Resume Auditing

272
M. AGUS SUDRAJAT S4309040 PERTEMUAN 2 TANGGUNG JAWAB PROFESI AUDITOR Menurut PSA No.02 Seksi 110, auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Auditor tidak menjamin kebenaran atas suatu laporan keuangan, namun Auditor bertanggung jawab dalam melaksanakan audit sesuai aturan yang berlaku umum / GAAS yaitu : 1. Melakukan verifikasi atas laporan keuangan yaitu untuk mendeteksi salah saji material 2. Menemukan kekeliruan, ketidakberesan dan unsur pelanggaran hukum yang material . Kekeliruan/ salah saji terdapat dua macam yaitu : Errors adalah kekeliruan salah saji yang tidak disengaja. Irregularities adalah kesalahan yang disengaja seperti kecurangan manajemen dan kecurangan pegawai atau penggelapan. Siklus Laporan Keuangan Laporan keuangan dibagi menjadi komponen yang lebih kecil untuk memudahkan pelaksanaan audit. Pembagian Page | 1

Transcript of Resume Auditing

Page 1: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

PERTEMUAN 2

TANGGUNG JAWAB PROFESI AUDITOR

Menurut PSA No.02 Seksi 110, auditor bertanggung jawab untuk

merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai

tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang

disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.

Auditor tidak menjamin kebenaran atas suatu laporan keuangan, namun

Auditor bertanggung jawab dalam melaksanakan audit sesuai aturan yang berlaku

umum / GAAS yaitu :

1. Melakukan verifikasi atas laporan keuangan yaitu untuk mendeteksi salah saji

material

2. Menemukan kekeliruan, ketidakberesan dan unsur pelanggaran hukum yang

material . Kekeliruan/ salah saji terdapat dua macam yaitu :

Errors adalah kekeliruan salah saji yang tidak disengaja.

Irregularities adalah kesalahan yang disengaja seperti kecurangan

manajemen dan kecurangan pegawai atau penggelapan.

Siklus Laporan Keuangan

Laporan keuangan dibagi menjadi komponen yang lebih kecil untuk memudahkan

pelaksanaan audit. Pembagian biasanya berdasarkan transaksi yang erat

hubungannya satu dengan lainnya ( pendekatan siklus ).

Contohnya siklus penjualan dan penerimaan kas, siklus perolehan dan pembayaran,

siklus penggajian dan pembayaran, siklus persediaan dan pergudangan, dll.

Asersi Manajemen

Merupakan sebuah pernyataan dari manajemen tentang transaksi dan akun dalam

laporan keuangan. Asersi manajemen terdiri dari :

Keberadaan atau keterjadian

Kelengkapan

Hak dan Kewajiban

Penilaian dan Alokasi

Penyajian dan Pengungkapan

Page | 1

Page 2: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Tujuan audit

1. Menurut Arens

Tujuan audit laporan keuangan adalah agar auditor dapat memberikan

opininya bahwa laporan keuangan tidak terdapat kesalahan material dan

telah sesuai dengan standar yang berlaku secara umum.

2. PSA No. 02

Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya

adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal

yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Tujuan audit dimaksudkan sebagai kerangka kerja bagi auditor dalam

mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup yang disyaratkan dalam standar

pekerjaan lapangan dan memutuskan bahan bukti yang pantas dikumpulkan sesuai

dengan penugasan .

Tujuan audit tersebut dapat dibedakan menjadi :

Tujuan audit umum transaksi. Terdiri dari eksistensi, kelengkapan, akurasi,

klasifikasi serta posting dan perkiraan .

Tujuan audit khusus transaksi. Menerapkan tujuan umum pada kelompok

transaksi /siklus.

a. Tujuan umum :

Eksistensi, angka-angka yang dicantumkan memang ada ( eksis ).

Kelengkapan, angka -angka yang ada telah dimasukkan seluruhnya .

Akurasi, jumlah yang ada disajikan pada jumlah yang benar.

Klasifikasi - angka yang dimasukkan di daftar klien telah diklasifikasikan

dengan tepat .

Pisah batas (Cut Off ) - transaksi yang dekat tanggal neraca dicatat pada

periode yang tepat .

Kecocokan rincian (detail tie in) - rincian dalam saldo akun sesuai dengan

angka-angka buku besar tambahan , dijumlah kebawah benar dalam saldo

akun, dan sesuai dengan jumlah dalam buku besar .

Page | 2

Page 3: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Nilai realisasi - aset dinyatakan dalam jumlah yang diestimasi dapat

direalisasi.

Hak dan Kewajiban - Kewajiban harus menjadi milik suatu entitas

berkaitan dengan hutang , sedangkan hak selalu dikaitkan dengan aktiva .

Penyajian dan Pengungkapan-saldo perkiraan dan persyaratan

pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan pantas dalam laporan

keuangan.

b. Tujuan khusus :

Tujuan khusus bagi setiap saldo perkiraan dapat dikembangkan setelah tujuan

umum dipahami paling sedikit harus ada satu tujuan, khusus untuk setiap tujuan

umum kecuali jika auditor menganggap tujuan itu tidak relevan.

Pencapaian Tujuan Audit

Audit merupakan suatu proses dimana dalam pelaksanaanya harus mengikuti tahap-

tahap sesuai dengan standar yang berlaku. Proses Audit adalah metodologi

pelaksanaan audit yang jelas untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bahan

bukti pendukung yang kompeten.

Tahap-tahap dalam proses Audit:

1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit

Mendapatkan pengetahuan atas bidang usaha klien .

Memahami struktur pengendalian intern klien dan menetapkan risiko

pengendalian intern.

2. Pengujian pengendalian dan transaksi .

3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo.

Page | 3

Page 4: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

JENIS-JENIS AUDITOR DAN AKUNTAN PUBLIK

Akuntansi berfungsi menyajikan informasi kuantitatif untuk pengambilan keputusan.

Sementara dalam auditing, aturan-aturan akuntansi menjadi kriteria untuk

membandingkan kesesuaian informasi. Dengan demikian, akuntansi dan auditing

berbeda dalam esensinya.

Jenis Audit

1 Audit Atas Laporan Keuangan/Financial Audit adalah audit yang bertujuan

untuk menentukan kesesuaian informasi terukur yang akan diverifikasi dengan

kriteria tertentu sepeti GAAP atau Standar Akuntansi yang berlaku umum

( PSAK).

2 Audit Operasional adalah penelaahan bagian dari prosedur atau metode operasi

suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya .Hasilnya berupa

rekomendasi perbaikan operasi.

3 Audit Ketaatan adalah audit atas ketaatan auditee terhadap prosedur atau aturan

tertentu yang telah ditetapkan baik aturan yang ditetapkan perusahaan maupun

aturan yang ditetapkan oleh atau dengan pihak luar seperti pemerintah, bank,

kreditor atau pihak lainnya. Audit atas laporan keuangan pada hakekatnya adalah

audit ketaatan terhadap prinsip-prinsip akuntansI yang berlaku umum.

Jenis Auditor

1 Kantor Akuntan Publik Terdaftar, yaitu auditor yang mempunyai tanggung

jawab atas kinerja audit laporan keuangan bagi semua perusahaan publik,

perusahaan-perusahaan besar dan beberapa perusahaan kecil dan organisasi

nirlaba.

2 Auditor Pemerintah, yaitu auditor yang mempunyai tanggung jawab

mengevaluasi efisiensi, efektifitas, dan keekonomisan dari program/proyek

pemerintah. Di Indonesia ada beberapa lembaga yaitu BPKP, BEPEKA, serta

Itjen pada departemen-departemen pemerintah.

3 Auditor Pajak, yaitu auditor yang bertanggung jawab melaksanakan

pemeriksaan atas tercapainya penerimaan negara dari sektor perpajakan dan

penegakan hukum dalam pelaksanaan perpajakan. Di Amerika ada Internal

Page | 4

Page 5: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Revenue Service ( IRS ), sementara di Indonesia dilaksanakan oleh KPP dan

Karikpa sebagai tenaga teknis pemeriksaan pajak dari Direktorat Jenderal Pajak

(DJP).

4 Internal Auditor, yaitu auditor yang bekerja di suatu perusahaan untuk

melaksanakan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan. Sebagai contoh di

BUMN-BUMN di Indonesia ada unit SPI yang menangani hal tersebut.

Kebutuhan akan Auditing

Jasa auditing yang digunakan di kalangan pengusaha, pemerintah, dan lain-

lain pada hakikatnya adalah untuk mengurangi risiko informasi antara dua pihak

yang berkepentingan. Dalam hal ini adalah manajemen sebagai pembuat laporan dan

user sebagai pemakai laporan. Hal ini karena semakin kompleksnya kondisi

masyarakat yang memungkinkan para pengambil keputusan akan memperoleh

informasi yang tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan. Pada umumnya hal

ini disebabkan:

Hubungan yang tidak dekat antara penerima dan pemberi informasi .

Sikap memihak dan motif lain yang melatarbelakangi pemberian informasi.

Data yang berlebihan

Transaksi pertukaran yang kompleks

Untuk menanggulangi risiko informasi tersebut ada tiga cara yang dapat

dilaksanakan :

Verifikasi Informasi oleh pihak pemakai

Pemakai menanggung risiko informasi bersama-sama dengan manajemen .

Dilakukan audit atas Laporan Keuangan .

Akuntan Publik Terdaftar/ Bersertifikat

Untuk dapat bekerja sebagai akuntan publik terdaftar di Indonesia paling

tidak harus dipenuhi persyaratan berikut :

1 Persyaratan pendidikan yaitu sarjana ekonomi jurusan akuntansi dari universitas

negeri yang telah mendapat persetujuan dari panitia ahli persamaan ijasah

akuntan

2 Ujian Negara Akuntansi ( UNA ) untuk sarjana akuntansi swasta dan negeri yang

Page | 5

Page 6: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

belum diakui

3 Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP)

4 Persyaratan Pengalaman ,yaitu seorang akuntan terdaftar harus memiliki

pengalaman kerja pada kantor akuntan publik atau BPKP paling sedikit 3 tahun .

Aktivitas Kantor Akuntan Publik

Kantor Akuntan Publik terutama melaksanakan empat jenis jasa, yaitu :

Atestasi, di mana KAP mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan

kesimpulan atas keandalan pernyataan tertulis yang telah dibuat dan

ditanggungjawabi pihak lain.Terdapat tiga jenis atestasi yaitu : audit laporan

keuangan historis, penelaahan laporan keuangan historis dan jasa atestasi lainnya.

Jasa Perpajakan berupa SPT PPh, PBB, PPN , perencanaan perpajakan dan jasa

perpajakan lainnya.

Konsultasi Manajemen yaitu dalam peningkatan aktivitas operasi .

Jasa Akuntansi dan Pembukuan .

Struktur Kantor Akuntan Publik

Terdiri dari rekan ( partner ) ,manajer ,para penyelia , senior dan asisten dan

bertugas pada setiap jenjang kerja selama dua-tiga tahun sebelum mencapai

kedudukan sebagai rekan .

AICPA

AICPA atau di Indonesia IAI mempunyai tiga fungsi utama yaitu :

1 Penetapan Standar dan Aturan, ada empat bidang utama dalam auditing yang

perlu dibuat standar aturannya yaitu ; Standar Audit , Standar Kompilasi dan

Penelaahan Laporan Keuangan , Standar Atestasi Lainnya, Kode Etik Profesi .

2 Penelitian dan Publikasi. Kegiatan ini menghasilkan jurnal -jurnal seperti jurnal

berkala , jurnal akuntansi dan lain-lain .

3 Pelaksanaan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik/USAP

4 Pendidikan lanjutan .

Page | 6

Page 7: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Pengendalian Mutu/Quality Control

Pengendalian mutu adalah prosedur yang digunakan KAP untuk membantu

mentaati standar secara konsisten dalam setiap kontrak kerja yang mengikatnya.

Komite standar pengendalian mutu menetapkan sembilan elemen pengendalian mutu

yaitu :

1 Independensi

2 Penugasan para auditor, dalam hal ini harus memiliki kemampuan dan pelatihan

teknis yang memadai

3 Konsultansi , auditor harus meminta petunjuk dari ahli bila menemui kesulitan

dalam pelaksanaan auditing

4 Supervisi

5 Pengangkatan Auditor

6 Pengembangan profesional

7 Promosi

8 Penerimaan dan Pemeliharaan hubungan dengan klien

9 Inspeksi, diperlukan untuk penunjang delapan unsur diatas .

Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi Kantor Akuntan Publik ( tiga

persyaratan pertama juga berlaku bagi KAP yang tidak menjadi anggota forum)

yang ditetapkan AICPA dengan divisinya yaitu SEC dan Kantor Akuntan Publik

atau di Indonesia Forum IAI - SAP yaitu :

1. Ketaatan pada standar pengendalian mutu .

2. Penelaahan sejawat ( peer review ) , harus dari KAP lain yang memenuhi

persyaratan

3. Pendidikan lanjutan

4. Rotasi partner

5. Penelaahan oleh partner lain

6. Larangan pemberian atas jasa tertentu

7. Pelaporan ketidaksepakatan

8. Pelaporan jasa konsultasi manajemen.

Page | 7

Page 8: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Securities and Exchange Comission (SEC) atau Badan Pengawas Pasar

Modal (BAPEPAM) sebagai suatu badan pemerintah yang menangani pasar modal,

dibentuk guna membantu para investor untuk mendapatkan informasi andal untuk

membuat keputusan investasi . Perusahaan yang bermaksud menerbitkan efek ( Go

Publik ) wajib menyampaikan laporan tahunan rinci pada BAPEPAM.

KEWAJIBAN HUKUM

Kewajiban hukum auditor kepada klien adalah mencegah penipuan dan/atau

pelanggaran kontrak yang bisa mempengaruhi hasil-hasil pekerjaan .

Penyebab utama tuntutan hukum terhadap KAP adalah kurangnya pemahaman

pemakai laporan keuangan tentang perbedaan antara kegagalan bisnis , kegagalan

audit, dan risiko audit.

Definisi berikut akan menjelaskan perbedaannya:

kegagalan bisnis, terjadi jika perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya .

kegagalan audit, terjadi jika auditor mengeluarkan pendapat yang salah karena

gagal memenuhi syarat - syarat GAAS.

risiko audit, terjadi jika auditor menyimpulkan laporan keuangan secara wajar

sedangkan kenyataannya laporan tersebut salah saji material.

Standar ketelitian yang sering disebut konsep kehati-hatian (prudent person)

menjelaskan bahwa auditor hanya menjamin itikad baik dan integritas dan

bertanggung jawab atas kecerobohan , itikad buruk dan ketidak jujuran dan auditor

terbebas dari kerugian akibat kekeliruan dalam pertimbangan.

Bidang kewajiban menurut audit dapat digolongkan sebagai berikut :

Kewajiban kepada klien

Kewajiban terhadap klien timbul karena kegagalan untuk melaksanakan

tugas audit sesuai waktu yang disepakati , pelaksanaan audit yang tidak memadai,

gagal menemukan defalkasi, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan publik.

Apabila terdapat tuntutan auditor dapat mengajukan pembelaan yaitu :

1 Tidak adanya kewajiban melaksanakan pelayanan, dalam hal ini tidak dinyatakan

dalam klausul.

2 Tidak ada kelalaian dalam pelaksanaan kerja, mengklaim telah mengikuti GAAS.

3 Kelalaian kontribusi, dalam hal ini menjamin jika klien melakukan kewajiban

Page | 8

Page 9: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

tertentu, tidak akan terjadi kerugian

4 Ketiadaan hubungan timbal balik, antara pelanggaran auditor terhadap standar

kesungguhan dengan kerugian yang dialami klien

Kewajiban terhadap pihak ketiga menurut Common Law

Pihak ketiga yang terdiri dari pemegang saham, calon pemegang saham,

pemasok, bankir dan kreditor lain, karyawan, dan pelanggan. Konsep kewajiban

tersebut antara lain sebagai berikut :

Doktrin ultramares, Kewajiban dapat timbul jika pihak ketiga primary

beneficiary atau orang yang harus diberikan informasi audit

Pemakai yang dapat diketahui sebelumnya, orang yang mengandalkan

keputusannya pada laporan keuangan .

Foreseeable user’s, pemakai yang dapat diketahui lebih dahulu mempunyai hak

yang sama dengan pemakai laporan keuagan yang mepunyai hubungan kontrak .

Kewajiban perdata menurut hukum sekuritas federal

1 Securities Act tahun 1933, persyaratan pelaporan untuk perusahaan yang

mengeluarkan efek-efek baru. Peraturan membolehkan pihak ketiga menggugat

auditor jika laporannya menyesatakan dan tidak mempunyai beban pembuktian

hal tersebut, sementara auditor dapat membela jika audit telah memadai dan

pemakai laporan tidak menderita kerugian .

2 Securities Exchange Act tahun 1934, persyaratan penyampaian laporan tahunan

setiap perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa. Akibat tuntutan ini

SEC dapat mencabut ijin praktek dari KAP yang yang melakukan kesalahan.

3 Racketeer Influenced and Corrupt Organization Act 1970, peraturan ini ditujukan

untuk kriminalitas tetapi auditor sering dituntut berdasarkan peraturan ini .

4 Foreign Corrupt Practice Act tahun 1977, larangan pemberian uang suap kepada

pejabat di luar negeri untuk mendapatkan pengaruh dan mempertahankan

hubungan usaha

Page | 9

Page 10: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Kewajiban kriminal

Beberapa undang-undang seperti Uniform Securities Acts, Securuties Acts

1933 dan 1934, Federal Mail Fraud Statute dan Federal False Statement Statute

menyebutkan bahwa menipu orang lain dengan sadar terlibat dalam laporan

keuangan yang palsu adalah perbuatan kriminil .

Tanggung Jawab Kerahasiaan

Beberapa tuntutan yang terjadi menuntut perlunya profesi auditing untuk

meneliti peraturan perilaku yang menyangkut kerahasiaan dan mencoba

memperjelas persyaratan - persyaratan yang konsisten dengan common law .

Tanggapan Profesi Terhadap Kewajiban Hukum

AICPA dan profesi mengurangi resiko terkena sanksi hukum dengan

langkah-langkah berikut :

1 Riset dalam auditing

2 Penetapan standar dan aturan.

3 Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor

4 Menetapka persyaratan penelaahan sejawat .

5 Melawan tuntutan hukum

6 Pendidikan bagi pemakai laporan

7 Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas

8 Perundingan untuk perubahan hukum .

Tanggapan Akuntan Publik Terhadap Kewajiban Hukum

Dalam meringankan kewajibannya auditor dapat melakukan langkah-langkah

berikut :

1. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas

2. Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi

dengan pantas

3. Mengikuti standar profesi

4. Mempertahankan independensi

5. Memahami usaha klien

6. Melaksanakan audit yang bermutu

Page | 10

Page 11: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

7. Mendokumentasika pekerjaan secara memadai

8. Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan

9. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia

10.Perlunya asuransi yang memadai; dan

11.Mencari bantuan hukum

Regulasi dan Standar Mutu Pekerjaan Auditor

Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai.

Masing-masing orang memiliki perangkat nilai tersebut antara lain: kejujuran,

integritas, mematuhi janji, loyalitas, keadilan, kepedulian kepada orang

lain,menghargai orang lain,menjadi warga yang bertanggung jawab,mencapai yang

terbaik,dan lain-lain.

Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting karena pada

dasarnya berhubungan dengan hukum. Sebagian besar orang mendefinisikan

perilaku tidak etis sebagai perilaku yang berbeda dari sesuatu yang seharusnya

dilakukan .Terdapat dua alasan mengapa orang bertindak tidak etis :

Standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum.

Seseorang memilih bertindak semaunya .

Etika dalam bisnis harus menjamin suatu perilaku sebagai berikut :

Apakah itu kebenaran

Apakah itu adil untuk semua yang berkepentingan .

Akankah itu menambah goodwill dan hubungan yang lebih baik.

Akankah itu menguntungkan semua yang berkepentingan .

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan

mengenai perilaku yang layak harus dibuat. Semakin majunya perkembangan jaman,

maka dikembangkan kerangka formal untuk memecahkan dilema etika yang

dinamakan pendekatan enam langkah :

1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan

2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta

3. Menentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh

dilema

4. Menentukan alternatif yang tersedia bagi orang yang harus memecahkan dilema

Page | 11

Page 12: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

5. Menentukan konsekuensi yang mungkin dari setiap alternatif

6. Menetapkan tindakan yang tepat

Kebutuhan akan kepercayaan publik akan kualitas jasa yang diberikan

profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan. Bagi akuntan publik,

penting untuk meyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan atas kualitas audit

dan jasa lainnya karena pemakai tidak memiliki kompetensi dan waktu untuk

mengevaluasi pekerjaan akuntan publik. Akuntan publik mempunyai hubungan

profesional yang berbeda dengan profesional lain. Profesional lain hanya

bertanggung jawab kepada klien yang ditanganinya sedangkan akuntan publik

ditugaskan dan dibayar oleh yang mengeluarkan laporan keuangan ( klien )

sedangkan yang mendapat manfaat dari audit adalah pemakai laporan keuangan

yang umumnya tidak pernah berhubungan dengan auditor .

Terdapat beberapa cara bagi profesi akuntan publik dan masyarakat untuk

mendorong para akuntan publik agar berprilaku secara benar dan untuk

melaksanakan audit beserta jasa-jasa yang berkaitan dengan profesinya dengan

standar mutu yang tinggi yaitu :

1 Kode Perilaku Profesional .

Merupakan ketentuan umum mengenai perilaku yang ideal atau peraturan khusus

yang menguraikan berbagai tindakan yang tidak dapat dibenarkan . Menurut

AICPA kode perilaku profesional terdiri dari :

prinsip-prinsip, meliputi lima prinsip yang harus dipatuhi oleh semua anggota

AICPA yaitu tanggung jawab, kepentingan masyarakat, integritas, kemahiran,

lingkup dan sifat jasa dan satu prinsip untuk anggota AICPA yang

memberikan jasa atestasi yaitu obyektivitas dan independensi .

peraturan perilaku, meliputi standar minimum perilaku praktisi yang

ditetapkan profesi dan merupakan keharusan .

interpretasi, tidak merupakan keharusan tetapi praktisi harus memahaminya

ketetapan etika, penjelasan dan jawaban yang diterbitkan untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan peraturan perilaku yang diajukan oleh praktisi dan

lainnya.tidak merupakan keharusan tapi praktisi harus memahaminya.

Page | 12

Page 13: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Penerapan Peraturan Perilaku

Peraturan 101- Independensi.

Integritas dan Obyektifitas Peraturan 102

Standar-standar teknis Peraturan 201 - standar umum

Ketaatan pada standar Peraturan 202

Prinsip Akuntansi Peraturan 203

Kerahasiaan Peraturan 301

Honor bersyarat Peraturan 302

Tindakan yang mendatangkan aib Peraturan 501- tindakan tercela

Periklanan dan Penawaran Peraturan 502

Komisi dan Honor Perujukan Peraturan 503 -A. Komisi yang dilarang

Peraturan 503 -B. Pengungkapan komisi yang diijinkan

Bentuk dan Nama praktek Peraturan 505

STANDAR AUDIT

Sumber: PSA No. 01 SA Seksi 150

01Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu "prosedur" berkaitan

Dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan "standar" berkaitan dengan

kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan

yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing, yang

berbeda dengan prosedur auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional

auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam

pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.

STANDAR AUDITING

02 Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian

dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi

dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

Page | 13

Page 14: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor

wajibmenggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan

seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten

harus disupervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian

yang akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang

diaudit.

c. Standar Pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia.

2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan

laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan

prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersil bahwa pernyataan

demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak

dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama

auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus

memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang

dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh

auditor.

03 Standar-standar tersebut di atas dalam banyak hal saling berhubungan dan saling

Page | 14

Page 15: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

bergantung satu dengan lainnya. Keadaan yang berhubungan erat dengan

penentuan dipenuhi atau tidaknya suatu standar, dapat berlaku juga untuk

standar yang lain."Materialitas" dan "risiko audit" melandasi penerapan semua

standar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

04 Konsep "materialitas" bersifat bawaan dalam pekerjaan auditor independen.

Dasar yang lebih kuat harus dicari sebagai landasan pendapat auditor

independen atas unsur-unsur yang secara relatif lebih penting dan unsur-unsur

yang mempunyai kemungkinan besar salah saji material. Misalnya, dalam

perusahaan dengan jumlah debitur yang sedikit, dengan nilai piutang yang

besar, secara individual piutang itu adalah lebih penting dan kemungkinan

terjadinya salah saji material juga lebih besar jika dibandingkan dengan

perusahaan lain yang mempunyai jumlah nilai piutang yang sama tetapi terdiri

dari debitur yang banyak dengan nilai piutang yang relatif kecil. Dalam

perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang, sediaan umumnya mempunyai

arti penting, baik bagi posisi keuangan maupun hasil usaha perusahaan,

sehingga secara relatif sediaan memerlukan perhatian auditor yang lebih besar

dibandingkan dengan sediaan dalam perusahaan jasa. Begitu pula, piutang

umumnya memerlukan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan premi

asuransi dibayar di muka.

05 Pertimbangan atas risiko audit berkaitan erat dengan sifat audit.2 Transaksi kas

umumnya lebih rentan terhadap kecurangan jika dibandingkan dengan transaksi

sediaan, sehingga audit atas kas harus dilaksanakan secara lebih konklusif, tanpa

harus menyebabkan penggunaan waktu yang lebih lama. Transaksi dengan pihak

tidak terkait biasanya tidak diperiksa serinci pemeriksaan terhadap transaksi

antarbagian dalam perusahaan atau transaksi dengan pimpinan perusahaan dan

karyawan, yang tingkat kepentingan pribadi dalam transaksi yang disebut

terakhir ini sulit ditentukan. Pengendalian intern terhadap lingkup audit

mempengaruhi besar atau kecilnya risiko salah saji terhadap prosedur audit yang

dilaksanakan oleh auditor. Semakin efektif pengendalian intern, semakin rendah

tingkat risiko pengendalian.

Page | 15

Page 16: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

JASA SELAIN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

06 Sebagai tambahan terhadap audit atas laporan keuangan, sepanjang relevan

dengan keadaan yang dihadapi oleh auditor independen, kesepuluh standar

auditing tersebut berlaku untuk jasa selain audit atas laporan keuangan, kecuali

jika dinyatakan lain dalam suatu Pernyataan Standar Auditing.

TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

07 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari

tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi

ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam

masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional

Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per

1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi

ini yang berlaku.

Page | 16

Page 17: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

PERTEMUAN 3

STANDAR AUDIT DAN JENIS-JENIS PENUGASAN AUDIT

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)

Standar profesional akunatan publik (SPAP) adalah kodifikasi berbagai

pernyataan standar teknis yang merupakan panduan bagi akuntan publik dalam

berpraktik di indonesia.

Tipe Standar Profesional

1. standar auditing

2. standar atestasi

3. standar jasa akuntansi dan review

4. standar jasa konsultasi

5. standar pengendalian mutu

kelima standr profesional diatas merupakan standar teknis yang diterbitkan

oleh dewan standar profesional akuntan publik dan bertujuan untuk mengatur mutu

jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di indonesia.

Standar Auditing

Standar auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh

IAI, yang terdiri atas standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar

pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupkan pedoman audit atas

laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dirinci dalam

bentuk pedoman standar auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan

penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum didalam standar

auditing. PSA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang

tercantum didalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman

utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan penugasan audit.

Kepatuhan terhadap PSA yang diterbitkan oleh IAI ini bersifat wajib bagi

anggota IAI yang berpraktik sebagai akuntan publik. Termasuk didalam PSA adalah

interpretasi pernyataan standar audit (IPSA), yang merupakan interpretasi resmi

yang dikeluarkan oleh IAI terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAI

Page | 17

Page 18: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

dalam PSA. Dengan demikian, IPSA memberikan jaawaban atas pernyataan atau

keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga

merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini

bersifat mengikat bagi anggota IAI yang berpraktik sebagai akuntan publik,

sehingga pelaksanaannya besifat wajib.

Standar Umum

a. audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam

sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan

kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Standar Pelaksanaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan sistem

harus disupervisi dengan semestinya.

2. pemahaman memadai dan pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang

akan dilakukan.

3. bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui, inspeksi,

pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai

untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Standar Pelaporan

a. laporan audit harus menyatakan, apakah laporan keuangan telah disusun

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan

keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi

tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

Page | 18

Page 19: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan

keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian

tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat

diberikan, maka alasanya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor

dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus, memuat

petunjuk yang jelas mengenai sifat audit yang dilaksanakan, jika ada dan

tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Pernyataan Standar Audit (PSA)

PSA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang

tercantum dalam standra auditing. PSA berisis ketentuan-ketentuan dan pedoman

utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan penugasan audit.

Kepatuhan terhadap PSA yang diterbiutkan oleh IAI ini bersifat wajib bagi anggota

IAI yang berpraktik sebagai akuntan publik. Termasuk didalam PSA adalah

interpretasi yang dikeluarkan IAI terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan

oileh IAI dalamdalamPSA dengan demikian, IPSA memberikan jawaban atas

pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam

PSA sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA.

Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi anggota IAI yang berpraktik sebagai

akuntan publik, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.

Standar Atestasi

Standar atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan

publik yang mencakup audit atas laporan keuangan historis, pemeiksaan atas laporan

keuangan prospektif, serta tipe perikatan atestasi lain yang memberikan keyakinan

yang lebih rendah (review, pemeriksaan, dan prosedur yang disepakati)

Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan rincian dalam bentuk pernyataan

standar atestasi (PSAT). Termasuk didalam PSAT adalah interpretasi PSAT

(IPSAT), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan dewn terhadap

ketentuan-ketentuan dalam PSAT. Tafsiran resmi bersifat mengikat bagi anggota

IAI yang berpraktek sebagai akuntan publik, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib

(mandatory).

Page | 19

Page 20: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Standar Jasa Akuntansi Dan Review

Memberikan rerangka untuk fungsi non atestasi bagi jasa akuntan publik

yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar jasa akuntansi dirinci dalam

bentuk pernyataan standar jasa akuntansi dan review (PSAR). Termasuk didalam

pernyataan standar jasa akuntansi dan review adalah interpretasi pernyataan standar

jasa akuntansi dan review (IPSAR), yang merupakan interpretasi resmi yang

dikelusrksan oleh dewan. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi anggota IAI yang

berpraktik sebagai akuntan publik, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib

(madatory)

Standar Jasa Konsultasi

Memberikan panduan bagi praktisi yang menyediakan jasa konsultasi bagi

kliennya melalui kantor akuntan publik. Jasa konsultasi pada hakekatnya berbeda

dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi,

para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keadaan suatu asersi tertulis

yang menjadi yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi. Dalam

jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi.

Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultasi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi

dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk

kepentingan klien.

Standar Pengendalian Mutu

Memberikan panduan bagi KAP didalam melaksanakan pengendalian

kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar

yang diterbitkan oleh dewan SPAP dan aturan etika kompartemen akuntan publik

IAI.

Kodifikasi standar pengendalian mutu terdiri dari:

a. Standar pengendalian mutu KAP

b. Perumusan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu

c. Standar pelaksanaan dan pelaporan review mutu

Unsur-Unsur Pengendalian Mutu

1. Independensi

Page | 20

Page 21: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

2. Penugasan personel

3. Konsultasi

4. Supervisi

5. Pemekerjaan

6. Pengembangan profesional

7. Promosi

8. Penerimaan dan berkelanjutan klien

9. Inspeksi

Audit Atas Laporan Keuangan

Audit atas laporan keuangan dilaksanakan untuk menetapkan apakah seluruh

laporan keuangan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya,

kriteria tersebut adalah pernyataan standar akuntansi keuangan, walaupun

merupakan hal yang umum untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan yang

dibuat dengan metode kas atau metode akuntansi lainnya yang cocok bagi organisasi

tersebut. Laporan keuangan seringkali mencakup: neraca, laba-rugi, perubahan

modal, laporan arus kas, termasuk pula catatan atas laporan keuangan. Dalam

menentukan apakah laporan keuangan dinyatakan dengan adil sesuai dengan GAAP,

auditor yang melakukan ujian yang tepat untuk menentukan apakah laporan itu

mengendung kesalahan bahan atau pernyataan salah lainnya.

Pendekatan terpadu kepada audit membahas baik risiko kesalahan dan

kontrol operasional yang dimaksudkan untuk mencegah keslahan. Pendekatan

terpadu ini makin meningkat menggabungkan pandangan strategis dari entitas

bisnis. Saat bisnis semakin rumit, tidaklah cukup untuk para auditor berfokus secara

sempit pada transaksi akuntansi. dalam pendekatan audit sistem strategis, auditor

harus memiliki pemahaman menyeluruh atas entitas dan lingkungannya.

Memahaman holistik tingkat tinggi ini meliputi pengetahuan tentang industri

klien, peraturannya, dan lingkuan operasionalnya, termasuk hubungan eksternal

seperti pemasok, pelanggan, dan kreditor. Sebagai tambahan, auditor

mempertimbangkan strategi bisnis klien dan memproses dan indikator ukuran untuk

faktor keberhasilan kritis yang berhubungan dengan strategi tersebut. Analisis ini

membantu auditor mengenali risiko yang terkait dengan strategi klien yang bisa

mempengaruhi apakah laporan keuangan dinyatakan dengan adil. Banyak dari

Page | 21

Page 22: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

ketrampilan yang diperlukan untuk pendekatan audit sisitem strategis yang seupa

dengan yang dibutuhkan untuk menyediakan jenis jasa keandalan lainnya yang biasa

memberikan nilai tambah kepada fungsi audit.

Audit Kepatuhan

Tujuan dari audit kepatuhan adalah untuk menentukan apakah klien telah

mengikuti, prosedur, tata cara, serta peraturan yang dibuat oleh otoritas yang lebih

tinggi. Audit kepatuhan pada urusan pribadi dapat mencakup pula penentuan apakah

staf akuntansi telah mematuhi peraturan-peraturan yang disusun oleh pengawas

perusahaan, peninjau tingkat upah apakah telah mematuhi aturan upah minimum,

atau menguji kontrak perjanjian dengan pihak bank serta pihak kreditur lainnya

untuk memastikan bahwa perusahaan itu telah mematuhi persyaratan-persyaratan

hukum yang ada.

Dalam mengaudit unit organisasi pemerintah, seperti sekolahan negeri di

daerah terdapat suatu lingkup audit kepatuhan yang cukup luas akibat dari adanay

aturan-aturan yang ekstensif dari otoritas pemerintah yang lebih tinggi. Pada

kenyataannya, untuk setiap organisasi baik swasta maupun organisasi nirlaba,

terdapat sejumlah kebijakan, perjanjian, serta persyaratan hukum yang menentukan

yang berpotensi sebagai penyebab dilaksanakannya suatu audit kepatuhan.

Temuan audit kepatuhan umumnya disampaikan pada seseorang didalam

unti organisasi yang diaudit dari pada disampaikan pada suatu lingkup pengguna

yang lebih luas. Manajemen, kebalikan dari pihak luar, merupakan pihak utama

yang paling menaruh perhatian pada prosedur-prosedur seta peraturan-peraturan

yang berlaku. Sebagai akibatnya, suatu proporsi yang signifikan dari audit jenis ini

dilaksanakan oleh auditor yang dipekerjakan pada unit organisasi itu sendiri.

Tetapi bagaimanapun terdapat beberapa pengecualian. Ketika suatu

organisasi ingin memutuskan, apakah para individu atau organisasi yang ada telah

mematuhi aturan yang ditetapkan, maka auditor akan dipekerjakan oleh organisasi

tersebut untuk menerbitkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi.

Audit Kinerja Atau Audit Operasional

Page | 22

Page 23: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Audit kinerja adalah tinjauan atas bagian tertentu dari prosedur serta metode

operasional organisasi tertentu yang bertujuan mengevaluasi efisiensi serta

efektifitas prosedur serta metode tersebut. Pada saat audit operasional selesai

dilaksanakan, manajemen biasanya akan mengharapkan sejumlah rekomendasi

untuk meningkatkan kegiatan operasionalnya.

Pengukuran Kinerja

Sasaran Akuntansi Pemerintahan (pernyataan No.1 NCGA) Adalah:

a. penetapan dan peramalan arus kas masuk dan mengkalkulasi sumber daya

pemerintah dalam jangka pendek.

b. Penetapan dan peramalan kondisi keuangan pemerintah.

c. Mengawasi kinerja disesuaikan dengan peraturan, perjanjian, dan kontrak

dengan pihak lain.

d. Perencanaan penganggaran dan peramalan dampak akses dan alokasi sumber

daya untuk mencapai sasaran operasional.

e. Evaluasi kinerja operasional dan pengelolaan.

f. Mengkomunikasikan informasi relevan untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan.

Standar audit yang dapat digunakan secara nasional sudah merupakan

kebutuhan yang mendesak dalam dalam era globalisasi ini. Standar audit merupakan

patokan untuk melakukan audit atas semua kegiatan pemerintah yang meliputi

pelaksanaan APBN, APBD, pelaksanaan anggaran tahunan BUMD dan BUMN

serta kegiatan yayasan yang didirikan oleh pemerintah, BUMD, BUMN, atau badan

hukum lain dimana terdapat kepentingan keuangan negara atau penerima bantuan

pemrintah.

Standar Audit Pemerintahan (SAP) Meliputi:

1. standar umum.

2. standar pekerjaan lapangan audit kinerja.

3. standar pelaporan audit kinerja.

Prosedur Audit Kinerja

Page | 23

Page 24: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

a. sasaran audit, luas dan metodologi.

b. Kriteria pengukuran kinerja.

c. Koordinasi dengan auditor pemerintah lain jika dibutuhkan.

d. Pengetahuan dan kemampuan staf audit.

e. Kepatuhan dengan hukum dan peraturan, serta aturan lain.

f. Pengukuran pengendalian intern.

Program Audit Mencakup Hal-Hal Berikut Ini

1. Pendahuluan dan latar belakang informasi mencakup pihak berwenang dalam

entitas yang diaudit, sejarah dan sarana, lokasi penting informasi lain yang

dibutuhkan untuk menyususn progran audit.

2. tujuan audit.

3. laporan pekerjaan audit.

4. metode audit yang digunakan seharusnya digambarkan secara jelas.

5. penjelasan pola khusus yang digunakan organisasi yang diaudit.

6. beberapa instruksi khusus yang diperlukan untuk melengkapi audit.

7. format umum laporan audit.

