Rekonsiliasi Fiskal

40
Modul Seri 11 : Manajemen Perpajakan REKONSILIASI FISKAL Disusun Oleh : Drs. Bambang Mudjiono, Ak, MM

Transcript of Rekonsiliasi Fiskal

Page 1: Rekonsiliasi Fiskal

Modul Seri 11 : Manajemen Perpajakan

REKONSILIASI FISKAL

Page 2: Rekonsiliasi Fiskal

Disusun Oleh :

Drs. Bambang Mudjiono, Ak, MM

PROGRAM KULIAH SABTU MINGGU FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVESITAS MERCUBUANA JAKARTA 2009

LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL

SUDAH MENJADI KEWAJIBAN PERUSAHAAN UNTUK MELAKUKAN PENYESUAIAN

LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN PADA AKHIR

TAHUN. 

Dari segi akuntansi, pedoman penyusunan laporan keuangan diatur oleh Standar Akuntansi

Keuangan, sedangkan dalam hal perhitungan pajak yang teutangng menggunakan Peraturan

Perpajakan. PSAK sendiri tidak secara spesifik menyentuh perlakuan akuntansi yang berkaitan

dengan Peraturan Perpajakan. Sehingga pada akhir periode pelaporan, untuk kepentingan

perpajakan, Laporan keuangan komersial harus disesuaikan.

Laporan pajak/fiskal (SPT Tahunan PPh) adalah didasarkan pada Laporan Keuangan

Komersial yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Akan tetapi karena

adanya perbedaan pengakuan atas penghasilan dan biaya antara Fiskal dan Komersial, maka

angka-angka pada Laporan Komersial perlu disesuaikan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 3: Rekonsiliasi Fiskal

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penyesuaian (koreksi):

1. Penghasilan

Pertama, sebelum melakukan koreksi pos-pos penghasilan, Anda perlu memahami Pasal 4 UU

PPh tahun 2000. Semua penghasilan yang tercakup dalam pengertian 'penghasilan' dalam

Pasal 4 ayat (1) harus Anda laporkan di dalam SPT Tahunan PPh. Sebaliknya, penghasilan

yang telah diakui dalam Laporan Komersial akan tetapi 'bukan merupakan penghasilan'

menurut Pasal 4 ayat(3) UU PPh, harus dikeluarkan dan tidak dilaporkan dalam SPT Tahunan

PPh. (Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa baca UU PPh).

Kedua, dalam peraturan PPh kita dikenal adanya PPh Final. Artinya, atas penerimaan

penghasilan-penghasilan tertentu, kewajiban PPh Wajib Pajak (WP) telah dianggap rampung

(selesai) karena atas penghasilan tersebut WP telah dipotong PPh oleh pemberi hasil. Akibat

dari mekanisme ini adalah, WP penerima penghasilan tidak perlu melaporkan penghasilan yang

telah dikenakan PPh Final dalam SPT Tahunan PPh. Dengan demikian, penghasilan

penghasilan jenis ini harus dikeluarkan dari Laporan Komersial untuk keperluan pelaporan

fiskal. Termasuk dalam jenis penghasilan ini antara lain; bunga bank, penghasilan dari sewa

tanah/bangunan, penghasilan dari jasa konstruksi, jasa konsultan perencana/pengawas

konstruksi, penghasilan dari trasnsaksi di bursa efek dsb.

2.Biaya

Untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak, WP dibolehkan melakukan pengurangan-

pengurangan biaya. Pada dasarnya, biaya yang diboleh dikurangkan adalah biaya-biaya yang

ada kaitannya dengan kegiatan usaha. Biaya-biaya yang boleh dikurangkan diatur dalam Pasal

6 ayat(1) UU PPh. Biaya-biaya dalam laporan keuangan komersial yang sesuai dengan

ketentuan pasal 6 ayat (3) tersebut merupakan biaya dalam laporan fiskal.

Sedangkan biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan diatur dalam pasal 9

ayat (1). Semua biaya dalam laporan komersial yang termasuk dalam pengertian pasal 9 ayat

(1) ini harus dikeluarkan dalam penghitungan laba fiskal. Contoh biaya yang tidak dapat

dikurangkan adalah, antara lain; pemberian kepada karyawan dalam bentuk natura,

pengeluaran untuk kepentingan pribadi pengurus atau pemegang saham, dan biaya pajak

penghasilan.

Hal lain, untuk menghitung biaya penyusutan aktiva tetap, Anda harus berpedoman pada

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 4: Rekonsiliasi Fiskal

ketentuan-ketentuan penghitungan penyusutan antara lain pasal 11 UU PPh dan beberapa

ketentuan pelaksaannya seperti Keputusan Menteri Keuangan # KMK-520/KMK.04/2000.

Penghitungan penyusutan menurut ketentuan perpajakan ini akan menghasilkan biaya

penyusutan yang berbeda antara fisal dan komersial.

Terakhir, untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak, WP dibolehkan melakukan

kompensasi kerugian fiskal dari tahun-tahun pajak sebelumnya (5 tahun kebelakang, lihat pasal

6 ayat (2) UU PPh). Angka kerugian fiskal, dalam hal ada, bisa dilihat pada SPT tahun

pajak sebelumnya dengan tetap memperhatikan jangka waktu '5 tahunnya.

Perbedaan antara laporan keuangan komesial dan fiscal adalah hanya disebabkan oleh

penafsiran yang berbeda terhadap L/K Komersial dan L/K Fiskal dimana pada Komersial

tujuannya adalah menghitung Laba bersih dan mengukur kinerja perusahaan sedangkan Fiskal

hanya untuk menghitung besarnya Pajak terhutang. Dalam kaitan itu dan dalam menentukan

penghasilan dan biaya antara SAK dan UU Perpajakan terdapat persamaan dan perbedaan.

Dan atas perbedaan tersebut dilakukan koreksi Fiskal sehingga dapat disusun apa yang

dinamakan L/K Fiskal. Sebagai contoh begini:

1. Penerimaan yang menurut SAK merupakan penghasilan tetapi menurut UU PPh bukan

penghasilan (contoh: Deviden yang diterima dari penyertaan modal pada badan usaha yang

didirikan/berkedudukan di Indonesia).

