak ergonamis)
Setelah adanya OSH disusunlah Occupational Safety and Health Act yang ditandatangani oleh President Richard M. Nixon pada tanggal 29 Desembar 1970. Undang-undang ini menjadi pencetuas berdirinya badan NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health) dan OSHA (Occupational Safety and Health Administration).
OSHA ini secara garis besari diciptakan untuk melindungi keamanan pekerja dan tempat kerjanya. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin bahwa pekerja mengerjakan tugasnya dengan lingkungan yang bebas bahaya bagi kesehatan dan keselamatan mereka, seperti bahan kimia beracun, bunyi berisik yang mengganggu, gangguan mekanik, kepanasan atau kedinginan atau lingkungan yang kotor.
Isi dari OSHA itu terdiri dari beberapa point, yaitu:
by encouraging employers and employees in their efforts to reduce the number of occupational safety and health hazards at their places of employment, and to stimulate employers and employees to institute new and to perfect existing programs for providing safe and healthful working conditions; Mendorong para pemilik dan pekerja perusahaan agar berusaha untuk mengurangi tingkat resiko di lingkungan kerja mereja dan memancing mereka untuk menyempurnakan program yang mendukung keselamatan dan kesehatan pekerja yang sudah ada.
by providing that employers and employees have separate but dependent responsibilities and rights with respect to achieving safe and healthful working conditions; Menyediakan hak dan kewajiban yang terpisah dengan rasa hormat untuk tercapainya keamanan dan keselamatan kondisi kerja.
by authorizing the Secretary of Labor to set mandatory occupational safety and health standards applicable to businesses affecting interstate commerce, and by creating an Occupational Safety and Health Review Commission for carrying out adjudicatory functions under the Act;
Dengan memberikan otoritas kepada sekretaris pekerja untuk memandatkan pengimplementasian kesehatan dan keselamatan kerja standard yang diterapkan ke bisnis dan mempengaruhi antar usaha, dan dengan menciptakan jabatan yang mengurusi kesehatan dan keselamatan kerja untuk memberikan fungsi keputusan di dalam kegiatan ini. by building upon advances already made through employer and employee initiative for providing safe and healthful working conditions; Dengan membangun dengan baik inisiatif dari pekerja dan pemilik perusahaan untuk menyediakan kondisi kerja yang aman dan sehat.
by providing for research in the field of occupational safety and health, including the psychological factors involved, and by developing innovative methods, techniques, and approaches for dealing with occupational safety and health problems;Dengan menyediakan penelitian di bidang keselamatan dan kesehatan termasuk di faktor psikologi, dengan dengan mengembangkan metoda, teknik dan pendekatan yang inovatif dalam menyelesaikan permasalahan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
by exploring ways to discover latent diseases, establishing causal connections between diseases and work in environmental conditions, and conducting other research relating to health problems, in recognition of the fact that occupational health standards present problems often different from those involved in occupational safety;Dengan mencari cara untuk mengetahui penyakit tersembunyi, memperlihatkan keadaan hubungan umum di antara penyakit dan kerja di lingkungan, dan mengadakan penelitian lain yang berhubungan denga permasalahan kesehatan, untuk mengenali fakta bahwa penerapan standard kesehatan yang sekarang sering berbeda dari yang berada di dalam penerapan keselamatan.
by providing medical criteria which will assure insofar as practicable that no employee will suffer diminished health, functional capacity, or life expectancy as a result of his work experience;Dengan menyediakan kriteria kesehatan yang akan menjamin bahwa pegawai tidak akan menderita penurunan kesehatan, kapasitas fungsional atau pengharapan hidup sebagai hasil dari pengalaman kerja. by providing for training programs to increase the number and competence of personnel engaged in the field of occupational safety and health;Dengan menyediakan program latihan untuk meningkatkan angka dan kompetensi dari setiap individu yang menerapkan keselamatan kerja dan kesehatan.
by providing for the development and promulgation of occupational safety and health standards;Dengan menyediakan pengembangan dan penyebaran dan penerapan standard keselamatan dan kesehatan.
by providing an effective enforcement program which shall include a prohibition against giving advance notice of any inspection and sanctions for any individual violating this prohibition;Dengan menyediakan program pelaksanaan yang efektif yang meliputi perijinan yang menentang pemberian pemberitahuan tingkat lanjut dari inspeksi atau sangsi apa pun dari individual yang melanggar ketentuan yang berlaku.