Komponen Audit Kinerja Adalah

a. identifikasi lingkungan manajemen

b. perencanaan dan penetapan tujuan.

c. Struktur organisasi.

d. Kebijakan dan pelaksanaan.

e. Sistem dan prosedur.

f. Pengendalian dan metode pengendalian.

g. Sumberdaya manusia dan lingkungan fisik.

h. Pelaksanaan penetapan karyawan.

i. Analisis fiskal.

j. Integrasi masalah khusus.

Standar Audit Pemerintahan (Standar Pemeriksaan Keuangan Negara)

Page | 24

Page 25: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Standar Pemeriksaan merupakan patokan bagi para pemeriksa dalam

melakukan tugas pemeriksaannya. Seiring dengan perkembangan teori

pemeriksaan, dinamika masyarakat yang menuntut adanya transparansi dan

akuntabilitas, serta kebutuhan akan hasil pemeriksaan yang bernilai tambah

menuntut BPK menyempurnakan standar audit pemerintahan (SAP) 1995. SAP

1995 dirasa tidak dapat memenuhi tuntutan dinamika masa kini. Terlebih lagi sejak

adanya reformasi konstitusi di bidang pemeriksaan maka untuk memenuhi amanat

Pasal 5 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Pasal 9 ayat (1) huruf

e Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,

BPK harus menyusun standar pemeriksaan yang dapat menampung hal

tersebut.

SPKN ditetapkan dan diundangkan pada tanggal yang berbeda. SPKN

ditetapkan pada tanggal 17 Januari 2007 dan diundangkan

Sektor publik lebih luas daripada pemerintahan. Dengan demikian, akuntansi

pemerintahan adalah bagian dari akuntansi sektor publik.

SPKN berlaku untuk lingkup keuangan negara (lihat pasal 1 UU No.

1/2004). Padahal yang dimaksud dengan keuangan negara “hanya”

mencakup APBN dan APBD. Bagaimana dengan sektor publik yang lain

seperti rumah sakit, yayasan, LSM, dll.

SPKN adalah standar, bukan sistem.

Ada beberapa karakteristik SPKN, yakni: (1) Merupakan harmonisasi dari

berbagai peraturan perundangan yang berkaitan dengan keuangan negara. (2)

Bukan sesuatu yang langsung benar, atau hanya bersifat benar sementara,

sehingga mengalami pembaharuan sepanjang waktu. (3) Menggunakan

paradigma multidimensi.

SPKN lebih kompleks daripada SPAP (Standar Akuntansi Pemerintahan),

karena juga mencakup Standar Tambahan dikurangi dengan pengecualian.

Artinya, SPKN = SPAP + Standar Tambahan – Pengecualian.

Opini tidak memberikan sanksi apa-apa kepada Kepala Daerah yang

memperoleh opini Tidak Wajar atau Disclaimer karena opini sebenarnya

bukan untuk penentuan sanksi, tetapi sebagai tambahan informasi tentang

“kewajaran” laporan keuangan.

Page | 25

Page 26: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Ada beberapa istilah dalam audit sektor privat yang tidak dikenal di audit

sektor publik (SPKN), seperti audit, auditor, pekerjaan lapangan, dll.

BPK dapat dibantu oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk melakukan

audit terhadap laporan keuangan daerah (LKPD).

Tidak semua pemeriksa BPK bergelar akuntan. Hal ini disiasati dengan cara

menggunakan KAP untuk melakukan pemeriksaan.

BPK tidak hanya sebagai pemeriksa, tetapi juga melakukan pekerjaan lain

(dengan catatan hartus independen), seperti memberikan pertimbangan

terhadap terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Sistem

Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP), dan peraturan perundangan

lainnya terkait dengan keuangan negara.

Untuk pelaksanaan SPKN yang efektif, unit pemerintahan yang diaudit

haruslah: (1) memiliki SDM yang handal, (2) Infrastrutkur yang memadai,

dan (3) Organisasi yang mapan.

PERTEMUAN 4

ETIKA PROFESIONAL

Page | 26

Page 27: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

1.Pendahuluan

Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan adanya aturan-aturan yang

mengatur perilaku mereka dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Aturan-

aturan yang digunakan untuk mengatur perilaku manusia tersebut disebut dengan

norma. Norma-norma yang berkembang di masyarakat diantaranya yaitu norma

agama, norma hukum, norma kesopanan, dan norma kesusilaan. Selain itu kita juga

mengenal istilah etika, yaitu serangkaian prinsip atau nilai-nilai moral yang

digunakan dalam mengarahkan tingkah laku manusia dalam kehidupan sosialnya.

Perilaku beretika itu harus djalankan oleh setiap individu dalam semua aspek

kehidupan supaya tercipta kehidupan sosisal yang nyaman dan harmonis. Begitu

pula dengan bidang profesi atau pekerjaan yang ada, semuanya memilki peraturan-

peraturan atau etika untuk mengatur hubungan mereka dengan masyarakat pengguna

jasanya. Etik merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan

bertindaknya seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat

sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan

seseorang. Etik dapat pula diartikan sebagai suatu sopan santun atau tatanan moral

dalam suatu profesi atau jabatan. Etik yang telah disepakati bersama oleh anggota

suatu profesi dsebut dengan kode etik profesi.Etik profesi berhubungan dengan

kebebasan disiplin pribadi dan integritas moral dari orang yanag ahli.

Dalam kaitannya dengan profesi akuntan publik, bidang profesi ini juga

memilki kode etik yang digunakan sebagai pedoman atau landasan dalam

menjalankan tanggung jawab profesinya kepada masyarakat, klien, rekan praktisi,

dsb. Aktivitas profesional dari akuntan publik daitur oleh Kode Etika Profesional

AICPA (American Institute Of Certified Public Accountants). Kode Etik AICPA

menjadi standar umum perilaku yang ideal dan menjadi peraturan khusus tentang

perilaku yang harus dilakukan oleh akuntan publik. Kode etik ini terdiri dari empat

bagian : prinsip-prinsip, peraturan etika, interpretasi atas peratura etika, dan kaidah

etika. Di Indonesia sendiri kode etik ini dinamakan dengan Kode Etik Akuntan

Indonesia. Peraturan kode etik lainnya juga dirancang untuk mempertahankan

kepercayaan publik atas profesi tersebut.

2.Etika Profesi

Page | 27

Page 28: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus

memiliki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip–prinsip moral yang

mengatur tentang perilaku profesional (Agoes 2004). Tanpa etika, profesi akuntan

tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia informasi untuk

proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis.

Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu

profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para

anggotanya (Murtanto dan Marini 2003). Dalam hal etika, sebuah profesi harus

memiliki komitmen moral yang tinggi yang dituangkan dalam bentuk aturan khusus.

Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi

tersebut, yang biasa disebut sebagai kode etik. Kode etik harus dipenuhi dan ditaati

oleh setiap profesi yang memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat dan

merupakan alat kepercayaan bagi masyarakat luas.

Etika profesi yang dimaksud pada penulisan ini adalah Kode Etik Akuntan

Indonesia, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan publik

dengan kliennya, antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya dan antara profesi

dengan masyarakat. Etika profesi terdiri dari lima dimensi yaitu kepribadian,

kecakapan profesional, tangung jawab, pelaksanaan kode etik, penafsiran dan

penyempurnaan kode etik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap profesional wajib

mentaati etika profesinya terkait dengan pelayanan yang diberikan apabila

menyangkut kepentingan masyarakat luas. Agoes (2004) menunjukkan kode etik

IAPI dan aturan etika Kompartemen Akuntan Publik, standar profesi akuntan publik

(SPAP) dan standar pengendalian mutu auditing merupakan acuan yang baik untuk

mutu auditing. Semakin tinggi akuntan publik menaati kode etik maka semakin baik

pula pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan uraian tersebut, maka contoh

kasus hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

2.1 Pengertian Etika

1. Menurut Kamus Besar Bhs. Indonesia (1995) Etika adalah Nilai mengenai

benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat

2. Etika adalah Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan

kewajiban moral

Page | 28

Page 29: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

3. Menurut Maryani & Ludigdo (2001) “Etika adalah Seperangkat aturan atau

norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus

dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok

atau segolongan masyarakat atau profesi”

Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang berarti adat

istiadat/ kebiasaan yang baik Perkembangan etika yaitu Studi tentang kebiasaan

manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang

menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya

2.1.1 Fungsi Etika

1. Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan pelbagai

moralitas yang membingungkan.

2. Etika ingin menampilkanketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk

berargumentasi secara rasional dan kritis.

3. Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam

suasana pluralisme

2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika :

1. Kebutuhan Individu

2. Tidak Ada Pedoman

3. Perilaku dan Kebiasaan Individu Yang Terakumulasi dan Tak Dikoreksi

4. Lingkungan Yang Tidak Etis

5. Perilaku Dari Komunitas

2.1.3 Sanksi Pelanggaran Etika :

1. Sanksi Sosial

Skala relatif kecil, dipahami sebagai kesalahan yangdapat ‘dimaafkan’

2. Sanksi Hukum

Skala besar, merugikan hak pihak lain.

2.1.4 Jenis-jenis Etika

1. Etika umum yang berisi prinsip serta moral dasar

Page | 29

Page 30: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

2. Etika khusus atau etika terapan yang berlaku khusus.

Etika khusus ini masih dibagi lagi menjadi etika individual dan etika sosial.

Etika sosial dibagi menjadi:

o Sikap terhadap sesama;

o Etika keluarga

o Etika profesi misalnya etika untuk pustakawan, arsiparis, dokumentalis,

pialang informasi

o Etika politik

o Etika lingkungan hidupserta

o Kritik ideologi Etika adalah filsafat atau pemikiran kritis rasional tentang

ajaran moral sedangka moral adalah ajaran baik buruk yang diterima

umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dsb. Etika selalu dikaitkan

dengan moral serta harus dipahami perbedaan antara etika dengan

moralitas.

2.2 Perilaku Etika dalam Bisnis

Etika dan integritas merupakan suatu keinginan yang murni dalam

membantu orang lain. Kejujuran yang ekstrim, kemampuan untuk mengenalisis

batas-batas kompetisi seseorang, kemampuan untuk mengakui kesalahan dan belajar

dari kegagalan.

Kompetisi inilah yang harus memanas belakangan ini. Kata itu

mengisyaratkan sebuah konsep bahwa mereka yang berhasil adalah yang mahir

menghancurkan musuh-musuhnya. Banyak yang mengatakan kompetisi lambang

ketamakan. Padahal, perdagangan dunia yang lebih bebas dimasa mendatang justru

mempromosikan kompetisi yang juga lebih bebas.

Lewat ilmu kompetisi kita dapat merenungkan, membayangkan eksportir

kita yang ditantang untuk terjun ke arena baru yaitu pasar bebas dimasa mendatang.

Kemampuan berkompetisi seharusnya sama sekali tidak ditentukan oleh ukuran

besar kecilnya sebuah perusahaan. Inilah yang sering dikonsepkan berbeda oleh

penguasa kita.

Jika kita ingin mencapai target ditahun 2000, sudah saatnya dunia bisnis kita

mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika, yang terlihat

Page | 30

Page 31: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

perjalanan yang seiring dan saling membutuhkan antara golongan menengah

kebawah dan pengusaha golongan atas.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

antara lain yaitu pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial,

mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep

pembangunan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan

persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan,

menghindari sikap 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)

mampu mengatakan yang benar itu benar, dll.

Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesadaran semua

pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu dapat dikurangi, serta kita

optimis salah satu kendala dalam menghadapi era globalisasi pada tahun 2000 an

dapat diatasi.

a. Moral Dalam Dunia Bisnis

Sejalan dengan berakhirnya pertemuan para pemimpin APEC di Osaka

Jepang dan dengan diperjelasnya istilah untuk menjadikan Asia Pasifik ditahun 2000

menjadi daerah perdagangan yang bebas sehingga baik kita batas dunia akan

semakin "kabur" (borderless) world. Hal ini jelas membuat semua kegiatan saling

berpacu satu sama lain untuk mendapatkan kesempatan (opportunity) dan

keuntungan (profit). Kadang kala untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan

tadi, memaksa orang untuk menghalalkan segala cara mengindahkan ada pihak yang

dirugikan atau tidak.

Dengan kondisi seperti ini, pelaku bisnis kita jelas akan semakin berpacu

dengan waktu serta negara-negara lainnya agar terwujud suatu tatanan

perekonomian yang saling menguntungkan. Namun perlu kita pertanyakan apakah

yang diharapkan oleh pemimpin APEC tersebut dapat terwujud manakala masih ada

bisnis kita khususnya dan internasional umumnya dihinggapi kehendak saling

"menindas" agar memperoleh tingkat keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang

merupakan tantangan bagi etika bisnis kita.

Jika kita ingin mencapai target pada tahun 2000 an, ada saatnya dunia bisnis

kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika, yang terlihat

Page | 31

Page 32: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

perjalanan yang seiring dan saling membutuhkan antara golongan menengah

kebawah dan pengusaha golongan keatas. Apakah hal ini dapat diwujudkan ?

Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama

dan budaya, artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi oleh

ajaran serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap agama

mengajarkan pada umatnya untuk memiliki moral yang terpuji, apakah itu dalam

kegiatan mendapatkan keuntungan dalam ber-"bisnis". Jadi, moral sudah jelas

merupakan suatu yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif bagi kedua

belah pihak. Umpamanya, dalam melakukan transaksi, jika dilakukan dengan jujur

dan konsekwen, jelas kedua belah pihak akan merasa puas dan memperoleh

kepercayaan satu sama lain, yang pada akhirnya akan terjalin kerja sama yang erat

saling menguntungkan.

Moral dan bisnis perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis yang benar-benar

menjamin tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen. Kenapa hal

perlu ini dibicarakan?

Isu yang mencuat adalah semakin pesatnya perkembangan informasi tanpa

diimbangi dengan dunia bisnis yang ber "moral", dunia ini akan menjadi suatu rimba

modern yang di kuat menindas yang lemah sehingga apa yang diamanatkan UUD

1945, Pasal 33 dan GBHN untuk menciptakan keadilan dan pemerataan tidak akan

pernah terwujud.

Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran agama dan

budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan hubungan dengan orang

sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya pada agama

akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis. Berdasarkan ini

sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk suatu

peraturan (rule) yang ditetapkan oleh pihak-pihak tertentu. Moral harus tumbuh dari

diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya dan dimiliki

harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Etika Dalam Dunia Bisnis

Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan

kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan

secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan

Page | 32

Page 33: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan

bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.

Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat

membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji

(good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis

sudah

tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta

kelompok yang terkait lainnya. Mengapa ?

Dunia bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan antara pengusaha

dengan pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional.

Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan

yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat

maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika

sementara pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada

pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika,

jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa

diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang

menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu

pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak

merugikan siapapun dalam perekonomian.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

antara lain ialah

1. Pengendalian diri

Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan

diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan

dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan

keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan menggunakan

keuntungan dengan jalan main curang dan menakan pihak lain dan menggunakan

keuntungan tersebut walaupun keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis,

tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya.

Inilah etika bisnis yang "etis".

2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)

Page | 33

Page 34: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan

hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih

kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis

untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand

harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak

memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi,

dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan

memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya.

3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh

pesatnya perkembangan informasi dan teknologi

Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi

informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian

bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya

tranformasi informasi dan teknologi.

4. Menciptakan persaingan yang sehat

Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan

kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya,

harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah

kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan

spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan

persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.

5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"

Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat

sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang.

Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan

keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan

dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk

memperoleh keuntungan besar.

Page | 34

Page 35: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan

Komisi)

Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin

tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala

bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang

mencemarkan nama bangsa dan negara.

7. Mampu menyatakan yang benar itu benar

Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit

(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan

"katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang

salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan

"komisi" kepada pihak yang terkait.

8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan

golongan pengusaha kebawah

Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling percaya

(trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar

pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang

sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak

golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada

pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.

9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati

bersama

Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana

apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut.

Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada "oknum",

baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan

"kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan

"gugur" satu semi satu.

10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang

telah disepakati

Page | 35

Page 36: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan

suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.

11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum

positif yang berupa peraturan perundang-undangan

Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti

"proteksi" terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral

dan beretika saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak

apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi ini.

Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis serta kesadaran semua

pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu akan dapat diatasi, serta optimis

salah satu kendala dalam menghadapi tahun 2000 dapat diatasi.

2.3 Perilaku Etika dalam Profesi Akuntansi

Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah

sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum

perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara

berkembang sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan modal dari

pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul berbagai

perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang modalnya berasal dari

masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan berkembang. Dari profesi

akuntan publik inilah masyarakat kreditur dan investor mengharapkan penilaian

yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan oleh manajemen perusahaan.

Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu

jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa

profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil

keputusan. Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan (examination), review, dan

prosedur yang disepakati (agreed upon procedure). Jasa atestasi adalah suatu

pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang

apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria

yang telah ditetapkan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan

publik yang di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif,

Page | 36

Page 37: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang

dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa

konsultasi.

Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi,

dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut

dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada

pemakai yang berkepentingan. Ditinjau dari sudut auditor independen, auditing

adalah pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau

organisasi yang lain dengan, tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

tersebut menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan atau

organisasi tersebut.

Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat

keandalan laporan keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan

memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan

alokasi sumber-sumber ekonomi.

Tindakan earnings management telah menimbulkan beberapa kasus skandal

pelaporan akuntansi dalam dunia bisnis, antara lain Enron, Merck, World Com dan

mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett, Marcuss, Saunders dan

Tehranian, 2006). Selain itu, di Indonesia juga terjadi hal serupa, seperti PT. Lippo

Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial

reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Gideon, 2005).

Dari beberapa contoh kasus tersebut di atas, maka sangat relevan bila ditarik

suatu pertanyaan tentang bagaimana efektivitas penerapan corporate governance.

Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan

efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan anta ra manajemen

perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya.

Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan

sasaran -sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik

monit oring kinerja (Deni, Khomsiyah dan Rika, 2004).

Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan

tersebut dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan

untuk menyelaraskan (alignment) berbagai kepenti ngan tersebut. Pertama, dengan

Page | 37

Page 38: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial

ownership) (Jensen dan Meckling, 1976), sehingga kepentingan pemilik atau

pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer. Kedua,

kepemilikan saham oleh investor institusional. Moh’d et al. (1998) dalam Pratana

dan Mas’ud (2003) menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang

dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi

manajer untuk mengatur laba menjadi berku rang. Ketiga, melalui peran monitoring

oleh dewan komisaris (board of directors) serta memaksimalkan fungsi komite audit

yang ada dalam perusahaan. Dechow et al. (1996) dan Beasly (1996) menemukan

hubungan yang signifikan antara peran dewan komisaris denga n pelaporan

keuangan. Selain itu juga ditemukan bahwa ukuran dan independensi dewan

komisaris mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitor proses pelaporan

keuangan.

Laporan Audit

Laporan audit merupakan alat yang digunakan oleh auditor untuk

mengkomunikasikan hasil auditnya kepada masyarakat. Oleh karena itu, makna

setiap kalimat yang tercantum dalam laporan audit baku dapat digunakan untuk

mengenal secara umum profesi akuntan publik.

Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf, yaitu paragraf pengantar,

paragraf lingkup, dan paragraf pendapat. Paragraf pengantar berisi objek yang

diaudit oleh auditor dan penjelasan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab

auditor. Paragraf lingkup berisi pernyataan ringkas mengenai lingkup audit yang

dilaksanakan oleh auditor, dan paragraf pendapat berisi pernyataan ringkas

mengenai pendapat auditor tentang kewajaran laporan keuangan auditan.

Paragraf pendapat digunakan oleh auditor untuk menyatakan pendapatnya

atas kewajaran laporan keuangan auditan, berdasarkan kriteria prinsip akuntansi

berterima umum di Indonesia dan konsistensi penerapan prinsip akuntansi tersebut

dalam tahun yang diaudit dibanding dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut

dalam tahun sebelumnya. Ada empat kemungkinan pernyataan pendapat auditor,

yaitu:

1. auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion);

2. auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion;

Page | 38

Page 39: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

3. auditor menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion);

4. auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion atau no

opinion).

Standar umum mengatur persyaratan pribadi auditor. Kelompok standar ini

mengatur keahlian dan pelatihan teknis yang harus dipenuhi agar seseorang

memenuhi syarat untuk melakukan auditing, sikap mental independen yang harus

dipertahankan oleh auditor dalam segala hal yang bersangkutan dengan pelaksanaan

perikatannya, dan keharusan auditor menggunakan kemahiran profesionalnya

dengan cermat dan seksama.

Ada tiga tipe auditor menurut lingkungan pekerjaan auditing, yaitu auditor

independen, auditor pemerintah, dan auditor intern. Auditor independen adalah

auditor profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam

bidang audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya. Auditor

pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang

tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan

oleh unit-unit organisasi dalam pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan

yang ditujukan kepada pemerintah. Auditor intern adalah auditor yang bekerja

dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas

pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh

manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan

terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur

kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh

berbagai bagian organisasi.

Ada tiga tipe auditing, yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan

audit operasional.

Tipe Audit dan Auditor

Ada tiga tipe auditing, yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan

audit operasional. Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor

independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk

menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Audit

kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan kepatuhan entitas yang

diaudit terhadap kondisi atau peraturan tertentu. Audit operasional merupakan

Page | 39

Page 40: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

review secara sistematik atas kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dengan

tujuan untuk; (1) mengevaluasi kinerja, (2) mengidentifikasi kesempatan untuk

peningkatan, (3) membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut

Ada tiga tipe auditor menurut lingkungan pekerjaan auditing, yaitu auditor

independen, auditor pemerintah, dan auditor intern. Auditor independen adalah

auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama

dalam bidang audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya. Auditor

pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah, yang

tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan

oleh unit-unit organisasi dalam pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan

yang ditujukan kepada pemerintah. Auditor intern adalah auditor yang bekerja

dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta), yang tugas

pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh

manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan

terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur

kegiatan organisasi, dan menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh

berbagai bagian organisasi.

2.4 Etika Profesional Profesi Akuntan Publik

Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap

mutu jasa akuntan publik akan menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut

menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang

dilakukan oleh anggota profesinya. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik

merupakan etika profesional bagi akuntan yang berpraktik sebagai akuntan publik

Indonesia. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik bersumber dari Prinsip Etika

yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam konggresnya tahun 1973,

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan kode etik bagi

profesi akuntan Indonesia, kemudian disempurnakan dalam konggres IAI tahun

1981, 1986,1994, dan terakhir tahun 1998. Etika profesional yang dikeluarkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia dalam kongresnya tahun 1998 diberi nama Kode Etik

Ikatan Akuntan Indonesia.

Page | 40

Page 41: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan

publik, yang menyediakan berbagai jenis jasa yang diatur dalam Standar Profesional

Akuntan Publik, yaitu auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa konsultansi.

Auditor independen adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit atas

laporan keuangan historis yang menyediakan jasa audit atas dasar standar auditing

yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik. Kode Etik Ikatan

Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika Kompartemen Akuntan Publik untuk

mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI yang berpraktik dalam profesi

akuntan publik.

2.5 Aturan Etika Profesi Akuntansi IAI

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan

bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di

lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia

pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya. .

Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar

profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi

kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan terse but terdapat empat

kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:

Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.

• Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan

oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.

• Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari

akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.

• Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat

kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian: (1) Prinsip Etika, (2)

Aturan Etika, dan (3) Interpretasi Aturan Etika. Prinsip Etika memberikan kerangka

dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional

oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh

anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan

hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika

Page | 41

Page 42: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan

setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan

lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk

membatasi lingkup dan penerapannya.

Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi

dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk

menggantikannya.

Kepatuhan

Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam

masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan

sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya

pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh

adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila

diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya.

Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh

badan pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya

untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

HA: Etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat

materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

Diketahui :

Variabel : Etika profesi

B : 0,233

t : 3,205

p-value : 0,002

Tolerance : 0,528

VIF : 1,896

Hasil pengujian hipotesis HA terlihat pada koefisien etika profesi yang bernilai

positif (0,233) dan signifikan pada p-value dibawah 0,01 (p=0,002) seperti yang

terlihat pada keterangan di atas sehingga hipotesis HA terbukti. Hasil pengujian

hipotesis HA menunjukkan bahwa etika profesi berpengaruh secara positif terhadap

Page | 42

Page 43: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

pertimbangan tingkat materialitas. Terbuktinya hipotesis HA konsisten dengan hasil

penelitian Agoes (2004) yang memberikan bukti empiris bahwa semakin tinggi

akuntan publik metaati kode etik semakin baik pula pertimbangan tingkat

materialitasnya. Semakin tinggi ketaatan akuntan publik akan kode etik semakin

baik pula pertimbangan tingkat materialitasnya dalam melaksanakan audit laporan

keuangan.

3. Kewajiban dan Larangan Akuntan Publik

♥ Kewajiban

Terdapat 5 (lima) kewajiban Akuntan Publik dan KAP yaitu, Pertama, bebas dari

kecurangan (fraud), ketidakjujuran dan kelalaian serta menggunakan kemahiran

jabatannya (due professional care) dalam menjalankan tugas profesinya. Kedua,

menjaga kerahasiaan informasi / data yang diperoleh dan tidak dibenarkan

memberikan informasi rahasia tersebut kepada yang tidak berhak. Pembocoran

rahasia data / informasi klien kepada pihak ketiga secara sepihak merupakan

tindakan tercela. Ketiga, menjalankan PSPM04-2008 tentang Pernyataan Beragam

(Omnibus Statement) Standar Pengendalian Mutu (SPM) 2008 yang telah ditetapkan

oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik (DSPAP) Institut Akuntan Publik

Indonesia (IAPI), terutama SPM Seksi 100 tentang Sistem Pengendalian Mutu

Kantor Akuntan Publik (SPM-KAP). Keempat, mempunyai staf / tenaga auditor

yang profesional dan memiliki pengalaman yang cukup. Para auditor tersebut harus

mengikuti Pendidikan Profesi berkelanjutan (Continuing Profesion education)

sebagai upaya untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam

bidang audit dan proses bisnis (business process). Dalam rangka peningkatan

kapabilitas auditor, organisasi profesi mensyaratkan pencapaian poin (SKP) tertentu

dalam kurun / periode waktu tertentu. Hal ini menjadi penting, karena auditor harus

senantiasa mengikuti perkembangan bisnis dan profesi audit secara terus menerus.

Kelima, memiliki Kertas Kerja Audit (KKA) dan mendokumentasikannya dengan

baik. KKA tersebut merupakan perwujudan dari langkah-langkah audit yang telah

dilakukan oleh auditor dan sekaligus berfungsi sebagai pendukung (supporting) dari

temuan-temuan audit (audit evidence) dan opini laporan audit (audit report). KKA

sewaktu-waktu juga diperlukan dalam pembuktian suatu kasus di sidang pengadilan.

Page | 43

Page 44: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

♥ Larangan

Akuntan Publik dilarang melakukan 3 (tiga) hal. Pertama, dilarang memberikan jasa

audit umum atas laporan keuangan (general audit) untuk klien yang sama berturut-

turut untuk kurun waktu lebih dari 3 tahun. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah

terjadinya kolusi antara Akuntan Publik dengan klien yang merugikan pihak lain.

Kedua, apabila Akuntan Publik tidak dapat bertindak independen terhadap pemberi

penugasan (klien), maka dilarang untuk memberikan jasa. Ketiga, Akuntan Publik

juga dilarang merangkap jabatan yang tidak diperbolehkan oleh ketentuan

perundang-undangan / organisasi profesi seperti sebagai pejabat negara, pimpinan

atau pegawai pada instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau swasta, atau badan hukum lainnya,

kecuali yang diperbolehkan seperti jabatan sebagai dosen perguruan tinggi yang

tidak menduduki jabatan struktural dan atau komisaris atau komite yang

bertanggung jawab kepada komisaris atau pimpinan usaha konsultansi manajemen.

Sedangkan, KAP harus menjauhi 4 (empat) larangan. Pertama, memberikan jasa

kepada suatu pihak, apabila KAP tidak dapat bertindak independen. Kedua,

memberikan jasa audit umum (general audit) atas laporan keuangan untuk klien

yang sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari 5 (lima) tahun. Ketiga,

memberikan jasa yang tidak berkaitan dengan akuntansi, keuangan dan manajemen.

Dan keempat, mempekerjakan atau menggunakan jasa Pihak Terasosiasi yang

menolak atau tidak bersedia memberikan keterangan yang diperlukan dalam rangka

pemeriksaan terhadap Akuntan Publik dan KAP.

Tindakan Melawan Hukum

Setiap pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari pelanggaran Akuntan

Publik dan KAP dalam memberikan jasanya, dapat menuntut ganti rugi secara

perdata kepada Akuntan Publik maupun KAP. Selain perdata, Akuntan Publik dan

KAP juga dapat dituntut dalam pelanggaran pidana yaitu, pertama memberikan

pernyataan yang tidak benar, dan atau dokumen palsu atau yang dipalsukan untuk

mendapatkan dan atau memperbarui izin akuntan publik. Kedua, melakukan

kecurangan (fraud), ketidakjujuran, atau kelalaian dalam memberikan jasanya baik

untuk kepentingan/ keuntungan Akuntan Publik, klien, ataupun pihak lain atau

mengakibatkan kerugian pihak lain. Ketiga, menghancurkan dan atau

Page | 44

Page 45: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

menghilangkan kertas kerja dan atau dokumen lain yang berkaitan dengan

pemberian jasanya untuk kepentingan/keuntungan KAP, klien, ataupun pihak lain,

atau mengakibatkan kerugian pihak lain. Apabila Akuntan Publik atau KAP

melanggar Standar Auditing (SA) dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)

dalam audit terhadap Laporan Keuangan suatu perusahaan (klien), maka Pemerintah

dapat mencabut izin praktik KAP tersebut melalui Keputusan Menteri Keuangan.

Selama masa pembekuan izin, KAP tersebut dilarang memberikan jasa akuntan,

yang meliputi jasa atestasi yang termasuk audit umum atas laporan keuangan, jasa

pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif dan jasa pemeriksaan atas pelaporan

informasi keuangan proforma. Selain itu, yang bersangkutan juga dilarang

memberikan jasa audit lainnya serta jasa yang berkaitan dengan akuntansi,

keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan

kompetensi Akuntan Publik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

CORPORATE GOVERNANCE

Hakikat corporate governance dapat ditelusuri melalui dua sisi, yaitu

dimensi teoritis-akademis dan praktik-historis (Tim BPKP, 2003). Berdasarkan

dimensi teoritis-akademis CG muncul dari konsep awal adanya pemisahan antara

financial provider (pemegang saham) dan manajemen. Konsep ini melahirkan teori

keagenan seperti yang dikemukakan oleh Jensen and Meckling (1976). Masalah

keagenan timbul karena perbedaan kepentingan dan asimetri informasi antara

pemegang saham dan manajemen serta pihak-pihak lain yang berkepentingan, serta

ketidakmampuan menulis kontrak yang lengkap untuk seluruh agen/kelompok (Hart,

1995). Asimetri informasi menciptakan masalah bahaya moral (moral hazard) ketika

manager mempunyai insentif untuk mengejar kepentingannya sendiri atas biaya

pemegang saham. Asimetri informasi juga menciptakan masalah adverse selection

ketika investor tidak dapat melihat nilai ekonomi perusahaan yang benar. Informasi

tidak sempurna mengenai kualitas manajemen dan nilai ekonomi perusahaan

menghasilkan risiko keagenan lebih besar yang dibebankan pada pemegang saham.

Investor rasional meminta premium karena menanggung risiko keagenan, yang

secara efektif meningkatkan biaya modal perusahaan (Asbahbaugh, 2004).

Terminologi corporate governance muncul sebagai alat, mekanisme dan

struktur yang dipakai untuk mengecek perilaku managerial yang self-

Page | 45

Page 46: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

serving/menguntungkan diri sendiri (John dan Senbet, 1998), membatasi perilaku

opportunistic manager, memperbaiki kualitas informasi perusahaan (Asbahbaugh,

2004) dan menata hubungan antara semua pihak agar kepentingannya dapat

terakomodasi secara seimbang. (Tim BPKP, 2005). Intraksi kepentingan yang tertata

dalam suatu perusahaan juga memerlukan niat, kepercayaan, integritas upaya yang

sungguh-sungguh dan kemauan dari seluruh penyelenggara perusahaan Tujuan

mengecek perilaku self-serving adalah untuk meningkatkan efisiensi operasional

perusahaan. Alat yang digunakan untuk mengurangi perilaku self-serving dan

memperbaiki akuntabilitas tidak dapat efisisen, jika alat tersebut menghambat

perbaikan kinerja perusahaan.

Berdasarkan dimensi praktis-historis, berbagai peristiwa yang dialami dunia

bisnis baik di luar negeri maupun di dalam negeri telah mendorong praktik

corporate governance yang baik. Peristiwa tersebut adalah stock market crash pada

tahun 1929 di Amerika Serikat, krisis keuangan Saving & Loan, skandal Bank of

Credit and Commerce International, demokratisasi di berbagai negara dan krisis di

Asia pada awal tahun 1997.

Keberhasilan dari praktik corporate governance perusahaan publik tidak

terlepas dari adanya sebuah peraturan. Ada tiga tantangan fundamental yang saat ini

dihadapi oleh pembuat peraturan publik (Coglianese dkk., 2004). Pertama adalah

siapa yang seharusnya membuat peraturan, pemerintah atau self-regulation seperti

NYSE, NASD atau BEJ. Tantangan kedua adalah bagaimana mengaturnya. Pembuat

peraturan menghadapi dua pilihan yaitu membuat prinsip atau peraturan corporate

governance. Tantangan ketiga adalah bagaimana caranya agar prinsip atau peraturan

tersebut dilaksanakan. Semua pilihan ada kelebihan dan kekurangannya. Analisis

yang lebih mendalam perlu dilakukan untuk memilih berbagai alternatif tersebut

agar penerapan corporate governance dapat mencapai tujuannya. Apalagi di

Indonesia terbukti penerapannya secara signifikan tidak mengurangi manipulasi laba

yang dilakukan oleh menajemen (Sulistyanto dan Nugraheni, 2002). Sampel yang

diambil sebanyak 24 perusahaan non lembaga yang masuk dalam daftar Corporate

Governance Perception Index (CGPI) dan mempunyai laporan keuangan lengkap

untuk periode 1999-2000

Page | 46

Page 47: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Corporate Governance dan Good Corporate Governance

Selain OECD dan The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG)

beberapa organisasi baik nasional maupun internasional telah berusaha

mengembangkan konsep corporate governance. Organisasi-organisasi tersebut

antara lain Bank Dunia, Malaysian High Level Committee on Corporate

Governance, The Forum for corporate governance in Indonesia (FCGI) dan Tim

Corporate Governance BPKP. IICG mendefinisikan corporate governance sebagai

proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan dengan tujuan

utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. Sembilan dimensi corporate

governance yang menjadi acuan penilaian yang dilakukan oleh IICG meliputi

komitmen terhadap tata kelola perusahaan, tata kelola dewan komisaris, komite-

komite fungsional, dewan direksi, transparansi, perlakuan terhadap pemegang

saham, peran pihak berkepentingan lainnya, integritas dan independensi

(Swasembada, 2005).

Berdasarkan argumen yang dikembangkan oleh Keasey dan Wright (1993)

corporate governance dipandang mempunyai dua dimensi besar. Pertama

monitoring terhadap kinerja manajemen dan meyakinkan akuntabilitas manajemen

terhadap pemegang saham yang menekankan pertanggungjawaban dan dimensi

akuntabilitas dari corporate governance. Kedua, struktur, mekanisme dan proses

governance yang memotivasi perilaku manajerial untuk meningkatkan kemakmuran

bisnis dan perusahaan. Kedua perspektif tersebut perlu dipertimbangkan ketika ada

usaha untuk menciptakan struktur dan prosedur governance yang mengarah ke

perbaikan kinerja. Kerangka corporate governance yang efektif harus melibatkan

seperangkat aktivitas multi-faceted yang melibatkan investor institusional, dewan

direksi insider dan outsider, eksekutif dengan gaji berbasis insentif , board

committees, auditing, pasar untuk kontrol perusahaan dan lainnya. Corporate

governance yang efektif dapat meningkatkan probabilitas bahwa manager

berinvestasi dalam proyek-proyek yang mempunyai net present value positif.

Perusahaan yang better-governed mempunyai kinerja operasional yang lebih baik

(Brown dan Caylor, 2004).

Good corporate governance (GCG) merupakan praktek terbaik yang biasa

dilakukan oleh suatu perusahaan yang berhasil yang mengacu pada bauran antara

Page | 47

Page 48: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

alat, mekanisme dan struktur yang menyediakan kontrol dan akuntabilitas yang

dapat meningkatkan economic enterprises dan kinerja perusahaan (Tim BPKP,

2003) serta mendorong perusahaan melakukan penciptaan nilai yang diproksi

dengan kinerja masa depan (Kelley dkk, ). Praktek terbaik ini mencakup praktik

bisnis, aturan main, struktur proses dan prinsip yang dimiliki. GCG merupakan

syarat bagi perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan bagi investor di pasar

modal. Perusahaan dengan corporate governance yang baik akan dapat

meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham. Hal ini karena visi, misi dan

strategi perusahaan dinyatakan secara jelas, nilai-nilai perusahaan serta kode etik

disusun untuk memastikan adanya kepatuhan seluruh jajaran perusahaan, terdapat

kebijakan untuk menghindari benturan kepentingan dan transaksi dengan pihak

ketiga yang tidak tepat, risiko perusahaan dikelola dengan baik dan terdapat sistem

pengendalian dan monitoring yang baik (PriceWaterhouse Coopers, 2000).

KOMITE AUDIT

TUGAS KOMITE ADIT

Komite Audit bertugas mewakili dan membantu Dewan Direksi untuk

mengawasi proses pelaporan akuntansi dan keuangan, audit laporan keuangan dan

pengendalian internal, dan fungsi-fungsi audit. Manajemen bertanggung jawab atas

(a) persiapan, penyajian, dan integritas laporan keuangan; (b) prinsip-prinsip

pelaporan akuntansi dan keuangan; (c) pengendalian internal dan prosedur

organisasi yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan serta hukum dan

peraturan yang berlaku. Kantor akuntan publik independen, yang ditunjuk untuk

memeriksa organisasi, bertanggung jawab untuk melakukan audit secara independen

atas laporan keuangan konsolidasi berdasarkan standar auditing yang berlaku umum

dan menyatakan pendapat atas laporan keuangan konsolidasi berdasarkan audit

mereka.

