Rekonsiliasi Fiskal
-
Upload
wiwiex-aprilia -
Category
Documents
-
view
64 -
download
0
Transcript of Rekonsiliasi Fiskal
![Page 1: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/1.jpg)
Modul Seri 11 : Manajemen Perpajakan
REKONSILIASI FISKAL
![Page 2: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/2.jpg)
Disusun Oleh :
Drs. Bambang Mudjiono, Ak, MM
PROGRAM KULIAH SABTU MINGGU FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVESITAS MERCUBUANA JAKARTA 2009
LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL
SUDAH MENJADI KEWAJIBAN PERUSAHAAN UNTUK MELAKUKAN PENYESUAIAN
LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN PADA AKHIR
TAHUN.
Dari segi akuntansi, pedoman penyusunan laporan keuangan diatur oleh Standar Akuntansi
Keuangan, sedangkan dalam hal perhitungan pajak yang teutangng menggunakan Peraturan
Perpajakan. PSAK sendiri tidak secara spesifik menyentuh perlakuan akuntansi yang berkaitan
dengan Peraturan Perpajakan. Sehingga pada akhir periode pelaporan, untuk kepentingan
perpajakan, Laporan keuangan komersial harus disesuaikan.
Laporan pajak/fiskal (SPT Tahunan PPh) adalah didasarkan pada Laporan Keuangan
Komersial yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Akan tetapi karena
adanya perbedaan pengakuan atas penghasilan dan biaya antara Fiskal dan Komersial, maka
angka-angka pada Laporan Komersial perlu disesuaikan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 3: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/3.jpg)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penyesuaian (koreksi):
1. Penghasilan
Pertama, sebelum melakukan koreksi pos-pos penghasilan, Anda perlu memahami Pasal 4 UU
PPh tahun 2000. Semua penghasilan yang tercakup dalam pengertian 'penghasilan' dalam
Pasal 4 ayat (1) harus Anda laporkan di dalam SPT Tahunan PPh. Sebaliknya, penghasilan
yang telah diakui dalam Laporan Komersial akan tetapi 'bukan merupakan penghasilan'
menurut Pasal 4 ayat(3) UU PPh, harus dikeluarkan dan tidak dilaporkan dalam SPT Tahunan
PPh. (Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa baca UU PPh).
Kedua, dalam peraturan PPh kita dikenal adanya PPh Final. Artinya, atas penerimaan
penghasilan-penghasilan tertentu, kewajiban PPh Wajib Pajak (WP) telah dianggap rampung
(selesai) karena atas penghasilan tersebut WP telah dipotong PPh oleh pemberi hasil. Akibat
dari mekanisme ini adalah, WP penerima penghasilan tidak perlu melaporkan penghasilan yang
telah dikenakan PPh Final dalam SPT Tahunan PPh. Dengan demikian, penghasilan
penghasilan jenis ini harus dikeluarkan dari Laporan Komersial untuk keperluan pelaporan
fiskal. Termasuk dalam jenis penghasilan ini antara lain; bunga bank, penghasilan dari sewa
tanah/bangunan, penghasilan dari jasa konstruksi, jasa konsultan perencana/pengawas
konstruksi, penghasilan dari trasnsaksi di bursa efek dsb.
2.Biaya
Untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak, WP dibolehkan melakukan pengurangan-
pengurangan biaya. Pada dasarnya, biaya yang diboleh dikurangkan adalah biaya-biaya yang
ada kaitannya dengan kegiatan usaha. Biaya-biaya yang boleh dikurangkan diatur dalam Pasal
6 ayat(1) UU PPh. Biaya-biaya dalam laporan keuangan komersial yang sesuai dengan
ketentuan pasal 6 ayat (3) tersebut merupakan biaya dalam laporan fiskal.
Sedangkan biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan diatur dalam pasal 9
ayat (1). Semua biaya dalam laporan komersial yang termasuk dalam pengertian pasal 9 ayat
(1) ini harus dikeluarkan dalam penghitungan laba fiskal. Contoh biaya yang tidak dapat
dikurangkan adalah, antara lain; pemberian kepada karyawan dalam bentuk natura,
pengeluaran untuk kepentingan pribadi pengurus atau pemegang saham, dan biaya pajak
penghasilan.
Hal lain, untuk menghitung biaya penyusutan aktiva tetap, Anda harus berpedoman pada
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 4: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/4.jpg)
ketentuan-ketentuan penghitungan penyusutan antara lain pasal 11 UU PPh dan beberapa
ketentuan pelaksaannya seperti Keputusan Menteri Keuangan # KMK-520/KMK.04/2000.
Penghitungan penyusutan menurut ketentuan perpajakan ini akan menghasilkan biaya
penyusutan yang berbeda antara fisal dan komersial.
Terakhir, untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak, WP dibolehkan melakukan
kompensasi kerugian fiskal dari tahun-tahun pajak sebelumnya (5 tahun kebelakang, lihat pasal
6 ayat (2) UU PPh). Angka kerugian fiskal, dalam hal ada, bisa dilihat pada SPT tahun
pajak sebelumnya dengan tetap memperhatikan jangka waktu '5 tahunnya.
Perbedaan antara laporan keuangan komesial dan fiscal adalah hanya disebabkan oleh
penafsiran yang berbeda terhadap L/K Komersial dan L/K Fiskal dimana pada Komersial
tujuannya adalah menghitung Laba bersih dan mengukur kinerja perusahaan sedangkan Fiskal
hanya untuk menghitung besarnya Pajak terhutang. Dalam kaitan itu dan dalam menentukan
penghasilan dan biaya antara SAK dan UU Perpajakan terdapat persamaan dan perbedaan.
Dan atas perbedaan tersebut dilakukan koreksi Fiskal sehingga dapat disusun apa yang
dinamakan L/K Fiskal. Sebagai contoh begini:
1. Penerimaan yang menurut SAK merupakan penghasilan tetapi menurut UU PPh bukan
penghasilan (contoh: Deviden yang diterima dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan/berkedudukan di Indonesia).