2. Penerimaan yang menurut SAK bukan merupakan penghasilan tetapi menurut UU PPh

merupakan penghasilan (contoh: penerimaan hibah/bantuan dari pihak-pihak ayng ada

hubungan istimewa)

KEWAJIBAN PEMBUKUAN

DASAR HUKUM Pasal 28 UU No. 18 Tahun 2000

Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan

Wajib Pajak badan di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan.

Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan

pencatatan adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma

Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 5: Rekonsiliasi Fiskal

Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan

itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.

Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan

menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam

bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.

(KMK No.533/KMK.04/2000)

Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau

stelsel kas.

Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus mendapat

persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.

Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban,

modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung

besarnya pajak yang terutang.

Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat

diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan.

Pencatatan terdiri dari data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau

penerimaan bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah

pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang

dikenakan pajak yang bersifat final.

Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan dan melakukan

pencatatan adalah Wajib Pajak orang pribadi yang tidak wajib menyampaikan Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau

pencatatan dan dokumen lain wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia,

yaitu di tempat kegiatan atau di tempat tinggal bagi Wajib Pajak orang pribadi, atau di

tempat kedudukan bagi Wajib Pajak badan.

KEWAJIBAN PEMBUKUAN

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 6: Rekonsiliasi Fiskal

Setiap Wajib Pajak Badan dalam negeri wajib untuk menyelenggarakan pembukuan

yang bertujuan untuk menghitung penghasilan netto ataupun rugi secara fiskal. Hal ini

diatur dalam Pasal 28 (1) UU No.16/2000 (KUP).

Pembukuan yang dilakukan dapat didasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

Pembukuan ini berlaku umum dan menghasilkan Laporan Keuangan Komersial (LKK).

Untuk tujuan perhitungan pajak terhutang, dilakukanlah koreksi fiskal atas Laporan

Keuangan Komersial yang hasilnya menjadi Laporan Keuangan Fiskal (LKF) yang

lebih dikenal dengan Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal.

Rekosiliasi dapat dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak, hal ini sesuai dengan adanya

azas “Self Assessment”. Namun apabila LKK diaudit oleh akuntan publik, maka

rekonsiliasi LKF dicantumkan dalam laporan audit. Terhitung mulai Tahun 2001, SPT

PPh Badan wajib dilampirkan rekonsiliasi rugi-laba fiskal.

Konsep Akuntansi dan Pajak

Diantara perbedaan antara konsep akuntansi dan perpajakan tercermin dalam :

Historical Cost

Pasal 10 UU PPh-2000 menunjukan bahwa PPh menganut prinsip harga

perolehan dalam menentukan penghasilan dan biaya, sesuai dengan yang

dianut oleh akuntansi.

Revaluasi Aktiva Tetap

Pasal 19 UU PPh-2000 memberikan wewenang kepada Menteri Keuangan

untuk menentukan penilaian kembali aktiva sesuai dengan SKMK N0.

384/KMK.04/1998, terakhir diatur dalam Kep MenKeu 486/KMK.03/2002.

Sedangkan PSAK No. 16 butir 29 Menyatakan tidak memperkenankan

revaluasi aktiva tetap kecuali berdasarkan peraturan pemerintah.

Penurunan nilai aktiva tetap

PSAK No. 48 mengakui kerugian yang timbul karena penurunan nilai aktiva tetap. Hal ini tidak

diakui PPh karena PPh menganut prinsip realisasi dalam menentukan biaya atau kerugian

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 7: Rekonsiliasi Fiskal

Dasar Akrual dan Dasar Kas

Berdasarkan Pasal 28 (5) KUP, pembukuan perpajakan diselenggarakan dengan

stelsel akrual atau stelsel kas. Kerangkan dasar penyusunan dan penyajian lap o ran

keuangan menggunakan dasar akrual sedangkan dasar kas pada umumnya tidak

digunakan didalam akuntansi.

Dasar kas yang digunakan dalam menghitung penghasilan kena pajak adalah dasar

kas campuran bahkan mendekati dasar akrual, sesuai penjelasan pasal 28 (5) KUP

Penjualan meliputi seluruh penjualan baik yang tunai maupun yang bukan tunai

(kredit), hal ini sama dengan akrual

HPP harus diperhitungkan seluruh pembelian (tunai dan kredit), hal ini sama dengan

akrual

Harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat diamortisasi, pembebanannya

tidak bolah sekaligus tapi harus dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi, hal ini

sama dengan akrual

Pasal 6 UU PPh-2000 dalam menentukan biaya yang dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto tidak dibedakan antara dasar kas dan dasar akrual

KEP-184/PJ/2000 yang berlaku mulai 2001 menyatakan bahwa penghasilan bunga yang

bersumber dari kredit non performing loan (kurang lancar, diragukan, macet) diakui sebagai

penghasilan pada saat bunga tersebut diterima bank (dasar kas), hal ini sama dengan PSAK

No. 31 butir 02

Konsistensi

Pada pasal 25 (5) KUP pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas (konsisten),

namun dalam pasal 28 (6) KUP diperkenankan merubah metode pembukuan atau tahun buku

dengan syarat-syarat tertentu. Sedangkan PSAK No. 1 butir 14 mengatakan perubahan

kebijakan akuntansi yang berpengaruh material perlu diungkapkan didalam laporan keuangan

Konservatif

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 8: Rekonsiliasi Fiskal

Akuntansi menganut prinsip konservatif yang mengakui kerugian yang mungkin timbul (belum

direalisasi) yang dapat diperkirakan atau ditaksir dengan membentuk penyisihan. Sedangkan

didalam pasal 9 (1) c UU PPh-2000 tidak memperbolehkan untuk membentuk atau memupuk

dana cadangan kecuali dengan beberapa hal

Penghasilan

Akuntansi hanya membedakan penghasilan dari usaha pokok dan penghasilan diluar

usaha pokok, sedangkan PPh membedakan:

Penghasilan yang bukan objek pajak (Pasal 4 (3) UU No. 17/2000)

Penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan PPh final (pasal 4

(2) UU No. 17/2000)

Penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan tarif umum atau

tidak final

DEDUCTIBLE EXPENSES

Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan , termasuk :

Biaya pembelian bahan,

Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa, termasuk upah, gaji,

honorarium, bonus, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang,

Bunga,

Sewa,

Royalti,

Biaya perjalanan,

Biaya pengolahan limbah,

Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih (point ini dihilangkan dan

diatur sendiri di bagian bawah) ,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 9: Rekonsiliasi Fiskal

Premi asuransi

Biaya administrasi, dan

Pajak, kecuali Pajak Penghasilan.

Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas

pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa

manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.

Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan

Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta

Kerugian karena selisih kurs mata uang asing

Biaya penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia.

Biaya bea siswa, magang dan pelatihan

Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat :

Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau

Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian

tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur

dan debitur yang bersangkutan;

Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan

Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada

Direktorat jenderal Pajak.

NON DEDUCTIBLE EXPENSES

Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk

dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi,

dan sisa hasil usaha koperasi;

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 10: Rekonsiliasi Fiskal

Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,

sekutu, atau anggota

Pembentukan atau pemupukan dana cadangan , kecuali pembentukan dan

pemupukan dan cadangan untuk :

1. Cadangan piutang tak tertagih untuk bank dan sewa guna usaha

dengan hak opsi,

2. Cadangan untuk usaha asuransi,

3. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;

Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, bea siswa yang dibayar oleh

wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut

dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib pajak yang bersangkutan;

Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan

dalam bentuk natura dan kenikmatan , kecuali penyediaan makanan dan minuman

bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau

kenikmatan di daerah tertentu dan pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan

yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan;

Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau

kepada fihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan

dengan pekerjaan yang dilakukan;

Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan, dan warisan , jika memenuhi ketentuan

bahwa bagi yang menerimanya bukan objek pajak sesuai Pasal 4 ayat (3) huruf a dan

b Undang-undang Pajak Penghasilan, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata

dibayarkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi pemeluk agama Islam dan atau Wajib

Pajak Badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil

zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah

Pajak Penghasilan yang terutang oleh wajib pajak yang bersangkutan;

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 11: Rekonsiliasi Fiskal

Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau

orang yang menjadi tanggungannya;

Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer

yang modalnya tidak terbagi atas saham;

Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa

denda yang berkenaan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan;

Biaya

Tidak semua biaya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, PPh membedakannya:

Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible expense ) (Pasal 6

UU no. 17/2000)

Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

(non deductible expense) (pasal 9 UU No. 17/ 2000)

Biaya yang merupakan objek pemotongan PPh pasal 21, 23, 26, dan 4 (2) final

Biaya yang bukan objek pemotongan PPh

Pasal 4 PP No. 138/2000

o Pengeluaran dan biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam menghitung PhKP, termasuk:

1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan

merupakan objek pajak, dikenakan PPh final, norma perhitungan.

2. PPh pasal 21/23 yang ditanggung perusahaan kecuali PPh pasal 26 yang digross-

up

3. Kerugian dari harta atau hutang yang tidak dimiliki dan tidak dipergunakan dalam

usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan

yang merupakan objek pajak

Laba Bruto Usaha

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 12: Rekonsiliasi Fiskal

Penjualan atau peredaran dihitung berdasrkan Akrual Stelsel, walaupun WP

menggunakan Kas Stelsel, tapi Kas Stelsel yang mendekati Akrual

Potongan penjualan diakui kalau sudah direalisasi, penyisihan potongan penjualan

tidak diakui

Retur penjualan yang tidak diganti barang, diakui berdasarkan realisasi, penyisihan

tidak diakui

Pasal 10 ayat (6) UU No. 10/1994

* Penilaian persediaan berdasarkan harga perolehan

* Metode penilaian persediaan dengan FIFO atau rata-rata

Tidak diperkenankan untuk penilaian berdasarkan Harga pokok atau harga pasar

mana yang lebih rendah dan LIFO

Kerugian atas barang hilang atau kecurian harus didukung dengan laporan polisi

Pemusnahan barang harus dibuat berita acara dan diotorisasi oleh pejabat yang

berwenang

Hilang dalam proses produksi, dalam penyimpanan atau penguapan harus sesuai

dengan rendemen yang wajar

PENYESUAIAN FISKAL

Beda Tetap ( Permanent Difference )

Menurut akuntasi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut ketentuan

Pajak Penghasilan bukan penghasilan.

Misal: dividen yang diterima oleh Perseroan Terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri

dari penyertaan modal sebesar Rp 25% atau lebih pada badan usaha yang didirikan dan

berkedudukan di Indonesia.

Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangakan menurut ketentuan

PPh telah dikenakan PPh yang bersifat final.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 13: Rekonsiliasi Fiskal

Penghasilan ini dikenakan pajak tersendiri (final) sehingga dipisahkan (tidak perlu

digabung) dengan penghasilan lainnya dalam menghitung PPh terutang.

Misal: penghasilan atas bunga deposito atau tabungan lainnya yang telah diporong PPh

Final oleh Bank sebesar 20%.

PENYESUAIAN FISKAL

Beda Tetap ( Permanent Difference )

Menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya) sedangkan menurut ketentuan

PPh tidak dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto (Pasal 9 UU

17/2000).

Misal:

a. Biaya-biaya yang digunakan untuk memperoleh penghasilan yang bukan obyek

pajak atau pengenaan pajaknya bersifat final.

b. Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan

dalam bentuk natura atau kenikmatan.

c. Sanksi perpajakan berupa bunga, denda, dan kenaikan.

d. Biaya-biaya yang menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan karena tidak

memenuhi syarat-syarat tertentu (misalnya: daftar nominatif biaya

entertainment, daftar nominatif atas penghapusan piutang).

PENYESUAIAN FISKAL

o Beda Sementara ( Temporary Difference )

o Beda waktu merupakan perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi komersial

dengan ketentuan fiskal, misal:

a. Metode penyusutan

b. Metode penilaian persediaan,

c. Penyisihan piutang tak tertagih,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 14: Rekonsiliasi Fiskal

d. Rugi-laba selisih kurs.

PENYESUAIAN FISKAL POSITIF

BIAYA YANG DIBEBANKAN / DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PEMEGANG

SAHAM, SEKUTU, ATAU ANGGOTA.

PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN.

PENGGANTIAN ATAU IMBALAN PEKERJAAN ATAU JASA DALAM BENTUK

NATURA DAN KENIKMATAN.

JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA

PEMEGANG SAHAM / PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA

SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN.

HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN.

PAJAK PENGHASILAN.

GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA ANGGOTA PERSEKUTUAN, FIRMA ATAU CV

YANG MODALNYA TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM.

SANKSI ADMINISTRASI.

SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI ATAS PENYUSUTAN FISKAL.

SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI ATAS AMORTISASI FISKAL.

BIAYA YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA.

PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA.

PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF

SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI BAWAH PENYUSUTAN FISKAL.

SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH AMORTISASI FISKAL.

PENGHASILAN YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA.

PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 15: Rekonsiliasi Fiskal

JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL

PPh Final (0,44*ekspor) Pendapatan

Penghasilan BUT Perwakilan Dagang Asing Tetap PPh Final (2,64%*peredaran)

Pendapatan

Penghasilan Perusahaan Pelayaran/Penerbangan LN Tetap PPh Final (1,2%*peredaran)

Pendapatan

Penghasilan Perusahaan Pelayaran DN Tetap PPh Final (2% atau 4%) Pendapatan

Jasa Konstruksi oleh Pengusaha Kecil Tetap PPh Final (0,44*ekspor) Pendapatan

Penghasilan BUT Perwakilan Dagang Asing No Temporer Realisasi - Realisasi Penyisihan

Retur Penjualan No Temporer Realisasi - Realisasi Penyisihan

Potongan Penjualan

Peredaran Usaha BEDA PAJAK AKUNTANSI PERKIRAAN

PPh Final (0,15%*H Bandrol) Pendapatan

Penghasilan atas Distributor Industri Rokok DN Tetap PPh Final (0,10% * H Jual)

Pendapatan

Penghasilan sebagai Distributor Kertas Tetap PPh Final Pendapatan

Penghasilan atas penyalur gula pasir dan tepung terigu Bulog Tetap PPh Final (0,25% /

0,3%) Pendapatan

Penghasilan atas distributor produk Pertamina dan Premix II. Harga Pokok Penjualan No

Temporer Temporer Temporer Harga Perolehan - - - Harga Perolehan COMWIL Prosentase

Laba Bruto Harga Eceran

Penilaian Persediaan No No Temporer FIFO Rata-rata - FIFO Rata-rata LIFO

Metode BEDA PAJAK AKUNTANSI PERKIRAAN

PPh Final (25%) Pendapatan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 16: Rekonsiliasi Fiskal

Penghasilan dari Hadiah atas Undian Tetap Tetap PPh Final (10%) PPh Final (10%)

Pendapatan Pendapatan

Penghasilan Sewa - Badan - Orang Pribadi Tetap No No PPh Final (5%) PPh 25 (5%) PPh

23 Pendapatan Pendapatan Pendapatan

Keuntungan pengalihan tanah dan bangunan: - oleh orang pribadi dan yayasan - oleh

badan (bukan usaha pokok) - oleh badan (usaha pokok) Tetap PPh Final (0,1% x H Jual

Pendapatan

Keuntungan Penjualan Saham di Bursa Efek Indonesia Tetap PPh Final (20%) Pendapatan

Bunga Deposito dan Tabungan (termasuk Jasa Giro dan SBI) Tetap Bukan Obyek Pajak

Pendapatan (Equity Method)

Deviden dari Penyertaan DN (minimal 25% dan ada usaha lain)

Penghasilan Di Luar Usaha BEDA PAJAK AKUNTANSI PERKIRAAN

JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL

PPh Final (15% * bunga) Pendapatan

Bunga atau diskonto Obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek

Makan minum di Tempat kerja Berkaitan dg pekerjaan Daerah terpencil

Pemberian kenikmatan dalam bentuk natura

Tunjangan PPh 21 Ditanggung Perusahaan

PPh pasal 21 (karyawan) Tetap

Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara

penghasilan yang bukan merupakan Obyek Pajak Realisasi - Realisasi Penyisihan

Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara

penghasilan yang meru- pakan Obyek Pajak

Beban Usaha BEDA PAJAK AKUNTANSI PERKIRAAN

JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 17: Rekonsiliasi Fiskal

Biaya

SGU dengan hak opsi Penyusutan aktiva SGU Bunga SGU

Jumlah Pembayaran Penggantian Tunj. Pengobatan Cuma-Cuma

Biaya pengobatan Tetap Undeductible Biaya

Sumbangan Tetap

Biaya lain-lain Tetap Tidak diberi tunjangan Diberi tunjangan

Sewa rumah karyawan Tetap 50% Undeductible 50% Deductible Biaya Kendaraan

dibawa pulang Sesuai pajak Beda Metode

Penyusutan - Beda Metode - Beda umur ekonomis Daftar Nominatif Tdk Daftar Nominatif

Entertainment

BEDA PAJAK AKUNTANSI PERKIRAAN

Biaya SDM

Pengeluaran-pengeluaran atau pemberian imbalan kepada karyawan (orang pribadi),

perlakuan perpajakannya dibedakan:

Bagi perusahaan merupakan deductible expenses dan bagi karyawan merupakan

objek PPh 21

Bagi perusahaan non deductible dan bagi karyawan bukan Objek PPh 21

Bagi perusahaan deductible expenses tapi bagi karyawan bukan Objek PPh 21

Bagi perusahaan non deductible expenses tapi bagi karyawan merupakan Objek

PPh 21

Pemberian natura dan kenikmatan

o Akuntansi tidak membedakan pemberian imbalan kepada karyawan baik dalam bentuk

uang atau natura (yang dapat diketahui harganya) diakui sebagai biaya. Akan tetapi

Pasal 9 (1) e UU No. 17/2000, menyebutkan bahwa pemberian natura dan kenikmatan

kepada karyawan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, kecuali penyediaan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 18: Rekonsiliasi Fiskal

makanan dan minuman bagi seluruh karyawan ditempat kerja. Hal ini diatur didalam

SKMK No. 633/KMK.04/1994 dan SE-29/PJ.4/1995

Daerah terpencil yang telah mendapat keputusan sebagai daerah terpencil oleh DJP

membolehkan bentuk natura sbb:

Tempat tinggal

Makanan dan minuman

Pelayanan kesehatan

pendidikan

pengangkutan dilokasi kerja

olah raga tidak termasuk golf, bowling dan pacuan kuda

SKMK No. 466/KMK.04/2000 tgl 3-11-2000, KEP 213/PJ/2001 mulai berlaku 1-1-2000

mengatur tentang pemberian natura bagi karyawan baik yang didaerah terpencil

maupun yang bukan didaerah terpencil.