by encouraging the States to assume the fullest responsibility for the administration and enforcement of their occupational safety and health laws by providing grants to the States to assist in identifying their needs and responsibilities in the area of occupational safety and health, to develop plans in accordance with the provisions of this Act, to improve the administration and enforcement of State occupational safety and health laws, and to conduct experimental and demonstration projects in connection therewith;Dengan mendukung pemerintahan setempat untuk mengambil tanggung jawab tertinggi dari administrasi dan proses penerapan dari hokum kesehatan dan keselamatan dengan menyediakan hak untuk pemerintah setempat untuk mengidentifikasikan kebutuhan mereka dan bertanggung jawab di area penerapan keselamatan dan kesehatan kerja, untuk mengembangkan perencanaan dalam persetujuan untuk penetapan kegiatan ini, untuk meningkatkan administrasi dan pelaksanaan dari penerapan hukum keselamatan dan kesehatan kerja, dan memimpin projek percobaan dan pendemonstrasian bersama dengan itu.
by providing for appropriate reporting procedures with respect to occupational safety and health which procedures will help achieve the objectives of this Act and accurately describe the nature of the occupational safety and health problem;
Dengan menyediakan prosedur pelaporan yang tepat dengan hormat unuk penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang di mana prosedur tersebut akan membantu tujuan dari kegiatan ini dan secara tepat menggambarkan kesulitan yang sering terjadi di penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
by encouraging joint labor-management efforts to reduce injuries and disease arising out of employment.
Dengan meningkatkan kebersamaan antara pekerja dan manajemen sebagai usaha untuk mengurangi kecelakaan dan penyakit yang meningkat di kalangan pekerja.
Di dalam OSHA terdapat persyaratan yang harus dilaksanakan sebelum melakukan pekerjaan, persyaratan itu antara lain:
Each employer shall furnish to each of his employees employment and a place of employment which are free from recognized hazards that are causing or are likely to cause death or serious physical harm to his employees;
Perusahaan harus melengkapi setiap individu pekerjanya dan menempatkan mereka di area yang bebas dari bahaya yang akan menyebabkan kematian atau bahaya bagi fisik mereka. Each employer shall comply with occupational safety and health standards promulgated under this Act.Perusahaan mengikuti penerapan standarisasi keselamatan dan kesehatan yang diumunkan di kegiatan ini.
Each employee shall comply with occupational safety and health standards and all rules, regulations, and orders issued pursuant to this Act which are applicable to his own actions and conduct. Setiap individu pekerja harus mengikuti standard peraturan, regulasi dan pengumuman penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dari kegiatan ini yang dipakai untuk kegiatan dia sendiri dan berhubungan.Keamanan Internasional dan Terorisme
Kondisi politik dan keamanan di berbagai kawasan baik regional dan global, diperkirakan masih akan ditandai dengan ketidakpastian (uncertainty) dan instabilitas (instability) yang tidak menutup kemungkinan dibungkus dengan beragam tema, skema dan strategi yang sebenarnya tujuan akhirnya adalah perebutan pengaruh antara 'duo pivot' global yaitu Amerika Serikat dan China. Serta yang terpenting adalah kemungkinan adanya skenario redesign of power atau tata ulang kekuasaan dalam rangka menempatkan puppet leader di berbagai kawasan untuk kepentingan energy security kedua pivotal global tersebut.
Sebenarnya kondisi perekonomian China dan Amerika Serikat pada tahun 2014 juga diperkirakan tidak bagus-bagus amat. Amerika Serikat misalnya sudah memutuskan untuk tidak memberikan bantuan keuangan kepada para pengangguran, sehingga jutaan pengangguran di AS diperkirakan akan marah dan tidak menutup kemungkinan pada awal-awal tahun 2014 akan terjadi huru-hara dan unjuk rasa cukup masif di AS.Sementara itu, di Beijing, RRC, Badan Perencanaan Ekonomi Nasional RRC merilis pertumbuhan ekonomi 2013 yang mencapai 7,6% atau lebih rendah dibanding 2012 sebesar 7,7% dan 2011 sebesar 9,3%. Sementara itu, Menteri Komisi Perencanaan dan Reformasi RRC, Xu Shaoshi mengatakan, RRC masih menghadapi risiko di sektor keuangan, antara lain 0P0pembiayaan utang yang tinggi dan terkonsentrasi pada sejumlah proyek infrastruktur jangka panjang dengan profit rendah. Di sisi lain, sektor properti masih berpotensi mengalami bubble.