2. Penerimaan yang menurut SAK bukan merupakan penghasilan tetapi menurut UU PPh
merupakan penghasilan (contoh: penerimaan hibah/bantuan dari pihak-pihak ayng ada
hubungan istimewa)
KEWAJIBAN PEMBUKUAN
DASAR HUKUM Pasal 28 UU No. 18 Tahun 2000
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan.
Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan
pencatatan adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 5: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/5.jpg)
Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan
itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam
bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
(KMK No.533/KMK.04/2000)
Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas.
Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.
Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang.
Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
Pencatatan terdiri dari data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah
pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang
dikenakan pajak yang bersifat final.
Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan dan melakukan
pencatatan adalah Wajib Pajak orang pribadi yang tidak wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
Buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia,
yaitu di tempat kegiatan atau di tempat tinggal bagi Wajib Pajak orang pribadi, atau di
tempat kedudukan bagi Wajib Pajak badan.
KEWAJIBAN PEMBUKUAN
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 6: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/6.jpg)
Setiap Wajib Pajak Badan dalam negeri wajib untuk menyelenggarakan pembukuan
yang bertujuan untuk menghitung penghasilan netto ataupun rugi secara fiskal. Hal ini
diatur dalam Pasal 28 (1) UU No.16/2000 (KUP).
Pembukuan yang dilakukan dapat didasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Pembukuan ini berlaku umum dan menghasilkan Laporan Keuangan Komersial (LKK).
Untuk tujuan perhitungan pajak terhutang, dilakukanlah koreksi fiskal atas Laporan
Keuangan Komersial yang hasilnya menjadi Laporan Keuangan Fiskal (LKF) yang
lebih dikenal dengan Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal.
Rekosiliasi dapat dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak, hal ini sesuai dengan adanya
azas “Self Assessment”. Namun apabila LKK diaudit oleh akuntan publik, maka
rekonsiliasi LKF dicantumkan dalam laporan audit. Terhitung mulai Tahun 2001, SPT
PPh Badan wajib dilampirkan rekonsiliasi rugi-laba fiskal.
Konsep Akuntansi dan Pajak
Diantara perbedaan antara konsep akuntansi dan perpajakan tercermin dalam :
Historical Cost
Pasal 10 UU PPh-2000 menunjukan bahwa PPh menganut prinsip harga
perolehan dalam menentukan penghasilan dan biaya, sesuai dengan yang
dianut oleh akuntansi.
Revaluasi Aktiva Tetap
Pasal 19 UU PPh-2000 memberikan wewenang kepada Menteri Keuangan
untuk menentukan penilaian kembali aktiva sesuai dengan SKMK N0.
384/KMK.04/1998, terakhir diatur dalam Kep MenKeu 486/KMK.03/2002.
Sedangkan PSAK No. 16 butir 29 Menyatakan tidak memperkenankan
revaluasi aktiva tetap kecuali berdasarkan peraturan pemerintah.
Penurunan nilai aktiva tetap
PSAK No. 48 mengakui kerugian yang timbul karena penurunan nilai aktiva tetap. Hal ini tidak
diakui PPh karena PPh menganut prinsip realisasi dalam menentukan biaya atau kerugian
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 7: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/7.jpg)
Dasar Akrual dan Dasar Kas
Berdasarkan Pasal 28 (5) KUP, pembukuan perpajakan diselenggarakan dengan
stelsel akrual atau stelsel kas. Kerangkan dasar penyusunan dan penyajian lap o ran
keuangan menggunakan dasar akrual sedangkan dasar kas pada umumnya tidak
digunakan didalam akuntansi.
Dasar kas yang digunakan dalam menghitung penghasilan kena pajak adalah dasar
kas campuran bahkan mendekati dasar akrual, sesuai penjelasan pasal 28 (5) KUP
Penjualan meliputi seluruh penjualan baik yang tunai maupun yang bukan tunai
(kredit), hal ini sama dengan akrual
HPP harus diperhitungkan seluruh pembelian (tunai dan kredit), hal ini sama dengan
akrual
Harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat diamortisasi, pembebanannya
tidak bolah sekaligus tapi harus dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi, hal ini
sama dengan akrual
Pasal 6 UU PPh-2000 dalam menentukan biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto tidak dibedakan antara dasar kas dan dasar akrual
KEP-184/PJ/2000 yang berlaku mulai 2001 menyatakan bahwa penghasilan bunga yang
bersumber dari kredit non performing loan (kurang lancar, diragukan, macet) diakui sebagai
penghasilan pada saat bunga tersebut diterima bank (dasar kas), hal ini sama dengan PSAK
No. 31 butir 02
Konsistensi
Pada pasal 25 (5) KUP pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas (konsisten),
namun dalam pasal 28 (6) KUP diperkenankan merubah metode pembukuan atau tahun buku
dengan syarat-syarat tertentu. Sedangkan PSAK No. 1 butir 14 mengatakan perubahan
kebijakan akuntansi yang berpengaruh material perlu diungkapkan didalam laporan keuangan
Konservatif
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 8: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/8.jpg)
Akuntansi menganut prinsip konservatif yang mengakui kerugian yang mungkin timbul (belum
direalisasi) yang dapat diperkirakan atau ditaksir dengan membentuk penyisihan. Sedangkan
didalam pasal 9 (1) c UU PPh-2000 tidak memperbolehkan untuk membentuk atau memupuk
dana cadangan kecuali dengan beberapa hal
Penghasilan
Akuntansi hanya membedakan penghasilan dari usaha pokok dan penghasilan diluar
usaha pokok, sedangkan PPh membedakan:
Penghasilan yang bukan objek pajak (Pasal 4 (3) UU No. 17/2000)
Penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan PPh final (pasal 4
(2) UU No. 17/2000)
Penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan tarif umum atau
tidak final
DEDUCTIBLE EXPENSES
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan , termasuk :
Biaya pembelian bahan,
Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa, termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang,
Bunga,
Sewa,
Royalti,
Biaya perjalanan,
Biaya pengolahan limbah,
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih (point ini dihilangkan dan
diatur sendiri di bagian bawah) ,
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 9: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/9.jpg)
Premi asuransi
Biaya administrasi, dan
Pajak, kecuali Pajak Penghasilan.
Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta
Kerugian karena selisih kurs mata uang asing
Biaya penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia.