Biaya Pengobatan

- Apabila dibayarkan langsung kepada Rumah Sakit, apotek, dokter, tidak dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto dan bukan merupakan objek PPh pasal 21

- Panggantian pengobatan, pemberian uang atau tunjangan pengobatan

merupakan biaya yang dapat dkurangkan dan merupakan objek PPh pasal 21

SE-16/PJ.44/1992, 12 Mei 1992

Pembayaran bonus, gratifikasi, jasa produksi, tantiem dan sebagainya kepada karyawan yang

merupakan bagian keuntungan atau dibebankan ke Retained Earning , bagi perusahaan tidak

dapat dikurangkan dari penghasilan bruto tapi bagi pegawai merupakan objek PPh pasal 21

Pasal 4 (3) d UU No. 17/2000, bukan objek PPh Pasal 21

o Perubahan terletak pada penjelasan mengenai penggantian atau imbalan dalam bentuk

natura dan atau kenikmatan merupakan objek pajak atau objek PPH pasal 21 jika yang

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 19: Rekonsiliasi Fiskal

memberikan: Bukan WP, WP yang dikenakan pajak final, dan WP yang dikenakan Pph

berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed profit)  

Pasal 6 (1) c dan pasal 9 (1) c UU No. 17/ 2000, dapat dikurangkan :

o Iuran dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan

o Premi Asuransi

o Yang bukan merupakan objek PPh 21

o Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna,

beasiswa

o Iuran pensiun yang dibayar perusahaan kepada Dana Pensiun yang telah disahkan

Menteri Keuangan

o Iuran THT/JHT yang dibayarkan perusahaan kepada badan penyelenggara Jamsostek

o Biaya Perjalanan Dinas

o Biaya perjalanan dinas (tidak termasuk keluarga) dalam rangka menjalankan tugas

perusahaan yang didukung bukti dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan bukan

merupakan objek PPh pasal 21. Honor atau uang saku dalam perjalanan dinas

merupakan objek PPh 21 dan dapat dikurangkan dari penghsilan bruto. Sebagiknya tidak

menggunakan “Lump-sum” yaitu berdasarkan anggaran.

o Fiskal Luar Negeri

o FLN atas nama pegawai qq nama dan NPWP perusahaan, yang dibayar perusahaan

untuk pegawai yang ditugaskan ke LN merupakan PPh pasal 25 perusahaan. Bukti FLN

ditulis nama/NPWP penanggung pajak.

o FLN atas nama keluarga bukan merupakan PPh pasal 25 perusahaan

o FLN yang dibayar sendiri oleh pegawai tidak dapat dikreditkan pada PPh pasal 21, tapi

dapat dikreditkan pada SPT Tahunan PPh orang pribadi

o Biaya pendidikan, seminar, Lokakarya, dsb Merupakan biaya yang dapat dikurangkan

dari penghasilan bruto dan bukan merupakan objek PPh pasal 21

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 20: Rekonsiliasi Fiskal

o Biaya rekreasi dan Olah raga tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan bukan

merupakan objek PPh pasal 21 karena merupakan natura

o Kendaraan perusahaan yang dibawa pulang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto (KEP. 220/PJ/2002, mulai berlaku 10-04-2002 : 50 % merupakan deductible)

o Biaya sewa rumah untuk pegawai tidak boleh dikurangkan kecuali pegawai diberikan

tunjanan sewa sebesar biaya sewa rumah tersebut

o Rumah Perusahaan yang ditempati pegawai tidak dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto atas biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan rumah perusahaan yang ditempati,

kecuali pegawai tersebut diberi tunjangan sebesar biaya tersebut.

o Pegawai yang merupakan pemegang saham

o Pasal 9 (1) f UU No. 17/2000 tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah

jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau yang

memiliki hubungan istimewa sebgai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang

dilakukan.

o Selisih Kurs Valuta Asing

Pasal 4 (1) l UU No.17/2000 menyatakan bahwa keuntungan karena selisih kurs merupakan

objek pajak. Keuntungan ini disebabkan karena selisih kurs dapat disebebkan fluktuasi kurs

mata uang asing atau adanya kebijaksanaan pemerintah dibidang moneter. Pasal 6 (1) e UU

No. 17/2000 menyebutkan bahwa kerugian dari selisih kurs mata uang asing dapat dikurangkan

dari penghasilan bruto. Kerugian yang disebabkan oleh fluktuasi kurs, pembebanannya

dilakukan berdasarkan sistem pembukuan yang dianut, dan harus dilakukan secara taat azas.

Apabila WP menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah BI atau kurs yang

sebenarnya berlaku pada akhir tahun, pembebananya dilakukan pada setiap akhir tahun

berdasarkan kurs tengah BI atau kurs yang sebenarnya berlaku diakhir tahun.

Rugi selisih karena kebijakan pemerintah dibidang moneter dapat dibukukan dalam perkiraan

sementara dineraca dan pembebanannya dilakukan bertahap berdasarkan realisasi mata uang

asing tersebut.

Rugi Kurs

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 21: Rekonsiliasi Fiskal

WP yang menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah BI atau kurs yang

sebenarnya berlaku pada akhir tahun, atas rugi kurs 1997 baik yang sudah direalisir maupun

yang belum, dapat memiliih (asal konsisten) untuk mebebankan sekaligus pada tahun 1997

atau dengan amortisasi dengan metode garis lurus dalam jangka waktu 5 tahun

Amortisasi rugi selisih kurs hanya berlaku untuk rugi kurs 1997, untuk rugi kurs tahun 1998

dan seterusnya sesuai dengan pembukuan WP

Bagi WP yang telah memberitahukan ke KPP untuk memilih melakukan amortisasi

terhitung sejak tahun pajak 1997 dapat membebankan sekaligus sisa rugi kurs 1997

pada keuntungan kurs 1998, dan Kalau masih ada sisa rugi kurs 1997 tetap harus

diamortisasi dalam jangka waktu sisa masa pembebanan amortisasi terhitung sejak

tahun pajak 1998

Bagi WP orang pribadi yang memilih mempergunakan norma perhitungan

penghasilan neto, kerugian selisih kurs tidak dapat dikurangkan (non deductible)

Keuntungan selisih kurs

Keuntungan selisih kurs merupakan objek pajak dan harus dilaporkan dalam SPT

Tahunan PPh (OP dan Badan), untuk tahun 2001 termasuk penghasilan tidak teratur

(KEP. 537/PJ.2000) pasal 1 d

Keuntungan selisih kurs merupakan penghasilan teratur dan digunakan sebagai dasar

perhitungan PPh-Pasal 25 tahun berikutnya.