Sedangkan sektor manufaktor masih mengalami kelebihan pasokan. Kepala Ekonom JP Morgan Chase & Co Wilayah RRC, Zhu Haibin mengatakan, pertumbuhan ekonomi RRC untuk jangka waktu 2 tahun ke depan akan mengalami perlambatan. Kondisi tersebut menyulitkan Pemerintah RRC untuk menjaga keseimbangan struktural. Pertumbuhan ekonomi RRC 2014 diperkirakan sebesar 7,4%. Kantor Berita RRC Xinhua melansir bahwa pertumbuhan ekonomi RRC pada 2013 telah mengalami penurunan menjadi 7,6% dari 7,7% pada 2012. Bahkan pada 2014, tidak menutup kemungkinan akan adanya tekanan untuk menurun lebih jauh, akibat keadaan global yang tidak pasti dan kapasitas produksi yang berlebih dalam beberapa perindustrian.
Gejolak Kawasan Situasi dan kondisi tahun 2014 di beberapa kawasan seperti di Irak, Afganistan, Palestina, Suriah, Mesir, Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah dan Thailand diperkirakan masih sama dengan tahun 2013 atau bahkan perkembangannya akan semakin memanas. Sementara itu, trigger yang dapat menarik ketegangan persaingan juga diperkirakan akan terjadi di Laut China Timur dan Laut China Selatan terkait dengan masalah perbatasan, serta militer Korea Utara yang mulai menebarkan ancaman dan psy warPemerintah Irak menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) berencana mengirimkan puluhan rudal dan 10 pesawat pengintai tanpa awak (drone) jenis Scan Eagle untuk membantu tentara Irak dalam memerangi kelompok militan yang didukung Al Qaeda pada Maret 2014. Pengiriman persenjataan tersebut termasuk 75 peluru kendali (rudal) Hellfire pesanan Irak. Pengiriman persenjataan itu perlu segera dilakukan karena saat ini Irak tengah menghadapi gelombang aksi teror dan kekerasan bersenjata terbesar dalam 5 tahun terakhir.
Beberapa aksi teror bom terakhir terjadi di sebuah pasar di dekat perkampungan umat Kristen di Baghdad pada 25 Desember 2013, yang menewaskan 44 orang dan melukai 21 orang lainnya. Sementara pada saat yang bersamaan di dekat sebuah gereja di permukiman Dora, selatan Baghdad, juga terjadi ledakan bom mobil, yang menewaskan 26 orang dan melukai 38 orang lainnya. Sejauh ini, belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas 2 serangan bom tersebut.
Di Afghanistan Timur, terjadi aksi penembakan yang dilakukan orang tidak dikenal, menewaskan seorang tentara NATO. Menanggapi hal tersebut, pihak Pasukan ISAF membenarkan bahwa seorang anggotanya tewas, namun tidak bersedia memberikan keterangan mengenai kebangsaan tentara yang tewas tersebut. Sejauh ini, kelompok militan meningkatkan serangan mereka dalam beberapa bulan terakhir, yang diduga sebagai bagian dari upaya merebut kembali wilayah menjelang penarikan sepenuhnya pada akhir tahun 2014.
Pasukan Irak menyerang dan menghancurkan 2 kamp militan yang terkait dengan Al Qaeda di Provinsi Anbar pada 23 Desember 2013 setelah 5 perwira senior, termasuk seorang komandan divisi dan 10 prajurit Irak tewas saat operasi keamanan di provinsi tersebut sehari sebelumnya. Jubir Kementerian Pertahanan Irak, Mohammed al-Askari menyatakan, meningkatnya aksi kekerasan di Irak, terutama di Anbar didorong oleh perang saudara yang terjadi di Suriah. Menurutnya, sejauh ini persenjataan ilegal sering datang dari Suriah ke Gurun Anbar barat dan perbatasan Provinsi Nineveh, sehingga mendorong kelompok militan terkait Al Qaeda menghidupkan kembali kamp-kamp mereka yang pernah dihancurkan pasukan keamanan Irak pada 2008 dan 2009. Di lain pihak, kelompok militan Irak menyerang sebuah stasiun televisi lokal di Tikrit, utara Baghdad dengan aksi bom bunuh diri, mengakibatkan 5 wartawan tewas dan 5 karyawan lainnya luka-luka.