Biaya bea siswa, magang dan pelatihan
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat :
Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau
Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian
tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur
dan debitur yang bersangkutan;
Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan
Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat jenderal Pajak.
NON DEDUCTIBLE EXPENSES
Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi,
dan sisa hasil usaha koperasi;
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 10: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/10.jpg)
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan , kecuali pembentukan dan
pemupukan dan cadangan untuk :
1. Cadangan piutang tak tertagih untuk bank dan sewa guna usaha
dengan hak opsi,
2. Cadangan untuk usaha asuransi,
3. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, bea siswa yang dibayar oleh
wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib pajak yang bersangkutan;
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan , kecuali penyediaan makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau
kenikmatan di daerah tertentu dan pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan;
Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada fihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;
Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan, dan warisan , jika memenuhi ketentuan
bahwa bagi yang menerimanya bukan objek pajak sesuai Pasal 4 ayat (3) huruf a dan
b Undang-undang Pajak Penghasilan, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata
dibayarkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi pemeluk agama Islam dan atau Wajib
Pajak Badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
Pajak Penghasilan yang terutang oleh wajib pajak yang bersangkutan;
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 11: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/11.jpg)
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya;
Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham;
Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan;
Biaya
Tidak semua biaya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, PPh membedakannya:
Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible expense ) (Pasal 6
UU no. 17/2000)
Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
(non deductible expense) (pasal 9 UU No. 17/ 2000)
Biaya yang merupakan objek pemotongan PPh pasal 21, 23, 26, dan 4 (2) final
Biaya yang bukan objek pemotongan PPh
Pasal 4 PP No. 138/2000
o Pengeluaran dan biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam menghitung PhKP, termasuk:
1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak, dikenakan PPh final, norma perhitungan.
2. PPh pasal 21/23 yang ditanggung perusahaan kecuali PPh pasal 26 yang digross-
up
3. Kerugian dari harta atau hutang yang tidak dimiliki dan tidak dipergunakan dalam
usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
yang merupakan objek pajak
Laba Bruto Usaha
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 12: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/12.jpg)
Penjualan atau peredaran dihitung berdasrkan Akrual Stelsel, walaupun WP
menggunakan Kas Stelsel, tapi Kas Stelsel yang mendekati Akrual
Potongan penjualan diakui kalau sudah direalisasi, penyisihan potongan penjualan
tidak diakui
Retur penjualan yang tidak diganti barang, diakui berdasarkan realisasi, penyisihan
tidak diakui
Pasal 10 ayat (6) UU No. 10/1994
* Penilaian persediaan berdasarkan harga perolehan
* Metode penilaian persediaan dengan FIFO atau rata-rata
Tidak diperkenankan untuk penilaian berdasarkan Harga pokok atau harga pasar
mana yang lebih rendah dan LIFO
Kerugian atas barang hilang atau kecurian harus didukung dengan laporan polisi
Pemusnahan barang harus dibuat berita acara dan diotorisasi oleh pejabat yang
berwenang
Hilang dalam proses produksi, dalam penyimpanan atau penguapan harus sesuai
dengan rendemen yang wajar
PENYESUAIAN FISKAL
Beda Tetap ( Permanent Difference )
Menurut akuntasi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut ketentuan
Pajak Penghasilan bukan penghasilan.
Misal: dividen yang diterima oleh Perseroan Terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri
dari penyertaan modal sebesar Rp 25% atau lebih pada badan usaha yang didirikan dan
berkedudukan di Indonesia.
Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangakan menurut ketentuan
PPh telah dikenakan PPh yang bersifat final.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 13: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/13.jpg)
Penghasilan ini dikenakan pajak tersendiri (final) sehingga dipisahkan (tidak perlu
digabung) dengan penghasilan lainnya dalam menghitung PPh terutang.
Misal: penghasilan atas bunga deposito atau tabungan lainnya yang telah diporong PPh
Final oleh Bank sebesar 20%.
PENYESUAIAN FISKAL
Beda Tetap ( Permanent Difference )
Menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya) sedangkan menurut ketentuan
PPh tidak dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto (Pasal 9 UU
17/2000).
Misal:
a. Biaya-biaya yang digunakan untuk memperoleh penghasilan yang bukan obyek
pajak atau pengenaan pajaknya bersifat final.
b. Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura atau kenikmatan.
c. Sanksi perpajakan berupa bunga, denda, dan kenaikan.
d. Biaya-biaya yang menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan karena tidak
memenuhi syarat-syarat tertentu (misalnya: daftar nominatif biaya
entertainment, daftar nominatif atas penghapusan piutang).
PENYESUAIAN FISKAL
o Beda Sementara ( Temporary Difference )
o Beda waktu merupakan perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi komersial
dengan ketentuan fiskal, misal:
a. Metode penyusutan
b. Metode penilaian persediaan,
c. Penyisihan piutang tak tertagih,
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 14: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/14.jpg)
d. Rugi-laba selisih kurs.
PENYESUAIAN FISKAL POSITIF
BIAYA YANG DIBEBANKAN / DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PEMEGANG
SAHAM, SEKUTU, ATAU ANGGOTA.
PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN.
PENGGANTIAN ATAU IMBALAN PEKERJAAN ATAU JASA DALAM BENTUK
NATURA DAN KENIKMATAN.
JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA
PEMEGANG SAHAM / PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN.
HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN.
PAJAK PENGHASILAN.
GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA ANGGOTA PERSEKUTUAN, FIRMA ATAU CV
YANG MODALNYA TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM.
SANKSI ADMINISTRASI.
SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI ATAS PENYUSUTAN FISKAL.
SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI ATAS AMORTISASI FISKAL.
BIAYA YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA.
PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA.
PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF
SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI BAWAH PENYUSUTAN FISKAL.
SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH AMORTISASI FISKAL.
PENGHASILAN YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA.
PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 15: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/15.jpg)
JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL
PPh Final (0,44*ekspor) Pendapatan
Penghasilan BUT Perwakilan Dagang Asing Tetap PPh Final (2,64%*peredaran)
Pendapatan
Penghasilan Perusahaan Pelayaran/Penerbangan LN Tetap PPh Final (1,2%*peredaran)
Pendapatan
Penghasilan Perusahaan Pelayaran DN Tetap PPh Final (2% atau 4%) Pendapatan
Jasa Konstruksi oleh Pengusaha Kecil Tetap PPh Final (0,44*ekspor) Pendapatan
Penghasilan BUT Perwakilan Dagang Asing No Temporer Realisasi - Realisasi Penyisihan
Retur Penjualan No Temporer Realisasi - Realisasi Penyisihan
Potongan Penjualan
Peredaran Usaha BEDA PAJAK AKUNTANSI PERKIRAAN
PPh Final (0,15%*H Bandrol) Pendapatan
Penghasilan atas Distributor Industri Rokok DN Tetap PPh Final (0,10% * H Jual)
Pendapatan
Penghasilan sebagai Distributor Kertas Tetap PPh Final Pendapatan
Penghasilan atas penyalur gula pasir dan tepung terigu Bulog Tetap PPh Final (0,25% /
0,3%) Pendapatan
Penghasilan atas distributor produk Pertamina dan Premix II. Harga Pokok Penjualan No
Temporer Temporer Temporer Harga Perolehan - - - Harga Perolehan COMWIL Prosentase
Laba Bruto Harga Eceran
Penilaian Persediaan No No Temporer FIFO Rata-rata - FIFO Rata-rata LIFO
Metode BEDA PAJAK AKUNTANSI PERKIRAAN
PPh Final (25%) Pendapatan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 16: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/16.jpg)
Penghasilan dari Hadiah atas Undian Tetap Tetap PPh Final (10%) PPh Final (10%)
Pendapatan Pendapatan
Penghasilan Sewa - Badan - Orang Pribadi Tetap No No PPh Final (5%) PPh 25 (5%) PPh
23 Pendapatan Pendapatan Pendapatan
Keuntungan pengalihan tanah dan bangunan: - oleh orang pribadi dan yayasan - oleh
badan (bukan usaha pokok) - oleh badan (usaha pokok) Tetap PPh Final (0,1% x H Jual
Pendapatan
Keuntungan Penjualan Saham di Bursa Efek Indonesia Tetap PPh Final (20%) Pendapatan
Bunga Deposito dan Tabungan (termasuk Jasa Giro dan SBI) Tetap Bukan Obyek Pajak
Pendapatan (Equity Method)
Deviden dari Penyertaan DN (minimal 25% dan ada usaha lain)
Penghasilan Di Luar Usaha BEDA PAJAK AKUNTANSI PERKIRAAN
JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL
PPh Final (15% * bunga) Pendapatan
Bunga atau diskonto Obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek
Makan minum di Tempat kerja Berkaitan dg pekerjaan Daerah terpencil
Pemberian kenikmatan dalam bentuk natura
Tunjangan PPh 21 Ditanggung Perusahaan
PPh pasal 21 (karyawan) Tetap
Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang bukan merupakan Obyek Pajak Realisasi - Realisasi Penyisihan
Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang meru- pakan Obyek Pajak
Beban Usaha BEDA PAJAK AKUNTANSI PERKIRAAN
JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 17: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/17.jpg)
Biaya
SGU dengan hak opsi Penyusutan aktiva SGU Bunga SGU
Jumlah Pembayaran Penggantian Tunj. Pengobatan Cuma-Cuma
Biaya pengobatan Tetap Undeductible Biaya
Sumbangan Tetap
Biaya lain-lain Tetap Tidak diberi tunjangan Diberi tunjangan
Sewa rumah karyawan Tetap 50% Undeductible 50% Deductible Biaya Kendaraan
dibawa pulang Sesuai pajak Beda Metode
Penyusutan - Beda Metode - Beda umur ekonomis Daftar Nominatif Tdk Daftar Nominatif
Entertainment
BEDA PAJAK AKUNTANSI PERKIRAAN
Biaya SDM
Pengeluaran-pengeluaran atau pemberian imbalan kepada karyawan (orang pribadi),
perlakuan perpajakannya dibedakan:
Bagi perusahaan merupakan deductible expenses dan bagi karyawan merupakan
objek PPh 21
Bagi perusahaan non deductible dan bagi karyawan bukan Objek PPh 21
Bagi perusahaan deductible expenses tapi bagi karyawan bukan Objek PPh 21
Bagi perusahaan non deductible expenses tapi bagi karyawan merupakan Objek
PPh 21
Pemberian natura dan kenikmatan
o Akuntansi tidak membedakan pemberian imbalan kepada karyawan baik dalam bentuk
uang atau natura (yang dapat diketahui harganya) diakui sebagai biaya. Akan tetapi
Pasal 9 (1) e UU No. 17/2000, menyebutkan bahwa pemberian natura dan kenikmatan
kepada karyawan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, kecuali penyediaan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 18: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/18.jpg)
makanan dan minuman bagi seluruh karyawan ditempat kerja. Hal ini diatur didalam
SKMK No. 633/KMK.04/1994 dan SE-29/PJ.4/1995
Daerah terpencil yang telah mendapat keputusan sebagai daerah terpencil oleh DJP
membolehkan bentuk natura sbb:
Tempat tinggal
Makanan dan minuman
Pelayanan kesehatan
pendidikan
pengangkutan dilokasi kerja
olah raga tidak termasuk golf, bowling dan pacuan kuda
SKMK No. 466/KMK.04/2000 tgl 3-11-2000, KEP 213/PJ/2001 mulai berlaku 1-1-2000
mengatur tentang pemberian natura bagi karyawan baik yang didaerah terpencil
maupun yang bukan didaerah terpencil.