Anggota Komite Audit tidak harus akuntan profesional atau auditor, dan

fungsi para anggota tidaklah ditujukan untuk menduplikasi atau untuk mengesahkan

aktivitas manajemen dan auditor independen, bahkan Komite tidak ditujukan untuk

menyatakan "independensi" auditor independen menurut peraturan yang berlaku.

Komite Audit adalah perpanjangan tangan Dewan yang bertugas untuk mengawasi

hubungan dengan auditor independen, sebagaimana diatur dalam piagam ini, dan

Page | 48

Page 49: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

memberikan nasihat dan arahan umum, bilamana perlu, kepada manajemen dan para

auditor atas dasar informasi yang diterimanya, hasil diskusi dengan auditor, serta

pengalaman anggota Komite masing-masing dalam hal bisnis, keuangan, dan

akuntansi.

KEANGGOTAAN

Komite Audit terdiri dari minimal dua Direktur yang ditetapkan oleh Dewan

sesuai dengan ketentuan Organisasi mengenai independensi dan latar belakang

finansial; ditambah Ketua Dewan dan Direktur Eksekutif, keduanya tanpa

pemungutan suara. Penunjukan anggota Komite, termasuk penunjukan Ketua

Komite dan para anggota Komite sebagai "ahli keuangan Komite Audit", akan

dilakukan satu tahun sekali oleh Ketua Dewan. Mayoritas anggota Komite Audit

haruslah merupakan anggota Dewan.

TANGGUNG JAWAB

Komite Audit:

1. Bertanggung jawab langsung atas penunjukan, penggantian, kompensasi, dan

pengawasan atas pekerjaan auditor independen. Auditor independen akan

melpor langsung kepada Komite Audit.

2. Meninjau dan mendiskusikan pernyataan auditor independen mengenai

segala hubungan antara auditor dan perwakilan atau hubungan lainnya yang

mungkin dapat mempengaruhi independensi auditor, dan, berdasarkan

tinjauan tersebut, melakukan penilaian atas independensi auditor tersebut.

3. Menetapkan kebijakan dan prosedur untuk pemeriksaan dan memberikan

persetujuan Komite atas semua jasa audit dan jasa non-audit yang

diperbolehkan (termasuk biaa dan persyaratan yang terkait) yang dapat

dilakukan oleh auditor independen.

4. Meninjau dan mendiskusikan dengan auditor independen: (a) rencana dan

prosedur audit, termasuk ruang lingkup audit, biaya dan lamanya audit; dan

(b) hasil pelaksanaan audit tahunan dan surat manajemen yang berkaitan.

5. Meninjau dan mendiskusikan laporan auditor independen mengenai (a)

semua kebijakan dan praktek akuntansi yang penting yang harus

Page | 49

Page 50: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

diaplikasikan, (b) alternatif perlakuan akuntansi dalam PABU yang berkaitan

dengan hal-hal material yang telah didiskusikan dengan manajemen,

termasuk cabang-cabang jika menggunakan perlakuan alternatif tersebut, dan

perlakuan akuntansi yang disarankan oleh auditor independen, dan (c) semua

komunikasi tertulis material lainnya antara auditor independen dan

manajemen.

6. Meninjau bersama auditor independen atas pendapatnya mengenai kualitas,

bukan hanya hal-hal yang dapat diterima, dari prinsip-prinsip akuntansi

organisasi dan hal-hal yang perlu didiskusikan dengan Komite di bawah

prinsip akuntansi yang berlaku umum.

7. Meninjau dan mendiskusikan bersama manajemen dan auditor independen

berbagai topik dan peristiwa yang mungkin memiliki pengaruh finansial

yang signifikan terhadap Organisasi atau yang menjadi subyek diskusi antara

Manajemen dan auditor independen.

8. Meninjau dan mendiskusikan dengan manajemen resiko-resiko finansial

yang besar dan langkah-langkah yang telah diambil manajemen untuk

memonitor dan mengendalikan resiko tersebut.

9. Meninjau informasi yang akan dilaporkan ke Internal Revenue Service

(kantor pajak) melalui formulir isian pajak tahunan Form 990.

10. Meninjau dan mendiskusikan dengan manajemen dan auditor independen (a)

kecukupan dan efektivitas pengendalian internal Organisasi (termasuk semua

kekurangan signifikan dan perubahan signifikan dalam pengendalian internal

yang dilaporkan kepada Komite oleh auditor independen atau manajemen);

(b) prosedur-prosedur audit internal Organisasi; dan (c) kecukupan dan

efektivitas atas pengendalian dan prosedur pengungkapan Organisasi, serta

laporan manajemen yang berkaitan.

11. Meninjau hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas komplians korporat

Organisasi

12. Memastikan tersedianya prosedur-prosedur untuk penerimaan, penyimpanan,

dan perlakuan atas kelihan-keluhan yang diterima oleh Organisasi mengenai

keraguan akuntansi, pengendalian internal akuntansi, atau masalah-masalah

auditing; dan kepatuhan kerahasiaan oleh karyawan yang berkenaan dengan

pemborosan, kecurangan, penyalahgunaan, dan pelanggaran.

Page | 50

Page 51: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

13. Menetapkan kebijakan-kebijakan untuk merekrut karyawan dan mantan

karyawan dari auditor independen.

14. Menyajikan laporan aktivitas Komite untuk dimasukkan di dalam notulen

Dewan.

15. Jika dibutuhkan, menunjuk satu atau lebih dari para anggotanya untuk

melakukan tugas-tugas tertentu atas nama Komite, yang harus dilaporkan

kepada atau diratifikasi oleh Komite sebagaimana arahan Komite.

RAPAT DAN PROSES

Komite Audit dapat mengadakan pertemuan secara periodik sebagaimana

ditetapkan oleh Komite Audit sendiri. Komite dapat mengadakan sesi pertemuan

eksekutif dengan auditor independen dan manajemen Organisasi secara periodik.

Ketua Komite Audit wajib melaporkan aktivitas Komite Audit kepada Dewan.

Komite Audit melaksanakan pemeriksaan internal tahunan yang ditujukan

untuk perbaikan terus menerus, dan setahun sekali meninjau dan menilai kembali

piagam pendiriannya, dan merekomendasikan perubahan yang diperlukan kepada

Dewan Pengawas.

Komite Audit memiliki otoritas untuk meminta jasa pengacara, akuntansi,

dan konsultasi independen lainnya, sebagaimana diperlukan untuk mendukung

tugas-tugasnya. Komite Audit memiliki otoritas tunggal untuk menyetujui biaya

terkait dan hak yang berkaitan.

Ketua Komite Audit dapat dihubungi secara langsung oleh auditor

independen (1) untuk meninjau hal-hal sensitif yang mungkin mempengaruhi

akurasi pelaporan keuangan atau (2) mendiskusikan isu-isu signifikan yang

berkaitan dengan tanggung jawab Dewan secara keseluruhan yang mungkin telah

dikomunikasikan dengan manajemen namun, menurut penilaian mereka, mungkin

memerlukan tindak lanjut oleh Komite Audit.

ARTIKEL

KASUS ETIKA PROFESI AUDITOR

Page | 51

Page 52: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Bryan Longview telah bekerja selama 6 bulan sebagai seorang auditor yunior

pada KAP Barton & Barton.Saat ini ia ditugaskan untuk melakukan audit pada

Reyon Manufacturing Company di bawah supervisi Charles Dickerson, seorang

senior auditor yang berpengalaman. Terdapat tiga aauditor yang ditugaskan untuk

melakakan audit ini,termasuk Bryan, Charles, dan seorang auditor yunior lainnnya

yang lebih berpengalaman dari Bryan, Martha Mills.

Pada saat makan siang hari pertama, Charles berkata,”Merupakan suatu

kewajiban bagi kita untuk bekerja lembur selama beberapa jam dengan mengambil

waktu pribadi kita sendiri untuk memastikan bahwa kita bekerja sesuai dengan

budget. Bgaimanapun audit ini sangat tidak menguntungkan, dan kita tidak ingin

membuat perusahaan kita susah dengan bekerja di atas budget yang telah

ditetapkan.Kita dapat menyelesaikan hal ini dengan mudah yaitu dengan cara datang

lebih pagi setengah jam,istirahat makan siang yang singkat, serta bekerja lebih lama

sebanyak satu jam atau lebih setelah waktu waktu pulang normal.

Kita hanya tidak ingin mencatat waktu tersebut di dalam laporan waktu kerja

kita.” Bryan mengingat kembali manual kebijakan perusahaan yang membahasa

tentang jam kerja dan mengingat bahwa bila tidak mencatat jam kerja kita di dalam

laporan waktu kerja merupakan suatu pelanggaran pada kebijakan ketenagakerjaaan

Barton & Barton. Ia pun mengetahui bahwa para senior dibayar dengan bonus, tidak

dengan waktu lemburnya, sementara staf dibayar dengan jumlah waktu lemburnya

tetapi tidak menerima bonus.

Selanjutnya, ketika membahas masalah ini dengan Martha, Martha berkata,

“Charles melakukan hal ini dalam semua penugasannya. Ia berminat untuk menjadi

manajer audit perusahaan kita di masa yang akan datang. Para rekanan beranggapan

bahwa ia sangat luar biasa karena pekerjaannya selalu selesai dibawah budget yang

ditetapkan. Ia mengharagai kita dengan memberi kita evaluasi penugasan yang baik,

khusunya di dalam kategori sikap kerja sama. Beberapa auditor senior lainnya

melakukan praktek-praktek yang sama.”

Terdapat tiga fakta-fakta kunci dalam situasi ini yang berkaitan dengan isu

etika dan bagaimana kemungkinan penyelesaian isu tersebut :

4. Staf yunior telah diinformasikan bahwa ia akan bekerja tanpa

mencatatkannya sebagai jam kerja.

5. Kebijakan perusahaan melarang praktek tersebut.

Page | 52

Page 53: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

6. Karyawan tingkat yunior lain mengatakan bahwa hal ini adalah praktek yang

umum berlangsung dalam perusahaan.

PERTANYAAN :

Isu etika dalam situasi ini yaitu apakah merupakan suatu hal yang etis bagi

Bryan untuk bekerja selama berjam-jam dan tidak mencatatkannya sebagi

jam kerja dalam situasi ini?

Siapa yang dipengaruhi dan bagaimana cara setiap orang terpengaruh ?

PENYELESAIAN :

Bryan

Diminta melanggar kebijakan perusahaan.

Jam kerja terpengaruh.

Pembayaran upah terpengaruh.

Evaluasi kinerja akan terpengaruh pula.

Sikapnya terhadap perusahaan barangkali terpengaruh pula.

Martha

Sama seperti Bryan.

Charles

Kesuksesan penugasan dan perusahaan mungkin akan terpengaruh.

Jam kerja akan terpengaruh.

Barton & Barton

Kebijakan tertulis perusahaan telah dilanggar.

Dapat mengakibatkan berkurangnya nilai kontrak yang harus ditagih kepada

klien atas penugasan yang sedang berlangsung maupun yang akan datang.

Dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan membuat budget dan

penagihan yang realisitis kepada klien.

Dapat mempengaruhi kemampuan perusahaaan untuk memotivasi dan

mempertahankan karyawan.

Page | 53

Page 54: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Staf yang ditugaskan pada Reyon Manufacturing di masa mendatang

Dapat mengakibatkan dibuatnya budget waktu yang tidak realisitis.

Dapat mengakibatkan evaluasi atas waktu kinerja yang tidak memuaskan.

Dapat menimbulkan tekanan untuk tetap melakukan praktek-praktek tidak

didasarkan pada jam pembebanan kerja atas klien.

Staf lainnya di perusahaan yang bersangkutan

Mengikuti praktek yang berlaku dalam penugasan ini dapat memotivasi staf lain

untuk mengikuti praktek yang sama dalam berbagi penugasan yang lainnya.

Alternatif-alternatif yang tersedia bagi Bryan.

Menolak untuk bekerja lembur.

Melakukannya sesuai dengan permintaan.

Memberitahukan Charles bahwa ia tidak bersedia untuk bekerja lembur atau

akan membebankan tambahan jam kerja tersebut dalam nilai penagihan

untuk penugasan ini.

Berbicara dengan manajer atau rekanan tentang pemintaan Charles tersebut.

Menolak untuk bekerja dalam penugasan tersebut.

Mengundurkan diri dari perusahaan.

Masing-masing alternatif ini memilki suatu konsekuensi yang potensial,

kemungkinan yang paling buruk adalah dipecat oleh perusahaan.

TINDAKAN YANG TEPAT

Hanya Bryan seorang yang dapat memutuskan alternatif yang tepat untuk dilakukan

pada situasi yang ada, tentunya setelah ia mempertimbangkan nilai-nilai etika yang

dianutnya serta kemungkinan konsekuensi yang akan dihadapi dalam setiap

alternatif itu. Secara ekstrim, Bryan dapat memutuskan bahwa konsekuensi yang

relevan hanyalah pengaruh potensial bagi karirnya. Mayoritas dari kita akan

menyimpulkan bahwa Bryan adalah seseorang yang tidak beretika jika ia mengikuti

praktek tersebut. Pada sisi ekstrim lainnya, Bryan dapat memutuskan untuk menolak

bekerja bagi sebuah perusahaan yang memperbolehkan dilanggarnya kebijakan

perusahaan bahkan jika pelanggaran tersebut dilakukan oleh seorang supervisor.

Page | 54

Page 55: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Sebagian besar masyarakat akan menganggap bahwa suatu reaksi ekstrim atas hal

ini sebagai suatu kenaifan.

4.Simpulan

Mengingat profesi akuntan publik sangat penting perannya dalam dunia bisnis di

Indonesia, maka Akuntan Publik harus selalu menjaga integritas (integrity) dan

profesionalisme melalui pelaksanaan standar dan kode etik profesi secara konsekuen

dan konsisten. Dalam setiap penugasan yang diberikan, Akuntan Publik harus selalu

bersikap independen dan menggunakan kemahiran jabatannya secara profesional

(due professional care). Akuntan Publik dan KAP agar menghindarkan diri dari

tindakan tercela, seperti kolusi (collusion) dengan klien atau menutupi terjadinya

tindak kecurangan (fraud) yang sangat merugikan berbagai pihak.

PERTEMUAN 5

STANDAR UMUM

PENGANTAR

Page | 55

Page 56: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Pernyataan Standar Pemeriksaan ini mengatur standar umum untuk

melaksanakan pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan

pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Standar umum ini berkaitan dengan

ketentuan mendasar untuk menjamin kredibilitas hasil pemeriksaan.

Kredibilitas sangat diperlukan oleh semua organisasi pemeriksa yang

melaksanakan pemeriksaan yang diandalkan oleh para pejabat entitas dan pengguna

hasil pemeriksaan lainnya dalam mengambil keputusan, dan merupakan hal yang

diharapkan oleh publik dari informasi yang disajikan oleh pemeriksa. Standar umum

ini berkaitan dengan persyaratan kemampuan/ keahlian pemeriksa,

independensi organisasi pemeriksa dan pemeriksa secara individual, pelaksanaan

kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam pelaksanaan dan

pelaporan hasil pemeriksaan, serta pengendalian mutu hasil pemeriksaan.

Standar umum ini memberikan kerangka dasar untuk dapat menerapkan standar

pelaksanaan dan standar pelaporan secara efektif yang dijelaskan pada pernyataan

standar berikutnya. Dengan demikian, standar umum ini harus diikuti oleh semua

pemeriksa dan organisasi pemeriksa yang melakukan pemeriksaan berdasarkan

Standar Pemeriksaan.

PERSYARATAN KEMAMPUAN/KEAHLIAN

Pernyataan standar umum pertama adalah: “Pemeriksa secara kolektif harus

memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas

pemeriksaan”.

Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa

bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh

para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan

pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena

itu, organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan,

pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk membantu

organisasi pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa yang memiliki

kompetensi yang memadai. Sifat, luas dan formalitas dari proses tersebut akan

tergantung pada berbagai faktor seperti jenis pemeriksaan, struktur dan besarnya

organisasi pemeriksa.

Page | 56

Page 57: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Persyaratan kemampuan tersebut berlaku bagi organisasi pemeriksa secara

keseluruhan, dan tidak dengan sendirinya harus berlaku bagi pemeriksa secara

individu. Suatu organisasi pemeriksa dapat menggunakan pemeriksanya sendiri

atau pihak luar yang memiliki pengetahuan, keahlian, atau pengalaman di bidang

tertentu, seperti akuntansi, statistik, hukum, teknik, disain dan metodologi

pemeriksaan, teknologi informasi, administrasi negara, ilmu ekonomi, ilmu sosial,

atau ilmu aktuaria.

Persyaratan Pendidikan Berkelanjutan

Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan menurut Standar Pemeriksaan harus

memelihara kompetensinya melalui pendidikan profesional berkelanjutan. Oleh

karena itu, setiap pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan menurut Standar

Pemeriksaan, setiap 2 tahun harus menyelesaikan paling tidak 80 jam pendidikan

yang secara langsung meningkatkan kecakapan professional pemeriksa untuk

melaksanakan pemeriksaan. Sedikitnya 24 jam dari 80 jam pendidikan tersebut

harus dalam hal yang berhubungan langsung dengan pemeriksaan atas pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara di lingkungan pemerintah atau lingkungan

yang khusus dan unik di mana entitas yang diperiksa beroperasi. Sedikitnya 20 jam

dari 80 jam tersebut harus diselesaikan dalam 1 tahun dari periode 2 tahun.

Organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pemeriksa

memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan tersebut dan harus

menyelenggarakan dokumentasi tentang pendidikan yang sudah diselesaikan.

Pendidikan profesional berkelanjutan dimaksud dapat mencakup topik, seperti:

perkembangan mutakhir dalam metodologi dan standar pemeriksaan, prinsip

akuntansi, penilaian atas pengendalian intern, prinsip manajemen atau supervisi,

pemeriksaan atas sistem informasi, sampling pemeriksaan, analisis laporan

keuangan, manajemen keuangan, statistik, disain evaluasi, dan analisis data.

Pendidikan dimaksud dapat juga mencakup topik tentang pekerjaan pemeriksaan di

lapangan, seperti administrasi negara, struktur dan kebijakan pemerintah, teknik

industri, keuangan, ilmu ekonomi, ilmu sosial, dan teknologi informasi.

Tenaga ahli intern dan ekstern yang membantu pelaksanaan tugas pemeriksaan

menurut Standar Pemeriksaan harus memiliki kualifikasi atau sertifikasi yang

diperlukan dan berkewajiban untuk memelihara kompetensi profesional dalam

Page | 57

Page 58: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

bidang keahlian mereka, tetapi tidak diharuskan untuk memenuhi persyaratan

pendidikan berkelanjutan di atas. Akan tetapi, pemeriksa yang menggunakan

hasil pekerjaan tenaga ahli intern dan ekstern harus yakin bahwa tenaga ahli tersebut

memenuhi kualifikasi dalam bidang keahlian mereka dan harus mendokumentasikan

keyakinan tersebut.

Persyaratan Kemampuan/Keahlian Pemeriksa

Pemeriksa yang ditugasi untuk melaksanakan pemeriksaan menurut Standar

Pemeriksaan harus secara kolektif memiliki:

a. Pengetahuan tentang Standar Pemeriksaan yang dapat diterapkan terhadap

jenis pemeriksaan yang ditugaskan serta memiliki latar belakang pendidikan,

keahlian dan pengalaman untuk menerapkan pengetahuan tersebut dalam

pemeriksaan yang dilaksanakan.

b. Pengetahuan umum tentang lingkungan entitas, program, dan kegiatan yang

diperiksa (obyek pemeriksaan).

c. Keterampilan berkomunikasi secara jelas dan efektif, baik secara lisan

maupun tulisan.

d. Keterampilan yang memadai untuk pemeriksaan yang dilaksanakan,

misalnya:

1) Apabila pemeriksaan dimaksud memerlukan penggunaan sampling

statistik, maka dalam tim pemeriksa harus ada pemeriksa yang

mempunyai keterampilan di bidang sampling statistik.

2) Apabila pemeriksaan memerlukan reviu yang luas terhadap suatu

sistem informasi, maka dalam tim pemeriksa harus ada pemeriksa

yang mempunyai keahlian di bidang pemeriksaan atas teknologi

informasi.

3) Apabila pemeriksaan meliputi reviu atas data teknik yang rumit, maka

tim pemeriksa perlu melibatkan tenaga ahli di bidang tersebut.

4) Apabila pemeriksaan menggunakan metode pemeriksaan yang sangat

khusus seperti penggunaan instrumen pengukuran yang sangat rumit,

estimasi aktuaria atau pengujian analisis statistik, maka tim pemeriksa

perlu melibatkan tenaga ahli di bidang tersebut.

Page | 58

Page 59: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan keuangan harus memiliki keahlian di

bidang akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip akuntansi yang berlaku

umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa.

Pemeriksa yang ditugaskan untuk melaksanakan pemeriksaan keuangan secara

kolektif harus memiliki keahlian yang dibutuhkan serta memiliki sertifikasi

keahlian yang berterima umum.

Pemeriksa yang berperan sebagai penanggung jawab pemeriksaan keuangan harus

memiliki sertifikasi keahlian yang diakui secara profesional.

INDEPENDENSI

Pernyataan standar umum kedua adalah: “Dalam semua hal yang berkaitan dengan

pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam

sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang

dapat mempengaruhi independensinya”.

Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para

pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya

sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari

hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak

oleh pihak manapun.

Pemeriksa harus menghindar dari situasi yang menyebabkan pihak ketiga yang

mengetahui fakta dan keadaan yang relevan menyimpulkan bahwa pemeriksa tidak

dapat mempertahankan independensinya sehingga tidak mampu memberikan

penilaian yang obyektif dan tidak memihak terhadap semua hal yang terkait

dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan.

Pemeriksa perlu mempertimbangkan tiga macam gangguan terhadap independensi,

yaitu gangguan pribadi, ekstern, dan atau organisasi.

Apabila satu atau lebih dari gangguan independensi tersebut mempengaruhi

kemampuan pemeriksa secara individu dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya,

maka pemeriksa tersebut harus menolak penugasan pemeriksaan. Dalam keadaan

pemeriksa yang karena suatu hal tidak dapat menolak penugasan pemeriksaan,

gangguan dimaksud harus dimuat dalam bagian lingkup pada laporan hasil

pemeriksaan.

Page | 59

Page 60: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Dalam menggunakan tenaga ahli, pemeriksa harus memperlakukan tenaga ahli

tersebut seperti anggota tim pemeriksaan sehingga perlu menilai kemampuan

tenaga ahli tersebut untuk melaksanakan sebagian pekerjaan pemeriksaan dan

melaporkan hasilnya secara tidak memihak. Dalam melakukan penilaian ini,

pemeriksa harus memberlakukan ketentuan independensi menurut Standar

Pemeriksaan kepada tenaga ahli dan memperoleh representasi dari tenaga ahli

tersebut mengenai independensi tenaga ahli. Apabila tenaga ahli memiliki gangguan

terhadap independensi, pemeriksa tidak boleh menggunakan hasil pekerjaan tenaga

ahli tersebut.

Gangguan Pribadi

Organisasi pemeriksa harus memiliki sistem pengendalian mutu intern untuk

membantu menentukan apakah pemeriksa memiliki gangguan pribadi terhadap

independensi. Organisasi pemeriksa perlu memperhatikan gangguan pribadi

terhadap independensi petugas pemeriksanya. Gangguan pribadi yang disebabkan

oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa

membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam

segala bentuknya. Pemeriksa bertanggung jawab untuk memberitahukan kepada

pejabat yang berwenang dalam organisasi pemeriksanya apabila memiliki gangguan

pribadi terhadap independensi. Gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu

meliputi antara lain:

a. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda

sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau

program yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa,

Tenaga ahli yang dimaksud dalam pernyataan ini meliputi tapi tidak terbatas

pada aktuaris, penilai, pengacara, insinyur, konsultan lingkungan, profesi

medis, ahli statistik, dan geologi. Pernyataan ini berlaku bagi konsultan

ekstern yang mendapat penugasan pemeriksaan dari organisasi pemeriksa.

dalam posisi yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan

terhadap entitas atau program yang diperiksa.

b. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak

langsung pada entitas atau program yang diperiksa.

Page | 60

Page 61: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang

diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang

diperiksa.

e. Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan

obyek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi,

pengembangan sistem, menyusun dan/atau mereviu laporan keuangan

entitas atau program yang diperiksa.

f. Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan

suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat

sebelah.

g. Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan

keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang berdampak pada pelaksanaan

kegiatan atau program entitas yang sedang berjalan atau sedang

diperiksa.

h. Memiliki tanggung jawab untuk mengatur suatu entitas atau kapasitas yang

dapat mempengaruhi keputusan entitas atau program yang diperiksa,

misalnya sebagai seorang direktur, pejabat atau posisi senior lainnya dari

entitas, aktivitas atau program yang diperiksa atau sebagai anggota

manajemen dalam setiap pengambilan keputusan, pengawasan atau fungsi

monitoring terhadap entitas, aktivitas atau program yang diperiksa.

i. Adanya kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik atau

sosial, sebagai akibat hubungan antar pegawai, kesetiaan kelompok,

organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu.

j. Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang pemeriksa, yang sebelumnya

pernah sebagai pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji, klaim, dan

pembayaran yang diusulkan oleh suatu entitas atau program yang

diperiksa.

k. Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang pemeriksa, yang sebelumnya

pernah menyelenggarakan catatan akuntansi resmi atas entitas/unit kerja atau

program yang diperiksa.

l. Mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama pelaksanaan

pemeriksaan.

Page | 61

Page 62: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Organisasi pemeriksa dan pemeriksanya mungkin menghadapi berbagai keadaan

yang dapat menimbulkan gangguan pribadi. Oleh karena itu organisasi pemeriksa

harus mempunyai sistem pengendalian mutu intern yang dapat mengidentifikasi

gangguan pribadi dan memastikan kepatuhannya terhadap ketentuan independensi

yang diatur dalam Standar Pemeriksaan.

Untuk itu, organisasi pemeriksa antara lain harus:

a. Menetapkan kebijakan dan prosedur untuk dapat mengidentifikasi gangguan

pribadi terhadap independensi, termasuk mempertimbangkan pengaruh

kegiatan non pemeriksaan terhadap hal pokok pemeriksaan dan menetapkan

pengamanan untuk dapat mengurangirisiko tersebut terhadap hasil

pemeriksaan.

b. Mengkomunikasikan kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa kepada

semua pemeriksanya menjamin agar ketentuan tersebut dipahami melalui

pelatihan atau cara lainnya.

c. Menetapkan kebijakan dan prosedur intern untuk memonitor kepatuhan

terhadap kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa.

d. Menetapkan suatu mekanisme disiplin untuk meningkatkan kepatuhan

terhadap kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa.

e. Menekankan pentingnya independensi.

Apabila organisasi pemeriksa mengidentifikasi adanya gangguan pribadi terhadap

independensi, gangguan tersebut harus diselesaikan secepatnya. Dalam hal

gangguan pribadi tersebut hanya melibatkan seorang pemeriksa dalam suatu

pemeriksaan, organisasi pemeriksa dapat menghilangkan gangguan tersebut dengan

meminta pemeriksa menghilangkan gangguan tersebut. Misalnya, pemeriksa

dapat diminta melepas keterkaitan dengan entitas yang diperiksa yang dapat

mengakibatkan gangguan pribadi, atau organisasi pemeriksa dapat tidak

mengikutsertakan pemeriksa tersebut dari penugasan pemeriksaan yang terkait

dengan entitas tersebut. Dalam hal pemeriksa tidak dapat mundur dari pemeriksaan,

mereka harus mengikuti ketentuan dalam paragraph.

Dalam hal suatu organisasi pemeriksa melakukan kegiatan non pemeriksaan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka

organisasi pemeriksa tersebut harus mempertimbangkan pengaruh kegiatan

Page | 62

Page 63: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

tersebut terhadap gangguan pribadi, baik dalam sikap mental maupun

penampilan, yang dapat berdampak negatif terhadap independensi dalam

melaksanakan pemeriksaan.

Gangguan Ekstern

Gangguan ekstern bagi organisasi pemeriksa dapat membatasi pelaksanaan

pemeriksaan atau mempengaruhi kemampuan pemeriksa dalam menyatakan

pendapat atau simpulan hasil pemeriksaannya secara independen dan obyektif.

Independensi dan obyektifitas pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi

apabila terdapat:

a. Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau

mengubah lingkup pemeriksaan secara tidak semestinya.

b. Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan

prosedur pemeriksaan atau pemilihan sampel pemeriksaan.

c. Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan.

d. Campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan

promosi pemeriksa.

e. Pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi

pemeriksa, yang dapat berdampak negative terhadap kemampuan organisasi

pemeriksa tersebut dalam melaksanakan pemeriksaan.

f. Wewenang untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa

terhadap isi suatu laporan hasil pemeriksaan.

g. Ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan dengan isi

laporan hasil pemeriksaan, simpulan pemeriksa, atau penerapan suatu

prinsip akuntansi atau kriteria lainnya.

h. Pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai,

selain sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan pemeriksa atau

kebutuhan pemeriksaan.

Pemeriksa harus bebas dari tekanan politik agar dapat melaksanakan pemeriksaan

dan melaporkan temuan pemeriksaan, pendapat dan simpulan secara obyektif,

tanpa rasa takut akibat tekanan politik tersebut.

Gangguan Organisasi

Page | 63

Page 64: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Independensi organisasi pemeriksa dapat dipengaruhi oleh kedudukan, fungsi, dan

struktur organisasinya. Dalam hal melakukan pemeriksaan, organisasi pemeriksa

harus bebas dari hambatan independensi. Pemeriksa yang ditugasi oleh organisasi

pemeriksa dapat dipandang bebas dari gangguan terhadap independensi secara

organisasi, apabila melakukan pemeriksaan di luar entitas tempat ia bekerja.

PENGGUNAAN KEMAHIRAN PROFESIONAL SECARA CERMAT DAN

SEKSAMA

Pernyataan standar umum ketiga adalah: “Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta

penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran

profesionalnya secara cermat dan seksama”.

Pernyataan standar ini mewajibkan pemeriksa untuk menggunakan kemahirannya

secara profesional, cermat dan seksama, memperhatikan prinsip-prinsip pelayanan

atas kepentingan public serta memelihara integritas, obyektivitas, dan

independensi dalam menerapkan kemahiran profesional terhadap setiap aspek

pemeriksaannya. Pernyataan standar ini juga mengharuskan tanggung jawab bagi

setiap pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan

untuk mematuhi Standar Pemeriksaan.

Pemeriksa harus menggunakan kemahiran professional secara cermat dan seksama

dalam menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan dan standar yang

akan diterapkan terhadap pemeriksaan;

menentukan lingkup pemeriksaan, memilih metodologi, menentukan jenis dan

jumlah bukti yang akan dikumpulkan, atau dalam memilih pengujian dan prosedur

untuk melaksanakan pemeriksaan. Kemahiran profesional harus diterapkan juga

dalam melakukan pengujian dan prosedur, serta dalam melakukan penilaian dan

pelaporan hasil pemeriksaan.

Kemahiran profesional menuntut pemeriksa untuk melaksanakan skeptisme

profesional, yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan

dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti pemeriksaan. Pemeriksa

menggunakan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dituntut oleh profesinya

untuk melaksanakan pengumpulan bukti dan evaluasi obyektif mengenai kecukupan,

kompetensi dan relevansi bukti. Karena bukti dikumpulkan dan dievaluasi

selama pemeriksaan, skeptisme profesional harus digunakan selama pemeriksaan.

Page | 64

Page 65: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Pemeriksa tidak boleh menganggap bahwa manajemen entitas yang diperiksa tidak

jujur, tetapi juga tidak boleh menganggap bahwa kejujuran manajemen tersebut

tidak diragukan lagi. Dalam enggunakan skeptisme profesional, pemeriksa tidak

boleh puas dengan bukti yang kurang meyakinkan walaupun menurut

anggapannya manajemen entitas yang diperiksa adalah jujur.

Pemeriksa harus menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan

seksama dalam menerapkan Standar Pemeriksaan yang digunakan. Keputusan

pemeriksa tidak menerapkan standar tertentu dalam pelaksanaan pemeriksaan

harus dicatat dalam kertas kerja pemeriksaan. Dalam keadaan tertentu dapat

terjadi bahwa pemeriksa tidak dapat mematuhi Standar Pemeriksaan yang berlaku

dan juga tidak dapat mengundurkan diri dari penugasan pemeriksaan. Dalam

keadaan demikian, pemeriksa harus mengungkapkan masalah tersebut dalam

lingkup pemeriksaan di dalam laporan hasil pemeriksaannya, yaitu tidak

dipatuhinya Standar Pemeriksaan yang berlaku, alasan yang mendasarinya, dan

dampaknya terhadap hasil pemeriksaan akibat tidak dipatuhinya Standar

Pemeriksaan tersebut.

Menerapkan kemahiran profesional secara cermat dan seksama memungkinkan

pemeriksa untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa salah saji

material atau ketidakakuratan yang signifikan dalam data akan terdeteksi. Keyakinan

mutlak tidak dapat dicapai karena sifat bukti dan karakteristik penyimpangan.

Pemeriksaan yang dilaksanakan menurut Standar Pemeriksaan mungkin

tidak akan mendeteksi salah saji material atau ketidakakuratan yang signifikan, baik

karena kesalahan, kecurangan, tindakan melanggar hukum, Standart pemeriksanaan

keu neg atau pelanggaran aturan. Walaupun Standar Pemeriksaan ini meletakkan

tanggung jawab kepada setiap pemeriksa untuk menerapkan kemahiran

profesionalnya secara cermat dan seksama, tidak berarti bahwa tanggung jawabnya

tidak terbatas, dan tidak berarti juga bahwa pemeriksa tidak melakukan kekeliruan.

PERTEMUAN 6STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN

SA Seksi 311PERENCANAAN DAN SUPERVISI

Page | 65

Page 66: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Sumber: PSA No. 05

PENDAHULUAN01 Standar pekerjaan lapangan pertama mengharuskan bahwa

“Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya”. Seksi ini berisi panduan bagi auditor yang melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia di dalam mempertimbangkan dan menerapkan prosedur perencanaan dan supervisi, termasuk penyiapan program audit, pengumpulan informasi tentang bisnis entitas, penyelesaian perbedaan pendapat di antara personel kantor akuntan. Perencanaan dan supervisi berlangsung terus-menerus selama audit, dan prosedur yang berkaitan seringkali tumpang-tindih (overlap).

02 Auditor sebagai penanggungjawab akhir atas audit dapat mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan supervisi auditnya kepada personel lain dalam kantor akuntannya. Untuk keperluan uraian dalam seksi ini, (a) personel lain dalam kantor akuntan selain auditor sebagai penanggungjawab akhir audit disebut dengan asisten dan (b) istilah auditor digunakan untuk menyebut baik auditor itu sendiri maupun asistennya.

PERENCANAAN03 Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh

pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas.

Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang

menjadi tempat usaha entitas tersebut (lihat paragraf 07).b. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.

c. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang signifikan (lihat paragraf 09), termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.

d. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian

(adjustment).g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit,

seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

h. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).

04 Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan supervisi biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan entitas dan pembahasan dengan personel lain dalam kantor akuntan dan personel entitas tersebut. Contoh prosedur tersebut meliputi:

Page | 66

Page 67: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

a. Me-review arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, laporan keuangan, dan laporan auditor tahun lalu.

b. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dengan personel kantor akuntan yang bertanggung jawab atas jasa nonaudit bagi entitas.

c. Meminta keterangan tentang perkembangan bisnis saat ini yang berdampak terhadap entitas.

d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.e. Membahas tipe, lingkup, dan waktu audit dengan manajemen, dewan komisaris

atau komite audit.f. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar akuntansi dan

standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, terutama yang baru.g. Mengkoordinasi bantuan dari personel entitas dalam penyiapan data.

h. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis, dan auditor intern.

i. Membuat jadwal pekerjaan audit.j. Menentukan dan mengkoordinasi kebutuhan staf audit.

k. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga auditor dapat mengantisipasi dan memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang dipandang perlu.

Auditor dapat membuat memorandum yang menetapkan rencana audit awal, terutama untuk entitas yang besar dan kompleks.

05 Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit secara tertulis (atau satu set program audit tertulis) untuk setiap audit. Program audit harus menggariskan dengan rinci prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit.

06 Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis entitas yang memungkinkannya untuk merencanakan dan melaksanakan auditnya berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Tingkat pengetahuannya harus memungkinkan auditor untuk memahami peristiwa, transaksi, dan praktik yang, menurut pertimbangannya, kemungkinan mempunyai dampak terhadap laporan keuangan. Pengetahuan tentang bisnis entitas membantu auditor dalam:

a) Mengidentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus.b) Menilai kondisi yang di dalamnya data akuntansi dihasilkan, diolah, di-review, dan

dikumpulkan dalam organisasi.c) Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas sediaan, depresiasi, penyisihan

kerugian piutang, persentase penyelesaian kontrak jangka panjang.d) Menilai kewajaran representasi manajemen.e) Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan kecukupan

pengungkapannya.

07 Auditor harus memperoleh pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sifat bisnis entitas, organisasinya, dan karakteristik operasinya. Auditor juga harus mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi industri tempat operasi entitas, seperti kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, serta perubahan teknologi, yang berpengaruh terhadap auditnya. Hal lain yang harus dipertimbangkan oleh

Page | 67

Page 68: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

auditor adalah praktik akuntansi yang umum berlaku dalam industri, kondisi persaingan, dan, jika tersedia, trend keuangan dan ratio keuangan.

08 Pengetahuan mengenai bisnis entitas biasanya diperoleh auditor melalui pengalamannya dengan entitas atau industrinya serta dari permintaan keterangan kepada personel perusahaan. Kertas kerja audit dari tahun sebelumnya dapat berisi informasi yang bermanfaat mengenai sifat bisnis, struktur organisasi, dan karakteristik operasi, serta transaksi yang memerlukan pertimbangan khusus.