Kondisi di Suriah digambarkan oleh Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR) menyatakan, pasukan Suriah kembali melancarkan serangan bom barel/tong di daerah Aleppo pada 22 Desember 2013, menewaskan 56 orang, termasuk anak-anak. Serangan yang memasuki hari ke-8 tersebut telah menghancurkan pasar, sejumlah bangunan, dan jalan utama di kawasan Masakes Hanano dan Kota Marea. SOHR dan sejumlah kelompok HAM lainnya di Suriah menilai, serangan bom tong tersebut ilegal (tindakan kriminal), karena menyebabkan kerusakan yang sangat luas dan signifikan. Sekjen PBB, Ban Ki-moon merekomendasikan kepada DK PBB untuk mengirimkan 5.500 tentara dan 423 polisi tambahan ke Sudan Selatan untuk mempercepat proses perdamaian. Sejauh ini, misi PBB di Sudan Selatan (UNMISS) memiliki sekitar 7.000 tentara, 700 polisi dan 2.000 karyawan sipil tersebut juga akan menambah peralatan penunjang berupa 3 helikopter serang, 3 helikopter angkut dan 1 pesawat angkut militer C-130. Selain itu, Ban Ki-moon juga memperingatkan serangan militer di Sudan Selatan dapat menghambat usaha perdamaian dan meningkatkan kekerasan yang nembawa negara kaya minyak itu pada perang sipil.
Di lain sisi, Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir bersedia untuk melakukan pembicaraan damai guna mengakhiri kekerasan dengan pihak mantan Wakil Presiden Riek Machar setelah AS meningkatkan upaya mediasi antar 2 pimpinan pihak yang bertikai. Menanggapi hal tersebut, Machar bersedia melakukan pembicaraan damai dengan syarat pembebasan terhadap 10 tokoh loyalisnya yang sebelumnya ditangkap oleh militer Sudan Selatan.
Ide Sekjen PBB selaras dengan pemikiran utusan khusus AS untuk Sudan Selatan, Donald Booth seusai pertemuannya dengan Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir mengatakan, bahwa Pemerintah AS akan meningkatkan upaya diplomasi untuk mengakhiri kekerasan etnis yang meningkat di Sudan Selatan, sambil menyusun kembali penempatan pasukan di wilayah tersebut, jika mereka masih dibutuhkan. Terkait hal itu, Presiden Kiir menyatakan kesediaannya untuk memulai pembicaraan dengan mantan Wapres Riek Machar guna mengakhiri kekerasan.
Sikap berbeda ditunjukkan Beijing, Wakil Menteri Luar Negeri RRC Zhang Ming mengatakan akan terus mencermati konflik di Sudan dan dampaknya terhadap negara-negara tetangga. Terkait hal itu, Zhang menyerukan semua pihak yang terlibat dalam konflik di Sudan Selatan untuk menghentikan aksi-aksi permusuhan, dan membuka dialog sesegera mungkin. Seruan RRC tersebut terkait aksi kekerasan yang terjadi di Ibukota Sudan, di Juba pada 15 Desember 2013, yang telah mengakibatkan perusahaan milik RRC National Petroleum Company, satu investor penting minyak di Sudan Selatan, mengungsikan sejumlah pekerja mereka.
Sedangkan situasi di Mesir, Thailand dan kawasan Laut China Timur serta Laut China Selatan ditunjukkan dengan perkembangan penegasan Ikhwanul Muslim sebagai organisasi terlarang dan Muhammad Morsi dianggap sebagai teroris di Mesir juga akan menimbulkan ketidakpastian lanjutan. Kondisi tidak jauh berbeda dengan di Thailand dimana militer ada kemungkinan untuk melakukan kudeta, jika Perdana Menteri Thailand yang cantik, Yingluck Sinawathra gagal mengontrol perkembangan Polkam.
Di Pyongyang, Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un menginstruksikan militernya untuk meningkatkan kesiapan tempur, guna menghadapi perang yang kemungkinan terjadi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Instruksi Kim tersebut terkait memanasnya ketegangan politik antara Korea Selatan (Korsel) dengan Korut, yang dipicu oleh aksi pembakaran bendera dan para pemimpin Korut, dalam demonstrasi anti Korut di Korsel pada 20 Desember 2013.
Pemerintah RRC mengklaim pesawat pertama dan satu-satunya yang dioperasikan militer RRC sukses bermanuver dalam serangkaian latihan di lepas pantai Pulau Hainan, Laut China Selatan (LCS). Latihan tersebut dimaksudkan untuk menguji kemampuan kendaraan tempur dan mencoba kelayakan serta bekerja sama dengan beberapa unit militer. Sejauh ini, RRC telah beberapa kali mengoperasikan pesawat dan kapal di LCS. Apa yang dilakukan Korut dan RRC juga dapat menjadi pemicu ketidakstabilan regional, yang imbasnya kemungkinan terjadi pada Indonesia.