Biaya Pengobatan
- Apabila dibayarkan langsung kepada Rumah Sakit, apotek, dokter, tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto dan bukan merupakan objek PPh pasal 21
- Panggantian pengobatan, pemberian uang atau tunjangan pengobatan
merupakan biaya yang dapat dkurangkan dan merupakan objek PPh pasal 21
SE-16/PJ.44/1992, 12 Mei 1992
Pembayaran bonus, gratifikasi, jasa produksi, tantiem dan sebagainya kepada karyawan yang
merupakan bagian keuntungan atau dibebankan ke Retained Earning , bagi perusahaan tidak
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto tapi bagi pegawai merupakan objek PPh pasal 21
Pasal 4 (3) d UU No. 17/2000, bukan objek PPh Pasal 21
o Perubahan terletak pada penjelasan mengenai penggantian atau imbalan dalam bentuk
natura dan atau kenikmatan merupakan objek pajak atau objek PPH pasal 21 jika yang
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 19: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/19.jpg)
memberikan: Bukan WP, WP yang dikenakan pajak final, dan WP yang dikenakan Pph
berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed profit)
Pasal 6 (1) c dan pasal 9 (1) c UU No. 17/ 2000, dapat dikurangkan :
o Iuran dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan
o Premi Asuransi
o Yang bukan merupakan objek PPh 21
o Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna,
beasiswa
o Iuran pensiun yang dibayar perusahaan kepada Dana Pensiun yang telah disahkan
Menteri Keuangan
o Iuran THT/JHT yang dibayarkan perusahaan kepada badan penyelenggara Jamsostek
o Biaya Perjalanan Dinas
o Biaya perjalanan dinas (tidak termasuk keluarga) dalam rangka menjalankan tugas
perusahaan yang didukung bukti dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan bukan
merupakan objek PPh pasal 21. Honor atau uang saku dalam perjalanan dinas
merupakan objek PPh 21 dan dapat dikurangkan dari penghsilan bruto. Sebagiknya tidak
menggunakan “Lump-sum” yaitu berdasarkan anggaran.
o Fiskal Luar Negeri
o FLN atas nama pegawai qq nama dan NPWP perusahaan, yang dibayar perusahaan
untuk pegawai yang ditugaskan ke LN merupakan PPh pasal 25 perusahaan. Bukti FLN
ditulis nama/NPWP penanggung pajak.
o FLN atas nama keluarga bukan merupakan PPh pasal 25 perusahaan
o FLN yang dibayar sendiri oleh pegawai tidak dapat dikreditkan pada PPh pasal 21, tapi
dapat dikreditkan pada SPT Tahunan PPh orang pribadi
o Biaya pendidikan, seminar, Lokakarya, dsb Merupakan biaya yang dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto dan bukan merupakan objek PPh pasal 21
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 20: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/20.jpg)
o Biaya rekreasi dan Olah raga tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan bukan
merupakan objek PPh pasal 21 karena merupakan natura
o Kendaraan perusahaan yang dibawa pulang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto (KEP. 220/PJ/2002, mulai berlaku 10-04-2002 : 50 % merupakan deductible)
o Biaya sewa rumah untuk pegawai tidak boleh dikurangkan kecuali pegawai diberikan
tunjanan sewa sebesar biaya sewa rumah tersebut
o Rumah Perusahaan yang ditempati pegawai tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto atas biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan rumah perusahaan yang ditempati,
kecuali pegawai tersebut diberi tunjangan sebesar biaya tersebut.
o Pegawai yang merupakan pemegang saham
o Pasal 9 (1) f UU No. 17/2000 tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah
jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau yang
memiliki hubungan istimewa sebgai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan.
o Selisih Kurs Valuta Asing
Pasal 4 (1) l UU No.17/2000 menyatakan bahwa keuntungan karena selisih kurs merupakan
objek pajak. Keuntungan ini disebabkan karena selisih kurs dapat disebebkan fluktuasi kurs
mata uang asing atau adanya kebijaksanaan pemerintah dibidang moneter. Pasal 6 (1) e UU
No. 17/2000 menyebutkan bahwa kerugian dari selisih kurs mata uang asing dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto. Kerugian yang disebabkan oleh fluktuasi kurs, pembebanannya
dilakukan berdasarkan sistem pembukuan yang dianut, dan harus dilakukan secara taat azas.
Apabila WP menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah BI atau kurs yang
sebenarnya berlaku pada akhir tahun, pembebananya dilakukan pada setiap akhir tahun
berdasarkan kurs tengah BI atau kurs yang sebenarnya berlaku diakhir tahun.
Rugi selisih karena kebijakan pemerintah dibidang moneter dapat dibukukan dalam perkiraan
sementara dineraca dan pembebanannya dilakukan bertahap berdasarkan realisasi mata uang
asing tersebut.
Rugi Kurs
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 21: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/21.jpg)
WP yang menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah BI atau kurs yang
sebenarnya berlaku pada akhir tahun, atas rugi kurs 1997 baik yang sudah direalisir maupun
yang belum, dapat memiliih (asal konsisten) untuk mebebankan sekaligus pada tahun 1997
atau dengan amortisasi dengan metode garis lurus dalam jangka waktu 5 tahun
Amortisasi rugi selisih kurs hanya berlaku untuk rugi kurs 1997, untuk rugi kurs tahun 1998
dan seterusnya sesuai dengan pembukuan WP
Bagi WP yang telah memberitahukan ke KPP untuk memilih melakukan amortisasi
terhitung sejak tahun pajak 1997 dapat membebankan sekaligus sisa rugi kurs 1997
pada keuntungan kurs 1998, dan Kalau masih ada sisa rugi kurs 1997 tetap harus
diamortisasi dalam jangka waktu sisa masa pembebanan amortisasi terhitung sejak
tahun pajak 1998
Bagi WP orang pribadi yang memilih mempergunakan norma perhitungan
penghasilan neto, kerugian selisih kurs tidak dapat dikurangkan (non deductible)
Keuntungan selisih kurs
Keuntungan selisih kurs merupakan objek pajak dan harus dilaporkan dalam SPT
Tahunan PPh (OP dan Badan), untuk tahun 2001 termasuk penghasilan tidak teratur
(KEP. 537/PJ.2000) pasal 1 d
Keuntungan selisih kurs merupakan penghasilan teratur dan digunakan sebagai dasar
perhitungan PPh-Pasal 25 tahun berikutnya.