SE-24/PJ.42/1998

Apabila sesudah 4 bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, WP dapat

mengajukan pengurangan PPh-Pasal 25 dengan syarat: WP dapat menunjukkan

bahwa PPh yang akan terutang kurang dari 75% dari PPh yang digunakan sebagai

dasar perhitungan PPh-Pasal 25

Rugi-Laba selisih kurs bagi WP yang penghasilannya dikenakan PPh final atau bukan

objek pajak,

maka rugi kurs tidak dapat mengurangi penghasilan bruto (non deductible) dan Laba

kursnya termasuk objek pajak dan harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh dan

sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 25

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 22: Rekonsiliasi Fiskal

Rugi-Laba selisih kurs bagi BUT

Keuntungan/ kerugian selisih mata uang asing yang terjadi akibat fluktuasi nilai rupiah

pada perkiraan utang kepada kantor pusat suatu BUT:

Bagi BUT bukan usaha perbankan, tidak diakui sebagai biaya atau tidak diakui

sebagai penghasilan

Bagi BUT usaha perbankan tetap berlaku sesuai ketentuan sesuai Pasal 4 (1) b dan

Pasal 6 (1) e UU No. 17/2000

Penggunaan kurs pada transaksi perusahaan yang menggunakan valuta asing

sedangkan pembukuannya dengan rupiah

Transaksi dilakukan berdasarkna kurs tengah BI atau kurs yang sebenarnya berlaku

Pasal 31 PP No. 50/1994 junto Ps. 11 PP No. 143/2000

Apabila pembayaran atau harga jual atau penggantian dilakukan dengan

mempergunakan mata uang asing, maka perhitungan PPN & PPn BM dengan

menggunakan kurs Menteri Keuangan pada saat pembuatan faktur pajak

Dalam hal PPN & PPn BM dipungut oleh pemungut, maka besarnya PPN & PPn BM

dikonversi kedalam mata uang rupiah dengan mempergunakan kurs Menteri

Keuangan pada saat dilakukan pembayaran oleh pemungut PPN

Pemotongan/pemotongan PPh-pasal 21, 23, 26 dan pasal 4 (2) final, berdasarkan

Kurs Menteri Keuangan sesuai bukti pemotongan

Rugi kurs atau hutang valuta asing yang digunakan untuk membeli/memperoleh

Aktiva tetap ISAK No.4

Selisih kurs yang terjadi sejak awal tahun buku sampai dengan awal periode tertentu

tersebut harus dibebankan langsung ke R/L

Apabila pada suatu periode tertentu terjadi depresiasi luar biasa (mencapai 133% dari

rata-rata depresiasi rupiah tiga tahun takwim terakhir) dan tidak mungkin dilakukan

hedging , rugi selisih kurs (baik realized maupun unrealized) pada periode tersebut

dapat dikapitalisasi pada nilai aktiva yang bersangkutan (tidak boleh melampaui

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 23: Rekonsiliasi Fiskal

jumlah antara replacement cost dan amount recoverable dari penjualan atau

penggunaan aktiva tersebut

Setelah dikapitalisasi rugi kurs, terjadi rugi kurs diakui sebagai kerugian (R/L),

sedangkan laba kurs diperlakukan sebagai penyesuaian kapitalisasi rugi kurs.

PPh : Rugi kurs atas hutang valas tidak boleh dikapitalisasi ke aktiva.

Kerugian Piutang dan Pembebasan Utang

Pasal 6 (1) h UU No. 17/2000 (KEP-238/PJ/2001)

Dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible) atas piutang yang nyata-nyata

tidak dapat ditagih, dengan syarat:

Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba-rugi komersial

Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau BUPLN atau

adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antar

kreditur dan debitur ybs

Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus

WP harus menyerahkan daftar piutnag yang tidak ditagih kepada DJP. Yang

pelaksanannya diatur lebih lannjut dengan keputusan DJP

Pasal 4 (1) k UU. No. 17/2000

Penghasilan yang merupakan objek pajak, termasuk keutungan karena pembebasan

utang, kecuali s/d jumlah tertentu yang ditetap dengan PP (PP No. 130 th. 2000)

SKMK No.130/KMK.04/1998

Syarat-syarat kerugian piutang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto tersebut

pada pasal 6 (1) h UU No. 17/2000 sudah ada dalam SKMK No. 130/KMK.04/1998.

Penerbitan

* Penerbitan khusus HIMBARA, PERBANAS, dsb

* Koran, majalah, bulletin tau media massa cetak yang lain

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 24: Rekonsiliasi Fiskal

* Laporan ke BI, kemudian oleh BI diterbitkan/ diumumkan dalam database di BI

Daftar piutang tak tertagih, mencantumkan:

Nama, alamat NPWP, jumlah serta dokumen lain yang dianggap perlu oleh DJP

dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh

Tidak diperlukan syarat penyerahan penagihan ke pengadilan Negeri/BUPLN dan

tidak perlu diumumkan dalam suatu penerbitan:

* Fotocopy perjanjian yang dilegalisasi oleh Notaris atas perjanjian antara

pihak debitur dan kreditur dalam rangka penyelesaian utang-piutang yang

mengakibatkan seluruh atau sebagian utang dibebaskan atau tidak ditagih

* Tagihan untuk setiap debitur tidak lebih dari Rp5.000.000,00

KPP yang menerima “Daftar Piutang Tak Tertagih yang dihapuskan” mengirimkan data

tersebut ke KPP dimana debitur yang dihapuskan tersebut berada.

Penghapusan piutang tak tertagih yang timbul di usaha bank dan lembaga

pembiayaan ( SGU ) dengan hak opsi harus dibebankan terlebih dahulu pada

Cadangan “Piutang tak tertagih”.

Biaya promosi, Sumbangan dan entertainment

Penjelasan pasal 6 (1) a UU.NO.17/2000

Mengenai pengeluaran untuk promosi, perlu dibedakan antara biaya yang benar-

benar dikeluarkan untuk promosi dengan biaya yang pada hakikatnya merupakan

sumbangan.

Biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi boleh dikurangkan dari

penghasilan bruto.

Biaya promosi yang didukung dengan bukti-bukti (iklan,papan,reklame,dsb) dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto.

Sumbangan yang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, penguasaan atau

kepemilikan, bagi yang menerima bukan objek pajak PPh dan bagi yang memberi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 25: Rekonsiliasi Fiskal

bukan biaya.

SE-27/PJ.22/1986

Biaya entertainment, representasi, jamuan tamu dan sejenisnya untuk mendapatkan,

menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek PPh (tidak final) dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto.

Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan dengan pajak keluaran.

Pasal 3 PP.NO.138/2000

Dapat dikurangkan (deductible) , kecuali :

o Standard yang diisi tidak lengkap, cacat dan SSp-PPN atas pemanfaatan

JKPLN dan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean yang tidak

memenuhi syarat, sepanjang tidak dapat dibuktikan bahwa PM tersebut benar-

benar telah dibayar.

o PM atas perolehan BKP/JKP sesuai pasal 9 (1) UU.NO.17/200/

o PM atas perolehan harta berwujud, harta tidak berwujud dan biaya yang masa

manfaatnya lebih dari satu tahun, terlebih dahulu harus dikapitalisasi dan

pembebanannya melalui penyusutan dan amortisasi.

Biaya bunga

Pasal 6 (1) a UU.NO 17/2000, biaya bunga merupakan biaya yang dapat dikurangkan

(deductible)

Sanksi Administrasi Perpajakan :

Pasal 9 (1) K UU.NO 17/2000, tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto;

sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan serta sanksi pidana

berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan

perpajakan.

Kendaraan perusahaan yang dibawa pulang dan dikuasai pegawai tertentu.

Merupakan kenikmatan yang diterima pegawai, sehingga biaya penyusutan,

bahan bakar, biaya reparasi dan biaya pemeliharaan tidak dapat dikurangkan

(non deductible) bagi perusahaan dan bukan merupakan objek PPh pasal 21

bagi karyawan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 26: Rekonsiliasi Fiskal

PPh pasal 25

Berdasarkan SPT tahunan PPh tahun lalu dan tidak dikaitkan dengan adanya SKP

yang lebih besar 2 tahun terakhir.

PPh pasal 25 bulan Januari/Februari sebelum SPT PPh tahun lalu disampaikan ke

KPP sebesar PPh pasal 25 bulan Desember tahun lalu.

Apabila dalam tahun berjalan 2002 diterbitkan SKP PPh tahun 2001, maka PPh pasal

25/2002 dihitung kembali berdasarkan SKP tersebut, dan berlaku mulai bulan

berikutnya setelah bulan penerbitan SKP.

Pembetulan SPT PPh tahun 2000

-PPh pasal 25 menurut pembetulan SPT PPh 2000 lebih besar dari SPT PPh yang

belum dibetulkan, kekurangannya harus disetor dan dikenakan bunga 2% perbulan.

Pengurangan PPh pasal 25, permohonan tertulis ke KPP.

setelah lewat 3 bulan atau levih

Diperkirakan PPh yang akan terutang tahun 2001 kurang dari 75% dari PPh yang

terutang sebagai dasar perhitungan PPh pasal 25/2000

dihitung besarnya PPh pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa

Penambahan PPh pasal 25

Terjadi peningkatan usaha

diperkirakan PPh tahun 2001 lebih dari 150% dari PPh terutang

tahun 2000 sebagai dasar perhitungan PPh pasal 25/2000.

Pembagian hasil penerimaan PPh-orang pribadi dan PPh-Pasal 21 (pasal 31 c

UU.NO.17/2000) PP No.115/2000 dan Keputusan Menteri Keuangan R.I. No

6/KMK.04/2001 tgl 9-1-2001.

a. 80% untuk pemerintah pusat

b. 20% untuk pemerintah daerah tempat WP terdaftar

- Daerah propinsi = 40% X 20% = 8%

- Daerah kabupaten/kota= 60% X 20% = 12 %

Fasilitas penanaman modal ( Pasal 31 A UU.No.17/2000)

Fasilitas perpajakan di bidang-bidang usaha tertentu dan di daerah tertentu :

a. Investment allowance sebesar 30% selama 6 tahun (5% pertahun) dari jumlah

realisasi investasi

b. Penyusutan dan amortisasi dipercepat

c. Kompensasi kerugian s/d 10 tahun

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 27: Rekonsiliasi Fiskal

d. PPh-pasal 26 atas dividen yang dibayarkan ke pemegang saham subjek

pajak LN dengan tarif sebesar 10%

e. Tidak ada tax-holiday

Fasilitas Restrukturisasi Utang Usaha ( Pasal 31 UU.No.17/2000) & PP.No.7/2001

a. Pemerintah memberikan fasilitas kepada wajib pajak untuk melakukan restrukturisasi

utang usaha, jenis fasilitasnya yaitu berkenaan dengan :

o Pembebasan utang ( hair cut )

o Pengalihan harta kepada kreditur untuk penyelesaian utang ( debt to asset

swap )

o Perubahan utang menjadi penyertaan modal

b. Pembebasan utang (hair cut)

- PPh yang terutang atas keuntungan karena pembebasan utang yang

diperoleh debitur dibebaskan sebesar 30%

- PPh yang tidak dibebaskan dapat diangsur pembayarannya paling lama 5

tahun

c. Debt to asset swap :

PPh yang terutang atas keuntungan yang diperoleh debitur karena pengalihan harta

kepada kreditur untuk penyelesaian utang yang dibebaskan, sepanjang pengalihan

harta tersebut dinilai sebesar nilai buku harta pihak yang mengalihkan. 

REKONSILASI FISKAL

BEDA TETAP DAN BEDA WAKTU

Rekonsiliasi fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda

dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan netto/laba yang sesuai dengan

ketentuan pajak. Perbedaan-perbedaan antara akuntansi dan fiskal tersebut dapat

dikelompokan menjadi beda tetap / permanent (permanent difference) dan beda waktu /

sementara (timing difference).

1. Beda Tetap / Permanen

Beda tetap dapat terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya

menurut akuntansi dengan menurut pajak, yaitu adanya penghasilan dan biaya yang

diakui menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut fiskal, atau sebaliknya

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 28: Rekonsiliasi Fiskal

Beda tetap biasanya timbul karena peraturan perpajakan mengharuskan hal-hal berikut

dikeluarkan dari perhitungan Penghasilan Kena Pajak :

a. Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final ( Pasal 4 ayat 2 UU PPh), yaitu :

Keterangan : File Lampiran 1.

b. Penghasilan yang bukan objek pajak (Pasal 4 ayat 3 UU PPh)

a. 1. Bantuan atau sumbangan

2. Harta Hibah

b. Warisan

c. Harta termasuk setoran tunai

d. Imbalan dalam bentuk naturan dan/atau kenikmatan

e. Pembayaran asuransi kepada orang pribadi

f. Deviden

g. Iuran yang diterima oleh dana pensiun

h. Penghasilan dari dana pensiun

i. Bagian laba yang diterima oleh anggota dari perseroan komanditer

j. Dihapus

k. Penghasilan yang diterima oleh perusahaan modal ventura

l. Beasiswa

m. Sisa lebih yang diterima oleh perusahaan nirlaba

n. Bantuan atau sumbangan yang dibayarkan oleh jamsostek

c. Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, yaitu

mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan serta pengeluaran yang sifat

pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya melebihi kewajaran (Pasal 9 ayat 1 UU

PPh)

Beda Tetap terdiri dari :

A. Beda Tetap Penghasilan

a. Penerimaan menurut PSAK merupakan penghasilan tetapi undang-indang Pajak

Penghasilan (PPh) bukan penghasilan. Contoh:Dividen atau bagian laba yagn

diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri,

koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah dari

penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedududkan di

Indonesia dengan syarat :

- Dividen berasal dari cadangan laba ditahan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 29: Rekonsiliasi Fiskal

- Bagian perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Usaha Milik Daerah

yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan

dividen paling rendah 25% dari jumlah modal disetor dan harus mempunyai

usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut

b. Penerimaan yang menurut SAK bukan merupakan penghasilan tetapi menurut UU

Pajak Penghasilan (PPh) merupakan penghasilan. Contohnya: penerimaan hibah

atau bantuan dari pihak-pihak yang ada hubungan istimewa.

c. Penghasilan yang dikenakan pemungutan pajak bersifat final.

B. Beda Tetap Biaya

Pengeluaran yang menurut PSAK merupakan beban tetapi menurut UU PPh tidak boleh

dikurangi penghasilan bruto.

a. Biaya yang tidak ada hubungan langsung untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan.

b. Biaya untuk mendapat, menagih dan memeliahra penghasilan yang dikenakan PPh

Final.

c. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan berkenaan dengan

pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh.

d. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa

denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan dibidang pajak

e. Kerugian karena penjaulan/pengalihan aktiva dan/atau hak dimiliki yang tidak

dipergunakan dalam kegiatan usaha dan dalam rangka mendapatakan, menagih,

dan memelihara penghasilan.

f. PPh Pasal 21 dan 26 yang ditanggung oleh pemberi penghasilan kecuali dalam

menghitungnya menggunakan metode Groos Up.

C. Beda Tetap yang disebabkan tidak dipenuhi syarat-syarat khusus :

Yaitu suatu penghasilan atau biaya baru akan diakui berbeda sepanjang tidak

memenuhi syarat-syarat pengakuannya dalam ketentuan perpajakan, namun jika

memenuhi ketentuan perpajakan maka perbedaan yang timbul dalam pengakuan

menurut fiskal akan menjadi hilang dan pengakuannya akan sama dengan pengakuan

menurut prinsip akuntansi, contoh :

1. Biaya perjalanan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya

perjalanan pegawai perusahaan untuk kepentingan perusahaan yang dilengkapi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 30: Rekonsiliasi Fiskal

dengan bukti-bukti yang sah, misal ; surat tugas, tiket, kwitansi hotel, atau

pembayaran ke biro perjalanan. Uang saku dalam perjalanan dinas merupakan objek

PPh Pasal 21 dan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

2. Biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya promosi

yang didukung bukti pemuatan iklan, pembuatan barang-barang promosi harus

dibedakan dengan sumbangan.

3. Biaya Entertaiment yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya

entertaiment yang benar dan dikeluarkan ada hubungannya dengan kegiatan usaha

wajib pajak dalam dibuatkan daftar normative (dilampirkan di SPT Tahunan PPh). Isi

daftar normatif meliputi: Nomor urut, tanggal, nama, tempat, alamat, jenis dan jumlah

entertaiment yang diberikan, serta nama, posisi, nama perusahaan dan jenis usaha

relasi yang dijamu.

4. Biaya penelitian dan pengambangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

adalah usaha yang dilakukan di Indonesia.

5. Kerugian piutang usaha kecuali Bank dan Sewa Guna Usaha (SGU), piutang yang

dapat dihapuskan adalah piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dan dibuatkan

daftar bormative (dilampirakan di SPT tahunan PPh)

6. Beda tetap yang disebabkan praktek-praktek akuntansi yang tidak sehat :

a. Keperluan pribadi pemilik atau pemegang saham dan keluarganya yang harus

dibayar perusahaan dan dibukukan sebagai beban usaha.

b. Keperluan pribadi pegawai perusahaan yang dibayar perusahan dan dibukukan

sebagai beban usaha.

2. Beda Waktu / Sementara

Sesuai dengan namanya, beda waktu merupakan perbedaan perlakuan akuntansi dan

perpajakan yang sifatnya temporer, artinya secara keselururhan beban atau pendapatan

akunatansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi setiap tahunnya.

Beda waktu biasanya timbul karena perbedaan yang dipakai antara pajak dengan akuntansi

dalam hal :

a. Akrual dan realisasi.

b. Penyusutan amortisasi

Lampiran : Metode Penyusutan.doc

c. Penilaian persediaan

Lampiran : Metode penilaian persediaan.doc

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN

Page 31: Rekonsiliasi Fiskal

d. Kompensasi kerugian fiskal

Lampiran : Kompensasi kerugian fiskal.doc

Contoh Beda Waktu / Sementara :

1. Penyusutan / amortisasri

2. Penilaian persediaan

3. Rugi laba selisih kurs

4. Rugi laba atas penyertaan saham

5. Kerugiab piutang kecuali bank, sewa guna usaha dengan hal opsi, cadangan untuk usaha

asuransi, cadangan rekalamasi usaha pertambangan.

6. Tagihan atau hutang dalam valuta asing

7. Harta berwujud dan tidak berwujud

8. Biaya pendirian dan perluasan usaha

9. Biaya sebelum produksi komersial

10. Biaya dibayar dimuka jangka panajang

11. Pencadangan kewajiban bersyarat atau cadangan lain

12. Pengakuan penghasilan dan biaya atas proyek jangka panjang

13. Hak penambangan dan hak pengusaha hutan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs Bambang Mudjiono, Ak., MMMANAJEMEN PERPAJAKAN