]*)Toni Erviantoadalah alumnus Fisipol Universitas Jember dan alumnus pasca sarjana Kajian Strategik Intelijen (KSI), Universitas Indonesia.
http://news.detik.com/read/2013/12/31/105844/2454817/103/2/situasi-kondisi-politik-keamanan-luar-negeri-2014-rawan-ketidakpastianStrategi Anti Terorisme Global Telah Gagal?
Indeks Terorisme global mencatat naiknya serangan teror dan rekor jumlah korban tewas di seluruh dunia. Statistik itu menunjukkan strategi yang dijalankan saat ini tidak berfungsi. Tinjauan Grahame Lucas.
Serangan teror yang dilancarkan al Qaeda pada 2001 terhadap Amerika memicu balasan berupa "perang melawan teror" yang digagas presiden AS saat itu George W. Bush. Dilihat dari perspektif saat ini, 13 tahun setelah dilancarkannya aksi tersebut, nyatanya perang melawan teror gagal menghentikan aksi teror.
Malahan sebaliknya. Indeks terorisme global menunjukkan, aksi terorisme justru meningkat drastis ke tingkat amat mencemaskan. Tahun 2013 tercatat 10.000 kali serangan teror yang menewaskan 18.000 orang. Jika disimpulkan, perang melawan teror ternyata menciptakan lebih banyak teror.
Dalam indeks juga disebutkan, 80 persen organisasi teroris bisa dilumpuhkan, dengan menjalin kesepakatan politik yang bisa diterima banyak pihak. Hanya 10 persen organisasi teroris menghentikan aksinya karena mereka telah mencapai target yang digariskan.
Yang lebih menarik lagi, hanya tujuh persen aksi terorisme yang berhasil ditumpas dengan intervensi militer. Prestasi yang rendah itu, juga mempertimbangkan ongkos yang harus dibayar, berupa korban jiwa.
Data memberikan kesan kuat, bahwa negosiasi dan partisipasi harus menjadi program utama dalam memerangi terorisme. Tapi di sejumlah negara, aksi militer atau paramiliter tetap menjadi opsi utama dari reaksi pemerintah.
Masalahnya, di zaman perang asimetris ini, kelompok milisi bersenjata juga mampu mengalahkan militer yang terorganisir rapi. Caranya dengan mempublikasikan serangan-serangan yang sukses lewat dunia maya, dan menghindari perang frontal dimana militer bisa meraih kemenangan. Contoh paling tegas adalah gagalnya misi militer barat di Afghanistan, untuk melindas Taliban dengan ideologi islamis beracunnya.
Temuan signifikan lainnya, negara-negara yang paling menderita akibat aksi terorisme, yakni Irak, Pakistan, Nigeria, Suriah dan juga Afghanistan, menghadapi terorisme oleh kelompok Islamis. Terorisme semacam ini, secara alamiah juga bersifat totaliter.
Grahame Lucas pimpinan redaksi South-East Asia DW
Di sini, dilema terlihat nyata. Negosiasi tidak akan menghasilkan apapun. Sebab solusi pragmatis tidak punya peluang menang melawan ideologi islamis. Juga aksi militer mustahil sukses. Paling banter, aksi militer semacam itu hanya bisa menahan sementara bukan mengalahan ideologi ini.
Memandang latar belakang ini, wajar jika kita merasa takut, bahwa di tahun-tahun mendatang kelompok teror Islamic State, al Qaeda, Boko Haram dan Taliban akan terus meningkatkan upaya merusak situasi keamanan global. Kelompok teror semacam ini, akan menebarkan ketakutan dan kebencian lewat serangan terornya. Kebanyakan korban tewas adalah sesama kaum Muslim yang saling jagal.
Dalam kasus ini, hanya ada satu aksi bersama yang bisa menanggulanginya. Faktanya, negara-negara yang paling parah dilanda terorisme itu, gagal menggalang partisipasi rakyat. Negara-negara ini harus bekerja keras meningkatkan situasi ekonomi, memberi akses pendidikan mencegah skuadron pembunuh melakukan pembantaian di luar hukum serta menguatkan masyarakat sipil dan struktur demokratik.
Inilah satu-satunya cara dalam perang panjang melawan teroris untuk menghentikan dukungan terhadap mereka, sekaligus mengisolasi kelompok teror di negara-negara tempat mereka beroperasi. Barat bisa mendukung proses ini, akan tetapi semua itu harus dimulai di dalam negara bersangkutan.
http://www.dw.de/strategi-anti-terorisme-global-telah-gagal/a-18071449