SE-24/PJ.42/1998
Apabila sesudah 4 bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, WP dapat
mengajukan pengurangan PPh-Pasal 25 dengan syarat: WP dapat menunjukkan
bahwa PPh yang akan terutang kurang dari 75% dari PPh yang digunakan sebagai
dasar perhitungan PPh-Pasal 25
Rugi-Laba selisih kurs bagi WP yang penghasilannya dikenakan PPh final atau bukan
objek pajak,
maka rugi kurs tidak dapat mengurangi penghasilan bruto (non deductible) dan Laba
kursnya termasuk objek pajak dan harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh dan
sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 25
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 22: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/22.jpg)
Rugi-Laba selisih kurs bagi BUT
Keuntungan/ kerugian selisih mata uang asing yang terjadi akibat fluktuasi nilai rupiah
pada perkiraan utang kepada kantor pusat suatu BUT:
Bagi BUT bukan usaha perbankan, tidak diakui sebagai biaya atau tidak diakui
sebagai penghasilan
Bagi BUT usaha perbankan tetap berlaku sesuai ketentuan sesuai Pasal 4 (1) b dan
Pasal 6 (1) e UU No. 17/2000
Penggunaan kurs pada transaksi perusahaan yang menggunakan valuta asing
sedangkan pembukuannya dengan rupiah
Transaksi dilakukan berdasarkna kurs tengah BI atau kurs yang sebenarnya berlaku
Pasal 31 PP No. 50/1994 junto Ps. 11 PP No. 143/2000
Apabila pembayaran atau harga jual atau penggantian dilakukan dengan
mempergunakan mata uang asing, maka perhitungan PPN & PPn BM dengan
menggunakan kurs Menteri Keuangan pada saat pembuatan faktur pajak
Dalam hal PPN & PPn BM dipungut oleh pemungut, maka besarnya PPN & PPn BM
dikonversi kedalam mata uang rupiah dengan mempergunakan kurs Menteri
Keuangan pada saat dilakukan pembayaran oleh pemungut PPN
Pemotongan/pemotongan PPh-pasal 21, 23, 26 dan pasal 4 (2) final, berdasarkan
Kurs Menteri Keuangan sesuai bukti pemotongan
Rugi kurs atau hutang valuta asing yang digunakan untuk membeli/memperoleh
Aktiva tetap ISAK No.4
Selisih kurs yang terjadi sejak awal tahun buku sampai dengan awal periode tertentu
tersebut harus dibebankan langsung ke R/L
Apabila pada suatu periode tertentu terjadi depresiasi luar biasa (mencapai 133% dari
rata-rata depresiasi rupiah tiga tahun takwim terakhir) dan tidak mungkin dilakukan
hedging , rugi selisih kurs (baik realized maupun unrealized) pada periode tersebut
dapat dikapitalisasi pada nilai aktiva yang bersangkutan (tidak boleh melampaui
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 23: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/23.jpg)
jumlah antara replacement cost dan amount recoverable dari penjualan atau
penggunaan aktiva tersebut
Setelah dikapitalisasi rugi kurs, terjadi rugi kurs diakui sebagai kerugian (R/L),
sedangkan laba kurs diperlakukan sebagai penyesuaian kapitalisasi rugi kurs.
PPh : Rugi kurs atas hutang valas tidak boleh dikapitalisasi ke aktiva.
Kerugian Piutang dan Pembebasan Utang
Pasal 6 (1) h UU No. 17/2000 (KEP-238/PJ/2001)
Dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible) atas piutang yang nyata-nyata
tidak dapat ditagih, dengan syarat:
Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba-rugi komersial
Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau BUPLN atau
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antar
kreditur dan debitur ybs
Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus
WP harus menyerahkan daftar piutnag yang tidak ditagih kepada DJP. Yang
pelaksanannya diatur lebih lannjut dengan keputusan DJP
Pasal 4 (1) k UU. No. 17/2000
Penghasilan yang merupakan objek pajak, termasuk keutungan karena pembebasan
utang, kecuali s/d jumlah tertentu yang ditetap dengan PP (PP No. 130 th. 2000)
SKMK No.130/KMK.04/1998
Syarat-syarat kerugian piutang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto tersebut
pada pasal 6 (1) h UU No. 17/2000 sudah ada dalam SKMK No. 130/KMK.04/1998.
Penerbitan
* Penerbitan khusus HIMBARA, PERBANAS, dsb
* Koran, majalah, bulletin tau media massa cetak yang lain
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 24: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/24.jpg)
* Laporan ke BI, kemudian oleh BI diterbitkan/ diumumkan dalam database di BI
Daftar piutang tak tertagih, mencantumkan:
Nama, alamat NPWP, jumlah serta dokumen lain yang dianggap perlu oleh DJP
dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh
Tidak diperlukan syarat penyerahan penagihan ke pengadilan Negeri/BUPLN dan
tidak perlu diumumkan dalam suatu penerbitan:
* Fotocopy perjanjian yang dilegalisasi oleh Notaris atas perjanjian antara
pihak debitur dan kreditur dalam rangka penyelesaian utang-piutang yang
mengakibatkan seluruh atau sebagian utang dibebaskan atau tidak ditagih
* Tagihan untuk setiap debitur tidak lebih dari Rp5.000.000,00
KPP yang menerima “Daftar Piutang Tak Tertagih yang dihapuskan” mengirimkan data
tersebut ke KPP dimana debitur yang dihapuskan tersebut berada.
Penghapusan piutang tak tertagih yang timbul di usaha bank dan lembaga
pembiayaan ( SGU ) dengan hak opsi harus dibebankan terlebih dahulu pada
Cadangan “Piutang tak tertagih”.
Biaya promosi, Sumbangan dan entertainment
Penjelasan pasal 6 (1) a UU.NO.17/2000
Mengenai pengeluaran untuk promosi, perlu dibedakan antara biaya yang benar-
benar dikeluarkan untuk promosi dengan biaya yang pada hakikatnya merupakan
sumbangan.
Biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto.
Biaya promosi yang didukung dengan bukti-bukti (iklan,papan,reklame,dsb) dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Sumbangan yang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, penguasaan atau
kepemilikan, bagi yang menerima bukan objek pajak PPh dan bagi yang memberi
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 25: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/25.jpg)
bukan biaya.
SE-27/PJ.22/1986
Biaya entertainment, representasi, jamuan tamu dan sejenisnya untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek PPh (tidak final) dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan dengan pajak keluaran.