09 Auditor harus mempertimbangkan metode yang digunakan oleh entitas untuk mengolah informasi dalam perencanaan audit karena metode tersebut mempunyai pengaruh terhadap desain pengendalian intern. Luasnya penggunaan komputer dalam pengolahan sebagian besar data akuntansi dan kompleksnya pengolahannya mempengaruhi pula sifat, saat, dan luasnya prosedur audit yang digunakan oleh auditor. Oleh karena itu, dalam menilai dampak luasnya penggunaan komputer terhadap audit laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini:a. Luasnya penggunaan komputer dalam setiap aplikasi akuntansi.

b. Kompleksitas operasi komputer entitas, termasuk penggunaan jasa perusahaan pengolahan data dengan komputer dari luar.c. Struktur organisasi kegiatan pengolahan data dengan komputer.

d. Tersedianya data. Dokumen yang digunakan untuk memasukkan informasi ke dalam komputer untuk diolah, arsip komputer tertentu, dan bukti audit lain yang diperlukan oleh auditor kemungkinan hanya ada dalam periode yang pendek atau hanya dalam bentuk yang dapat dibaca dengan komputer.

e. Penggunaan teknik audit berbantuan komputer (TABK) dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan prosedur audit. Penggunaan teknik ini juga menyediakan kesempatan bagi auditor untuk menerapkan prosedur audit tertentu terhadap keseluruhan populasi akun atau transaksi.

10 Auditor harus mempertimbangkan apakah keahlian khusus diperlukan untuk mempertimbangkan dampak pengolahan komputer terhadap auditnya, untuk memahami pengendalian intern, kebijakan dan prosedur, atau untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit. Jika keahlian khusus diperlukan, auditor harus mencari asisten atau tenaga ahli yang memiliki keahlian tersebut, yang mungkin berasal dari staf kantor akuntannya atau dari ahli luar.

SUPERVISI11 Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai

tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, me-review pekerjaan yang dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor akuntan

12 Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur yang mereka laksanakan, hal-hal yang kemungkinan berpengaruh terhadap sifat, lingkup, dan saat prosedur yang harus dilaksanakan, seperti sifat bisnis entitas yang bersangkutan dengan penugasan dan masalah-masalah akuntansi dan audit. Auditor yang bertanggung jawab akhir untuk setiap audit harus mengarahkan asisten untuk mengemukakan pertanyaan akuntansi dan auditing signifikan yang muncul dalam audit, sehingga auditor dapat menetapkan seberapa signifikan masalah tersebut.

Page | 68

Page 69: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

13 Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus di-review untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan auditor harus menilainya apakah hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan auditor.

14 Auditor yang bertanggung jawab akhir mengenai auditnya dan asistennya harus menyadari prosedur yang harus diikuti jika terdapat perbedaan pendapat mengenai masalah akuntansi dan auditing di antara personel kantor akuntan publik yang terlibat dalam audit. Prosedur tersebut harus memungkinkan asisten mendokumentasikan ketidaksetujuan di antara mereka dan kesimpulan yang diambil.

TANGGAL BERLAKU EFEKTIF15 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih

awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

Page | 69

Page 70: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

SA Seksi 311PERENCANAAN DAN SUPERVISI

Sumber: PSA No. 05

PENDAHULUAN

01 Standar pekerjaan lapangan pertama mengharuskan bahwa “Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya”. Seksi ini berisi panduan bagi auditor yang melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia di dalam mempertimbangkan dan menerapkan prosedur perencanaan dan supervisi, termasuk penyiapan program audit, pengumpulan informasi tentang bisnis entitas, penyelesaian perbedaan pendapat di antara personel kantor akuntan. Perencanaan dan supervisi berlangsung terus-menerus selama audit, dan prosedur yang berkaitan seringkali tumpang-tindih (overlap).

02 Auditor sebagai penanggungjawab akhir atas audit dapat mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan supervisi auditnya kepada personel lain dalam kantor akuntannya. Untuk keperluan uraian dalam seksi ini, (a) personel lain dalam kantor akuntan selain auditor sebagai penanggungjawab akhir audit disebut dengan asisten dan (b) istilah auditor digunakan untuk menyebut baik auditor itu sendiri maupun asistennya.

PERENCANAAN03 Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh

pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas.

Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang

menjadi tempat usaha entitas tersebut (lihat paragraf 07).i. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.

j. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang signifikan (lihat paragraf 09), termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.

k. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.l. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.m. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian

(adjustment).n. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit,

seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

o. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan

Page | 70

Page 71: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).

04 Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan supervisi biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan entitas dan pembahasan dengan personel lain dalam kantor akuntan dan personel entitas tersebut. Contoh prosedur tersebut meliputi:

a. Me-review arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, laporan keuangan, dan laporan auditor tahun lalu.

l. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dengan personel kantor akuntan yang bertanggung jawab atas jasa nonaudit bagi entitas.

m. Meminta keterangan tentang perkembangan bisnis saat ini yang berdampak terhadap entitas.

n. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.o. Membahas tipe, lingkup, dan waktu audit dengan manajemen, dewan komisaris

atau komite audit.p. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar akuntansi dan

standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, terutama yang baru.q. Mengkoordinasi bantuan dari personel entitas dalam penyiapan data.

r. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis, dan auditor intern.

s. Membuat jadwal pekerjaan audit.t. Menentukan dan mengkoordinasi kebutuhan staf audit.

u. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga auditor dapat mengantisipasi dan memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang dipandang perlu.

Auditor dapat membuat memorandum yang menetapkan rencana audit awal, terutama untuk entitas yang besar dan kompleks.

05 Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit secara tertulis (atau satu set program audit tertulis) untuk setiap audit. Program audit harus menggariskan dengan rinci prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit.

06 Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis entitas yang memungkinkannya untuk merencanakan dan melaksanakan auditnya berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Tingkat pengetahuannya harus memungkinkan auditor untuk memahami peristiwa, transaksi, dan praktik yang, menurut pertimbangannya, kemungkinan mempunyai dampak terhadap laporan keuangan. Pengetahuan tentang bisnis entitas membantu auditor dalam:a. Mengidentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus.b. Menilai kondisi yang di dalamnya data akuntansi dihasilkan, diolah, di-review,

dan dikumpulkan dalam organisasi.c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas sediaan, depresiasi, penyisihan

kerugian piutang, persentase penyelesaian kontrak jangka panjang.d. Menilai kewajaran representasi manajemen.

Page | 71

Page 72: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

e. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan kecukupan pengungkapannya.

07 Auditor harus memperoleh pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sifat bisnis entitas, organisasinya, dan karakteristik operasinya. Auditor juga harus mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi industri tempat operasi entitas, seperti kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, serta perubahan teknologi, yang berpengaruh terhadap auditnya. Hal lain yang harus dipertimbangkan oleh auditor adalah praktik akuntansi yang umum berlaku dalam industri, kondisi persaingan, dan, jika tersedia, trend keuangan dan ratio keuangan.

08 Pengetahuan mengenai bisnis entitas biasanya diperoleh auditor melalui pengalamannya dengan entitas atau industrinya serta dari permintaan keterangan kepada personel perusahaan. Kertas kerja audit dari tahun sebelumnya dapat berisi informasi yang bermanfaat mengenai sifat bisnis, struktur organisasi, dan karakteristik operasi, serta transaksi yang memerlukan pertimbangan khusus.

09 Auditor harus mempertimbangkan metode yang digunakan oleh entitas untuk mengolah informasi dalam perencanaan audit karena metode tersebut mempunyai pengaruh terhadap desain pengendalian intern. Luasnya penggunaan komputer dalam pengolahan sebagian besar data akuntansi dan kompleksnya pengolahannya mempengaruhi pula sifat, saat, dan luasnya prosedur audit yang digunakan oleh auditor. Oleh karena itu, dalam menilai dampak luasnya penggunaan komputer terhadap audit laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

a) Luasnya penggunaan komputer dalam setiap aplikasi akuntansi.b) Kompleksitas operasi komputer entitas, termasuk penggunaan jasa

perusahaan pengolahan data dengan komputer dari luar.c) Struktur organisasi kegiatan pengolahan data dengan komputer.d) Tersedianya data. Dokumen yang digunakan untuk memasukkan

informasi ke dalam komputer untuk diolah, arsip komputer tertentu, dan bukti audit lain yang diperlukan oleh auditor kemungkinan hanya ada dalam periode yang pendek atau hanya dalam bentuk yang dapat dibaca dengan komputer.

e) Penggunaan teknik audit berbantuan komputer (TABK) dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan prosedur audit. Penggunaan teknik ini juga menyediakan kesempatan bagi auditor untuk menerapkan prosedur audit tertentu terhadap keseluruhan populasi akun atau transaksi.

10 Auditor harus mempertimbangkan apakah keahlian khusus diperlukan untuk mempertimbangkan dampak pengolahan komputer terhadap auditnya, untuk memahami pengendalian intern, kebijakan dan prosedur, atau untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit. Jika keahlian khusus diperlukan, auditor harus mencari asisten atau tenaga ahli yang memiliki keahlian tersebut, yang mungkin berasal dari staf kantor akuntannya atau dari ahli luar.

SUPERVISI11 Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai

tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, me-review pekerjaan yang

Page | 72

Page 73: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor akuntan

12 Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur yang mereka laksanakan, hal-hal yang kemungkinan berpengaruh terhadap sifat, lingkup, dan saat prosedur yang harus dilaksanakan, seperti sifat bisnis entitas yang bersangkutan dengan penugasan dan masalah-masalah akuntansi dan audit. Auditor yang bertanggung jawab akhir untuk setiap audit harus mengarahkan asisten untuk mengemukakan pertanyaan akuntansi dan auditing signifikan yang muncul dalam audit, sehingga auditor dapat menetapkan seberapa signifikan masalah tersebut.

13 Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus di-review untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan auditor harus menilainya apakah hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan auditor.

14 Auditor yang bertanggung jawab akhir mengenai auditnya dan asistennya harus menyadari prosedur yang harus diikuti jika terdapat perbedaan pendapat mengenai masalah akuntansi dan auditing di antara personel kantor akuntan publik yang terlibat dalam audit. Prosedur tersebut harus memungkinkan asisten mendokumentasikan ketidaksetujuan di antara mereka dan kesimpulan yang diambil.

Page | 73

Page 74: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

15 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

Page | 74

Page 75: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

SA Seksi 326

BUKTI AUDIT

Sumber: PSA No. 07

PENDAHULUAN

01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.”

02 Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit.Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen; dalam hal ini bukti audit (audit evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.

SIFAT ASERSI

03 Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit serta dapat diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar sebagai berikut ini:a. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence).b. Kelengkapan (completencess).c. Hak dan kewajiban (right and obligation).d. Penilaian (valuation) atau alokasi.f. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)

04 Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa sediaan produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual. Begitu pula, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.

Page | 75

Page 76: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

05 Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban entitas.

06 Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha (lease) yang dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai pemerolehan hak entitas atas kekayaan yang disewa-guna-usahakan (leased) dan utang sewa guna usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban entitas.

07 Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam periode-periode akuntansi yang semestinya. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan.

08 Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya. Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi diklasifikasikan dan diungkapkan semestinya.

PENGGUNAAN ASERSI DALAM MERUMUSKAN TUJUAN AUDIT DAN DALAM MERANCANG PENGUJIAN SUBSTANTIF

09 Di dalam memperoleh bukti audit yang mendukung asersi dalam laporan keuangan, auditor independen merumuskan tujuan audit spesifik ditinjau dari sudut asersi tersebut. Dalam merumuskan tujuan audit, auditor independen hendaknya mempertimbangkan kondisi khusus entitas, termasuk sifat aktivitas ekonomi dan praktik akuntansi yang khas dalam industrinya. Misalnya, salah satu tujuan audit yang berhubungan dengan asersi tentang kelengkapan saldo sediaan yang dapat dirumuskan oleh auditor bahwa kuantitas sediaan mencakup seluruh produk jadi, bahan baku, dan bahan pembantu yang ada di tangan klien.

10 Auditor independen tidak perlu secara satu per satu menghubungkan tujuan audit dengan prosedur audit. Beberapa prosedur audit dapat dikaitkan dengan lebih dari satu tujuan audit. Di lain pihak, kombinasi berbagai prosedur audit dibutuhkan untuk mencapai satu tujuan audit. Lampiran A paragraf 25 berisi gambaran tujuan audit untuk sediaan perusahaan manufaktur untuk setiap golongan asersi yang tercantum

Page | 76

Page 77: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

dalam paragraf 03 serta contoh pengujian substantif untuk mencapai tujuan audit tersebut.

11 Dalam memilih pengujian substantif tertentu untuk mencapai tujuan audit yang telah ditetapkan, auditor independen mempertimbangkan, antara lain, risiko salah saji material dalam laporan keuangan, termasuk tingkat risiko pengendalian taksiran, serta efisiensi dan efektivitas pengujian yang diharapkan dari pengujian tersebut. Pertimbangan auditor independen meliputi sifat dan materialitas unsur-unsur yang diuji, jenis dan kompetensi bukti audit yang tersedia, dan sifat tujuan audit yang hendak dicapai. Sebagai contoh, dalam asersi tentang keberadaan atau keterjadian, auditor memilih unsur yang ada dalam jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan dan mencari bukti audit yang relevan. Di lain pihak, dalam merancang prosedur audit untuk mencapai suatu tujuan yang berhubungan dengan asersi tentang kelengkapan, auditor memilih bukti audit yang menunjukkan bahwa suatu unsur harus dimasukkan dalam jumlah yang relevan dalam laporan keuangan dan menyelidiki apakah unsur tersebut telah dimasukkan secara lengkap.

12 Tujuan audit spesifik yang dirumuskan oleh auditor tidak mengalami perubahan apakah diterapkan dalam pengolahan data dengan manual maupun dengan komputer. Namun, metode penerapan prosedur audit untuk mengumpulkan bukti dapat dipengaruhi oleh metode pengolahan data yang digunakan oleh klien. Auditor dapat menggunakan prosedur audit manual, teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques), atau kombinasi kedua metode tersebut untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Oleh karena pertumbuhan penggunaan komputer dan teknologi informasi yang lain, banyak perusahaan mengolah informasi signifikan secara elektronik. Oleh karena itu, adalah sulit atau tidak mungkin bagi auditor memperoleh data tertentu dengan cara inspeksi, permintaan keterangan, atau konfirmasi tanpa bantuan teknologi informasi.

13 Sifat, ketepatan waktu, dan luasnya prosedur audit yang digunakan dalam suatu perikatan berhubungan dengan pertimbangan profesional yang diterapkan oleh auditor berdasarkan kondisi yang spesifik. Namun, prosedur yang digunakan harus memadai untuk mencapai tujuan tertentu auditor dan mengurangi risiko deteksi ke tingkat yang dapat diterima oleh auditor. Bukti audit yang diperoleh harus cukup bagi auditor untuk merumuskan kesimpulan tentang validitas asersi individual yang terkandung dalam komponen laporan keuangan. Bukti audit yang disediakan melalui kombinasi penaksiran risiko bawaan dan risiko pengendalian oleh auditor dan pengujian substantif dapat memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapatnya.

14 Dalam entitas yang di dalamnya informasi signifikan ditransmisikan, diolah, dan dipelihara, atau diakses secara elektronik, auditor dapat menentukan bahwa tidak praktis atau mungkin untuk mengurangi risiko deteksi ke tingkat yang dapat diterima dengan cara melaksanakan hanya pengujian substantif untuk satu atau lebih asersi laporan keuangan. Sebagai contoh, potensi untuk memicu atau mengubah informasi secara tidak semestinya terjadi dan tidak terdeteksi mungkin lebih besar jika informasi dihasilkan, diselenggarakan, atau diakses hanya dalam bentuk elektronik. Dalam keadaan ini, auditor harus melaksanakan pengujian pengendalian

Page | 77

Page 78: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

untuk mengumpulkan bukti untuk menaksir risiko pengendalian, atau mempertimbangkan dampaknya ke laporannya (lihat paragraf 25 Seksi ini).

SIFAT BUKTI AUDIT

15 Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor.

16 Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja (work sheet) dan spread sheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Data akuntansi ini seringkali dalam bentuk elektronik. Data akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup bagi suatu laporan keuangan; di pihak lain, tanpa cukup perhatian atas kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang melandasinya, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.

17 Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektonik, seperti cek; catatan electonic fund transfers; surat kontrak; notulen rapat; konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi yang diperoleh auditor melalui permintaaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemerikasaan fisik; serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.

18 Dalam entitas tertentu, beberapa data akuntansi dan bukti penguat tersedia dalam bentuk elektronik. Dokumen sumber seperti order pembelian, surat muat, faktor, dan cek digantikan dengan pesan elektronik. Sebagai contoh, entitas dapat menggunakan Electronic Data Interchange (EDI) atau sistem pengolahan citra (image processing systems) Dalam EDI, entitas dan pelanggannya atau pemasok menggunakan hubungan komunikasi untuk melakukan transaksi bisnis secara elektronik. Transaksi pembelian, pengiriman, penagihan, penerimaan kas, dan pengeluaran kas seringkali dilaksanakan seluruhnya dengan pertukaran pesan elektronik di antara pihak-pihak yang terkait. Dalam sistem pengolahan citra, dokumen di-scan dan diubah menjadi citra elektronik untuk memfasilitasi penyimpanan dan pengacuan, dan dokumen sumber dapat tidak disimpan setelah diubah ke dalam citra tersebut. Bukti audit tertentu dapat ada pada titik waktu tertentu. Namun, bukti tersebut mungkin tidak dapat diambil setelah periode waktu tertentu jika file diubah dan jika backup file tidak ada. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan waktu yang pada saat itu informasi ada atau tersedia dalam menentukan sifat, saat, dan luasnya pengujian subtantif, dan jika berlaku, pengujian pengendalian yang akan dilaksanakan.

19 Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan dengan keuangan dengan (a) menganalisa dan me-review, (b) menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam proses akuntansi dan dalam proses pembuatan alokasi yang bersangkutan, (c) penghitungan kembali dan (d) rekonsiliasi tipe-tipe dan aplikasi yang berkaitan dengan informasi yang sama. Melalui pelaksanaan prosedur seperti itu, auditor dapat menentukan bahwa catatan akuntansi konsisten secara

Page | 78

Page 79: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

intern. Konsistensi intern semacam itu biasanya memberikan bukti tentang kewajaran penyajian laporan keuangan.

20 Data yang berkaitan dengan akuntansi dan bukti penguat yang mendukung pembukuan ke dalam akun dan asersi dalam laporan keuangan biasanya tersedia dari file entitas dan dapat diakses oleh auditor untuk pemeriksaan pada titik atau periode waktu tertentu. Baik di dalam entitas maupun di luarnya terdapat orang yang berpengetahuan yang dapat dihubungi oleh auditor untuk dimintai keterangan. Aktiva yang memiliki keberadaan fisik tersedia bagi auditor untuk diinspeksi. Aktivitas personel entitas dapat diamati. Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas tersebut atau kondisi atau situasi lain, auditor dapat mencapai kesimpulan tentang validitas berbagai asersi dalam laporan keuangan.

KOMPETENSI BUKTI AUDIT

21 Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah dan relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti tersebut. Dengan demikian penarikan kesimpulan secara umum mengenai dapat diandalkannya berbagai macam bukti audit, tergantung pada pengecualian penting yang ada. Namun, jika pengecualian yang penting dapat diketahui, anggapan berikut ini mengenai keabsahan bukti audit dalam audit, meskipun satu sama lain tidak bersifat saling meniadakan, dapat bermanfaat:a. Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan, untuk

tujuan audit auditor independen, bukti tersebut memberikan jaminan keandalan yang lebih daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.

b. Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.

c. Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat menyimpulkan dibandingkan dengan yang diperoleh secara tidak langsung.

KECUKUPAN BUKTI AUDIT

22 Audit yang dilakukan auditor independen bertujuan untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk dipakai sebagai dasar memadai dalam merumuskan pendapatnya. Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah mempelajari dengan teliti keadaan yang dihadapinya. Dalam banyak hal, auditor independen lebih mengandalkan bukti yang bersifat mengarahkan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat meyakinkan (convincing evidence). Baik asersi secara individual dalam laporan keuangan maupun gambaran umum bahwa laporan keuangan secara keseluruhan menyajikan posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia adalah sedemikian sifatnya, sehingga seorang auditor yang sangat berpengalaman pun jarang dengan mudah diyakinkan, dalam hubungannya dengan semua aspek laporan keuangan yang diauditnya.

Page | 79

Page 80: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

23 Auditor bekerja dalam batas-batas pertimbangan ekonomi; agar secara ekonomis bermanfaat, pendapatnya harus dirumuskan dalam jangka waktu yang pantas dan dengan biaya yang masuk akal. Auditor harus memutuskan, sekali lagi dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya, apakah bukti audit yang tersedia baginya dengan batasan waktu dan biaya, cukup memadai untuk membenarkan pernyataan pendapatnya.

24 Sebagai pegangan, harus terdapat hubungan yang rasional antara biaya untuk mendapatkan bukti dengan manfaat informasi yang diperoleh. Masalah kesulitan dan biaya pengujian suatu pos bukan merupakan dasar yang sah untuk menghilangkan pengujian tersebut dalam proses audit.

PENILAIAN BUKTI AUDIT

25 Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan audit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan tidak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungkinan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimbangkan relevansi bukti audit, terlepas apakah bukti audit tersebut mendukung atau berlawanan dengan asersi dalam laporan keuangan. Bila auditor masih tetap ragu-ragu untuk mempercayai suatu asersi yang material, maka ia harus menangguhkan pemberian pendapatnya sampai ia mendapatkan bukti kompeten yang cukup untuk menghilangkan keraguannya, atau ia harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak memberikan pendapat.

TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

26 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

LAMPIRAN A

27 Asersi Laporan Keuangan, Contoh Tujuan Audit, dan Contoh Pengujian Substantif

Contoh untuk Sediaan dalam Perusahaan Manufaktur

Lampiran ini menggambarkan penggunaan asersi dalam pembuatan tujuan audit dan dalam pendesainan pengujian substantif. Contoh berikut ini tidak dimaksudkan untuk menggambarkan seluruh pengujian lengkap atau tidak diharapkan akan berlaku untuk semua audit.

Page | 80

Page 81: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Tujuan Audit Contoh Pengujian Substantif

Keberadaan atau Keterjadian

Sediaan yang dicantumkan dalam neraca secara fisik ada

* Mengamati penghitungan fisik sediaan.* Mendapatkan konfirmasi atas sediaan

yang ditempatkan di lokasi luar perusahaan.

* Menguji transaksi sediaan di antara

tanggal awal penghitungan fisik sediaan

dengan tanggal neraca.

Sediaan merupakan unsur yang disimpan untuk dijual atau digunakan dalam kegiatan normal bisnis.

* Me-review kartu sediaan, catatan

produksi, catatan pembelian sebagai

petunjuk kegiatan yang bersangkutan

dengan sediaan.

* Membandingkan sediaan dengan katalog

penjualan sekarang dengan laporan

penjualan dan laporan pengiriman barang.

* Menggunakan jasa spesialis untuk

menguatkan sifat produk yang khusus.

Kelengkapan

Sediaan meliputi semua produk, bahan, supplies yang ada di lokasi perusahaan.

* Mengamati penghitungan fisik sediaan.

* Membandingkan hubungan antara saldo akun sediaan dengan kegiatan pembelian, produksi, dan penjualan sekarang.

* Menguji prosedur pisah batas pengiriman dan penerimaan.

Kuantitas sediaan meliputi semua produk, bahan, supplies yang masih ada dalam perjalanan maupun yang disimpan di lokasi luar perusahaan.

* Mendapatkan konfirmasi atas sediaan yang ditempatkan di lokasi luar perusahaan.

* Membandingkan hubungan antara saldo akun sediaan dengan kegiatan pembelian, produksi, dan penjualan sekarang.

* Menguji prosedur pisah batas pengiriman dan penerimaan.

Daftar hasil penghitungan fisik sediaan dikompilasi dengan teliti dan totalnya telah dimasukkan ke dalam akun sediaan.

* Menelusuri hitung uji yang dicatat dalam kartu penghitungan fisik sediaan ke dalam daftar hasil penghitungan fisik sediaan.

* Meminta pertanggungjawaban semua

Page | 81

Page 82: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

kartu penghitungan fisik (inventory tags) dan daftar hasil penghitungan fisik (count sheet/inventory summary sheet) yang digunakan untuk mencatat hasil penghitungan fisik sediaan.

* Merekonsiliasi hasil penghitungan fisik dengan kartu sediaan dan saldo akun sediaan dalam buku besar serta menyelidiki fluktuasi yang signifikan.

Hak dan Kewajiban

Entitas memiliki hak milik secara hukum atau hak milik serupa terhadap sediaan

* Mengamati penghitungan fisik sediaan.* Mendapatkan konfirmasi atas sediaan

yang ditempatkan di lokasi di luar perusahaan.

* Memeriksa faktur dari pemasok yang telah dibayar, perjanjian konsinyasi, dan kontrak.

Sediaan tidak mencakup unsur yang telah ditagihkan kepada pelanggan atau dimiliki oleh pihak lain

* Memeriksa faktur dari pemasok yang telah dibayar, perjanjian konsinyasi, dan kontrak.

* Menguji prosedur pisah batas pengiriman dan penerimaan.

Penilaian atau Alokasi

Sediaan dinyatakan secara semestinya pada harga pokoknya (at cost), kecuali jika harga pasarnya lebih rendah.

* Memeriksa faktur dari pemasok.* Me-review tarif upah karyawan

langsung.* Memeriksa analisis selisih harga

pembelian dan selisih biaya produksi.

Page | 82

Page 83: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

SA Seksi 339KERTAS KERJA

Sumber : PSA No. 15

PENDAHULUAN

01 Auditor harus membuat dan memelihara kertas kerja, yang isi maupun bentuknya harus didesain untuk memenuhi keadaan-keadaan yang dihadapinya dalam perikatan tertentu. Informasi yang tercantum dalam kertas kerja merupakan catatan utama pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh auditor dan simpulan-simpulan yang dibuatnya mengenai masalah-masalah yang signifikan.

FUNGSI DAN SIFAT KERTAS KERJA

02 Kertas kerja terutama berfungsi untuk:a. Menyediakan penunjang utama bagi laporan auditor, termasuk

representasi tentang pengamatan atas standar pekerjaan lapangan, yang tersirat ditunjukkan dalam laporan auditor dengan disebutkannya frasa “berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia”.

b. Membantu auditor dalam pelaksanaan dan supervisi audit.

Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor tentang prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Contoh kertas kerja adalah program audit, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Kertas kerja dapat pula berupa data yang disimpan dalam pita magnetik, film, atau media yang lain.

03 Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai kuantitas, bentuk, dan isi kerta kerja untuk perikatan tertentu mencakup:a. Sifat perikatan auditor.b. Sifat laporan auditor.c. Sifat laporan keuangan, daftar, dan keterangan yang perlu bagi

auditor dalam pembuatan laporan.d. Sifat dan kondisi catatan clien.e. Tingkat risiko pengendalian taksiran.f. Kebutuhan dalam keadaan tertentu untuk mengadakan supervisi dan

review atas pekerjaan yang dilakukan para asisten.

Page | 83

Page 84: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

ISI KERTAS KERJA

04 Kuantitas, tipe, dan isi kertas kerja bervariasi dengan keadaan yang dihadapi oleh auditor, namun harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar pekerjaan lapangan yang dapat diterapkan telah diamati. Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:a. Pekerjaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang

menujukan diamatinya standar pekerjaan lapangan yang pertama.b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.

c. Bukti audit yang telah diperoleh, prosedur audit yang telah diterapkan, dan pengujian yang telah dilaksanakan, memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, yang menujukan diamatinya standar pekerjaan lapangan ketiga.

KEPEMILIKAN DAN PENYIMPANAN KERTAS KERJA05 Kertas kerja adalah milik auditor. Namun hak dan kepemilikan atas

kertas kerja masih tunduk pada pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berkaitan dengan hubungan yang bersifat rahasia dengan klien.

06 Seringkali kertas kerja tertentu auditor dapat berfungsi sebagai sumber acuan bagi kliennya, namun kertas kerja harus tidak dipandang sebagai bagian dari, atau sebagai pengganti terhadap, catatan akuntansi klien.

07 Auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya dalam periode yang dapat memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku mengenai penyimpan dokumen.

TANGGAL BERLAKU EFEKTIF08 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal

dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

Page | 84

Page 85: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

OUTSOURCING THE INTERNAL AUDIT FUNCTION:

A SURVEY OF THE UK PUBLIK AND PRIVATE SECTORS

Georges Selim and Arestodemos Yiannakas

Meskipun bukan fenomena baru di dunia usaha, outsourcing saat ini terjadi pada

skala lebih luas dan seringkali mencakup berbagai kegiatan tradisional di dalam

organisasi. Penelitian ini melaporkan hasil survei kuesioner yang dilakukan pada

sektor publik dan swasta di Inggris dalam masalah outsourcing audit internal. Para

penulis percaya bahwa beberapa keraguan hadir antara organisasi ketika datang ke

outsourcing fungsi audit internal. Hal ini didukung oleh temuan survei yang

menunjukkan bahwa organisasi yang telah menerima outsourcing dan telah

mempercayakan penyediaan berbagai layanan seperti pembersih, teknologi

informasi dan keamanan untuk penyedia layanan di luar, tidak begitu tertarik untuk

melakukan outsourcing fungsi audit internal.

SUMMARY

Penelitian ini mencakup analisis data dari survei yang dilakukan di Inggris

antara bulan Mei dan Juli 1999. Dalam survei ini, sejumlah Direksi Keuangan dan /

atau Direksi Audit baik dari sektor publik dan swasta ikut ambil bagian. Selain

melihat faktor bertindak sebagai kekuatan pendorong utama di balik keputusan

untuk melakukan outsourcing fungsi internal audit, penelitian juga meneliti

bagaimana audit internal dianggap dan kemungkinan dampak keputusan outsourcing

ini atas independensi auditor dan kualitas layanan audit internal.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa organisasi-organisasi, secara umum,

puas dengan kualitas jasa audit outsourcing. ketiga organisasi Satu dari tiga fungsi

audit internal dalam organisasi, menunjukkan bahwa dalam waktu dekat setidaknya

beberapa, jika tidak semua, fungsi audit internal dapat disediakan oleh penyedia

layanan di luar. Terlepas dari kenyataan bahwa mereka menunjukkan preferensi

mereka terhadap memperoleh layanan dari salah satu dari 'lima besar perusahaan

Page | 85

Page 86: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

akuntan publik, sejumlah besar organisasi masih dapat mempertimbangkan

penggunaan khusus penyedia audit internal.

PENDAHULUAN

Outsourcing yaitu praktek dimana perusahaan dikontrak untuk melakukan

satu atau lebih kegiatan bisnis yang secara tradisional telah dilakukan dalam

organisasi, telah menjadi ciri mapan cara bisnis dilakukan. Sekarang secara luas

diakui bahwa agar suatu organisasi bersaing secara efektif, penting untuk

berkonsentrasi pada apa yang dilakukannya menjadi terbaik.

Meskipun semua publisitas baru-baru ini telah diterima, outsourcing tidak

benar-benar sebuah fenomena baru. Fungsi organisasi outsourcing seperti keamanan

dan pemeliharaan gedung selama beberapa dekade. Organisasi outsourcing sekarang

dengan berbagai aktivitas baru, yang mereka tidak akan lakukan di masa lalu.

Orang-orang digunakan untuk kegiatan seperti organisasi-organisasi outsourcing.

Namun, kesepakatan baru-baru ini termasuk outsourcing fungsi sumber daya

manusia, akuntansi, teknologi informasi dan bahkan audit internal. Menurut

pandangan ini, organisasi yang merangkul outsourcing karena mereka menyadari

bahwa mereka memiliki keterbatasan tertentu dan karena ada organisasi khusus di

pasar sebagai kekuatan mereka.

REVIEW LITERATUR

Apakah Outsourcing itu perlu?

Selama beberapa tahun terakhir, banyak artikel telah ditulis dan diterbitkan

tentang outsourcing telah sengit diperdebatkan. Ini adalah wajar bagi mereka yang

mendukung akan sangat antusias dan ingin menerapkannya dalam berbagai peran

manajemen. Quinn dan Hilmer (1995), misalnya, yang secara luas mendukung

outsourcing sebagai respon strategis untuk persaingan yang meningkat. Mereka

mengklaim bahwa organisasi yang paling substansial dapat memanfaatkan sumber

daya mereka melalui strategis outsourcing: pertama, mengembangkan serangkaian

kompetensi inti yang dipilih dengan cermat untuk pelanggan dan organisasi dapat

menjadi yang terbaik di dunia. Kedua, memfokuskan investasi dan manajemen

menjadi perhatian mereka, dan akhirnya, banyak kegiatan strategis outsourcing lain

yang perusahaan memiliki kebutuhan strategis tidak kritis atau kemampuan khusus.

Jennings (1996) dan. Hinton (1996) juga berbagi pandangan yang sama.

Page | 86

Page 87: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Di sisi lain, beberapa skeptis memperingatkan bahwa organisasi bergantung

pada outsourcing mengundang bencana kehilangan daya saing. Di antara

peningkatan jumlah mereka yang menyatakan bahwa outsourcing dapat

menggerogoti daya saing, Prahalad dan Hamel (1990) menunjukkan bahwa

keterampilan yang menimbulkan generasi berikutnya kompetensi inti tidak bisa

'menyewa dalam' oleh outsourcing. Argumen mereka adalah bahwa kompetensi inti

harus dipupuk dan dilindungi dari waktu ke waktu untuk sukses kompetitif.

Kompetensi adalah perekat yang mengikat bersama-sama bisnis yang ada dan mesin

untuk pengembangan bisnis baru. Demikian pula, Bettis, Bradley, dan Hamel (1992)

menyimpulkan bahwa penyalahgunaan outsourcing memainkan peran penting dalam

penurunan terus kompetitif di banyak perusahaan Barat. Mereka lebih lanjut

menyatakan bahwa keputusan outsourcing, diambil oleh para manajer Barat,

cenderung meningkat.

Bermasalah dengan masalah keuangan perusahaan sering menganggap

outsourcing menjadi solusi yang paling tepat untuk masalah mereka. Hoewing

(1992) menyatakan bahwa kehati-hatian harus diambil untuk tidak tugas outsourcing

sebagai jalan terakhir. Tugas outsourcing dalam upaya untuk menyelamatkan sebuah

perusahaan finansial tidak stabil jarang bekerja. Dengan kata lain, jika kasus tersebut

lebih atau kurang harapan, bahkan beralih ke keahlian luar tidak mungkin untuk

menghasilkan hasil yang positif.

Dalam banyak kasus, keputusan untuk melakukan outsourcing fungsi tertentu

terlalu cepat diambil oleh CEO atau oleh chief financial officer dan cepat disetujui

oleh dewan direksi dengan over-antusias. Willis (1996), mengklaim bahwa

pelaksanaan keputusan outsourcing seharusnya merupakan proses tidak tergesa-

gesa. Sejumlah besar organisasi dimengerti menemukan keinginan untuk melakukan

outsourcing cukup menarik. Ide untuk mengubah biaya tetap menjadi biaya variabel

dapat membuktikan menjadi pilihan yang menggoda. Untuk organisasi yang

outsource dan mendapatkan yang benar, manfaat tampak semakin bermanfaat. Di

sisi lain, karena organisasi yang melakukan outsourcing dan mendapatkan

kesalahan, biaya bisa lebih dari jumlah berapapun yang disimpan. Organisasi bisa,

pada kenyataannya, akhirnya membayar lebih ke penyedia layanan di luar dari

mereka akan menghabiskan jika mereka melakukan fungsi in-house. Dalam jangka

panjang, McCune (1993) berpendapat bahwa, meskipun organisasi outsourcing

Page | 87

Page 88: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

dapat memberikan fleksibilitas untuk bereaksi dengan cepat terhadap perubahan

kondisi pasar atau untuk memanfaatkan peluang-peluang baru, mungkin tidak selalu

menjadi strategi terbaik untuk setiap fungsi. Outsourcing memungkinkan organisasi

untuk tumbuh tanpa investasi aktiva tetap apakah peralatan, atau personil - tetapi

strategi harus terus dievaluasi ulang.

Outsourcing Fungsi Internal Audit

Outsourcing seperti yang disebutkan sebelumnya, mungkin istilah yang

relatif baru, tetapi bukan merupakan konsep baru. 1980-an dan awal 1990-an,

melihat fungsi penting, seperti teknologi informasi dan akuntansi, dan diperlakukan

sebagai ‘non-inti' dan, sebagai akibatnya, mereka menjadi kandidat utama untuk

outsourcing. Fungsi audit internal merupakan salah satu yang terbaru, fungsi audit

internal dalam organisasi tradisionla yang saat ini menjadi target untuk

Mereka yang melawan outsourcing audit internal akan menyarankan bahwa

keputusan untuk melakukan outsourcing audit internal seluruh departemen adalah

langkah yang paling keliru yang dibuat tim manajemen senior dan selanjutnya akan

dianggap sebagai kesalahan serius (Acciani, 1995; Courtemanche, 1991). Bahkan

Acciani (1995) dan Courtemanche (1991) berpendapat bahwa, sementara

outsourcing dapat terlihat seperti pengaturan yang menarik di awal, akhirnya akan

biaya organisasi lebih tinggi daripada mempertahankan tim audit internal dalam

organisasi. Selanjutnya, kritik outsourcing adalah cepat dalam menunjukkan

keprihatinan tentang kebebasan, konflik kepentingan, dan kerahasiaan yang muncul

ketika perusahaan akuntan publik yang sama memberikan layanan baik internal dan

eksternal audit.

Institute of Internal Auditor (IIA), meskipun tren besar terhadap outsourcing,

masih percaya bahwa, fungsi audit internal sebaiknya dilakukan oleh sepenuhnya

sumber daya dan staf profesional yang kompeten yang bersifat internal dan bagian

integral dari struktur manajemen sebuah organisasi. IIA secara terbuka menyatakan

bahwa departemen audit internal yang kompeten yang terorganisasi dengan baik

dengan staf yang terlatih dapat melakukan fungsi audit internal yang lebih efisien

dan efektif daripada jasa audit kontrak. Standar dan Pedoman Praktik Profesional

Audit Internal, di negeri lain, masih terbuka kemungkinan untuk layanan eksternal

yang disediakan, dengan menyarankan bahwa jika departemen audit internal tidak

Page | 88

Page 89: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

memiliki pengetahuan yang diperlukan, keterampilan, dan disiplin untuk

melaksanakan tanggung jawab audit, maka dianjurkan untuk memperoleh dari luar

penyedia layanan.