Pasal 3 PP.NO.138/2000
Dapat dikurangkan (deductible) , kecuali :
o Standard yang diisi tidak lengkap, cacat dan SSp-PPN atas pemanfaatan
JKPLN dan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean yang tidak
memenuhi syarat, sepanjang tidak dapat dibuktikan bahwa PM tersebut benar-
benar telah dibayar.
o PM atas perolehan BKP/JKP sesuai pasal 9 (1) UU.NO.17/200/
o PM atas perolehan harta berwujud, harta tidak berwujud dan biaya yang masa
manfaatnya lebih dari satu tahun, terlebih dahulu harus dikapitalisasi dan
pembebanannya melalui penyusutan dan amortisasi.
Biaya bunga
Pasal 6 (1) a UU.NO 17/2000, biaya bunga merupakan biaya yang dapat dikurangkan
(deductible)
Sanksi Administrasi Perpajakan :
Pasal 9 (1) K UU.NO 17/2000, tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto;
sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan
perpajakan.
Kendaraan perusahaan yang dibawa pulang dan dikuasai pegawai tertentu.
Merupakan kenikmatan yang diterima pegawai, sehingga biaya penyusutan,
bahan bakar, biaya reparasi dan biaya pemeliharaan tidak dapat dikurangkan
(non deductible) bagi perusahaan dan bukan merupakan objek PPh pasal 21
bagi karyawan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 26: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/26.jpg)
PPh pasal 25
Berdasarkan SPT tahunan PPh tahun lalu dan tidak dikaitkan dengan adanya SKP
yang lebih besar 2 tahun terakhir.
PPh pasal 25 bulan Januari/Februari sebelum SPT PPh tahun lalu disampaikan ke
KPP sebesar PPh pasal 25 bulan Desember tahun lalu.
Apabila dalam tahun berjalan 2002 diterbitkan SKP PPh tahun 2001, maka PPh pasal
25/2002 dihitung kembali berdasarkan SKP tersebut, dan berlaku mulai bulan
berikutnya setelah bulan penerbitan SKP.
Pembetulan SPT PPh tahun 2000
-PPh pasal 25 menurut pembetulan SPT PPh 2000 lebih besar dari SPT PPh yang
belum dibetulkan, kekurangannya harus disetor dan dikenakan bunga 2% perbulan.
Pengurangan PPh pasal 25, permohonan tertulis ke KPP.
setelah lewat 3 bulan atau levih
Diperkirakan PPh yang akan terutang tahun 2001 kurang dari 75% dari PPh yang
terutang sebagai dasar perhitungan PPh pasal 25/2000
dihitung besarnya PPh pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa
Penambahan PPh pasal 25
Terjadi peningkatan usaha
diperkirakan PPh tahun 2001 lebih dari 150% dari PPh terutang
tahun 2000 sebagai dasar perhitungan PPh pasal 25/2000.
Pembagian hasil penerimaan PPh-orang pribadi dan PPh-Pasal 21 (pasal 31 c
UU.NO.17/2000) PP No.115/2000 dan Keputusan Menteri Keuangan R.I. No
6/KMK.04/2001 tgl 9-1-2001.
a. 80% untuk pemerintah pusat
b. 20% untuk pemerintah daerah tempat WP terdaftar
- Daerah propinsi = 40% X 20% = 8%
- Daerah kabupaten/kota= 60% X 20% = 12 %
Fasilitas penanaman modal ( Pasal 31 A UU.No.17/2000)
Fasilitas perpajakan di bidang-bidang usaha tertentu dan di daerah tertentu :
a. Investment allowance sebesar 30% selama 6 tahun (5% pertahun) dari jumlah
realisasi investasi
b. Penyusutan dan amortisasi dipercepat
c. Kompensasi kerugian s/d 10 tahun
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 27: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/27.jpg)
d. PPh-pasal 26 atas dividen yang dibayarkan ke pemegang saham subjek
pajak LN dengan tarif sebesar 10%
e. Tidak ada tax-holiday
Fasilitas Restrukturisasi Utang Usaha ( Pasal 31 UU.No.17/2000) & PP.No.7/2001
a. Pemerintah memberikan fasilitas kepada wajib pajak untuk melakukan restrukturisasi
utang usaha, jenis fasilitasnya yaitu berkenaan dengan :
o Pembebasan utang ( hair cut )
o Pengalihan harta kepada kreditur untuk penyelesaian utang ( debt to asset
swap )
o Perubahan utang menjadi penyertaan modal
b. Pembebasan utang (hair cut)
- PPh yang terutang atas keuntungan karena pembebasan utang yang
diperoleh debitur dibebaskan sebesar 30%
- PPh yang tidak dibebaskan dapat diangsur pembayarannya paling lama 5
tahun
c. Debt to asset swap :
PPh yang terutang atas keuntungan yang diperoleh debitur karena pengalihan harta
kepada kreditur untuk penyelesaian utang yang dibebaskan, sepanjang pengalihan
harta tersebut dinilai sebesar nilai buku harta pihak yang mengalihkan.
REKONSILASI FISKAL
BEDA TETAP DAN BEDA WAKTU
Rekonsiliasi fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda
dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan netto/laba yang sesuai dengan
ketentuan pajak. Perbedaan-perbedaan antara akuntansi dan fiskal tersebut dapat
dikelompokan menjadi beda tetap / permanent (permanent difference) dan beda waktu /
sementara (timing difference).