Para pendukung outsourcing berpendapat bahwa lebih baik hasil ini didapat

dari semua outsourcing atau bagian dari fungsi internal audit. Jasa outsourcing yang

dipilih dapat membuktikan menjadi solusi yang paling tepat untuk auditor internal

yang telah diminta untuk secara signifikan mengurangi jumlah staf yang bekerja,

sementara pada saat yang sama memperluas cakupan program audit. Menurut

Marshall (1994), satu klaim, yang sering diangkat untuk mendukung outsourcing,

adalah ‘fleksibilitas’. Sebuah penyedia jasa layanan audit luar internal biasanya

dapat disewa setiap saat atau untuk periode waktu tertentu. Ini akan sangat berguna

di mana fungsi audit internal dalam organisasi memiliki kesulitan dalam memenuhi

rencana audit dan di mana tugas-tugas tertentu memerlukan keahlian spesialis yang

tidak tersedia dalam organisasi. Pelfrey dan Peacock (1995) berbagi pandangan yang

sama, bahwa mereka mempertahankan staf auditor internal pokok untuk menangani

fungsi-fungsi tertentu, sehingga proyek-proyek khusus atau tugas yang akan

dioutsource ke penyedia layanan di luar. Outsourcing pada kenyataannya dapat

menghilangkan kebutuhan untuk mempekerjakan staf permanen ketika fungsi audit

internal dalam organisasi tidak dapat mengatasi jumlah tambahan pekerjaan yang

harus dilakukan.

Meskipun semua yang telah dikatakan di atas, harus diingat, bahwa

outsourcing fungsi audit internal tidak sama dengan outsourcing fungsi lainnya. Di

sisi lain, kegiatan kritis menempatkan, seperti audit internal, di tangan penyedia luar

dapat membuktikan menjadi kesalahan serius dan mungkin dapat menyebabkan

sejumlah besar masalah kepada organisasi, masalah yang tidak biasanya muncul

pada fungsi outsourcing lainnya. Verschoor dan Farell (1996) menyatakan bahwa

audit internal adalah salah satu pokok sumber informasi yang dibutuhkan untuk

memenuhi tanggung jawab pengawasannya. Hasil keseluruhan akan meningkat

risiko direksi. Itulah sebabnya organisasi harus berpikir dua kali sebelum

outsourcing fungsi audit internal.

PERTANYAAN PENELITIAN

Page | 89

Page 90: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Berdasarkan publikasi saat ini, sedikit penelitian tentang masalah

outsourcing fungsi audit internal telah dilakukan di Britania Raya hasilnya banyak

pertanyaan yang masih tetap tidak terjawab. Salah satu studi paling baru

dipublikasikan adalah penelitian yang dilakukan oleh Rittenberg dan Covaleski

(1999) yang meneliti 'pengujian pasar' dari kegiatan audit internal di dalam

Pemerintah Inggris di mana tekanan Pemerintah untuk mempertahankan fungsi

outsourcing menantang departemen audit internal untuk bersaing dengan sektor

swasta. Kedua penulis melakukan serangkaian wawancara dengan pihak-pihak

utama yang terlibat dalam tes pasar jasa audit internal (yaitu outsourcing penyedia

dan kepala atau departemen audit internal). Hasil penelitian ini memberikan

beberapa pengamatan yang menarik tentang efek positif yang dihasilkan dari

kompetisi di putaran kedua kualitas layanan yang disediakan dan efisiensi layanan

tersebut. Ia juga mengidentifikasi masalah utama yang dihadapi, dan strategi yang

digunakan oleh kedua departemen yang ada dan outsourcing penyedia dalam

berkompetisi untuk penugasan audit.

Selain menyediakan beberapa informasi baru tentang outsourcing fungsi

audit internal di Britania Raya, kajian ini berupaya untuk menjawab tiga pertanyaan

dasar penelitian. Pertanyaan pertama terfokus pada bagaimana internal audit disadari

oleh Direksi Keuangan dan Direksi Audit baik dari publik dan sektor swasta.

Partisipan diminta untuk menyebutkan apakah mereka menganggap audit internal

menjadi inti 'atau' non-inti 'kegiatan dan apakah atau mereka tidak menganggap

untuk menjadi menjadi 'penting'? Pertanyaan kedua berusaha untuk mengidentifikasi

motif pokok dan faktor di balik keputusan untuk melakukan outsourcing fungsi

audit internal. Hal ini diklaim secara luas dalam literatur bahwa 'penurunan biaya'

adalah salah satu alasan utama, jika bukan alasan utama, sebagian besar organisasi

yang menggoda untuk melompat ke bandwagon outsourcing. Namun, tampaknya

bahwa sejumlah faktor lain seperti akses ke auditor internal dengan keterampilan

khusus dan untuk menjamin kualitas layanan dapat diajukan sebagai penjelasan yang

benar-benar mempengaruhi keputusan untuk melakukan outsourcing fungsi audit

internal.

Pertanyaan terakhir adalah berkaitan dengan dampak dari keputusan untuk

melakukan outsourcing fungsi internal audit pada independensi auditor (internal dan

eksternal) dan kualitas layanan audit internal. Sejumlah besar perusahaan akuntan

Page | 90

Page 91: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

publik yang telah secara aktif terlibat dalam pemasaran jasa internal audit, telah

mengangkat pertanyaan mengenai kesesuaian dan potensi bahaya mendapatkan

kedua layanan dari sumber yang sama (Accianit 1995; Aldhizer III dan Cashell,

1996). Demikian pula, kualitas jasa audit internal diberikan oleh penyedia layanan di

luar, terutama perusahaan akuntan publik, juga perhatian utama (Courtemanche,

1991).

METODOLOGI

Sampel yang terdiri dari 250 organisasi baik dari publik dan sektor swasta di

Britania Raya telah diambil. Dari sektor swasta, 125 Top perusahaan yang terdaftar

di London Stock Exchange dipilih, sedangkan 125 dari sektor publik campuran

dipilih dari Pemerintah Departemen, Instansi Pemerintah, Non Departemental Public

Bodies(NDPB's), Northern Ireland(NI) Departemen, dan Housing Federation

Members. Untuk tujuan survei ini, diputuskan bahwa penggunaan kuesioner akan

menjadi cara yang paling tepat. untuk mengumpulkan data, terutama karena

merupakan kendaraan yang paling efektif untuk mencapai sejumlah besar responden

di wilayah yang luas. Instrumen survei (kuesioner pos) dipilih untuk mengumpulkan

data primer dibagi menjadi lima skenario yang berbeda dan masing-masing

responden diminta untuk menanggapi hanya salah satu skenario sesuai dengan

ketentuan saat ini jasa audit internal dalam organisasi masing-masing. Lima skenario

adalah:

Fungsi audit internal diselenggarakan dalam organisasi (Skenario I)

Fungsi audit internal outsourcing sebagian (Skenario II)

Fungsi audit internal outsourcing sepenuhnya (Skenario III)

Partnering / Co-sourcing (Skenario IV)

Tidak ada fungsi audit internal saat ini (Skenario V)

Karena banyak tes menunjukkan bahwa persentase pengembalian secara

signifikan dapat ditingkatkan melalui sebuah pemberitahuan terlebih dahulu, diambil

keputusan untuk memperkenalkan awalnya kuesioner dengan menelepon semua

Drektur Keuangan dan / atau Direktur Audit dalam organisasi yang ada dalam

sampel. Selama jangka waktu delapan hari (dari 20 Mei hingga 28 Mei 1999), 250

Direksi dihubungi dan mereka akan menerima informasi tentang kuesioner pos.

Dalam beberapa kasus di mana kontak langsung dengan Direksi tertentu tidak bisa

Page | 91

Page 92: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

dilakukan, sebuah pesan yang melalui sekretaris atau rekan kerja lainnya. Sejak

kuesioner didistribusikan itu diluar kekuasaan peneliti, dan karena para peneliti tidak

punya cara lain untuk membantu responden untuk memberikan respon yang jelas

dan akurat, menyelesaikan segala potensi ambiguitas atau kebingungan untuk arti

pertanyaan-pertanyaan tertentu.

Dalam rangka mengurangi persentase non-responden dan meningkatkan

tingkat respons secara keseluruhan, tindak lanjut surat pada 21 Juni 1999. Dari total

250 kuesioner yang dikirimkan, 165 (66%) akhirnya selesai dan dikembalikan 5 Juli

1999. Tingkat respons untuk mailing awal 53,2% sedangkan mailing kedua

menghasilkan lebih lanjut 12,8%. Dari 125 organisasi dari sektor publik yang

awalnya dilakukan, 89 (71,2%) menjawab (67 Pemerintah Departemen, Lembaga,

NDPB, dan NI Departemen dan 22 Haousing Federation Members). Dan dari sektor

swasta 76 (60,8% ) berpartisipasi dalam survei kami.

HASIL PENELITIAN

Penyediaan Internal Audit

Sebagian besar responden (120 dari 165) menunjukkan bahwa mereka saat

ini memiliki fungsi audit internal di dalam organisasi mereka. Selain itu, sebanyak

160 (97%) organisasi memiliki baik fungsi audit internal di dalam organisasi atau

mereka menggunakan layanan dari penyedia layanan di luar. Pengamatan penting

adalah bahwa semua organisasi dari sektor publik menyatakan bahwa mereka baik

memiliki fungsi audit internal dalam organisasi (61 dari total 89 sebenarnya tidak

berpengaruh pada fungsi audit internal dalam organisasi) atau mereka menggunakan

layanan dari penyedia layanan di luar. Hanya 5 Direksi dari sektor swasta

menunjukkan bahwa organisasi mereka tidak memiliki fungsi audit internal. Kelima

Direksi ditanya apakah organisasi masing-masing pernah akan mempertimbangkan

kemungkinan memiliki fungsi internal audit. Dua Direksi menjawab Ya mereka

akan mempertimbangkan dan tiga menjawab Tidak.

Organisasi dengan Fungsi Internal Audit

Beberapa alasan utama diidentifikasi oleh Direksi. Sebagai pengaruh utama

dalam keputusan mereka untuk menjaga fungsi audit internal di dalam organisasi:

I. Untuk memastikan kualitas layanan

Page | 92

Page 93: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

II. Penyedia layanan audit internal tidak akan tahu bisnis organisasi yang mereka

lakukan

III. Apakah fungsi outsource organisasi akan kehilangan bantuan / konstruktif

positif yang diberikan oleh fungsi audit internal;

IV. Akses ke auditor internal setiap saat'; dan

V. Kebutuhan tetap untuk auditor internal dengan keterampilan khusus.

Dari total 75, 48 berasal dari sektor publik dan 27 dari sektor swasta.

Perbedaan antara kedua sektor dapat dijelaskan, sampai batas tertentu; oleh fakta

bahwa departemen pemerintah - dalam upaya untuk mencapai nilai terbaik, uang

untuk pembayar pajak – test market secara teratur, antara lain. kegiatan, fungsi

internal audit.

75 responden yang sama kemudian diminta untuk menunjukkan jika di masa

lalu mereka telah keluar-sumber baik seluruhnya atau sebagian fungsi audit internal

mereka dan kemudian, untuk satu alasan atau lainnya, mereka memutuskan untuk

membawa kembali audit internal organisasi. 11 organisasi dari sektor publik

memiliki pengalaman dengan outsourcing fungsi audit internal tetapi pada tahap

tertentu mereka memutuskan untuk membawa kembali fungsi audit internal

organisasi. Di antara alasan-alasan yang diajukan untuk menjelaskan keputusan

mereka untuk membawa fungsi audit internal kembali ke dalam organisasi:

I. Kualitas penyedia staf audit memburuk sebagai kontrak mendekat sampai akhir

II. Penyedia tidak lagi mampu menyediakan pelayanan karena kekurangan staf.

Dalam satu kasus, penyedia telah mengalami kesulitan dalam mempertahankan

staf yang ada dan merekrut yang baru;

III. Kualitas buruk penyedia layanan

IV. Ketidakpuasan dengan kinerja keseluruhan penyedia

V. Kurangnya pemahaman penyedia bisnis';

VI. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali sekali lagi kontrol keseluruhan fungsi

tersebut, maka diputuskan untuk membawa kembali fungsi Internal Audit di

organisasi

Sejauh menyangkut masa depan, sepertiga dari Direksi organisasi yang saat

ini memiliki fungsi audit internal dalam organisasi mengindikasikan bahwa mereka

akan mempertimbangkan outsourcing Jika bukan untuk keseluruhan, setidaknya

untuk beberapa fungsi audit internal mereka. Sementara sisa dua pertiga dari

Page | 93

Page 94: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Direksi menyatakan bahwa mereka tidak berharap untuk melakukannya. Mereka

tidak akan mempertimbangkan outsourcing fungsi audit internal mereka, 43 Direksi

berasal dari sektor swasta dan sisanya dari sektor publik.

Fungsi Outsourcing Internal Audit

4o organisasi responden baik sebagian atau seluruhnya outsourcing fungsi

audit internal atau telah mengadopsi kemitraan / co-sourcing diminta untuk

mengatakan kapan mereka mulai melakukannya. Hal ini terbukti bahwa mayoritas

(31 dari 40) dari organisasi mulai outsourcing fungsi audit internal dari sekitar lima

tahun yang lalu. Angka-angka ini pastikan bahwa meskipun 'outsourcing' adalah

bukan fenomena baru, praktek dimana organisasi outsource dalam fungsi audit

internal sebenarnya relatif baru.

Penyedia Jasa Internal Audit

Selama beberapa tahun terakhir, perusahaan akuntan publik telah menyadari

potensi penghasilan sangat besar dari pasar outsourcing audit internal, yang menurut

Rittenberg dan Covaleski (1997) adalah 2 - 3 kali pendapatan saat ini yang

dihasilkan oleh audit hukum dan , sebagai hasilnya, mereka telah mulai

menyediakan layanan audit internal di samping audit eksternal biasa dan konsultasi.

Untuk mengidentifikasi sumber utama jasa audit internal, organisasi-organisasi yang

sedang outsourcing fungsi audit internal, diminta untuk mengidentifikasi penyedia

layanan mereka. Hasil survei menunjukkan bahwa 29 dari 40 organisasi

memanfaatkan layanan dari 5 besar perusahaan akuntan publik. Hanya satu

organisasi dari sektor publik adalah pada penggunaan kini membuat layanan dari

penyedia audit khusus internal.

Persepsi Internal Audit

Dari total 165, 97 responden menganggap audit internal menjadi kegiatan inti

sementara sisa 68 menganggapnya sebagai kegiatan non-inti. Namun, para peneliti

merasa perlu mengeksplorasi masalah ini lebih lanjut dengan meminta partisipan

untuk menyatakan apakah dalam pandangan mereka audit internal adalah kegiatan

penting dalam organisasi mereka. Hasil survei mengungkapkan mayoritas, 151 dari

165 memang mempertimbangkan audit internal menjadi kegiatan 'penting'. Seperti

Page | 94

Page 95: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

yang diharapkan, semua lima organisasi dari sektor swasta tanpa fungsi audit

internal menyatakan bahwa mereka tidak menganggap audit internal menjadi tidak

inti 'atau' esensial '. Hal ini juga layak disebutkan bahwa dari 40 responden, yang

saat ini organisasi outsourcing fungsi audit internal, 21 menyatakan bahwa mereka

menganggap audit internal menjadi sebuah aktivitas inti.

Pengalaman Outsourcing

Ketika diminta untuk menyebutkan apakah organisasi mereka telah

outsource fungsi lain yang bersumber selain dari audit internal, 152 (92,1%)

menyatakan bahwa mereka telah menggunakan beberapa bentuk outsourcing,

sebuah hasil yang jelas menunjukkan adopsi meluas dari outsourcing di Britania

Raya di kedua sektor. Hal ini juga layak disebutkan bahwa 110 dari total 120

organisasi yang belum outsource fungsi audit internal, faktanya outsourcing untuk

fungsi tingkat yang lebih besar seperti katering / kebersihan, keamanan, teknologi

Informasi, penggajian dan manajemen armada kendaraan, dan untuk fungsi tingkat

yang lebih rendah seperti keuangan, manajemen sumber daya manusia dan

akuntansi. Fungsi lainnya, yang beberapa organisasi menunjukkan bahwa mereka

memiliki outsourcing, termasuk manajemen properti, telekomunikasi, manajemen,

pemberian pensiun dan pembayaran, pemeliharaan situs, manajemen fasilitas,

hubungan masyarakat, jasa aktuaria, dan pemrosesan cek.

Transfer of Undertakings Protection (TUPE) dan Outsourcing

Ada kepercayaan bahwa organisasi yang sekarang, lebih dari sebelumnya,

mau menggunakan outsourcing dalam upaya untuk mengurangi jumlah orang-orang

yang dipekerjakan, dan akibatnya mengurangi biaya, selalu di bawah lindungan dari

TUPE. Hal ini berpendapat bahwa undang-undang ini memang telah membuat

keputusan untuk menggunakan outsourcing lebih mudah karena semua hak dan

kewajiban majikan lama dan kontrak kerja secara otomatis dipindahkan ke majikan

baru.

Dalam organisasi di mana fungsi audit intern yang telah dioutsource,

responden diminta apakah TUPE telah membuat keputusan fungsi outsource mereka

lebih mudah. 35 mengatakan bahwa TUPE tidak membuat keputusan mereka lebih

mudah sementara 4 mengatakan mdah. Hasil ini jelas menunjukkan bahwa dalam

Page | 95

Page 96: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

kebanyakan kasus, TUPE tidak mempengaruhi keputusan untuk melakukan

outsourcing fungsi audit internal. Bahkan responden yang organisasinya memiliki

fungsi audit internal dan yang mengatakan bahwa mereka menyadari TUPE, ketika

diminta menyatakan apakah undang-undang ini akan membuat keputusan di masa

depan untuk melakukan outsourcing internal audit hanya 24 dari sekitar 111

responden menyatakan bahwa TUPE akan membuat keputusan mereka lebih mudah.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan untuk Outsource Fungsi

Internal Audit

Sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi keputusan untuk melakukan

outsourcing fungsi audit internal telah diidentifikasi dalam survei dan responden

diminta untuk menunjukkan, dengan menggunakan skala lima poin (di mana 1 =

Tidak relevan, 2 = Tidak Penting, 3 = Penting, 4 = Sangat Penting, dan 5 = Sangat

Penting).

Sebuah studi lebih dekat dari angka-angka ini menunjukkan dengan jelas

bahwa faktor tunggal, yang dianggap oleh mayoritas responden menjadi sangat

penting dalam memutuskan untuk melakukan outsourcing fungsi audit internal,

adalah “akses untuk auditor internal dengan keterampilan khusus’. Menurut

tanggapan lain yang diberikan, yang setiap faktor penting adalah untuk ‘memastikan

kualitas layanan'. Akhirnya, faktor penting lainnya menunjukkan adalah generasi

penghematan biaya dan ketidakmampuan organisasi untuk mempertahankan (atau

merekrut) orang dengan yang diperlukan keterampilan yang diperlukan'.

Dampak Keputusan Outsourcing

Masalah 'Kemerdekaan’

Karena kemerdekaan' adalah sebuah isu yang sangat penting saat outsourcing

fungsi audit internal, 40 organisasi yang baik seluruhnya atau sebagian fungsi

outsourcing atau telah mengadopsi kemitraan / co-sourcing diminta untuk

menyatakan apakah mereka menggunakan operator yang sama untuk kedua layanan

internal dan eksternal audit. Selain dari enam organisasi dari sektor swasta, sisanya

dari empat puluh organisasi menggunakan dua penyedia audit terpisah. Para peserta

juga diminta apakah, pada waktu itu mereka memilih penyedia layanan, mereka

dianggap potensi untuk mengorbankan independensi auditor yang mungkin terjadi

Page | 96

Page 97: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

sebagai akibat dari salah satu operator mengasumsikan peran ganda dari auditor

eksternal internal kering. Dua puluh tujuh dari empat puluh responden benar-benar

melakukannya saat itu.

27 responden kemudian ditanya apakah mereka setuju bahwa kemerdekaan

dikompromikan bila menggunakan penyedia layanan yang sama untuk kedua

layanan. Sepuluh mengatakan kemerdekaan yang tidak dikompromikan dan 17

mengatakan dikompromikan. Menarik untuk dicatat bahwa meskipun mereka telah

dianggap sebagai kompromi potensi auditor kemerdekaan dan meskipun mereka

setuju bahwa kemerdekaan sebenarnya terancam, mereka masih terus berjalan dan

menggunakan operator yang sama untuk kedua layanan internal dan eksternal audit.

Kepuasan dengan Layanan disediakan

Para responden diminta untuk menyatakan tingkat kepuasan dengan kualitas

layanan yang disediakan. Sebagian besar organisasi dari kedua sektor puas dengan

kualitas pelayanan yang mereka terima saat ini. Hanya 3 organisasi dari sektor

publik yang baik sangat tidak puas atau tidak puas dengan layanan yang disediakan.

Ketiga organisasi itu ditanya apakah mereka mempertimbangkan membawa fungsi

audit internal kembali ke organisasi mereka karena mereka tidak puas. Satu

organisasi kata Ya mereka akan mempertimbangkannya, kata lain Tidak, dan yang

ketiga berkata Mungkin.

30 Direksi yang menunjukkan bahwa organisasi mereka baik puas atau

sangat puas, juga bertanya apakah mereka masih akan mempertimbangkan

membawa fungsi audit internal kembali ke dalam organisasi. 13 berkata Ya dan 17

berkata Tidak. 13 responden yang mengatakan bahwa mereka masih akan

mempertimbangkan membawa kembali fungsi audit internal ke dalam organisasi,

juga diundang untuk menyatakan alasan yang mungkin mempengaruhi keputusan

mereka. Beberapa alasan yang disebutkan adalah:

I. Penggunaan 'outsourcing adalah tindakan sementara untuk mengatasi

kekurangan staff jangka pendek staf

II. Memiliki fungsi internal audit di dalam organisasi akan meningkatkan

kemampuan kita untuk menanggapi kebutuhan yang muncul

Page | 97

Page 98: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

III. Kami akan mempertimbangkan membawa fungsi audit internal ke dalam

organisasi sehingga Group Chief Internal Auditor akan dapat dengan benar

mengendalikan program audit seluruh kelompok itu

IV. Untuk menjamin penyediaan audit internal yang berkualitas tinggi

V. Para penyedia layanan sedang dikaji secara teratur dan jika organisasi menjadi

tidak puas pada satu titik dengan itu, layanan itu akan dibawa kembali ke dalam

organisasi

VI. Jika organisasi berhasil dalam merekrut auditor dengan keterampilan yang

diperlukan, maka kami akan membawa kembali fungsi auditor internal ke dalam

organisasi.

KESIMPULAN

Hasil survei jelas menunjukkan bahwa mayoritas organisasi di Inggris masih

menunjukkan preferensi terhadap fungsi audit internal dalam organisasi.

Selanjutnya, hasil survei menunjukkan fungsi audit internal dirasakan oleh

mayoritas responden (59%) sebagai 'inti' dan dengan suara yang lebih besar (92%)

sebagai 'esensial'. Hasil ini 13 lebih diperkuat oleh fakta bahwa organisasi 160 dari

total 165 yang ikut ambil bagian dalam survei saat ini memiliki fungsi audit in-

house internal atau menggunakan layanan dari penyedia layanan di luar.

Faktor paling penting yang dikemukakan untuk mendukung keputusan untuk

melakukan outsourcing fungsi audit internal adalah ‘akses ke internal auditor dengan

keterampilan khusus’. Dalam era yang sebagian besar didominasi oleh pribadi:

komputer, internet, pengembangan dan. Penggunaan instrumen keuangan baru

(derivatif misalnya), auditor internal kadang-kadang menemukan diri mereka

melakukan audit di wilayah asing, dan jika daerah ini harus diaudit secara efektif

dan efisien memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Organisasi

mengakui fakta bahwa mempertahankan staf ahli tidak selalu merupakan pilihan

yang realistis mengingat yang biaya tinggi. Outsourcing, oleh karena itu,

menyediakan solusi biaya-efektif untuk kebutuhan sesekali untuk auditor dengan

keterampilan khusus.

Page | 98

Page 99: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

PERTEMUAN 7

PROSES AUDIT AWAL & REVIEW SPI

Perencanaan

SPAP Standar Kedua à Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan

jika menggunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Alasan auditor

mempersiapkan rencana kontrak kerja:

1. Memperoleh bukti yang cukup kompeten

2. Menjaga agar biaya audit yang dikeluarkan tetap wajar

3. Menghindari kesalahpahaman dengan klien

Pra-perencanaan audit à perolehan informasi untuk menilai resiko

akseptibilitas audit dan inheren. Resiko Akseptibilitas Audit Adalah Ukuran untuk

menilai seberapa besar kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan

mungkin saja disajikan dengan kesalahan penyajian yang material setelah proses

audit diselesaikan dan pendapat wajar tanpa syarat telah dinyatakan (Resiko nol

persen à yakin sekali, Resiko 100 persen à benar-benar tidak yakin).

Page | 99

Page 100: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Resiko Inheren Adalah Ukuran penilaian auditor atas kemungkinan adanya

kesalahan penyajian yang material atas akun sebelum mempertimbangkan efektifitas

pengendalian intern.

Perencanaan audit awal

Empat hal yang harus dilakukan lebih dulu dalam audit :

Auditor harus memutuskan apakah akan menerima seorang klien baru atau

melanjutkan pelayanan klien yang ada

Auditor harus mengidentifikasikan mengapa klien menginginkan atau

membutuhkan audit

Auditor memperoleh pemahaman klien tentang cara penugasan untuk

menghindari kesalahpahaman

Staf untuk penugasan dipilih, termasuk bila dibutuhkan spesialis audit

Penerimaan dan Kelangsungan Kerja Sama dengan Klien

Harus mempertimbangkan tanggungjawab hukum dan profesi KAP dalam

menentukan klien yang layak

Page | 100

Page 101: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Investigasi Klien Baru

Sebelum menerima klien baru, KAP menginvestigasi perusahaan untuk

menentukan akseptibilitas, prospek klien dalam komunitas bisnisnya, stabilitas

keuangan dan hubungannya dengan KAP sebelumnya

Mempertahankan Klien yang Ada

KAP setiap tahun mengevaluasi kliennya untuk menentukan apakah ada alasan

untuk menghentikan proses audit mereka

Menerima Klien dan Melakukan Perencanaan Audit Awal:

1. Mengidentifikasikan berbagai alasan klien meminta penugasan audit

Sesuai dengan dua faktor yang mempengaruhi resiko akseptibilitas audit :

siapakah yang akan menjadi pengguna laporan keuangan dan apa maksud

menggunakan laporan keuangan

2. Memperoleh kesepahaman dengan klien

• SAS 83 (AU 310)

• Surat penugasan (engagement letter) à kesepakatan antara KAP dan

pihak klien untuk melaksanakan jasa audit serta jasa lainnya yang terkait

dengan audit

3. Memilih staf bagi penugasan audit : SPAP Standar Umum pertama

4. Mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar

• SAS 73 (AU 336)

• Audit klien membutuhkan pengetahuan khusus harus berkonsultasi

dengan spesialis

Memahami Bisnis dan Industri Klien

Sebuah pemehaman menyeluruh atas bisnis dan industry klien dan

pengetahuan tentang operasional perusahaan adalah penting untuk merlukan suatu

audityang memadai. Sifat dari bisnis dan industry klien mempengaruhi resiko bisnis

klien tersebut dan resiko salah saji material dalam laporan keuanga. Auditor

menggunakan pengetahuan dari resiko ini untuk menentukan luasan tepat dari bukti

audit.

Faktor yang meningkatkan pentingnya pemahaman akan bisnis dan industri klien :

Page | 101

Page 102: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Teknologi informasi menghubungkan perusahaan klien dengan

pelanggan dan pemasok besar

Klien telah meluaskan operasional ke seluruh dunia

Teknologi informasi mempengaruhi proses internal, memperbaiki

mutu san ketapatan waktu dari informaso akuntansi

Pentingnya modal manusia (human capital) dan aktiva tidak

berwujud telah meningkatkan kerumitan akuntansi

Auditor membutuhkan pemahaman yang lebih baik dari bisnis dan

industri klien untuk memberikan pelayanan bernilai tambah untuk klien

Industri dan Lingkungan Eksternal.

Terdapat tiga alasan utama mengapa diperlukan pemahaman yang baik atas

industry klien dan lingkungan eksternal, antara lain:

1. Terdapat resiko yang terkait dengan industry tertentu

2. Terdapat resiko inheren yang umumnya dimiliki oleh semua klien dalam

sejumlah industri tertentu

3. Banyak industri yang memiliki persyaratan akuntansi yang unik yang harus

dipahami auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien sudah

sesuai dengan PABU

Operasi dan proses bisnis

Auditor harus memahami sumber utama pendapatan, pelanggan dan pemasok

kunci, sumber keuangan dan informasi tentang pihak terkait yang bisa menunjukkan

area resiko bisnis klien yang meningkat.

1. Mengunjungi pabrik dan kantor.

Mengamati kegiatan perusahaan secara langsung

Membantu auditor untuk mengidentifikasi resiko inheren

2. Mengidentifikasi pihak terkait.

Menurut SAS 45 (AU 334) definisi pihak terkait adalah perusahaan afiliasi,

pemegang saham utama dari perusahaan klien atau pihak lainnya yang

berhubungan dengan klien dimana salah satu dari kedua belah pihak itu dapat

mempengaruhi manajemen atau kebiajakan operasional pihak lainnya

Page | 102

Page 103: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Manajemen dan kepemerintahan

Manajemen membuat strategi dan proses bisnis yang diikuti oleh bisnis klien.

Filosofi dan gaya operasional manajemen dan kemampuan untuk mengidentifikasi

dan merespon resiko, sangat berdampak pada resiko salah saji material dalam

laporan keuangan.

Kepemerintahan meliputi struktur organisasi klien, efektivitas dewan direksi

dan komite audit. Dewan direksi yang efektif membantu menjamin bahwa

perusahaan mengambil resiko yang sepantasnya. Komite audit, melalui tinjauan atas

laporan keuangan, bisa mengurangi kemungkinan akuntansi yang terlalu agresif.

Anggaran Dasar (corporate charter)

Diberikan oleh Negara bagian tempat awal didirikan perusahaan tersebut dan

merupakan dokumen hokum yang wajib digunakan untuk mengenali perusahaan

sebagai entitas yang berdiri sendiri.

Anggaran Rumah Tangga (by laws)

Mencakup sejumlah peraturan dan prosedur yang diadopsi oleh para pemegang

saham perusahaan.

Notulen rapat

Merupakan catatan-catatan resmi atas sejumlah pertemuan yang dilakukan

antara dewan direksi dan para pemegang saham.

Tujuan dan strategi klien

Strategi adalah Pendekatan yang diikuti oleh entitas untuk mencapai tujuan

organisasi. Auditor harus memahami tujuan Klien yang terkait dengan:

1. Pelaporan keuangan yang bisa diandalkan

2. Efektivitas dan efesiensi operasi

3. Pemenuhan hukum dan peraturan

Ukuran dan prestasi

Meliputi indikator prestasi kunci yang digunakan manajemen untuk mengukur

kemajuan terhadap tujuan

Pengukuran kinerja meliputi analisis rasio dan benchmarking terhadap pesaing

kunci

Page | 103

Page 104: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan

Bagian penting untuk memahami bisnis klien dan penilaian resiko bisnis

klien adalah melaksanakan prosedur analisis pendahuluan. Dilakukan dengan

membandingkan antara rasio klien dengan benchmark industri atau pesaing sebagai

indikasi kinerja perusahaan. Perubahan yang tidal biasa atas rasio bisa dibandingkan

dengan tahun-tahun sebelumnya atau dengan rata-rata industry sehingga akan

membantu mengidentifikasikan area yang mengalami kenaikan resiko salah saji

yang membutuhkan perhatian lebih lanjut selam audit. Bagian penting dari

pengujian disepanjang audit

Ikhtisar atas Tujuan Perencanaan Audit

Tujuan utama à mendapatkan sebuah pemahaman tentang bisnis dan industri klien

yang akan digunakan untuk menilai resiko bisnis klien dan resiko salah saji material

dalam laporan keuangan.

Prosedur Analitis

Definisi menurut SAS 56 (AU 329) à Evaluasi informasi keuangan yang dilakukan

dengan sebuah studi hubungan masuk akal diantara data keuangan dan non

keuangan yang melibatkan perbandingan dari jumlah tercatat dengan pengharapan

yang dikembangkan oleh auditor (penekanan pada pengharapan yang dikembangkan

oleh auditor).

Menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah

saldo akun data lain terlihat wajar

Diwajibkan dalam fase perencanaan untuk membantu dalam

menentukan sifat, luasan dan penetapan waktu pekerjaan yang akan dilakukan

Seringkali dilakukan selama fase pengujian dari audit yang

berhubungan dengan prosedur audit lainnya

Juga diwajibkan selama fase penyelesaian dari audit

Tujuan prosedur analitis untuk ketiga fase antara lain:

Fase

Page | 104

Page 105: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Tujuan

Fase perencanaan

(wajib)

Fase pengujian Fase

penyelesaian

(wajib)

Memahami industri & bisnis Tujuan utama

Menilai kelangsungan Tujuan skunder Tujuan skunder

Menunjukkan kemungkinan

salah saji

Tujuan utama Tujuan skunder Tujuan utama

Mengurangi ujian rinci Tujuan skunder Tujuan utama

Lima Jenis Prosedur Analitis

1. Membandingkan data klien dan industri

Sebuah bantuan untuk memahami bisnis klien dan indikasi dari

kemungkinan kegagalan keuangan

Kelemahan rasio industri à adanya perbedaan diantara sifat informasi

keuangan klien dan perusahaan membentuk total industri

2. Membandingkan data klien dengan data periode sama yang sebelumnya

Membandingkan saldo tahun ini dengan tahun sebelumnya

Menyertakan hasil neraca saldo tahun lalu yang telah disesuaikan dalam

kolom terpisah dari lembar kerja neraca saldo tahun ini

Membandingkan rincian total saldo dengan rincian yang sama untuk

tahun sebelumnya

Digunakan bila tidak ada perubahan yang signifikan dalam operasional

klien di tahun ini

Menghitung hubungan rasio dan persentase untuk dibandingkan

dengan tahun sebelumnya

3. Membandingkan data klien dengan hasil dugaan yang telah ditentukan klien

Data klien dibandingkan dengan anggaran

Auditor harus mengevaluasi apakah anggaran itu adalah rencana yang

realistis

Page | 105

Page 106: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Kemungkinan bahwa informasi keuangan saat ini telah diubah oleh

karyawan klien untuk menyesuaikan dengan anggaran

4. Membandingkan data klien dengan hasil dugaan yang telah ditentukan auditor

Auditor menghitung saldo dugaan untuk dibandingkan dengan saldo

sebenarnya

Auditor membuat sebuah perhitungan tentang apakah saldo akun itu

seharusnya dengan menghubungkannya dengan neraca lajur lainnya atau

akun laporan pemasukan atau rekening dengan membuat sebuah proyeksi

berdasarkan pada suatu tren historis

5. Membandingkan data klien dengan hasil dugaan yang menggunakan data non

keuangan

Penekanan à akurasi data

Rasio Keuangan Umum

1. Kemampuan membayar utang jangka pendek

Menggunakan tingkat likuiditas yang wajar supaya dapat membayar

utang saat jatuh tempo, ukurannya :

Rasio Kas à untuk mengevaluasi kemampuan membayar utang dengan

segera

Rasio Lancar (current ratio) à membutuhkan pengubahan aktiva seperti

persediaan dan piutang dagang menjadi kas sebelum utang dibayar

Rasio Paling Lancar (quick ratio) à perbedaan dengan rasio lancar adalah

masuknya persediaan ke dalam aktiva lancar untuk rasio lancar

2. Rasio Aktivitas Likuiditas

Digunakan jika perusahaan tidak memiliki uang tunai, maka untuk

membayar utangnya adalah waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk

merubah aktiva lancar yang kurang cair menajdi uang tunai

Rasio Aktivitas untuk Piutang Dagang dan Persediaan

Rasio perputaran piutang dagang à untuk menilai kewajaran dari cadangan

untuk akun yang tidak tertagih

Rasio perputaran persediaan à untuk mengidentifikasikan keusangan

persediaan potensial

3. Kemampuan memenuhi kewajiban utang jangka panjang

Page | 106

Page 107: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Kemampuan untuk menghimpun modal untuk perluasan à Rasio Utang

terhadap Modal Sendiri

Kemampuan untuk melakukan pembayaran pokok dan bunga à

kemampuan perusahaan membuat aliran kas yang positif dari operasi

4. Rasio Profitabilitas

Kemampuan perusahaan menghasilkan uang tunai untuk pembayaran

kewajiban, perluasan dan deviden

Rasio Pendapatan per Saham

Persentase Keuntungan Kotor (Gross Profit Percent) à bagian dari

penjualan yang tersedia untuk menutupi semua pengeluaran dan

keuntungan setelah dikurangi biaya produk

Margin Keuntungan (Profit Margin)à mirip dengan margin keuntungan

kotor tetapi telah dikurangi baik biaya barang terjual maupun pengeluaran

operasi

Tingkat Pengembalian atas Aktiva memperlihatkan kemampuan

perusahaan untuk

TIngkat Pengembalian atas Modal menghasilkan keuntungan atas setiap

aktiva&modal

Komunikasi Masalah SPI ( SA Seksi 325)

Seksi ini memberikan panduan untuk mengidentifikasi dan melaporkan

kondisi yang menyangkut pengendalian intern entitas, yang diamati dalam audit atas

laporan keuangan. Komunikasi tersebut umumnya ditujukan kepada komite audit

atau orang dengan tingkat wewenang dan tanggung jawab setara dalam organisasi

yang tidak memiliki komite audit, seperti dewan komisaris, dewan wali amanat, atau

pemilik dalam perusahaan yang dijalankan oleh pemiliknya sendiri, atau pihak lain

yang mengadakan perikatan audit.

Kondisi yang dapat dilaporkan

Selama melaksanakan audit, auditor mungkin mengetahui persoalan yang

menyangkut pengendalian intern yang mungkin perlu diketahui oleh komite audit.

Dalam Seksi ini, persoalan yang diharuskan untuk dilaporkan kepada komite audit

Page | 107

Page 108: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

untuk selanjutnya disebut dengan kondisi yang dapat dilaporkan. Secara khusus, ini

adalah persoalan yang menarik perhatian auditor, yang menurut pertimbangannya,

harus dikomunikasikan kepada komite audit, karena merupakan kekurangan

material dalam desain atau operasi pengendalian intern, yang berakibat buruk

terhadap kemampuan organisasi tersebut dalam mencatat, mengolah,

mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi

manajemen dalam laporan keuangan. Kekurangan demikian dapat mencakup aspek

lima komponen pengendalian intern1 (a) lingkungan pengendalian, (b) penaksiran

risiko, (c) aktivitas pengendalian, (d) informasi dan komunikasi, dan (e)

pemantauan. (Lihat paragraf 21, lampiran untuk contoh kondisi yang dapat

dilaporkan).

Pengendalian intern adalah pengendalian yang dibuat untuk memberikan

keyakinan memadai bahwa tujuan entitas tertentu akan dicapai. (Lihat SA Seksi

319 [PSA No. 69] Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit

Laporan Keuangan untuk definisi penting tambahan.

Identifikasi kondisi yang dilaporkan

Tujuan auditor dalam mengaudit laporan keuangan adalah untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan entitas secara keseluruhan. Auditor tidak

berkewajiban mencari kondisi yang dapat dilaporkan. Namun, auditor mungkin

menemukan kondisi yang dapat dilaporkan melalui pertimbangannya atas

komponen pengendalian intern, penerapan prosedur audit terhadap saldo akun dan

transaksi, atau mungkin dengan cara lain selama pelaksanaan audit. Ditemukan atau

tidaknya kondisi yang dapat dilaporkan akan berbeda antara satu perikatan dengan

perikatan yang lain, karena dipengaruhi oleh sifat, saat, dan lingkup prosedur audit

serta faktor-faktor lainnya, seperti ukuran entitas, kerumitan dan sifat serta

keanekaragaman kegiatan usahanya.

Kriteria yang disepakati

Pada waktu menentukan lingkup auditnya, auditor dan kliennya mungkin

membicarakan pengendalian intern dan berfungsi atau tidaknya pengendalian

Page | 108

Page 109: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

tersebut. Klien mungkin meminta auditor untuk waspada terhadap permasalahan

tertentu dan untuk melaporkan kondisi di luar yang dibahas dalam Seksi ini.

Auditor sebaiknya juga melaporkan masalah lain, yang menurut penilaiannya,

berguna untuk manajemen, walaupun tanpa permintaan khusus untuk itu.

Lingkup yang disepakati bersama antara auditor dan klien untuk melaporkan kondisi

yang ditemukan dapat meliputi, misalnya, pelaporan persoalan yang tidak sepenting

dibandingkan dengan yang disebutkan dalam Seksi ini, adanya kondisi yang

dikemukakan oleh klien, atau hasil penyelidikan lebih lanjut dari permasalahan yang

ditemukan untuk mengidentifikasikan penyebabnya. Dalam lingkup demikian,

mungkin auditor diminta untuk mengunjungi lokasi tertentu, menilai prosedur

pengendalian tertentu, atau melaksanakan prosedur tertentu yang tidak direncanakan

sebelumnya.

Pelaporan – bentuk dan isi

Kondisi yang ditemukan oleh auditor, yang menurut Seksi ini dapat dilaporkan atau

yang merupakan hasil kesepakatan dengan klien harus dilaporkan, sebaiknya

dilakukan secara tertulis. Apabila informasi tersebut dikomunikasikan secara lisan,

auditor harus mendokumentasikan komunikasi tersebut dalam kertas kerjanya.

Setiap laporan yang diterbitkan mengenai kondisi yang dapat dilaporkan harus:

a. Menunjukkan bahwa tujuan audit adalah untuk memberikan pendapat atas

laporan keuangan dan tidak untuk memberi keyakinan atas pengendalian

intern.

b. Memuat definisi kondisi yang dapat dilaporkan.

c. Memuat pembatasan distribusi laporan sebagaimana yang dijelaskan dalam

paragraf 10.

Komunikasi dengan Manajemen ( SA Seksi 360)

Beberapa pernyataan standar auditing telah memberikan panduan tentang hubungan

antara auditor dengan manajemen. Seksi ini menguraikan, meringkas hal-hal tertentu

yang telah diatur dalam Seksi sebelumnya, dan memberikan panduan tambahan.

Untuk tujuan Seksi ini, manajemen terdiri dari pejabat atau yang lain yang

menjalankan fungsi sebagai manajemen senior. Manajemen mencakup direktur dan

Page | 109

Page 110: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

komite audit hanya jika mereka melaksanakan fungsi sebagai manajemen senior

tersebut.

Persyaratan hukun dan professional

Selama melakukan audit atas laporan keuangan, perlu bagi auditor untuk

membangun hubungan kerja yang bersifat konstruktif dengan manajemen untuk

mewujudkan audit yang efektif dan efesien. Tujuan ini dapat dicapai dengan

mengamati prinsip-prinsip etika profesi tertentu yang ditetapkan oleh Ikatan

Akuntan Indonesia. Prinsip-prinsip ini terdapat dalam Kode Etik Ikatan

Akuntan Indonesia yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Prinsip-

prinsip yang memberikan panduan tentang tanggung jawab profesional auditor

adalah:

a) independensi;

b) integrasi;

c) objektivitas;

d) kemahiran dan kecermatan profesional;

e) kerahasiaan;

f) perilaku profesional, dan

g) standar teknis

Syarat-syarat dalam perikatan audit

Surat perikatan merupakan kepentingan baik auditor maupun kliennya yang

berisi dokumentasi dan penegasan penerimaan oleh auditor mengenai

penunjukan auditor oleh klien. PSA No. 55 (SA Seksi 320) Surat Perikatan

Audit memberikan panduan bagi auditor mengenai surat perikatan tersebut.

Surat perikatan membantu auditor dalam menghindari kesalahpahaman tentang

syarat-syarat perikatan, dan menjadi dasar suatu hubungan antara auditor

dengan kliennya. Bentuk dan isis surat perikatan audit dapat bervariasi untuk

setiap klien, namun pada umumnya mencakup:

a) Tujuan audit atas laporan keuangan.

b) Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.

Page | 110

Page 111: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

c) Lingkup audit, termasuk pengacuan ke perundangan, peraturan, atau

standar yang diterbitkan oleh badan profesional yang didalamnya auditor

menjadi anggotanya.

d) Akses ke catatan, dokumentasi, dan informasi lain apa saja yang

diisyaratkan dalam hubungannya dengan audit.

Representasi Manajemen

SA Seksi 333 [PSA No. 17] Representasi Manajemen berisi standar dan

panduan profesional yang berkaitan dengan representasi manajemen.

Representasi manajemen dapat memberikan:

a) bukti bahwa manajemen mengakui tanggung jawabnya atas penyajian yang

wajar laporan keuangan sesuai dengan rerangka pelaporan keuangan yang

relevan, dan telah mengesahkan laporan keuangan tersebut;

b) penegasan tertulis oleh manajemen mengenai representasi signifikan yang

dibuat selama pelaksanaan audit, sehingga mengurangi kemungkinan salah

paham tentang representasi lisan yang dibuat oleh auditor,

c) bukti audit tertulis bilamana representasi manajemen merupakan satu-

satunya bukti yang diharapkan dapat diperoleh auditor (seperti, suatu

penguatan maksud manajemen untuk menahan investasi tertentu untuk

tujuan jangka panjang).

Komunikasi dengan manajemen selama masa audit

Selama berlangsungnya audit, auditor melakukan pembicaraan dengan

manajemen mengenai berbagai hal yang mencakup berikut ini:

a) pemahamanatas bisnis klien;

b) rencana audit;

c) dampapak perundangan atau standar profesional atas audit;

d) informasi yang diperlukan untuk menentukan risiko audit;

e) penjelasan, bukti, dan representasi dari manajemen atau dari tingkat yang

lebih rendah dalam organisasi;

Page | 111

Page 112: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

f) pengamatan dan saran yang dihasilkan dari audit tentang hal-hal efisiensi

operasional atau administratif, strategi bisnis, dan unsur lain yang menarik

perhatian,

g) informasi yang tidak diaudit yang diinginkan oleh manajemen untuk

publikasikan dengan laporan keuangan auditan yang menurut pertimbangan

auditor tidak konsisten atau tampak menyesatkan pembaca.

Pada akhir audit, auditor akan memerlukan waktu untuk membicarakan hal-hal

seperti:

a) kesulitan praktis yang dijumpai dalam pelaksanaan audit;

b) ketidaksetujuan dengan manajemen berkaitan dengan laporan keuangan;

c) apakah adjustment audit signifikan perlu disajikan atau tidak dalam laporan

keuangan;

d) perhatian atau masalah signifikan yang berkaitan dengan kebijakan

akuntansi dan pengungkapan unsur-unsur dalam laporan keuangan yang

kemungkinan meyebabkan modifikasi terhadap laporan auditor;

e) ketidakberesan atau dugaan adanya ketidakpatuhan terhadap undang-

undang dan peraturan yang ditemukan oleh auditor;

f) risiko signifikan yang dihadapi oleh entitas seperti hal-hal yang memiliki

potensi yang membahayakan bagi kemampuan entitas dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya;

g) rekomendasi (seperti hal yang berkaitan dengan pengendalian intern) yang

akan diberikan oleh auditor kepada manajemen sebagai hasil dari auditnya.

Auditor perlu mengkomunikasikan hal-hal tersebut kepada manajemen yang

memiliki jenjang semestinya. Komunikasi tersebut dapat berbentuk lisan atau

tertulis. Jika komunikasi dilakukan secara lisan, auditor mendokumentasikan

komunikasi tersebut dalam kertas kerja.

Rapat khusus biasanya diadakan pada akhir audit dengan direksi, komite audit

atau manajemen senior yang lain.

Komunikasi Dengan Komite Audit (SA Seksi 380)

Seksi ini menetapkan persyaratan bagi auditor untuk menentukan bahwa masalah-

masalah tertentu yang bersangkutan dengan pelaksanaan audit dikomunikasikan

kepada orang yang memiliki tanggung jawab pengawasan dalam proses pelaporan

Page | 112

Page 113: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

keuangan. Untuk tujuan Seksi ini, penerima komunikasi disebut dengan komite audit

(audit committee). Komite audit atau pihak yang secara formal ditunjuk untuk

mengawasi proses pelaporan keuangan yang bertanggung jawab kepada badan yang

setara dengan komite audit (seperti komite keuangan atau komite anggaran) dan

semua perikatan dengan Bapepam.

Masalah yang dikomunikasikan

Tanggung Jawab Auditor Berdasarkan Standar Auditing yang Ditetapkan Ikatan

Akuntan Indonesia

Audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan

Akuntan Indonesia dapat ditujukan ke berbagai masalah yang menjadi

kepentingan komite audit. Sebagai contoh, komite audit biasanya

berkepentingan dengan pengendalian intern dan apakah laporan keuangan bebas

dari salah saji material. Agar komite audit memahami sifat keyakinan yang

diberikan oleh suatu audit, auditor harus mengkomunikasikan tingkat tanggung

jawab yang dipikulnya mengenai masalah-masalah tersebut berdasarkan standar

auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Juga penting bagi komite

audit untuk memahami bahwa standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan

Indonesia didesain untuk memperoleh keyakinan memadai, bukan mutlak, atas

laporan keuangan.

Kebijakan Akuntansi Siginifikan

Auditor harus menentukan bahwa komite audit mendapatkan informasi tentang

pemilihan dan perubahan kebijakan akuntansi atau pelaksanaannya. Auditor

juga harus menentukan bahwa komite audit mendapatkan informasi tentang

metode yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan transaksi signifikan

yang tidak biasa dan dampak kebijakan akuntansi signifikan untuk isu akuntansi

yang baru atau kontroversial yang belum ada panduan atau kesepakatan

mengenai perlakuan akuntansinya dari badan berwnang. Sebagai contoh,

mungkin terdapat isu akuntansi signifikan dalam bidang seperti pengakuan

pendapatan, pendanaan tidak disajikan di neraca (off-balance sheet financing),

dan akuntansi untuk investasi ekuitas (equity investment).

Page | 113

Page 114: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Pertimbangan Manajemen dan Estimasi Akuntansi

Estimasi akuntansi merupakan bagian terpadu dari laporan keuangan yang

disusun oleh manajemen dan didasarkan atas pertimbangan kini manajemen.

Pertimbangan tersebut biasanya didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman

tentang peristiwa sekarang dan masa lalau serta asumsi tentang peristiwa masa

yang akan datang. Estimasi akuntansai tertentu sangat sensitif karena estimasi

tersebut signifikan bagi laporan keuangan dan karena kemungkinan bahwa

peristiwa masa yang akan datang yang mempengaruhinya dapat sangat berbeda

dari pertimbangan sekarang manajemen. Auditor harus menentukan komite

audit mendapatkan informasi tentang pross yang digunakan oleh manajemen

dalam merumuskan estimasi akuntansi yang sangat sensitif tersebut dan tentang

dasar yang dipakai oleh auditor dalam menyimpulkan kewajaran estimasi

tersebut.

Penyesuaian Audit Signifikan

Auditor harus memberikan informasi kepada audit tentang penyesuaian yang

timbul dari audit yang menurut pertimbangannya dapat berdampak signifikan

atas proses pelaporan entitaas, baik secara individu atau secara bersama-sama.

Untuk tujuan Seksi ini, penyesuaian audit, baik yang dicatat maupun yang tidak

dicatat oleh entitas, merupakan koreksi yang disusulkan terhadap laporan

keuangan yang menurut pertimbangan auditor, mungkin tidak akan terdeteksi

kecuali melalui prosedur audit yang dilaksanakan. Masalah yang menjadi dasar

penyesuaian yang disusulkan oleh auditor, namun tidak dicatat oleh entitas

dapat secara potensial menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan

masa yang akan datang, meskipun auditor berkesimpulan bahwa penyesuaian

tersebut tidak material bagi laporan keuangan sekarang.

Informasi Lain dalam Dokumen yang Berisi Laporan Keuangan Auditan

Komite audit seringkali mempertimbangkan informasi yang disusun oleh

manajemen yang menyertai laporan keuangan entitas. Perusahaan tertentu yang

menyerahkan laporan kepada Bapepam diharuskan untuk menyajikan informasi

Page | 114

Page 115: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

“Analisis dan Pembahasan Umum oleh Manajemen” terhadap kondisi keuangan

dan hasil usaha dalam laporan tahunan kepada pemegang saham. SA Seksi 550

[PSA No. 44] Informasi Lain dalam Dokumen yang Berisi Laporan Keuangan

Auditan menetapkan tanggung jawab auditor untuk informasi semacam itu.3

Auditor harus membicarakan dengan komite audit mengenai tanggung

jawabnya atas informasi lain dalam dokumen yang berisi laporan keuangan

auditan, dan prosedur yang telah dilaksanakan, serta hasilnya.

Ketidaksepakatan dengan Manajemen

Ketidaksepakatan dengan manajemen dapat terjadi sehubungan dengan

penerapan prinsip akuntansi terhadap transaksi dan peristiwa khusus entitas

serta basis yang digunakan oleh manajemen untuk membuat estimasi akuntansi.

Ketidaksepakatan dapat juga timbul berkaitan dengan lingkup audit,

pengungkapan yang dicantumkan dalam laporan keuangan entitas, serta kata-

kata yang digunakan oleh auditor dalam laporan auditnya. Auditor harus

membahas dengan komite audit setiap ketidaksepakatannya dengan manajemen,

baik yang dapat diselesaikan dengan memuaskan maupun yang tidak, tentang

masalah-masalah yang secara individual maupun bersama-sama signifikan

terhadap laporan keuangan entitas atau laporan auditor. Untuk tujuan Seksi ini,

ketidaksepakatan tidak mencakup perbedaan pendapat berdasarkan fakta yang

tidak lengkap atau informasi awal yang dapat diselesaikan kemudian.

Konsultasi dengan Akuntansi Lain

Dalam beberapa hal, manajemen dapat memutuskan untuk berkonsultasi dengan

akuntan lain tentang masalah auditing dan akuntansi. Bila auditor mengetahui

bahwa konsultasi semacam ini terjadi, ia harus membahas dengan komite audit

mengenai pandangannya terhadap masalah signifikan yang dikonsultasikan oleh

manajemen.4

3

4

Page | 115

Page 116: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Isu Utama yang Dibicarakan dengan Manajemen sebelum Keputusan

Mempertahankan Auditor

Auditor harus membahas dengan komite audit mengenai isu utama yang telah

dibahas dengan manajemen yang berkaitan dengan usaha mula-mula atau usaha

selanjutnya untuk tetap mempertahankan penggunaan jasa auditor tersebut

termasuk, diantarannya, pembahasan mengenai penerapan prinsip akuntansi dan

standar auditing.

Kesulitan yang Dijumpai dalam Pelaksanaan Audit

Auditor harus memberikan informasi kepada komite audit bila terdapat

kesulitan serius yang dijumpainya dalam berhubungan dengan manjemen

mengenai pelaksanaan audit. Hal ini termasuk, diantaranya, penundaan yang

tidak beralasan oleh manajemen mengenai saat dimulainya audit atau

penyediaan informasi yang diperlukan, dan apakah jadwal waktu yang dibuat

oleh manajemen masuk akal dalam keadaan tersebut. Masalah lain yang

mungkin dijumpai oleh auditor adalah tidak tersedianya personel klien dan

kegagalan personel klien untuk menyelesaikan daftar yang dibuat klien pada

waktunya, jika auditor menganggap masalah ini signifikan, ia harus

memberitahu komite audit.

PERTEMUAN 8

PERENCANAAN AUDIT, AUDIT SPI DAN KAITANNYA DENGAN AUDIT

LAPORAN KEUANGAN

A. PERENCANAAN AUDIT

Strandar pekerjaan lapangan pertama mengharuskan bahwa “Pekerjaan harus

direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi

dengan sebaik-baiknya”. Standar ini memberikan pedoman bagi auditor yang

merlaksanakan audit untuk mempertimbangkan dan menerapkan prosedur

Page | 116

Page 117: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

perencanaan dan supervise, termasuk penyiapan program audit, pengumpulan

informasi mengenai bisnis satuan usaha, penyelesaian perbedaan pendapat terus-

menerus selama audit.

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan

dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan

bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai

entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas.

Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:

a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi

tempat entitas tersebut

b. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.

c. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi

akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar

untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.

d. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.

e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit .

f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).

g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian

audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya

transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

h. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan sebagai contoh,

laporan auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan

yang diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan

kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).

Langkah-langkah yang harus dilakukan auditor dalam perencanaan audit,

meliputi:

1. Menghimpun pemahaman bisnis klien dan industry klien.

2. Melakukan prosedur analitis.

3. Melakukan penilaian awal terhadap materialitas.

4. Menilai risiko audit.

Page | 117

Page 118: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

5. Mengembangkan startegi audit pendahuluan untuk asersi-asersi yang

signifikan.

6. Menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern klien.

Menghimpun Pemahaman Bisnis Klien dan Industri Klien

Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis dan industry klien

yang memungkinkannya untuk merencanakan dan melaksanakan auditnya

berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Tingkat

pengetahuan tersebut harus dimiliki auditor untuk memahami peristiwa, transaksi,

dan praktik yang menurut pertimbangan auditor dimungkinkan memiliki dampak

terhadap laporan keuangan.

Bila dibandingkan dengan auditor, umumnya tingkat pengetahuan yang

dimiliki oleh manajemen tentang bisnis satuan usaha jauh lebih banyak. Dengan

demikian pengetahuan tentang bisnis klien tersebut membantu auditor dalam

beberapa hal berikut ini:

a. Mengidentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus.

b. Menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi dihasilkan, diolah, direview,

dan dikumpulkan dalam organisasi.

c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan, depresiasi,

penyisian kerugian piutang, persentase penyelesaian kontrak jangka panjang,

d. Menilai kewajaran representasi manajemen.

e. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan

kecukupan pengungkapannya.

Pemahaman auditor tentang bisnis klien dan insdustri klien dapat diperoleh

melalui beberapa sumber, yaitu:

a. Penelaahan kertas kerja audit tahun sebelumnya.

b. Penelaahan data industry dan data bisnis.

c. Peninjauan terhadap operasi klien.

d. Pengajuan pertanyaan pada dewan komisaris maupun komite audit.

e. Pengajuan pertanyaan kepada manajemen.

f. Penentuan keberadaan hubungan ekonomis dengan perusahaan lain dalam satu

kelompok usaha.

Page | 118

Page 119: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Kertas kerja audit tahun sebelumnya dapat berisi informasi yang bermanfaat

untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan sifat bisnis, struktur

organisasi, dan karakter oparasi, serta transaksi yang memerlukan pertimbangan

khusus. Untuk klien baru yang pernah diaudit oleh kantor akuntan public lain

sebelumnya, penelaahan dilakukan terhadap kertas kerja audit tahun sebelumnya

yang diperoleh dari kantor akuntan public lain tersebut dengan seijin klien.

Informasi industri dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain bulletin atau

publikasi industri, standar dan pedoman akuntansi perusahaan klien. Data bisnis

klien dapat dihimpun melalui penelaahan anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga klien, analisis laporan keuangan interim, penelaahan kontrak atau perjanjian-

perjanjian penting, penelaahan notulen rapat klien, dan sebagainya. Segala informasi

yang diperoleh tersebut didokumentasikan dalam arsip permanen.

Peninjauan terhadap operasi klien dalam hal ini adalah bahwa auditor meninjau

tempat operasi klien dengan maksud untuk mengetahui karakteristik operasi klien,

dan berkesempatan menjumpai personel kunci dalam perusahaan klien. Auditor

meninjau pabrik maupun kantor klien. Melalui peninjauan pabrik, auditor dapat

mengetahui letak dan kondisi pabrik, proses operasi dan pengolahan, lokasi dan

kondisi gudang, dan tempat yang rawan penyimpangan. Melalui peninjauan kantor,

auditor dapat mengetahui lokasi dan jenis catatan akuntansi dan system pemrosesan

data klien. Bila proses akuntansi diolah dengan computer maka auditor harus

mempertimbangkan dampak pengolahan tersebut terhadap pelaksanaan auditnya,

seperti dalam pemahaman struktur pengendalian intern, kebijakan dan prosedur, dan

lain sebagainya.

Pengajuan pertanyaan pada dewan komisaris maupun komite audit

memungkinkan auditor mendapatkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan

struktur pengendalian intern klien, juga pengubahan signifikan struktur organisasi

dan manajemen perusahaan. Disamping itu, auditor dapat pula meminta tambahan

dan modifikasi audit yang direncanakan.

Melalui pengajuan pertanyaan kepada manajemen terkait dengan bisnis dan

industry klien, auditor akan mendapatkan berbagi informasi tentang perkembangan

bisnis yang sedang dilakukan yang nerpengarus terhadap audit, regulasi baru dari

Page | 119

Page 120: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

pemerintah, dan ketertarikan manajemen atas audit terhadap suatu divisi atau anak

perusahaan yang baru.

Penentuan keberadaan hubungan ekonomis perusahaan klien dengan perusahaan

dalam satu kelompok usaha, dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya transaksi

yang dilakukan klien dengan anak maupun Indus perusahaan, maupun transaksi

antara klien dengan satuan usaha lain di bawah satu holding company yang sama.

Keberadaan hubungan ekonomi tersebut menimbulkan kesempatan bagi klien untuk

melakukan perekayasaan transaksi. Perekayasaan transaksi tersebut dapat

menimbulkan informasi keuangan yang menyesatkan.

Melakukan Prosedur Analitis

Prosedur analitis merupakan pengevalusasian terhadap informasi keuangan yang

dibuat dengan mempelajarai hubungan-hubungan yang masuk akal antara data

keuangan dengan data non keuangan. Prosedur analitis dapat dilakukan dengan

metode perbandingan sederhana sampai model statistic dan matematis yang rumit

dan kompleks.

Prosedur analitis dilakukan dalam tiga tahap audit yaitu tahap perencanaan,

tahap pengujian atau tahap pekerjaan lapangan, dan tahap penyimpulan hasil audit.

Dalam tahap perencanaan, prosedur analitis berguna untuk membantu auditor

merencanakan sifat, penentuan waktu, dan luas prosedur audit. Dalam pekerjaan

lapangan, prosedur analitis merupakan prosedur audit yang optimal. Prosedur

analitis dilakukan sebagai salah satu pengujian substantive untuk menghimpun

bahan bukti tentang asersi tertentu yang terkait dengan saldo rekening ataupun

kelompok transaksi. Dalam tahap pengambilan kesimpulan hasil audit, prosedur

analitis berguna sebagai alat untuk penelaahan akhir tentang rasionalitas laporan

keuangan auditan.

Melakukan Penilaian Awal Terhadap Materialitas

Yang dimaksud dengan materialitas adalah besarnya kelalaian atau pernyataan

yang salah pada informasi akuntansi yang dapat menimbulkan kesalahan dalam

pengambilan keputusan.

Page | 120

Page 121: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Auditor melakukan planning materiality, yaitu penilaian awal mengenai tingkat

materialitas dalam perencanaan audit. Dalam perencanaan audit ini, auditor

menentukan tingkat materialitas pada dua tingkat, yaitu:

a. Materialitas tingkat laporan keuangan.

b. Materialitas tingkat saldo akun.

Auditor menentukan materialitas pada tingkat laporan keuangan karena pendapat

auditor tentang kewajaran adalah mengenai laporan keuangan secara keseluruhan

dan tidak sepotong-sepotong. Laporan keuangan dapat mengandung salah saji yang

material bila berisi kekeliruan dan ketidakberesan yang secara individu maupun

kolektif sangat besar pengaruhnya terhadap kewajaran laporan keuangan.

Materialitas pada tingkat saldo akun sering disebut juga dengan tolerable

misstatement. Tolerable misstatement adalah salah saji maksimum yang boleh ada

dalam saldo akun sehingga tidak dianggap sebagai salah saji material. Ada

hubungan erat antara tolerable misstatement dengan meterialitas pada tingkat

laporan keuangan. Akun-akun yang secara individual tidak material, namun bila

diakumulasikan dapat menjadi material secara kumulatif pada tingkat laporan

keuangan.

Menilai Risiko Audit

Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dalam melakukan perencanaan

audit. Risiko audit adalah risiko tidak diketahuinya kesalahan yang dapat mengubah

pendapat auditor atas suatu laporan keuangan yang diaudit. Risiko audit terdiri dari

tiga komponen, yaitu:

a. Risiko bawaan (inherent risk)

b. Risiko pengendalian (control risk)

c. Risiko deteksi (detection risk)

Mengembangkan Strategi Audit Pendahuluan Untuk Asersi Yang Signifikan

Tujuan auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit adalah untuk

menurunkan risiko audit pada tingkat serendah mungkin untuk mendukung pendapat

auditor mengenai kewajaran laporan keuangan. Ada dua alternative strategi audit,

yaitu:

a. Primarily substantive approach.

Page | 121

Page 122: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

b. Lower assessed level of control risk approach.

Pada strategi Primarily substantive approach, auditor lebih mengutamakan

pengujian substantive daripada pengujian pengendalian. Auditor relative lebih

sedikit melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur

pengendalian intern perusahaan klien. Strategi ini lebih banyak digunakan dalam

audit yang pertama kali daripada audit atas klien lama.

Pada strategi Lower assessed level of control risk approach ini, auditor lebih

mengutamakan pengujian pengendalian daripada pengujian substantive. Auditor

tetap melakukan pengujian substantive meskipun tidak seefektif pada Primarily

substantive approach. Auditor lebih banyak melakukan prosedur untuk memperoleh

pemahaman mengenai struktur pengendalian intern perusahaan klien. Strategi ini

banyak dipakai dalam audit atas klien lama daripada audit yang pertama kali atas

klien baru.

Page | 122

Page 123: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Menghimpun Pemahaman Struktur Pengendalian Intern Klien

Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang antara lain meliputi prosedur

untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern. Pemahaman struktur

pengendalian intern perusahaan klien, digunakan auditor untuk:

a. Mengidentifikasi tipe salah saji potensial.

b. Mempertimbangkan factor yang mempengaruhi risiko salah saji material.

c. Merancang pengujian substantive..

Struktur pengendalian intern terdiri atas tiga unsure, yaitu:

a. Lingkungan pengendalian.

b. Sistem akuntansi.

c. Prosedur pengendalian

B. PERIKATAN AUDIT

Penerimaan Perikatan Audit

1. Evaluasi Integritas Manajemen

a. Komunikasi dg auditor sebelumnya

- Lisan atau surat

- Minta ijin klien

b. Bertanya kepada pihak ketiga yg lain

- Penasehat hukum, banker, masyarakat bisnis

- Review surat kabar

c. Review Pengalaman yg lalu (audit ulang)

- Adanya Salahsaji material, ketidakberesan dan pelanggaran hukum

2. Identifikasi Lingkungan Khusus & Risiko Luar Biasa

a. Identifikasi Maksud Pemakai Laporan Keuangan Auditan

- Perusahaan publik atau privat

- Pihak ketiga yg akan memakai laporan

b. Nilai Prospektif Hukum dan Stabilitas Keuangan Klien

c. Identifikasi Batasan Lingkup

d. Evaluasi Sistem Pelaporan Keuangan Auditabilitas Entitas

3. Nilai kemampuan untuk mengaudit

a. Jasa yang diinginkan

b. Identifikasi Tim Audit

Page | 123

Page 124: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

- Seorang Partner

- Satu atau lebih manajer

- Satu atau Lebih Senior Auditor

- Para Asisten

c. Pertimbangkan Kebutuhan untuk Konsultasi dan Penggunaan para Ahli

(Spesialis)

- (mis appraiser, insinyur, aktuaris, dan sbg)

4. Evaluasi Independensi

a. Edarkan sirkuler nama calon klien kpd staff profesional utk mengidentifikasi

hubungan keuangan, bisnis, dan keluarga yang tidak diperbolehkan oleh

Etika Profesi

b. Bila ada, tolak penugasan atau beri informasi kpd calon klien dampak dari

ketidakindependensian ini

5. Putuskan untuk menerima atau menolak perikatan

Pertimbangan utk menolak perikatan audit:

– Integritas manajemen atau tdk memberikan bukti selama audit

– Klien menolak utk merevisi salahsaji dlm laporan keuangan

– Klien tdk mengambil tindakan yg sesuai terhadap temuan atas kecurangan

atau pelanggaran hukum

6. Buat Surat Perikatan

Isi Surat Perikatan:

a. Idenfikasi yg jelas ttg entitas & Laporan Keuangan yang harus diaudit

b. Tujuan Audit

c. Referensi thdp Standar Profesional (Standar Auditing, uandang-undang,

peraturan-peraturan lain) yg harus diikuti auditor

d. Penjelasan dan Lingkup Audit dan tanggungjawab auditor

e. Pernyataan bahwa audit mungkin tidak menemukan seluruh ketidakberesan

yang material

f. Mengingatkan kepada manajemen bahwa dia yang bertanggungjawab

terhadap penyusunan laporan keuangan dan penyelenggaraan pengendalian

inetern yang cukup

g. Suatu indikasi bhw manajemen akan diminta utk membuat pernyataan

tertulis utk kepentingan audit

Page | 124

Page 125: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

h. Penjelasan bhw auditor dapat memberi jasa tambahan seperti menyusunkan

atau mereview SPT

i. Dasar penentuan fee audit

j. Permintaan kepada klien agar menandatangani surat penugasan bila telah

menyetujui

C. PENENTUAN RESIKO dan MATERIALITAS

RESIKO

Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dalam melakukan

perencanaan audit. Risiko audit adalah risiko tidak diketahuinya kesalahan yang

dapat mengubah pendapat auditor atas suatu laporan keuangan yang diaudit. Risko

audit terdiri dari tiga komponen, yaitu:

a. Risiko bawaan (inherent risk)

b. Risiko pengendalian (control risk)

c. Risiko deteksi (detection risk)

Risiko bawaan adalah kerentanan atau mudah tidaknya suatu akun mengalami

salah saji material dengan asumsi tidak ada kebijakan dan prosedur struktur

pengendalian intern yang terkait. Auditor tidak dapat mempengaruhi atau mengubah

risiko bawaan. Risiko bawaan bervariasi untuk setiap asersi. Sebagai contoh, asersi

keberadaan dan keterjadian akun piutang dagang mempunyai risiko bawaan yang

lebih tinggi daripada aktiva tetap. Keberadaan aktiva tetap lebih mudah dibuktikan

daripada keberadaan piutang dagang.

Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat

terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dideteksi ataupun dicegah secara tepat pada

waktunya oleh berbagai kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern

perusahaan. Risiko pengendalian merupakan fungsi dari efektivitas struktur

pengendalian intern. Semakin efektif struktur pengendalian intern, semakin kecil

risiko pengendalian. Meskipun demikian, risiko pengendalian tidak pernah mencapai

angka nol karena struktur pengendalian intern tidak akan dapat menghasilkan

keyakinan penuh bahwa semua salah saji material akan dapat dideteksi ataupun

dicegah.

Page | 125

Page 126: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Risiko deteksi merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah

saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi

efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko deteksi dapat

ditekan atau diturunkan auditor dengan cara melakukan perencanaan yang memadai

dan supervisi atau pengawasan yang tepat, serta penerapan standar pengendalian

mutu.

MATERIALITAS

Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi

penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin

dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan

kepercayaan atas informasi tersebut. Definisi tersebut mengakui pertimbangan

materialitas dilakukan dengan memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan

perlu melibatkan baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.

Sebagai akibat interaksi antara pertimbangan kuantitatif dan kualitatif dalam

mempertimbangkan materialitas, salah saji yang jumlahnya relatif kecil yang

ditemukan oleh auditor dapat berdampak material terhadap laporan keuangan.

Sebagai contoh, suatu pembayaran yang melanggar hukum yang j umlahnya tidak

material dapat menjadi material, j ika kemungkinan besar hal tersebut dapat

menimbulkan kewajiban bersyarat yang material atau hilangnya pendapatan

yang material.

Tahap – Tahap Dalam Penerapan Materialitas

Tahap 1 : menetapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas

Tahap 2 : mengalokasikan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas ke

dalam segmen – segmen.

Tahap 3 : mengestimasi total kesalahan penyajian yang terdapat dalam segmen

Tahap 4 : mengestimasi kesalahan penyajian gabungan

Tahap 5 : memebandingkan antara estimasi gabungan dari pertimbangan awal

atau pertimbangan yang telah direvisi tentang tingkat materialitas.

Tahap 1 dan 2 berada dalam perencanaan tentang uji audit, sedangkan tahap 3, 4 dan

5 berada dalam evaluasi hasil.

D. UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN

Page | 126

Page 127: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Unsur tindakan melanggar hukum oleh klien adalah unsur tindakan pelanggaran yang

dapat dihubungkan dengan entitas yang laporan keuangannya diaudit, atau tindakan

manajemen atau karyawan yang bertindak atas nama entitas. Pengertian unsur tindakan

pelanggaran hukum oleh klien tidak termasuk pelanggaran peroranganyang dilakukan

oleh manajemen dan karyawan entitas yang tidak berkaitan dengan kegiatan bisnis

entitas.

auditing. Latihan, pengalaman, dan pemahaman auditor atas usaha klien dan

lingkungan industrinya dapat memberikan dasar guna mengenali adanya perbuatan

klien yang merupakan unsur tindakan pelanggaran hukum. Namun, penentuan

apakah suatu perbuatan merupakan pelanggaran hukum atau bukan biasanya

didasarkan atas hasil penilaian atau nasihat ahli hukum yang telah mempelajari

pokok persoalannya dan memiliki keahlian untuk itu atau penentuannya menunggu

sampai adanya keputusan pengadilan.

Hubungan dengan Laporan Keuangan

Tindakan melanggar hukum yang dikaitkan dengan laporan keuangan

sangat bervariasi. Pada umumnya semakin jauh unsur pelanggaran hukum terpisah

dari kejadian dan transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan, semakin

kecil kemungkinan audi-tor menyadari atau mengenali adanya unsur tindakan

pelanggaran hukum tersebut.

Auditor biasanya mempertimbangkan hukum dan peraturan yang

dipahaminya sebagai hal yang memiliki pengaruh langsung dan material dalam

penentuan jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan.

P e r t i m b a n g a n A u d i t o r A t a s K e m u n g k i n a n A d a n y a Unsur

Tindakan Pelanggaran Hukum

unsur tindakan pelanggaran hukum tertentu memiliki dampak material dan

langsung terhadap penentuan jumlah- jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan.

Unsur tindakan pelanggaran hukum lain, memiliki dampak material tetapi tidak

langsung terhadap laporan keuangan. Tanggung jawab auditor dalam pendeteksian,

pertimbangan dampaknya terhadap laporan keuangan, dan pelaporan unsur tindakan

pelanggaran hukum lain diuraikan lebih lanjut. Selanjutnya istilah unsur pelanggaran

hukum lain itu akan disebut dengan unsur pelanggaran hukum saja. Auditor harus

Page | 127

Page 128: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

waspada terhadap adanya kemungkinan bahwa unsur pelanggaran hukum telah

terjadi. Jika ada informasi spesifik yang menarik perhatian auditor yang memberikan

indikasi tentang adanya kemungkinan unsur tindakan pelanggaran hukum yang

mungkin menimbulkan dampak material tidak langsung terhadap laporan keuangan,

maka auditor berkewajiban melaksanakan prosedur audit yang dirancang secara

khusus untuk meyakinkan apakah unsur tindakan pelanggaran hukum telah dilakukan

atau tidak. Namun mengingat karakteristik unsur tindakan pelanggaran hukum

sebagaimana telah dijelaskan atas, perlu disadari bahwa suatu audit yang dilakukan

berdasarkan standar auditing tidak menjamin bahwa unsur tindakan pelanggaran

hukum akan terdeteksi atau berbagai kewajiban bersyarat akan berhasil diungkapkan.

Auditor harus meminta keterangan manajemen tentang kepatuhan klien

terhadap hukum dan peraturan. Jika dimungkinkan, auditor berkewajiban

juga memperoleh keterangan dari manajemen tentang:

- Kebijakan klien dalam upaya pencegahan unsur tindakan pelanggaran hukum.

- Penggunaan petunjuk yang dikeluarkan oleh klien dan representasi periodik yang

diperoleh klien dari manajemen berbagai jenjang yang memiliki otoritas untuk

menilai kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.

Informasi Spesifik Tentang Adanya Kemungkinan Unsur Tindakan Pelanggaran

Hukum

Dalam penerapan prosedur audit dan evaluasi hasil pelaksanaan prosedur

tersebut, auditor mungkin akan memperoleh informasi spesifik berikut ini, yang

menimbulkan tanda tanya ada atau tidaknya kemungkinan unsur pelanggaran

hukum:

a. Transaksi tanpa otorisasi, transaksi dicatat secara salah, atau transaksi dicatat tidak

lengkap atau tidak tepat waktu sehingga tidak mencerminkan

pertanggungjawaban aktiva secara memadai.

b. Penyelidikan oleh instansi pemerintah, peringatan tertulis, atau pembayaran

denda dalam jumlah besar.

c. Pembayaran dalam jumlah besar untuk jasa yang tidak jelas tujuannya kepada

konsultan, pihak afiliasi, karyawan, atau pihak lain.

Page | 128

Page 129: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

d. Komisi penjualan atau komisi agen yang dipandang berlebihan jika

dibandingkan dengan yang biasanya dibayarkan oleh klien atau dengan jasa yang

benar-benar diterima oleh klien.

e. Pembayaran tunai sangat besar, cek tunai dalam jumlah besar, transfer besar ke

nomor rekening bank tertentu, atau transaksi lain serupa, yang tidak biasa.

f. Pembayaran untuk pejabat atau karyawan pemerintah yang berhubungan dengan

pekerjaan mereka, yang tidak dijelaskan.

g. Keterlambatan pengisian dan pengembalian surat pemberitahuan pajak, atau

ketidakmampuan membayar kewajiban kepada pemerintah yang lazim bagi

industri entitas atau karena sifat bisnis entitas tersebut.

Prosedur Audit dalam Menanggapi Kemungkinan Adanya Unsur Tindakan

Pelanggaran Hukum

Jika auditor mengetahui akan adanya kemungkinan unsur tindakan pelanggaran

hukum, maka ia harus berusaha memperoleh informasi tentang sifat pelanggaran,

kondisi terjadinya pelanggaran, dan informasi lain yang cukup untuk mengevaluasi

dampak unsur pelanggaran terhadap laporan keuangan.

Jika dimungkinkan, auditor harus memperoleh keterangan dari tingkat

manajemen yang lebih tinggi daripada tingkat manajemen pelaku unsur tindakan

pelanggaran hukum. Jika manajemen tidak berhasil memberikan informasi dan

keterangan yang memuaskan tentang terjadi atau tidaknya unsur tindakan

pelanggaran hukum, maka auditor harus:

a. Melakukan konsultasi dengan penasihat hukum klien atau ahli lain tentang

penerapan hukum dan peraturan relevan dengan kondisi yang dihadapi sekaligus

mengantisipasi dampaknya terhadap laporan keuangan. Pertemuan konsultasi

dengan penasihat hukum klien harus dengan sepengetahuan dan persetujuan

klien.

b. Menerapkan prosedur tambahan, jika diperlukan, untuk memperoleh

pemahaman lebih baik tentang sifat pelanggaran.

Prosedur audit tambahan yang dipandang perlu antara lain:

a) Memeriksa dokumen-dokumen pendukung, seperti faktur, cek/giro dan surat

perjanjian yang dibatalkan, dan membandingkannya dengan catatan

akuntansi.

Page | 129

Page 130: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

b) Mengkonfirmasi informasi signifikan yang berkaitan dengan unsur

pelanggaran kepada pihak luar atau pihak perantara seperti bank dan

penasihat hukum.

c) Menentukan apakah otorisasi semestinya telah diperoleh atas transaksi yang

berkaitan dengan unsur tindakan pelanggaran hukum.

d) Mempertimbangkan apakah transaksi atau kejadian lain serupa mungkin juga

telah terjadi dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasinya.

E. REPRESENTASI MANAJEMEN

Kepercayaan Atas Representas i Manajemen

Selama audit berlangsung, manajemen membuat banyak representasi bagi

auditor, baik lisan maupun tertulis, dalam menanggapi pertanyaan khusus atau melalui

laporan keuangan. Representasi manajemen tersebut merupakan bagian dari bukti

audit yang diperoleh auditor, tetapi tidak merupakan pengganti bagi penerapan

prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh dasar memadai bagi pendapat

auditor atas laporan keuangan. Representasi tertulis dari manajemen biasanya

menegaskan representasi lisan yang disampaikan oleh manajemen kepada auditor, dan

menunjukkan serta mendokumentasikan lebih lanjut ketepatan representasi tersebut,

dan mengurangi kemungkinan salah paham mengenai masalah yang

direpresentasikan.

Jika suatu representasi yang dibuat oleh manajemen bertentangan dengan bukti

audit lain, auditor harus menyelidiki keadaan tersebut dan mempertimbangkan

keandalan representasi tersebut. Berdasarkan keadaan tersebut, auditor harus

mempertimbangkan apakah keandalan representasi manajemen yang berkaitan

dengan aspek lain laporan keuangan memadai dan beralasan.

P e m e r o l e h a n R e p r e s e n t a s i T e r t u l i s

Representasi tertulis dari manajemen harus diperoleh untuk semua laporan keuangan

dan periode yang dicakup oleh laporan audit. Sebagai contoh, jika laporan keuangan

komparatif dilaporkan, representasi tertulis yang diperoleh pada penyelesaian audit yang

terkini harus mencakup semua periode yang dilaporkan. Representasi tertulis tertentu

yang diperoleh auditor akan tergantung pada keadaan perikatan dan sifat dan basis

penyajian laporan keuangan.

Page | 130

Page 131: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Dalam hubungannya dengan audit laporan keuangan yang disajikan sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, representasi tertentu harus

berhubungan dengan hal-hal berikut ini :

1. Auditor memperoleh representasi tertulis dari manajemen untuk

melengkapi prosedur audit lain yang dilakukannya.

2. Dalam banyak hal, auditor menerapkan prosedur audit terutama didesain untuk

memperoleh informasi yang mendukung masalah yang juga direpresentasikan

secara tertulis

3. Laporan Keuangan

a. Pengakuan manajemen mengenai tanggung jawabnya untuk menyajikan

laporan keuangan secara wajar, posisi keuangan, basil usaha, dan arus kas

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Keyakinan manajemen bahwa laporan keuangan disajikan sesuai dengan

prinsip yang berlaku umum di Indonesia

4. Kelengkapan Informasi

c. Ketersediaan catatan keuangan dan data yang berkaitan.

d. Kelengkapan dan ketersediaan semua notulen rapat pemegang saham,

direksi, dan dewan komisaris.

e. Komunikasi dari badan pengatur tentang ketidakpatuhan dengan atau

kekurangan dalam praktik pelaporan keuangan.

f. Tidak adanya transaksi yang tidak dicatat.

5. Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan

g. Informasi tentang kecurangan yang melibatkan (1) manajemen, (2) karyawan

yang memiliki peran signifikan dalam pengendalian intern, atau (3) pihak

lain yang kecurangannya berdampak material atas laporan keuangan.

h. Rencana atau maksud yang mungkin akan mempengaruhi nilai atau

klasifikasi aktiva atau kewajiban.

i. Informasi mengenai transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa

dan piutang atau utang antarpihak yang memiliki hubungan istimewa.

j. Jaminan, tertulis atau lisan, yang menyebabkan entitas memiliki utang

bersyarat.

k. Estimasi signifikan dan pemusatan material yang diketahui oleh

manajemen yang harus diungkapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Page | 131

Page 132: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

l. Pelanggaran atau kemungkinan pelanggaran hukum atau peraturan yang

dampaknya harus dipertimbangkan untuk diungkapkan dalam laporan

keuangan atau sebagai dasar untuk mencatat rugi bersyarat.

m. Tuntutan yang belum dinyatakan atau prakiraan yang telah dikemukakan

oleh penasihat hukum merupakan tuntutan yang kemungkinan besar akan

terjadi harus diungkapkan sesuai dengan PSAK Akuntansi untuk

Kontijensi.

n. Tuntutan yang tidak diungkapkan meskipun telah diberitahukan

kemungkinannya oleh penasihat hukum klien.

o. Hak atas aktiva, hak gadai atas aktiva, dan aktiva yang dijaminkan.

p. Kepatuhan dengan pasal-pasal perjanjian kontrak yang mungkin berdampak

terhadap laporan keuangan.

Peristiwa Kemudian

q. Informasi tentang peristiwa kemudian

F. GOING CONCERN

Asumsi going concern adalah salah satu asumsi yang dipakai dalam menyusun

laporan keuangan. Asumsi ini mengharuskan entitas bisnis secara operasional

memiliki kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya atau going concern.

Hal ini adalah syarat suatu laporan keuangan disusun dengan menggunakan dasar

akrual. Jika suatu entitas bisnis tidak memiliki kemampuan

mempertahankankelangsungan hidupnya, maka laporan keuangan entitas tersebut

wajib disusun berdasarkan asumsi likuidasi dengan dasar nilai realisasi.

Going concern dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal entitas bisnis

yangbersangkutan.

a. Faktor eksternal adalah faktor di luar perusahaan itu sendiri, seperti pasar,

kondisi ekonomimakro, sosial politik dan lain-lain,

b. sedangkan faktor internal adalah faktor di dalam perusahaan itu sendiri, seperti

keuangan, sumber daya manusia, teknologi dan lain-lain.

Isu going concern akan berdampak terhadap opini yang diberikan oleh akuntan

public terhadap suatu laporan keuangan. Sebab jika suatu laporan keuangan yang

berbasis akrual tidakdisusundenganasumsi going concern, maka laporan keuangan

tersebut tidak sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum. Berdasarkan

teori akuntansi keuangan, tidak mungkin akuntan publik memberikan opini wajar

Page | 132

Page 133: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

tanpa pengecualian (unqualified opinion) atas laporan keuangan yang disusun

dengan asumsidanbasispencatatan tidak jelas.

G. PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA

prosedur yang harus dipertimbangkan oleh auditor jika ia melaksanakan audit

atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan

Indonesia, untuk mengidentifikasikan pihak yang memiliki hubungan istimewa dan

transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa, dan untuk memperoleh

keyakinan mengenai persyaratan akuntansi dan pengungkapan dalam laporan

keuangan.

Pert imbangan Akuntansi

Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan pengungkapan

pihak yang memiliki hubungan istimewa. Pernyataan standar akuntansi keuangan

tertentu mengatur perlakuan akuntansi jika terdapat pihak-pihak yang memiliki

hubungan istimewa. namun, prinsip akuntansi yang telah ditetapkan biasanya tidak

mensyaratkan transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa

diperlakukan dengan dasar yang berbeda dari yang seharusnya, jika tidak terdapat

hubungan istimewa. Auditor harus memandang transaksi antarpihak yang memiliki

hubungan istimewa dalam rerangka pernyataan prinsip akuntansi, dengan penekanan

pada cukup atau tidaknya pengungkapannya. Di samping itu, auditor harus menyadari

bahwa substansi suatu transaksi dapat secara signifikan menjadi berbeda dari bentuknya

dan bahwa laporan keuangan harus mengidentifikasi substansi transaksi tersebut dan

bukan hanya bentuk hukumnya semata.

Transaksi-transaksi yang karena sifatnya mungkin memberikan

indikasi adanya pihak yang memiliki hubungan istimewa, antara lain:

a. Transaksi peminjaman atau pemberian pinjaman tanpa beban bunga atau

dengan suku bunga yang secara signifikan di atas atau di bawah suku bunga

pasar yang berlaku umum pada saat transaksi

b. Transaksi penjualan real estate pada tingkat harga yang berbeda secara signifikan

dari nilai taksiran.

Page | 133

Page 134: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

c. Transaksi pertukaran property dengan property yang serupa dalam transaksi

nonmoneter.

d. Transaksi pemberian pinjaman tanpa ketentuan mengenai jadwal dan cara

pengembaliannya.

H. PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM

AUDIT LAPORAN KEUANGAN

Auditor mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan sifat, saat, dan

lingkup prosedur audit yang harus dilaksanakan dalam suatu audit atas laporan keuangan

entitas. Salah satu faktor adalah eksistensi fungsi audit intern .

Peran Auditor Dan Auditor Intern

Salah satu tanggung jawab auditor dalam audit atas laporan keuangan berdasarkan

standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia adalah untuk memperoleh

bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas

laporan keuangan entitas. Dalam memenuhi tanggung jawab ini, auditor mempertahankan

independensinya dari entitas tersebut.

Auditor intern bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi,

memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lain kepada manajemen entitas

dan dewan komisaris, atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggung jawabnya.

Untuk memenuhi tanggung jawabnya tersebut, auditor intern mempertahankan

objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.

1 Fungsi audit intern dapat terdiri dari satu atau lebih individu yang

melaksanakanaktivitas audit intern dalam suatu entitas.

2 Meskipun auditor intern tidak independen dari entitas, organisasi profesi auditor

intern mendefinisikan auditing intern sebagai fingsi penilaian yang independen

dan mewajibkan auditor intern untuk independen dari aktivitas yang diaudit.

Konsep independensi berbeda dengan independensi auditor yang harus

dipertahankan oleh auditor berdasarkan Aturan Etika

Pemerolehan Pemahaman Tentang Fungsi Audit Intern

Tanggung jawab penting fungsi audit intern adalah memantau kinerja

pengendalian entitas. Pada waktu auditor berusaha memahami pengendalian intern, ia

Page | 134

Page 135: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

harus berusaha memahami fungsi audit intern yang cukup untuk mengidentifikasi

aktivitas audit intern yang relevan dengan perencanaan audit. Lingkup prosedur yang

diperlukan untuk memahaminya bervariasi, tergantung atas sifat aktivitas audit intern

tersebut.

Auditor biasanya harus meminta keterangan kepada manajemen yang

bersangkutan dan staf audit intern mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan

auditor intern berikut ini:

1. Status auditor intern dalam organisasi entitas.

2. Penerapan standar professional

3. Perencanaan audit, termasuk sifat, saat, dan lingkup pekerjaan audit.

4. Akses ke catatan dan apakah terdapat pembatasan atas lingkup aktivitas mereka.

5. Di samping itu, auditor mungkin meminta keterangan mengenai anggaran dasar

pembentukan fungsi audit intern, pernyataan misi, atau pengarahan lain yang

serupa dari manajemen atau dewan komisaris. Permintaan keterangan ini biasanya

akan menghasilkan informasi mengenai tujuan dan sasaran yang ditetapkan untuk

fungsi audit intern.

Aktivitas audit intern tertentu dapat tidak relevan dengan audit atas laporan

keuangan entitas. Sebagai contoh, prosedur auditor intern untuk menilai efisiensi

proses pengambilan keputusan manajemen tertentu biasanya tidak relevan dengan

audit atas laporan keuangan.

Aktivitas relevan adalah aktivitas yang memberikan bukti tentang

rancangan dan efektivitas pengendalian yang berkaitan dengan kemampuan entitas

untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan konsisten

dengan asersi yang terkandung dalam laporan keuangan atau yang memberikan bukti

langsung mengenai salah saji potensial data tersebut. Auditor dapat menemukan hasil

prosedur berikut ini yang bermanfaat dalam menetapkan relevansi aktivitas audit

intern:

a. Mempertimbangkan pengetahuan dari audit tahun sebelumnya.

b. Me-review bagaimana auditor intern mengalokasikan sumber daya auditnya

kebidang keuangan atau bidang operasi sebagai respon dalam proses

penentuan risiko.

c. Membaca laporan auditor intern untuk memperoleh informasi rinci mengenai SA

Seksi 319 [PSA No. 691 Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit

Page | 135

Page 136: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Laporan Keuangan menjelaskan prosedur yang diikuti oleh auditor dalam

memahami pengendalian intern dan menunjukkan bahwa fungsi audit intern

merupakan bagian dari lingkungan pengendalian entitas.

Jika, setelah memahami fungsi audit intern, auditor berkesimpulan bahwa aktivitas

auditor intern tidak relevan dengan audit atas laporan keuangan, auditor tidak harus

memberikan pertimbangan lebih lanjut terhadap fungsi auditintern, kecuali auditor

meminta bantuan langsung dari auditor intern.

Penentuan Kompetensi Dan Objektivitas A u d i t o r I n t e r n

Kompetensi Auditor Intern

Pada waktu menentukan kompetensi auditor intern, auditor harus memperoleh atau

memutakhirkan informasi dari audit tahun sebelumnya mengenai faktor-faktor berikut

ini:

a. Tingkat pendidikan dan pengalaman profesional auditor intern.

b. Ijazah profesional dan pendidikan profesional berkelanjutan.

c. Kebijakan, program, dan prosedur audit.

d. Praktik yang bersangkutan dengan penugasan auditor intern.

e. Supervisi danrev ie w terhadap aktivitas auditor intern.

f. Mutu dokumentasi dalam kertas kerja, laporan, dan rekomendasi.

g. Penilaian atas kinerja auditor intern.

Objektivitas Auditor Intern

Pada waktu menetapkan objektivitas auditor intern, auditor harus memperoleh

atau memutakhirkan informasi dari tahun sebelumnya mengenai faktor-faktor berikut

ini:

a. Status organisasi auditor intern yang bertanggung jawab atas fungsi audit intern,

yang meliputi:

(1) Apakah auditor intern melapor kepada pejabat yang memiliki status memadai

untuk menjamin lingkup audit yang luas dan memiliki pertimbangan dan

tindakan memadai atas temuan-temuan dan rekomendasi auditor intern.

(2) Apakah auditor intern memiliki akses langsung dan melaporkan secara teratur

kepada dewan komisaris, komite audit, atau manajer pemilik.

Page | 136

Page 137: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

(3) Apakah dewan komisaris, komite audit, atau manajer pemilik melakukan

pengawasan terhadap keputusan pengangkatan dan pemberhentian yang

bersankutan dengan auditor intern.

b. Kebijakan untuk mempertahankan objektivitas auditor intern mengenai

bidang yang diaudit, termasuk:

(1) Kebijakan pelarangan auditor intern melakukan aktivitas dalam bidang

yang diaudit yang keluarganya bekerja pada posisi penting atau posisi yang

sensitif

(2) Kebijakan pelarangan auditor intern melakukan audit di bidang yang

sama dengan bidang yang baru saja diselesaikannya.

D a m p a k P e k e r j a a n A u d i t o r I n t e r n A t a s A u d i t

Pekerjaan auditor intern dapat berdampak terhadap sifat, saat, dan lingkup

audit termasuk:

a. Prosedur yang dilaksanakan oleh auditor pada saat berusaha memahami

pengendalian intern entitas

b. Prosedur yang dilaksanakan oleh auditor pada saat menetapkan risiko

c. Prosedur substantif yang dilaksanakan oleh auditor

K o o r d i n a s i P e k e r j a a n A u d i t D e n g a n A u d i t o r I n t e r n

Jika pekerjaan auditor intern diharapkan mempunyai dampak terhadap

prosedur yang dilaksanakan oleh auditor, hal ini akan efisien jika auditor

dan auditor intern mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan:

a. Menyelenggarakan rapat berkala.

b. Menjadwalkan pekerjaan audit.

c. Memberikan kesempatan akses ke kertas kerja auditor intern.

d. Me-review laporan auditor

Page | 137

Page 138: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

PERTEMUAN 9

AUDIT SAMPLING

Menurut PSA no.26(SA 350) audit sampling adalah penerapan prosedur audit

terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok

transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau

kelompok transaksi tersebut. Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit:

1. Statistik

2. Non statistic

Perbedaan kedua pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :

Metode Sampling statistik Sampling non statistik

Analisis Menggunakan rumus/ formula

statistik,sehingga judgment

yang akan di gunakan harus di

kuantifikasi lebih dahulu sesuai

kebutuhan formula

Tidak menggunakan

rumus/formula statistik,

sehingga judgment yang akan di

gunakan tidak perlu di

kuantifikasi

Pemilihan sampel Harus acak (random) Boleh acak, boleh pula tidak

acak

Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan

pertimbangan Profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian

sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan

bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok

transaksi yang berkaitan.

Tahapan Sampling Audit

Tahapan dalam melakukan sampling audit adalah sebagai berikut :

1. Menyusun rencana audit

2. Menetapkan jumlah/unit sampel

3. Memilih sampel

4. Menguji sampel

Page | 138

Page 139: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

5. Mengestimasi keadaan populasi

6. Membuat simpulan hasil audit

Risiko

Risiko audit meliputi ketidakpastian yang disebabkan oleh sampling dan

ketidakpastian yang disebabkan oleh faktor-faktor selain sampling. Aspek-aspek

risiko audit adalah :

1. Risiko sampling, yaitu jika suatu sampel tertentu mungkin mengandung salah

saji moneter atau penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan, yang

secara proporsional lebih besar atau kurang daripada yang sesungguhnya

terkandung dalam saldo akun atau kelompok transaksi secara keseluruhan.

Untuk suatu desain sampel tertentu, risiko sampling akan bervariasi secara

berlawanan dengan ukuran sampelnya: semakin kecil ukuran sampel, semakin

tinggi risiko samplingnya.

2. Risiko non-sampling, meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan

dengan sampling. Risiko ini juga meliputi kemungkinan pemilihan prosedur

audit yang tidak semestinya untuk mencapai tujuan audit tertentu. Sebagai

contoh, pengiriman surat konfirmasi atas piutang yang tercatat tidak dapat

diandalkan untuk menemukan piutang yang tidak tercatat. Risiko

nonsamplingjuga muncul karena auditor mungkin gagal mengenali salah saji

yang ada pada dokumen yang diperiksanya, hal yang akan membuat prosedur

audit menjadi tidak efektif walaupun ia telah memeriksa semua data.

Sampling untuk Uji Subtantif

1. Metode Sampling Statistik (sampling variable)

Tujuan pengujian substantif adalah menilai dapat di percaya/tidaknya informasi

kuantitatif yang di sajikan manajemen.Yang di maksud kuantitatif adalah

inforamasi yang disajikan dalam angka-angka.

a. Perencanaan audit, pada tahap perencanaan di tetapkan antara lain:

Page | 139

Page 140: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Tujuan audit dan populasi yang akan di uji adalah menguji kelayakan

informasi kuantitatif, misalnya meneliti kelayakan informasi

pengeluaran kas tahun anggaran 2002.

Tingkat keandalan dan resiko sampling adalah perkiraan

derajat/persentase populasi yang terwakili oleh sampel.Resiko sampling

pada pengujian substantif ada dua yaitu, resiko menolak dan resiko 

menerima.

Menentukan batas tolerasi nilai salah uji (TS) adalah batas nilai

kesalahan dalam populasi yang dapat di tolerir oleh auditor.Nilai yang

dianggap meterial adalah sesuatu yang di anggap berarti/penting, yang

jika tidak/salah di sajikan dalam suatu informasi, akan berpengaruh

pada/dapat merubah keputusan orang yang meletakkan kepercayaan

pada informasi.

b. Menetapkan jumlah (unit) sample. Terdapat berapa unsur yang

mempengaruhi unit sample :

Unit populasi adalah banyaknya anggota populasi yang di teliti.Misalnya

dalam hal ini, populasi yang di audit adalah bukti pengeluaran kas tahun

anggaran 2001, unit populasi adalah banyaknya kuitansi selama tahun

anggaran 2001.

Faktor keandalan pada resiko keliru menolak (Z), tingkat keandalan pada

resiko keliru menolak =(1- ).Angka 1 berasal dari 100%, sedangkan

menunjukkan tingkat resiko keliru menolak.

Standar deviasi adalah jarak umum antara nilai rata-rata populasi dengan

masing-masing anggotanya, yang sekaligus juga menunjukan tingkat

heterogenitas data.

Kesalahan sampling (sampling error) adalah selisi antara hasil sampling

dengan keadaan yang sebenarnya dari populasi.

c. Memilih sampel

d. Menguji sampel

e. Mengestimasi keadaan populasi

f. Membuat simpulan hasil audit

Page | 140

Page 141: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

2. Metode Sampling Non Statistik

Sampling non statistik tidak terikat dengan formula khusus dan baku.Semua tahap

di lakukan berdasarkan judgement.Sehingga sangat tidak konsisten untuk

menghindari inkonsistensi tersebut, para praktisi mengembangkan sampling non

statistik dengan menambahkan unsur matematis dalam analisinya.

Salah satu model sampling non statistik formal adalah:

Unit sample ditetapkan dengan rumus : n=(NB * FK)/TS

Hasil sampling berupa proyeksi salah saji : PS=(NB/NS)*SS

Simpulan auditnya di dasarkan pada perbandingan TS dan PS

Di mana :

NB = nilai buku populasi

SS =salah saji yang di temukan dalam sample

FK=faktor keandalan, di tetapkan dengan memperhatikan resiko salah saji

(resiko melekat dan resiko pengendalian) dan keyakinan terhadap keandalan

prosedur audit lainnya.

Sampling Untuk Uji Pengendalian

Dalam perencanaan sampel audit tertentu untuk pengujian pengendalian, auditor

harus

mempertimbangkan:

a. Hubungan antara sampel dengan tujuan pengujian pengendalian.

b. Tingkat penyimpangan maksimum dari pengendalian yang ditetapkan yang akan

mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.

c. Tingkat risiko yang dapat diterima auditor atas penentuan risiko pengendalian

yang terlalu rendah.

d. Karakteristik populasi, yaitu, unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok

transaksi yang menjadi fokus perhatian.

1. Metode Sampling Statistik

Page | 141

Page 142: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Metode sampling statistik yang lazim di gunakan pada pengujian pengendalian

adalah sampling atribut, yaitu metode sampling yang meneliti sifat nol angka dari

data, karena pada pungujian pengendalian fokus perhatian auditor adalah pada

jejak-jejak pengendalian yang terdapat pada data/dokumen yang di uji seperti

paraf, tanda tangan, nomor urut pracetak dll. Metode ini dibagi menjadi 2:

a. Attribute sampling. Disebut juga proportional sampling, digunakan untuk

menguji efektivitas pengendalian intern. Attribute sampling terdiri atas:

Fixed sample size attribute sampling. Pengambilan sample dengan model

ini ditujukan untuk memperkirakan presentase terjadinya mutu tertentu

dalam suatu populasi.

Stop-or go sampling disebut juga dengan decision attribute. Model ini

dapat mencegah auditor dari pengambilan sampel yang terlalu banyak, dan

dapat digunakan jika auditor yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan

dalam populasi sangat kecil.

Discovery sampling, dipakai auditor untuk menemukan kecurangan,

pelanggaran yang serius dari unsure pengendalian intern dan

ketidakberesan yang lain.

b. Variable sampling. Digunakan terutama untuk menguji nilai rupiah yang

tercantum dalam akun yang terdapat dalam pengujian substantive.

2. Metode Sampling Non Statistik

Pada sampling non statistik, unit sampel dan avaluasi hasil samplingnya di

lakukan berdasarkan judgement, tanpa menggunakan formula/rumus yang baku.

PENGGUNAAN PEKERJAAN SPESIALIS

Berdasar PSA No.39 (SA Seksi 336), seksi ini memberikan panduan bagi

auditor yang menggunakan pekerjaan spesialis dalam melaksanakan audit atas

laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan IAI. Pengertian

spesialis dalam seksi ini adalah orang (perusahaan) yang memiliki keterampilan

Page | 142

Page 143: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

atau pengetahuan khusus dalam bidang tertentu selain akuntansi dan auditing.

Spesialis mencakup, namun tidak terbatas pada aktuaris, appraiser,insinyur,

konsultan lingkungan, dan ahli geologi.

Berbagai contoh tipe masalah yang mungkin menurut pertimbangan auditor

memerlukan pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal

sebagai berikut:

1. Penilaian (missal sediaan untuk tujuan khusus, bahan atau ekuipmen

teknologi tinggi, produk farmasi , instrument keuangan yang kompleks, real

estate, sekuritas terbatas, karya seni)

2. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang

tersedia atau kondisi (missal kuatitas atau kondisi mineral, cadangan mineral,

atau bahan yang disimpan dalam timbunan)

3. Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode

khusus , missal penentuan kewajiban manfaat polis masa depan

4. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan

Kualifikasi dan Pekerjaan Spesialis

Auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini untuk mengevaluasi

kualifikasi professional spesialis dalam menentukan bahwa spesialis tersebut

memiliki keterampilan atau pengetahuan dalam bidang tertentu yang diperlukan:

1. Sertifikat professional, lisensi, atau pengakuan kompetensi dari spesialis lain

dalam bidangnya

2. Reputasi dan kedudukan spesialis di mata para rekan sejawat dan pihak lain yang

mengenal kemampuan atau kinerjanya

3. Hubungan, jika ada, antara spesialis dengan klien

Auditor harus memperoleh pemahaman tentang sifat pekerjaan yang

dilaksanakan atau akan dilaksanakan oleh spesialis. Pemahama tersebut harus

mencakup :

1. Tujuan dan lingkup pekerjaan spesialis

2. Hubungan spesialis dengan klien

3. Metode dan asumsi yang digunakan

Page | 143

Page 144: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

4. Suatu perbandingan metode atau asumsi yang digunakan dengan yang

digunakan di tahun sebelumnya

5. Kelayakan penggunaan pekerjaan spesialis untuk tujuan yang dimaksud

6. Bentuk dan isi temuan spesialis yang akan memungkinkan auditor untuk

membuat evaluasi yang diuraikan dalam paragraph 12 (SA Seksi 336)

Dampak Pekerjaan spesialis Terhadap Laporan Audit

Jika auditor menentukan bahwa temuan spesialis dapat mendukung penyajian

laporan keuangan yang berkaitan , maka ia dapat menyimpulkan bahwa ia telah

memperoleh bukti audit cukup dan komponen. Jika terdapat perbedaan material antara

temuan spesialis dengan penyajian laporan keuangan, atau jika auditor yakin bahwa

penentuan yang dibuat oleh spesialis tidak wajar, maka auditor harus melakukan prosedur

tambahan. Jika setelah menerapkan prosedur tambahan ternyata ia belum dapat

memecahkan masalah, maka auditor harus memperoleh pendapat dari spesialis lain,

kecuali jika menurut pandangan auditor masalah tersebut tidak akan dapat dipecahkan.

Page | 144

Page 145: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

PERTEMUAN 10

AUDIT SIKLUS PENGGAJIAN DAN KEPEGAWAIAN

Pada bagian ini akan dibahas audit proses penggajian dan kepegawaian untuk audit atas laporan keuangan, Bagian ini akan dimulai dengan gambaran umum mengenai proses manajemen sumber daya manusia dan kemudian membahas tiga komponen dari model risiko audit.

A. Gambaran umum Proses Penggajian dan Kepegawaian

Topik-topik berikut yang terkait dengan proses penggajian dan kepegawaian :• Jenis-jenis transaksi dan akun laporan keuangan yang terpengaruh• Jenis-jenis dokumen dan catatan• Fungsi-fungsi utama• Pemisahan tugas fungsi

Jenis-jenis Transaksi dan akun laporan keuangan yang terpengaruh dua jenis transaksi yang khususnya terdapat dalam proses penggajian dan kepegawaian adalah :

Pembayaran kepada karyawan atas jasa yang diberikan Akrual dan pembayaran dari kewajiban yang terkait dengan penggajian yang

timbul dari jasa karyawan, termasuk untuk jaminan social dan pajak bagi pengangguran.

Proses penggajian dan kepegawaian mempengaruhi banyak akun dalam laporan keuangan. Akun yang paling berpengaruh secara signifikan oleh tiap jenis transaksi adalah sebagai berikut :

Jenis transaksi Akun yang dipengaruhi :Transaksi penggajian Kas, Persediaan, Berbagai kewajiban yang terkait dengan penggajian dan akun beban, dan Transaksi utang gaji Kas serta Berbagai akrual (seperti pajak penghasilan karyawan dan biaya pension).

Jenis-jenis dokumen dan catatanDokumen dan catatan yang terdapat dalam proses penggajian dan kepegawaian : :Catatan karyawan termasuk tingkat upah atau otorisasi gaji Merupakan catatan karyawan berisi informasi mengenai sejarah kerja setiap karyawan, termasuk tanggal pengangkatan, tingkat upah atau gaji, formulir otorisasi pemotongan gaji, tingkat upah dan otorisasi penyesuaian gaji, evaluasi kinerja, dan pemberitahuan perbehentian, jika ada.

W-4 dan formulir otorisasi pemotongan lainnya Karyawan harus mengotorisasi pemotongan dari gajinya. Organisasi oleh karena itu harus menggunakan formulir otorisasi untuk mendokumentasikan pemotongan tersebut.

Page | 145

Page 146: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Kartu Jam kerjaDokumen ini mencatat jumlah jam kerja karyawan, termasuk waktu karyawan mulai dan berhenti bekerja.

Catatan cek gaji/setoran langsungCatatan ini menunjukkan jumlah yang dibayarkan ke karyawan atau jasa yang diberikannya.

Daftar gajiDokumen ini juga disebut sebagai jurnal penggajian, mengikhtisarkan semua pembayaran gaji kepada karyawan. Daftar gaji biasanya menunjukkan pembayaran kotor karyawan.

Arsip induk penggajian

Arsip computer ini berisikan semua catatan entitas yang terkait dengan penggajian, termasuk informasi Dari tiap karyawan seperti nama, nomor jaminan social, tingkat gaji, dan otorisasi potongan.

Laporan perubahan arsip induk penggajianLaporan ini berisi catatan perubahan yang dilakukan terhadap arsip induk penggajian.

Laporan penggajian berkalaPada tiap akhir minggu atau bulan, sejumlah laporan ikhtisar gaji dapat disiapkan.

Berbagai laporan dan formulir pajakKebanyakan perusahaan diminta untuk menyiapkan berbagai laporan pajak atas gaji.

Fungsi – fungsi utamaTujuan pokok proses penggajian dan kepegawaian adalah (1) mencatat produksi dan jenis lain biaya gaji di dalam akun, (2) memastikan bahwa biaya gaji adalah untuk kegiatan perusahaan yang sah, (3) kewajiban yang masih harus di bayar untuk gaji dan upah, pajak atas gaji, dan berbagai program imbalan kerja bagi karyawan.

PersonaliaFungsi personalia adalah bertanggung jawab atas pengelolaan kebutuhan sumber daya manusia di dalam organisasi. Hal ini termasuk mengangkat dan memberhentikan karyawan, menetapkan tingkat upah dan gaji, serta menetapkan dan mengawasi program imbalan kerja.

SupervisiSupervisi atau penyelia di dalam departemen operasi dan pendukung bertanggung jawab untuk mereview dan menyetujui kehadiran karyawan dan infromasi waktu; pengawasan penjadwalan karyawan, produktivitas, dan varians biaya gaji.

Pencatatan waktu

Page | 146

Page 147: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Fungsi pencatatan waktu menyiapkan informasi waktu karyawan bagi pemrosesan penggajian dan pemberian kode bagi distribusi akun.Pemrosesan gajiBerfungsi untuk penghitungan gaji kotor, pemotongan, dan gaji bersih; mencatat dan membuat ikhtisar pembayaran dan verifikasi distribusi akun.

Pengeluaran uangBerfungsi untuk pembayaran .kompensasi dan tunjangan karyawan

Buku besarBerfungsi untuk akumulasi, klasifikasi dan pembuatan ikhtisar yang tepat dari penggajian di buku besar.

Pemisahan Tugas KunciSalah-satu pengendalian yang terpenting dalam system akuntansi adalah pemisahan tugas yang memadai. Oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam fungsi –fungsi supervisi dan pencatatan waktu harus terpisah dari fungsi-fungsi personalia, pemrosesan gaji, dan buku besar.

Page | 147

Page 148: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

AUDIT SIKLUS PENGGAJIAN

Siklus penggajian dan kepegawaian berhubungan dengan penggunaan tenaga kerja dan pembayaran semua pegawai. Audit pada siklus ini meliputi perolehan pemahaman atas pengendalian intern, penetapan resiko pengendalian, pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis serta pengujian rinci atas saldo. Auditor pada umumnya lebih menekankan diri pada pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan karakteristik antara siklus penggajian dan kepegawaian dan siklus lain pada audit yang umum, perbedaannya adalah sebagai berikut:

1. Hanya ada satu golongan transaksi untuk penggajian. Penggajian hanya meiliki satu golongan karena penerimaan jasa dari pegawai dan pembayaran atas jasa tersebut terjadi dalam waktu yang pendek

2. Transaksi-transaksi lebih signifikan dari pada akun-akun neraca terkait. Akun-akun yang berkaitan dengan penggajian relatif lebih kecil dibandingkan jumlah transaksi keseluruhan selama satu tahun

3. Pengendalian intern atas penggajian pada kebanyakan perusahaan umumnya efektif. Hal ini karena adanya hukuman terkait dengan pemotongan pajak penghasilan.

AKUN DAN TRANSAKSI DI DALAM SIKLUS PENGGAJIAN DAN KEPEGAWAIAN

Tujuan audit penggajian dan kepegawaian yaitu untuk mengevaluasi saldo akun yang mempengruhi siklus itu, dinyatakan wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Akun yang terkait dengan siklus ini adalah sebagai berikut :

1. Kas di Bank2. Gaji, Upah, Bonus dan Komisi yang masih harus dibayar3. Pemotongan pajak penghasilan dan potongan lainnya4. Beban gaji nyang masih harus dibayar 5. Biaya tenaga kerja langsung6. Biaya pajak daftar gaji

FUNGSI BISNIS, DOKUMEN dan CATATAN TERKAIT DALAM SIKLUS PENGGAJIAN DAN KEPEGAWAIAN

Siklus penggajian dan kepegawaian dimuali dengan merekrut karyawan dan berkahir dengan pembayaran ke pegawai atas jasa yang diberikan dan ke pemerintah dan lembaga lainnya terkait dengan pajak penghasilan dan kenikmatan pegawai yang terutang.

Page | 148

Page 149: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

1. Kepegawaian dan penempatan kepegawaian

Catatan Kepegawaian.

Adalah catatan yang berisi data seperti tanggal bekerja, penyelidikan kepegawaian, tarif pembayaran, pengurangan yang diotorisasi, penilaian kinerja dan pemututsan hubungan kerja.

Formulir otorisasi pemotongan.

Adalah formulir otorisasi pengurangan gaji meliputi jumlah pemotongan pajak, ASTEK, pensiun dan asuransi

Formulir otorisasi tarif.

Adalah formulir yang memberikan otorisasi tarif gaji. Sumber informasinya adalah kontrak kerja, otorisasi manajemen, atau dalam kasus pejabat perusahaan, otorisasi dari dewan direksi dan komisaris.

2. Pencatatan waktu dan penyiapan pembayaran gaji

Kartu absen.

Adalah dokumen yang menunjukan jam kerja pegawai setiap harinya.

Tiket waktu kerja.

Adalah dukumen yang menunjukan pekerjaan yang dilakukan seorang pekerja yang dilakukan dalam periode tertentu, biasanya formulir ini digunakan ketika seorang pegawai melakukan pekerjaan pada bagian lain.

Berkas transaksi gaji.

Adalah dokumen yang dihasilkan komputer yang meliputi semua transaksi gaji yang diproses oleh sistem akuntansi.

Jurnal atau daftar gaji.

Adalah laporan yang dihasilkan dari berkas transaksi gaji yang biasanya meliputi nama pegawai, tanggal, dan jumlah gaji kotor dan jumlah gaji bersih, jumlah pajak penghasilan, dan klasifikasi akun atau kalsifikasi untuk setiap transaksi.

Berkas induk gaji. Adalah berkas yang digunakan untuk mencatat tiap transaksi penggajian untuk masing-masing pegawai dan untuk mengelola total gaji pegawai yang dibayarkan selama setahun sampai tanggal terakhir.

Page | 149

Page 150: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

3. Pembayaran gaji

Cek gaji.

Adalah cek yang diberikan kepegawai atas jasa yang telah diberikan.Rekonsiliasi akun bank gaji. Pengendalian yang penting adalah rekonsiliasi independen atas akun bank gaji imprest. Akun bank gaji imprest adalah akun gaji yang terpisah dimana minimal saldo ditetapkan.

4. Persiapan surat pemberitahuan pajak gaji dan pembayaran pajak

Formulir W2.

adalah formulir yang diterbitkan bagi stiap pegawai yang mengikhtisarkan catatan penghasilan selama tahun kalender. Informasinya mencakup gaji kotor, pemotongan pajak penghasilan dan pemotongan FICA.

METODOLOGI PERANCANGAN PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP TRANSAKSI

Metodologi yang digunakan dalam siklus penggajian dan kepegawaian sama dengan metodologi pada siklus penjualan dan penagihan. Auditor harus memahami pengendalian intern penggajian dan kepegawaian. Setelah memahami pengendalian intern, kemudian auditor dapat mengestimasi resiko pengendalian yang direncanakan. Kemudian auditor mengevaluasi biaya manfaat atas pengujian pengendalian dan dilanjutkan dengan merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk penggajian dan kepegawaian agar memenuhi transaksi terkait sasaran audit. Sasaran audit dalam tahap ini ada enam sesuai dengan asersi manajemen yaitu: Keberadaan, Kelengkapan, Akurasi, Klasifikasi, Waktu, dan Posting dan pengikhstisaran. Berikut ini adalah pengendalian kunci atas siklus penggajian dan kepegawaian:

Memahami pengendalian intern

1. Pemisahan tugas yang memadai2. Otorisasi yang tepat3. Dokumen dan catatan yang memadai4. Pengedalian fisik terhadap aktiva dan catatan 5. Pemeriksaan independen terhadap kinerja

Memformat pajak penghasilan dan pembayaran lainnya

1. Penyusunan surat pemberitahuan pajak penghasilan2. Pembayaran pemotongan pajak penghasilan dan pemotongan lain tepat

waktu

Page | 150

Page 151: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Mempertimbangkan kecurangan persediaan dan penggajian

1. Hubungan antara gaji dan penilaian persediaan 2. Pengujian penggajian fiktif3. Pengujian jam kerja fiktif

METODOLOGI PERANCANGAN PENGJUIAN TERINCI ATAS SALDO

Terbagi atas tiga tahap, yaitu:

Tahap Pertama

1. Mengidentifikasi resiko bisnis klien yang mempengaruhi kewajiban penggajian

2. Menentukan salah saji yang dapat ditolerir dan menilai resiko bawaan untuk siklus penggajian dan kepegawaian

3. Menilai resiko pengendalian untuk siklus penggajian dan kepegawaiaan

Tahap ke Dua

Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk siklus penggajian dan kepegawaian

Tahap ke Tiga

1. Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk siklus penggajian dan kepegawaian

2. Merancang pengujian terinci atas saldo akun untuk memenuhi tujuan audit atas saldo terkait

Dalam pengujian terinci atas saldo tahapan-tahapan diatas dapat dilaksanakan berbarengan dengan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi penggajian dan kepegawaian.

Prosedur AnalitisProsedur analitis sangat penting dilakukan untuk mengetahui bidang-bidang mana tambahan verivikasi dilakukan. Dengan membandingkan saldo akun beban penggajian dengan saldo tahun lalu dapat memprediksi salah saji atas akun beban gaji. Pembandingan ini dilakukan juga untuk bagian-bagian lainnya terkait dengan siklus penggajian dan kepegawaian.

Setelah hasil dari tahapan prosedur analitis didapat maka auditor merancang dan melaksanakan pengujian saldo terinci atas akun-akun dalam siklus penggajian dan kepegawaian. Tujuan yang utama dalam pengujian saldo rinci adalah yang masih terutang dalam neraca saldo dinyatakan dengan jumlah yang benar (keakuratan) dan transaksi dalam siklus penggajian dan kepegawaian dibukukan dalam periode yang tepat(pisah batas).

Bab 21

Page | 151

Page 152: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

AUDIT ATAS SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KEMBALI

MODAL

1. Akun-akun Dalam Siklus

Siklus perolehan modal dan pelunasan kembali modal juga meliputi

pembayaran bunga dan dividen. Empat karakteristik siklus perolehan dan pelunasan

kembali modal mempengaruhi secara signifikan audit akun-akun berikut:

a) Relative sedikit transaksi yang mempengaruhi saldo akun, tetapi setiap transaksi

seringkali jumlahnya sangat material. Misalnya, obligasi jarang diterbitkan oleh

kebanyakan perusahaan, tetapi jumlah suatu penerbitan obligasi biasanya besar.

b) Jika tidak dimasukkan satu transaksi tertentu, mungkin jumlahnya akan material.

Misalnya penghilangan atau salah dibukukan satu transaksi kewajiban tertentu

mempunyai dampak material pada laporan keuangan.

c) Terdapat hubungan hokum antara entitas usaha klien dan pemegang saham,

obligasi, atau dokumen-dokumen pemilikan serupa.

d) Terdapat hubungan langsung antara akun bungan dan dividen dengan kewajiban

dan ekuitas. Dalam audit hutang berbunga diharapkan sekaligus menverifikasi

beban bungan terkait dan hutang bewrbunga.

Akun-akun yang seringkali ditemukan dalam siklus perolehan dan pelunasan

kembali modal, yaitu: Wesel bayar, Kontrak yang masih harus dibayar, Hutang

hipotik, Hutang obligasi, Beban bunga, Bunga ymh dibayar, Kas bank, Modal

saham-biasa, Modal daham-preferen, Kelebihan modal disetor atas nilai pari, Modal

yang disumbangkan, Laba ditahan, Pencadangan laba ditahan, Saham tresuri,

Dividen diumumkan, Dividen terhutang.

Dalam menentukan pengujian terinci atas saldo wesel bayar, auditor harus

mempertimbangkan risiko bisnis, salah saji yang dapat ditelerir, risiko bawaan,

risiko pengendalian, hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas

transaksi, dan hasil dari prosedur analitik

2. Audit Ekuitas Pemilik

Tujuan audit ekuitas pemilik adalah menentukan apakah yang berikut ini

terjadi atau tidak:

Pengendalian intern atas modal saham dan dividen terkait mencukupi.

Page | 152

Page 153: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Transaksi ekuitas pemilik dibukukan dengan semestinya.

Saldo ekuitas pemilik disajikan dan diungkapkan dengan semestinya.

Prosedur yang terpenting untuk pencegahan salah saji dalam ekuitas pemilik,

yaitu:

a) Kebijakan yang jelas untuk penyiapan sertifikat saham dan pembukuan transaksi

modal saham,

b) Verifikasi internal yang independen mengenai informasi dalam catatan .

Terdapat empat perhatian utama dalam audit modal saham dan kelebihan

modal disetor atas harga pari, yaitu:

a) Transaksi modal saham yang ada dibikukan (kelengkapan)

b) Transaksi modal saham yang ada dibukukan dan secara akurat dibukukan

(keberadaan dan keakuratan)

c) Modal saham secara akurat dibukukan (keakuratan)

d) Modal saham disajikan dan diungkapkan secara memadai (penyajian dan

pengungkapan)

Dua yang pertama mengharuskan pengujian pengendalian dan pengendalian

substantive atas transaksi dan dua terakhir mengharuskan pengujian terinci atas

saldo/.

3. Audit Dividen

Penekanan dalam audit dividen adalah pada transaksinya, bukan pada saldo

akhirnya. Pengecualian yaitu bilamana terdapat dividen terutang

Keberadaan atas dividen yang dibukukan dapat dicek dengan meneliti

notulen rapat dewan direksi mengenai jumlah dividen per saham dan tanggal

pembayaran dividen. Keakuratan penilaian pengumuman dividen dapat diaudit

dengan menghitung kembali jumlahnya berdasarkan dividen setiap saham dan

jumlah saham yang beredar. Pengujian terhadap hutang dividen harus dilakukan

bersamaan dengan pengumuman dividen. Setiap dividen yang belum dibayar harus

dicatat sebagai hutang.

4. Audit Laba Ditahan

Titik awal audit atas laba ditahan adalah analisis terhadap laba ditahan untuk

seluruh tahun yang bersangkutan. Skedul audit yang menunjukkan analisis itu

Page | 153

Page 154: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

biasanya merupakan bagian dari arsip permanen, yang meliputi keterangan

menganai setiap transaksi yang mempengaruhi akun laba ditahan.

Salah satu pertimbangan penting dalam audit laba ditahan adalah menilai

apakah ada transaksi yang seharusnya dimasukkannya atau tidak.Misalnya, jika

dividen saham diumumkan, nilai pasar saham diterbitkan harus dikapitalisasi dengan

mndebet ke laba ditahan dan mengkredit ke modal saham.

Hal penting dalam menentukan apakah laba ditahan diungkapkan dengan

benar dalam neraca adalah keberadaan pembatasan atas pembayaran dividen.

5. E-Commerce dan Perolehan Modal

Sewaktu para auditor atas klien berbasis internet memperoleh pemahaman

mengenai bisnis dan industry itu, mereka dapat mengidentifikasi risiko bisnis yang

terkait dengan metode yang digunakan perusahaan baru, mulai untuk memperoleh

modal dan yang juga terkait dengan penggunaan hasil yang didapat melalui

perolehan modal itu. Sebagai bagian dari proses penilaian risiko itu, para auditor

harus mempertimbangkan bagaimana proses perolehan modal, terutama melalui

pasar public, akan menciptakan tekanan signifikan terhadap manajemen untuk

menghasilkan laba, yang meningkatkan risiko salah saji material dalam laporan

keuangan. Dalam beberapa kasus, kompleksitas transaksi modal menciptakan isu

pelaporan dan pengungkapan keuangan yang unik yang perlu diselesaikan oleh

auditor.

Page | 154

Page 155: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

PERTEMUAN 11

AUDIT ATAS SALDO KAS

1. Kas di Bank dan Siklus Transaksi

Kas adalah satu-satunya akun yang termasuk dalam beberapa siklus. Kas

merupakan bagian dari setiap siklus kecuali persediaan dan pergudangan. Dalam

textbook audit saldo kas merupakan bidang audit yang terakhir dipelajari karena

bukti yang diakumulasikan untuk saldo kas sangat tergantung pada hasil pengujian

di dalam siklus lain. Misalnya, apabila pemahaman terhadap pengendalian intern

dan pengujian pengendalian serta pengujian substantive atas transaksi dalam siklus

perolehan dan pelunasan kembali modal menyebabkan auditor percaya bahwa layak

untuk mengurangi risiko pengendalian yang ditetapkan, maka auditor dapat

mengurangi pengujian terinci atas saldo kahir kas. Akan tetapi, jika auditor

menyimpulkann bahwa risiko pengendalian yang ditetapkan harus lebih tinggi, maka

pengujian yang ekstensif pada akhir tahun diperlukan.

Kas sangat penting karena potensi terjadinya kecurangan tetapi juga karena

terdapat kemungkinan kesalahan. Jumlah kas yang mengalir masuk dan keluar dari

akun kas seringkali lebih besar daripada jumlah pada akun lainnya yang terdapat

dalam laporan keuangan. Lebih jauh lagi, kas mudah diselewengkan daripada jenis

aktiva lainnya karena sebagian besar aktiva harus dikonversi menjadi kas sebelum

dapat dimanfaatkan.

Hubungan kas di bank dengan siklus transaksi lainnya menghasilkan dua

fungsi, yaitu:

a) Menunjukkan pentingnya pengujian terhadap berbagai siklus transaksi yang

berbeda-beda;

b) Membantu memahami lebih lanjut integrasi siklus transaksi yang berbeda-beda.

Di dalam audit kas, perbedaan yang penting harus dilakukan antara verifikasi

rekonsiliasi klien atas saldo pada rekening Koran terhadap saldo di dalam buku

besar dan verifikasi apakan kas dibukukan secara benar di dalam buku besar

sehingga mencerminkan semua transaksi kas yang terjadi selama tahunn yang

bersangkutan.

Page | 155

Page 156: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Berikut ini contoh salah saji yang akhirnya mengakibatkan pembayaran yang

tidak layak atau kegagalan menerima uang tunai, tetapi tidak satupun akan

ditemukan sebagai bagian dari audit rekonsiliasi bank, yaitu:

Gagal untuk menagih pelanggan.

Menagih pelanggan dengan harga yang lebih rendah daripada yang ditetapkan

oleh kebijakan perusahaan.

Penggelapan kas dengan jalan menahan hasil penerimaan kas dari pelanggan

sebelum dibukukan, dan akun itu dihapuskan sebagai piutang tak tertagih.

Pembayaran ganda atas satu faktur pemasok

Pembayaran yang tidak benar atas pengeluaran pribadi pejabat perusahaan.

Pembayaran untuk bahan baku yang tidak pernah diterima

Pembayaran ke karyawan tetapi junlah jam kerjanya melampaui jumlah jam

kerja yang benar-benar dijalaninya.

Pembayaran bunga ke pihak yang memiliki hubungan istimewa di atas suku

bunga yang berlaku saat ini.

Diskusi: Bagaimana apabila salah saji di atas tidak ditemukan dalam audit ?

Penting untuk memahami jenis akun kas yang berbeda-beda karena

pendekatan audit terhadap masing-masing jenis akun itu juga berbeda-beda.

Sewaktu memperoleh pemahaman bisnis klien, auditor cenderung mempelajari

macam-macam jenis saldo kas yang mungkin ada. Misalnya, sewaktu mempelajari

operasi di berbagai lokasi perusahaan, auditor mungkin mendapatkan informasi

tentang akun kas yang deselenggarakan di tingkat kantor pusat dan kantor cabang.

Jenis akun kas yang utama, yaitu:

Akun Kas Umum

Akun Gaji Imprest

Akun Bank Cabang

Dana Kas Kecil Imprest

Setara Kas

2. Audit Kas Umum

Auditor harus mengumpulkan bahan bukti yang cukup untuk mengevaluasi

apakah kas, dalam neraca, telah dinyatakan secara wajar dan diungkapkan secara

Page | 156

Page 157: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

layak sesuai dengan enam dari Sembilan tujuan audit terkait saldo yang digunakan

untuk semua pengujian terinci atas saldo.

Kebanyakan perusahaan cenderung tidak mempunyai risiko bisnis klien yang

signifikan mempengaruhi saldo ka. Risiko bisnis klien lebih cenderung berasal dari

setara kas dan jenis investasi lainnya.

Saldo kas tidak material dalam kebanyakan audit, tetapi transaksi kas yang

mempengaruhi saldo merupakan hamper selalu sangat material. Oleh karena itu

seringkali terdapat potensi salah saji kas yang material.

Pengendalian intern atas saldo kas akhir tahun di dalam akun kas umum

dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

Pengendalian atas siklus transaksi yang mempengaruhi pembukuan penerimaan

dan pengeluaran kas,

Rekonsiliasi bank independen.

Rekonsiliasi bank independen memberikan kesempatan untuk verifikasi

internal terhadap transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Rekonsiliasi bank yang

seksama oleh pegawai klien yang kompeten mencakup:

Bandingkan cek-cek yang dibatalkan dengan jurnal pengeluaran kasa mengenai

tanggal, penerima, dan jumlah.

Periksa cek-cek yang dibatalkan mengenai tanda tangan, pemberian stempel, dan

pembatalan

Bandingkan setoran di bank dengan penerimaan kas yang dibukukan mengenai

tanggal, pelanggan, dan jumlah.

Telitilah urutan nomor cek, dan selidiki cek yang hilang.

Rekonsiliasi semua pos yang menimbulkan perbedaan antara saldo buku dan

saldo bank serta verifikasi penyebabnya.

Rekonsiliasi total kredit rekening Koran dengan total pada jurnal penerimaan

kas.

Telaah transfer antar bank pada akhir tahun mengenai kelayakan dan ketepatan

pembukuannya.

Tindak lanjuti secara periodic cek-cek yang masih beredar dan pemberitahuan

pembatalan pembayaran.

Page | 157

Page 158: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Dalam banyak audit, rekonsiliasi bank akhir tahun dilakukan dengan audit

yang akstensif. Karena itu, penggunaan prosedur analitik untuk menguji kelayakan

saldo kas kurang penting dibandingkan dengan kebanyakan audit bidang lainnya.

Penerimaan Rekening Koran pada Titik Pisah Batas. Adalah laporan bank untuk

sebagian periode beserta cek yang dibatalkan, diplikat slip setoran, dan dokumen

terkait lain yang termasuk ke dalam laporan bank yang dikirim oleh bank secara

langsung ke kantor akuntan public. Tujuannya adalah memverifikasi pos-pos

rekonsiliasi pada rekonsiliasi bank klien pada akhir tahun dengan bukti yang tidak

dapat diakses klien

3. Pengujian atas Rekonsiliasi Bank.

Rekonsiliasi bank independen yang disiapkan dengan baik merupakan

pengendalian intern yang esensial atas kas. Alasan pengujian rekonsiliasi bank

adalah untuk menentukan apakah pegawai klien telah mempersiapkan rekonsiliasi

bank dengan seksama dan untuk menverifikasi apakah saldo yang dibukukan bank

berjumlah sama dengan jumlah yang seharusnya yang ada di bank kecuali setoran

dalam perjalanan, cek yang beredar, dan pos-pos rekonsiliasi lain. Dalam pengujian

rekonsiliasi, auditor dapat memperoleh informasi untuk pelaksanaan dari laporan

rekening Koran pisah batas.

Beberapa prosedur utama dilibatkan:

Verifikasi bahwa rekonsiliasi bank klien secara matematis adalah akurat.

Telusuri saldo pada konfirmasi bank

Telusuri cek-cek yang sudah ditulis sebelum akhir tahun dan termasuk dengan

rekeningkoran pisah batas ke daftar cek yang beredar pada rekonsiliasi bank dan

ke jurnal pengeluaran kas dalam periode tertentu atau periode sebelum tanggal

neraca.

Investigasi semua ce dengan jumlah yang signifikan yang termasuk ke dalam

daftar cek yang beredar yang belum dikliring pada laporan pisah batas.

Telusuri setoran dalam perjalanan ke laporan berikutnya.

Hitung semua pos rekonsiliasi lainnya dalam rekening Koran bank dan

rekonsiliasi bank.

Page | 158

Page 159: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

4. Prosedur Berorientasi Kecurangan

Pertimbangan utama dalam audit saldo kas umum adalah kemungkinan

kecurangan. Auditor harus memperluas prosedur audit kas akhir tahun guna

menentukan kemungkinan kecurangan yang metariial bilamana terdapat

pengendalian intern yang tidak memadai, khususnya pemisahan tugas yang

semestinya antara penanganan kas dan pembukuan transaksi kas dalam catatan

akuntansi.

Dalam merancang prosedur audit guna menemukan kecurangan,

pertimbangan yang seksama harus diberikan terhadap sifat kelemahan pengendalian

intern, jenis kecurangan yang mungkin menyebabkan kelemahan, potensi

materialitas kecurangan, dan prosedur audit yang paling efektif dalam menemukan

kecurangan.Contoh prosedur yang dapat menemukan kecurangan di bagian saldo

kas mencakup konfirmasi piutang usaha, pengujian atas “lapping”, penelaahan ayat

jurnal pada buku besar dalam akun kas untuk pos-pos yang luar biasa, penelusuran

atas pesanan pembelian pelanggan ke penjualan dan penerimaan kas yang

mengikutinya, serta pemeriksaan persetujuan dan dokumentasi pendukung untuk

piutang tak tertagih serta cadangan dan retur penjualan.

Jika auditor percaya bahwa rekonsiliasi bank akhir tahun mungkin

disalahsajikan dengan sengaja, maka layak melakukan pengujian yang diperluas atas

rekonsiliasi bank akhir tahun. Tujuannya adalah untuk memverifikasi apakah semua

transaksi yang termasuk dalam jurnal untuk akhir bulan pada tahun yang

bersangkutan benar-benar termasuk di dalam atau tidak termasuk di dalam

rekonsiliasi bank dan untuk menverifikasi apakah semua pos pada rekonsiliasi bank

telah dimasukkan dengan benar.

Auditor sering menyiapkan pembuktian kas jika pengendalian intern kas

klien lemah. Auditor menggunakan pembuktian kas untuk menentukan apakah hal-

hal yang berikut dilakukan:

Semua penerimaan kas yang dibukukan telah disetor.

Semua setoran di bank dibiukukan ke dalam catatan akuntansi

Semua pengeluaran kas dibayarkan oleh bank

Semua jumlah yang dibayarkan oleh bank telah dibukukan.

Pembuktian kas mencakup hal-hal berikut:

Page | 159

Page 160: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Rekonsiliasi saldo pada rekening Koran terhadap saldo buku besar pada awal

periode pembuktian kas.

Rekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan terhadap jurnal penerimaan kas

pada periode tertentu.

Rekonsiliasi cek yang dibatalkan yang dikliring bank terhadap jurnal

pengeluaran kas periode tertentu.

Rekonsiliasi saldo pada rekening Koran terhadap saldo buku besar pada akhir

periode pembuktian kas.

5. Pengujian atas Transfer Bank.

Para penyeleweng kadang menutupi kecurangan kas dengan cara yang

disebut “kitting”, yaitu mentransfer uang dari bank tertentu ke bank lain dan

membukukan transaksi itu secara tidak tepat. Pendekatan yang bermanfaat untuk

menguji “kitting” dan juga kesalahan-kesalahan yang tak disengaja dalam

pencatatan transfer bank, adalah dengan mencatat semua transfer bank yang

dilakukan beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca dan menelusuri

masing-masing ke catatan akuntansi untuk dicatat dengan semestinya.

Ada beberapa hal yang harus diaudit pada skedul transfer antarbank, yaitu:

Akurasi informasi mengenai skedul transfer antarabank harus diverifikasi.

Transfer antarabank harus dilakukan baik ke bank masuk maupun ke bank

keluar.

Tanggal pembukuan pengeluaran dan penerimaan untuk setiap transfer harus

berada dalam tahun fiscal yang sama.

Pengeluaran pada skedul transfer antarabank harus dimasukkan atau tidak

dimasukkan dengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai cek yang

beredar.

Penerimaan pada skedul transfer antarabank harus dimasukkan atau tidak

dimasukkan dengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai setoran

dalam perjalanan.

6. Audit atas Akun Gaji Imprest

Page | 160

Page 161: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Pengujian rekonsiliasi bank atas gaji dan upah dapat dilaksanakan dengan

cepat jika ada akun gaji dan upah imprest dan rekonsiliasi yang independen atas

akun-akun seperti yang diuaraikan untuk akun umum.

7. Audit Kas Kecil Imprest

Penekanan dalam verifikasi kas kecil harus diarahkan ke pengujian transaksi

kas kecil, bukan pada saldo akhir tahun tersebut. Sekalipun jumlah kas kecil itu

sedikit, tetap ada kemungkinan terjadi transaksi yang tidak wajar dalam jumlah

besar jika dana itu sering diganti.

Pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi

tergantung pada jumlah dan besar penggantian kas kecil serta pengendalian dan

tingkat risikopengendalian yang dinilai auditor. Pengujian kas kecil biasanya dapat

dilaksanakan setiap saat pada tahun bersangkutan, tetapi untuk memudahkan

biasanya dilaksanakan pada tanggal interim.

PERTEMUAN 12Page | 161

Page 162: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Penyelesaian Audit

Desain dan melaksanakan audit tes yang berhubungan dengan penyajian dan

pengungkapan objectives audit.

Penyajian dan Pengungkapan Tujuan Audit

Kejadian dan hak-hak serta kewajiban: peristiwa diungkapkan dan transaksi yang

terjadi dan berkaitan dengan entitas. Kelengkapan: Semua pengungkapan yang

seharusnya sudah termasuk dalam laporan keuangan yang telah disertakan.

Klasifikasi dan saling pengertian: informasi keuangan adalah tepat disajikan dan

dijelaskan dan pengungkapan secara jelas dinyatakan. Akurasi dan penilaian:

informasi Keuangan dan lainnya diungkapkan secara wajar dan pada jumlah yang

sesuai. Melakukan review untuk kewajiban kontinjensi dan komitmen.

Kewajiban Kontinjensi. Sebuah kewajiban kontinjensi adalah kewajiban masa depan

yang potensial terhadap pihak luar dengan jumlah yang tidak diketahui hasil dari

kegiatan yang telah terjadi.

Kemungkinan Kejadian dan Pengobatan Laporan Keuangan. Remote (kemungkinan

kecil) pengungkapan Tidak perlu, Mungkin cukup catatan kaki diperlukan

pengungkapan. Kemungkinan (mungkin terjadi) Menyesuaikan laporan keuangan

atau catatan pengungkapan

Kekhawatiran auditor

Menunggu litigasi untuk pelanggaran paten, kewajiban produk, atau tindakan lain

sengketa pajak penghasilan, Produk garansi, Wesel tagih didiskontokan, Garansi

kewajiban orang lain,

Saldo tidak digunakan

Prosedur audit untuk Mencari Kontinjensi

Daftarkan manajemen tentang kemungkinan kontinjensi yang tidak tercatat Review

saat ini dan sebelumnya laporan pendapatan internal tahun untuk permukiman pajak

penghasilan. Tinjau menit direksi dan rapat pemegang saham 'untuk indikasi

tuntutan hukum atau kontinjensi lainnya.

Page | 162

Page 163: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Prosedur audit untuk Mencari Kontinjensi

Menganalisis hukum biaya dan faktur review dan laporan dari penasihat hukum.

Mendapatkan surat dari masing-masing pengacara utama dari klien untuk status

tuntutan hukum.

Audit dokumentasi untuk setiap informasi yang dapat menunjukkan potensi

kontingensi

Memeriksa surat-surat kredit yang berlaku.

Mendapatkan dan mengevaluasi surat dari pengacara klien

Pertanyaan dari Pengacara Klien

Daftar termasuk: (1) terancam tertunda litigasi dan (2) menegaskan atau unasserted

klaim atau penilaian dengan pengacara yang telah terlibat.

Permintaan bahwa pengacara memberikan informasi atau komentar mengenai

kemajuan setiap item yang terdaftar.

Pertanyaan dari Pengacara Klien

Sebuah permintaan firma hukum untuk mengidentifikasi setiap terdaftar terancam

tertunda atau tindakan hukum atau pernyataan bahwa daftar klien selesai

Sebuah pernyataan menginformasikan tanggung jawab jaksa pengacara untuk

menginformasikan pengelolaan masalah hukum yang membutuhkan pengungkapan

dalam laporan keuangan dan untuk merespon langsung kepada auditor.

Sarbanes-Oxley Act

Kongres termasuk ketentuan dalam mengarahkan tindakan untuk mengeluarkan

aturan-aturan SEC membutuhkan pengacara melayani perusahaan publik untuk

melaporkan pelanggaran materi oleh perusahaan efek undang-undang federal.

The American Bar Association diubah pengacara-klien aturan kerahasiaan untuk

mengizinkan pengacara untuk pelanggaran kerahasiaan jika klien melakukan

kejahatan atau penipuan.

Melakukan review pasca neraca untuk acara-acara berikutnya

Page | 163

Page 164: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Jenis Kejadian Setelah Tanggal Neraca

1. Orang yang mempunyai efek langsung terhadap laporan keuangan dan

memerlukan penyesuaian,

2. Mereka yang tidak memiliki dampak langsung terhadap laporan keuangan tetapi

pengungkapan yang diperlukan Mereka yang tidak memiliki dampak langsung

terhadap laporan keuangan tetapi pengungkapan yang diperlukan Membutuhkan

Penyesuaian

3. Deklarasi pailit oleh pelanggan dengan saldo piutang,

4. Penyelesaian litigasi pada jumlah yang berbeda dari jumlah yang tercatat di buku,

5. Pembuangan peralatan tidak digunakan dalam usaha pada harga di bawah nilai

buku saat ini,

6. Penjualan investasi pada harga di bawah biaya dicatat

Kelayakan dari Pengungkapan

1. Penurunan nilai pasar efek yang dimiliki untuk investasi sementara atau

dijual kembali

2. Penerbitan obligasi atau surat berharga ekuitas,

3. Penurunan nilai pasar persediaan sebagai akibat dari tindakan pemerintah

lebih lanjut pembatasan penjualan produk

4. hilangnya persediaan tidak diasuransikan akibat kebakaran,

5. Sebuah merger atau akuisisi

Pengujian Audit

Dua kategori prosedur audit untuk acara peninjauan kembali:

1. Prosedur biasanya terpadu sebagai bagian dari verifikasi saldo akun akhir

tahun.

2. Prosedur yang dilakukan secara khusus untuk tujuan menemukan kejadian

atau transaksi yang harus diakui sebagai acara berikutnya.

Page | 164

Page 165: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Pengujian Audit

1. Daftarkan manajemen,

2. Berkorespondensi dengan pengacara,

3. Review disiapkan laporan internal yang terjadi setelah tanggal neraca yang

disusun Review catatan setelah tanggal neraca,

4. Periksa menit diterbitkan setelah tanggal neraca,

5. Mendapatkan surat representasi Dual Kencan,

6. Tanggal pertama tanggal untuk menyelesaikan kerja lapangan kecuali

pengecualian khusus

7. Tanggal pertama tanggal untuk menyelesaikan kerja lapangan kecuali

pengecualian tertentu,

8. Tanggal kedua, yang selalu kemudian, berkaitan dengan pengecualian

Desain dan melakukan langkah-langkah terakhir dalam segmen bukti-

akumulasi audit.

Bukti Final Akumulasi

1. Melakukan analisis prosedur akhir,

2. Mengevaluasi asumsi going concern.

3. Mendapatkan surat representasi manajemen.

4. Mempertimbangkan informasi atas laporan keuangan pokok.

5. Baca informasi lain dalam laporan tahunan.

6. Surat Representasi Manajemen

Tujuan surat itu:

1. Untuk kesan kepada manajemen tanggung jawabnya untuk pernyataan dalam

laporan keuangan.

Page | 165

Page 166: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

2. Untuk mengingatkan pengelolaan potensi salah saji atau kelalaian dalam

laporan keuangan.

3. Untuk dokumen tanggapan dari manajemen untuk pertanyaan tentang

berbagai aspek dari audit.

SAS 85 Empat Kategori dari Hal-hal Tertentu

1. Laporan Keuangan

2. Kelengkapan informasi

3. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan

4. Acara berikutnya Mengintegrasikan bukti audit yang dikumpulkan dan

mengevaluasi hasil audit secara keseluruhan

Hasil Evaluasi

1. cukup bukti yang memadai,

2. Bukti mendukung pendapat auditor,

3. pengungkapan laporan Keuangan,

4. Audit dokumentasi tinjauan,

5. Independen tinjauan,

6. bukti evaluasiRingkasan

Isu Laporan Audit

Laporan audit adalah satu-satunya bahwa sebagian besar pengguna lihat dalam

proses audit, dan konsekuensi mengeluarkan laporan tidak sesuai dapat berdampak

tidak baik.

1. Berkomunikasi secara efektif dengan komite audit dan manajemen.

2. Berkomunikasi dengan Komite Audit dan Manajemen

3. Berkomunikasi tindakan penipuan dan illegal,

4. Berkomunikasi kekurangan pengendalian internal lain

Page | 166

Page 167: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

5. komunikasi dengan komite audit,

6. surat kepada Manajemen,

7. Mengidentifikasi tanggung jawab auditor ketika fakta-fakta yang

mempengaruhi laporan audit ditemukan setelah diterbitkan.

Jaminan Lainnya Jasa

Pemeriksaan Jasa Kompilasi

Standar untuk kompilasi dan pemeriksaan laporan keuangan disebut Pernyataan

Standar Akuntansi dan pemeriksaan Jasa (SSARS).

Hubungan Antara Akumulasi Bukti dan Jaminan Attained

Memeriksa pelaporan

Dalam memeriksa pelaporan (Pemeriksaan SSARS) keterlibatan dirancang untuk

memungkinkan akuntan untuk mengekspresikan jaminan terbatas bahwa laporan

keuangan sesuai dengan SAK.

Page | 167

Tin

gkat

Jam

inan

Att

aine

d

Tinggi

(Audit)

Moderat

(Review)

Tidak ada

(Kompilasi)

Minimal

(Kompilasi)

Penting

(Review)

Luas

(Audit)

Jumlah Akumulasi Bukti

Page 168: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Prosedur yang disarankan untuk Pemeriksaan

Mendapatkan pengetahuan akuntansi prinsip-prinsip klien

Mendapatkan pengetahuan klien

Membuat pertanyaan manajemen

Lakukan prosedur analitik

Mendapatkan surat representasi

Membuat pertanyaan untuk Manajemen

1. perusahaan Temukan prosedur untuk merekam, mengklasifikasi, dan

meringkas

transaksi dan mengungkapkan informasi dalam laporan.

2. Menyelidiki tindakan yang diambil dalam pertemuan-pertemuan pemegang

saham dan dewan direksi.

3. Tanyakan apakah setiap akun dalam keuangan Laporan disiapkan sesuai

dengan GAAP.

Layanan Kompilasi

Sebuah perjanjian dalam standar jasa didefinisikan dalam SSARS sebagai salah satu

yang hadir terdapat akuntan untuk klien atau pihak ketiga, laporan keuangan yang

akuntan telah dipersiapkan. BPA perusahaan tidak mengungkapkan jaminan apapun

terhadap laporan.

Persyaratan perhimpunan

1. Membangun pemahaman dengan klien tentang sifat dan keterbatasan jasa

yang akan

dilakukan dan deskripsi laporan

2. Memiliki pengetahuan tentang akuntansi yang prinsip dan praktek industri

klien

3. Mengetahui klien, termasuk sifat nya bisnis transaksi, catatan akuntansi, dan

isi laporan keuangan

4. Membuat pertanyaan untuk menentukan apakah informasi klien memuaskan

Page | 168

Page 169: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

5. Baca laporan keuangan disusun dan waspada untuk setiap kelalaian jelas atau

kesalahan dalam aritmatika dan GAAP

Bentuk Laporan himpunan

1. Himpunan dengan pengungkapan penuh

2. Himpunan yang mengabaikan seluruh pengungkapan secara substansial

3. Himpunan tanpa independensi

Pemeriksaan informasi keuangan sementara untuk Perusahaan Publik

SEC memerlukan laporan keuangan triwulanan untuk ditinjau oleh auditor eksternal

perusahaan sebelum perusahaan mengajukan Formulir 10-Q.

Seperti ulasan di bawah SSARS, sebuah perusahaan publik memeriksa laporan

sementara yang meliputi lima persyaratan untuk meninjau layanan perjanjian.

Seperti ulasan di bawah SSARS, pemeriksaan untuk umum perusahaan tidak

memberikan dasar untuk mengungkapkan pendapat yang positif bentuk.

pemeriksaan ini dilakukan sesuai dengan standar PCAOB dan tidak ada mengacu

pada SSARS dalam laporan.

Perjanjian Atestasi

1. Atestasi standar

2. Jenis perjanjian atestasi

3. Tingkat pelayanan

Layanan WebTrust

Dalam keterlibatan pengesahan WebTrust, sebuah klien melakukan suatu BPA

untuk memberikan yang wajar jaminan bahwa sebuah situs Web perusahaan

memenuhi dengan prinsip-prinsip tertentu Layanan Trust dan kriteria untuk satu atau

lebih aspek kegiatan e-commerce.

Layanan WebTrust

Layanan WebTrust adalah layanan khusus dikembangkan berdasarkan Layanan

Trust yang lebih luas prinsip-prinsip dan kriteria yang diterbitkan pada tahun 2003

bersama-sama oleh AICPA dan CICA.

Lima Prinsip Layanan Trust

1. Keamanan : Sistem ini dilindungi terhadap akses yang tidak sah

Page | 169

Page 170: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

2. Tersedianya : Sistem ini tersedia untuk operasi dan digunakan sebagai

komitmen atau disepakati

3. Pengolahan : integritas Sistem pengolahan selesai, akurat, tepat waktu, dan

berwenang

4. Online pribadi : Informasi pribadi yang diperoleh sebagai hasil dari e-

commerce yang dikumpulkan, digunakan, diungkapkan, dan dipertahankan

sebagai komitmen atau disepakati

5. Kerahasiaan : Informasi yang ditujukan sebagai rahasia dilindungi sebagai

komitmen atau disepakat.

Layanan SysTrust

Dalam keterlibatan SysTrust, yang SysTrust BPA berlisensi mengevaluasi sebuah

perusahaan sistem komputer menggunakan Layanan Trust prinsip-prinsip dan

kriteria.

Laporan dapat mengatasi Trust tunggal Layanan prinsip atau kombinasi prinsip.

Rencana Laporan Keuangan

Perkiraan dan proyeksi

Penggunaan laporan keuangan calon

Jenis perjanjian

Pemeriksaan laporan keuangan calon

Perjanjian setelah prosedur di setujui

Audit terbatas yang spesifik dalam prosedur audit.Ini disebut sebagai prosedur dan

perjanjian.

SAS menangani laporan keuangan sedangkan kesepakatan dengan SSAE

nonfinansial pernyataan penting.

Audit dan perjanjian yang terbatas

Komprehensif lain dasar akuntansi

Ditentukan unsur, akun, atau item

surat kepatuhan Hutang dan laporan serupa

Page | 170

Page 171: Resume Auditing

M. AGUS SUDRAJATS4309040

Komprehensif Lain Dasar Akuntansi

Kas atau diubah kas dasar

Dasar yang digunakan untuk mematuhi persyaratan dari badan pengawas

Pajak penghasilan dasar

Satu set kriteria tertentu memiliki dukungan substansial

Unsur, Akun, atau Produk

Auditor sering diminta untuk mengaudit dan mengeluarkan laporan dalam aspek

tertentu dari laporan keuangan.

Dua perbedaan dalam jenis audit:

Materialitas didefinisikan dalam istilah unsur, rekening, atau item yang

diaudit bukan untuk laporan keseluruhan.

Standar pelaporan pertama di bawah GAAS tidak berlaku.

Kepatuhan Surat Hutang dan Pelaporan yang sama

Keterlibatan dan laporan harus terbatas pada hal-hal kepatuhan auditor yang

memenuhi syarat untuk mengevaluasi. Auditor harus memberikan surat hutang

kepatuhan hanya untuk klien. Untuk auditor yang telah melakukan audit atas laporan

keuangan secara keseluruhan.

Kepatuhan Surat Hutang dan serupa Laporan

Pendapat auditor dalam bentuk jaminan negatif, yang menyatakan bahwa tidak ada

yang datang ke perhatian auditor yang akan menyebabkan auditor untuk percaya ada

ketidakpatuhan.

Page | 171