1. Beda Tetap / Permanen
Beda tetap dapat terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya
menurut akuntansi dengan menurut pajak, yaitu adanya penghasilan dan biaya yang
diakui menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut fiskal, atau sebaliknya
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 28: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/28.jpg)
Beda tetap biasanya timbul karena peraturan perpajakan mengharuskan hal-hal berikut
dikeluarkan dari perhitungan Penghasilan Kena Pajak :
a. Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final ( Pasal 4 ayat 2 UU PPh), yaitu :
Keterangan : File Lampiran 1.
b. Penghasilan yang bukan objek pajak (Pasal 4 ayat 3 UU PPh)
a. 1. Bantuan atau sumbangan
2. Harta Hibah
b. Warisan
c. Harta termasuk setoran tunai
d. Imbalan dalam bentuk naturan dan/atau kenikmatan
e. Pembayaran asuransi kepada orang pribadi
f. Deviden
g. Iuran yang diterima oleh dana pensiun
h. Penghasilan dari dana pensiun
i. Bagian laba yang diterima oleh anggota dari perseroan komanditer
j. Dihapus
k. Penghasilan yang diterima oleh perusahaan modal ventura
l. Beasiswa
m. Sisa lebih yang diterima oleh perusahaan nirlaba
n. Bantuan atau sumbangan yang dibayarkan oleh jamsostek
c. Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, yaitu
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan serta pengeluaran yang sifat
pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya melebihi kewajaran (Pasal 9 ayat 1 UU
PPh)
Beda Tetap terdiri dari :
A. Beda Tetap Penghasilan
a. Penerimaan menurut PSAK merupakan penghasilan tetapi undang-indang Pajak
Penghasilan (PPh) bukan penghasilan. Contoh:Dividen atau bagian laba yagn
diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri,
koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedududkan di
Indonesia dengan syarat :
- Dividen berasal dari cadangan laba ditahan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 29: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/29.jpg)
- Bagian perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Usaha Milik Daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% dari jumlah modal disetor dan harus mempunyai
usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut
b. Penerimaan yang menurut SAK bukan merupakan penghasilan tetapi menurut UU
Pajak Penghasilan (PPh) merupakan penghasilan. Contohnya: penerimaan hibah
atau bantuan dari pihak-pihak yang ada hubungan istimewa.
c. Penghasilan yang dikenakan pemungutan pajak bersifat final.
B. Beda Tetap Biaya
Pengeluaran yang menurut PSAK merupakan beban tetapi menurut UU PPh tidak boleh
dikurangi penghasilan bruto.
a. Biaya yang tidak ada hubungan langsung untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan.
b. Biaya untuk mendapat, menagih dan memeliahra penghasilan yang dikenakan PPh
Final.
c. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh.
d. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan dibidang pajak
e. Kerugian karena penjaulan/pengalihan aktiva dan/atau hak dimiliki yang tidak
dipergunakan dalam kegiatan usaha dan dalam rangka mendapatakan, menagih,
dan memelihara penghasilan.
f. PPh Pasal 21 dan 26 yang ditanggung oleh pemberi penghasilan kecuali dalam
menghitungnya menggunakan metode Groos Up.
C. Beda Tetap yang disebabkan tidak dipenuhi syarat-syarat khusus :
Yaitu suatu penghasilan atau biaya baru akan diakui berbeda sepanjang tidak
memenuhi syarat-syarat pengakuannya dalam ketentuan perpajakan, namun jika
memenuhi ketentuan perpajakan maka perbedaan yang timbul dalam pengakuan
menurut fiskal akan menjadi hilang dan pengakuannya akan sama dengan pengakuan
menurut prinsip akuntansi, contoh :
1. Biaya perjalanan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya
perjalanan pegawai perusahaan untuk kepentingan perusahaan yang dilengkapi
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 30: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/30.jpg)
dengan bukti-bukti yang sah, misal ; surat tugas, tiket, kwitansi hotel, atau
pembayaran ke biro perjalanan. Uang saku dalam perjalanan dinas merupakan objek
PPh Pasal 21 dan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
2. Biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya promosi
yang didukung bukti pemuatan iklan, pembuatan barang-barang promosi harus
dibedakan dengan sumbangan.
3. Biaya Entertaiment yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya
entertaiment yang benar dan dikeluarkan ada hubungannya dengan kegiatan usaha
wajib pajak dalam dibuatkan daftar normative (dilampirkan di SPT Tahunan PPh). Isi
daftar normatif meliputi: Nomor urut, tanggal, nama, tempat, alamat, jenis dan jumlah
entertaiment yang diberikan, serta nama, posisi, nama perusahaan dan jenis usaha
relasi yang dijamu.
4. Biaya penelitian dan pengambangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
adalah usaha yang dilakukan di Indonesia.
5. Kerugian piutang usaha kecuali Bank dan Sewa Guna Usaha (SGU), piutang yang
dapat dihapuskan adalah piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dan dibuatkan
daftar bormative (dilampirakan di SPT tahunan PPh)
6. Beda tetap yang disebabkan praktek-praktek akuntansi yang tidak sehat :
a. Keperluan pribadi pemilik atau pemegang saham dan keluarganya yang harus
dibayar perusahaan dan dibukukan sebagai beban usaha.
b. Keperluan pribadi pegawai perusahaan yang dibayar perusahan dan dibukukan
sebagai beban usaha.
2. Beda Waktu / Sementara
Sesuai dengan namanya, beda waktu merupakan perbedaan perlakuan akuntansi dan
perpajakan yang sifatnya temporer, artinya secara keselururhan beban atau pendapatan
akunatansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi setiap tahunnya.
Beda waktu biasanya timbul karena perbedaan yang dipakai antara pajak dengan akuntansi
dalam hal :
a. Akrual dan realisasi.
b. Penyusutan amortisasi
Lampiran : Metode Penyusutan.doc
c. Penilaian persediaan
Lampiran : Metode penilaian persediaan.doc
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN
![Page 31: Rekonsiliasi Fiskal](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081420/55cf98be550346d0339968f1/html5/thumbnails/31.jpg)
d. Kompensasi kerugian fiskal
Lampiran : Kompensasi kerugian fiskal.doc
Contoh Beda Waktu / Sementara :
1. Penyusutan / amortisasri
2. Penilaian persediaan
3. Rugi laba selisih kurs
4. Rugi laba atas penyertaan saham
5. Kerugiab piutang kecuali bank, sewa guna usaha dengan hal opsi, cadangan untuk usaha
asuransi, cadangan rekalamasi usaha pertambangan.
6. Tagihan atau hutang dalam valuta asing
7. Harta berwujud dan tidak berwujud
8. Biaya pendirian dan perluasan usaha
9. Biaya sebelum produksi komersial
10. Biaya dibayar dimuka jangka panajang
11. Pencadangan kewajiban bersyarat atau cadangan lain
12. Pengakuan penghasilan dan biaya atas proyek jangka panjang
13. Hak penambangan dan hak pengusaha hutan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN